PBL BLOK 13
-
Upload
aldo-muhammad-hamka -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
description
Transcript of PBL BLOK 13
Berat Badan Anak Tidak Naik dan
Rasa Cemas Berpisah dengan Ibunya
Maria Inez Devina
NIM : 102010339
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 4
Jakarta, 11510
email : [email protected]
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh banyak factor yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat berdampak pada pembawaan diri anak tersebut di
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pola didik anak yang sekarang masih
terus diterapkan dan diusahkan penerapannya adalah pola 3A, yaitu Asuh, Asah dan Asih. Pola
tersebut ternyata memiliki dampak yang luar biasa terhadap pertumbuhan dan perkembangan
fisik juga mental anak di kemudian hari. Hal inilah yang akan dibahas dalam PBL kali ini,
mengenai keadaan dimana anak menjadi sangat ketergantungan pada ibunya di umur yang
seharusnya sudah dapat belajar mandiri.
Kebutuhan dasar anak
Proses tumbuh kembang anak, seperti yang dikatakan sebelumnya, didasari oleh pola
3A yaitu, Asuh, Asih dan Asah. Asuh merupakan kebutuhan biomedis dan fisik seperti
kebutuhan akan nutrisi adekuat, kesehatan primer yang mencakup imunisasi dan deteksi awal
serta perawatan tepat dan dini terhadap penyakit, papan dan sandang yang memadai,
1
kebersihan personal, sanitasi lngkungan, kebugaran fisik seperti olahraga dan rekreasi. Nutrisi
yang diperlukan ini berfungsi sebagai zat pembangun, sumber energy dan zat pelindung tubuh.
Zat pembangun diperoleh dari, antara lain protein hewani dan nabati; sumber energy didapat
dari konsumsi karbohidrat, lemak, susu, dll.; sedangkan zat pelindung tubuh diperoleh dari
konsumsi mineral atau mikronutrien, vitamin dan air bersih. Asih adalah kebutuhan emosional
yang membuat anak memilik rasa aman secara emosional ketika berada dekat dengan ibunya
atau pengasuhnya. Hal ini didapat dari kontak fisik dn psikologis anatra bayi dan ibu, khususnya
pada usia nol sampai empat tahun atau sesegera mungkin. Selain itu kebutuhan akan kasih
sayang, pengalaman baru, pujian dan penghargaan serta rasa tanggungjawab jug kemandirian
menjadi bagian dari pola asih. Asah didefinisikan sebagai cikal bakal dari proses pelatihan dan
pendidikan atau merupakan kebutuhan anak akan stimulasi mental. Proses pelatihan dan
pendidikan ini harus sedini mungkin, terutama pada tahun-tahun keemasan yaitu usia empat
sampai lima tahun. Perkembangan mental-psikososial hasil dari pola ini antara lain :1
Kepribadian stabil
Etika dan moral
Inteligensi (kognitif, emosional, social, spiritual, dll.)
Kreativitas
Kemandirian
Produktivitas
Pemecahan masalah
Kompetisi yang sehat dan jujur
Pendidikan informal (di rumah), formal (di sekolah) dan non formal (pendidikan ketiga di dalam
masyarakat) mendukung tercapai tidaknya hasil akhir dari pola asah ini.1
Perkembangan mental
Perkembangan, suatu level individual terhadap seorang anak dengan kemampuanya
sebagai hasil dari pematangan system saraf dan reaksi psikologis, tidak ditentukan hanya dari
genetic maupun lingkungan, namun kombinasi dari keduanya. Lingkungan tempat anak
dibesarkan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangannya. Bayi yang tinggal lama
2
di rumah sakit maupun panti asuhan cenderung kehilangan kesempatan untuk memperoleh
kasih sayang sehingga mereka mengalami gangguan dalam perkembangannya. Di dalam semua
tahap perkembangan, anak-anak akan berkembang secara optimal jika mereka memiliki orang
dewasa yang memberikan perhatian penuh pada setiap aksi verbal dan non-verbalnya dan juga
memberikan respon yang sesuai. Respon kontingen tehadap bahasa tubuh non verbal
menciptakan dasar untuk perhatian bersama dan keadaan timbale-balik yang penting untuk
perkembangan bahasa dan psikososial si anak. Anak-anak belajar dengan baik ketika ada suatu
tantang baru yang lebih sulit dibanding dengan yang telah mereka kuasai, derajat kesulitan ini
dijuluki sebagai “zona perkembangan proksimal.” Dorongan psikologis, seperti perhatian
terhadap permasalahan dan kekacauan mood, akan memiliki efek yang mendalam pada
aktivitas anak yang lebih besar.1
Keluarga menjadi suatu system, dengan batasan internal dan eksternal, subsistem,
peran dan aturan-aturan untuk interaksi. Dalam suatu keluarga yang memilki definisi kaku
terhadap subsistem parental, anak cenderung untuk menolak semua keputusan dan
memperburuk pembangkangan. Sebaliknya, dalam keluarga yang memiliki hubungan renggang
antara orangtua dan anak, anak dibutuhkan untuk menjalani tanggung jawab diluar umurnya.
Individu dalam system akan mengadopsi peran yang tersirat. Contohnya, seorang anak mungkin
akan menjadi troublemaker, perunding atau menjadi pendiam. Perubahan yang dalam suatu
keluarga tempat ia dibesarkan akan memiliki pengaruh yang tidak langsun dalam proses
perkembangannya.1
Perkembangan anak juga dapat ditelusuri dari proses pembangunan di sektor-sektor
tertentu, seperti motor kasar, motor halus, social, emosional, bahasa dan kognisi. Di dalam
setiap kategori ini terdapat garis pembangunan atau tahap-tahap perubahan menuju ke
pencapaian tertentu. Garis pembangunan di sector motor kasar berawal dari berguling-
merangkak- sampai akhirnya berjalan sendiri, sangat kentara. Sedangkan garis yang mengarah
pada perkembangan hati nurani sangat halus. Konsep dari garis perkembangan menyaakan
bahwa seorang anak telah melalui tahapan yang berurutan. Beberapa teori psikoanalitik
berdasar pada tahapan-tahapan yang secara kualitatif berbeda jamannya dalam perkembangan
3
emosi dan kognisi. Sebaliknya, teori tingkah laku kurang mengandalkan perubahan kualitatif
dan lebih kepada modifikasi tingkah laku yang bertahap dan akumulasi dari kompetensi.1
Dasar teoretik perkembangan kepribadian. Menurut Freud, semua perilaku manusia
digerakkan oleh kekuatan psikodinamik dan energy fisik ini dibagi menjadi tiga komponen
kepribadian yaitu id, ego dan superego. Id, pikiran bawah sadar, merupakan komponen dari
lahir yang digerakkan oleh insting. Id memenuhi konsep kesenangan akan pemuasan kebutuhan
yang sifatnya segera tanpa memedulikan apakah objek atau tindakan tersebut dapat
melakukannya secara actual. Ego, pikiran sadar, memberika konsep-konsep tentang realita.
Berfungsi sebagai kesadaran atau pengendalian diri yang mampu menemukan arti realistic
tentang memuaskan insting sambil menghambat pikiran irasional dari id. Superego, suara hati,
merupakan hakim moral dan mewakili ideal. Superego merupakan mekanisme yang mencegah
individu mengekspresikan insting yang dapat mengancam tatanan social.
Perkembangan psikoseksual (Freud). Freud menganggap insting seksual sebagai
sesuatu yang signifikan dalam perkembangan kepribadian. Ia menggunakan istiliah psikoseksual
untuk menjelaskan segala keinginan sensual. Selama masa kanak-kanak bagian tubuh tertentu
memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru
yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain pada tahap-
tahap perkembangan tertentu :2
a. Tahap oral (lahir-1 tahun). Selama masa bayi sumber kesenangan berpusat pada
aktivitas oral seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh
memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral
yang dipilih dapat memberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka
bentuk.
b. Tahap anal (1-3 tahun). Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada
bagian anal saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan
atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada tahap ini suasani di sekitar toilet
training dapat memberikan efek pada seumur hidup pada kepribadian anak.
4
c. Tahap falik (3-6 tahun). Pada tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan
sensitive. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan ingin tahu apa perbedaan
itu.
d. Periode laten (6-12 tahun). Anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah
diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan
bermain.
e. Tahap genital (12 tahun keatas). Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat
pubertas dengan maturasi siste reproduksi dan hormone-hormon seksual.
Perkembangan psikososial (Erikson). Teori perkembangan kepribadian yang paling
banyak adalah teori yang dikemukakan oleh Erikson. Teori ini menekankan pada kepribadian
yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Erikson juga menggunakan konsep-
konsep biologis dan epigenesist, menjelaskan konflik dan masalah init yang harus dikuasai
individu selama periode kritis dalam perkembangan keperibadian. Keberhasilan pencapaian
atau penguasaan terhadap setiap konflik inti terbentuk berdasarkan keberhasilan pencapaian
atau penguasaan inti sebelumnya. Setiap tahap psikososial mempunyai dua komponen aspek
menyenangkan dan tidak menyenangkan dari konflik inti---- dan perkembangan ke tahap
selanjutnya tergantung pada penyelesaian konflik ini. Tidak ada konflik inti yang pernah
dikuasai secara lengkap melainkan tetap menjadi masalah yang kerap timbul seumur hidup.
Tidak ada situasi hidup yang pernah aman. Setiap situasi baru menimbulkan konflik dalam
bentuk baru. Sebagai contoh, ketika anak-anak yang mencapai rasa percaya secara memuaskan
menghadapi pengalaman baru (mis. Hospitalisasi) mereka harus sekali lagi membentuk rasa
percaya kepada orang yang bertanggung jawab asta sauhan mereka dalam rangka menguasai
situasi. Pendekatan rentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian terdiri
atas delapan tahap namun hanya lima pertama yang berkaitan dengan masa kanak-kanak,
yaitu:2
a. Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun). Hal pertama dan yang paling penting bagi
perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan
rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan 5
semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral Freud,
saat ini merupakan saat mendapatkan dan mengambil apapun melalui semua
indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaintannya dengan sesuatu atau seseorang; oleh
karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai
ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembanga rasa percaya. Rasa tidak
percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya
atau jika kebutuhan dsar tidak dipenuhi secara konsisten atau adekuat. Meskipun
pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa
percaya dasra terhadp orangtua membentuk rasa percaya terhadpa dunia, orang
lain dan diri sendiri. Hasilnya adalah keprecayaan dan optimisme.
b. Autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun). Jika dikaitkan dengan tahap anal
Freud, masalah autonomi dapat dicirikan dengan menahan atau merelaksasi otot
sfingter. Perkembangan autonomi selama periodet toddler berpusat pada
peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan
lingkungan mereka. Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri,
menggunakan keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan,
memanjat dan memanipulasi serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam
memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian
besar didapt dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain. Perasaan negative seperti
ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka
membahayakan atau ketika mereka dipaksa untuk bergantung dalam beberapa hal
yang sebenarnya mereka mampu melakukannya. Hasil yang diharapkan adalah
kontrol diri dan ketekunan.
c. Insiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun). Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik
Freud dan dicirikan dengan perilaku yang intrusif dan penuh semangat, berani
berupaya dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan
semua indera dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati, tidak lagi
dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang meperingatkan dan
mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang 6
bertentangan dengan yang dimiliki orangtua atau orang lain, dan dibuat merasa
bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga
menimbulkan rasa bersalah anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif
tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan
tujuan.
d. Industri vs inferioritas (6-12 tahun). Tahap industry adalah periode laten dari
Freud. Setelah mencapai tahap yang lebih penting dalam perkembangan
kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi. Mereka mau terlibat
dlam tugas dan aktivitas yang dapat merkea lakukan sampai selesai; mereka
memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar
berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain dan mereka juga mempelajari
aturan-aturan. Periode ini meupakan periode pemantapan dalam hubungan social
mereka dengan orang lain. Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi
jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa
mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain utnuk mereka.
Kualitas ego yng berkembang dari tahap industry adalah kompetensi.
e. Indentitas vs kebingungan peran (12-18 tahun). Berhubungan dengan periode
genital Freud, perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat
dan jelas. Ras percaya terhdap tubuh mereka yang sudah terbentuk sbeleumnya
mengalami kegoncangan dan anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan
mereka di mata orang lain dibandingkan dengan konsep diri mereka. Remaja
berusaha menyesuaikan diri dengan dengan pran yang mereka mainkan dan mereka
beharap dapat bermain dlam peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-
teman sebayanya, untuk mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai mereka terhadap
lingkungan dan pembuatan keputusan tentang okupasi. Ketidakmampua untuk
menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari
penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang lain serta
terhadap nilai-nilai dan ideology.
7
Tabel 1. Skema Perkembangan Psikososial3
Tahap-tahap perkembangan psikososial Dimensi polaritas krisis emosi
1. Oral-sensorik Mempercayai – tidak mempercayai
sesuatu
2. Anal-muskular Kebebasan – malu atau ragu-ragu
3. Genital-locomotor Inisiatif - bersalah
4. Laten Gairah – rendah diri
5. Remaja Identitas – kekaburan peran
6. Dewasa – muda Kemesraan - keterasingan
7. Dewasa Generativitas
8. Kematangan Integritas ego
Perkembangan kognitif (Piaget). Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan-
perubahan terkait usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Teori yang terkenal tentang cara
berpikir anak dan teori perkembangan yang lebih komprehensif adri yang sudah dijelaskan di
atas, dirangkai oleh psikolog dari Swiss bernama Jean Piaget. Menurutnya, intelegensia
memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup, dan melalui perilakunya, individu membentuk dan
empertahankan kesiembangan dengan lingkungan. Piaget mengemukakan tiga tahap berpikir
yaitu intuisi, operasional konkret dan operasional formal. Ketika mereka memasuki tahap
berpikir konkret pada usia sekitar tujuh tahun, anak-anak mampu membuat kesimpulan logis,
mengklasifikasi dan menghadapi banyaknya hubungan mengenai hal-hal konkret. Tidak sampai
remaja mereka mampu berpikir abstrak dengan tingkat kompetensi tertentu. Setiap tahap
muncul dan dibentuk berdasarkan pencapaian tahap sebelumnya dengan proses yang kontinu
dan teratur.
Jalannya perkembangan intelektual bersifat maturasional dan tetap serta dibagi menjadi
tahap-tahap :2
8
a. Sensorimotor (lahir-2 tahun). Anak-anak mengalami perkembangan aktivitas
reflex dari perilaku berulang seerhana ke perilaku imitative. Mereka membentuk
rasa “sebab dan akibat” pada saat mereka mengarahkan perilaku terhadapsuatu
objek. Penyelesaian masalah biasanya bersifat uji coba. Merek manunjukkan rasa
ingin tahu yang tinggi, eksperimentasi dan menyukai hal-hal baru serta mulai
membentuk rasa diri karena mereka mampu membedakan diri mereka dari
lingkungannya. Di akhir periode ini, anak-anak mulai menggunakan bahasa dan
cara berpikir representasional.
b. Praoperasional (2-7 tahun). Ciri menonjol tahap ini adalah egosentrisme, hal ini
bukan berarti egois atu berpusat pada diri sendiri, tetapi ketidakmampuan
menempatkan diri di tempat orang lain. Anak-anak menginterpretasikan objek dan
peristiwa, tidak dari segi umum, melainkan dari segi hubungan mereka atau
penggunaan mereka terhadap objek tersebut. Mereka tidak dapat melihat sesuatu
dari sudut pandang yang berbeda dengan yang dimilikinya, mereka tidak dapat
melihat sudut pandang orang lain, mereka juga tidak mengetahui alasan untuk
melakukannya. Berpikir praoperasional artinya berpikir konkret dan nyata. Anak-
anak tidak dapat berpikir melebihi yang terlihat, pikiranya hanya didominasi pada
saat ini, apa yang dilihat dan dirasakan. Pada tahap akhir periode ini, pemikiran
mereka bersifat intuitif (mis. Bintang harus pergi tidur karena mereka juga tidur)
dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan, ukuran dan waktu. Cara
berpikir juga bersifat transduktif, karena dua kejadian terjadi bersamaan, mereka
saling menyebabkan satu sama lain, atau pengetahuan tentang stau ciri
dipindahkan ke ciri lain (mis. Semua wanita yang berperut besar pasti hamil).
c. Operasional konkret (7-11 tahun). Pada usia ini cara berpikir anak menjadi
semakin logis dan masuk akal. Anak-anak mampu mencari jalan keluar terhadap
permasalahan yang mereka hadapi. Mereka menyadari bahwa factor-faktor fisik
seperti volume, berat badan dan jumlah tetap sama sekalipun tampilan luarnya
berubah. Mereka mampu menghadapi sejumlah aspek berbeda dalam sebuah
9
situasi secara bersamaan. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi
sesuatu yang abstrak; mereka menyelesaikan masalah secara konkret dan
sistematis berdasarkan pada apa yang mereka rasakan. Cara berpikir bersifat
induktif. Melalui perubahan progresif dalam proses berpikir dan berhubungan
dengan orang lain, cara berpikir tidak lagi terlalu berpusat pada diri sendiri.
Mereka dapat mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang bebeda dan
sudut pandang mereka sendiri. Cara berpikir menjadi semakin tersosialisasi.
d. Operasional formal (11-15 tahun). Cara berpikir ini dicirikan dengan adaptabilitas
dan fleksibilitas. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah-istilah abstrak,
menggunakan symbol abstark dan menarik kesimpulan logis dari serangkaian
observasi. Jika A lebih besar dari B, dan B lebih besar dari C, symbol mana yang
paling besar? Mereka dapat membuat hipotesis dan mengujinya, dapat
mempertimbangkan hal-hal yang bersifat abstrak, teori dan filosofi. Meskipun
mereka mungkin bingung antara sesuatu yang ideal dan praktis, sebagian besar
kontradiksi di dunia dapat diatasi dan diselesaikan.
Tabel 2. Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget4
Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan
Sensorimotor 0-2 tahun Berdasarkan tindakan
Langkah demi langkah
Praoperasi 2-7 tahun Penggunaan symbol
Konsep intuitif
Operasi konkret 8-11 tahun Pakai aturan jelas (logis)
Reversible dan kekekalan
Operasi formal 11 tahun ke atas Hipotetis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan probabilitas
10
Perkembangan bahasa. Keahlian bicara membutuhkan struktur dan fungsi fisiologis
yang utuh (termasuk pernapasan, pendengaran dan otak) ditambah intelligensi, kebutuhan
untuk berkomunikasi dan stimulasi. Laju perkembangan bicara bervariasi dari satu anak ke anak
lain dan berkaitan langsung dengan kompetensi neurologic dan perkembangan kognitif. Bahasa
tubuh mendahului kemampuan bicara. Pada saat kemampuan bicara berkembang, bahasa
tubuh berkurang namun tidak hilang sepenuhnya. Di semua tahap perkembangan bahasa,
pemahaman anak terhadap perbendaharaan kata (kata yang mereka pahami) lebih besar dari
perbendaharaan kata yang mereka ekspresikan dan perkembangan ini menceriminkan proses
modifikasi yang kontinu yang melibatkan perolehan kata-kata baru dan perluasan atau
pengahlusan arti dari kata-kata yang dipelajari sebelumnya. Pada saat mereka mulai berjalan,
anak-anak mulai mampu menyebutkan nama objek dan orang. Bagian dari bicara yang pertama
kali digunakan adalah kata benda, terkadang kerja (mis., pergi), dan gabungan kata-kata seperti
“da-da.” Respons biasanya tidak lengkap secara structural selama periode toddler, meskipun
artinya sudah jelas. Kemudian mereka mulai menggunakan kata sifat dan kata keterangan
untuk mengualifikasi kata benda, diikuti kata keterangan untuk mengualifikasi kata benda dan
kerja. Kemudian kata ganti dan kata yang bersifat gender ditambahkan. Pada saat anak masuk
sekolah, mereka mampu menggunakan kalimat seerhana yang lengkap secara structural yang
rata-rata terdiri atas lima sampai tujuh kata.2
Perkembangan moral (Kohlberg). Perkembangan moral seperti yang dijelaskan oleh
Kohlberg dibuat berdasar teori perkembagan kognitif dan terdiri atas tiga tingkat utama berkut
ini, yang masing-masing meliputi dua tahap :2
a. Tingkat prakonvensional.
Tingkat ini sejajar dengan tingkat praoperasional dalam perkembangan kognitif dan
pemikiran intuitif. Terorientasi secara budaya dalam label baik/buruk dan
benar/salah, anak-anak mengintegrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau
konsekuensi menyenangkan dari tindakan mereka. Awalnya, anak-anak menetapkan
baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Mereka
menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa yang berkuasa 11
untuk menentukan dan memperkuat aturan dan label. Mereka tidak memiliki
konsep tatanan moral dasar yang mendukung konsekuensi ini. Mereka kemudian
menentukan bahwa perilaku yang benar terdiri dari sesuatu yang memuaskan
kebutuhan mereka sendiri. Unsure-unsur keadilan, memberi dan menerima serta
pembagian yang adil juga terlihat pada tahap ini.
b. Tingkat konvensional
Anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas.Perilaku yang disetujui dan disukai
atau membantu orang lain dianggap sebagi perilaku yang baik. Seseorang mendapat
persetujuan dengan bersikap “baik.” Mematuhi aturan, melakukan tugas seseorang,
menunjukan rasa hormat terhadap wewenang dan menjaga aturan social
merupakan perilaku yang tepat. Tingkat ini berkaitan dengan tahap opersional
konkret dalam perkembangan kognitif.
c. Tingkat pascakonvensional, autonomi dan prinsip.
Individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal.perilaku yang tepat
cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan standar umum individu yang telah
diuji dan disetujui masyarakat.
Tingkat perkembangan moral yang paling lanjut adalah ketika prinsip etis yang dipilih sendiri
memandu pengambilan keputusan hati nurani. Prinsip-prinsip tersebut berupa prinsip-prinsip
kejadian dan hak asasi manusia yang bersifat abstrak dan etis yang menghargai martabat
seseorang sebagai individu.2
Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan merupakan fenomena kuantitatif yang ditandai oleh perubahan
dimensi tubuh oleh sebab multiplikasi dan pembesaran dari sel-sel tubuh dan jaringan tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh factor eksternal maupun
internal. Salah satu factor eksternal yang ingin diuraikan disini adalah nutrisi. Orangtua
diharapkan mempunyai pemahaman yang tepat tentang nutrisi yang diperlukan anak untuk
12
bertumbuh dan berkembang serta zat gizi yang dibutuhkan anak pada usia tertentu sehingga
dapat diberikan dengan tepat walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan dan status
social ekonomi keluarga sangat memengaruhi ketersediaan nutrisi untuk anak. Pemberian
nutrisi pada anak tidak hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik atau fisiologis
anak, tetapi juga berdampak pada aspek psikodinamik, perkembangan psikososial dan maturasi
organic.5
Dampak Psikologis
1. Psikodinamik (Freud)
Pada anak usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar
melalui oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Kebutuhan makan dan minum
anak dipengaruhi lingkungan, khususnya ibu, baik berupa ASI pada sat menyusui
maupun makanan lumat. Dampak psikodinamik yang diperoleh bayi adalah
kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan kehangatan saat pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut.5
2. Psikososial (Erikson)
Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan
psikososial adalah terca[ainya rasa percaya dan tidak percaya sebagai kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Makanan dapat merupakan stimulus yang
dapat meringankan rasa lapar anak dan pemuasan yang konsisten terhadap rasa
lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak pada lingkungannya, terutama
keluarga.5
3. Maturasi organik (Piagett)
Perkembangan organic yang dialami anak melalui makanan adalah pengalaman
mendapatkan beberapa sensoris, seperti rasa atau pengecapan, penciuman,
pergerakan dan perabaan. Dengan dikenalkan berbagai macam makanan, anak akan
kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah kayanya
penciuman melalui bau makanan. Selain itu, denagn makanan anak akan dapat
meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir, 13
sendok, dan keterampilan koordinasi gerak, seperti menyuap dan menyendok
makanan.5
Dampak fisiologis
Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan fisik anak.
Selama masa intrauterine, asupan nutrisi yang adekuat pada ibu akan berpengaruh terhadap
bayi dan pertumbuhannya nanti. Masa pranatal dan tahun-tahun pertama kehidupan
merupakan masa yang rentan dan dipengaruhi oleh berbagai macam factor. Gangguan pada
masa prenatal akan mengakibatkan berbagai bentuk kelainan congenital. Faktor nutrisi
berperan dalam perkembangan otak sejak masa sebelum konsepsi maupun pascanatal. Nutrisi
yang penting dalam proses tersebut antara lain asam folat, AA, DHA zat besi dan kolin.
Beberapa tahun terakhir, suplementasi zat-zat tersebut pada susu formula banyak dibicarakan.
Defisiensi folat akan mempengaruhi sintesis DNA, protein dan lipid sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan proliferasi neuron dan sel glia selama perkembangan tabung
saraf. DHA (Docosahexanoid acid) dan AA (Arachidonic acid) adalah komponen structural yang
penting di susunan saraf pusat. Asam lemak ini ditransfer melalui plasenta, terdapat dalam ASI
dan terakumulasi di otak dan retina selama masa perkembangan janin dan bayi. Konsentrasi
yang tinggi dari DHA di retina dan DHA serta AA di massa kelabu otak menunjukkan bahwa
asam lemak in berperanan penting dalam fungsi pengelihatan dan otak. DHA berperanan
penting dlama fungsi membran fotoreseptor retina, serta membrane sel yang berhubungan
dengan fungsi sinaps di otak. Penelitian Makrides menunjukan bahwa kadar DHA di otak bayi
yang mendapat susu formula (rendah DHA) lebih rendah dari bayi yang mengonsumsi ASI (kaya
DHA).6
AA esensial dalam proses pertumbuhan normal dan berperan penting dalam transmisi
sinaps melalui perannya dalam signaling cell dan sebagi precursor eikosanoid dan leukotrien.
Otak mengalami percepatan tumbuh terutama pada masa kanak-kanak dini, sehingga suplai AA
dan DHA atau prekursornya pada masa tersebut sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin
dan neonatus, perkembangan dan fungsi neurologi serta perilaku dan proses belajar yang
14
optimal. Sumber AA dan DHA adalah ASI dan lean meat, sedangkan AA terdapat dalam kuning
telur, minyak ikan kaya akan DHA.6
Besi merupakan unsure penting dalam produksi dan pemelihataan myelin,. Mielinisasi
tidak dapat berlangsung jika oligodendrosit mengalami kekurangan besi. Bayi yang lahir dengan
kadar feritin serum yang rendah menunjukkan fungsi mental dan psikomotor yang kurang pada
usia lima tahun. Penelitian ini mungkin menunjukkan pentingnya suplementasi besi terhadap
bayi yang mendapat ASI eksklusif.6
Protein. Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Nilai gizi protein
hewani lebih besar daripada protein nabati dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Walaupun
demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan nabati sangat dianjurkan.5
Lemak. Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali
lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai kurang
lebih tiga bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat dibuat dari
karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut dalam lemak,
yaitu vitamin A,D,E dan K.5
Karbohidrat merupakan sumber tenaga bagi anak. Bayi yang baru mendapat asupan
makanan dari ASI akan mendapatkan 40 persen kalori dari laktosa yang dikandung dalam ASI.
Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapat makan tambahn pendamping ASI,
karbohidrat dapat diperoleh dari makanan yang banyak mengandung tepung, seperti bubur
susu, sereal, nasi tim atau nasi.5
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi tubuh. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak
disimpan dalam tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu. Vitamin B
diperlukan tubuh untuk metabolism karbohidrat dalam pembentukan energy. Kekurangan
vitamin ini akan menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan
pembuluh darah dan sel saraf. Vitamin C penting bagi tubuh untuk pembentukan substansi
antarsel, meingkatkan daya tahan tubuh dan absorpsi zat besi dalam usus. Vitamin yang larut
lemak adalah vitamin A,D,E, dan K. vitamin A berperan penting bagi tubuh terutama dalam
pertumbuhan, pengelihatan, reproduksi dan pemeliharaan sel epitel. Vitamin D penting untuk 15
penyerapan dan metabolism kalsium dan fosfor, pembentukan tulang dan gigi. Vitamin E
sebagai antioksidan dan vitamin K penting untuk proses pembekuan darah. Mineral yang
dibutuhkan adalah mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na dan K serta mineral mikro, yaitu Fe dan
Zn.5
Tahun-tahun prasekolah
Usia antara dua sampai lima tahun dipenuhi oleh munculnya bahasa-bahasa baru dan
paparan dari lingkungan social yang semakin meluas. Sebagai balita, mereka belajar untuk
berjalan menjauh dan kembali lagi ke tempat aman bersama orang dewasa atau orangtua.
Sebagai anak-anak prasekolah, mereka mengenal pemisahan emosional, memilih antara
menjadi keras kepala beroposisi atau menjadi ceria dan patuh, antara keberanian bereksplorasi
dan ketergantungan yang melekat. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di ruang kelas dan
ruang bermain, anak akan semakin ditantang untuk cepat beradaptasi terhadap peraturan dan
hubungan social baru. Anak-anak prasekolah menyadari bahwa mereka dapat melakukan
sesuatu yang lebih dari sebelumnya, namun mereka juga sangat sadar terhadap batas-batas
yang dikenakan padanya oleh dunia dewasa dan keterbatasan mereka sendiri.1
Perkembangan fisik. Pada akhir tahun kedua kehidupan, pertumbuhan tubuh dan otak
melambat, disertai dengan menurunnya kebutuhan nutrisi dan rasa lapar serta munculnya
kebiasaan “memilih makanan.” Pertumbuhan anak pada usia ini diharapkan adalah dua
kilogram per tahun untuk berat badan dan tujuh sampai delapan sentimeter per tahun untuk
tinggi. Anak-anak umur empat tahun rata-rata memiliki berat badan 40 lb dan tinggi 40 cm.
Lingkar kepala hanya akan tumbuh sekitar lima sentimeter diantara umur tiga dan 18 tahun.
Anak-anak dengan kenaikan berat badan yang signifikan atau kelebihan lemak akan cenderung
menjadi obesitas di kemudian hari. Sebagian besar anak sudah bisa berjalan dengan baik dan
berlari pada usia sebelum tiga tahun. Diluar dari tahap-tahap dasar ini, ada variasi kemampuan
yang luas dalam jangakuan dari aktovitas motorik termasuk melempar, menangkap,
menendang bola, mengenfarai sepeda, memanjat, dan menari serta tingkah laku kompleks
lainnya.1
16
Bahasa. Perkembangan bahasa terjadi secara cepat terutama pada umur antara dua
sampai lima tahun. Perbendaharaan kata meningkat dari 50-100 kata menjadi lebih dari 2.000.
Struktur kalimat berubah dari frase telegrafik (tangisan bayi) menjadi kalimat dengan
penggabungan komponen grammar yang mulai rumit. Pada usia dua bulan sampai dua tahun,
sebagian besar anak mulai menggunakan kalimat posesif atau kepunyaan (bola saya), progresif
(saya sedang bermain), pertanyaan dan kalimat negative. Pada usia empat tahun, anak-anak
bisa menghitung sampai empat dan menceritakan masa lalu (kemarin saya main bola),
sedangkan pada usai lima tahun anak-anak bisa menceritakan sesuatu untuk hari depan (besok
saya akan pergi). Anak-anak pada rentang usia ini belum dapat menggunakan kalimat
pengandaian (ringan seperti udara), namun menggunakan kata-kata sesuai dengan makna
harafiahnya (bola itu bulat). Perkembangan bahasa pada tahap prasekolah ini, akan
menentukan kesuksesan saat anak memasuki sekolah nantinya. Sebagian anak-anak dengan
latar belakang social-ekonomi yang berkekurangan, menunjukkan keterlambatan dalam proses
bicara dan pemahaman bahasa.1
Kognisi. Periode prasekolah ini berhubungan dengan tahap preoperasional Piaget yang
dicirkan dengan cara berpikir yang sakti, egosentris dan pemikiran yng didominasi oleh persepsi
bukan abstrak. Cara berpikir yang sakti (magical thinking) termasuk dalam kebingungan antara
kebetulan dan hubungan sebab-akibat, animism (motivasi yang berhubungan dengan benda
dan hal-hal mati) serta kepercayaan yang tidak masuk akal terhadap ‘kekuatan dari
permohonan.’ Anak-anak percaya bahwa jika akan hujan maka orang akan membawa payun,
matahari terbenan karena ia lelah atau perasaan benci terhadap saudaranya akan membuat
saudaranya sakit. Egosentrisme mengarah pada ketidakmampuan anak untuk melihat sudut
pandang lain dan bukan berarti keegoisan. Setelah umur dua tahun, anak akan
mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang indivdu dan merasakan kebutuhan secara
“utuh.”
Bermain melibatkan pembelajaran, aktivitas fisik, sosialisasi dengan teman sebaya dan
mempraktekan peran orang dewasa. Bermain meningkatkan kompleksitas dan imajinasi dari
imajinasi sederhana dari pengalaman yang biasa seperti belanja dan menaruh bayi di
gendongan (umur dua sampai tiga tahun) ke scenario yang lebih luas melibatkan kejadian 17
tunggal, seperti pergi ke kebun binatang atau melakukan suatu perjalanan (umur tiga atau
empat tahun) sampai ke scenario yang hanya bisa diimajinasikan seperti terbang ke bulan (usia
empat atau lima tahun). Bermai juga mengijinkan amak untuk menemukan pemecahan
masalah dan kecemasan secara kreatif. Mereka dapat melampiaskan kemarahannya dengan
aman seperti memukul boneknya, mengidolakan pahlawan super (dinosaurus dan bermain
superhero) dan mendapatkan hal-hl yang disangkal dalam kehidupan nyata (teman khayalan
atau boneka hewan). Kreativitas khusunya tampak pada kemampuan menggambar, melukis, dll.
Tema dan emosi yang muncul pada gambar si anak sering merefleksikan masalah emosi yang
paling penting dari anak.1
Ukuran antropometri untuk penilaian status gizi
Tinggi badan menurut umur. Tinggi badan anak-anak yang dinyatakan dalam
persentase terhadap standar menunjukkan apakah anak mengalami kekerdilan (stunded).
Kerdil adalah akibat dari keadaan kurang gizi yang berlangsung lama. Namun demikian dari data
tinggi badan saja belum dapat memberikan kejelasan apakah anak masih dalam keadaan gizi
kurang atau tidak. Mungkin sekali anak yang bersangkutan sekrang tumbuh dengan baik, tetapi
belum dapat mengejar ukuran standar. Banyak gizi kurang kronis pada anak-anak tidak pernah
mampu mencapai ukuran standar tinggi badan menurut umurnya. Untuk Indonesia anak
dianggap normal bila tinggi badan menurut umut lebih besar atau sama dengan 90 persen
standar Harvard. Selanjutnya apabila tinggi badan menurut umur antara 70 sampai 90 persen
standar berarti anak mengalami kurang gizi sedang dan apabila kurang dari 78 persen termasuk
kurang gizi berat.7 Modifikasi atas standar Harvard terhadap pengukuran tinggi badan menurut
umur sebagai berikut :8
Status gizi baik jika tinggi badan bayi atau balita menurut umurnya lebih dari 80 persen
dari standar Harvard.
Status gizi kurang, jika tinggi badan bayi atau balita menurut umurnya berada 70,1
sampai 80 persen dari standar Harvard.
Status gizi buruk, jika tinggi badan bayi atau balita menurut umurnya kurang dari 70
persen dari standar Harvard.18
Berat badan menurut tinggi badan. anak yang ukuran badannya pendek dapat memiliki
berat badan yang normal menurut tinggi badannya. Anak seperti itu mungkin badannya
termasuk sehat walaupun pendek. Penting membedakan antara anak kurus dan anak pendek.
Anak yang kurus yang mengalami keadaan kurang gizi akut akan mudah terkena sakit (at risk).
Anak yang demikian perlu memperoleh perhatian yang serius. Cara yang paling baik untuk
mengidentifikasi anak yang kurus adalah mengukur berat dan tinggi badannya, kemudian
dengan menggunakan table ukuran berat dan tinggi badan standar dapat diketahui apakah
anak berada dalam selang ukuran normal atau tidak. Hal yang perlu dianjurkan adalah
mengukur berat menurut tinggi badan bagi anak umur tiga sampai enam tahun karena pada
kelompok ini lebih sering terjadi berat rendah karena pendek (stunting) daripada kurus
(wasting). 7
Berat badan menurut umur. Modifikasi atas standar Harvard terhadap pengukuran
berat badan menurut umur sebagai berikut :8
Status gizi baik jika berat badan bayi atau balita menurut umurnya lebih dari 80 persen
dari standar Harvard.
Status gizi kurang, jika berat badan bayi atau balita menurut umurnya berada 60,1
sampai 80 persen dari standar Harvard.
Status gizi buruk, jika berat badan bayi atau balita menurut umurnya kurang dari 60
persen dari standar Harvard.
Lingkar lengan atas. Pada tahun pertama kehidupan, lingkar lengan atas anak yang
sehat bertambah dengan cepat karean otot dan lemak tumbuh dan berkembang. Setelah itu
pertumbuhan relative konstan pada kira-kira 17 sentimeter sampai umur lima tahun. Bila anak
mengalami kurang gizi, maka massa otot akan berkurang (mengecil), lemak menghilang dan
lingkar lengan atas berkurang. Oleh karena itu pengukuran lingkar lengan atas dapat digunakan
sebagai alat untuk menyaring secara cepat anak balita yang mengalami gizi kurang, terutama
bila umurnya tidak diketahui dengan tepat dan bila pengukuran berat badan tidak tersedia. Alat
pengukur lingkar lengan atas tersebut berupa pita yang terbuat dari bahan yangtidak melar 19
(meregang) dan diberi skala sentimeter atau millimeter. Biasanya pada pita ini langsung diberi
warna merah, kuning dan hijau. Apabila pengukuran jatuh pada pita yang berwarna merah
maka berarti anak berada pada kondisi gizi buruk, sedangkan bila jatuh pada pita berwarna
kuning menandakan keadaan gizi kurang. Pengukuran yang jatuh pada pita warna hijau
menunjukkan bahwa anak yang bersangkutan gizinya baik. Titik batas antara merah dan kuning
jatuh pada angka 12,5 cm; sementara itu antara kuning dan hijau jatuh pada angka 13,5 cm.
Untuk anak usia antara tiga sampai empat tahun memiliki lingkar lengan atas normal sekitar
16,50 – 16,75 cm. Meskipun terdapat korelasi positif antara lingkar lengan atas dengan berat
badan dan kondisi klinis, perlu disadari bahwa ini bukan merupakan indikaor yang tepat bagi
kasus atau penderita Kurang Energi-Protein (KEP). Selain itu lingkar lengan atas tidak dapat
dipakai untuk memantau perkembangan anak secara individual.7 Pengukuran status gizi bayi
atau balita berdasarkan lingkar lengan atas sering mengacu pada klasifikasi standar Wolanski.
Berikut klasifikasinya yang telah dimodifikasi untuk kasus Indonesia :
Status gizi baik jika LLA badan bayi atau balita menurut umurnya lebih dari 85 persen
dari standar Wolanski.
Status gizi kurang, jika LLA bayi atau balita menurut umurnya berada 70,1 sampai 85
persen dari standar Wolanski.
Status gizi buruk, jika LLA badan bayi atau balita menurut umurnya kurang dari 70
persen dari standar Wolanski.
Anak-anak yang memiliki factor resiko tinggi yang berkaitan dengan kondisi medis,
social, ekonomi dan tingkat pendidikan mencakup :7
Berat bayi lahir rendah
Kembar
Banyak anak dalam keluarga
Jarak kelahiran yang pendek
Pertumbuhan yang lambat pada umur muda
Penyapihan dini
Pemberian makanan tambahan terlalu dini atau telat20
Sering kena infeksi
Ibu yang bbuta huruf diantara ibu yang berpendidikan
Kemiskinan
Pendatang baru pada suatu daerah
Anak-anak yang orangtuanya tidak lengkap
Anak-anak yang mempunyai cirri salah satu factor atau lebih dari daftar tersebut harus diberi
perhatian khusu, agar kemungkinan timbulnya gizi kurang pada anak yang bersangkutan dapat
dicegah. Secara teratur anak dipantau berat badannya maupun pengawasan terhadap adanya
infeksi.7
Tes skrinning perkembangan menurut Denver
Denver Developmental Screening Test atau DDST adalah salah satu dari metode
skrinning terhadap kelainan perkembangan anak. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan ternyata
DDST secara efektif dapat mengidetifikasikan antara 85 sampai 100 persen bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada follow up selanjutnya
ternyata 89 persen dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah lima sampai
enam tahun kemudian.9
Penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan
lebih separuh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi
kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sector bahasa ditambah, yang kemudian
hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.9
a. Aspek perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang kemudian pada
Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehinga terdapat 125 tugas
perkembangan. Perbedaan lainnya adalah pada Denver II terdapat :9
peningkatan 86 persen pada sector bahasa
dua pemeriksaan untuk artikulasi bahasa21
skala umur baru
kategori baru untuk interpretasi pada kelainan yang ringan
skala penilaian tingkah laku
materi training yang baru
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan uutan perkembangan dan diatur
dalam empat kelompok besar yang disebut sector perkembangan yang meliputi :9
Personal social (perilaku social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisai dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Fine motor adaptive (motor halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakuakn gerakan yang melibatkan bagian-bagian tuuh tertentu dan dilakuakn
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi cermat.
Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
Gross motor (motor kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Setiap tugas digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horizontal yang
berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas
yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25 sampai 30 tugas
saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15 ampai 20 menit saja.9
b. Alat yang digunakan
Alat peraga : benang wol merah, kismis atau manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan
pensil.
Lembar formulir DDST
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.22
c. Prosedur DDST, terdiri dari dua tahap, yaitu :9
Tahap pertama : secara periodic dilakukan pada
semua anak yang berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan,
18-24 bulan, 3-5 tahun.
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai
adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama,
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostic yang
lengkap.
d. Penilaian
Lulus (Passed = P), gagal (Fail =F), atau anak tidak dapat kesempatan melakukan tugas
(No Opportunity = NO). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST, setelah iru
dihitung pada masing-masing sector berapa yang P dan F, selanjutnya berdasarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable)
dan tidak dapat di tes (Untestable) :9
Abnormal, bila didaptkan dua atau lebih keterlambatan pada dua sector atau
lebih. Bola dalam satu sector atau leboh terdapat dua atau lebih keterlambatan
PLUS satu sector atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sekor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertical usia.
Meragukan, bila pada satu sector terdapat dua keterlambatan atau lebih. Bila
pada satu sektor atau lebih didaptkan satu ketrlambatan dan pada sector yang
sama tidak ada yang lulus pda kotak yang berpotongan dengan garis vertical usia.
Tidak dapat di tes, apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
Normal, semua yang tidak tercantum dalam criteria di atas.
23
Dalam pelaksanaan skrinning DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dngan
menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila salam
perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15
hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur adlah sebagai berikut, misalnya Budi lahir pada
tanggal 23 Mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 Oktober
1994, maka perhitungannya adalah
1994 – 10 – 5 (saat tes dilakukan)
1992 – 5 – 23 (tanggal lahir Budi)
2 -4 – 12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari
Jadi umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari lebih kecil dari 15 hari, maka
dibuatkan ke bawah, sehingga umur Budi adalah dua tahun empat bulan. Kemudian garis umur
ditarik vertical pada formulir DDST yang emoting kotak-kotak tugas perkembangan pada
keempat sector. Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri gairis itu, pada umumnya telah dapat
dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi. Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tuga-tugas
tersebut, maka terdapat suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal
dikerjakan berada pada kotak yang terpotong garis vertical umur, maka ini bukan suatu
keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi.
Begitu pula pada kotak-kotak di sebelah kanan garis umur. Pada ujung kotak sebelah kiri
terdapat kode-kode R dan nomor, kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup
ditanyakan pada orangtuanya, sedangkan jika terdapat kode nomor, maka tugas perkembangan
di tes sesuai petunjuk dibalik formulir.9
Kesimpulan
Sebelum menarik kesimpulan secara gamblang, mari kita ulas kembali makna dari
kebutuhan dasar asuh, asih dan asah. Asuh merupakan pemenuhan kebutuhan gizi dalam
rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita. Pemenuhan ini harus diberikan
24
secara tepat dan berimbang. Tepat, berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi
yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang, berarti komposisi zat-zat
gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan
gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun
berkembang, sebagau dampak perkembangan bagian otak yang mengatur system sensorik dan
motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik akan berdampak pada
kesehatannya. Tubuhnya akan lebih mampu menolak penyakit-penyakit tertentu yang berusaha
menyerangnya.8
Asih, merupakan pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang. Kebutuhan ini
meliputi upaya orangtua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang
nyaman dan aman. Orangtua perlu menghargai segala keunikan-keunikan, begitu juga potensi-
potensi anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan
anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam kemampuannya mengelola emosi diri
secara tepat. Namun, orangtua sebaiknya tidak memberikan perlindungan secara berlebihan
karena anak akan cenderung bersikap malas, terlalu manja, tidak disiplin, mudh marah jika
keinginannya tidak dituruti, dll.9
Asah, merupakan pemenuhan kebutuhan stimulasi dini. Stimulasi dini meliputi kegiatan
merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut penuh kasih sayang secara bervariasi, kegiatan
mengajari anak berkomunikasi, mengenalkan objek dan warna serta mengenal huruf dan
angka. Selain itu, stimulasi dini juga mendorong munculnya pikiran dan emosi-emosi positif,
kemandirian, kreativitas, dll. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar, dapat
merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligence) anak. Multiple intelligences ini meliputi
kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kinestetik, musical,
intrapersonal, interpersonal dan kecerdasan naturalis.9
Berdasarkan ulasan tersebut, maka kini didapat hubungan antara pemenuhan
kebutuhan dasar anak dan tumbuh kembangnya di kemudian hari. Mengacu pada kasus yang
menyebutkan bahwa anak umur empat tahun mengalami berat badan yang tidak naik dan
perasaan cemas serta takut jika ditinggal ibunya, mengindikasikan bahwa anak tersebut
merupakan anak dengan factor resiko tinggi seperti yang telah disebutkan di atas dan termasuk 25
dalam kategori gizi kurang. Selain itu, kebutuhan asuh anak yang terlalu berlebihan oleh ibunya
menagkibatkan anak tersebut menjadi manja dan tidak siap untuk mulai menjadi mandiri
memasuki tahap prasekolah. Jika ditelusuri lebih jauh, mungkin anak ini mengalami
keterlambatan dalam perkembangan kognitif dan bahasanya, entah karena factor social-
ekonomi keluarga yang kurang atau ada sebab lain yang menyertai.
Jadi, dapat ditarik benang merah bahwa pemenuhan kebutuhan dasar anak akan
memberikan dampak yang nyata terlihat dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
(tingkah laku, cara berpikir, dll.) anak di kemudian hari. Pada anak-anak yang kebutuhan
dasarnya tidak dipenuhi dengan baik termasuk mereka yang terlambat masuk tahap prasekolah
atau bahkan tidak mengikutinya sama sekali, menunjukkan perbedaan dalam perkembangan
bahasa, kognitif, moral dan emosional dibanding anak seusianya yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya.
Daftar pustaka
1. Nelson textbook of pediatrics. 18th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2007.
2. Wong DL. Perkembangan kepribadian dan fungsi mental. Agus Sutama, Neti Juniarti, alih
bahasa. Dalam : H.Y.Kuncara, editor. Buku ajar keperawatan pediatric. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC, 2008.h. 116-120.
3. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak. Edisi ke-9. Jakarta: Gunung Mulia,
2008.
4. Suparno P. Garis besar tahap perkembangan kognitif. Dalam: Rahardjo, editor. Teori
perkembangan kognitif Jean Piagett. Jakarta: Kanisius, 2002.h. 24-6.
5. Supartini Y. Kebutuhan nutrisi anak. Dalam : Monica Ester, editor. Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta: EGC, 2004.h. 101-113.
6. Handryastuti S. 2004, Desember 10th. Peranan nutrisi dalam pertumbuhan dan
perkembangan otak. Gizi medik Indonesia, vol. 3, hlm. 4-6.
7. Suhardjo. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Edisi ke-10. Jakarta: Kanisius, 2010.
26
8. Eveline PN, Djamaludin N. Tumbuh kembang bayi dan balita. Dalam: Shinta, editor.
Panduan pintar merawat bayi dan balita. Edisi ke-1. Jakarta: Wahyu media, 2010.h. 1-27.
9. Soetjiningsih. Penilaian pertumbuhan fisik anak. Dalam: IG.N.Gde Ranuh, editor. Tumbuh
kembang anak. Jakarta: EGC, 2005.h. 1-37.
27