Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

23
Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi Juni 2019 Pedoman tentang bagaimana perusahaan dapat secara efektif melibatkan para pemangku kepentingan dan memenuhi komitmen sukarela dalam konteks bentang alam dan yurisdiksi Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Transcript of Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

Page 1: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

1

Pedoman OperasionalPencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

Juni 2019

Pedoman tentang bagaimana perusahaan dapat secara efektif melibatkan para pemangku kepentingan dan memenuhi komitmen sukarela dalam konteks bentang alam dan yurisdiksi

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

i

Daftar Isi

Tujuan & ringkasan 01

1. Kata pengantar 03

2. Berkolaborasi untuk menangani tantangan di luar kendali penuh perusahaan 05

2.1 Tindakan bagi semua perusahaan 06

2.2 Tindakan tambahan bagi produsen dan pengolah primer 11

2.3 Tindakan tambahan bagi pembeli dan pemodal 11

3. Menggunakan sistem yurisdiksi untuk membantu menunjukkan pemenuhan komitmen rantai pasokan 16

Page 4: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

ii

Kredit foto: fotosmile777l

Page 5: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

01Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

Tujuan & ringkasanDokumen ini memberikan panduan tentang bagaimana perusahaan sebaiknya berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lain dalam bentang alam, yurisdiksi, dan sektor di mana mereka beroperasi untuk melaksanakan komitmen mereka secara efektif. Dokumen ini juga memberikan saran tentang cara-cara spesifik bagi perusahaan untuk melanjutkan kolaborasi tersebut. Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk menangani masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berada di luar kendali penuh perusahaan dan untuk berkontribusi kepada dampak positif yang lebih luas dan berjangka panjang. Secara khusus, kolaborasi semacam itu dapat membantu perusahaan menjadi lebih mampu untuk:

y Memenuhi komitmen-komitmen mereka

y Menunjukkan kemajuan dan kepatuhan terkait komitmen mereka

y Mengurangi risiko hukum, peraturan, dan reputasi yang terkait dengan deforestasi, konversi, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di luar tetapi masih di sekitar wilayah operasional dan pembelian dan pengadaan mereka

y Mendukung perbaikan sosial dan lingkungan di lapangan dalam skala yang lebih besar dan jangka panjang

y Memastikan bahwa upaya perusahaan untuk mengatasi deforestasi, konversi, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam operasional dan rantai pasokan mereka tidak memberikan dampak pada wilayah lain

Setelah pengantar yang menjelaskan peran perusahaan dalam upayanya mengatasi tantangan-tantangan deforestasi, konversi, dan Hak Asasi Manusia di luar kendali mereka, pedoman ini menjabarkan praktik yang baik dan contoh-contoh yang menggambarkan:

1) Bagaimana perusahaan dapat melibatkan pemerintah, perusahaan rekanan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menangani elemen-elemen komitmen yang berada di luar kendali penuh mereka (contohnya: tata kelola lahan atau penegakan hukum terkait perlindungan hutan)

Page 6: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

02 Accountability Framework

2) Bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan tata kelola yurisdiksi atau inisiatif monitoring untuk membantu memenuhi — dan menunjukkan pemenuhan dari — komitmen sukarela mereka

Kolaborasi dapat mendukung implementasi dan monitoring komitmen yang efektif dalam mendukung beberapa aspek Accountability Framework. Secara khusus, pedoman ini dimaksudkan untuk mendukung dan menyelaraskan dengan Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan and Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi dari Accountability Framework, di samping elemen yang terkait dengan perlindungan Hak Asasi Manusia, penghentian deforestasi dan konversi, serta mendorong perlindungan jangka panjang dari ekosistem alami.

Page 7: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

03Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

1. Kata pengantar

Implementasi dan pemenuhan komitmen rantai pasokan perusahaan hampir selalu dipengaruhi oleh— dan perlu didasari oleh— konteks geografis, politik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan di mana komoditas diproduksi, diperdagangkan, dan didanai. Komitmen, tindakan, dan proses pemantauan perusahaan yang terkait dengan rantai pasokan yang etis seringkali bersinggungan dengan dinamika di luar kendali perusahaan, seperti yang didorong atau dipengaruhi oleh kebijakan, program, dan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan lain, entitas pemerintah, masyarakat, dan pelaku lainnya. Meskipun perusahaan mampu secara efektif menangani sendiri aspek-aspek tertentu dari komitmen mereka (melalui tindakan yang dilakukan pada tingkat unit produksi atau melalui manajemen rantai pasokan), masalah lain mungkin memerlukan atau dapat menarik manfaat dari pertimbangan konteks yang lebih luas dan pelaku lain serta tindakan yang membentuknya. Untuk alasan ini, perusahaan seringkali perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain untuk secara efektif melaksanakan dan mencapai komitmen melindungi hutan dan ekosistem alami lainnya dan menghormati Hak Asasi Manusia.

Prinsip Inti 10 dan bagian-bagian lain dari Accountability Framework menguraikan cara-cara di mana perusahan dapat bekerja dengan pemangku kepentingan lain untuk mencapai komitmen rantai pasokan mereka, termasuk melalui pengadopsian praktik produksi dan perdagangan bertanggung jawab yang lebih luas dan dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan dan mendukung hasil positif pada skala besar. Upaya-upaya ini dapat dilakukan secara pra-kompetitif dengan cara yang tidak melanggar hukum dan praktik anti kolusi.

Bagian 2 dari pedoman ini memberikan panduan tentang berbagai cara yang dapat digunakan perusahaan untuk berkolaborasi dalam mengatasi masalah di luar kendali penuh mereka, melalui inisiatif berbasis tempat dan berbasis sektoral. Bagian 3 memberikan panduan tambahan khususnya tentang penggunaan inisiatif, program, dan sistem monitoring tingkat bentang alam atau yurisdiksi untuk membantu menunjukkan pemenuhan komitmen rantai pasokan.

Page 8: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

04 Accountability Framework

KoTaK 1. Inisiatif bentang alam, yurisdiksi, dan sektoral

Pendekatan bentang alam meliputi kolaborasi pemangku kepentingan dalam suatu bentang alam untuk merekonsiliasi dan mengoptimalkan berbagai tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan di berbagai sektor ekonomi dan tata guna lahan. Pendekatan bentang alam ini diimplementasikan melalui proses manajemen bentang alam terintegrasi yang mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan dan menerapkan rencana tata guna lahan, kebijakan, proyek, investasi, dan intervensi lainnya untuk memajukan tujuan keberlanjutan bentang alam.

Pendekatan yurisdiksi adalah suatu jenis pendekatan bentang alam yang dikembangkan dalam batas-batas administrasi pemerintah daerah atau nasional, biasanya dengan penekanan pada peran pemerintah dalam kebijakan publik, perencanaan tata guna lahan, penegakan hukum, investasi, atau fungsi lainnya.

Inisiatif sektoral menyatukan banyak pelaku yang terkait dengan sektor komoditas tertentu untuk menetapkan tujuan atau sasaran bersama, mengembangkan rencana, dan mengambil tindakan untuk mengatasi tantangan khusus untuk sektor tertentu. Inisiatif sektoral mungkin terbatas pada kelompok pemangku kepentingan tertentu (misalnya, hanya produsen atau hanya perusahaan swasta pada berbagai tahap rantai pasokan) atau mereka dapat mencakup keterlibatan multi pihak termasuk masyarakat sipil dan perwakilan pemerintah.

Page 9: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

05Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

2. Berkolaborasi untuk menangani tantangan di luar kendali penuh perusahaan

Perusahaan pada akhirnya bertanggung jawab untuk memenuhi komitmen rantai pasokan mereka dan menunjukkan pemenuhan tersebut. Namun, upaya perusahaan untuk memenuhi komitmen dapat dihambat oleh faktor-faktor di luar kendali penuh mereka, seperti konflik dan ketidakamanan penguasaan lahan, perencanaan tata-guna lahan dan kebijakan yang bertentangan dengan komitmen sosial dan lingkungan, tidak efektifnya implementasi dan penegakan hukum yang berlaku, korupsi, dan pengecualian petani kecil dari rantai pasokan. Kegagalan untuk mengatasi hal-hal ini dan faktor kontekstual lainnya dapat merusak upaya perusahaan dan menghalangi mereka dalam memenuhi komitmen.

Bagian ini mengidentifikasi tindakan praktis yang dapat diambil perusahaan untuk mengatasi tantangan seperti ini melalui kolaborasi. Perusahaan perlu melanjutkan tindakan ini atau tindakan lain yang sesuai konteks yang sepadan dengan produksi, pembelian dan pengadaan, atau jejak pembiayaan mereka1, posisi dalam rantai pasokan, dan kemampuan untuk berkontribusi pada solusi jangka panjang di luar kendali penuh mereka. Bagian 2.1 mengidentifikasi tindakan-tindakan bagi semua perusahaan, terlepas dari posisi mereka dalam rantai pasokan; Bagian 2.2 berkonsentrasi pada tindakan tambahan khusus bagi produsen, kelompok produsen, dan pengolah primer; dan Bagian 2.3 mengidentifikasi tindakan tambahan khusus bagi perusahaan pembeli komoditas hilir dan lembaga keuangan.

1 Potensi bagi perusahaan untuk mempengaruhi kemajuan tidak selalu secara langsung berkorelasi dengan daya beli saja; perusahaan yang membeli dalam volume kecil mungkin memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membuat kemajuan melalui advokasi.

Page 10: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

06 Accountability Framework

2.1 Tindakan bagi semua perusahaanPerusahaan pada semua tahap rantai pasokan — serta yang menyediakan dana bagi pelaku rantai pasokan — perlu mempertimbangkan tindakan-tindakan berikut untuk membantu mengatasi tantangan sistemik:

1) Mengembangkan rencana pelibatan stakeholder untuk setiap konteks (misalnya yurisdiksi, sektor) di mana perusahaan beroperasi: Stakeholder dapat mencakup, antara lain, masyarakat adat, masyarakat setempat, atau petani kecil yang terpengaruh oleh dampak deforestasi, konversi, dan Hak Asasi Manusia; pelaku masyarakat sipil; perusahaan lain yang beroperasi dalam sektor atau yurisdiksi yang sama; pemasok dan pembeli di sepanjang rantai pasokan di mana perusahaan menjadi bagiannya; dan pemerintah di yuridiksi tempat komoditas pokok diproduksi. Rencana pelibatan stakeholder dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi peluang paling penting untuk kolaborasi dan mitigasi risiko untuk menangani tantangan lebih besar dalam pemenuhan komitmen mereka dalam setiap konteks.

2) Terlibat dalam upaya perencanaan dan kebijakan multi pihak: Perusahaan dapat berpartisipasi dalam inisiatif yang ada — atau berkolaborasi dengan yang lainnya untuk membantu mendorong upaya inisiatif baru — untuk memperbaiki perencanaan tata guna lahan dan tata kelola, menghormati Hak Asasi Manusia, dan mengurangi deforestasi dan konversi dalam yurisdiksi penghasil komoditas di mana perusahaan memproduksi, membeli, memperdagangkan, mengolah, atau membiayai komoditas. Lebih khususnya:

y Jenis dan tingkat keterlibatan dalam upaya tersebut perlu sesuai dengan kedekatan perusahaan dalam rantai pasokan kepada titik produksi dan signifikansi relatifnya dalam posisi rantai pasokan yang ditempati. Contohnya, ada kasus yang kuat bagi produsen dan pedagang yang beroperasi dalam geografi produksi, dan untuk manufaktur serta pengecer yang menjual produk menggunakan persentase signifikan dari komoditas yang diproduksi dalam geografi, untuk berpartisipasi secara aktif dan mendukung inisiatif multi pihak dalam geografis tersebut. Perusahaan dengan pengaruh lebih kecil mungkin terlibat dengan cara yang kurang langsung, misalnya dengan menyuarakan dukungan untuk upaya multi pihak ini atau mengindikasikan niat untuk memprioritaskan pembelian komoditas dari area tersebut jika tingkat deforestasi dan konversi secara agregat menurun.2

2 Partisipasi oleh produsen minyak sawit Wilmar dan Sime Darby pada Komite Pengarah Sertifikasi Yurisdiksi di Sabah, Malaysia, adalah contoh dari yang pertama. Komitmen Unilever dan Marks & Spencer untuk membeli komoditas dari yurisdiksi yang membuat kemajuan untuk mengurangi deforestasi (yang akan mencakup yurisdiksi di mana perusahaan mungkin merupakan pemain kecil) adalah contoh dari yang kedua.

Page 11: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

07Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

y Partisipasi dapat mencakup menghadiri dan berkontribusi secara aktif dalam pertemuan; menyediakan saran atau dukungan peer-to-peer yang membantu perusahaan lain untuk terlibat dalam proses kolaboratif; berbagi pengalaman dan keahlian teknis; menggabungkan atau menguji coba praktik terbaik atau pendekatan baru dalam operasional perusahaan sendiri atau melalui hubungan pemasoknya untuk meningkatkan skala cakupan di masa depan di seluruh yurisdiksi; dan menyumbangkan dana atau kapasitas teknis untuk memajukan upaya multi pihak. Inisiatif multi pihak atau yang dipimpin pemerintah dapat juga memberikan mekanisme kepada perusahaan untuk membantu memastikan konservasi hutan dan ekosistem jangka panjang di lapangan. Dalam kasus-kasus demikian, kontribusi keuangan untuk upaya-upaya tersebut dapat menjadi cara untuk mendukung aspek-aspek yang relevan dari komitmen perusahaan, dengan ketentuan bahwa tindakan nyata terhadap pemenuhan hasil bebas deforestasi atau bebas konversi dapat ditunjukkan (Lihat Kotak 2 di bawah da Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim).

y Perusahaan yang beroperasi di yurisdiksi penghasil komoditas di mana upaya multi pihak belum berjalan atau tidak efektif, dapat bekerja dengan pemangku kepentingan yang sesuai untuk memulai atau memperkuat upaya tersebut.

3) Mendorong kebijakan yang mendukung dan kondisi yang memungkinkan: Perusahaan dapat mendorong langkah-langkah dan program yang memajukan Hak Asasi Manusia dan mengurangi deforestasi dan konversi dalam konteks tempat mereka bekerja. Hal ini mencakup:

y bekerja dengan pemangku kepentingan lain untuk memberikan saran agar pemerintah terkait memberikan akses publik yang mudah (misalnya transparansi) terhadap hukum yang berlaku yang harus dipatuhi oleh perusahaan, serta memberikan data yang ada yang dapat mendukung pemantauan produksi komoditas, perubahan tutupan lahan, dan menghormati Hak Asasi Manusia yang berkaitan dengan komitmen perusahaan.3

y memastikan bahwa segala advokasi dan bentuk lain dari keterlibatan pemerintah yang dilakukan pada tingkat apapun konsisten dengan kewajiban hukum perusahaan, komitmen sukarela, dan elemen-elemen Accountability Framework.

3 Data tersebut biasanya mencakup batas-batas berbagai unit lahan dan peruntukan penggunaan lahan (misalnya, kawasan lindung, konsesi saat ini dan yang direncanakan, dan peruntukan pengelolaan lainnya); wilayah yang tunduk kepada hak adat atau hak formal masyarakat adat dan masyarakat setempat; rencana tata guna lahan; peta kadaster; dan data yang terkait dengan administrasi pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya. Di Brasil, misalnya, data ini mencakup data transportasi hewan (GTA), dokumen hutan (DOF), dan daftar pedesaan dengan data kepemilikan tanah (CAR-CPF). Data juga dapat mencakup biaya yang dibayarkan kepada pemerintah sehubungan dengan konsesi. Konsesi pertanian di Liberia, misalnya, mengungkapkan pajak berbasis area dan berbasis produksi yang dibayarkan kepada pemerintah.

Page 12: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

08 Accountability Framework

4) Berkontribusi pada upaya kolaboratif untuk mencapai perlindungan ekosistem alami jangka panjang: Sejumlah model yang telah diuji untuk melindungi hutan dan ekosistem alami lainnya dalam jangka panjang telah ada, dan model-model baru yang lebih berorientasi langsung kepada konteks rantai pasokan yang etis sedang dikembangkan. Perusahaan dapat berkontribusi pada upaya ini sebagai bagian dari kewajiban mereka untuk memperbaiki atau memberikan kompensasi untuk deforestasi atau konversi di masa lalu atau sebagai bagian dari inisiatif mereka untuk memberikan hasil konservasi positif neto. Lihat Kotak 2 untuk informasi lebih lanjut.

5) Melibatkan mitra dan pemasok rantai pasokan: Perusahaan dapat secara aktif mendorong pemasok dan pelanggan mereka untuk mendukung perencanaan multi pihak dan upaya kebijakan dalam yurisdiksi dan sektor di mana mereka beroperasi.

KoTaK 2. Bekerja secara kolaboratif untuk mencapai perlindungan jangka panjang bagi hutan dan ekosistem alami lainnya

Tindakan-tindakan berbasis lokasi sendiri mungkin cukup dalam beberapa situasi untuk melindungi ekosistem alami, nilai-nilai konservasinya, dan hak masyarakat adat dan masyarakat setempat (IP/LC) dalam jangka panjang. Namun, dalam banyak kasus, kolaborasi yang lebih luas dan intervensi di seluruh bentang alam yang lebih luas diperlukan. Hal ini karena, misalnya:

1) IP/LC sering memiliki hak properti formal atau hak adat atas wilayah yang mencakup beberapa batasan hukum dari unit produksi, properti, atau konsesi.

2) Spesies tertentu bergantung pada area yang lebih besar daripada yang dapat ditemukan dalam unit produksi atau area konservasi individu dan mungkin berpindah secara musiman antar area.

3) Ketika produksi didominasi oleh petani kecil atau produsen skala menengah, mereka mungkin tidak memiliki sumber daya atau area lahan untuk mengalokasikan wilayah yang signifikan untuk konservasi; dengan demikian, perlindungan ekosistem mungkin memerlukan kolaborasi pada tingkat bentang alam.

Page 13: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

09Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

4) Menghentikan lebih banyak lagi konversi kumulatif hutan atau ekosistem alami lainnya sangat penting untuk melindungi wilayah-wilayah tersebut, namun melakukan ini melalui komitmen rantai pasokan bisa sangat sulit. Ini karena pembukaan lahan dilakukan oleh pelaku yang belum berada dalam rantai pasokan (‘belum menjadi produsen’) dan seringkali tidak dikenal atau bahkan tidak terlihat oleh pelaku rantai pasokan hilir.

Mengatasi hambatan-hambatan ini membutuhkan kolaborasi dalam lanskap produksi, dan dalam banyak kasus mungkin memerlukan dukungan pembeli dan pelaku rantai pasokan hilir. Kolaborasi semacam ini dapat mengambil banyak bentuk dan perlu disesuaikan dengan konteks supaya dapat mengatasi akar permasalahan secara efektif. Para pelaku perlu mengembangkan atau memperkuat inisiatif yang sudah berjalan, di mana inisiatif tersebut berada. Pendekatan kolaboratif termasuk:

1) Program dukungan masyarakat atau petani kecil: Ini termasuk upaya untuk membantu kepemilikan lahan, meningkatkan mata pencaharian, membangun mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan, meningkatkan kesadaran tentang dampak lingkungan, dan berusaha mengurangi dampak lingkungan negatif lebih lanjut. Contohnya termasuk Fire Free Villages, Program Peat Care Village dari Badan Restorasi Gambut Indonesia, dan Kesepakatan Konservasi Masyarakat /Community Conservation Agreements (dipelopori oleh Conservation International). Program-program demikian mungkin cocok pada bentang alam dengan tingkat produksi petani kecil yang signifikan.

2) Proyek untuk meningkatkan dan memulihkan konektivitas habitat: Dalam banyak lanskap produksi yang sudah mapan di mana habitat alami telah terfragmentasi secara substansial, hilangnya konektivitas lebih lanjut antara habitat alami yang tersisa dapat menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup satwa liar dalam jangka panjang. Salah satu solusinya adalah dengan memulihkan konektivitas melalui koridor habitat di dalam unit-unit produksi atau di area lahan lainnya, termasuk habitat koridor riparian yang ada atau diperluas dan ekosistem alami yang dipulihkan dari lahan produksi dengan produktivitas marjinal.

Page 14: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

10 Accountability Framework

3) Kemitraan untuk melindungi atau memulihkan ekosistem atau kawasan lindung besar yang tersisa: Semakin banyak perusahaan mendukung upaya konservasi di luar lokasi di kawasan lindung atau kawasan hutan besar lainnya yang menghadapi perambahan baik karena penegakan hukum yang tidak memadai atau perluasan oportunistik ke dalam wilayah dengan status lahan yang tidak jelas. Perusahaan dapat berpartisipasi atau berkontribusi pada program-program ini untuk memperbaiki deforestasi atau konversi di masa lalu (lihat Pedoman Operasional Restorasi dan Kompensasi Lingkungan) atau untuk berkontribusi pada dampak positif yang lebih luas sebagai bagian dari komitmen atau tujuan keberlanjutan mereka. Ini dapat mencakup:

y Perusahaan membentuk kawasan konservasi mereka sendiri

y Perusahaan mendukung proyek-proyek konservasi berbasis hak masyarakat yang dikembangkan dan dijalankan oleh masyarakat atau LSM

y Perusahaan mendukung lembaga pemerintah untuk memperkuat perlindungan atau pemantauan kawasan lindung atau kawasan hutan yang tersisa di bawah ancaman deforestasi atau konversi (misalnya, program Kulim Wildlife Defenders di Malaysia di mana perusahaan kelapa sawit mendukung patroli oleh Departemen Margasatwa untuk mencegah perburuan liar dan perambahan). Mengingat tantangan untuk melibatkan produsen individu untuk mencegah mereka melakukan konversi baru, kolaborasi antara perusahaan dan pemerintah yang berfokus pada pemantauan kawasan hutan yang tersisa dan mengembangkan protokol tanggapan semakin dipandang sebagai strategi yang lebih efektif.

Page 15: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

11Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

2.2 Tindakan tambahan bagi produsen dan pengolah primer

Mengingat peran utama mereka dalam — atau kedekatan dengan— produksi komoditas dan pengelolaan lahan terkait, produsen, kelompok produsen, dan pengolah primer dapat memainkan peran sangat penting dalam proses kolaboratif dalam lanskap produksi. Secara khusus, mereka memiliki kemampuan untuk mendukung pengelolaan lahan dan upaya pemantauan dalam meningkatkan habitat dan konektivitas bentang alam, memperkuat penegakan hukum, menerapkan pendekatan monitoring partisipatif berbasis masyarakat, serta mendorong peningkatan produktivitas efisiensi penggunaan sumber daya pada lahan produksi yang telah ada.

Kolaborasi semacam itu dapat difasilitasi melalui pertukaran informasi dan penyebaran praktik-praktik yang baik, seperti:

y Berbagi batas-batas pertanian atau konsesi, peta wilayah Nilai Konservasi Tinggi — NKT (HCV — High Conservation Value) atau Stok Karbon Tinggi — SKT (HCS — High Carbon Stock), data spasial lain yang relevan, dan rencana pengelolaan lahan dengan pemangku kepentingan lain dalam bentang alam tersebut

y Memberikan informasi atau pelatihan tentang praktik dan teknologi pertanian yang telah ditingkatkan dan dapat diaplikasikan dengan pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar

2.3 Tindakan tambahan bagi pembeli dan pemodal

Perusahaan pada tahap menengah dan hilir rantai pasokan — serta mereka yang menyediakan dana bagi pelaku rantai pasokan— perlu mempertimbangkan serangkaian tindakan tambahan berikut:

1) Memberikan dukungan finansial kepada produsen, kelompok produsen, dan pengolah primer untuk membantu mereka mengatasi masalah sosial dan lingkungan di luar kendali penuh mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui dukungan bilateral langsung dari pembeli ke pemasok atau dengan menggabungkan sumber daya dengan perusahaan-perusahaan lain yang membeli dari wilayah yang sama. Dukungan seperti itu dapat digunakan untuk:

Page 16: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

12 Accountability Framework

y Meningkatkan praktik dan teknologi pertanian dan untuk memastikan bahwa penggunaan praktik dan teknologi ini terkait dengan hasil konservasi hutan dan ekosistem

y Mendanai kegiatan restorasi ekosistem, proses FPIC, kegiatan untuk menghentikan pelanggaran sistemik terhadap hak-hak pekerja, dan inisiatif pembangunan berkelanjutan masyarakat

y Membentuk mekanisme yang efektif untuk melakukan uji tuntas Hak Asasi Manusia, manajemen risiko, monitoring, verifikasi, dan penyelesaian pengaduan

2) Membuat keputusan tentang pembelian komoditas dan pelibatan pemasok dengan cara yang mendukung dan mendorong kemajuan oleh produsen dan pengolah dalam geografis yang ditandai dengan risiko sosial dan lingkungan yang tinggi atau tata kelola yang buruk. Ini mungkin memerlukan:

y Keterlibatan dengan pemasok di area berisiko lebih tinggi yang mematuhi komitmen perusahaan, termasuk insentif dan dukungan bagi pemasok untuk memasukkan Accountability Framework di seluruh operasional mereka (misalnya, di luar material yang dibeli oleh pembeli)

y Keterlibatan dengan pemasok yang saat ini tidak mematuhi komitmen perusahaan untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan rencana implementasi pemasok untuk membawa mereka kepada kepatuhan; lihat Bagian 4 dar Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan untuk informasi tentang kapan waktu yang tepat bagi perusahaan untuk membeli dari atau melibatkan pemasok yang tidak patuh

3) Berkolaborasi dengan perusahaan hilir lainnya yang membeli dari daerah yang sama untuk mengatasi tantangan bersama. Ini mungkin memerlukan, misalnya:

y Berbagi metodologi dan hasil penilaian dengan perusahaan lain untuk mendukung karakterisasi risiko yang konsisten dan sebanding di wilayah pembelian dan pengadaan

y Berbagi informasi pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran

y Berbagi informasi mengenai ketidakpatuhan pemasok

y Menggabungkan sumber daya untuk investigasi peringatan deforestasi baru dan tindakan terkait untuk menghentikan pembukaan lahan baru

Page 17: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

13Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

y Mendukung upaya untuk mengidentifikasi dan mengelola kepatuhan pemasok tidak langsung dengan berkolaborasi dengan perusahaan lain yang membeli dari pemasok langsung yang sama, untuk menyatukan investasi dalam pemetaan rantai pasokan, monitoring, dan verifikasi pemasok tidak langsung

4) Membuat keputusan tentang pembelian komoditas dengan cara memberikan insentif kepada yurisdiksi yang secara efektif menangani deforestasi, konversi, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia dan/atau memberikan insentif kepada yurisdiksi yang melakukan hal tersebut atau terus melakukannya. Secara khusus, perusahaan dapat memilih untuk membeli bahan dari yurisdiksi yang membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi deforestasi, konversi, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia dan dapat menyampaikan niat mereka untuk memilih membeli dari yurisdiksi seperti itu sejauh mereka dapat menunjukkan kemajuan tersebut di masa depan (Lihat Kotak 3). Namun, preferential sourcing dari yurisdiksi dengan kinerja keberlanjutan yang kuat tidak perlu menyebabkan perusahaan untuk melepaskan diri dari yurisdiksi dengan tantangan atau risiko yang lebih besar; lihat Kotak 4 untuk diskusi tentang bagaimana mandat–mandat ini dapat diseimbangkan dengan baik.

KoTaK 3. Preferential sourcing dari yurisdiksi yang terbaik

Minat pada pendekatan bentang alam dan pendekatan yurisdiksi untuk mengatasi masalah keberlanjutan yang kompleks telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai bagian dari tren ini, beberapa perangkat dan kerangka kerja telah dibentuk — dan lebih banyak lagi sedang dikembangkan saat ini — untuk membantu menilai kinerja dan tren bentang alam dan yurisdiksi yang berkenaan dengan topik lingkungan, sosial, dan tata kelola. Perangkat dan kerangka kerja ini dapat membantu perusahaan mengambil keputusan tentang di mana mereka dapat mengarahkan upaya preferential sourcing ini. Dua contoh indikatif dirangkum di bawah ini.

Page 18: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

14 Accountability Framework

Pendekatan Komoditas/Yurisdiksi4 mengevaluasi inisiatif yurisdiksi atas dasar dimasukkannya beberapa elemen: 1) strategi untuk mengurangi emisi dari penggunaan lahan sambil meningkatkan produktivitas pertanian dan mata pencaharian; 2) sistem untuk mengukur dan memonitor pengurangan emisi dari deforestasi terhadap acuan yang telah ditetapkan; 3) komitmen untuk mematuhi dan memantau kepatuhan atas perlindungan sosial dan lingkungan; 4) komitmen politik tingkat tinggi untuk, dan dalam mendukung inisiatif yurisdiksi; 5) keterlibatan stakeholder dalam pengembangan dan pelaksanaan inisiatif; dan 6) Nationally Determined Contribution (pada tingkat nasional) yang ambisius di bawah UNFCCC. Yurisdiksi yang memenuhi kriteria-kriteria ini didaftar dan diinformasikan kepada perusahaan yang ingin mengidentifikasi wilayah pembelian potensial dengan karakteristik ini.

The &Green Fund5 menginvestasikan dana dari lembaga donor bilateral dan multilateral, perusahaan, dan yayasan dalam proyek rantai pasokan komoditas yang mematuhi perlindungan sosial dan lingkungan serta rencana perlindungan ekosistem alami dan nilai-nilai masyarakat di lanskap yang lebih luas di mana proyek berada. Kriteria investasi memberikan kelayakan pendanaan terbatas hanya untuk proyek-proyek dalam yurisdiksi yang memiliki: 1) kuantitas dan kualitas hutan dan/atau gambut yang signifikan secara global; 2) strategi yang jelas untuk melacak pengurangan deforestasi terhadap tren historis dalam yurisdiksi; 3) kemajuan yang tepat waktu menuju pemenuhan strategi pengurangan deforestasi; 4) sistem yang transparan untuk monitoring, pengukuran, pelaporan, dan verifikasi pengurangan deforestasi; dan 5) kemajuan yang terdokumentasi terhadap pelaksanaan perlindungan sosial dan lingkungan dari Perjanjian Cancun.

4 https://commoditiesjurisdictions.wordpress.com/approach5 http://www.andgreen.fund

Page 19: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

15Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

KoTaK 4. Menyeimbangkan keterlibatan yang berkelanjutan dalam yurisdiksi yang tertinggal dengan preferential sourcing dari yurisdiksi terbaik

Perusahaan yang menghadapi pilihan yurisdiksi mana yang dipilih untuk melakukan bisnis mungkin berpikir untuk melepaskan diri dari yurisdiksi yang memiliki karakteristik risiko sosial dan lingkungan yang tinggi atau tata kelola yang buruk sebagai cara menghindari dikaitkan dengan risiko ini, meskipun saat ini mereka membeli dari pemasok individu dalam yurisdiksi yang memenuhi komitmen perusahaan. Hal ini sangat tidak dianjurkan. Sebaliknya, perusahaan pembeli komoditas dapat menggunakan kekuatan pasar mereka untuk meningkatkan kinerja dan bukannya menciptakan kekosongan permintaan yang mungkin dipenuhi oleh perusahaan yang kurang peduli terhadap deforestasi, konversi, atau penghormatan Hak Asasi Manusia. Perusahaan didorong untuk melanjutkan pembelian dan pengadaan dari pemasok yang memenuhi komitmen perusahaan dengan menerapkan pedoman Accountability Framework, dan untuk bekerja dengan mereka bersama dengan stakeholder lain di dalam yurisdiksi untuk mengatasi tantangan yang menaikkan profil risiko yurisdisi. Menyampaikan upaya ini kepada publik dapat membantu pemangku kepentingan lainnya memahami alasan untuk melanjutkan keterlibatan di yurisdiksi berisiko dan dapat mendorong para pelaku lain untuk secara serupa terlibat dalam perubahan yang positif.

Pada saat yang sama, perusahaan dapat memberikan sinyal pasar yang kuat dalam mendukung upaya berskala besar untuk mengatasi tantangan deforestasi, konversi, dan Hak Asasi Manusia dengan memilih membeli dari pemasok yang memenuhi komitmen perusahaan dan berlokasi dalam yurisdiksi yang membuat kemajuan terhadap tujuan-tujuan ini. Kedua hal ini memberikan penghargaan kepada yurisdiksi yang mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan besar dengan akses pasar yang lebih besar, dan memberikan insentif bagi yurisdiksi dengan kinerja lebih rendah supaya meningkat.

Page 20: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

16 Accountability Framework

3. Menggunakan sistem yurisdiksi untuk membantu menunjukkan pemenuhan komitmen rantai pasokan

Ketika mereka ada, perusahaan dapat menggunakan tata kelola yurisdiksi, pemantauan, atau instrumen penegakan (secara kolektif disebut sebagai “sistem yurisdiksi”) untuk membantu menunjukkan pemenuhan komitmen rantai pasokan. Sampai sekarang, hanya ada sedikit kesamaan atau standarisasi dalam jenis dan fungsi sistem yurisdiksi atau dalam kemampuan mereka untuk berkontribusi pada implementasi dan pemantauan komitmen rantai pasokan yang efektif. Tanggung jawab utama terletak pada perusahaan untuk memenuhi komitmen rantai pasokan mereka, menunjukkan komitmen tersebut, dan menentukan apakah dan bagaimana menggunakan sistem yurisdiksi untuk membantu melakukan hal tersebut. Informasi dalam bagian ini dapat membantu mendasari keputusan perusahaan tentang penggunaan perangkat ini.

Jenis sistem yurisdiksi yang dapat digunakan perusahaan meliputi:

y Mekanisme monitoring, seperti perangkat penginderaan jauh yang memonitor perubahan tutupan lahan di seluruh yurisdiksi, termasuk sistem milik negara untuk monitoring hutan

y Sistem verifikasi atau penegakan, seperti sistem yang dipimpin pemerintah yang mensyaratkan parameter atau elemen kepatuhan tertentu untuk diverifikasi di keseluruhan yurisdiksi

y Sistem tata kelola lahan yang mengintegrasikan perencanaan penggunaan lahan, peruntukan lahan, dan penegakannya; insentif berbasis pasar; dan/atau mekanisme lain untuk mengatasi deforestasi, konversi, dan tata kelola lahan secara holistik di seluruh yurisdiksi (misalnya, beberapa program REDD+ yurisdiksi atau inisiatif multi pihak lainnya yang bekerja mengatasi deforestasi dalam geografis khusus)

y Standar atau kerangka penilaian bentang alam atau yurisdiksi yang mendokumentasikan dan/atau memverifikasi elemen-elemen kinerja bentang alam atau yurisdiksi menurut parameter, metode, atau tindakan pengendalian kualitas yang telah ditentukan sebelumnya

Page 21: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

17Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

Berbagai dataset yurisdiksi biasanya memainkan peran penting dalam implementasi salah satu dari jenis sistem yurisdiksi di atas, dan dataset tersebut juga dapat digunakan di luar konteks sistem tersebut untuk menilai risiko atau kinerja pada tingkat yurisdiksi. Dataset ini mencakup tutupan hutan baseline yang disediakan oleh sistem pemantauan hutan nasional, perkiraan cadangan karbon yang dihasilkan oleh pemetaan LIDAR, daftar pemasok yang diembargo, atau evaluasi risiko sosial yang terkait dengan produksi komoditas dalam suatu yurisdiksi.

Terlepas dari fungsi yang menggunakannya, sistem yurisdiksi yang kuat umumnya memiliki karakteristik berikut, yang harus dipertimbangkan perusahaan ketika menilai kesesuaian sistem tertentu untuk membantu mengelola dan memantau komitmen rantai pasokan:

y Sistem yurisdiksi memiliki cakupan geografis yang luas atau penuh di seluruh jangkauan spasial yang berlaku (misalnya, data tidak terbatas pada sebagian kecil dari yurisdiksi)

y Sistem ini mencakup mekanisme untuk mengidentifikasi dan mengelola masalah sosial dan lingkungan tidak hanya dalam agregatnya tetapi juga berkaitan dengan pelaku spesifik yang menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif lingkungan dan Hak Asasi Manusia

y Komponen monitoring, pelaporan, atau statistik dari sistem yurisdiksi ditandai dengan tingkat akurasi yang tinggi, atau upaya yang wajar sedang dilakukan untuk meningkatkan akurasi jika dibatasi oleh ketersediaan data atau hambatan kualitas data

y Komponen monitoring dari sistem ini transparan, termasuk aksesibilitas publik atas metodologi dan hasil kegiatan monitoring

y Setiap komponen perencanaan, tata kelola, atau penegakan dalam sistem yurisdiksi adalah berbasis Hak Asasi Manusia

y Sistem yurisdiksi umumnya diterima oleh para shareholder lanskap

Perusahaan dapat menggunakan sistem yurisdiksi untuk memonitor — dan mungkin sekali untuk memverifikasi — pemenuhan komitmen dengan salah satu dari dua cara, tergantung kepada kapabilitas sistem yurisdiksi:

1) Jika sistem yurisdiksi menyediakan monitoring tingkat lokasi yang akurat atau verifikasi topik-topik yang dicakup oleh komitmen perusahaan, maka sistem tersebut dapat digunakan untuk menilai kepatuhan atau kinerja pada tingkat rincian ini. Ketika dikombinasikan dengan ketertelusuran tingkat lokasi, pemantauan seperti itu mungkin cukup untuk menilai atau menunjukkan kepatuhan. Contoh dari sistem jenis ini adalah sistem monitoring dan verifikasi yang dibentuk sebagai bagian dari Moratorium Kedelai Amazon, yang menyediakan informasi tingkat properti tentang deforestasi dan kerja paksa di daerah yang luas.

Page 22: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

18 Accountability Framework

2) Jika sistem yurisdiksi mencakup tata kelola dan penegakan yang efektif untuk memenuhi komitmen pada skala yurisdiksi, dan dapat memantau dan menunjukkan pemenuhan tersebut, maka perusahaan dapat menggunakan sistem ini untuk menunjukkan pemenuhan komitmen mereka sendiri yang sesuai untuk setiap bahan yang dibeli dari yurisdiksi. Saat ini ada beberapa yurisdiksi yang dapat menunjukkan tingkat kinerja seperti itu — dan sebagai hal penegakan dan monitoring, akan lebih mudah melakukannya untuk komitmen tanpa deforestasi atau tanpa konversi daripada untuk komitmen hak asai manusia, yang dapat lebih sulit untuk dipantau pada skala besar. Contoh sistem jenis ini adalah program REDD+ yang telah berhasil mencapai risiko rendah dari deforestasi dan memberikan bukti tingkat yurisdiksi yang kredibel dari hasil ini.

Ketika ada sistem yurisdiksi yang memberikan informasi tingkat properti atas kinerja atau risiko (kasus 1, di atas), sistem ini tidak boleh diganti oleh sistem yurisdiksi yang menyediakan fungsi ini pada resolusi yang lebih rendah (kasus 2, di atas).6 Jika informasi tingkat properti tidak tersedia tetapi suatu yurisdiksi dapat ditunjukkan memiliki risiko rendah7 dari deforestasi, konversi, dan dampak negatif terhadap Hak Asasi Manusia dengan menggunakan sistem yang tangguh, maka:

y Produsen yang mengelola unit produksi dalam yurisdiksi ini, dan perusahaan yang membeli komoditas dari mereka, tidak perlu memonitor atau memverifikasi pada tingkat unit produksi individu, topik-topik pokok yang telah ditangani secara efektif oleh sistem yurisdiksi pada tingkat yurisdiksi

y Perusahaan pembeli komoditas yang membeli dari yurisdiksi ini tidak perlu membuktikan ketertelusuran di luar tingkat yurisdiksi

y Perusahaan yang mengikuti panduan dalam dua poin di atas perlu mengungkapkan alasan mereka untuk membeli dari yurisdiksi yang dipertanyakan dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi bahwa yurisdiksi tersebut berisiko rendah

6 Sebagai contoh, Amazon Soy Moratorium dan Cattle Agreement menggunakan data yang mencakup bioma Amazon untuk memantau deforestasi pada resolusi yang tepat sampai ke tingkat batas properti. Perusahaan yang membeli dari atau mendanai operasional dalam daerah ini sebaiknya tidak menggunakan suatu sistem yang memonitor deforestasi pada resolusi yang lebih rendah dari tingkat properti (misalnya, tingkat kota) untuk memenuhi komponen pemantauan dari komitmen rantai pasokan mereka.7 Risiko rendah didefinisikan sebagai “Suatu kesimpulan, sesudah diadakan penilaian risiko, bahwa terdapat risiko yang dapat diabaikan atau tidak signifikan bahwa bahan yang diproduksi atau dibeli dari konteks tertentu tidak patuh dengan satu atau lebih aspek dari komitmen atau kewajiban sosial dan lingkungan perusahaan.”

Page 23: Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

19

www.accountability-framework.org