PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7...

15
PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU Agus Subarnas, Eska Putra Dwitama Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Kegiatan penyelidikan prospeksi bitumen padat di daerah Pangkalan Kabupaten Kuantan Senggigi dilakukan dengan melakukan pemboran pada 4 lokasi titik bor (PB-01, PB-02, PB-03 dan PB-04). Lapisan bitumen padat hanya terdeteksi di dua lokasi pemboran yaitu PB03 dan PB04. Di kedua lokasi tersebut ditemukan 4 lapisan bitumen padat dengan ketebalan antara 23.80 m sampai 65 m dengan arah perlapisan relatif Baratlaut-Tenggara dan kemiringan antara 11º- 26º. Serpih bitumen di daerah penyelidikan memiliki kandungan karbon organik (TOC) berkisar antara 0.28 hingga 5.27% dengan material organik yang sebagian besar termasuk pada kerogen tipe II (Gas prone) dan III (Oil Prone). Sedangkan jumlah material organik yang berpotensi menjadi hidrokarbon (S2) berkisar antara 0.5-35.5 mg/g batuan. Hasil plot antara nilai TOC dan S2 mengindikasikan bahwa serpih bitumen di daerah penyelidikan secara umum memiliki potensi hidrokarbon baik (good) hingga sangat baik (Very good). Sumber Daya hipotetik Bitumen Padat di daerah penyelidikan adalah sebesar 344 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 54.7 juta barel minyak. Sedangkan jumlah sumberdaya tereka adalah sebesar 41.7 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 7.9 juta barel minyak. PENDAHULUAN Latar Belakang Sehubungan dengan terbatasnya cadangan minyak bumi di Indonesia, diiringi dengan permintaan kebutuhan energi yang terus meningkat, maka pemerintah telah mencanangkan kebijakan diversifikasi energi, yaitu mendorong penggunaan sumber energi lain di luar minyak. Endapan bitumen padat di- definisikan sebagai batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya akan kandungan bahan organik, dan bisa diekstraksi meghasilkan hidrokarbon cair seperti minyak bumi. Di Indonesia, bitumen padat diindikasi berada pada cekungan- cekungan hidrokarbon dengan sumber daya yang cukup potensial. Kegiatan eksplorasi bitumen padat dilakukan sejalan dengan tupoksi Pusat Sumber Daya Geologi untuk menyediakan data potensi sumberdaya geologi Indonesia, termasuk diantaranya sumberdaya bitumen padat. Penyelidikan awal mengindikasikan keberadaan bitumen padat yang cukup potensial di daerah Kuantan Singgigi, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penyelidikan lanjutan melalui kegiatan pemboran. Maksud dan Tujuan Kegiatan pemboran dilakukan untuk mengungkap secara lebih detail prospek sumber daya bitumen padat daerah Pangkalan, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau secara lebih rinci dengan melakukan kegiatan pengeboran Tujuan pemboran adalah untuk mengetahui jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta penyebarannya termasuk kuantitas dan kualitas sumberdayanya. Data tersebut diharapkan dapat membantu untuk pengembangan potensi sumberdaya

Transcript of PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7...

Page 1: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN

DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,

PROVINSI RIAU

Agus Subarnas, Eska Putra Dwitama

Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Kegiatan penyelidikan prospeksi bitumen padat di daerah Pangkalan Kabupaten

Kuantan Senggigi dilakukan dengan melakukan pemboran pada 4 lokasi titik bor (PB-01,

PB-02, PB-03 dan PB-04). Lapisan bitumen padat hanya terdeteksi di dua lokasi pemboran

yaitu PB03 dan PB04. Di kedua lokasi tersebut ditemukan 4 lapisan bitumen padat dengan

ketebalan antara 23.80 m sampai 65 m dengan arah perlapisan relatif Baratlaut-Tenggara

dan kemiringan antara 11º- 26º.

Serpih bitumen di daerah penyelidikan memiliki kandungan karbon organik (TOC)

berkisar antara 0.28 hingga 5.27% dengan material organik yang sebagian besar termasuk

pada kerogen tipe II (Gas prone) dan III (Oil Prone). Sedangkan jumlah material organik yang

berpotensi menjadi hidrokarbon (S2) berkisar antara 0.5-35.5 mg/g batuan. Hasil plot antara

nilai TOC dan S2 mengindikasikan bahwa serpih bitumen di daerah penyelidikan secara umum

memiliki potensi hidrokarbon baik (good) hingga sangat baik (Very good). Sumber Daya

hipotetik Bitumen Padat di daerah penyelidikan adalah sebesar 344 juta Ton dengan

kemampuan menghasilkan sekitar 54.7 juta barel minyak. Sedangkan jumlah sumberdaya

tereka adalah sebesar 41.7 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 7.9 juta barel

minyak.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sehubungan dengan terbatasnya

cadangan minyak bumi di Indonesia,

diiringi dengan permintaan kebutuhan

energi yang terus meningkat, maka

pemerintah telah mencanangkan kebijakan

diversifikasi energi, yaitu mendorong

penggunaan sumber energi lain di luar

minyak.

Endapan bitumen padat di-

definisikan sebagai batuan sedimen klastik

halus, biasanya berupa serpih yang kaya

akan kandungan bahan organik, dan bisa

diekstraksi meghasilkan hidrokarbon cair

seperti minyak bumi.

Di Indonesia, bitumen padat

diindikasi berada pada cekungan-

cekungan hidrokarbon dengan sumber

daya yang cukup potensial. Kegiatan

eksplorasi bitumen padat dilakukan sejalan

dengan tupoksi Pusat Sumber Daya

Geologi untuk menyediakan data potensi

sumberdaya geologi Indonesia, termasuk

diantaranya sumberdaya bitumen padat.

Penyelidikan awal mengindikasikan

keberadaan bitumen padat yang cukup

potensial di daerah Kuantan Singgigi,

sehingga dipandang perlu untuk

melakukan penyelidikan lanjutan melalui

kegiatan pemboran.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan pemboran dilakukan

untuk mengungkap secara lebih detail

prospek sumber daya bitumen padat

daerah Pangkalan, Kabupaten Kuantan

Singingi, Provinsi Riau secara lebih rinci

dengan melakukan kegiatan pengeboran

Tujuan pemboran adalah untuk

mengetahui jumlah lapisan bitumen padat,

ketebalan serta penyebarannya termasuk

kuantitas dan kualitas sumberdayanya.

Data tersebut diharapkan dapat membantu

untuk pengembangan potensi sumberdaya

Page 2: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

bitumen padat lebih lanjut pada saat

diperlukan.

Lokasi Kegiatan Dan Kesampaian

Daerah

Lokasi kegiatan penyelidikan

terletak di daerah Pangkalan dan

sekitarnya, Kabupaten Kuantan Singingi,

Provinsi Riau (gambar 1).

Secara geografis daerah penye-

lidikan berada pada 101°35’00” -

101°50’00” BT dan 0°45’00” - 01°00’00” LS.

Pelaksanaan kegiatan lapangan ber-

langsung selama 45 hari mulai tanggal 16

Juni – 30 Juli 2015.

Keadaan lingkungan

Kabupaten Kuantan Singingi

secara geografis, geoekonomi dan

geopolitik terletak pada jalur tengah lintas

sumatera yang mempunyai peranan

strategis sebagai simpul perdagangan

untuk menghubungkan daerah produksi

dan pelabuhan, terutama pelabuhan Kuala

Enok. Dengan demikian Kabupaten

Kuantan Singingi mempunyai peluang

untuk mengembangkan sektor-sektor

pertanian secara umum, perdagangan

barang dan jasa, transportasi dan

perbankan serta pariwisata. Daerah

penyelidikan berbatasan dengan 2 Propinsi

yaitu Propinsi Jambi dan Sumatera Barat.

Hal ini memberikan keuntungan bagi

Kabupaten Kuantan Singingi apabila dapat

memanfaatkan peluang yang ada.

Topografi

Wilayah Kabupaten Kuantan

Singingi secara morfologi dapat dibagi atas

dataran rendah, perbukitan bergelombang,

perbukitan tinggi dan pegunungan, dengan

variasi sebagian besar merupakan satuan

perbukitan bergelombang yaitu sekitar 30-

150 diatas permukaan laut.

Iklim

Kabupaten Kuantan Singingi pada

umumnya beriklim trofis dengan suhu

udara maksimum berkisar antara 32,60C –

36,50C dan suhu minimum berkisar antara

19,20c – 22,00C. Curah hujan antara

229,00-1.133,0 mm per tahun. Musim

hujan jatuh pada bulan September s/d

Februari dan musim kemarau jatuh pada

bulan Maret s/d Agustus

Hidrografi

Terdapat 2 sungai besar yang

melintasi wilayah Kabupaten Kuantan

Singingi yaitu Sungai Kuantan/Sungai

Indragiri dan Sungai Singingi. Peranan

sungai tersebut sangat penting terutama

sebagai sarana transportasi, sumber air

bersih, budi daya perikanan dan dapat

dijadikan sumberdaya buatan untuk

mengahasilkan suplai listrik tenaga air.

Penyelidik Terdahulu

Penyelidikan Geologi secara umum

yang menjadi acuan penyelidikan ini

adalah Peta Geologi lembar Solok yang

telah dipetakan oleh Silitonga P.H. dan

Kastowo (1995), daerah-daerah dalam

lembar Solok ini secara keseluruhan

merupakan bagian dari Cekungan

Sumatera Tengah dimana Cekungan

Sumatera Tengah ini mempunyai beberapa

sub cekungan yang lebih kecil. Beberapa

penelitian yang pernah dilakukan oleh

penyelidik lainnya adalahPenyelidikan

Bitumen Padat di daerah ini yang dilakukan

oleh Pusat Sumber Daya Geologi yaitu

Inventarisasi Batubara daerah

Sungaidareh Prov Sumatra Barat & Kab

Kuantan Singingi Prov Riau oleh Syufra

Ilyas tahun 2002 dan Inventarisasi Bitumen

Padat dengan Outcrop Drilling daerah

Sungaidareh, Kab Sawahlunto Sijunjung

oleh SM. Tobing tahun 2005.

GEOLOGI

Geologi Regional

Daerah Penyelidikan merupakan

bagian dari Cekungan Sumatera Tengah

(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono,

Page 3: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

1975). Didalam Cekungan Sumatera

Tengah terdapat beberapa sub cekungan.

Daerah penyelidikan termasuk kedalam

Cekungan ”Intra Montane” (Sub Cekungan

Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh

batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.

Stratigrafi Regional

Stratigrafi batuan Tersier daerah

Pangkalan berdasarkan Peta Geologi

Lembar Solok (Silitonga P.H. & Kastowo,

1995) disusun secara berurutan dari tua ke

muda sebagai berikut : Anggota Filit dan

Serpih Kuantan, Anggota Bawah Formasi

Telisa, Anggota Atas Formasi Telisa dan

Anggota Bawah Formasi Palembang.

Anggota Filit dan Serpih Kuantan

merupakan satuan batuan yang tersingkap

dalam daerah penyelidikan yang terdiri dari

serpih dan filit, sisipan batusabak, kuarsit,

batulanau, rijang dan aliran lava berumur

perem dan karbon

Anggota Bawah Formasi Telisa

yang dianggap mengandung endapan

bitumen padat terdiri dari napal lempungan,

lignit, tufa, breksi andesit dan batupasir

glaukonitan.Kontak dengan Batugamping

Karang adalah menjari jemari, kedua

formasi tersebut berumur Miosen Bawah.

Anggota Atas Formasi Telisa terdiri

dari serpih dan batugamping napalan

dengan sisipan tipis tuf andesit.berumur

Miosen Tengah.

Anggota Bawah Formasi

Palembang terletak tidak selaras diatas

Batugamping Karang, terdiri dari

batulempung dengan sisipan batupasir dan

batupasir glaukonitan, berumur Miosen

Atas.

Struktur Geologi Regional

Pola tektonik Sumatera Tengah

dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” &

”graben” atau sesar bongkah dan sesar

geser (Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim

Sesar Bongkah yang berarah Baratlaut-

Tenggara membentuk deretan hors &

graben yang mengendalikan pola

pengendapan sediment Tersier Awal.

Indikasi Endapan Bitumen Padat

Endapan bitumen padat dapat

terbentuk dalam kondisi tenang dan

banyak mengandung bahan organik

seperti endapan batubara. Secara geologi

satuan batuan yang mengandung endapan

bitumen padat dapat terbentuk pada

lingkungan pengendapan danau, laut

dangkal – neritik atau laguna. Sedangkan

batuannya sendiri biasanya merupakan

sedimen klastik halus, umumnya berupa

serpih, lanau atau batupasir halus.

Berdasarkan faktor tersebut diindikasikan

bahwa endapan bitumen padat terutama

terdapat pada Formasi Telisa Atas.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Pengumpulan data

Penyelidikan yang dilakukan terdiri

dari pengumpulan data sekunder,

pengumpulan data primer, analisis

laboratoriom dan pengolahan data. Data

sekunder daerah Pangkalan dan

sekitarnya diperoleh dari berbagai sumber

termasuk studi pustaka.

KegiatanLapangan

Pekerjaan lapangan yaitu

eksplorasi langsung dilapangan dimana

kegiatan yaitu pemetaan geologi Bitumen

Padat dan melakukan pemboran endapan

Bitumen Padat pada 4 lokasi titik bor..

Pemboran

Pemboran Bitumen Padat yang

dilakukan adalah metoda pemboran

dangkal (kedalaman 100 m) dan

pengambilan conto inti bor (coring).

Interval titik bor dirancang sedemikian

rupa agar dapat menembus lapisan-

lapisan Bitumen Padat secara

representatif. Pemboran dilakukan pada 4

(empat) lokasi dengan kedalaman masing-

Page 4: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

masing titik bor sekitar 100 meter sehingga

total kedalaman adalah 400 m.

Alat bor yang digunakan terdiri atas

1 (satu) unit mesin borKoken OE-8 berikut

peralatan pendukungnya antara lain

pompa pembilas, pompa pengantar, wire

line dan penginti core barrel berukuran NQ

(47 mm) dilengkapi dengan mata bor

diamond dan tungstein. Terhadap inti bor

dilakukan pengamatan, pencatatan dan

pengambilan conto Bitumen Padat.

Kegiatan Non-Lapangan

Evaluasi hasil kegiatan dilakukan

untuk mengetahui potensi dan sebaran

bitumen padat serta kualitasnya di daerah

penyelidikan, yang kemudian disajikan

dalam bentuk laporan hasil penyelidikan.

Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis laboratorium

terdiri dari analisis Retort dan pengamatan

petrografi Bitumen Padat, Pengujian TOC

dan Pengujian Rock Eval.

Analisa retort dilakukan untuk

mengetahui kandungan minyak,

kandungan air dan berat jenis Bitumen

Padat. Sedangkan analisa petrografi

organik dilakukan untuk mengetahui tipe

material organik serta membantu dalam

penentuan tingkat kematangan batuan

melalui reflektan vitrinit. Untuk mengetahui

potensi hidrokarbon dilakukan analisis

geokimia, pengujian TOC serta pengujian

Rock eval.

.

HASIL PENYELIDIKAN

Morfologi Daerah Penyelidikan

Bentang alam daerah penyelidikan

secara umum merupakan suatu bentuk

Antiklinorium sehuingga dapat dibedakan

menjadi 2 satuan morfologi yaitu Satuan

morfologi Perbukitan dan Satuan morfologi

Dataran rendah.

Morfologi Perbukitan berelief

sedang berupa punggungan-punggungan

yang berarah hampir Baratlaut-Tenggara

dengan ketinggian bervariasi antara 100 m

sampai 350 m di atas permukaan laut.

Litologinya sebagian besar ditempati oleh

batuan Tersier dari Formasi Palembang

Atas, Formasi Palembang Tengah,

Formasi Palembang Bawah, Formasi

Telisa Atas, Formasi Telisa Bawah dan

sebagian kecil oleh batuan Granit dan

batuan Pra Tersier Anggota Filit dan serpih

Kuantan.

Morfologi Dataran rendah

menempati bagian-bagiqan diantara

Satuan morfologi Perbukitan berelief

sedang dan secara umum mempunya

ketinggian antara 100 m sampai 150 dari

permukaan laut. Litologinya ditempati oleh

endapan Aluvium, batuan Tersier dari

Formasi Palembang Atas, Formasi

Palembang Tengah, Formasi Palembang

Bawah, Formasi Telisa Atas, Formasi

Telisa Bawah,

Aliran sungai yang cukup besar di

daerah penyelidikan adalah S.

Pendulangan dan S. Timpe dan pada

umumnya aliran-aliran sungai tersebut

membentuk pola aliran Rektanguler dan

Sub Dendritik.

Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan terletak pada

cekungan Cekungan Sumatra Tengah,

termasuk pada peta geologi Lembar

Solok(sekala 1:250.000) yang diterbitkan

oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi yang sekarang menjadi Pusat

Survei Geologi .

Stratigrafi daerah penyelidikan

dapat dikelompokkan dari batuan tertua

hingga batuan termuda adalah sebagai

berikut:

Batuan tertua daerah penyelidikan

merupakan Metamorphic Rock yaitu

Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan

berumur Permian dan Karbon, batuan ini

menjadi batuan Dasar di daerah

penyelidikan. Pada beberapa tempat

batuan ini diterobos oleh Granit Kuantan

berumur Trias.

Page 5: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Diatas batuan dasar Formasi

Kuantan ini secara tidak selaras

diendapkan batuan Tersier dari Fm Telisa

Bawah, Fm Telisa Atas, Anggota Bawah

Fm Palembang, Anggota Tengah Fm

Palembang dan ditutup oleh batuan

Kuarter Anggota Atas Fm Palembang dan

endapan Aluvium

Formasi Telisa Bawah pada umur

Miosen Bawah. Litologi Formasi Telisa

Bawah merupakan endapan darat dan

sebagian merupakan material volkanik,

terdiri atas Napal lempungan, Batupasir,

Tufa, Lignit, Breksi Andesit dan Batupasir

glaukonitan.

Sedimentasi selanjutnya yakni

dengan diendapkannya Formasi Telisa

Atas pada umur Miosen Tengah.

Batuannya terdiri atas Serpih coklat,

Batugamping napalan, sisipan tuf andesit.

Pengendapan pada cekungan

Sumatera Tengah dilanjutkan dengan

ditutupinya Formasi Telisa Atas secara

selaras berturut turut Anggota Bawah

Fomasi Palembang, Anggota Tengah

Fomasi Palembang dan Anggota Atas

Fomasi Palembang.

Anggota Bawah Fomasi

Palembang batuannya terdiri atas

Batulempung dengan sisipan batupasir dan

Batupasir glaukonitan pada Miosen Atas.

Anggota Tengah Fomasi

Palembang diendapkan pada umur

Plistosen, litologinya terdiri atas

Batulempung pasiran dengan sisipan lignit

dan tuf. Sedangkan Anggota Atas Formasi

Palembang diendapkan kemudian pada

umur Kuarter, litologinya terdiri atas Tuf

batuapungan, batupasir tufaan, bentonit,

sisipan lignit dan kayu terkersikaan.

Pengendapan terakhir dengan

diendapkannya Aluvium sungai berupa

material lepas Lempung, pasir, kerikil-

bongkah batuan beku dan kuarsit.

Siklus lingkungan pengendapan di

daerah penyelidikan terjadi perubahan dari

faseTransgresi ke Regresi yang dimulai

pada umur Miosen Bawah saat

diendapkannya Formasi Telisa Bawah

pada lingkungan pengendapan Rawa

pengaruh pasang surut kearah Lingkungan

pengendapan Laut dangkal saat

diendapkannya Formasi Telisa Atas pada

umur Miosen Tengah. Perubahan ke arah

Transgresi terjadi puncaknya pada Miosen

Atas yakni saat diendapkannya Anggota

Bawah Formasi Palembang dalam

lingkungan pengendapan laut. Selanjutnya

terjadi perubahan lingkungan

pengendapan kearah darat dengan

diendapkannya Anggota Tengah Formasi

Palembang dan Anggota Atas Formasi

Palembang pada umur Miosen Atas dan

Kuarter.

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan secara umum

dibangun oleh suatu antikinorium yang

berarah Baratlaut –Tenggara, struktur

lipatan tersebut umumnya asimetri dengan

besar kemiringan yang relatif landai sekitar

250-500 dan agak landai di bagian

Selatannya yakni sekitar 100-150

Pada beberapa tempat

antiklinorium ini terpotong oleh sesar naik

dan sesar mendatar berarah Timurlaut-

Baratdaya yang memotong batuan Tersier

dan Pra-Tersier di daerah penyelidikan.

Beberapa sesar utama di daerah

penyelidikan diantarnya adalah sesar

Pendulangan dan sesar Timpe. Di

perkirakan sesar Pendulangan merupakan

sesar mendatar yang memotong sungai

Pendulangan, sesar Timpe juga

merupakan mendatar Dekstral

berarahTimurlaut-Baratdaya yang

memotong sungai Timpe, sesar mendatar

ini memotong 2 lapisan serpih bitumen.

Terjadinya Sesar di daerah penyelidikan

menyebabkan tersingkapnya batuan Pra-

Tersier.

Pembahasan Hasil Penyelidikan

Data Lapangan dan Interpretasi

Data potensi awal Bitumen padat

daerah penyelidikan diperoleh dari

Page 6: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

pemetaan potensi terdahulu. Penempatan

titik bor juga dilakukan berdasarkan data

tersebut.

Kegiatan pemboran dilakukan pada

4 lokasi titik bor, 2 titik bor yakni PB-01 dan

PB-02 di desa Pangkalan dan 2 titik bor

selanjutnya yakni PB-03 dan PB-04 di

sekitar desa Timpe. Hasil pemboran di

lokasi PB-01 dan PB-02 setelah dianalisis

ternyata lapisan serpih tidak mengandung

minyak/gas sedangkan pada lokasi PB-03

dan PB-04 lapisan serpih mengandung

bitumen dan dari analisis bakar (Retort)

menghasilkan kandungan minyak yang

cukup baik yakni antara 10 sampai 60 l/ton

batuan.

Lapisan serpih bitumen padat di

daerah Timpe berada pada Formasi Telisa

Atas. Pemboran berhasil mengidentifikasi

sebanyak 4 lapisan (Lapisan A1, A2, B1

dan B2). Lapisan serpih berarah Baratlaut-

Tenggara dengan kemiringan berkisar

antara 20º sampai 35º; tebal lapisan

berkisar antara 23.80 m sampai 65 m.

Secaera megskopis serpih pengandung

bitumen berwarna coklat tua sampai

kehitaman, berlembar, dengan beberapa

sisipan batupasir halus tebal sampai 5 cm.

Sebarannya dapat ditelusuri sejauh 7,5km

Sebaran Bitumen Padat

Interpretasi lapisan bitumen padat

Berdasarkan data singkapan yang

ada di daerah prospeksi, maka dapat

direkonstruksikan sebaran batuan serpih

yang berpotensi mengandung bitumen

padat. Sebaran lapisan batuan serpih yang

mengandung bitumen tersebut tersebut

berarah relatif Baratlaut-Tenggara. Dari

hasil korelasi berdasarkan data yang ada,

di interpretasikan terdapat 4 lapisan yaitu

Lapisan A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A

merupakan lapisan serpih bagian atas dan

lapisan B adalah lapisan bagian bawah.

Kedua lapisan ini terpotong oleh struktur

sesar mendatar Dekstral berarah relatif

Timurlaut – Baratdaya.

Lapisan B1

Lapisan B1 diinterpretasikan

berdasarkan singkapan SJ-147 di sungai

Timpe, lapisan ini merupakan lapisan

bagian bawah, mempunyai arah

jurus/kemiringan lapisan sebesar N

329º/26º atau menyebar secara lateral

dengan arah Baratlaut-Tenggara. Panjang

lapisan kearah lateral yang diyakini

kontinuitasnya sejauh 2.500 m. Dari hasil

pemboran yang dilakukan pada lokasi ini

yakni pada titik Bor BP-03 diketahui lapisan

serpih terdapat pada kedalaman antara

5.00 m sampai kedalaman 68.0 m dengan

total tebal lapisan serpih sebesar 23.80 m.

Sumber daya Lapisan B1 secara hipotetik

dihitung sejauh 2.500 m, sedangkan

perhitungan sumber daya tereka dihitung

pada daerah pengaruh 500 m dari titik bor

BP-03.

Lapisan B2

Lapisan B2 diinterpretasikan

berdasarkan singkapan SJ-144 dan SJ.

130 yang mempunyai arah

jurus/kemiringan N 320º/26º dan N

315º/15º. Lapisan B2 merupakan lapisan

bawah sebagai penerusan kearah lateral

dari Lapisan B1 yang terpotong sesar

mendatar dekstral dan menyebar secara

lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara.

Panjang lapisan kearah lateral yang

diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.

Dari pemboran yang dilakukan

pada lokasi ini yakni pada titik Bor BP-04

diketahui lapisan serpih terdapat pada

kedalaman antara 17.50 m sampai 68.80 m

dengan total tebal lapisan serpih sebesar

41.30 m. Secara megaskopis serpih

berwarna coklat muda sampai coklat tua,

berlembar, kaya material organik dan

menghasilkan aroma khas aspal saat

dibakar. Sumber daya Lapisan B2 secara

hipotetik dihitung sejauh 5.000 m,

sedangkan perhitungan sumber daya

tereka dihitung pada daerah pengaruh 500

m dari titik bor BP-04.

Page 7: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Lapisan A1

Secara stratigrafi lapisan A1

merupakan lapisan yang berada diatas

lapisan B1 dengan interburden

diperkirakan diatas 400m. Lapisan A1

diinterpretasikan berdasarkan singkapan

ST 19 yang mempunyai arah

jurus/kemiringan lapisan sebesar N

305º/26º atau menyebar secara lateral

dengan arah Baratlaut-Tenggara dengan

tebal serpih 65 m.

Panjang lapisan kearah lateral yang

diyakini kontinuitasnya sejauh 2.500

m.Tebal lapisan A1 diperkirakan mencapai

65m. Dibagian Timur Lapisan A1 terpotong

oleh sesar mendatar. Sumber daya lapisan

A1 di dihitung secara hipotetik.

Lapisan A2

Lapisan A2 diinterpretasikan

berdasarkan singkapan ST-22, ST-109 dan

SJ-128 yang tersingkap di sungai Timpe

dengan arah jurus/kemiringan antara N

275º/15º sampai N 320º/25º atau

penyebaran lapisan relatif ke arah

Baratlaut-Tenggara, sedangkan ketebalan

yang dapat diukur sebesar 35 m. Serpih

yang dijumpai secara megaskopis

berwarna coklat muda sampai coklat tua,

berlembar, kaya material organik dan

menghasilkan aroma khas aspal saat

dibakar.

Posisi stratigrafi lapisan A2 berada

diatas lapisan B2. Dibagian Barat lapisan

ini terpotong oleh sesar mendatar Timpe

dan merupakan penerusan dari lapisan A1.

Panjang lapisan kearah lateral yang

diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.

Kualitas Bitumen Padat

Megaskopis

Pengambilan conto di lapangan

akan sangat menentukan kualitas bitumen

padat yang dihasilkan pada saat pengujian

conto di laboratorium. Endapan bitumen

padat dapat diketahui keberadaannya

diantaranya dengan cara membakar conto

batuan yang akan diambildan apabila

menimbulkan aroma bitumen, conto

tersebut menunjukan indikasi kuat

mengandung bitumen padat dan layak

untuk dianalisis.

Secara megaskopis batuan yang

mengandung bitumen di daerah Pangkalan

dan sekitarnya berupa serpihberwarna

coklat muda sampai coklat tua, berlembar,

kaya material organik dan menghasilkan

aroma khas aspal saat dibakar. Diiantara

lembaran-lembaran serpih seringkali

dijumpai sisipan tipis batulempung dan

batupasir sangat halus.

Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium dilakukan

terhadap 11 conto batuan terpilih yang

dianggap mewakili endapan Bitumen

Padatdi di daerah penyelidikan. Semua

conto diambil dari inti bor (No. Conto BP-

01, BP-02/1, BP-02/2, BP-03/1, BP-03/2,

BP-03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2, BP-

04/3, BP-04/4, BP-04/1).

Analisis Retorting

Prinsip ‘retorting’ adalah

pengekstraksian batuan dengan cara

pemanasan sampai suhu kurang lebih

600ºC, kemudian disublimasi dengan

menggunakan air sehingga menghasilkan

cairan minyak. Analisa retorting dilakukan

terhadap 11 conto batuan yang hasilnya

dapat dilihat pada Tabel. 1. Berdasarkan

hasil analisis retorting diketahui bahwa di

daerah Pangkalan dan sekitarnya batuan

yang mengandung endapan bitumen padat

adalah Anggota Atas Formasi Telisa.

Kandungan minyak yang dihasilkan oleh

conto tersebut di atas menunjukkan

kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60

l/Ton.

Analisis Petrografi

Analisis petrografi dilakukan untuk

mengetahui tipe material organik dan

membantu dalam penentuan tingkat

Page 8: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

kematangan batuan melalui analisa

reflektasi vitrinit.

Hasil analisis petrografi

menunjukkan bahwa batuan di daerah

Pangkalan dan sekitarnya, umumnya

merupakan batuan sedimen klastik halus

yang terdiri dari batuan serpih mengandung

bitumen. Kandungan DOM conto batuan

daerah penyelidikan berkisar 0.5 – 49,9 %

dengan kandungan pirit 0,5-1,99 %

sedangkan inertinite tidak terdeteksi. Pada

8 conto batuan yang mengandung minyak

yakni pada lokasi conto BP-03/1, BP-03/2,

BP-03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2, BP-

04/3 dan BP-04/4 kandungan Liptinit sangat

melimpah antara 2 - 49.9 %. Conto yang

tidak mengandung minyak yaitu BP-01, BP-

02/1 dan BP-02/2 memiliki kandungan

Liptinite (0.1 – 0.49 %) dan Vitrinite (0.5 –

1.99 %). Pirit dengan tekstur yang

framboidal ditemukan cukup banyak,

mengindikasikan bahwa material organik

mendapat pengaruh lingkungan laut.

Analisa reflektansi vitrinit mengindikasikan

bahwa batuan di daerah penyelidikan masih

dalam kondisi ‘immature’ yang ditunjukkan

oleh nilai reflektansi vitrinit berkisar 0,25 –

0,40 % atau rata-rata sekitar 0.32 %.

Interpretasi Hasil Analisis Geokimia

Hidrokarbon

Pengujian Geokimia Hidrokarbon

Batuan dilakukan terhadap 11conto batuan

di daerah Pangkalan (No contoBP - 01,

BP-02/1, BP-02/2, BP-03/1, BP-03/2, BP-

03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2. BP-04/3

dan BP-04/4) yang terdiri dari analisis TOC

(total organik karbon) dan Rock Eval

Pyrolysis. Hasil analisa dapat diuraikan

sebagai berikut:

Potensi Batuan Sumber

Kualitas batuan sumber dapat

diketahui melalui analisis geokimia.

Analisis yang berperan dalam penentuan

potensi batuan sumber adalah Analisis

Rock-Eval Pyrolisis, yang menghasilkan

empat parameter yaitu S1, S2, S3 dan

Tmax. Kombinasi parameter yang

dihasilkan oleh Rock-Eval Pyrolisis dapat

dipergunakan sebagai indikator jenis dan

kualitas batuan induk serta menentukan

tipe kerogen.

Hasil analisis karbon organik dan

pirolisis RockEval (Tabel 8 dan Gambar 9)

menunjukkan bahwa conto batuan

mengandung karbon organik umumnya

diatas 0.8 % atau menunjukan kualitas

“sedang” sampai “sangat bagus” (0.82 –

5.27 %).

Jumlah hidrokarbon bebas yang

terbentuk insitu (indigeneous hydrocarbon)

karena kematangan termal maupun karena

adanya akumulasi hidrokarbon dari tempat

lain (migrated hydrocarbon) dari 11 conto

yang dianalisis menunjukan nilai yang

cukup tinggi yaitu antara 0.35 - 0.85 mg/g

kecuali pada conto dari lobang bor BP- 01

dan BP – 02 (No conto BP -01, BP – 02/1

dan BP – 02/2.

Analisis pirolisis yang dilakukan

terhadap11 conto batuan, menunjukkan

bahwa sebanyak enam conto batuan

memiliki potensi hidrokarbon “bagus”

sampai “sangat bagus” (conto BP – 03/1,

BP – 03/3, BP – 03/4, BP – 04/1, BP –

04/2 dan BP – 04/3).

Kandungan CO2 dalam batuan

menunjukkan tingkat oksidasi selama

diagenesis sehingga dapat dikorelasikan

dengan jumlah oksigen yang terkandung

dalam kerogen. Di daerah Penyelidikan

angka oxigen indek berkisar antara 22 -

148.

Nilai Tmax batuan didaerah

penyelidikan berkisar antara 4040-428.80 C.

Dalam kaitannya dengan pembentukan

minyak bumi, Tmax dengan kisaran nilai

tersebut mengindikasikan bahwa material

organik masih berada pada tingkat

kematangan termal “immature” sehingga

belum mampu menghasilkan hidrokarbon

(Gambar 8).

Sebanyak enam conto batuan

memiliki nilai hidrogen index cukup tingi

yaitu berkisar antara 376– 674. Sedangkan

Page 9: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

4 conto lainnya memiliki nilai hidrogen

index rendah yaitu antara 65– 72.

Ploting data Hydrogen Indeks

terhadap Oxygen Index pada grafik HI-OI

menunjukkan bahwa bitumen di daerah

penyelidikan mempunyai kecenderungan

untuk dapat membentuk hidrokarbon baik

berupa gas ataupun minyak (Gambar 8 dan

10).

Sumber Daya Bitumen Padat

Hasil korelasi data pemboran dan

analisa literatur menunjukkan keterdapatan

empat lapisan serpih bitumen yaitu Lapisan

A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A merupakan

lapisan serpih bagian atas dan lapisan B

adalah lapisan bagian bawah. Perhitungan

sumber daya Hipotetik dilakukan dengan

asumsi pelamparan sejauh 2.500 m dari

titik bor yaitu untuk lapisan yang berada di

bagian Barat struktur sesar. Sedangkan

lapisan yang berada di bagian Timur

struktur sesar dihitung sejauh 5.000 m.

Untuk klasifikasi sumber daya terukur,

pelamparan di hitung hingga radius 500 m

dari titik bor.

Dasar perhitungannya adalah

penyebaran kearah lateral yang didapatkan

dari korelasi beberapa singkapan yang

diamati dengan beberapa pembatasan

sebagai berikut :

a. Penyebaran kearah jurus satu lapisan

dihitung berdasarkan singkapan yang

dapat dikorelasikan dan dibatasi sejauh

500 m dari singkapan terakhir.

b. Penyebaran kearah kemiringan

dibatasi sampai kedalaman 100m

dihitung tegaklurus dari permukaan

singkapan, sehingga lebar singkapan

adalah:L = 100/sin, dimana adalah

sudut kemiringan lapisan.

c. Tebal adalah tebal rata-rata lapisan

bitumen yang termasuk dalam lapisan

tersebut.

d. Sumberdaya bitumen dalam tiap

lapisan dapat dihitung dengan rumus sbb :

Total sumber daya Hipotetik bitumen padat

didaerah penyelidikan cukup besar yaitu

sebesar 54.782.196,12 barel minyak

sedangkan jumlah sumberdaya tereka

adalah sebesar 7.951.731, 05 barel

minyak.

Prospek Pemanfaatan dan

Pengembangan

Hingga kegiatan ini dilakukan, di

daerah Pangkalan dan sekitarnya belum

pernah dilakukan penyelidikan intensif

potensi kandungan bitumen padat hingga

sumber daya terukur.

Kegiatan pemboran serta analisa

laboratorium batuan di daerah penyelidikan

menunjukan bahwa daerah penyelidikan

memiliki potensi bitumen padat yang cukup

bagus yang perlu diselidiki lebih lanjut

dengan melakukan eksplorasi rinci.

Kegiatan eksplorasi rinci disarankan untuk

dilakukan dengan menambah jumlah titik

pemboran yang memungkinkan untuk

peningkatan status sumber daya dari

tereka menjadi terukur.

Dengan harga minyak yang rendah

saat ini, proses ekstraksi minyak/gas dari

bitumen padat untuk dijadikan energi

alternatif di Indonesia saat ini dianggap

masih belum ekonomis. Hanya saja

dengan meningkatnya kebutuhan energi

nasional dan berkurangnya cadangan

migas konvensional, data yang berhasil

dikumpulkan dalam kegiatan penyelidikan

ini diharapkan dapat menambah database

nasional terkait potensi sumberdaya energi

di Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk

kepentingan pengembangan bitumen

padat di masa yang akan datang.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Di daerah penyelidikan terdapat satu

Formasi pembawa bitumen padat yaitu

Anggota Atas Formasi Telisa yang

berumur Miosen Tengah..

a.

b. Sumberdaya bitumen dalam tiap lapisan dapat dihitung dengan rumus :

Sumberdaya = { [Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat jenis (ton/m3) }

Berat Jenis adalah berat jenis rata-rata

Page 10: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

2. Lapisan bitumen padat di daerah

penyelidikan mempunyai ketebalan

antara 23.80 m sampai 65 m dengan

sebaran berarah relatif Baratlaut-

Tenggara dan kemiringan lapisan antara

11º- 26º,

3. Terdapat empat lapisan ( A1, A2, B1 dan

B2) yang berpotensi mengandung

bitumen. Lapisan A merupakan lapisan

serpih bagian atas dan lapisan B adalah

lapisan bagian bawah. Kedua lapisan ini

terpotong oleh struktur sesar mendatar

Dekstral berarah Timurlaut-Baratdaya.

4. Sumber Daya serpih bitumen di daerah

penyelidikan sebesar 344.7 juta Ton,

menghasilkan 54.8 barel minyak

sedangkan pada klasifikasi tereka

jumlah sumberdaya serpih bitumen

adalah sebesar 41.7 juta Ton,

menghasilkan 7.9 barel minyak.

5. Batuan di daerah penyelidikan masih

dalam kondisi “immature” untuk

menggenerasikan hidrokarbon.

6. Analisis pirolisis menunjukan bahwa

serpih bitumen di daerah penyelidikan

memiliki jumlah material organik yang

berpotensi menjadi hidrokarbon pada

kategori “bagus” hingga “sangat bagus”

7. Serpih bitumen di daerah penyelidikan

mempunyai kecenderungan untuk

membentuk gas dan minyak (Tipe II dan

III)

SARAN

1. Melakukan penyelidikan geologi bawah

permukaan untuk mengetahui pola

kemenerusan dan geometri lapisan

serpih pada Anggota Atas Formasi

Telisa.

2. Melakukan pemboran yang lebih

tersistem dengan kerapatan titik bor

yang lebih baik sehingga didapatkan

data yang lebih akurat dalam

penghitungan sumber daya bitumen

padat di daerah penyelidikan.

DAFTAR PUSTAKA

De Coster, G.L., 1974. The Geology of The Central and South Sumatra Basin.Proceeding

Indonesia PetroleumAssociation, 4th Annual Convention.

Holcombe, C.J., 1972. Report on a Survey of Coal Prospects in Central Sumatra, PT. Rio Tinto

Indonesia, Report No. 198. (Unpublished).

Ilyas, S., 1989. Laporan Survei Tinjau Sumber Daya Batubara Daerah Kuantan Mudik,

Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Ilyas, S., 2003. Laporan Inventarisasi Batubara Kawasan Lintas Propinsi di Daerah

Sungaidareh, Kabupaten Sawahlunto - Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat dan

Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau.

R.P. Koesoemadinata., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi.

Silitonga, P.H., dan Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Solok, Sumatra. Skala 1 : 250.000.

Puslitbang Geologi, Bandung.

Tobing, S.M., 2000. Laporan Survei Pendahuluan Endapan Bitumen Padat di Daerah

Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat.

Yen, The Fu., and Chilingarian 1976,Oil Shale, Development in Petroleum Science,5. Elsevier

Science Publishing Company, Amsterdam-Oxford New York 1976 S., 1976, Oil Shale,

Developmensin Petroleum Science, Elsevier Scientific Publishing Company.

Page 11: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Gambar 5.Stratigrafi regional daerah penyelidikan

(Silitonga P.H. & Kastowo, 1995)

Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat Gambar 2. Peta indeks daerah Penyelidikan

daerah Kab Kuansing

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penyelidikan.

BP-01 BP-02

BP-03

BP-01

Lokasi rencana Penyelidikan

Lokasi Penuyelidikan dilkukan

1.4. Keadaan Lingkungan

Lokasi rencana Penyelidikan

Lokasi Penyelidikan dilakukan

Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing

Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing

Lokasi Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat

Gambar 3. Tatanan tektonik regional Gambar 4. Peta geologi regional daerah penyelidikan Pulau Sumatera (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 Peta Geologi Lb Solok,

(Modifikasi Simandjuntak, 1991)

KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN BATUBARA

yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.

Gambar 2. Tatanan tektonik regional Pulau Sumatera (Modifikasi Simandjuntak, 1991).

Page 12: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Gambar 7. Diagram TOC terhadap kelimpahan bahan organik

conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)

Tabel 8. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content

BP - 01

BP - 01

BP – 02/1

BP – 02/2

BP – 03/1

BP – 03/2

BP – 03/3

BP – 03/4

BP – 04/1

BP – 04/2

BP – 04/3

BP – 04/4

Gambar 8. Diagram T max - HI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)

BP-04/4 565.7 189

BP - 01 BP – 02/1

BP – 02/2 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4

BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3

BP – 04/4

500 100 150 200 250 300

0

150

300

450

600

750

900I. Highly Oil Prone

II. Oil Prone

III. Gas Prone

IV. Non Source

Oxygen Index (OI) in mg CO2/g Organic Carbon

Hy

dro

ge

n I

nd

ex

(H

I) i

n m

g H

C/g

Org

an

ic C

arb

on BP - 01

BP - 02/1

BP - 02/2

BP - 03/1

BP - 03/2

BP - 03/3

BP - 03/4

BP - 04/1

BP - 04/2

BP - 04/3

BP - 04/4

Gambar 9. Diagram TOC- HI conto batuan di daerah Gambar 10. Diagram HI-OI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen) Penyelidikan (Van Krevelen)

BP - 01 BP – 02/1

BP – 02/2 BP – 04/2

BP – 04/3 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4

BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3

BP – 04/4

BP - 01 BP – 02/1

BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4

BP – 04/1

BP – 04/4

BP – 04/2 BP – 04/3

BP – 02/2

100.010.01.00.1 0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Poor Fair Good V. Good Excellent

TOC (wt % rock)

Hy

dro

ge

n I

nd

ex (

HI)

Gas

Oil

& G

as

Oil

Page 13: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Gambar 11. Peta Geologi Daerah Penyelidikan

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Material lepas lempung, pasir,

kerikil-bongkah batuan beku

dan kuarsit

Telisa Bawah

Telisa Atas

Anggota Bawah

Fm Palembang

AnggotaTengah

Fm Palembang

Anggota Atas

Fm Palembang

Alluvium

Kel batuan Pra Tersier

Anggota Serpih dan Filit

Kuantan

Regresi

Transgresi

Darat

Rawa

Rawa

Laut

Laut dangkal

Rawa pengaruh

Pasang surut

Tuf batuapunganm Batupasir

tufaan, Bentonit, sisipan Lignit

dan Kayu terkersikkan

Batulempung pasiran dengan

sisipan Lignit dan tuf

Batulempung dengan sisipan

Batupasir, Batupasir glaukonitan

Batupasir kuarsa, Serpih coklat,

Batugamping napalan, sisipan

tuf andesit

Material volkanik, Batupasir,

Tufa, Breksi Andesit, Lignit,

Napal lempungan, Batupasir

glaukonitan

Batuan Metamorf, Metasediment

dan Granit

g

UMUR FORMASI LITOLOGI LINGKUNGAN

PENGENDAPAN FASIES

TE

RS

IER

KU

AR

TE

R

Plistosen

Miosen

A

T

B

Holosen

PRA TERSIER

Miosen Akhir

- Pliosen

Page 14: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Tabel 2. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Serpih Bitumen Daerah Penyelidikan

Tabel 3. Hasil Analisis Petrografi Conto Bitumen Padat Daerah Penyelidikan

oleh conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60 l/Ton.

No No Sampel Formasi

Kandungan

minyak Kandungan air

Specific

Gravity Batuan Liter/ton

1 BP - 01 Telisa Atas - 200 2.13

2 BP-02/1 Telisa Atas - 170 2.13

3 BP-02/2 Telisa Atas - 170 2.13

4 BP-03/1 Telisa Atas 35 25 2.60

5 BP-03/2 Telisa Atas 40 10 1.50

6 BP-03/3 Telisa Atas 50 10 2.40

7 BP-03/4 Telisa Atas 60 30 2.60

8 BP-04/1 Telisa Atas 10 40 2.60

9 BP-04/2 Telisa Atas 25 35 2.40

10 BP-04/3 Telisa Atas 40 25 2.57

11 BP-04/4 Telisa Atas 20 40 2.40

Tabel 6. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan

No Sampel Jenis Batuan Rvmean (%) Pemerian

BP-03/1 Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-03/2 Serpih 0.34 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-03/3 Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-03/4 Serpih 0.28 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/1 Serpih 0.36 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/2 Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/3 Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/4 Serpih 0.40 L = V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

Tabel 7. Hasil analisis Petrografi conto Bitumen Padat daerah Penyelidikan

Page 15: PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/efos/2.7 Prosiding...(Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa

Tabel 4. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content

Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Penyelidikan

No Lithology TOC

Wt.%

mg/g rock Tmax oC

Potential Yield

Oil

Production

Index (OPI)

H

index

O

index S1 S2 S3

BP - 01 Shale 0.88 0.18 0.58 0.45 404.0 0,76 0.24 66 51

BP-02/1 Shale 0.82 0.13 0.53 0.42 423.9 0,66 0.20 65 52

BP-02/2 Shale 0.89 0.21 0.93 0.89 425.4 1,14 0.18 68 65

BP-03/1 Shale 4.03 0.39 21.33 1.08 426.6 21,72 0.02 530 27

BP-03/2 Shale 1.29 0.20 0.94 0.82 424.1 1,14 0.17 72 64

BP-03/3 Shale 3.74 0.81 16.71 1.35 412.3 17,51 0.05 446 36

BP-03/4 Shale 5.27 0.85 35.52 1.14 436.5 36,37 0.02 674 22

BP-04/1 Shale 2.12 0.35 7.97 0.83 428.8 8,32 0.04 376 39

BP-04/2 Shale 4.00 0.69 21.54 1.04 424.9 22,23 0.03 539 26

BP-04/3 Shale 3,35 0.68 17.37 0.97 420.4 18,05 0.04 490 27

BP-04/4 Shale 0.28 0.20 0.53 0.42 565.7 0,73 0.27 189 148

Seam

Luas Daerah

Pengaruh

(m²)

Tebal

Semu

(m)

SG

Ton/(m³)

Kandungan

minyak

(lt/ton)

Sumber Daya Batuan Bitumen Padat

(Ton)

Sumber Daya Minyak

(Barrel)

Hipotetik Tereka Hipotetik Tereka

A1 591.550,4 65 1.67 24 64.212.795,92 - 9.692.497,50 -

A2 1.710.151,8 35 1.72 22 102.951.138,36 14.244.811,59

B1 570.293,0 23.8 2.27 46 30.810.649,62 - 8.913.772,85 -

228.117,2 23.8 2.27 46 - 12.324.259,85 - 3.565.509,14

B2 1.427.725,8 41.3 2.49 23.75 146.823.038,10 - 21.931.114,18 -

285.545,1 41.3 2.49 23.75 - 29.364.601,45 - 4.386.221,91

JUMLAH 344.797.622,00 41.688.861,30 54.782.196,12 7.951.731,05

Tabel 9. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Penyelidikan