PBL Blok 6 Kejang2

36
Seorang anak usia 6 tahun menderita kejang- kejang Adatya Stevani P Putuhena 102010253 E - 6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondensi : Jln. Tanjung Duren Timur III, Jakarta Barat Pendahuluan Jaringan saraf merupakan salah satu jaringan dasar pembentuk tubuh manusia yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Melalui jaringan saraf kita dapat melakukan berbagai aktivitas yang tak terhingga banyaknya mulai dari yang paling sederhana seperti membuka mata hingga proses yang sangat kompleks seperti proses penalaran, analisa dan sintesa maupun membuat kesimpulan dan memutuskan suatu masalah.. Daerah tempat fungsi- fungsi tersebut berada adalah korteks serebri. Dengan adanya sistem saraf pula kita dapat menggerakkan otot, merangsang kelenjar untuk bersekresi, dan mempengaruhi kerja sistem endokrin sehingga keseimbangan homeostasis badan kita dapat tercapai. Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu penyakit akan mengakibatkan terganggunya fungsi bagian tubuh tersebut. Rusaknya 1

Transcript of PBL Blok 6 Kejang2

Page 1: PBL Blok 6 Kejang2

Seorang anak usia 6 tahun menderita kejang-kejang

Adatya Stevani P Putuhena

102010253

E - 6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi : Jln. Tanjung Duren Timur III, Jakarta Barat

Pendahuluan

Jaringan saraf merupakan salah satu jaringan dasar pembentuk tubuh manusia yang mengatur

seluruh aspek yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari. Melalui jaringan saraf kita dapat melakukan berbagai aktivitas yang tak terhingga

banyaknya mulai dari yang paling sederhana seperti membuka mata hingga proses yang sangat

kompleks seperti proses penalaran, analisa dan sintesa maupun membuat kesimpulan dan

memutuskan suatu masalah.. Daerah tempat fungsi-fungsi tersebut berada adalah korteks serebri.

Dengan adanya sistem saraf pula kita dapat menggerakkan otot, merangsang kelenjar untuk

bersekresi, dan mempengaruhi kerja sistem endokrin sehingga keseimbangan homeostasis badan kita

dapat tercapai. Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu penyakit akan

mengakibatkan terganggunya fungsi bagian tubuh tersebut. Rusaknya sel-sel saraf di medula spinalis

dapat berakibat kejang akan mengakibatkan tanda-tanda infeksi pada lumbal punksi.

Kejang

Kejang mencerminkan gangguan sistem saraf yang terjadi akibat lepas muatan listrik

abnormal, mendadak, dan berlebihan. Pada keadaan kejang, aliran darah ke otak dapat terganggu.

Kejang yang terjadi pada kenaikan suhu badan (suhu rektal di atas 38 derajat Celsius) yang

disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kenaikan suhu badan 1 derajat Celsius akan menyebabkan peninggian metabolisme basal

sebanyak 10-15% serta peningkatan keperluan O2 sebanyak 20%. Sirkulasi darah otak anak 65% dari

seluruh tubuhnya sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Kejang yang lama akan menyebabkan

iskemia otak sehingga neuron-neuron korteks serebrum, serebelum, talamus, amigdala dan

1

Page 2: PBL Blok 6 Kejang2

hipokampus akan mengalami kerusakan yang diikuti poliferasi sel-sel neuroglia. Kejang mempunyai

insidens yang tinggi pada anak, yaitu 3-4%. Kejang biasanya singkat, dan berhenti sendiri. Biasanya

kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi di luar susunan saraf pusat.1

Mekanisme kejang

Cairan serebrospinalis dibentuk terutama oleh plekus koroideus yang ditemukan didaerah-

daerah tertentu rongga ventrikel otak. Pleksus koroideus terdiri dari massa jaringan pia meter seperti

kembang kol yang kaya akan pembuluh darah yang masuk ke dalam kantung-kantung yang dibentuk

oleh sel-sel ependimal. Setelah terbentuk, CSS mengalir melalui empat ventrikel yang saling

berhubungan di dalam bagian interior otak dan kanalis sentralis korda spinalis yang sempit, yang

berhubungan dengan ventrikel terakhir. Cairan serebrospinalis keluar melalui lubang-lubang kecil dari

ventrikel keempat di dasar otak memasuki ruang subaraknoid dan akhirnya mengalir diantara lapisan-

lapisan menings di seluruh permukaan otak dan korda spinalis. Sewaktu mencapai bagian atas otak,

SSP direabsorpsi dari ruang subaraknoid ke dalam darah vena melalui vilus araknoidalis.

Aliran CSS melalui system ini dipermudah oleh factor-faktor sirkulasi dan postural yang

menimbulkan tekanan SSP sebesar 10 mmHg. Penurunan tekanan akibat pengeluaran hanya beberapa

milliliter (ml) CSS selama pungsi lumbal untuk analisis laboratorium dapat menimbulkan nyeri kepala

hebat.

Melalui proses pembentukan, sirkulasi, dan reabsorpsi yang terus menerus, seluruh volume

CSS yang sekitar 125 sampai 150 ml digantikan lebih dari tiga kali sehari. Hidrosefalus (“air di dalam

otak”) terjadi apabila salah satu dari proses-proses tersebut terganggu sehingga penimbunan CSS yang

berlebihan. Peningkatan tekanan CS yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan otak dan

menyebabkan retardasi mental apabila tidak terapi. Terapi berupa pembuatan pirau (shunt) secara

bedah untuk mengalirkan kelebihan CSS ke vena lain ditubuh.

Densitas CSS hampir serupa dengan densitas otak itu sendiri, sehingga pada dasarnya otak

terapung didalam lingkungan cair yang khusus ini . fungsi utama CSS adalah sebagai cairan peredam

getaran (shock-absorbing atau bantalan) untuk mencegah otak membentur bagian dalam tengkorak

sewaktu kepala mendapat gerakan yang mendadak dan menggetarkan.

Selain melindungi otak yang lembut tersebut dari trauma mekanis, CSS melaksanakan peran

penting yang berkaitan dengan pertukaran bahan antara cairan tubuh dan otak. Di semua jaringan

tubuh, ruang antara sel-sel diisi oleh sejenis cairan ekstrasel yang dikenal sebagai cairan iterstisium.

Yang berkontak langsung dengan neuron dan sel-sel glia adalah cairan intestisium otak dan bukan

plasma darah atau CSS. Karena cairan interstisium otak secara langsung membasahi sel-sel saraf,

komposisinya sangat penting. Komposisi cairan interstisium otak lebih di pengaruhi oleh perubahan

dalam plasma darah karena antara ciran interstisium otak lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam

komposisi CSS dari pada oleh perubahan dalam plasma darah karena antara cairan interstisium otak

dan CSS terjadi pertukaran zat yang cukup bebas sedangkan antara cairan iterstisium otak dan darah

2

Page 3: PBL Blok 6 Kejang2

hanya terjadi pertukaran yang terbatas. Dengan demikian komposisi CSS perlu diatur dalam rentang

yang sempit.

Cairan serebrospinalis dibentuk memalui mekanisme transportasi selektif melintasi membrane

pleksus koroideus. Komposisi CSS berbeda dari komposisi plasma. Sebagai contoh, CSS memiliki

kadak K+ lebih rendah dari NA+ lebih tinggi, sehingga CSS merupakan lingkungan yang ideal untuk

perpindahan ion-ion tersebu menurut garadien konsentrasi suatu proses yang penting untuk hantaran

implus saraf. 2

Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listriknya. Fenomena elektrik ini adalah wajar.

Manifestasi biologiknya ialah merupaka gerak otot atau suatu modalitas sensorik, tergantung dari

neuron kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya. Bilamana neuron somatosensorik yang

melepaskan muatannya, timbulah perasaan protopatik atau propireseptif. Demikian pula akan timbul

perasaan panca indera apabila neuron daerah korteks pancaindera melepaskan muatan listriknya.

Secara fisiologi, suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik terhadap neuron

yang rentan didaerah focus epileeptogenik. Diketahui bawha neuron-neuron ini sangat peka dan untuk

alasan yang belum jelas tetap berada dalam keadaan terdepolarisasi. Neuron-neuron disekitar focus

epilogenetik bersifat GABA-nergik dan hiperpolarisasi, yang menghambat neuron epileptogenik. Pada

suatu saat ketika neuron-neuron epileptogenik melebihi pengaruh penghambat di sekitarnya,

menyebar ke struktur korteks sekitarnya dan kemudian ke subkortikal dan struktur batang otak.3

Dalam keadaan fisiologik neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena potensial

membrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang tiba pada dendrite. Pada keadaan patologik

gayang yang bersifat mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membrane neuron, sehingga

neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.4

Meskipun mekanisme kejang yang tepat belum diketahui, tampak ada beberapa factor

fisiologi yang menyebabkan perkembangan kejang. Untuk memulai kejang, harus ada kelompok

neuron yang mampu menimbulkan ledakan discharge (rabas) yang berarti dan system hamabatan

GABA-nergik. Perjalanan discharge (rabas) kejang akhirnya tergantung pada eksitasi sinaps

glutamaterik. Bukti baru-baru ini menunjukkan bahwa eksitasi neurotransmitter asam amini

(glutamate,aspartat) dapat memainkan peran dalam menghasilkan eksitasi neuron dengan bekerja pad

reseptor sel tertentu. Diketahui bahwa kejang dapat berasal dari derah kematian neuron dan bahwa

daerah otak ini dapat meningkatkan perkembangan sinaps hipereksitable baru yang dapat

menimbulkan kejang. Misalnya, lesi pada lobus temporalis (termasuk glioma tumbuh lambat,

hematoma, gliosis dan malformasi anteriovenosus) menyebabkan kejang. Dan bila jaringan abnormal

diambil cara bedah, kejang mungkin berhenti. Lebih lanjut konvulsi dapat ditimbulkan pada binatang

percobaan dengan fenomena membangkitkan. Pada model ini, stimulasi otak subkonvulsif

menyeluruh. Pembangkitan dapat menyebabkan terjadinya epilepsy pada manusia pascacedera otak.

Pada manusia telah diduga bahwa aktivitas kejang berulang dari lobus temporalis normal kontralateral

dengan pemindahan stimulus melalui korpus kollusum.5

3

Page 4: PBL Blok 6 Kejang2

Selaput otak

Serabut saraf yang bergerak ked an dari berbagai bagian otak dikelompokan menjadi berkas-

berkas aluran tertentu dalam sumsum tulang belakang.

Pia mater yang menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada pada otak dan sumsum tulang

belakang, dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat tadi menyediakan darah untuk struktur-

struktur ini.

Araknoid merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dari dura mater.

Dura mater yang padat dank eras, terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar yang melapisi tengkorak,

dan lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar, kecil pada bagian tertentu, tempat sinus venus

terbentuk, dan tempat dura mater membentuk bagian-bagian berikut : falks serebri yang terletak di

antara kedua hemisfer otak. Tepi atas falks serebri membentuk sinus longitudinalis superior atau sinus

sagitalis superior yang menerima darah ceba dari otak, dan tepi bawah falks serebri membentuk sinus

longitudinalis inferior atau sinus sagitalis inferior yang menyalurkan darah keluar falks serebri.

Tentorium serebeli memisahkan serebelum dari serebrum.

Diagfragma selae adalah sebuah lipatan berupa cincin dalam dura mater dan yang menutupi sela

tursika, yaitu sebuah lekukan pada tulang sphenoid yang berisi hipofisis.6

Medula spinalis

Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari medulla

batang otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medulla spinalis.

Bagian-bagian dari spinal cord, yaitu:

1) Bagian tengkuk yang disebut saraf C (cervical), merupakan spinal cord yang berada di bagian

leher dan berfungsi dalam pergerakan tangan, leher dan tubuh bagian atas.

2) Bagian dada yang disebut sarat T (thoracic), merupakan spinal cord yang berada di bagian

dada, dan berfungsi dalam pergerakan dada dan perut.

3) Bagian pinggang yang disebut saraf L (lumbar), merupakan spinal cord yang berada di bagian

pinggang dan berfungsi dalam pergerakan kaki, kandung kemih usus dan organ kelamin.6

A. Struktur umum medulla spinalis.

1 Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter

medulla spinalis bervariasi, diameter strutur ini biasanya sekitar ukuran jari

kelingking. Pajang rata-rata 42cm.

2 Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks, menandai sisi keluar saraf spinal

besar yang mensuplai lengan dan tungkai.

3 Tigapuluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina

invertebral.

4

Page 5: PBL Blok 6 Kejang2

4 Korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Saraf spinal

bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah, disebut korda

equine, muncul kolumna spinalis pada foramina inverterbal lumbal dan sacral yang

tepat.

a) Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda

b) Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia mater yang melekat pada

konus medularis sampai ke kolumna vertebra.

5 Meninges (dura mater, araknoid dan pia mater) yang melapisi otak, juga melapisi

korda.

6 Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal) yang lebih

dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya.7

Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS)

Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus,

dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner

yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel

ependim, yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul

dan membentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel

epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks,

dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma

diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler

fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini

mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat

molekul besar dan kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif.

Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat

plasma di luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi

diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif. Mekanisme

sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut: Natrium

dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus sehingga

menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion

bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan

ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan

ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan

osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui

membran khoroideus ke dalam CSS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik

abhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na

dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K Pump yang terjadi

5

Page 6: PBL Blok 6 Kejang2

dengan bantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan. Obat yang

menghambat proses ini dapat menghambat produksi CSS. Penetrasi obat-obat

dan metabolit lain tergantung kelarutannya dalam lemak. Ion campuran seperti

glukosa, asam amino, amin danhormon tyroid relatif tidak larut dalam lemak,

memasuki CSS secara lambat dengan bantuan sistim transport membran. Juga

insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas ini (carrier)

bersifat stereospesifik, hanya membawa larutan yang mempunyai susunan

spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di CSS.8

Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif.

Kalium disekresi ke CSS dengan mekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya

dari CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan

jaringan otak juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan

konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum.

Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga

pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga

ruang interseluler, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek

cepat penyuntikan intervena cairan hipotonik dan hipertonik.

Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan

terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit)

terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh

ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. CSS bukan

hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses

enzimatik.CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam

ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dlam

ventrikel IV. Tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen

ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral

ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang berada di

bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel

masuk ke dalam rongga subarakhnoid. CSS mengisi rongga subarakhnoid

sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan

otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju

sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan berakhir

dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan

diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis

superior. Yang mempengaruhi alirannya adalah: metabolisme otak, kekuatan

hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah.

CSS akan melewati villi masuk ke dalam aliran adrah vena dalam sinus. Villi

6

Page 7: PBL Blok 6 Kejang2

arakhnoid berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana

semua unsur pokok dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu

proses yang dikenal sebagai bulk flow. CSS juga diserap di rongga subrakhnoid

yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang

terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler

pada piameter mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui dindingnya.

Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui

perluasaan sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piametr disamping

selaput arakhnoid. Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan

ekstraselluler dan css dalam rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan

ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke

dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat, lapisan pia dan

arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan diri pada

tingkatan kapiler.9

Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)

Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari

epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi

konsentrasi

sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Na, K,

bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi

Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah.

CSS mempunyai fungsi:

1. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur

pokok pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak

ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan

terhadap sel-sel dalam sistem saraf.

2. CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak

dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak

dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak.

3. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti

CO2,laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya

mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk

seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan

7

Page 8: PBL Blok 6 Kejang2

diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.

4. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormonhormon

dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari

fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui

intraserebral.

5. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS

dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan

mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga

mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarakhnoid

lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.9

Pengambilan cairan serebrospinal

Pengambilann cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal

Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan

prosedur neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan

A. Indikasi Lumbal Punksi:

1. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan

sel,kimia dan bakteriologi

2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti

tumor dan spinal anastesi.

3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada

pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi

B. Kontra Indikasi Lumbal Punski:

1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri

kepala,muntah dan papil edema

2. Penyakit kardiopulmonal yang berat

3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi

C. Persiapan Lumbal Punksi:

1. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP

2. Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan

pasien/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi

8

Page 9: PBL Blok 6 Kejang2

D. Teknik Lumbal Punksi:

1. Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral

decubitus dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh

diberikan bantal tipis dibawah kepala atau lutut.

2. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-

4,yaitu setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi

intervertebrale ke atas atau ke bawah. Pada bayi dan anak setinggi

intervertebrale L4-5

3. Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi

4. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCL

5. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak

lurus dengan ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah

dirasakan menembus jaringan meningen penusukan dihentikan, kemudian

jarum diputar dengan bagian pinggir yang miring menghadap ke kepala.

6. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt

bila diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah dan jenis

sel, kadar gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.

E. Komplikasi Lumbal Punksi

1. Sakit kepala

Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena

pengurangan cairan serebrospinal

2. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot

3. Infeksi

4. Herniasi

5. Untrakranial subdural hematom

6. Hematom dengan penekanan pada radiks

7. Tumor epidermoid intraspinal

Struktur secara histology

Otak yaitu :

1.Serebrum

2.Serebelum

3.Batang otak / brainstem (midbrain, pons dan medulla oblongata)

Serebrum yaitu :

Dibagi menjadi hemisfer serebri kiri dan kanan.

Terdiri atas 6 lapisan yaitu :

9

Page 10: PBL Blok 6 Kejang2

1 Lapisan molecular

2 Lapisan granular luar

3 Lapisan sel-sel pyramid

4 Lapisan granualar dalam

5 Lapisan ganglioner

6 Lapisan sel-sel multiform atau polimorf

Semua lapis ini mempunyai batas yang tegas dan semua berisi neuroglia.

Serebelum yaitu :

Korteks serebelum terdiri atas 3 laisan dari luar kedalam yaitu :

1 Lapisan molecular

2 Lapisan ganglioner

3 Lapisan granular

Medulla Spinalis

Korda jaringan saraf yang terbungkus dlam kolumna vertebrata yang memanjang dari medulla batang

otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medulla spinalis.

1. Fungsi medulla spinalis

a. Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh.

b. Bagian ini mentransmisi impuls ked an dari otak melalui traktus asenden dan desenden.

2. Struktur umum medulla spinalis

a. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter medulla

spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang

kira-kira 42 cm.

b. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan cerviks, menandai sisi keluar saraf spinal

besar yang mensuplai lengan dan tungkai.

c. Tigapuluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina

intervertebral.

d. Korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Saraf spinal bagian

bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah, disebut korda ekuina,

muncul dari kolumna spinalis pada foramina intervertebral lumbal dan sacral yang tepat.

- Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda

- Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa piamater yang melekat pada konus

medularis sampai ke kolumna vertebra.

e. Meninges (duramater, araknoid, dan piamater) yang melapisi otak, juga melapisi

korda.

10

Page 11: PBL Blok 6 Kejang2

f. Fissura median anterior (ventral) dalam dan fissure posterior (dorsal) yang lebih

dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi kanan dan kiri.

3. Struktur internal medulla spinalis terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang

diselubungi substansia putih.

a. Kanal sntral berukuran kecil dikelilingi oleh substansia abu-abu, bentuknya seperti huruf

H.

b. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk, atau kolumna dan mengandung

badan sel, dendrit asosiasi, dan neuron eferen, serta akson tidak-termielinisasi.

- Tanduk abu-abu posterior (dorsal) adalah batang vertical atas substansi abu-abu.

Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melalui saraf spinal dari

neuron sensorik.

- Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang vertical bawah. Bagian ini

mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf spinal ke

otot dan kelenjar.

- Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada area

toraks dan lumbal sistemsaraf perifer. Bagian ini mengandung badan sel neuron

sistem SSO.

- Komissura abu-abu menghubungkan substansia asbu-abu di sisi kiri dan kanan

medulla spinalis.

4. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral. Radiks dorsal terdiri

dari kelompok-kelompok serabut sensorik yang memasuki korda. Radiks ventral adalah

penghubung ventral dan membawa serabut motorik dari korda.

a. Setiap radiks yang memasuki atau meninggalkan korda membentuk tujuh sampai sepuluh

cabang radiks (rootlet).

b. Radiks dorsal dan ventral pada setiap sisi segmen medulla spinalis menyatu untuk

membentuk saraf spinal.

c. Radiks dorsal ganglia adalah pembesaran radiks dorsal yang mengandung sel neuron

sensorik.

5. Traktus spinal. Substansia putih korda, yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi

funikulus anterior, posterior, dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasikulus, atau

traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal, dan tujuannya.

a. Traktus sensorik atau asenden membawa informasi dari tubuh ke otak. Bagian penting

traktus asenden meliputi:

- Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus

(1) Origo dan tujuan

11

Page 12: PBL Blok 6 Kejang2

Impuls dari sentuhan dan reseptor peraba masuk ke medulla spinalis melalui

radiks dorsal (neuron I). Akson memasuki korda, berasenden untuk bersinaps

dengan nuclei grasilis dan kuneatus di medulla bagian bawah (neuron II). Akson

menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinaps dalam thalamus lateral (neuron

III). Terminasinya berada pada area somestetik korteks serebral.

(2) Fungsi

Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan, vibrasi, posisi

tubuh, dan gerakan sendi dari kulit, persendian, dan tendon otot.

- Traktus spinoserebelar ventral (anterior) (berpasangan)

(1) Origo dan tujuan

Impuls dari reseptor kinestetik (kesadaran akan posisi tubuh) pada otot dan

tendon memasuki medulla spinalis melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinaps

dalam tanduk posterior (neuron II). Akson berasenden di sisi yang sama atau

berlawanan dan berterminasi pada korteks serebelar.

(2) Fungsi

Traktus spinoserebelar ventral membawa informasi mengenai gerakan dan posisi

keseluruhan anggota gerak.

- Traktus spinoserebelar dorsal (posterior)

(1) Origo dan tujuan

Inmpuls dari traktus spinoserebelar dorsal memiliki awal dan akhir yang sama

dengan impuls dari traktus spinoserebelr ventral. Walaupun demikian, akson pada

neuron II dalam tanduk posterior, berasenden di sisi yang sama menuju korteks

serebelar.

(2) Fungsi

Traktus spinoserebelar dorsal membawa informasi mengenai propriosepsi bawah

sadar (kesadaran akan posisi tubuh, keseimbangan, dan arah gerakan).

- Traktus spinotalamik ventral (anterior)

(1) Origo dan tujuan

Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke medulla spinalis melalui radiks

dorsal (neuron I) dan bersinapsis dalam tanduk posterior di sisi yang sama

(neuron II). Akson menyilang ke sisi yang berlawanan dan berasenden untuk

bersinaps dalam thalamus (neuron III). Akson berujung dalam area somestetik

korteks serebral.

(2) Fungsi

Traktus spinotalamik ventral membawa informasi mengenai sentuhan, suhu, dan

nyeri.

12

Page 13: PBL Blok 6 Kejang2

b. Traktus motorik (desenden) membawa impuls motorik dari otak ke medulla spinalis

dan saraf spinal menuju tubuh. Fungsi traktus motorik yang penting meliputi:

- Traktus kortikospinal lateral (piramidal)

(1) Origo dan tujuan

Neuron I berasal dari area motorik korteks serebral. Akson saraf berdesenden ke

medulla, tempat sebagian basar serabut (85%) berdekuasasi dan terus memanjang

sampai ke tanduk posterior untuk bersinaps langsung atau melalui interneuron

dengan neuron motorik bagian bwah (neuron II) dalam tanduk anterior. Akson

berterminasi pada lempeng ujung motorik otot rangka.

(2) Fungsi

Traktus kortikospinal lateral menghantar impuls untuk koordinasi dan ketepatan

gerakan volunteer.

- Traktus kortikospinal (piramidal) ventral (anterior)

(1) Origo dan tujuan

Neuron I berasal dari sel piramidal pada area motorik korteks serebral dan

berdesenden sampai ke medulla spinalis. Disini, akson menyilang ke sisi yang

berlawanan tepat sebelum bersinaps, secara langsung maupun melalui

interneuron, dengan neuron II dalam tnduk anterior.

(2) Fungsi

Traktus kortikospinal ventral memiliki fungsi yang sama dengan traktus

kortikospinal lateral. Traktus tersebut menghantar impuls untuk koordinasi dan

ketepatan gerakan volunteer.

- Traktus ekstrapiramidal

Serabut dalam sistem ini berasal dari pusat lain, misalnya nuclei motorik dalam

korteks serebral dan area subkortikal di otak.

(1) Traktus retikulospinal berasal dari formasi reticular (neuron I) dan berujung

(neuron II) pada sisi yang sama di neuron motorik bagian bawah dalam tanduk

anterior medulla spinalis. Impuls memberikan semacam pengaruh fasilitas pada

ekstensor tungkai dan fleksor lengan serta memberikan suatu pengaruh inhibisi

yang berkaitan dengan postur dan tonus otot.

(2) Traktus vestilospinal lateral berasal dari nucleus vestibular lateral dalm

medulla (neuron I) dan berdesenden pada sisi yang sama untuk berujung (neuron

II) dalam tanduk anterior medulla spinalis. Impuls mempertahankan tonus otot

dalam aktivitas refleks.

(3) Traktus vestibulospinal medial berasal dari nucleus vestibular medial dalam

medulla dan menyilang ke sisi yang berlawanan untuk berakhir pada tanduk

13

Page 14: PBL Blok 6 Kejang2

anterior. Traktus ini tidak berdesenden ke bawah area cerviks. Traktus ini

berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher.

(4) Traktus rubrospinal yang berasal dari nucleus merah otak tengah, traktus

olivospinal yang berasal dari olive inferior medulla, dan traktus tektospinal yang

berasal dari bagian tektum otak tengah, juga termasuk jenis traktus

ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot.8,9

Neurotransmiter

a. Asetilkolin (Ach) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka (sambungan

neuromuscular). Asetilkolin juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam sistem saraf otonom

dan oleh neuron tertentu di otak.

(1) Sebagian besar asetilkolin disintetis dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan neuron

motorik, kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam vesikel sinaptik.

(2) Setelah dilepas : asetilkolin dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan

kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklusulangkan.

(3) Asetilkolinesterase, seperti esterin dan prostigmin, dipakai ecara terapeutik pada kasus

miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot karena penurunan daya

respons sel-sel otot rangka terhadap asetilkolin.

b. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), epinefrin (E), dan dopamin (DA). Katelokamin

mengandung nucleus katekol dan merupakan derivate dari asam amino tirosin.

(1) Katelokamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki satu gugus tunggal amina.

(2) Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam sistem saraf pusat, norepinefrin dan

epinefrin juga berfungsi sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal.

(3) Katekolamin terinaktivasi setelah pelepasan karena

(a) Penyerapan ulang oleh terminal akson

(b) Degradasi enzimatik oleh monoamina oksidase (MAO) terjadi pada ujung neuron

presinaptik.

(c) Degradasi enzimatik oleh katekolamin-O- metal transferase (COMT)) terjadi pada

neuron postsinaptik.

c. Seratonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nucleus katekol. Seratonin

tmerupakan derivate dari asam amino triptofan yang ada dalam sistm saraf pusat dan pada sl-

sel tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.

d. Beberapa asam amino, seperti glisin, asam glutamate, asam aspartat, dan asam amonobutirat

gamma, berfungsi sebagai neurotransmitter.

e. Sejumlah neuropeptida, bekisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap rantai panjang,

telah diidentifikasi dalam rongga tubuh. Senyawa seperti substansi P, enkefalin, bradikinin,

dan kolesistokinin berperan sebagai neurotransmitter asli atau sebagai neuromodulator untuk

14

Page 15: PBL Blok 6 Kejang2

mempengaruhi pelepasan, atau respons terhadap, transmitter actual. Semuanya memiliki efek

nonsaraf dan saraf.10

Susunan saraf pusat

Susunan saraf pusat terdiri atas serebrum, serebelum, dan medulla spinalis. Sebenarnya sistem

saraf pusat tidak memiliki jaringan ikat sehingga konsistensinya relative lunak seperti agar-agar.

Susunan Saraf Otonom

Susunan saraf otonom berhubungan dengan pengendalian otot polos, sekresi beberapa

kelenjar, dan modulasi irama jantung. Fungsinya ialah menyesuaikan aktivitas tubuh tertentu agar

dapat mempertahankan lingkungan dalam yang konstan (homeostasis). Meskipun menurut

definisinya, susunan saraf otonom adalah sistem motoris, serat-serat yang menerima sensasi yang

datang dari dalam organisme ikut bersama serat-serat motoris dari susunan otonom itu.

Istilah otonom adalah kurang tepat meskipun di pergunakan secara luas hamper semua fungsi

susunan saraf otonom adalah tidak bersifat idependen (otonom) sama sekali, mereka diatur dan

dikendalikan oleh susunan saraf pusat. Konsep susunan saraf pusat otonom itu terutama bersifat

fungsional. Secara anatomis, ia terdiri atas kumpulan sel saraf di dalam susunan saraf pusat, serat-

serat yang keluar dari susunan saraf pusat melalui nervus kranialis atau nervus spinalis, dan ganglion

saraf yang terletak pada lintas serat-serat ini. Istilah otonom mencakup semua unsur neural yang

berhubungan dengan fungsi visceral. Sebenarnya, yang disebut fungsi otonom adalah sama

bergantungnya pada susunan saraf pusat seperti saraf motoris yang mencetuskan kontraksi otot.

Susunan saraf otonom merupakan rangkaian dua neuron. Neuron pertama dari rantai otonom

terletak di dalam susunan saraf pusat. Aksonnya membentuk sinaps dengan neuron multipolar kedua

dalam rantai, yang terletak dalam ganglion dari susunan saraf tepi. Serat saraf (akson) dari neuron

pertama disebut serat praganglion, akson dari neuron kedua menuju ke efektor otot atau kelenjar

disebut serat pascaganglion. Mediator kimia yang terdapat dalam vesikel sinaps dari semua ujung

praganglion dan pada ujung parasimpatis pasca-ganglion adalah asetilkolin, yang dibebaskan dari

terminal oleh implus saraf.

Medulla adrenal adalah satu-satunya organ yang menerima serat-serat praganglion, karena

kebanyakan sel, setelah migrasi ke dalam kelenjar, tidak berdiferensiasi menjadi sel ganglion namun

menjadi sel sekresi.

Susunan saraf otonom terdiri atas 2 bagian yang secara anatomis dan fungsional berbeda:

sistem simpatis dan parasimpatis.

15

Page 16: PBL Blok 6 Kejang2

Sistem Simpatis

Inti (yang dibentuk oleh kumpulan badan-badan sel saraf) dari sistem simpatis terletak pada

segmen torakal dan lumbal dari medulla spinalis. Oleh karena itu sistem simpatis disebut juga divisi

torakolumbal dari susunan saraf otonom. Akson dari neuron ini sserat praganglion meninggalkan

susunan saraf pusat melalui akar ventral dan ramus komunikantes alba dari nervus torasikus dan

nervus lumbal. Mediator kimia serat-serat pascaganglion dari sistem simpatis adalah norepinefrin,

yang juga dihasilkan oleh medulla adrenal.11

Sistem Parasimpatis

Sistem parasimpatis mempunyai inti di medulla dan otak tengah dan dalam bagian sacrum

medulla spinalis. Serat-serat praganglion dari neuron-neuron ini keluar melalui 4 dari nervus kranialis

(III, VII, IX, dan X) dan juga melalui nervus spinalis sakralis kedua, ketiga, dan keempat. Karenanya

sistem parasimpatis juga disebut divisi kraniosakral dari sistem otonom. Neuron kedua dari seri

parasimpatis ditemukan dalam ganglion lebih kecil dari yang terdapat pada sistem simpatis, ia selalu

terletak dekat atau di dalam organ-organ efektor. Neuron-neuron ini biasanya terletak dalam dinding

organ (misalnya lambung, usus), dan dari situ serat-serat praaganglion memasuki organ dan

membentuk sinaps dengan neuron kedua dalam rantai.

Mediator kimia yang dilepaskan oleh ujung saraf pra dan pasca ganglion dari sistem

parasimpatis adalah asetilkolin, yang dengan mudah dinon-aktifkan oleh asetilkolinesterase salah satu

sebab mengapa stimulasi parasimpatis memiliki aksi yang lebih jelas dan lebih terlokalisasi daripada

stimulasi simpatis.11

Anatomi Fisiologik Otot Rangka

Sekitar 40 persen masa tubuh adalah otot rangka, dan mungkin 10 persen lainnya adalah otot

polos dan otot jantung.

Miofibril terdiri dari filament aktin dan miosin. Setiap serat otot mengandung ratusan sampai

ribuan myofibril, dan setiap miofibril sendiri terdiri dari sekitar 1500 filamen miosin dan 3000

filamen aktin yang terletak berdampingan satu sama lain. Filament-filamen ini adalah molekul

polimer protein besar yang menentukan kontraksi otot. Filament tebal adalah miosin, dan filament

tipis adalah aktin.

Pita gelap dan terang. Filament aktin dan miosin secara parsial saling menjalin sehingga

myofibril tampak memiliki pita terang dan gelap bergantian. Pita terang hanya mengandung

filament aktin dan disebut pita I. pita gelap mengandung filament miosin serta ujung filament

aktin. Bagian filament aktin yang overlap (bertumpuk dengan miosin dinamai pita A.

16

Page 17: PBL Blok 6 Kejang2

Jembatan silang. Tonjolan-tonjolan kecil dari samping filamen miosin adalah jembatan

silang (cross bridge). Jembatan ini menonjol dari permukaan filamen miosin di seluruh

panjangnya kecuali di bagian tengah. Interaksi antara jembatan-jembatan silang ini dan

filamen aktin menyebabkan kontraksi.

Lempeng Z (Z discs). Ujung-ujung filamen aktin melekat ke lempeng Z. Lempeng Z

berjalan melewati miofibril dari satu ke yang lain, melekatkan miofibril-miofibril tersebut.

Karena itu, serat otot keseluruhan memiliki pita-pita terang dan gelap, menyebabkan otot

rangka dan jantung tampak lurik (berseran-lintang).

Sarkomer. Bagian myofibril yang terletak antara dua lempeng Z yang berurutan disebut

sarkomer. Sewaktu istirahat, filamen aktin bertumpang-tindih dengan filamen miosin dan

sedikit bertumpang tindih satu sama lain.

Mekanisme Kontraksi Otot

Inisiasi dan eksekusi kontraksi otot berlangsung dalam tahap-tahap berurutan berikut

Potensial aksi menjalar di sepanjang suatu saraf motorik hingga ke ujungnya di serat otot, dan

saraf tersebut mengeluarkan sejumlah kecil bahan neurotransmitter asetilkolin.

Asetilkolin bekerja pada suatu daerah di membrane otot untuk membuka saluran bergerbang

asetilkolin, yang memungkinkan ion natrium mengalir ke dalam serat otot.

Potensial aksi berjalan di sepanjang membrane serat otot, menyebabkan reticulum

sarkoplasma membebaskan ion kalsium yang telah tersimpan di reticulum ke dalam

myofibril.

Ion kalsium memicu gaya-gaya tarik antara filamen aktin dan miosin, menyebabkan keduanya

saling bergeser, ini adalah proses kontraksi.

Setelah sepersekian detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam reticulum sarkoplasma,

tempat ion-ion ini disimpan sampai datang potensial aksi otot, pengeluaran ion kalsium dari

myofibril ini menyebabkan kontraksi otot berhenti.

Transmisi implus dari satu sel saraf ke sel saraf lain terjadi di sinaps. Sinaps adalah taut tempat akson

atau bagian lain satu sel saraf (sel prasinaps) berakhir pada dendrite, soma atau akson dari neuron

yang lain atau pada keadaan tertentu, pada sel otot atau sel kelenjar (sel pascasinaps). Transmisi di

sebagian besar taut sinaps bersifat kimiawi: implus di akson prasinaps menyebabkan sekresi

neurotransmitter seperti asetelkolin atau serotonin.

Mekanisme Kontraksi Tetanic

Respons listrik suatu serat otot terhadap rangsang berulang serupa dengan

yang terjadi pada saraf. Serat otot ada pada keadaan refrakter hanya selama fase

meningkatnya potensial aksi dan selama sebagian fase repolarisasi potensial aksi.

17

Page 18: PBL Blok 6 Kejang2

Pada saat itu , kontraksi yang terbangkit oleh rangsang pertama baru saja mulai. Akan

tetapi, karena mekanisme kontraktil tidak mempunyai masa refrakter, rangsang

berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan

tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respons berupa peningkatan

kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai sumasi (penjumlahan) kontraksi. Tegangan

yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan

yang terjadi selama kontraksi otot kedutan tunggal. Dengan rangsangan berulang yang

cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada

masa relaksasi. Tiap-tiap respons tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang

berkesinambungan. Respons semacam ini dinamakan tetanus (kontraksi tetanik).

Disebut tetanus sempurna bila tidak ada relaksasi di antara rangsang. Tetanus tidak

sempurna terjadi bila terdapat masa relaksasi yang tidak penuh di antara saat

perangsangan. Selama tetanus sempurna, dihasilkan tegangan yang besarnya kurang

lebih empat kali besar tegangan yang dihasilkan oleh satu kontraksi kedutan. Kejadian

tetanus tidak sempurna dan tetanus sempurna sebagai respons terhadap rangsang

berulang yang frekuensinya ditingkatkan.

Frekuensi rangsang yang dibutuhkan untuk menimbulkan peristiwa

penjumlahan kontraksi ditentukan oleh lamanya waktu kontraksi kedutan otot.

Misalnya, bila lama kontraksi kedutan 10 mdet, frekuensi rangsang di bawah 1/10

mdet (100/det) akan menghasilkan jawaban kontraksi sendiri-sendiri diseling masa-

masa relaksasi penuh. Frekuensi rangsang lebih tinggi dari 100/det akan

meningkatkan penjumlahan kontraksi.12

TRANSMISI SINAPS

Anatomi Fungsional

Jenis Sinaps

Struktur anatomi di berbagai bagian istem saraf mamalia sangat beragam. Ujung serabut

prasinaps umumnya melebar membentuk tonjolan akhir. Di korteks serebrum dan serebelum, ujung-

ujung saraf umumnya terletak di dendrite dan sering di spina dendrite, yaitu tonjolan kecil yang keluar

dari dendrite. Di beberapa tempat, cabang akhir akson dari neuron prasinaps membentuk keranjang

atau jala yang mengelilingi soma sel prasinaps. Di tempat lain, cabang-cabang akhir tersebut saling

menjalin dengan dendrite sel pascasinaps atau berakhir langsung pada dendrit. Sebagian berakhir pada

akson neuron pascasinaps atau pada akson. Rata-rata setiap neuron bercabang untuk membentuk lebih

dari 2000 ujung sinaps, dank karena ada 1011 neuron di sistem saraf pusat, manusia sehingga terdapat

18

Page 19: PBL Blok 6 Kejang2

2 x 1014 sinaps. Dengan demikian, jelaslah bahwa komunikasi di antara neuron sangatlah rumit. Juga

perlu dicatat bahwa sinaps adalah struktur yang dinamis, yang kompleksitas dan jumlahnya dapat

bertambah atau berkurang sesuai pemakaian dan pengalaman.

Telah dipikirkan bahwa di korteks serebrum, 98% sinaps terletak di dendrite dan hanya 2% di

badan sel. Pada medulla spinalis, perbandingan ujung saraf yang berakhir di dendrite lebih sedikit;

terdapat sekitar 8000 ujung saraf di dendrite neuron spinalis dan sekitar 2000 di badan sel, sehingga

soma tampak dikerubuti oleh ujung-ujung saraf.13

Struktur & Fungsi Prasinaps dan Pascasinaps

Setiap ujung prasinaps dari sinaps kimiawi dipisahkan dari struktur pascasinaps oleh celah

sinaps yang lebarnya 20-40 nm. Di celah sinaps, terdapat banyak reseptor neurotransmitter di

membrane pascasinaps, dan di bagian pascasinaps biasanya terjadi penebalan yang disebut densitas

pascasinaps. Densitas pascasinaps adalah kompleks teratur yang terdiri dari berbagai berbagai

reseptor, protein pengikat, dan enzim yang diinduksi oleh pengaruh pascasinaps.

Di dalam ujung prasinaps terdapat banyak mitokondria, juga ditemukan banyak vesikel terbungkus

membrane, yang mengandung neurotransmitter. Terdapat tiga jenis vesikel sinaps: vesikel sinaps kecil

jernih yang mengandung asetilkolin, glisin, GABA, atau glutamat; vesikel kecil dengan inti padat

yang mengandung katelokamin, dan vesikel besar dengan inti padat yang mengandung neuropeptida.

Vesikel dan protein yang terkandung di dindingnya disintetis di badan sel neuron dan diangkut

melalui akson ke ujung saraf oleh transport aksolasmik cepat. Neuropeptida di vesikel besar berinti

padat juga harus diproduksi oleh perangkat pembentuk protein di badan sel. Namun, vesikel kecil

jernih dan vesikel kecil berinti padat mengalami daur ulang di ujung saraf. Di ujung saraf, vesikel-

vesikel ini dipenuhi oleh transmiter, menyatu dengan membrane sel, dan melepaskan transmiter

melalui eksositosis, kemudian diambil kembali melalui endositosis. Pada beberapa keadaan, vesikel

masuk ke endosom lalu dikeluarkan dari endosom dan diisi kembali, sehingga siklus kembali

berulang. Namun vesikel ssinaps umumnya mepaskan isinya melalui lubang kecil di membrane sel,

kemudian lubang tersebut cepat tertutup kembali dan vesikel utama tetap berada di dalam sel. Dengan

cara ini, keseluruhan proses endositosis menjadi lebih singkat.

Vesikel besar berinti padat tersebar di seluruh ujung prasinaps dan membebaskan isi

neuropeptidanya melalui proses eksositosi dari semua bagian terminal. Di pihak lain, vesikel kecil

terletak dekat dengan celah sinaps dan menyatu ke membrane, serta dengan ssangat cepat

mengeluarkan isinya ke celah sinaps di daerah-daerah penebalan membrane yang dikenal sebagai

zona aktif. Zona aktif mengandung banyak protein dan deretan kanal kalsium.

19

Page 20: PBL Blok 6 Kejang2

Ca2+ yang memicu eksositosis transmiter masuk ke neurob prasinaps, dan dalam 200-500

µdetik terjadi pembebasan transmiter di SSP. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa kanal

Ca2+ bergerbang voltase terletk sangat dekat dengan tempat pembebasan zona aktif. Selain itu, agar

transmitter efektif bekerja pada neuron pascasinaps, transmiter harus dibebaskan di dekat reseptor

pascasinaps. Penataan sinaps ini sebagian bergantung pada neureksin, yaitu protein yang terikat ke

membrane neuron prasinaps dan berfungsi mengikat reseptor neureskin, yaitu protein yang terikat ke

membrane neuron prasinaps dan berfungsi mengikat reseptor neureksin di membrane neuron

pascasinaps. Pada vetebrata, neureksin dihasilkan oleh gen yang menjadi isoform α. Namun, pada

mencit dan manusia, neureksin dikode oleh tiga gen, dan gen-gen ini dapat menghasilkan isoform α

ataupun β. Tiap gen memiliki dua region pengatur dan mRNAnya mengalami penggabungan

alternative yang sangat beragam. Dengan cara ini, lebih dari 1000 jenis neureksin dihasilkan. Hal ini

meningkatkan kemunkinan bahwa neureksin tidak saja menyatu sinaps, tetapi juga menentukan

spesifisitas sinaps.

Penyatuan dan pengeluaran isi vesikel disertai pengembalian membrane vesikel merupakan

proses mendasar yang terjadi di hamper semua sel. Jadi, sekresi neurotransmitter di sinaps dan

penyerapan kembali di membrane adalah bentuk khusus dari proses umum eksositosis dan

endositosis. Rincian proses ketika vesikel sinaps menyatu dengan membrane sel masih diteliti, tetapi

proses ini melibatkan protein u-snare sinaptobrevin di membrane vesikel yang mengunci dengan

protein t-snare sintaksin di membrane sel.

Sangat menarik dan secara klinis cukup bermakna bawha beberapa toksin mematikan yang

menghambat peengeluaran neurotransmitter, justru membebaskan seng endopeptidase yang memecah

protein, dan dengan demikian menyebabkan protein menjadi inaktif dalam kompleks penyatuan

eksositosis. Toksin tetanus serta toksin botulinum B.D.F dan G bekerja pada sinaptobrevin, dan toksin

botulinum C bekerja pada sintaksin. Toksin botulinum A dan B bekerja padaa SNAP-25. Secara

klinis, toksin tetanus menyebabkan paralisis spastic dengan menghambat pembebasan transmiter

prasinaps di sistem saraf pusat, dan botulismus menyebabkan paralisis Flaksid dngan menghambat

pembebasan asetilkolin di taut otot-ssaraf. Namun, dari sisi positif, penyuntikan local toksin

botulinum dalam dosis kecil terbukti efektif untuk mengobati berbagai kelainan yang ditandai oleh

hiperaktivitas otot. Contoh-contohnya adalah pnyuntikan ke dalam sfingter esophagus bahwa untuk

mengatasi akalasia dan penyuntikan ke dalam otot-otot wajah untuk menghilangkan kerutan.13

Akson menghantarkan impluss kedua arah. Namun, konduksi di sinaps hanya berlangsung

satu arah, yakni ortodromik, karena neurotransmitter di sinaps berada di sel prasinaps dan bukan di sel

pascasinaps. Pintu satu arah di sinaps ini penting agar fungsi saraf berjalan teratur.

Inhibisi Pascasinaps di Medula Spinalis

20

Page 21: PBL Blok 6 Kejang2

Berbagai jalur di sistem saraf yang dikenal memperantarai inhibisi pascasinaps. Serabut

aferen dari kumparan otot/muscle spindle (reseptor regang) di otot rangka diketahui berjalan langsung

ke neuron motorik spinalis di unit motorik yang mempersarafi otot yang sama. Implus di serabut

aferen ini menimbulkan EPSP, dan dengan penjumlahan. Menyebarkan respons di neuron motorik

pascasinaps. Pada waktu yang bersamaan, IPSP terbentuk di neuron-neuron motorik yang

mempersarafi otot-otot antagonisnya. Respons terakhir ini berlangsung melalui cabang-cabang

serabut aferen yang berakhir di neuron-neuron botol golgi. Interneuron ini kemudian melepaskan

transmiter inhibitorik glisin di sinaps-sinaps pada dendrite proksimal atau badan sel neuron motorik

yang mempersarafi otot-otot antagonis. Oleh karena itu, aktivitas di serabut aferen dari kumparan otot

merangsang neuron motorik yang mempersarafi otot tempat asal implus dan menghambat neuron

yang mempersarafi otot antagonisnya.13

kesimpulan

Kejang disebabkan oleh karena adanya infeksi. Pelepasan muatan proksimal yang berlebihan

dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga implus motorik keluar secara

berlebihan dapat menyebabkan timbulnya kejang. Kejang juga dipengaruhi oleh adanya kerusakan

pada meninges dan medulla spinalis.

Daftar Pustaka

1. Howard, L. Weiner . Buku saku neurologi.Ed.5.Jakarta:EGC;2000.h.93-94.

2. Sherwood L,Santoso B.Fisiologi manusia: dari sel ke system. E/2.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2001.h.105-19.

3. Mardjono, Mahar.Neurologi klinis dasar.Jakarta:Dian Rakyat.2006.

4. Asdie A.Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam vol 5 e/13.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2001.h.115.

5. Wahab A.Ilmu kesehatan anak nelson,Ed.15,Vol.3.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC.2001.h.2059-1.

6. Handoyo S.Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.Jakarta:PT Gramedia Pustaka

Utama.2009.335-5.

7. Widyastuti P.Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC.2004.h.173-2.

8. Corwin EJ. Kontrol terintegrasi dan disfungsi. Dalam: Buku saku patofisiologi. Ed.3.

Jakarta: EGC; 2007: 224-5.

21

Page 22: PBL Blok 6 Kejang2

9. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-

mega2.pdf, pada tanggal 22 Mei 2011.

10. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta:EGC;2003.

11. Snell, Richard S. Neuroanatomi klinik.Jakarta:EGC;2006.

12. Watson, Roger. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC; 2002: 86-8.

13. Camphell, Neil A. Biologi.Jakarta:Erlangga;2004.

22