p.eco p1#Analisis Vegetasi

23
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang memiliki hutan tropika terbesar kedua di dunia, kaya dengan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai salah satu dari 7 (tujuh) negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazilia. Distribusi tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di hutan tropis Indonesia lebih dari 12 % (30.000) dari yang terdapat di muka bumi (250.000). Lepas dari itu, tumbuhan lain seperti epifit, tumbuhan menjalar, perdu, semak dan herba juga melimpah di hutan Indonesia. Tak terkecuali hutan tropis buatan yang terletak di desa Kalitirto Berbah Sleman. Disana terdapat bermacam-macam jenis tumbuhan, mulai tumbuhan tingkat tinggi, sampai ke herba. Hutan selain digunakan sebagai paru-paru kota, penghasil berbagai macam kayu, sarana rekreasi, sarana pertahanan dan perlindungan peperangan, juga digunakan sebagai sumber pembelajaran bagi para ilmuwan Untuk itu, studi tentang vegetasi di salah satu hutan tropis di Indonesia yaitu hutan buatan di desa Kalitirto Berbah Sleman perlu dilakukan, mengingat pentingnya fungsi hutan bagi manusia, maupun bagi mahluk hidup lain.. II. PERMASALAHAN ILMIAH

Transcript of p.eco p1#Analisis Vegetasi

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang memiliki hutan tropika terbesar

kedua di dunia, kaya dengan keanekaragaman hayati dan dikenal sebagai salah satu dari

7 (tujuh) negara “megabiodiversity” kedua setelah Brazilia.

Distribusi tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di hutan tropis Indonesia

lebih dari 12 % (30.000) dari yang terdapat di muka bumi (250.000). Lepas dari itu,

tumbuhan lain seperti epifit, tumbuhan menjalar, perdu, semak dan herba juga

melimpah di hutan Indonesia. Tak terkecuali hutan tropis buatan yang terletak di desa

Kalitirto Berbah Sleman. Disana terdapat bermacam-macam jenis tumbuhan, mulai

tumbuhan tingkat tinggi, sampai ke herba.

Hutan selain digunakan sebagai paru-paru kota, penghasil berbagai macam

kayu, sarana rekreasi, sarana pertahanan dan perlindungan peperangan, juga digunakan

sebagai sumber pembelajaran bagi para ilmuwan

Untuk itu, studi tentang vegetasi di salah satu hutan tropis di Indonesia yaitu

hutan buatan di desa Kalitirto Berbah Sleman perlu dilakukan, mengingat pentingnya

fungsi hutan bagi manusia, maupun bagi mahluk hidup lain..

II. PERMASALAHAN ILMIAH

A. Metode apa yang bisa digunakan untuk analisis vegetasi yang dilakukan di hutan

buatan desa Kalitirto Berbah?

B. Bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan yang ditemukan disana?

C. Bagaimana struktur vegetasi yang ada di hutan buatan desa Kalitirto Berbah

Sleman?

III. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Praktikan dapat menganalisis ekosistem hutan vegetasi pada ekosistem tumbuhan

bawah

B. Tujuan Khusus

1. Praktikan dapat menerapkan metode pengambilan data pada studi ekologi,

khususnya pada studi vegetasi dengan teknik plotting (Quadrat Sampling

Technique) atau releve

2. Praktikan dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan

3. Praktikan dapat menganalisis struktur vegetasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP EKOSISTEM

Konsep ekosistem di perkenalkan oleh Sir Artur Tesley seorang ahli ekologi di

Britain pada tahun 1935. Istilah "ekosistem" berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang

artinya rumah atau tempat tinggal. Ekosistem merujuk kepada satu sistem dimana dua

komponen, yaitu mahluk hidup dan bukan hidup saling bertindak balas, komponen

hidup terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuhan termasuk mikroorganisme.

Komponen bukan hidup terdiri dari unsur-unsur udara, cahaya, air, dan tanah. Semua

komponen itu mempunyai fungsi tertentu. Setiap unsur saling bergantungan satu sama

lain untuk mewujudkan keadaan seimbang. Bagi komponen hidup dalam ekosistem,

individu suatu spesies yang berkumpul dikenali sebagai populasi. Populasi-populasi

spesies berlainan mewujudkan komunitas. Kelompok-kelompok komunitas seperti

hutan, padang rumput, burung, ikan, dan komponen kehidupan lain, serta komponen

bukan hidup merupakan alam fisik yang disebut sebagai habitat . (Anonim, 2009)

II. ANALISIS VEGETASI

Dalam kegiatan penelitian ekologi tumbuhan, terkadang sering terjadi kekacauan

istilah dalam penyebutan tumbuhan, flora dan vegetasi. Tumbuhan adalah mahluk

hidup yang mempunyai kemampuan menangkap, mengikat, dan mengubah energi sinar

matahari menjadi energi bentuk lain yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan sendiri dn

mahluk hidup lain. Flora adalah kumpulan jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu

wilayah, sedang vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai

populasi jenis tumbuhan yang terdapat di dalam satu wilayah atau ekosistem serta

memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu (Fachrul, 2008).

Untuk penelitian, data yang paling diperlukan adalah mengenai vegetasi dengan

informasi variabelnya, misalnya pengelompokkan vegetasi pada ekosistem hutan.

Untuk mengetahui segi-segi menyeluruh dari vegetasi tersebut, digunakan istilah hutan

jati, padang rumput, sabana, dll. Namun dengan hanya istilah tersebut belum bisa

menjelaskan variabel-variabel data vegetasi secara jelas dan detail. Maka itu diperlukan

adanya analisis vegetasi (Fachrul, 2008).

Dalam melakukan analisis vegetasi ini dibutuhkan suatu teknik pengambilan

sampel penelitian. Tujuan sampling vegetasi pada ekosistem alami maupun pada

ekosistem yang sudah terganggu, pada umumnya adalah untuk melakukan identifikasi

jenis potensial atau untuk mengetahui besarnya tingkat kerusakan vegetasi dan

perubahan komunitas yang terjadi. Perhitungan dan analisis data yang diambil secara

langsung di lapangan meliputi komposisi, struktur dan jenis vegetasi, nilai INP (indeks

nilai penting), H (indeks keanekaragaman jenis), dan IS (indeks kesamaan komunitas)

(Fachrul, 2008).

Beberapa metode analisis vegetasi yang bisa digunakan adalah metode quadrat

sampling, metode transek, metode loop, serta metode titik. Pemilihan metode ini

digunakan berdasarkan pada pengukuran area yang akan diamati mencakup tumbuhan

yang ada di dalamnya. Teknik sampling kuadrat sendiri merupakan suatu teknik survey

vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Caranya adalah

dengan membuat petak-petak contoh berbentuk persegi, persegi panjang atau lingkaran.

Petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai

dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung

pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya.

Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan

bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat.

(Widhiastuti, 2006).

Menurut Soerionegara dan Indrawan (1980), analisis vegetasi dalam ekologi

tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis

tumbuhan. Komposisi ekosistem tumbuhan dapat diartikan variasi jenis flora yang

menyusun suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristik dari

jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas (Misra, 1980). Sedang, struktur

tumbuhan merupakan hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan dan

bentukan hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi. Selanjutnya menurut Keershaw

(1973), struktur vegetasi dibatasi oleh 3 komponen, yaitu susunan jenis tumbuhan

secara vertikal (stratifikasi), susunan jenis tumbuhan secara horizontal (sebaran

individu) dan kemelimpahan jenis.

Ewusie (1992) dalam Mayor (1997), menyatakan bahwa vegetasi suatu komunitas dapat

diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas

antara lain adalah susunan flora dan fauna serta pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri

kuantitatifnya meliputi beberapa parameter yang dapat diukur seperti kekerapan (frekuensi),

kepadatan dan penutupan. Menurut Kusmana (1997), parameter kuantitatif vegetasi dari suatu

tipe komunitas tumbuhan adalah:

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.

Kedua, frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis

tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran

persen. Ketiga adalah penutupan yaitu proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi

tajuk tumbuhan.

Pemahaman tentang struktur vegetasi penting dalam kegiatan penelitian ekologi hutan.

Kesalahan identifikasi struktur akan menyebabkan kesalahan dalam memahami kondisi hutan

yang sebenarnya. Struktur hutan yang dimaksudkan adalah komponen penyusun hutan itu

sendiri. Penjelasan tentang masing-masing struktur vegetasi adalah sebagai berikut:

1. Pohon : Tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Pengukuran yang akan

dilakukan untuk pohon adalah diameter batang. tinggi pohon serta jumlah individu dan jenis

pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas

akar papan jika akar papan lebih tinggi dari 1,3 meter. Pengukuran tinggi pohon adalah tinggi

bebas cabang. Rekaman hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet yang telah disiapkan.

Ukuran petak (kuadran) untuk pengukuran pohon adalah 20 x 20 meter.

2. Tiang : Tumbuhan dengan diameter antara 10-20 cm. Pengukuran dilakukan pada

petak sub-kuadran berukuran 10 x 10 in. Sama dengan pohon. maka parameter pengukuran

adalah diameter tiang, tinggi tiang bebas cabang. jumlah tiang dan jumlah jenis. Pengukuran

diameter batang juga dilakukan pada ketinggian 1,3 meter. Rekaman hasil pengukuran dicatat

pada sheet yang telah disiapkan

3. Pancang : Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter

serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan yang digunakan untuk

pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter. Tidak seperti tiang dan pohon, diameter pancang

tidak diukur. Pengukuran hanya dilakukan pada jumlah mdividu dan jumlah spesies. Karena

pada tahap pertumbuhan pancang, yang penting untuk diketahui adalah kerapatan dan frekuensi

4. Semai / anakan : Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran

ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan

adalah 2x2 meter. Sebagaimana pancang, tahap pertumbuhan anakan hanya dihitung individu

serta jenis anakan saja. Tidak perlu dilakukan pengukuran diameter batang.

5. Liana : Liana adalah tumbuhan yang biasanya tumbuh melilit atau memanjat pohon

(woody climbers). Pengenalan jenis liana ini agak rumit sehingga jika tidak dimungkinkan

spesimen yang terdiri dari batang. daun dan bunga/biji (jika ada) perlu untuk diambil dan

dilakukan penomoran spesimen (misal: Liana sp1. Liana sp2.). Petak contoh untuk pengamatan

liana berukuran 5x5 meter.

6. Epifit : Epifit adalah tumbuhan yang menempel di pohon lain atau yang menjadikan

pohon lain sebagai inangnya. Pengukuran terhadap epifit dilakukan terhadap jumlah individu

dan spesies, jika bisa diidentifikasi oleh pengenal pohon karena biasanya jenis epifit sulit untuk

dikenali, kecuali oleh ahli epifit. Pengukuran terhadap epifit dilakukan pada petak 5x5 meter.

7. Tumbuhan Bawah : Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai

hutan kecuali regenerasi pohon (anakan dan pancang). Beberapa tumbuhan bawah diantaranya

adalah: (1) keluarga palma. jika tingkatan pohon dewasanya lebih tinggi dari 1,5 meter; (2)

pandan. tidak ada kategori untuk jenis tumbuhan bawah ini: (3) paku-pakuan: dan (4) semak

atau herba lainnya. Sebagaimana liana dan epifit jika tidak dimungkinkan pengenalan jenis,

penomoran spesimen/contoh (Palma sp1.. Paku-pakuan sp1., Herba sp1., dst). Ukuran petak

contoh pengamatan tumbuhan bawah berukuran 5x5 meter.

III. HIPOTESIS

A. Studi vegetasi dengan metode plotting dapat digunakan sebagai metode

pengambilan data vegetasi di lokasi praktikum, yaitu ekosistem tumbuhan bawah di

desa Kalitirto Berbah Sleman.

B. Keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan buatan desa Kalitirto Berbah Sleman

cukup bervariasi.

C. Struktur vegetasi di hutan buatan desa Kalitirto banyak didominasi oleh vegetasi

bawah, seperti semak dan herba

BAB III

METODE PENELITIAN

I. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi praktikum dilaksanakan di hutan buatan desa Sumberkidul, Kalitirto, Berbah,

Sleman. Wilayah ini berada pada ketinggian rata-rata m dpl. Lokasi ibu kota kecamatan

Berbah terletak di 7.80254‘ LS dan 110.44290‘ BT, berada pada ketinggian 194 meter

di atas permukaan laut. Topografi kawasan rata dengan berbagai macam tumbuhan

yang ada disana.

Praktikum Lapangan analisis vegetasi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 April

2013, pukul 08.30-12.00 WIB.

II. ALAT DAN BAHAN

A. Patok

B. Tali rafia

C. Meteran

D. Kantong plastik

E. Kertas label

F. Koran + kardus

G. Alat tulis + gunting

H. Kamera Digital

I. Soiltester

J. Thermometer tanah

K. Luxmeter

L. GPS (Global Positioning System

III. CARA KERJA

A. Menentukan lokasi dan batas-batas wilayah studi

B. Menentukan luas minimal plot

1. Secara acak tentukan kuadran 1 dengan panjang sisi 1 x 1 m atau 1 m2

2. Identifikasi spesies dan hitung jumlah individunya

3. Perluas kuadran 1 menjadi 2 kali lipat luasnya, yang disebut kuadran 2 (1 x 2) m

atau 2 m2

4. Catat dan hitung jumlah individu dari spesies yang belum ditemukan di kuadran

1

5. Perluas kuadran 2 menjadi dua kali lipatnya, menjadi 2 x 2 m atau 4 m2, yang

kemudian disebut kuadran 3.

6. Pada kuadran ini, kelompok kami tidak menemukan spesies yang berbeda dari

kedua kuadran terdahulu

7. Perluas kuadran menjadi 2 kali lipat luasannya, menjadi 2 x 4 m atau 8 m2,

sehingga disebut kuadran 4, untuk membuktikan kekonstanan data

8. Membuat grafik berdasar data yang diperoleh dengan ketentuan sumbu x adalah

luas kuadran, dan sumbu y adalah jumlah kumulatif spesies

9. Tentukan titik pada sumbu x seharga 10% dari luas kuadran terbesar, dan titik

pada sumbu y seharga 10% dari jumlah kumulatif sspesies

10. Buat garis ordinasi melalui titik temu 10% masing-masing sumbu

11. Buat garis sejajar dengan garis ordinasi 10% yang menyinggung grafik harga

jumlah kumulatif spesies

12. Proyeksikan titik singgung antara garis ordinasi dan grafik pada sumbu y, maka

ditemukan luas minimum plot yang dimaksud

C. Pengamatan spesies dan menghitung individu pada plot minimum

D. Melakukan perhitungan data untuk dapat menentukan nilai penting setiap spesies

yang terdiri dari densitas (densitas dan absolut), dominansi (densitas dan absolut),

dan frekuensi (densitas dan absolut).

E. Pengukuran faktor abiotik/ parameter lingkungan

IV. PERHITUNGAN DATA

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung data adalah :

Densitas Absolut= jumlahindividuluasareal / plot

Densitas relatif = densitas tiap spesiesjumlahdensitas semua spesies

x 100 %

Frekuensi|olut|= jumlah plot yang ditempati spesies yang bersangkutanjumlahseluruh plot

Frekuensirelatif = frekuensi tiap spesiesjumlah frekuensi seluruh spesies

x 100 %

V. ANALISIS DATA

Pengambilan data di kebun desa Kalitirto Berbah dilakukan dengan menggunakan

metode Quadrat Sampling Techniques. Analisis data yang dilakukan hanya untuk

indeks nilai penting :

Nilai penting=d ensitas relatif +dominansi relatif + frekuensi relatif

Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel yang sesuai dengan tanaman

yang telah diidentifikasi, cara mengidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi,

atlas tumbuhan, dan situs plantamor.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN

A. Tabel1. Tabel sebaran tumbuhan di hutan buatan desa Kalitirto Berbah Sleman

  Spesiesluas minimum plot (m²)

1 1 4 1.5 8 8  2 9 41 2A  Sp A     1       5      B Polygorum caespilosum   9 4     2 3     7E  Sp E   9                F Elephantopus scaber     4   4 3 11      G Biophytum sensitivum   1       6 9     2H  Sp H             21      I Panicum malabaricum 70 120 200 30 60 9 15 180    J Andropogon conthortus     29   12 2        K Borreria alata     1              L Aksonopus compressus     9 1            M  Sp M           26        N Ageratum conyzoides 3 72 44 5   70        O Galinsoga parviflora         5 2        P Lepidagathus parviflora   13     3 37       4Q Salvia sp 2 9 27 56 4   56     2R Triumveta indica 5 10 16 6 10 5 4     4S  Sp S         4          

TMalvastrum coromandelianum

          24        

U Takapal mata                 3  V Amorphophallus albus                 1  W Podocarpus Sp.                 1  X Isachne miliacea                   1  Tectona grandis       1 1       2  

  Vitex sp       10              Desmodium sp       1              Mimosa pudica 1 1       2          Eupatorium sp 3 2           5      Streblus asper           1          Cocos nucifera           1          Cyanotis axillaris     3                Mangifera indica                 1    Nephelium lappaceum                 1    Lantuna sp               16      Costus sp.                 342  

B. Tabel2. Tabel parameter lingkungan

Komponen yang diukurPlot

(rata")I II III IV V VI VII VIII IX X

Udara

Suhu udara (0C) 28   29 28 33 30 29   29 29 29.4Kelembaban udara  (%) 44 66 66 60 71 55 66 74 66 66 63.4

Intensitas cahaya (Lux)

175 X 10 194

523 X 10

421 X 10

731,2

388 X 10

1.6 X 10 481

1.6 X 10

1,6 X 10 337.5

Tanah

PH 6.2 6.9 6.8 6,7 6,6 6.2 6 7 6 6 6.4Suhu tanah (OC) 28 28 29 29 30 30 29 31 29 29 29.2Kelembab tanah (%) 40 65 60 60 60 50 60 61 60 60 57.6

C. Tabel3. Tabel densitas relatif, dan densitas absolut

 Kode  SpesiesDensitas Absolut Densitas Relatif

A  Sp A 0.008 0.340B Polygorum caespilosum 0.032 1.416E  Sp E 0.012 0.510F Elephantopus scaber 0.028 1.246G Biophytum sensitivum 0.021 0.907H  Sp H 0.027 1.190I Panicum malabaricum 0.883 38.754J Andropogon conthortus 0.055 2.436K Borreria alata 0.001 0.057L Aksonopus compressus 0.013 0.567M  Sp M 0.034 1.473N Ageratum conyzoides 0.250 10.992O Galinsoga parviflora 0.009 0.397

P Lepidagathus parviflora 0.074 3.229Q Salvia sp 0.201 8.839R Triumveta indica 0.077 3.399S  Sp S 0.005 0.227

TMalvastrum coromandelianum 0.031 1.360

U Takapal mata 0.004 0.170V Amorphophallus albus 0.001 0.057W Podocarpus Sp. 0.001 0.057X Isachne miliacea 0.001 0.057  Tectona grandis 0.005 0.227  Vitex sp 0.013 0.567  Desmodium sp 0.001 0.057  Mimosa pudica 0.005 0.227  Eupatorium sp 0.013 0.567  Streblus asper 0.001 0.057  Cocos nucifera 0.001 0.057  Cyanotis axillaris 0.004 0.170  Mangifera indica 0.001 0.057  Nephelium lappaceum 0.001 0.057  Lantuna sp 0.021 0.907  Costus sp. 0.441 19.377

Jumlah 2.277 100.000

D. Tabel4. Tabel frekuensi sbsolut dan frekuensi relatif

 Kode  Spesies

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

A  Sp A20 2.439

B Polygorum caespilosum50 6.098

E  Sp E10 1.220

F Elephantopus scaber40 4.878

G Biophytum sensitivum40 4.878

H  Sp H10 1.220

I Panicum malabaricum80 9.756

J Andropogon conthortus30 3.659

K Borreria alata10 1.220

L Aksonopus compressus20 2.439

M  Sp M 10 1.220

N Ageratum conyzoides50 6.098

O Galinsoga parviflora20 2.439

P Lepidagathus parviflora40 4.878

Q Salvia sp70 8.537

R Triumveta indica80 9.756

S  Sp S10 1.220

TMalvastrum coromandelianum

10 1.220

U Takapal mata10 1.220

V Amorphophallus albus10 1.220

W Podocarpus Sp.10 1.220

X Isachne miliacea10 1.220

  Tectona grandis30 3.659

  Vitex sp10 1.220

  Desmodium sp10 1.220

  Mimosa pudica30 3.659

  Eupatorium sp30 3.659

  Streblus asper10 1.220

  Cocos nucifera10 1.220

  Cyanotis axillaris10 1.220

  Mangifera indica10 1.220

  Nephelium lappaceum10 1.220

  Lantuna sp10 1.220

  Costus sp.10 1.220

Jumlah 820 100

II. PEMBAHASAN

Pada kegiatan praktikum ini dilakukan untuk mengetahui struktur dan

komposisi vegetasi, serta spesies yang mempunyai peran penting dalam ekosistem

hutan buatan desa Kalitirto Berbah Sleman yang berada pada ketinggian + 115 m dpl.

Adapun cara yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan teknik ploting

(Quadrat Tecnique). Dimana pada teknik ini perluasan plot yang dibuat adalah kuadrat

dari plot sebelumnya dan perluasan plot di hentikan apabila jumlah spesies pada plot

terakhir cenderung tetap (tidak berarti lagi).

Praktikum ini dilakukan secara berkelompok, dimana setiap kelompok

menempati plot yang berbeda-beda, sehingga dihasilkan data kelompok. Namun, untuk

mengetahui struktur dan komunitas vegetasi secara keseluruhan digunakan data kelas

untuk bahan analisisnya. Selama praktikum, semua plot dipasang pada ketinggian yang

sama, karena daerah tersebut memiliki ketinggian yang hampir sama.

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diketahui bahwa spesies

terbanyak adalah Panicum malabaricum dengan nilai densitas absolut 0,883 dan

densitas relatifnya 38,754%. Sedangkan spesies yang ditemukan dalam jumlah paling

sedikit adalah Borreria alata, Amorphopallus albus, Podocarpus sp., Isachne milliacea,

Streblus asper, Cocos nucifera, Mangifera indica, Nephelium lappaceu dengan nilai

densitas absolutnya 0,001 dan densitas relatifnya 0,057% sama untuk tiap spesies. Nilai

densitas absolute ini menunjukan besarnya suatu spesies menutupi area tertentu.

Panicum malabaricum termasuk famili Poaceae (rumput-rumputan), yang cocok

tumbuh di daerah dengan topografi rata dan parameter lingkungan yang sesuai pula.

Sedangkan untuk spesies-spesies yang ditemukan dalam jumlah kecil,

dimungkinkan karena kondisi lingkungan yang kurang cocok sebagai tempat untuk

tumbuh. Spesies-spesies itu kemungkinan akan tumbuh pada daerah yang memiliki

salah satu atau beberapa parameter lingkungan yang berbeda dari hutan di desa

Kalitirto ini. Kemungkinan lain dikarenakan adanya kompetisi antar vegetasi yang

tumbuh di kawasan hutan tersebut. Dimana tumbuhan yang memiliki daya adaptasi

yang tinggi serta laju pertumbuhan yang cepat yang akan mendominasi.

Nilai penting dari spesies ditentukan oleh densitas relatif, dominansi relatif dan

frekuensi relatif. Tetapi dalam praktikum ini tidak dilakukan perhitungan terhadap

dominansi relatif. Spesies yang mempunyai nilai densitas relatif, dominansi relatif, dan

frekuensi relatif tinggi akan mempunyai nilai penting yang tinggi pula. Nilai penting

berguna untuk menentukan dominansi jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya.

Sehingga dapat diketahui spesies yang mempunyai nilai penting paling besar adalah

Panicum malabaricum karena memiliki nilai densitas relatif dan nilai frekuensi relatif

yang tinggi pula.

Dalam praktikum ini juga ditentukan luas plot minimal dengan cara membuat

grafik dari data hasil pengamatan. Pembuatan grafik ini dilakukan oleh masing-masing

kelompok. Langkah pembuatan seperti pada cara kerja, dan setelah dibuat proyeksi

terhadap sumbu y didapatkan luas minimal plot adalah 2 m2, untuk kelompok 5B atau

10. Angka ini menunjukan bahwa luas plot sesungguhnya adalah 2 m2, dengan ukuran 2

x 1 m.

Sesuai dengan tabel komponen abiotik, dapat diketahui bahwa parameter

lingkungan diantaranya kelembapan udara di setiap plot berbeda. Perbedan ini

diakibatkan oleh tingkat ketinggian tanah, walaupun secara kasat mata kawasan hutan

memiliki tanah yang rata. Selain itu, ada tidaknya penutupan/ coverage dari pohon-

pohon besar di kawasan hutan juga mempengaruhi kelembapan yang diteliti. Perbedaan

kelembapan inilah yang akan memberikan pengaruh pada jumlah tanaman dan jenis

tanaman yang ada. Selain kelembapan udara, kelembapan pada tanah juga diukur.

Kelembapan tanah ini juga mempengaruhi jenis dan struktur vegetasi disana. Pada

tanah yang memiliki kelembapan yang tinggi, jenis tumbuhan yang dtemukan juga akan

bervariasi.

Komponen abiotik lain yang diukur adalah pH dan suhu. pH tanah yang tidak

terlalu asam dan tidak terlalu basa memungkinkan semua jenis tumbuhan untuk tumbuh

ditempat tersebut dengan baik. Sedangkan suhu, diukur pada suhu tanah dan suhu

udara. Dimana kemungkinan keduanya tidak terlalu mempengaruhi tumbuhan yang

tumbuh disana, sebab baik suhu usara maupun suhu tanah di semua plot hampir sama,

dengan rata-rata suhu udara 29,4OC, sementara pada suhu tanah 29,9OC, kondisi suhu

diluar batas toleransi biasanya merupakan factor pembatas dalam distribusi populasi

tertentu dan juga merupakan penentu seleksi bagi sub-kelompok tersebut. Sebagian

besar vegetasi memiliki mekanisme khusus untuk mampu bertahan dari suhu ekstrim

lebih lama, dikenal sebagai kriptobiosis.(Sambas, 2003). Intensitas cahaya juga

merupakan komponen abiotik hutan yang sangat penting yang juga turut berpengarh

pada jenis vegetasi yang tumbuh. Dimana jenis tumbuhan semak dan perdu yang

banyak tumbuh di daerah dengan intensitas cahaya yang redup.

BAB V

PENUTUP

Dari kegiatan praktikum yang dilakukan di kebun desa Kalitirto Berbah Sleman,

dengan menggunakan teknik ploting (Quadrat sampling techniques) kita dapat

menganalisis ekosistem tumbuhan bawah yang ada di daerah tersebut. Jenis-jenis

tumbuhan yang ditemukan tergolong kompleks, terlihat dari data yang diperoleh.

Tumbuhan yang mendominasi adalah spesies Panicum malabaricum , yaitu famili

rumput-rumputan yang memang cocok tumbuh di daerah dataran rendah.

Keanekaragaman jenis di hutan butan ini sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan

dengan ditemukannya jenis tumbuhan tingkat tinggi/pohon, tiang, pancang, semai/

anakan, serta semak. Namun, dominansi tertinggi oleh anggota semak, sebab memiliki

densitas dan frekuensi relatif paling tinggi pula.

Struktur vegetasi dipengaruhi oleh faktor abiotik yang meliputi suhu tanah, suhu

udara, kelembapan udara, Ph tanah, intensitas cahaya, dan kelembapan tanah, sehingga

hutan buatan desa Kalitirto Berbah Sleman termasuk hutan dataran rendah, dimana

terletak pada ketinggian + 115 m dpl.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ekosistem Alam. Diakses melalui http://members.tripod.com pada

tanggal 29 April 2013.

Dr. Retno Widhiastuti. 2006. Ekologi Tumbuhan. Diakses melalui http://e-

course.usu.ac.id/course/course.php?id=13&app=textbook.pdf. Pada tanggal 29

April 2013

Fachrul, Dr. Melati F. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Misra, R. 1973. Ecology Work Book. New Delhi: Qxford & IBH Publishing Co

Muhammad Mansur. 2003. Analisis Vegetasi Hutan di Desa Salua dan Kaduwaa

Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Diakses pada tanggal 29 April

2013.

Soeriatmaja, I dan A. Indrawan. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB : Bogor

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. UI

Press: Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

(ACARA 1)

ANALISIS VEGETASI

METODE RELEVE

Nama

NIM

Kelompok

Asisten

Prodi

: Anida Fitri

: 10680028

: V B (10)

: Anggi

: Pendidikan Biologi

LABORATORIUM BIOLOGI

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2013