Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

54
IKATAN DOKTER INDONESIA Jl. Dr. G.S.S.Y. Ratulangie No. 29 Telp. 3150679 - 3900277 Fax: 3900473 Email : [email protected] - Jakarta 10350 PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN

Transcript of Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

Page 1: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

1

IKATAN DOKTER INDONESIA

Jl. Dr. G.S.S.Y. Ratulangie No. 29Telp. 3150679 - 3900277 Fax: 3900473

Email : [email protected] - Jakarta 10350

PEDOMAN ORGANISASI DANTATA LAKSANA KERJAMAJELIS KEHORMATAN

ETIK KEDOKTERAN

Page 2: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

2

Majelis Kehormatan Etik KedokteranIkatan Dokter Indonesia

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJAMAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN / editor,Agus Purwadianto. -- Cet. 1. --- Jakarta : IDI, 2008

59 hlm: 18,5 cm

1. Etika Kedokteran - Manajemen

ISBN : 978-979-1209-09-0

174.206 8

Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan(KDT)

PEDOMAN ORGANISASI DANTATA LAKSANA KERJA

MAJELIS KEHORMATAN ETIKKEDOKTERAN

Editor :Prof.Dr.dr.Agus Purwadianto,SH,MSi,SpF(K)

Diterbitkan oleh :Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

Cetakan PertamaMaret 2008

Diizinkan mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi

buku ini dengan menyebut sumbernya.

Page 3: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

3

Kata Pengantar

Alhamdulillah, sebuah buku mutakhir yang berisi tata caramemeriksa, menyidangkan dan membuat putusan kasus dugaanpelanggaran etika oleh dokter di Indonesia telah terbit. Sesuatuyang berbeda setelah buku serupa diterbitkan pada tahun 1984ketika Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) masihberpasangan dengan Majelis Pembinaan dan PembelaanAnggota (MP2A) dalam struktur 'lembaga otonom’ di dalam IkatanDokter Indonesia.

Kompendium ini merupakan suatu pedoman dari 'hukumdalam keadaan bergerak' atau 'fisiologi', pasangan sekaliguskelengkapan dari Kode Etik Kedokteran Indonesia yangmerupakan 'hukum dalam keadaan diam' atau 'anatomi’nya.Selama ini, kompendium ini belum dirasakan perlunya karenamasih dapat diatasi oleh Standar Prosedur Operasional yang lebihpraktis dengan tradisi penyidangan yang 'turun temurun'. Parapengurus IDI, teman sejawat yang disidangkan oleh MKEKmaupun pihak-pihak di luar IDI masih secara sosiopsikologismempercayai integritas kelembagaan maupun kepengurusanMKEK. MKEK saat itu bahkan hingga kini di banyak provinsi,merupakan satu-satunya lembaga penegak etika kedokteransejak berdirinya IDI. MKEK dalam peran kesejarahannyamengemban juga sebagai lembaga penegak disiplin kedokteransebelum kini dipegang oleh MKDKI. Termasuk dalam masatransisi ketika MKDK Provinsi belum terbentuk.

Kompendium ini disusun ditengah suasana sistem etikolegalyang tengah berbenah diri dan pasca eksistensi 'balita’nya KonsilKedokteran Indonesia sebagai lembaga pemandu mutu danprofesionalisme praktik kedokteran di negara kita. Jauhketinggalan dari lembaga serupa di negara lain yang sudahpuluhan tahun. Pada saat ini krisis multidimensional atau krisismoral yang dipicu oleh krisis ekonomi belum teratasi sepenuhnya.Masyarakat Indonesia yang memang plural masih belum lepasdari era anomiknya yang ditandai dengan kegemaran menggugat.Mereka mengharapkan semacam jaminan bahwa praktikkedokteran tak boleh memiliki risiko, sesuatu yang tak mungkinterjadi bahkan di negara termaju sekalipun. Sementara hukumkedokteran sebagai satu subdisiplin baru hukum sekaligus pilarprofesionalisme disamping etika itu sendiri, belum mantapberkembang. Kode Etik Kedokteran Indonesia sendiri masih harus

Page 4: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

4

dilengkapi dengan pelbagai fatwa atau pandangan kontemporerkarena era kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi kedokterantelah di depan mata. Dengan demikian, kompendium inibetapapun utuhnya dan alot proses perumusannya, masih bersifat'transisional'. Apalagi pasal demi pasal Kode Etik Kedokteran In-donesia dapat saling berimplikasi tumpang-tindih sebagai suatupedoman penjatuhan sanksi etik yang sifatnya pembinaan sikaptindak perilaku dokter. Hal ini mengisyaratkan keharusan semuapemangku kepentingan untuk senantiasa mengevaluasi ulangdalam rangka mengawal kepatuhan etis praktisi kedokteran.Hingga pada gilirannya masyarakat kedokteran Indonesia mampumenjiwai kemaslahatan keilmuannya yang walaupun kinitatarannya di beberapa kota besar sudah super modern, tetapistiqomah demi kepentingan kemanusiaan itu sendiri.

Kompendium ini hasil karya seluruh fungsionaris MKEK Pusatbersama MKEK Wilayah dan Cabang se Indonesia. Untuk itutradisi bermusyawarah untuk mufakat yang melandasi prosestersusunnya buku ini harus senantiasa dilanjutkan, denganmemanfaatkan kemajuan dan kepraktisan teknologi komunikasiyang tersedia. Sebagaimana layaknya makna 'majelis',kebersamaan adalah ciri dan cara dalam menelorkan pemikirandan karya kelembagaannya. Segala bentuk saran, nasehat dankritik membangun sepanjang demi mencapai trias keseimbangantujuan dalam sistem etikolegal dalam upaya kesehatanperorangan yakni: tercapainya tujuan kedokteran/perubatan,keselamatan pasien dan tetap tegaknya martabat profesi. Semogakompendium ini bermanfaat dalam membina etika profesikedokteran di negara kita, melalui kiprah para anggota MKEKdimanapun berada yang senantiasa memohon hidayah TuhanYang Maha Esa yang mempedomaninya.

Jakarta, 9 Nopember 2007

Ketua Majelis Kehormatan Etik KedokteranIkatan Dokter Indonesia

Prof.Dr.dr. Agus Purwadianto,SH,MSi,SpF(K)NPA 10575

Page 5: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

5

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJAMAJELIS KEHORMATAN ETIK

KEDOKTERAN INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Dampak perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi kedokteran dan industri kesehatan di satu pihak sertamakin meningkatnya kebutuhan dan tuntutan masyarakatterhadap pelayanan kedokteran/kesehatan serta kesadaranhukum dan perkembangan masyarakat global di pihak lain,menyebabkan pengabdian profesi seorang dokter makin harimakin bertambah kompleks. Agar pengabdian profesi tersebutdapat tetap berjalan sesuai dengan cita-cita luhur profesikedokteran, altruisme, rasa tanggung-jawab danpenghormatan terhadap hak-hak asasi pasien/klien makakepada setiap dokter diharuskan untuk dapat benar-benarmenghayati dan mengamalkan etik kedokteran.

Penghayatan dan pengamalan etik kedokteran yangseperti ini makin bertambah penting jika diketahui sejak dahuludan juga saat ini keberadaan profesi kedokteran tidak dapatmelepaskan diri dari dinamika kehidupan bangsa dan negara.Keterlibatan dan peran aktif profesi kedokteran amat sentraldan merupakan arus utama pada setiap programpembangunan bangsa, terutama jika program tersebut eratkaitannya dengan kehendak untuk meningkatkan taraf hiduprakyat.

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) besertapenjelasannya sebagai ciri profesi luhur, pada dasarnya telahmengatur moralitas pengabdian profesi kedokteran yangdimaksud, termasuk keterlibatan dan peran aktifnyabermasyarakat, bersejawat, berbangsa dan bernegara. Lebihlanjut untuk dapat melaksanakan tugas bimbingan,pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik kedokteran,sehingga pengabdian profesi dan peran aktif tersebut agartetap sesuai, searah dan sejalan dengan cita-cita luhur profesikedokteran, telah dibentuk Majelis Kehormatan EtikKedokteran (MKEK).

Page 6: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

6

KODEKI sebagai acuan dasar substantif yang telahdisepakati dan MKEK sebagai institusi pelaksana penegakandiamalkannya kesepakatan dan fatwa-fatwa etika kedokterandalam praktik profesi yang terkait dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku masih harus dilengkapidengan acuan dasar prosedural dalam bentuk PedomanOrganisasi dan Tata laksana Kerja MKEK (selanjutnyadisingkat Pedoman) sebagai lembaga yang menetapkanputusan dan sanksi etik terhadap setiap dokter yang terbuktimelakukan penyimpangan, kesalahan dan pelanggaran etikdalam praktik kedokteran di Indonesia.

Disusunnya pedoman ini adalah untuk memenuhikebutuhan atas tata laksana yang dimaksud. Selain itu, serayamemperhatikan sistem norma hukum kedokteran yang masihbelum mantap ditengah masyarakat yang mudah untukmenggugat dokter sehingga dikawatirkan terjadi praktikkedokteran defensif, dalam rangka menjalankan tugas profesisebagai pemegang janji publik, dengan segenap itikad baikMKEK menjalankan tugas dan fungsinya. MKEK tetapmemegang teguh asas praduga tak bersalah terhadap dokteryang diadukan dan selama menjalani persidangan di majelishingga terbukti adanya pelanggaran etika kedokteran. Denganadanya tata laksana ini, bukan hanya harapan terwujudnyapenerapan KODEKI sebagaimana mestinya, tetapi jugapelaksanaan tugas dan fungsi MKEK sebaik-baiknya dalammenjadikan kedokteran tetap sebagai profesi luhur yangdicintai masyarakatnya.

Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Pedoman ini ialahAnggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga IDI dan pelbagaiperaturan perundang-undangan eksternal yang relevan bagitugas dan fungsi MKEK. Hal ini akibat profesi kedokteranbanyak bersinggungan dengan pelbagai macam regulasi, danMKEK merupakan salah satu tonggak persoalan etikolegalpraktik kedokteran yang kadangkala dimintakan perannyadalam persoalan hukum. Landasan peraturan perundang-undangan yang dimaksud ialah :

Page 7: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

7

1. UUD 1945 Amandemen IV 2002.2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.3. UU No. 12 Tahun 2002 tentang Ilmu Pengetahuan &

Teknologi4. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan

Nasional5. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen6. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.7. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.8. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun

1996 tentang Tenaga Kesehatan.10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.512/

MenKes/2007 tentang Ijin dan Penyelenggaraan PraktikBagi Dokter & Dokter Gigi.

11. Surat Edaran Menteri Kesehatan No.725/Menkes/200712. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 1 Tahun 200513. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 17 Tahun

2006.14. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 4/PUU-V/2007 perihal

Pengujian UU No. 29 Tahun 2004

Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan Ikatan DokterIndonesia yang dimaksud ialah :1. Anggaran Dasar Ikatan Dokter Indonesia Hasil Muktamar

XXVI2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia Hasil

Muktamar XXVI3. Surat Keputusan Pengurus Besar IDI No.114/SK/PB-

XVIII/1982 tentang pengesahan berlakunya Kode EtikKedokteran Indonesia.

4. Hasil Muktamar IDI XIX, Bandung, 9-11 Desember 1985tentang Tatakerja MKEK dalam Menangani TuduhanPelanggaran Etik Kedokteran.

5. Hasil Rapat Kerja Nasional I MKEK, Bandung, 10-12Juli 1987 tentang Tatalaksana Penanganan Kasus danProgram Pembinaan Etik Kedokteran anggota IDI.

6. Hasil Rakernas MKEK Tahun 19937. Hasil Musyawarah Kerja IDI ke XI tanggal 17-19

Page 8: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

8

Nopember 1987 di Medan, khususnya ProgramPembinaan Etik Kedokteran Anggota IDI.

8. Hasil Muktamar IDI XX tanggal 28 Nopember-1Desember 1988 di Surabaya.

9. Keputusan PB IDI No 221/PB/A.4/04/2002 terkait denganHasil Mukernas Etik Kedokteran III, 21-22 April 2001.

10. Hasil Mukernas IDI XV Anyer Cilegon, 23 – 27 Oktober2002.

11. Hasil Muktamar XXVI Semarang, 2006.12. Hasil Rakernas MKEK Jakarta, 2007

Pasal 1Pengertian

Untuk memudahkan penerapan pedoman, perludirumuskan ketentuan umum dan pengertian pokok sebagaiberikut :1. Etika Kedokteran adalah sekumpulan nilai-nilai dan

moralitas profesi kedokteran yang tercantum dalam KodeEtik Kedokteran Indonesia (KODEKI), fatwa-fatwa etik,pedoman dan kesepakatan etik lainnya dari IDI sebagaiorganisasi profesi.

2. Kode Etik Kedokteran Indonesia adalah aturan internalprofesi yang disusun dalam bentuk buku oleh MKEKberupa pasal-pasal beserta penjelasannya dan disahkanoleh Muktamar IDI.

3. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah badanotonom Ikatan Dokter Indonesa (IDI) yang bertanggungjawab mengkoordinasi kegiatan internal organisasi dalampengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan danpengawasan penerapan etika kedokteran, yang dibentuksecara khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabanguntuk menjalankan tugas kemahkamahan profesi,pembinaan etika profesi dan atau tugas kelembagaandan ad hoc lainnya dalam tingkatannya masing-masing.

4. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah organisasi profesidokter yang diakui pemerintah sesuai perundang-undangan yang berlaku.

5. Pengurus Besar (PB), Pengurus Wilayah dan PengurusCabang ialah Badan Eksekutif IDI yang dibentuk pada

Page 9: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

9

tingkat Pusat, Provinsi dan kabupaten/kota sesuaiAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IDI.

6. Perangkat dan jajaran IDI ialah seluruh badankelengkapan dan jajaran organisasi termasuk seluruhperhimpunan dokter, dokter spesialis, doktersuperspesialis atau dokter subspesialis atau spesialiskonsultan dan seluruh perhimpunan dokter seminat,seokupasi serta perhimpunan lainnya pada tingkat pusat,tingkat wilayah dan atau tingkat cabang.

7. IDI yang setingkat adalah PB IDI untuk tingkat pusat, IDIwilayah untuk tingkat provinsi dan IDI cabang untuktingkat kabupaten/kota.

8. Dokter ialah setiap orang yang memiliki ijazah dokter,dokter spesialis, dokter superspesialis atau doktersubspesialis atau spesialis konsultan yang diakui olehPemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

9. Anggota IDI ialah dokter anggota biasa, anggota muda,anggota luar biasa dan anggota kehormatan IDIsebagaimana yang ditetapkan dalam Anggaran Dasardan Anggaran Rumah Tangga.

10. Pengabdian Profesi ialah setiap bentuk praktikkedokteran yang meliputi pendidikan, penelitian danpelayanan kedokteran yang dilakukan oleh dokter diinstansi tertentu baik pemerintah maupun swasta diseluruh wilayah Indonesia, di Kedutaan Besar RepublikIndonesia, kapal-kapal laut dan pesawat udaraberbendera Indonesia termasuk saat menjalankan tugas-tugas Negara dan tugas kemanusiaan universal.

11. Konflik etikolegal adalah ketidaksepahaman berdimensietik akibat perbedaan kepentingan atau kewenanganantar dokter, antar dokter - perangkat dan jajaran IDI atauantar dokter – tenaga kesehatan lainnya yang belum atautidak melibatkan pasien/klien dalam hubungan dokter -pasien, yang dianggap akan berkepanjangan danberpotensi menurunkan citra dan keluhuran profesikedokteran atau kondisi sengketa profesi yangmemerlukan kepastian pedoman etika, fatwa dan atauhukum profesi.

Page 10: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

10

12. Sengketa medik adalah ketidaksepahaman antara pihakdokter dengan pihak pasien/klien atau keluarganya(keduanya disebut para pihak) di dalam atau pascahubungan dokter-pasien/klien yang berwujuddiadukannya dokter tersebut kepada sarana kesehatan,IDI, MKEK atau lembaga disiplin dan peradilan lainnya.

13. Yurisdiksi MKEK adalah kewenangan MKEK untukmeneliti, menyidangkan pengaduan dan menjatuhkansanksi etik bagi dokter yang diadukan sesuai denganlokasi/tempat terjadinya kasus atau wilayah terdekatterjadinya kasus .

14. BHP2A (Biro Hukum, Pembelaan dan PembinaanAnggota) adalah Badan Kelengkapan IDI yang bertugasmelakukan pembinaan dalam hukum kesehatan,membela anggota dalam menjalankan profesinya baikyang menyangkut masalah etik, hukum, administrasi atauorganisasi, baik diminta atau tidak diminta.

Pasal 2Tujuan

Pedoman ini merupakan aturan yang harus diikuti sebagaitata laksana pembinaan penerapan etik kedokteran dalampengabdian profesi dan penyelesaian dugaan pelanggaranetik kedokteran oleh dokter di Indonesia oleh MKEK di Indo-nesia dalam rangka penyempurnaan berkelanjutan praktikkedokteran yang peduli terhadap pasien/publik.

Pasal 3Fungsi dan Manfaat Pedoman MKEK

Pedoman ini berfungsi sebagai jabaran prosedurpelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah TanggaIDI tentang MKEK dalam rangka menjalankan pengaturansubstansi etika kedokteran dari setiap pengabdian profesidokter di Indonesia melalui penegakan, pengawasan,bimbingan, penilaian pelaksanaan, penjatuhan sanksi etika,rehabilitasi (pemulihan hak-hak profesi), dan interaksikelembagaan MKEK dengan sesama perangkat dan jajaraninternal IDI atau lembaga etika lainnya di luar IDI.

Page 11: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

11

Manfaat Pedoman ini adalah sebagai acuan bagi setiappengurus MKEK, perangkat dan jajaran IDI, setiap dokter sertapihak-pihak terkait lainnya untuk menyelesaikan konfliketikolegal dan sengketa medik dalam yurisdiksinya masing-masing, sebagai prosedur penjaga moralitas keluhuran profesikedokteran.

BAB IITATA LAKSANA ORGANISASI MKEK

Pasal 4Pembentukan MKEK

1. MKEK dibentuk pada tingkat pusat yang disebut MKEKPusat, pada tingkat provinsi yang disebut sebagai MKEKWilayah, dan pada tingkat kabupaten/kota yang disebutsebagai MKEK Cabang.

2. Pembentukan MKEK Pusat dan MKEK Wilayah adalahwajib sedangkan pembentukan MKEK Cabang adalahsesuai kebutuhan.

3. Pembentukan MKEK Wilayah hanya dibenarkan jika diprovinsi tersebut telah terbentuk pengurus IDI Wilayahdan pembentukan MKEK cabang hanya dibenarkan jikadi kabupaten/kota tersebut telah terbentuk pengurus IDICabang.

4. Usulan pembentukan MKEK Wilayah dilakukan olehPengurus Wilayah setempat secara tertulis setelahmendapat analisis dan persetujuan MKEK Pusat untukkemudian dilaporkan kepada Pengurus Besar IDI.

5. Apabila di suatu provinsi belum terbentuk MKEK Wilayah,MKEK Pusat berwenang menunjuk MKEK Wilayahterdekat untuk menjalankan tugas dan fungsi MKEK diprovinsi tersebut.

6. Usulan pembentukan MKEK Cabang dilakukan olehPengurus IDI Cabang secara tertulis setelah mendapatanalisis dan persetujuan MKEK Wilayah Provinsisetempat dan atau oleh MKEK Pusat untuk dilaporkankepada Pengurus IDI Wilayah setempat.

Page 12: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

12

7. Pertimbangan pembentukan MKEK Cabangsebagaimana dimaksud dalam ayat 6 diatas, adalahadanya alasan rasional potensi kekerapan penyimpanganperilaku (professional misconduct) atau dugaan kelalaianmedik anggota dalam pengabdian profesi, banyaknyaturis atau warga negara asing yang tinggal di kabupaten/kota tersebut, tingkat kesadaran hukum masyarakatsetempat, mobilitas penduduk, kesulitan geografis untukmencapai ibukota provinsi dan ketersediaan kemampuansumber daya pengurusnya serta hal-hal lain yang akanditetapkan oleh MKEK Pusat.

8. Apabila di suatu kabupaten/kota belum terbentuk MKEKCabang, MKEK Wilayah setempat atau MKEK Pusatberwenang menunjuk MKEK Cabang terdekat untukmenjalankan tugas dan fungsi MKEK di kabupaten/kotatersebut.

9. Pembentukan MKEK setiap tingkatan langsung terdiriatas divisi kemahkamahan dan divisi pembinaan etikaprofesi.

Pasal 5Pemilihan Ketua MKEK

1. Pemilihan Ketua MKEK Pusat dilakukan oleh sidangseluruh MKEK Wilayah dalam Muktamar IDI, pemilihanKetua MKEK Wilayah dilakukan oleh pesertaMusyawarah Wilayah, dan pemilihan Ketua MKEKCabang dilakukan oleh Rapat Anggota Cabang.

2. MKEK Pusat bertanggung jawab kepada MuktamarIDI, MKEK Wilayah bertanggung jawab kepadaMusyawarah Wilayah IDI Wilayah dan MKEK Cabangbertanggung jawab kepada Rapat Anggota Cabang.

3. Ketua terpilih MKEK Pusat, MKEK Wilayah dan MKEKCabang memiliki kewenangan menyusun personaliaanggota masing-masing sesuai tingkatannya.

4. Anggota sebagaimana dimaksud di atas ditentukankualifikasinya untuk divisi kemahkamahan profesi ataudivisi pembinaan etika profesi yang jumlah dankomposisinya sesuai dengan keperluan.

Page 13: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

13

Pasal 6Status MKEK.

1. Status MKEK Pusat, MKEK Wilayah dan MKEK Cabangdalam organisasi IDI dalam tingkatannya masing-masingadalah sebagai badan otonom yang segala keputusannyadalam bidang etika tidak dipengaruhi Pengurus IDI atauperangkat dan jajaran atau lembaga internal IDI apapun.

2. MKEK sebagai lembaga yang diagungkan dalamorganisasi IDI dan putusan kemahkamahan etik MKEKotomatis menjadi putusan sekaligus mengikat PengurusIDI tingkatannya masing-masing.

3. Ketua MKEK Pusat merupakan salah satu unsurpimpinanMusyawarah Pimpinan Pusat IDI, sedangkanKetua MKEK Wilayah dan MKEK Cabang menyesuaikandalam kepengurusan IDI yang setingkat.

4. MKEK, melalui divisi kemahkamahan sesuai yurisdiksinyasebagai lembaga etika yang memeriksa, menyidangkan,membuat putusan setiap konflik etikolegal yangberpotensi sengketa medik diantara perangkat danjajaran IDI dan setiap sengketa medik antara dokter –pengadunya yang belum atau tidak ditangani oleh MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

5. MKEK melalui divisi pembinaan etika profesi sesuaiyurisdiksinya sebagai lembaga etika yang meneliti tataadministratif setiap konflik etikolegal atau sengketa mediksebelum disidangkan dan setelah diputuskan oleh divisikemahkamahan.

6. MKEK Pusat sebagai lembaga kompilasi kasuspermasalahan, pengaduan, penelaahan etika setiapdokter dengan atau tanpa sengketa medik di seluruh In-donesia yang dibahas, ditemukan atau diadukan ke IDIsetiap tingkatan di seluruh Indonesia, baik yang telah,sedang atau belum diberi putusan, belum, sedang atautelah menjalani sanksi etik dengan atau tanpa pemulihanhak-hak profesi dokter teradu yang ditangani oleh PB IDI/MKEK Pusat, IDI/MKEK Wilayah, IDI/MKEK Cabang ataudewan/badan etika semua perangkat dan jajaranorganisasi IDI.

7. Sebagai lembaga kemahkamahan etika, MKEK

Page 14: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

14

menganut sistem 2 (dua) tingkat yaitu tingkat pertamadan tingkat banding.

8. Putusan MKEK Cabang dan MKEK Wilayah merupakanputusan tingkat pertama yang para pihak dapatmengajukan banding ke MKEK Wilayah sesuaiyurisdiksinya untuk MKEK Cabang dan MKEK Pusatuntuk MKEK Wilayah.

9. Putusan kemahkamahan MKEK Pusat atau putusanbanding MKEK atau putusan tingkat pertama yang tidakdibanding merupakan putusan final dan mengikat.

10. Untuk menjamin otonominya, MKEK berhak :a. Sekretariatnya terpisah dari sekretariat lembaga in-

ternal IDI lainnya namun dibawah koordinasi IDIyang setingkat.

b. Mendapat dana tersendiri yang diambil dari alokasiminimal 15% (lima belas prosen) dari iuran setiapanggota IDI yang setingkat; dalam hal dana tersebutbelum/tidak mencukupi, Divisi Pembinaan EtikaProfesi MKEK dibawah koordinasi IDI yang setingkatdapat mencari dana sepanjang sesuai denganketentuan dan tata cara etika yang berlaku.

c. Memiliki tata cara administratif surat menyurattersendiri sesuai dengan ketentuan dan yurisdiksiyang berlaku.

d. Menjaga dan merahasiakan semua berkas kasusyang diadukan, dilaporkan, disidangkan dandiputuskannya selama maksimal 5 (lima) tahunsejak tanggal diadukannya.

e. Melaporkan putusan yang dibuat oleh divisikemahkamahannya ke IDI setingkat untukdilaksanakan sesuai yurisdiksinya atau dalam halIDI setingkat tidak mengaturnya secara khusus,melaksanakan putusan tersebut oleh divisi pembinaetika profesi dengan mengkoordinasikannya denganIDI setingkat dan atau BHP2A setingkat.

f. Mengkoordinasikan IDI dan atau BHP2A yangsetingkat sesuai yurisdiksinya untuk memberikanpemulihan hak-hak profesi terhadap dokter yangtidak terbukti melakukan pelanggaran etik atau telah

Page 15: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

15

selesai menjalani sanksi etik sebagaimana putusandivisi kemahkamahan MKEK yang telahdilaksanakan oleh divisi pembina etika profesiMKEK.

g. Apabila IDI dan atau BHP2A yang setingkat tidakmemberikan keterangan pemulihan hak-hak profesidalam waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksudayat f di atas, Ketua MKEK yang setingkat otomatismenerbitkan surat keterangan tersebut.

Pasal 7Susunan MKEK

1. Susunan pengurus MKEK sekurang-kurangnya terdiri dariseorang Ketua merangkap anggota, seorang Ketua DivisiKemahkamahan merangkap anggota, seorang KetuaDivisi Pembinaan Etika Profesi merangkap anggota,seorang Sekretaris merangkap anggota dan beberapaanggota lainnya.

2. Komposisi pengurus MKEK terdiri atas dokter denganlatar belakang keahlian atau spesialisasi ataukeseminatan yang berbeda-beda ditinjau dari segipengabdian profesi maupun pengalaman praktik.

3. Jumlah pengurus divisi kemahkamahan harus sama ataumendekati seimbang dengan jumlah pengurus divisipembina etika profesi.

4. Apabila salah seorang pengurus MKEK meninggal dunia,mengundurkan diri atau karena sesuatu hal diberhentikansebagai pengurus MKEK, maka penggantiannyadilakukan oleh Ketua MKEK.

5. Pemberhentian sebagai pengurus MKEK dilakukanhanya apabila yang bersangkutan dinilai telah tidak sesuailagi dengan syarat-syarat sebagai pengurus MKEK.

6. Selain pengurus, untuk kepentingan tertentu, dapatdiangkat pengurus sementara MKEK.

7. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengangkatandan pemberhentian pengurus, komposisi dan jumlahpengurus, serta ketentuan pengurus sementara akanditentukan melalui Keputusan Ketua MKEK Pusat.

Page 16: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

16

Pasal 8Masa jabatan MKEK.

1. Periode masa jabatan pengurus MKEK sama denganmasa jabatan Pengurus IDI yang setingkat.

2. Jabatan pengurus MKEK berlaku sejak saatditetapkannya Ketua MKEK oleh forum yang berwenangkhusus untuk itu dalam IDI yang setingkat hingga saatterpilihnya Ketua MKEK penggantinya.

3. Batasan masa jabatan Ketua MKEK dalam tingkatanmanapun maksimal adalah dua kali berturut-turut dansetelah satu periode masa jabatan tidak mendudukijabatan Ketua MKEK, dapat dipilih kembali untuk masajabatan berikutnya, tanpa memperhitungkan jabatansebelumnya..

Pasal 9Wewenang Umum MKEK

Wewenang kelembagaan MKEK IDI yang setingkat sesuaiyurisdiksi masing-masing adalah sebagai berikut :1. Secara umum menyampaikan pertimbangan

pelaksanaan etika kedokteran dan usul secara lisandan atau tertulis, diminta atau tidak diminta kepadapengurus IDI yang setingkat.

2. Melakukan koordinasi internal setiap permasalahantentang bioetika dan etika kedokteran dengan seluruhjajaran dan perangkat IDI.

3. Dalam koordinasi dengan IDI yang setingkat melakukankerjasama atau membentuk jejaring dengan pelbagailembaga sejenis dari organisasi profesi lainnya, di dalamnegeri maupun di luar negeri dalam tingkatannya masing-masing yang dipandang berdampak baik padapelaksanaan dan penegakan etika kedokteran.

4. Menyelesaikan konflik etikolegal perbedaan kepentinganpelayanan kesehatan antar perangkat dan jajaran IDItermasuk namun tidak terbatas pada pengurus maupunanggota perhimpunan dokter spesialis dan perhimpunandokter seminat atau seokupasi, khususnya yangberpotensi menjadi sengketa medik, dengan carameneliti, memeriksa, menyidangkan dan memutuskan

Page 17: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

17

perkaranya.5. MKEK Pusat membuat fatwa, pedoman pelaksanaan

etika dan peraturan kelembagaan lainnya dalampengabdian profesi untuk meneguhkan keluhuran profesi,penyempurnaan Kede Etik Kedokteran Indonesia danatau meredam potensi konflik etikolegal antar sejawatdokter, antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnyaatau mencegah sengketa medik.

6. Melakukan koordinasi penanganan kasus sengketamedik dengan Majelis Kehormatan Disiplin KedokteranIndonesia tingkatannya sesuai ketentuan yang berlaku.

7. MKEK Pusat atas permintaan MKEK Wilayah/Cabangmengukuhkan kepengurusan MKEK Wilayah/Cabangsedangkan MKEK Wilayah atas permintaan MKEKCabang dapat mengukuhkan kepengurusan MKEKCabang yang telah ditetapkan IDI yang setingkat.

8. MKEK Pusat melakukan pengumpulan semua data daninformasi tentang pengaduan etika, konflik etikolegal danatau sengketa medik yang diperoleh dan diselesaikanoleh segenap lembaga di jajaran dan perangkat IDI yangsetingkat dan data dari MKEK Wilayah, sedangkan MKEKWilayah dari segenap lembaga di jajaran dan perangkatIDI yang setingkat dan data dari MKEK Cabang.

9. MKEK Pusat membentuk komite khusus etika danmengatur administratif kelembagaan etika di seluruhperangkat dan jajaran IDI.

10. MKEK Pusat membuat pengaturan, pengelompokan dantatacara persidangan kemahkamahan MKEK sesuaidengan perkembangan masyarakat, keorganisasian IDI,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteranserta bioetika internasional.

11. Melakukan kewenangan lain dalam pembinaan etikakedokteran yang ditetapkan kemudian oleh PB IDIbersama MKEK Pusat.

Pasal 10Kewajiban MKEK

1. MKEK wajib ikut mempertahankan hubungan dokter –pasien sebagai hubungan kepercayaan.

2. MKEK Pusat mempertanggungjawabkan kinerja dari pro-gram kerjanya kepada Muktamar, MKEK Wilayah kepada

Page 18: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

18

Musyawarah Wilayah IDI dan MKEK Cabang kemusyawarah Anggota Cabang IDI setempat

3. MKEK Pusat dalam batas kemampuannya wajibmeningkatkan kapasitas pengetahuan, sikap danketrampilan pengurus MKEK Wilayah dan Cabang yangmemerlukannya.

4. Membantu penyelenggaraan uji kompetensi khususbidang etika kedokteran oleh perangkat dan jajaran IDIyang setingkat ataupun uji kompetensi oleh institusipendidikan kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatanmasyarakat serta institusi pelayanan medik lain yangmemerlukannya.

5. Apabila diminta oleh IDI yang setingkat, memberikanrekomendasi dan penilaian etika dalam rangka akreditasibagi para dokter yang ingin melakukan praktikkedokteran, pengabdian profesi atau untuk kepentinganlainnya sesuai yurisdiksinya.

6. Sesuai yurisdiksinya, membantu IDI yang setingkat dalammenyelesaikan dan menyidangkan kasus statuskeanggotaan organisasi profesi seorang dokter.

Pasal 11Syarat-syarat Anggota Pengurus MKEK

Syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai anggotaMKEK adalah dokter yang :1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berjiwa

Pancasila2. Berkepribadian kuat dan berkredibilitas profesi.3. Dapat diterima oleh banyak pihak.4. Peka dan responsif terhadap perkembangan masyarakat,

lingkungan, nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan sertaHAM.

5. Berwibawa,bersih, jujur, bijaksana, sabar, dan terbuka.6. Berpengalaman di perangkat dan jajaran organisasi IDI

yang setingkat selama minimal 1 periode kepengurusan.7. Tidak pernah memperoleh sanksi pidana untuk perkara

yang ancaman hukumannya 5 (lima) tahun atau lebihdan sanksi disiplin berat akibat penyimpangan perilaku

Page 19: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

19

profesional.8. Khusus untuk Divisi Kemahkamahan berpengetahuan

minimal di bidang etikolegal atau berpengalaman dalamihwal pendidikan, penelitian atau layanan konsultasi etikaprofesi.

Pasal 12Hubungan Kerja MKEK

1. MKEK Pusat membina MKEK Wilayah/Cabang dalamaspek kelembagaan dan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia anggotanya.

2. MKEK Cabang dalam pelaksanaan tugaskemahkamahan dan pembinaan etika profesi dapatmerujuk dan berkonsultasi ke MKEK Wilayah dan MKEKWilayah dalam pelaksanaan tugas kemahkamahan danpembinaan etika profesi dapat merujuk dan berkonsultasike MKEK Pusat.

3. Dalam keadaan tertentu rujukan sebagaimana ayat (2)dapat dalam bentuk pelimpahan wewenang penanganantugas kemahkamahan.

4. Hubungan kerja antara MKEK dengan Pengurus IDIyang tidak setingkat dilakukan melalui Pengurus IDIyang setingkat.

5. MKEK dapat langsung berhubungan koordinatif secarakelembagaan dan penanganan perkara kasus denganlembaga atau majelis etika lain atau majelis disiplinkedokteran atau penegak hukum sesuai dengan tingkatandan yurisdiksinya, termasuk melakukan tugas dankewenangan kemahkamahan bersama-sama jikaterdapat hubungan erat antara dokter teradu denganpihak teradu dari profesi atau kelembagaan tersebut.

6. Ketentuan lebih lanjut tentang kemahkamahan bersamasebagaimana ayat (5) di atas ditentukan oleh rapat MKEKyang dipimpin oleh Ketua MKEK..

Page 20: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

20

BAB IIITATA LAKSANA PEMBINAAN ETIKA KEDOKTERAN

Pasal 13Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembinaan etika kedokteranadalah :1. Tujuan Umum :

1. Meningkatkan profesionalisme dokter.2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman,

penghayatan, pengamalan kaidah dasar bioetika danetika kedokteran oleh para dokter dan calon dokterdi Indonesia dalam menyelenggarakan pengabdianprofesi kedokteran.

2. Tujuan khusus:1. Menyadarkan bahwa keputusan etis dalam praktik

adalah amat menentukan keluhuran profesi.2. Teredamnya konflik etikolegal antar sejawat dengan

diterapkannya etika sosial kesejawatan yang terusmenerus.

3. Terselenggaranya uji kompetensi bidang etika dandisiplin bagi setiap dokter yang tengah atau akanpraktek profesi.

4. Penjeraan sekunder bagi dokter yang merupakanupaya pencegahan penyimpangan perilaku etismelalui role model (sesepuh) profesi yang mampumenularkan perilaku etis lege artis.

5. Terselenggaranya kerjasama dalam bidang bioetikadengan pelbagai pihak terkait yang berkepentingan.

Pasal 14Wewenang Divisi Pembinaan Etika Profesi MKEK

1. Bersama pengurus IDI yang setingkat, memantauperencanaan, proses dan evaluasi pelaksanaan etikakedokteran yang dilakukan oleh setiap dokter dalampengabdian profesinya yang berada di wilayahkeanggotaan atau lokasi tempat praktiknya masing-masing.

2. Melakukan penilaian singkat, penyaringan,

Page 21: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

21

pengelompokan dan pemilahan kasus sengketa medik,kasus dugaan pelanggaran etika kedokteran dengan atautanpa pengurus IDI yang setingkat atau jajarannya untukditindaklanjuti (dijadwalkan sidang) atau tidakditindaklanjuti oleh persidangan majelis pemeriksa divisikemahkamahan.

3. Membantu divisi kemahkamahan dalam melakukanpenelaahan kasus sengketa medik atau konflik etikolegal.

4. Bersama dengan pengurus IDI yang setingkat danjajarannya melakukan penyelesaian kasus sengketamedik ringan/sederhana atau sengketa yang melibatkanantar sesama sejawat, mendahului penyidangan perkaraoleh divisi kemahkamahan.

5. Dengan atau tanpa pengurus IDI yang setingkat,mengeksekusi sanksi etik yang telah diputuskan majelispemeriksa divisi kemahkamahan, melakukan pembinaanetika (pendidikan, pelatihan, bimbingan) terhadap dokteryang dinyatakan melanggar etika dan merekomen-dasikan pemulihan hak-hak profesi dokter yang telahmenjalani sanksi etik ataupun tidak terbukti melakukanpelanggaran etik sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Melakukan kewenangan lain dalam pembinaan etikakedokteran yang ditetapkan kemudian oleh PB IDIataupun MKEK Pusat.

7. Kewenangan sebagaimana ayat (2), (3), (4), (5) dan (6)tersebut wajib dilaporkan ke Ketua MKEK setingkat.

8. Tata cara teknis pelaksanaan kewenangan sebagaimanaayat (7) di atas akan ditentukan oleh Keputusan KetuaMKEK setingkat.

Pasal 15Sasaran

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka sasaranpembinaan etik kedokteran adalah :A. Sasaran Langsung

1. Seluruh dokter yang menjalankan pengabdianprofesi dan praktik kedokteran di Indonesia.

2. Seluruh dokter yang baru saja menyelesaikanpendidikan dari institusi pendidikan kedokterandalam dan ataupun luar negeri yang diakui olehPemerintah Republik Indonesia.

Page 22: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

22

B. Sasaran tidak Langsung1. Seluruh tenaga kesehatan lainnya yang turut serta

secara aktif menyelenggarakan pelayanankesehatan di Indonesia.

2. Seluruh petugas pemerintah, swasta danmasyarakat lainnya yang karena ruang lingkuppekerjaannya ada kaitan dengan pengabdianprofesi dan praktik kedokteran di Indonesia.

3. Seluruh mahasiswa kedokteran yang sedangmenjalankan pendidikan di institusi pendidikankedokteran yang diakui oleh Pemerintah RepublikIndonesia.

Pasal 16Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan dalam program pembinaan etikakedokteran yakni :1. Turut membantu penyelenggaraan pendidikan bioetika

dan etika kedokteran di fakultas/program studi bidangkesehatan lainnya di Indonesia hingga jenjang akademiktertinggi.

2. Menyelenggarakan pelbagai bentuk pertemuankoordinatif (pemantapan kelembagaan, peningkatankapasitas) maupun perseorangan (konsultasi, tatapmuka) guna membahas dan mengkaji pelbagai aspeketika kedokteran.

3. Menyelenggarakan pelbagai bentuk pertemuan profesi(seminar, lokakarya, penataran, pelatihan, kursus danlain sebagainya) guna membahas dan mengkajipelbagai aspek bioetika dan etika kedokteran sesuaiketentuan yang berlaku.

4. Menerbitkan dan menyebarluaskan pelbagai bahan-bahan informasi tentang etika kedokteran kepadaseluruh mahasiswa kedokteran dan para dokter di In-donesia.

5. Mendorong eksistensi kelembagaan bioetika atau etikadi seluruh Indonesia, termasuk yang diprogramkan olehpemerintah seperti Komite Etika Rumah Sakit dan KomiteEtik Penelitian.

6. Menyelenggarakan pelbagai kegiatan lainya sepanjang

Page 23: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

23

dinilai sesuai dan dapat mencapai tujuan pembinaanetika kedokteran di Indonesia.

7. Melaksanakan kegiatan lainnya sebagaimana ditentukanoleh kompendium ini dan peraturan kebijakan MKEKPusat lainnya.

Pasal 17Materi Pembinaan

Materi yang akan dipergunakan pada pembinaan etikkedokteran meliputi :1. Lafal Sumpah Dokter2. Kode Etik Kedokteran Indonesia & pedomannya.3. Bioetika4. Profesionalisme5. Hukum kedokteran atau hukum profesi, khususnya segi

etikolegal.6. Sistem etikolegal dan cara kerja komite etika yang ada

kaitannya dengan bidang kesehatan.7. Hak asasi manusia & kesehatan8. Materi-materi lain sepanjang yang dinilai sesuai dan

dapat mencapai tujuan pembinaan etika kedokteran diIndonesia.

Pasal 18Pelaksana

Pembinaan etika kedokteran dilaksanakan oleh DivisiPembinaan Etika Profesi bersama dengan atau tanpa DivisiKemahkamahan MKEK dalam bentuk :1. MKEK Pusat bertanggung jawab dalam menetapkan

kebijakan dan garis-garis besar program pembinaanetika kedokteran seluruh Indonesia.

2. MKEK Wilayah bertanggung jawab dalam menjabarkankebijakan dan garis-garis besar program pembinaansebagaimana maksud butir 1 dan mengkoordinasikanpelaksanaannya untuk tingkat Provinsi, sedangkanMKEK Cabang bertanggungjawab di tingkat kabupaten/kota setempat

3. Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana

Page 24: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

24

tersebut pada butir 1, MKEK bekerja sama dengan IDIyang setingkat dan pihak-pihak lain yang berkepentinganuntuk itu.

BAB IVTATA LAKSANA PENANGANAN PELANGGARAN

ETIK KEDOKTERAN

Pasal 19Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan dugaanpelanggaran etika kedokteran dibedakan atas dua macamyakni :

1. Tujuan UmumMakin meningkatnya penghayatan dan pengamalanetika kedokteran serta makin meningkatnyaprofesionalisme dan pengabidan profesi di Indonesiasebagai profesi luhur dan mulia dalam turut mempercepattercapainya tujuan program pembangunan nasional,khususnya program pembangunan kesehatan.

2. Tujuan Khususa. Terselesaikannya pelbagai masalah dugaan konflik

etikolegal, sengketa medik dan pelanggaran etikakedokteran yang terjadi di Indonesia dengan atautanpa penjatuhan sanksi etik.

b. Tegaknya kebenaran dan keadilan bagi seluruhdokter sebagai penyelenggara praktik danpengabdian profesi kedokteran di Indonesia.

c. Terkompilasinya pedoman etika, kasus etika danpenyempurnaan KODEKI sebagai hikmahpembelajaran bagi perbaikan praktik kedokteranyang akan datang.

d. Peningkatan kapasitas atau kemampuan anggotadivisi kemahkamahan MKEK.

Pasal 20Wewenang Divisi Kemahkamahan MKEK

1. Menilai keabsahan dan meneliti pengaduan, menetapkanpersidangan, memeriksa dan menilai bukti-bukti,

Page 25: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

25

memanggil dan memeriksa saksi-saksi, menyidangkankasus dokter teradu atau diadukan akibat dugaanpenyimpangan sikap, tindak, perilaku, kesalahan danpelanggaran praktik profesi kedokteran, menetapkanadanya pelanggaran etik atau tidak, kemudianmenjatuhkan sanksi etik bagi yang terbukti melanggarnyasesuai ketentuan yang berlaku dari sengketa medik yangdiperiksanya.

2. Menilai keabsahan pengaduan, memeriksa, menilai bukti-bukti, memanggil dan memeriksa saksi-saksi,menyidangkan, menetapkan putusan dugaan konfliketikolegal antara dokter – dokter, antar sesama perangkatdan jajaran IDI serta antara dokter – tenaga kesehatanlainnya.

3. Melakukan pemeriksaan, penyidangan, penjatuhansanksi dan penilaian banding kasus konflik etikolegaldan atau sengketa medik yang telah diperiksa,disidangkan dan dijatuhi sanksi etik oleh lembaga-lembaga etika atau disiplin dalam perangkat dan jajaranIDI setingkat, apabila terdapat ketidakpuasan para pihak.

4. Menyidangkan kasus etika yang dikirim oleh MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia setingkat ataulembaga disiplin tenaga kesehatan lainnya sesuaiketentuan yang berlaku.

5. Merujuk kasus sengketa medik yang merupakan dugaanpelanggaran disiplin kedokteran kepada MajelisKehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia setingkatapabila telah berfungsi sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Memulihkan hak-hak profesi dokter terhukum yang telahselesai menjalani sanksi etik ataupun tidak terbuktimelakukan pelanggaran etik.

7. Melakukan pemeriksaan, penyidangan bersama majelisetik dari organisasi profesi lainnya yang terkait.

8. Kewenangan lain dalam pembinaan etika kedokteranyang ditetapkan kemudian oleh PB IDI ataupun MKEKPusat.

Pasal 21Majelis Pemeriksa MKEK

1. Dalam pelaksanaan mahkamah persidangan, Ketua

Page 26: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

26

MKEK Pusat, Ketua MKEK Wilayah atau Ketua MKEKCabang berhak menunjuk secara tertulis ketua divisikemahkamahan atau salah satu anggota divisinyasebagai ketua majelis pemeriksa dalam persidangan ditingkatannya masing-masing.

2. Ketua majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud ayat(3) dapat berasal dari spesialisasi/keseminatan yangsama atau paling dekat keterkaitannya dengan dokterteradu.

3. Apabila ketua majelis pemeriksa bukan dokter yang samaspesialisasi/keseminatannya dengan dokter teradu, salahsatu anggota majelis pemeriksa harus berasal darispesialisasi/keseminatan yang sama atau paling dekatketerkaitannya dengan dokter teradu.

4. Jumlah majelis pemeriksa minimal adalah 3 (tiga) orangatau lebih besar dengan catatan gasal jumlahnya.

5. Bila diperlukan, keanggotaan majelis pemeriksa MKEKdapat ditambah dengan 2(dua) orang anggota tidak tetap,yang penunjukkannya atas dasar keperluan akankeahlian tertentu sesuai dengan perkara kasus dokterteradu yang ditangani.

6. Selama menangani perkara kasus, pengurus tidak tetapMKEK memiliki hak dan kewajiban yang sama denganpengurus MKEK lainnya.

7. Kepengurusan MKEK tidak tetap segera berakhir setelahselesainya penanganan perkara kasus yangbersangkutan.

8. Dalam keadaan luar biasa, pengurus tidak tetap majelispemeriksa dapat diangkat dari anggota MKEK Pusat atauMKEK Wilayah/Cabang lainnya atau perorangan bukandokter yang berpengalaman, memiliki integritas amat baikdan kepedulian besar terhadap etika kedokteran.

9. Dalam hal pengangkatan pengurus tidak tetap majelispemeriksa yang bukan dokter sebagaimana dimaksudayat (8) di atas, harus dikonsultasikan terlebih dahulusecara tertulis dan mendapat persetujuan dari KetuaMKEK Pusat.

10. Dalam hal penyelesaian konflik etikolegal antar doktersusunan dan cara kerja majelis pemeriksa dapat dibentuktersendiri oleh Ketua MKEK setingkat sesuai denganyurisdiksinya.

Page 27: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

27

11. Dalam hal penyelesaian konflik etikolegal antar lembaga,perangkat dan jajaran di lingkungan IDI susunan dan carakerja majelis pemeriksa dapat dibentuk tersendiri olehKetua MKEK Pusat.

12. Dalam perkara banding dari para pihak, majelispemeriksa ditentukan oleh Ketua MKEK sesuaiyurisdiksinya sebagaimana ketentuan yang berlaku.

13. Secara teknis, ketentuan sebagaimana dimaksud ayat(11) di atas dapat didelegasikan pelaksanaannya kepadaKetua MKEK Wilayah setempat.

Pasal 22Pengaduan

1. Pengaduan dapat berasal dari :a. Langsung oleh pengadu seperti pasien, teman

sejawat, tenaga kesehatan lainnya, institusikesehatan, dan organisasi profesi.

b. Rujukan/banding dari MKEK Cabang untuk MKEKWilayah atau rujukan/banding dari MKEK Wilayahuntuk MKEK pusat

c. Temuan IDI setingkatd. Temuan dan atau permintaan Divisi Pembinaan

Etika Profesi MKEK setingkat.e. Hasil verifikasi MKDKI atau lembaga disiplin profesi

atau lembaga pembinaan etika yang menemukanadanya dugaan pelanggaran etika sesuai ketentuanyang berlaku.

f. Hal-hal lain yang akan ditentukan kemudian olehMKEK Pusat sesuai dengan asas keadilan danpencapaian tujuan pembinaan etika profesi.

2. Pengaduan disampaikan melalui IDI Cabang/Wilayahatau langsung ke MKEK Cabang/Wilayah tempat kejadianperkara kasus aduan tersebut.

3. Dalam hal pengaduan disampaikan ke IDI Cabang/Wilayah secara khusus dan tertutup, aduan tersebutlangsung disampaikan oleh IDI Cabang/Wilayah keMKEK tanpa syarat apapun untuk dilakukan penelaahan.Dalam hal pengaduan disampaikan secara terbuka atautidak langsung, Ketua IDI Cabang/Wilayah dapat memintapenelitian atau penelahaan bersama MKEK Cabang/

Page 28: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

28

Wilayah yang setingkat.4. Dalam hal pengaduan disampaikan melalui PB IDI secara

khusus dan tertutup, PB IDI meneruskan ke MKEK Pusattanpa syarat apapun untuk dilakukan penelaahan. Dalamhal pengaduan disampaikan secara terbuka atau tidaklangsung, Ketua PB IDI dapat meminta penelitian ataupenelahaan bersama MKEK Pusat dan MKEK Wilayahtempat kejadian sesuai yurisdiksinya.

5. Pengaduan diajukan secara tertulis dan sekurang-kurangnya harus memuat :a. identitas pengadub. nama dan alamat tempat praktik dokter dan waktu

tindakan dilakukan ; danc. alasan sah pengaduand. bukti-bukti atau keterangan saksi atau petunjuk yang

menunjang dugaan pelanggaran etika tersebut.6. Dalam hal pengaduan tidak lengkap atau tidak sah atau

berisi keterangan yang dipandang tidak dapatdipertanggungjawabkan untuk pembinaan pengabdianprofesi, Ketua MKEK setempat dapat menolak ataumeminta pengadu memperbaiki atau melengkapinya.

7. Pemanggilan pengadu dapat dilakukan sampai 3 kaliberturut-turut dan jika telah 3 kali pengadu tetap tidakdatang tanpa alasan yang sah, maka pengaduan tersebutdinyatakan batal.

8. Sebaliknya jika pada pemanggilan ke 3 teradu tetap tidakdatang tanpa alasan yang sah, penanganan kasusdilanjutkan tanpa kehadiran teradu dan putusan yangditetapkan dinyatakan sah dan tidak dapat dilakukanbanding.

9. Pengadu, teradu dan saksi yang dimintakan keterangandalam sidang-sidang MKEK tidak diambil sumpah,melainkan diminta kesediaan untuk menanda-tanganipernyataan tertulis di depan MKEK bahwa semuaketerangan yang diberikan adalah benar.

10. Jika pengadu, teradu dan saksi menolak permintaan inisebagaimana dimaksud ayat (9) di atas, maka haltersebut dicatat untuk bahan pertimbangan pada waktupengambilan keputusan.

11. Pengaduan dianggap tidak sah jika tidak disertai

Page 29: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

29

dengan bukti-bukti yang layak, tidak disertakan namalengkap dan alamat pengadu atau perkara/kejadiankhusus yang diadukan tersebut telah melampau masa 2(dua) tahun sejak tanggal diterimanya pengaduan olehMKEK.

12. Hal-hal lain yang belum diatur dalam pengaduan, akanditentukan lebih lanjut melalui keputusan Ketua MKEKPusat.

Pasal 23Penelaahan

1. Setelah proses pengaduan dinilai sah, dilakukan prosespenelahaan.

2. Dalam penanganan dokter teradu dalam tahappenelaahan sampai dengan penjatuhan sanksi etik MKEKmenggunakan asas praduga tak bersalah.

3. Penelaahan dugaan pelanggaran etik kedokteran tahappertama menjadi tugas dan wewenang MKEK Wilayah/Cabang setempat dimana pengaduan tersebut pertamakali diterima atau sesuai dengan yurisdiksinya.

4. Penelaahan dilakukan dalam bentuk sidang MKEKdengan atau tanpa Divisi Pembina Etika Profesi MKEKWilayah/Cabang yang dinyatakan khusus untuk itu.

5. Urutan kegiatan penelaahan kasus dilakukan sebagaiberikut :a. Mempelajari keabsahan surat pengaduanb. Bila perlu mengundang pasien atau keluarga

pengadu untuk klarifikasi awal pengaduan yangdisampaikan.

c. Bila perlu mengundang dokter teradu untukklarifikasi awal yang diperlukan.

d. Bila diperlukan melakukan kunjungan ke tempatkejadian/perkara.

6. Di akhir penelaahan, Ketua MKEK menetapkanpengaduan tersebut layak atau tidak layak untukdisidangkan oleh majelis pemeriksa.

7. Dalam keadaan dampak atas pengaduan tersebutdipandang dapat merugikan profesi kedokteran secarakeseluruhan atau pengaduannya dilakukan secara jahat

Page 30: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

30

atau semena-mena, dalam penelahaan ini Ketua MKEKdapat meminta pertimbangan Ketua IDI setingkat untukdilakukan penelaahan ulang secara bersama-sama.

8. Dalam hal terjadi pengaduan sebagaimana dimaksudayat (6) di atas, Ketua MKEK dengan atau tanpa KetuaIDI setingkat dapat menetapkan layak atau tidak layaknyadisidangkan.

9. Sekretaris MKEK bertanggung jawab atas pencatatandan pelaporan risalah penelaahan. Apabila SekretarisMKEK berhalangan, dapat digantikan oleh WakilSekretaris, Ketua Divisi Pembinaan Etika Profesi atauanggota MKEK lain yang ditunjuk oleh Ketua MKEK.

Pasal 24Persidangan MKEK

Persidangan majelis pemeriksa divisi kemahkamahanMKEK dilakukan setelah selesainya proses penelaahan,dengan ketentuan sebagai berikut :1. Persidangan Majelis Pemeriksa dapat merupakan

persidangan divisi kemahkamahan setelah dinyatakandan dicatat khusus untuk itu.

2. Persidangan sebagaimana ayat (1) dipimpin oleh Ketuadivisi kemahkamahan atau Ketua MKEK.

3. Persidangan Majelis Pemeriksa dianggap sah apabiladihadiri oleh lebih dari setengah jumlah anggota divisikemahkamahan atau oleh seluruh majelis pemeriksaMKEK yang ditugaskan tertulis untuk itu oleh KetuaMKEK.

4. Persidangan MKEK bersifat tertutup, kecuali jikadinyatakan lain.

5. Pertimbangan tentang tertutup atau tidaknyapersidangan MKEK, ditentukan oleh ketua divisikemahkamahan atau Ketua Majelis Pemeriksa.

6. Ketua MKEK berhak menetapkan saksi-saksi, ahli-ahli,barang bukti-barang bukti atau petunjuk-petunjuk lainnyauntuk disajikan dalam persidangan MKEK.

7. Sekretaris MKEK bertanggung jawab atas pencatatandan pelaporan risalah persidangan, termasuk barangbukti atau petunjuk yang diajukan para pihak. Apabila

Page 31: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

31

Sekretaris MKEK berhalangan, dapat digantikan olehWakil Sekretaris, Ketua Divisi Pembinaan Etika Profesiatau anggota MKEK lain yang ditunjuk oleh KetuaMajelis Pemeriksa selaku pimpinan sidang.

8. Putusan persidangan Majelis Pemeriksa DivisiKemahkamahan MKEK diambil atas dasar musyawarahdan mufakat.

9. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai,putusan diambil atas dasar perhitungan jumlah suaraterbanyak dari majelis pemeriksa, dengan tetap mencatatjumlah dan alasan pendapat yang berbeda (dissentingopinion).

10. Dalam persidangan perkara, setiap anggota MajelisPemeriksa Divisi Kemahkamahan MKEK mempunyaihak bicara dan hak suara, sedangkan anggota MKEKdi luar majelis pemeriksa hanya memiliki hak bicara.

11. Ketua IDI setingkat (atau yang mewakilinya), Ketuaperangkat atau jajaran organisasi IDI yang setingkat (atauyang mewakili) dan Ketua/anggota BHP2A yang ditunjukwajib hadir dalam sidang sesuai jadwal yang ditentukanketua majelis pemeriksa.

12. Ketua majelis berhak mengundang pihak-pihak lain yangterkait untuk pembuktian termasuk Ketua Komite MedikRumah Sakit, Panitia Etik Rumah Sakit atau dokter lainsebagai saksi

13. Tatacara persidangan dan ketentuan para pihak yangdapat menghadirinya akan ditentukan lebih lanjut olehKeputusan MKEK Pusat.

Pasal 25Barang Bukti

1. Barang bukti adalah surat-surat, rekam medik, obat ataubagian obat, alat kesehatan, benda-benda, dokumen,kesaksian-kesaksian, kesaksian ahli atau petunjuk yangterkait langsung dalam pengabdian profesi atauhubungan dokter – pasien yang masing-masing menjaditeradu – pengadu atau para pihak.

2. Pada waktu penelahaan atau persidangan, MKEK dapatmeminta diperlihatkan, diperdengarkan, dikopi, difoto,

Page 32: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

32

digandakan atau disimpankannya barang bukti aslisebagaimana dimaksud ayat (1) di atas.

3. Jika pengadu dan atau teradu menolak melakukanpermintaan MKEK sebagaimana dimaksud ayat (2) diatas, maka hal tersebut dicatat sebagai bahanpertimbangan MKEK dalam menjatuhkan putusan.

4. MKEK tidak berwenang melakukan penyitaan atasbarang bukti asli yang diajukan oleh masing-masingpengadu dan teradu.

5. Dalam hal barang-barang bukti tersebut merupakansesuatu yang merupakan dugaan pidana atau perbuatanyang dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yangberlaku, MKEK berhak meneruskannya kepada pihakyang berwenang.

6. Petunjuk sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas dapatberupa rekomendasi atau temuan badan advokasi/pengkajian profesi/badan lain sejenis di perangkat danjajaran IDI yang dapat ditentukan lebih lanjut olehkeputusan Ketua MKEK Pusat.

Pasal 26Pembelaan

1. Pada saat penelahaan maupun persidangan, dokterteradu berhak didampingi oleh pembela.

2. Pembela yang dimaksud ayat (1) ialah BHP2A atauperangkat dan jajarannya atau perorangan anggota IDIyang berpengalaman etikolegal dan atau etika profesiyang ditunjuk resmi dan tertulis oleh dokter teradu sertaditerima oleh majelis pemeriksa.

3. Kecuali dinyatakan lain, kuasa hukum atau pengacaraatau keluarga/kerabat dokter teradu tidak dibenarkanmendampingi kliennya sebagai salah satu pihak selamapenelahaan atau persidangan.

4. Pendampingan oleh kuasa hukum, pengacara ataukeluarga/kerabat dokter teradu sebagaimana dimaksudayat (3) diatas harus diajukan terlebih dahulu secaratertulis satu minggu sebelum dimulai penelahaan ataupersidangan.

5. Ketua MKEK setempat atau ketua majelis pemeriksasebagaimana dimaksud ayat (4) di atas berhak setiap

Page 33: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

33

saat untuk menetapkan kuasa hukum, pengacara,keluarga/kerabat atau pembela tersebut meninggalkanruang penelahaan atau persidangan, atau kembalimenghadirkannya pada saat persidangan berikutnya.

Pasal 27Saksi dan Saksi Ahli

1. Dalam rangka pembuktian atau membuat lebih jelasperkara dalam persidangan MKEK dapat memintakehadiran saksi dan saksi ahli.

2. Saksi adalah tenaga medis, tenaga kesehatan, pimpinansarana kesehatan, komite medik, perorangan ataupraktisi kesehatan lainnya yang mendengar atau melihatatau yang ada kaitan langsung dengan kejadian/perkaraatau dokter yang diadukan.

3. Saksi ahli adalah dokter yang memiliki keahlian dankeilmuan yang tidak terkait langsung dengan kejadian/perkara dan tidak memiliki hubungan keluarga ataukedinasan dengan dokter teradu atau dengan pasienpengadu.

4. Saksi ahli yang dimaksud harus diambil dari dokterpraktisi yang sama jenis keahlian/keseminatannya dansetara fasilitas tempat bekerjanya dengan dokter teraduatau yang ditunjuk oleh Perhimpuan Dokter Spesialis/Seminat atau perangkat dan jajaran IDI lainnya ataspermintaan MKEK.

5. Para pihak dapat mengajukan saksi atau saksi ahlinyamasing-masing, namun keputusan penerimaankesaksian atau kesaksian ahli ditentukan oleh ketuamajelis pemeriksa.

6. Apabila kualifikasi sebagaimana dimaksud ayat (4) dan(5) di atas tidak ditemukan Ketua MKEK atas permintaanketua majelis pemeriksa dapat meminta saksi ahli laindari dalam atau luar IDI.

Pasal 28Putusan Majelis Pemeriksa MKEK

1. Putusan adalah ketentuan akhir berupa ketetapanbersalah atau tidak bersalah dokter teradu, dengan

Page 34: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

34

berupa dinyatakannya melanggar atau tidak melanggarKode Etik Kedokteran Indonesia. .

2. Putusan bersalah diikuti dengan sanksi sekaligus cara,ciri dan lama pembinaan dokter terhukum/pelanggar dariMajelis Pemeriksa atau Divisi Kemahkamahan MKEKterhadap hasil penelaahan dan persidangan dugaanpelanggaran etika kedokteran terhadap dokter teraduoleh pasien/keluarga pengadu

3. Putusan sidang Majelis Pemeriksa Divisi KemahkamahanMKEK diambil atas dasar musyawarah dan mufakat.

4. Apabila musyawarah dan mufakat tidak tercapai,keputusan atau putusan diambil atas dasar perhitungansuara terbanyak dari majelis pemeriksa, dengan tetapmencatat perbedaan pendapat (dissenting opinion) yangada.

5. Kecuali dinyatakan lain, putusan MKEK adalah bersifatrahasia.

6. Putusan MKEK Cabang dapat dilakukan banding keMKEK Wilayah, putusan MKEK Wilayah dapat dilakukanbanding ke MKEK Pusat, paling lambat 2 (dua) minggusetelah putusan ditetapkan.

7. Putusan yang tidak dibanding atau putusan MKEK Pusatadalah suatu ketetapan final, mengikat dan langsungberlaku, kecuali diputuskan lain oleh Muktamar IDI yangkhusus untuk itu.

8. Kekeliruan cara pembuatan putusan atau penerapanaturan KODEKI terhadap kasus yang disidangkan olehmajelis pemeriksa terhadap dokter teradu dapat direviuatau diklarifikasi oleh Ketua MKEK setempat untukdilakukan sidang ulang perumusan kembali.

9. Ketentuan lebih lanjut dari kekeliruan, reviu atau klarifikasisebagaimana dimaksud ayat (8) di atas diatur lebih lanjutoleh Keputusan Ketua MKEK Pusat.

10. Putusan sebagaimana dimaksud ayat (7) yang telahberkekuatan etik tetap oleh majelis pemeriksa dikirimkepada Divisi Pembinaan Etika Profesi untukditentukan pelaksanaan sanksinya, dengan atau tanpadikoordinasikan terlebih dahulu dengan Pengurus IDIsetingkat.

11. Apabila terdapat perbedaan cara pelaksanaan sanksi

Page 35: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

35

atau cara pembinaan terhadap dokter terhukum/pelanggar etik sebagaimana dimaksud ayat (10) di atas,dikonsultasikan ke dan ditetapkan oleh Ketua MKEKsetingkat sesuai yurisdiksinya.

12. Putusan tentang kesalahan dokter terhukum/pelanggaretik dibedakan atas kesalahan ringan, kesalahansedang dan kesalahan berat.

13. Penetapan kategori berat ringannya kesalahandidasarkan atas kriteria sebagai berikut :a. Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan

pasienb. Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan

profesic. Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan

umumd. Itikad baik teradu dalam turut menyelesaikan kasuse. Motivasi yang mendasari timbulnya kasusf. Situasi lingkungan yang mempengaruhi timbulkan

kasusg. Pendapat dan pandangan BHP2A

14. Apabila kasus yang dihadapi ternyata juga menyangkutpelanggaran disiplin dan atau hukum yang sedangdalam proses penanganannya, persidangan ataupembuatan putusan MKEK ditunda sampai selesainyapenanganan tersebut.

15. Batasan waktu yang dibutuhkan untuk prosespersidangan atau persidangan kembali setelahpenundaan sidang hingga pembuatan putusan palinglama adalah 3 (tiga) bulan.

16. Ketua MKEK mengirim amar putusan ke Ketua IDIsetingkat dan kepada dokter terhukum/yangbersangkutan.

17. Kepada pihak pasien pengadu putusan dapatdisampaikan secara lisan, dengan bukti tertulisnyadisimpan di MKEK.

18. Salinan Putusan MKEK Cabang/Wilayah disertai riwayatsingkat kasus, identitas, masalah dan kategori ataukualifikasi putusannya dalam waktu paling lama 2 (dua)bulan sejak ditetapkan atau secara kumulatif berkalasetiap 3 bulan harus disampaikan ke MKEK Pusat untuk

Page 36: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

36

dilakukan kompilasi.19. Pengiriman salinan putusan MKEK sebagaimana

dimaksud ayat (18) dapat ditujukan ke Ketua IDI yangsetingkat.

20. Putusan MKEK setelah terbukti terdapat pelanggarandisiplin dapat dikirim ke MKDKI Provinsi sesuaiyurisdiksinya atau ke lembaga resmi yangbertanggungjawab atas akreditasi, lisensi dan registrasidokter sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

21. Salinan putusan MKEK tidak boleh diberikan kepadapihak penyidik atas alasan apapun.

22. Ketentuan lebih lanjut tatacara pengiriman putusansebagaimana dimaksud ayat (19) di atas diatur olehKeputusan Ketua MKEK Pusat.

Pasal 29Sanksi

1. Sanksi terhadap dokter terhukum/pelanggar etik bersifatpembinaan dan ditetapkan oleh majelis pemeriksa DivisiKemahkamahan MKEK.

2. Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1)berada di tangan Divisi Pembinaan Etika Profesi MKEKuntuk dan atas nama pengurus IDI setingkat.

3. Sanksi yang diberikan tergantung dari berat ringannyakesalahan yang dilakukan dokter teradu.

4. Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) di atasdapat berupa :a. Penasehatanb. Peringatan lisanc. Peringatan tertulisd. Pembinaan perilakue. Reschooling (pendidikan/pelatihan ulang)f. Pemecatan sementara sebagai anggota IDI yang

diikuti dengan mengajukan saran tertulis kepadakepala dinas kesehatan kabupaten/kota untukmencabut izin praktek maksimal adalah :1. 3 (tiga) bulan untuk pelanggaran ringan2. 6 (enam) bulan untuk pelanggaran sedang3. 12 (dua belas bulan) untuk pelanggaran beratg. Pencabutan keanggotaan

Page 37: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

37

4. Apabila putusan dalam bentuk penasehatan atauperingatan lisan, maka peringatan lisan tersebutdisampaikan kepada dokter terhukum/pelanggar etikdalam sidang MKEK.

5. Apabila sanksi sebagaimana dimaksud ayat (4) telahdisampaikan sebanyak 3(tiga) kali kepada dokterterhukum. tetapi tidak ada perbaikan sikap tindakperilakunya, dilanjutkan dengan peringatan tertulis danatau pembinaan perilaku.

6. Apabila peringatan tertulis dan atau pembinaan perilakusebagaimana ayat (5) telah disampaikan sebanyak3(tiga) kali, tetapi tetap tidak ada perbaikan sikap tindakperilakunya, dilanjutkan dengan pemecatan sementarasebagai anggota IDI dan mengajukan saran tertuliskepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk mencabutsementara izin praktik dokter terhukum.

7. Apabila pemecatan sementara sebagai anggota IDI danpencabutan sementara izin praktik telah dilakukan tetapitetap tidak ada perbaikan, dilakukan dengan usulpemecatan tetap sebagai anggota atau pencabutankeanggotaan kepada IDI sesuai yurisdiksinya dan sarankepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untukmencabut izin praktiknya selama 12 bulan dengan atautanpa usulan untuk dicabutnya Surat Tanda Registrasinyaoleh Konsil Kedokteran Indonesia..

8. Sanksi berupa pemecatan keanggotaan tidak bersifatpembinaan.

9. Sanksi yang telah dijalani anggota yang terhukumdibuatkan berita acaranya dan salinan hal itudisampaikan kepada Pengurus IDI untuk tindak lanjutyang sesuai.

10. Putusan tentang pemecatan sementara atau usulpemecatan tetap sebagai anggota IDI ditindak lanjuti olehPengurus IDI Cabang dengan mengirimkan surat khusustentang hal itu kepada Pengurus Besar IDI, MKEKPusat dan tembusan kepada Pengurus IDI dan MKEKWilayah.

11. Putusan berupa saran pencabutan izin praktik dokterditindak lanjuti oleh Pengurus IDI Cabang setempatdengan mengirimkan surat khusus tentang hal itu kepada

Page 38: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

38

dinas kesehatan kabupaten/kota setempat dan tembusankepada Pengurus IDI dan MKEK Wilayah dan PengurusBesar IDI.

12. Putusan yang menyangkut dokter spesialis wajibditindaklanjuti oleh perhimpunan spesialisnya masing-masing.

13. Hal-hal yang belum diatur tentang pelaksanaan danpenilaian sanksi akan ditentukan oleh Keputusan KetuaMKEK Pusat.

Pasal 30Banding

1. Ketua majelis pemeriksa memanggil dokter teradudengan atau tanpa disertai BHP2A untuk diberikesempatan pemahaman tentang hak-hak dan kewajibanteradu, termasuk kemungkinan banding paling lambat14 hari kerja setelah sidang pembuatan putusan.

2. Ketua majelis secara terpisah dapat memanggil pengadudengan atau tanpa disertai keluarga atau pengacaranyauntuk pembacaan amar putusan terhadap teradu, disertaipenjelasan tentang hak-hak dan kewajiban pengadu,termasuk kemungkinan banding, paling lambat 14 harikerja setelah sidang pembuatan putusan.

3. Teradu dengan atau tanpa disertai BHP2A, sertapengadu dengan atau tanpa disertai keluarga/pembelanya berhak mengajukan banding melalui MKEKCabang untuk diajukan ke MKEK Wilayah atau melaluiMKEK Wilayah untuk diajukan ke MKEK Pusat, palinglambat 14 hari kerja setelah pembacaan amar putusanatau putusan tertulis diterima oleh teradu.

4. Tata cara penelaahan kasus, tata cara persidangan danpengambilan keputusan MKEK Wilayah terbanding samadengan MKEK Cabang pembanding.

5. Tata cara penelaahan kasus, tata cara persidangan dantata cara pengambilan keputusan MKEK Pusatterbanding sama dengan MKEK Wilayah pembandingatau dapat dilakukan tatacara tersendiri yang ditetapkanoleh Ketetapan MKEK Pusat.

Page 39: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

39

Pasal 31 Pemulihan hak-hak profesi

1. Untuk pemulihan hak-hak profesi terhadap dokter teradu,dapat dilakukan terhadap :a. Dokter teradu yang dinyatakan atau terbukti tidakbersalah.b. Dokter terhukum/penerima sanksi telah menjalanisanksinya sesuai keputusan MKEK dan ketentuan yangberlaku.

2. Bagi teradu yang ternyata tidak bersalah, dikeluarkanpernyataan pemulihan hak-hak profesi oleh MKEKsetempat, sedapat mungkin disertai dengan permintaanmaaf kepada dokter yang bersangkutan, dengan salinankepada instansi dimana ia bekerja.

3. Bagi dokter terhukum/penerima sanksi yang telahmelaksanakan sanksinya, dikeluarkan pernyataanpemulihan hak-hak profesi secepatnya, dan disampaikankepada yang bersangkutan serta kepada instansi tempatia bekerja.

4. Penerbitan surat keputusan pemulihan hak-hak profesidilaksanakan oleh MKEK setingkat sesuai yurisdiksinya.

5. Surat Keputusan pemulihan hak-hak profesi inidisampaikan kepada Pengurus IDI setingkat.

6. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam hal pemulihanhak-hak profesi ini akan diatur lebih lanjut melaluiKeputusan Ketua MKEK Pusat.

Pasal 32 Administrasi

1. Setiap berkas pengaduan diperlakukan sebagaidokumen rahasia.

2. Nama dan alamat serta identitas dari pengadu ataukeluarganya jika dianggap perlu oleh MKEK dapatdirahasiakan.

3. Untuk pengaduan, pihak pasien atau keluarganya tidakdipungut biaya apapun.

4. Semua keterangan dan bahan-bahan bukti yang telahsecara sah diberikan oleh para pihak dalam sidang-sidang MKEK harus dicatat dalam risalah sidang dan

Page 40: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

40

didokumentasikan sebagai hak milik IDI.5. Hal-hal administratif lainnya yang belum diatur akan

ditetapkan kemudian melalui Keputusan Ketua MKEKPusat.

BAB V PENUTUP

Pasal 33 Rapat-Rapat MKEK

1. Rapat MKEK dipimpin oleh Ketua MKEK. Apabila Ketuaberhalangan, diwakili oleh Wakil Ketua MKEK. ApabilaKetua dan Wakil Ketua berhalangan, sidang ditunda.

2. Sekretaris MKEK bertanggung jawab atas pencatatandan pelaporan risalah persidangan. Apabila SekretarisMKEK berhalangan, dapat digantikan oleh WakilSekretaris, Ketua Divisi Pembinaan Etika Profesi ataupengurus MKEK lain yang ditunjuk oleh pimpinansidang.

3. Keputusan rapat adalah segala ketentuan MKEK yangdihasilkan bukan dari pengaduan dugaan pelanggaranetika kedokteran terhadap dokter teradu oleh pasien/keluarga pengadu.

4. Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (3) di atas diaturtersendiri melalui Peraturan internal MKEK.

Pasal 34 Ketentuan Peralihan

1. Apabila belum terbentuk atau belum lengkapnya susunandan tata aturan Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan(MDTK) provinsi dan Majelis Kehormatan DisiplinKedokteran Provinsi, MKEK Wilayah setempat dapatturut berperanan aktif dalam upaya penangananpengaduan sengketa medik sesuai ketentuan yangberlaku.

2. MKEK Wilayah yang terbentuk sebelum pedoman iniditetapkan, tetap menjalankan tugasnya denganmenyesuaikan organisasi dan tatalaksana kerjanya

Page 41: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

41

menurut pedoman ini paling lambat dalam waktu satutahun.

Pasal 35 Penutup

1. Segala ketentuan lain sepanjang tidak bertentangandengan pedoman ini dinyatakan tetap berlaku.

2. Pedoman tatalaksana kerja MKEK (kompendium) yangditetapkan sebelum pedoman ini dinyatakan tidak berlakulagi.

3. Pedoman ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkandan untuk diketahui kalangan luas, agar disebarkan keseluruh pengurus IDI beserta perangkat dan jajarannyadi seluruh Indonesia.

Ditetapkan di JakartaKetua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pusat

Prof.Dr.dr. Agus Purwadianto, SH, MSi, SpF (K)NPA IDI 10575

Page 42: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

42

PENGADUANDengan kuasa :LSM/pengacaraTanpa kuasa :a. Keluargab. Pasien sendiri

IDISaringan awaltim “screener”yang terdiri dariKetua IDI,MKEK/BHP2A/jajaran perangkat

Sisa etika pascaMKDKI,Temuan IDI,Pasca KonflikEtikolegal,MKDKP (-)

VERIFIKASI

Praduga Bersalah “Kasus Netral”

BHP2A

PengaduanTelaahan

PenelaahanDivisi Pembina Etika Profesi

MKEK

“PUTIH” “ABU-ABU” “HITAM”

Saksi ahliDEWAN ETIK

PDSP

Layak Sidang(Ketua MKEK)

Tidak layak sidang

Btk Majelis Pemeriksa kasusDivisi Kemahkamahan

Selesai

Pernyataan Melanggar Etik

Pelaksanaan Sanksi Pemulihan Hak Profesi

PUTUSAN

Pernyataan Tidak Melanggar Etik

PersidanganPembuktian

BelaBela Bela “Pidana”Bela “Perdata”

ke Hukum/MKDKI+ Penjelasan Dr. T

Selesai ke Hukum (PN)/MKDKI + Hrs ke MKEK

ALUR PENANGANAN ADUAN DUGAANSENGKETA MEDIK KE IDI/MKEK/BHP2A

Page 43: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

43

Contoh Lampiran:

KEPUTUSAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERANIKATAN DOKTER INDONESIA WILAYAH / CABANG

___________________________

Nomor:

Demi keluhuran profesi dokter berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia Wilayah/Cabang ________, yang memeriksa dan menyelesaikan perkarapengaduan pelanggaran etik kedokteran di tingkat pertama telahmenjatuhkan putusan sebagai berikut di bawah ini dalam perkara :

Dugaan pelanggaran etik dan/atau profesi yang dilakukan olehdr _______, Sp XYZ (teradu) pada saat menangani pasien _______di RS QQQ/tempat praktek (TP) Kabupaten/Kodya _____. (untukkonflik etikolegal tak diperlukan pasien)

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI Wilayah / Cabang __________,

Telah memeriksa surat-surat : tanda keanggotaan IDI, sertifikat keahlian,surat tanda registrasi, surat izin praktik, dan riwayat pekerjaan yangbersangkutan ;

Telah membaca dan menganalisis surat-surat aduan atau somasi yangditujukan kepada dr ______, SpXYZ ; (untuk konflik etikolegal diperlukanpengadu dari dokter atau instansi /jajaran atau perangkat IDI lainnya)

Telah mendengar dan memeriksa pasien/keluarga pasien pengadu padatanggal _____________(diterangkan bila pasien tak dapat hadir karenasuatu hal)

Telah mendengar dan memeriksa dokter teradu pada tanggal _______;Telah mendengar dan memeriksa dr ______, SpXYZ dan Prof Dr dr

________ SpABC, yang juga pernah memeriksa pasien _______, padatanggal _________;

Telah mendengar dan memeriksa Komite Medik RS QQQ pada tanggal_____________

Telah mendengar dan memeriksa Prof _______, SpXYZ, dr ______, SpXYZdan dr SpXYZ di RS ________ (non QQQ) (selaku peer group yangsedapat mungkin setara) pada tanggal ____________;

Telah mendengar dan memeriksa Dewan Etika dan atau KetuaPerhimpunan Dokter Ahli XYZ Indonesia Cabang ______________selaku wakil perhimpunan profesi yang sama pada tanggal ______;

Telah memeriksa dokumen-dokumen medis yang terkait;Telah memeriksa petunjuk terkait (termasuk surat kiriman dari MKDKI)

Page 44: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

44

Tentang duduknya pengaduan

Menimbang bahwa teradu telah melakukan tindakanmedis_________ (proteksi khusus s/d rehabilitatif dibuat secara kronologis atausistematis) terhadap pasien ___________ pada tanggal _______ bulan_____tahun ________, yang kemudian diikuti/terjadi__________ (miskomunikasi,kerusakan/kerugian, cedera) dengan akibat _________kemudian ___________(kejadian tidak diinginkan secara kronologis/sistematik) setelah tindakan mediktersebut yang merupakan sengketa medik atau menurut pihak pasien/keluarganya diduga merupakan suatu kelalaian medik/pelanggaranperilaku profesi.

Menimbang bahwa atas pengaduan tersebut, MKEK IDI Wilayah /Cabang ________ telah mengundang, mendengar dan memeriksa pasien____________ /pihak keluarganya, dokter teradu, beserta dokumenRekam Medik pasien____________ yang pada pokoknya menguraikanpenatalaksanaan pasien sewaktu di RS QQQ/ TP _____________ padatanggal-tanggal tersebut di atas, yaitu :

1. Bahwa dokter teradu adalah anggota IDI dan ______________(PDSp atau jajaran perangkat IDI lainnya), spesialis Penyakit XYZ,memiliki STR, SIP dari Instansi yang berwenang, yang sejaktahun ______________ (tahun awal praktiknya) setidaknya telahmelakukan ___________ (tindakan medik krusial sebagaimana yangdiadukan namun menimbulkan kejadian tidak diinginkan) sebanyak_____________ kali, dan selama itu tidak pernah menemukan(kejadian tidak diinginkan tersebut, komplikasi terkait) sebagai akibattindakannya;

2. Bahwa pada tanggal _________ (bulan, tahun) pasien __________telah datang ke dokter teradu di RS / TP _________ dengankeluhan ____________________(diisi versi pasien secara kronologis/sistematik). Pada pemeriksaaan ditemukan _________________(diisi diagnostik termasuk hasil laboratorium penting / khas dari dokter/ RS / TP teradu, secara kronologis / sistematik).Pemeriksaan laboratorium dan radiologi _________ lainnya tidakmenunjukkan kelainan;

3. Bahwa kepada pasien dianjurkan _____________(tindakan medikkrusial tersebut), dengan penjelasannya dan disetujui oleh pasien(catat bila kenyataan sebaliknya). Pasien dirawat di RS / berobat diTP _________ sejak tanggal __________(bulan, tahun) ;

4. Bahwa pada tanggal ______________ (bulan, tahun) dilakukan______________________ (tahap-tahap penting durante tindakanmedik krusial) di bawah pembiusan umum (catat bila berbedamodalitas), perdarahan ________ ml (catat kejadian normaInya danpenyulitnya) ;

Page 45: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

45

5. Bahwa pasien dipulangkan pada tanggal _______________ (bulan,tahun) dengan luka operasi membaik;

6. Bahwa pada tanggal ________ (bulan, tahun) pasien datang untukkontrol ulang, namun terjadi, __________dengan pemeriksaanpenunjang ____________, terdapat __________ (keadaanpatologinya, kronologis, sistematik). Dokter teradu telah melakukan_____________ (cara mengatasi hal itu, bila ada).;

7. Bahwa pasien dianjurkan untuk / dikonsulkan ke dokter______________di RS ________________tetapi tidak dilaksanakan(catat bila sebaliknya);

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang __________telah memeriksa dokumen rekam medis pasien ___________, danmenemukan data bahwa pasien pernah berobat di RS ___________padatanggal __________ (riwayat pengobatan terdahulu yg terkait) dengankeluhan ____________ (yang relevan);

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang ____________telah memeriksa dokumen surat pengaduan/somasi dari kuasa hukumpasien ____________________, yaitu __________________ SH, yang padapokoknya menyatakan sebagai berikut:

__________________________________________________(diisi inti aduan, disesuaikan kronologislsistematik)

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang _____________telah mengundang, mendengar dan memeriksa Dr R _____________,SpXYZ (sesama tim atau yang pernah dikonsultasikan atau yg pernah merawatsebelum/sesudahnya), yang memeriksa pasien ___________ padatanggal_________________ (waktu disesuaikan) di RS _________, yangmenerangkan bahwa pada waktu itu ___________(hasil ringkas yang relevansebagai konstruksi posisi kasus) , yang menerangkan:

1. Bahwa _________________(temuan atau sudut pandang lain,kronologis / sistematis);

2. Bahwa di buku “ _____________ “ karangan _______________tahun _______________ (buku rujukan, atau literatur lain sesuaiEvidence Based Madicine) keadaan tersebut merupakan salah satukomplikasi _____________ (tindakan medik krusial) yangsangat jarang dan pada umumnya tidak menimbulkan gejala_______________ (catat bila sebaliknya);

3. Bahwa di negara ____________ teknik _____________ (khasdari tindakan medik krusial) sudah ditinggalkan dan digantikan

Page 46: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

46

dengan teknik ________________ , namun di negara _________teknik tersebut masih dilakukan (perbedaan modalitas terapi atauschool of thought dari almamater yang berbeda) ;

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang _________________telah mengundang, mendengar dan memeriksa Prof ___________ , SpXYZ,dr _________, SpXYZ dan dr ___________, SpXYZ selaku peer group, yangpada pokoknya telah memberi keterangan

___________________________________________________(idem di atas)

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang _________________telah mengundang, mendengar dan memeriksa dr__________________,pakar di bidang di RS Non QQQ , yang pada pokoknya menyatakanbahwa selama 25 tahun ia bekerja tidak pernah menemukan (penyulitkrusial, catat bila sebaliknya) ;

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang _______________telah mengundang, mendengar dan memeriksa dr __________, SpXYZdan dr _______________ selaku ketua PDSp Cabang __________________dan Ketua Dewan Etika PDSp XYZ yang menerangkan sebagai berikut:

1. Bahwa _______________________________________ (idem di atas)2. Bahwa indikasi dilakukannya ________________ (tindakan medik

krusial) pada pasien __________________________ sudah tepat,demikian pula teknik melakukannya sudah sesuai denganprosedur (catat ditemukan bila sebaliknya).

Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah / Cabang _____________dalam sidang-sidangnya menemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa tindakan medis _______________ yang dilakukan telahsesuai indikasinya, prosedur dan teknik operasinya; (catat bilakejadian sebaliknya)

b. Bahwa ___________________ (komplikasi krusial) akibat tindakanmedik ________________ (krusial) hampir tidak pernah terjadi,baik menurut laporan di kepustakaan maupun pengalaman diIndonesia; (catat bila kejadian sebaliknya)

Page 47: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

47

c. Bahwa oleh karenanya _____________________________________(akibat krusial) tersebut adalah risiko yang unforeseeable____________________________ (tak dapat diduga sebelumnya) dari_______________ (tindakan medik krusial) tersebut.

Memutuskan

Menetapkan bahwa dr _____________________ SpXYZ tidak terbuktimelanggar etika kedokteran, dan telah melakukan praktek profesi sesuaidengan prosedur standar yang berlaku. (catat bila kejadian sebaliknya)

(kota, kabupaten, _____________________ ), ___________________________(tanggal, bulan, tahun) .

Ketua MKEK IDI Wilayah / Cabang _____________________,

Prof __________________________

Page 48: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

48

SURAT KEPUTUSAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERANNOMOR: 01/MKEK PUSAT/SK/05/2007

TENTANGSUSUNAN DAN PERSONALIA

MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERANMASA BAKTI 2006 - 2009

MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN

Menimbang : 1. Bahwa Muktamar IDI XXVI, tanggal 29 November - 02Desember 2006 dengan Keputusan No. 12/Muk.IDIXXVI/12/2006 telah mengukuhkanDR.Dr.Agus Purwadianto, SH, Sp.F sebagai KetuaMajelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) masa bakti2006 - 2009 dan mengamanatkan agar segera menyusunSusunan Pengurus Majelis Kehormatan Etik Kedokteran.

2. Bahwa Susunan dan Personalia Majelis Kehormatan EtikKedokteran telah tersusun.

3. Bahwa sehubungan dengan butir 1 dan 2 diatas dan demikelancaran kegiatan organisasi maka perlu menetapkanSusunan Pengurus Majelis Kehormatan Etik Kedokteranmasa bakti 2006 - 2009 dengan Surat Keputusan.

Mengingat : 1. Ketetapan Muktamar IDI XXVI Tahun 2006 No. 12.Muk.IDI XXVI/12/2006 tanggal 2 Desember 2006.

2. Anggaran Dasar IDI Bab III Pasal 5 dan Bab VI pasal 123. Anggaran Rumah Tangga IDI Bab II, Bagian XIII, pasal

33

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Pertama : Susunan dan Personalia Pengurus Majelis Kehormatan EtikKedokteran Indonesia masa bakti 2006 - 2009 sebagaimanatercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kedua : Setiap anggota Pengurus MKEK wajib melaksanakan semuatugas pokok penyempurnaan tatalaksana administratif,mempertahankan eksistensi organisasi pasca Undang-undangPraktik Kedokteran, memperbaiki standar proseduroperasional organisasi, pemberdayaan dan peningkatan mutusumber daya manusia serta kaderisasi MKEK Wilayah &Cabang se Indonesia serta melakukan upaya pembiayaandalam rangka pelaksanaan program organisasi sesuai

Page 49: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

49

ketentuan etika kedokteran dan ketentuan/kebijakanorganisasi IDI.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan danapabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalampenetapannya akan diperbaiki sesuai keperluannya.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal: 3 Mei 2007

Page 50: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

50

Lampiran Surat Keputusan Majelis Kehormatan Etik KedokteranNomor : 01/MKEK Pusat/SKEP/05/2007Tanggal : 3 Mei 2007

SUSUNAN DAN PERSONALIAMAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN

MASA BAKTI 2006 - 2009

Penasehat : Prof. Dr. Ratna S. Samil, Sp.OGDr. Broto Wasisto, MPH

Ketua : DR.Dr. Agus Purwadianto, SH, Msi, Sp.F (K)Wakil ketua : Prof.Dr. Mardiono Marsetio, Sp.M (K)Sekretaris : Dr. Trihono, MPH, MScWakil Sekretaris : Dr. Yuli Budiningsih, Sp.F

Divisi KemahkamahanKetua : Prof.DR. R.Sjamsuhidajat, Sp.BWakil Ketua : Prof.DR.Dr. Siti Aisah Boediardja, Sp.KKAnggota : Dr. Adib M.Yahya, MARS

Dr. Husniah R. Arwin, Sp.FKProf.Dr. Budhi Setianto, Sp.JP(K)DR.Dr. Laila Nuranna, Sp.OG(K)Prof.DR.Dr. Hasbullah Thabrani, MPHDR.Dr. Abidin Widjanarko, Sp.PDProf.Dr. Teguh Ranakusuma, Sp.S(K)Dr. Soenatrio, Sp.An(K)Dr.Sintak Gunawan MADr. Siti Moetmainah, Sp.OGProf.Dr. Sajid Darmadipura, Sp.BS(K)Dr. Bambang Setiohadi, Sp.M

Divisi Pembinaan Etika ProfesiKetua : Dr. Kusno Martoatmodjo, Sp.AWakil : Dr. Farid W.Husain, Sp.BAnggota : Dr. Suhantoro, DSM

Dr. Danardi, SpKJDR.Dr. Julitasari Sundoro, MScDr. Syahrizal, PhDDr. Sjoekri Ridwan, Sp.ADr. Robert Gandasentana, MSDr. Ketut SudarsanaDr. Bernard HutabaratDr. Bahtiar Husain, Sp.PDr. Soetedjo, Sp.S

Page 51: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

51

Dr. Ari Yunanto, Sp.A(K)Prof. Dr. Amri Amir, Sp.FDr. Irawan Jusuf, PhDDr. Sri Suparyati Soenarto, Sp.ADr. Riswandi, Sp.A

Pembantu Umum : Dr. Ade Firmansyah SugihartoDr. Eka Wahyu Harsawardhani, MARS

Jakarta, 3 Mei 2007

Page 52: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

52

DAFTAR ALAMAT EMAIL PENGURUS MKEK PUSAT DANWILAYAH/CABANG SE-RI

1. izwan saat (Jambi) : [email protected]. trihono : [email protected]

[email protected]. abiding widjanarko : [email protected]. agus purwadianto : [email protected]

[email protected]. amri amir (Sumatera Utara) : [email protected]. bahtiar : [email protected]. bambang setyohadi (Jabar, Pusat) : [email protected]. bernard hutabarat : [email protected]. broto wasisto : [email protected]. djono kusanto (Kalimantan Tengah) : [email protected]. eka wahyu : [email protected]. emil : [email protected]. irawan yusuf (Sulawesi Selatan, Pusat)

[email protected]. julitasari : [email protected]. robert gandasentana : [email protected]. sintak gunawan : [email protected]. soritua sarumpaet (Kepulauan Riau) :

[email protected]. sri suparyati (Yogyakarta, Pusat) : [email protected]. suhantoro : [email protected]. sunatrio : [email protected]. yuli budiningsih : [email protected]. ridad agoes (Jawa Barat) : [email protected]. soegandhi (Yogyakarta) ----------------------24. heru tjahjono (NTT) : [email protected]. net. id25. ari yunanto (Kalimantan Selatan, Pusat) :

ari [email protected]. mulyanto (NTB) : [email protected]. riswandi (Riau) : [email protected]. nusyirwan acang (Sumatera Barat) : [email protected]. ratna suprapti samil : [email protected]. siti aisah : [email protected], [email protected]. teguh ranakusuma : [email protected]

Page 53: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

53

32. sajid darmadipura (Jawa Timur, Pusat) :[email protected]

33. moetmainah (Jawa Tengah, Pusat) :[email protected]

34. suardhana : [email protected]. bambang gunawan (Banten) ------------------ fax 021-553900836. rusdi ismail (Sumatera Selatan) : [email protected]. leggy lefrand (Sulawesi Utara) -------------------38. sjoekri ridwan : [email protected]. kusno martoatmodjo ----------------------40. sjamsuhidajat, [email protected]. mardiono marsetio -------------------42. bambang dirjosiswojo (Kalimantan Barat) -------------------43. rawindra (Kalimantan Timur) -------------------44. teuku moead zulklifli (Nangro Aceh Darussalam) --------------45. p ritonga (Lampung) ------------------------46. syarifuddin wahid (Sulawesi Selatan) :

ibnusinahosp@telkom. net47. husniah rubiana akib : [email protected]. budhi setianto : heybud@ indosat.net.id49. danardi : [email protected]. farid husain --------------------------------51. laila nuranna : [email protected], [email protected]. ketut sudarsana ------------------53. adib m yahya : [email protected]. azhar tanjung (Cabang Medan) ------------------------55. henry yapari (Cabang Balikpapan) ---------------------------56. sumartanto (Cabang Solo) : [email protected]

Page 54: Pedoman organisasi dan tata kerja Majelis Kehormatan Etik ...

54