PDAM Kabupaten Bangli_Penelitian.pdf

115
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BUMN merupakan wujud nyata dari investasi negara dalam dunia usaha. Tujuannya adalah untuk mendorong dan mengembangkan aktivitas perekonomian nasional, demikian yang disampaikan oleh Usman (1997). Sementara menurut Soeharto (1996) tujuan BUMN adalah: (1) menunjang perkembangan ekonomi, (2) mencapai pemerataan secara horizontal dan vertikal melalui perintisan usaha dan pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi, (3) menjaga stabilitas dengan menyediakan persediaan barang yang cukup terutama menyangkut hajat hidup orang banyak, (4) mencapai efisiensi teknik agar dapat menjual dengan harga yang terjangkau tanpa mengurangi mutu dan kemampuan memupuk dana dari keuntungan, (5) menunjang terselenggaranya rencana pembangunan. BUMD dalam hal ini, tidaklah jauh berbeda dengan tujuan BUMN, hanya perbedaannya terletak pada kepemilikan yaitu dalam konteks negara dan daerah. Salah satu BUMD yang mengemban amanat dan peran strategis di daerah adalah PDAM, yang berfungsi melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya untuk digunakan kembali dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan ( profit oriented). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya, dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan cara menyediakan air

description

PDAM Kabupaten Bangli_Penelitian

Transcript of PDAM Kabupaten Bangli_Penelitian.pdf

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BUMN merupakan wujud nyata dari investasi negara dalam dunia usaha.

Tujuannya adalah untuk mendorong dan mengembangkan aktivitas perekonomian

nasional, demikian yang disampaikan oleh Usman (1997). Sementara menurut

Soeharto (1996) tujuan BUMN adalah: (1) menunjang perkembangan ekonomi, (2)

mencapai pemerataan secara horizontal dan vertikal melalui perintisan usaha dan

pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi, (3) menjaga stabilitas

dengan menyediakan persediaan barang yang cukup terutama menyangkut hajat hidup

orang banyak, (4) mencapai efisiensi teknik agar dapat menjual dengan harga yang

terjangkau tanpa mengurangi mutu dan kemampuan memupuk dana dari keuntungan,

(5) menunjang terselenggaranya rencana pembangunan. BUMD dalam hal ini,

tidaklah jauh berbeda dengan tujuan BUMN, hanya perbedaannya terletak pada

kepemilikan yaitu dalam konteks negara dan daerah. Salah satu BUMD yang

mengemban amanat dan peran strategis di daerah adalah PDAM, yang berfungsi

melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana

masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya untuk digunakan kembali

dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berbeda dengan perusahaan swasta

murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Salah satu tujuan

PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya, dan

pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan cara menyediakan air

2

minum yang bersih, sehat, dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di

suatu daerah, yang sekaligus merupakan wujud pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah terhadap masyarakat.

Apabila merujuk pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No: 690-069 tahun

1992, tentang Pola Petunjuk Teknis Pengelolaan PDAM, di sana ditegaskan bahwa

PDAM mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat, di mana dalam

menjalankan fungsinya PDAM diharapkan mampu membiayai dirinya sendiri (self

financing) dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya, di samping itu

PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada

Pemda. Selanjutnya dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999,

tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM dinyatakan bahwa tujuan pendirian

PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih bagi

masyarakat serta sebagai salah satu sumber PAD. Untuk mencapai tujuan di atas,

maka penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan terhadap PDAM harus

berdasarkan kepada prinsip-prinsip dan azas ekonomi perusahaan yang sehat.

Dari ketentuan yang mengatur tentang keberadaan PDAM sangat jelas bahwa

dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia air bersih dan dalam upaya

peningkatan pelayanan publik tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu memperoleh

keuntungan yang memadai. Adanya kepentingan pelayanan publik menyebabkan

PDAM tidak akan mampu menjalankan fungsinya secara optimal, sehingga keadaan

ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Untuk mewujudkan

kedua tujuan dimaksud pengelolaan PDAM masih dihadapkan pada inefisiensi

bahkan cenderung mengedepankan fungsi pelayanan (public service oriented),

3

sehingga berdampak keberadaannya membebani keuangan daerah. Berkaitan dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan (profit oriented) pengelolaan operasi PDAM

diharapkan mampu membiayai biaya operasionalnya sendiri (self financing) dan

diharapkan dapat menopang pembiayaan dalam meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam jangka pendek serta mampu memberikan kontribusi pada

penerimaan daerah untuk jangka panjangnya.

Untuk itu dalam perspektif ke depan manajemen pengelolaan Badan Usaha

Milik Daerah termasuk di dalamnya adalah PDAM diharapkan mampu mengadopsi

prinsip-prinsip manajemen professional (reiventing government) dalam

penyelenggaraannya. Dengan menerapkan prinsip dimaksud, maka dalam

menyediakan pelayanan kepada masyarakat harus tetap mempertimbangkan cost and

benefit sehingga biaya pungutan atas pelayanan yang diberikan (cost of service) dapat

benar-benar membantu pemerintah daerah meningkatkan kualitas pelayanan di bidang

penyediaan air bersih pada khususnya dan pelayanan pemerintah pada umumnya di

masa yang akan datang.

Mengingat keberadaan PDAM dibiayai oleh pemerintah daerah yang

bersumber dari uang masyarakat (public fund) maka dalam pengelolaanya harus

memperhatikan aspek transparansi dan akuntabilitas, baik dalam aspek pengelolaan

keuangan, aspek operasional dan aspek administrasinya, karena ketiga aspek

dimaksud sangat menetukan kinerja pengelolaan perusahaan termasuk di dalamnya

adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

4

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam pengelolaan PDAM Kabupaten

Bangli yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangli No 18

Tahun 1991 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Kabupaten

Bangli juga tetap memperhatikan aspek keuangan, aspek operasional dan aspek

administrasi. PDAM Kabupaten Bangli sampai dengan tahun 2008 baru mampu

melayani hanya 26,98 persen dan itu berarti 73,02 persen belum mampu dilayani oleh

PDAM Kabupaten Bangli hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Terlayani dan Cakupan Pelayanan

PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008

Tahun Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Rumah Tangga

Terlayani

Cakupan Pelayanan

(%)

2004 44.959 10.894 24,23

2005 45.812 11.534 25,18

2006 46.859 11.896 25,39

2007 48.654 12.430 25,55

2008 49.303 13.301 26,98

Sumber: PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008.

Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 157 disebutkan bahwa salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah hasil

perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Peranan perusahaan daerah diwujudkan dalam bentuk pembagian laba yang

disetorkan kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan dan dimasukkan dalam

5

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai sumber pembiayaan bagi kegiatan

pembangunan di daerah.

Namun demikian PDAM Kabupaten Bangli sebagai salah satu komponen

PAD belum memperlihatkan pengaruh yang berarti terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah. Bahkan ada indikasi bahwa perusahaan daerah selama ini

hanya membebani pemerintah daerah dengan berbagai subsidi terselubung dan biaya

semu, sehingga perusahaan daerah tidak mempunyai kemandirian dalam

menjalankan usahanya. Devas, et.al, (1989) menyatakan bahwa ada beberapa

indikasi yang menunjukkan mengapa kebanyakan BUMD tidak kompetitif, sehingga

kurang memberikan kontribusi yang berarti terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai

berikut.

1. Kegiatan itu sendiri sifatnya tidak dapat dikelola sebagai usaha niaga atas pasar

setempat karena terlalu kecil

2. Susunan perusahaan daerah itu mungkin menyebabkan satuan-satuan biaya

makin tinggi, dibandingkan dengan biaya menyediakan layanan itu dari dalam

bagian tubuh pemda, ini mungkin akibat syarat harus ada organisasi terpisah,

dengan pengurus yang dibayar tinggi dan sebagainya.

3. Tenaga pelaksana yang kurang cakap mungkin karena tidak berpengalaman

dibidang pelayanan tersebut, dan mereka tahu pemerintah akan selalu menutup

kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan yang bersangkutan.

4. Kesenjangan antara tujuan-tujuan yang harus dicapai perusahaan (misalnya

antara mengejar laba atau memberikan layanan semurah-murahnya) dan akhirnya

6

ada masalah campur tangan politik dalam kegiatan sehari-hari perusahaan daerah,

termasuk seringnya terjadi perubahan pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Penelitian Alhabsji dkk (1987) mengungkapkan bahwa belum berperannya

perusahaan daerah sebagaimana yang diharapkan disebabkan oleh tiga masalah

pokok, yaitu masalah keuangan, personalia dan pengawasan. Faktor keuangan

merupakan alat manajemen yang paling sensitif bagi sebuah perusahaan untuk dapat

beroperasi dengan baik serta menjadi indikator utama kemampuan perusahaan,

namun hal ini tidak terlepas dari personil yang akan mengoperasikan perusahaan

serta sistem pengawasan yang merupakan bagian dari manajemen perusahaan.

Permasalahan tersebut di atas juga dialami oleh Perusahaan Daerah Air

Minum Kabupaten Bangli di mana sebagai perusahaan milik pemerintah daerah

diperlukan kemandirian dalam pengelolaannya agar dapat meningkatkan kinerja dan

penghasilannya. Kinerja PDAM adalah tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM

dalam satu tahun buku tertentu, di mana penilaiannya sangat diperlukan untuk

menggambarkan tingkat prestasi yang telah dicapai oleh PDAM dalam suatu periode

tertentu. Oleh karena itu tingkat keberhasilan PDAM dapat dicapai melalui

peningkatan kinerja baik di bidang keuangan, operasional maupun administrasi.

Bagi Kabupaten Bangli permasalahan tentang PDAM penting untuk diteliti

karena merupakan salah satu bagian dari rencana strategis Kabupaten Bangli dalam

rangka pengembangan kapasitas daerah di mana sumbangan laba perusahaan daerah

terhadap PAD khususnya PDAM belum memberikan kontribusi yang berarti jika

dibandingkan dengan komponen sumber-sumber pendapatan asli daerah lainnya.

7

Selama kurun waktu lima tahun terakhir PDAM Kabupaten Bangli selalu mengalami

kerugian seperti terlihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Pendapatan, Biaya dan Kerugian PDAM Kabupaten Bangli, 2004 – 2008

Tahun Pendapatan ( Rp )

Biaya ( Rp )

Kerugian ( Rp )

2004 1.435.561.595,- 2.395.386.340,- 959.824.745,-

2005 2.038.809.820,- 3.492.432.996,- 1.453.623.176,-

2006 3.202.195.868,- 4.272.562.558,- 1.070.366.690,-

2007 4.324.034.683,- 4.774.425.630,- 450.390.947,-

2008 4.640.248.560,- 5.815.129.890,- 1.174.881.330,-

Sumber: PDAM Kabupaten Bangli, Laporan Laba Rugi, 2004 - 2008.

Dari Tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa Perusahaan Daerah Air Minum

Kabupaten Bangli dari tahun ke-tahun mengalami kerugian yang cukup besar

sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Walaupun

mengalami kerugian namun karena peran dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat

maka PDAM harus tetap berjalan untuk melayani masyarakat dalam penyediaan air

bersih. Oleh karena itu perlu diteliti secara mendetail kinerja PDAM Kabupaten

Bangli agar dapat memberikan informasi terhadap upaya pengembangan PDAM

selanjutnya. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk memberikan

evaluasi terhadap kinerja PDAM Kabupaten Bangli selama periode tahun 2004

sampai dengan 2008 berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 dan strategi

pengembangan pengelolaan usaha yang sebaiknya dilakukan oleh PDAM Kabupaten

8

Bangli dengan menggunakan Analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan

dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknes) dan ancaman (Threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner)

harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman).

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1) bagaimana kinerja PDAM Kabupaten Bangli selama periode tahun 2004-

2008?;

2) bagaimana strategi pengembangan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh

PDAM Kabupaten Bangli?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1) untuk mengetahui kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten

Bangli, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999

tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM;

9

2) menentukan strategi pengembangan PDAM Kabupaten Bangli sehingga

diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan untuk

mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan daerah.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan faedah atau manfaat sebagai

berikut:

1) sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli untuk

menilai kinerja perusahaan dan perkembangan tingkat kesehatan PDAM

Kabupaten Bangli.

2) sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bangli untuk mengambil

langkah kebijakan dan strategi dalam mengembangkan PDAM Kabupaten

Bangli.

3) sebagai literatur dan acuan bagi penelitian lebih lanjut.

BAB II

10

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep BUMN/BUMD

Tujuan BUMN selalu terdiri dari tujuan sosial dan tujuan komersial.

Sebaiknya tujuan sosial dibedakan dari tujuan komersial, untuk tujuan sosial

pemerintah memberi subsidi sedang tujuan komersial dibayar oleh konsumen. Turut

campur tangan pemerintah dalam perekonomian dalam bentuk BUMN/BUMD,

secara ekonomis merupakan tindakan untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar

dalam distribusi sumber daya secara optimal, yang berarti pula mengatasi adanya

kegagalan mekanisme pasar dalam mencapai nilai ekonomis yang optimal atas

sumber daya.

BUMN merupakan organisasi yang mempunyai 2 (dua) dimensi. Sebagai

badan usaha harus menghasilkan keuntungan, tumbuh dan selalu menjaga

kelangsungan usahanya. Sebagai alat kebijakan pemerintah ia mempunyai tujuan

yang berorientasi kepentingan masyarakat. Dua kepentingan berbeda dan mungkin

berlawanan itu harus dipadukan secara berimbang, walaupun sulit untuk

dilaksanakan.

BUMD dalam hal ini, tidaklah jauh berbeda dengan tujuan BUMN, yang

bertujuan menunjang perkembangan ekonomi, mencapai pemerataan secara

horizontal dan vertikal bagi masyarakat, menyediakan persediaan barang yang cukup

bagi hajat hidup orang banyak, mampu untuk memupuk keuntungan dan menunjang

terselenggaranya rencana pembangunan. Hanya perbedaannya terletak pada

kepemilikan yaitu dalam konteks negara dan daerah. Salah satu BUMD yang

11

mengemban amanat dan peran strategis di daerah adalah PDAM, yang berfungsi

melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana

masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya untuk digunakan kembali

dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat.

Dengan demikian PDAM dalam usahanya sebagai badan usaha milik

pemerintah daerah, yang melaksanakan fungsi pelayanan menghasilkan kebutuhan

air minum/air bersih bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan pelayanan akan

air bersih yang merata kepada seluruh lapisan masyarakat, membantu perkembangan

bagi dunia usaha dan menetapkan struktur tarif yang disesuaikan dengan tingkat

kemampuan masyarakat. Dalam hal ini keberadaan PDAM sebagai BUMD dapat

membantu memenuhi kebutuhan masyarakat, menunjang bagi perkembangan

kelangsungan dunia usaha dan perkembangan ekonomi di daerah, percepatan

pembangunan di daerah, karena produk air bersih yang dihasilkan oleh PDAM

merupakan barang yang essential yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Di sisi lain dengan menjual air bersih ini PDAM diharapkan juga memiliki

efisiensi sehingga memiliki kemampuan dalam memupuk dana dan menghasilkan

keuntungan, yang juga merupakan kontribusi bagi PAD. Dana dari PAD ini yang

kemudian diharapkan mampu menunjang terselenggaranya rencana pembangunan di

daerah, dan hasil pembangunan itu pada akhirnya dapat dinikmati kembali oleh

masyarakat. Maka sejalan dengan itu agar PDAM berjalan dengan tujuan dan

fungsinya, memerlukan pengelolaan yang baik dan benar dengan memperhatikan

segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimilikinya, dalam

upayanya makin mensejahterakan masyarakat di era otonomi ini.

12

2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum

Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang penyediaan air bersih untuk kebutuhan

masyarakat. Keberadaan PDAM sebagai unsur pelayanan publik, harus

mengutamakan aspek sosial. Hal ini tercermin di dalam penetapan harga produk

lebih mempertimbangkan kemampuan masyarakat, namun di balik fungsinya sebagai

unsur pelayanan publik juga tidak terlepas dari dimensi ekonomi, yaitu mencari

keuntungan.

Secara umum, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berbeda dengan

Perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented).

Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah

khususnya, dan pembangunan ekonomi nasional umumnya, dengan cara menyediakan

air minum yang bersih, sehat, dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat

di suatu daerah.

Devas dkk, (1989) mengemukakan bahwa Pemerintah Daerah mendirikan

perusahaan daerah atas dasar pertimbangan: menjalankan ideologi yang dianutnya

bahwa sarana produksi milik masyarakat; melindungi konsumen dalam hal ada

monopoli alami; dalam rangka mengambil alih perusahaan asing; menciptakan

lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah; dianggap cara yang

efisien untuk menyediakan layanan masyarakat, dan/atau menebus biaya, serta

menghasilkan penerimaan untuk Pemerintah Daerah.

Apabila merujuk pada Keputusan Menteri Dalam Negeri No:690-069 tahun

1992, tentang Pola Petunjuk Teknis Pengelolaan PDAM, di sana ditegaskan bahwa

13

PDAM mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat, di mana dalam

menjalankan fungsinya PDAM harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus

berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya. Di samping itu PDAM juga

diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada Pemerintah.

Selanjutnya dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690.900-327

tahun 1994, tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan PDAM dinyatakan bahwa

tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air

bersih bagi masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD. Untuk mencapai tujuan

di atas, maka penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan terhadap PDAM harus

berdasarkan kepada prinsip-prinsip dan azas ekonomi perusahaan sehat.

Dari ketentuan yang mengatur tentang keberadaan PDAM sangat jelas bahwa

dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia air bersih dan dalam upaya

peningkatan pelayanan publik tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu memperoleh

keuntungan yang memadai. Adanya kepentingan pelayanan publik menyebabkan

PDAM tidak akan mampu menjalankan fungsinya secara optimal, sehingga keadaan

ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

2.3 Kinerja perusahaan

Alhabsji dkk, (1987) mengemukakan bahwa berperannya perusahaan daerah

sebagaimana yang diharapkan disebabkan oleh tiga masalah pokok, yaitu masalah

keuangan, personalia, dan pengawasan. Masalah keuangan yang dihadapi oleh

perusahaan daerah adalah kekurangan modal untuk investasi, sedangkan masalah

penunjang yang cukup berpengaruh terhadap kinerja perusahaan daerah adalah

14

profesionalisme sumber daya manusia yang masih rendah, dan tingkat pengawasan

yang masih rendah.

Helfert (1991) mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari

semua keputusan yang dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu untuk menilai

kinerja perusahaan perlu menaikkannya dengan kinerja keuangan komulatif dan

ekonomi dari keputusan tersebut. Analisis kinerja keuangan didasarkan pada data

keuangan yang dipublikasikan, seperti tercermin di dalam laporan keuangan yang

dapat dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Kinerja keuangan

perusahaan harus diukur untuk melihat apakah kinerja keuangan perusahaan

mengalami pertumbuhan atau tidak. Ukuran ini diperlukan untuk menyediakan

informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang dapat dipergunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan manajemen di masa yang akan datang.

Pendapat tersebut menegaskan bahwa hasil dari pelaksanaan semua keputusan

manajemen merupakan perwujudan dari kinerja perusahaan. Pembuatan keputusan

manajemen bukan hanya didasarkan pada pertimbangan internal perusahaan, tetapi

juga menyangkut aspek-aspek eksternal seperti pemilik perusahaan, kreditor,

pemerintah, masyarakat serta calon investor. Oleh karena itu, kelompok eksternal

tersebut juga berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan berbeda dengan penilaian kinerja yang dilakukan

pada instansi pemerintah, di mana kegiatan dari perusahaan berorientasi mencari

keuntungan, sedangkan instansi pemerintah berorientasi sosial, sehingga harus

mengutamakan kepuasan masyarakat secara adil dan merata. Konsekuensinya dari

orientasi perusahaan tersebut, maka penilaian kinerjanya lebih dominan diukur dari

15

aspek keuangan.

Munawir (2000) mengungkapkan bahwa alat untuk menilai dan mengetahui

kinerja keuangan perusahaan dinamakan analisis rasio keuangan, yang meliputi:

1. analisis perbandingan laporan keuangan;

2. analisis deret berkala (trend analisis);

3. laporan keuangan persentase per komponen (common size statement);

4. analisis sumber dan penggunaan modal kerja;

5. analisis sumber dan penggunaan kas;

6. analisis rasio (ratio analisis);

7. analisis perubahan laba kotor;

8. analisis titik pulang pokok (break even point).

Rayanto, (1998) meneliti manajemen strategis Badan Usaha Milik Daerah

Propinsi DIY tahun 1992/1993-1995/1996. Kesimpulan yang diperoleh adalah

eksistensi perusahaan daerah sampai saat ini sesungguhnya bukan karena perusahaan

mempunyai kinerja yang baik, melainkan lebih disebabkan oleh adanya pemberian

monopoli pada produk-produk tertentu melalui regulasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah daerah. Berdasarkan analisis SWOT, memperlihatkan bahwa secara

strategis ada cukup banyak masalah yang harus dipecahkan oleh BUMD. Dapat

diidentifikasikan bahwa BUMD harus mempunyai kemampuan untuk meningkatkan

SDM, melakukan restrukturisasi organisasi, meningkatkan kualitas produk dan

pelayanan, hingga ke persoalan kemitraan, divestasi maupun pengembangan

teknologi baru.

16

Penilaian terhadap kemampuan PDAM secara intern format telah diatur

dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Perusahaan Air Minum. Menurut keputusan tersebut indikator

penilaian kinerja PDAM dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek

operasional dan aspek administrasi. Indikator masing-masing aspek terdiri atas;

a. Aspek Keuangan :

1) Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif;

2) Rasio Laba terhadap Penjualan;

3) Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar;

4) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas;

5) Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang;

6) Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi;

7) Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran Pokok dan

Bunga Jatuh Tempo;

8) Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air;

9) Jangka Waktu Penagihan Piutang;

10) Efektivitas Penagihan.

b. Aspek Operasional :

1) Cakupan Pelayanan;

2) Kualitas Air Distribusi;

3) Kontinuitas Air;

4) Produktivitas Pemanfaatan Instalasi Produksi;

5) Tingkat Kehilangan Air;

17

6) Peneraan Meter air;

7) Kecepatan Penyambungan Air;

8) Kemampuan Penanganan Pengaduan Rata-rata per bulan;

9) Kemudahan Pelayanan;

10) Rasio Karyawan per 1000 pelanggan.

c. Aspek Administrasi :

1) Rencana Jangka Panjang;

2) Rencana Organisasi dan Uraian Tugas;

3) Prosedur Operasi Standar;

4) Gambar Nyata Laksana;

5) Pedoman Penilaia Kerja Karyawan;

6) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan;

7) Tertib Laporan Internal;

8) Tertib Laporan Eksternal;

9) Opini Auditor Independen;

10) Tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun terakhir.

2.4 Konsep manajemen strategis

Managemen strategis menurut Suwarsono (1994) dapat diartikan sebagai

usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk

mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang

telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Komponen pokok dari

manajemen strategis adalah:

1) analisis lingkungan yang diperlukan untuk mendeteksi peluang dan ancaman;

18

2) analisis profil perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan;

3) strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan misi.

Dengan berkembangnya organisasi menjadi sangat kompleks, di mana

pengelolaan sumber daya organisasi menjadi semakin rumit. Keadaan ini

menyebabkan semakin pentingnya suatu manajemen strategi agar organisasi

berkembang secara sehat dan mampu mempertahankan eksistensinya. Membahas

konsep manajemen strategis berarti membicarakan hubungan antara organisasi

dengan lingkungannya, lingkungan internal dan eksternal.

Hax dan Majluf (1991) dalam Salusu (1996) menawarkan rumusan yang

komprehensif tentang strategi sebagai berikut :

1. strategi adalah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;

2. menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka

panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;

3. menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;

4. mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan

memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan

eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;

5. melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Manajemen strategis di lingkungan pemerintahan akan banyak berkaitan

dengan pengalokasian kekuasaan dan sumber daya, pendelegasian wewenang

mengambil keputusan, penggalian sumber-sumber keuangan pemanfaatan dana yang

diperoleh dari rakyat berupa pajak dengan cara yang paling efisien dan paling efektif.

Manajemen strategis tidak terlepas dari strategi itu sendiri. Strategi secara luas dapat

19

dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasi

sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan

organisasi, dan mengapa organisasi itu melakukannya (Bryson, 1988).

Menurut Salusu (1996) strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan

sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Oleh karena

itu strategi dapat dikatakan sebagai perluasan misi guna menjembatani organisasi dan

lingkungannya dalam pencapaian tujuan. Strategi dikembangkan untuk mengatasi isu

strategis, strategi menjelaskan tentang respon organisasi terhadap pilihan kebijakan

pokok.

Manfaat dari penggunaan manajemen strategik menurut Yoo dan Digman

(1987) dalam Salusu (1996):

1) manajemen strategik mampu memberikan petunjuk bagaimana mengantisipasi

masalah-masalah dan peluang di masa yang akan datang;

2) memungkinkan para karyawan memahami tujuan dan sasaran organisasi;

3) meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan;

4) menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya;

5) mempercepat pengambilan keputusan yang bermutu dan bisa menghemat biaya.

Dengan konsep manajemen strategis inilah pada akhirnya akan dihasilkan sejumlah

alternatif strategi dalam pengelolaan PDAM Kabupaten Bangli.

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

20

3.1 Kerangka Berpikir

BUMN/BUMD merupakan wujud nyata dari investasi negara dalam dunia

usaha, tujuannya adalah untuk mendorong dan mengembangkan aktivitas

perekonomian nasional. Tujuan BUMN selalu terdiri dari tujuan sosial dan tujuan

komersial. Sebaiknya tujuan sosial dibedakan dari tujuan komersial, untuk tujuan

sosial pemerintah memberi subsidi sedang tujuan komersial dibayar oleh

konsumen.Turut campur tangan pemerintah dalam perekonomian dalam bentuk

BUMN/BUMD, secara ekonomis merupakan tindakan untuk mengatasi kegagalan

mekanisme pasar dalam distribusi sumber daya secara optimal, yang berarti pula

mengatasi adanya kegagalan mekanisme pasar dalam mencapai nilai ekonomis yang

optimal atas sumber daya.

BUMD dalam hal ini, tidaklah jauh berbeda dengan tujuan BUMN, yang

bertujuan menunjang perkembangan ekonomi, mencapai pemerataan secara

horizontal dan vertikal bagi masyarakat, menyediakan persediaan barang yang cukup

bagi hajat hidup orang banyak, mampu untuk memupuk keuntungan dan menunjang

terselenggaranya rencana pembangunan. Hanya perbedaannya terletak pada

kepemilikan yaitu dalam konteks negara dan daerah.

Salah satu BUMD yang mengemban amanat dan peran strategis di daerah

adalah PDAM, yang berfungsi melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan

sekaligus menggali dana masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya

untuk digunakan kembali dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan

oleh masyarakat. Dengan demikian PDAM dalam usahanya sebagai badan usaha

milik pemerintah daerah, yang melaksanakan fungsi pelayanan menghasilkan

21

kebutuhan air minum/air bersih bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan

pelayanan akan air bersih yang merata kepada seluruh lapisan masyarakat,

membantu perkembangan bagi dunia usaha dan menetapkan struktur tarif yang

disesuaikan dengan tingkat kemampuan masyarakat. Dalam hal ini keberadaan

PDAM sebagai BUMD dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat,

menunjang bagi perkembangan kelangsungan dunia usaha dan perkembangan

ekonomi di daerah, percepatan pembangunan di daerah, karena produk air bersih

yang dihasilkan oleh PDAM merupakan barang yang essential yang menyangkut

hajat hidup orang banyak.

Di sisi lain dengan menjual air bersih ini PDAM diharapkan juga memiliki

efisiensi sehingga memiliki kemampuan dalam memupuk dana dan menghasilkan

keuntungan, yang juga merupakan kontribusi bagi PAD. Dana dari PAD ini yang

kemudian diharapkan mampu menunjang terselenggaranya rencana pembangunan di

daerah, dan hasil pembangunan itu pada akhirnya dapat dinikmati kembali oleh

masyarakat. Maka sejalan dengan itu agar PDAM berjalan dengan tujuan dan

fungsinya, memerlukan pengelolaan yang baik dan benar dengan memperhatikan

segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimilikinya, dalam

upayanya makin mensejahterakan masyarakat di era otonomi ini yang dapat

dijelaskan pada Gambar 3.1.

BUMN/BUMD

PAD

Kinerja: - Aspek

Keuangan - Aspek

Operasional - Aspek

Administrasi

22

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam menjawab dan memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan

dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka konsep atau model penelitian.

Secara kualitatif penelitian ini diawali dengan PDAM Kabupaten Bangli sebagai

Badan Usaha Milik Daerah yang memiliki kontribusi sebagai sumber PAD

Kabupaten Bangli. Mengingat keberadaan PDAM dibiayai oleh pemerintah daerah

yang bersumber dari uang masyarakat (public fund) maka dalam pengelolaanya harus

memperhatikan aspek transparansi dan akuntabilitas, baik dalam aspek pengelolaan

keuangan, aspek operasional dan aspek administrasinya, karena ketiga aspek

PDAM

PAD

PEMBANGUNAN DAERAH

23

dimaksud sangat menetukan kinerja pengelolaan perusahaan termasuk di dalamnya

adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Sebagai Perusahan PDAM Kabupaten Bangli perlu manajemen strategis agar

Perusahaan berkembang secara sehat dan mampu mempertahankan eksistensinya

Dengan berkembangnya organisasi menjadi sangat kompleks, di mana pengelolaan

sumber daya organisasi menjadi semakin rumit. Membahas konsep manajemen

strategis berarti membicarakan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya,

lingkungan internal dan eksternal.

Lingkungan internal dalam matriks IFAS (Internal Factors Analysis

Summary) dan lingkungan eksternal dalam matriks EFAS (External Factors Analysis

Summary). Dari kedua matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan menghasilkan

strategi umum (grand strategy) yang kemudian dipadukan dalam bentuk matriks

SWOT. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif

strategi pengembangan sesuai dengan potensi PDAM Kabupaten Bangli serta kondisi

lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki PDAM Kabupaten Bangli. Dari

setiap strategi dapat dijabarkan berbagai macam program pengembangan serta

kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan PDAM Kabupaten Bangli

sebagai Perusahaan Daerah yang memiliki kontribusi terhadap PAD.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan kerangka

konsep atau model penelitian mengenai Kinerja dan strategi Pengembangan PDAM

Kabupaten Bangli kondisi lingkungan internal dan eksternal yang tampak pada

Gambar 3.2

Kinerja PDAM

Kabupaten Bangli

24

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

BAB IV

METODE PENELITIAN

Management Strategis PDAM Kabupaten Bangli

Lingkungan Internal PDAM Bangli Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

Lingkungan Eksternal PDAM Bangli Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats)

Matriks EFAS Matriks IFAS

Matriks Internal –Eksternal (grand strategy)

Matriks SWOT

Strategi Alternatif Pengembangan PDAM Kabupaten Bangli

25

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan gabungan antara kualitatif dan kuantitatif yang

dilakukan dengan teknik pengumpulan data pengamatan langsung (observasi),

wawancara mendalam (depth interview), penyebaran angket (questioner) dan

dokumen. Penyajian analisis dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel) maupun

informal (naratif). Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah

matriks SWOT.

Penelitian ini bersifat eksploratif dan merumuskan kebijakan dan program-

program berdasarkan kondisi internal, berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan

(weakneses) yang dimiliki serta situasi eksternal, berupa peluang (opportunities) dan

ancaman (threats)

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Kabupaten Bangli karena adanya permasalahan yang menarik untuk dianalisis

mengenai kinerja yang dinilai melalui aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek

administrasi serta program pengembangan PDAM Kabupaten Bangli sebagai Badan

Usaha Milik Daerah, yang mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha

mengembangkan tingkat pelayanannya, serta mampu memberikan sumbangan

pembangunan kepada Pemerintah Kabupaten.

4. 3 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah variabel-

variabel keuangan dan nonkeuangan perusahaan yaitu sebagaimana terdapat dalam

26

neraca dan laporan laba rugi yang telah diaudit pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007

dan 2008. Variabel keuangan digunakan untuk menghitung rasio-rasio dalam analisis

rasio keuangan, dan variabel nonkeuangan digunakan untuk menghitung tingkat

kinerja aspek operasional dan aspek administrasi berdasarkan Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan

Daerah Air Minum sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan dan kinerja

perusahaan.

4.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas variabel yang digunakan dalam penelitian, akan

diberikan definisi operasional variabel yang digunakan.

1) Untuk Kinerja PDAM definisi operasional variabel yang digunakan yaitu:

a. Variabel aspek keuangan adalah neraca PDAM pada akhir tahun buku dan

daftar perhitungan laba-rugi sebagaimana yang tercantum dalam pedoman

Sistem Akuntansi PDAM (Kepmendagri No 47 Tahun 1999) dengan sepuluh

indikator yaitu:

1) Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif adalah persentase pendapatan operasi

dikurangi biaya non operasi dibagi aktiva produktif dalam;

2) Rasio Laba terhadap Penjualan adalah tingkat laba sebelum pajak

dibandingkan dengan volume penjualan;

3) Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar adalah kemampuan perusahaan

dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia;

27

4) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas adalah perbandingan antara

utang jangka panjang dengan modal sendiri;

5) Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang adalah pengukuran jumlah hutang

yang dibiayai oleh modal sendiri;

6) Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi adalah perbandingan

biaya operasi dengan pendapatan operasi;

7) Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran

Pokok dan Bunga Jatuh Tempo adalah kemampuan perusahaan untuk

membayar beban angsuran pokok dan bunga jatuh tempo dengan laba

operasi yang diperoleh;

8) Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air adalah mengukur berapa kali

penjualan air menghasilkan aktiva produktif perusahaan.

9) Jangka Waktu Penagihan Piutang adalah kemampuan untuk menagih

piutang perusahaan;

10)Efektivitas Penagihan adalah kemampuan untuk memperoleh penerimaaan

dari penjualan air yang telah dilakukan.

b. Variabel aspek administrasi adalah gambaran secara umum sistem administrasi

yang dipedomani oleh PDAM dalam satu tahun (Kepmendagri No 47 Tahun

1999) yang terdiri dari sepuluh indikator yaitu:

1) Rencana Jangka Panjang adalah rencana strategis yang mencakup rumusan

mengenai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai perusahaan dalam jangka

waktu 5 tahun mendatang;

28

2) Rencana Organisasi dan Uraian Tugas adalah struktur organisasi dan tata

kerja organisasi yang dimiliki oleh PDAM dan disahkan oleh Kepala

Daerah;

3) Prosedur Operasi Standar adalah panduan (manual) yang mencakup

prosedur penanganan operasi perusahaan;

4) Gambar Nyata Laksana adalah sejauh mana Gambar nyata laksana

dilaksanakan dan dipedomani sebagai alat manajemen;

5) Pedoman Penilaian Kerja Karyawan adalah alat atau media untuk menilai

prestasi kerja karyawan perusahaan;

6) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan adalah penjabaran dari rencana

Jangka Panjang secara tahunan yang mencakup rencana kerja dan anggaran

Perusahaan;

7) Tertib Laporan Internal adalah dilaksankannya pelaporan di bidang

keuangan, operasi dan administrasi secara berkala dari pelaksana kepada

pengambil keputusan;

8) Tertib Laporan Eksternal adalah penyampaian laporan-laporan untuk pihak

ekstern secara periodik;.

9) Opini Auditor Independen adalah opini pemeriksa independen mengenai

kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen;

10) Tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun terakhir adalah hasil pencapaian

upaya tindak lanjut temuan atau rekomendasi oleh instansi pemeriksa.

29

c. Variabel aspek operasional adalah gambaran secara umum sistem operasional

pelayanan PDAM pada tiap tahun buku yang terdiri dari sepuluh indikator

yaitu:

1) Cakupan Pelayanan adalah jumlah Rumah Tangga yang sudah mendapatkan

pelayanan air bersih di wilayah administratif daerah kabupaten pemilik

PDAM dibagi Jumlah Rumah Tangga Keseluruhan

2) Kualitas Air Distribusi adalah pemenuhan syarat yang ditetapkan instansi

berwenang mengenai kualitas air yang dikonsumsi masyarakat;

3) Kontinuitas Air adalah aliran air yang didapat pelanggan secara penuh atau

tidak;

4) Produktivitas Pemanfaatan Instalasi Produksi adalah kapasitas yang

dioperasikan dalam menghasilkan produksi air dibagi dengan kapasitas

design (design capacity);

5) Tingkat Kehilangan Air adalah jumlah m3 air yang terjual dibagi dengan

jumlah m3 air yang didistribusikan;

6) Peneraan Meter air adalah seberapa banyak PDAM melakukan peneraan

meter air pelanggannya tidak termasuk meter air yang baru dalam setahun;

7) Kecepatan Penyambungan Air adalah kecepatan memberikan pelayanan

kepada pelanggan dalam proses pemasangan sambungan baru. Dimulai dari

ditandatanganinya kontrak sambungan baru antara PDAM dengan pemohon;

8) Kemampuan Penanganan Pengaduan Rata-rata per bulan adalah

kemampuan PDAM menyelessaikan pengaduan pelanggan;

30

9) Kemudahan Pelayanan adalah tersedianya sarana penunjang dalam rangka

memberikan kemudahan pelayanan, baik untuk melakukan pembayaran

maupun pengaduan;

10)Rasio Karyawan per 1000 pelanggan adalah Jumlah karyawan yang aktif

pada akhir tahun buku dibagi dengan jumlah pelanggan.

2) Untuk menentukan strategi pengembangan perusahaan variabel yang digunakan

yaitu:

a. Variabel Internal adalah faktor-faktor dari dalam PDAM berupa Kekuatan

dan Kelemahan PDAM Kabupaten Bangli;

b. Variabel Eksternal adalah faktor-faktor dari luar berupa peluang-peluang

(opportunities) dan ancaman-ancaman (threats) PDAM Bangli. Variabel-

variabel tersebut digunakan untuk menentukan posisi strategis perusahaan

berkaitan dengan penentuan alternatif strategi yang harus dilakukan untuk

mengembangkan perusahaan.

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Data Kualitatif

31

Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup gambaran umum Perusahaan

Daerah Air Minum Kabupaten Bangli, analisis lingkungan internal dan eksternal,

analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam PDAM Kabupaten

Bangli.

2) Data Kuantitatif

Data Kuantitatif dalam Penelitian ini berupa laporan keuangan PDAM

Kabupaten Bangli Tahun 2004-2008 yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas PDAM Kabupaten Bangli Tahun

2004-2008, dan rata-rata pembobotan, perangkingan responden terhadap

pengembangan PDAM Kabupaten Bangli.

4.5.2 Sumber Data

1) Sumber Data Primer dalam penelitian ini bersumber dari hasil observasi

langsung peneliti ke PDAM Kabupaten Bangli dan hasil wawancara dengan

stake holder terkait dengan penelitian (Direktur PDAM, Kepala Bagian

Administrasi dan Keuangan serta Kepala Bagian Teknik, sedangkan dari pihak

Badan Pengawas adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli sebagai Ketua

Badan Pengawas, Kepala Bagian Perekonomian sebagai Sekretaris Badan

Pengawas dan 2 orang berasal dari DPRD Kabupaten Bangli)

2) Sumber Data Skunder bersumber dari PDAM Kabupaten Bangli berupa laporan

keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi dan dokumen dokumen

lain yang berhubungan dengan penelitian.

32

4.6 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan metode

purposive sampling yaitu penentuan sampel dilakukan dengan sengaja berdasarkan

tujuan dan maksud tertentu, agar keterangan yang diberikan dapat lebih

dipertanggung jawabkan (Marzuki, 1977). Adapun sampel dalam penelitian ini harus

memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :

1. Pelanggan PDAM Kabupatn Bangli yang aktif.

2. Memiliki pengetahuan mendalam tentang data dan kondisi Perusahan Daerah

Air Minum Kabupaten Bangli,

3. Memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan umum lokasi/daerah

penelitian,

4. Memiliki pengetahuan mendalam tentang Perusahaan Daerah Air Minum

Kabupaten Bangli serta terlibat langsung didalamnya.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Data yang didapatkan dari penelitian ini dikumpulkan dengan metode :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung

ke lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas PDAM Kabupaten

Bangli.

2. Wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

mewawancarai narasumber secara langsung dengan pertanyaan terbuka.

Wawancara dilakukan terhadap narasumber yang memiliki informasi dan

33

pengetahuan yang luas dan mendalam berkaitan dengan penelitian (Marzuki,

1977).

3. Angket/ Questioner, yaitu pengumpulan data dengan melakukan penyebaran

angket kepada pihak yang berkompeten yang mengetahui pengembangan PDAM

Kabupaten Bangli yaitu pengambil kebijakan (Bupati Bangli, Sekretaris Daerah

Kabupaten Bangli sebagai Ketua Badan Pengawas, Kepala Bagian

Perekonomian sebagai Sekretaris Badan Pengawas, Direktur PDAM, Kepala

Bagian Administrasi dan Keuangan serta Kepala Bagian Teknik, Anggota

DPRD, Tokoh Masyarakat) dan masyarakat sebagai pihak yang mendapat

pelayanan.

4. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara membaca dan mempelajari sumber-

sumber tertulis, baik berupa buku-buku, laporan hasil penelitian, tulisan ilmiah,

jurnal, dokumen yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti berupa laporan

keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi dan dokumen-dokumen

lain yang berkaitan dengan topik dan obyek penelitian.

4.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1) Analisis Kinerja PDAM, mengetahui kinerja PDAM dari aspek aspek keuangan,

aspek operasional, maupun aspek admintrasi adalah berdasarkan Keputusan

Menteri Dalam Negeri RI Nomor 47 Tahun 1999, tentang Pedoman Penilaian

Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.

34

2) Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan matriks SWOT akan

menghasilkan strategi alternatif. Adapun masing-masing metode analisis tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.8.1 Analisis Kinerja PDAM

Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja PDAM Kabupaten

Bangli baik dari aspek keuangan, aspek operasional, maupun aspek admintrasi

adalah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 47 Tahun 1999,

tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.

a) Aspek keuangan melihat pada sepuluh inidikator yaitu:

1) Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif;

2) Rasio Laba terhadap Penjualan;

3) Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar;

4) Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas;

5) Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang;

6) Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi;

7) Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran Pokok dan

Bunga Jatuh Tempo;

8) Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air;

9) Jangka Waktu Penagihan Piutang;

10) Efektivitas Penagihan.

35

b) Aspek operasional melihat pada sepuluh indikator yaitu

1) Cakupan Pelayanan;

2) Kualitas Air Distribusi;

3) Kontinuitas Air;

4) Produktivitas Pemanfaatan Instalasi Produksi;

5) Tingkat Kehilangan Air;

6) Peneraan Meter air;

7) Kecepatan Penyambungan Air;

8) Kemampuan Penanganan Pengaduan Rata-rata per bulan;

9) Kemudahan Pelayanan;

10) Rasio Karyawan per 1000 pelanggan.

c) Aspek administrasi melihat pada sepuluh indikator yaitu

1) Rencana Jangka Panjang;

2) Rencana Organisasi dan Uraian Tugas;

3) Prosedur Operasi Standar;

4) Gambar Nyata Laksana;

5) Pedoman Penilaia Kerja Karyawan;

6) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan;

7) Tertib Laporan Internal;

8) Tertib Laporan Eksternal;

9) Opini Auditor Independen;

10) Tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun terakhir.

36

Untuk menentukan penilaian kinerja masing-masing aspek digunakan

formula sebagai berikut.

4.1 ...............................Bobot xNilaiMaksimumdiperolehyangnilaiJumlah

Keuangan Aspek

4.2..............................BobotxNilaiMaksimumdiperolehyangnilaiJumlah

lOperasionaAspek

4.3..............................BobotxNilaiMaksimumdiperolehyangnilaiJumlah

siAdministraAspek

Dimana besarnya bobot dan maksimum nilai dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Penilaian Kinerja

Aspek Jumlah Maksimum

Nilai Bobot Indikator

Kuangan 45 10 60

Operasional 40 10 47

Administrasi 15 10 36

Jumlah 100 30 143 Sumber: Departemen Dalam Negeri Tahun 1999

Hasil perhitungan penilaian kinerja dari ketiga aspek di atas dapat ditentukan

tingkat kinerja dari ketiga aspek di atas, dapat ditentukan tingkat kinerja PDAM

dengan formula sebagai berikut :

37

TKPDAM = PKAK + PKAO + PKAA ……………......…………... 4.4

di mana :

TKPDAM = adalah tingkat kinerja keberhasilan pengelolaan PDAM dalam satu tahun buku tertentu.

PKAK = adalah penilaian kinerja aspek keuangan PDAM dalam satu

tahun buku tertentu.

PKAO = adalah penilaian kinerja aspek operasional PDAM dalam satu

tahun buku tertentu.

PKAA = adalah penilaian kinerja aspek administrasi PDAM dalam

satu tahun buku tertentu.

Hasil penilaian atas prestasi kinerja PDAM dari masing-masing aspek

sebagaimana tampak pada persamaan ( 4.4 ) dijadikan dasar dalam menentukan

penggolongan/klasifikasi tingkat kinerja keberhasilan PDAM. Adapun pedoman

klasifikasi tingkat kinerja dimaksud adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Klasifikasi Kinerja

No Kinerja Nilai Kinerja

1 Baik sekali 75

2 Baik 60-74

3 Cukup 40-59

4 Kurang 30-39

5 Tidak Baik ≤ 30

Sumber : Departemen Dalam Negeri Tahun 1999

38

4.8.2 Analisis SWOT

Dalam rangka penentuan strategi pengembangan perusahaan yang penting

untuk diperhatikan adalah bagaimana kondisi sebuah perusahaan dengan melihat

perkembangannya selama kurun waktu tertentu, meliputi kondisi historis, kondisi

saat ini dan visi ke depan sebuah perusahaan. Untuk saling melengkapi dan

mendukung informasi-informasi akuntansi, diperlukan evaluasi faktor internal dan

faktor ekternal yang melingkupi suatu perusahaan.

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi (Wheelen dan

Hunger, 2000). Selanjutnya dinyatakan bahwa analisis situasi mengharuskan manajer

strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal

dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancaman- ancaman

eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.

Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan

identifikasi secara sistematik terhadap faktor-faktor yang menentukan kondisi suatu

kegiatan serta penentuan alternatif strategi pengembangan yang sesuai dengan

kondisi tersebut. Analisis ini didasarkan pada logika bahwa suatu strategi yang

efektif akan memaksimumkan kekuatan dan peluang (S,O) dan pada saat yang

bersamaan akan meminimumkan kelemahan dan ancaman (W,T).

Satu cara untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis (strategic factors

analysis summary) sebuah perusahaan adalah mengkombinasikan faktor strategis

eksternal (external factor analysis summary/EFAS) dengan faktor strategis internal

(internal factors analysis summary/IFAS) ke dalam sebuah ringkasan analisis faktor-

39

faktor strategi. Penggunaan bentuk ringkasan analisis faktor-faktor strategi meliputi

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membuat daftar semua bagian faktor-faktor strategis yang dikembangkan

dalam tabel IFAS dan EFAS;

2. Memberikan bobot setiap faktor dari 1,0 untuk menunjukkan faktor yang

sangat penting dan 0,0 untuk menunjukkan faktor yang tidak penting

berdasarkan kemungkinan dampak faktor-faktor tersebut terhadap posisi

strategis perusahaan. Total bobot harus berjumlah 1,00;

3. Memeringkatkan setiap faktor dari nilai 4 untuk kategori sangat baik sampai

dengan 1 untuk katagori sangat buruk, berdasarkan respon perusahaan

terhadap faktor-faktor strategis tersebut;

4. Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk mendapatkan nilai

bobot faktor (Wheelen dan Hunger, 2000).

Dari analisis SWOT tersebut, para manajer strategis dalam perusahaan

selanjutnya dapat mengkonsolidasikan faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan

ancaman) serta faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) untuk

menentukan posisi strategis perusahaan. Dengan mengetahui posisi strategis

perusahaan berdasarkan analisis tersebut, perusahaan dapat mempertimbangkan

ketepatan beberapa strategi alternatif perusahaan dengan mengkombinasikan faktor-

faktor eksternal dan faktor-faktor internal ke dalam matrik internal-eksternal 9 sel.

40

Gambar 4.1 Matriks Internal-Eksternal

TOTAL NILAI IFE

Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 T O Kuat T A L

3,0 N I Sedang L A I 2,0 E Lemah F E 1,0

Sumber : Wheleen dan Hunger(2000)

Keterangan :

IFE : Internal Factors Evaluation EFE : External Factors Evaluation

Setelah perusahaan mampu menilai situasinya dan meninjau strategi-strategi

perusahaan yang tersedia, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cara-

cara alternatif sehingga organisasi dapat menggunakan kekuatan-kekuatan khususnya

untuk menggunakan kesempatan atas peluang-peluang atau untuk menghindari

ancaman dan mengatasi kelemahannya. Matrik SWOT menggambarkan bagaimana

manajemen dapat mencocokan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal

yang dihadapi suatu perusahaan tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya,

1 Pertumbuhan konsentrasi via integrasi vertikal)

2 Pertumbuhan (konsentrasi via integrasi horisontal)

3 Pertumbuhan (berputar)

4 Stabilitas (berhenti sejenak atau Proses dengan hati-hati)

5 Pertumbuhan Konsentrasi via integrasi horisontal Stabilitas Strategi tidak berubah atau strategi laba

6 Pengurangan (Jual habis/Melepaskan Investasi)

7 Pertumbuhan (diversifikasi konsentrasi)

8 Pertumbuhan (diversifikasi konglomerat)

9 Pengurangan Kebangkrutan atau Likuidasi

41

untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategi. Menurut Wheelen dan

Hunger (2000), metode ini mengarah pada brainstorming untuk menciptakan

strategi-strategi alternatif yang mungkin tidak terpikirkan oleh manajemen. Hal ini

mendorong manajer strategi untuk menciptakan baik strategi pertumbuhan maupun

pengurangan.

Menurut Rangkuti (2002) kinerja perusahaan ataupun organisasi dapat

ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara

faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) dengan faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weakneses). Kombinasi faktor internal dengan faktor eksternal yaitu :

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

42

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan kepada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

menghindari ancaman.

Tabel 4.3 Matriks SWOT

Internal Eksternal

KEKUATAN (S)

Mendaftarkan 5-10 kekuatan Internal

KELEMAHAN (W)

Mendaftarkan 5-10 kelemahan

PELUANG (O)

Mendaftarkan 5-10 peluang

STRATEGI (S-O)

Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI (W-O)

Membuat strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan

ANCAMAN (T)

Mendaftarkan 5-10 ancaman

STRATEGI (S-T)

Membuat strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

STRATEGI (W-T)

Membuat strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: Wheelen dan Hunger (2000)

Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal (dalam bentuk tabel)

maupun informal (dalam bentuk naratif). Analisis yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah 1). Analisis matriks IFAS dan EFAS akan menghasilkan strategi

umum (grand strategy); 2). Analisis SWOT dengan menggunakan diagram dan

matriks SWOT akan menghasilkan strategi alternatif.

43

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PDAM Kabupaten Bangli

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bangli merupakan

Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak dalam penyediaan air minum yang sehat

dan bersih untuk mencukupi kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Bangli.

PDAM Kabupaten Bangli didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bangli

Nomor 5 Tahun 1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangli

Nomor 09 Tahun 1987 seri C No. 1. Perda tersebut telah mengalami dua kali

perubahan yaitu dengan Perda Kabupaten Bangli Nomor 18 Tahun 1991 dan Perda

Kabupaten Bangli Nomor 21 Tahun 2001. Dalam Perda Tersebut dinyatakan bahwa

modal dasar Perusahaan terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan, sedangkan

neraca permulaan perusahaan diperoleh dari semua aktiva dan pasiva Badan

Pengelola Air Minum Kabupaten Bangli yang kemudian dilebur menjadi PDAM

Kabupaten Bangli. Modal PDAM Kabupaten Bangli berasal dari penyertaan

pemerintah yang belum ditetapkan statusnya, Penyertaan dari Pemerintah Kabupaten

Bangli dan Modal Donasi. Tujuan pendirian perusahaan adalah turut serta

melaksanakan pembangunan daerah Kabupaten Bangli serta pembangunan ekonomi

nasional pada umumnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi

kebutuhan air minum pendudk Kabupaten Bangli menuju masyarakat adil dan

makmur berdasarkan Pancasila.

44

Struktur organisasi PDAM Kabupaten Bangli dibentuk berdasarkan Perda

Nomor 21 Tahun 2001 terdiri atas Badan Pengawas, Direktur, Bagian Administrasi

dan Keuangan serta Bagian Teknik, Sub-sub Bagian dan Unit-unit dapat dilihat pada

Gambar 5.1

Sumber: Pemerintah Kabupaten Bangli Tahun 2001

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bangli Nomor 690/16A/2005 tentang

Pengangkatan Direktur PDAM Kabupaten Bangli ditetapkan Made Sumawa, S.Sos

menjadi Plt. Direktur PDAM Kabupaten Bangli. Surat Keputusan Bupati Bangli

Nomor 690/17/2007 tanggal 1 Maret 2007 tentang Pengangkatan Anggota Badan

Pengawas PDAM Kabupaten Bangli periode 1 Maret 2007 sampai dengan 29

Pebruari 2010 terjadi pergantian Badan Pengawas dengan susunan sebagai berikut:

DIREKTUR Badan Pengawas

Kabag. Adm. & Keuangan Kabag Teknik

Kasubbag Hub. Langganan Kasubbag Produksi

Kasubbag Dist./ Penyambungan

Kasubbag Keuangan Kasubbag Perenc. Teknik

Kasubag Umum & Person

Kasubag Perenc. Anggaran

Unit Selat Unit Susut Unit Malet Unit Abuan Unit Kedui Unit Demulih

Kasubbag Perawatan

Unit Tamanbali

Gambar 5.1 Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Bangli

Unit Kubu

Unit Tembuku

Unit Kintamani

Unit Tambahan

Unit Undisan

Unit Peninjoan

45

- Ketua merangkap anggota : Sekretaris Daerah Kabupaten Bangli

- Anggota : Ir. I Gusti Lanang Jelantik

- Anggota : I Dewa Nyoman Rai Padang

5.1.1 Data Keuangan PDAM Kabupaten Bangli

Data keuangan PDAM Kabupaten Bangli menggambarkan kekayaan, hutang

dan ekuiti perusahaan serta hasil usaha selama 5 (lima) tahun terakhir. Laporan ini

berisikan informasi untuk mengetahui kekayaan dan modal, tetapi laporan ini tidak

memuat informasi mengenai penyebab dan besarnya perubahan ke dua variabel

tersebut sehingga analisis perbandingan untuk periode waktu yang berbeda

diperlukan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Perkembangan Kekayaan, Hutang dan Ekuiti PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008

NO 2004 2005 2006 2007 2008

1 DATA NERACAAktiva Lancar 958.575.357 1.089.329.188 1.417.248.370 2.342.118.385 2.256.820.536 Aktiva Tetap 5.556.033.466 5.814.250.180 4.969.280.767 4.703.413.310 4.892.518.727 Aktiva Lain 777.902.467 772.480.205 818.551.227 653.021.135 749.621.159

Jumlah Aktiva 7.292.511.290 7.676.059.573 7.205.080.364 7.698.552.830 7.898.960.422 Hutang Lancar 3.121.828.097 4.935.869.203 4.791.308.227 5.668.690.295 6.926.857.482 Hutang Jk Panjang 2.387.893.199 2.148.893.881 1.791.813.603 1.434.733.325 1.077.653.047 Kewajiban Lain 381.540.700 552.512.200 821.804.700 1.092.700.924 1.371.589.925 Ekuitas 1.401.249.294 38.784.289 -199.846.166 -497.571.687 -1.477.140.032

Jumlah Passiva 7.292.511.290 7.676.059.573 7.205.080.364 7.698.552.857 7.898.960.422

2 DATA LABA/RUGIPendapatan Usaha 1.435.561.595 2.038.809.820 3.202.195.868 4.324.034.638 4.640.248.560 Beban Usaha 1.368.344.851 1.899.327.735 2.383.777.178 2.495.599.530 3.091.413.000 Laba Kotor 67.216.744 139.482.085 818.418.691 1.828.435.108 1.548.835.560 Beban Umum & Adm 1.027.041.489 1.593.105.261 1.888.785.381 2.278.826.100 2.723.716.890 Laba Usaha -959.824.745 -1.453.623.176 -1.070.366.690 -450.390.992 -1.174.881.330

URAIAN

Sumber: BPKP Perw. Kab. Bangli, Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Bangli 2004-2008 (data diolah)

46

Dari Tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa perusahaan mengalami kerugian

dari tahun 2004 sebesar Rp. 959.824745,- , tahun 2005 sebesar Rp 1.453.623.176,- ,

Tahun 2006 sebesar Rp 1.070.366.690,- , Tahun 2007 sebesar Rp 450.390.992,- dan

pada Tahun 2008 sebesar Rp 1.174.881.330,-.

5.1.2 Data non keuangan

Meliputi perkembangan kapasitas produksi, penjualan dan data cakupan

disajikan dalam Tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Perkembangan Kapasitas Produksi, Penjualan dan

Cakupan Pelayanan PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008

NO 2004 2005 2006 2007 2008

1 Kapasitas terpasang(l/det) 473 520 532 550 573

2 Kapasitas produksi(l/det) 300 330 365 420 450

3 Produksi air (m³) 2.195.907 2.351.940 2.502.887 2.574.720 2.491.508 4 Distribusi air (m³) 1.862.931 1.826.526 2.085.149 1.991.272 2.140.800 5 Penjualan Air (m³) 1.355.006 1.364.640 1.411.736 1.391.511 1.607.911 6 Kebocoran Air (m³) 332.976 525.414 417.738 583.448 350.708 7 Kebocoran Air (%) 20,13 22,34 16,69 22,66 14,088 Rumah Tangga

Pelayanan (jiwa) 179.834 183.249 187.435 194.614 197.210 9 Rumah Tangga

Terlayani (jiwa) 43.576 46.134 47.858 49.718 53.202 10 Rumah Tangga Terlayani

(%) 24,23 25,18 25,53 25,55 26,98

URAIAN

Sumber: PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008.

Kapasitas terpasang dalam kurun waktu tahun 2004 sampai dengan 2008,

mengalami sedikit perubahan karena sedikitnya investasi baru dalam instalasi sumber

air. Sementara itu, kapasitas produksi yang terus meningkat pada gilirannya akan

47

terjadi kapasitas produksi penuh. Trend peningkatan kapasitas produksi pada tahun

2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 adalah cenderung statis. Dengan kondisi kapasitas

produksi tahun 2008 sebesar 450 liter/detik atau 78,53% dari kapasitas terpasang,

maka dalam dua sampai tiga tahun mendatang ada kecenderungan akan terjadi

kelebihan kapasitas terpasang atau produksi penuh yaitu produksi air pada tahap

sebesar kapasitas terpasangnya, itu terjadi jika tidak ada penambahan kapasitas

terpasangnya dan/atau perusahaan tidak dapat menekan kebocoran air pada tingkat

yang lebih rendah.

Dari data produksi terlihat bahwa kenaikan produksi sebesar 156.033 meter

kubik (m3) dari tahun 2004 ke tahun 2005, kemudian tahun 2005 ke tahun 2006

sebesar 150.947 m3 dan meningkat lagi pada tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar

71.833 m3, kemudian terjadi penurunan produksi pada tahun 2007 ke 2008 sebesar

83.212 m3 disebabkan oleh kerusakan pompa air sehingga menurunkan debit air.

Trend penjualan air dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun, yaitu masing-masing untuk tahun 2004, sebesar 1.355.006 m3 tahun

2005 sebesar 1.364.640 m3 tahun 2006 sebesar 1.441.736 m3 dan tahun 2007 sebesar

1.391.511 m3 dan pada tahun 2008 sebesar 1.607.991 m3 . Langkah PDAM dalam

menekan tingkat kebocoran air dari tahun ke tahun terus dilakukan antara lain

dengan memperbaiki jaringan yang sudah tua, menindaklanjuti pengaduan

masyarakat tentang instalasi yang bocor dan pencegahan pencurian air. Tingkat

kebocoran pada tahun 2008 adalah 14,08% disebabkan kebocoran pada jaringan yang

sudah tua dan kegiatan penggalian pihak ketiga (pembangunan sarana jalan) yang

melintas pada jaringan pipa transmisi dan distribusi. Untuk peningkatan pelayanan

48

dilakukan melalui penambahan sambungan baru, pada saat ini masyarakat Kabupaten

Bangli yang baru terlayani hanyalah 26,98% dan itu berarti 73,02% belum mampu

dilayani sehingga kedepan diharapkan persentase penduduk yang terlayani oleh

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bangli mencapai 100%, sementara ini

sudah mulai menunjukkan kecenderungan meningkat.

5.2 Analisis kinerja PDAM

Hasil Analisis Kinerja Aspek Keuangan PDAM Kabupaten Bangli

ditampilkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Nilai Kinerja Aspek Keuangan PDAM Kabupaten Bangli,

2004-2008

Rata-No Uraian rata

Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai (%)A ASPEK KEUANGAN1 Rasio Laba Thd Aktiva Produktif (%) -14,51 5 -20,58 1 -16,36 3 -4,49 5 -13,30 1 -13,85

2 Rasio Laba Thd Penjualan (%) -66,42 2 70,24 1 -33,03 6 -7,44 6 -21 1 -39,63

3 Rasio Aktiva Lancar Thd Utang 0,33 1 0,22 1 0,3 1 0,41 1 0,33 1 0,32

Lancar4 Rasio Utang Jangka Panjang Thd 1,70 1 55,41 1 -8,97 - -2,88 - -0,73 - 8,91

Ekuitas5 Rasio Total Aktiva Thd Total Utang 1,32 3 1,08 2 1,09 1 1,08 2 0,99 1 1,11

6 Rasio Biaya Operasi Thd Penda- 1,67 1 1,71 1 1,33 1 1,1 1 1,25 1 1,41

patan Operasi7 Rasio Laba Operasi Sblm Biaya 0,14 1 -0,2 1 -0,08 1 0,05 1 -0,04 1 -0,03

Penyusutan Thd Angsuran Pokokdan Bunga Jatuh Tempo

8 Rasio Aktiva Produktif Thd 5 4 3,85 4 2,27 4 1,87 5 1,81 5 2,96

Penjualan Air9 Jangka Waktu Penagihan Piutang 95,52 3 75,62 4 70,32 4 57,51 5 47,92 5 69,38

10 Efektivitas Penagihan (%) 100,92 5 87,39 2 68,63 1 70,15 1 76,61 2 90,29

Jumlah 26 18 22 27 18

Nilai Kinerja 19,50 13,50 16,50 20,25 13,50

Tahun2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 4

Dari Tabel 5.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:.

1. Rasio laba terhadap aktiva produktif (rasio 1), yang menggambarkan

kemampuan aktiva produktif untuk menghasilkan laba selama periode

49

pengamatan adalah untuk masing-masing tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan

2008 adalah -14,51%, -20,58%, -16,36%, -4,49% dan -13,30% dengan rata-

rata per tahunnya adalah sebesar -13,85%. Rasio terendah pada tahun 2005

karena pada tahun ini laba mengalami penurunan drastis yang disebabkan

oleh penurunan pendapatan usaha sedangkan beban sumber air, beban

pengolahan, dan beban umum dan administrasi meningkat;

2. Rasio laba terhadap penjualan (rasio 2), yang mengukur tingkat laba sebelum

pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini selama kurun waktu

pengamatan adalah tahun 2004 sebesar -66,42%, tahun 2005 sebesar

-70,24%, tahun 2006 sebesar -33,03%, tahun 2007 sebesar -7,44% dan tahun

2008 sebesar -21,00% dengan rata-rata per tahun adalah sebesar -39,63%

yang artinya laba rata-rata selama satu tahun adalah setiap rupiah penjualan

menyebabkan kerugian sebesar Rp 3.963,00. Rasio terendah terjadi pada

tahun 2005 yang disebabkan kecilnya pendapatan;

3. Rasio aktiva lancar terhadap utang lancar (rasio 3), yaitu menghitung berapa

kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar

yang tersedia, rasio ini selama kurun waktu pengamatan adalah tahun 2004

sebesar 0,33 tahun 2005 sebesar 0,22 tahun 2006 sebesar 0,3 tahun 2007

sebesar 0,41 dan tahun 2008 sebesar 0,33. Rata-rata kemampuan perusahaan

dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia selama 5

tahun adalah sebesar 0,32 artinya setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp

0,32 aktiva lancar;

50

4. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (rasio 4), yaitu menghitung

perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Rasio ini

selama kurun waktu pengamatan adalah tahun 2004 sebesar 1,70 tahun 2005

sebesar 55,41 tahun 2006 sebesar -8,97 tahun 2007 sebesar -2,88 dan tahun

2008 sebesar 0,73. Rata-rata rasio ini selama kurun waktu pengamatan adalah

sebesar 8,91 artinya perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal

sendiri adalah 8,91 : 1;

5. Rasio total aktiva terhadap total utang (rasio 5), yang menunjukkan

pengukuran jumlah hutang yang dibiayai oleh modal sendiri. Rasio ini selama

kurun waktu pengamatan adalah tahun 2004 sebesar 1,32 tahun 2005 sebesar

1,08 tahun 2006 sebesar 1,09 tahun 2007 sebesar 1,08 dan tahun 2008 sebesar

0,99. Rata-rata rasio ini menunjukkan 1,11 artinya Rp 1,11 hutang dibiayai

oleh Rp 1 modal sendiri;

6. Rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi (rasio 6) yaitu perbandingan

biaya operasi dengan pendapatan operasi. Rasio ini selama kurun waktu

pengamatan adalah tahun 2004 sebesar 1,67 tahun 2005 sebesar 1,71 tahun

2006 sebesar 1,33 tahun 2007 sebesar 1,1 dan tahun 2008 sebesar 1,25. Rata-

rata rasio ini adalah sebesar 1,41 artinya 141% pendapatan operasi digunakan

untuk biaya operasi. Rasio paling besar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar

1,71 karena pada tahun ini pendapatan operasi kecil sedangkan biaya

operasionalnya sangat tinggi;

51

7. Rasio laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan

bunga jatuh tempo (rasio 7), yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar beban angsuran pokok dan bunga jatuh tempo dengan laba operasi

yang diperoleh. Rasio ini selama kurun waktu pengamatan adalah tahun 2004

sebesar 0,14 tahun 2005 sebesar -0,2 tahun 2006 sebesar -0,08 tahun 2007

sebesar 0,05 dan tahun 2008 sebesar -0,04. Rata-rata kemampuan perusahaan

selama periode pengamatan adalah sebesar -0,03 artinya perusahaan mampu

membayar beban angsuran pokok dan bunga jatuh tempo sebesar 0,03 kali

dengan menggunakan laba operasi yang diperoleh;

8. Rasio aktiva produktif terhadap penjualan air (rasio 8), mengukur berapa kali

penjualan air menghasilkan aktiva produktif perusahaan. Rasio ini selama

kurun waktu pengamatan adalah 5,0 untuk tahun 2004, 3,85 untuk tahun 2005,

2,27 untuk tahun 2006, 1,87 untuk tahun 2007 dan 1,81 untuk tahun 2008

dengan rata-rata rasio ini adalah sebesar 2,96 kali artinya bahwa 2,96 kali

penjualan air yang dapat dihasilkan dari aktiva produktif;

9. Rasio jangka waktu penagihan piutang (rasio 9), yang menunjukkan

kemampuan untuk menagih piutang perusahaan. Rasio ini selama kurun

waktu pengamatan adalah tahun 2004 sebesar 95,52 tahun 2005 sebesar

75,62 tahun 2006 sebesar 70,32 tahun 2007 sebesar 57,51 dan tahun 2008

sebesar 47,92. Rata-rata rasio ini adalah sebesar 90,29 hari;

10. Rasio efektivitas penagihan (rasio 10), yaitu kemampuan untuk memperoleh

penerimaaan dari penjualan air yang telah dilakukan. Efektivitas penagihan

52

untuk masing-masing tahun sejak tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008

adalah 100,92%, 87,39%, 68,63%, 70,15% dan 76,61% dengan rata-rata

efektivitas penagihan adalah sebesar 90,29%. Artinya bahwa kemampuan

untuk memperoleh penerimaaan dari penjualan air yang telah dilakukan

adalah sebesar 90,29.

Hasil Analisis Kinerja Aspek Operasional PDAM Kabupaten Bangli

ditampilkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Nilai Kinerja Aspek Operasional PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008

No UraianRasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai

B ASPEK OPERASIONAL1 Cakupan Pelayanan (%) 24,34 2 25,18 3 25,53 3 25,55 3 26,98 3

2 Kualitas Air Distribusi 3 3 3 3 3

3 Kontinuitas Air 1 1 1 1 1

4 Produktivitas Pemanfaatan Instalasi 1 1 1 2 2

Produksi5 Tingkat Kehilangan Air (%) 15,16 4 22,34 3 16,69 7 22,66 3 14,08 6

6 Peneraan Meter Air 1 1 1 1 1

7 Kecepatan Sambungan Baru 1 1 1 1 1

8 Kecepatan Penanganan Pengaduan 2 2 2 2 2

Rata-rata per Bulan9 Kemudahan Pelayanan 2 2 2 2 2

10 Rasio Karyawan per 1000 pelanggan 16,85 2 14,91 3 14,12 3 14,03 3 12,09 3

Jumlah 19 20 24 21 24

Nilai Kinerja 16,17 17,02 20,43 17,87 20,43

Tahun2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 4

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Cakupan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan merupakan

ukuran keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Cakupan

pelayanan air bersih PDAM Kabupaten Bangli pada tahun 2008 adalah sebesar

26,98% atau baru sebagian kecil masyarakat Kabupaten Bangli dapat menikmati

53

pelayanan air bersih. Seperti yang diutarakan oleh I Nyoman Budi Utama (Ketua

Komisi III DPRD Bangli) :

“ Cakupan Pelayanan air bersih sampai saat ini masih sangat kecil.Masih banyak warga Bangli yang belum mendapatkan pelayanan air bersih. Dengan kecilnya jumlah cakupan pelayanan ini maka harus mendapat perhatian yang serius bagi manajemen perusahaan karena pangsa pasar untuk masyarakat Kabupaten Bangli belum mencapai titik jenuh. Untuk itu perlu dilakukan investasi yang lebih besar agar dapat melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih.”

2. Kualitas air distribusi dinyatakan bahwa memenuhi persyaratan sebagai air minum.

Dari hasil penyebaran Kuisioner yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

diketahui bahwa kualitas air bersih yang didistribusikan oleh PDAM adalah baik

dengan nilai rata-rata jawaban responden 3,01.

3. Kontinuitas air, dengan kapasitas terpasang sebesar 573 liter/detik maka

perusahaan belum mampu memenuhi kepentingan pelanggan selama 24 jam,

sesuai dengan hasil penyebaran kuisioner dengan nilai rata-rata 2,54 yang artinya

tidak semua pelanggan mendapat aliran air 24 jam.

4. Produktivitas Pemanfaatan Instalasi Produksi, dengan kapasitas produksi sebesar

450 liter/detik atau 78,53% dari kapasitas produksi, maka diperlukan adanya

investasi baru untuk menghindari kapasitas terpasang sama dengan kapasitas

produksi sehingga tidak mampu lagi menambah jumlah pelanggan baru.

5. Tingkat kehilangan air, pada tahun 2008 lebih dari 10% disebabkan kebocoran

pada jaringan yang sudah tua dan kegiatan penggalian pihak ketiga (kabel dan

pembangunan sarana jalan) yang melintas pada jaringan pipa transmisi dan

distribusi.

6. Peneraan meter air, belum pernah dilakukan.

54

7. Kecepatan penyambungan baru, selama periode pengamatan umumnya dikerjakan

lebih dari 6 hari kerja. Dari hasil penyebaran Kuisioner yang telah dilakukan oleh

peneliti dapat diketahui bahwa kecepatan penyambungan baru yang dilakukan

oleh PDAM adalah buruk dengan nilai rata-rata jawaban responden 2,72, hal ini

terjadi karena posisi pelangan berada jauh dari saluran distribusi dan kondisi

pelanggan berada pada pemukiman yang relatif padat.

8. Kemampuan penanganan pengaduan rata-rata per bulan, selama kurun waktu

pengamatan kemampuan penanganan pengaduan seluruhnya dapat diselesaikan.

Dari kuisioner yang disebar kepada responden dapat diketahui bahwa kemampuan

penanganan pengaduan PDAM Bangli adalah baik dengan nilai rata-rata 3,03.

9. Kemudahan pelayanan yaitu tersedianya sarana penunjang dalam rangka

memberikan kemudahan pelayanan, baik untuk melakukan pembayaran maupun

pengaduan. Dari kuisioner yang disebar kepada responden dapat diketahui bahwa

mekanisme pembayaran yang diberlakukan oleh PDAM Bangli adalah baik

dengan nilai rata-rata 3,05. Untuk pembayaran disediakan loket secara khusus dan

dapat dilakukan pembayaran melalui bank. Untuk memperoleh informasi rekening

tagihan bulan berjalan dan 2 bulan yang lalu.

10. Rasio Karyawan per 1000 pelanggan, pada tahun 2004 rasio karyawan tersebut

cukup besar yaitu 16,85, tahun 2005 sebesar 14,91 tahun 2006 sebesar 14,12

tahun 2007 sebesar 13,03 dan 2008 adalah sebesar 12,09 artinya 1000 orang

pelanggan dilayani oleh 12 orang karyawan dari jumlah ideal 1000:6 sesuai

dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 690.900.327 tahun 2004. Artinya

55

perusahaan dari tahun 2004-2008 berusaha untuk mengurangi jumlah pegawai

sehingga beban umum dan administrasi dapat ditekan.

Hasil Analisis Kinerja Aspek Administrasi PDAM Kabupaten Bangli

ditampilkan pada Tabel 5.5

Tabel 5.5

Nilai Kinerja Aspek Administrasi PDAM Kabupaten Bangli, 2004-2008

No Uraian

C ASPEK ADMINISTRASI1 Rencana Jangka Panjang2 Rencana Organisasi dan Uraian Tugas3 Prosedur Operasi Standar4 Gambar Nyata Laksana5 Pedoman Penilaian Kinerja Karyawan6 Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan7 Tertib Laporan Internal8 Tertib Laporan Eksternal9 Opini Auditor Independen10 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Tahun LaluJumlah Nilai Kinerja

Tahun2004 2005 2006 2007 2008

Nilai

1 3 2

Nilai Nilai Nilai Nilai

3 2

3 2

3

1 1 1

2 2

3

1 3 2 3

3

1

3

3

1 1 1 1

3 3 3 2 2

20 20

1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 3 3

3 3 3

3 3

2 2

8,33 8,33 8,33 8,33 8,33 20 20 20

Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 4

Berdasarkan Tabel 5.5 tersebut dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut.

1. Rencana jangka panjang (corporate plan) yaitu untuk melihat sampai sejauh mana

perencanaan jangka panjang PDAM dipedomani. PDAM Kabupaten Bangli

belum pernah membuat Corporate Plan, sehingga tidak ada Rencana Jangka

Panjang yang dapat dipedomani.

2. Rencana organisasi dan uraian tugas didasarkan kepada Bupati Bangli Nomor 21

Tahun 2001 tentang Perusahaan Air Minum Kabupaten Bangli, dan telah

dipedomani secara sebagian.

56

3. Prosedur operasi standar sudah dimiliki namun dipedomani sebagian.

4. Gambar nyata laksana telah dimiliki dan dipedomani sebagian.

5. Pedoman penilaian kinerja karyawan telah dimiliki dan dipedomani sebagian.

6. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) telah disusun sejak mulai

perencanaan, pengumpulan data dan pembahasannya dan sampai dengan

pengesahan oleh Badan Pengawas telah sesuai dengan ketentuan dalam

Kepmendagri Nomor 16 Tahun 1991 Bab V mengenai Anggaran.

7. Pelaksanaan laporan internal dan eksternal telah dibuat tetapi tidak tepat waktu.

8. Opini auditor independen selama periode pengamatan adalah wajar dengan

pengecualian.

9. Tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun terakhir, pada tahun 2004 terdapat hasil

pemeriksaaan yang belum ditindaklanjuti yaitu masalah pemutakhiran jaminan

langganan, tahun 2005 terdapat 5 buah, tahun 2006 terdapat 3 buah, sedangkan

tahun 2007 terdapat 5 buah permasalahan yang semuanya telah ditindaklajuti oleh

pihak manajemen perusahaan.

Tabel 5.6 Rekapitulasi Nilai Kinerja PDAM Kabupaten Bangli,

2004-2008

2004 2005 2006 2007 20081 KEUANGAN 19,50 13,50 16,50 20,25 13,50 2 OPERASIONAL 16,17 17,02 20,43 17,87 20,43 3 ADMINISTRASI 8,33 8,33 8,33 8,33 8,33

JUMLAH 44,00 38,85 45,26 46,45 42,26 KATEGORI Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup

TahunAspekNo

Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 4

57

Dari penilaian ke tiga aspek tersebut selama periode pengamatan dapat

dilihat bahwa nilai Kinerja Aspek Keuangan PDAM Kabupaten Bangli pada tahun

2004 sebesar 19,50, tahun 2005 menurun menjadi 13,50 hal ini disebabkan karena

rendahnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva produktif yang

dimiliki serta likuiditas PDAM Kabupaten Bangli yang menurun, hal ini ditunjukkan

dengan nilai aktiva lancar yang tidak mampu menutupi kewajiban lancar yang

ditanggung, kemudian nilai kinerja Aspek Keuangan pada tahun 2006 naik sebesar

16,50, tahun 2007 sebesar 20,25, dan pada Tahun 2008 menurun kembali sebesar

13,50.

Nilai Kinerja Aspek Operasional pada tahun 2004 sebesar 16,17, tahun 2005

meningkat menjadi 17,20, tahun 2006 meningkat kembali menjadi 20,43, tahun 2007

sebesar 17,87,dan tahun 2008 sebesar 20,43. Untuk Nilai Kinerja Aspek

Administrasi tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 sebesar 8,33.

Rekapitulasi nilai kinerja PDAM Kabupaten Bangli pada tahun 2004 dalam

kategori cukup, tahun 2005 kurang, dan tahun 2006 sampai dengan 2008 cukup. Dari

tabel 5.6 tersebut terlihat bahwa tingkat kinerja paling baik adalah pada tahun 2007

dengan nilai 46,45, sedangkan tingkat kinerja yang paling buruk terjadi pada tahun

2005 yaitu sebesar 38,85.

5.3 Analisis SWOT

Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Bangli yang didukung oleh

wawancara pada jajaran direksi, badan pengawas dan stakeholder yang lainnya yaitu

Bupati Bangli dan anggota DPRD serta informasi-informasi yang diperoleh dari

58

dokumen- dokumen mengenai pengelolaan PDAM Kabupaten Bangli pada saat ini

serta berdasarkan alat analisis kinerja berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun

1999 seperti yang telah diuraian terdahulu, kemudian selanjutnya melalui alat

analisis SWOT akan digambarkan analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal

yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan PDAM Kabupaten

Bangli sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat ini. Posisi perusahaan

tersebut akan menentukan arah pengembangan PDAM di masa-masa yang akan

datang.

5.3.1 Analisis kondisi internal,

Analisis terhadap kondisi internal PDAM dimaksudkan untuk mengetahui

kelemahan internal yang menjadi kendala bagi PDAM dalam upaya mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dan kekuatan internal yang dimiliki perusahaan yang menjadi

asset bagi PDAM dalam mengurangi maupun menghilangkan kelemahan yang ada

dan sekaligus menjadi pendorong tercapainya tujuan perusahaan.

1. Kekuatan

a. Pendapatan cenderung mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya untuk masing-masing tahun 2005 meningkat sebesar

Rp 603.248.225 atau 42% Tahun 2006 sebesar Rp 1.163.386.048 atau 57% tahun

2007 meningkat sebesar Rp 1.121.838.815 atau 35% dan pada tahun 2008

meningkat kembali sebesar Rp 316.213.877 atau 7% sehingga kenaikan rata-rata

pendapatan perusahaan untuk kurun waktu tersebut sebesar Rp 801.171.741 per

tahun. Kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2006.

59

b. Trend penjualan air yang senantiasa meningkat, yaitu dalam kurun waktu lima

tahun menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu masing-masing untuk

tahun 2005 sebesar 9.634 m3 atau 4%, tahun 2006 sebesar 47.096 m3 atau 19%,

tahun 2007 menurun sebesar 20.225 m3 atau -8% ini disebabkan karena adanya

kerusakan pada pipa-pipa transmisi dan distribusi, sementara tahun 2008

meningkat kembali sebesar 216.400 m3 atau 86% dengan rata-rata kenaikan

selama kurun waktu tersebut adalah sebesar 63.226 m3

c. Jumlah pelanggan yang mengalami peningkatan di mana peningkatan dari lima

tahun masing-masing untuk tahun 2005 sebesar 460 pelanggan atau 26%, tahun

2006 sebesar 309 pelanggan atau 17%, tahun 2007 sebesar 326 pelanggan atau

18% dan pada tahun 2008 sebesar 678 pelanggan atau 38%, dengan rata-rata

kenaikan sebesar 443 atau 25% ini merupakan salah satu faktor yang akan

menjadi pendukung perusahaan untuk maju.

d. Memiliki struktur organisasi yang lengkap berdasarkan Keputusan Bupati Bangli

Nomor 21 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bangli.

e. Tingkat Produksi air cenderung meningkat di mana pada tahun 2005 sebesar

156.033 m3 atau 53%, tahun 2006 sebesar 150.947 m3 atau 51%, tahun 2007

sebesar 71.833 m3 atau 24% sementara pada tahun 2008 mengalami penurunan

sebesar 83.212 m3 atau 28% disebabkan oleh adanya kerusakan mesin pompa di

daerah Kecamatan Kintamani.

f. Saat ini sedang berupaya menyusun Rencana Jangka Panjang (corporate plan)

periode 2008-20013. Agar pengelolaan PDAM dapat dilaksanakan secara lebih

60

efisien, manajemen PDAM perlu memiliki Rencana Jangka Menengah atau

Program Pengembangan Lima Tahun (Propelita) PDAM secara menyeluruh

dengan mengembangkan dan mempertimbangkan kondisi internal maupun

eksternal. Apabila program pengembangan ini telah benar- benar disusun atau

dimiliki oleh PDAM, program ini dapat dijadikan pedoman bagi manajemen

untuk menyelenggarakan kegiatan pelaksanaan kerja PDAM sekaligus merupakan

alat pengendali perusahaan yang efektif.

2. Kelemahan

a. Penentuan tarif dasar yang masih ditentukan oleh pemerintah daerah merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan perusahaan untuk

meningkatkan laba, potensi penjualan volume air bersih yang semakin kecil

sehubungan dengan produksi air mendekati kapasitas terpasang 78,53%.

Kendalanya adalah penyesuaian tarif setiap tahun akan menimbulkan masalah

sosial dan kurang populer di mata masyarakat. Sesuai dengan hasil kuisioner yang

disebar oleh peneliti dengan nilai rata - rata 2,48 yang berarti sebagian besar

masyarakat menolak rencana kenaikan tarif yang akan dilakukan oleh PDAM.

Dengan dasar pemikiran inilah penentuan tarif harga air dan beban tetap

ditentukan oleh pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD.

b. Mempunyai sumber daya karyawan yang relatif masih rendah, hal ini dapat dilihat

dalam Tabel 5.7 berikut ini :

61

Tabel 5.7 Profil Pegawai PDAM Kabupaten Bangli Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Orang %1 SD 16 142 SLTP 12 113 SLTA 81 714 D3 - -5 S1 5 46 S2 - -

Jumlah 114 100

JUMLAHPENDIDIKANNO

Sumber: Bagian Kepegawaian PDAM Kabupaten Bangli, 2009

Dari data di atas dapat dilihat bahwa karyawan yang berpendidikan SLTA

sebesar 71%, 14% lulusan SD, 11% lulusan SLTP dan 4% lulusan sarjana.

Karyawan yang berpendidikan SLTA yang paling banyak dan ini tidak didukung

oleh keahlian tekhnik yang memadai, sehingga pegawai belum mampu

merencanakan dan melaksanakan pembangunan jaringan instalasi sehingga

sampai sekarang proyek PDAM masih dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum (PU)

yang mengakibatkan banyaknya permasalahan teknis yang dihadapi seperti

kebocoran pipa air, kerusakan pompa dan pemasangan instalasi baru

c. Penurunan debit air di beberapa sumber air. Hal ini disebabkan karena terjadinya

penurunan daya resap air di sekitar area sumber mata air tersebut. Karena air

hujan yang diresap oleh tanah berkurang, maka berdampak pada menurunnya

debit air di sumber mata air.

d. Pemerintah daerah yang kurang mendukung permodalan perusahaan. Hal ini dapat

dilihat dari permodalan PDAM dari kekayaan Pemda yang dipisahkan pada tahun

62

2008 sebesar Rp 5.323.888.707 dan di samping itu mekanisme pembayaran

bagian laba Pemda terikat oleh Pemerintah daerah yang ditetapkan oleh Pemda

dan DPRD tanpa memperhatikan kondisi keuangan PDAM dalam suatu periode.

e. Tingkat kebocoran air yang cukup besar, pada tahun 2007 lebih dari 20% dan pada

tahun 2008 sebesar 14,08% disebabkan kebocoran pada jaringan yang sudah tua

dan kegiatan pembangunan sarana jalan yang melintas pada jaringan pipa

transmisi dan distribusi. Tingkat kebocoran air yang terus meningkat baik dari

segi jumlah maupun dari persentase produksi air dalam tiga tahun terakhir perlu

diwaspadai tentang kemungkinan pencurian air oleh pihak ketiga.

f. Cakupan pelayanan yang masih rendah dimana rata-rata per tahun sebesar 0,25,

artinya bahwa dari seluruh Rumah Tangga di Kabupaten Bangli hanya 25% yang

mendapat pelayanan sedangkan 75% masih belum mendapat pelayanan. Hal ini

terjadi karena jalur instalasi yang terpasang masih sedikit, karena adanya kendala

modal serta tingginya biaya operasional dan administrasi yang menyebabkan

kerugian serta kesulitan untuk membangun atau mengembangkan jaringan

instalasi baru.

Hasil penghitungan skor total faktor-faktor strategis internal sebagaimana

tampak pada Tabel 5.8 sebagai berikut:

63

Tabel 5.8 Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal

NO FAKTOR STRATEGIS INTERNAL BOBOT RATING SCOREA KEKUATAN1 Pendapatan Cenderung mengalami peningkatan 0,12 3 0,362 Trend penjualan air yang senantiasa meningkat 0,09 3 0,273 Jumlah pelanggan yang mengalami peningkatan 0,09 3 0,274 Struktur organisasi yang lengkap 0,07 2 0,145 Produksi Air Cenderung meningkat 0,08 3 0,246 Sedang berupaya menyusun Rencana 0,05 2 0,1

Jangka Panjang (corporate plan)

B KELEMAHAN

2 Kualitas sumber daya karyawan PDAM masih rendah 0,09 3 0,273 Penurunan debit air di beberapa sumber air 0,07 2 0,14

5 Tingkat kebocoran air yang cukup besar 0,07 2 0,146 Cakupan Pelayanan yang masih rendah 0,10 2 0,2

1,0 2,49Total

0,08 2 0,16

0,10 2 0,2

4

1 Penentuan tarif dasar air yang masih diintervensi danditentukan oleh pemerintah daerah dan DPRD

Pemerintah daerah yang kurang mendukung permodalanperusahaan

Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 5 dan 6

5.3.2 Analisis kondisi eksternal

Analisis kondisi eksternal yaitu menggali lingkungan di luar organisasi untuk

mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi.

1. Peluang

a. Kemampuan masyarakat untuk membayar yang cukup tinggi, masyarakat

Kabupaten Bangli mampu membayar pemakaian air bersih, yang

ditunjukkan dengan tingginya efisiensi penagihan rekening yaitu sebesar

90%.

64

b. Potensi pasar yang cukup baik dan potensial, setiap orang selalu

membutuhkan air bersih dan air minum sehingga kondisi ini dapat ditangkap

sebagai potensi pasar yang baik bagi PDAM,

c. Pelaksanaan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan

profesionalitas pengelolaan PDAM sebagai salah satu BUMD.

d. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan air bersih sudah

mulai baik dan ini merupakan salah satu peluang untuk kemajuan

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bangli.

e. Tersedianya beberapa sumber air, letak geografis Kabupaten Bangli

menyebabkan banyaknya mata air yang dapat digunakan sebagai sumber air

bagi PDAM Kabupaten Bangli.

f. Letak geografis pada dataran tinggi dan mempunyai banyak sumber air yang

memungkinkan gravitasi dalam penyaluran air ke pelanggan.

2. Ancaman

a. Terjadinya kerusakan saluran transmisi dan distribusi sebagai akibat

penggalian yang dilakukan pihak ketiga maupun bencana alam. Salah satu

penyebab tingginya tingkat kebocoran adalah penggalian yang dilakukan

oleh pihak ketiga seperti PT Telkom, PT. PLN, dan bencana alam tanah

longsor.

b. Mudahnya mendapatkan ijin pengambilan air dari pemerintah daerah dan ini

menyebabkan banyak masyarakat yang memanfaatkan pengambilan air pada

mata air untuk usaha penjualan air.

65

c. Tidak terjaganya kelestarian alam karena akibat pengambilan sumber-sumber

air pada mata air dan ini sangat rawan akan terjadinya kerusakan lingkungan.

d. Jaringan transmisi dan distribusi yang relatif sudah tua. Banyaknya jaringan

yang dibangun sejak adanya PDAM Kabupaten Bangli ini dan belum adanya

pembaharuan sangat rawan terjadinya kebocoran-kebocoran.

e. Era reformasi di mana tekanan masyarakat sangat kuat dan ini sangat

berpengaruh terhadap masyarakat, tuntutan yang diminta atas pembagian

keuntungan oleh masyarakat di sekitar sumber air yang dipergunakan oleh

PDAM terkadang sampai membuat tindakan ararki.

f. Kenaikkan Tarif Dasar Listrik dan Bahan Bakar Minyak yang menyebabkan

semakin naik dan membesarnya biaya operasional karena Tekhnologi dalam

pendistribusian air sebagian masih menggunakan system pompa yang boros

akan penggunaan listrik dan Bahan Bakar.

Hasil penghitungan skor total faktor-faktor strategis eksternal sebagaimana

tampak pada Tabel 5.9 sebagai berikut:

66

Tabel 5.9

Perhitungan Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal

NO FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL BOBOT RATING SCORE

C PELUANG

1 Kemampuan masyarakat untuk membayar yang cukup tinggi 0,12 3 0,36

2 Potensi pasar yang cukup baik dan potensial 0,09 3 0,27 3 Pelaksanaan UU No 32 Tahun 2004 0,08 3 0,24

4 Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan air bersih

0,07 3 0,21

5 Tersedianya beberapa sumber air 0,09 3 0,27

D ANCAMAN

1 Terjadinya kerusakan saluran distribusi sbg akibat penggalian yg dilakukan pihak ketiga 0,10 1 0,10

2 Mudahnya mendapatkan ijin pengambilan air 0,07 2 0,14 3 Tidak terjaganya kelestarian alam 0,07 2 0,14 4 Jaringan transmisi dan distribusi yang relatif sudah tua 0,10 2 0,20 5 Era reformasi dimana tekanan masyarakat sangat kuat 0,08 2 0,16 6 Kenaikan harga BBM 0,09 3 0,27

1,0 2,46

0,10 Letak geografis yang mempunyai sumber air yang cukupbanyak

0,05 6 2

Total Sumber: Hasil analisis data pada lampiran 7 dan 8

Dari hasil perhitungan skor faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor

strategis eksternal dapat ditentukan posisi PDAM Kabupaten Bangli berada pada Sel

5 yaitu Strategi Pertumbuhan dan Stabilitas ditampilkan pada Gambar 5.2

67

Gambar 5.2

Matrik Internal- Eksternal PDAM Kabupaten Bangli

TOTAL NILAI IFE Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0 2,49 2,0 1,0 T O Kuat T A L

3,0 N I Sedang L A 2,46 I 2,0 E Lemah F E 1,0

Berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PDAM

Kabupaten Bangli, maka dilakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesess,

Opportunities, Threats) yang merupakan strategi alternatif pengembangan PDAM

Kabupaten Bangli. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan

alternatif strategi pengembangan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan

internal dan eksternal yang dimiliki PDAM Kabupaten Bangli. Dari setiap strategi

dapat dijabarkan atau diturunkan berbagai macam program pengembangan yang

mendukung pengembangan PDAM Kabupaten Bangli. Adapun matriks analisis

SWOT PDAM Kabupaten Bangli tampak pada Tabel 5.10.

1 Pertumbuhan konsentrasi via integrasi vertikal)

2 Pertumbuhan (konsentrasi via integrasi horisontal)

3 Pertumbuhan (berputar)

4 Stabilitas (berhenti sejenak atau Proses dengan hati-hati)

5 Pertumbuhan Konsentrasi via integrasi horisontal Stabilitas Strategi tidak berubah atau strategi laba

6 Pengurangan (Jual habis/Melepaskan Investasi)

7 Pertumbuhan (diversifikasi konsentrasi)

8 Pertumbuhan (diversifikasi konglomerat)

9 Pengurangan Kebangkrutan atau Likuidasi

Sumber : Hasil Analisis Data dari Tabel 5.8 dan 5.9

68

Tabel 5.10 Matrik SWOT PDAM Kabupaten Bangli

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

KEKUATAN (S)

1. Pendapatan cenderung mengalami peningkatan

2. Trend penjualan air yang senantiasa meningkat

3. Jumlah pelanggan yang mengalami peningkatan

4. Struktur organisasi yang lengkap berdasarkan Keputusan Bupati Bangli Nomor 21 Tahun 2001

5. Produksi air cenderung meningkat

6. Sedang berupaya menyusun Corporate Plan agar pengelolaan lebih terencana

KELEMAHAN (W)

1. Penentuan tarif dasar yang ditentukan Pemda dan DPRD

2. Kualitas SDM karyawan PDAM yang masih rendah

3. Penurunan debit air di bebrapa sumber air

4. Pemda yang kurang men-dukung permodalan

5. Tingkat kebocoran yang cukup tinggi

6. Cakupan Pelayanan yang masih rendah karena belum mencakup seluruh masyarakat Bangli

PELUANG (O)

1. Kemampuan membayar masyarakat yang cukup tinggi

2. Potensi pasar yang cukup baik

3. Pelaksanaan UU no 32 Tahun 2004 yang mendorong Pemkab. Untuk mengelola PDAM lebih Profesional

4. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya air bersih

5. Tersedianya beberapa sumber air

6. Letak geografis yang mempunyai sumber air yang cukup banyak

STRATEGI SO

1. Investasi untuk penambahan Jaringan transmisi dan distribusi air

2. Penyusunan Rencana Jangka Panjang (corporate plan)

STRATEGI WO

1. Perubahan Perda mengenai pendirian PDAM yang berhubungan dengan per-tambahan modal PDAM dari Pemkab Bangli

2. Penyesuaian tarif air minum dan beban tetap sesuai dengan ketentuan yang ada

3. Peningkatan kualitas pegawai baik melalui pendidikan maupun pelatihan

ANCAMAN (T) 1. Terjadinya kerusakan saluran

transmisi dan distribusi sebagai akibat pihak ketiga dan bencana alam

2. Mudahnya mendapat ijin pengambilan air dari Pemda yang menyebabkan masyarakat memanfaatkan sumber air untuk usaha penjualan air

3. Tidak terjaganya kelestarian

STRATEGI ST 1. Pengendalian atas kelestarian

alam 2. Memberi kesadaran kepada

masyarakat agar mendukung program PDAM

3. Meningkatkan dan menggunakan Tekhnologi PDAM yang lebih maju dan irit bahan bakar

STRATEGI WT 1. Melakukan upaya

pembayaran hutang atau penjadwalan kembali hutang

2. Memperbaiki dan meng-optimalkan jaringan yang sudah ada, menindaklanjuti pengaduan dan pencurian air

69

alam akibat pengambilan air pada sumber mata air tanpa prosedur pelestarian lingkungan

4. Jaringan transmisi yang relatif sudah tua

5. Era reformasi dimana tekanan masyarakat sangat kuat

6. Kenaikan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik akan menaikkan biaya operasional karena Teknologi yang digunakan masih konvensional

Sumber: Hasil analisis data Tabel 5.8 dan 5.9

Berdasarkan pada matrik strategi di atas, maka alternatif strategi operasional

yang dapat dilakukan bagi pengembangan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten

Bangli adalah sebagai berikut.

1. Investasi untuk penambahan Jaringan Transmisi dan distribusi air.

2. Penyusunan Rencana Jangka Panjang (corporate plan).

3. Perubahan Perda mengenai pendirian PDAM berhubungan dengan pertambahan

modal PDAM dari Pemda Kabupaten Bangli.

4. Penyesuaian tarif air minum dan beban tetap sesuai dengan ketentuan yang ada.

5. Peningkatan kualitas pegawai baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

6. Pengendalian atas kelestarian alam.

7. Memberi kesadaran kepada masyarakat agar mendukung program PDAM.

8. Meningkatkan dan menggunakan Tekhnologi PDAM yang lebih maju dan irit

bahan bakar.

9. Melakukan upaya pembayaran utang atau penjadwalan kembali utang.

10. Memperbaiki dan mengoptimalkan jaringan yang sudah ada, menindaklanjuti

pengaduan dan penurunan pencurian air.

70

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Kinerja PDAM Kabupaten Bangli

Berdasarkan hasil analisis Penilaian kinerja PDAM Kabupaten Bangli

berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, yaitu untuk

tahun 2004, 2006, 2007, dan 2008 adalah cukup sedangkan tahun 2005 adalah

kurang. Jika tingkat kinerja tersebut dibandingkan selama periode pengamatan maka

diperoleh bahwa tingkat kinerja paling baik adalah pada tahun 2007 dengan nilai

pencapaian kinerja sebesar 46,45. Tingkat kinerja paling buruk adalah tahun 2005

dengan pencapaian kinerja sebesar 38,85.

Tingkat kinerja Aspek Keuangan yang paling baik terjadi pada tahun 2007

yaitu sebesar 20,25, sedangkan paling buruk terjadi pada tahun 2005 dan 2008 yaitu

sebesar 13,50. Rendahnya nilai yang dicapai disebabkan terutama karena harga jual

air lebih rendah dari full cost recovery sehingga perusahaan menderita rugi. Kerugian

tersebut sangat mempengaruhi rendahnya rasio laba terhadap penjualan dan rasio-

rasio lainnya. Hal ini menunjukkan masih perlu peningkatan kinerja aspek keuangan

yang terutama adalah rasio laba sebelum pajak terhadap aktiva produktif, rasio laba

sebelum pajak terhadap penjualan, rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar, rasio

utang jangka panjang terhadap ekuitas, rasio biaya operasi terhadap pendapatan

operasi, dan rasio laba operasional sebelum penyusutan terhadap angsuran pokok

ditambah bunga jatuh tempo. PDAM Kabupaten Bangli telah menyusun rencana

kenaikan tarif seiring dengan rencana perusahaan untuk mengikuti program

restrukturisasi hutang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 120/

71

PMK.05/2008 tanggal 19 Agustus Tahun 2008, tentang Penyelesaian Piutang Negara

yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan

Rekening Pembangunan Daerah pada PDAM, sehingga diharapkan dapat

mengurangi denda atas tunggakan pokok maupun bunga.

Tingkat kinerja Aspek Operasional yang paling baik terjadi pada tahun 2006

dan tahun 2008 yaitu sebesar 20,43, sedangkan tingkat kinerja aspek operasonal yang

paling buruk terjad pada Tahun 2004. Hal ini menunjukkan masih perlu peningkatan

operasional dan pelayanan kepada pelanggan dalam upaya mendukung peningkatan

pendapatan perusahaan. Rendahnya nilai aspek operasional PDAM Kabupaten

Bangli terutama dipengaruhi oleh masih rendahnya cakupan pelayanan, belum semua

pelanggan mendapat air selama 24 jam, rendahnya produktifitas pemanfaatan

instalasi produksi karena penurunan debit air di beberapa sumber dan kapasitas yang

terpasang sudah berumur tua, peneraan meter air pelanggan tidak pernah dilakukan,

penyambungan baru yang relatif masih melebihi dari 6 hari kerja serta rasio jumlah

karyawan per 1.000 (seribu) pelanggan mencapai rata-rata 14,40 yang artinya bahwa

kelebihan pegawai. Aspek operasional yang perlu ditingkatkan adalah upaya

menekan tingkat kehilangan air, kecepatan penyelesaian sambungan baru yang

memerlukan waktu lebih dari 6 hari kerja, rasio karyawan yang melebihi jumlah

ideal dan kegiatan peneraan meter air.

Tingkat kinerja Aspek Administrasi hanya mencapai nilai 8,33 dari target

nilai bobot 15 dengan nilai maksimal 36. Masih belum tercapainya tingkat nilai

maksimal terutama disebabkan PDAM Kabupaten Bangli belum memiliki rencana

jangka panjang (corporate plan), sedangkan Bussines Plan sebagai dokumen yang

72

memuat tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik dari aspek teknis

maupun manajemen dan rencana tindak perbaikan yang akan dilakukan saat ini

masih dalam proses penyusunan, PDAM Kabupaten Bangli juga belum memiliki

gambar nyata laksana, belum memiliki ketentuan pedoman penilaian kinerja

karyawan sebagai media penilaian prestasi untuk dijadikan acuan dasar penentuan

karier, gaji, kompensasi lainnya serta temuan hasil audit tahun sebelumnya belum

seluruhnya ditindaklanjuti. Usaha perbaikan yang dapat dilaksanakan dengan cara

menyusun rencana kerja jangka panjang (corporate plan), prosedur operasi standar,

pedoman penilaian kinerja karyawan yang dikaitkan dengan jenjang karier akan

dapat menghindari rasa tidak puas diantara para karyawan dalam penentuan jabatan

pada PDAM Kabupaten Bangli.

Rendahnya harga jual air terhadap harga pokok produksi menjadi penyebab

PDAM Kabupaten Bangli mengalami kerugian. Harga produksi air sangat tinggi

dibandingkan harga jual air terutama terjadi di Unit Kintamani karena untuk menarik

air dari sumber menggunakan 5 pompa dan genset yang dioperasikan menggunakan

solar dan oli dalam jumlah yang cukup banyak sehingga meningkatkan biaya

operasional. Selain hal tersebut terdapat penyebab lain yang menyebabkan PDAM

Bangli mengalami kerugian antara lain kelebihan pegawai yang menyebabkan biaya

tidak langsung menjadi meningkat, terdapat kelemahan pengawasan kepada debitur

yang menunggak pembayaran sehingga menyebabkan penerimaan pendapatan

rekening air menjadi tertunda dan tentunya apabila diabiarkan terus menerus akan

mengakibatkan merugikan PDAM Bangli, disamping itu terdapat Water Meter

73

pelanggan yang tidak berfungsi yang menyebabkan pencatatan baca meter tidak

mencerminkan kondisi pemakaian air pelanggan yang sebenarnya.

Denda atas ketidaktepatan waktu pembayaran pokok dan bunga juga menjadi

penyebab kerugian PDAM. Harga Jual lebih rendah dari harga produksi merupakan

penyebab utama PDAM Kabupaten Bangli dari tahun ke tahun mengalami kesulitan

likuiditas. Kondisi ini berdampak PDAM Kabupaten Bangli sulit memenuhi

kewajiban pembayaran pokok dan bunga atas pinjaman kepada Pemerintah Pusat

sulit dipenuhi. Pada tahun 2006, konsekuensi ketidakmampuan pembayaran pokok

dan bunga PDAM Kabupaten Bangli harus menaggung biaya denda atas tunggakan

sebesar Rp. 838.646.435,99.

6.2 Strategi Pengembangan PDAM Kabupaten Bangli

Berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal

PDAM Kabupaten Bangli, maka faktor-faktor strategis yang dapat diidentifikasi

adalah faktor strategis internal yang terdiri dari 6 butir faktor kekuatan dan 6 butir

faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan serta faktor strategis eksternal yang

terdiri dari 6 butir faktor peluang dan 6 butir faktor ancaman yang dihadapi

perusahaan. Hasil perhitungan pembobotan menunjukan total skor faktor strategis

internal adalah sebesar 2,49 dan total skor faktor strategis eksternal adalah sebesar

2,46. Matriks IFAS dan EFAS digabungkan akan menghasilkan strategi umum

(grand strategy) pengembangan PDAM Kabupaten Bangli yang akan diplotting ke

dalam matriks Internal-Eksternal berupa diagram sembilan sel yang menunjukan

posisi PDAM Kabupaten Bangli pada Matrik Internal-Eksternal berada pada Sel 5

74

yaitu Strategi Pertumbuhan dan Stabilitas atau Konsentrasi Melalui Integrasi

Horisontal dan strategi tidak berubah atau strategi laba. Pertumbuhan perusahaan

yang dilakukan dengan berkonsentrasi pada industri sekarang, dapat dicapai melalui

integrasi horisontal, yaitu dengan cara memperluas kegiatan-kegiatan perusahaan ke

dalam lokasi geografi yang berbeda dan atau menambah rentang produk dan jasa

yang ditawarkan kepada pasar. Meskipun pada sel 5 (konsolidasi) tujuan lebih

defensive yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit Perusahaan

dalam posisi seperti ini dapat mencoba memperkokoh dan memperkuat kehadirannya

di dalam industri yang ada dengan menopang kelemahan-kelemahannya. Perusahaan

yang berada pada sel ini dapat mencaplok pangsa pasar, fasilitas produksi, outlet

distribusi atau teknologi khusus secara internal melalui penelitian pengembangan dan

secara eksternal melalui akuisisi atau usaha patungan dengan perusahaan lain.

Strategi yang dilakukan, yaitu dengan melanjutkan kegiatannya saat ini dan

hanya melakukan penyesuaian kecil bagi inflasi dalam penjualan atau melakukan

penetrasi pasar dan pengembangan produk (Rangkuti, 2002). Ini berarti tidak banyak

perubahan strategi yang harus diterapkan oleh PDAM Kabupaten Bangli. PDAM

Kabupaten Bangli hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan selama ini.

Namun untuk kemajuan pengembangan PDAM Kabupaten Bangli diperlukan

penetrasi pasar dan pengembangan atau diversifikasi produk.

Berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek eko-

spiritual Bukit Bangli, maka dilakukan analisis SWOT (Strengths Weaknesses

Opportunities Threats) yang merupakan strategi alternatif pengembangan PDAM

Kabupaten Bangli. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan

75

alternatif strategi pengembangan sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan

internal dan eksternal yang dimiliki PDAM Kabupaten Bangli. Dari setiap strategi

dapat dijabarkan atau diturunkan berbagai macam program pengembangan yang

mendukung pengembangan Bukit Bangli sebagai wisata eko-spiritual.

Dari setiap strategi diturunkan berbagai macam program pengembangan yang

mendukung masing-masing strategi tersebut, meliputi :

1) Strategi SO

Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang,

dengan program antara lain :

1. Investasi untuk penambahan Jaringan Transmisi dan distribusi air.

2. Penyusunan Rencana Jangka Panjang (corporate plan).

2) Strategi ST

Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman,

dengan program antara lain :

1. Pengendalian atas kelestarian alam.

2. Memberi kesadaran kepada masyarakat agar mendukung program PDAM.

3. Meningkatkan dan menggunakan Tekhnologi PDAM yang lebih maju dan irit

bahan bakar.

3) Strategi WO

Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang, dengan program antara lain :

76

1. Perubahan Perda mengenai pendirian PDAM berhubungan dengan

pertambahan modal PDAM dari Pemda Kabupaten Bangli.

2. Penyesuaian tarif air minum dan beban tetap sesuai dengan ketentuan yang

ada.

3. Peningkatan kualitas pegawai baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

4) Strategi WT

Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman,

dengan program antara lain:

1. Melakukan upaya pembayaran utang atau penjadwalan kembali utang.

2. Memperbaiki dan mengoptimalkan jaringan yang sudah ada, menindaklanjuti

pengaduan dan penurunan pencurian air.

77

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Kinerja PDAM Kabupaten Bangli berdasarkan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 47 Tahun 1999 selama periode 2004 sampai dengan 2008 adalah

dalam kategori cukup. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 tingkat

kinerja paling baik adalah pada tahun 2007 dengan nilai pencapaian kinerja

sebesar 46,45 namun masih dalam kategori cukup sedangkan tingkat kinerja

paling buruk adalah tahun 2005 dengan nilai pencapaian kinerja sebesar 38,85

dalam kategori kurang.

2. Strategi umum yang harus diimplementasikan dalam mengembangkan PDAM

Kabupaten Bangli adalah strategi pertahankan dan pelihara atau strategi tidak

berubah. Strategi yang dilakukan, yaitu dengan melanjutkan kegiatannya saat

ini dan hanya melakukan penyesuaian kecil bagi inflasi dalam penjualan atau

melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi alternatif

pengembangan PDAM Kabupaten Bangli meliputi: investasi untuk

penambahan Jaringan Transmisi dan distribusi air, penyusunan Rencana

Jangka Panjang (corporate plan), perubahan Perda mengenai pendirian PDAM

berhubungan dengan pertambahan modal PDAM dari Pemda Kabupaten

Bangli, penyesuaian tarif air minum dan beban tetap sesuai dengan ketentuan

78

yang ada, peningkatan kualitas pegawai baik melalui pendidikan maupun

pelatihan, pengendalian atas kelestarian alam, memberi kesadaran kepada

masyarakat agar mendukung program PDAM, meningkatkan dan

menggunakan Tekhnologi PDAM yang lebih maju dan irit bahan bakar,

melakukan upaya pembayaran utang atau penjadwalan kembali utang,

memperbaiki dan mengoptimalkan jaringan yang sudah ada, serta

menindaklanjuti pengaduan dan pencurian air.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut.

1. Koordinasi inter dan antara instansi terkait baik itu Badan Pengawas,

Pemerintah Kabupaten, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Direksi maupun

Karyawan (Management) perlu diperbaiki dan ditingkatkan demi kemajuan

PDAM itu sendiri.

2. PDAM Kabupaten Bangli perlu menyusun rencana kenaikan tarif seiring

dengan rencana perusahaan untuk mengikuti program restrukturisasi hutang,

sehingga diharapkan dapat mengurangi denda atas tunggakan pokok maupun

bunga.

3. PDAM Kabupaten Bangli perlu peningkatan operasional dan pelayanan kepada

pelanggan dalam upaya mendukung peningkatan pendapatan perusahaan.

4. PDAM Kabupaten Bangli perlu menyusun rencana kerja jangka panjang

(corporate plan), prosedur operasi standar, pedoman penilaian kinerja

karyawan yang dikaitkan dengan jenjang karier akan dapat menghindari rasa

79

tidak puas diantara para karyawan dalam penentuan jabatan pada PDAM

Kabupaten Bangli

5. PDAM Kabupaten Bangli perlu melakukan investasi untuk penambahan

Jaringan Transmisi dan distribusi air, melakukan perubahan Perda mengenai

pendirian PDAM berhubungan dengan pertambahan modal PDAM dari Pemda

Kabupaten Bangli, meningkatan kualitas pegawai baik melalui pendidikan

maupun pelatihan, pengendalian atas kelestarian alam, memberi kesadaran

kepada masyarakat agar mendukung program PDAM, meningkatkan dan

menggunakan Tekhnologi PDAM yang lebih maju dan irit bahan bakar,

melakukan upaya pembayaran utang atau penjadwalan kembali utang,

memperbaiki dan mengoptimalkan jaringan yang sudah ada, dan perlu

menindaklanjuti pengaduan dan pencurian air.

80

DAFTAR PUSTAKA

Alhabsji, Syamsudin dan Soedjoto, 1987. “Kedudukan dan Peranan Perusahaan Daerah dalam Pelaksanaan yang Nyata dan Bertanggung jawab”. Laporan Penelitian, Kerjasama BAPPEDA Propinsi Dati I Jawa Timur dengan Universitas Brawijaya.

Bryson, John, 1988. “Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations”, Jossey Bass Publishers, San Francisco.

Budisatrio, Tjahjanto, 2002. Divestasi atau Revitalisasi Badan Usaha Milik Daerah, Manajemen Usahawan Indonesia , No. 02/Th. XXXI Pebruari, 14-19

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 1999. “Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum”, Jakarta

Devas, Nick., dkk., 1999. “Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia” , terjemahan oleh Masri Maris, UI-Press.

Hayes, Kathy, 2000. “Publik Sector Performance : Move or Monitor ?”, Southern Ekonomic Journal , 66 (4), 820-828.

Helfert, E.A, 1991. “Teknik Analisa Keuangan” , Erlangga, Jakarta.

Koswara, E, 2000. “Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999”, Analisis CSIS , XXIX, 50-74

Kusuma, W.I, 1999. “Financial Performance and Charecteristik: Comparisions of U.S.Multinational and Domistik Firms”, Gadjah Mada International Journal of Business, Volume 1, No.1, 11-28.

Mardiasmo, 2000. ”Desentralisasi Sistem dan Desentralisasi Fiskal”, Makalah Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Marzuki, 1977. Metodologi Riset. Yogyakarta : BPFE-UII

Mendagri R.I, 1999. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999, tentang “ Pedoman Penilaian Kinerja PDAM”, Depdagri, Jakarta.

Mulyadi, Agus, 2000. ” Evaluasi Kinerja Dan Strategi Pengembangan BUMD (Studi Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Dharma Kota Cirebon)”,Tesis S2 UGM (tidak dipublikasikan).

81

Munawir, Slamet, 2000, Analisis Laporan Keuangan , Liberty, Yogyakarta

Rachmawati, Noer, 2001,”Kinerja PDAM Delta Tirta dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya (studi kasus) di Kabupaten Sidoarjo”, Tesis S2 UGM (tidak dipublikasikan).

Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rayanto, 1998, ”Manajemen Strategi Badan Usaha Milik Daerah”, JKAP, Volume 2, Nomor 1, 92-107.

Republik Indonesia. 1999. “Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah” Jakarta.

Republik Indonesia. 1999. “Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah” . Jakarta.

Riyanto, Bambang. 1999, “Dasar-Dasar Pembelanjaaan Perusahaan”,. BPFE. Yogyakarta.

Salusu, J. 1996, “Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non-profit” , PT. Gra media. Jakarta.

Santoso, Bagus, 1995, “Retribusi Pasar Sebagai Pendapatan Asli Daerah” : Studi Kasus Pasar Kabupaten di Sleman , Prisma , No. 4, 19 – 28.

Soeharto, Sri Maemunah. 1996, “Disertasi Pengelompokan BUMN Dalam Rangka Penyusunan Tolok Ukur Pada Evaluasi Kinerja di Indonesia .” Program Pasca Sarjana Unair. Surabaya

Sudibyo, Bambang. 1997. “Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Balance Scorecard; Bentuk Mekanisme dan Prospek Aplikasinya pada BUMN,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 12, Nomor 2, 35-49

Usman, Marzuki, 1997, Manajemen SDM BUMN Dalam Menghadapi Era Pasar Bebas : Visi, Misi dan Strategi Implementasi pada PT. PUSRI, “Jurnal Keuangan dan Moneter” Vol. 4, No. 1, 1-24

Wheelen, T.L dan J. David Hunger, 2000, “Strategic Management and Business Policy” Seventh Edition, Prentice Hall, New Jersey

Whittington, Geofrey and Mark Tippet, 1999, “The Components of Accounting Ratios as Co-integrated Variables”, Journal of Business finance & Accounting, Volume 26, Nomor 9&10, Cowley Road, Oxford Ox4 IJF, UK, 1243-1273.

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115