Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

37
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Transcript of Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

Page 1: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

PEDOMAN PELAKSANAAN

PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA

TAHUN 2014

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

Page 2: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...
Page 3: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

i

KATA PENGANTAR

Bibit ternak mempunyai peranan yang sangat strategis dalam usaha budidaya

ternak. Saat ini kebutuhan akan bibit ternak belum dapat terpenuhi, sehingga

untuk pengembangan usaha, bibit sangat diperlukan baik kuantitas maupun

kualitasnya.

Dalam mendukung pengembangan pembibitan ternak Non Ruminansia (Itik Lokal,

Ayam Lokal dan Babi) maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan pada tahun 2014 memfasilitasi pengembangan usaha pembibitan ternak

non ruminansia dengan melibatkan peran serta masyarakat. Hal ini sesuai

dengan amanah Undang-undang no 18. Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan pasal 13. Agar pelaksanaan pembibitan ternak non

ruminansia dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka telah disusun

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia.

Pedoman Pelaksanaan ini agar dijadikan acuan bagi semua pihak yang terkait

dalam pelaksanaannya dan agar ditindaklanjuti oleh Dinas Provinsi dengan

Petunjuk Pelaksanaan serta Dinas Kabupaten/Kota dengan Petunjuk Teknis

dengan mengakomodir hal yang spesifik di daerah masing-masing.

Semoga Pedoman Pelaksanaan ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 31 Desember 2013

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN

SYUKUR IWANTORO

Page 4: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................. ii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... iii

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN .............. iv DAN KESEHATAN HEWAN LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ..................... 1

PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1 B. Maksud, Tujuan dan Keluaran ..................................... 2 C. Ruang Lingkup .............................................................. 2

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Persiapan ...................................................................... 3 B. Pelaksanaan ............................................................... 4

BAB III. PEMANFAATAN DANA A. ITIK . .......................................................................... 8 B. AYAM ........................................................................... 8

C. BABI .............................................................................. . 9

BAB IV. TATALAKSANA PEMBIBITAN. ........................... .......... 10

BAB V. PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN A. Pembinaan ................................................................. 19 B. Pengorganisasian ...................................................... 19

BAB VI. INDIKATOR KEBERHASILAN ............... ........ .............. 21 BAB VII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi .............................................. 22 B. Pelaporan ................................................................... 22

BAB VII. PENUTUP .............................................. . ..................... 23

Page 5: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

iii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Lokasi Kegiatan Pengembangan Pembibitan Itik Lokal ........................................................... 25 Ayam Lokal. ........................................................... 25 Babi. ........................................................... 25

2. Pencatatan .......................................................................................... 26

Page 6: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

iv

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN

NOMOR : 1356/Kpts/TU.210/F/12/2013

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA

TAHUN ANGGARAN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyediaan bibit ternak non ruminansia

secara berkelanjutan guna meningkatan populasi dan produktivitas

ternak non ruminansia, dilakukan Kegiatan Pembibitan Ternak Non

Ruminansia pada Tahun Anggaran 2014;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, dan agar dalam pelaksanaan kegiatan Pembibitan Ternak

Non Ruminansia pada Tahun Anggaran 2014 dapat berjalan dengan

baik, perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak

Non Ruminansia Tahun Anggaran 2014 dengan Keputusan Direktur

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaga Negara RI. No. 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran

Negara RI. No. 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaga Negara RI. No. 5 Tahun 2004, Tambahan

Lembaran Negara RI. No. 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

Page 7: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

v

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumberdaya

Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Tahun

2011 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5260);

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan

Kabinet Indonesia Bersatu II;

7. Keputusan Presiden Nomor 169/M Tahun 2011, tentang

Pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian

Pertanian;

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisaasi Kementerian Negara;

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I di Lingkungan Kementerian Negara;

10. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran

Negara Tahun 2010 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4214);

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 49/Permentan/OT.140/10/2006

tentang Pedoman Pembibitan Ayam Lokal yang Baik;

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 237/Kpts/PD.430/06/2005

tentang Pedoman Pembibitan Itik yang Baik

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON

RUMINANSIA TAHUN ANGGARAN 2014.

Pasal 1

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun Anggaran 2014,

seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan ini.

Page 8: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

vi

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun Anggaran 2014

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar bagi para pemangku

kepentingan dalam melaksanakan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun

Anggaran 2014.

Pasal 3

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2013

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN,

SYUKUR IWANTORO

Salinan keputusan ini disampaikan kepada Yth :

1. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;

2. Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Page 9: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

1

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN

NOMOR : 1356/Kpts/TU.210/F/12/2013

TANGGAL : 31 Desember 2013

PEDOMAN PELAKSANAAN

PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA

TAHUN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha budidaya ternak Non Ruminansia seperti Itik lokal dan Ayam Lokal

dilakukan sebagian besar masyarakat sehingga populasinya menyebar diseluruh

wilayah Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa unggas lokal sudah menyatu

dengan kehidupan masyarakat sebagai sumber pendapatan atau tabungan.

Selain unggas lokal ternak non ruminansia yang lain yaitu ternak babi juga

mempunyai peran bagi masyarakat dan telah berkembang dengan baik dilokasi

tertentu dengan di dukung oleh sosial dan budaya masyarakat setempat.

Usaha budidaya ternak non ruminansia baik itik lokal, ayam lokal dan babi

umumnya masih dikelola secara tradisional dengan skala usaha yang kecil, disisi

lain usaha pembibitan dengan tujuan untuk menghasilkan bibit ternak belum

diminati masyarakat peternak, sedangkan pembibitan yang dikelola oleh swasta

dengan skala usaha yang besar masih sedikit atau terbatas jumlahnya. Hal ini

menyebabkan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan bibit belum dapat

terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Memperhatikan hal tersebut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

hewan memfasilitasi pengembangan pembibitan ternak non ruminansia dengan

melibatkan peran serta masyarakat, untuk mengoptimalkan pembibitan ayam

lokal, itik lokal dan babi diperlukan keterpaduan antara pemerintah pusat,

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan bimbingan terhadap

kelompok. Untuk itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun

2014.

Page 10: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

2

B. Maksud, Tujuan dan Keluaran

1. Maksud :

Maksud ditetapkannya Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non

Ruminansia Tahun 2014, sebagai acuan bagi pelaksana pusat dan daerah

dalam rangka meningkatkan mutu bibit ternak itik lokal, ayam lokal dan babi.

2. Tujuan :

Tujuan dari kegiatan pembibitan ternak non ruminansia, yaitu :

a. Menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun

kelompok peternak dalam melaksanakan prinsip-prinsip pembibitan;

b. Menumbuhkan wilayah sumber bibit itik lokal, ayam lokal dan babi;

3. Keluaran :

Keluaran dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelompok pembibitan itik lokal,

ayam lokal, dan babi serta tumbuhnya wilayah sumber bibit itik lokal, ayam

lokal, dan babi.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan ini meliputi pelaksanaan kegiatan;

Pemanfaatan Dana, Tatalaksana Pembibitan, Pembinaan dan Pengorganisasian,

Indikator Keberhasilan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; dan Penutup

Page 11: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

3

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

Lokasi kegiatan pembibitan ternak itik lokal, ayam lokal, dan babi tahun 2014 pada

lampiran 1

A. Persiapan

1. Perencanaan Operasional

Kegiatan operasional pembibitan itik lokal, ayam lokal, dan babi tahun 2014

dituangkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan (Pedlak) yang disusun oleh

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH). Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis)

oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota yang mengacu pada Pedlak. Hal-hal yang

bersifat spesifik daerah dan yang belum diatur dalam pedoman ini dituangkan

lebih lanjut di dalam Juklak dan Juknis dengan memperhatikan potensi dan

kondisi masing-masing wilayah.

2. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan pembibitan itik lokal, ayam lokal, dan babi tahun 2014

dilakukan oleh pelaksana Ditjen PKH kepada dinas provinsi yang

membidangi fungsi peternakan dan ditindaklanjuti oleh dinas kabupaten/kota

yang membidangi fungsi peternakan kepada kelompok peternak itik lokal,

ayam lokal, dan babi yang menjadi sasaran

3. Tata Cara Seleksi Kelompok dan Lokasi Peternak

Proses seleksi calon peternak dan calon lokasi (CPCL) peternak dilakukan

oleh Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota, sebagai berikut :

1). Dana TP Provinsi

a. Berdasarkan proposal yang sudah diusulkan oleh kelompok peternak

dalam e-proposal selanjutnya dilakukan seleksi CPCL oleh Tim Teknis

Kabupaten/Kota.

b. Hasil seleksi Tim Teknis Kabupaten/Kota diusulkan oleh Kepala Dinas

Kabupaten/Kota ke dinas provinsi sebagai calon kelompok pelaksana

kegiatan pembibitan ternak non ruminansia.

c. Berdasarkan usulan dari kabupaten/kota selanjutnya dinas provinsi

melakukan penilaian dan verifikasi oleh Tim Pembina.

Page 12: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

4

d. Hasil verifikasi oleh tim pembina selanjutnya diusulkan kepada Kepala

Dinas Provinsi sebagai bahan pertimbangan penetapan kelompok

pelaksana kegiatan.

e. Penetapan kelompok dilakukan oleh Kepala Dinas Provinsi dalam

bentuk Surat Keputusan.

2). Dana TP Kabupaten/Kota

a. Berdasarkan proposal yang sudah diusulkan oleh kelompok peternak

dalam e-proposal selanjutnya dilakukan seleksi CPCL oleh Tim Teknis

Kabupaten/Kota.

b. Hasil seleksi Tim Teknis Kabupaten/Kota diusulkan kepada Kepala

Dinas Kabupaten/Kota sebagai bahan pertimbangan penetapan

kelompok pelaksana kegiatan pembibitan ternak non ruminansia.

c. Penetapan kelompok dilakukan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota

dalam bentuk Surat Keputusan.

B. Pelaksanaan

Kegiatan pembibitan ternak itik lokal, ayam lokal, dan babi tahun 2014

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Itik Lokal

1) Rumpun Itik Lokal

Rumpun itik lokal yang dikembangkan diutamakan itik yang telah

ditetapkan sebagai rumpun oleh Menteri Pertanian antara lain : itik

Mojosari, Alabio, Tegal, Kerinci, Pitalah, Rambon, Bayang, Pegagan,

Talang Benih, Magelang ataupun itik lokal spesifik daerah seperti :

Cihateup, Turi, Bali.

2) Kualifikasi Itik Lokal

a) Itik lokal dalam kegiatan pembibitan ini diutamakan bibit hasil produksi

dari usaha pembibitan itik;

b) Bebas dari penyakit menular;

c) Itik betina dara siap produksi (pullet) dan pejantan siap kawin, namun

untuk mengatasi apabila ada kesulitan penyediaan pullet maka

dipertimbangkan untuk pengadaan DOD (Day Old Duck) dengan

disediakan pakan yang memadai sampai dengan itik siap berproduksi.

Page 13: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

5

3) Lokasi Kelompok

a) Lokasi merupakan sentra pengembangan itik lokal;

b) Berdekatan atau mudah dijangkau oleh pelaku usaha budidaya itik

lokal dalam pendistribusian bibit;

c) Terdapat banyak sumber pakan;

d) Mudah dijangkau dalam pembinaan.

4) Kelompok Peternak

a) Merupakan kelompok binaan dan terdaftar pada dinas yang

membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota;

b) Mempunyai kepengurusan aktif dan alamat yang jelas

c) Sudah berpengalaman dan melakukan kegiatan usaha peternakan itik

lokal, minimal dalam satu tahun terakhir;

d) Merupakan kelompok budidaya yang sudah berkembang dan

berpotensi untuk diarahkan ke kegiatan pembibitan;

e) Tidak bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya;

f) Jumlah anggota minimal 10 orang;

g) Tidak mendapatkan penguatan modal yang sejenis dari pemerintah

pada tahun yang sama.

h) Memiliki fasilitas untuk mendukung kegiatan pembibitan

i) Bersedia mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku

dalam penerimaan bantuan.

2. Ayam Lokal

1) Rumpun Ayam Lokal

Rumpun ayam lokal yang dikembangkan meliputi ayam kampung, ayam

KUB atau ayam spesifik lokal (ayam Sentul, Gaok, Kedu, dll).

2) Kualifikasi Ayam Lokal

a) Ayam lokal dalam kegiatan pembibitan ini diutamakan bibit hasil

produksi dari usaha pembibitan ayam;

b) Bebas dari penyakit menular;

c) Ayam betina dara siap produksi (pullet) dan pejantan siap kawin,

namun untuk mengatasi apabila ada kesulitan penyediaan pullet maka

dipertimbangkan untuk pengadaan DOC (Day Old Chick) dengan

disediakan pakan yang memadai sampai dengan ayam siap

berproduksi.

Page 14: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

6

3) Lokasi Kelompok

a) Lokasi merupakan sentra pengembangan ayam lokal;

b) Berdekatan atau mudah dijangkau oleh pelaku usaha budidaya ayam

lokal dalam pendistribusian bibit;

c) Tersedia sumber pakan;

d) Mudah dijangkau dalam pembinaan.

4) Kelompok Peternak

a) Merupakan kelompok binaan dan terdaftar pada dinas yang

membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota;

b) Mempunyai kepengurusan aktif dan alamat yang jelas,

c) Sudah berpengalaman dan melakukan kegiatan usaha peternakan

ayam lokal, minimal dalam satu tahun terakhir;

d) Merupakan kelompok budidaya yang sudah berkembang dan

berpotensi untuk diarahkan ke kegiatan pembibitan;

e) Tidak bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya;

f) Jumlah anggota minimal 10 orang;

g) Tidak mendapatkan penguatan modal yang sejenis dari pemerintah

pada tahun yang sama.

h) Memiliki fasilitas untuk mendukung kegiatan pembibitan

i) Bersedia mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku

dalam penerimaan bantuan.

3. Babi

1) Rumpun Babi

Rumpun babi yang dikembangkan lokal atau eks impor

2) Kualifikasi Babi

a) Bibit diutamakan hasil produksi dari pembibit;

b) Babi bebas dari penyakit menular;

c) Memenuhi persyaratan teknis minimal bibit babi sesuai galur yang

digunakan;

d) Babi betina induk siap berproduksi dan pejantan siap kawin.

Page 15: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

7

3) Lokasi Kelompok

a) Lokasi merupakan sentra pengembangan babi;

b) Berdekatan atau mudah dijangkau oleh pelaku usaha budidaya ternak

babi dalam pendistribusian bibit;

c) Tersedia sumber pakan;

d) Mudah dijangkau dalam pembinaan.

4) Kelompok Peternak

a) Merupakan kelompok binaan dan terdaftar pada dinas yang

membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota;

b) Mempunyai kepengurusan aktif dan alamat yang jelas,

c) Sudah berpengalaman dan melakukan kegiatan usaha peternakan

ternak babi, minimal dalam satu tahun terakhir;

d) Merupakan kelompok budidaya yang sudah berkembang dan

berpotensi untuk diarahkan ke kegiatan pembibitan;

e) Tidak bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan

lainnya;

f) Jumlah anggota minimal 10 orang;

g) Tidak mendapatkan penguatan modal yang sejenis dari pemerintah

pada tahun yang sama.

h) Memiliki fasilitas untuk mendukung kegiatan pembibitan

i) Bersedia mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang berlaku

dalam penerimaan bantuan.

Page 16: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

8

BAB III

PEMANFAATAN DANA

Pemanfaatan dana digunakan antara lain untuk :

A. Itik Lokal dan Ayam Lokal

a. Komponen Utama

Pemanfaatan dana minimal digunakan dalam pembibitan itik lokal dan ayam

lokal, meliputi :

1) Bibit, termasuk biaya transport;

2) Pakan

b. Komponen Pendukung

Pemanfaatan dana digunakan untuk komponen pendukung dalam

pembibitan itik lokal dan ayam lokal, meliputi :

1) Bahan kandang dan peralatan

2) Sarana produksi, antara lain: obat-obatan, vaksin, vitamin, mesin tetas,

timbangan, sarana rekording dan lain-lain;

3) Administrasi kelompok

Penguatan modal usaha kelompok yang diberikan merupakan stimulan bagi

peternak secara individu maupun kelompok dalam melaksanakan prinsip-

prinsip pembibitan. Kelompok harus menyediakan sarana produksi seperti

lahan, dan sarana lain yang masih diperlukan dalam pembibitan.

B. Babi

a. Komponen Utama :

Pemanfaatan dana digunakan untuk komponen utama dalam pembibitan

babi, meliputi :

1) bibit Babi;

2) pakan.

b. Komponen Pendukung

Pemanfaatan dana digunakan untuk komponen pendukung dalam

pembibitan babi, meliputi antara lain :

1) Bahan kandang dan perlengkapan;

2) Vaksin dan obat-obatan;

3) Sarana rekording (seperti : ear tag, timbangan, kartu ternak);

4) Administrasi kelompok

Page 17: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

9

Penguatan modal usaha kelompok yang diberikan merupakan stimulan bagi

peternak secara individu maupun kelompok dalam melaksanakan prinsip-

prinsip pembibitan. Kelompok harus menyediakan sarana produksi seperti

lahan, dan sarana lain yang masih diperlukan dalam pembibitan.

Page 18: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

10

BAB IV

TATALAKSANA PEMBIBITAN

Tatalaksana Pembibitan Ternak Non Ruminansia adalah kegiatan melakukan

pembiakan itik lokal, ayam lokal atau babi hasil seleksi melalui perkawinan yang

seleksinya didasarkan pada sifat produksi dan/atau reproduksi.

1. Itik Lokal

Tatacara pembiakannya adalah: (a) melakukan perkawinan itik jantan dan betina

untuk menghasilkan telur-telur fertil; (b) menetaskan telur fertil dengan inkubator

(mesin tetas) untuk menghasilkan DOD.

Usaha pembibitan itik dilakukan mengacu kepada Pedoman Pembibitan Itik Yang

Baik (Good Breeding Praktices/GBP).

A. Kandang dan Perlengkapan

a) Kandang bersama/kandang koloni dimaksudkan sebagai pusat

kegiatan/inti pembibitan terdapat minimal 25% dari jumlah induk.

Disamping itu kandang bersama lebih memudahkan manajemen

pemeliharaan, dan mengumpulkan kotoran ternak yang dapat diolah

menjadi pupuk organik.

b) Daya tampung kandang sistem litter untuk itik umur <3 minggu 40 ekor/m2,

3-6 minggu 20 ekor/m2, 6-14 minggu 10 ekor/m2 sedangkan untuk Itik

Lokal umur > 14 minggu 6 ekor/m2.

c) Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar

dari aliran hembusan angin yang terus menerus.

d) Tempat pakan dan air minum dapat terbuat dari bahan yang tidak mudah

berkarat dan sesuai dengan umur itik, baik ukuran maupun bentuknya.

e) Tempat pakan harus diletakkan secara praktis, mudah terjangkau, mudah

dipindahkan, diganti atau ditambah isinya dan mudah dibersihkan.

f) Itik yang sakit ditempatkan dikandang isolasi. Alat untuk membersihkan

kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain.

g) Alat pemanas (indukan buatan) dan alat penerangan cukup.

h) Alas kandang dan tempat bertelur kering dan bersih.

Page 19: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

11

B. Pakan dan Obat

1) Pakan

a. Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran

sesuai dengan kebutuhan gizi untuk itik dan layak konsumsi;

b. Pakan dapat diberikan dalam bentuk halus (mash) atau butiran

(crumble).

2) Obat

a. Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasitik adalah

obat hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat

hewan;

b. Penggunaan obat hewan harus dibawah pengawasan dokter hewan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Kesehatan Hewan

a) Kandang yang digunakan untuk pembibitan itik dirancang sedemikian rupa

sehingga tidak mudah dimasuki dan dijadikan sarang binatang pembawa

penyakit.

b) Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan

dilakukan dengan menggunakan desinfektan.

c) Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit

dan hama lainnya dilakukan secara teratur.

d) Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan

kembali;

e) Pembibitan itik harus bebas dari Avian Influenza (AI) dan Salmonella sp;

f) Vaksinasi terhadap penyakit unggas menular dilakukan sesuai petunjuk

dan dibawah pengawasan Dokter Hewan yang berwenang;

g) Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang itik di

lokasi pembibitan harus segera dilaporkan kepada Kepala Dinas yang

menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat untuk

dilakukan tindakan pengamanan sebagaimana mestinya;

h) Itik, bangkai itik dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan

menular tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera

dimusnahkan dengan dibakar dan/atau dikubur.

Page 20: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

12

D. Biosekuriti

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit

hewan pada ternak, seyogyanya dilakukan tindakan sebagai berikut: (1) lokasi

pembibitan memiliki pagar untuk memudahkan kontrol; (2) Memiliki sprayer

untuk mendesinfeksi kandang dan individu yang akan masuk kandang.

E. Tatacara Pengembangbiakan

1) Sistem Perkawinan

Perkawinan antara itik jantan dan betina dilakukan secara alami dengan

perbandingan 1 : 5-7.

2) Penanganan Telur Tetas dan Penetasan

Penanganan telur tetas dan penetasan pada pembibitan itik lokal yang

baik dilakukan sebagai berikut:

a) Telur yang akan ditetaskan hendaknya diperoleh dari induk dengan

mutu produksi yang baik;

b) Sebelum ditetaskan, telur diseleksi sesuai persyaratan untuk telur tetas

berdasarkan bobot minimal 60 gram/butir, bentuk telur oval, dan

kondisi fisik kerabang halus dan tidak retak, kemudian disimpan pada

suhu ruangan yang sejuk paling lama 7 hari.

c) Penetasan dilakukan dengan mesin tetas yang kapasitasnya

disesuaikan dengan kebutuhan.

3) Penanganan DOD

Penanganan DOD pada pembibitan itik lokal yang baik dilakukan sebagai

berikut :

a) Anak itik dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulu kering;

b) Anak itik yang tidak memenuhi syarat kualitas disingkirkan;

c) Segera setelah menetas anak itik dipelihara dalam indukan dengan

fasilitas cukup ruang, suhu, pakan dan air minum;

d) Pengeluaran bibit DOD harus disertai dengan catatan program

kesehatan yang telah dan seharusnya dilakukan dikemudian hari.

Page 21: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

13

4) Pencatatan

Pencatatan pada pembibitan itik lokal yang baik meliputi :

a) Data perkembangan ternak;

b) Data produksi (telur harian, telur tetas) per kandang;

c) Data penetasan (tgl masuk dan menetas, jumlah telur masuk, fertilitas,

daya tetas, DOD Pencatatan pada pembibitan itik yang baik meliputi :

F. Peremajaan (Replacement)

Demi keberlanjutan usaha pembibitan itik lokal, maka dilakukan peremajaan

yaitu itik diafkir pada umur 18 bulan dan sebelum itik diafkir, perlu

dipersiapkan penggantinya (replacement). Itik pengganti dapat berasal dari

turunannya (Filial 1/F1) yang terseleksi dan dipersiapkan setiap 4-5 bulan.

2. Ayam Lokal

Tatacara pembiakannya adalah: (a) melakukan perkawinan ayam jantan dan

betina untuk menghasilkan telur-telur fertil; (b) menetaskan telur fertil dengan

inkubator (mesin tetas) untuk menghasilkan anak ayam. Usaha pembibitan ayam

lokal dilakukan mengacu kepada Pedoman Pembibitan Ayam Lokal Yang Baik

(Good Breeding Practices/GBP).

A. Kandang dan Perlengkapan

a) Kandang bersama/kandang koloni dimaksudkan sebagai pusat

kegiatan/inti pembibitan terdapat minimal 25% dari jumlah induk.

Disamping itu kandang bersama lebih memudahkan manajemen

pemeliharaan, dan mengumpulkan kotoran ternak yang dapat diolah

menjadi pupuk organik.

b) Daya tampung kandang sistem litter untuk ayam umur <3 minggu 40

ekor/m2, 3-6 minggu 20 ekor/m2, 6-14 minggu 10 ekor/m2 sedangkan

untuk ayam umur > 14 minggu 6 ekor/m2.

c) Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari dan terhindar

dari aliran hembusan angin yang terus menerus.

d) Tersedia tempat pakan dan air minum, terbuat dari bahan yang tidak

mudah berkarat, mudah dibersihkan dan diletakkan secara praktis.

e) Ayam yang sakit ditempatkan dikandang isolasi. Alat untuk membersihkan

kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain.

f) Alat pemanas (indukan buatan) dan alat penerangan cukup.

g) Alas kandang dan tempat bertelur kering dan bersih.

Page 22: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

14

B. Pakan dan Obat

1) Pakan

a) Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran

sesuai dengan kebutuhan gizi untuk ayam lokal dan layak konsumsi;

b) Pakan dapat diberikan dalam bentuk halus (mash) atau butiran

(crumble).

2) Obat

a) Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasitik adalah

obat hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat

hewan;

b) Penggunaan obat hewan harus dibawah pengawasan dokter hewan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Kesehatan Hewan

a) Kandang yang digunakan untuk pembibitan ayam lokal dirancang

sedemikian rupa sehingga tidak mudah dimasuki dan dijadikan sarang

binatang pembawa penyakit.

b) Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan

dilakukan dengan menggunakan desinfektan.

c) Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit

dan hama lainnya dilakukan secara teratur.

d) Kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan

kembali;

e) Vaksinasi terhadap penyakit unggas menular sesuai jadwal yang dibuat

dan dibawah pengawasan Dokter Hewan yang berwenang. Vaksinasi

dilakukan terhadap penyakit: Marek’s, Infectious Laryngotracheoitis (ILT),

Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal

Disease (IBD), Coryza, Avian Influenza (AI), Fowl Pox, Fowl Typhoid, serta

penyakit hewan lainnya yang ditetapkan dan dilakukan sesuai petunjuk

teknis kesehatan hewan;

Page 23: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

15

f) Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang ayam di

lokasi pembibitan harus segera dilaporkan kepada Kepala Dinas yang

menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat untuk

dilakukan tindakan pengamanan sebagaimana mestinya;

g) Ayam, bangkai ayam dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan

menular tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera

dimusnahkan dengan dibakar dan/atau dikubur.

D. Biosekuriti

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit

hewan pada ternak, seyogyanya dilakukan tindakan sebagai berikut :

a) Lokasi pembibitan memiliki pagar untuk memudahkan kontrol;

b) Memiliki sprayer untuk mendesinfeksi kandang dan individu yang akan

masuk kandang.

E. Tatacara Pengembangbiakan

a. Sistem Perkawinan

Perkawinan antara ayam jantan dan betina dilakukan secara alami dengan

perbandingan 1 : 5.

b. Penanganan Telur Tetas dan Penetasan

Penanganan telur tetas dan penetasan pada pembibitan ayam lokal yang

baik dilakukan sebagai berikut:

a) Telur yang akan ditetaskan hendaknya diperoleh dari induk dengan

mutu produksi yang baik;

b) Sebelum ditetaskan, telur diseleksi sesuai persyaratan untuk telur tetas

berdasarkan bobot minimal 36 gram/butir, bentuk telur oval, dan kondisi

fisik kerabang halus dan tidak retak, kemudian disimpan pada suhu

ruangan yang sejuk paling lama 7 hari.

c) Penetasan dilakukan dengan mesin tetas yang kapasitasnya

disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 24: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

16

c. Penanganan DOC

Penanganan DOC pada pembibitan ayam lokal yang baik dilakukan

sebagai berikut :

a) Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulu kering;

b) Anak ayam yang tidak memenuhi syarat kualitas disingkirkan;

c) Anak ayam yang akan dijual/dikeluarkan dari tempat pembibitan harus

sudah divaksin Marek’s ;

d) Segera setelah menetas anak ayam dipelihara dalam indukan dengan

fasilitas cukup ruang, suhu, pakan dan air minum, pada umur <3 hari

dilakukan vaksinasi ND, yang diulang pada umur 3 minggu;

e) Pengeluaran bibit DOC harus disertai dengan catatan program

vaksinasi yang telah dan seharusnya dilakukan dikemudian hari.

d. Pencatatan

Pencatatan pada pembibitan ayam lokal yang baik meliputi :

a) Data perkembangan ternak;

b) Data produksi (telur harian, telur tetas) per kandang;

c) Data penetasan (tgl masuk dan menetas, jumlah telur masuk, fertilitas,

daya tetas, DOC)

F. Peremajaan (Replacement)

Demi keberlanjutan usaha pembibitan ayam lokal, maka dilakukan peremajaan

yaitu ayam diafkir pada umur 18 bulan dan sebelum ayam diafkir, perlu

dipersiapkan penggantinya (replacement). Ayam pengganti dapat berasal dari

turunannya (Filial 1/ F1) yang terseleksi dan dipersiapkan 8 bulan sebelum

tetuanya diafkir.

3. Babi

Tatacara pembiakannya adalah melalui: (a) kawin alam; (b) inseminasi buatan (IB).

Usaha pembibitan babi dilakukan dengan mengacu kepada kaidah-kaidah

pembibitan :

A. Kandang dan Perlengkapan

a) Kandang yang digunakan adalah kandang kelompok, dengan tujuan untuk

memudahkan pembinaan, manajemen pemeliharaan dan pengumpulan

kotoran/limbah untuk dimanfaatkan sebagai biogas atau pupuk;

Page 25: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

17

b) Kandang cukup ventilasi, memperoleh cukup sinar matahari, dan terhindar

dari aliran hembusan angin yang terus menerus;

c) Tersedia tempat pakan dan minum dan diletakan secara praktis, berdekatan,

mudah terjangkau, sehingga pakan tidak tercecer;

d) Babi yang sakit ditempatkan di kandang isolasi, alat untuk membersihkan

kandang isolasi tidak boleh digunakan pada kandang lain;

e) Lantai kandang terbuat dari semen dan dibuat miring agar memudahkan

dalam pembersihan

B. Pakan dan Obat

1) Pakan

a) Pakan yang digunakan berupa pakan komersial dan/atau campuran

sesuai dengan kebutuhan minimal gizi untuk babi dan layak konsumsi;

b) Pakan dapat diberikan dalam bentuk konsentrat, dedak, ampas tahu

dan campuran.

2) Obat

a) Obat hewan yang digunakan seperti biologik, premik, farmasbabi adalah

obat hewan yang telah terdaftar dan memiliki nomor pendaftaran obat

hewan;

b) Penggunaan obat hewan harus dibawah pengawasan dokter hewan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Kesehatan Hewan

a) Kandang yang digunakan untuk pembibitan babi dirancang sedemikian

rupa sehingga tidak mudah dimasuki dan tidak lembab

b) Pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan

dilakukan dengan menggunakan desinfektan.

c) Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit dan

hama lainnya dilakukan secara teratur.

d) Pencegahan terhadap penyakit menular yaitu H1N1 dan penyakit cacing

serta penyakit lainnya dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan.

e) Apabila terjadi kasus penyakit hewan menular yang menyerang babi di

lokasi pembibitan harus segera dilaporkan kepada dinas setempat untuk

dilakukan tindakan sebagaimana mestinya.

f) Babi, bangkai babi dan limbah pembibitan yang terkena penyakit hewan

menular tidak boleh dibawa keluar lokasi pembibitan dan harus segera

dimusnahkan dengan dibakar dan/atau dikubur.

Page 26: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

18

D. Biosekuriti

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit

hewan pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut: (1) lokasi pembibitan

harus memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu,

kendaraan, barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) penyemprotan

dengan desinfeksi atau mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi

desinfektan.

E. Tatacara Pengembangbiakan

1) Sistem Perkawinan

Perkawinan antara babi jantan dan betina dilakukan secara alami dengan

perbandingan 1 : 20 ekor betina

2) Pencatatan

Pencatatan pada pembibitan babi yang baik meliputi :

a) Perkawinan

b) Produksi

c) Kesehatan Ternak (vaksinasi, pengobatan dan kejadian penyakit);

d) Perkembangan Ternak

F. Peremajaan (Replacement)

Untuk keberlanjutan usaha pembibitan babi, maka pengafkiran untuk ternak

babi jantan dan betina yang sudah tidak produktif, atau pada babi jantan umur

2,5-3 tahun dan umur 3-4 tahun untuk babi betina.

Page 27: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

19

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN

A. Pembinaan

Dalam upaya meningkatkan mutu ternak non ruminansia, kelompok peternak

memperoleh pembinaan/bimbingan dari Dinas Kabupaten/Kota. Pembinaan

meliputi pembinaan teknis dan pembinaan non teknis yang dilakukan secara

intensif dan berkelanjutan. Pembinaan teknis dalam rangka meningkatkan

kompetensi para peternak dalam menjalankan kegiatan pembibitan dilakukan

melalui bimbingan teknis (bimtek). Pembinaan non teknis dilakukan dengan

bimbingan secara langsung terhadap penerapan administrasi kelompok yang baik,

meliputi: laporan perkembangan ternak dan dokumentasi kegiatan kelompok.

B. Pengorganisasian

Untuk kelancaran kegiatan ini di tingkat Pusat dibentuk Tim Pusat Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, di tingkat Provinsi dibentuk Tim

Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis

Kabupaten/Kota.

1. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan

tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Itik Lokal, Ayam Lokal dan

Babi Tahun 2014.

b. Melakukan koordinasi, sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan kegiatan.

c. Melaporkan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

perkembangan pelaksanaan kegiatan.

2. Tim Pembina Provinsi

Tim Pembina Provinsi, dengan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pembibitan Itik Lokal, Ayam

Lokal atau Babi Tahun 2014 dengan mengacu kepada Pedoman

Pelaksanaan, sesuai dengan alokasi kegiatan yang diperoleh.

b. Melakukan koordinasi dengan Ditjen PKH dan dinas kabupaten/kota dalam

pembinaan dan pengembangan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi,

serta membantu mengatasi permasalahan di lapangan.

Page 28: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

20

c. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan

Pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi yang disampaikan kepada

Kepala Dinas Provinsi untuk kemudian diteruskan ke Direktur Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan.

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota, dengan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pembibitan Itik Lokal, Ayam Lokal

atau Babi Tahun 2014 sesuai dengan alokasi kegiatan yang diperoleh

dengan mengacu kepada Juklak dari provinsi dan Pedoman Pelaksanaan

dari Ditjen PKH.

b. Melakukan seleksi proposal, seleksi calon peternak dan calon lokasi dalam

rangka pemberian rekomendasi oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

c. Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian terhadap

pelaksanaan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi di lapangan.

d. Membuat laporan perkembangan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau

babi di tingkat Kabupaten/Kota untuk disampaikan kepada Kepala Dinas

Kabupaten/Kota dan diteruskan kepada Dinas Provinsi serta Ditjen PKH.

4. Kelompok Peternak

Kelompok peternak mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. Sanggup melakukan pemeliharaan ternak dengan baik dan menerapkan

prinsip-prinsip pembibitan yang baik.

b. Membuat laporan perkembangan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau

babi.

Page 29: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

21

BAB VI

INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator Keberhasilan (melihat hasil kemajuan)

1. Indikator Output

a. Jumlah kelompok yang menerapkan prinsip-prinsip pembibitan:

- Itik lokal 16 kelompok,

- Ayam lokal 13 kelompok

- Babi 10 kelompok

b. Jumlah bibit yaitu:

- Itik lokal 8000 ekor,

- Ayam lokal 6500 ekor

- Babi 250 ekor

2. Indikator Outcome

a. Meningkatnya mutu bibit ternak non ruminansia melalui penerapan prinsip-

prinsip pembibitan yang baik.

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok di bidang

pembibitan yang baik.

Page 30: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

22

BAB VII

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui berbagai masalah

yang timbul dan tingkat keberhasilan yang dicapai, serta pemecahan masalahnya.

Untuk itu kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala. Tim Teknis

Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi serta membuat

laporan tertulis secara berjenjang untuk dilaporkan ke Ditjen PKH meliputi :

1. Kemajuan pelaksanaan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi.

2. Perkembangan populasi ternak di kelompok.

B. Pelaporan

Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang untuk mengetahui

pelaksanaan pengembangan pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi, dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Kelompok peternak penerima itik lokal, ayam lokal atau babi wajib melaporkan

perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Kepala Dinas

Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Dinas Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan

kepada Kepala Dinas Provinsi dan Dinas Provinsi melaporkan kepada Direktur

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan Ternak

setiap triwulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

3. Dinas provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang

diterima dari kabupaten/kota setiap triwulan disampaikan kepada Direktur

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, selambat-lambatnya tanggal 15

bulan berikutnya.

Page 31: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

23

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia ini merupakan acuan

untuk kelancaran operasional pembibitan itik lokal, ayam lokal atau babi tahun 2014.

Dengan pedoman pelaksanaan ini diharapkan semua pelaksana kegiatan dari tingkat

pusat, provinsi sampai kabupaten/kota dapat melaksanakan kegiatan pembibitan

ternak non ruminansia dengan baik, sehingga berhasil sesuai dengan tujuan.

Hal-hal yang bersifat spesifik dan yang belum diatur dalam pedoman pelaksanaan ini

dituangkan lebih lanjut di dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dengan

memperhatikan potensi dan kondisi masing-masing wilayah.

a.n. DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN, DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

Page 32: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

24

LAMPIRAN

Page 33: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

25

Lampiran 1. Lokasi Pembibitan Ternak

a. Lokasi Kegiatan Pembibitan Itik Lokal

1. Sumatera Utara

2. Sumatera Barat

3. Jambi

4. Bengkulu

5. Lampung

6. Banten

7. Jawa tengah

8. Jawa timur

9. Bali

10. NTB

11. Kalimantan Barat

12. Kalimantan Selatan

b. Lokasi Kegiatan Pembibitan Ayam Lokal

1. Sumatera Barat

2. Jambi

3. Lampung

4. Babel

5. Banten

6. Jawa Tengah

7. Jawa Timur

8. Papua barat

c. Lokasi Kegiatan Pembibitan Babi

1. Riau

2. Sulawesi Selatan

3. Papua

4. Papua Barat

Page 34: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

26

Lampiran 2. Pencatatan

1. Pencatatan Ternak Unggas (Itik Lokal dan Ayam Lokal)

A. Form Data Perkembangan Ternak

Bulan : Ekor

No

Populasi Awal Perkembangan Populasi Akhir

Induk Jantan Anak Muda

Anak Jantan Betina Jantan Betina

B. Form Data Penetasan

Mesin Tetas

Tgl Masuk

Jumlah (Butir) Tgl

Menetas

Jumlah Menetas (Ekor)

Seleksi (ekor)

Masuk Fertil Baik Afkhir

1

2

3

C. Form Data Produksi

Bulan :

Minggu :

.

Nomor Kandang

Jumlah Produksi Telur (Butir)

Jumlah Btn Jtn

Hari ke

1 2 3 4 5 6 7

Page 35: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

27

2. Pencatatan Pembibitan Babi

Dinas :

Nama Kelompok : ....................................

Alamat Kelompok : ....................................

1. LAPORAN ADMINISTRASI

No. Uraian Fisik Anggaran

(Rp) Target Realisasi

Volume Satuan Volume Sauan

A. Komponen Utama :

1. Bibit

2. Kandang dan perlengkapan

B. Komponen Pendukung :

1. Pakan

2. Vaksin dan obat-obatan

4. Sarana rekording

5. Administrasi kelompok

6. .............................

2. LAPORAN POPULASI

Page 36: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

28

3. Kartu Pencatatan

Catatan :

TLP : Tebal Lemak Punggung

Tetua : Induk Jantan Nomor / Bangsa :

Induk Betina Nomor / Bangsa :

Tanggal lahir :

Kelahiran ke :

Perkawinan Kelahiran

I II III IV

Tanggal kawin

Tanggal birahi kembali

Pejantan yang digunakan

Jumlah kawin (alami/IB)

Tanggal melahirkan

Jumlah kelahiran

Bobot lahir

Tanggal disapih

Jumlah disapih

Bobot sapih

Jumlah puting Kanan kiri kanan kiri kanan kiri kanan Kiri

Catatan

DATA INDIVIDU

No

Kelahiran

ke

Jenis

Kelamin

Berat ( kg) TLP

BB

100

kg

Konsumsi

Pakan s/d 22

minggu(kg)

Cacat/

abnormalitas Lahir Sapih Umur 22

minggu

Page 37: Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia Tahun ...

29