pbl blok 8
description
Transcript of pbl blok 8
Sakit pada Dada Bagian Kiri serta Hubungannya dengan Sistem Kardiovaskuler
Maria Mustika Dewanti*
102011072
*Alamat Korespondensi :
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731
E-mail: [email protected]
Pendahuluan
Jantung merupakan organ muskularis yang mempertahankan sirkulasi darah. Jantung
berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk menghasilkan gradient
tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke jaringan. Seperti semua cairan, darah
mengalir menuruni gradient tekanan dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan
rendah.3,4
Sakit pada dada bagian kiri dan hubungannya dengan jantung adalah karena letak jantung
yang lebih condong ke bagian kiri tubuh jika dilihat dari bagian medial. Pada kasus diketahui
bahwa seorang ibu yang berusia 78 tahun di bawa ke rumah sakit karena merasakan sakit pada
dada kirinya, yang semakin lama di rasakan bertambah hebat, sampai-sampai tidak dapat
melakukan aktifitas sehari-hari.
1
Tujuan penulisan ini agar lebih memahami system kardiovaskuler serta meningkatkan
kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
Struktur
Kardiovaskuler yang Jantung merupakan organ muskularis yang mempunyai rongga
didalamnya dan berbentuk kerucut (conus) dengan ukuran sebesar kepalan tangan pemiliknya.
Pada pria berat mencapai 280-350 gr sedangkan pada wanita berat jantung 230-280 gr. Struktur
kardiovaskuler di bagi menjadi dua bagian yaitu secara makroskopis dan juga mikroskopisnya.2
Makroskopis
A. Jantung
Jantung bersandar pada diapraghma di antara bagian inferior kedua paru dan dibungkus
oleh membrane khusus yang disebut pericardium. Jantung terletak di dalam mediastinum media
pars inferior, di sebelah ventralnya ditutupi oleh sternum dan cartilago costalis III-VI. Apex
kerucut terletak di inferior, anterior dan ke sinistra. Hampir 2/3 bagian jantung terletak disebelah
sinistra bidang media. 2
Perikardium
Perikardium merupakan kantong serofibrosa, berbentuk conus, berisi jantung dan pangkal
pembuluh darah besar. Terletak mediastinum, diposterior corpus sterni dan cartilage costalis II-
IV, di anterior vertebra thoracalis V-VIII. Perikardium terdiri dari dua sakus yang berhubungan
erat satu sama lain tetapi mempunyai struktur yang berbeda, antara lain, yaitu saccus eksterna
atau yang disebut juga sebagai pericardium fibrosa, terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan saccus
interna atau juga yang dikenal sebagai pericardium serosa merupakan membrane halus yang
berbatasan dengan sakus fibrosa dan meliputi jantung.2
Jantung pada pertumbuhannya mengadakan invaginasi dinding saccus serosa dari atas
dan bawah sehingga praktis menutupi rongga tersebut sehingga hanya merupakan ruang
potensial saja.2
Perikardium Fibrosa
Merupakan kantong berbentuk conus, ke superior menyempit dan melanjut sebagai
lapisan luar pembuluh darah besar dan fascia pretrachealis, ke arah inferior melekat pada
centrum tendineum dan pars muskularis diaphragma sinistra.2
2
Pericardium fibrosa mengadakan perlekatan pada dataran posterior sternum lewat
ligamentum pericardiacosternalis superior yang berhubungan dengan ujung superior corpus
sternum dan ligamentum pericardiacosternalis inferior yang berhubungan dengan ujung superior
corpus streni. Hubungan ini berfungsi memelihara jantung tetap di posisinya dan mencegah over
distensi. Pericardium fibrosa di anterior dipisahkan oleh paru dan pleura terhadap dinding
anterior thorax. Tetapi ada daerah kecil yang berhubungan langsung, yaitu pada separuh bagian
inferior corpus sterni bagian sinistra dan cartilago costa IV-V sinistra. Di posterior pericardium
fibrosa berhubungan dengan broncus, esophagus, plexus esophagei, aorta descenden dan fascia
mediastinalis bagian posterior paru.2
Disebelah lateral perikardium ini tertutup oleh pleura dan berhubungan dengan fascia
mediastinalis paru dan nervus phrenicus. Di sebelah caudal melekat pada centrum tendineum
diaphragma. Pembuluh darah yang terbungkus oleh perikardium fibrosa adalah aorta, v.cava
superior, a.pulmonalis dextra dan sinistra, serta keempat Vv.pulmonalis.2
Pericardium Serosa
Merupakan kantung tertutup yang berhubungan dengan pericardium fibrosa dan didesak
(invaginasi) jantung sehingga terbentuk pars parietalis dan pars visceralis, hal mana
memudahkan jantung bergerak bebas dalam pericardium fibrosa. Pars visceral sama dengan
epicardium, membungkus jantung dan pembuluh darah besar, dan pada pembuluh darah ini pars
visceralis mengadakan refleksi (pelipatan balik) menjadi pars parietalis yang bersuperioran
dengan pericardium fibrosa.2
Bagian pericardium serosa yang menutupi pembuluh darah seolah-olah tersusun dalam
bentuk dua tabung, yaitu aorta dan truncus pulmonalis yang tersusun dalam satu tabung serta
vena cava superior et inferior dan keempat vv. Pulmonalis tersusun dalam tabung yang lain yang
perlekatannya terhadap pars parietalis membentuk sinus huruf U terbalik yang terletak di
posterior atrium sinistrum dan disebut sebagai sinus oliquus pericardii. Sedangkan sinus yang
terletak diantara aorta, truncus pulmonalis di sebelah anterior dan atrium di sebelah posterior
disebut sinus transverses pericardii.2
3
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu
Epicardium, merupakan lapisan terluar dinding jantung. Lapisan dalam epicardium ini
disebut membran serosa (pericardium viscerale), merupakan selapis sel squamosa yang
bersandar pada lamina propria jaringan ikat halus. Diantara membran serosa dengan miokardium
terdapat jaringan ikat fibroelastin. Jaringan ini bercampur dengan jaringan lemak yang mengisi
cela dan sulcus sehingga permukaan jantung tampak halus. Pembuluh darah besar dan saraf
terdapat dilapisan ini.2
Myocardium, merupakan lapisan tengah dinding jantung yang tersusun dari lapisan otot
lurik khusus yang merupakan otot jantung.2
Endocardium, merupakan lapis terdalam dinding jantung yang terdiri dari sel squamosa
endothelial dan melanjut pada endothel pembuluh darah yang melapisi permukaan dalam rongga
jantung.2
Walaupun jantung bebas bergerak dan tidak melekat pada organ sekitarnya, untuk
menjaga agar tetap ditempatnya dilakukan oleh pembuluh darah besar dan perikardium.2
Ruang Jantung
Jantung memiliki empat ruang yaitu, atrium dextrum, atrium sinistra, ventriculus dexter,
dan ventriculus sinister.2
Diantara kedua atrium dan ventrikel dextra sinistra, dipisahkan oleh septum interatriorum
dan septum interventrikulare, sehingga jantung terpisah menjadi dua bagian yaitu sinistra dan
dextra. Jantung bagian dekstra lebih ke arah ventral dan sisi sinistra lebih ke arah dorsal
(posterior).2
Pada permukaan luar jantung dapat dijumpai sulcus coronaries, sulcus interventricularis
anterior dan sulcus interventricularis posterior. Sulcus coronarius ialah sulcus yang melingkari
jantung di antara ventrikel dan atrium. Sulcus ini ditempati oleh vasa yang mendarahi jantung. Di
bagian ventral sulcus coronarius ini kurang jelas sebab tertutup oleh conus arteriosus. Sulcus
interventricularis anterior ( sulcus longitudinalis anterior ). Sulcus ini memisahkan kedua
4
ventriculus dexter dan sinistra dan terletak pada facies sternocostalis. Sulcus interventricularis
posterior ( sulcus longitudinalis posterior ). Sulcus ini terletak pada facies diapraghmatica dan
memisahkan ventriculus dexter dan sinistra. Kedua sulcus ini saling bertemu di apex cordis
sebagai incisura yang di sebut incisura apicis cordis.2
Gambar 1. Bagian-bagian jantung.2
Atrium Dextrum
Atrium ini agak besar, memiliki dinding yang tebalnya kurang lebih 2mm. Atrium ini
terdiri dari atrium propria (ruang atrium dextrum yang sebenarnya) dan auricula dextra. Atrium
propria (sinus venarum cavarum) merupakan ruang di antara dua vena cava dan ostium
atrioventricularis, dimana dindingnya menjadi satu dengan dinding vena cava dan permukaan
inferiornya halus.2
Auricula dextra berbentuk seperti daun telinga anjing, merupakan kantung di antara vena
cava superior dab ventriculus dexter. Batas antara auricula dengan atrium dari luar ditandai oleh
sulcus terminalis yang berhubungan dengan bangunan rigi di sebelah dalamnya yang disebut
crista terminalis. Permukaan dalam auricula terdiri superior susunan otot seperti mata sisir
disebut m.pectinati. Didalam atrium dextrum dapat dijumpai beberapa lubang, yaitu ostium vena
cava superior, ostium vena cava inferior, sinus coronarius, dan foramina venarum minimarum.2
5
Ventriculus Dexter
Ventriculus ini menempati sebagian besar dari facies ventralis ( sternocostalis). Batas-
batas ventriculus dexter ini di bagian dextra dibatasi oleh sinus coronarius, dibagian sinister di
batasi oleh sulcus longitudinalis anterior, bagian superior dibatasi oleh conus arteriosus dengan
truncus pulmonalis, bagian inferiornya membentuk margo acutus. Tebal dinding ventriculus
dexter adalah 1/3 tebal dinding ventriculus sinistra. Dinding ini tebal di bagian basis dan semakin
tipis ke arah apex. Volume ventriculus dextra sama dengan sinistra yaitu 85ml.2
Didalam ventriculus dexter dapat dijumpai beberapa lubang, yaitu ostium
atrioventricularis dextra, dan ostium truncus pulmonalis. Didalam ventriculus dexter dapat
dijumpai chorda tendinei yang berbentuk seperti tali tersusun dari jaringan fibrosa yang kuat dan
halus. Dinding ventriculus bagian dalam memiliki trabekula, yaitu kumpulan otot ireguler yang
membentuk permukaan dalam, kecuali pada daerah conus arteriosus. Juga dapat ditemukan
musculus papillaris, yaitu otot berbentuk bulat yang puncaknya melekat pada chorda tendinae. 2
Atrium Sinistra
Ukurannya sedikit lebih kecil dibanding dexta, mempunyai dinding yang lebih tebal dari
dextra. Atrium sinistra membentuk basis dan facies dorso superiorjantung. Disebelah dorsal
superior antara atrium dextrum dan sinistra tidak jelas. Sedang di sebelah ventral superior ini
dilewati oleh aorta dan truncus pulmonalis. Atrium sinistrum juga terdiri dari dua bagian, yaitu
atrium proprium dan auricula sinistra.2
Pada atrium proprium ada empat muara Vv. Pulmonales. Pada masing-masing sisi
bermuara dua vena. Muara vena ini tidak mempunyai katup. Permukaan bagian dalam atrium
proprium adalah halus. Antara auricula sinistra dan atrium sinistra terdapat daerah penyempitan.
Auricula ini berbentuk panjang, sempit, dan lebih melengkung dibanding yang dextra.
Permukaan dalam auricula sinistra juga terdapat rigi muscular yang disebut Mm.Pectinati. 2
Ventriculus Sinistra
Ventriculus sinistra ikut membentuk sebagian kecil facies sternocostalis dan separuh
facies diaphragmatica. Puncaknya membentuk apex cordis. Ventriculus sinister ini lebih panjang,
6
lebih conus, dan dindingnya tiga kali lebih tebaldaripada dextra. Pada potongan melintang
mempunyai rongga berbentuk circulair.2
Pada permukaan dalam ventriculus sinister dijumpai dua lubang, yaitu: ostium
atrioventriculares sinistra dan ostium aorticum.2
B. Mediastinum
Mediastinum adalah ruangan yang terletak diantara pleura mediastinalis sinistra dan
dextra. Mediastinum ini mempunyai batas-batas yaitu bagian ventral ada sternum, pada bagian
dorsalnya ada columna vertebralis, di bagian lateral ada pleura mediastinalis dextra dan sinistra,
pada bagian cranial ada aperture thoracis superior, dan bagian caudal ada diaphraghma.2
Mediastinum dibagi oleh bidang khayal yang terbentang dari angulus sternalis ke tepi
bawah corpus vertebra thoracalis IV, melewati tepi atas pericardium, menjadi dua bagian yaitu,
mediastinum superior dan inferior. Mediastinum superior di bagi menjadi tiga bagian yaitu
retrosternal, media, dan prevertebralis. Kemudian mediastinum inferior juga dibagi menjadi tiga
bagian yaitu mediastinum anterior yang terletak di anterior pericardium, mediastinum media
yang teriris oleh pericardium, dan mediastinum posterior yang terletak pada bagian posterior.2
Struktur Mikroskopis
Secara mikroskopis pada system kardiovaskular ini akan di bahas mengenai sistem
sirkulasi, darah tepi, serta organ limfoid.
Sistem Sirkulasi
System sirkulasi terdiri atas system vascular darah dan limfatik. System vascular darah
terdiri atas struktur berikut ini, jantung yang berfungsi memompa darah. Arteri, yang merupakan
serangkaianpembuluh eferen yang makin mengecil sewaktu bercabang, dan berfungsi untuk
mengangkut darah, dengan nutrient dan oksigen ke jaringan. Kapiler, yaitu pembuluh darah
terkecil berupa jalinan saluran halus dan rumit yang saling beranastomosis dan dindingnya
merupakan tempat berlangsungnya pertukaran zat antara darah dan jaringan. Vena, yang
terbentuk dari penggabungan kapilermenjadi system saluran. Ukurannya makin membesar
sewaktu pembuluh ini mendekati jantung, sambil membawa darah ke jantung, untuk dipompa
7
keluar lagi. System pembuluh limfe, berawal di kapiler limfe, yaitu saluran buntu yang
beranastomosis untuk membentuk pembuluh-pembuluh yang makin membesar; pembuluh-
pembuluh ini berakhir dalam system pembuluh darah yang bermuara ke vena-vena besar dekat
jantung. Salah satu fungsi system limfatik adalah mengembalikan cairan jaringan ke dalam
darah. permukaan dalam semua komponen system sirkulasi darah dan limfatik dilapisi selapis
epitel gepeng, yang di sebut endotel.1
Biasanya system sirkulasi dibagi dalam makrovaskular, yaitu pembuluh dengan diameter
lebih dari 0,1 mm (arteriol besar, arteri muscular, dan elastic, serta vena muscular), dan
mikrovaskular (arteriol, kapiler, dan venula pasca kapiler) yang hanya terlihat dengan
mikroskop. Mikrovaskular terutama penting sebagai tempat terjadinya pertukaran antara darah
dan jaringan sekitar pada keadaan normal dan pada proses peradangan.1
Pembuluh darah umumnya mempunyai lapisan atau tunika. Tunika tersebut antara lain:
a. Tunika intima
Terdiri atas selapis sel endotel yang melapisi permukaan dalam pembuluh. Dibawah
endotel terdapat lapis subendotel, teridiri atas jaringan ikat jarang yang kadang-kadang
mengandung sel otot polos yang biasanya tersusun memanjang. Pada arteri, lapisan intima
dipisahkan dari lapisan media oleh suatu lamina elastika interna. Lamina ini terdiri atas elastin
yang mempunyai fenestra yang memungkinkan senyawa-senyawa berdifusi ke dan memberi
makan sel-sel di bagian dalam dinding pembuluh darah tersebut. 1
b. Tunika media
Terdiri atas lapis-lapis konsentris, tersusun oleh sel-sel otot polos secara berpilin.
Tersebar diantara sel-sel otot polos terdapat serat elastin dan lamela, serat retikular dan
proteoglikans dalam jumlah yang bervariasi. Sel-sel otot polos menjadi sumber dari matriks
ekstraselular ini. Pada arteri yang lebih besar, sering ditemukan lamina elastika eksterna yang
lebih tipis memisahkan tunika media dari tunika adventisia. Pada kapiler dan venul pasca kapiler,
tunika media disusun oelh sel-sel yang disebut perisit. 1
c. Tunika adventisia
Terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin yang tersusun memanjang. Kolagen di
adventisia adalah tipe I; pada media, yang banyak serat-serat retikulinnya kolagen tipe III.
8
Lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat pembungkus organ, tempat
dilaluinya pembuluh itu.
Gambar 2. Lapisan Pembuluh Darah.1
Vasa Vasorum
Pada pembuluh besar, vasa vasorum bercabang luas di adventisia dan media bagian luar.
Vasa vasorum menyampaikan metabolit kepada adventisia dan media pada pembuluh yang lebih
besar, karena lapisan-lapisan itu terlalu tebal untuk dicapai oleh nutrien secara difusi dari lumen.
Pembuluh-pembulu ini banyak dijumpai pada vena daripada arteri. Jumlah vasa vasorum yang
lebih banyak disebabkan kurangnya oksigen dan substansi nutrien dalam darah vena. Vasa
vasorum dapat timbul dari cabang-cabang arteri yang dipasok atau dari arteri berdekatan.1
Kapiler
Kapiler memiliki variasi struktur yang memungkinkan adanya perbedaan derajat
pertukaran metabolik antara darah dan jaringan sekitarnya. Kapiler terdiri atas satu lapis sel
endotel yang berasal dari mesenkim, tergulung membentuk saluran dan menutupi ruang silindris.
Bila terpotong secara melintang, tampak dindingnya terdiri atas bagian dengan satu atau lebih
sel. Permukaan luar sel-sel ini biasanya duduk di atas sebuah lamina basal, yaitu produk dari
endotel. Endotel memanjang dalam arah aliran darah. Bagian intinya menonjol ke dalam lumen
kapiler.1
9
Pada berbagai tempat sepanjang kapiler dan venul kecil terdapat perisit, yaitu sel
mesenkimal dengan cabang sitoplasma panjang yang memeluk sebagian sel endotel. Terbungkus
di dalam lamina basalnya, yang dapat menyatu dengan yang berasal dari sel endotel, sel
perivaskular ini memiliki potensi besar untuk ditransformasi menjadi sel lain.1
Kapiler dikelompokkan menjadi 4 tipe bergantung pada struktur sel endotel dan ada
tidaknya lamina basal :
1. Kapiler kontinu atau somatic.
Ditandai oleh tiadanya fenestra (tingkap) dalam dindingnya. Jenis kapiler ini ditemukan
pada berbagai jenis jaringan otot, jaringan ikat, kelenjar eksokrin, dan jaringan saraf.1
2. Kapiler betingkap atau viseral
Ditandai adanya fenestra besar pada dinding sel endotel. Fenestra ini ditutupi oleh sebuah
diafragma yang lebih tipis dari membran sel dan tidak memiliki struktur trilaminar dan membran
unit. Kapiler bertingkap dijumpai dalam jaringan dengan pertukaran zat yang berlangsung cepat
antara jaringan dan darah, sepereti halnya pada ginjal, usus dan kelenjar endokrin.1
3. Kapiler ketiga juga kapiler bertingkap
Tetapi disini tidak ada diafragma yang menutupi lubang-lubang itu. Sebuah lamina basal
sangat tebal memisahkan endotel ini dari sel-sel epitelial (podosit) diatasnya. Kapiler jenis ini
khas untuk glomerulus ginjal.1
4. Kapiler sinusoid tak berkesinambungan
Mempunyai jalan yang berkelok-kelok dan garis tengah sangat besar, dinding endotelnya
tidak berkesinambungan, dan sel-sel endotel memperlihatkan banyak tingkap (multiple
fenestrations) tanpa diafragma. Makrofag di antara atau di luar sel dari endotel tersebut. Lamina
basal seringkali tidak kontinu. Kapiler sinusoid terutama dijumpai dalam hati dan organ
hematopoetik seperti sumsum tulang, dan limfe.1
Arteri
Struktur ini mengangkut darah ke jaringan. Mereka tahan terhadap perubahan tekanan
darah pada bagian awal dan mengatur aliran darah pada bagian terminal. Umumnya dinding
arteri lebih tebal dari dinding vena. Arteri digolongkan berdasarkan ukurannya menjadi:
10
a. Arteriol
Memiliki lumen relatif sempit. Lumen dilapisi oleh sel endotel. Adanya granul berbentuk
batang, yaitu granul Weibel-Palade yang hanya terdapat dalam sel endotel pembuluh darah yang
lebih besar dari kapiler. Granul ini mengandung protein untuk koagulasi darah yang dikenal
dengan faktor von Willebrand.1
Lapis subendotel sangat tipis, dan tidak terdapat lamina elastika interna, kecuali pada arteriol
yang lebih besar. Medianya muskular dan umumnya terdiri 1-5 lapisan sel otot polos yang
tersusun sirkular. Adventisianya tipis. 1
b. Arteri Muskular
Intimanya serupa dengan arteriol. Lapisan subendotelnya sedikit lebih tebal dan mungkin
terdapat otot polos. Lamina elastika interna tampak mencolok. Tunika media dapat mengandung
sampai 40 lapis sel otot polos. Pada arteri muskular yang lebih besar terdapat lamina elastika
eksterna. Adventisia terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin, sedikit fibroblas, dan sel lemak.
Juga terdapat pembuluh limfe, vasa vasorum, dan saraf dalam adventisia, dan struktur ini dapat
menerobos sampai bagian luar media. 1
c. Arteri Elastis Besar
Arteri ini mencakup aorta serta cabang-cabang besarnya. Warnanya kekuningan karena
kumpulan elastin dalam media. Intima lebih tebal dari lapisan yang sama pada arteri muskular,
dilapisi oleh sel-sel endotel. Lapisan subendotelnya tebal. Serat jaringan ikat dari lapis
subendotel menampakkan pola bergurat memanjang dan berperan penting pada distorsi lapis sel
endotel selama kontraksi berirama dan melebarnya pembuluh. Lamina elastika interna tidak
jelas. Tunika media terdiri atas satu seri lamina elastis perforata yang jumlahnya bertambah
sesuai dengan umur. Di antara lamina elastis terdapat sel-sel otot polos, serat-serat retikulin,dan
substansi dasar terutama terdiri dari kondroitin sulfat. Tunika adventisia, yang tidak memiliki
lamina pembatas luar, relatif kurang berkembang, dan mengandung serat elastis dan serat
kolagen.1
Vena
Struktur ini mengembalikan darah ke jantung, dibantu oleh aktivitas otot polos dan katup-
katup khusus. Vena umumnya digolongkan menjadi :
a. Venul
11
Memiliki dinding yang sangat tipis. Tunika adventisia relatif lebih tebal. Tunika media
pada venul biasanya hanya mengandung perisit kontraktil, dengan sedikit sel-sel otot polos. 1
b. Vena kecil atau sedang
Lapis intima umumnya memiliki lapis subendotel, namun tidak selalu ada. Lapis media
terdiri atas berkas kecil sel otot polos, berbaur dengan serat retikulin dan jalinan halus serat
elastin. Lapis adventisia yang fibrosa berkembang baik. Berbeda dengan arteri, vena kecil atau
sedang memiliki katup di bagian dalamnya. Katup ini terdiri atas 2 lipatan semilunar dan tunika
intima yang terjulur ke dalam lumen.1
c. Vena besar
Memiliki tunika intima yang berkembang baik. Lapisan medianya jauh lebih tipis,
dengan beberapa lapis sel otot polos dan banyak jaringan ikat. Lapis adventisia adalah lapisan
yang paling tebal dan lapis yang paling berkembang pada vena. Otot jantung terdapat dalam
adventisia vena kava dan vena pulmoner untuk jarak pendek sebelum mereka mencurahkan
isinya ke dalam jantung. Otot adventisia ini berfungsi memperkuat dinding dan mencegah
pelebaran pembuluh itu. Susunan otot polos secara melingkar dan memanjang pada pembuluh ini
dapat melawan gaya berat dengan mengadakan gerak peristaltik yang memompa darah ke
jantung.1
Gambar 3. Arteri dan Vena.1
Jantung
Jantung adalah organ berotot yang berkontraksi secara berirama, memompa darah
melalui sistem sirkulasi. Ia juga berfungsi menghasilkan hormon yang disebut faktor natriuretik
atrial. Dindingnya terdiri atas 3 tunika, yaitu endokardium, miokardium dan perikardium.
12
Endokardium homolog degan intima pembuluh darah. Ia terdiri atas selapis sel endotel gepeng,
terbentang di atas lapis subendotel tipis jaringan ikat longgar dengan serat-serat elastin dan
kolagen, selain sel otot polos. Di antara endokardium dan miokardium terdapat lapis jaringan
ikat, yaitu lapis subendokardium, yang mengandung vena, saraf, dan cabang-cabang sistem
hantar-rangsang jantung. Miokardium adalah lapisan jantung paling tebal dan terdiri atas sel-sel
otot jantung yang tersusun dalam lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung secara berpilin
majemuk. Banyak lapisan ini tertanam dalam kerangka jantung fibrosa. Sel-sel otot jantung
dibagi dalam 2 populasi: sel-sel kontraktil dan sel pembangkit dan penghantar rangsang, yang
memulai denyut jantung. Epikardium adalah pembungkus serosa dari jantung, membentuk
lapisan viseral dari perikardium. Bagian luarnya ditutupi oleh epitel selapis gepeng. Lapis
subepikardium terdiri atas jaringan ikat longgar mengandung vena, saraf, dan gangglia saraf.1
Kerangka fibrosa jantung terdiri atas jaringan ikat padat. Komponen utamanya adalah
septum membranaseum, trigonum fibrosum, dan anulus fibrosus. Bangun ini terdiri atas jaringan
ikat padat, dengan serat-serat kolagen kasar. Daerah tertentu mengandung nodulus tulang rawan
fibrosa. Katup jantung terdiri atas jaringan ikat padat sebagai pusat, yang mengandung serat
kolagen dan elastin, kedua sisinya dilapisi oleh lapis endotel. Pangkal katup melekat pada anulus
fibrosa dari kerangka fibrosa.1
Berkas atriventrikular (His) dibentuk oleh sel-sel Purkinje yang menembus keraegka
fibrosa, dan kemudian pecah membentuk cabang berkas kanan dan kiri. Berkas kiri pecah
menjadi 2 fasikel. Berkas sel Purkinje ini berjalan dalam lapis subendokardium menuju apeks
jantung, tempat mereka berbalik arah dan mulai bercabang-cabang yang akan berkontak dengan
sel otot jantung biasa dengan perantaraan taut rekah. Sel Purkinje berdiameter jauh lebih besar
daripada sel otot jantung biasa. Di daerah dekat nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular
terdapat sel saraf gangglion dan serat-serat saraf untuk mempengaruhi irama jantung.1
Sistem Vaskular Limfatik
Sistem saluran yang berdinding tipis yang dilapisi oleh endotel, yang menampung cairan
dari celah-celah jaringan dan mengembalikannya ke dalam darah. Pembuluh limfe tipis
berkonvergensi dan berakhir sebagai 2 trunkus besar, yaitu duktus torasikus dan duktus
13
limfatikus kanan. Adventisia relatif tidak berkembang dan duktus limfatikus ini mengandung
vasa vasorum dan jalinan saraf luas. Pembuluh limfe besar memiliki dinding yang lebih tipis dan
tidak ada pemisahan jelas di antara ketiga lapis intima, media, dan adventisia. Mereka memiliki
banyak katup intern. Di daerah katup, pembuluh limfe ini melebar dan tampak nodular atau
berbenjol.1
Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai transportasi proses respirasi, ekskresi, hormone, dan
sebagainya. Selain sebagai transportasi darah juga berfungsi sebagai regulasi, imunitas, dan
koagulasi. Darah mempunyai dua bagian yaitu bagian padat dan cair. Bagian padat terdiri dari
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sedangkan, bagian cair yaitu plasma darah yang terdiri dari air,
elektrolit, metabolit, nutrient, protein, dan hormone. Pada darah ini terjadi dua proses yaitu
proses pembentukan darah yaitu porfirin dan pembekuan darah yaitu thrombus atau bekuan
yang mempunyai dua jalur yaitu intrinsic dan ekstrinsik serta common pathway atau jalur
gabungan dari intrinsic maupun ekstrinsik.5
1. Pembentukan Heme sebagai Protein Darah
Sebenarnya darah tidak di bentuk oleh porfirin, tetapi porfirin dan berkaitan erat dengan
heme yang merupakan protein dalam dalah tersebut. Karena heme disintesis dari porfirin dan
besi. Kemudian porfirin dan heme tersebut menjadi dasar untuk memahami fungsi hemoprotein
dalam tubuh. Porfirin adalah senyawa siklik yang dibentuk oleh ikatan empat cincin pirol melalui
jembatan metin (—HC═). Sifat khas porfirin adalah pembentukan kompleks dengan ion logam
yang terikat pada atom nitrogen cincin pirol. Contohnya adalah porfirin besi, misalnya heme
pada hemoglobin dan porfirin yang mengandung magnesium, yaitu klorofil (pigmen fotosintesis
pada tumbuhan).5
Hemoprotein yang penting pada manusia dan hewan ada beberapa macam contohnya
yaitu, hemoglobin, mioglobin, sitokrom c, sitokrom P450, katalase, dan triptofan pirolase.5
Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh ferokelatase (heme sintase).5
14
Gambar 4. Tahap-tahap biosisntesis turunan porfirin.5
2. Jalur-jalur Pembekuan atau yang menyebabkan Pembentukan Fibrin
Dua jalur yang menyebabkan pembentukan bekuan fibrin, yaitu jalur intrinsic dan
ekstrinsik. Inisiasi bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh
jalur ekstrinsik. Jalur intrinsic diaktifkan oleh permukaan bermuatan negative in vitro, misalnya
kaca. Kedua jalur menyebabkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan penguraian
fibrinogen, yang dikatalisis oleh thrombin, menjadi bekuan fibrin. Kedua jalur tersebut bersifat
kompleks dan melibatkan beragam protein.5
Gambar 5. Jalur-jalur Pembekuan.5
Sistem Limfe
15
System limfe merupakan saluran tambahan yang mengalirkan cairan jaringan interstisiel
ke dalam sirkulasi darah. system limfe terdiri dari cairan limfe, pembuluh lemfe, dan kalenjar-
kelenjar limfe atau biasnya disebut kelenjar getah bening. System limfe tersebut berfungsi untuk
interstisiel tetap rendah, sehingga tidak terjadi akumulasi cairan, mengangkut enzim molekul
besar, asam lemak, rantai panjang dan kolesterol, mengangkut bakteri ke limfonodus untuk
dimusnahkan. Serta mempertahankan tekanan jaringan interstitial.3,4
Cairan Limfe
Cairan limfe berasal dari cairan interstitial yang mengalir masuk kedalam system limfe.
Oleh karena itu susunannya hampir sama dengan susunan cairan interstitial di bagian tubuh
tempat cairan limfe dibentuk. Cairan limfe mengandung factor pembekuan (fibrinogen), limfosit,
dan antibody.4
Kapiler Limfe
Kapiler limfe merupakan saluran yang salah satu ujungnya tertutup. Dindingnya terdiri
dari satu lapisan sel endotel, sehingga sel endotel menjadi tumpang tindih dan tidak sejajar
seperti pada darah. Kapiler limfe ini berbeda dengan kapiler biasa karena tidak mempunyai
membrane basalis dan tidak mempunyai lapisan adventitia yang tipis, serta mempunyai serat
penambat (anchoring filament) dari kolagen.3
Saluran limfe terdapat hampir di seluruh bagian tubuh, kecuali pada bagian superficial
kulit, susunan saraf pusat, susunan saraf tepi/perifer, endomisium otot, dan tulang. Sebagai
saluran tentu saja system limfe ini mempunyai saluran pengumpul limfe yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh kecil yang fungsinya untuk menerima limfe dari kapiler limfe. Selain itu
juga mempunyai serat-serat otot polos dan mempunyain katup yang membuka ke jurusan sentral.
Demikian juga pembuluh-pembuluh lemfe yang lain seperti pembuluh limfe kecil, sedang, dan
besar juga mempunyai serat otot polos, dan katup-katup.3
Kelenjar Limfe
Pembuluh limfe besar merupakan tempat strategis untuk kelenjar limfe, yaitu pada siku,
lutut, ketiak, lipat paha, tempat tertentu di abdomen, thorax, dan leher. Kelenjar limfe ini
berfungsi untuk membentuk limfosit, sebagai saringan biologis terhadap kuman/benda asing
yang dengan kata lain adalah memusnahkan bakteri.4
System penyaluran limfe
16
Penyaluran limfe ini ada empat tahap yang perta,ma, yaitu limfe dari sebagian kaki,
tungkai, dan abdomen disalurkan melalui duktus torasikus (saluran limfe terbesar) masuk ke
vena cava pada percabangan vena jugularis interna dengan vena subclavia kiri. Yang kedua, dari
sebagian kecil kaki, tungkai, dan abdomen disalurkan ke vena di daerah inguinalis melalui
duktus thoracikus juga. Kemudian yang ketiga ialah limfe dari tangan/lengan kiri, kepala bagian
kiri dan thoraks kiri masuk duktus torasikus sebelum masuk ke vena subclavia. Dan yang
terakhir limfe dari tangan/ lengan kanan, kepala bagian kanan dan thoraks bagian kanan masuk
vena pada percabangan vena jugularis interna dengan vena subclavia kanan.3
Gannguan pada system limfe biasanya adalah obstruksi saluran limfe tungkai yaitu kaki
gajah atau nama lainnya adalah elephantiasis.4
Mekanisme Kerja Jantung
Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri dari tiga komponen dasar yaitu,
a. Jantung, berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk
menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan.3
Darah seperti cairan lainnya mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
b. Pembuluh Darah, berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan menyebarkan darah
dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung.3
c. Darah, berfungsi sebagai media transportasi tempat bahan-bahan yang akan disalurkan ke
berbagai bagian tubuh yang lain.3
Darah mengalir secara terus-menerus melalui sistem sirkulasi dari dan menuju jantung
melalui dua lengkung vaskuler terpisah. Keduanya berawal dan berakhir di jantung.3
1. Sirkulasi pulmonal
Terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara
jantung dan paru. Dimulai dari ventikel kanan, keluar melalui arteri pulmonalis, menuju kapiler
darah diparu, terjadi pertukaran gas sehingga membawa darah bersih kembali ke jantung melalui
vena pulmonalis lalu masuk ke atrium kiri.3
2. Sirkulasi sistemik
17
Sirkulasi sistemik adalah sirkuit pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan
system pembuluh lain. Darah bersih dari paru lalu dilanjutkan ke ventrikel kiri, dipompa ke
seluruh tubuh melalui aorta sampai ke jaringan, terjadi pertukaran gas, sehingga darah-darah
kotor dibawa kembali ke jantung melalui vena cava dan masuk ke atrium kanan.3
Jantung adalah Pompa Ganda
Meskipun secara anatomis jantung adalah organ tunggal namun sisi kanan dan kiri
jantung berfungsi sebagai dua pompa terpisah jantung dibagi menjadi paruh kanan dan kiri serta
memiliki empat rongga, satu rongga atas dan satu rongga bawah di masing-masing paruh.
Rongga-rongga atas, atrium, menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke
rongga bawah, ventrikel yang memompa darah dari jantung. Pembuluh yang mengembalikan
darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan yang membawa darah dari ventrikel ke jaringan
adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi berotot kontinyu yang
mencegah pencampuran dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat pentingb karena separuh
kanan jantung menerima dan memompa darah miskin O2, sementara sisi kiri jantung menerima
dan memompa darah kaya O2.3
Gambar 6. Sirkulasi Pulmonal dan Sistemik serta Hubungannya dengan Jantung.3
Sirkuit Lengkap Aliran Darah
18
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui dua vena
besar, vena cava, satu mengembalikan darah dari level diatas jantung dan yang lain dari level
dibawah jantung. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan tubuh,
dimana O2 telah diambil dari atrium kanan dan ada penambahan CO2. Darah yang
terdeoksigenasi parsial ini mengalir dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan, yang
memompanya keluar menuju arteri pulmonalis yang segera membentuk dua cabang, yaitu yang
satunya berjalan ke masing-masing dari kedua paru. Karena itu, sisi kanan jantung menerima
darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya ke dalam sirkulasi paru.3
Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 ekstra dan menyerap pasokan segar
O2 sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang datang dari kedua paru.
Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir ke dalam ventrikel kiri,
rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh system tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri
jantung menerima darah dari sirkulasi paru ataupun pulmonal dan memompanya kedalam
sirkulasi sistemik. Satu arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta.
Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi berbagai organ tubuh.3
Berbeda dari sirkulasi paru, dimana semua darah mengalir ke paru, sirkulasi sistemik
dapat dipandang sebagai suatu rangkaian jalur sejajar. Sebagian dari darah yang dipompa oleh
ventrikel kiri mengalir ke otot, sebagian ke ginjal, sebagian ke otak, dan sebagainya. Karena itu,
tetes darah yang kita telusuri mengalir hanya ke satu organ sistemik. Sel-sel jaringan di dalam
organ tersebut menyerap O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi nutrient untuk
menghasilkan energy. Dalam prosesnya, sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk sisa yang
di tambahkan ke dalam darah. Tetesan darah, yang sekarang hilang kandungan O2nya sebagian
dan mengalami peningkatan kandungan CO2, kembali ke sisi kanan jantung, yang kembali
memompanya ke paru.3
Perbandingan Pompa Kanan dan Kiri
Kedua sisi jantung secara simultan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume
darah yang sedikit O2 nya sedang dipompa ke paru oleh sisi kanan jantung segera menjadi sama
dengan volume darah yang banyak O2nya yang sedang disalurkan ke jaringan oleh sisi kiri
jantung. Sirkulasi paru adalah system bertekanan rendah dan bersistensi rendah, sedangkan
sirkulasi sistemik adalah system bertekanan tinggi dan bersistensi tinggi.3
19
Tekanan adalah gaya yang ditimbulkan didinding pembuluh oleh darah yang dipompa ke
dalam pembuluh oleh jantung. Resistensi adalah oposisi terhadap aliran darah, terutama
disebabkan oleh gesekan antara darah yang mengalir dan dinding pembuluh. Meskipun sisi
kanan dan kiri jantung memompa darah yang sama jumlahnya namun sisi kiri melakukan kerja
yang lebih besar, karena memompa darah dalam jumlah yang sama besar pada tekanan yang
lebih tinggi ke dalam system yang lebih panjang dengan system resistensi lebih tinggi. Karena
itu, otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal dari pada di sisi kanan, menyebabkan sisi kiri menjadi
pompa yang lebih kuat.3
Gambar 7. Aliran dan Kerja Pompa Jantung.3
Aktivitas Listrik Jantung
Jantung dapat berkontraksi karena adanya potensial aksi yang dihasilkannya sendiri, yang
dikenal sebagai otoritmissitas. Sel-sel otoritmik tidak mempunyai potensial istirahat, sehingga
memperlihatkan aktivitas pemacu (pace maker activity), yaitu membrannya secara perlahan
mengalami depolarisasi, antara potensial aksi sampai ambang tercapai, pada saat membran
mengalami potensial aksi. Melalui proses tersebut yang dilakukan secara berulang dapat
mengakibatkan sel-sel otot ritmis ini secara siklis mencetuskan potensial aksi, yang kemudian
20
menyebar ke seluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara berirama tanpa perangsangan
saraf apapun.4
Penyebab pergeseran ini diperkirakan terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ ke
luar yang berlangsung bersamaan dengan kebocoran lamban Na+ ke dalam. Di sel-sel otoritmik
jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel
otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial-potensial aksi, karena
saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran ke luar ion kalsium positif mengikuti penurunan
gradien konsentrasi. Karen influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam
secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang dicapai,
terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respons terhadap pengaktifan saluran Ca++ dan
influks Ca++. Sel-sel jantung yang bisa mengalami otoritmisitas ditemukan ditempat-tempat
berikut,4
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang
(muara) vena cava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berksa His (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus
AV dan masuk ke septum antarventrikel, tempat berkas tersebut bercabang
membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui septum,
melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan menyebar
ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
Karena perbedaan kecepatan depolarisasi lambat mereka, sel-sel otoritmik tersebut
berbeda dalam hal kecepatan normal untuk menghasilkan potensial aksi. Sel-sel jantung yang
memiliki kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi terletak di nodus SA. Sekali potensial
aksi timbul di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut akan menyebar ke seluruh
miokardium melalui gap junction dan sistem penghantar khusus. Oleh karena itu, nodus SA,
dalam keadaan normal memiliki kecepatan otoritmitas tertinggi, yaitu 70-80 potensial aksi/menit,
menjalankan bagian jantung, sisanya dengan keccepatan ini dan dikenal sebagai pemacu jantung.
Jaringan ototritmik lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah, karena
mereka sudah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus SA sebelum mereka
21
mencapai ambang dengan irama yang lebih lambat. Apabila nodus SA nonfungsional nodus AV
akan menjalankan aktivitas pemacu. Jaringan otoritmik bukan nodus SA adalah pemacu laten
yang dapat mengambil alih, walaupun dengan kecepatan yang lebih rendah, apabila pemacu
normal tidak bekerja. Apabila hantaran impuls antara atrium dan ventrikel terhambat, atrium
akan terus berdenyut dengan kecepatan 70 kali/menit, dan jaringan ventrikel, yang tidak
dijalankan oleh kecepatan nodus SA yang lebih tinggi, berdenyut dengan kecepatan 30
kali/menit yang dimulai oleh sel otoritmik yaitu serat-serat Purkinye.4
Blok jantung total dapat timbul apabila jaringan penghantar antara atrium dan ventrikel
rusak dan tidak berfungsi. Kecepatan denyutan ventrikel 30 kali/menit hanya akan dapat
menimbulkan kenyataan pasien menjadi koma. Pada keadaan dengan kecepatan denyut jantung
yang sangat rendah, misalnya kegagalan nodus SA atau blok jantung dapat digunakan alat pacu
buatan, yaitu alat yang ditanam yang secara ritmis menghasilkan impuls menyebar ke seluruh
jantung untuk menjalankan baik atrium maupun ventrikel dengan kecepatan normal 70 denyutan/
menit.4
Gambar 8. Aktifitas Listrik Jantung.3
Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan
sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya. Setiap siklus dimulai oleh
pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam nodu sinus.4
22
Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut daistol, yaitu periode
pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistol.
Pada setiap siklus jantung, perubahan tekanan darah terjadi karena atrium dan ventrikel secara
bergantian kontraksi dan relaksasi, dan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke
bertekanan rendah. Karena otot dinding ruang jantung berkontraksi, tekanan cairan di dalamnya
bertambah. Dalam satu siklus normal jantung, dua atria kontraksi sedang dua ventrikel relaksasi.
Kemudian, ketika kedua ventrikel kontraksi, dua atria relaksasi. Istilah sistole (kontraksi)
mengacu pada fase kontraksi, fase relaksasi adalah diastole (dilatasi). Satu siklus jantung terdiri
dari satu sistole dan diastole dari kedua atria ditambah satu sistole dan diastole kedua ventrikel.
Siklus jantung orang dewasa yang sedang istirahat dapat dibagi menjadi tiga fase utama,3,4
1. Perioda relaksasi
Pada akhir satu denyut jantung ketika ventrikel mulai relaksasi, keempat ruang
jantung ada dalam keadaan diastole (dilatasi). Ini adalah awal dari perioda relaksasi.
Repolarisasi serabut-serabut otot ventrikel mulai relaksasi. Karena ventrikel relaksasi,
tekanan di dalam ruang jatuh, darah mulai mengalir balik dari arteri pulmonalis dan aorta
ke ventrikel. Aliran darah ini mendorong balik katup semilunar, sehingga katup ini
menutup. Akibat penutupannya katup semilunar menimbulkan benturan yang
disebut dicrotic wave pada pangkal lengkung aorta. Dengan menutupnya katup
semilunar, ada sedikit jarak waktu ketika volume darah ventrikel tidak berubah karena
kedua katup semilunar dan atrio ventrikular menutup. Perioda ini disebut relaksasi
isovolumetri. Karena ventrikel terus relaksasi, ruang di bagian dalam meluas, tekanan
dengan cepat turun. Ketika tekanan ventrikel jatuh di bawah tekanan atria, katub
atrioventrikular membuka, dan ventrikel mulai menutup kembali.3
2. Pengisian ventrikel
Pengisian utama ventrikel terjadi tepat setelah katup atrioventrikular membuka.
Sepertiga pengisian waktu pengisian ventrikel dikenal sebagai periode pengisian cepat
ventrikel. Sepertiga waktu kedua disebut diastasis, volumenya kecil. Sistole atria terjadi
pada sepertiga terakhir dari perioda pengisian ventrikel. Pada akhir diastole ventrikel,
adakira-kira 130 ml darah dalam setiap ventrikel. Volume darah ini disebut volume akhir
diastolik (end diastolic volume = EDV). Karena sistole atria hanya menyumbang 20 –
30%keseluruhan volume darah dalam ventrikel, kontraksi atria bukan kebutuan mutlak
23
aliran darah pada laju normal jantung. Selama periode pengisian, katup atrioventrikular
membuka dan katup semilunar menutup.3
3. Kontraksi ventrikel (sistole)
Mendekati akhir sistol atria, impuls dari nodus SA masuk melalui nodus AV ke
dalam ventrikel, yang menyebabkan ventrikel depolarisasi. Kemudian kontraksi ventrikel
mulai, dan darah mendorong katup atrioventrikular menutup dengan kuat. Selama kira-
kira 0,05 detik, keempat katup menutup lagi. Perioda ini disebut kontraksi isvolumetri.
Selama waktu ini serabut-serabut otot jantung kontraksi dengan kuat, tetrapi belum
memendek karena ia sangat sukar menekan setiap cairan, termasuk darah. Kontraksi otot
ini adalah isometri (sama panjang). Karena tidak ada jalur aliran bagi darah, volume
ventrikel dipertahankan sama (iso volumetri). Karena kontraksi ventrikel berlanjut,
tekanan dalam ruang jantung naik tajam. Tekanan ventrikel ini melebihi tekanan aorta (±
80 mmHg) dan tekanan ventrikel kanan naik di atas tekanan pada arteri pulmonalis (±15
– 20 mmHg), kedua katup semilunar membuka, dan pengeluaran darah dari jantung
mulai. Periode ini disebut pengeluaran ventrikel dan berlangsung selama ± 0,25 detik,
sampai ventrikel melai relaksasi. Kemudian katup semilunar menutup dan periode
relaksasi dimulai. Volume darah yang tetap tinggal dalam ventrikel setelah sistol disebut
dengan volume akhir sistolik (end sistolic volume = ESV), ± 60 ml.3
Kesimpulan
Jantung yang secara anatomi letaknya lebih ke kiri di bagian thorax itu dapat mengalami
kelainan ataupun kerusakan jika terjadi masalah pada sirkulasi darah sehingga jantung tidak
dapat memompa darah dengan baik. Oleh karena itu, mengapa pentingnya untuk mempelajari
sirkulasi darah dan pentingnya darah itu sendiri secara pembentukan ataupun pembekuannya,
kemudian aktifitas listrik jantung, serta organ jantung itu secara anatomi maupun histology yaitu
lapisan-lapisannya.
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi ke-10. Jakarta: EGC,
2007: 209-20.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2006:
102-13.
24
3. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2001: 256-
93.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2009:
100-105.
5. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Dalam: Murray
RK, Keeley FW. Otot dan sitoskeleton. Edisi ke-25. Jakarta: EGC, 2003: 260-5, 288-95.
25