PBL Skenario 3

20
Muhammad Azmi Hakim (1102012170) LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Articulatio Coxae LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik

description

pbl not mine btw

Transcript of PBL Skenario 3

Muhammad Azmi Hakim (1102012170)

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Articulatio CoxaeLO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik

Otot Regio Coxae tampak Medial

LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik

Gambaran tulang padat (sediaan gosok) Gambaran histologis tulang panjang

Proses Remodelling Tulang

Patah tulang mengalami proses penyembuhan untuk membangun kembali tulang dan kekuatannya. Perbaikan fraktur sederhana biasanya dibagi menjadi empat fase: (1) pembentukan hematoma, (2) pembentukan kalus fibrokartilaginosa, (3) pembentukan kalus tulang, dan (4) remodeling.

1. Pembentukan hematoma

Ketika tulang fraktur, pembuluh darah di dalam tulang dan jaringan yang mengelilinginya robek dan mengalami perdarahan di sekitar patahan tulang, membentuk bekuan darah atau hematoma. Hematoma menyediakan pembentukan jalinan fibrin yang menjaga tempat patahan dan menyediakan kerangka untuk pemasukan dari sel-sel radang, pertumbuhan fibroblast, dan perkembangan cabang pembuluh kapiler baru. Juga dapat sebagai sumber molekul yang mengeluarkan sinyal untuk inisiasi aktivitas selular yang penting untuk proses penyembuhan

2. Pembentukan kalus fibrokatilaginosaKetika kapiler baru memasuki hematoma pada bagian patahan, lalu membentuk menjadi jaringan granulasi, disebut prokalus. Fibroblast yang berasal dari periosteum, endosteum, dan sumsum tulang merah berproliferasi dan memasuki prokalus. Fibroblast menghasilkan jembatan kalus fibrokartilaginosa yang lembut yang menghubungkan bagian patahan tulang. Meskipun perbaikan jaringan biasanya mencapai diameter yang maksimal pada akhir minggu kedua atau ketiga, tapi belum cukup kuat untuk menahan berat badan.

3. Pembentukan kalus tulangOssifikasi menggambarkan perubahan kartilago fibrokartilaginosa menjadi kalus tulang. Pada area yang dekat dengan jaringan tulang yang mendapatkan vaskularisasi yang baik, sel-sel osteogenik berkembang menjadi osteoblast, atau sel “homebuilding” yang menghasilkan trabekula tulang spons. Tulang endapan pertama osteoblast yang baru terbentuk pada permukaan luar tulang dari tempat patahan. Pembentukan tulang belanjut terhadap tempat patahan hingga selubung tulang yang baru melindungi kalus fibrokartilaginosa. Kemudian, fibrokartilago diubah menjadi tulang spons, dan kalus diubah ,enjadi kalus tulang. Pada akhirnya, kalus tulang mengkalsifikasi dan berubah menjadi tulang dewasa. Pembentuka kalus tulang dimulasi pda minggu ketiga hingga keempat setelah cedera dan berlanjut hingga pembentukan tulang yang kuat terbentuk berbulan-bulan kemudian.

4. RemodellingSelama pembentukan kembali kalus tulang, bagian patahan tulang yang mati pada akhirnya dibuang oleh osteoclast. Tulang padat menggantikan tulang spons di sekitar perifer fraktur, dan terjadi penyusunan kembali dengan cara mineralisasi tulang sepanjang garis tekanan mekanik. Selama periode ini, materi yang

berlebihan dari badan tulang bagian luar dan di dalam rongga medulla dibuang dan tulang padat mengisi untuk merekonstruksi kembali badan tulang. Struktur akhir dari area yang dicontohkan menyerupai tulang yang sebelumnya; akan tetapi, area yang menebal pada permukaan tulang menyisakan adanya dari fraktur yang disembuhkan. (Porth, 2007)

LO 1.3. KinesiologiGerak sendi:

Fleksi : m. iliopsoas, m. pectineus, m. rectus femoris, m. adductor longus, m. adductor brevis, m. adductor magnus pars posterior

Ekstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosus, m. semimembranosus, m. biceps femoris caput longum, m. adductor magnus pars posterior

Abduksi : m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. piriformis, m. Sartorius, m. tensor fasciae latae Adduksi : m. adductor magnus, m. adductor longus, m. adductor brevis, m. gracilis, m. pectineus, m.

obturator externus, m. quadratus femoris. (Syamsir, 2013)

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fracture Collum FemorisLO 2.1. Definisi dan klasifikasi

Fraktur menggambarkan gangguan keutuhan dari sebuah tulang. Tulang normal dapat menahan tekanan yang besar dan menahan gaya lintang, serta tingkat yang lebih kecil, menahan gaya tegang. Fraktur terjadi ketika tekanan lebih ditempatkan pada tulang yang tidak dapat lagi menyerapnya.

Dikelompokkan menurut penyebabnya, fraktur dapat dibagi menjdai tiga kategori nesar: (1) fraktur akibat cedera yang tiba-tiba, (2) fraktur akibat tekanan letih, dan (3) fraktur alibat tekanan patologik. Fraktur yang paling sering terjadi dihasilkan oleh cedera yang tiba-tiba. Gaya yang menyebabkan fraktur langsung, seperti terjatuh atau terpukul, atau secara tidak langsung, seperti kontraksi otot yang besar, atau trauma yang disebarkan di sepanjang tulang. Contoh, caput radii atau clavicula dapat fraktur akibat dari gaya tidak langsung akibat dari jatuh dengan tangan yang menahan. Fraktur akibat tekanan merupakan fraktur inkomplit. Mungkin bisa juga menggambarkan fraktur akibat keletihan atau fraktur patologik. Fraktur akibat keletihan terjadi ketika tekanan yang berlebihan dibebankan pada tulang normal. Terjadi pada tulang yang menahan berat badan, seperti metatarsal, collum femoris, calcaneus, tibia, fibula, dan pelvis. Fraktur akibat keletihan secara khas terjadi pada individu yang bukan atlet. Secara klinis, riwayat tekanan yang tidak biasa dengan nyeri yang berkelanjutan pada tulang merupakan hal yang umum pada fraktur akibat keletihan. Fraktur tekanan pada tibia dapat dibingungkan dengan “shin splints”, kata yang tidak spesifik untuk nyeri pada tungkai bawah karena overuse untuk berjalan dan berlari, karena mereka sering tidak muncul pada film X-ray hingga dua minggu setelah onset simtom.Fraktur patologik terjadi ketika tekanan normal yang dibebankan pada tulang yang melemah akibat dari penyakit atau tumor. Fraktur jenis ini terjadi secara spontan dengan sedikit atau tidak sama sekali tekanan. kit Keadaan penyakit yang mendasari dapat terjadi lokal, seperti infeksi, kista, atau tumor, atau dapat disamaratakan dengan osteoporosis, Paget disease, atau tumor yang menyebar.

Fraktur biasanya diklasifikasikan menurut lokasi, tipe, dan arah atau pola garis fraktur. Fraktur pada tulang panjang dideskripsikan pada posisi proksimal tulang, tengah tulang, dam distal. Deskripsi lainnya digunakan ketika fraktur mengenai caput atau collum dari sebuah tulang, termasuk persendian, atau dekat dengan condyles atau malleolus.Jenis fraktur ditentukan dengan adanya kontak dengan lingkungan luar, derajat patahan kontinuitas tulang, dan sifat dari patahan fraktur sendiri. Fraktur dapat diklasifikasikan seperti terbuka atau tertutup. Ketika patahan tulang melewati kulit, fraktur disebut fraktur terbuka. Pada fraktur tertutup, tidak ada kontak dengan kulit sisi bagian luar.Derajat fraktur dideskripsikan dengan istilah fraktur komplit atau inkomplit pada kontinuitas tulang. Fraktur greenstick yang terjadi pada anak-anak merupakan sebiah contoh fraktur sebagian pada kontinuitas tulang menyerupai batang pohon muda yang patah. Jenis fraktur ini terjadi karena tulang pada anak-anak, khususnya sampai mendekati umur sepuluh tahun lebih lentur daripada tulang pada dewasa.

Ciri dari patahan fraktur dapat digunakan untuk mendeskripsikan jenis fraktur. Fraktur comminuted mempunyai lebih dari dua patahan. Fraktur compression terjadi pada corpus vertebrae, termasuk dua tulang yang hancur atau berdesakan bersama-sama. Fraktur impacted terjadi ketika fragmen fraktur terjepit bersama. Jenis ini biasanya terjadi pada humerus, sering atau lebih sedikit serious, dan biasanya ditangani tanpa pembedahan.Arah terjadinya trauma atau mekanisme terjadinya cedera menghasilkan susunan yang khusus atau pola fraktur. Reduction merupakan perbaikan dari tulang yang fraktur kembali ke posisi anatominya. Pola fraktur mengindikasikan trauma dan menyediakan informasi tentang cara termudah untuk melakukan reduksi. Fraktur transverse disebabkan oleh simple angulatory force. Fraktur spiral dihasilkan dari gerakan memeras, atau torque. Fraktur transverse tidak seperti menjadi hilang posisinya setelah dilakukan reduction. Sebaliknya, spiral, oblique, dan fraktur comminuted sering tidak stabil dan dapat berganti posisinya setelah dilakukan reduction. (Porth, 2007)

Femoral neck fractures can be divided into two groups:  Intra-capsular femoral neck fractures (sub-capital, trans-cervical and basi-cervical); Extra-capsular peri-trochanteric fractures (intertrochanteric and subtrochanteric fractures).

Sebuah leher femur fraktur (NOF) adalah cedera yang relatif umum diderita oleh pasien yang lebih tua yang keduanya lebih cenderung memiliki kegoyangan dari kiprah dan pengurangan kepadatan mineral tulang, predisposisi fraktur. Wanita osteoporosis tua berada pada risiko terbesar.Leher adalah titik terlemah dari femur dan karena suplai darah ke kepala femur, diagnosis dan klasifikasi penting. Fraktur pada leher dapat secara luas diklasifikasikan menjadi:

intra-capsular  ~ 66%o sub-capital femoral neck fractureo trans-cervical femoral neck fractureo basi-cervical femoral neck fracture

extra-capsular  ~ 33%o trochenteric fractures 

Garden classificationThe Garden classification of proximal femoral fractures is the most widely used, and is useful as it is both simple and predicts the development of AVN.

1. Garden stage I : undisplaced incomplete, including valgus impacted fractures.2. Garden stage II : undisplaced complete3. Garden stage III : complete fracture, incompletely displaced4. Garden stage IV : complete fracture, completely displaced

(radiopaedia.com)

LO 2.2. Etiologi

Osteoporosis Wanita Usia lebih dari 50 tahun Tinggi lebih dari 170 cm

(Papadakis, 2013)

LO 2.3. EpidemiologiSekitar 4% dari 7,9 juta fraktur terjadi setiap tahun di AS merupakan fraktur panggul. Tingkat mortalitas tinggi pada pasien lansia, dengan tingkat kematian 8-9% dalam 30 hari atau sekitar 25-30% dalam satu tahun. Osteoporosis, wanita, tinggi lebih dari 170 cm,dan usia lebih dari 50 tahun merupakan faktor risiko pada fraktur panggul. Fraktur panggul biasanya terjadi sesaat setelah terjatuh. Trauma berkecepatan tinggi juga terjadi pada pasien yang lebih muda. Fraktur akibat tekanan dapat terjadi pada atlet atau individu yang kurang kepadatan mineralisasi tulang dengan aktivitas banyak yang berulang. (Papadakis, 2013)

LO 2.4. Patofisiologi

LO 2.5. Manifestasi klinisTanda-tanda dan gejala patah tulang termasuk rasa sakit, nyeri di tempat gangguan tulang, pembengkakan, hilangnya fungsi, deformitas bagian yang sakit, dan mobilitas yang abnormal. Deformitas bervariasi sesuai dengan jenis gaya diterapkan, daerah tulang yang terlibat, jenis fraktur diproduksi, dan kekuatan dan keseimbangan sekitar otot. Pada tulang panjang, tiga jenis cacat-angulation, memperpendek, dan rotasi-terlihat. Fragmen fraktur parah angulated dapat dirasakan patah di situs dan sering push up terhadap jaringan lunak untuk menyebabkan efek tenting pada kulit. Kekuatan lentur dan otot yang tidak merata menyebabkan angulasi menarik. Pemendekan ekstremitas terjadi sebagai fragmen tulang geser dan menimpa satu sama lain karena tarikan otot-otot pada sumbu panjang ekstremitas (Gambar 43-6). Deformitas rotasi terjadi ketika fragmen fraktur memutar keluar dari sumbu normal mereka memanjang, ini dapat mengakibatkan rotasi dari strain yang dihasilkan oleh fraktur atau tarikan yang tidak sama dengan otot-otot yang melekat pada fragmen fraktur. Sebuah krepitus, atau suara kisi, dapat didengar sebagai fragmen tulang bergesekan satu sama lain. Dalam kasus fraktur terbuka, terjadi pendarahan dari luka di mana menjorok tulang. Kehilangan darah dari patah tulang panggul atau beberapa patah tulang panjang dapat menyebabkan syok hipovolemik dalam korban trauma. Tak lama setelah patah tulang telah terjadi, fungsi saraf patah di situs mungkin sementara hilang. Daerah mungkin menjadi mati rasa, dan otot-otot sekitarnya dapat menjadi lembek. Kondisi ini telah disebut syok lokal. Selama periode ini, yang bisa berlangsung selama beberapa menit sampai setengah jam, patah tulang dapat dikurangi dengan sedikit atau tidak ada rasa sakit. Setelah periode singkat ini, sensasi rasa sakit dan kembali, dengan itu, kejang otot dan kontraksi dari otot-otot sekitarnya. (Porth, 2007)

LO 2.6. Diagnosis

(Papadakis, 2013)Berguna radiografi dilihat dari pinggul termasuk pandangan anteroposterior dari panggul dan pinggul bilateral dan katak-kaki. Pandangan lateral pinggul menyakitkan. CT scan atau MRI mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi pola patah tulang pinggul atau untuk mengevaluasi fraktur non-pengungsi. Patah tulang pinggul umumnya dijelaskan oleh lokasi, termasuk leher femoralis, intertrochanteric, atau subtrochanteric. (Papadakis, 2013)

Femoral neck fracture

The patient had fallen down since 4 days ago,and she still complaining from right hip pain 

Patient data: Age: 80 yGender: FemaleRace: Middle Eastern

Intertrochanteric femoral fracture

Modality: CT (3D Reconstruction – Non contrast)Presentation:

81 years old female fall from her own height.

LO 2.7. Diagnosis banding

LO 2.8. TatalaksanaHampir semua pasien dengan patah tulang panggul akan memerlukan operasi dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mengontrol rasa sakit sementara mereka menunggu operasi. Pembedahan dianjurkan dalam 24 jam pertama karena penelitian telah menunjukkan bahwa menunda operasi 48 hasil jam dalam setidaknya dua kali tingkat komplikasi medis mayor dan minor, termasuk pneumonia, ulkus dekubitus, dan trombosis vena dalam. Stres patah tulang pada pasien aktif memerlukan periode dilindungi menahan beban dan kembali secara bertahap ke kegiatan, meskipun mungkin diperlukan 4-6 bulan sebelum kembali ke aktivitas normal. Fraktur leher femur biasanya diobati dengan hemiarthroplasty atau penggantian panggul total. Hal ini memungkinkan pasien untuk mulai menahan beban segera pasca operasi. Patah tulang pinggul Peritrochanteric diperlakukan dengan terbuka pengurangan fiksasi internal, di mana piring dan sekrup membangun atau perangkat intramedullary digunakan. Pemilihan implan akan tergantung pada pola fraktur. Karena fraktur fiksasi memerlukan fraktur untuk melanjutkan ke serikat, pasien mungkin perlu telah dilindungi berat tubuhselama periode pasca operasi dini. Dislokasi, periprosthetic fraktur, dan nekrosis avaskular dari pingguladalah komplikasi umum setelah operasi. Pasien harus dimobilisasi sesegera mungkin setelah operasi untuk menghindari komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Terapi fisik diawasi dan rehabilitasi penting bagi pasien untuk mendapatkan kembali sebanyak berfungsi sebagai mungkin. Sayangnya, kebanyakan pasien setelah patah tulang pinggul akan kehilangan beberapa derajat kemerdekaan. (Papadakis, 2013)

LO 2.9. Komplikasi

Komplikasi patah tulang dan cedera ortopedi lainnya yang berhubungan dengan hilangnya kontinuitas tulang, cedera dari fragmen tulang, tekanan dari pembengkakan dan perdarahan (misalnya, lepuh fraktur, compartment syndrome), atau pengembangan emboli lemak. Sindrom kompleks daerah nyeri atau distrofi refleks simpatis, disebabkan oleh keterlibatan serabut saraf, dibahas dalam Bab 35. Fraktur Melepuh. Lecet rekahan bula kulit dan lecet yang mewakili daerah nekrosis epidermal dengan pemisahan epidermis dari dermis yang mendasari dengan cairan edema. Mereka terlihat dengan lebih parah, memutar jenis cedera (misalnya, kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh dari ketinggian), tetapi juga dapat terjadi setelah manipulasi berlebihan bersama, posisi tergantung, dan aplikasi panas, atau dari penyakit pembuluh darah perifer. Mereka bisa soliter, beberapa, atau besar, tergantung pada tingkat cedera. Kebanyakan lecet fraktur terjadi pada pergelangan kaki, siku, kaki, lutut, atau daerah di mana ada sedikit jaringan lunak antara tulang dan kulit. Perkembangan lecet fraktur dilaporkan dikurangi dengan intervensi bedah awal pada orang yang membutuhkan operasi repair.19 ini mungkin mencerminkan rilis awal operasi dari hematoma fraktur, reapproximation dari jaringan lunak terganggu, ligasi pembuluh perdarahan, dan fiksasi perdarahan permukaan fraktur. Pencegahan lecet fraktur penting karena mereka menimbulkan risiko tambahan infeksi. Kompartemen Syndrome. Sindrom kompartemen telah digambarkan sebagai kondisi peningkatan tekanan dalam ruang yang terbatas (misalnya, kompartemen perut dan anggota tubuh) yang kompromi sirkulasi dan fungsi jaringan dalam space.20-23 perut sindrom kompartemen mengubah hemodinamik kardiovaskular, pernafasan mekanik , dan fungsi ginjal. Pembahasan dalam bab ini terbatas pada diskusi tentang sindrom kompartemen ekstremitas. Otot-otot dan saraf ekstremitas diapit tangguh, amplop fasia inelastis disebut kompartemen otot (Gambar 43-7). Jika tekanan dalam kompartemen cukup tinggi, sirkulasi jaringan terganggu, menyebabkan kematian saraf dan sel otot. Kerugian permanen fungsi dapat terjadi. Jumlah tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sindrom kompartemen tergantung pada banyak faktor, termasuk durasi elevasi tekanan, tingkat metabolisme jaringan, tonus pembuluh darah, dan tekanan darah lokal. Tekanan jaringan kurang dibutuhkan untuk mengganggu sirkulasi saat hipotensi atau vasokonstriksi hadir. Tekanan Intracompartmental lebih besar dari 30 mm Hg (normal adalah sekitar 6 mm Hg) dianggap cukup untuk merusak darah kapiler flow.5 6 sampai 12 bulan setelah saat fracture.18 Komplikasi penyembuhan fraktur dirangkum dalam Tabel 43-1. Metode pengobatan untuk penyembuhan tulang terganggu meliputi intervensi bedah, termasuk cangkok tulang, bracing, fiksasi eksternal, atau rangsangan listrik dari ujung tulang. Stimulasi listrik diperkirakan untuk merangsang osteoblas untuk meletakkan jaringan tulang. Tiga jenis stimulator pertumbuhan tulang komersial yang tersedia: sebuah model noninvasif, yang ditempatkan di luar pemain, model semi-invasif, di mana pin yang dimasukkan di sekitar lokasi fraktur, dan jenis yang sama sekali implan, di mana kumparan katoda luka sekitar tulang patah di situs dan dioperasikan oleh baterai ditanam di bawah skin.8...

(Papadakis, 2013)

LO 2.10 PencegahanSkrining kepadatan tulang dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko terhadap osteopenia atau osteoporosis, dan pengobatan dapat direncanakansesuai. Nutrisi (asupan kalsium dan vitamin D) dan kesehatan tulang (densitometri tulang, kalsium serum dan 25-OH kadar vitamin D) harus ditinjau dengan kepadatan mineral tulang yang buruk menyusul kegiatan pemuatan berulang. (Papadakis, 2013)

LO 2.11. Prognosis