pbl blok 18

42
Pendahuluan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme. Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru. Udara melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan oksigen ke jaringan tubuh dan pelepasan karbondioksida ke udara. Semua proses yang terjadi juga dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan zat-zat yang terkandung dalam tubuh. Selain itu pernapasan juga didukung oleh otot dan tulang pembentuk rongga dada. Jika pada sistem pernapasan mengalami gangguan seperti infeksi ataupun non infeksi maka sistem pernapasan tersebut tidak dapat berfungsi sempurna. Anatomi Fisiologi Pernapasan a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu- bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior

description

pneumonia

Transcript of pbl blok 18

Pendahuluan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru. Udara melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan oksigen ke jaringan tubuh dan pelepasan karbondioksida ke udara. Semua proses yang terjadi juga dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan zat-zat yang terkandung dalam tubuh. Selain itu pernapasan juga didukung oleh otot dan tulang pembentuk rongga dada. Jika pada sistem pernapasan mengalami gangguan seperti infeksi ataupun non infeksi maka sistem pernapasan tersebut tidak dapat berfungsi sempurna.Anatomi Fisiologi Pernapasan a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.b. Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. c. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.d. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.e. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.f. Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Skenario 1 Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun. Pada pemeriksaan fisik didapati compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-), BB 12 kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5 derajat celcius, pernapasan cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan wheezing pada kedua lapang paru.

Working Diagnosa : PneumoniaPneumonia Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:1. Pneumonia lobaris Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis) Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.3. Bronkopneumonia.Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus (A. Aziz Alimul Hidayat :2006)Klasifikasi PneumoniaBerdasarkan umur1) Kelompok usia < 2 bulana. Pneumonia BeratPneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. b. Bukan PneumoniaJika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.2) Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahuna. Pneumonia sangat beratBatuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.b. Pneumonia beratBatuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.c. PneumoniaBatuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.e. Pneumonia persistenBalita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO, 2003).Berdasarkan klinis dan epidemiologisa. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial pneumonia).c. Pneumonia Aspirasi.d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.Berdasarkan agen penyebaba. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydiac. Pneumonia virusd. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita daya tahan tubuh lemah

EpidemiologiPneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai teman pada usia lanjut. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25 44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68 114 per 1000 orang. Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%.Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.ETIOLOGI Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh faktor infeksi bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Sebagian kecil oleh penyebab lain atau non infeksi seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi). Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya. Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.a. Faktor infeksi :1. BakteriPneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae yang sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.

2. VirusSetengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.3. MikoplasmaMikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.4. ProtozoaPneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.2. Faktor Non Infeksi.Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :1. Bronkopneumonia hidrokarbon :Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).2. Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan . Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara lain:a. Status gizi bayiStatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.b. Riwayat persalinanRiwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm.c. Kondisi sosial ekonomi orang tuaKemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia. d. Lingkungan tumbuh bayiLingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat.e. Konsumsi ASI Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

PatofisiologisPada umumnya Penyakit pneumonia merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 2002).

Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet). Bakteri masuk ke dalam paru-paru melalui udara, akan tetapi kadang kala juga masuk melalui sistem peredaran darah apabila pada bagian tubuh kita ada yang terinfeksi. Sering kali bakteri itu hidup pada saluran pernafasan atas yang kemudian masuk ke dalam arteri. Ketika masuk ke dalam alveoli, bakteri melakukan perjalanan diantara ruang antar sel dan juga diantara alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun melakukan respon dengan cara mengirim sel darah putih untuk melindungi paru-paru. Sel darah putih (neutrofil) kemudian menelan dan membunuh organisme tersebut serta mengeluarkan sitokin yang merupakan hasil dari aktivitas sistem imun itu. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya demam, rasa dingin (menggigil), lemah yang merupakan gejala umum dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Neutrofil, bakteri, dan cairan mempengaruhi keadaan sekitarnya dan juga mempengaruhi transportasi O2.Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :1. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.2. Stadium II (48 jam berikutnya)Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 3. Stadium III (3 8 hari)Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu, permukaan alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.4. Stadium IV (7 11 hari)Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.Manifestasi KlinikSecara umum dapat dibagi menjadi :a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.b. Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah dan ronki.d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus(meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratoriumPada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun . Peningkatan LED ,Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karna suhu yang naik. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.2. Pemeriksaan RadiologisPola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.

3. Pemeriksaan BakteriologisBahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.4. Pemeriksaan KhususTiter antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

Penatalaksanaan Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.1. Pneumonia rawat jalanPada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP 20 mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S. Pneumoniae dan bakteri atipik.2. Pneumonia rawat inapPilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi .Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari.Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa klavulanat. Pada kasus yang lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru intravena, sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan. Pencegahan Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :1. Perawatan Selama Masa KehamilanUntuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.2. Perbaikan Gizi BalitaUntuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada AnakUntuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila BatukBalita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar RumahUntuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia. 6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

Komplikasi 1. Efusi pleura2. Hipoksemia3. Pneumonia kronik4. Bronkaltasis5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).6. Komplikasi sistemik (meningitis)PROGNOSISSembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.Differensial Diagnosa :1. BronkitisBronkitis merupakan proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk yang produktif. Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas atas maupun bawah.(3) Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. .. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984).Definisi klinis dari bronchitis pada anak sampai saat ini masih belum jelas, tetapi banyak para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan gejala batuk, dengan atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum. Meskipun etiologi dari bronchitis masih sukar dijelaskan secara spesifik, dan beberapa studi menunjukkan bahwa bronchitis merupakan penyakit yang self-resolving, tetapi bronkitis ini pada umumnya disebabkan oleh patogen virus. Secara praktis, diagnosa bronkitis sering tercermin dari hasil pemberian resep berupa antibiotika tertentu yang diyakini membasmi jenis bakteri penyebab penyakit ini.(4) Jaringan teriritasi dan memproduksi banyak lendir. Hal ini banyak terjadi pada anak-anak yang menjadi perokok baik perokok primer maupun sekunder dan tinggal di lingkungan yang banyak terpolusi.(2)

Bronkitis dibagi 2 berdasarkan proses berlangsungnya(3)1. Bronkitis Akut2. Bronkitis KronikBronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari hingga 3 minggu)EtiologiVirus merupakan penyebab tersering (rhinovirus, respiratoru sincytial virus (RSV), para influenza, influenza, adeno, morbilli, dan coxsackie virus). Virus yang menyebabkan flu atau pilek seringkali menyebabkan juga bronkitis akut. Selain itu bronkitis akut selalu terdapat pada anak yang menderita morbilli, pertusis, dan infeksi mycoplasma pneumonia.(2). Penumokokus, stafilokokus, haemophilus influenzae dan berbagai streptokokus dapat diisolasi dari sputum (dahak mungkin kental dan kuning) tetapi keberadaannya tidak menyatakan penyebab bakteria atau infeksi bakteri sekunder. Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap tembakau karena polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat merupakan faktor-faktor yang turut menyebabkan terjadinya bronkitis akut..(2,6)

Gejala Klinis Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)(2,3,6) Khasnya anak datang dengan batuk yang sering, kering, tidak produktif, dan timbulnya relative bertahap, 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis (setelah 2-3 hari, batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lender)(2,6). Batuk dapat disertai muntah.(3) Rasa nyeri atau panas pada daerah substernal bawah atau dada depan sering ada dan dapat diperparah oleh batuk(3,6) Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan sputum berubah dari jernih ke purulen setelah 10 hari mukus menjadi encer dan batuk menghilang secara bertahap batuk dapat disertai muntah(6). Biasanya hilang setelah 1 atau 2 minggu.(2)

Pemeriksaan Fisik Pada mulanya, keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit, anak biasanya tidak demam atau demam ringan (subfebris), dan ada tanda-tanda nasofaringitis, kadang konjungtivitis(3,6) Auskultasi menunjukkan adanya suara pernapasan yang kasa, ronki basah kasar dan halus, dan ronki yang dapat bernada tinggi, menyerupai mengi pada asma.(6) Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada penderita bronkitis akut tetapi perlu juga diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak tersebut.(2)

Pemeriksaan Penunjang(3) Foto thoraks dapat normal atau peningkatan corak bronkovaskular Pada pemeriksaan lab, leukosit dapat normal atau meningkat Kultur sputum(6)

PenatalaksanaanKarena penyebab utamanya virus maka belum ada obat yang kausal(2). Tidak ada terapispesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah, tanpa pengobatanapapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek lama penyakit(6,9) Batuk iritatif dan paroksismal dapat menyebabkan distres berat dan menganggu tidur. Walaupun penekanan batuk dapat menambah kemungkinan supurasi, penggunaan penekan batuk yang bijaksana (termasuk koderin) mungkin memadai untuk pengurangan gejala(6). Obat penekan batuk tidak boleh diberikan pada batuk yang banyak lendir.Mukolitik tidak lebih baik daripada banyak minum.(2)- Koderin, efek samping mual, muntah, pusing dan bingung. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dosis : oral sebagai pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg dan maksimum 200 mg/hari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.- Dekstrometorfan, sama kuatnya dengan kodein. Mekanisme kerjanya berdasarkan ambang pusat batuk diotak. Dosis anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg Antitusif (bromheksin dan ambroksol) dan antihistamin (dipenhidramin dan prometazin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh digunakan karena menimbulkan atelektasis atau pneumonia(3,5) (9)- Bromheksin dan ambroksol, memiliki khasiat mukolitis, efek sampingnya gangguan saluran cerna, perasaan pusing, berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronkokonstriksi ringan. Dosis anak 3 dd 1,6-8 mg- Dipenhidramin, mengeringkan selaput lendir karena efek kolinergis, dosis anak : 3-4 dd 25-50 mg- Prometazin, obat ini terutama digunakan pada batuk malam yang mengganggu anak-anak. Tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 1 tahun karena dapat menyebabkan depresi pernapasan dan kematian mendadak. Dosis : anak di atas 1 tahn 2-4 dd 0,2 mg/kgBB. Fisioterapi dada bila perlu(3) Antibiotika diberikan apabila diharapkan adanya kecurigaan infeksi bakteri sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin, klomrafenikol, eritromisin (3) (9)- Ampisilin, kerjanya broad spektrum meliputi banyak kuman yang negatif. Banyak digunakan pada infeksi saluran napas (bronkitis(, saluran cerna dan saluran kemih, kuping (otitis media), gonorhoe, kulit, dan bagian lunak (otot dan sebagainya). Efek sampingnya gangguan lambung usus (karena penyerapan yang kurang baik) aleri kulit (rush, ruam). Dosis anak : oral 50-100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4x pemberian 1m/iv 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 x pemberian- Kloksasilin, khusus digunakan pada infeksi dengan kuman yang memproduksi laktamase. Dosis anak : oral 4-6 dd 500 mg a.c, im/iv 4-6 x sehari 250-1000 mg (garam Na).- Kloramfenikol, broad spektrum antibiotik, berguna pada hampir semua kuman gram positif dan sebagian kuman gram negatif. Efek, sampingnya gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut, depresi sum-sum tulang (penghambatan pembentukan sel-sel darah, anemia aplastik). Pada pemakaian jangka panjang dapat timbul resistensi. Tidak boleh diberikan pada kehamilan dan laktasi. Dosis anak : 25-50 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis. Pada infeksi parah (meningitis, bases otak) iv 4 dd 500-1.500 mg (Na-suksinat).- Eritromisin, bakteriostatis terutama terhadap kuman gram positif. Merupakan pilihan utama pada infeksi paru terutama Legionella pneumophila (penyakit veteran) dan mycoplasma pneumoniae (radang paru tidak khas), kadang juga digunakan pada infeksi usus. Efek samping : diare, nyeri perut, nausea, kadang muntah. Pada pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan ketulian yang revesibel. Dosis anak : oral 20-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 4x pemberian. Maksimal pemberian 7 hari.

KomplikasiKomplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gizi kurang dapat terjadi komplikasi berupa(3) :- Otitis media- Pneumonia- SinusitisAnak dengan serangan bronkitis akut berulang harus dievaluasi dengan cermat untuk kemungkinan adanya(2,36) :- Kelainan saluran napas- Benda asing- Bronkiektasis- Difisiensi imun- Hiperaktivitas bronkus- Tuberkulosis- Alergi- Sinusitis- Tonsilitis- Adenoiditis- Kistik fibrosis- Kelainan kongenital

Prognosis(2)Bila tidak ada komplikasi umumnya baik. Pada bronkitis akut berulang disertai paparan asap rokok secara teratur cenderung menjadi bronkitis kronik pada waktu dewasa.2. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan menyerang semula untuk selama 2 tahun atau lebih).Bronkitis kronik pada orang dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3 bulan atau lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada standar demikian yang dapat diterima pada anak(6). Belum ada persesuaian pendapat mengenai definisi bronkitis kronik pada anak. Kesepakatan definisi batuk produktif kronis atau sering kumat (batuk kronik berulang BKB) ialah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Batasan ini secara klinis jelas terlihat bahwa bronkitis kronik termasuk dalam BKB, untuk menegakkan diagnosa bronkitis kronik pada anak setelah menyingkirkan penyebab lainnya dari BKB(2)Etiologi Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan. Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru paru yang sifatnya permanen. Disebut bronkitis kronis jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik dibagi menjadi spesifik dan non spesifik yaitu :1) Etiologi Spesifik(2)1. Asma (hiperaktivitas saluran napas)2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis)3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlaymydia, pertusis, tuberculosis, jamur4. Penyakit paru yang telah ada, misalnya bronkiektasis5. Sindrom aspirasi6. Penekanan pada saluran napas7. Benda asing8. Kelainan jantung bawaan9. Kelainan silia primer10. Defisiensi imunologis11. Kekurangan alfa-1-1antitripsin12. Fibrosis kistik13. Psikis

2) Iritasi non spesifik saluran napas(2,6,7)(faktor yang menambah terjadinya BKB)a. Asap rokok, penelitian menunjukkan bahwa paparan asap rokok dalam waktu lama dapat menimbulkan gangguan pergerakan silia, sehingga menghambat fungsi makrofaq alveolar, dan akhirnya menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar pengsekresi mukus, sehingga timbul resistensi jalan napas.b. Polusi Udara, angka insiden dan kematian tinggi di daerah urban yang padat industrialisasi. Gas beracun di tempat kerja , Eksaserbasi bronkitis jelas berhubungan dengan periode polusi berat sulfur dioksida (SO2) dan unsur kecil lainnya.c. Infeksi, banyak usaha telah dilakukan untuk menghubungkan bronkitis kronik dengan infeksi virus, mikoplasma, dan bakteri. Akan tetapi, hanya rhinovirus yang lebih sering menyebabkan eksaserbasi.PatofisiologiGambaran patologi bronkitis kronik pada dewasa :- Penebalan dinding bronkus- Hipertrifi kelenjar mukosa- Hipertrofi sel goblet- Epitel mengalami metaplasi skuamosa dan inflamasi kronik

Gambaran patologi bronkitis kronik pada anak belum jelas, akan tetapi berdasarkan hasil biopsi 59 anak dengan gejala inflamasi kronik bronkus tanpa disertai asma, yang dilakukan oleh Szekely dan Farkas (1978), didapatkan gambaran patologis bronkitis kronis pada anak sangat mirip dengan gambaran patologis asma.(2,6)- Infiltrasi sel bulat- Eosinofil- Hipertrofi kelenjar submukosa- Mukus bertambah- Metaplasia epitel- Epithelium utuh

Kelainan klinis yang lama pada bronkitis kronis menimbulkan dugaan adanya reaksi inflamasi yang berlebihan pada saluran napas atau paparan bahan berbahaya yang terus menerus dari lingkungan, hal ini menimbulkan kerusakan pada saluran napas sehingga terjadi(2) :- Ganguan pembersihan lendir- Produksi lendir meningkat- Batu basah- Penyempitan saluran napas sehingga timbul suara mengi dan turunya daya tahan saluran napas terhadap virus

Virus penyebab tersering infeksi lalu ke dalam Masuk saluran pernapasan melewati Sel mukosa dan sel silia berlanjut masuk saluran pernapasan menginfeksi saluran pernapasan hingga terjadi Bronkitis, Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir hingga Pilek 3 4 hari dan mengalami Batuk mula-mula kering kemudian berdahak Riak dapat jernih, Purulent,Encer dapat Hilang tetapi jika Batuk virus akan Keluar . Suara ronchi basah atau suara napas kasar, Nyeri subsernal dan mengalami Sesak napas, Jika tidak hilang setelah tiga minggu, Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)Virus dan kuman biasa masuk melalui port de entry mulut dan hidung dropplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan. Gejala Klinis(2,6)- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)- Gejala utamanya adalah batuk produktif yang sudah berlangsung lama- Anak biasanya mengeluh nyeri dada- Gejala-gejala ini menjelek pada malam hari- Reaktivitas otot bronkus kurang, produksi lendirnya banyak, inflamasi saluran napas (pada asma yang menonjol adalah reaktivitas otot bronkus)2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)4. Bengek5. Lelah6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan8. Pipi tampak kemerahan9. Sakit kepala10. Gangguan penglihatan11. Sedikit demam.12. Dada merasa tidak nyaman.PenatalaksanaanKarena kemiripannya dengan asma, maka pengobatannya dimasukkan ke dalam varian asma dan dikelola seperti asma. Akan tetapi perlu disingkirkan dahulu kemungkinan-kemungkinan penyakit lain yang termasuk dalam diagnosa banding(2).

Komplikasia. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumoniac. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau BronkietaksisPemeriksaan Penunjang Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia. Laboratorium : Leukosit > 17.500. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:a. Tes fungsi paru-parub. Gas darah arteric. Rontgen dada.d. Pemeriksaan sputum selama 3x berturut-turut selama 3 hari pada pagi hari sesudah bangun tidur.DiagnosaDiagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.Pengobatana. Tindakan PerawatanPada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender1. Berjemur dipagi hari.2. Sering mengubah posisi.3. Banyak minum.4. Inhalasi5. Nebulizer Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lainb. Tindakan Medis.1. Jangan beri obat antihistamin berlebih.2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial3. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatifPencegahanJika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang, penyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab - khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut. Ketika masalah menjadi berat, Anda mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana Anda hidup dan bekerja.Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi paru-paru secara umum:1. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.2. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.3. Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi secret.4. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya telur, susu, daging dan sebagainya.5. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.6. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu lagi.7. Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.8. Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.

DAFTAR FUSTAKA

1. Penatalaksanaan Bronkitis Kronik, Faisal Yunus, Bag. Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RSUP Persahabatan Jakarta.

2. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).

3. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; Surabaya, 2006.

4. OBrien, Katherine dkk. Cough Illness/Bronchiti-Principles of Judicious Use of Antimimicrobial Agent. Supplement : page 178-181.

5. JONATHAN GLEADLE, At a Glance, ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK, Copyright (C) 2003, Translation copyright (C) 2007 by Penerbit Erlangga, EMS (Erlangga Medical Series).

6. Larry k. Pickering dan John D. Snyder, Bronkitis, bab 337, Behrman Kliegmean Arvin, Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Vol2 edisi 15, editor edisi Bahasa Indonesia Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, Sp. A(k). Jakarta : EGC, 1999, Hal 1483-1484.

7. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, Harrison, PRINSIP-PRINSIP ILMU PENYAKIT DALAM, Vol.3, Edisi 13, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Editor edisi bahasa Indoensia; Prof. Dr. Ahmad. H. Asdie, Sp.PD-KE.

8. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid2, Fakultas Kedokteran UI, hal 461-465

9. Tan, Hoan Tjay Drs; Rahardja, Kirana Drs: Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Seksi VII. Bab. 40 Obat Asma dan COPD, Bab. 41 Obat-obat Batuk.

Doenges, Marilynn E, 1992, Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, ECG: Jakarta.

Pneumonia :

1. Anonim. 2005. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit.Jakarta. WHO2. Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

3. Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2: Penerbit EGC. Jakarta.

4. Rahajoe, NN, Bambang s, Darmawan, BS. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta. IDAI.

5. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. Surabaya

6. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

7. Isselbacher, et al, Harrison, 1995, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Vol. 2, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 906-909.

Shulman, dkk. Penyakit Infeksi Edisi Keempat. 1994. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Syahrurachman, Agus, dkk. Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. 1994. Jakarta : Binarupa AksaraBiddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressNgastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGCMansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius