Pbl18s6

30

Click here to load reader

Transcript of Pbl18s6

Pneumonia: Penyebab Kematian Nomor Tiga Di IndonesiaChastine FaustinaUniversitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510.Telephone : ( 021 ) 5694-2061 (hunting). Fax : (021) 563-17321.Email: [email protected]

ABSTRAKPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30% dari seluruh kematian balita di Indonesia. Kematian ISPA ini sebagian besar ialah oleh karena pneumonia, sehingga dapat dikatakan bahwa pneumonia menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC di Indonesia. Pneumonia merupakan penyakit yang terjadi pada balita yang dipengaruhi oleh faktor: gizi, mekanisme pertahan tubuh, bibit penyakit, dan lingkungan yang menguntungkan sebagai tempat perkembangan bibit penyakit dan juga udara sebagai perantara dengan kualitas dan kuantitas tertentu.Meskipun penyakit pneumonia sudah ada program dari Departemen Kesehatan untuk penanggulangannya yaitu Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, namun kondisi penyakit ini masih menjadi tantangan serius bagi dunia kesehatan. Pencegahan terhadap penyakit ini juga diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai penyakit pneumonia pada Balita agar dapat mencegah timbulnya penyakit tersebut terutama pada balita.Kata kunci: infeksi,

ABSTRACTARI is one of the infectious diseases that became major public health problem. The proportion of deaths caused by ARI covers 20-30% of all under-five deaths in Indonesia. ARI's death is mostly due to pneumonia, so it can be said that pneumonia is a cause of death after cardiovascular and number three tuberculosis in Indonesia.Pneumonia is a disease that occurs in infants who are affected by factors: nutrition, the body's defense mechanism, germs, andfavorable environment as the seeds of disease progression and also the air as an intermediary with certain quality and quantity.Although pneumonia existing programs of the Department of Health to overcome is Eradication Program of Acute Respiratory Infections Disease, but the condition of the disease is still a serious challenge to world health.Prevention of the disease is also expected to be implemented by the entire community.Therefore, the necessary understanding of the disease of pneumonia in toddler order to prevent the onset of the disease, especially in infants.

PENDAHULUANPada skenario dikatakan bahwa seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik-turun dan batuk-pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun. Pada pemeriksaan fisik didapati kesadaran compos mentis, anak tampak sesak dan rewel, tidak ada sianosis, BB 12 kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38.5C, pernafasan cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, terdapat ronkhi basah halus dan wheezing pada kedua lapang paru. Lab: leukosit 20.000/uL. Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai penyakit pneumonia pada balita yang mencakup tentang definisi, epidemiologi pneumonia, klasifikasi pneumonia, gejala, penyebab, faktor risiko pneumonia , dan upaya pencegahannya.

DEFINISIMenurut Sectish (2004), pneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA semua bentuk pneumonia disebut juga pneumonia saja.1,2

EPIDEMIOLOGIDi seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Pada usia anak-anak, Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia menurut Survey Kesehatan rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia adalah 5 per 1000 balita per tahun. Angka kematian Pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.3,4

Pada umumnya pneumonia disebabkan oleh pneumokokus. Di negara dengan empat musim, pneumonia mencapi puncaknya pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan kejadian pneumonia di Indonesia sering terjadi pada musim hujan. Insiden pneumonia lebih banyak ditemukan pada usia empat tahun ke bawah, yang kemudian berkurang dengan meningkatnya umur. Angka karier tipe patogen tersebut tinggi di dalam suatu kondisi lingkungan yang padat seperti rumah yatim piatu, taman kanak-kanak dan sekolah-sekolah. Bayi dan balita lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitasnya masih belum berkembang dengan baik, anatomi saluran pernafasan yang relatif senpit, malnutrisi, dan kegagalan mekanisme pertahan tubuh lainnya.5

Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus, ditemukan pada orang dewasa dan anak, sedangkan bronkopneumonia lebih sering ditemukan pada anak kecil dan bayi. Pada pneumonia bakteri sebagian besar agen yang umum merupakan inhibition normal (penghambat normal) dari saluran nafas bagian atas. Infeksi ini terjadi secara sporadik sepanjang tahun tetapi yang sering pada musim dingin dan semi, dengan laki-laki terkena dua kali lebih sering dari perempuan.6,7

KLASIFIKASIBerdasarkan Pedoman Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita Depkes 2002 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat diklasifikasi sebagai berikut: 8

Pneumonia beratPneumonia berat ini didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan- < 5 tahun. Untuk kelompok umur