PBL blok 23
-
Upload
priska-babay -
Category
Documents
-
view
148 -
download
22
description
Transcript of PBL blok 23
GLAUKOMA FAKOLITIK dan KATARAK SENIL IMATUR
Patricia Jessika C. Babay
10.2009.052
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Glaukoma Fakolitik merupakan suatu glaukoma sekunder yang timbul sebagai obat
keluarnya protein lensa melalui kapsul lensa yang katarak matur atau hipermatur.
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit
“Glaukoma Fakolitik dan Katarak Senilis”, mulai dari anamnesis, pemeriksaan, working
diagnosis, differential diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan dan prognosis.
1.3. Hipotesis
1
Dari skenario yang diperoleh, didapat sebuah hipotesis, yaitu “laki-laki 80 tahun dengan
keluhan mata kanan merah, buram disertai sakit yang hebat, mata terasa mau copot, kepala
sekitar mata terasa berdenyut hebat, kedua mata tidak dapat melihat jelas sejak 4 tahun lalu,
mata kanan lebih berat dari kiri diduga menderita OD: Glaukoma Fakolitik dan OS: Katarak
Senilis”.
1.4. Skenario
Seorang laki-laki usia 80 tahun datang ke UGD RS tempat anda bekerja dengan keluhan mata
kanan merah, buram tiba-tiba disertai rasa sakit hebat. Yang sangat dirasakan penderita
adalah rasa sakit yang hebat, mata tersebut terasa mau copot, kepala disekitar mata tersebut
terasa berdenyut-denyut hebat. Kedua mata memang terasa sudah tidak dapat melihat secara
jelas lagi sejak 4 tahun yang lalu, mata kanan lebih berat dari mata sebelahnya. Pada
pemeriksaan: tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 86 x/menit, respirasi 22 x/menit, afebris.
Pemeriksaan oftalmologis: visus OD 1/300, tekanan intra okuler: N +++/palpasi, injeksi siliar
(+), kornea agak sedikit keruh, samar-samar COA dalam dengan cairan keputih-putihan
diseluruh COA. Pupil samar-samar tampak, diameter 7mm, lensa: keputih-putihan,
oftalmoskopi: tidak tembus. Mata kiri: visus 4/60, lensa: agak keruh, oftalmoskopi: samar-
samar kesan baik.
1.5. Sasaran Belajar
Mengetahui anamnesis.
Mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang.
Mengetahui working diagnosis-Glaukoma Fakolitik dan Katarak Senilis.
Mengetahui differential diagnosis-Glaukoma Fakomorfik.
Mengetahui etiologi.
Mengetahui epidemiologi.
Mengetahui patofisiologi.
Mengetahui manifestasi klinis.
Mengetahui penatalaksanaan medika mentosa dan non-medika mentosa.
Mengetahui komplikasi.
Mengetahui pencegahan.
2
Mengetahui prognosis.
2. ISI
2.1. Anamnesis
Merupakan komunikasi antara dokter dan pasien, dimana pasien mengemukakan keluhan
utama. Anamnesis terdiri dari auto-anamnesis dan allo-anamnesis. Anamnesis yang baik
terdiri dari:
Identitas (meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa dan agama pasien).
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter).
- Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah buram tiba-tiba disertai rasa sakit
hebat.
Riwayat penyakit sekarang (kronologis keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat).
Glaukoma: - Sudah berapa lama sakitnya?
- Apakah nyeri pada bola mata?
- Apakah ada kotoran pada mata selain mata merah?
- Gejala-gejala apakah yang terasa juga selain rasa sakit hebat (gejala
penyerta)?
- Apakah pernah menderita penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus,
Hipertensi, atau yang lainnya?
Katarak: - Sejak kapan dirasakan terjadi penurunan penglihatan?
- Apakah penglihatan seperti berkabut?
- Apakah pernah mengalami trauma?
- Apakah pernah melakukan operasi mata sebelumnya?
Riwayat penyakit dahulu (bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang).
- Apakah pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya?
3
Riwayat penyakit dalam keluarga (bertujuan untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi).
- Apakah didalam keluarga ada yang menderita keluhan atau penyakit yang sama?
- Apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit mata?
Riwayat pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, kebiasaan, obat-obatan, dan
lingkungan).
- Apakah yang dilakukan untuk meringankan rasa sakit hebat? Makan obat-obatan
ataukah hanya beristirahat?
- Apakah sudah memakai obat tetes mata?1
2.2. Pemeriksaan
a. Fisik
Glaukoma:
Status Generalisasi
Pada status generalisasi ini dapat kita ketahui data-data pasien tersebut yang dapat
meliputi sebagai berikut.
i. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah, RR, Nadi, Suhu :
ii. Kepala :
Inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.2
Tekanan intraokular meningkat.
Pemeriksaan dengan slit lamp, glaukoma fakolitik biasanya menunjukkan edema
kornea microkistik, dan ruang anterior berisi flare, sel-sel besar (makrofag),
agregat material putih, dan berpartikel berwarna-warni atau hyperrefringent. Yang
terakhir merupakan oksalat kalsium dan kristal kolesterol yang dibebaskan dari
lensa katarak yang berdegenerasi. Tidak seperti glaukoma uveitik (seperti yang
terlihat pada glaukoma fakoanafilaktik), tidak ada presipitat keratik.
Kapsul anterior lensa sering penuh dengan bercak materi lunak berwarna putih.
Kapsul lensa masih utuh.
Gonioscopi untuk mengidentifikasi sudut bilik mata depan.3
4
Katarak:
Pertama, pemeriksaan rutin yang dilakukan pada penderita katarak adalah seperti
dengan pemeriksaan visus dengan Snellen Chart atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole.
Gambar 2.2.1. Snellen Chart Gambar 2.2.2. Slit lamp
Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-
1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.
5
Kedua, dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
Ketiga, Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi
atau Schiotz. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan
dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar
dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa
apakah sesuai dengan visus pasien.
Keempat, pemeriksaan pupil dengan menggunakan senter, pupil disinar dari depan
kemudian diperhatikan warna pupil. Pupil berwarna hitam jika lensa jernih atau bisa
didapat pada afakia. Pupil kelihatan putih atau abu-abu akibat kekeruhan atau katarak.
Arah sinar diubah menjadi 45% dari samping kemudian diperhatikan perubahan
kekeruhan lensa. Jika terlihat seluruh lensa tetap putih, maka katarak matur dengan
Tes Shadow negatif. Jika sebagian lensa terlihat hitam, maka katarak imatur dengan
hasil Tes Shadow positif.
Kelima, dilakukan pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan. Syarat-syarat
untuk melakukan pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan alat oftalmoskop,
sebaiknya dilakukan di ruang yang relatif gelap, bila mata kanan pasien yang ingin
diperiksa, pemeriksa harus duduk di sebelah kanan, memegang oftalmoskop dengan
tangan kanan dan memeriksa dengan mata kanan dan sebaliknya. Diperhatikan
fundus okuli. Normalnya bila media refraksi jernih, refleks fundus berwarna merah
kekuningan di seluruh lingkaran pupil. Bila keruh, kelihatan bercak hitam didepan
latar belakang merah kekuningan. Ini perlu dibedakan karena katarak matur sering
dengan hasil refleks fundus negatif.4
b. Penunjang
Glaukoma:
Pemeriksaan histologis: diagnostik parasentesis menunjukkan adanya makrofag yang
bengkak dengan materi lensa di dalamnya.3
Gambar 2.2.1. Pemeriksaan histologis:
6
Katarak:
Antara pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah biometri untuk mengukur
power Intraocular lens (IOL) jika pasien akan dioperasi katarak dan retinometri
untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi.4
1.1. Diagnosis
a. Working Diagnosis: Fakolitik Glaukoma OD, Katarak Senile Imature OS
Glaukoma:
Gambar 2.3.1. Glaukoma fakolitik
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda-tanda
dan gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dan lensa dengan
katarak hipermatur disertai masa seperti susu (lensa yang mencair keluar melalui
kapsul utuh mengalami degenerasi) di dalam bilik mata depan.5
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa anterior,
dan memungkinkan protein-protein lensa yang mencair masuk ke dalam bilik mata
depan. Terjadi reaksi peradangan di bilik mata depan, anyaman trabekular menjadi
edema dan tersumbat oleh protein-protein lensa, dan menimbulkan peningkatan
tekanan intraokular akut. Ekstrasi lensa merupakan terapi definif, dilakukan segera
7
setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis dan terapi steroid topikal telah
mengurangi peradangan intraokular.6
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah:
1. Peredaran dan regulasi darah yang kurang akan menambah kerusakan
2. Tekanan darah rendah atau tinggi
3. Fenomena autoimun
4. Degenerasi primer sel ganglion
5. Usia di atas 45 tahun
6. Riwayat glaukoma pada keluarga
7. Miopia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut terbuka
8. Hipermetropia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut tertutup
9. Paska bedah dengan hifema atau infeksi
10. Berdasarkan epidemiologi:
a. Etnis afrika disbanding dengan kaukasia pada glaukoma sudut terbuka primer
adalah 4:1
b. Glaukoma berpigmen terutama terdapat terdapat pada etnis kaukasus
c. Pada etnis Asia, glaukoma sudut tertutup lebih sering daripada sudut terbuka.
Sangat penting mengetahui resiko mendapat glaukoma. Ancaman yang besar adalah
jika penderita tidak menyadari bahwa ia menderita glaukoma. Pada penderita
glaukoma sudut terbuka, sering didapatkan pada kondisi yang sudah lanjut karena
gejalanya tidak dirasakan. Hal yang memperberat resiko glaukoma adalah:
a. Tekanan bola mata, makin tinggi, makin berat
b. Makin tua, makin berat
c. Resiko kulit hitam 7 kali dinbanding kulit putih
d. Hipertensi memiliki resiko 6 kali lebih sering
e. Kerja las, 4 kali lebih sering
f.Penderita mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
g. Penggunaan tembakau 4 kali lebih sering
h. Myopia, resiko 2 kali lebih sering
i.Diabetes mellitus, 2 kali lebih sering
8
Tanda dini glaukoma tidak boleh diabaikan, karena pemeriksaan yang dini akan
memiliki prognosis yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan
terhadap glaukoma secara teratur setiap tahun untuk pencegahan.5
Katarak:
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun.
Katarak senilis secara klinik dikenal 4 stadium yaitu insipient, imatur, intumesen,
matur, hipermatur dan morgagni.5
Gambar 2.3.2. Katarak senilis
Tabel 2.3.1. Perbedaan stadium katarak senilis:
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma
9
b. Differential Diagnosis:
Lens Induced glaucoma ( Glaukoma Fakomorfik, Glaukoma Fakolitik, dan
Fakotoxic Glaukoma )
Glaukoma Fakomorfik
Definisi: Glaukoma fakomorfik, seperti yang digambarkan oleh terminologinya
(fako: lensa; morfik: bentuk) merupakan glaukoma yang berkembang sekunder
dikarenakan oleh perubahan bentuk lensa. Glaukoma sudut tertutup yang dapat
terjadi secara akut, subakut, ataupun kronik oleh karena katarak matur atau
intumesen.
Epidemiologi: Glaukoma dapat terjadi pada ras apapun, jenis kelamin apapun, dan
lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut dengan katarak senilis, namun juga
dapat terjadi pada pasien usia muda yang menderita katarak traumatika atau
katarak intumesen yang berkembang secara cepat.
Manifestasi klinik:
Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut,
pandangan kabur, melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar cahaya,
mual, dan muntah.
Pasien secara umum mengalami penurunan visus sebelum episode akut
dikarenakan adanya riwayat katarak.
Tingginya tekanan intraokuler (TIO) lebih dari 35 mmHg.
Pupil mid dilatasi, ireguler.
Edema kornea.
Injeksi konjungtiva dan silier.
Bilik mata depan yang dangkal.
Pembesaran lensa dan letak lensa yang lebih ke depan.
Pembentukan katarak yang tidak equal pada kedua mata.7
Glaukoma Fakotoxic
10
Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO
karena menutup pupil atau sudut bilik depan.
Uveitis Fakoanafilaktif
Protein lensa dapat menyebabkan reaksi fakoanafilaktik, dalam hal ini terjadi
uveitis. Protein dan debris seluler menempati sistem ekskresi dan menutup aliran
akuos.
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar
(iridoskliutis) biasanya unilateral dengan onset akut.
Gejala Khas :
1. Mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair dan
mata merah
2. Sukar melihat dekat akibat meradangnya otot-otot akomodasi
3. Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada otot sfingter pupil dan
terdapatnya edem iris.
4. Tekanan bola mata meningkat menunjukan terjadinya gangguan pengaliran keluar
cairan mata oleh sel radang atau perlengketan yang terjadi pada sudut bilik mata
5. Berlangsung hanya antara 2-4 minggu.6
1.2. Etiologi
Glaukoma:
Katarak matur (seluruhnya opak)
Katarak hipermatur (korteks cair dan nucleus yang mengambang bebas)
Likuefeksi fokal katarak imatur (jarang)
Dislokasi lensa yang katarak di vitreus3
Katarak:
Penyebab sebenarnya katarak hingga kini belum diketahui pasti. Namun diperkirakan
adanya hubungan dengan konsep penuaan. Antaranya adalah teori putaran biologik, teori
mutasi spontan, teori a free radical dan teori a cross-link.
11
Teori putaran biologi. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali sebelum
jaringan mati. Sistem imunologis pula akan bertambah cacat dengan bertambahnya usia.
Akibatnya, sel akan mengalami kerusakan.
Teori a free radical . Radikal bebas terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif
kuat. Reaksi antara radikal bebas dengan molekul normal akan mengakibatkan
degenerasi. Namun, radikal bebas dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E.
Teori a cross-link. Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat
dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi normal sel.5
Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti katarak traumatik yang disebabkan
oleh riwayat trauma/cedera pada mata, katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit
lain, seperti penyakit atau gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes mellitus, katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi, katarak kongenital
yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kebiasaan buruk seperti merokok dan
mengonsumsi alkohol, kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E, katarak
yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti seperti obat-obat
golongan statin dan squalene synthase inhibitor. Squalene merupakan enzim yang
terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau
penghambatan enzim squalene synthase akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat
memicu terjadinya katarak.
1.3. Epidemiologi
Glaukoma:
Glaukoma fakolitik adalah jarang di negara maju, seperti Amerika Serikat, karena
akses yang lebih besar untuk perawatan kesehatan dan sebelumnya operasi katarak.
Glaukoma fakolitik lebih sering terjadi di negara-negara terbelakang.
Kebanyakan kasus katarak setelah ekstrasi menunjukkan peningkatan yang sangat
baik dalam visus.
Glaukoma fakolitik biasanya terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Pasien
termuda yang dilaporkan adalah usia 35 tahun.3
12
Katarak:
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari
seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan
10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.
1.4. Patofisiologi
Katarak:
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Diduga
adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak
senilis dan belum sepenuhnya diketahui.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda
dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada
lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada
saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul
yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan
sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan
pembentukan pigmen pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa
mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses
ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih
dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa
seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan
semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.
Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi
faktor risiko perembangan katarak sinilis.6
13
Glaukoma:
Pada katarak matur dan hipermatur, protein tersebut dapat keluar melalui defek
mikroskopik pada kapsul lensa dan beredar di bilik mata depan.
Protein lensa di BMD (agen kemotaktik) FAGOSITOSIS Akumulasi makrofag
Sumbat Trabecular Meshwork TIO meningkat.
Berbeda dengan beberapa bentuk glaucoma yang dicetuskan oleh lensa (misalnya,
glaucoma partikel lensa, glaucoma facoanafilatic), glaucoma fakolitik terjadi pada lensa
katarak dengan kapsul lensa utuh. Terjadi obstruksi jalan keluar oleh protein lensa yang
dibebaskan dari efek mikroskopis dalam kapsul lensa. Protein berat molekul tinggi yang
ditemukan lensa katarak menghasilkan obstruksi aliran keluar perfusi yang serupa dengan
yang ditemukan di glaucoma. Fakolitik makrofag dipercaya menjadi respons alami
terhaap protein lensa di dalam ruang anterior daripada penyebab obstruksi aliran keluar.3
1.5. Manifestasi Klinis
Glaukoma:
Tiba-tiba mata merah dan nyeri
Visus menurun sudah sangat lama
Hiperemi siliar dan konjungtiva
Slit lamp : edema kornea
14
BMD : flare, sel-sel yg besar, KPs (-), material putih pseudohipopion, partikel
warna- warni (hyperrefringent).
Gambar 2.7.1. Pasien dengan glaukoma fakolitik menunjukkan adanya inflamasi,
edema kornea, material putih pada bilik mata depan dan membentuk pseudohipopion
dan katarak matur.
Lensa katarak matur / hipermatur
TIO sangat tinggi
Sudut bilik mata depan terbuka8
Katarak:
Pandangan kabur
Pengihatan silau
Sensitifitas terhadap kontras
Miopisasi
Variasi diurnal penglihatan
Distorsi
Halo
Diplopia monokuler
Perubahan persepsi warna
Bintik hitam
15
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia
lebih dari 60 tahun.6
1.6. Penatalaksanaan
a. Medika Mentosa
Glaukoma:
Acetazolamide langsmig 500 mg (2 tablet), kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Antiglaukoma
Beta bloker, berfungsi untuk mengurangi produksi aqueus humor.
Timolol maleat atau hemihydrates (Timoptic XE, Timoptic, Betimol)
Dapat mengurangi TIO yang tinggi dan normal, dengan atau tanpa glaukoma,
dengan cara menghambat aliran. Dosis 1 tetes sebesar 0,25% atau 0,5 tiap 12
jam pada mata yang terkena.
Agen hiperosmotik
Membuat gradien osmotik antara cairan mata dan plasma. Tidak untuk
penggunaan jangka panjang. Tekanan osmose plasma meningkat sehingga
menarik cairan dari dalam mata.
Gliserin I - 1.5 ml/kgBB dalam bentuk 50% larutan (dicampur cairan sari
buah dsb dengan jumlah yang sama) diminum sekaligus. Bila cairan gliserin
sukar diminum karena sangat mual/muntah, dapat diberi Mannitol 1 – 2
gram/kgBB 20% daiam infus dengan kecepatan 60 tetes/menit.
Steroid topikal
Mengurangi mata nyeri dan peradangan intraokuler.
Prednisolone oftalmik (Pred forte)
Mengobati peradangan mata akut setelah operasi. Mengurangi peradangan dan
neovaskularisasi kornea. Menekan migrasi leukosit polymorphonuclear dan
membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler. Dalam kasus infeksi bakteri,
harus digunakan secara bersamaan dengan agen anti-infeksi, jika tanda-tanda
dan gejala tidak membaik setelah 2 hari, pasien dievaluasi kembali. Dosis
dapat dikurangi, tetapi sarankan pasien untuk tidak menghentikan terapi
sebelum waktunya.3
16
Katarak:
Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat aldose
reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol,
menunjukkan pencegahan katarak karena gula pada hewan. Agen antikatarak lainnya
termasuk sorbitol-lowering agent, aspirin, glutathion-raising agent dan antioksidan
vitamin C dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat memperlambat proses
pengeruhan antara lain Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni.
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan alat bantu
optik bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8, dan 4x lebih
dekat ke objek, penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja
dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang
gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna, intensitas dan jarak
cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada kondisi terang, penggunaan
lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.5
b. Non-Medika Mentosa
Glaukoma:
Bila TIO sudah turun 30 mmHg, dapat dilakukan pembedahan ekstraksi katarak.8
Perlakuan definitif glaukoma fakolitik adalah ekstraksi katarak, ekstrakapsular
ekstraksi katarak (misalnya, fakoemulsifikasi) dengan implant lensa intraokular.
Jika glaukoma fakolitik disebabkan oleh lensa yang mengalami dislokasi ke
rongga vitreous, prosedur pilihan adalah Pars Plana vitrectomy dengan
pemindahan lensa dari dalam rongga vitreous.3
Operasi ekstraksi katarak: - ICCE
- ECCE
- SICS
- Fakoemulsifikasi
Apapun teknik operasi yang digunakan saat melakukan ekstraksi katarak pada
penderita glaukoma fakolitik, hal penting yang harus dilakukan adalah irigasi yang
17
adekuat untuk mengeluarkan semua material lensa yang berada di bilik mata depan
sehingga peningkatan tekanan intraokuler setelah operasi dapat dihindari.
Gambar 2.8.1. Pasien glaukoma fakolitik setelah lima bulan menjalani capsuler lens
extraction dan implantasi IOL posterior chamber pada mata yang sama:
Katarak:
Sebelum pembedahan dilakukan anestesi diperlukan sebagai pelancar prosedur. Ada
dua teknik anestesi untuk operasi katarak yaitu anestesi lokal dan umum. Anestesi
lokal paling sering digunakan menggunakan Lidokain + Markain dengan nisbah 1:1
subkonjungtiva. Manakala anestesi umum digunakan pada bayi, anak dan pasien yang
tidak kooperatif.
Tindakan operasi melibatkan pengangkatan lensa dan mengganti dengan lensa buatan.
Ada dua jenis pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa yaitu ECCE
dan ICCE.
Teknik-teknik pembedahan katarak:
Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi limbus
superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih dapat
18
dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus.
Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi yang
mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180º
dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan
yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris,
dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi
intraoperatif dan komplikasi dini.
Operasi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan
tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior.
Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat
dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden komplikasi
paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan
metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.
Gambar 2.8.2. ECCE:
Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan
kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna
19
untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa
dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu
mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-
kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk
katarak senilis yang padat.
Gambar 2.8.2. Fakoemulsifikasi:
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kehilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat
ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.6,7
Tabel 2.8.1.Perbandingan ECCE dengan ICCE:
ECCE ICCE
Pengeluaran lensa Nucleus dikeluarkan dari
kapsul, korteks disuction
Lens dikeluarkan secara in toto
Kapsula posterior & zonula
zinii
Intak Dikeluarkan
20
Incisi Lebih kecil (8 mm) Lebih besar (10 mm)
Iridektomi perifer Tidak dilakukan Dilakukan untuk menghindari
glaukoma karena blokade pupil
Instrumen (rumit) Diperlukan Tidak diperlukan
Waktu Lebih lama Lebih singkat
Implantasi IOL Posterior chamber Anterior chamber (Pseudo-
phakic Bullous Keratopathy)
Teknik Lebih sulit Lebih mudah
Biaya Lebih banyak Lebih sedikit
Komplikasi yang
meningkat
After-Cataract 1. Prolaps & degenerasi
vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular Glaucoma
in Proliferative Diabetic
Retinopathy
Komplikasi yang
berkurang
Seluruh komplikasi yang
disebutkan pada ICCE
After-Cataract
Indikasi Prosedur rutin untuk semua
jenis katarak (kecuali bila
merupakan komplikasi)
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
21
bagian zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced
Uveitis
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula anterior
yang tebal
5. korpus alienum intra-
lentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior lensa.
Kontraindikasi 1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa
(>1/3 bagian zonula
rusak)
Pasien berusia < 35 tahun
dimana terjadi perlengketan erat
antara lensa dan vitreus
(Ligament of Weigert)
1.7. Komplikasi
Glaukoma:
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Agen topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia.
Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan atau neurologis.5
Kehilangan penglihatan akibat glaukoma yang tidak terkontrol dan atau edema kornea
yang persisten.
Komplikasi operasi, seperti perdarahan suprakoroidal, ruptur kapsul, trauma kornea,
prolaps vitreus.
22
Katarak:
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa.
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaucoma.
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.7
1.8. Pencegahan
Glaukoma:
Mata yang tidak dalam serangan diberikan miotika untuk mencegah. Perawatan pada
mata yang tidak menunjukkan gejala dilakukan dengan miotika bila mata sebelahnya
masih dalam serangan akut. Pasien glaukoma sudut sempit sebaiknya dapat mengelola
emosi, misalnya ada rasa takut dan bingung, karena itu dapat memicu serangan akut.
Pasien tidak membaca dekat, karena mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan
23
menimbulkan serangan pada blokade pupil. Kemudian, pemakaian obat simpatomimetik
harus dihindari.9
Katarak:
Proses penuaan tidak dapat mencegah terjadinya katarak. Jadi pemeriksaan mata setiap
tahun secara teratur sangat dianjurkan pada usia 60 tahun keatas untuk mengetahui
adanya katarak. Langkah yang bisa diambil untuk memeperlambat terjadinya katarak
adalah dengan tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah. Lakukan pola makan yang
sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Lindungi mata dari sinar matahari,
karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata dan jagalah kesehatan tubuh seperti
diabetes mellitus dan penyakit lainnya.
1.9. Prognosis
Glaukoma:
Prognosis glaukoma fakolitik baik, dimana kebanyakan pasien dilaporkan mengalami
kemajuan visus setelah ekstraksi katarak dan implantasi lensa intraokuler, namun
demikian pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan visus tidak mengalami
kemajuan.7
Katarak:
Pasien katarak senilis dengan pembedahan ECCE standar yang tanpa komplikasi
menjanjikan prognosis yang baik. Sekurang-kurangnya peningkatan 2 baris pada uji
Snellen chart. Pasien katarak senilis dengan faktor resiko seperti diabetes mellitus dan
retinopati diabetikum memberikan prognosis kurang baik terhadap penglihatan pasien.8
2. PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda-tanda dan
gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dan lensa dengan katarak
hipermatur disertai massa seperti susu di dalam bilik mata depan.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
2.2. Saran
24
Glaukoma fakolitik dan katarak senilis merupakan penyakit yang bisa mengenai siapa
saja apabila usia mulai meningkat. Tidak hanya dijanjikan mengenai penderita dengan
penyakit mata atau sistemik lain. Jadi sebaiknya dilakukan langkah pencegahan bukan
hanya apabila telah masuk usia tua, pencegahan juga bisa dimulakan dari usia muda
dengan melakukan pola makan dan hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santoso M. Pemeriksaan Fisik Diagnosis. Anamnesis, Pemeriksaan Organ Sistem. Jakarta:
Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia; 2004.hlm.76-78.
2. James B, Chew C, Bron A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Lecture Notes: Oftalmologi.
Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.hlm.30-33.
3. Chen TC. Lens-Induced Glaucomas: Surgical Technique and Comlications. Middle East J
Ophthalmology. May 2004; 12 (1), 40-52.
4. Pemeriksaan Katarak. Edisi 2011. Diunduh dari
http://www.inascrs.org/doc/PPM_1_katarak_rev03.pdf, 13 Maret 2012.
5. Ilyas HS, Yuliant SR. Ilmu Penyakit Mata. Glaukoma. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI, 2011; 169-172, 209-210, 216-221.
6. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Glaukoma. Edisi 17.
Jakarta: EGC, 2009; 212-228.
7. Senile cataract. Diunduh dari : www.emedicine.com/senilecataract, 10 Maret 2012.
8. Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran ECG; 2010. hlm.30-58.
9. Katarak. 2008. Diunduh dari: http://kinton.multiply.com/reviews, 10 Maret 2012.
25