PBO (recloser)

11
Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN, PENGOPERASIAN DAN PENGKOORDINASIAN RECLOSER Yoga Dwi Oktaviyanto 1 , Mochammad Facta, ST,MT,PhD 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055 [email protected] AbstractListrik adalah sebuah sumber energi yang harus terpenuhi dengan baik seiring berkembangnya teknologi. Pada sistem tenaga listrik, energi ini dihasilkan oleh sebuah generator yang digerakkan oleh penggerak mula sehingga bisa menghasilkan energi listrik. Pasokan listrik yang baik dan handal bisa dilihat dari efektivitas dari sistem jaringan listrik. Dalam sistem jaringan listrik terdiri dari pembangkitan, jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Jaringan distribusi listrik merupakan jaringan listrik yang terhubung langsung dengan pelanggan PLN Dalam PT PLN (Persero Area Magelang Rayon Tegalrejo) mempunyai jumlah pelanggan 66.000 pelanggan dengan suplai dari dua feeder dari Gardu Induk Sanggrahan. Untuk memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Recloser atau PBO ( penutup balik otomatis) pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada pemutus tenaga. Untuk jaringan yang panjang (>20 km) perlu dipasang 2 atau lebih pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat segera dibebaskan. Penutup balik otomatis digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan. Recloser yang digunakan pada PLN disini menggunakan jenis dari recloser dari merek schenider dan merek cooper. Dalam kerja praktek disini saya mendapat materi tentang pemeliharaan recloser, pengoperasian dan koordinasi dengan menggunakan software dari PLN Area Magelang. Kata kunci: Sistem Proteksi, Recloser, Koordinasi Recloser I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan distribusi listrik merupakan jaringan yang memegang peranan penting dalam pendistribusian listrik karena langsung terhubung ke pelanggan. Dalam PT. PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo merupakan salah satu dari distributor energi listrik. PLN ini mempunyai jumlah pelanggan 66.000 pelanggan. Dalam distribusi listrik pada PLN disini, Tegangan listrik disuplai dari dua Gardu Induk, dan terdiri dari dua jalur penyuplaian listirk. Dalam jalur sistem distribusi ini terdapat sebuah alat yang dinamakan recloser. Recloser atau Penutup Balik Otomatis (PBO) pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada pemutus tenaga. Untuk jaringan yang panjang (>20 km) perlu dipasang 2 atau lebih PBO pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat segera dibebaskan. Penutup balik otomatis digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan. Recloser yang digunakan pada PLN disini menggunakan jenis dari recloser dari merek Schenider dan merek Cooper 1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di PT PLN(Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo : 1. Mengetahui sistem proteksi Recloser pada PT. PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo. 2. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Universitas Diponegoro. 3. Sebagai perbandingan antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan ilmu yang didapat pada industri selama masa Kerja Praktek (KP). 4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dibidang teknologi khususnya mengenai pendistribusian dan sistem proteksi tenaga listrik.

description

article about recloser or PBO

Transcript of PBO (recloser)

  • Makalah Seminar Kerja Praktek

    PEMELIHARAAN, PENGOPERASIAN DAN

    PENGKOORDINASIAN RECLOSER

    Yoga Dwi Oktaviyanto1, Mochammad Facta, ST,MT,PhD

    2

    1Mahasiswa dan

    2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

    Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055

    [email protected]

    Abstract Listrik adalah sebuah sumber energi yang harus

    terpenuhi dengan baik seiring berkembangnya teknologi. Pada

    sistem tenaga listrik, energi ini dihasilkan oleh sebuah generator

    yang digerakkan oleh penggerak mula sehingga bisa menghasilkan

    energi listrik. Pasokan listrik yang baik dan handal bisa dilihat dari

    efektivitas dari sistem jaringan listrik. Dalam sistem jaringan listrik

    terdiri dari pembangkitan, jaringan transmisi dan jaringan

    distribusi.

    Jaringan distribusi listrik merupakan jaringan listrik yang

    terhubung langsung dengan pelanggan PLN Dalam PT PLN

    (Persero Area Magelang Rayon Tegalrejo) mempunyai jumlah

    pelanggan 66.000 pelanggan dengan suplai dari dua feeder dari

    Gardu Induk Sanggrahan.

    Untuk memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran

    energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat

    mutlak diperlukan. Fungsi peralatan sistem proteksi adalah untuk

    mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang

    terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal

    serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang

    dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.

    Recloser atau PBO ( penutup balik otomatis) pada dasarnya

    adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan peralatan kontrol.

    Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan

    operasi buka tutup kepada pemutus tenaga. Untuk jaringan yang

    panjang (>20 km) perlu dipasang 2 atau lebih pada jarak tertentu

    dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat

    segera dibebaskan. Penutup balik otomatis digunakan sebagai

    pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan

    membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan.

    Recloser yang digunakan pada PLN disini menggunakan jenis

    dari recloser dari merek schenider dan merek cooper. Dalam kerja

    praktek disini saya mendapat materi tentang pemeliharaan

    recloser, pengoperasian dan koordinasi dengan menggunakan

    software dari PLN Area Magelang.

    Kata kunci: Sistem Proteksi, Recloser, Koordinasi Recloser

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Jaringan distribusi listrik merupakan jaringan yang

    memegang peranan penting dalam pendistribusian listrik

    karena langsung terhubung ke pelanggan. Dalam PT. PLN

    (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo merupakan salah

    satu dari distributor energi listrik. PLN ini mempunyai jumlah

    pelanggan 66.000 pelanggan. Dalam distribusi listrik pada

    PLN disini, Tegangan listrik disuplai dari dua Gardu Induk,

    dan terdiri dari dua jalur penyuplaian listirk. Dalam jalur

    sistem distribusi ini terdapat sebuah alat yang dinamakan

    recloser.

    Recloser atau Penutup Balik Otomatis (PBO) pada

    dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan

    peralatan kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus

    gangguan dan memerintahkan operasi buka tutup kepada

    pemutus tenaga. Untuk jaringan yang panjang (>20 km) perlu

    dipasang 2 atau lebih PBO pada jarak tertentu dengan

    koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi dapat segera

    dibebaskan. Penutup balik otomatis digunakan sebagai

    pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan

    membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan. Recloser

    yang digunakan pada PLN disini menggunakan jenis dari

    recloser dari merek Schenider dan merek Cooper

    1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

    Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja

    praktek di PT PLN(Persero) Area Magelang Rayon

    Tegalrejo :

    1. Mengetahui sistem proteksi Recloser pada PT. PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo.

    2. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Universitas Diponegoro.

    3. Sebagai perbandingan antara ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan ilmu yang didapat pada

    industri selama masa Kerja Praktek (KP).

    4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dibidang teknologi khususnya mengenai pendistribusian dan

    sistem proteksi tenaga listrik.

  • 5. Mengetahui struktur organisasi perusahaan tempat Kerja Praktek (KP).

    6. Mempelajari sistem kelistrikan pada PT. PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo

    1.3 Batasan Masalah

    Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam

    penyusunan dan penulisan laporan Kerja Praktek (KP) ini,

    maka penulis hanya dapat membahas masalah mengenai

    Perawatan, Pemeliharaan, dan Pengoperasian Recloser di PT.

    PLN (Persero) Magelang Rayon Tegalrejo karena terlalu

    luasnya topik bahasan tentang recloser dan juga dalam

    pelaksanaan kerja praktek di PLN ini saya hanya mendapat

    pengetahuan tentang Perawatan, Pemeliharaan dan

    Pengoperasian Recloser.

    II. DASAR TEORI

    2.1 Sistem Proteksi

    Fungsi peralatan proteksi adalah untuk

    mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan

    yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta

    sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari

    kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Sistem Proteksi

    harus memenuhi syarat sebagai berikut :

    Sensitif Yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun.

    Suatu Relai proteksi bertugas mengamankan suatu

    alat atau suatu bagian tertentu dari suatu sistem

    tenaga listrik, alat, atau bagian sistem yang termasuk

    dalam jangkauan pengamanannya. Relai proteksi

    mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah

    pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk

    mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan

    minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus

    tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang

    terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat

    dalam hal ini tidak boleh terbuka.

    Andal Yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability)

    dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan

    (security). Dalam keadaan normal atau sistem yang

    tidak pernah terganggu Relai proteksi tidak bekerja

    selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun,

    tetapi Relai proteksi bila diperlukan harus dan pasti

    dapat bekerja, sebab apabila Relai gagal bekerja

    dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah

    pada peralatan yang diamankan atau mengakibatkan

    bekerjanya Relai lain sehingga daerah itu mengalami

    pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga

    keandalannya, maka Relai proteksi harus dilakukan

    pengujian secara periodik.

    Selektif Yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu

    saja. Selektivitas dari Relai proteksi adalah suatu

    kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan

    pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem

    oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil

    mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi

    lebih kecil. Relai proteksi hanya akan bekerja selama

    kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi di

    daerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada

    kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang

    terjadi di luar daerah pengamanannya.

    Cepat Yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya. Makin cepat

    Relai proteksi bekerja, tidak hanya dapat

    memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi

    dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat

    yang ditimbulkan oleh gangguan. Jaringan tenaga

    listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui

    dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat

    mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih

    besar dapat dihindarkan. Gangguan pada sistem

    tenaga listrik dapat terjadi di sisi pembangkit,

    jaringan dan distribusi.

    Peka Yaitu mampu bekerja dengan peka dalam mengikuti

    kondisi yang ada. Semakin peka terhadap gangguan

    maka proteksi akan semakin baik

    Ekonomis Sistem proteksi memiliki nilai ekonomis yang tinggi

    dari segi ketahanan proteksi agar bisa dipakai dalam

    waktu yang lama dan mudah dalam perawatan.

    2.2 Gangguan Pada Sistem Jaringan Distribusi

    2.2.1 Gangguan Sistem

    Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di

    sistem tenaga listrik (sisi primer) seperti pada generator,

    transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan

    sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan

    gangguan temporer[2]

    . Gangguan temporer adalah gangguan

    yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya

    sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator

    SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan

    kembali, secara manual atau otomatis dengan Auto Recloser.

    Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang

    dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan

    perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.

    2.2.2 Gangguan Non Sistem

    PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya

    gangguan pada sistem, dapat saja PMT terbuka oleh karena

    Rele yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau

    oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti

    ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut

    gangguan nonsistem (sisi sekunder). Jenis gangguan non-sistem antara lain

    [2] :

    Kerusakan komponen Rele.

    Kabel kontrol terhubung singkat.

    Interferensi / induksi pada kabel kontrol.

    Gangguan merupakan keadaan dimana terjadinya

    kegagalan sistem dalam sebuah jaringan distribusi. Dimana

  • hal ini bisa terjadi dikarenakan adanya berbagai faktor, baik

    itu faktor internal maupun faktor eksternal. Gangguan tersebut

    akan mengakibatkan hilangnya kenormalan penyaluran tenaga

    listrik dari pembangkit ke konsumen baik secara temporer

    maupun bersifat permanen.

    Berbagai macam jenis gangguan dapat terjadi pada sebuah

    sistem tenaga listrik, terutama pada bagian distribusi. Macam

    macam gangguan tersebut antara lain :

    a. Gangguan Beban Lebih

    Gangguan Beban Lebih merupakan gangguan yang

    terjadi karena peningkatan beban secara berlebih pada

    generator, trafo tenaga atau penghantar energi listrik. Pada

    gangguan beban lebih, arus yang mengalir melebihi

    Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari peralatan dan

    pengamansistem tenaga listrik listrik. Gangguan ini

    sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus

    menerus berlangsung, akan dapat merusak peralatan sistem

    tenaga listrik yang dialiri oleh arus tersebut.

    b. Gangguan Tegangan Lebih

    Gangguan Tegangan Lebih merupakan gangguan

    yang diakibatkan naiknya nilai tegangan sistem tenaga listrik

    yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem. Gangguan ini

    disebabkan oleh bermacam-macam hal. Seperti ketika

    pembangkit kehilangan beban akibat adanya gangguan di sisi

    jaringan, sehingga terjadi overspeed pada generator. Selain

    itu juga akibat dari adanya gangguan pada pengatur tegangan

    secara otomatis (Automatic Voltage Regulator). Penyebab lain

    eksternal adalah karena adanya surja pada sistem jaringan

    tenaga listrik. Baik itu surja petir maupun surja hubung yang

    akan menimbulkan kenaikan tegangan pada sistem.

    c. Gangguan Ketidakstabilan

    Gangguan ketidakstabilan sistem disebabkan karena

    adanya gangguan hubung singkat di sistem tenaga listrik atau

    lepasnya pembangkit yang dapat menimbulkan ayunan daya

    (power swing), atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas

    dari sinkronisasi. Dan ayunan daya tersebut dapat

    menyebabkan salah kerja relay.Lepasnya sebuah pembangkit

    dari sinkronisasi akan menyebabkan berkurangnya jumlah

    pembangkit dari sistem interkoneksi, dan bisa menyebabkan

    frekuensi turun drastis akibat terlalu besarnya beban jaringan

    yang harus ditanggung sistem interkoneksi.

    d. Gangguan Hubung Singkat

    Gangguan hubung singkat adalah salah satu jenis

    gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik.

    Gangguan hubung singkat dapat bersifat temporer dan

    permanen. Dan gangguan yang terbilang sangat

    mengganggu jaringan distribusi adalah gangguan hubung

    singkat.

    2.3 Pendistribusian Listik Di PLN Rayon Tegalrejo Area Magelang

    Dalam upaya pendistribusian energi listrik di daerah

    Tegalrejo Kabupaten Magelang, PLN Rayon Tegalrejo

    mempunyai mandat untuk mengurus dan mengatur segala

    sesuatu yang berhubungan dengan distribusi listrik itu dalam

    seluruh area Tegalrejo. Dalam PLN Rayon Tegalrejo ini

    mempunyai peralatan-peralatan proteksi seperti CT, PT, PMT,

    Catu daya DC/AC, rele proteksi, ABSW dan recloser. PLN

    Rayon Tegalrejo mempunyai beban pelanggan berjumlah

    66.000 pelanggan listrik, dimana pelanggan itu terdiri dari

    bermacam-macam klasifikasi sesuai dengan besarnya daya

    yang terpasang didalam istalasi listriknya. Suplai distribusi

    listrik di PLN ini, disuplai dari Gardu Induk Sanggrahan. Tipe

    penyaluran distribusinya dibagi menjadi dua penyulang,

    dimana suplainya adalah berasal dari Gardu Induk Sanggrahan

    feeder 5, dan Gardu Induk Sanggrahan feeder 6. Didalam PLN

    Tegalrejo ini terdapat dua buah merek recloser yang masing-

    masing terpasang pada setiap feeder yang berasal dari gardu

    induk sanggrahan. Recloser yang pertama adalah Recloser

    Merek COOPER (M5-100) dan Recloser Merek SCHNEIDER

    (M6-97) kedua recloser ini terpasang di sistem jaringan

    distribusi pada penyulang gardu hubung feeder 5 dan 6. Selain

    peralatan seperti recloser ada juga peralatan pendukung

    seperti Disconnecting Switch (DS) bypass yang berfungsi

    sebagai saklar yang digunakan untuk menutup arus ketika ada

    perawatan, selain recloser terdapat pula LBS (Load break

    switch) dan ABSW ( Air Break Switch), Trafo CT dan PT,

    Areseter. Berikut ini penjelasan singkat tentang peralatan-

    peralatan pada PLN Rayon Tegalrejo :

    Disconnecting Switch (DS) Disconnecting Switch (DS) adalah sebuah alat

    pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada

    komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat

    dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai

    desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau

    spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian

    langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat

    berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian

    langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik

    dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri

    tegangan listrik.

    Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan

    melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS

    dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya

    menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan

    atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada,

    DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan

    sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.

    Air Break Switch (ABSW) Air Break Switch (ABSW) adalah peralatan hubung

    yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada

    jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang

    dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa

  • hembusan udara. ABSW juga dilengkapi dengan peredam

    busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang

    ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSW yang

    dalam kondisi bertegangan .

    Kemudian ABSW juga dilengkapi dengan isolator

    tumpu sebagai penopang pisau ABSW , pisau kontak sebagai

    kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan

    menghubung / memasukan ABSW , serta stang ABSW yang

    berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSW.

    Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSW karena

    sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi

    aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya /

    kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan

    bunga api yang dapat membuat ABSW terbakar.

    Load Break Switch (LBS) Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban

    adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah

    ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses

    pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata

    telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara

    otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup

    hanya untuk memanipulasi beban.

    Trafo Arus (Current Transformer) Untuk pemasangan alat-alat ukur dan alat -alat

    proteksi / pengaman pada instalasi tegangan tinggi,

    menengah dan rendah diperlukan trafo pengukuran.

    Fungsi CT:

    1. Memperkecil besaran arus pada sistem tenaga listrik menjadi besaran arus untuk sistem pengukuran.

    2. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer

    3. Standarisasi rating arus untuk peralatan sisi sekunder

    Trafo Tegangan (Potensial Transformer) Fungsi PT:

    1. Memperkecil besaran tegangan pada sistem tenaga listrik menjadi besaran tegangan untuk

    sistempengukuran.

    2. Mengisolasi rangkaian sekunderterhadap primer 3. Standarisasi rating arus untuk peralatan sisi sekunder

    Arrester Arrester adalah alat untuk melindungi isolasi atau

    peralatan listrik terhadap tegangan lebih, yang diakibatkan

    karena sambaran petir atau tegangan lebih, yang diakibatkan

    karena sambaran petir atau tegangan transient yang dari

    penyambungan atau pemutus rangkaian listrik dengan

    mengalirkan arus ketanah serta membatasi berlangsungnya

    arus lebih dan mengembalikan jaringan pada kondisi semula

    tanpa menggangu sistem tenaga.

    III. PEMBAHASAN ISI

    3.1 Penjelasan Singkat Recloser

    Recloser adalah pemutus balik otomatis (Automatis

    Circuits Reclosers) secara fisik mempunyai kemampuan

    sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis

    untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan

    adanya gangguan hubung singkat, PBO juga berfungsi

    memutus arus dan menutup lagi secara otomatis dengan selang

    waktu yang dapat diatur. PMT adalah bagian dari PBO yang

    berhubungan langsung dengan Tegangan Menengah 20 kV

    yang mana PMT tersebut mengadakan interuptor pada saat

    pemasukan dan pelepasan beban.

    Penutup balik otomatis (PBO, automatic circuit recloser)

    digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap

    gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam

    akibat gangguan. PBO menurut media peredam busur apinya

    dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

    a) Media minyak Pemutus tenaga (circuit breaker) jenis minyak adalah suatu

    pemutus tenaga atau pemutus arus menggunakan minyak

    sebagai pemadam busur api listrik yang timbul pada waktu

    memutus arus listrik. Jenis pemutus minyak dapat dibedakan

    menurut banyak dan sedikit minyak yang digunakan pada

    ruang pemutusan yaitu : pemutus menggunakan banyak

    minyak (bulk oil) dan menggunakan sedikit minyak (small

    oil). Pada PMT ini minyak berfungsi sebagai perendam

    loncatan bunga api listrik selama pemutusan kontak-kontak

    dan bahan isolasi antara bagian-bagian yang bertegangan

    dengan badan.

    b) Vacum Kontak-kontak pemutus dari PMT ini terdiri dari kontak

    tetap dan kontak bergerak yang ditempatkan dalam ruang

    hampa udara. Ruang hampa udara ini mempunyai kekuatan

    dielektrik ( dielektrikstrength ) yang tinggi dan sebagai media

    pemadam busur api yang baik. PMT jenis vacuum kebanyakan

    digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini

    masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.

    c) SF6 Media gas yang digunakan pada tipe PMT ini adalah Gas

    SF6 (Sulfur Hexafluoride). Sifat-sifat gas SF6 murni ialah

    tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah

    terbakar. Pada temperatur diatas 150o C gas SF6 mempunyai

    sifat tidak merusak metal, plastik dan bermacam-macam

    bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga

    tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai

    kekuatan dielektrik yang tinggi ( 2,35 kali udara ) dan

    kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan

    tekanan Recloser atau PBO juga dikatakan sebagai perangkat

    yang berarti membuka kembali, dipergunakan untuk

    mengamankan peralatan listrik bila terjadi gangguan hubung

    singkat temporer atau sementara dan permanen. Gangguan

    temporer adalah gangguan yang waktunya singkat beberapa

    detik, antara lain:

  • Karena tiupan angin, terhubungnya konduktor satu dengan konduktor lain

    Karena petir

    Cabang-cabang pepohonan menyentuh konduktor

    Binatang binatang kecil menyentuh permukaan konduktor

    Karena setelan waktu relai (over current atau ground fault) di

    sumber minimum waktu tripnya 0,3 detik, bila terjadi arus

    gangguan dibawah setelan waktu singkat (< 0,3 detik)

    kemungkinan besar tidak akan trip, tetapi kalau gangguan ini

    tidak diamankan akan sangat berbahaya, untuk itu dibutuhkan

    pengaman yang mempunyai karakteristik:

    Bila terjadi gangguan dengan waktu cepat relai trip

    Begitu gangguan hilang, relai masuk kembali Karakterisitik itu dinamakan reclose, pengaman jenis ini dapat

    disetel cepat untuk gangguan yang temporer dan lambat untuk

    gangguan yang permanen. Setelan lambat perlu

    dikoordinasikan dengan pengaman lain seperti OCR, GFR dan

    Fuse. Dikoordinasikan ini dimaksudkan agar peralatan-

    peralatan proteksi bisa bekerja secara handal dan efektif serta

    tidak terjadi trip secara bersamaan.

    3.1.2 Urutan operasi PBO[2],[5]

    :

    a) Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui PBO sangat besar sehingga menyebabkan kontak PBO

    terbuka (trip) dalam operasi cepat (fast trip) Saklar dan

    Pengaman.

    b) Kontak PBO akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose sesuai setting. Tujuan memberi selang

    waktu ini adalah untuk memberikan waktu pada

    penyebab gangguan agar hilang, terutama gangguan

    yang bersifat temporer.

    c) Jika gangguan bersifat permanen, PBO akan membuka dan menutup balik sesuai dengan settingnya dan akan

    lock-out (terkunci).

    Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru PBO

    dapat dimasukkan ke sistem.

    3.1.2 Merek Recloser yang dipakai di PLN Rayon Tegalrejo

    Dalam pendistribusian listrik di PLN Rayon Tegalrejo

    arus dan tegangannya disuplai dari Gardu Induk Sanggrahan.

    Setelah arus tersuplai dari GI maka akan diteruskan di Gardu

    Hubung (GH) yang terletak didalam area PLN ini. Didalam

    gardu hubung itu terdapat 2 buah recloser :

    1. Recloser Merek Schneider

    Gambar 3.1 PMT pada Recloser

    Gambar 3.1 adalah gambar dari sebuah PMT yang

    terletak diatas sebuah control box dan gabungan dari keduanya

    biasanya kita sebut dengan recloser. Recloser diatas

    merupakan recloser buatan dari dari pabrikan Nulec Industries

    atau sekarang disebut Schneider Electric Company. Tipe dari

    recloser ini yaitu jenis N-Series untuk 3 phasa.

    Gambar 3.2 PMT Recloser Merek Schneider

    Gambar 3.2 diatas merupakan gambar PMT merek

    Schneider. PMT di recloser ini menggunakan mekanisme

    pemutus busur api menggunakan gas yaitu gas sulphur

    hexafluoride (SF6). Recloser ini digunakan pada jaringan

    distribusi 20 kV pada PLN Area Magelang Rayon Tegalrejo.

    PMT ini mempunyai bushing isolasi seperti yang ditunjukan

    pada gambar 4.2 yang terletak di titik ke 5. Isolator ini

    digunakan sebagai isolasi bushing. PMT ini juga dilengkapi

    dengan penangkal petir yang berguna untuk mengalirkan petir

    ke ground pada jaringan distribusi.

  • Gambar 3.3 Control Box pada Recloser Schneider

    Gambar 3.3 diatas adalah merupakan Control box

    dari recloser. Dalam alat ini juga dilengkapi dengan battery

    yang bisa tahan dalam jangka 5 tahun, sehingga perlu

    diadakan maintenance atau pemeliharaan pada baterai selang

    waktu 5 tahun.

    Selain PMT seperti gambar 4.1 terdapat juga control

    box yang terlihat pada Gambar 4.3 berfungsi untuk menyeting

    sistem proteksi recloser itu sendiri. Diperlukan pula potensial

    trafo untuk mensuplai recloser ini untuk dapat beroperasi.

    Pada perangkat control box seperti pada gambar dibawah ini,

    terdapat perangkat seperti kabel power dari baterai, saklar,

    tempat untuk dudukan modem, panel kontrol yang berisi

    tombol-tombol untuk mengoperasikan PMT. Dalam

    pengoperasian recloser ini bekerja sama dengan sebuah DS

    (disconnecting switch ) yang terpasang diatas PMT.

    Recloser jenis ini dipasang pada gardu induk

    sanggrahan 6 yang terletak di Tegalrejo (M6-97). Dalam

    pengoperasianya recloser jenis ini bisa dioperasikan secara

    local maupun dengan remote modem Pengoperasian secara

    local maksudnya adalah pengoperasian secara manual jadi jika

    terjadi gangguan sehingga menyebabkan recloser itu trip

    maka harus di perbaiki / di setting secara manual di tempat

    recloser itu dipasang.

    Dalam kenyataan dilapangan recloser jenis belum

    bisa digunakan dengan cara di remote jarak jauh dengan

    modem dikarenakan belum terpasangnya modem pada control

    box. Sebenarnya terdapat slot untuk memasang modem pada

    recloser jenis ini dan sebenarnya sudah bisa dioperasikan

    secara remote ( mengendalikan ) dari jarak jauh tanpa harus ke

    lapangan jika sudah dipasang modem.

    Berdasarkan keterangan dari bagian teknik pada PLN

    Rayon Tegalrejo beliau mengatakan bahwa akan dipasang

    modem pada semua recloser yang ada di area Tegalrejo dalam

    jangka dua tahun mendatang setelah ada persetujuan dari PLN

    Area.

    2. Recloser Merek Cooper Merupakan recloser buatan dari perusahaan Cooper.

    Tipe dari recloser ini yaitu jenis U-Series untuk 3 phasa.

    Pemutus busur api berupa vaccum gas ( ruang hampa).

    Recloser ini digunakan pada jaringan distribusi 20kV dan

    perlu potensial trafo untuk mensuplai recloser ini dalam

    beroperasi. Recloser ini dioperasikan oleh magnetic acuator

    untuk operasi open/close nya.

    Gambar 3.4 PMT pada Recloser Cooper

    Gambar 3.3 diatas merupakan gambar dari PMT pada

    recloser cooper jika dilihat secara fisik bentuknya lebih kecil

    dari jenis PMT pada recloser Schneider, namun yang

    membedakan antara keduanya adalah dimana cara

    pengoperasiannya, dimana jika pada recloser merek schneder

    di rayon Tegalrejo hanya baru bisa dioperasikan secara local,

    tetapi untuk recloser jenis cooper sudah bisa dioperasikan

    secara local maupun remote dengan modem.

    Gambar 3.5 PMT Recloser Merek Cooper

    Gambar 3.5 diatas merupakan gambar PMT recloser

    merek Cooper, dari gambar diatas terlihat bagian-bagian

    recloser Cooper, bagian utama dari recloser itu adalah :

    1. Upper Terminal (Terminal Atas) Upper Terminal merupakan terminal yang terhubung dengan

    tegangan sisi primer artinya tegangan ini masuk ke recloser.

    2. Lower Terminal (Terminal Bawah) Lower Terminal merupakan terminal yang terhubung pada sisi

    beban atau tegangan sisi sekunder recloser.

    3. Name Plate (Plat Nama) Name Plate memuat data-data spesifikasi mekanis dan elektris

    dari recloser. Data-data tersebut seperti gambar 3.8 dibawah

    ini.

  • Gambar 3.6 Control Box pada Recloser Cooper

    Gambar 3.6 daitas adalah control box dari Recloser

    jenis Cooper. Alat ini dipasang pada gardu induk Sanggrahan

    5 yang terletak di Kecamatan Tegalrejo (M5-100). Dalam

    pengoperasianya recloser jenis ini bisa dioperasikan secara

    local, maupun bisa digunakan dengan cara remote dengan

    modem. Pengoperasian secara local maksudnya adalah

    pengoperasian secara manual jadi jika terjadi gangguan

    sehingga menyebabkan recloser itu trip maka harus di

    perbaiki / di setting secara manual di tempat recloser itu

    dipasang. Namun kelebihan dari recloser jenis ini adalah

    remote modem yang sudah terinstal pada recloser jenis ini

    yang memungkinkan pengontrolan jarak jauh dalam

    pengoperasiannya. Jadi jika terjadi suatu gangguan dan

    menyebabkan recloser ini trip, maka untuk menyambungkan

    recloser ini bisa dilakukan secara online dengan menggunakan

    program komputer yang terpasang di PLN Area Magelang.

    IV. PEMELIHARAAN, PENGOPERASIAN DAN PENGKOORDINASIAN RECLOSER

    4.1. Perawatan dan Pemeliharaan Recloser

    Dalam pengoperasian recloser sehari-hari ada

    saatnya harus ada massa perawatan agar kondisi recloser

    tetap optimal dalam pemakaiannya.Sesuai dengan Surat

    Edaran Direksi PT. PLN (Persero), maksud diadakannya

    pelaksanaan kegiatan pemeliharan jaringan distribusi

    antara lain adalah [6]

    :

    1. Menjaga agar peralatan / komponen dapat dioperasikan secara optimal berdasarkan

    spesifikasinya sehingga sesuai dengan umur

    ekonomisnya.

    2. Menjamin bahwa jaringan tetap berfungsi dengan baik untuk menyalurkan energi listrik dari pusat

    listrik sampai ke sisi pelanggan.

    3. Menjamin bahwa energi listrik yang diterima pelanggan selalu berada pada tingkat keandalan dan

    mutu yang baik.

    Perawatan dan pemeliharaan recloser ini dijadwalkan

    secara rutin setiap 6 bulan sekali. Sebelum melakukan

    perawatan recloser harus dalam keadaan mati sehingga aliran

    listrik yang melawati recloser harus di by-pass dengan DS

    (Disconnecting Switch). By-pass ini dimaksudkan agar suplai

    listrik pada jaringan setelah recloser tetap bisa teraliri dan

    tidak padam walaupun recloser tidak dalam keadaan close,

    jadi dengan kata lain aliran suplai listrik tetap mengalir

    melalui DS yang dihubungkan dalam kondisi close (tertutup).

    Intinya adalah ketika recloser dalam keadaan close maka DS

    akan open, dan sebaliknya jika recloser sedang dalam

    pemeliharaan maka DS ini yang akan bekerja.DS yang

    digunakan adalah DS dengan merek Twink.

    1. Pengukuran tahanan kontak

    Pengukuran ini dilakukan pada saat recloser dalam

    keadaan close atau masuk. Pengukuran ini dengan

    menggunakan penguji rely yang disambungkan antara

    bushing. Penguji rely adalah alat yang digunakan untuk

    menyeting kerja recloser dan mengetes apakah recloser itu

    masih layak digunakan atau tidak. Dalam kerja praktek disini

    tidak begitu banyak informasi tentang alat ini karena alat ini

    ada di PLN Area Magelang, dimana bukan hak dan wewenang

    dari PLN Rayon untuk mengoperasikan alat ini.

    2. Pengukuran tahanan isolasi

    Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan megger yang

    disambungkan antar bushing dan antar body recloser. Megger

    yang digunakan disini adalah megger yang mempunyai

    spesifikasi gigaohm. Karena pengukuaran ini dilakukan dalam

    keadaan open maka pengukuran ini harus memiliki nilai.

    Pengukuran yang diukur adalah antar bushing (input output

    recloser), dan bushing dengan body. Pada pengukuran ini

    hasil pengukuran harus memiliki nilai pengukuran bernilai

    besar yaitu diatas 20 M atau tak terhingga karena pada jaringan dengan tegangan 20 kV jika pada saat pengukuran

    memiliki nilai pengukuran dibawah 20 M maka kondisi isolasi dari recloser ini tidak baik atau kritis.

    3. Pengecekan Gas SF6 (Peredam Busu

    Pengecekan gas SF6 yang merupakan peredam busur

    api ini dilakukan hanya untuk mengecek apakah tekanan gas

    ini bocor atau tidak. Gas yang dipakai dalam recloser ini yaitu

    gas SF6 . Tekanan yang diperbolehkan sesuai standar yaitu

    35kPa disuhu 200C.

    4. Pembersihan di sekitar recloser. Pembersihan ini meliputi pembersihan rumput-rumput liar

    atau tanaman yang mengganggu box panel. Pembersihan

    kertas kertas iklan yang menempel pada box control recloser.

    4.2 Pengoperasian Recloser Berikut merupakan prosedur pengopersian recloser di

    PLN Rayon Tegalrejo meliputi[7]

    :

    1. Melaporkan kepada piket Rayon bahwa petugas sudah siap di recloser dengan peralatan dan APD (Alat

    Pelindung Diri) lengkap.

    2. Cek kondisi visual recloser dan perlengkapannya. 3. Membuka pintu panel kontrol recloser .

  • 4. Mengecek kondisi panel recloser (Power Supply control baik apa tidak).

    5. Mengecek indicator recloser dan setting sesuai dengan operasi local control.

    6. Mengoperasikan recloser a) Pelepasan : Pastikan recloser sudah lepas dan tidak

    berbeban (diikuti pelepasan DS input atau DS output

    jika untuk pemeliharaan)

    b) Pemasukan : i. Pastikan kondisi jaringan dan personil AMAN. ii. Posisikan recloser dalam kondisi OFF reclose. iii. Pastikan recloser sudah masuk dan bertegangan

    serta berbeban.

    iv. Posisikan kembali recloser dalam kondisi ON reclose.

    7. Menutup kembali pintu panel control. 8. Meninggalkan lokasi.

    4.2.1 Pengoperasian recloser melalui control box adalah

    sebagai berikut:

    Gambar 4.1 Tombol Local Control.

    Keterangan Gambar 4.1:

    1. Gambar tombol local control 2. Gambar tombol kunci gembok

    Dari Gambar 4.1 diatas setelah tombol kunci gembok

    ditekan, maka akan muncul indikator warna hijau diatas

    tombol dan menandakan bahwa tombol pada panel bisa

    ditekan, kemudian untuk merubah setingan pada recloser

    maka tekan tombol local control dan recloser siap untuk

    diseting lebih lanjut.

    Gambar 4.2 Panel Kontrol Recloser

    Keterangan Gambar 4.2:

    1. Gambar tombol Panel ON 2. Gambar tombol kunci gembok 3. Gambar status sampu berisi Arus fasa, Status

    sistem, baterai, alarm, fasa line.

    4. Gambar status lampu berisi Ground Fault

    Gambar 4. 2 merupakan gambar dari control box

    recloser Schneider. Terdapat empat bagian dari gambar 4. 1

    yaitu pada gambar yang ditunjukan oleh angka 1 adalah

    gambar panel ON dimana jika lampu panel on menyala maka indikator akan bisa terlihat, pada gambar angka 2

    merupakan ground fault yang berfungsi untuk mengaktifkan ground fault. Selanjutnya pada no 3 dan 4 adalah berisi status

    lampu pada recloser, jika lampu menyala maka recloser itu

    sudah sesuai setingan.

    Pada saat recloser bekerja lampu indikator panel

    akan menyala terutama lampu indikator System OK yang ditunjukan anak panah angka 3 akan menyala untuk

    menandakan bahwa sistem dalam keadaan baik dan

    tombol/lampu Ground Fault harus menyala yang menandakan bahwa recloser tersebut bekerja mendeteksi

    gangguan tanah (Ground Fault). Selain itu tombol kunci gembok juga berwarna merah, hal ini berarti tombol pada panel recloser itu tidak akan memperngaruhi setingan pada

    recloser jika ditekan tombolnya.

    Keterangan lampu indikator :

    System OK : Kerja sistem data antara panel dengan

    recloser dalam kondisi baik.

    Load current : Terdapat arus yang mengalir di recloser

    A, B, C live : Phasa A B C bertegangan.

    Jika kondisi diatas sudah terpenuhi maka recloser bekerja

    dengan baik.

    4.2.2 Mengetahui Arus Gangguan dan phasa terganggu

    Untuk mengetahui arus gangguan dan phasa yang

    terganggu atau kejadian lain yang terjadi dalam kurun waktu

    tertentu dalam recloser ini dapat menyimpan data kejadian

    tersebut dan untuk melihat kejadian apa saja yang terjadi dapat

    menekan tombol Event Log, lalu dengan menggunakan kursor anak panah naik, kita dapat memilih tanggal dan jam

    kejadian yang diinginkan.

  • Gambar 4.3 Tombol Event Log pada Panel Kontrol Recloser

    Keterangan Gambar 4. 3:

    1. Gambar tombol Anak Panah 2. Gambar tombol Even log

    Dari Gambar 4.3, setelah tombol event log ditekan maka

    kita bisa memilih waktu kejadian yang akan dilihat dengan

    menggunakan tombol anak panah di kanan atas.

    4.3 Koordinasi Recloser/PBO Dengan Recloser/PBO Lainnya

    Gambar grafik koordinasi antar dua recloser dapat

    dilihat pada gambar dibawah Recloser kedua pada sisi hilir

    dipasang, bila recloser pertama tidak lagi dapat menjangkau

    ujung terhilir jaringan dan untuk membatasi bagian yang

    padam bila ada gangguan. Koordinasi proteksi antara

    recloser dilakukan berdasarkan garis kurva setting waktu

    tunda (delay), tidak berdasarkan garis kurva setting waktu

    cepat (fast). Koordinasi yang dimaksudkan adalah supaya

    tidak terjadi trip secara bersamaan pada recloser.

    Gambar 4.4 Seting Koordinasi Recloser dan Recloser

    Gambar 4.4 diatas terlihat bahwa koordinasi pada kurva

    PBO A dan C adalah sama sebar 2000 A, maka jika ada arus

    lebih besar dari 2000 A maka kedua PBO itu akan trip, maka

    koordinasi yang benar seharusnya seperti kurva PBO dan

    Kurva PMB minyak dimana terdapat perbedaan arus

    maksimalnya.

    Dalam koordinasi proteksi yang sudah distandarkan

    masih berupa koordinasi proteksi pada jaringan

    konvensional. Sedangkan untuk pengaruh Pembangkit

    Terdistribusi pada koordinasi proteksi jaringan memang belum

    dibahas secara mendalam dan mendetail.

    4.4 Setting Koordinasi Recloser pada Recloser di Area

    Magelang

    Dalam sistem jaringan 20KV koordinasi setting relay

    pada recloser sangat diperlukan untuk mengurangi atau

    membebaskan daerah yang tidak terganggu sehingga dapat

    mengurangi daerah padam. Koordinasi relay pada recloser ini

    ditujukan untuk menjaga relai agar tetap bekerja sesuai dengan

    setting dan fungsinya masingmasing. Koordinasi ini sangat penting agar menghasilkan pengaturan relai proteksi recloser

    yang tepat agar saat terjadi gangguan tidak merusakan

    peralatan JTM yang terpasang dan membebaskan daerah yang

    tidak terganggu sehingga mengurangi daerah padam.

    Pada penyulang dipasang dua recloser pada zone yang

    berbeda yaitu recloser M2-716 dan M2-656-14 hal ini guna

    untuk mengurangi daerah padam akibat gangguan di ujung

    jaringan. Untuk itu maka koordinasi setting relay antara

    recloser ini harus sesuai agar kinerja recloser dapat optimal.

    Gambar 4.5 Single Line Penyulang PWO 02

    Gambar 4.5 diatas adalah single line diagram penyulang

    PWO 2 per-zonanya. Dari Gambar 4.21 juga terlihat juga

    bahwa ada dua recloser yaitu recloser M2-716 dan recloser

    M2-656-14. Kita akan melihat bagaimana koordinasi antar

    recloser ini terjadi.

    SEBELUM RECLOSER DI SETTING

    Dari data pengecekan di lapangan, maka diperoleh data-data

    setting recloser M2-716 dan M2-656-14 sebagai berikut:

    Setting recloser M2-716 OCR=300 A SI Tms=0,16 s I>>=1500 A

    Tms=0,02 s

    GFR=150 A SI Tms=0,18 s I>>=1300 A

    Tms=0,02 s

    Setting recloser M2-656-14 OCR=200 A SI Tms=0,07 s I>>=1500 A

    Tms=0,02 s

    GFR=100 A SI Tms=0,07 s I>>=1200 A

    Tms=0,02 s

  • Grafik sebelum setting

    Gambar 4.6 Grafik Awal

    Melihat grafik pada Gambar 4.6 diatas terjadi

    perpotongan antara recloser M2-716 dan M2-656-14 pada saat

    merasakan arus gangguan sebesar lebih dari 1500 A dan akan

    trip secara bersamaan secara Instant. Dengan melihat kurva

    diatas maka hasil analisa dari kejadian itu adalah recloser akan

    trip secara bersamaan dikarenakan setting koordinasi relay

    instant yang tidak sesuai. Grafik ini diperoleh dari data-data

    setting awal kedua recloser tersebut yang ada pada Software

    Microsoft Exel dari APD. Dari grafik diatas juga terlihat

    perpotangan antara dua recloser menyebabkan kedua recloser

    trip bersamaan ketika terjadi arus gangguan 1500 A.

    SETELAH DI SETTING AKHIR

    Setelah mengetahui penyebab kurang handalnya sistem

    adalah belum tersetingnya dan belum adanya koordinasi antara

    kedua recloser. Sehingga dengan melihat arus gangguan yang

    terekam pada history recloser M2-716 yang sebesar 1701 A

    merupakan yang paling tinggi maka setting recloser ini

    dinaikan lebih besar dari arus gangguan yang terjadi di arah

    M2-656-14.

    Dari data setting awal diatas kami dapat menarik kesimpulan

    bahwa ada setting yang sama. Maka kami mengganti setting

    yang sama tersebut dengan melihat koordinasi kedua recloser

    tersebut. Setting akhir ini dapat dilihat menggunakan software

    Microsoft exel dari APD sebagai pada gambar 4.7:

    Gambar 4.7 Data Base Setting Recloser untuk Melihat Kurva.

    Berikut adalah perhitungan yang didapat dari software pada

    gambar diatas . Maka setting recloser yang baru agar dapat

    berkoordinasi adalah sebagai berikut:

    Setting recloser M2-716 OCR=300 A SI Tms=0,16 s I>>=1850 A

    Tms=0,02 s

    GFR=150 A SI Tms=0,18 s I>>=1300 A

    Tms=0,02 s

    Setting recloser M2-656-14 OCR=200 A SI Tms=0,07 s I>>=1020 A

    Tms=0,02 s

    GFR=100 A SI Tms=0,07 s I>>=800 A

    Tms=0,02 s

    Grafik setelah di setting

    Gambar 4.8 Grafik Akhir

    Pada Gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa setelah kedua

    recloser diresetting tidak terjadi perpotongan antara kedua

    recloser tersebut maka berdasarkan dapat dikatakan bahwa

    setting dari kedua recloser tersebut sudah sesuai dan sudah

    dapat berkoordinasi dengan baik. Oleh karena itu kinerja

    recloser setelah diresetting sudah optimal.

    Jika terjadi gangguan yang sama, besar arus gangguannya

    1701 A M2-656-14 maka recloser ini akan trip terlebih dahulu

    sebelum recloser M2-716 trip.

    V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Recloser atau Penutup Balik Otomatis (PBO) adalah peralatan yang terpasang pada sistem distribusi dan

    proteksi pada PT. PLN (Persero) Magelang Rayon

    Tegalrejo.

    2. Recloser merek schneider dan cooper adalah jenis recloser yang dipakai pada PLN (Persero) Magelang

    Rayon Tegalrejo.

  • 3. Dalam pemasangannya, sebuah recloser dipasang bersama dengan Disconnecting Switch (DS) yang

    dipasang secara bypass, Arrester, dan peralatan-

    peralatan lainnya.

    4. Perawatan (maintenance) yang dilakukan setidak 6 bulan sekali guna menjaga kehandalan alat agar tetap

    awet.

    5. Terdapat poin penting untuk diperhatikan dalam proses perawatan seperti : pengukuran tahanan kontak,

    pengukuran tahanan isolasi, pengukuran tahanan

    redaman isolasi dan penebangan pohon (rabas) yang

    mengganggu sistem distribusi.

    6. Dalam suatu sistem proteksi perlu adanya koordinasi antara PBO dengan PBO, hal ini dikarenakan apabila

    tidak ada suatu koordinasi maka akan menyebabkan

    terjadinya kegagalan kerja pada PBO itu karena kedua

    recloser itu akan trip secara bersamaan

    7. Pengkoordinasian antar PBO atau recloser adalah suatu cara untuk mengurangi gangguan, karena dengan

    adanya koordinasi antar recloser dapat menjadikan

    kerja dari recloser menjadi efisien.

    5.2 Saran

    1. Perlu adanya pelatihan tentang peralatan proteksi dan maintenance agar mahasiswa dapat karakteristik

    peralatan.

    2. Tindakan maintenace dan preventive harus lebih gencar dilakukan dan juga lebih teliti dalam menghadapi

    peralatan-peralatan kontrol dan driver agar tidak

    mengganggu performa Recloser secara keseluruhan.

    3. Perlu adanya pengecekan recloser secara rutin agar telihat apakah recloser itu sudah terkoordinasi dengan

    baik atau belum.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Sukarto , J. Diktat Kuliah Sistem Proteksi Teknik Elektro UI

    [2] Sarimun, Wahyudi. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Garamod. 2012.

    [3] Setiawati, Rahmahani. Evaluasi Setting Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser dengan Relay Outgoing Pandean Lamper 5 Menggunakan Simulasi software Electric Transient Analysis Program (ETAP) 7.5. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

    [4] Roni. SLD SGN 5 dan SGN 6, PT PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo

    [5] Alfi, SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI, Teknik Elektro UGM

    [6] Surat Edaran Direksi PT. PLN

    [7] Ary Priyatna, SOP Pemasanang Recloser PT PLN (Persero) Area Magelang Rayon Tegalrejo

    BIOGRAFI PENULIS

    Yoga Dwi Oktaviyanto

    lahir di Ambarawa, pada tanggal 5

    Oktobor 1992. Penulis telah

    menempuh studi mulai dari Tk

    Kartika Siwi, SD N Kranggan 01,

    SMP N 1 Ambarawa, SMA N 1

    Salatiga. Saat ini penulis sedang

    melanjutkan studi di Jurusan Teknik

    Elektro konsentrasi Teknik Tenaga

    Listrik (Power), Fakultas Teknik,

    Universitas Diponegoro.

    Semarang, April 2014

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing

    Mochammad Facta, ST,MT,PhD

    NIP: 19710616 199903 1003