PC3- Bidadari Dari Thian-San (Thian-San Thian-Li)

95
PENDEKAR CINTA SERI 3 – Bidadari dari Thian-San (Thian-San Thian-Li) Oleh : Tabib Gila 01 - Duka Nestapa 02 - Rumitnya Cinta Segi Tiga 03 - Seorang Lawan Tangguh 04 - Kehormatan Seorang Dara 05 - Sian-Li-Kiam (Dewi Pedang) 06 - Hancurnya Partai Mo-Kauw 07 – Epilog 1. Duka Nestapa Puncak pegunungan Thai-San masih tetap seperti dulu, berdiri dengan angkuhnya seolah-olah menantang setiap orang untuk menaklukannya. Musim gugur membawa nuansa tersendiri, udara mulai terasa sejuk, tetapi belum terlalu dingin untuk berjalan-jalan santai di alam bebas. Daun- daun yang mulai berubah warnanya menawarkan keindahan yang tidak bisa dinikmati di musim- musim lain. Jalan setapak yang berliku-liku dengan aroma musim gugur, daun-daun kuning menemani turunnya senja. Syair buah tangan penyair terkenal Wang Wei, mungkin sedikit dapat menggambarkan keindahan pegunugan Thai-San ini… Di lembah luas membentang sesaat setelah terguyur hujan udara sejuk segar terasa akhir musim gugur 'kan tiba senja nanti rembulan menyinari hutan pohon pinus oh, air kali jernih gemericik mengalir di antara bebatuan. Di tengah rumpun bambu, terdengar risik suara perempuan-perempuan yang pulang sehabis mencuci pakaian daun teratai bergoyang muncul perahu- perahu kecil penangkap ikan Oh walau musim semi yang merbak telah berlalu namun pemandangan di gunung masih juga menambatku untuk tinggal di sini. Di bawah sorotan sinar matahari senja yang lembut, terlihat seorang dara manis sedang menangis sedih di hibur oleh sang ibu dengan wajah yang pucat pasi, ikut larut dalam kesedihan. Dengan wajah pucat namun masih terlihat jelas raut wajah yang mempesona, si gadis meneruskan tangisnya yang semakin lama semakin menghebat. Berita kematian ayahnya mencengkram palung kesedihan hati terdalamnya. Gadis tersebut adalah Cin-Cin, dia baru saja tiba di puncak gunung ini bersama susioknya namun bukan kegembiraan yang menantinya tapi berita duka tentang ayahnya, Master The-Kok-Liang yang binasa di tangan ketua http://goldyoceanta.wordpress.com Halaman 1 dari 95

description

Cerita Silat

Transcript of PC3- Bidadari Dari Thian-San (Thian-San Thian-Li)

PENDEKAR CINTA

PENDEKAR CINTA

SERI 3 Bidadari dari Thian-San (Thian-San Thian-Li)Oleh : Tabib Gila01 - Duka Nestapa02 - Rumitnya Cinta Segi Tiga03 - Seorang Lawan Tangguh04 - Kehormatan Seorang Dara05 - Sian-Li-Kiam (Dewi Pedang)06 - Hancurnya Partai Mo-Kauw07 Epilog1. Duka NestapaPuncak pegunungan Thai-San masih tetap seperti dulu, berdiri dengan angkuhnya seolah-olah menantang setiap orang untuk menaklukannya. Musim gugur membawa nuansa tersendiri, udara mulai terasa sejuk, tetapi belum terlalu dingin untuk berjalan-jalan santai di alam bebas. Daun-daun yang mulai berubah warnanya menawarkan keindahan yang tidak bisa dinikmati di musim-musim lain. Jalan setapak yang berliku-liku dengan aroma musim gugur, daun-daun kuning menemani turunnya senja. Syair buah tangan penyair terkenal Wang Wei, mungkin sedikit dapat menggambarkan keindahan pegunugan Thai-San iniDi lembah luas membentang sesaat setelah terguyur hujan udara sejuk segar terasa akhir musim gugur 'kan tiba senja nanti rembulan menyinari hutan pohon pinus oh, air kali jernihgemericik mengalir di antara bebatuan.Di tengah rumpun bambu, terdengar risik suara perempuan-perempuan yang pulang sehabis mencuci pakaian daun teratai bergoyang muncul perahu-perahu kecil penangkap ikan

Oh walau musim semi yang merbak telah berlalu namun pemandangan di gunung masih juga menambatku untuk tinggal di sini.Di bawah sorotan sinar matahari senja yang lembut, terlihat seorang dara manis sedang menangis sedih di hibur oleh sang ibu dengan wajah yang pucat pasi, ikut larut dalam kesedihan. Dengan wajah pucat namun masih terlihat jelas raut wajah yang mempesona, si gadis meneruskan tangisnya yang semakin lama semakin menghebat. Berita kematian ayahnya mencengkram palung kesedihan hati terdalamnya.Gadis tersebut adalah Cin-Cin, dia baru saja tiba di puncak gunung ini bersama susioknya namun bukan kegembiraan yang menantinya tapi berita duka tentang ayahnya, Master The-Kok-Liang yang binasa di tangan ketua partai Mo-Kauw, Sin-Kun-Bu-Tek (kepalan sakti tanpa tanding). Penyesalan yang mendalam menerpa diri Cin-Cin, keminggatannya berbuah pahit, ia tidak dapat bertemu ayahnya untuk terakhir kalinya.Dalam cerita sebelumnya, pada pertempurannya dengan tokoh-tokoh Mo-Kauw bersama-sama Li Kun Liong, ia dikalahkan murid terakhir ketua Mo-Kauw, Ceng Han Tiong dan ditutuk urat nadi bergeraknya sehingga tubuhnya menjadi kaku.Tapi untungnya ia segera di tolong oleh susioknya, Ji-Yan-Cinjin, suheng dari ayahnya yang sudah berumur delapan puluh lima tahunan. Sejak itu Cin-Cin dibawa susioknya yang lihai ini ke kediamannya di puncak gunung Lu-Shan danmendapat ajaran ilmu pedang kebanggaan susioknya.Selama beberapa bulan ini, ia terus berlatih dengan tekun untuk menguasai ilmupedang tersebut. Beruntung Cin-Cin telah mempunyai dasar-dasar yang baik, jugaaliran ilmu pedang yang diciptakan susioknya ini sealiran dengan ilmu pedangThai-San-Pai mereka sehingga mampu dikuasainya dalam waktu beberapa bulansaja. Tapi untuk menguasai dengan sempurna, masih diperlukan beberapa tahunlatihan. Ilmu pedang ini dinamakan Lu-Shan-Kiu-Kiam (sembilan jurus ilmu pedangLu-Shan), terdiri atas sembilan jurus saja tapi dalam setiap jurus terdapat beberapavariasi kembangan sehingga total jurus pedang tersebut mencapai puluhan jurus.Untuk menguasai ilmu pedang ini harus mempunyai dasar-dasar ilmu pedang yangmurni seperti ilmu pedang partai-partai utama dunia persilatan. Tanpa memilikidasar yang kokoh, kelihaian ilmu pedang Lu-Shan-Kiu-Kiam tak nampak dan akanterlihat seperti jurus ilmu pedang biasa saja. Di sinilah letak kehebatan ilmu pedangciptaan Ji-Yan-Cinjin ini, intisari semua ilmu silat yang dipelajarinya selamapuluhan tahun. Memang kelihaian ilmu pedang bukan terletak dari keindahangerakannya atau jurus-jurusnya. Sepanjang sejarah dunia persilatan, ilmu pedangyang tersohor kelihaiannya seperti Bu-Tong-Kiam-Hoat, Thai-San-Kiam-Hoat, Kun-Lun-Kiam-Hoat, Hoa-San-Kiam-Hoat mengandung jurus-jurus pedang yangkelihatannya mudah untuk dipahami setiap insan persilatan tapi bisa di hitungsebelah jari tangan, tokoh silat yang mampu menguasai ilmu pedang yangdisebutkan di atas tadi dengan sempurna dalam sungai telaga saat ini. Diperlukanbakat dan ketekunan yang luar biasa untuk memahami intisari ilmu pedangtersebut. Demikian juga dengan Lu-Shan-Kiu-Kiam, walaupun hanya sembilanjurus namun setiap jurus merupakan jurus-jurus sakti mandraguna. Kalaudimainkan oleh orang yang betul-betul memahaminya, jago silat kelas satu belumtentu dapat menghindari satu jurus saja ilmu pedang ini.Sewaktu mencoba kelihaian ilmu pedang ini, Cin-Cin yang boleh di bilang telahcukup menguasai Thai-San-Kiam-Hoat, hanya mampu menahan serangan duajurus ilmu pedang ini yang dimainkan susioknya. Ji-Yan-Cinjin sangat menekankanpemahaman akan teori ilmu pedang sebelum mempraktekannya. Menurutnya teoriilmu pedang semua perguruan intinya sama saja. Semakin sederhana juruspedang yang dimainkan semakin lihai serangan pedang tersebut. Cin-Cin sangatberuntung di bimbing oleh ahli pedang kelas wahid ini sehingga dalam waktusingkat dapat memahaminya.Masih dengan tersungguk-sungguk, nyonya Cen-Hui-Lan, ibu Cin-Cin,membimbing putri kesayangannya ke dalam markas Thai-San-Pai diikuti, Ji-Yan-Cinjin dan Tang-Bun-An. Sesuai pesan terakhir suhunya, Tang-Bun-An dan Li KunLiong membakar tubuh Master The-Kok-Liang di gunung Song-Shan danmembawa abunya kembali ke Thai-San-Pai. Mereka tiba di Thai-San-Pai beberapahari lebih dahulu dari Cin-Cin dan menyampaikan berita duka ini kepada sunionya.Walaupun hatinya teriris-iris mengetahui suaminya telah meninggal dunia, namundengan tabah nyonya Cen-Hui-Lan menerima abu yang diserahkan muridnya ini.Beberapa hari kemudian, barulah Tang-Bun-An menyampaikan pesan-pesanterakhir Master The-Kok-Liang kepada ibu gurunya. Dalam pesannya, Master The-Kok-Liang mengangkat Tang-Bun-An sebagai ciangbujin Thai-San-Pai yang baru,menggantikan dirinya. Di samping itu dengan terbata-bata, Tang Bun An jugamenyampaikan keinginan terakhir Master The-Kok-Liang untuk merangkapperjodohan Cin-Cin dengan dirinya.Sambil menganggukkan kepalanya, nyonya Cen Hui Lan merestui keinginansuaminya tersebut. Memang sejak lama, suaminya telah menginginkan perjodohanmuridnya ini dengan putri kesayangannya.Siancai.., Bun An mulai sekarang engkau harus berlatih lebih keras lagi sehinggasebagai ketua perguruan besar tidak memalukan Kok-Liang yang telahmengangkatmu sebagai pejabat ketua kata Ji-Yan-Cinjin yang ikut mendengarkanpesan-pesan terakhir sutenya. Wajahnya semakin terlihat tua setelah mendengarkematian sute satu-satunya, Master The-Kok-Liang. Walaupun hubungan merekasuheng-sute, namun pada prakteknya boleh di bilang Ji-Yan-Cinjin adalah suhu,orang tua bagi Master The-Kok-Liang. Begitu pula sebaliknya, bagi Ji-Yan-Cinjin,Master The-Kok-Liang sudah ia anggap sebagai anak/adik sendiri sehinggawalaupun ia sudah mencapai tingkat peribadatan yang tinggi, masih terpengaruhatas kematian sutenya ini.Teecu mohon bantuan susiok untuk membantu mengembalikan kejayaan Thai-San-Pai kata Tang-Bun-An.Benar Ji-Yan suheng, sebaiknya Ji-Yan suheng menetap di sini saja sambilmemberi pelajaran kepada Bun-An dan Cin-Cin kata nyonya Cen Hui Lan.Ji-Yan-Cinjin menganggukkan kepalanya, sedikit banyak ia merasa ikutbertanggung jawab untuk mempertahankan kejayaan Thai-San-Pai. Demikianlahsejak hari itu, Ji-Yan-Cinjin menetap di Thai-San-Pai menghabiskan hari tuanyasambil menurunkan ilmu-ilmu silat andalannya kepada Tang-Bun-An dan Cin-Cin.--- 000 ---Sementara itu dengan membawa abu gurunya, Gan Khi Coan, yang diserahkannyonya Cen-Hui-Lan, Li Kun Liong menuju kediamannya bersama gurunya dipuncak sebelah kiri Thai-San-Pai. Dengan hati pilu, setibanya di pondokkediamannya selama ini, Li Kun Liong melihat pondok mereka masih tetapterpelihara kebersihannya. Rupanya nyonya Cen-Hui-Lan masih menyuruh muridThai-San-Pai membersihkan pondok ini. Dengan perasaan berterima kasih, Li KunLiong memasuki pondokan tersebut. Suasana di dalam pondok tersebut masihsama seperti terakhir kali ia diami, letak perabotan masih tetap sama, tidak adayang berubah. Yang berubah hanyalah suasananya, terasa sekali kesunyian didalam pondok ini. Keceriaan alam musim semi dengan suara burung berkicausaling sahut menyahut, tidak mampu memecahkan kesunyian di dalam hati Li KunLiong.Selama beberapa hari ke depan, Li Kun Liong mengenang kembali kehidupannyadi puncak gunung Thai-San ini bersama gurunya. Dijelajahinya seluruh puncakkediamannya selama ini, tiada apa pun yang ditemui selain hutan belantara, semakbelukar dan binatang-binatang hutan tapi Li Kun Liong justeru merasa puas dankesedihannya sedikit demi sedikit berkurang.Ia juga tidak lupa berlatih ilmu silat, diulanginya semua pelajaran yang pernahdipelajarinya mulai dari ilmu pedang ajaran gurunya sampai ilmu langkah ajaibyang ia pelajari di gua dahulu serta posisi-posisi di gulungan lukisan kuno.Tubuhnya berkelabat ke sana kemari dengan sebatnya, kecepatannya sangatmenakjubkan. Sambil melayang ke atas, Li Kun Liong mampu menangkap burungyang terbang melintas di atas lapangan tempatnya berlatih. Ilmu meringankantubuhnya maju sangat pesat, begitu pula dengan tenaga dalamnya. Kesiuran anginpukulannya membuat daun-daun kering di tanah beterbangaan ke atas membentukgulungan lingkaran ke atas mengelilingi tubuhnya. Semakin lama semua daunyang rontok tersebut, tersapu masuk ke dalam gulungan tersebut. Sungguhpemandangan yang mengiriskan hati, apabila guru Li Kun Liong masih hidup, tentuia akan sangat terkejut melihat kemajuan ilmu silat Li Kun Liong saat ini.Dengan hati gembira, Li Kun Liong melanjutkan latihannya, ia merasa sangat puasmelihat kemajuannya selama ini. Kalau dibandingkan dengan sewaktu ia turungunung, ilmu silatnya saat ini entah sudah berapa kali lipat majunya.Demikianlah selama satu bulan ini, Li Kun Liong melatih ulang semua ilmu yangdipelajarinya, bagian-bagian yang selama ini kurang ia pahami, di telaahnyadengan penuh perhatian. Begitu pula dengan ilmu langkah ajaib. Seperti yangdiketahui, ada di bagian akhir ilmu langkah ajaib ini, jejaknya terhapus karena satudan lain sebab sehingga ilmu ini tidak dapat dipelajarinya dengan sempurna.Namun berkat kecerdikan dan ketekunannya, Li Kun Liong mampu memperkirakangerak-gerak langkah selanjutnya hingga ilmu ini menjadi lengkap. Tidak semuaorang memiliki bakat demikian, diperlukan pemahaman yang mendalam sertakecerdikan yang luar biasa sehingga mampu menciptakan ulang ilmu langkah ajaibini. Di kemudian hari, Li Kun Liong akan menjadi tokoh silat yang melegendaselama ratusan tahun.Hanya satu yang masih membuatnya penasaran yaitu posisi-posisi di lukisan kunotersebut, walaupun dengan kecerdikannya, ia sudah dapat memahami sebagianbesar arti gambar-gambar tersebut namun karena keterbatasan pengetahuanbahasa Persi (Parsi), ada bagian-bagian tertentu tidak dapat ia pahami. Ia harusmemeras otak untuk memecahkan bagian yang membingungkan tersebut.Sehingga saking asyiknya berlatih, Li Kun Liong tidak sempat mengunjungi Thai-San-Pai kembali dan kedatangan Cin-Cin bersama susioknya tidak diketahuinya.2. Rumitnya Cinta Segi TigaSuatu hari tengah dirinya asyik berlatih silat, kupingnya yang tajam mendengarlangkah-langkah kaki di kejauhan. Dengan kemampuan ilmu silatnya saat ini, LiKun Liong dapat mendengar suara sampai puluhan langkah, bahkan ia mampumemperkirakan jumlah orang yang sedang mendatangi serta kelihaian ilmumeringankan tubuh mereka. Yang datang kali ini, menurut pengamatannya adalahdua orang dengan ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Li Kun Liong menghentikangerakannya dan menanti kedatangan orang tersebut. Tidak lama kemudia terlihatmuncul dari balik pepohonan yang rimbun, dua orang seperti dugaannya.Mereka adalah Cin-Cin dan Tang Bun An. Selama satu bulan ini mereka pun sibuk,selain mempersiapkan sembayangan bagi Master The-Kok-Liang, Tang Bun Anjuga disibukkan dengan hal-hal yang harus diurusnya sebagai ketua baru Thai-San-Pai. Dengan bimbingan ibu gurunya, ia mempelajari seluk-beluk partai. Syukursebagai murid pertama, ia telah lama dipersiapkan sebagai calon pengganti hinggatidak terlau banyak urusan partai yang belum diketahuinya. Sebagai ciangbujin,Tang Bun An merasakan beban yang disandangkan cukup berat, selain harusmembalas dendam kematian gurunya, ia juga diharapkan dapat mengembalikankejayaan Thai-San-Pai. Untung dia dibantu ibu guru dan susioknya hingga bebantersebut sedikit berkurang.Di samping itu, dia dan Cin-Cin juga berlatih keras mempelajari ilmu-ilmu yangditurunkan Ji-Yan-Cinjin kepada mereka berdua. Dengan semangat menyala-nyalaCin-Cin dan Tang Bun An menerima pelajaran susioknya dan melatihnya terusmenerus. Tiada waktu luang yang mereka sia-siakan selama sebulan ini untukberlatih.Dengan kesibukan tersebut, perlahan-lahan kesedihan Cin-Cin atas kematianayahnya mulai berkurang sedikit demi sedikit dan keceriaan dulu di wajahnya mulainampak. Selama ini baik nyonya Cen-Hui-Lan dan Tang Bun An tidak beranimenyinggung masalah perjodohan sesuai pesan terakhir Master The-Kok-Liang.Selain masih dalam masa berkabung, nyonya Cen Hui Lan tidak mau Cin-Cinkembali minggat begitu perjodohannya di singgung waktu itu. Sekarang Cin-Cinadalah satu-satunya belahan hatinya dan ia tidak mau kehilangan putrikesayangannya ini. Sebagai seorang ibu yang mempuyai naluri keibuan yangtinggi, nyonya Cen Hui Lan dapat menduga hati Cin-Cin telah diberikan ke lainorang, bukan kepada Tang Bun An. Dia lapat-lapat dapat menduga siapa pemudatersebut, walaupun pada dasarnya ia tidak keberatan sama sekali namun pesanterakhir suaminya tidak boleh diabaikan begitu saja.Memang di jaman tersebut, pesan orang yang sudah meninggal dunia merupakan pesan yang harus dilaksanakan. Kalau tidak bisa di anggap kualat dan tidak berbakti. Juga dalam melangsungkan perkawinan, harus menunggu masa perkabungan selesai yaitu tiga tahun lamanya. Entah bagaimana reaksi Cin-Cin bila mendengar pesan terakhir ayahnya tersebut.Hei, Cin-Cin, engkau sudah kembali seru Li Kun Liong gembira. Memang sejakCin-Cin menghilang, ia selalu memikirkan Cin-Cin, takut terjadi sesuatu apa-apahingga kemunculan Cin-Cin di sambutnya dengan hati lega.Liong-ko, engkau enak-enak di sini ya, rupanya sudah lupa sama Thai-San-Paikita jawab Cin-Cin sambil merajuk.Tang Bun An dan Li Kun Liong tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Cin-Cin.Diam-diam Tang Bun An gembira melihat keceriaan Cin-Cin telah kembali seperti semula. Cuma dalam hatinya terselip sedikit ganjalan melihat keakraban Li KunLiong dan Cin-Cin. Dia sendiri diam-diam sudah lama mencintai Cin-Cin, apalagisetelah tahu ia bakal menjadi calon suami Cin-Cin. Sebagai seorang lelaki,walaupun tipenya bukan seorang pecemburuan namun melihat keakraban pujaanhatinya dengan lelaki lain, mau tidak mau menganggu hatinya.Tapi Tang Bun An memiliki kebesaran hati yang tinggi, ganjalan tersebut tidakmembuatnya kecewa. Ia pasrah, karena dia pun tahu sebenarnya Cin-Cin lebihakrab dengan Li Kun Liong di bandingkan dengan dirinya. Sedangkan bagi Li KunLiong, ia menganggap Cin-Cin sebagai adik sendiri, jauh dari prasangka yangtidak-tidak sehingga ia meladeni segala celoteh atau gurauan Cin-Cin dengansewajarnya. Mimpi pun ia tidak menyangka sama sekali bahwa hati dara manis inisudah diserahkan bulat-bulat terhadapnya. Li Kun Liong juga telah mengetahuiperjodohan Cin-Cin dan Tang Bun An, dan diam-diam sangat setuju dengankeinginan Master The-Kok-Liang tersebut. Mereka berdua merupakan pasanganyang sangat setimpal.Begitulah mereka bertiga bersenda gurau dengan akrabnya sama seperti dahulusebelum turun gunung. Namun dibalik itu, masing-masing hati memilikikegundahan sendiri-sendiri. Tang Bun An dengan kecemburuannya kepada Li KunLiong, Cin-Cin dengan kerinduananya kepada Li Kun Liong, Li Kun Liong dengankerinduannya kepada siau-Erl.Selama beberapa hari ke depan, mereka selalu berkumpul bersama. Kadang-kadang berlatih bersama seperti dulu. Dengan ilmu silatnya yang sudah mencapaikesempurnaan, Li Kun Liong mampu memberikan petunjuk-petunjuk dankelemahan-kelemahan gerakan Tang-Bun-An dan Cin-Cin dalam berlatih ilmupedang yang diturunkan Ji-Yan-Cinjin. Berkat bantuan Li Kun Liong, Tang Bun Andan Cin-Cin dapat mempelajari ilmu-ilmu Ji-Yan-Cinjin dengan sempurna. Merekasangat berterima kasih atas petunjuk-petunjuk Li Kun Liong. Mereka tidak malumeminta petunjuk teman sepantaran karena sejak kecil memang mereka mengakuikecerdikan Li Kun Liong dan sering meminta bantuannya apabila mengalamikesulitan dalam mempelajari ilmu yang diturunkan Master The-Kok-Liang.Bagi Li Kun Liong sendiri, tanpa disadarinya pemahamannya akan ilmu silat Thai-San-pai yang murni membuat kemajuan tersendiri bagi ilmu silatnya. Lebih-lebihdengan ilmu ajaran Ji-Yan-Cinjin yang sangat hebat ini, berkat bakatnya yangtinggi, manfaat yang ia peroleh justeru lebih besar dari Tang Bun An dan Cin-Cin.--- 000 ----Pagi yang cerah, Li Kun Liong sedang menaiki puncak gunung Thai-San untukmengunjungi Cin-Cin dan Tang Bun An di Thai-San-Pai. Ia mendaki puncakgunung dari arah samping melalui hutan yang dipenuhi pepohanan yang rimbun,dan tembus ke lapangan di mana Tang Bun An dan Cin-Cin biasa berlatih silat.Tidak sampai belasan langkah lagi, ia akan keluar dari hutan ini dan sampai dilapangan berlatih silat murid-murid Thai-San-Pai.Sayup-sayup telinganya mendengar suara isak tangis seorang wanita di bagian kirihutan tersebut. Diliputi rasa heran, Li Kun Liong menyusuri hutan tersebut mencarisiapa gerangan yang menangis sedih di pagi yang ceria ini. Bentuk tanah bagiankiri hutan ini agak menurun ke bawah, dengan hati-hati Li Kun Liong berjalanmenurun. Suara isak tangis tersebut semakin jelas terdengar di telinganya, takberapa lama kemudian dari balik rimbunnya semak belukar yang menghadang didepan, terdengar suara seorang wanita sedang menghibur seseorang. Li KunLiong tidak dapat melihat siapa ke dua wanita tersebut karena terhalangrerimbunan semak belukar dan daun-daun bambu liar namun ia mengenali suaratersebut. Suara itu adalah suara nyonya Cen-Hui-Lan yang sedang menghibur Cin-Cin.Pada mulanya Li Kun Liong menyangka Cin-Cin menangis karena teringat kembaliakan ayahnya hingga ia memutuskan untuk tidak menganggu mereka dan kembalike balik hutan. Namun sebelum kakinya melangkah, terdengar nyonya Cen-hui-Lanmenyebut-nyebut namanya hingga tanpa disadarinya, ia ikut mendengarkanpembicaraan mereka.Cin-Cin, aku tahu engkau diam-diam lebih menyukai Kun Liong dari pada toa-suheng, Bun An. Tapi pesan terakhir ayahmu tidak boleh kita abaikan. WalaupunBun An tidak setampan dan selihai Kun Liong tapi aku tahu dia sangatmencintaimu. Boleh di bilang pemuda seperti Bun An jarang ditemui sehingga diamerupakan pasangan yang setimpal denganmu. Sedangkan Kun Liong, apakahengkau yakin dia menyukai dirimu seperti engkau menyukainya?Sambil mengusap butir-butir air mata yang mengalir di wajahnya yang cantik jelitatersebut, Cin-Cin berkata Aku tahu ma, sebagai anak yang berbakti aku harusmelaksanakan pesan terakhir ayah tapi Liong-ko. Cin-Cin tidak dapatmenyelesaikan kata-katanya, ia kembali menangis sedih.Li Kun Liong mendengarkan pembicaran ibu dan anak tersebut dengan wajahmelongo saking kagetnya. Tidak disangkanya sama sekali, Cin-Cin yang selama inidia anggap adik sendiri menaruh hati kepadanya, bukan sebagai kakak tapisebagai seorang gadis terhadap seorang pria. Hatinya terguncang hebatmendengar pengakuan Cin-Cin tersebut. Pikirannya berputar-putar dengan kacau,tak didengarnya langkah Cin-Cin dan nyonya Cen-Hui-Lan yang menjauh. Diaterpaku diam dalam kesunyian, entah sudah beberapa lama sebelum ia kembalimembumi.Perlahan-lahan ditinggalkannya hutan tersebut dan kembali ke kediamannya, tidakjadi mengunjungi Thai-San-Pai.Selama perjalanan pulang, otaknya berkecamuk. Dia merasa terharu mendengarpengakuan Cin-Cin tersebut sekaligus menaruh simpati yang besar kepada TangBun An. Dia sudah menganggap Tang Bun An sebagai kakak sendiri, hingga diatidak mau membuat hatinya kecewa. Begitu pula dengan Cin-Cin, Li Kun Liongtidak mau hanya dikarenakan dirinya, hubungan dirinya dengan Tang Bun Anmenjadi retak.Hari itu seharian dia termenung memikirkan jalan keluar terhadap masalah ini, tapisemakin dipikirkan semakin bingung ia jadinya. Baru kali ini dengan kecerdikanyang dimilikinya, Li Kun Liong tidak dapat memecahkan suatu masalah. Setelahbolak-balik, menimbang di sana-sini, akhirnya Li Kun Liong memutuskan untukturun gunung sendirian sekaligus mencari jejak kekasih hatinya, siau-Erl. Diaberharap kepergiannya dapat mempererat hubungan Cin-Cin dan Bun An. Dalamhatinya ia berharap mereka berdua terangkap jodohnya dan berbahagiaselamanya. Ia berencana tidak akan bertemu mereka lagi sebelum ia mendengarberita bahagia tersebut.Beberapa hari Li Kun Liong tidak muncul mengunjungi Thai-San-Pai membuat hatiCin-Cin kembali kangen namun ia tidak berani mengajak suhengnya menengokkeadaan Li Kun Liong. Sejak pembicaraannya dengan ibunya di dalam hutan, Cin-Cin menjadi sedikit pendiam dan agak menjaga jarak dengan Tang Bun An. TangBun An yang berhati halus seolah mengerti bahwa menjauhnya Cin-Cin tersebutdikarenakan pesan-pesan terakhir Master The-Kok-Liang. Entah kapan, rupanyasunionya telah memberitahukan tentang perjodohan tersebut. Hal ini jugamembuatnya sedikit malu sehingga otomatis juga menjaga jarak dan tidak seakrabsebelumnya. Tang Bun An heran mengapa selama beberapa hari Li Kun Liongtidak muncul-muncul, apakah keasyikan berlatih jadi lupa waktu seperti yang dulu-dulu, duganya.Seminggu telah berlalu namun bayangan tubuh Li Kun Liong belum terlihat jugasehingga akhirnya tanpa memikirkan apa pun Cin-Cin mengajak Tang Bun Anmengunjungi kediaman Li Kun Liong. Sepanjang perjalanan menuju pondokan LiKun Liong, Cin-Cin dan Tang Bun An berdiam diri, tidak seperti biasanya merekaagak kaku untuk memulai pembicaraan, masing-masing sibuk dengan pikiransendiri.Akhirnya sambil melirik diam-diam ke arah sumoinya dari samping, denganmemberanikan diri Tang Bun An berkata lirih Suu..moi, apakah engkau sudah tahumengenai pesan terakhir suhu?Dengan wajah berubah kemerahan menambah kerupawanannya, Cin-Cinmenganggukkan kepalanya dengan lemah.Aku tahu suheng, tapi sebaiknya setelah masa berkabung selesai baru kita bahaslagi sahut Cin-Cin hati-hati.Baiklah kata Tang Bun An. Walaupun permasalahan ini masih mengambang tapimelihat jawaban Cin-Cin tadi, hati Tang Bun An sedikit gembira, paling tidak Cin-Cin tidak menolaknya hingga ia masih ada harapan.Begitu sampai di puncak kediaman Li Kun Liong, mereka segera berteriakmemanggil-manggil Li Kun Liong tapi tak ada balasan. Dengan heran merekaberdua mengelilingi sekitar pondok di mana biasa Li Kun Liong berlatih silat. Lalumereka memasuki pondokan, keadaan dalam pondokan tersebut kosong, tidak adayang aneh. Namun ketika mereka memasuki kamar Li Kun Liong, tidak terlihatbuntalan pakaian yang biasa digunakan Li Kun Liong untuk berkelana. GelagatnyaLi Kun Liong telah turun gunung selama beberapa hari sebelumnya tanpaberpamitan kepada mereka.Dengan wajah kosong, Cin-Cin diam membisu sedangkan Tang Bun An segerakeluar dan mengerahkan ilmu lweekang berteriak memanggil Li Kun Liong. Iaberharap Li Kun Liong masih berada di sekitar, tidak turun gunung namun tentusaja teriakannya tidak ada hasilnya. Cin-Cin mendiamkan saja teriakan suhengnyatersebut, bahkan ia seolah tidak mendengar sama sekali. Pikiran nya melayangentah kemana, dari sudut matanya tampak mengembang air mata yang tak bisadisembunyikan. Sambil menahan air mata yang mulai mengenang, Cin-Cinberjalan keluar dari pondokan tersebut dan berkata perlahan kepada toa-suhengnyaTidak usah di panggil-panggil lagi suheng, Liong-ko pasti sudah jauhmeninggalkan tempat ini. Sebaiknya kita pulang saja.Tang Bun An menatap wajah Cin-Cin sedikit kepucatan tersebut, hatinya tiba-tibamerasa perih melihat kesedihan yang nampak di wajah Cin-Cin. Dia tahukesedihan dan air mata yang tampak mengenang di matanya yang indah tersebutuntuk siapa. Hati Tang Bun An bagaikan tenggelam jauh di bawah dasarsamudera. Dia tahu diri, diam-diam ia memutuskan untuk mundur dan membiarkankecintaannya ini mencari pujaan hatinya sendiri.Kebesaran jiwa seorang Tang Bun An memang sungguh jarang kita temui,umumnya bila kita mencintai seorang gadis, kita pasti ingin memilikinya danberusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya, terlepas apakah si gadis tersubutmenyukai diri kita atau tidak, atau bahkan telah menyukai orang lain. Si lelakitersebut sebenarnya lebih memikirkan kebahagiaannya sendiri ketimbangkebahagian si gadis. Ini bukan cinta yang sejati, cinta Tang Bun An adalah cintasejati. Walaupun dengan hati yang berdarah-darah melihat kekasih pujaannyamencintai orang lain, tapi dengan jiwa besar ia rela melepaskan sang kekasihkepada orang lain demi kebahagiaan pujaan hatinya.Keesokan harinya, nyonya Cen Hui Lan histeris begitu mengetahui Cin-Cin kembaliminggat. Dalam surat yang ia tinggalkan, Cin-Cin meminta maaf atas segalaperbuatan ibunya dan terutama kepada Tang Bun An serta memohon agarsuhengnya dapat turut menjaga ibunya baik-baik. Dalam suratnya memang Cin-cintidak menyebutkan alasannya minggat namun baik Tang Bun An dan nyonya CenHui Lan tahu bahwa Cin-Cin hendak mencari keberadaan Li Kun Liong.Dengan tabah, Tang Bun An menghibur sunionya dengan kata-kata hiburan.Walaupun hatinya perih, tidak ditunjukkannya, namun nyonya Cen Hui Lan tahu,hati Tang Bun An pasti tercabik-cabik.Dengan hati iba, nyonya Cen Hui Lan melimpahkan kasih sayangnya kepadamuridnya yang setia ini, diam-diam ia sudah menganggap Tang Bun An sebagaianaknya sendiri.Sebagai ketua baru Thai-San-Pai tentu saja tidak leluasa bagi Tang Bun An untukpergi turun gunung mencari Cin-Cin. Selain itu masih banyak pekerjaan yang harusia tangani sebagai ciangbujin.Hari-hari selanjutnya ia habiskan dengan bekerja keras melatih murid-murid Thai-San-pai dan melatih semua ilmu ajaran Ji-Yan- Cinjin dengan sungguh-sungguhsehingga ilmu silatnya maju pesat.3. Seorang Lawan TangguhSatria Zhao(1) berpeci asing bertali,Berpedang Wukou(2) sebening salju beku,Pelana perak kilapi kuda putih,Gegas berkelabat bak bintang melintas.Sepuluh langkah bunuh satu orang,Ribuan li belum juga terhentikan(3),Habis tugas kebaskan baju berdebu,Bertapa membenamkan nama dan diri.Pangeran Xin Ling(4) mengajaknya minum,Pedangpun dicopot lintangkan di lutut.Menikmati dendeng bersama Zhu Hai(5),Menyuguhi minuman membujuk Hou Ying.Tiga cawan terus ikrarkan sumpah,Merontokkan Wuyue(6) pun terasa ringan,Kala arak panasi mata telinga,semangat bergolak bak sinar pelangi.Ayunkan palu slamatkan negeri Zhao,Baru namanya sudah getarkan Handan(7)Abadilah nama dua satria perkasa,Dalam lubuk hati penduduk Daliang(8)Tulang satria gugur harum semerbak,Tak malu dianugrahi gelar pahlawan,Timbang jadi penunggu lemari buku,Sampai ubanan tekuni kitab mistik(9).--(1) Zhao adalah salah satu dari ketujuh kerajaan di zaman Warring Kingdoms.(2) Wukou, sejenis pedang melengkung berbentuk sabit dari negeri Wu.(3) Ungkapan ini dikutip dari percakapan Zhuang Zi dengan Raja Wen mengenaiurusan pedang.(4) Wei Wuji yang lebih dikenal sebagai Xinling Jun atau Pangeran Xin Ling. NamaWuji atau Boe Kie ini kemudian dipakai Jin Yong untuk tokoh ceritera To Liong To.(5)Zhu Hai dan Hou Ying adalah dua pendekar yang dipakai oleh pangeran Xinlingdan akhirnya bisa menyelamatkan negeri Zhao dengan mengusir pasukan Qin.(6) Wuyue, lima gunung yang dianggap suci di Tiongkok termasuk Taishan.(7)Handan, ibu kota negeri Zhao.(8) Daliang, ibu kota negeri Wei.(9) Maksudnya Taixuan Jing , karya Yang Xiong di zaman Xihan (Han Barat).Bertumpu pada Xuan atau mysticism, dan dalam berbagai syairnya, Li Bai seringmengejek kitab ini.Syair di atas berjudul Balada Satria Pendekar karya penyair legendaris Li Bai,menceritakan kepahlawanan seorang pendekar.Hasil dari peristiwa penyerbuan di Shao-Lin membuat nama besar Li Kun Liongmakin terkenal, kemampuannya menandingi ketua Mo-Kauw menjadi buah bibirumat persilatan di mana-mana. Banyak yang ingin berkenalan dengan tokoh palingpopuler saat ini tapi mereka kecewa karena keberadaan Li Kun Liong sukardijajaki. Selama beberapa bulan setelah pertempuran besar di Shao-Lin antarapihak Bu-lim Tiong-goan dengan partai Mo-Kauw, dunia persilatan mengalamimasa tenang sementara, pihak Mo-Kauw tidak melakukan pergerakan apa pun.Saat itu Li Kun Liong sedang berada di daerah Kanglam yang sedang memasukimusim panas. Musim panas di Kanglam, keadaan udara senantiasa cenderungnaik, sementara kadang angin tidak sedikit pun berhembus untuk sekedar memberikesegaran di siang dan malam hari. Banyak penduduk Kanglam yang merasakegerahan baik berada di dalam maupun di luar rumah. Di mana jika merekamembuka jendela, bukan hawa segar nan sejuk yang akan berhembus masuk kedalam rumah, melainkan hawa panas yang semakin membuat kegerahan. Dimusim seperti ini biasanya selera makan pun menurun, orang lebih banyak minumair dingin atau es untuk penawar dahaga. Bagi warga Tiongkok yang sangat gemarmengkonsumsi mie, namun sejak gelombang musim panas tiba di kota ini, makabanyak warga yang tidak berselera untuk menyantap makanan tersebut. Begitupula dengan beberapa restoran mie lokal di Kanglam merasa sia-sia saja untukmenawarkan mie kepada para pelanggan, karena saat ini para penduduk lebihtertarik untuk menikmati minuman dingin yang segar. Boleh jadi dikatakan, saat inipenduduk Kanglam cenderung memilih makanan yang ringan, cepat dalampenyajian, dan sesuai dengan keadaan musim saat ini. Sementara masakan mietradisional ini sedikit kompleks atau rumit dalam pengolahan, walaupun makanantersebut hanya berupa mie yang sudah menjadi dingin, namun proses awal yangharus mereka lakukan ialah terlebih dahulu mengukus mie tersebut sebelumdimasukkan ke dalam air rebusan agar menjamin tekstur mie yang benar. Setelahdikira-kira rebusan tadi telah cukup, maka mie kemudian dikeluarkan dari air,ditaruh ke dalam sebuah mangkuk untuk didinginkan baik dengan kipas atau airdingin. Semua proses yang dilakukan ini tak lain tak bukan untuk menjadikan mietadi dapat dikunyah dengan enak. Makan mie dingin hanyalah sebagai salah satudari beberapa tradisi kuno rakyat Tiongkok sebagai makanan yang patut disajikanpada musim panas.Pada musim panas saat itu, umumnya Kaisar Tiongkok memilih untuk pergi kerumah peristirahatan musim panas, yang biasanya dibangun di daerahpegunungan atau di samping telaga, seperti di daerah Kanglam, salah satu tempatperistirahatan musim panas terkenal di keresidenan Hebei, Tiongkok utara, danIstana Musim Panas di Peiking. Sayangnya, hanya beberapa penduduk saja yangdapat menikmati tempat-tempat seperti itu, dan tidak bagi penduduk yang kurangmampu, karena biayanya yang mahal. Sementara itu ada cara yang diperkenalkanoleh Bai Juyi, seorang penyair terkenal pada masa Dinasti Tang (618-907) yaitu,"dengan membuat kamar selapang mungkin", karena dengan memiliki kamar yanglapang, maka angin dapat bergerak dengan leluasa di dalam ruangan kamar. Padazaman kuno dahulu, banyak tempat di Tiongkok yang mempunyai kebiasaan tidurberalaskan tikar yang terbuat dari bulu atau sejenis tikar pandan yang ditaruh diatas tilam atau kasur untuk mengurangi efek dari sengatan sinar matahari. Dudukdalam keadaan tenang dengan sebuah kipas di tangan dan semangkuk sup plum(suatu jenis minuman tradisional musim panas di Tiongkok) di atas meja mereka.Jika dibandingkan dengan para Kaisar dan beberapa tempat peristirahatan musimpanas mereka, banyak rakyat biasa yang tinggal di beberapa kuil di atas gununguntuk menghindari hawa panas. Mei Yaochen, seorang penyair pada masa DinastiSong (420-479), merasa bahwa candi yang hening dan berada pada tempat yangterpencil dan dikelilingi oleh pepohonan merupakan tempat terbaik untukmelewatkan musim panas.Dalam puisi kuno mengatakan, "bahwa para cendikiawan dan penyair kebanyakanlebih menyukai kolam seroja yang dilindungi oleh pohon willow. Aroma daritanaman-tanaman tersebut telah mampu menghalau kejengkelan yang datangpada musim panas."Cara lain yang lebih mudah untuk mengantisipasi hawa panas pada musim iniialah, membangun atap rumah lebih tinggi, terasa lebih dingin.Banyak pendudukmemindahkan tempat tidurnya ke luar rumah dan tidur di bawah atap langit selamahari-hari terpanas ini. Baik tidur di luar, juga para penduduk, banyak yang pergimakan keluar, dan berbincang-bincang sampai larut malam.Tradisi ini banyak dilakukan di beberapa tempat di Tiongkok termasuk di daerahKanglam.Selain itu, penduduk Kanglam juga memiliki kebiasaan makan-makanan yangterbuat dari es alami, yang mana es-es tersebut dikumpulkan pada musim dingindan disimpan untuk digunakan pada musim panas. Orang menggunakan es untukmenyimpan makanan dan juga untuk membuat minuman dingin. Namun umumnyahal tersebut memungkinkan hanya bagi orang-orang yang mampu saja. Kemudian,dengan melihat tingginya akan permintaan, penduduk Kanglam mulai melakukanusaha pengangkutan dan pejualan es, yang mana membantu memperpanjangpenggunaan es bagi para keluarga yang tidak memiliki peti es.Namun, pendekatan yang lebih terkenal bagi para penduduk Kanglam untuk dapattinggal dengan keadaan tenang ialah, memiliki hati yang lapang dan hidup secaradamai. "Karena dengan hati yang lapang, maka secara lahiriah, hidup pun akanterasa tenang." Ini merupakan bunyi dari salah satu pepatah kuno Tiongkok yangsangat cocok untuk menenangkan para penduduk dalam menghadapi musimpanas.Sambil meminum semangkuk sup slum, dengan tenang Li Kun Liong menatapjalanan kota tersebut yang cukup lenggang di salah satu meja warung makanterbesar di kota ini. Suasana tidak begitu ramai, mungkin para penduduk malaskeluar rumah di siang hari yang terik ini. Umumnya mereka menunda urusan keluarrumah hingga sore hari sehingga tenaga mereka tidak terkuras akibat panasnyamusim panas ini.Selagi menikmati supnya, terlihat olehnya tiga orang pria memasuki warung makantersebut. Li Kun Liong mengenali dua dari tiga pria tersebut, mereka adalah Kwi-eng-cu (si bayangan iblis) dan gurunya, Bu-eng-cu (si tanpa bayangan).Sedangkan pria ke tiga yaitu seorang pemuda asing berusia sekitar dua puluh limatahunan tidak di kenalnya. Pemuda ini kelihatan berasal dari negeri Thian-Tok(India), wajahnya cukup menarik dengan kulit yang kecoklatan, tubuhnya yangcukup tinggi dan matanya yang kebiruan membuat siapa pun yang kebentrokdengan sinar mata ini, bergidik serta bulu roma pada berdiri. Sorot mata pemudaini seolah-olah menembus ke dalam jiwa orang yang ditatapnya.Sikap Bu-eng-cu terhadap pemuda ini terlihat sangat hormat, mungkin pemuda iniberasal dari kalangan tinggi di negeri asalnya.Dalam seri sebelumnya, Li Kun Liong pernah bentrok sebentar dengan Bu-eng-cudi warung makan di kota Lin-An, tempat di mana dia bertemu Kim Bi Cu untukpertama kalinya.Mula-mula yang menyadari kehadiran Li Kun Liong di warung makan ini adalahKwi-eng-cu, dengan terperanjat ia segera membisiki gurunya. Bu-eng cumenenggok ke arah Li Kun Liong, sambil menyeringai seram, dia kembali berbicarakepada pemuda aneh tersebut seakan hendak memberitahu siapa gerangan diri LiKun Liong.Mata Li Kun Liong bentrok dengan sorot mata pemuda tersebut, Li Kun Liongmerasa bagaikan disetrum oleh suatu kekuatan yang maha dashyat melalui sorotmata tajam si pemuda. Sorot mata ini bukan sorot mata biasa, di dalamnyamengandung kekuatan aneh yang tak mampu di tolaknya, menerawang jauhmenyelusup ke dalam jiwa terdalamnya.Hanya karena memiliki ketangguhan yang melebihi manusia biasa dan ilmu yangdilancarkan pemuda aneh tersebut hanya bersifat menguji saja sehingga Li KunLiong akhirnya mampu mengalihkan matanya dari sorot mata si pemuda tersebut.Diam-diam hatinya sangat tercekat, ia pernah mendengar dari sucouwnya yangsering mengembara jauh dari Tiong-goan, bahwa di negeri Thain-Tok ada sejenisilmu yang dapat menyerang seseorang melalui sorot mata dan mempengaruhiorang tanpa disadari yang bersangkutan. Ilmu ini sangat aneh dan sudah jarangada yang menguasainya bahkan di negeri Thian-Tok sendiri, ilmu ini diberitakansudah menghilang ratusan tahun. Tak disangkanya sama sekali, ia bisa melihatkemunculan ilmu ini di daerah Kanglam melalui pemuda aneh tersebut.Menurut sucouwnya, ilmu ini adalah sejenis ilmu sihir dan mampu menguasaiseseorang untuk mengikuti segala kehendak orang yang memiliki ilmu ini, diluarkemauan. Ilmu ini sangat sukar dikuasai, hanya orang yang memiliki kebatinanyang tinggi saja dapat menguasai ilmu ini. Kalau jenis ilmu sihir biasa, cukupdengan darah anjing mampu menghancurkan kekuatan ilmu sihir tersebut, namuntidak dengan ilmu ini. Ilmu ini di sebut Ya-hwe-siau-thian (api liar membakar langit),mereka yang telah menguasai ilmu ini dengan sempurna, dapat menguasai seluruhsemangat atau ingatan orang selama berbulan-bulan lamanya tanpa disadari yangbersangkutan dan mampu menguasai banyak orang secara massal pada saatbersamaan. Biasanya yang menguasai ilmu ini adalah pertapa-pertapa dipegunungan Himalaya, bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu aneh ini apabilayang orang yang menguasai juga memiliki ilmu silat yang sakti, ibarat seekorharimau tumbuh sayapnya.Kalau Li Kun Liong kaget demikian pula lawannya, dia baru saja datang ke daerahTiong-goan namun sudah bertemu lawan yang mampu menghindari sorot matanya.Di negerinya sendiri, bisa dihitung dengan sebelah jari, mereka yang mampumelawan ilmunya ini. Pemuda ini bernama Rameshwara, merupakan muridkesayangan jago nomor satu dari negeri Thian-Tok, pertapa Rakhee. PertapaRakhee berdiam di gunung Singh dan dihormati seluruh pertapa, baik yangberdiam di pegnungan Himalaya maupun di pegunungan lainnya. Usianya saat inisudah mendekati delapan puluh tahun tapi masih segar bugar berkat ilmu silatnyayang nomer wahid. Nama besarnya sudah terkenal selama puluhan tahun namunkaum persilatan Tiong-goan jarang yang mengenalnya, disamping tidak pernahmengunjungi Tiong-goan, pertapa Rakhee ini memang sudah lama sekali tidakberkelana. Dia hanya memiliki dua orang murid, yang pertama bernama Gurdwara,berusia sekitar akhir empat puluh tahunan.Sedangakan murid terakhir adalah pemuda aneh ini, Rameshwara, seorangpemuda berasal dari keluarga paling kaya di Gujarat. Sejak kecil sudah terlihatbakatnya dalam mempelajari ilmu Ya-hwe-siau-thian (api liar membakar langit) inibahkan dalam hal ilmu ini, Rameshwara melebihi suhengnya sendiri, Gurdwarayang usianya jauh lebih tua darinya. Karena berasal dari keluarga kaya,Rameshwara memiliki keangkuhan dan sikap memandang rendah seseorang,seolah-olah hanya dirinyalah yang paling tampan dan lihai ilmunya di negeri Thian-Tok. Tidak jarang ia bentrok dengan jago-jago muda Thian-Tok lainnya hanyakarena sifatnya ini. Memang sifat Rameshwara ini sangat bertolak belakangdengan pra-syarat mempelajari ilmu Ya-hwe-siau-thian yang menuntut penguasaanemosi, ketenangan diri yang sempurna, baru bisa menguasai ilmu ini dengansempurna. Tapi ini tidak berlaku buat Rameshwara, berkat bakatnya ia mampumenguasai ilmu ini dengan sempurna, entah bagaimana dashyatnya apabila iamemiliki sifat yang lebih lunak. Rameshwara bisa datang ke Tiong-goan berkathubungan Bu-eng-cu dengan suhengnya, Gurdwara. Sewaktu mengembara kenegeri Thian-Tok, Bu-eng-cu berkenalan dengan Gurdwara dan menjadi sahabatakrab dan pernah mendapat petunjuk langsung dari pertapa Rakhee untukmenyempurnakan ilmu silatnya. Ketika Bu-eng-cu mengunjungi Thian-Tok,Rameshwara yang mendengar Tiong-goan memiliki banyak jago-jago silat yanglihai, menjadi tertarik hatinya untuk mengunjungi Tiong-goan. Demikianlahsekelumit hubungan Bu-eng-cu dengan jago silat dari Thian-Tok ini.Li Kun Liong tidak ingin mencari keributan, sambil menunduk ia melanjutkan makandan tidak menoleh lagi ke arah rombongan Bu-eng-cu.Beberapa saat kemudian, warung makan tersebut kembali kedatangan tamu,terlihat memasuki warung makan tersebut Ciang-Gu-Sik dan Tong-tang-lang.Dunia memang selebar daun kelor, pepatah tersebut sangat cocokmenggambarkan situasi ini. Di dalam sebuah warung makan secara kebetulansekali, bisa berkumpul tokoh-tokoh puncak dunia persilatan. Yang satu, jago mudapaling kosen dunia persilatan Tiong-goan, yang lain jago-jago nomer satu darinegeri Persia serta jago muda paling lihai dari negeri Thian-Tok.Kedatangan dua musuh yang hampir membuat dirinya binasa, membuat emosi LiKun Liong memuncak. Semua penderitaan yang dialaminya kembali terbayang,rasa sakit, rasa putus asa bercampur baur waktu itu. Namun di luaran, wajah LiKun Liong tidak menampakkan perubahan apa pun, dengan tenang ia menataptokoh-tokoh Mo-Kauw tersebut menuju meja kosong di sebelah kirinya. Begitumemasuki pintu warung makan tadi, Ciang Gu Sik dan Tong-tang-lang tentu sajasegera menyadari kehadiran Li Kun Liong tapi mereka juga tak bereaksi apa pun.Masing-masing pihak menahan diri namun seluruh urat syaraf mereka siap sediamenghadapi segala kemungkinan. Suasana tegang yang meliputi warung makantersebut dapat dirasakan para pegunjung. Hawa pembunuhan sangat terasa sekaliterutama di meja Li Kun Liong dan rombongan Mo-Kauw. Diam-diam, mereka yangtidak ingin terlibat urusan, segera menghabiskan makanan cepat-cepat danmeninggalkan warung makan tersebut, hanya tersisa tiga meja yang masih terisiyaitu meja Li Kun Liong, meja rombongan tokoh Mo-Kauw dan meja rombonganBu-eng-cu.Bu-eng-cu dan rombongan tentu saja juga dapat merasakan hawa permusuhantersebut namun karena bukan urusannya, mereka dengan tenang meneruskanmakan mereka sambil menanti perkembangan selanjutnya. Bu-eng-cu bertigasendiri tidak mengenal Ciang Gu Sik dan Tong-tang-lang, hanya dia dapatmenduga, kawanan ini pasti memiliki ilmu silat yang tinggi.Bahkan diam-diam Rasmeshwara ingin sekali menyaksikan terjadinya pertempuranantara Li Kun Liong dengan pria-pria yang barusan datang. Dia ingin menyaksikanseberapa hebat ilmu silat jago-jago dunia persilatan Tiong-goan.Mendadak, Tong-tang-lang mendengarkan suara ketawa yang nyaring,memecahkan keheningan yang terjadi.Ha..ha..ha.., sutit, bagaimana kabarmu selama ini, susiokmu ini cukup banggamemiliki sutit seperti dirimu, yang terkenal seantero sungai telaga. Susiokmu jaminkalau engkau sudi bergabung dengan partai Mo-kauw, nama besarmu pasti akanjauh lebih cemerlang.Hmm.., manusia tidak punya budi, masih berani-beraninya mengaku sebagaisusiok sahut Li Kun Liong dingin.He..he..he, rupanya jaman sudah terbalik, seorang sutit sudah tidak punya rasahormat terhadap susiok sendiri kata Ciang Gu Sik memancing keadaan.Mendengar perkataan Ciang Gu Sik, Tong-tang-lang merasa malu. Walaupun diatahu ilmu silat Li Kun Liong sekarang sudah maju pesat tapi karena egonya disinggung, membuatnya gelap mata.Sambil mendengus, dia melemparkan poci arak yang sedang di minumnya ke arahLi Kun Liong.Luncuran poci tersebut menyambar cepat ke arah muka Li Kun Liong, namun LiKun Liong tetap duduk dengan tenang. Begitu sambaran poci semakin mendekat,kira-kira dua senti dari mukanya, dengan kecepatan kilat tangan kirinya mengebasmenyambut poci arak tersebut. Kecepatan dan ketepatan li Kun Liong menyambutpoci arak tersebut sungguh mengagumkan hati Rameshwara. Diam-diam iamengakui, tidak mudah baginya untuk mengalahkan Li Kun Liong.Begitu berhasil menyambut poci arak tersebut, Li Kun Liong segera melempar balikpoci tersebut ke arah Tong-tang-lang. Dalam lemparan tersebut Li Kun Liongmenyertakan lima bagian tenaga dalamnya. Daya luncur poci tersebut jauh lebihcepat dan bertenaga sehingga Tong-tang-lang tidak berani menangkapnya.Dengan sedikit mengegoskan diri ke samping, poci tersebut mendesing lewatbeberapa senti dari wajahnya, sekarang menuju ke arah Rameshwara.Begitu tiba di depan wajahnya, wajah Rameshwara menyerong ke kiri sedikit, laludengan kecepatan yang mengagumkan, jari tengah tangan kanannya menyentilsedikit bagian bawah poci tersebut. Sungguh menakjubkan, akibat sentuhantersebut, poci arak berbalik arah kembali menuju ke arah Li Kun Liong.Jangan di kira untuk melakukan sentilan tersebut mudah dilakukan sembarang jagosilat, di dalam sentilan tersebut terkandung gerakan yang hanya dapat dilakukanseorang ahli silat yang telah mencapai pemahaman tertinggi ilmu silat. Kapan saatyang tepat melakukannya serta seberapa besar tenaga yang harus dikeluarkan,harus benar-benar diperhitungkan. Kalau tidak, begitu di sentil poci arak tersebutbisa pecah dan araknya akan berhamburan membasahi wajah orang yangmelakukan sentilan tersebut. Gerakan sentilan jari tersebut tidak kalah lihainyadengan ilmu It Sin Ci (Sentilan Satu Jari Sakti) dari Shao-Lin-Pai yang sangatterkenal tersebut.Daya luncur poci yang melayang ke arah Li Kun Liong semakin besar akibatsentilan Rameshwara. Kali ini, Li Kun Liong tidak bergerak sedikit pun, begitu pociarak sudah dekat ke wajahnya, tiba-tiba ia mengeluarkan hembusan dari mulutnya.Hembusan yang disertai tenaga sakti tersebut mengakibatkan poci kembali terbangke arah Tong-tang-lang dengan daya luncur yang semakin besar. Tong-tang-langtidak berani menangkap poci tersebut, dengan menggerakkan tubuh agak sedikitke kanan, poci tersebut meleset beberapa senti dari tubuh Tong-tang-lang, terusmeluncur menghantam tiang kayu.Braak.. pyaar, poci arak tersebut hancur berantakan, cipratan air arakberhamburan sejauh dua depa.Demonstrasi ilmu tingkat tinggi melalui perantaraan poci arak sangat menakjubkan,segala gerakan yang dilakukan para tokoh kosen ini merupakan intisari dari seluruhilmu silat mereka sehingga cukup dengan melihat demonstrasi ini, ahli silat yangbermata tajam dapat mengetahui ilmu silat Tong-tang-lang masih kalah setingkatdari ilmu silat Li Kun Liong dan Rameshwara.Hal ini disadari oleh Rameshwara, dia tidak berani memandang enteng Li KunLiong, hanya yang membuatnya heran adalah hubungan Li Kun Liong denganTong-tang-lang. Kalau di lihat dari pembicaraan tadi, mereka adalah sutit dansusiok. Tapi kelihatannya hubungan mereka tidak harmonis, juga yangmengejutkan ilmu silat si sutit lebih lihai dari si susiok.Melihat hasil lemparannya kurang berhasil, Tong-tang-lang segera melancarkanserangan baru. Tanpa memberi kesempatan kepada Li Kun Liong, dengan gerakanluar biasa diserangnya Li Kun Liong dengan gerakan Hwe-hong-sau-liu (anginpuyuh menyambar pohon) diikuti gerakan Ciong-siu-kiap-bok (Ciong Siu mencolokmata). Agak repot juga Li Kun Liong. Namun ia cerdik, hanya sebentar saja iakerepotan. Segera ia menjalankan langkah-langkah ajaibnya dan hasilnya sangatmengagumkan. Dengan mudah semua serangan Tong-tang-lang dapat iahindarkan bahkan dengan sekelabatan mata dia langsung dapat melihatkelemahan lawan. Sambil mengerahkan langkah ajaibnya, tubuhnya melayangmelewati bagian atas kepala Tong-tang-lang. Begitu di atas, tangannya dengankecepatan kilat menepuk perlahan ubun-ubun Tong-tang-lang. Apabila ubun-ubuntersebut kena, dapat dipastikan Tong-tang-lang akan binasa. Untung di saat yangsangat genting, Rameshwara melemparkan sebatang sumpit ke arah li Kun Liongyang sedang bersalto di atas. Sebenarnya Li Kun Liong mengira pukulannya kali iniakan dapat menebus pengeroyokan yang di lakukan Tong-tang-lang. Tapi, tiba-tibakupingnya yang tajam mendengar kesiuran lembut senjata rahasia menyambar kearahnya. Bila ia meneruskan tepukannya, walaupun berhasil namun dirinya takluput dari bahaya. Mau tak mau ia membatalkan tepukannya, dengan sedikitmenggeliat tubuhnya berhasil lolos dari serangan senjata rahasia tersebut dankedua kakinya mendarat mulus di lantai. Rupanya senjata rahasia tersebut berupasebatang sumpit yang dilemparkan Rameshwara.Sebenarnya Rameshwara tidak ingin ikut campur dengan pertempuran tersebutnamun Bu-eng-cu yang telah mengenali siapa adanya Tong-tang-lang dan Ciang-Gu-Sik segera memberi kisikan kepada Rameshwara untuk menolong Tong-tang-lang.Bu-eng-cu punya tujuan tertentu dengan menolong Tong-tang-lang. Diamengetahui saat ini partai Mo-kauw sedang dalam masa keemasannya, denganmemberi pertolongan kepada salah satu tetua Mo-kauw, ia berharap dapatmenjalin hubungan dengan ketua Mo-kauw, Sin-Kun-Bu-Tek. Kedua, Tong-tang-lang pasti akan merasa berhutang budi terhadapnya. Dengan memiliki seorangsahabat dengan kedudukan setinggi Tong-tang-lang, dapat dipastikan manfaatyang ia terima pasti besar.Memang sejak tadi Rameshwara ingin sekali menguji kelihaian ilmu silat Li KunLiong. Kesempatan ini tidak ia sia-siakan. Dengan gerakan elang menyambarkorbannya, diterjangnya Li Kun Liong dengan kecepatan kilat. Segera pertempuranantara dua jago silat ini berkecamuk dengan serunya. Pertempuran ini hebat bukanmain. Setiap gerakan tubuh, baik tangan dan kaki, membawa kesiuran angin danmenimbulkan getaran, bahkan lantai warung makan tersebut berderak-derakmenahan tenaga dalam yang tinggi tingkatnya. Meja dan kursi roboh tergulingberserakan.Dalam serang menyerang ini, kedua pihak sama-sama mengakui kelihaian lawanmasing-masing. Beruntung bagi Li Kun Liong sudah menguasai gerakan langkahajaib yang ia temukan di dalam gua, apabila tidak dia pasti kewalahan melayanijago dari negeri Thian-Tok ini. Aliran ilmu silat Rameshwara berbeda dengan aliranTiong-goan, banyak gerakan-gerakan yang aneh dan tak terduga hingga Li KunLiong harus ekstra hati-hati. Ilmu tenaga dalam Rameshwara berasal dari ilmuYoga, mereka yang telah menguasai ilmu yoga ini dengan sempurna akan memilikikelenturan tubuh yang hebat, tenaga dalam yang tinggi serta panca indera yangsangat tajam. Ilmu yoga ini memiliki bermacam-macam gerakan tergantung aliranmasing-masing, ada yang mudah, ada juga yang sangat sulit dilakukan. Umumnyahanya pertapa-pertapa tingkat tinggi yang dapat mencapai kesempurnaan dalamilmu yoga ini. Di negeri Thian-Tok sendiri, yoga di pandang sebagai ilmumandarguna sehingga tidak jarang kesaktian ilmu ini menjadi legenda. Penduduknegeri Thian-tok sangat mempercayai yoga bahkan kabarnya dengan ilmu ini,seseorang dapat melayang di atas permukaan air tanpa peralatan apa pun ataumenembus api yang berkobar-kobar tanpa terluka.Dilain pihak, Rameshwara pertempuran ini benar-benar menguras ilmunya. Iamencoba mainkan segala macam ilmu silat yang pernah ia pelajari, namun tetapsaja tidak dapat mendesak lawan.Hingga akhirnya terpaksa ia mengeluarkan ilmu simpanannya yaitu ilmu Ya-hwe-siau-thian (api liar membakar langit). Perlahan-lahan sorot matanya mengeluarkansinar yang aneh, berusaha memaksa Li Kun Liong saling bertatapan mata.Pada bentrokan mata tadi, Li Kun Liong sudah mengetahui kelihaian sorot mataRameshwara hingga dia tentu saja tidak berani bertatapan langsung. Sebisamungkin matanya tidak bentrok dengan sorot mata Rameshwara, kalaupunterpaksa segera ia mengalihkannya ke lain jurusan. Dengan demikiankonsentrasinya jadi terganggu, di satu pihak dia harus melayani serangan-serangan lihai lawan, di lain pihak harus berjaga-jaga terhadap sorot mata lawan.Li Kun Liong semakin kerepotan bahakan suatu saat tanpa disadarinya matanyabertatapan cukup lama dengan mata Rameshwara. Pikirannya langsung seolah-olah berhenti, tidak mau mengikuti lagi bahkan tenaganya pun mandek. Walaupunhanya sedetik saja, tapi dalam pertarungan tingkat tinggi, kelengahan semacam inidapat berakibat fatal.Diiringi lengkingan panjang Li Kun Liong yang berusaha melepaskan diri dari sorotmata Rameshwara, tahu-tahu merasakan berderaknya tulang pundaknya. PukulanRameshwara berhasil mampir dan menghantam pundak kirinya. Syukur tenagapukulan tersebut telah berkurang banyak, terpengaruh lengkingan Li Kun Liong,kalau tidak tulang pundak Li Kun Liong pasti patah.Rameshwara sendiri bukannya tidak apa-apa, lengkingan yang dikeluarkan Li KunLiong merupakan serangan melalui suara, mirip dengan pekikan singa namun jauhlebih dahsyat. Lengkingan tersebut telah menggetar jantung Rameshwara danmembuat kacau pergerakan aliran darahnya. Bagi seorang ahli silat, aliran darahyang kacau dapat membuat dirinya terluka parah apabila tetap melanjutkanpertarungan, apalagi bila lawan yang dihadapi seimbang atau lebih tinggi tenagadalamnya. Dia harus segera merawat diri dengan melakukan siulan yoga untukmelancarkan aliran darah agar kembali normal.Menyadari lawan-lawannya kali ini tidak dapat di pandang enteng, sambilmemegang pundak kirinya yang sakit dan tidak dapat digerakkannya denganleluasa, Li Kun Liong untuk ke sekian kalinya harus segera mengambil langkahmundur. Dengan ginkang yang dimilikinya saat ini, tidak susah baginya untukmelarikan diri dari musuh-musuhnya.Seperti orang yang sial berturut-turut, demikian juga nasib Li Kun Liong. Semajuapa pun ilmu silatnya, tetap saja ia harus mengalami kesialan di keroyok tokoh-tokoh kosen dunia persilatan. Sejak terjun ke sungai telaga, entah sudah berapakali lipat kemajuan ilmu silatnya bila dibandingkan dengan pertama kali turungunung. Namun kesialan terus mengikutinya, ia harus mengalami beberapa kalimusibah, pengeroyokan, fitnahan dan lain-lain.4. Kehormatan Seorang DaraDia bidadari di kesunyiandi gelapnya malam isi sepiungkapkan kesunyian hatiDia masih saja tampakkan senyumnyaMeski bumi yang dia pijak lelahkan langkahnyaMenuju kodrat-Nya yang kini terciptabaru saja dia di sini wanginya masih tertinggalTema yang diangkat syair di atas adalah cinta. Cinta memang merupakan inspirasi yangtiada habis-habisnya digali dan diungkap manusia. Ia telah melahirkan jutaan puisi, liriklagu, cerita fiksi, dll. Ia telah melahirkan sastrawan-sastrawan yang dikenang sepanjangsejarah. Ia pun telah melahirkan banyak karya yang menjadi besar dan abadi. Cinta, dengankekuatan dan kemisteriannya memang ajaib sehingga tampaknya, tak ada seorang punpenyair di dunia ini yang tidak pernah menulis sajak cinta. Jutaan sajak cinta telah ditulispenyair di berbagai belahan dunia dalam berbagai nada dan pandangan. Begitu pula yangtampak pada syair ini. Ia menyuarakan cinta dengan nada dan pandangan tertentu.Setelah meninggalkan Thian-San, Cin-Cin berkelana mencari jejak Li Kun Liong, diabertekad untuk memberitahu perasaannya terhadap Li Kun Liong. Dia tidak sanggupmenahannya sendiri, apapun yang terjadi akan ia terima, yang penting ia sudahmengungkapkan seluruh perasaannya.Suatu hari Cin-Cin tiba di suatu perkebunan teh di pinggir kota Yi-Xing di keresidenanJiangsu yang dikenal sebagai penghasil poci teh terkenal. Berlatar panorama perbukitanyang asri dan udara yang sejuk, sejauh mata memandang terhampar luas perkebunan tehyang menghijau segar dan indah, sangat cocok untuk beristirahat. Di sebelah kiri terdapatsebuah paviliun yang cukup besar dan berfungsi sebagai warung teh kecil, khusus bagipengelana yang ingin menikmati kehangatan dan keharuman the hasil petikan perkebunanteh ini.Menurut catatan sejarah, TEH (Camelia sinensis) dikenal sejak sekitar 2.737 tahun SebelumMasehi (SM) pada masa kekaisaran Shen Nong di Tiongkok. Dari negeri Tiongkok, tehkemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, dan sampai kini tradisi minum teh masihlestari di berbagai negara.Teh Tiongkok merupakan salah satu kebudayaan terbaik dari sekian kebudayaan Tiongkok.Upacara teh adalah hal yang sangat dalam dan kompleks Orang Tiongkok sangatmemperhatikan rasa dan aroma teh. Mereka juga senang membanding-bandingkan satujenis teh dengan teh lainnya. Di Tiongkok, penyajian minum teh tidak disertai denganhidangan makanan.Dalam tradisi minum teh di Tiongkok, ada dua wadah yang digunakan. Sebuah gelas dansebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sedangkan mangkukberfungsi untuk meminum air teh.Orang Tiongkok membuat teh secara bersama-sama. Daun teh dimasukkan hinggamenutupi lingkaran dasar poci. Poci terbuat dari tanah liat merah yang berpori rapatsehingga ketika dituangi air, lambat laun poci akan menjadi kering kembali.Poci ditaruh di atas mangkuk yang lebih besar, lalu dituangi air mendidih hingga luber. Airyang luber akan tertampung di mangkuk besar itu. Kemudian poci ditutup sekitar dua menit.Air teh dituang ke dalam poci lalu dipindahkan ke mangkuk. Seusai memindahkan air teh,tamu menghirup aroma teh dari gelas sebagai tanda penghormatan pada tuan rumah yangtelah menyajikan teh. Setelah itu, barulah teh bisa diminum. Proses ini dilakukan berulang-ulang dengan jenis teh yang berbeda-beda.Cara penyajian the memiliki tata cara penyeduhan dan penyajian teh tersendiri. Perangkatminum teh yang biasa disebut poci, teko, atau cawan, dengan cangkir-cangkirnya yangbentuknya menjadi beragam. Terdiri dari sebuah teko dan dua atau empat buah cangkir.Cin-Cin memasuki paviliun teh di sambut tatapan kagum pelanggan warung teh tersebut.Hanya terlihat dua tiga meja saja yang terisi. Dengan tenang Cin-Cin menuju meja di sudutruangan paviliun tersebut. Di salah satu meja, duduk seorang pemuda berbaju putih dengansinar mata gemerdap mengikuti setiap gerak-gerik Cin-Cin. Sinar mata pemuda inimencorong tajam seolah-olah hendak melucuti pakaian yang dikenakan Cin-Cin danmenjelajahinya inci demi inci. Tapi begitu sinar mata Cin-Cin mengarah ke arahnya, denganacuh tak acuh pemuda tersebut balas menatap Cin-Cin, tak terlihat sinar mata yangmencorong barusan. Rupanya pemuda ini memiliki pengalaman yang tidak sedikit denganwanita. Dia tahu seorang wanita pasti tidak senang di tatap sedemikian rupa bahkan justerudengan tatapan acuh tak acuh si wanita akan lebih menaruh perhatian kepadanya.Namun kali ini pemuda ini kecele, tak nampak sedikit pun perhatian dari gadis initerhadapnya. Tatapan Cin-Cin hanya mampir sekilas saja, terus berpaling ke arah luar,menikmati hamparan luas perkebunan teh di kejauhan.Pemuda berbaju putih tersebut adalah Bwe-hoa-cat Yap Fei. Semenjak dirinya hampirtertangkap sewaktu hendak memperkosa siau-Erl dan dikeroyok oleh Lu-Gan, Bai Mu An sipedang kilat dan tong-leng Gie-Lim-Kun Sun Khai Sek dan bawahannya, Bwe-hoa-cat lebihberhati-hati dalam tindakannya. Dia tidak berani menganggu gadis dari kaum persilatan atauputeri hartawan yang terkenal. Yang kasihan adalah gadis-gadis desa yang lugu, menjadikorban-korban berikutnya. Namun karena korbannya bukan berasal dari kaum terpandang,kehebohan yang ditimbulkan tidak begitu dashyat dan luput dari perhatian kaum duniapersilatan.Bagi Bwe-hoa-cat sendiri, memperkosa gadis-gadis dusun jauh dari cukup untuk memenuhihasratnya sehingga ketika melihat kerupawan Cin-Cin, air liurnya segera meleleh.Hasratnya yang mengebu-gebu kembali berkobar dengan hebat. Diam-diam dia mencaricara untuk menaklukkan gadis ini. Dia tidak mau sembrono, seorang gadis kangouw yangcantik jelita, berani berkelana seorang diri pasti memiliki ilmu silat yang tidak dapat dianggap enteng. Akhirnya dia memutuskan untuk menaklukan Cin-Cin secara halus dahulu,mengandalkan ketampanannya. Apabila tak berhasil baru dia gunakan kekerasan.Beberapa saat kemudian, datang serombongan orang mengiringi seorang pemuda yangcukup tampan. Lagak lagu pemuda ini sangat angkuh, dengan kipas dibentangkan di depandada, dia melangkah masuk ke dalam paviliun diiringi begundal-begundalnya. Kelihatanpemuda ini berasal dari keluarga hartawan, suasana yang tadinya hening, berubah menjadiramai oleh celotehan para pengiring pemuda ini. Pelayan warung teh rupanya sudahmengenal siapa adanya pemuda tersebut. Dengan senyuman lebar dan badan yangterbungkuk-bungkuk, dia menghampiri rombongan tersebut.Tan kongcu, selamat datang kembali di warung kami. Sudah lama tidak kelihatan, rupanyaTan kongcu sangat sibuk sekali sapa si pelayan dengan cengar cengir.Sudah, jangan banyak mulut. Sediakan teh kesukaanku seperti biasanya jawab pemudayang di panggil Tan kongcu tersebut dengan nada angkuh.Baik-baik, mohon Tan kongcu sabar sebentar jawab si pelayan dengan cepat.Melihat seorang gadis cantik duduk seorang diri, para pengawal Tan kongcu ini berbisik-bisik sambil mata mereka jelalatan ke arah Cin-Cin. Melihat kelakuan anak buahnyatersebut, Tan kongcu ingin menjaga image-nya. Dari tadi dia sudah melihat kehadiran Cin-Cin dan hatinya langsung berdebaran melihat kecantikan yang maha sempurna ini.Kalian diam semua!, nanti menganggu para tamu yang hadir di sini bentaknya kepadabegundal-begundalnya sambil mengedipkan mata ke salah satu pengawalnya.Pengawalnya ini bernama Kim Hok San dan sudah lama mengikuti Tan kongcu sehinggadia mengerti arti kedipan mata tersebut.Sambil cengar cengir, dia berjalan ke arah meja Cin-Cin.Nona, perkenalkan cayhe Kim Hok San adalah pengawal tuan muda Tan yang terkenal darikota Yixing, keluarga beliau merupakan hartawan terkaya di kota ini. Cayhe hendakmenyampaikan salam tuan mudaku untuk mengundang nona minum teh bersama kta KimHok San sambil menjurakan badan.Dari tadi sebenarnya Cin-Cin sudah sebal dengan lagak lagu rombongan Tan kongcutersebut, Cuma karean tidak ingin mencari keributan, dia diam saja. Tak terduga justerumasalahlah yang datang kepadanya.Terima kasih, sampaikan kepada tuan mudamu, nonamu lebih suka minum sendiri sahutCin-Cin pendek. Dia tidak memperdulikan lagi pengawal Kim Hok San.Dengan wajah berubah merah tanda hatinya merasa malu karena gagal memenuhi kehendaktuannya, Kim Hok San menjadi marah.Sebaiknya nona memenuhi undangan Tan-kongcu. Mari silakan nona katanya sambilberusaha memegang bahu Cin-Cin dengan gerakan Jing-hong-san-song (angin meniupsemilir).Sambil mengeryitkan keningnya, Cin-Cin mengebaskan tangannya menolak gerakan KimHok San tersebut, dia hanya menggunakan dua bagian tenaga dalam saja. Namun lebih daricukup untuk membuat Kim Hok San mundur terhuyung-huyung beberapa langkah.Kim Hok San semakin merasa malu, masak dia pengawal senior dari keluarga Tan-wangweyang terkenal dengan julukan Pek-ciu-sian-wan (lutung sakti tangan delapan) bisa kalahsama gadis muda yang tidak terkenal, mau di taruh kemana mukanya.Sambil menggereng, di serangnya Cin-Cin dengan gerakan lutung berjingkrakan, pukulanini cukup kuat tanda pemiliknya memiliki tenaga gwakang yang cukup tinggi.Cin-Cin pun mulai marah, tadi dia masih berbelas kasihan hanya mendorong mundur lawan.Tapi rupanya sang lawan tidak tahu diri, malah menyerang balik dengan ganas.Dukk di tangkisnya pukulan Kim Hok San dengan tangannya yang mungil, dibarengipukulan ke arah pundak lawan dengan kecepatan yang mengagumkan.Kraak.. dengan telak pundak Kim Hok San di hantam tangan Cin-Cin yang mengandungtenaga sakti. Tentu saja pengawal ini bukan tandingan Cin-Cin sehingga cukup dalamsegebrakan saja Kim Hok San dirobohkan.Melihat Kim Hok San roboh pingsan dengan tulang pundak patah, para pengawal Tankongcu lainnya merasa kaget dan marah. Beramai-ramai mereka menghampiri Cin-Cinuntuk menuntut balas namun belum tiba di meja Cin-Cin, dari samping berkelabat sesosokbayangan putih ke arah rombongan mereka.Plakk! Traang..aduh..! Hanya dalam sekejap mata para pengawal tersebut robohbergelimpangan di lantai. Ada yang matanya biru, telinganya berdarah. Entah bagaimanamereka tidak tahu apa yang terjadi, tahu-tahu sudah roboh dengan mata lebam dan hidungbocor.Tampak oleh Cin-Cin pemuda berbaju putih tersebut yang merobohkan para pengawaltersebut. Diam-diam ia mengakui kelihaian ilmu silat pemuda ini. Sebaliknya melihat anakbuahnya roboh bergelimpangan, dengan wajah pucat Tan kongcu melarikan diri dariwarung teh tersebut di ikuti dengan tertatih-tatih oleh para pengawalnya.Terima kasih atas pertolongan siangkong kata Cin-Cin memberi hormat.Ah... bukan apa-apa, nona. Cayhe yakin nona sendiri sanggup mengatasi gangguan tadi,cuma cayhe paling tidak suka melihat perlakuan mereka terhadap seorang gadisKesan Cin-Cin terhadap pemuda ini cukup baik. Dia yang masih hijau dan belumberpengalaman, tak mempunyai prasangka sama sekali dirinya saat ini mulai terjeratperangkap. Ibarat seekor laba-laba yang mementangkan jaring-jaringnya melibat korbannyasedikit demi sedikit tanpa di sadari mangsanya.Demikianlah, melalui pertolongan tadi, dengan lihai Bwe-hoa-cat dapat berkenalan danmengakrabkan diri dengan Cin-Cin. Bahkan dengan alasan sehaluan jalan, dia dapatmembuat Cin-Cin bersedia melakukan perjalanan bersama. Tentu saja pada beberapa haripertama, Bwe-hoa-cat tidak berani bertindak gegabah. Melihat gerakan Cin-Cin sewaktumendorong mundur Kim Hok San, dia tahu ilmu silat Cin-Cin tidak berada di bawahnyaalias seimbang hingga otomatis dia semakin waspada dalam bertindak.--- 000 ---Matahari kian menghilang, perlahan-lahan senja mulai menampakkan dirinya malu-malu.Jingga senja terlihat sangat indah, seolah senja adalah masa yang demikian agung dan bisamenimbulkan rasa cinta dan bahagia.Kota terdekat masih jauh, Cin-Cin dan Bwe-hoa-cat terlihat berjalan menyusuri ladang-ladang terlantar tak terurus. Daerah ini kering kerontang di terpa musim panas yang ganas.Sepanjang perjalanan, Bwe-hoa-c at mendapat tahu siapa diri Cin-Cin, hendak kemana iapergi. Begitu tahu Cin-Cin mengenal Li Kun Liong, diam-diam dirinya kaget. Tentu saja iamengenal nama Li Kun Liong yang akhir-akhir ini menjulang tinggi bahkan dia tahu dulukaum persilatan menyangka Bwe-hoa-cat adalah Li Kun Liong. Walaupun belum pernahbertemu langsung dengan Li Kun Liong, kelihaian ilmu silat Li Kun Liong sudah didengarnya di mana-mana. Dia tidak ingin mencari masalah dengan tokoh sekosen Li KunLiong tapi hasratnya terhadap Cin-Cin semakin mengebu-gebu. Selama perjalanan diamasih mampu menahan hasratnya, tapi tentu saja tidak bisa berlangsung lama. Seseorangyang sudah diperbudak hawa nafsunya sendiri ibarat kecanduan opium, tidak bisa mengontrol diri sendiri. Begitu pula dengan Bwe-hoa-cat, walaupun tahu Cin-Cin adalah teman atau kekasih Li Kun Liong yang lihai, namun akhirnya akal sehatnya dikalahkan oleh nafsu birahinya. Dia sudah memutuskan untuk menjalankan aksi secepatnya sebelum korbannya sadar.Tak lama berjalan, mereka menjumpai kedai kecil yang hanya terdiri dari beberapa meja saja. Pemilik kedai tersebut adalah kakek tua yang hidup sendirian, selama puluhan tahun dia hidup sebatang kara di kedai tersebut. Hidangan yang tersedia hanya bakpau, bakmi dan arak buatan si kakek yang rasanya sedikit getir.Tidak ada pelanggan lain selain mereka berdua, situasi demikian sangat cocok untukbertindak. Dengan hati berdebar-debar tanda hatinya mulai bergairah, seolah-olah akanmenyantap masakan yang sangat lezat. Dengan keahliannya yang tinggi, Bwe-hoa-catmenuangkan teh ke dalam cawan Cin-Cin dan menyorongkannya ke hadapan Cin-Cin. Padasaat yang menuang teh tersebut, dia menjentikkan semacam obat bius ke dalam cawantersebut. Obat tersebut tersimpan dalam lekukan ibu jari, dengan sedikit jentikan tanpadiketahui Cin-Cin, obat tersebut tercampur dalam cawan teh yang di minum Cin-Cin.Mari di minum Cin-Cin kata Bwe-hoa-catTerima kasihTanpa perasaan curiga sama sekali, Cin-Cin minum teh tersebut, lalu menggambil sepotongbakpau isi daging dan makan perlahan-lahan. Bwe-hoa-cat mulai ikut makan, namun diam-diam mengamati Cin-Cin untuk melihat efek yang ditimbulkan.Tak lama kemudian, Cin-Cin menguap kecil. Sesekali ditutupnya mulutnya yang mungildengan tangannya. Makin lama makin terasa mengantuk dirinya, kelopak matanya yangindah mulai terasa berat dan susah sekali untuk tetap terbuka.Aduh rasanya mengantuk sekali kata Cin-Cin sedikit pusing.Engkau kenapa Cin-Cin kata Bwe-hoa-cat hati-hatiRasanya berat sekali..aku.. Cin-Cin tidak dapat meneruskan kalimatnya, dengan lemas iameletakkan kepalanya di meja dan terkulai lemah. Begitu kepalanya menyentuh meja, Cin-Cin langsung ter tidur pulas di meja.Walaupun diam-diam hatinya girang, Bwe-hoa-cat berpura-pura bingung. Dipanggil dan diguncang-guncangnya bahu Cin-Cin namun Cin-Cin tetap tertidur pulas.Menyadari siasatnya berhasil dengan baik, sinar mata Bwe-hoa-cat kembali mencorongmenatap tubuh Cin-Cin yang terbaring lemas di atas meja. Dia bangkit berdiri menuju kedalam kedai, di ruangan belakang di jumpainya si kakek sedang merebus air.Tanpa sepatah kata pun, dikebaskan tanggannya ke arah tengkuk si kakek. Si kakek tuatersebut roboh terkulai jatuh ke lantai. Binasa.Bwe-hoa-cat kembali ke meja dan memondong tubuh Cin-Cin masuk ke dalam kamar disebelah dalam kedai tersebut. Dibaringkannya tubuh Cin-Cin yang ramping di ataspembaringan kayu. Ditatapnya wajah Cin-Cin yang sangat rupawan tersebut, belum pernahselama hidupnya melihat gadis secantik ini.Wajahnya nan cantik jelita, kulitnya putih cerah. Alisnya hanya seluas sisa gerhana bulan.Bibir indahnya tersapu merah muda tanpa polesan gincu buatan manusia. Hidungnya yangramping dan pipinya halus sedikit kemerah-merahan menambah sempurna kecantikannya.Dagunya cembung mulus, menggantungkan pesona melelapkan. Rambutnya bak suterahitam alami yang indah menjalari punggungnya. Jemarinya lentik dan halus.Dengan tangan gemetar tanda hasratnya mulai menggelora, Bwe-hoa-cat mengusap-usaprambut Cin-Cin yang hitam. Dirabanya wajah Cin-Cin yang halus bak pualam tersebut.Sambil menundukkan wajahnya, di kecupnya bibir merah semu yang ranum merekahtersebut. Rasanya manis bagaikan buah pir segar, lembut dan melegakan. Lama kelamaankecupan bibir tersebut berubah menjadi kuluman dan pagutan yang membara, tangannyadengan liar meraba-raba ke seluruh tubuh Cin-Cin. Bau harum segar tubuh seorang gadisperawan menggugah gairah kelakiannya.Sensor yaa...Selagi hendak melanjutkan aksinya, sekonyong-konyong terdengar suara sapaan dariruangan luar kedai tersebut.Sambil berjingkrak kaget, Bwe-hoa-cat bangkit dari pembaringan tersebut, dirinya tidakmenyangka masih ada pelanggan yang datang di kedai yang sepi ini. Dia diam tak bergeraksambil memasang kuping tajam-tajam, kelihatannya yang datang hanya satu orang saja, diaberharap orang tersebut lekas berlalu, namun harapannya tak terkabul. Melihat tidak adareaksi atas sapaannya tadi, orang tersebut menyapa sekali lagi dengan suara nyaring.Omitohud, apakah ada orangnyasapa orang tersebut.Di lihat dari suara dan sapaan tersebut, gelagatnya yang datang adalah seorang bhiksumuda. Diam-diam Bwe-hoa-cat semakin meningkatkan kewaspadaannya, dia tahu yangdatang adalah seorang kaum kangouw. Dia sendiri merasa serba salah, apakah diam ditempat atau segera keluar menyambut orang tersebut.Akhirnya diputuskannya keluar. Cin-Cin masih tertidur dengan pulas, tak menyadari bahayayang hampir merenggut kehormatannya.Bwe-hoa-cat segera keluar ke ruangan depan kedai tersebut, tampak olehnya seorang bhiksumuda Shao-Lin sedang berdiri di pintu masuk kedai tersebut. Wajahnya cukup tampan,dengan kepala yang botak kelimis dan alis yang tebal menambah keagungannya. Sinarmatanya lembut seperti bhiksu pada umumnya yang sudah mendalami inti ajaran sangBuddha.Bhiksu muda tersebut sedikit heran ketika tahu yang keluar menyambut adalah seorangpemuda seumurannya.Tanpa basa-basi, Bwe-hoa-cat segera berkata Bhiksu rupanya sama seperti cayhe, mencaripemilik kedai ini. Cayhe barusan dari dalam mencarinya tapi kelihatannya kedai ini sudahditinggalkan pemiliknya.Omitohud, rupanya sicu juga tamu kedai ini. Memang mengherankan, entah kemanagerangan pemilik kedai ini. Mungkin sedang mencari kayu bakar, sebaiknya kita menantisebentar, siapa tahu segera muncul kata bhiksu muda tersebut sambil mengambil kursi danduduk di meja dekat pintu keluar.Melihat bhiksu tersebut bukannya segera pergi, malahan duduk menanti kedatangan pemilikkedai tersebut, wajah Bwe-hoa-cat berubah menjadi masam. Perubahan wajah tersebut tidakterlepas dari pandangan bhiksu tersebut, bahkan sebenarnya dia sudah curiga melihattingkah laku Bwe-hoa-cat yang tidak wajar. Walaupun kelihatan wajah bhiksu ini lugunamun sebenarnya otaknya sangat cerdik.Bhiksu muda ini biasa dipanggil bhiksu Hun-Lam dan merupakan murid terakhir ketuabiara Shao-lin terdahulu, Tiang-Pek-Hosiang. Nama bhiksu Hun-lam ini pernah di singgungdalam pertemuan di puncak gunung Song-Shan. Dia ditugaskan berkelana untuk menyerapikabar berita partai Mo-Kauw. Dalam pengembaraannya, sudah beberapa kali ia terlibatbentrokan-bentrokan dengan para penjahat, baik yang memiliki ilmu silat biasa saja sampaidengan perampok yang berkepandaian kelas satu, semuanya dapat ditaklukkannya hingganama bhiksu Hun-Lam mulai di kenal di kalangan sungai telaga sebagai bhiksu muda dariShao-Lin yang sangat lihai. Namanya mulai di sebut-sebut berendeng dengan jago-jagomuda yang telah terkenal sebelumnya seperti Bai Mu An, Lu-Gan, Tiauw-Ki, Kok-Bun-Liong, Sie-Han-Li, dan lain-lain.Bhiksu Hun-Lam dalam merobohkan kaum Liok-lim tidak pernah turun tangan kejam,apalagi sampai membunuh. Dengan ilmu silat Shao-Lin yang sudah dikuasainya dengansempurna, tidak susah baginya merubuhkan lawan-lawanya tanpa menderita luka yangparah. Dalam pengembaraannya tersebut, akhirnya dia tiba di kedai ini dan menjumpaisuatu keanehan. Nalurinya yang tajam memberitahu, pemuda yang berhadapan dengannyasaat ini bukan seorang baik-baik, entah apa yang dilakukannya di dalam kedai ini. Diamengkhawatirkan pemilik kedai, itulah sebabnya dia memutuskan untuk menunggu di kedaiini.Sebaiknya bhiksu segera meninggalkan kedai ini dan melanjutkan perjalanan, cayhe sudahmemesan tempat ini untuk rombongan tamu-tamuku kata Bwe-hoa-cat ketus.Masak sicu mengundang tamu di tempat terpencil seperti ini, kalaupun begitu, cumabertambah seorang bhiksu, pinceng rasa tidak apa-apa sahut bhiksu Hun-lam berlagak taktahu apa-apa.Urusanku bukan urusan bhiksu. Segera pergi atau perlu kupaksa kata Bwe-hoa-catmengancamOmitohud.. rupanya sicu biasa berbuat sewenang-wenang, apakah tempat ini milik sicuJangan banyak omong, bhiksu keparat, menganggu orang saja kata Bwe-hoa-cat sambilmelancarkan pukulan ke arah pundak bhiksu Hun-lam. Habis kesabarannya, hendakdiusirnya bhiksu ini dan melanjutkan aksinya yang terganggu tadi.Melihat datangnya serangan yang tidak dapat di anggap enteng ini, dengan gesit bhiksuHun-lam mengegoskan badannya ke samping. Baju bhiksu yang dikenakannya berkibar-kibar terkena hembusan pukulan tersebut, Dengan wajah kaget, bhiksu Hun-lam menatapBwe-hoa-cat, sejak turun gunung baru kali ini dia menghadapi seorang lawan setangguhBwe-hoa-cat.Belum lagi bereaksi, serangan kedua, ketiga dan seterusnya melanda bhiksu Hun-lam.Bhiksu Hun-lam keteteran, dia sibuk mengelak ke sana kemari, tidak dapat membalassekalipun. Namun setelah belasan jurus dengan hanya mengelak, mulailah bhiksu Hun-lammengembangkan gerakannya untuk balas menyerang.Dengan gerakan-gerakan Liong-kun (ilmu silat naga) dicampur gerakan Ho-kun (ilmu silatbangau) serta diselingi gerakan Pa-kun (ilmu silat macan tutul), bhiksu Hun-lam sedikitdemi sedikit dapat merebut kembali posisi. Pertempuran sekarang berlangsung seru, balasmembalas, elak mengelak mengandalkan ilmu meringankan tubuh dan tenaga lweekangmembuat pertarungan semakin mendebarkan hati. Sedikit saja lengah, pihak lawan dapat menekan balik, akibatnya perlu usaha keras untuk mebalik keadaan. Masing-masing pihak kelihatannya seimbang, Bwe-hoa-cat unggul dalam ilmu meringankan tubuh sedangkan bhiksu Hun-lam unggul dalam tenaga lweekang. Ini bisa dimaklumi, bhiksu Hun-lam adalah seorang pemuda jejaka asli, tidak mengenal wanita sedangkan Bwe-hoa-cat banyak menghamburkan tenaga untuk bersenang-senang, di samping itu, lweekang yang dipelajari bhiksu Hun-lam adalah lweekang murni dari Shao-Lin.Seperti perkataan ketua Shao-Lin mengenai sute termudanya ini, bakat bhiksu Hun-lamsangat bagus bahkan melebihi bakatnya sendiri, selama seratusan tahun belakangan, bakatbhiksu Hun-lam lah yang paling tinggi di antara kalangan bhiksu-bhiksu Shao-Lin. Sejakkecil bhiksu Hun-lam telah belajar di Shao-lin, dia sudah menguasai kungfu-kunfu khasShao-Lin seperti I-Chin-Ching (ilmu perubahan otot-otot), Dim-Mak (Tapak Maut), Tiet-Sin- Kuen (Otot Kawat Tulang Besi), It-Sin-Ci (1 (satu) Jari Sakti), Tanglang (BelalangSembah), 18 senjata klasik (Pedang, Trisula, Pedang Berkait, Pisau, Golok Besar, GuanDao, Toya, Tongkat, Tombak, Pena Yin Yang, Cambuk), dan lain-lain.Cukup menguasai satu-dua macam ilmu-ilmu di atas sudah bisa di anggap jago kelas satu,apalagi bhiksu Hun-lam yang dengan bakatnya yang tinggi mampu menguasai ilmu-ilmutersebut dengan sempurna.Seratusan jurus telah berlalu, kelihatan sekarang bhiksu Hun-lam sedikit lebih unggul, Bwe-hoa-cat sekarang lebih banyak bertahan saja. Diam-diam Bwe-hoa-cat gelisah, takdisangkanya bhiksu muda ini memiliki ilmu silat selihai ini,. Kalau diteruskan, bisa-bisa diamenelan kekalahan tapi dia merasa sayang meninggalkan Cin-Cin. Ibarat mangsa yangdengan susah payah ditangkapnya, sudah di depan mata tinggal di caplok saja, tapi apa dayalawannya ini memiliki ketangguhan yang luar biasa.Akhirnya dia lebih mementingkan keselamatannya sendiri, Bwe-hoa-cat mulai berniatmengundurkan diri. Sambil melompat mundur menghindari serangan lawan, Bwe-hoa-catmelayang ke luar kedai dan menghilang di balik kegelapan malam.Bhiksu Hun-lam menyusut keringat di keningnya, pertarungan tadi cukup mengurastenaganya. Baginya, ini adalah pertempuran terhebat yang pernah di alaminya. Dia heran,siapa gerangan pemuda berbaju putih tersebut, ilmu silat yang dimilikinya sungguh lihai.Setelah agak mendingan, bhiksu Hun-lam memasuki ruangan dalam kedai tersebut. Diamemasuki ruangan di mana Cin-Cin berada. Saat itu hari sudah gelap, keadaan ruanganyang gelap membuat bhiksu Hun-lam tidak dapat melihat dengan jelas. Dia lalu kembalikeluar dan mencari lilin untuk penerangan dan kembali ke ruangan dalam. Sinar lilin yangberkelap-kelip menerangi ruangan yang dimasukinya.Omitohud. serunya begitu matanya melihat ke arah pembaringan dimana terlihat Cin-Cin terbaring pulas dengan tubuh bagain atas polos dan memperlihatkan sepasang buahdada yang sangat indah dan sedang ranum-ranumnya dari seorang gadis muda. Sambilmenutup matanya erat-erat, bhiksu Hun-lam mundur menjauhi ruangan tersebut. Dengankaki gemetar dan hati yang berdebar-debar, dia kembali ke ruangan luar kedai tersebut.Seumur hidupnya belum pernah dia melihat tubuh seorang gadis, apalagi gadis secantikCin-Cin. Keimanannya terguncang hebat, menyaksikan pemandangan yang mengiurkantersebutMemang, setiap manusia memiliki kelemahan-kelemahan, tidak ada yang sempurna. Disetiap jaman, manusia bertempur, berkelahi, berperang demi seorang wanita, harta, dankekuasaan.Hanya sedikit manusia yang bisa luput dari ketiga godaan tersebut, bahkan tidak jarangbanyak yang memiliki ketiga kelemahan tersebut di dalam dirinya. Tapi ada juga yanghanya memiliki salah satu atau dua dari kelemahan tesebut.Bhiksu Hun-lam adalah seorang yang sejak kecil menjadi bhiksu, setiap hari di kuil Shao-lin dia mendengarkan ajaran-ajaran sang Buddha sehingga hatinya bersih dari segalagodaan. Tapi bukan berarti bebas sama sekali, segala wejangan atau ajaran yangditerimanya, baru terbukti telah diresapi sampai ke akar-akarnya ketika menghadapi cobaanatau godaan. Banyak orang-orang suci yang akhirnya jatuh terjerumus di lembah dosahanya karena tidak tahan terhadap godaan atau cobaan. Bisa kita lihat dalam kehidupansehari-hari kita, banyak pastor, pendeta, ulama yang menyeleweng perbuatannya.Demikian pula kali ini, keimanan bhiksu Hun-Lam sedang di uji. Beruntung pada dasarnyahati bhiksu Hun-lam memang suci bersih, walaupun sesaat hatinya terguncang melihatpemandangan tersebut namun dengan cepat dia menyadari segala sesuatu. Dia justerumerasa kasihan melihat keadaan gadis muda tersebut dan bersyukur datang tepat waktuuntuk menolong gadis ini. Tapi bhiksu Hun-lam tidak berani masuk kembali ke dalamruangan tersebut. Sambil bersamadhi, dia menunggu di luar, berjaga-jaga kalau pemudaberbaju putih tadi datang kembali. Dia berharap gadis tersebut cepat sadar, dengan sabar diamenanti dan menghabiskan malam itu bersama nyamuk-nyamuk malam. Sungguh jarangditemui orang seperti bhiksu Hun-lam ini.--- 000 ---Pagi itu, matahari sudah beranjak dari peraduan untuk memberi kecerahan bagi merekayang senantiasa membutuhkan pencerahan.Tak peduli apa pun yang terjadi, matahari selalu dengan setia menjalankan tugasnyamenerangi bumi. Cahayanya yang semburat kemerahaan perlahan-lahan berubah menjadikekuning-kuningan dan terus bergeser naik dari peraduan ke atas langit biru yang cerah.Di dalam ruangan dalam kedai tersebut, perlahan-lahan Cin-Cin membuka kelopakmatanya. Dengan kepala masih sedikit pusing dan mengantuk, dia berusaha bangun. Tiba-tiba matanya menangkap tubuh bagian atasnya yang polos tak berbaju.Dengan mata terbelalak kaget, dia menjerit lirih. Sebisa mungkin kedua tangannyamenutupi sepasang buah dadanya yang menjulang. Dilihatnya baju yang dikenakannyakemarin, teronggok di lantai. Cepat-cepat diraihnya dan dikenakannya dengan terburu-buru.Matanya mulai mengeluarkan api kemarahan. Dia tidak tahu apa yang terjadi, diperiksanyaseluruh bagian tubuhnya. Tidak terasa apa pun, dia menarik nafas lega.Seingatnya, semalam sehabis minum teh yang disodorkan Yap Fei kepadanya, tahu-tahumatanya terasa berat dan tiba-tiba terbangun dalam keadaan begini. Hatinya mulai merasacuriga, entah di mana gerangan keberadaan Yap Fei. Dia segera berlari keluar ruanganuntuk mencari jejak Yap Fei.Di ruangan luar kedai tersebut tampak olehnya seorang bhiksu muda baru selesai darisamadhinya. Dilihatnya seorang gadis muda yang sangat cantik, keluar dari ruangan dalamdengan tatapan mata yang curiga ke arahnya.Omitohud.., syukur nona sudah sadar kembali. Pinceng sangat khawatir dengan keadaannona.Siapa adanya bhiksu, kenapa bisa berada di sini dan mengapa tahu keadaanku? tanya Cin-Cin ketus dan masih bercuriga.Sambil tersenyum maklum, bhiksu Hun-lam menjawab,Semalam kebetulan pinceng memasuki kedai ini, tapi setelah berteriak beberapa lama, tidak ada seorang pun sehingga hampir pinceng pergi meninggalka kedai ini. Tapi kemudian, dari ruangan di mana nona tadi keluar, muncul soerang pemuda berbaju putih yang mengaku sebagai tamu kedai ini serta mengusir pinceng. Akhirnya pinceng dan pemuda tersebut terlibat bentrokan kecil, syukur akhirnya pemuda tersebut mengalah dan pergi dari sini. Pinceng lalu memeriksa kedai ini dan mendapati nona yang rupanya di bius, pinceng tidak berani bertindak lancang, makanya pinceng berjaga-jaga saja di kedai ini menungu nonan sadar dengan sendirinya.Mendengar keterangan bhiksu tersebut, kecurigaan Cin-Cin perlahan-lahan meluntur,rupanya bhiksu ini yang justeru telah menolongnya dari ancaman bahaya yang mengerikanbagi seorang gadis.Dengan perasaan berterima kasih, Cin-Cin berkata Maafkan aku bhiksu kalau telah berlakukasar, mohon dimaklumi karena aku sangat kaget begitu sadar melihat keadaanku ini.Rupanya ini semua perbuatan si keparat Yap Fei. Untung bhiksu datang tepat padawaktunyaTidak apa-apa nona, sudah menjadi kewajiban pinceng untuk menolong sesama. Apakahpemuda berbaju putih tersebut nona kenal?Ya bhiksu, dia bernama Yap Fei, teman seperjalananku. Aku berkenalan dengannya belumlama, tidak di sangka tutur katanya yang sopan dan halus, memiliki hati sekejam iblis kataCin-Cin geram.Syukur nona tidak apa-apa, dunia ini memang penuh dengan manusia yang tersesat, kitaharus selalu waspadaCin-Cin mengangguk setuju, dia lalu menanyakan nama dan berasal dari perguruan manabhiksu Hun-lam.Ketika tahu bhiksu Hun-lam berasal dari Shao-Lin dengan gembira Cin-Cin memberitahusiapa dirinya. Keceriaannya telah kembali.Bhiksu Hun-lam pun gembira dapat menolong Cin-Cin yang ternyata berasal dari Thai-San-Pai, bahkan putri ketua Thai-San-Pai. Mereka berdua lalu memeriksa ruangan lain kedaitersebut, di dalam dapur, mereka menemukan mayat pemilik kedai tersebut danmenguburkannya diiringi doa bhiksu Hun-lam.5. Sian-Li-Kiam (Dewi Pedang)Sementara kita tinggalkan dulu Cin-Cin yang lolos dari jeratan Bwe-hoa-cat dan di tolongbhiksu Hun-lam, mari kita kembali ke jago kita Li Kun Liong. Dalam cerita sebelumnya, LiKun Liong harus melarikan diri dari kepungan Rameshwara dan tokoh-tokoh Mo-Kauw.Dengan hati kesal, begitu sudah berada di luar kota Li Kun Liong mengembangkan ilmumeringankan tubuh sekuatnya. Tubuhnya berkelabat dengan cepat bagaikan anak panah,melesat dengan kecepatan tinggi. Entah sudah berapa lama dia berlari, begitu menghentikanlangkahnya, Li Kun Liong tiba di sebuah telaga yang sunyi di kaki bukit suatu pegunungan.Entah apa nama pegunungan ini, Li Kun Liong tidak tahu berada di mana dirinya saat ini.Telaga tersebut tidak begitu besar dan dikelilingi hutan dengan pepohonan yang rimbun,meliputi hampir duapertiga telaga tersebut. Airnya jernih sehingga pantulan sinar mataharisenja menerangi bagian dalam telaga tersebut. Layaknya cermin, semuanya akanmemantulkan bayangan yang serupa. Tak kurang dan tak lebih.Kesunyian telaga ini mengugah kenangannya terhadap diri siau-Erl, entah di manakeberadaan siau-Erl kini. Rasa rindu yang mendalam mencengkram hati Li Kun Liong yangkesepian.Hatinya telah terbagi tak utuh lagi, dimana serpihan hati telah berserakan dibawah kakinya,ada sebagian yang terjerat kuat, sehingga begitu kuatnya, Li Kun Liong menahan kepedihandan rindu ini....seorang diri...! Airmata yang membawa rasa rindu yang terungkapkan,dinginnya udara di tepi telaga ini tak dapat mengusik hati seorang pemuda yang sedangmerindu. Hari itu dihabiskan Li Kun Liong di sekeliling telaga tersebut.Keesokan harinya, Li Kun Liong terjaga dari tidurnya. Dia turun dari atas pohon besar danmenuju tepi telaga. Dia terjun ke dalam telaga, airnya sangat dingin tapi menyegarkan.Semangatnya bangkit, dia berenang mengelilingi telaga tersebut. Dengan kelihaian ilmusilatnya saat ini, dengan mudah dia dapat mengapung di atas air tanpa menggerakkan kakiseperti seharusnya. Selama berenang Li Kun Liong menginggat kembali pertarungannyadengan Rameshwara. Setiap gerakan lawan diingatnya kembali dan di analisanya,bagaimana cara menghadapi gerakan tersebut, kelemahan gerakan lawan, satu persatudiulanginya kembali. Berkat kecerdikannya, pemahamannya akan ilmu silat Rameshwarabertambah.Tidak sedikit manfaat yang diperolehnya dari pertarungan tersebut. Memang bagi seorangahli silat, kemajuan ilmu silat bukanlah ditentukan semata-mata oleh kelihaian ilmu silatyang bersangkutan tapi tak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk melihat kesalahandan kelemahan gerakan lawan. Apabila mampu menganalisa hal tersebut, dalampertarungan kembali dengan lawan yang sama, kemungkinan untuk menang menjadi lebihbesar. Li Kun Liong memiliki kebiasaan yang sangat baik dengan selalu mengulangi,menginggat, menganalisa setiap pertempuran yang dialaminya sehingga tanpa disadarinyapemahamannya terhadap ilmu silat lawan memberi peluang yang besar baginya untukmengalahkan lawan-lawannya di kemudian hari.Selagi Li Kun Liong berenang sambil menginggat kembali semua gerakan ilmu silat lawan,dari tengah telaga tampak mendatangi sebuah sampan kecil. Sampan tersebut melajuperlahan ke arah tepian, mendekati tempat Li Kun Liong. Tampak di atas sampan tersebutseorang pria, semakin mendekat semakin jelas wajahnya. Dari kejauhan terlihat pemuda diatas sampan tersebut sedang meniup seruling bambu, nada iramanya bernafaskan cinta.Lapat-lapat Li Kun Liong seperti pernah mendengar irama seruling ini, entah di mana diapernah mendengar irama ini.Sampan tersebut semakin mendekat ke arah Li Kun Liong. Pemuda yang berada di sampantersebut menghentikan tiupan serulingnya, begitu melihat ada seseorang yang sedangberenang di tepian telaga. Begitu dekat, keduanya mengeluarkan teriakan kaget.Kun LiongLiok-hengTernyata pemuda yang berada di atas sampan tersebut adalah Liok Han Ki atau Liok InHong. Pada seri dendam kesumat, Li Kun Liong dan Liok In Hong pernah melakukanperjalananan bersama, di mana Liok In Hong yang terkenal dengan julukan Sian-Li-Kiam(Dewi Pedang) waktu itu menyamar sebagai seorang pemuda bernama Liok Han Ki. Namunakhirnya samarannya terbongkar dan saking malunya dia lari meninggalkan Li Kun Liong.Sebenarnya dalam perkabungan ketua Hoa-San-Pai di pegunungan Hoa-San, Liok In Hong juga datang dengan wajah asli sehingga Li Kun Liong tidak mengenalinya. Sekarang tanpa di duga-duga mereka kembali bertemu dan Liok In Hong kembali menyamar sebagai seorang siucai (pelajar).Dengan girang Liok In Hong mendayung sampannya semakin mendekat ke arah Li Kun Liong. Mulanya Li Kun Liong hendak keluar dari dalam air namun tiba-tiba ia teringat Liok In Hong ini adalah seorang gadis yang menyamar sehingga dia batal keluar dari dalam air.Saat ini dia tidak berpkaian sama sekali. Hal ini rupanya disadari juga oleh Liok In hongyang sudah mendekat sehingga dengan wajah kemerahan, dia mendayung perahunyamenjauh dan berkataKun Liong, segera engkau berpakaian, baru berbincang-bincang.Sambil menganggukkan kepalanya, Li Kun Liong cepat-cepat keluar dari dalam air danberpakaian. Tak lama kemudian, sampan Liok In Hong kembali datang dan berlabuh ditepian.Liok-heng, eh..nona Liok, engkau masih tetap seperti dulu, tidak berubah sedikitpun sapaLi Kun Liong ragu-ragu menyebut nama Liok In Hong.Wajah Liok In Hong kembali kemerahan, dia teringat kejadian di mana sewaktu dirinyapingsan, tanpa sengaja Li Kun Liong telah melihat tubuh bagian atasnya.Hmm.. sekarang justeru engkau yang sudah berubah Kun Liong, namamu semakin terkenalsaja, pasti engkau sudah lupa kepadaku, apalagi banyak gadis yang menemanimu kata LiokIn Hong sambil mencibirkan mulutnya. Dia teringat di markas Hoa-San-Pai, waktu itu diamelihat Li Kun Liong bersama seorang gadis yang sangat cantik yaitu Kim Bi Cu.Engkau bisa saja, Liok-heng, ehh..lupa nona LiokApa panggil-panggil nona segala, namaku Liok In Hong, panggil saja In Hong atauHong Liok In Hong tidak menyelesaikan perkataannya, wajahnya kembali kemerahan.Baiklah Hong-moi kata Li Kun Liong sedikit menggoda.Oh ya, Liong-ko (wah, ikutan berubah panggilannya nih), selama ini kemana saja engkau,sejak meninggalkan pegunungan Hoa-San, tidak terdengar lagi kabar beritamuAku kembali ke pegunungan Thai-San untuk menyembayangi abu guruku, Hong-moiOh begituHong-moi, engkau sendiri sekarang hendak menuju kemana? Bagaimana kabar Bai-heng,apakah engkau sudah bertemu dengannya?Dengan wajah sedikit berubah, Liok In Hong menjawab Waktu di markas Hoa-San-Paibukannya engkau sudah melihatku bersama-sama dengan Bai Mu An?Oh, rupanya gadis cantik yang duduk di sebelah Bai-heng waktu itu adalah engkau, Hong-moi. Aku jadi pangling, rupanya engkau lebih cocok berdandan sebagai seorang gadisdaripada seorang siucai kata Li Kun Liong menggoda.Huh.. dasar laki-laki, tidak boleh melihat gadis lain sunggut Liok In Hong.Baiklahbaiklah, terserah padamu mau berdandan sebagai apa pun, yang pentingsekarang adalah mengisi perut dulu, dari semalam aku belum makan kata Li Kun Liongsambil mengusap-usap perutnya.Wah, dari sini ke kota tedekat masih cukup jauh, baga