Pdh-sdh Andika El

14
PDH (PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) DAN SDH ( SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY ) ANDIKA ESKHA LAKSONO (H1C013044) 1. Latar belakang Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data dan informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti bahwa setiap individu diberbagai negara di dunia dapat saling berkomunikasi secara langsung kepada siapapun yang dikehendaki walaupun terpisah jarak yang relatif jauh. Perkembangan itu juga disebabkan semakin tingginya kebutuhan manusia akan informasi. Pada kenyataannya jaringan komunikasi membutuhkan suatu perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem transmisi yang lebih cepat dan efisien. Hal ini didukung dengan semakin meluasnya penggunaan kabel serat optik yang memiliki daya tampung sangat tinggi. Standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) yang ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Sesuai namanya, jaringan PDH tidak melakukan sinkronisasi secara sempurna akan tetapi hanya menggunakan clock yang cukup akurat akan tetapi tidak persis sama di setiap simpulnya (switching node). Apakah sebenarnya PDH itu dan transmisi apa yang mampu menggantikan PDH? 2. PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut sejumlah besar data melalui peralatan transportasi digital seperti serat optic dan microwave radio system. jaringan PDH dijalankan dalam keadaan di mana bagian yang berbeda dari jaringan hampir, tapi tidak cukup sempurna, disinkronisasi.PDH untuk mentransmisikan sinyal digital pada system komunikasi serat optik tersebut,maka dilakukan proses multiplexing dalam pemrosesan sinyal digitalnya. PDH ini membantu dalam transmisi yang tepat dari data yang umumnya berjalan pada tingkat yang sama, tetapi memungkinkan beberapa variasi kecil dalam kecepatan dari tingkat nominal. Transfer rate data dasar adalah 2048 kilobit per detik. Misalnya, dalam setiap transmisi pidato, istirahat tingkat normal menjadi berbeda tiga puluh saluran dari 64 kilobit per detik bersama dengan dua yang berbeda 64 kilobit per detik untuk melakukan tugas sinkronisasi dan sinyal. Tingkat khas transmisi data melalui sistem serat optik adalah 565 Mbit / detik untuk mengangkut data dalam jarak jauh. Tetapi karena teknologi telah membaik dengan berjalannya waktu, kini perusahaan

description

pdh vs sdh

Transcript of Pdh-sdh Andika El

PDH (PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) DAN

SDH ( SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY )

ANDIKA ESKHA LAKSONO (H1C013044)

1. Latar belakang

Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data dan

informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini

berarti bahwa setiap individu diberbagai negara di dunia dapat saling berkomunikasi

secara langsung kepada siapapun yang dikehendaki walaupun terpisah jarak yang relatif

jauh. Perkembangan itu juga disebabkan semakin tingginya kebutuhan manusia akan

informasi. Pada kenyataannya jaringan komunikasi membutuhkan suatu perangkat yang

berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem transmisi yang lebih cepat

dan efisien. Hal ini didukung dengan semakin meluasnya penggunaan kabel serat optik

yang memiliki daya tampung sangat tinggi.

Standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH (Plesiochronous Digital

Hierarchy) yang ditetapkan oleh CCITT (ITU-T). Sesuai namanya, jaringan PDH tidak

melakukan sinkronisasi secara sempurna akan tetapi hanya menggunakan clock yang

cukup akurat akan tetapi tidak persis sama di setiap simpulnya (switching node). Apakah

sebenarnya PDH itu dan transmisi apa yang mampu menggantikan PDH?

2. PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy)

Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam

jaringan telekomunikasi untuk mengangkut sejumlah besar data melalui peralatan

transportasi digital seperti serat optic dan microwave radio system. jaringan PDH

dijalankan dalam keadaan di mana bagian yang berbeda dari jaringan hampir, tapi tidak

cukup sempurna, disinkronisasi.PDH untuk mentransmisikan sinyal digital pada system

komunikasi serat optik tersebut,maka dilakukan proses multiplexing dalam pemrosesan

sinyal digitalnya. PDH ini membantu dalam transmisi yang tepat dari data yang umumnya

berjalan pada tingkat yang sama, tetapi memungkinkan beberapa variasi kecil dalam

kecepatan dari tingkat nominal. Transfer rate data dasar adalah 2048 kilobit per detik.

Misalnya, dalam setiap transmisi pidato, istirahat tingkat normal menjadi berbeda tiga

puluh saluran dari 64 kilobit per detik bersama dengan dua yang berbeda 64 kilobit per

detik untuk melakukan tugas sinkronisasi dan sinyal. Tingkat khas transmisi data melalui

sistem serat optik adalah 565 Mbit / detik untuk mengangkut data dalam jarak jauh.

Tetapi karena teknologi telah membaik dengan berjalannya waktu, kini perusahaan

telekomunikasi telah menggantikan peralatan PDH dengan dari peralatan SDH, yang

memiliki kemampuan transmisi data pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan sistem PDH.

2.1 Cirri-ciri PDH

PDH memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Sebuah multiplex orde tinggi yang digunkan untuk sebagai macam tipe

dari pemultiplex time slot untuk menghasilkan kecepatan transmisi yang

lebih tinggi sampai 565 Mbps

Tidak dapat mengakses sinyal orde lebih rendah secara langsung dan

adanya keterbat- asan operasi , administrasi , pemeliharaan dan

kemungkinan penambahan features

2.2 karakteristik sinyal

Jenis sinyal plesiokron, yaitu adanya pergeseran clock.

Bit rate dasar sebesar 1.544 Kb/s (PCM-24) biasa disebut sinyal T1, atau 2.048

Kb/s (PCM-30) biasa disebut sinyal E1.

Teknik multiplexing bit-by-bit.

Penyelarasan terhadap bit rate dari frame dilakukan dengan metode Jastifikasi

Positif.

Sinyal input di sisi tributary tidak mengalami sinkronisasi.

Penyelarasan phase menggunakan Buffer Memory.

Setiap tahapan (orde) multiplex memiliki struktur frame yang berbeda.

Pengaksesan sinyal selalu melalui prosedur bertingkat.

Setiap vendor dapat memilih penggunaan kode saluran optik.

Perangkat PDH yang diaplikasikan di Indonesia adalah mengikuti standar Eropa, yaitu

orde satu yang disebut sebagai Primary TDM (Low order) dengan bit rate 2 Mbps (E1),

dan High Order (PDH) dengan bit rate : 8 Mps, 34 Mbps, dan 140 Mbps.

2.3 Hirarki perangkat PDH

Pembentukan sinyal analog menjadi digital tidak ada perbedaan antara standar

Amerika, Jepang, dan Eropa yaitu 64 kbps (1 kanal voice), yang biasa disebut serbagai

sinyal DS-1. Untuk PDH Level-1 dan seterusnya, ketiga standar ini mempunyai

perbedaan kecepatan bit yang mencolok, sehingga tidak bisa diintegrasikan secara

langsung. Bahkan di dalam satu standar pun, integrasi antar vendor sangat sulit dilakukan,

karena tidak adanya standar internasional tentang kode saluran yang digunakan dalam

PDH orde tinggi (not open standard). Integrasi antar perangkat hanya bisa dilakukan

dalam satu vendor (proprietary).

Jadi, inilah salah satu kelemahan sistem PDH, yaitu fleksibilitas integrasi sangat kecil.

PDH standar eropa

Terdiri dari 32 timeslot, tetapi hanya 30 timeslot yang digunakan untuk voice

(oleh karena itu disebut juga PCM-30). Kecepatan frame (frame rate): 2,048

Mbps.

1 TS = 8 bit

PDH standar amerika/japan/kanada

Terdiri dari 24 timeslot untuk voice

Kecepatan frame (frame rate): 1,544 Mbps

2.4 Mekanisme Kerja Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH)

Teknik multiplexing PDH didasari dengan proses multiplexing pada bit rate

2Mbps, 8Mbps, 34Mbps, 140Mbps sehingga memerlukan banyak peralatan digital

multiplexing berupa add/drop Multiplexing dan Cross Connection PDH.

Pada gambar dibawah ini diperlihatkan tiga level multiplexing pada PDH, yaitu:

a. 2Mbit/s ke 8Mbit/s

b. 8Mbit/s ke 34Mbit/s

c. 34Mbit/s ke 140Mbit/s

Jadi untuk membawa atau memodulasikan 2Mbit/s aliran data melewati saluran

dengan bit rate 140 Mbit/s memerlukan multiplexing melalui tingkatan multiplexer yang

lebih tinggi ( bit rate 8Mbit/s, 34Mbit/s) hingga mencapai ke bit rate 140 Mbit/s dan

kemudian di kembalikan lagi seperti semula (demultiplexing) melalui tingkatan

multiplexer yang lebih rendah dari 140 Mbit/s. Karena Plesiochronous tidak cukup

sinkron (plesio: hampir), masing-masing multiplexer membutuhkan sedikit overhead di

port yang berkecepatan lebih tinggi, untuk memenuhi sedikit perbedaan dalam tingkat

aliran data dari port yang kecepatannya lebih rendah. Beberapa data dari port

berkecepatan lebih rendah (yang berjalan terlalu cepat) dapat dimasukan dalam slot

overhead tadi, dan ini dapat terjadi di semua tingkat multiplexing. Hal ini dikenal sebagai

justification atau bit stuffing.

Gambar di atas menunjukkan bahwa ada dua hirarki yang jelas berbeda, satu untuk AS

dan Jepang dan satu lagi untuk di belahan dunia lain(dalam hal ini Eropa & Australia).

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbedaan tingkatan multiplexing tidak berlaku

kelipatan satu sama lain. Misalnya, CEPT2 mendukung 120 Panggilan tetapi

membutuhkan lebih dari 4 kali bandwidth CEPT1 untuk mencapai jumlah panggilan

tersebut. Ini karena PDH tidak persis sinkron dan setiap tingkat multiplexing memerlukan

tambahan bandwidth untuk melakukan bit stuffing. Jadi PDH membutuhkan bit stuffing

di semua tingkatan, untuk memenuhi perbedaan clock. Hal ini membuat sangat sulit

untuk menemukan aliran data tertentu dengan bit rate 2Mbit/s di kanal 140Mbit/s, kecuali

anda sepenuhnya men-demultiplexing aliran data 140Mbit/s ke 2Mbit/s.

2.5 Kekurangan PDH

Ternyata bahwa PDH tidak begitu cocok untuk mendukung perkembangan teknik

pengendalian dan pemrosesan sinyal untuk masa kini yang makin banyak dibutuhkan oleh

perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Dalam PDH, sebuah peralatan

transmisi tertentu umumnya hanya menangani dengan baik satu fungsi tertentu saja dalam

jaringan, sementara dalam SDH, ada integrasi dari berbagai tipe peralatan yang berbeda-

beda yang mampu memberikan kebebasan baru dalam perancangan jaringan. Meskipun

PDH merupakan terobosan dalam system transmisi digital, PDH mempunyai beberapa

kekurangan, yaitu:

1 Tidak ada standar internasional dalam format digital (terdapat ketidakcocokan pada

tiga standar regional, yaitu Eropa, Amerika Utara, dan Jepang).

2 Tidak ada standar untuk interface-interface optic.

3 Struktur pemultipleksan asinkron yang kaku.

4 Kemampuan manajemen yang terbatas.

3. SDH ( Synchronous Digital hierarchy )

SDH merupakan suatu struktur transport digital yang beroperasi dengan

pengaturan yang tepat terhadap payload dan mengirimnya melalui jaringan transmisi

sinkron. Sebelum SDH, hirarki digital yang paling umum digunakan adalah

plesiochronous digital hierarchy (PDH), di dunia ada tiga macam versi PDH yaitu versi

Amerika, Eropa dan Jepang, ketiga versi tersebut tidak kompatibel satu dengan yang

lainnya, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka munculah teknologi sinkron yang

baru yaitu SDH. Selain itu keterbatasan PDH untuk menyediakan kanal yang besar turut

pula melatar belakangi munculnya Teknologi SDH yang mampu mengirimkan sinyal

informasi dengan kecepatan dan fleksibilitas yang cukup tinggi. Selain itu SDH memiliki

struktur yang lebih sederhana dari pada PDH. Dalam SDH, tributary Amerika Utara dan

Eropa hanya melalui satu tahapan pemultipleksan, sedangkan dalam PDH pemultipleksan

asinkron digunakan saat suatu tributary di multipleks ke dalam suatu tributary yang laju

bitnya lebih tinggi.

Evolusi jaringan PDH ke SDH

Karena format transmisi SDH dirancang untuk mengatasi keterbatasan PDH,

maka semua perusahaan telekomunikasi memang ditantang untuk memperkenalkan

transmisi SDH ke dalam jaringan PDH yang sudah di bangun lebih dulu. Isu yang penting

adalah masalah keseimbangan antara keuntungan yang ditawarkan oleh SDH dan

hambatan biaya dalam investasi jaringan. Untuk itu diperlukan strategi mengenai evolusi

jaringan dari PDH ke SDH.

Ada tiga alternatif utama, yang masing-masing memiliki keuntungan dan

kerugian. Perusahaan telekomunikasi mungkin perlu untuk mengadopsi suatu strategi

campuran sebagai jawaban yang terbaik bagi kondisi lingkungannya masing-masing.

Tiga alternatif tersebut adalah :

Top-down (metode level atau layer)

Bottom-up (metode pulau atau branch)

Paralel (Metode overlay)

Metode lapisan teristimewa relevan dengan perusahaan layanan telekomunikasi

yang masih memperkenalkan digitalisasi pada level trunk dari jaringan yang dimilikinya

atau bagi yang membutuhkan untuk mendukung layanan-layanan baru pada lapisan-

lapisan yang lebih atas dari jaringan-jaringan antar urban (sebagai contoh untuk koneksi

MAN to MAN)

Tujuan pokoknya adalah penghematan biaya untuk transportasi kapasitas besar

dalam menangani pertumbuhan lalu lintas komunikasi. Dalam strategi ini introduksi

untuk SDH dimulai pada level tulangpunggung/supernode level dengan sedikit simpul-

simpul yang dihubungkan dengan sistem-sistem STM-16 atau STM-4 SDH. Interkoneksi

ke suatu jaringan PDH adalah dengan sebuah gateway (gerbang penghubung), umumnya

pada port cross connect dan persediaan port cross connect yang memadai untuk

mendukung semua fungsionalitas PDH dan SDH yang diperlukan. Ini merupakan suatu

aspek yang penting dari perencanaan jaringan.

Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang lebih rendah

ke SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana keuntungan SDH paling dapat

dijamin. Dengan demikian SDH memberikan keuntungan secara penuh bagi lapisan-

lapisan yang lebih tinggi dan secara selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah.

Strategi dengan metode pulau adalah memasang SDH pada simpul-simpul

jaringan pada level tengahan maupun level bawah, yakni menyediakan pulau-pulau SDH

untuk komunitas tertentu (sebagai contoh pusat-pusat perdagangan dan finansial). Dengan

pendekatan lapisan, (gerbang penghubung), umumnya pada port cross connect dan

persediaan port cross connect yang memadai untuk mendukung semua fungsionalitas

PDH dan SDH yang diperlukan. Ini merupakan suatu aspek yang penting dari

perencanaan jaringan.

Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang lebih rendah

ke SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana keuntungan SDH paling dapat

dijamin. Dengan demikian SDH memberikan keuntungan secara penuh bagi lapisan

lapisan yang lebih tinggi dan secara selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah.

Strategi dengan metode pulau adalah memasang SDH pada simpul-simpul

jaringan pada level tengahan maupun level bawah, yakni menyediakan pulau-pulau SDH

untuk komunitas tertentu (sebagai contoh pusat-pusat perdagangan dan finansial). Dengan

pendekatan lapisan, dibutuhkan beberapa gateway untuk jaringan PDH.

Pada level ini, beberapa cross-connect utamanya akan menjadi produk-produk

pitalebar (wideband), menginterkoneksi sistem-sistem transport STM-1 melalui

antarmuka-antarmuka 155 Mbps (atau 140 Mbps melalui sebuah antarmuka gateway),

dengan menyalurkan dan memadukan fasilitas pada VC level 1, 2 dan 3 yang dibawa

dalam kecepatan 2 Mbps atau 1,5 Mbps.

Melalui metode paralel, SDH diinstalasi dalam sebuah jaringan overlay (yang

ditumpang-tindihkan) di samping jaringan PDH nya dalam beberapa simpul. Tujuannya

adalah untuk mengimplementasikan layanan-layanan baru tertentu (seperti

videoconferencing dan interkoneksi LAN/LAN) serta memperoleh keuntungan dari

semua fungsi SDH sesegera mungkin, dan menyediakan perbaikan-perbaikan dalam hal

kualitasnya.

Gateway bagi jaringan PDH masih dibutuhkan, meskipun ada segregasi

(pemisahan) antara layanan-layanan lama dan baru antara fasilitas-fasilitas SDH dan

PDH. Penting juga bahwa semua peralatan yang diperlukan untuk menyediakan

fungsionalitas SDH secara penuh dalam SDH yang ditumpang-tindihkan ini sudah

dipasang.

Strategi ini menarik bagi perusahaan telekomunikasi dengan pertumbuhan lalu

lintas komunikasi yang cepat, dan bagi yang berharap untuk menambahkan

fungsionalitas SDH (sebagai contoh, untuk menawarkan premium services; yakni

pemanggil/penelpon yang ditarik biaya pulsa dengan tarif khusus, yang biasanya

diterapkan pada layanan-layanan informasi) selagi mereka menambah kapasitas

jaringannya.

SDH merupakan hirarki multiplexing yang berbasis pada transmisi sinkron yang

telah ditetapkan oleh ITU-T. Dalam dunia telekomunikasi, sejumlah multiplexing sinyal-

sinyal dalam transmisi menimbulkan masalah dalam hal pencabangan dan penyisipan

(add/drop) yang tidak mudah serta keterbatasan untuk memonitor dan mengendalikan

jaringan transmisinya. Hirarki multiplexing SDH dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah

ini.

Gambar 1. Multiplexing SDH

SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi

dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan dan meningkatkan kemampuan

manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemenelemen jaringan.

Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya untuk dikembangkan

dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan lain yang secara

aktif mentransportasikan dan mengatur informasi.

Selain dua keuntungan tersebut, SDH juga memiliki beberapa keuntungan

lainnya, diantaranya adalah :

Self-healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi

secara otomatis tanpa interupsi layanan.

Provisi yang cepat.

Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita

tetap ke tempat-tempat pelanggan.

Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis

masalah yang terjadi pada sistem.

Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan

dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaanperusahaan penyedia layanan

telekomunikasi.

3.1 Struktur Frame SDH

Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1

(Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps).

Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125μ s. Bit rate atau

kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi

sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat

pada Tabel 1. dibawah ini.

Tabel 1.Standar Frame dan Kecepatan SDH

Frame STM-1 tersusun atas 9 baris, setiap baris terdiri dari 270 kolom (1 kolom = 1

byte). Sembilan byte pertama pada setiap baris terdiri dari daerah Section Overhead,

sedangkan byte sisanya adalah daerah informasi (payload). Transmisi dilakukan baris per

baris, dimulai dari byte teratas sebelah kiri dan diakhiri oleh byte terbawah sebelah kanan.

Struktrur frame STM-1 yang membawa payload dalam VC-4 tampak pada Gambar 2.

dibawah ini.

Gambar 2. Struktur Frame STM-1

Bagian Section Overhead sebagai sinyal manajemen terdiri dari RSOH (Regenerator

Section Overhead), MSOH (Multiplex Section Overhead) dan AU pointer[5]. RSOH

berfungsi untuk pengendalian pengiriman informasi dari satu node ke node berikutnya

dalam jaringan SDH.

Semua elemen jaringan SDH berakhir pada RSOH. Sedangkan MSOH mengontrol

setiap section antara node elemen jaringan SDH kecuali regenerator dan

mengendalikan perantaraan transmisi antara dua elemen multiplekser yang berdekatan

atau sejajar. AU pointer berfungsi untuk mengatur pemetaan (mapping) container

yang berisi informasi (payload) ke dalam frame STMN.

3.2 Proses Multiplexing SDH

Fungsi utama multiplexing adalah untuk memultipleks sinyal digital yang

mempunyai bitrate rendah ke sinyal digital yang mempunyai bitrate yang lebih tinggi dan

mentransmisikan informasi yang besar itu secara efisien. Dalam ITU-T G.707

direkomendasikan sistem multiplexing SDH seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Multiplexing SDH

Berdasarkan gambar 3. dapat dijelaskan roses multiplexing sebagai berikut :

1 Masukan berupa tributary dimuat ke dalam container (C), untuk tributary 2 Mbps

dimuat dalam Container C-12

2 Pada Container ditambahkan Path Overhead (POH) yang berisi byte pengontrol.

Container yang dilengkapi POH disebut virtual container (VC). Disini terjadi proses

pemetaan (mapping) berupa penyusunan tributary menjadi VC yang sesuai.C-12

dipetakan menjadi VC-12 dengan metode bit sinkron.

3 Pada VC-12 ditambahkan TU pointer sehingga terbentuk Tributary Unit (TU-12). TU

pointer disini berfungsi sebagai tanda diawalinya VC-12

4 TU menjalani proses multiplex menjadi tributary unit group (TUG) atau high order

VC, untuk TU-12 maka yangdiproses adalah 3 buah TU-12 menjadi satu TUG

5 Tujuh buah TUG-12 diproses multiplex menjadi satu TUG-3

6 Pada TUG-12 ditambahkan POH menjadi satu VC-4

7 High order VC-4 membentuk administrative unit (AU), dalam hal ini AU-4.Suatu AU

pointer ditambahkan untuk tanda dimulainya High Order VC

Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari

sinyal masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas :

1 Mapping

Mapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui

jaringan SDH. Pertama sinyal–sinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu

(C-n) sesuai dengan laju bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path

Overhead) untuk membentuk Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut

dengan mapping. POH berfungsi untuk memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe

dari Container. VC merupakan elemen dasar yang akan dikontrol dan diatur dalam

sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu VC-11,VC-12, VC-2 disebut dengan VC

orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC orde tinggi.

2 Multiplexing orde rendah

Multiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan

multiplexing VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali

dilakukan adalah dengan menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary

Unit) sesuai dengan VC-nya yang disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan

untuk membentuk TUG (Tributary Unit Group). Kemudian menambahkan POH pada

TUG sehingga terbentuk VC orde tinggi.

3 Multiplexing orde tinggi

Multiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi

untuk membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde

rendah atau langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya

multiplexing orde rendah, VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk

membentuk AU (Administrative Unit) sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya

AU tersebut digabungkan untuk membentuk AUG (Administrative Unit Group).

Frame STM-N dibentuk dengan melakukan multiplexing AUG.

3.3 Elemen-elemen SDH

Suatu elemen jaringan SDH dikontrol dengan menggunakan software, sehingga dapat

lebih fleksibel dalam penggunaan multiplexer dan demultiplexer. Elemen-elemen SDH

tersebut terdiri dari regenerator, Terminal Multiplexer (TM), Add and Drop Multiplexer

(ADM), dan Digital Cross Connect (DXC).

1. Regenerator

Dalam jaringan SDH, fungsi regenerator adalah untuk membangkitkan dan

menguatkan sinyal SDH yang datang. Perangkat ini memperbaiki sistem clock

dan amplituda sinyal data yang telah teredam dan berubah oleh karena adanya

dispersi. Skema regenerator dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Regenerator

2. TM

Terminal Multiplexer berfungsi untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal

masukan (tributary) menjadi sinyal keluaran (aggregate). Dalam suatu jaringan,

perangkat ini digunakan untuk membentuk konfigurasi point-to-point. Selain itu,

perangkat ini juga digunakan untuk mengkombinasikan sinyal input synchronous

dan plesiochronous menjadi sinyal STM-N dengan bitrate yang lebih tinggi. Hal

ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Terminal Multiplexer

3. ADM

ADM adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal

PDH atau VC. Selain itu ADM juga digunakan sebagai terminal drop/insert sinyal

sehingga sangat efisien dalam membentuk sistem jaringan telekomunikasi. ADM

memiliki dua buah aggregate dengan arah yang berlainan. Jika sejumlah ADM

saling dihubungkan maka akan membentuk sebuah topologi ring, sehingga akan

mempunyai sistem keamanan yang mempu memberikan proteksi terhadap

jaringan apabila terjadi gangguan. Sistem dari perangkat ini dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Add/Drop Multiplexer

4. DXC

Elemen ini memiliki fungsi yang lebih luas. DXC memungkinkan terjadinya

pemetaan sinyal-sinyal tributary PDH ke dalam virtual container dan juga

merupakan switching dari berbagai macam level STM. Biasanya DXC ini

digunakan untuk membentuk konfigurasi mesh atau star. Gambar 2.16

memperlihatkan skema DXC.

Gambar 7. Digital Cross Connect

Topologi Jaringan SDH

Ada beberapa model topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh teknologi SDH,

diantaranya yaitu point-to-point, ring, dan mesh. Topologi ini dapat berdiri sendiri atau

campuran dari beberapa topologi. Pada Gambar 8. berikut adalah beberapa gambaran

topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh SDH.

Gambar 4. Model Topologi Jaringan