PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

36
WRAP UP SKENARIO 2 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR KELOMPOK B4 Ketua : Try Setiawardana (1102007279) Sekertaris : Rizweta Destin (1102009253) Anggota : Nagusman Danil (1102009199) Nandika Nurfitria (1102009201) Nanda Rizky (1102009200) Risa Rilanda (1102009251) Roni Fajri (1102009254) Soraya Muchlisa (1102009272) 1

Transcript of PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Page 1: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

WRAP UP SKENARIO 2

TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

KELOMPOK B4

Ketua : Try Setiawardana (1102007279)

Sekertaris : Rizweta Destin (1102009253)

Anggota : Nagusman Danil (1102009199)

Nandika Nurfitria (1102009201)

Nanda Rizky (1102009200)

Risa Rilanda (1102009251)

Roni Fajri (1102009254)

Soraya Muchlisa (1102009272)

Sofia Putri Nirmala (1102009271)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

TAHUN 2010 – 2011

1

Page 2: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

SKENARIO

Terjatuh dari Sepeda Motor

Laki-laki, 30 tahun, datang berobat ke UGD RSUD diantar polisi dengan keluahan nyeri di

tungkai kanan atasnya setelah terjatuh akibat kecelakaan sepeda motor. Pada pemeriksaan

dokter, didapatkan : Airway, Breathing, dan Circulation : baik. CGS : 15. Status lokalis :

regio femur dextra :

Look : deformitas (+), vulnus laseratu, hematoma

Feel : nyeri tekan (+), neurovaskuler distal : baik

Move : pergerakkan aktif dan pasif :nyeri (+)

Dokter yang memeriksanya meminta rontgen femur dextra AP/lateral. Hasil pemeriksaan

rontgen tampak fraktur femur 1/3proksimal cum contraxionem, punctum proksimal tampak

abduksi dan eksorotasi sedangkan punctum distal adduksi dan endorotasi. Pada keadaan ini

penderita sama sekali tidak bisa berdiri hanya berbaring tidur, sementara pasien diwajibkan

shalat lima waktu.

2

Page 3: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

SASARAN BELAJAR

TIU I. Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os. Femur

TIK I.1 Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os.

Femur

TIU II. Menjelaskan dan Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur

TIK II.1 Menjelaskan dan Memahami Definisi FrakturTerbuka dan Fraktur Tertutup

TIK II.2 Menjelaskan dan Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur

TIU III. Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur

TIK III.1 Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur

TIU IV. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

TIK IV.1 Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

TIU V. Menjelaskan dan Memahami Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit

TIK V.1 Menjelaskan dan Memahami Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit

3

Page 4: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

TIU I. Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os.

Femur

TIK I.1 Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os.

Femur

Gerak sendi

Fleksi

M.ilopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis,

M.adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

Ektensi

M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M.semimembranosus, M. biceps femoris

caput langum, M. adductor magnus pars posterior

Abduksi

M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae

lata

Adduksi

M.adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M.

pectineus, M.obuturator externus, M.quadratus femoris

Rotasi medialis

M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus

pars posterior

Rotasi lateralis

M. piriformis, , M. adductor internus, M. gamelli, M.obuturator externus,

M.quadratus femoris, M. gluteus maximus, M.adductores

Otot otot Paha Bagian Ventral

M. quadriceps femoris

Origo:

M.rectus femoris, caput rectum: spina iliaca anterior inferior

M.rectus femoris, caput reflexum: tepi cranial acetabulum

M.vastus medialis: dua pertiga bawah labium mediale lineae asperae

M.vastus lateralis: lingkar distal trochanter major, labium laterale lineae asperae

M.vastus intermedius: dua pertiga atas facies anterior dan aspek lateral femur

M.articularis genus: seperempat distal facies anterior femur

4

Page 5: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Insersi:

Tepi proximal, lateral dan medial patella

Tuberositas tibiae via ligament patella

Daerah daerah di lateral tuberositas tibiae via retinacula patellae

Fungsi:

Sendi pinggul (hanya M.rectus femoris) Fleksi

Sendi lutut hanya ekstensi

M.sartorius

Origo:

Spina iliaca anterior superior

Insersi:

Permukaan medial tuberositas tibiae

Fungsi:

Sendi pinggul: fleksi, rotasi lateral,abduksi

Sendi lutut: fleksi, rotasi medial

M.tensor fasciae latae

Origo:

Spina iliaca anterior superior

Insersi:

Tibia dibawah condylus lateralis (via tractus iliotibialis)

Fungsi:

Sendi pinggul: fleksi, abduksi, rotasi medial

Sendi lutut: stabilitas ketika lutut ekstensi

5

Page 6: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Otot-otot Pinggul Bagian Dorsal

M.Gluteus maximus

Adalah otot terbesar didalam tubuh. Otot ini terletak superficial di region glutea dan

berperan penting dalam bentuk menonjol bokong.

Origo:

dari permukaan luar ilium; dari permukaan posterior sacrum dan os coccygis; dan dari

ligamentum sacrotuberosum.

Insertion:

serabut-serabut berjalan kebawah dan lateral, dan sebagian besar berinsertio ke dalam

trakus iliotibialis; beberapa serabut yang lebih dalam berinsertio ke dalam tuberositas

glutealis femoris

Persarafan:

N.gluteus inferior

Fungsi:

otot ini melakukan ekstensi dan eksorotasi articulation coxae; dengan perantaraan

tractus iliotibialis membantu mempertahankan ekstensi articulatiogenus. Otot ini

paling sering digunakan oleh tubuh terhadap tungkai atas

Tiga bursae biasanya berhubungan dengan M.gluteus maximus:

1. Diantara tendo insertion dan trochanter major

2. Diantara tendo insertion dan M. vastus lateralis

3. Menutupi tuber ischiadicum

M.Gluteus Medius

Adalah otot tebal berbentuk kipas dan bagian posteriornya ditutupi oleh M.gluteus

maximus

Origo:

dari permukaan lar ilium

6

Page 7: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Insertion:

serabut-serabut berjalan ke bawah dan leteral dan melekat pada permukaan lateral

trochanter major

Persarafan:

N.gluteus superior

Fungsi:

bersama dengan M.gluteus minimus, M. gluteus medius melakukan abduction kuat

tungkai atas pada articulation coxae. Kerjanya yang paling penting adalah pada waktu

berjalan atau berlari; ketiga otot berkontraksi dan mempertahankan pelvis padan

membrum inferius. Bila kaki pada sisi yang lain diangkat dan diluruskan ke depan,

pelvis dipertahankan pada posisinya dan tidak turun ke sisi yang tidak disokong.

Serabut-serabut anterior juga melakukan rotasi tungkai atas ke medial

M.Gluteus Minimus

M.Gluteus Minimus berbentuk kipas dan terletak dibawah M.Gluteus Medius

Origo:

dari permukaan lar ilium

Insertion:

serabut-serabut berjalan ke bawah dan leteral dan melekat pada permukaan lateral

trochanter major

Persarafan:

N.gluteus superior

Fungsi:

bersama dengan M.gluteus minimus, M. gluteus medius melakukan abduction kuat

tungkai atas pada articulation coxae. Serabut- serabut anterior juga melakukan rotasi

tungkai atas ke medial

7

Page 8: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

M. Piriformis (PI)

Origo :

facies anterior os. Sacrum

Insersio :

Throchanter major os. Femoris

Fungsi :

eksoratasi

M. Oburator Internus (OI)

Origo :

facies internus membrana obturatoria

Insersio :

fossa trochanterica

Fungsi :

Eksorotasi

M. Gamellus Superior

Origo:

Spina ischiadica

Insersio:

Fossa trochanterica

Fungsi:

Eksorotasi, ekstensi, adduksi

M. Gamellus Inferior

Origo:

Tuber ischiadicum

8

Page 9: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Insersio:

Fossa trochanterica

Fungsi:

Eksorotasi, ekstensi, adduksi

M. Quadratus Femoris

Origo:

Tepi lateral tuber ischiadicum

Insersio:

Crista intertrochanterica

Fungsi:

Eksorotasi, adduksi

Otot-otot Paha Bagian Medial (adduktor)

M. Pectineus

Origo :

Ossis pubis

Insertio :

Linea pectinea femoris

Fungsi :

sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral, fleksi

M. Gracillis

Origo :

Tepi medial ramus inferior ossis pubis disepanjang symphisys

Insertio :

9

Page 10: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

ujung proksimal tibia disebelah medial tuberositas tibiae

Fungsi :

Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi lateral

Sendi lutut : fleksi, rotasi medial

M. Adductor brevis

Origo :

Ramus inferior ossis pubis lebih dekat ke foramen obturatum daripada ke M.

Adductor longus

Insertio :

sepertiga proksimal labium mediale lineae asperae

Fungsi :

Sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral, fleksi

M. Adductor longus

Origo :

Os pubis dibawah crista pubica sampai ke symphysis

Insertio :

sepertiga tengah labium medialis linea asperae

Fungsi:

Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi lateral (bagian paling anterior: rotasi medial)

M. Adductor manus

Origo :

Tepi medial Ramus inferior ossis pubis, Ramus dan tuber ossis ischii

Insertio :

dua pertiga proksimal labium mediale linea asperae, tuberositas, tuberculum

adductorium, M.adduktor minimus: tuberositas glutea

10

Page 11: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Fungsi :

Sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral (bag anterior: fleksi, bag. Posterior: ekstensi)

M. obturatorius eksternus

Origo :

Lingkar foramen obturatorium, permukaan lateral membrana obturatoria

Insertio :

Fossa trochanterica

Fungsi :

Sendi pinggul : rotasi lateral, adduksi

Otot-otot Paha Bagian Dorsal

M. semitendinosus

Origo :

Tuber ischiadicum bersama dengan caput longum pada M.biceps femoris

Insertio :

permukaan medial tuberositas tibiae

Fungsi :

Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi lateral

Sendi lutut : fleksi, rotasi medial

M. Semimembranosus

Origo :

Tuber ischiadicum

Insertio :

ujung proksimal tibia dibawah condylus medialis, kapsul posterior sendi lutut, lig.

Popliteum obliqum, fascia musculi poplitei

11

Page 12: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Fungsi :

Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi medial

Sendi lutut : fleksi, rotasi medial

M. Biceps femoris

Origo:

Caput longum: tuber ischiadicum bersama dengan m, semitendinosus

Caput breve: sepertiga tengah labium laterale linea aspirae

Insertio:

Capitulum fibulae (bagian terbesar yg membungkus lig. Collaterale fibulare),

menyebar ke dalam fascia cruris

Fungsi :

Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi lateral

Sendi lutut : fleksi, rotasi lateral

(Putz, R. 2010 dan Feneis. 1998)

Otot-Otot yang Berpengaruh pada Fraktur Femur dalam Skenario

Keterangan :

M. Gluteus Medius (GME) : abduksi

M. Gluteus Minimus (GMI) : abduksi

M. Gluteus Maximus (GM) : eksorotasi

M. Illiopsoas (IP)

M. Piriformis (PI) : eksorotasi

M. Oburator Internus (OI) :eksorotasi

M. Gemeli (GE) : eksorotasi

M. Quadratus femoris (QF) : eksorotasi

Musculi adductor (AM) : adduksi

M. Hamstring (HAM) : adduksi

M. Quadricep Femoris (QDF) : adduksi

12

Page 13: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

(Snell. 2006)

TIU II. Memahami dan Menjelaskan Jenis-jenis Fraktur Femur

TIK II.1 Menjelaskan dam Memahami Definisi FrakturTerbuka dan Fraktur Tertutup

Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan

udara luar atau permukaan kulit.

Fraktur tertutup : bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar

atau permukaan kulit. (Reksoprodjo. 1995)

TIK II.2 Menjelaskan dam Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur

Fraktur Kolum Femur

Klasifikasi Fraktur Kolum Femur

a. Fraktur Intrakapsul

Mekanismenya :

Fraktur intrakapsul ini dapat di sebabkan oleh trauma langsung dan trauma tak

langsung.

Trauma langsung:

Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring di mana daerah trokantor

mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung :

Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena

kepala femur terikat kuat dengan ligamen di dalam asetabulum oleh ligamen

iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di dalam kolum femur.

Pada dewasa muda apabila terjadi fraktur inrakapsuler berarti traumanya

cukup hebat. Sedangkan pada fraktur ini banyak terjadi pada wanita tua (60

tahun ke atas) di mana tulangnya telah mengalami osteoporosis.

13

Page 14: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :

Lokasi anatomi

Di bagi menjadi 3 :

1. Fraktur subkapital

2. Fraktur trans servikal

3. Fraktur basis kolum femur

Arah garis fatah di bagi atas, menurut Pauwel :

1. Tipe 1 : sudut 30 °

2. Tipe 2 : sudut 50 °

3. Tipe 3 : sudut 70°

Dislokasi atau tidak dari fragmennya di bagi menurut Garden :

1. Garden 1 : incomplete (impected)

2. Garden 2 : fraktur kolum femur tanpa dislokasi

3. Garden 3 : fraktur kolum femur sebagian dislokasi

4. Garden 4 : fraktur kolum femur dan dislokasi total

b. Fraktur Intertrokanter Femur (Fraktur Ekstrakapsuler)

Merupakan fraktur antar trokanter mayor dan trokanter minor femur. Banyak

terjadi pada wanita tua diatas 60 tahun.

Klasifikasinya menurut Evan Massie :

Stabil

garis fraktur intertrokanter undisplaced

garis fraktur intertrokanter displaced menjadi varus

Tidak Stabil

garis fraktur kominutive dan displaced varus

garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter

Fraktur Subtrochanter Femur

14

Page 15: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Merupakan di mana garis patah berada 5 cm distal dari trokanter minor.

Mekanisme frakturnya biasanya karena trauma langsung, dapat terjadi pada orang tua

biasanya trauma ringan dan pada orang muda,biasanya kecelakan.

Klasifikasinya :

klasifikasi Zickel

klasifikasi Scinshaemer

klasifikasi fielding dan magliato

Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding dan Magliato :

a. tipe 1 : garis fraktur 1 level dengan trokanter minor

b. tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor.

c. tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas trokanter minor.

Fraktur Batang Femur

Mekanisme Trauma

Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi pada trauma

langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari

ketinggian. Biasanya banyak dialami oleh penderita laki-laki dewasa.

Klasifikasinya :

Di bagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah.

Tertutup

Terbuka

Fraktur femur terbuka.

Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar.

Dibagi menjadi 3 derajat :

a. derajat 1 : bila terdapat dengan dunia luar timbul luka kecil,biasanya di

akibatkan karena tusukan fragmen tulang dari dalam menembus ke luar.

b. derajat 2 : lukanya lebih besar (>1 cm) luka ini di sebabkan karena benturan

benda dari luar.

15

Page 16: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

c. derajat 3 : lukanya lebih luas dari derajat 2, lebih kotor, jaringan lunak

banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).

Fraktur Suprakondiler Femur

Anatomi

Di daerah lutut terdapat otot-otot yang menyebabkan pada fraktur suprakondilaris

fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior. Hal ini disebabkan

tarikan dari otot-otot gastroknemeus, hamstring dan quadrisep. Biasanya fraktur

suprakondiler disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi (tabrakan

sepeda motor). Terjadi gaya aksial dan stres valgus atau varus dan disertai gaya

rotasi .

Klasifikasi

Undisplaced

Displaced

Comminutive

Fraktur Intrakondiler

Biasanya fraktur intrakondular diikuti oleh fraktur suprakondular, sehingga

umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur

Tanda Klinik

Hampir sama dengan tanda-tanda fraktur suprakondiler femur, yaitu adanya

pembengkakan daerah lutut dan deformitas. Gerakan patella terhambat,

ditemukan dengan jelas adanya krepitasi

Fraktur Kondiler Femur

Fraktur kondiler femur lebih jarang dibandingkan fraktur suprakondiler femur dan

intrakondiler femur. Mekanisme traumanya bisa dikombinasi dari gaya hiperabduksi dan

adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke atas.

16

Page 17: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Klasifikasi

Undisplaced

Displaced

Bicondylar

Coronal (Reksoprodjo. 1995)

TIU III. Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur

TIU III.1 Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur

Sinar X merupakan bagian dan spectrum elektromagnetik, dipencar akibat

pengeboman anoda wolfram oleh electron-electron bebas dan suatu katoda. Film polos

dihasilkan oleh pergerakan electron-electron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film

radiografik. Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan pajanan pada film

paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna hitam.Di antara kedua

keadaan ekstrem ini, menyerap jaringan yang sangat berbeda-beda sehingga menghasilkan

citra dalam skala abu abu (grey scale).

Prosedur tetap pemeriksaan fraktur femur

a. Persiapan pasien : pasien dianjurkan mengganti pakaian dengan pakaian yang telah

disediakan.

b. Posisi pemeriksaan : Supine dan menghadap lateral

Posisi supine:

Pasien tidur diatas alas pemeriksaan x ray dalam posisi supine,kepala diganjal

dengan bantal dan kedua tangan lurus dilinea axillaris.

Posisi lateral:

Pasien tidur miring diatas permukaan alat x ray,kepala miring ke kanan/kiri

diganjal dan kedua tangan dilipat didepan dada.

Syarat kondisi foto standard:

1. Simetris

2. Kualitas baik

3. Inspirasi maksimal

4. Identitas dan marker

5. Perbandingan kanan dan kiri

17

Page 18: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Yang disimpulkan:

1. Tulang :

Sendi sacroiliaca

Sacrum

Foramen sacral

Ilium

Pelvic brim

Ramus superior os pubic

Simpisis pubis

Femur

Colum femoris

Trochanter mayor

Condylus medialis

Condylus lateralis

Linea aspera

2. Jaringan lunak :

Ketebalan

Soft tissue mass

(Rasad.2005)

TIU IV. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Femur

TIK IV.1 Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

Penanganan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka diperlukan:

Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah

membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa

nyaman dan mengurangi nyeri.

Penilaian klinis

18

Page 19: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis,

apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf

ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.

Resusitasi

Terapi pada Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan

segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah sakit:

Pembidaian

Menghentikan perdarahan dengan perban tekan

Menghentikan perdarahan dengan perban klem

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40%

dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu

di dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

Tindakan terhadap fraktur terbuka:

Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta

pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

19

Page 20: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta

tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu

kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)

Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Tindakan reposisi terbuka:

1. Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.

2. Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/sensitifity test.

3. Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan

dicukur.

4. Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka

derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi.

5. Tutup luka dengan doek steril

6. Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

7. Desinfeksi anggota gerak

8. Drapping

9. Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali

neirovascular vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti

reposisi terbuka, kalau perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru

untuk reposisi tebuka dengan baik.

10. Fiksasi:

a. fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya

(unstable fracture) minimal dengan Kischner wire.

b. Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya

seperti pada operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa

golden period untuk fraktur terbuka grade 1-2 .

c. Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai

(karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk

atau sirkular).

d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan

ketegangan, biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa

atau dibuat sayatan kontra lateral.

e. Untuk grade 3 kalau perlu:

20

Page 21: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K

nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang

anggota gerak sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah

gips sirkuler dan kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai

operasi.

f. Buat x-ray setelah tindakan

Dan step-step penatalaksanaan fraktur lebih lengkapnya adalah :

Penanganan Dini

Luka harus ditutup hingga pasien tiba di kamar bedah

Beri antibiotik hingga masa infeksi terlewati dan berikan profilaksis tetanus segera

mungkin. Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan

tetanus. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik

diberikan dalam dosis yang besar sebelum, pada saat, dan sesudah tindakan

operasi. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan

pemberian toksoid. Tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus

imunoglobulin.

Debridemen

Operasi ini bertujuan untuk membersihkan luka dari bahan asing dan jaringan

mati agar persediaan darah tetap baik pada bagian tersebut. Pembalut yang

sebelumnya digunakan pada luka diganti dengan bantalan yang steril dan kulit

yang disekelilingnya dibersihkan dan dicukur. Luka diirigasi dengan cairan NaCl

fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat, irigasi

akhir dapat disertai obat antibiotik misalnya basitrasin.

Kulit : Sebaiknya kulit yang dieksisi sesedikit mungkin.

Fasia : Dibelah secara meluas sehingga sirkulasi tidak terhalang.

Otot : Otot yang mati sebaiknya dieksisi

Pemb. Darah : Pembuluh darah yang banyak mengeluarkan pendarahan

sebaiknya dijait dengan cermat

Saraf : Saraf yang terpotong sebaiknya dibiarkan saja. Dilakukan

penjahitan pada saraf jika luka itu bersih dan tidak perlu

dilakukan diseksi.

21

Page 22: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Tendon : Tendon yang terpotong juga dibiarkan saja. Dilakukan

penjahitan pada tendon jika luka itu bersih dan tidak perlu

dilakukan diseksi.

Sendi : Cedera sendi terbuka diterapi dengan pembersihan luka,

penutupan sinovium dan kapsul, antibiotika sistemik

(drainase atau irigasi sedotan hanya digunakan kalau terjadi

kontaminasi hebat).

Penutupan luka

Luka tipe I yang kecil dan tidak terkontaminasi , yang dibalut dalam beberapa

jam setelah cedera, setelah debridemen, dapat dijahit atau dilakukan

pencangkokan kulit.

Luka tipe lain harus dibiarkan terbuka hingga bahaya infeksi terlewati, luka

tersebut dibalut sekedarnya dengan kasa steril dan diperiksa kembali setelah

5hari. Kalau bersih, luka itu dapat dijahit atau dilakukan pencangkokan kulit

(penutupan primer tertunda).

Saat terbaik untuk mengobati Fraktur adalah dalam waktu 1-6 jam (disebut

Periode Emas, Golden Period ) terutama pada kasus Fraktur yang parah dan

mengenai sistem Saraf. Jika lewat dari 6 jam semenjak waktu kejadian

kecelakaan, mungkin saja hasilnya tidak sebaik jika dibawa sesegera mungkin.

Stabilisasi Fraktur

Untuk luka tipe I dan tipe II yang kecil dengan fraktur yang stabil, boleh

menggunakan gips yang dibelah secara luas atau untuk fraktur femur digunakan

traksi pada bebat.

Metode yang aman adalah fiksasi eksterna. Untuk femur atau tibia dapat

dilakukan pemasangan pen intramedula dan sebaiknya jangan dilakukan

pelebaran luka yang akan meningkatkan resiko infeksi. Bila dilakukan oleh yang

berpengalaman

Rehabilitasi

Operatif

Dipasang intramedullary nail. Jenis-jenisnya adalah : Kuntscher nail, sneidernail,

Ao nail. Yang sering dipakainadalah Kuntscher nail.

22

Page 23: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

Terdapat dua cara yaitu cara terbuka dan cara tertutup. Cara terbuka adalah

dengan cara menyayat kulit fascia sampai ke tulang yang patah sedangkan cara

tertutup adalah dengan cara memasukkan pen melalui ujung trochanter major

dengan bantuanimage intersifier.

Perawatan lebih lanjut

Tungkai ditinggikan di tempat tidur dan sirkulasi diperhatikan dengan cermat.

Syok mungkin masih membutuhkan terapi.

Kalau luka dibiarkan terbuka, periksalah 5-7 hari.

Jika pasien tersebut banyak kehilangan kulit, maka dilakukan pencakokan

kulit.

Kalau toksemia atau septikemia terus terjadi meskipun telah diberi

kemoterapi, luka itu didrainase (terapi aman satu-satunya kalau fraktur yang

terinfeksi tidak ditangani dalam 24 jam setelah cedera)

Tulang yang terinfeksi pada pasien fraktur terbuka dapat mengakibatkan

sekuester dan sinus. Sekuester yang kecil harus disingkirkan secara dini, tetapi

potongan-potongan tulang yang besar tidka boleh dieksisi.

Bila fraktur yang terinfeksi mempunyai hubungan dengan suatu sendi, prinsip

terapinya sama seperti terapi infeksi tulang; yaitu, pengobatan, drainase, dan

pembebatan. Sendi itu harus dibebat dalam posisi optimum.

(Apley. 1995 dan Reksoprodjo. 1995)

TIU V. Memahami dan Menjelaskan Tata Cara Shalat pada Orang yang Sakit

TIK V.1. Memahami dan Menjelaskan Tata Cara Shalat pada Orang yang Sakit

a. Orang yang sakit wajib melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri, sekali pun bersandar

ke dinding atau ke tiang atau dengan tongkat.

b. Jika tidak sanggup shalat berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan duduk, dan lebih baik

kalau duduk bersila pada waktu di mana semestinya berdiri dan ruku’, dan duduk istirasy

pada waktu di mana dia sujud.

23

Page 24: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

c. Jika tidak sanggup shalat sambil duduk, boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi

badan menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama dari sisi kiri. Jika

tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak

perlu mengulangi shalatnya.

d. Jika tidak sanggup shalat berbaring, boleh shalat sambil terlentang dengan

menghadapkan kedua kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat

kepala untuk menghadap kiblat. Dan jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke

kiblat, dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.

e. Orang sakit wajib melaksanakan ruku’ dan sujud, jika tidak sanggup, cukup dengan

membungkukkan badan pada ruku’ dan sujud, dan ketika sujud hendaknya lebih rendah

dari ruku’. Dan jika sanggup ruku’ saja dan tidak sanggup sujud, dia boleh ruku’ saja dan

menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja

dan tidak sanggup ruku’, dia boleh sujud saja dan ketika ruku’ dia menundukkan kepala.

f. Jika tidak sanggup dengan menundukkan kepala ketika ruku’ dan sujud, cukup dengan

isyarat mata, dengan memejamkan sedikit ketika ruku’ dan dengan memejamkan lebih

kuat ketika sujud. Adapun isyarat dengan telunjuk seperti yang dilakukan beberapa orang

sakit, itutidak betul dan penulis tidak pernah tahu dalil-dalilnya baik dalil dari Al-Qur’an

maupun As-Sunnah, dan tidak pula dari perkataan para ulama.

g. Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata, hendaklah

ia shalat dengan hatinya, dia berniat ruku’, sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing

orang akan diganjar sesuai dengan niatnya.

h. Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya

sesuai menurut kemampuannya sebagaimana kita jelaskan di atas. Tidak boleh sengaja

mengakhirkannya dari waktu yang semestinya. Dan jika termasuk orang yang kesulitan

berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir.

“Shalatlah kamu sambil berdiri, dan jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk, dan

jika tidak mampu, maka dengan berbaring”. (HR. Bukhari).

24

Page 25: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”.(At-Taghabun:16).

(Zuhroni. 2010)

25

Page 26: PBL skenario 2 B4 TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham,. Louis Soloman. Buku Ajar Ortopedi Dan Fraktur Sistem Apley Edisi 7.

1995. Widia Medika. Jakarta

Feneis, Heinz,. Wolfgang Dauber. Atlas Saku & Teks Anatomi Manusia. 1998. Hipokrates.

Jakarta

Putz, R, R Pabst. Atlas Anatomi Tubuh Manusia Sobotta, Tabel Otot, Sendi dan Saraf Edisi

22. 2010.EGC. Jakarta

Rasad, Sjahrial. Radiologi Diagnostik Edisi 2. 2005. FKUI. Jakarta

Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. 1995. Binarupa Aksara. Jakarta

Snell, R S. Clinical Anatony by System. 2006. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia

Zuhroni. Dasar dan Sumber Syariat Islam. 2010. Bagian Agama Islam Universitas Yarsi.

Jakarta

26