Pedoman Pen Gorganis Asian

45
PEDOMAN PEN GORGANIS ASIAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Transcript of Pedoman Pen Gorganis Asian

PEDOMAN PEN GORGANIS ASIAN

KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun OlehRumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Alamat : Jl. JaksaAgung No. 76 Lamongan 62215Telp./Fax. : 0322-322834, 08885035624,08123082211 (Hunting) / 0322-3214048Website : www.rsmlamoneein.comEmail : [email protected]

Visi Misi Motto dan TujuanRumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

V I S IMenjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai

perwujudan dari Iman dan Ibadah kepada Allah Subhanahu wata’aladan sarana amal sholeh.

M I S I§ Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai amal v usaha Pelayanan kesehatan yang Islami, Profesional dan bermutu. Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai sarana dakwah amar ma’ruf nahi munkar serta sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat dan keluarga yang sehat sejahtera (sakinah).

M O T T OCepat, Bermutu, Terjangkau, dan Islami..

T U J U A NMewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan

masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmuryang diridhoi oleh Allah SWT, melalui pendekatan pemeliharaan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhanpenyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh.

DirekturRS Muhammadiyah Lamongan

<XOOOOOOOOC>(

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

( k)QoOoOoO<XX)0<XX<>oOoOo<>yr>c<X)OcOoOoOoOoOc<>oOo<xX^(y

Mengingat

RUMAH SARIT MUHAMMADIYAH LAMONGANJl. Jaksa Agung Suprapto No. 76, Lamongan 622158 (0322) 322834 (Hunting) 08885035624, 08123082211, Fax.(0322)314048E-mail : [email protected] / [email protected]| Ijin Operasional : HK.07.06 / III / 1280 | Akreditasi Nasional : Penuh Tingkat lanjut 16 Peiayanan

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGANNomor: 573 KEP/III.6.AU/B/2013

Tentang:PEDOMAN PEN GORGANIS ASIAN

TIM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT (KPRS)RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Direktur Rurnah Sakit Muhammadiyah LamonganMenimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit sebagai institusi peiayanan kesehatan yang

menyelenggarakan peiayanan kesehatan perorangan secara paripuma, menempatkan aspek keselamatan pasien sebagai prioritas dalam pemberian peiayanan.

2. Bahwa untuk melaksanakan program keselamatan pasien di RSML, telah dibentuk tim KPRS sebagaimana SK Direktur nomor 426/KEP/III.6. AU/D/2013

3. Bahwa untuk menggerakkan organisasi tim, diperlukan pedoman pengorganisasian tim KPRS

4. Bahwa agar pedoman sebagaimana dimaksud dalam butir (3) diatas mempunyai kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur

: 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;3. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;4. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;5. SK Menkes RI No. 436/1993 tentang “Berlakunya Standar Rumah

Sakit dan Standar Peiayanan Medis di Indonesia;6. Permenkes RI No 1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan

Pasien7. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit, yang diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal Bina Upaya Keseahtan Kementerian Kesehatan RI dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), tahun 2011

E:\2013\skjoedomanpengorganisasian KPRS.doc

Memperhatikan : Memo Intern Ketua KPRS Nomor : 0023/MI-RSML. KPRS/2013perihal Pedoman Pengorganisasian KPRS di RSML, tertanggal 01 Agustus 2013

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM KPRS RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Pertama : Memberlakukan pedoman pengorganisasian tim KPRS di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagaimana terlampir.

Kedua : Mengamanatkan kepada tim KPRS dan unit terkait mempedomani pengorganisasian tim KPRS serta melengkapi prosedur tetap dan juknis yang diperlukan

Ketiga : Mengamanatkan kepada tim KPRS untuk melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pedoman ini.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Kelima : Bila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan

diadakan peninjauan kembali.

Ditetapkan di : LamonganTanggal : 24 Syawal 1434 H.Tepat tanggal : 31 Agustus 2013 M.

Direktur,RS Muhammadiyah Lamongan.

Dr. H, Erwin Santosa, Sp.A., M.KesNRP: 0011622

E:\20I3\sk_pedomanpengorganisasian KPRS.doc

2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas

berkat rahmat dan ridho-Nya telah tersusun pedoman pengorganisasian Tim Keselamatan

Pasien Rumah Sakit - Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

2400 tahun yang lalu Hipocrates mengucapkan : “Primum, non nocere” {first, do

no harm ) yang mengamanatkan tentang keselamatan pasien yang harus diutamakan.

Namun, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta makin

kompleksnya manajemen rumah sakit, unsur keselamatan pasien rumah sakit ini agak

terabaikan. Dengan munculnya laporan “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health

System“ pada tahun 2000, dunia dikagetkan dengan kenyataan bahwa demikian

banyaknya kasus-kasus kejadian tidak diharapkan yang teijadi di rumah sakit. Sesudah

laporan tersebut, keselamatan pasien menjadi issue global sampai saat ini, bahkan pada

tahun 2004, WHO mencanangkan “Global Alliance For Patient Safety”

Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss ) masih

langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “ mal praktek ”, yang belum

tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien

di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah mengambil

inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKP-RS ). Dan setiap

rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang

ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien,

termasuk di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Semoga dengan pedoman pengorganisasian Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit -

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dapat membantu pelaksanaan program

keselamatan pasien rumah sakit, dengan harapan dicapainya pemyataan penting yang

dicantumkan dalam “Jakarta Declaration” ; “bahwa tidak boleh ada pasien menderita

cidera yang dapat dicegah, bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan

pasien.”

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

D A F T A R I S I

HALAMANJUDUL -----------------------------------------------------------------------------

VISI - MISI - MOTTO - TUJUAN RSML--------------------------------------------------

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PENETAPAN DAN

PEMBERLAKUKAN TATA NASKAH RUAH SAKIT---------------------------------

DAFTAR ISI--------------------------------------------------------------------------------------

BAB I : PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------

BAB II : GAMBARAN UMUM--------------------------------------------------------

BAB III : VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS-----------------

BAB IV : STRUKTURORGANISASIRS---------------------------------------------

BAB V : VISI, MISI DAN TUJUAN TIM KPRS----------------------------------

BAB VI : STRUKTRU ORGANISASI TIM KPRS--------------------------------

BAB VII : URAIAN TUGAS TIM KPRS----------------------------------------------

BAB VIII: TAT HUBUNGAN KERJA TIM KPRS---------------------------------

BAB IX : POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI TIM KPRS----------

BAB X : KEGIATAN ORIENT ASI--------------------------------------------------

BAB XI : PERTEMUAN/RAPAT------------------------------------------------------

BAB XII : PENCATATAN DAN PELAPORAN-------------------------------------

BAB XIII : PENUTUP----------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA—-------------------—--------------------------------------------------

4

BAB I

FENDAHULUAN

Keselamatan ( safety ) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit Ada lima isu penting yang

terkait dengan keselamatan ( safety ) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien ( patient safety ), keselamatan

pekeija atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap

keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan ( green productivity ) yang berdampak terhadap

pencemaran lingkungan dan keselamatan “ bisnis ” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah

sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun

harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat beijalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien

merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.

Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasamya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang

diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (first, do no harm). Namun diakui

dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi

semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD ( adverse event) apabila tidak

dilakukan dengan hati-hati.

Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya,

bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.

Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan teijadinya

KTD.

Pada tahun 2000 Institute of Medicine ( IOM ) di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan

banyak pihak : “ TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System “ Laporan itu mengemukakan penelitian di

rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD ( adverse event )

sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan

angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada

pasien rawat inap diseluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 - 98.000 per tahun.

Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara :

Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 - 16,6 %. Dengan data-data

tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.

Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss ) masih iangka, namun dilain

pihak terjadi peningkatan tuduhan “ mal praktek ”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam

5

rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia telah

mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( KKP-RS ). Komite tersebut telah aktif

melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan

laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.

Pada bulan Januari tahun 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan kemudian diajukan

pada World Health Assembly ke 55 pada bulan Mei tahun 2002, dan diterbitkan sebagai Resolusi WHA55.18.

Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57 pada bulan Mei tahun 2004, diputuskan membentuk aliansi

international untuk peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient Safety, dan

ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.

World Alliance for Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program keselamatan pasien, dan tahun

2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan 10 program WHO untuk keselamatan pasien adalah sebagai berikut:

1. Global Patient Safety Challenge :

■ 1st Challenge : 2005 - 2006: Clean Care is Safer Care M Td Challenge : 2007 ~

2008 : Safe Surgery Safe Lives

2. Patients for Patient Safety

3. Taxonomy for Patient Safety

4. Research for Patient Safety

5. Solutions for Patient Safety

6. Reporting and Learning

7. Safety in action

8. Technology for Patient Safety

9. Care of acutely ill patients

10. Patient safety knowledge at your fingertips

WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint Commission International, suatu badan

akreditasi dari Amerika Serikat, mulai tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara,

dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamtan pasien, dan mencari solusi berupa

sistem atau intervensi sehingga mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan keselamatan

pasien. Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “ Nine

Life-Saving Patient Safety Solutions ” ( “ Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit ” ). Sembilan topik

yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut:

6

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication Names )

2. Pastikan identifikasi pasien

3. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

8. Gunakan alat injeksi sekaJi pakai

9. Tingkatkan kebersihan tangan ( hand hygiene ) untuk pencegahan infeksi nosokomial.

Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (

tiga) elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan bermacam-macam konsep dasar, program regulasi yang

berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality Assurance, Total

Quality Management, Countinuos Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis,

Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output dan outcome. Namun

harus diakui, pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih teijadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan

tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian

dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan

yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal

dengan istilah keselamatan pasien ( patient safety ). Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit

diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan

pasien juga dapat mengurangi KTD, yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat

membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara dokter / petugas kesehatan dan pasien,

menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang

akhimya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit, selain itu rumah sakit dan dokter bersusah

payah melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara, dan sebagainya. Tetapi pada akhimya tidak ada pihak yang

menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan mmah sakit.

7

BAB II

GAMBARAN IIMUM

RUMAH SAK3T MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ( RSML ) terletak di Jl. Jaksa Agung

Suprapto 76, Kabupaten Lamongan. RSML diawali dari sebuah Pos Kesehatan Bencana

banjir di Lamongan menjadi Baiai Kesehatan Islam (BAKIS) Muhammadiyah Daerah

Lamongan didirikan pada bulan Agustus tahun 1968, mula-mula sebagai Baiai

Pengobatan Islam dengan menyewa suatu bangunan di Jalan KH.Ahmad Dahlan No.7

Lamongan sampai dengan tahun 1978. Selanjutnya dengan usaha nyata dan sungguh-

sungguh tanpa pamrih dari para pendiri dan pengurusnya ( Pimpinan Daerah

Muhammadiyah Lamongan ), setelah mendapat hibah dari Bapak H. Usman Dimyati

( pemilik lahan dan bangunan yang disewa ) maka fimgsi sekedar pelayanan pengobatan

ditingkatkan dengan tambahan pelayanan BKIA / Klinik KB yang kemudian

dikembangkan menjadi Rumah Bersalin dengan kapasitas 6 (enam) tempat tidur.

Sejalan dengan perkembangan, saat ini RSML menempati gedung barn di atas lahan

seluas 2L953 M2 di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Lamongan. Peletakan batu pertama

pembangunannya dilaksanakan oleh Gubemur Jawa Timur Bapak Basofi Soedirman tgl

17 Oktober 1994 dan peresmiannya dilaksanakan oleh Menko Kesra Bapak Azwar Anas

pada tanggai 5 Juli 1997. Dengan pelayanan medis yang lebih modem dalam lingkungan

yang asri dan bemuansa Islami, RSML terns berupaya untuk mewujudkan visi, misi dan

tujuan RSML.

8

Perkembangan RSML makin hari makin mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat

dari perkembangan sarana fisik, peralatan medis serta peralatan penunjang medis. Dalam

kurun waktu lima tahun terakhir telah banyak sarana fisik yang dibangun, antara lain

instalasi gizi, laundry, masjid, ruang IGD, IPI (ICU ), gedung induk (Main Building)9

ruang poliklinik spesialis terpadu, ruang perawatan VIP serta ruang kamar operasi.

Sedangkan penambahan peralatan medis dan penunjang medis antara lain X Ray High

Speed' CT Scan, Laparoscopy, Bed side monitor, Ventilator, Respirator, Hematology

analyzer dan lain-lain. Perkembangan yang cukup baik ini tentu diperlukan upaya-upaya

yang lebih komprehensif agar bisa dipertahankan.

Saat ini RSML diberikan amanah sebagai pilot project RS Muhammadiyah di Jawa

Timur di bidang pelayanan pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit,

pengembangan layanan dan pengembangan SDM. Tantangan ini membulatkan tekad bagi

manajemen untuk menjadikan RSML sebagai ’’Rumah Sakit yang Maju, Mandiri dan

Berdaya Saing Tinggi”, sehingga gagasan mewujudkan center of excellent dapat tercapai.

Selain itu, RSML bersama empat RS Muhammadiyah lain di Indonesia ditunjuk oleh PP

Muhammadiyah sebagai RS Siaga Bencana.

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripuma yang menyedian pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

gawat darurat. Tugas Pokok RSML adalah melaksanakan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan dari

keadaan cacat badan dan jiwa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.

Adapun fungsi RSML adalah;

a. Menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan

kesehatan lainnya dengan berbagai fasilitas penunjangnya.

9

b. Sebagai tempat pelaksanaan dakwah Islamiyah amar makruf nahi mungkar sesuai

dengan visi dan misi Persyarikatan Muhammadiyah.

BAB in

VISI, MISI DAN TU JUAN

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

3.1 Visi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Sebagai Perwujudan dari

Iman dan Ibadah Kepada Allah SWT dan Sarana Amal Soleh.

3.2. Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

• Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Sebagai Amal Usaha

Pelayanan Kesehatan yang Islami, Profesional dan Bermutu

• Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Sebagai sarana dakwah

Amal Ma’ruf Nahi Mungkar serta Sebagai Sarana Untuk Mewujudkan

Masyarakat dan Keluarga Yang Sehat Sejahtera.

3.3. Tujuan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam

rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT,

melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan ( promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan ( rehabilitatif

) dilaksanakan secara menyeluruh.

10

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan adalah Rumah Sakit tipe C yang dipimpin

oleh seorang Direktur, dibantu oleh Wakil Direktur Medis dan Direktur Umunx &

Keuangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971

/Menkes/PER/IX/2009, tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan

(Kesehatan RI, 2009)Gambar: 4.1

Bagan Struktur Induk Organisasi RSML

11

BAB V

VISI, MISI DAN TUJUAN

TIM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

(KPRS )

RIJMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

5.1 Visi Tim KPRS - Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan sebagai rumah sakit yang

membuat suatu sistem asuhan pasien yang aman serta melaksanakan standar

keselamatan pasien yaitu : hak pasien, mendidik pasien dan keluarga, keselamatan

pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metoda-metoda peningkatan

kinerja untuk melakukan, evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,

peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf

tentang keselamatan pasien, komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan Pasien.

5.2. Misi Tim KPRS - Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

2. Pimpin dan dukung staf anda.

3. Integrasikam aktivitas pengelolaan risiko

4. Kembangkan system pelaporan.

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.

6. Belajar dan berbagipengalaman tentang keselamatan pasien.

7. Cegah eidera melalui implementasi system keselamatan pasien.

5.3. Tujuan Tim KPRS - Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak teijadi pengulangan

12

kejadian tidak diharapkaa

13

BAB VI

STRUKTUR ORGANISASI

TIM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

( KPRS)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1691/MENKES/PER/VII1/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, pada pasal 6 :

E Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)

yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.

2. TKPRS bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.

3. Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di

rumah sakit.

14

BAB vn

URAIAN TUGAS

TIM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT ( KPRS )

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit pasal 6 dan

Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety ), Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Edisi 2 - Jakarta 2008, pada bab VI tentang pelaksanaan

kegiatan secara nasional: Uraian tugas unit kerja KPRS / TKPRS sebagai berikut:

1. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan

kekhususan rumah sakit tersebut;

2. Menyusun kebijakan, pedoman, panduan, dan prosedur terkait dengan program

keselamatan pasien rumah sakit;

3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan

15

( monitoring ) dan penilaian ( evaluasi ) tentang terapan ( implementasi ) program

keselamatan pasien rumah sakit;

4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan

peiatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;

5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden ( Kejadian Tidak

Diharapkan (KTD), Kejadian Sentinel, Kejadian Tidak Cedera, (KTC), Kejadian

Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) ), serta mengembangkan

solusi untuk pembelajaran;

6. Memproses laporan insiden keselamatan pasien (ekstemal) ke KKPRS - PERSI;

7. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka

pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit; dan

8. Secara berkala membuat laporan kegiatan ke pimpinan rumah sakit.

KETUA TIMKPRS

16

1. Nama Tim : Keseiamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)

2. Nama Jabatan : Ketua Tim KPRS

3. Pengertian

Seorang profesional yang diberi tugas dan wewenang untuk mengelola program

keseiamatan pasien rumah sakit.

4. Tanggung jawab ;

Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Direksi RSML.

5. Tugas pokok :

Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan program keseiamatanpasien rumah sakit di RSML secara efektif, efisien dan bermutu.

6. Uraian tugas :

a. Menyusun dan merencanakan program keseiamatan pasien rumah sakit di RSML

setiap setahun sekali.

b. Menyusun program pendidikan dan pelatihan Keseiamatan Pasien Rumah Sakit.

c. Menyusun pedoman, panduan, standar prosedur operasional yang berkaitan

dengan program Keseiamatan Pasien Rumah Sakit.

d. Membentuk dan mengkoordinasi tim investigasi / tim ad-hoc untuk Analisis Akar Masalah

(RCA).

e. Melakukan monitoring dan evaluasi perbaikan terhadap bagian / unit terkait.

f; Membuat laporan insiden keseiamatan pasien internal ke RSML,

g. Membuat laporan insiden keseiamatan pasien rumah sakit ke Komite Keseiamatan Pasien

Rumah Sakit (KKPRS) - PERSI.

h. Membuat Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD atau Healthcare

Failure Mode Effect And Analysis = HFMEA) setahun sekali.

i. Membuat laporan hasil kegiatan program kerja dan program pendidikan dan pelatihan

Keseiamatan Pasien Rumah Sakit.

j. Melakukan koordinasi dengan bagian/ / unit keija terkait

17

k. Memimpin rapat / pertemuan untuk membahas, memonitoring, mengevaluasi dan

menginformasikan hal-hal penting yang berkaitan dengan program keselamatan

pasien rumah sakit di RSML.

l. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.

7. Wewenang :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja dan program pendidikan dan

pelatihan Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan alur pelaporan insiden Keselamatan Pasien

Rumah Sakit di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (internal).

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan investigasi dan analisa insiden Keselamatan

Pasien Rumah Sakit,

8. Hasil Kerja :

a. Usulan program kerja Tim KPRS.

b. Usulan program pendidikan dan pelatihan Tim KPRS.

c. Pedoman, panduan, Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang keselamatan

pasien rumah sakit.

d. Laporan pelaksanaan program keija Tim KPRS.

e. Laporan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan Tim KPRS.

£ Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit internal dan ekstemal.

g. Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD atau Healthcare Failure Mode

Effect And Analysis ~ HFMEA).

SEKRETARIS TIM KPRS

1. Nama Tim : Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS )

2. Nama Jabatan ; Sekretaris Tim KPRS

3. Pengertian

18

Seseorang mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien rumah sakit dan mampu

dalam menjalankan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit.

4. Tanggung Jawab :

Secara administratif dan fimgsional bertanggungjawab kepada ketua Tim KPRS

5. TugasPokok :

Melaksanakan urusan administrasi Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit - RSML

6. Uraian Tugas

a. Melaksanakan kegiatan pengarsipan sesuai prosedur yang berlaku.

b. Mengatur jadwal rapat rutin maupun rapat insidentil serta mempersiapkan sarana

dan prasarananya.

c. Membuat risalah rapat dan memo intern.

d. Membantu ketua Tim KPRS membuat laporan insiden keselamatan pasien rumah

sakit internal dan ekstemal.

e. Membantu ketua Tim KPRS membuat Analisis Modus Kegagatan dan Dampak (AMKD

atau Healthcare Failure Mode Effect And Analysis — HFMEA).

7. Wewenang

Memberikan pertimbangan / saran tentang program keselamatan pasien rumah sakit

pada perencanaan, pengembangan program dan fasilitasnya.

8. Hasii Kerja :

a. Administrasi surat keluar dan surat masuk.

b. Pengarsipan dokumen-dokumen Tim KPRS.

c. Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit internal dan ekstemal.

d. Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD atau Healthcare Failure Mode

Effect And Analysis — HFMEA).

ANGGOTA TETAP TIM KPRS

19

1. Nama Tim : Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS )

2. Nama Jabatan : Anggota Tetap Tim KPRS

3. PengertianSeseorang mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien rumah sakit dan

mampu dalam menjalankan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit.

4. Tanggung Jawab

Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Ketua Tim KPRS.

5. TugasPokok :Membantu pelaksanaan semua kegiatan program PKRS.

6. Uraian Tugas :

a. Memberikan usulan dalam penyusunan program kerja Tim Keselamatan Pasien

Rumah Sakit - Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

b. Bekeija sama sebagai satu tim dalam menyusun pedoman, panduan, standar

prosedur operasional yang berkaitan dengan program keselamatan pasien rumah

sakit.

c. Membantu kelancaran pelaksanaan alur pelaporan insiden Keselamatan Pasien

Rumah Sakit di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (internal).

d. Bekerja sama sebagai satu tim dalam mengkoordinasi tim investigasi / tim ad-hoc

untuk Analisis Akar Masalah (RCA).

e. Bekeija sama sebagai satu tim dalam membuat Analisis Modus Kegagalan dan

Dampak (AMKD atau Healthcare Failure Mode Effect And Analysis - HFMEA)

setahun sekali.

f. Membantu pelaksanaan monitoring dan evaluasi perbaikan terhadap bagian / unit

terkait.

g. Bekerja sama sebagai satu tim membuat laporan insiden keselamatan pasien

internal ke RSML.

20

h. Bekerja sama sebagai satu tim membuat laporan insiden keselamatan pasien

rumah sakit ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) - PERSI.

i. Bekeija sama sebagai satu tim membuat Analisis Modus Kegagalan dan Dampak

(AMKD atau Healthcare Failure Mode Effect And Analysis — HFMEA) setahun

sekali.

7. Wewenang

Memberikan pertimbangan / saran tentang program keselamatan pasien rumah sakit

pada perencanaan, pengembangan program dan fasilitasnya.

8. Hasil Keija ;

a. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit di RSML.

b. Pedoman, panduan, standar prosedur operasional tentang keselamatan pasien

rumah sakit.

c. Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit internal dan ekstemal.

d. Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD atau Healthcare Failure Mode

Effect And Analysis = HFMEA).

ANGGOTA TIDAK TETAP / AD-HOC TIM KPRS :

Adaiah : anggota Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang bersifat tidak tetap, dimana

dibentuk dalam rangka:

1. Analisis Akar Masalah (AAM atau Root Case Analysis = RCA)

Syarat anggota tim ad-hoc :

- Terdiri dari individu multidisipliner.

- Idealnya 3-4 orang.

- Orang yang expert dalam investigasi insiden dan analisis.

- External expert (misalnya seseorang yang tidak berlatar belakang medis).

- Senior management expert (misalnya direktur medis, direktur keperawatan).

Senior clinical expertise ( contoh : direktur medis atau konsultan senior ).

- Seseorang yang mengetahui bagian / unit terkait dengan baik, walaupun orang

tersebut tidak langsung terlibat insiden.

21

2. Analisis Modus Kegagalan dan Dampak ( AMKD atau Healthcare Failure Mode

Effect And Analysis = HFMEA)

Syarat anggota tim ad-hoc :

- Terdiri dari individu multidisipiiner,

- Tidak lebih dari 10 orang (ideainya 4-8 orang).

- Memiliki pengetahuan tentang proses yang akan dianalisis.

- Mewakili bidang yang akan dianalisis dan unit yang akan terkena perubahan.

- Mengikutkan orang yang tidak terlibat dalam proses tetapi memiliki analytical

skill.

- Setidaknya ada satu pembuat keputusan (leader).

- Satu orang yang memiliki critical thinking saat perubahan akan dilaksanakan.

CHAMPIONS IPENGGERAK:

Adalah : para penggerak pelaksanaan keseiamatan pasien rumah sakit di setiap bagian /

unit kerja yang sudah mengikuti pelatihan keseiamatan pasien rumah sakit.

Tugas champions / penggerak :

1. Melaksanakan kegiatan keseiamatan pasien rumah sakit di setiap bagian / unitnya masing-

masing di RSML.

2. Menerima laporan-laporan insiden Keseiamatan Pasien di setiap bagian / unit nya masing-

masing untuk kemudian dilaporkan ke atasan langsung.

3. Champions / penggerak yang merupakan atasan langsung akan memeriksa laporan

dan melakukan grading nsiko.

- Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1

minggu.

- Grade hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2

minggu.

- Grade kuning : investigasi komprehensif/Analisis Akar Masalah/RCA oleh Tim

Keseiamatan Pasien Rumah Sakit, waktu maksimal 45 hari.

- Grade merah : investigasi komprehensif/Analisis Akar Masalah/RCA oleh Tim Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, waktu maksimal 45 hari.

22

4. Melaporkan insiden Keselamatan Pasien ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

5. Melaksanakan rekomendasi dan rencana tindakan di setiap bagian / unitnya masing-

masing untuk “perbaikan dan pembelajaran” dalam rangka mencegah kejadian yang

sama terulang kembali.

23

BABVni

TATA HUBUNGAN KERJA TIM KPRS

RUMAH SAKIT MUHAMMADIY AH LAMONGAN

- Seluruh unit di RS Muhammadiyah Lamongan wajib melakukan pencatatan dan

peiaporan insiden keselamatan pasien yang meliputi : kejadian tidak diharapkan

( KTD ), kejadian nyaris cedera ( KNC ), kejadian tidak cedera ( KTC ), kejadian

potensiai cedera (KPC) dan kejadian sentinel

- Jika hasil grading biru dan hijau maka dilakukan investigasi sederhana oleh Atasan

iangsung bagian / unit terkait. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana,

laporan hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KPRS.

- Untuk grading kuning dan merah dilakukan Investigasi komprehensif / Analisis akar

masalah / RCA oleh Tim KPRS.

- Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada

bagian / unit kerja terkait.

- Bagian / unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan keijanya masing-

masing.

- Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Tim KPRS.

24

BAB IX

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI

TIM KPRS - RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Pola ketenagaan dan kualifikasi Tim KPRS - RSML sebagai berikut:

KETUA TIM KPRS Persyaratan dan kualifikasi :a. Pendidikan formal : Minimal S1 Kedokteran atau S1 Keperawatan

b. Pendidikan non formal : Pelatihan keselamatan pasien rum ah sakit

c. Pengalaman keija :

Pengalaman keija sebagai dokter / perawat di RSML minimal 2 tahun.

d. Keterampilan :

Memiliki keterampilan mengembangkan dinamika kelompok dan kemampuan

dalam investigasi insiden dan analisis.

e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

SEKRETARIS TIM KPRS

Persyaratan dan Kualifikasi :

a. Pendidikan formal ; Minimal D3

25

b. Pendidikan non formal : Pelatihan keselamatan pasien rumah sakitc. Pengalaman kerja

Pengalaman bekerja sebagai karyawan di RSML minimal 2 tahun.

d. Keterampilan

Memiliki keterampilan dalam bidang administrasi terutama komputer minimal MS

Word.

e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.ANGGOTA TETAP TIM KPRS

Persyaratan dan Kualifikasi :

a. Pendidikan formal : Minimal D3

b. Pendidikan non formal : Pelatihan keselamatan pasien rumah sakit

c. Pengalaman kerja

Pengalaman bekerja sebagai karyawan di RSML minimal 2 tahun.

d. Keterampilan :

Memiliki kemampuan komunikasi efektif dan kemampuan dalam investigasi insiden dan

anaiisis.

e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

ANGGOTA TIDAK TETAP TIM KPRS

Persyaratan dan Kualifikasi :

a. Pendidikan formal ; Minimal D3

b. Pendidikan non formal : Pelatihan keselamatan pasien rumah sakit

c. Pengalaman keija

Pengalaman bekeija sebagai karyawan di RSML minimal 2 tahun.

d. Keterampilan :

- Expert dalam investigasi insiden dan anaiisis.

- External expert (misalnya seseorang yang tidak berlatar belakang medis).

26

- Senior management expert (misalnya direktur medis, direktur keperawatan).

- Senior clinical expertise ( contoh: direktur medis atau konsultan senior ).

- Seseorang yang mengetahui bagian / unit terkait dengan baik, walaupun orang tersebut

tidak langsung terlibat insiden.

e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.CHAMPIONS IPENGGERAK

Persyaratan dan Kualifikasi :

a. Pendidikan formal : Minimal D3

b. Pendidikan non formal : Pelatihan keselamatan pasien rumah sakit

c. Pengalaman kerja

Pengalaman bekerja sebagai karyawan di RSML minimal 2 tahun.

d. Keterampilan

Memiliki kemampuan komunikasi efektif leadership, problem solver, kemampuan

dalam investigasi insiden dan analisis.

e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

27

BAB X

KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi diikuti oleh setiap anggota Tim KPRS untuk diberikan pengertian dan

pemahaman tentang manajemen risiko klinis, keselamatan pasien rumah sakit, standar

keselamatan pasien rumah sakit, tujuh iangkah menuju keselamatan pasien rumah sakit,

program keija Tim KPRS, pedoman / panduan / SPO terkait keselamatan pasien rumah

sakit di RSML, alur pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit, grading,

investigasi sederhana, investigasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA, Analisis

Modus Kegagalan dan Dampak ( AMKD atau Healthcare Failure Mode Effect And

Analysis = HFMEA ).

Waktu

Jam

Tempat

Peserta

Materi

Setiap bulan di minggu kedua 10.00 s.d selesai

Ruang PSDI Lantai 3 RS Muhammadiyah Lamongan

Anggota Tim KPRS

Monitoring dan evaiuasi pelaksanaan program KPRS - RS

28

BAB XI

PERTEMUAN / RAPAT

Pertemuan / Rapat Tim KPRS terdiri dari :

1. Rapat RutinRapat rutin diselenggarakan pada:

Muhammadiyah Lamongan

Keiengkapan Rapat ; Undangan, daftar hadir, notulen rapat, laporan / rekomendasi / usulan

kepada ketua KPRS.

2. Pertemuan / forum diskusi

Pertemuan / forum diskusi diselenggarakan pada:

Waktu : Setiap 3 bulan sekali

Jam : 10.00 s.d selesai

Tempat : Ruang PSDI Lantai 3 RS Muhammadiyah Lamongan

Peserta Anggota Tim KPRS dan para penggerak (champion)

Materi : Perkembangan dan permasalahan KPRS dan solusi yang

diperoleh, dengan tujuan untuk memonitor/menjaga kelangsungan program KPRS, serta

menumbuhkan budaya KPRS.

3. Rapat Insidentil

Rapat insidentil diselenggarakan pada :

Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang

perlu dibahas dan diselenggarakan segera Jam : Sesuai undangan

Tempat : Ruang PSDI Lantai 3 RS Muhammadiyah Lamongan

Peserta

Materi

Kelengkapan Rapat

29

Anggota Tim KPRS

Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas

Undangan, daftar hadir, notulen rapat

30

BABXH

PENCATATAN DAN PELAPORAN

L Seluruh unit di RS Muhammadiyah Lamongan wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan insiden keselamatan pasien yang meliputi : kejadian tidak diharapkan

( KTD ), kejadian nyaris cedera ( KNC ), kejadian tidak cedera ( KTC ), kejadian

potensial cedera (KPC) dan kejadian sentinel.

2. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP ) mengacu kepada buku

Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) yang dikeluarkan oleh

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit - PERSL

3. Pelaporan insiden terdiri dari:

a. Pelaporan internal yaitu pelaporan secara tertulis setiap insiden keselamatan pasien

yang menimpa pasien atau kejadian lain yang menimpa keluarga pengunjung, yang

teijadi di rumah sakit.

b. Pelaporan ekstemal yaitu pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap

insiden keselamatan pasien yang terjadi pada PASIEN, telah dilakukan analisa

penyebab, rekomendasi dan solusmya.

4. Tujuan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Tujuan Umum ; Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD dan KNC) dan

meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Tujuan Khusus:

1) Rumah Sakit (internal)

a) Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di

rumah sakit.

b) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah.

c) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat

mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.

2) KKP-RS (ekstemal)

a) Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien.

b) Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien bagi rumah sakit lain.

31

c) Ditetapkaimya langkah-iangkah praktis keselamatan pasien untuk rumah sakit

di Indonesia.

5. Insiden keselamatan pasien yang dilaporkan meliputi : kejadian tidak diharapkan

( KTD ), kejadian nyaris cedera ( KNC ), kejadian tidak cedera ( KTC ), kejadian

potensial cedera (KPC) dan kejadian sentinel.6. Yang membuat laporan insiden keselamatan pasien adalah :

a) Siapa saja atau semua staf RS Muhammadiyah Lamongan yang pertama

menemukan kejadian.

b) Siapa saja atau semua staf RS Muhammadiyah Lamongan yang terlibat dalam

kejadian.

7. Tim KPRS ~ RSML membuat laporan insiden keselamatan pasien dan rekomendasi

untuk perbaikan serta 64 pembelajaran 44 berupa petunjuk / 44 safety alert 44 untuk

mencegah kejadian yang sama terulang kembali.

8. Direksi RSML secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program

keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh Tim KPRS.

9. Tim KPRS secara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman,

kebijakan dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di RSML.10. Tim KPRS melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak

lanjutnya.

E:\2013\skjyenutup.doc 1

BAB XIII

PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di RS

maka pelaksanaan kegiatan keselamataxx pasien RS sangatlah penting. Melalui kegiatan inidiharapkan terjadi penekanan/penurunan insiden keselamatan pasien shingga dapat lebih

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap RS.

Program ekselamatan pasien adalah never ending process, karena itu diperlukan

budaya termasuk motivasi yang tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan

pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Mudah-mudahan dengan adanya kebijakan ini, dapat lebih memudahkan semua

Pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan kita semua limpahan Taufik dan Hidayah-Nya kepada hamba-hamba yang

selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terns menerus memperbaiki

amaliyahnya, amiiin.

Akhimya kami ucapkan Alhamdulillahi robbil 'alamin atas sehala karunia dan

nikmat yang diberikan Allah SWT.Ditetapkan di : LamonganTanggal : 24 Syawal 1434 H.Tepat tanggal : 31 Agustus 2013 M.

Direktur,RS Muhammadiyah Lamongan.

Dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.KesNRP: 0011622