Pbl Blok 19 Tof
-
Upload
ruby-wright -
Category
Documents
-
view
60 -
download
5
description
Transcript of Pbl Blok 19 Tof
Penyakit Jantung Bawaan dengan Sianosis
Lydia Margaretha
10-2010-136
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat. Email: [email protected]
Pendahuluan
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah
defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang
10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik
Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke
kiri.
Sebagian kecil bayi atau anak dengan penyakit jantung bawaan mengalami sianosis
sentral akibat darah yang tidak tersaturasi oksigen memitasi paru – paru. Meskipun anak yang
menderita kelainan ini mungkin tampak sangat biru, namun anak tersebut dapat sangat sehat
sewaktu istirahat. Tetapi bila kebutuhan oksigen tubuh meningkat selama aktivitas, anak
tersebut menjadi sangat amat mudah lelah dan sesak napas. Walaupun saturasi oksigen arteri
mungkin amat rendah, kecerdasan anak biasanya normal. Polisitemia sekunder terjadi karena
hipoksia kronis. Hal tersebut pada mulanya menguntungkan anak karena polisitemia akan
meningkatkan jumlah oksigen actual yang diangkut dalam darah. Namun, jika hematokrit
melampaui batas tertentu, viskositas darah akan meningkat yang mengakibatkan
kecenderungan terjadinya thrombosis, terutama pada pembuluh darah otak. Emboli akbat
thrombosis dan perdarahan akibat koagulopati konsumtif juga diketahui merupakan
komplikasi penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan sianotik dapat dibagi
dalam 2 jenis. Pada jenis yang pertama, paru-paru mengalami penurunan perfusi karena pirau
darah dari kanan ke kiri memintas paru-paru. Tetralogi fallot merupakan contoh yang
tersering yang akan dibahas dalam makalah kali ini.
1
ANAMNESIS
Anamnesis yang dilakukan menyangkut anamnesis pediatrik secara menyeluruh
kemudian baru dilakukan anamnesis khusus yang mengarah pada kelainan kardiovaskuler.
Bila terjadi sianosis maka perlu ditanyakan kapan mulai timbul, frekuensinya, lamanya setiap
kali serangan dan faktor pencetusnya. Ada atau tidaknya hambatan perkembangan diketahui
dengan menanyakan perkembangan fisis, motorik serta mental dan kemudian
membandingkannya dengan nilai-nilai normal untuk umur yang sesuai.1,2,3 Pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diajukan seperti:
Apakah anak sering infeksi pernafasan berulang, seperti batuk?
Apakah pada masa kehamilan, ibu terpapar radiasi, virus, atau obat tertentu (riwayat
kehamilan)?
Apakah anak dapat beraktivitas secara aktif ?
Apakah saat aktivitas berat anak sering mengeluh sesak? (karena inadekuat O2 ke
jaringan).
Apakah setelah menangis, anak tampak membiru?
Apakah ada keterlambatan dalam pertumbuhan anak dibandingkan dengan anak
seusianya? Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat
sedikit.
Apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies, lahir dalam keadaan
meninggal karena penyakit jantung kongenital. Dan ditanyakan apakah terdapat
anggota keluarga yang lain mengalami penyakit jantung, seperti hipertensi,
arterosklerosis, stroke, PJB, aritmia, dll.
Apakah anak mengeluh nyeri dada? Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia
pada otot jantung.
Apakah anak ada berkeringat secara abnormal (berlebihan)? Berkeringat secara
abnormal biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongesti.
PEMERIKSAAN FISIK1,2,3
Inspeksi
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh.
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
2
Skoliosis (ke arah kanan)
Serangan sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
kusmaul,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali.
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi
Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri
Auskultasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini adalah
bising stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah dari
ventrikel kanan yang menuju ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami
turbulensi karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir
sama. Pada serangan anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru
sangat sedikit/tidak ada)
Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat).
Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah
PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4
Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH, pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
3
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan
sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit
merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan
hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi
oksigen yang rendah. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas
tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang
dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Radiologi
Secara roentgenografi, konfigurasi khas seperti terlihat pada pandangan
anteroposterior terdiri atas dasar sempit, cekungan tepi kiri jantung pada daerah
yang biasanya ditempati oleh arteria pulmonalis, dan ukuran jantung normal.
Ventrikel kanan yang hipertrofi menyebabkan bayangan apeks bundar terangkat
sehingga ia terletak lebih tinggi di atas diafragma normal. Siluet jantung mirip
dengan siluet sepatu boot atau sepatu kayu. Derah hilus dan lapangan paru-paru
relatif terang, karena aliran darah pulmonal mengurang dan/atau ukura arteria
pulmonalis kecil. Aorta biasanya besar, dan pada sekitar 20% kasus arkus aorta ke
kanan bukannya ke kiri, hasil ini pada suatu lekukan posisi-ke arah-kiri bayangan
trakeobronkial terisi udara pada pandangan anteroposterior atau dapat dikonfirmasi
dengan perpindahan tempat esophagus berisi barium ke kiri.
Elektrokardiogram
Elektrokardiogram menampakkan deviasi sumbu ke kanan dan bukti adanya
hipertrofi ventrikel kanan. Yang terakhir ini terdapat pada hantaran dada prekordial
kanan, konfigurasi kompleks QRSnya adalah Rs, R, qR, qRs, atau rsR’ dan
gelombang T dapat positif. Gelombang P tinggi dan runcing atau kadang-kadang
bifida.
Ekokardiografi
Ekokardiografi dua dimensi dapat menegakkan diagnosis dan memberi informasi
mengenai luas penumpangan aorta pada sekat, lokasi dan derajat penyumbatan
saluran aliran keluar ventrikel kanan, ukuran cabang paroksismal arteria pulmonalis,
dan sisi arkus aorta. Ekokardiografi juga berguna dalam menentukan apakah duktus
arteriosus paten memasok sebagian aliran darah pulmonal. Ekokardiografi ini dapat
meniadakan keharusan untuk kateterisasi.4
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot.
Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding
depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal
seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel
kanan dan arterial pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan. Memperlihatkan
dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran
arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.
Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
Kateterisasi jantung akan mengungkapkan hipertensi sistolik dalam ventrikel kanan
yang sama besarnya dengan tekanan darah sistemik disertai penurunan tekanan yang
mencolok ketika kateter tersebut memasuki ruangan infundibulum atau arteri
pulmonalis. Tekanan darah rata rata dalam arteri pulmonal biasanya sebesar 5-10
mmHg, tekanan darah di dalam atrium biasanya normal. Aorta mungkin dengan
mudah dapat dimasuki dari bilik kanan melalui cacar septum ventrikel tersebut.
Tingkat kejenuhan oksigen arteri tergantung atas pintasan dari kanan ke kiri; pada
waktu istirahat besarnya 75-85%. Contoh darah dari kedua pembuluh vena kava,
atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis seringkali mengandung kadar
oksigen yang sama, sehingga memberikan indikasi mengenai tidak adanya pintasan
dari kiri ke kanan dapat diperlihatkan pada tingkat ventrikel. Diperlukan sebelum
tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Melihat ukuran arterial pulmonalis. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.
Ventrikulografi kiri
5
Ventrikulografi kiri memperagakan ukuran ventrikel kiri, posisi VSD, dan
penumpangan aorta; ia juga memperkuat keterlanjutan mitral-aorta,
mengesampingkan ventrikel kanan saluran keluar ganda. Aortografi atau
aorteriografi koroner akan menggambarkan perjalanan arteria koronaria. Pada 5-
10% penderita dengan tetralogi Fallot, arteria koronaria utama melewati di atas
saluran aliran keluar ventrikel kanan; arteri ini harus tidak dipotong selama
perbaikan bedah. Penggambaran arteri koronaria normal dengan angiografi adalah
paling penting ketika memikirkan pembedahan pada bayi muda yang dapat
memerlukan tambalan melewati anulus katup pulmonal.
DIAGNOSIS KERJA
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan maka diagnosis kerjanya à
Tetralogi Fallot.
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam
menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai
berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Tetralogi Fallot (TOF)
adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan
pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum
intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit
sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan
anatomi sebagai berikut :2,3,4
Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel.
Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan katup pembuluh darah yang keluar
dari ventrikel kanan menuju paru, bagian otot dibawah katup juga menebal dan
menimbulkan penyempitan.
Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat ventrikel, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
ventrikel kanan.
6
Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.2,3
Gambar 1. Jantung Normal dan Jantung TOF
Sumber: google.com/tetralogi fallot.
Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta. Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi pada
5 dari 10.000 kelahiran hidup dan merupakan kelainan jantung bawaan nomor 2 yang paling
sering terjadi. Tetralogi Fallot umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya seperti
defek septum atrial.2,3—
DIAGNOSIS BANDING
Ventrikel Septal Defect (VSD)4,5
Defek kongenital sekat interventrikel merupakan lesi paling lazim dari semua lesi
jantung kongenital, meliputi sekitar 30-60% dari semua penderita dengan malformasi jatung
kongenital. Defek dapat terjadi di mana pun pada sekat interventrikel. Pada saat lahir, kira-
kira 65% dari defek ini terjadi dalam sekat muskular, tetapi karena biasanya menutup spontan
dalam 6 bulan setelah lahir, sekat membranosa menjadi tempat yang paling sering. Ukuran
defek bervariasi mulai dari lubang kecil sampai hampir sama sekali tidak memiliki sekat
interventrikel (ventrikel tunggal). Definisi anatomis yang tepat penting karena beberapa tipe
defek sekat ventrikel tertentu mempunyai insidens penutupa spontan yang tinggi, sementara
yang lain tidak dan karenanya lebih mungkin menimbulkan komplikasi. Sebagian besar defek
7
muskular (kecuali multipel, yang disebut keju swiss) dan perimembranosa memiliki peluang
penutupan spontan yang paling tinggi, tidak seperti defek subvalvular; yang terakhir ini
adalah defek subtrikuspid dan submitral besar, defek jalan keluar subarteri atau defek sekat
ventrikel subarteria dengan jalan keluar ganda. Penutupan spontan defek subpulmonal sering
disertai prolaps daun katup aortake dalam defek dengan pembentukan regurgitasi aorta.
Manifestasi klinis: Defek kecil dengan shunt dari kiri ke kanan dan tekanan arteria
pulmonalis normal adalah kejadian paling sering. Penderita-penderita ini tidak bergejala dan
lesi jantung biasanya ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin. Khas ada bising holosistolik
parasternalis kiri, keras, kasar, atau meniup, terdengar paling baik pada linea parasternlis kiri
bawah dan seringkali disertai dengan getaran (thrill). Pada penderita dengan VSD kecil,
roentgen dada biasanya normal, walaupun kardiomegali minimal dan penambahan
vaskularisasi paru yang tidak mungkin teramati. Elektrokardiogram biasanya normal, tetapi
mungkin memberi kesan hipertrofi ventrikel kiri. Adanya hipertrofi ventrikel kanan
merupakan peringatan bahwa defek tidak kecil bahwa hipertensi pulmonal ada atau bahwa
ada lesi yang menyertai misalnya mitral stenosis. Defek besar dengan aliran darah pulmonal
berlebih dan hipertensi pulmonal menyebabkan dispnea, kesukaran makan, pertumbuhan
jelek, perspirasi banyak, infeksi paru berulang, dan gagal jantung pada awal masa bayi.
Sianosis biasanya tidak ada, tetapi keabu-abuan kadang tampak selama infeksi atau
menangis. Pada VSD besar, rentgen menunjukkan kardiomegali yang menyolok dengan
penonjolan kedua ventrikel, atrium kiri, dan arteri pulmonalis. Corak vaskuler bertambah dan
mungkin ada edema paru yang jelas. Efusi pleura mungkin ada. Elektrokardiogram
menunjukkan hipertrofi biventrikuler, gelombang P mungkin berlekuk atau runcing (peaked).
VSD kecil
Diameter defek kecil yaitu 5-10 mm. besarnya defek bukan satu-satunya faktor yang
menentukan besarnya aliran darah. Pertumbuhan badan normal walaupun punya
kecenderungan timbulnya infeksi saluran nafas. Tidak perlu operasi karena 15% penderita
mengalami penutupan secara sempotan. Pada palpasi ditemukan impuls ventrikel kiri pada
apek kordis. Biasanya teraba getaran bising pada sela iga III dan IV kiri. Pada auskultasi,
bunyi jantung normal. Defek sedang terdengar bunyi jantung II agak lebih keras, “split”
sempit pada sela iga II kiri dekat sternum. Bunyi jantung I biasanya sulit dipisahkan dari
bising holosistolik. Bunyi maksimum pada sela iga III, IV, dan V langsung dekat dengan
8
sternum, menjalar terutama ke sela iga IV dan II kanan di samping sternum dan kearah apeks
kordis.
VSD besar
Diameter lebih daripada setengah ostium aorta. Tekanan di ventrikel kanan jelas
meninggi. Curah sekuncup melalui ostium pulmonalis paling sedikit 2x curah sekuncup yang
melalui ostium aorta. Secara klinis menunjukkan gejala nafas pendek, lekas lelah pada umur
sangat muda, sehingga mencul masalah makan. Serangan dispnoe paroksimal sering timbul.
Tanpa operasi harapan buruk. Pada inspeksi ditemukan pertumbuhan badan yang terhambat,
pucat, sering berkeringat, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, dan nafas
pendek. Pada palpasi ditemukan impuls jantung hiperdinamik kuar terutama yang timbul dari
ventrikel kiri. Karena defek besarm maka tekanan arteria pulmonalis tinggi akibatnya
penutupan katup pulmonal jelas teraba pada sela iga III kiri dekat sternum. Pada auskultasi
terdengar bunyi jantung I mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti “klik” sebagai
akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang
melebar. Bunyi jantung II mengeras terutama pada sela iga II kiri. Terdengarnya bising
holosistolik kasar derajat III-IV sepanjang tepi sternum kiri dengan pungtum maksimal di
sela iga IV.
Gambar 2. Ventrikel Septal Defek
Sumber: google.com/ventrikel septal defek.
Truncus Arteriosus3,4
Trunkus arteriosus, suatu lesi yang merupakan 2% dari semua lesi jantung kongenital,
ditandai dengan munculnya hanya satu trunkus arteri dari ruang ventrikel, dan pembuluh
9
darah ini memasok sirkulasi koroner, pulmonalis, dan sistemik. Katup trunkus dengan 3 atau
4 daun katup menumpangi defek sekat ventrikel, yang selalu ada. Arteri pulmonalis biasanya
keluar sebagai salah satu pembuluh darah atau sebagai dua pembuluh darah terpisah dari
dinding posterior atau lateral trunkus.
Ventrikel kiri dan kanan mengejeksi darah pada tekanan sistemik ke dalam trunkus
arteri komunis; dengan demikian arteri koroner, arteri pulmonalis, dan aorta mendapat
campuran darah vena dan teroksigenasi pada tekanan sistemik. Aliran darah pulmonal sangat
meningkat pada masa bayi karena biasanya ada cabang-cabang arteri pulmonalis primer
berukuran cukup dan tahanan vaskuler pulmonal pada mulanya tidak meningkat banyak.
Akibatnya sianosis minimal dan hemodinamik serta gambaran klinisnya menyerupai
hemodinamik dan gambaran klinis pirau besar kiri ke kanan. Sirkulasi pulmonal dapat
terestriksi pada beberapa pasien oleh perkembangan penyakit obstruktif vaskular pulmonal
atau kadang-kadang oleh arteri hipoplastik atau stenotik yang keluar dari trunkus; pada 16 %
penderita, satu arteri pulmonalis tidak ada.
Manifestasi klinis: tanda-tanda klinis trunkus arteriosus bervariasi sesuai umur,
tergantung pada tingkat tahanan vaskuler pulmonal. Pada masa neonatus, tanda gagal jantung
kongestif biasanya tidak ada, dan bising serta sianosis minimal merupakan tanda-tanda saat
datang. Pada sebagian besar bayi sesudah masa neonatus segera, aliran darah pulmonal deras
dan gambaran klinis didominasi oleh tanda-tanda gagal jantung kongestif: dispnea, kelelahan,
infeksi pernafasan berulang, dan pertumbuhan fisik jelek. Bila tidak ditangani penderita
biasanya meninggal selama masa bayi. Sianosis minimal. Jantung biasanya membesar dan
prekordium hiperdinamik. Bunyi jantung kedua keras dan tunggal. Bising ejeksi sistolik,
kadang disertai oleh getaran, biasanya dapat didengar sepanjang linea parasternalis kiri.
Gambar 3. Truncus Arteriosus
10
Sumber: google.com/truncus arteriosus
PATOFISIOLOGI4,5,6
Anulus katup pulmonalis mungkin berukuran hampir normal atau mungkin sangat
sempit. Katup sendiri seringkali bicuspid dan kadang-kadang merupakan satu-satunya tempat
stenosis. Lebih sering, ada hipertrofi muskulus subpulmonal, krista supraventrikularis, yang
turut menyebabkan stenosis infundibuler dan menimbulkan berbagai ukuran dan kontur ruang
infundibuler. Bila saluran keluar aliran ventrikel kanan tersumbat sempurna (atresia
pulmonal), anatomi cabang arteri pulmonalis sangat bervariasi, mungkin ada segmen batang
arteri pulmonalis yang berlanjut dengan aliran keluar ventrikel kanan, dipisahkan oleh katup
pulmonal fibrosa tetapi tidak berlubang, atau seluruh batang segmen arteria pulmonalis
mungkin tidak ada. Kadang-kadang cabang arteri pulmonalis dapat terputus. Pada kasus
berat, aliran darah pulmonal dapat dipasok oleh duktus arteriosus paten dan oleh arterial
kolateral aortopulmonal besar (major aortopulmonary collateral arteries =MAPCA) yang
keluar dari aorta.
VSD biasanya nonrestriktif dan besar, terletak tepat di bawah katup aorta, dan terkait
pada kuspid aorto posterior kiri dan kanan. VSD mungkin jarang berada pada bagian dalam
sekat ventrikel (varietas defek sekat atrioventrikuler). Keberlanjutan fibrosa katup mitral dan
aorta normal biasanya dipertahankan. Arkus aorta ada di sisi kanan pada sekitar 20% kasus;
akar aorta hampir selalu besar dan menumpang VSD sampai berbagai tingkat. Bila aorta
menumpang lebih daripada 50%, dan jika ada pemisah muskuler yang berarti antara katup
aorta dan annulus katup mitralis (konus subaorta), defek ini biasanya digolongkan sebagai
bentuk ventrikel kanan saluran keluar ganda; namun patofisiologisnya sama dengan tetralogi
Fallot.
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi perubahan
hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah yang berasal dari vena
cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian
masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan
sedangkan ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke
kiri sehingga timbul sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi
menurun sehingga terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
11
Aliran balik vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan normal. Bila ventrikel
kanan berkontraksi pada adanya stenosis pulmonalyang mencolok, darah melalui shunt VSD
ke dalam aorta. Akibatnya, desaturasi arteria dan sianosis menetap. Aliran darah pulmonal,
bila sangat dibatasi oleh penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan, dapat ditambah dengan
sirkulasi kolateral bronchial (MAPCA) dan terutama pada masa dekat neonates oleh PDA.
Tekanan sistolik dan diastolic puncak pada setiap ventrikel sama dan pada jajaran sistematik
terjadi perbedaan tekanan besar di sebelah saluran aliran keluar ventrikel kanan yang
tersumbat, dan tekanan arteri pulmonalis biasanya lebih rendah dari normal. Tingkat
penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan menentukan waktu mulainya gejala, keparahan
sianosis, dan tingkat hipertrofi ventrikel kanan. Bila penyumbatan pada aliran keluar
ventrikel kanan ringan sampai sedang dan ada keseimbangan shunt di sebelah VSD, penderita
mungkin tidak tampak sianosis (tetralogi Fallot asianotik “merah”).
MANIFESTASI KLINIS
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
Sesak saat beraktivitas
Berat badan bayi tidak bertambah
Pertumbuhan berlangsung lambat
Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
Kebiruan : Kebiruan akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu,
atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di
seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri
(right to left shunt). Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah
yang kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh
tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala
kebiruan.4,6
Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan berjongkok yang
justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang
terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari
12
ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan
semakin berat gejala yang terjadi.
Keluhan yang timbul mencerminkan derajat hipoksia. Saat dan beratnya gejala juga
bervariasi, dari yang mengalami sianosis dini dengan serangan anoksia yang berat dan
meninggal pada waktu umur 2-3 bulan, sampai ke keadaan ringan tanpa gejala. Pada kasus
yang berat, sianosis timbul bila pada minggu minggu pertama disertai serangan biru,
polisistemia dini dan penurunan toleransi latihan. Bila bayi dapat melampaui 2 tahun, gejala
tersebut akan berkurang, mungkin akibat terbentuknya kolateral.
Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi bayi dan anak anak yang mulai
belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring. Anak anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu
blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Secara khas, anak anak akan mengambil sikap
berjongkok / squatting untuk meringankan dan menghilangkan dispea yang terjadi akibat
aktivitas fisik. Biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktivitas fisiknya kembali dalam
beberapa menit 1 2 Squatting pada umumnya terdapat pada anak prasekolah, sedangkan anak
yang lebih besar jarang melakukannya karena malu.
Serangan dispnea paroksismal (serangan serangan anoksia “biru”) terutama
merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi
dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, penderita mulai sulit bernapas
dan disusul dengan terjadinya sinkop. Serangan serangan demikian paling sering terjadi pada
pagi hari. Serangan serangan tersebut dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa
jam dan kadang kadang berakibat fatal. Episode serangan pendek diikuti oleh kelemahan
menyeluruh dan penderita akan tertidur. Sedangkan serangan serangan berat dapat
berkembang menuju ketidaksadaran dan kadang kadang menuju kejang kejang atau
hemiparesis. Awitan serangan biasanya terjadi secara spontan dan tidak terduga. Serangan
yang terjadi itu mempunyai kaitan dengan penurunan aliran darah pulmonal yang memang
mengalami gangguan sebelumnya, yang berakibat terjadinya hipoksia dan asidosis metabolis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak dengan gangguan pertumbuhan dan mungkin
perkembangan tinggi badan dan keadaan gizi biasanya dibawah rata rata serta otot otot dari
jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak. Masa pubertas terlambat.
13
Tampak sianosis dari berbagai derajat. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi
dan tampak paling menonjol pada mukosa bibir dan mulut serta jari jari tangan dan kaki.
Pada kasus kasus berat, sianosis terjadi pada masa neonatal. Dengan adanya sianosis berat,
maka kulit tampak berwarna biru kehitaman dan sklera berwarna kelabu akibat kongesti
pembuluh pembuluh darah yang memberikan petunjuk adanya konjungtivitis ringan.
Pembentukan jari jari tabuh pada tangan dan kaki yang menjadi nyata menjelang usia 1-2
tahun. Pada anak besar dapat terlihat osteoartropati. Tekanan darah dan denyut nadi pada
umumnya normal, tetapi sianosis berat dan polisistemia yang berlangsung beberapa tahun
dapat menyebabkan hipertensi . Gigi geligi sering dalam keadaan buruk, seperti pada
kelainan jantung sianotik lainnya, akibat gangguan perkembangan email. Sering terjadi
hipertrofi gusi dan lidah menunjukan gambaran peta (geographic tongue). Dapat terjadi
kelainan ortopedi berupa skoliosis. Polisistemia dapat menimbulkan kelainan pada mata,
yaitu retinopati berupa pelebaran pembuluh darah retina. Tetralogi fallot jarang sekali
menyebabkan gagal jantung. Bila terdapat splenomegali harus dicurigai endokarditi.
Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan.
Pada pemeriksaan jantung biasanya jantung mempunyai ukuran normal dan impuls
apeks (ictus) tampak jelas. Suatu getaran sistolik (thril) dapat dirasakan pada 50% kasus di
sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke 3 dan ke 4. Bising sistolik yang
ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar; bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi
paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising tersebut dapat bersifat bising
ejeksi atau bising pansistolik serta dapat didahului dengan terdengarnya bunyi klik. Bising
sistolik tersebut disebabkan oleh turbulensi darah yang terjadi di atas lintasan aliran keluar
ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kiri
ke kanan. Bunyi jantung ke 2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katub aorta.
Bising sistolik tersebut jarang disertai bising diastolik; bising terus menerus dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior; bising tersebut dihasilkan oleh
pembuluh pembuluh darah kolateral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus
arteriosus menetap. Temuan ini sering didapatkan pada atresi paru.2,3,4,9
EPIDEMIOLOGI7
Tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak,
setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau
14
lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Di antara penyakit jantung
bawaan sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3nya.
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten. Di
US angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10000 kelahiran. Tetralogi fallot merupakan
penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita.
PENATALAKSANAAN8
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Medika Mentosa
Morphine sulfat 0,2 mg/kgBB subkutan terutama efektif dalam menghentikan
serangan lama atau berat.
Jika serangan berkepanjangan dan berat serta tidak berespon terhadap terapi
sebelumnya, akan terjadi asidosis metabolik, hal ini dikoreksi dengan Natrium
Bikarbonat 1 Meq/kg BB IV.
Oksigen harus diberikan untuk mengurangi dispnea dan sianosis, tetapi tidak
sangat membantu karena aliran darah pulmonal sangat rendah.
Bayi dengan penyumbatan saluran aliran keluar ventrikel kanan yang berat
dapat memburuk dengan cepat karena ketika duktus arteriosus mulai menutup
aliran darah pulmonal makin terganggu. Pemberian Prostaglandin E1 (0,05-0,20
µg/kg/men), suatu relaksan otot polos duktus yang kuat dan spesifik,
menyebabkan dilatasi duktus arteriosus dan memberi aliran darah pulmonal
yang cukup sampai prosedur bedah dapat dilakukan. Agen ini harus diberikan
secara intravena segera sesudah kecurigaan klinis penyakit jantung congenital
sianosis dibuat dan dilanjutkan selama kateterisasi jantung dan masa prabedah.
Pada beberapa bayi, terutama mereka yang dengan obstruksi muskular dinamis
saluran keluar ventrikel kanan, propanolol oral denga dosis 0,5-1,0 mg/kg yang
diberikan secara oral tiap 6 jam efektif dalam mencegah dan mengurangi
frekuensi serangan dispnea paroksismal.
15
Vasopresor dapat diberikan pada awal serangan atau jika terapi lain gagal;
metoksamin (Vasoxyl) 0,1 mg/kg IV atau 0,25 mg/kg IM; atau fenilefrin (Neo
Synephrine) 0,02 mg/kg IV atau 0,1 mg/kg IM; akan meningkatkan tahanan
sistemik, dengan demikian juga dapat meningkatkan aliran darah pulmonal.
Pada masa bayi serangan ini dapat dipercepat oleh anemia defisiensi besi
relative (hipokromik mikrositik) dan penderita ini harus mendapat terapi besi
sampai hematokrit mencapai kadar yang lebih sesuai yaitu 50-55%.
Non Medika Mentosa
Serangan dispnea paroksismal dapat ditangani dengan menempatkan bayi pada
abdomen dengan posisi lutut-dada (knee chest) atau dengan menahan bayi
dengan tungkai fleksi pada abdomen.
Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi
terjadinya endokarditis infektif atau abses otak.
Hindari dehidrasi.
Tindakan Pembedahan
Bedah paliatif
Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig) Shunt
yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan
a.subklavia dengan a.pulmonalis yang ipsilateral. Umumnya operasi paliatif
dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia a.pulmonalis dan pasien yang
sering mengalami sianotik. Selain BT Shuntter dapat pula Potts Shunt, Waterston
Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT Shunt merupakan yang paling sering
digunakan karena memberikan hasil yang paling baik. Tetapi BT Shunt juga
menimbulkan beberapa komplikasi walaupun angka kejadiannya sangat kecil.
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain : hipoplasia pada lengan, gangren
pada digitalis, cedera nervus frenikus, stenosis a.pulmonal.
Bedah Korektif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa
bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total
dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun. Terapi bedah yang
dipilih untuk Tetralogi Fallot adalah operasi koreksi tunggal dengan
16
penghilangan langsung obstruksi saluran keluar ventrikel kanan dan penambalan
defek sekat ventrikel.
PENCEGAHAN7,9
Penyebab penyakit jantung bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan
embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan :
Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB
oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
f. Terpajan radiasi (sinar X).
g. Gizi ibu yang buruk.
h. Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.
Maka untuk menghindari terjadinya penyakit jantung congetinal akan lebih baik untuk
menghindari beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan seperti diatas.
KOMPLIKASI dan PROGNOSIS2,3
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa prognosis pasien tetralogi fallot tanpa operasi
adalah tidak baik, meskupun hal ini bergantung pada beratnya stenosis pulmonal dan
terbentuknya sirkulasi kolateral. Pasien dengan dispnea jarang bertahan sampai besar. Pasien
tetralogi fallot derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun dan hanya sebagian kecil
yang hidup sampai dekade ketiga.
17
Rata-rata mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini tergantung kepada besar kelainan.
Ancaman pada anak dengan TF adalah abses otak pada umur sekitar 2-3 tahun. Gejala
neurologis disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak.
Jika pada bayi dengan TF terdapat gangguan neurologis, maka cenderung untuk diagnosis
thrombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF cenderung menderita
pendarahan banyak, karena mengurangnya trombosit dan fibrinogen. Kemungkinan timbul
endokarditis bakterialis selalu ada.
KESIMPULAN
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana
tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh
penyakit jantung bawaan. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri. Empat kelainan
struktural yang merupakan tetralogi: stenosis saluran keluar ventrikel kanan, defek septal ventrikel,
dekstroposisi aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Gejala-gejala khas pada tetralogi Fallot, seperti
sianosis spontan atau sesudah makan pagi atau setelah menangis yang lama. Penderita biasanya sering
mengambil posisi jongkok yang khas sesudah pengerahan tenaga. Hal ini mengakibatkan peningkata
saturasi oksigen arteri melalui peningkatan tahanan arteri sistemik dan penurunan aliran balik vena
sistemik. Untuk dapat memastikan tanda-tanda Tetralogi Fallot dapat dilakukan dengan pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium, elektrokardiogram, ekokardiografi, kateterisasi jantung,
maupun ventrikulografi. Oleh karena itu, penatalaksanaan pada tetralogi fallot harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit tetralogi fallot yang baik
agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot
sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hull David, Johnston Derek I. Dasar - dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC; 2008.h.
130-51.
18
2. Latief Abdul, Napitupulu Partogi M. Pudjiadi Antonius, Ghazali M.V. Putra Sukman
Tulus. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta : Universitas Indonesia; 2007.h.725-8.
3. Behrman Richard E. Vaughan Victor. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: ECG;
2005.h.726-33.
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Volume 2. Jakarta:
EGC; 2000.h.1601-3, 1578-9,1615-6
5. Rubenstein David, Wyne David, Bradley John. Kedokteran Klinis. Edisi 6. Jakarta:
Erlangga; 2007.h.329-4.
6. Stanley L. Robbins, Ramzi S. Cotran, Vinany Kumar. Buku saku dasar patologi
penyakit. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2005.h.349-50.
7. Gusty. Reni Prima, dkk. 2010. Asuhan keperawatan anak dengan Tetralogi Fallot.
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-gwtp250.htm.
(diunduh tanggal 23 September 2012).
8. Bambang M, Sri endah R, Rubian S. Penanganan penyakit jantung pada bayi dan anak.
Jakarta: EGC; 2005.h.206-13.
9. Alpers, Ann. Buku ajar pediatric Rudolph. Jakarta: EGC; 2007.h.1647-9, 1662-3.
19