PEDOMAN...BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN Survei Angkatan Kerja Nasional 2017 Direktorat Statistik...
Transcript of PEDOMAN...BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN Survei Angkatan Kerja Nasional 2017 Direktorat Statistik...
PEDOMAN
Survei Angkatan Kerja Nasional 2017
BADAN PUSAT STATISTIK Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan
KEPALA BPS PROVINSI, KEPALA BIDANG STATISTIK SOSIAL,
DAN
KEPALA BPS KABUPATEN/KOTA
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Umum 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Data yang Dikumpulkan 3
1.5 Instrumen yang Digunakan 4
1.6 Alur Dokumen 5
1.7 Jadwal Kegiatan Sakernas 2017 8
BAB 2 ORGANISASI LAPANGAN 9
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan Sakernas di Pusat dan di Daerah 9
2.2 Petugas Lapangan 9
2.3 Tugas dan Kewajiban Pencacah 9
2.4 Tugas dan Kewajiban Pengawas 10
2.5 Prosedur Pelaksanaan Lapangan 12
BAB 3 METODOLOGI 15
3.1 Stratifikasi 15
3.2 Kerangka Sampel 15
3.3 Desain Sampel 16
3.4 Daftar Sampel Blok Sensus Terpilih 17
3.6 Pemilihan Sampel Rumah Tangga 2017-2018 18
3.7 Sampling Scheme Kabupaten/Kota 21
3.8 Desain Weight 21
BAB 4 PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA, DAFTAR SAMPEL RUMAH TANGGA
DAN KARTU KENDALI SAKERNAS FEBRUARI 2017 25
4.1 Pemutakhiran Rumah Tangga 25
4.2 Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS) 27
4.3 Instrumen Pemutakhiran Rumah Tangga 27
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota ii
4.4 Daftar Pemutakhiran Rumah Tangga (Daftar SAK17.P) 28
4.5 Tahapan Pemutakhiran Rumah Tangga 36
4.6 Contoh Kasus: 37
4.7 Daftar Sampel Rumah Tangga (Daftar SAK17.DSRT) 38
4.8 Kartu Kendali (Daftar SAK17.K) 39
BAB 5 PELATIHAN 41
5.1 Pelatihan Instruktur Nasional (Innas) 41
5.2 Pelatihan Instruktur Daerah (Inda) 42
5.3 Pelatihan Petugas 42
5.4 Penetapan Pusat Latihan 43
5.5 Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi 43
BAB 6 PENGAWASAN/SUPERVISI KEGIATAN 45
6.1 Pengawasan pra Pencacahan 45
6.2 Pengawasan/Supervisi Pelatihan 46
6.3 Pengawasan/Supervisi Pemutakhiran 46
6.4 Pengawasan/Supervisi Pencacahan 47
6.5 Pengawasan Pasca Pencacahan 47
BAB 7 PENGOLAHAN 49
7.1 Pengolahan SAK17.P 49
7.2 Pengolahan SAK16.AK 49
7.3 Pengiriman Raw Data 50
7.4 Ketentuan Respon Rate 50
LAMPIRAN 51
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk (SP), Survei
Penduduk Antar Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Dari survei-
survei tersebut, hanya Sakernas yang dirancang khusus untuk
mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum
ketenagakerjaan antar periode pencacahan. Hingga saat ini, Sakernas
mengalami berbagai perubahan baik waktu pelaksanaan, level estimasi,
cakupan, maupun metodologi.
Tabel 1.1 Sejarah Sakernas 1976-2018
Periode Waktu
Pelaksanaan Level
Estimasi Cakupan Metodologi
1976-1985 Tidak setiap tahun Provinsi Indonesia* Cluster
1986-1989 Triwulanan Provinsi Indonesia Rotation
1990-1993 Triwulanan Provinsi Indonesia Three stage sampling
1994-1999 Tahunan Provinsi Indonesia Three stage sampling
2000 Semesteran Pulau Indonesia** Three stage sampling
2001 Semesteran Pulau Indonesia Two stage sampling
2002-2004 Triwulanan Provinsi Indonesia Two stage sampling
2005- Februari 2007 Semesteran Provinsi Indonesia Two stage sampling
(panel rumah tangga)
Agustus 2007 - 2010 Semesteran Kabupaten Indonesia
Two stage and three
stage sampling
(panel rumah tangga)
2011-2014 Triwulanan Kabupaten Indonesia Three stage sampling
(panel rumah tangga)
2015 Semesteran Kabupaten Indonesia
Two stage-one phase
stratified sampling (Panel
Blok Sensus)
2016 Semesteran Provinsi Indonesia
Two stage-one phase
stratified sampling (Panel
Blok Sensus)
2017-2018 Semesteran Kabupaten Indonesia
Two stage-one phase
stratified sampling (panel
rumah tangga)
*) Tahun 1976-1978 tanpa Timor Timur **) Tahun 2000 tanpa Maluku
1
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 2
Pendekatan teori ketenagakerjaan yang digunakan dalam Sakernas
sejak tahun 1984 menggunakan Konsep Baku Angkatan Kerja (Standard
Labour Force Concept) yang tertuang dalam International Conference of
Labour Statisticians (ICLS) ke-13 tahun 1982.
Pada tahun 2013, International Labour Organization (ILO)
menyelenggarakan ICLS ke-19 yang menghasilkan beberapa
pengembangan konsep definisi variabel-variabel ketenagakerjaan, serta
menyesuaikan konsep aktivitas produktif (yang dalam ICLS ke-19 disebut
dengan Work) dengan batasan produksi yang mengacu pada System
National Account (SNA) 2008.
Mulai tahun 2016, kuesioner Sakernas sudah mengadopsi 2 konsep
baku ketenagakerjaan dari ICLS ke-13 dan ICLS ke-19 meskipun konsep
ICLS ke-19 belum diakomodir secara utuh. Pada Sakernas 2017 dilakukan
penyempurnaan kembali penerapan konsep ICLS ke-19 mencakup
penyempurnaan alur pertanyaan dan penambahan beberapa pertanyaan
dalam kuesioner.
1.2 Tujuan
Secara umum, tujuan pengumpulan data melalui Sakernas Februari
2017 adalah menyediakan data pokok ketenagakerjaan yang
berkesinambungan. Secara khusus, untuk memperoleh estimasi data
jumlah penduduk bekerja, jumlah pengangguran, dan indikator
ketenagakerjaan lainnya serta perkembangannya di tingkat provinsi maupun
nasional.
1.3 Ruang Lingkup
Sakernas Februari 2017 dilaksanakan di seluruh provinsi di wilayah
Republik Indonesia. Besarnya sampel Sakernas Februari 2017 sebanyak
5.000 blok sensus atau 50.000 rumah tangga untuk memperoleh estimasi
data hingga tingkat provinsi. Sedangkan pada Sakernas Agustus besarnya
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 3
sampel sebanyak 20.000 blok sensus, yang terdiri dari 5.000 blok sensus
sampel Sakernas Februari dan 15.000 blok sensus merupakan sampel
Sakernas tambahan. Penambahan sampel sebesar 15.000 blok sensus
dimaksudkan untuk memperoleh estimasi data hingga tingkat
kabupaten/kota.
Rumah tangga korps diplomatik, rumah tangga yang tinggal di blok
sensus khusus dan rumah tangga khusus yang berada di blok sensus biasa
tidak dipilih dalam sampel.
1.4 Data yang Dikumpulkan
Dari setiap rumah tangga terpilih dikumpulkan keterangan mengenai
keadaan umum setiap anggota rumah tangga yang mencakup nama,
hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin, bulan dan tahun
lahir serta umur. Untuk anggota rumah tangga yang berumur 5 tahun ke
atas ditanyakan partisipasi sekolah, pendidikan, tempat tinggal 5 tahun yang
lalu, disabilitas, kegiatan seminggu yang lalu, pertanyaan tambahan terkait
konsep baru ketenagakerjaan, kegiatan mencari pekerjaan/mempersiapkan
usaha baru, pekerjaan utama dan tambahan, jam kerja seluruh pekerjaan,
serta pengalaman kerja. Sedangkan untuk anggota rumah tangga berumur
10 tahun ke atas juga ditanyakan keterangan mengenai status perkawinan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 4
1.5 Instrumen yang Digunakan
No Jenis Instrumen Kegunaan Petugas Disimpan
di
1. Sketsa Peta (SP2010-WB/ST2013-WB)
Mengenali wilayah tugas Pencacah BPS
Kab/Kota
2. Daftar SAK17.P
Pemutakhiran rumah tangga
Pencacah BPS
Kab/Kota
3. Daftar SAK17.DSRT Pencatatan rumah tangga terpilih
Pengawas BPS
Kab/Kota
4. Daftar SAK17.AK
Pencacahan rumah tangga terpilih
Pencacah BPS
Kab/Kota
5. Buku Pedoman Pencacah
Pedoman Pencacah Sakernas 2017
-
Pencacah
dan
pengawas
6. Buku Pedoman Pengawas
Pedoman Pengawas Sakernas 2017
- Pengawas
7. Buku Pedoman Kepala
Pedoman penyelenggaraan pelatihan, pengawasan, dan pengolahan Sakernas 2017
Kepala
BPS
Provinsi
dan BPS
Kab/Kota
BPS
Provinsi dan
BPS
Kab/Kota
8. Buku Saku Pedoman singkat Sakernas 2017
- Pencacah
9.
Booklet pengkodean Sakernas 2017
Panduan untuk pengkodean KBLI, KBJI, Kode Pendidikan, Kode Negara, Kode Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pengawas
Pengawas
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 5
1.6 Alur Dokumen
Alur Dokumen dari BPS RI ke Petugas Lapangan
Keterangan
1. BPS RI mengirimkan softcopy file pedoman pencacah, pedoman
pengawas, pedoman kepala, buku saku, booklet pengkodean, Daftar
SAK17.AK, Daftar SAK17.P, program entry pemutakhiran dan
program penarikan sampel ke BPS Provinsi melalui filelib/laci.
2. BPS Provinsi mencetak dokumen SAK17.AK, buku saku, booklet
pengkodean, pedoman pencacah, dan pedoman pengawas untuk
selanjutnya didistribusikan ke BPS Kabupaten/Kota..
3. BPS Provinsi meneruskan file buku pedoman kepala, file SAK17.P
dan program entry pemutakhiran serta program pengambilan sampel
BPS RI Softcopy
pedoman pencacah
Softcopy
pedoman pengawas
Softcopy buku pedoman kepala
Softcopy buku saku
Softcopy
booklet pengkodean
Softcopy Daftar
SAK17.AK
Daftar SAK17.P
Program entry
pemutakhiran dan program pengambilan sampel
BPS Provinsi Pedoman
pencacah
Pedoman pengawas
Pedoman kepala
Buku saku
Booklet pengkodean
Daftar SAK17.AK
Daftar SAK17.P
Program entry pemutakhiran dan program pengambilan sampel
BPS Kab/Kota Pedoman
pencacah
Pedoman pengawas
Pedoman kepala
Buku Saku
Booklet pengkodean
Daftar SAK17.AK
Daftar SAK17.DSRT
Daftar SAK17.P
Program entry
pemutakhiran dan program pengambilan sampel
Sketsa peta (SP2010-
WB/ST2013-WB)
Petugas Lapangan Pedoman
pencacah
Pedoman pengawas
Buku saku
Booklet pengkodean
Daftar SAK17.AK
Daftar SAK17.P
Sketsa peta (SP2010-WB/ST2013-WB)
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 6
dari filelib/laci yang diterima dari Subdit Pengembangan Kerangka
Sampel ke BPS Kabupaten/Kota.
4. BPS Kabupaten/Kota mengunduh program entry pemutakhiran dan
program pengambilan sampel dari filelib/laci serta mengunduh
Daftar SAK17.P untuk dicetak.
5. BPS Kabupaten/Kota mengentri hasil pemutakhiran dan mengambil
sampel sekaligus mencetak SAK17.DSRT untuk selanjutnya
diserahkan ke petugas lapangan.
Alur Dokumen dari Petugas Lapangan ke BPS RI
Keterangan:
1. Database SAK17.P dan database SAK17.DSRT dikirimkan ke BPS RI
(Subdit Pengembangan Kerangka Sampel) via filelib/email.
2. Semua dokumen SAK17.AK yang telah diisi oleh PCL diperiksa dan
dilakukan pengkodean oleh PML.
3. Dokumen SAK17.AK dan SAK17.DSRT yang telah selesai diperiksa PML
dikirimkan ke BPS Kabupaten/Kota.
Petugas Lapangan
Sketsa peta
(SP2010-
WB/ST2013-
WB)
Dokumen
SAK17.P
Dokumen
SAK17.DSRT
Dokumen
SAK17.AK
BPS Kab/Kota
Sketsa peta
(SP2010-
WB/ST2013-
WB)
Database
SAK17.P
Database
SAK17.DSRT
Raw Data
SAK17.AK
BPS Provinsi Database
SAK17.P
Database
SAK17.DSRT
Raw Data
SAK17.AK
BPS RI Database
SAK17.P
Database
SAK17.DSR
T
Raw Data
SAK17.AK
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 7
4. Dokumen SAK17.AK yang telah diterima di BPS Kabupaten/Kota
selanjutnya dilakukan editing oleh Seksi Statistik Sosial.
5. Dokumen SAK17.AK yang sudah diedit selanjutnya dientri oleh seksi
IPDS BPS Kabupaten/Kota.
6. Hasil entri dokumen SAK17.AK berupa raw data dikirimkan ke BPS
Provinsi (Bidang IPDS) sesuai jadwal yang telah ditentukan.
7. Raw data dari BPS Kabupaten/Kota digabung oleh Bidang IPDS BPS
Provinsi untuk kemudian diserahkan kepada Bidang Statistik Sosial untuk
dievaluasi.
8. Raw Data yang telah selesai dievaluasi oleh Bidang Statistik Sosial
diserahkan kembali ke Bidang IPDS untuk selanjutnya dikirimkan ke BPS
RI (Subdit Integrasi Pengolahan Data) via filelib/axway/email. Jika ada
perbaikan Raw Data dari hasil evaluasi Bidang Statistik Sosial, akan
dikonfirmasi terlebih dahulu ke BPS Kabupaten/Kota sebelum diserahkan
ke Bidang IPDS.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 8
1.7 Jadwal Kegiatan Sakernas 2017
KEGIATAN SAKERNAS FEBRUARI
2017 SAKERNAS AGUSTUS
2017
PERSIAPAN
a Penyusunan Kuesioner dan Buku Pedoman
September - Oktober 2016
b Workshop Intama 7 - 9 November 2016
c Pencetakan Dokumen 16 - 30 November 2016
d Pelatihan Innas 11 - 14 Januari 2017
e Pelatihan Inda (Kasisos BPS Kab/Kota)
16 – 19 Januari 2017
f Pelatihan Petugas Lapangan 23 – 24 Januari 2017 4 – 15 Juli 2017
PELAKSANAAN LAPANGAN
a Pemutahiran Rumah Tangga 25 - 31 Januari 2017 18 - 29 Juli 2017
b Pengawasan dan Pemeriksaan Pemutahiran Rumah Tangga
26 Januari - 3 Februari 2017 19 Juli - 5 Agustus 2017
c Pemilihan Sampel Rumah Tangga
30 Januari - 10 Februari 2017 25 Juli - 5 Agustus 2017
d Pencacahan Rumah Tangga 13 - 28 Februari 2017 8 - 31 Agustus 2017
e Pengawasan dan Pemeriksaan Pencacahan Rumah Tangga
13 Februari - 3 Maret 2017 8 Agustus - 2 September 2017
PENGOLAHAN
a Pengolahan di BPS Kab/Kota 16 Februari - 3 Maret 2017 15 Agustus - 16 September 2017
b Kompilasi, evaluasi di BPS Provinsi dan Pengiriman raw data ke BPS RI
27 Februari - 10 Maret 2017 29 Agustus - 23 September 2017
c Kompilasi dan Tabulasi di BPS RI
6 - 17 Maret 2017 19 - 30 September 2017
PENYAJIAN
a Evaluasi dan Pembahasan Hasil di BPS RI
20 Maret - 28 April 2017 26 September - 28 Oktober 2017
b Pengiriman bahan rilis ke BPS Provinsi
2 Mei 2017 2 November 2017
c Press Release 5 Mei 2017 4 November 2017
d Publikasi di BPS RI Mei 2017 November 2017
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 9
BAB 2
ORGANISASI LAPANGAN
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan Sakernas di Pusat dan di
Daerah
Penanggung jawab pelaksanaan Sakernas Februari 2017 di BPS RI
adalah Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Penanggung
jawab pelaksanaan di daerah, baik teknis maupun administrasi adalah
Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala Bidang Statistik Sosial, dan
Kepala BPS Kabupaten/Kota dibantu oleh Kepala Seksi Statistik Sosial.
Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota bertanggung
jawab mulai dari penentuan petugas, termasuk aspek-aspek pelaksanaan
lapangan lainnya yang berhubungan dengan survei ini.
2.2 Petugas Lapangan
Petugas lapangan Sakernas Februari 2017 terdiri dari pengawas dan
pencacah. Pengawas adalah organik BPS Provinsi atau BPS Kab/Kota
(diutamakan lulusan minimal D-III). Pencacah adalah pegawai organik BPS
Kab/Kota maupun nonorganik (mitra) BPS yang ditunjuk dan diutamakan
berpendidikan minimal SLTA.
Seorang pencacah lapangan (PCL) akan bertugas melakukan
pencacahan pada 2 Blok Sensus. Seorang pengawas/pemeriksa lapangan
(PML) bertugas mengawasi 2 sampai 3 PCL.
2.3 Tugas dan Kewajiban Pencacah
a. Mengikuti pelatihan petugas Sakernas Februari 2017;
b. Bersama pengawas mengenali batas-batas wilayah tugasnya dengan
berpedoman pada peta SP2010-WB/ST2013-WB;
2
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 10
c. Melakukan pemutakhiran bangunan dan rumah tangga dengan
menggunakan Daftar SAK17.P;
d. Melakukan perbaikan peta blok sensus (WB) seperti melengkapi
informasi bangunan penting, nama jalan, batas wilayah, dan muatan
blok sensus;
e. Menerima Daftar SAK17.DSRT dari pengawas yang berisi identitas
rumah tangga terpilih, sesuai dengan wilayah tugasnya;
f. Melakukan pencacahan rumah tangga dengan menggunakan Daftar
SAK17.AK pada seluruh rumah tangga terpilih berdasar daftar
SAK17.DSRT;
g. Menciptakan/menjalin kerjasama yang baik dengan semua responden;
h. Memeriksa kembali kebenaran, kelengkapan, konsistensi dan
kewajaran isian Daftar SAK17.AK hasil pencacahan, sebelum
menyerahkan kepada pengawas;
i. Mendiskusikan kesulitan yang ditemui dengan pengawas kemudian
bersama-sama mencari pemecahannya;
j. Memperbaiki isian Daftar SAK17.AK yang dinyatakan salah oleh
pengawas, dan apabila diperlukan melakukan kunjungan ulang ke
rumah responden untuk memperbaiki isian;
k. Merahasiakan semua keterangan yang diperoleh dari responden;
l. Menepati jadwal yang telah ditetapkan.
2.4 Tugas dan Kewajiban Pengawas
a. Mengikuti pelatihan petugas Sakernas Februari 2017;
b. Bersama pencacah membuat perencanaan jadwal pelaksanaan untuk
setiap blok sensus dan memastikan kelengkapan instrumen lainnya
yang digunakan untuk kelancaran kegiatan di lapangan;
c. Mendistribusikan dan mengatur alur instrumen yang akan digunakan di
lapangan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pencacah;
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 11
d. Bersama pencacah mengenali lokasi wilayah yang akan dijadikan
sasaran survei;
e. Memeriksa hasil pemutakhiran pencacah pada Daftar SAK17.P
kemudian menyerahkan Daftar SAK17.P ke seksi IPDS BPS Kab/Kota
untuk dientri dan diambil sampel menggunakan program, untuk
menghasilkan SAK17.DSRT;
f. Menerima Daftar SAK17.DSRT dari seksi IPDS Kabupaten/Kota;
g. Mengevaluasi kinerja pencacah sejak awal pencacahan, dengan cara
bersama-sama pencacah mendatangi rumah tangga pertama, sehingga
kesalahan yang mungkin terjadi bisa segera diatasi dan tidak terjadi lagi
pada pencacahan rumah tangga berikutnya;
h. Membantu menyelesaikan masalah yang ditemui pencacah. Jika
menemukan masalah yang meragukan tentang konsep dan definisi,
maka harus mengacu pada buku pedoman, penegasan, atau catatan;
i. Melakukan pengkodean dan pemeriksaan dokumen SAK17.AK yang
menjadi beban tugasnya yang mencakup akurasi, konsistensi,
kewajaran, dan kualitas data hasil pencacahan;
j. Menjaga tergalangnya semangat dan kerjasama yang tinggi dengan
pencacah;
k. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan dokumen hasil
pencacahan, sebelum melakukan pencacahan ke blok sensus
berikutnya;
l. Menyerahkan semua dokumen hasil pencacahan ke BPS Kab/Kota
untuk segera dilakukan pengentrian data;
m. Merahasiakan semua keterangan yang diperoleh dari responden;
n. Menepati jadwal yang telah ditetapkan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 12
2.5 Prosedur Pelaksanaan Lapangan
a. Menyusun jadwal pelaksanaan untuk setiap blok sensus oleh
pengawas bersama pencacah dan memastikan kelengkapan instrumen
yang digunakan demi kelancaran pelaksanaan di lapangan;
b. Mengenali wilayah tugas masing-masing, pencacah didampingi
pengawas, berpedoman pada peta SP2010-WB/ST2013-WB;
c. Melakukan pemutakhiran rumah tangga berdasarkan Daftar SAK17.P
dengan berpedoman pada peta SP2010-WB/ST2013-WB oleh
pencacah dilanjutkan dengan pemeriksaan Daftar SAK17.P oleh
pengawas, Daftar SAK17.P yang sudah selesai diperiksa pengawas
diserahkan ke BPS Kabupaten/Kota (Seksi Sosial) untuk dilakukan
editing prakom, tidak perlu menunggu seluruh blok selesai diperiksa.
Hasil editing prakom oleh Seksi Sosial diserahkan ke Seksi IPDS;
d. Melakukan entry data Daftar SAK17.P oleh seksi IPDS BPS
Kabupaten/Kota;
e. Melakukan pemilihan sampel oleh seksi IPDS BPS Kab/Kota dengan
menggunakan program yang dikirimkan oleh BPS RI untuk
menghasilkan Daftar SAK17.DSRT;
f. Masing-masing pencacah melakukan pencacahan rumah tangga
pertama yang ada di dalam Daftar SAK17.DSRT dengan didampingi
pengawas, untuk memantau kualitas pencacah;
g. Pencacah menyerahkan Daftar SAK17.AK yang telah diisi kepada
pengawas, untuk diperiksa dan dilengkapi;
h. Pencacah menyelesaian masalah yang ditemui, dengan mengacu pada
buku pedoman, penegasan, atau catatan;
i. Pencacah melanjutkan wawancara pada rumah tangga terpilih
berikutnya berdasarkan Daftar SAK17.DSRT;
j. Pemeriksaan (editing) dan pengkodean (coding) dokumen SAK17.AK
oleh pengawas;
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 13
k. Pengawas berkomunikasi dengan pencacah jika ditemukan
kejanggalan atau ketidaklengkapan pada isian dokumen SAK17.AK
serta memerintahkan kunjungan ulang apabila diperlukan;
l. Pengawas mengumpulkan seluruh dokumen Sak17.AK yang digunakan
oleh pencacah dan diserahkan kepada BPS Kab/Kota (Seksi Sosial)
untuk dilakukan editing prakom, dokumen ini kemudian diserahkan ke
Seksi IPDS untuk dientry;
m. Seksi Sosial BPS Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan evalusi
terhadap Raw data sebelum dikirim ke BPS Provinsi.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 15
BAB 3
METODOLOGI
Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2017-2018 dilakukan secara
panel rumah tangga yaitu mempertahankan responden rumah tangga yang
sama di setiap periode pencacahan tahun 2017 sampai 2018. Untuk rumah
tangga yang dikunjungi ulang pada periode pencacahan berikutnya,
dilakukan pengisian kartu kendali untuk mencatat keberadaan anggota
rumah tangga yang terpilih sampel.
3.1 Stratifikasi
Stratifikasi dilakukan di seluruh populasi blok sensus dan rumah
tangga untuk menjamin keterwakilan wilayah dan sampel yang lebih
representatif.
1. Seluruh populasi blok sensus biasa hasil SP2010 distratifikasi
berdasarkan urban/rural, sehingga akan terbentuk dua strata blok
sensus.
2. Implicit stratifikasi blok sensus dilakukan menurut strata 4 kelompok
pekerjaan utama. Penggunaan implicit strata ditujukan untuk
meminimalkan bias karena sifat pembentukan strata yang tidak
dominan di satu sektor saja.
3.2 Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu kerangka
sampel untuk penarikan sampel tahap pertama, kerangka sampel untuk
penarikan sampel tahap kedua dan kerangka sampel untuk penarikan
sampel tahap ketiga. Blok sensus dalam kerangka sampel dipilah menjadi
dua kelompok, yaitu blok sensus terpilih untuk estimasi tingkat provinsi, dan
blok sensus untuk estimasi kabupaten.
3
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 16
Kerangka sampel tahap pertama adalah daftar blok sensus biasa
SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga dan
disertai informasi klasifikasi urban/rural.
Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar 25% blok sensus SP2010
yang sudah memiliki kode strata. Selanjutnya disebut Master Sampling
Frame.
Kerangka sampel pemilihan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga
hasil pemutakhiran di setiap blok sensus terpilih.
3.3 Desain Sampel
I. Estimasi Kabupaten/Kota
Sampel dipilih dengan metode two stages one phase stratified sampling
Tahap pertama: Memilih 25% blok sensus populasi secara Probability
Proportional to Size (PPS), dengan size jumlah rumah tangga hasil
SP2010 di setiap strata.
Tahap kedua: Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara
systematic di setiap strata urban/rural per kabupaten/kota. Pada
tahapan ini strata lapangan pekerjaan utama digunakan sebagai implicit
stratification.
Tahap ketiga: Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara
systematic sampling.
II. Estimasi Provinsi
Sampel untuk Sakernas estimasi provinsi merupakan subsampel dari
Sakernas estimasi kabupaten/kota dan dipilih menggunakan metode
two stage stratified seperti berikut:
Tahap pertama: Memilih 5.000 blok sensus secara systematic
sampling dari 20.000 blok sensus estimasi kabupaten/kota sesuai
alokasi dan mempertimbangkan distribusi sampel per strata di tingkat
kabupaten/kota. Pada tahapan ini strata lapangan pekerjaan utama
digunakan sebagai implicit stratification.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 17
Tahap kedua: Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara
systematic sampling.
3.4 Daftar Sampel Blok Sensus Terpilih
Blok sensus terpilih dituangkan dalam Daftar SAK-DSBS yang
merupakan daftar sampel blok sensus untuk pelaksanaan Februari 2017
s.d. Agustus 2018. Daftar ini disiapkan pada saat pelaksanaan Sakernas
Februari 2017 oleh Subdit Pengembangan Kerangka Sampel Direktorat
Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Petugas tidak boleh
mengganti blok sensus terpilih.
Dalam Daftar SAK-DSBS setiap blok sensus terpilih diberi Nomor
Kode Sampel (NKS), yang terdiri dari 5 (empat) digit.
Digit pertama berkode 1 atau 2. Kode 1 untuk blok sensus yang
dicacah Februari & Agustus (sampel 5000 blok). Kode 2 untuk blok sensus
yang dicacah Agustus saja (sampel 15000 blok). Digit kedua sd kelima
merupakan kode NKS yang terdiri dari :
Nomor 0001 s.d. 4999 adalah nomor urut blok sensus terpilih
daerah pedesaan
Nomor 5001 s.d. 9999 adalah nomor urut blok sensus terpilih
daerah perkotaan
3.5 Penggunaan Kartu Kendali
Kartu Kendali Rumah Tangga Panel Sakernas digunakan untuk
mencatat keberadaan anggota rumah tangga dari rumah tangga yang
terpilih sebagai sampel Sakernas Panel dari tahun 2017 sampai tahun
2018. Dengan menggunakan Kartu Kendali diharapkan keruntutan unit
analisis (anggota rumah tangga) antarwaktu (2017-2018) dapat dijamin,
sehingga memudahkan analisis perubahan berdasarkan data hasil survei
longitudinal. Daftar anggota rumah tangga yang dijadikan benchmark
adalah hasil pencacahan sampel Sakernas Februari 2017 untuk estimasi
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 18
provinsi dan hasil pencacahan Sakernas Agustus 2017 untuk sampel
tambahan estimasi kabupaten.
Contoh pencacahan dengan menggunakan kartu kendali:
Pada periode Sakernas Februari 2017, pencacahan dilakukan
terhadap sampel yang terpilih untuk estimasi provinsi. Di periode
pencacahan selanjutnya yakni Agustus 2017, rumah tangga yang terpilih
sebagai sampel di periode Sakernas 2017 dicacah kembali dan disertai
dengan pengisian kartu kendali. Kartu kendali menggunakan benchmark
dari sampel rumah tangga periode sebelumnya (Februari 2017). Sedangkan
sampel rumah tangga tambahan untuk estimasi provinsi yang baru pertama
kali dicacah di periode Agustus 2017, tidak disertai dengan pengisian kartu
kendali. Kartu kendali hanya digunakan untuk sampel rumah tangga yang
kunjungannya berulang.
3.6 Pemilihan Sampel Rumah Tangga 2017-2018
Prosedur pemilihan sampel rumah tangga ke-r (r = 1,2, ... , 10) untuk
setiap blok sensus ke-q berdasarkan hasil pemutakhiran dijelaskan sebagai
berikut:
a. Misalkan jumlah rumah tangga hasil pemutakhiran pada blok sensus ke-
q dinyatakan sebagai Mq. Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan
secara systematic dengan terlebih dahulu menentukan interval rumah
tangga sebagai berikut:
10
q
q
MI .
b. Angka random (AR) untuk pemilihan sampel rumah tangga dibangkitkan
dari Distribusi Uniform (0,1). Untuk menentukan nomor urut sampel
rumah tangga pertama (R1), AR tersebut dikalikan dengan interval
pemilihan sampel rumah tangga seperti formula berikut:
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 19
qq IARR 1
Nomor urut sampel rumah tangga pertama dicantumkan pada
pemuktahiran Daftar SAK17.P.
c. Tentukan nomor urut sampel rumah tangga berikutnya (r: 2, 3, 4,…, 10)
untuk masing-masing blok sensus dengan menggunakan rumus:
qrqqqqr IRIrRR )1(1 )1(
d. Nomor urut rumah tangga yang terdapat pada Daftar SAK17.P (No. urut
ruta hasil pemutakhiran) yang sama dengan nomor qrR adalah sampel
rumah tangga terpilih Sakernas. Selanjutnya salin nomor SLS, nomor
bangunan fisik, nomor bangunan sensus, no. urut ruta hasil
pemutakhiran, nama kepala rumah tangga, dan alamat ke dalam Daftar
Sampel Rumah tangga (DSRT).
Pemilihan sampel rumah tangga secara sistematik sampling
dilakukan oleh Subdit Pengembangan Kerangka Sampel Direktorat
Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei setelah menerima hasil
pemutakhiran rumah tangga (Daftar SAK17.P) dari Pencacah Survei (PCS).
Contoh 1: Pemilihan Sampel Rumah Tangga
Misalkan blok sensus 001B merupakan blok sensus pertama Sakernas
Februari. Jumlah rumah tangga di blok sensus 001B adalah 96 rumah
tangga. Berdasarkan informasi tersebut dilakukan penarikan sampel
rumah tangga sebanyak 10 rumah tangga dengan interval penarikan
sampel 6,910
961 I dan angka random untuk BS pertama adalah
0,4415. Kemudian nomor sampel rumah tangga pertama diperoleh
42384,46,94415,0 . Nomor rumah tangga 4 terpilih sebagai
sampel pada BS pertama.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 20
Selanjutnya, penentuan nomor urut rumah tangga terpilih untuk setiap
kelompok sampel dapat dijelaskan seperti berikut:
41.1 R 526,9)16(46.1 R
146,136,9)12(42.1 R 626,616,9)17(47.1 R
232,236,9)13(43.1 R 712,716,9)18(48.1 R
338,326,9)14(44.1 R 818,806,9)19(49.1 R
424,426,9)15(45.1 R 904,906,9)110(410.1 R
Tabel 2.1 Contoh Rumah Tangga Terpilih Sampel
No Urut Sampel Nomor urut rumah tangga terpilih pada kelompok rumah tangga
1 4
2 14
3 23
4 33
5 42
6 52
7 62
8 71
9 81
10 90
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 21
3.7 Sampling Scheme Kabupaten/Kota
Tabel 2.2 Tahapan Pengambilan Sampel Sakernas 2017 - 2018
Tahap/
Phase Unit
Jumlah unit strata
h
Metode
penarikan
sampel
Peluang
pemilihan
sampel
Fraksi
sampling Populasi Sampel
1 Blok Sensus hN hn PPS-with
replacement h
hi
Z
Z
h
hih
Z
Zn
hn hn Systematic hn
1
h
h
n
n
2 Rumahtangga up
hiM m Systematic up
hiM
1
up
hiM
m
Sampling fraction Kab/Kota :
up
hih
hih
up
hih
h
h
hi
hkabMZ
mZn
M
m
n
n
Z
ZnfffF
321
Sampling fraction Provinsi : kab
h
prop
h
kabprovn
nFF .
3.8 Desain Weight
Skema sampling dan fraksi sampling yang telah dijelaskan
sebelumnya berguna untuk membentuk weight. Weight digunakan untuk
mengimbangi adanya perbedaan peluang saat pengambilan sampel dan
untuk memperoleh estimasi sesuai dengan populasi yang diketahui
sebelumnya. Adapun tahapan yang dilakukan dalam menyusun penimbang
kegiatan Sakernas adalah sebagi berikut:
1. Membangun initial weight berdasarkan sampling scheme
Initial/base weight menggambarkan peluang pengambilan sampel,
weight ini merupakan invers dari samping fraction , yaitu F
W design 1
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 22
Design weight ini dibangun dari rumah tangga hasil updating dan
target awal pencacahan. Agar design weight yang dihasilkan bagus
maka perlu dilakukan kontrol pada kegiatan pemutakhiran rumah
tangga.
Ketika pelaksanaan lapangan, sulit mendapatkan semua informasi
yang diinginkan. Beberapa responden terkadang hanya dapat
menjawab beberapa pertanyaan saja. Jika estimasi dilakukan dengan
menggunakan data yang terdapat nonrepons maupun noncoverage,
maka akan menghasilkan estimasi yang bias terhadap populasi.
Untuk mengimbangi nonrespons maupun noncoverage dilakukan
adjusment terhadap initial weight.
2. Non response adjustment weighted
Nonrespons adjusment weight digunakan untuk revisi nilai initial
weight berdasarkan realisasi pencacahan pada tingkat blok sensus
dan rumah tangga dengan tetap menjaga total nilai probability pada
sampling frame.
Keterangan:
= weight dengan adjusment nonrespon
= initial weight
= fraksi nonrespon blok sensus
= fraksi nonrespon rumah tangga
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 23
= jumlah target sampel rumah tangga per blok sensus
(10 per blok sensus)
= jumlah sampel rumah tangga realisasi
= jumlah target sampel blok sensus
= jumlah sampel blok sensus realisasi
3. Trimming weight
Trimming bertujuan untuk mereduksi variasi weight antar blok sensus
dengan tetap mengacu kepada total weight sebagai kontrol nilai total
estimasi.
Trimming menggunakan batas atas
Jika
Jika
Keterangan:
= weight hasil dari proses trimming
= weight hasil adjusment nonrespon
= 3 * interquartil
4. Secondary data control
Secondary data control merupakan tahap dari adjusment
noncoverage rumah tangga dengan menggunakan jumlah penduduk
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dari data proyeksi
penduduk. Kelompok umur sangat bergantung pada distribusi hasil
pencacahan.
5. Kalibrasi dari data proyeksi
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 24
Total jumlah dari proyeksi digunakan sebagai kalibrasi dalam proses
akhir weight.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 25
BAB 4
PEMUTAKHIRAN RUMAH TANGGA, DAFTAR SAMPEL RUMAH TANGGA DAN KARTU KENDALI
SAKERNAS FEBRUARI 2017
4.1 Pemutakhiran Rumah Tangga
Pemutakhiran rumah tangga pada blok sensus terpilih dilakukan oleh
pencacah di BPS Kabupaten/Kota. Pemutakhiran rumah tangga harus
dilakukan secara menyeluruh (lengkap) pada wilayah blok sensus terpilih
satu minggu menjelang pencacahan Sakernas Februari 2017. Pencacah
diwajibkan mengidentifikasi blok sensus terpilih dan melakukan penelusuran
batas-batas wilayah blok sensus yang menjadi tanggungjawabnya. Sebelum
melakukan identifikasi dan penelusuran batas-batas wilayah blok sensus,
pencacah harus berkoordinasi dengan kepala lingkungan setempat.
Koordinasi sangat diperlukan untuk keamanan dan kelancaran pelaksanaan
pemutakhiran dan pencacahan rumah tangga Sakernas.
Setelah semua prosedur tersebut dijalankan, selanjutnya pencacah
melakukan pemutakhiran seluruh rumah tangga yang ada di blok sensus
terpilih dengan daftar SAK17.P. Pemutakhiran rumah tangga harus
dilakukan dari pintu ke pintu (door to door). Hal ini dilakukan untuk
menjaga jangan sampai ada rumah tangga yang lewat cacah karena
dapat mengurangi jumlah populasi rumah tangga di blok sensus
terpilih. Tujuan utama dari pemutakhiran rumah tangga adalah untuk
mengetahui populasi rumah tangga di blok sensus terpilih yang hasilnya
akan digunakan untuk keperluan penimbang. Jika populasi rumah tangga
tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan, maka akan
mempengaruhi angka indikator yang dihasilkan dari Sakernas Februari
2017.
SAK17.P adalah suatu daftar yang berisikan identitas wilayah,
identitas rumah tangga, nama-nama kepala rumah tangga beserta
4
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 26
alamatnya, status keberadaan rumah tangga dan nomor urut rumah tangga
hasil pemutakhiran. Informasi identitas wilayah, identitas rumah tangga,
nama kepala rumah tangga dan alamat sudah tercetak (pre-printed) dan
datanya diperoleh dari SP2010 atau survei sebelumnya. Pencacah hanya
melakukan pengecekan keberadaan rumah tangga dengan cara menuliskan
kode keberadaan rumah tangga, dan menuliskan nomor urut rumah tangga
hasil pemutakhiran. Pada saat menuliskan kode keberadaan rumah
tangga, pencacah harus cermat dan hati-hati supaya tidak ada satupun
rumah tangga yang salah kode. Kesalahan penulisan kode khususnya
untuk rumah tangga yang masuk sebagai populasi blok sensus
terpilih, akan mengakibatkan terjadinya kesalahan estimasi dari
indikator yang dihasilkan.
Secara garis besar, pemutakhiran rumah tangga akan menghasilkan
tiga kejadian, yaitu:
1) Rumah tangga yang tetap (nonmover), kondisi dimana rumah tangga
tersebut tetap berada di bangunan fisik lama pada blok sensus terpilih.
Status keberadaan rumah tangga ini adalah ditemukan atau ganti kepala
rumah tangga.
2) Rumah tangga pindah di dalam atau ke keluar blok sensus (in mover dan
out mover), kondisi dimana ada perpindahan rumah tangga pada
bangunan fisik baru pada blok sensus terpilih, pindahan rumah tangga
baru dari luar blok sensus terpilih atau keluar dari blok sensus terpilih.
Status keberadaan rumah tangga ini adalah pindah dalam blok sensus,
rumah tangga baru atau keluar blok sensus.
3) Rumah tangga mekar (spread up), kondisi dimana ada pemekaran
rumah tangga akibat sebagian anggota rumah tangga membentuk rumah
tangga baru atau seluruh anggota rumah tangga bergabung dengan
rumah tangga lain pada blok sensus terpilih. Status keberadaan rumah
tangga ini rumah tangga baru atau bergabung dengan rumah tangga
lain.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 27
Rumah tangga yang akan menjadi populasi blok sensus terpilih atau
rumah tangga eligible (kemungkinan terpilih sebagai sampel) adalah rumah
tangga dengan status keberadaan ditemukan, ganti kepala rumah tangga,
pindah dalam blok sensus dan rumah tangga baru. Sedangkan rumah
tangga non eligible adalah rumah tangga dengan status keberadaan pindah
ke luar blok sensus, bergabung dengan rumah tangga lain, dan tidak
ditemukan.
4.2 Daftar Sampel Blok Sensus (DSBS)
DSBS Sakernas Februari 2017 terdiri dari identitas wilayah untuk 514
kabupaten/kota di 34 provinsi, sesuai master wilayah terakhir. Identitas blok
sensus dinyatakan dengan Nomor Kode Sampel (NKS). NKS terdiri dari 5
digit:
Digit 1 : Kode 1 = blok sensus terpilih untuk kegiatan Februari dan
Agustus.
Kode 2 = blok sensus terpilih untuk kegiatan Agustus.
Digit 2 – 5 : Nomor urut sampel : 0001-4999 (rural).
Nomor urut sampel > 5000 (urban).
4.3 Instrumen Pemutakhiran Rumah Tangga
Instrumen yang digunakan dalam pemutakhiran rumah tangga
Sakernas Februari 2017 adalah:
a. Daftar Pemutakhiran Rumah Tangga (Daftar SAK17.P).
Daftar SAK17.P adalah daftar yang berisi identitas wilayah, identitas
rumah tangga, nama-nama kepala rumah tangga beserta alamat (SLS,
nama jalan, dan sebagainya), pada blok sensus terpilih. Contoh Daftar
SAK17.P terdapat pada Lampiran.
b. Print Out Peta SP2010.WB atau Peta ST2013.WB.
Print out peta SP2010.WB atau ST2013.WB adalah print out peta yang
dibuat pada persiapan SP2010 atau ST2013. Print out peta ini
digunakan sebagai dasar untuk mengenali wilayah kerja petugas
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 28
pemutakhiran rumah tangga dan pencacahan Sakernas Februari 2017.
Dalam print out peta tersebut sudah tercantum legenda, landmark, dan
posisi bangunan fisik/sensus yang dapat digunakan untuk menelusuri
atau mengidentifikasi lokasi rumah tangga.
4.4 Daftar Pemutakhiran Rumah Tangga (Daftar SAK17.P)
Blok I. Pengenalan Tempat
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah kode dan nama
wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan
Desa/Kelurahan), klasifikasi desa/kelurahan, nomor blok sensus, nama
Satuan Lingkungan Setempat (SLS) dan NKS.
Blok II. Rekapitulasi
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah jumlah rumah tangga
sebelum pemutakhiran. Sedangkan rekapitulasi jumlah rumah tangga
eligible hasil pemutakhiran disalin dari Blok V kolom (8) nomor urut terbesar.
Jika jumlah rumah tangga sebelum pemutakhiran sama atau lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah rumah tangga eligible hasil
pemutakhiran, maka pastikan sekali lagi apakah ada rumah tangga
eligible yang masih terlewat atau belum dicacah.
Blok III. Keterangan Petugas
Isikan identitas petugas dan waktu pelaksanaan pemutakhiran pada
blok sensus terpilih.
Blok IV. Catatan
Digunakan untuk mengisi segala informasi terkait pemutakhiran
rumah tangga yang dirasa perlu untuk dicantumkan.
Blok V. Pemutakhiran Rumah Tangga
Terdiri atas 9 kolom, dimana keterangan dari kolom (1) s.d. (6) sudah
tercetak. Adapun uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut:
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 29
Kolom (1). Nomor Urut Satuan Lingkungan Setempat (SLS)
Nomor urut SLS diurutkan dalam satu kabupaten/kota dan datanya
diperoleh dari SP2010.
Kolom (2). Nomor Urut Bangunan Fisik
Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini ada kemungkinan tidak
berurutan.
Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai
dinding, lantai dan atap, baik tetap maupun sementara, baik digunakan
untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. Bangunan yang luas
lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk tempat tinggal
dianggap bukan bangunan fisik.
Kolom (3). Nomor Urut Bangunan Sensus.
Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik
yang mempunyai pintu keluar/masuk sendiri dan merupakan satu kesatuan
penggunaan. Untuk diketahui, menurut penggunaannya bangunan sensus
bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) macam:
Bangunan Sensus Tempat Tinggal Dihuni adalah bangunan sensus
yang dihuni baik sebagian maupun seluruhnya oleh rumah tangga.
Bangunan Sensus Tempat Tinggal Kosong adalah bangunan sensus
tempat tinggal tetapi belum/tidak dihuni. Ruko (rumah-toko) yang
belum dihuni termasuk sebagai bangunan sensus tempat tinggal
kosong.
Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal adalah bangunan sensus
yang tidak digunakan untuk tempat tinggal. Misalnya kantor, toko,
pabrik, masjid, gereja, dan lainnya, termasuk bangunan kosong
bukan tempat tinggal.
Nomor bangunan sensus yang tercantum pada kolom ini adalah
nomor bangunan sensus hasil pencacahan lengkap SP2010 atau survei
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 30
sebelumnya. Nomor-nomor yang tercantum pada kolom ini kemungkinan
ada yang tidak berurutan.
Kolom (4). Nomor Urut Rumah Tangga
Nomor urut rumah tangga akan berurut mulai dari nomor urut terkecil
sampai terbesar. Nomor urut rumah tangga tidak boleh melompat ataupun
berulang. Satu nomor urut hanya untuk satu rumah tangga biasa.
Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya
tinggal bersama serta makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud
dengan satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola
menjadi satu.
Satu rumah tangga dapat terdiri dari satu anggota rumah tangga atau
lebih. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari bapak, ibu dan anak.
Rumah tangga sering diartikan keluarga. Meskipun demikian, petugas harus
hati-hati, satu keluarga tidak selalu satu rumah tangga atau sebaliknya.
Kriteria rumah tangga lebih mempertimbangkan aspek satu pengelolaan
urusan “dapur” atau kebutuhan sehari-hari.
Penjelasan:
1. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi
makannya diurus sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.
2. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya
dari satu dapur dianggap satu rumah tangga biasa, asalkan kedua
bangunan sensus tersebut masih dalam satu blok sensus.
3. Pemondok dengan makan (indekos) yang jumlah pemondoknya kurang
dari 10 orang pemondok dianggap sebagai anggota rumah tangga induk
semangnya. Jika yang mondok dengan makan 10 orang atau lebih, maka
rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan merupakan
rumah tangga biasa, sedang yang mondok dengan makan dianggap
sebagai rumah tangga khusus.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 31
4. Jika beberapa orang yang bersama-sama mendiami beberapa kamar
dalam satu bangunan sensus atau bangunan fisik, dan pengelolaan
makannya sendiri-sendiri, maka setiap kamar dianggap satu rumah
tangga. Contoh: tiga orang indekos bersama dalam satu kamar, tetapi
makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.
5. Pengurus asrama, pengurus panti asuhan, pengurus lembaga
pemasyarakatan, dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama
anak istri serta anggota rumah tangga lainnya dianggap rumah tangga
biasa.
Kolom (5). Nama Kepala Rumah Tangga
Kepala rumah tangga adalah salah seorang dari anggota rumah
tangga yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di
rumah tangga atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah
tangga (minimal berumur 10 tahun), misalnya karena dituakan.
Penjelasan:
1) Kepala rumah tangga yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu
(termasuk memiliki lebih dari 1 istri), hanya dicatat di salah satu tempat
tinggalnya di mana ia berada paling lama.
2) Kepala rumah tangga yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain
dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap
minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, asalkan masih kurang dari 6 bulan),
tetap dicatat sebagai kepala rumah tangga di rumah istri dan anak-
anaknya.
3) Kepala rumah tangga yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di
kapal dan lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai kepala
rumah tangga di rumah istri dan anak-anaknya.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 32
Kolom (6). Alamat
Alamat yang tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal
kepala rumah tangga beserta anggota rumah tangganya berdasarkan hasil
SP2010 atau pemutakhiran rumah tangga pada survei sebelumnya. Jika
pada saat pemutakhiran rumah tangga terjadi perubahan alamat, coret
alamat lama kemudian tuliskan alamat saat pemutakhiran.
Kolom (7). Keberadaan Rumah Tangga
Isikan kode 1 s.d. 7 untuk masing-masing rumah tangga yang tercetak
maupun yang tertulis pada Daftar SAK17.P.
Kode 1: Ditemukan, adalah kondisi dimana nama kepala rumah tangga
dan alamat pada saat pemutakhiran sama dengan nama kepala rumah
tangga dan alamat pada saat pencacahan SP2010 atau survei
sebelumnya. Termasuk dalam kategori ini adalah bila nama kepala
rumah tangga berbeda yang diakibatkan karena nama yang tercantum
adalah nama panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam
pencacahan SP2010 atau survei sebelumnya. Juga termasuk ada
perubahan nama jalan atau perbedaan alamat akibat kesalahan
penulisan pada saat pencacahan SP2010 atau survei sebelumnya.
Untuk menghindari adanya lewat cacah atau cacah ganda dalam pencatatan anggota rumah tangga, khususnya kepala rumah tangga, maka kepada setiap rumah tangga perlu ditanyakan: a. Apakah kepala rumah tangga mempunyai tempat tinggal lain
selain disini. b. Apakah ada anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di
rumah/bangunan tempat tinggal lain yang masih di dalam satu
blok sensus.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 33
Kode 2: Ganti Kepala Rumah Tangga, adalah kondisi dimana alamat
pada saat pemutakhiran rumah tangga sama dengan alamat pada saat
pencacahan SP2010 atau survei sebelumnya, tetapi terjadi pergantian
kepala rumah tangga yang diakibatkan nama kepala rumah tangga yang
tercantum pada daftar ini telah pindah, meninggal, atau sebab lain
misalnya bercerai. Termasuk dalam kondisi ini adalah terjadinya
kesalahan pengklasifikasian kepala rumah tangga yang dilakukan oleh
petugas SP2010 atau survei sebelumnya.
Kode 3: Pindah Dalam Blok Sensus, adalah kondisi dimana nama
kepala rumah tangga tetap sama, namun alamat pada saat pemutakhiran
rumah tangga berbeda dengan alamat rumah tangga pada saat
pencacahan SP2010 atau survei sebelumnya. Tidak termasuk
perbedaan alamat rumah tangga karena terjadi kesalahan penulisan
alamat pada saat pencacahan SP2010 atau survei sebelumnya.
Kode 4: Rumah Tangga Baru adalah kondisi dimana rumah tangga
ditemukan pada saat pemutakhiran tetapi tidak tercantum dalam Daftar
SAK17.P. Termasuk dalam kondisi ini adalah rumah tangga yang
terlewat cacah pada saat pemutakhiran rumah tangga SP2010 atau
survei sebelumnya. Termasuk juga rumah tangga baru di dalam blok
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 34
sensus tersebut yang merupakan pecahan rumah tangga yang tercatat
dalam pemutakhiran rumah tangga SP2010 atau survei sebelumnya.
Kode 5: Pindah Keluar Blok Sensus adalah kondisi dimana rumah
tangga yang tercatat pada saat SP2010 atau survei sebelumnya pada
saat pemutakhiran tidak ditemukan, dan setelah dikonfirmasikan dengan
tetangga disekitarnya diperoleh informasi bahwa rumah tangga tersebut
telah pindah tempat tinggal diluar blok sensus yang sedang dilakukan
pemutakhiran. Termasuk pula rumah tangga yang bukan merupakan
cakupan dari blok sensus tersebut, ataupun rumah tangga tunggal yang
telah meninggal dunia pada saat pemutakhiran.
Kode 6 : Bergabung dengan Rumah Tangga Lain adalah kondisi
dimana seluruh anggota rumah tangga menjadi anggota rumah tangga
pada rumah tangga lain di dalam blok sensus.
Kode 7: Tidak Ditemukan adalah kondisi dimana kepala rumah tangga
pada saat pemutakhiran tidak dapat ditemukan dan setelah
dikonfirmasikan dengan tetangga disekitarnya memang tidak ada yang
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 35
mengenalnya. Termasuk pula rumah tangga yang bukan merupakan
cakupan dari blok sensus tersebut karena kesalahan identifikasi pada
saat pemutakhiran SP2010 atau survei sebelumnya.
Ilustrasi dari ketujuh keberadaan rumah tangga pada saat
pemutakhiran dibandingkan dengan keadaan pada saat pencacahan
lengkap SP2010 dapat dilihat pada gambar berikut:
Kondisi Saat SP2010 atau Survei Sebelumnya Kondisi Saat Sakernas Februari 2017
Keterangan gambar: Nomor 1. Rumah tangga ditemukan. Nomor 2. Rumah tangga ganti kepala rumah tangga. Nomor 3. Rumah tangga pindah dalam blok sensus. Nomor 4. Rumah tangga baru. Nomor 5. Rumah tangga pindah ke luar blok sensus. Nomor 6. Rumah tangga bergabung dengan rumah tangga lain. Nomor 7. Rumah tangga tidak ditemukan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 36
Kolom (8). Nomor Urut Rumah Tangga Hasil Pemutakhiran
Isikan nomor urut rumah tangga eligible (kolom (7) yang berkode 1
s.d. 4) sesuai urutan hasil pemutakhiran. Rumah tangga eligible adalah
rumah tangga yang ada di blok sensus terpilih saat pemutakhiran.
Kolom (9). Jumlah Anggota Rumah Tangga
Isikan jumlah anggota rumah tangga untuk masing-masing rumah
tangga eligible yang tercetak maupun yang tertulis pada Daftar SAK17.P.
Salah satu manfaat pertanyaan ini adalah untuk kontrol atau sebagai acuan
dari jumlah anggota rumah tangga yang tercatat pada kartu kendali.
4.5 Tahapan Pemutakhiran Rumah Tangga
a. Berbekal print out peta SP2010.WB atau ST2013.WB yang menjadi
wilayah kerjanya, petugas mengelilingi batas luar blok sensus dan
batas SLS dalam blok sensus serta mengenali legenda dan land mark
yang ada dalam blok sensus. Bila ada legenda dan land mark yang
belum tercantum dalam peta petugas harus menambahkan. Perhatikan
dengan seksama batas terluar blok sensus tersebut, karena hal ini
berkaitan dengan rumah tangga yang menjadi cakupan dalam blok
sensus tersebut, petugas memastikan batas terluar blok sensus
tersebut, sehingga tidak akan terjadi salah cakup.
b. Dimulai dari nomor urut rumah tangga terkecil, petugas mengunjungi
secara door to door seluruh rumah tangga yang tercantum dalam daftar
pemutakhiran SAK17.P untuk mengetahui keberadaan rumah tangga
pada saat pemutakhiran dengan berbagai kondisi (ditemukan, ganti
kepala rumah tangga, dsb). Kunjungan door to door harus dilakukan
per SLS, berpindah ke SLS lain bila telah selesai memutakhirkan rumah
tangga pada SLS tersebut.
c. Petugas mengunjungi rumah tangga dan mencantumkan/menggambar
lokasi rumah tangga pada print out peta SP2010-WB/ST2013-WB,
serta memberi nomor urut. Setiap bangunan fisik dalam peta
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 37
digambarkan dengan “kotak” (jika memungkinkan) atau “titik besar”( ).
Nomor urut rumah tangga yang dicantumkan di atas kotak atau titik
sama dengan nomor urut rumah tangga yang tercantum pada Kolom
(4) Daftar SAK17.P.
d.
Apabila pada saat pemutakhiran ditemukan rumah tangga baru maka
tuliskan keterangan untuk rumah tangga yang bersangkutan pada baris
setelah baris terakhir yang terisi. Rumah tangga baru yang menempati
bangunan baru, pengisian nomor bangunan fisik dan bangunan sensus
mengikuti bangunan fisik dan sensus terdekat sebelumnya dengan
pemberian indeks berupa abjad A, B, C, dan seterusnya. Sedangkan
rumah tangga baru yang menempati bangunan yang pernah dihuni oleh
rumah tangga sebelumnya, pengisian nomor bangunan fisik dan
bangunan sensus sesuai dengan nomor bangunan lama.
4.6 Contoh Kasus:
Kasus 1: Rumah tangga Pak Beno pindah rumah dalam blok sensus
yang sama dan rumah lama ditempati rumah tangga Prabu.
Pengisian di Blok V SAK17.P rumah tangga Pak Beno adalah sebagai
berikut:
1. Isian nomor urut SLS, nomor urut bangunan fisik, nomor urut bangunan
sensus dan alamat (kolom 1, 2, 3, 6) dimutakhirkan.
2. Isian nama kepala rumah tangga (kolom 5) masih tetap sama (Pak
Beno).
3. Keberadaan ruta (kolom 7) = kode 3 (pindah dalam blok sensus).
Pengisian di Blok V SAK17.P rumah tangga Prabu:
1. Dicatat pada baris terakhir halaman terakhir Blok V yang terisi.
2. No urut (kolom 1) sampai nomor urut bangunan sensus (kolom 3) diisi
sesuai dengan yang lama, dan kolom (4) nomor rumah tangga diisikan
melanjutkan nomor rumah tangga terakhir.
3. Nama kepala rumah tangga (kolom 5) diisi responden baru (Prabu).
4. Keberadaan rumah tangga kol (7) = kode 4 (baru).
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 38
Kasus 2: Pak Beni (KRT) pindah dalam blok sensus yang sama dan
rumahnya ditempati oleh sebahagian ART (adik ipar Pak Beni).
Pengisian di Blok V SAK17.P rumah tangga Pak Beni:
1. Isian nomor urut SLS, nomor urut bangunan fisik, nomor urut bangunan
sensus dan alamat (kolom 1, 2, 3, 6) dimutakhirkan.
2. Nama kepala rumah tangga (kolom 5) masih tetap sama (Pak Beni).
3. Alamat di Kolom (6) isikan dengan alamat yang baru.
4. Keberadaan rumah tangga kol (7) = kode 3 (pindah dalam BS).
Pengisian di Blok V SAK17.P rumah tangga adik ipar Pak Beni:
1. Dituliskan pada baris terakhir halaman terakhir Blok V yang terisi.
2. No urut (kolom 1) sampai nomor urut bangunan sensus (kolom 3)
sesuai dengan rumah yang lama, dan kolom (4) nomor rumah tangga
diisikan melanjutkan nomor rumah tangga terakhir.
3. Nama kepala rumah tangga (kolom 5) diisi nama adik ipar Pak Beni.
4. Alamat (kolom 6) isikan sesuai alamat tempat tinggal.
5. Keberadaan rumah tangga kol (7) = kode 4 (rumahtangga baru).
4.7 Daftar Sampel Rumah Tangga (Daftar SAK17.DSRT)
Hasil pemutakhiran rumah tangga selengkapnya harus dientri di BPS
Kabupaten/Kota. Program entri disiapkan BPS Pusat. Program ini sekaligus
menyediakan fasilitas penarikan sampel, sehingga petugas hanya fokus
pada entri hasil pendaftaran rumah tangga secara benar. BPS
Kabupaten/Kota selanjutnya dapat mencetak daftar sampel SAK17.DSRT
sebanyak 10 rumah tangga terpilih yang harus didatangi dan dicacah
dengan Daftar SAK17.AK. Contoh Daftar SAK17.DSRT terdapat pada
Lampiran.
Berikut keterangan yang terdapat dalam Daftar SAK17.DSRT:
Blok I: Pengenalan Tempat
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah nama/kode provinsi,
nama/kode kabupaten/kota, nama/kode kecamatan, nama/kode
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 39
desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan, nomor blok sensus, nama SLS,
dan NKS.
Blok II. Catatan
Digunakan untuk mengisi segala informasi terkait pencacahan rumah
tangga yang dirasa perlu untuk dicantumkan.
Blok III: Keterangan Rumah Tangga
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah nomor urut rumah
tangga terpilih, nomor urut SLS, nomor urut bangunan fisik, nomor urut
bangunan sensus, nomor urut rumah tangga, nama kepala rumah tangga,
alamat tempat tinggal rumah tangga tersebut (RT, RW, Dusun, dan Nama
Jalan/Gang), nomor urut rumah tangga hasil pemutakhiran dan keterangan.
Penjelasan:
1. Pencacah tidak diperbolehkan mengganti rumah tangga sampel, karena
sampel rumah tangga panel selama 2 tahun . Hanya rumah tangga yang
tercantum dalam SAK17.DSRT yang dicacah dengan Daftar SAK17.AK.
2. Jika ternyata pencacah tidak dapat bertemu dengan rumah tangga
terpilih, maka pencacah wajib melaporkan kepada pengawas dan
pengawas membuat catatan di Blok II.
4.8 Kartu Kendali (Daftar SAK17.K)
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sampel rumah tangga
Sakernas 2017-2018 adalah panel. Artinya rumah tangga sampel yang
sama akan dicacah dengan kuesioner SAK17.AK dan dipantau terus
menerus sampai dengan Agustus 2018. Pemantauan yang dilakukan
adalah dengan mencatat perubahan komposisi jumlah anggota rumah
tangga selama 3 periode yaitu Agustus 2017, Februari 2018 dan Agustus
2018. Pencacah diharuskan mencatat nama dan jenis kelamin anggota
rumah tangga baru serta mengisi kode keberadaan anggota rumah tangga
yang nonmover (tetap), in mover (masuk) dan out mover (keluar). Pencacah
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 40
dibekali instrumen kartu kendali (Daftar SAK17.K). Setelah dicatat, kartu
kendali ini akan dientri di BPS Kabupaten/Kota. Program entri disiapkan
BPS Pusat. Data kartu kendali digunakan sebagai kontrol jumlah anggota
rumah tangga pada sampel rumah tangga terpilih.
Kartu kendali terdiri dari 3 blok yaitu, blok pengenalan tempat,
keterangan anggota rumah tangga dan blok catatan. Contoh Daftar
SAK17.K terdapat pada Lampiran.
Blok I. Pengenalan Tempat
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah kode dan nama
wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan
Desa/Kelurahan), klasifikasi desa/kelurahan, nomor blok sensus, nama
SLS, NKS, nomor urut sampel, nomor urut rumah tangga, nama kepala
rumah tangga dan alamat.
Blok II. Keterangan Anggota Rumah Tangga
Keterangan yang tercetak pada blok ini adalah nomor urut rumah
tangga anggota rumah tangga, nama anggota rumah tangga, dan jenis
kelamin. Isikan kode 1 s.d. 3 (keberadaan anggota rumah tangga) dan catat
nama serta jenis kelamin anggota rumah tangga baru mulai dari Agustus
2017, Februari 2018 dan Agustus 2018.
Blok III. Catatan
Penjelasan:
1. Pencacah diharuskan mendatangi dan mewawancarai rumah tangga
sampel selama 3 periode yaitu Agustus 2017, Februari 2018 dan
Agustus 2018.
2. Jika ternyata jumlah anggota rumah tangga pada kartu kendali tidak
sesuai dengan yang tercatat pada Daftar SAK17.AK, maka
pencacah wajib melakukan konfirmasi terhadap sampel rumah
tangga.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 41
BAB 5
PELATIHAN
Pelatihan pada setiap survei ditujukan untuk menyamakan persepsi
diantara petugas terhadap konsep, definisi, dan SOP pelaksanaan
lapangan. Pada Sakernas 2017, pelatihan dilaksanakan berjenjang, dimulai
dengan workshop Instruktur Utama (Intama), dilanjutkan pelatihan Instruktur
Nasional (Innas). Kedua kegiatan ini diselenggarakan oleh BPS RI dengan
pelaksananya adalah Direktorat Statistik Kependudukan dan
Ketenagakerjaan. Selanjutnya adalah pelatihan Instruktur Daerah (Inda)
yang diselenggarakan oleh BPS Provinsi dan pelatihan petugas lapangan
yang diselenggarakan oleh BPS Kabupaten/Kota.
Dalam setiap proses pelatihan ada tiga hal yang harus dicapai:
1. Setiap peserta pelatihan harus sudah membaca dan memahami isi
kuesioner yang akan digunakan;
2. Setiap peserta pelatihan harus membaca dan memahami konsep definisi
yang terdapat dalam buku pedoman;
3. Setiap peserta pelatihan harus memahami cara wawancara dan
mengisikan hasil wawancara ke dalam kuesioner.
4. Setiap peserta pelatihan harus memahami prosedur pencacahan
lapangan.
5.1 Pelatihan Instruktur Nasional (Innas)
Pelatihan Innas diselenggarakan oleh BPS RI pada tanggal 11-14
Januari 2017 selama 2 (dua) hari efektif. Pesertanya berasal dari BPS RI
dan BPS Daerah. Jumlah Innas BPS RI dan Innas daerah yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Lampiran 2. Form biodata Calon Innas nantinya akan
dikirimkan melalui email.
5
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 42
Calon Innas diharapkan memenuhi persyaratan: (a) Diutamakan
Kasie Statistik Kependudukan BPS Provinsi atau yang bertanggung jawab
terhadap data Sakernas di BPS Provinsi (b) Mempunyai kemampuan
mengajar, (c) Siap memecahkan kasus-kasus yang timbul dalam
pelaksanaan lapangan.
Pada pelatihan Innas, hal pokok yang diajarkan adalah pemahaman
terhadap kegiatan survei, konsep dan definisi, prosedur pencacahan di
lapangan, pengisian daftar dan kemampuan untuk mentransfer
pengetahuan yang telah diperoleh kepada calon Inda.
5.2 Pelatihan Instruktur Daerah (Inda)
Pelatihan Inda diselenggarakan oleh BPS Provinsi pada tanggal 16-19
Januari 2017 selama 2 hari efektif (fullboard). Inda yang mengajar pelatihan
petugas pada Sakernas Februari 2017 akan kembali mengajar pada
pelatihan petugas Sakernas Agustus 2017.
Calon Inda diharapkan memenuhi persyaratan: (a) Diutamakan Kasie
Statistik Sosial BPS Kab/Kota atau yang bertanggung jawab terhadap data
Sakernas di BPS Kab/Kota (b) Mempunyai kemampuan mengajar, (c) Siap
memecahkan kasus-kasus yang timbul dalam pelaksanaan lapangan.
Hal pokok yang diajarkan dalam pelatihan Inda adalah pemahaman
terhadap kegiatan survei, konsep dan definisi, prosedur pencacahan di
lapangan, pengisian daftar dan kemampuan untuk mentransfer
pengetahuan yang telah diperoleh kepada calon petugas.
5.3 Pelatihan Petugas
Pelatihan petugas Sakernas Februari 2017 diselenggarakan di BPS
Kabupaten/Kota selama 2 hari efektif (fullday) pada tanggal 23-24 Januari
2017. Sedangkan pelatihan petugas Sakernas Agustus 2017 dilaksanakan
pada rentang waktu 4-15 Juli 2017, selama 3 hari efektif (fullboard).
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 43
Pengawas adalah organik BPS Provinsi atau BPS Kab/Kota
(diutamakan lulusan minimal D-III). Pencacah adalah pegawai organik BPS
Kab/Kota maupun nonorganik (mitra) BPS yang ditunjuk dan diutamakan
berpendidikan minimal SLTA.
Hal pokok yang diajarkan pada pelatihan petugas adalah pemahaman
terhadap kegiatan survei, konsep dan definisi, prosedur pencacahan di
lapangan, pengisian daftar, serta latihan wawancara.
5.4 Penetapan Pusat Latihan
Pelatihan Inda dilaksanakan dengan paket menginap (fullboard).
Pelatihan akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh fasilitas yang baik.
Persyaratan yang perlu dipenuhi suatu pusat pelatihan antara lain:
1. Tersedianya akomodasi yang memadai.
2. Tersedia ruang kelas sesuai dengan kebutuhan.
3. Tersedia fasilitas kelas seperti papan tulis (white board), meja dan kursi
belajar, viewer, penerangan yang cukup dan lain-lain.
4. Tidak terganggu oleh suara atau keramaian.
5. Mudah dicapai dengan kendaraan umum.
6. Tarif akomodasi, konsumsi, dan transportasi peserta ke pusat pelatihan
terjangkau oleh biaya yang tersedia.
5.5 Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Sebelum pelatihan dilakukan, ada beberapa hal yang perlu diketahui
sebagai persiapan pelatihan petugas lapangan antara lain:
1. Membentuk panitia pelatihan yang jumlah anggotanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan aturan yang berlaku.
2. Menyiapkan tempat/kelas dan fasilitas pelatihan (kursi, meja, papan
tulis/white board, serta viewer) yang disesuaikan dengan jumlah petugas
yang akan dilatih dan banyaknya instruktur yang telah dilatih.
3. Menyiapkan bahan pelatihan dan meneliti kelengkapannya, termasuk
perlengkapan petugas dan dokumen yang diperlukan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 44
4. Menata letak kursi peserta, meja instruktur, papan tulis, layar, dan alat
peraga.
5. Menyiapkan responden role playing atau BS/ruta sampel untuk try out.
6. Menyediakan alat tulis untuk keperluan pelatihan sekaligus untuk
pelaksanaan lapangan (spidol, pensil, penghapus, dan peralatan lain).
7. Memanggil secara resmi (dengan surat) petugas ke tempat pelatihan.
BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota harus membuat evaluasi dan
laporan tertulis tentang pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya masing-masing. Isi laporan berkaitan dengan kelancaran
pelatihan dan kendala yang ditemui (baik teknis maupun administrasi
pelatihan) maupun dokumentasi.
Setiap Instruktur Nasional (Innas) dan Instruktur Daerah juga harus
membuat laporan tertulis untuk disampaikan kepada BPS RI c.q Sub
Direktorat Statistik Ketenagakerjaan melalui email: [email protected]. Dalam
laporan instruktur dimuat hasil evaluasi penyerapan materi setiap peserta
yang diperoleh dari nilai pendalaman dan pengamatan di kelas. Form
laporan Innas/Inda terdapat pada lampiran.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 45
BAB 6
PENGAWASAN/SUPERVISI KEGIATAN
Salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas data
survei adalah mengoptimalkan pengawasan/supervisi kegiatan. Pengawasan
dilakukan pada setiap tahapan kegiatan, dimulai pada saat pra pencacahan,
pelatihan, pemutakhiran, pencacahan maupun pasca pencacahan.
Pengawasan Sakernas 2017 dilakukan secara berjenjang mulai dari BPS RI,
BPS Provinsi, maupun BPS Kabupaten/kota.
6.1 Pengawasan pra Pencacahan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengawasan
pra pencacahan:
a. Rencana jadwal lapangan masing-masing petugas harus rasional dan
memperhitungkan kemampuan untuk menyelesaikan tepat waktu dengan
kualitas yang baik;
b. Alokasi petugas di masing-masing Kabupaten/Kota harus
mempertimbangkan sebaran sampel dan tingkat kesulitan di lapangan.
Beban petugas rata-rata 2 blok sensus, dalam waktu pencacahan 14
hari.
c. Blok sensus yang terkena sampel harus sudah diperiksa keberadaannya.
Laporan mengenai keberadaan blok sensus sampel disampaikan kepada
Subdit Pengembangan Kerangka Sampel CC Subdit Statistik
Ketenagakerjaan ;
c. Rekrutmen petugas harus sesuai dengan persyaratan dan kompetensi
yang diharapkan;
d. Dokumen untuk pelaksanaan harus lengkap, dokumen yang diterima
harus sesuai dengan kebutuhan dan tepat distribusinya.
6
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 46
6.2 Pengawasan/Supervisi Pelatihan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan supervisi
pelatihan petugas adalah:
a. Supervisor memastikan pelaksanaan pelatihan petugas sesuai jadwal
yang ditetapkan.
b. Supervisor memastikan penyampaian materi oleh Instruktur sudah
sesuai konsep dan definisi dalam buku pedoman.
c. Supervisor memberikan saran/solusi jika ada kasus lapangan yang
belum terjawab oleh Innas.
d. Supervisor menyampaikan laporan mengenai sarana prasarana di
tempat pelatihan.
6.3 Pengawasan/Supervisi Pemutakhiran
Pemutakhiran merupakan tahapan penting, karena sampel rumah
tangga yang diambil berdasarkan hasil pemutakhiran akan digunakan terus
menerus (panel) sampai tahun 2018. Pemutakhiran rumah tanga pada blok
sensus Sakernas Semesteran 2017 dan 2018 hanya dilakukan sekali yaitu
pada bulan Januari 2017. Sedangkan untuk blok sensus Sakernas Tahunan
2017 dan 2018, pemutakhiran dilakukan pada bulan Juli 2017. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan supervisi pemutakhiran adalah:
a. Supervisor memastikan pelaksanaan pemutakhiran sesuai jadwal yang
ditetapkan.
b. Supervisor memastikan pencacah melakukan pemutakhiran sesuai SOP,
yaitu mengelilingi BS, mengunjungi secara door to door seluruh rumah
tangga yang tercantum dalam daftar pemutakhiran SAK17.P dan
mencantumkan gambar/lokasi rumah tangga pada print out peta
SP2010-WB.
c. Supervisor membantu menyelesaikan permasalahan jika terdapat kasus
di lapangan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 47
6.4 Pengawasan/Supervisi Pencacahan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan supervisi
pelatihan petugas adalah:
a. Supervisor memastikan pelaksanaan pencacahan sesuai jadwal yang
ditetapkan.
b. Supervisor mengamati pencacah ketika melakukan wawancara terhadap
rumah tangga sampel, memastikan pencacah bertanya sesuai alur
kuesioner, melakukan probing dengan baik dan mengisi kuesioner sesuai
konsep definisi.
c. Supervisor memeriksa beberapa dokumen hasil pencacahan petugas
dan memastikan kelengkapan, kebenaran, kewajaran, kecermatan,
konsistensi isian.
d. Supervisor membantu menyelesaikan permasalahan jika terdapat kasus
di lapangan.
6.5 Pengawasan Pasca Pencacahan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengawasan
pasca pencacahan:
a. Hasil pencacahan harus berkualitas, hasilnya benar-benar
menggambarkan kondisi ketenagakerjaan penduduk pada wilayah
tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara pemeriksaan dokumen;
b. Monitor hasil kualitas pemutakhiran perlu dilakukan oleh BPS
Kabupaten/Kota, BPS Provinsi dan BPS RI;
c. Kegiatan receiving-batching dan editing coding harus sesuai prosedur
dan jadwal;
d. Seluruh editing-coding menjadi tanggung jawab Seksi Statistik Sosial
sebelum dokumen diserahkan ke Seksi IPDS.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 49
BAB 7
PENGOLAHAN
7.1 Pengolahan SAK17.P
SAK17.P hasil pemutahiran yang sudah diperiksa, dibawa oleh
pengawas ke BPS Kabupaten/Kota untuk dientry oleh staf seksi IPDS. Hasil
entry SAK16.P kemudian digunakan untuk menarik sampel menggunakan
program. Program entry SAK16.P dan program penarikan sampel akan
dikirimkan oleh Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel. Dokumen
penarikan sampel berupa SAK16.DSRT selanjutnya dibawa pengawas dan
diserahkan kepada pencacah untuk kemudian dicacah di lapangan. Hasil
entry SAK16.P juga harus dikirimkan ke Subdirektorat Pengembangan
Kerangka Sampel untuk digunakan sebagai master penghitungan
penimbang.
7.2 Pengolahan SAK16.AK
Entry dokumen SAK17.AK dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dibawah
tanggung jawab seksi IPDS. Petugas entry diutamakan staf BPS
Kabupaten/Kota. Program entry SAK17.AK akan dikirimkan oleh
Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data. Entry dapat dilakukan dengan
sistem ban berjalan, tidak harus menunggu seluruh blok sensus selesai
dicacah.
7.3 Approval Raw Data
Hasil data entri diharuskan sudah diperiksa oleh Seksi/Bidang terkait
di BPS Kabupaten/Kota dan Provinsi sebelum dikirimkan ke BPS RI. Dalam
pengolahan data, hal ini tercermin dari adanya proses approval di dalam
program entri data. Tahapan ini dilakukan untuk setiap rumah tangga hasil
entri dan bisa dilakukan setelah hasil entri dari satu NKS selesai dilakukan.
7
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 50
Penanda approval menunjukkan bahwa hasil entri telah diperiksa dan
disetujui oleh Seksi/Bidang terkait di BPS Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Dalam kompilasi data akhir, BPS RI hanya akan menghitung data yang
telah mempunyai penanda approval.
7.4 Pengiriman Raw Data
Hasil entry SAK17.AK berupa raw data dari BPS Kabupaten/Kota
dikirimkan ke BPS Provinsi terlebih dahulu untuk dilakukan evaluasi dan
validasi, jika ada data yang tidak wajar hendaknya dikonfirmasikan ulang ke
BPS Kabupaten/Kota. Selanjutnya raw data dari BPS Provinsi dikirimkan ke
BPS RI lewat Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data, pengiriman data
tidak harus menunggu lengkap namun tetap mempertimbangkan keutuhan
data per blok sensus dalam satu Kabupaten/Kota. Raw data ini masih harus
dilakukan revalidasi sebelum nantinya dilakukan tabulasi final.
7.5 Ketentuan Respon Rate
Untuk kepentingan estimasi angka ketenagakerjaan, minimum respon
rate adalah sebesar 70 persen sampel rumah tangga yang dapat ditemui
terhadap total sampel rumah tangga. Jika respon rate di bawah 70 persen
maka angka estimasi ketenagakerjaan untuk level kabupaten/kota
(Sakernas Agustus) maupun estimasi level provinsi (Sakernas Semesteran)
tidak akan bisa dihasilkan.
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 52
Alokasi Inda dan Innas Sakernas 2017
Provinsi
Inda Innas
Kasie Sos Bps
Kab/Kota Pusat
Daerah (Kasiduk)
Total
11 A C E H 23 1 1 2
12 Sumatera Utara 33 1 1 2
13 Sumatera Barat 19 1 1
14 R I A U 12 1 1
15 Jambi 11 1 1
16 Sumatera Selatan 17 1 1
17 Bengkulu 10 1 1
18 Lampung 15 1 1
19 Kepulauan Bangka Belitung 7 1 1
21 Kepulauan Riau 7 1 1
31 Dki Jakarta 6 1 1
32 Jawa Barat 27 1 1 2
33 Jawa Tengah 35 1 1 2
34 Di Yogyakarta 5 1 1
35 Jawa Timur 38 1 1 2
36 Banten 8 1 1
51 B A L I 9 1 1
52 Nusa Tenggara Barat 10 1 1
53 Nusa Tenggara Timur 22 1 1 2
61 Kalimantan Barat 14 1 1
LAMPIRAN 1
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 53
Provinsi
Inda Innas
Kasie Sos Bps
Kab/Kota Pusat
Daerah (Kasiduk)
Total
62 Kalimantan Tengah 14 1 1
63 Kalimantan Selatan 13 1 1
64 Kalimantan Timur 10 1 1
62 Kalimantan Utara 5 1 1
71 Sulawesi Utara 15 1 1
72 Sulawesi Tengah 13 1 1
73 Sulawesi Selatan 24 1 1 2
74 Sulawesi Tenggara 17 1 1
75 Gorontalo 6 1 1
76 Sulawesi Barat 6 1 1
81 Maluku 11 1 1
82 Maluku Utara 10 1 1
91 Papua Barat 13 1 1
94 Papua 29 1 1 2
JUMLAH 514 8 34 42
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 54
Lampiran 3. Contoh Laporan Instruktur Nasional/Daerah Sakernas
2017 *)
……Januari/Juli 2017 Perihal: Laporan Pelatihan Petugas lapangan Kepada Yang Terhormat: Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS c.q. Kasubdit Statistik Ketenagakerjaan di – Jakarta
Bersama ini kami sampaikan laporan pelaksanaan pelatihan petugas
lapangan
Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Februari/Agustus 2017.
1. Nama : ………………………………
2. NIP : ………………………………
3. Tempat Pelatihan : ………………………………
4. Waktu Pelatihan :………………………………
5. Jumlah Peserta Pelatihan : a) Pengawas : …... Orang
b) Pencacah : …... Orang
Jumlah : …... Orang
6. Rekapitulasi biodata peserta pelatihan dapat dilihat pada lampiran.
7. Daftar nilai peserta pelatihan dapat dilihat pada lampiran.
8. Masalah dan pemecahan selama pelatihan dapat dilihat pada lampiran.
Demikian laporan yang dapat disampaikan untuk dijadikan bahan evaluasi.
Instruktur Nasional/Daerah, SAKERNAS 2017,
NAMA
NIP.
Tembusan: Yth. Kepala BPS Provinsi…………… Keterangan: *) laporan Innas dikirim melalui e-mail: [email protected] laporan Inda dikirim dan ditujukan ke Bidang Sosial BPS Provinsi
LAMPIRAN 2
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 55
LAMPIRAN 3
Contoh Jadwal Pelatihan Instruktur Daerah Sakernas 2017 Selama Dua Hari efektif (Tentatif)
*)Memakai batik
HARI,
TANGGAL JAM SESI KEGIATAN/MATERI
PENANGGUNG
JAWAB/
PEMBICARA
KET
Hari Pertama
14.00 - - Check In Panitia
Hari kedua
08.00 - 09.00 1 Pembukaan
dan Pengarahan Pimpinan*)
Kepala BPS Provinsi
PLENO
09.00 - 10.00 2
Penjelasan Aspek Metodologi Sakernas 2017
Pemutahiran rumah tangga (Daftar SAK17.P)
Innas
10.00 - 10.15 REHAT
KELAS
10.45 - 12.15 3
Pendahuluan, Organisasi lapangan,
Daftar SAK17.DSRT, Daftar SAK17.AK Blok I – IV,
Daftar SAK17.AK Blok VA
Innas
12.15 – 13.30 ISHOMA
13.30 - 15.30 4 Daftar SAK17.AK VB - VC Innas
15.30 - 16.00 REHAT
16.00 - 18.00 5 Daftar SAK17.AK Blok VD - VE Innas
18.00 - 19.00 ISHOMA
19.00 - 21.00 6 Daftar SAK17.AK Blok VF - VG
Hari ketiga
08.00 - 10.00 7 , Materi
Pengawasan/Pemeriksaan Innas
KELAS
10.00 - 10.15 REHAT
10.15 - 11.30 8 Role Playing Innas
11.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 - 15.30 9 Pendalaman Innas
15.30 - 16.00 REHAT
16.00 - 17.00 10 Evaluasi & Penegasan Innas PLENO
17.00 - 18.00 11 Penutupan
dan Pengarahan Pimpinan*) Kepala BPS Provinsi
Hari Keempat
- 12.00 Check Out Panitia
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 56
LAMPIRAN 4
Contoh Jadwal Pelatihan Petugas Sakernas Februari 2017 Selama Dua
Hari efektif (Tentatif)
HARI,
TANGGAL JAM SESI KEGIATAN/MATERI
PENANGGUNG
JAWAB/
PEMBICARA
KET
Hari Pertama
14.00 - - Check In Panitia
Hari kedua
08.00 - 09.00 1 Pembukaan
dan Pengarahan Pimpinan*)
Kepala BPS Kab/Kota
PLENO
09.00 - 10.00 2
Penjelasan Aspek Metodologi Sakernas 2017
Pemutahiran rumah tangga (Daftar SAK17.P)
Inda
10.00 - 10.15 REHAT
KELAS
10.45 - 12.15 3
Pendahuluan, Organisasi lapangan,
Daftar SAK17.DSRT, Daftar SAK17.AK Blok I – IV,
Daftar SAK17.AK Blok VA
Inda
12.15 – 13.30 ISHOMA
13.30 - 15.30 4 Daftar SAK17.AK VB - VC Inda
15.30 - 16.00 REHAT
16.00 - 18.00 5 Daftar SAK17.AK Blok VD - VE Inda
18.00 - 19.00 ISHOMA
19.00 - 21.00 6 Daftar SAK17.AK Blok VF - VG
Hari ketiga
08.00 - 10.00 7 , Materi
Pengawasan/Pemeriksaan Inda
KELAS
10.00 - 10.15 REHAT
10.15 - 11.30 8 Role Playing Inda
11.30 - 13.30 ISHOMA
13.30 - 15.30 9 Pendalaman Inda
15.30 - 16.00 REHAT
16.00 - 17.00 10 Evaluasi & Penegasan Inda PLENO
17.00 - 18.00 11 Penutupan
dan Pengarahan Pimpinan*) Kepala BPS Kab/Kota
Hari Keempat
- 12.00 Check Out Panitia
Pedoman Kepala BPS Provinsi, Kabid Statistik Sosial dan Kepala BPS Kab/Kota 57
LAMPIRAN 5
Contoh Jadwal Pelatihan Petugas Sakernas Agustus 2017 Selama Tiga
Hari efektif (Tentatif)
HARI, TANGGAL
JAM SESI KEGIATAN/MATERI Penanggung
Jawab/Pembicara Ket
Hari Pertama
14.00 - - Check In Panitia
Hari Kedua
08.00 - 09.30 1 Pembukaan dan Pengarahan
Pimpinan*)
Kepala BPS Kab/Kota
PLENO
09.30 - 09.45
Rehat
09.45 - 10.45 2 Penjelasan Umum Sakernas
2017 Inda
10.45 - 12.15 3 Penjelasan Aspek Metodologi
Sakernas 2017 Inda
12.15 - 13.30 Ishoma
13.30 - 15.30 4
Pendahuluan, Organisasi lapangan,
Pemutahiran rumah tangga (Daftar SAK17.P)
Inda
KELAS
15.30 - 16.00 Rehat
16.00 - 18.00 5
Daftar SAK17.DSRT, Daftar SAK17.AK Blok I – IV
Inda
Hari Ketiga
08.00 - 10.00 7 Daftar SAK17.AK Blok VA-VB Inda
10.00 - 10.15 Rehat
10.15 - 12.15 8 Daftar SAK17.AK Blok VC - VD Inda
12.15 - 13.30 Ishoma
13.30 - 15.30 9 KBLI 2015 dan KBJI 2014, Daftar SAK17.AK Blok VE
Inda
15.30 - 16.00 Rehat
16.00 - 18.00 10 Daftar SAK17.AK Blok VF - VG Inda
Hari Keempat
08.00 - 12.15 11 Try out Inda, panitia
KELAS
12.15 - 13.30 Ishoma
13.30 - 14.30 13 Pendalaman Inda
14.30 - 16.30 Materi Pengawasan dan
Pemeriksaan
16.30 – 17.00 14 Rehat Inda PLENO
17.00 - 18.00 15 Penutupan*)
Kepala BPS Kab/Koa
Hari Keempat
- 12.00 Check Out Panitia