Pbl Blok 11 Ola
-
Upload
beatrix-flora-siregar -
Category
Documents
-
view
122 -
download
9
Transcript of Pbl Blok 11 Ola
Mekanisme Metabolisme Tubuh
Beatrix Flora E.Siregar
10.2010.220
B6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Jakarta
Latar belakang
Manusia melakukan aktivitasnya dengan menggunakan energi. Energi tersebut
didapat dari hasil metabolisme bahan makanan yang masuk dalam tubuhnya. Bahan makanan
utama penghasil energi terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan
makromolekul yang akan dipecah dalam proses metabolisme dalam tubuh untuk
menghasilkan energi.
1
Tinjauan Pustaka
A. Mekanisme metabolisme karbohidrat
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat yang terdiri atas
unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) , yang umumnya memiliki
rumus kimia Cn(H2O)n. karbohidrat dalam makanan umumnya hanya 3 jenis:
monosakarida, disakarida dan polisakarida. Di mana monosakaridan dan disakarida
terasa manis. Sumber karbohidrat dapat berasal dari hewani dan nabati, seperti pada
tumbuhan tebu. Kebutuhan tubuh akan karbohidrat diperhitungan fungsinya sebagai
penghasil energi1.
Ada 2 lintasan pemecahan karbohidrat yaitu mayor pathway (yang paling utama dan
umum terjadi) dan minor pathway ( jarang terjadi).
Mayor pathway
1. Embden Meyerhof
Lintasan glikolisis merupakan lintasan utama bagi penggunaa glukosa dan
ditemukan dalam semua sel tubuh. Lintasan glikolisis dapat menggunakan oksigen
bila tersedia (aerob) atau dapat dalam keadaan sama sekali tanpa oksigen
(anaerob). Semua enzim pada lintasan glikolisis ditemukan di dalam fraksi sel
yang soluable di luar mitokondria, yaitu sitosol. Enzim-enzim ini mengkatalasikan
berbgai reaksi yang terlibat dalam glikolisis glukosa menjadi piruvat dan laktat
dengan:
Glukosa memiliki lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat.
Proses ini dilangsungkan oleh enzim heksokinase. Namun demikian dalam sel
parenkim hati dan sel pulau Langerhans pankreas, fungsi tersebut dilaksanakan
oleh enzim glukokinase, yang aktivitasnya dalam hati dapat dipicu serta
dipengaruhi oleh perubahan status gizi. ATP diperlukan sebagai donor fosfat, dan
seperti pada banyak reaksi yang melibatkan fosforilasi, ATP bereaksi sebagai
kompleks Mg-ATP. Ujung terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP akan
digunakan dan ADP dihasilkan. Rekasi ini akan disertai dengan hilangnya energi
bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan dengan demikian dalam kondisi
fisiologi reaksi tersebut dapat dianggap tidak reversibel. Heksokinase akan
dihambat secara alosterik oleh produk reaksi, yaitu glukosa 6-fosfat. Heksokinase,
yang pada dasarnya terdapat dalam semua sel ekstra hepatik, memiliki afinitas
yang tinggi (Km yang rendah) terhadap susbtratnya, glukosa. Enzim tersebut
berfungsi menjamin pasokan glukosa bagi jaringan, sekalipun dengan konsentrasi
gula darah yang rendah, lewan fosforilasi semua glukosa yang masuk dalam sel
2
sehingga mempertahankan gradiean konsentrasi glukosa yang besar antara darah
dan lingkungan intrasel. Heksokinase bekerja pada anomer α maupun β dari
glukosa dan juga mengkatalisasikan reaksi fosforilasi jenis-jenis heksosa lainnya
walau dengan kecepatan rendah dibanding glukosa. Glukokinase berfungsi
mengeluarkan glukosa dari dalam darah setelah makan. Berbeda dengan
heksikonase enzim ini mempunyai nilai Km yang tinggi terhadap glukosa dan
bekerja secara optimal pada konsentrasi glukosa darah di atas 5 mmol/L.
Glukosa 6-fosfat adalah senyawa penting yang dijumpai pada titik temu antar
beberapa lintasan metabolik (glikolisis, glukoneogenesis, lintasan pentosa fosfat,
glikogenesis, glikogenolisis). Dalam glikolisissenyawa ini diubah menjadi fruktosa
6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa isomerase, yang meliputi reaksi
isomerisasi aldosaketosa. Reaksi tersebut hanya bekerja pada anomer α glukosa 6-
fosfat. Reaksi ini diikuti oleh reaksi fosfolirasi lainya dengan ATP yang dikatalisis
oleh enzim fosfofruktokinase-1 untuk memproduksi fruktosa 1,6-bifosfat.
Fosfofruktokinase merupakan enzim yang bersifat alosterik serta dapat dibentuk
kembali dalam pengaturan kecepatan glikolisis. Reaksi fosfofruktokinase
merupakan bentuk lain rekais yang secara fungsional bisa dianggap ireversibel
dalam keadaan fisiologis. Fruktosa 1,6-bifosfat akan dipecah oleh enzim aldotase
(fruktosa 1,6-bifosfat aldotase) menjadi 2 senyawa triosa fosfat, yaitu:
gliseraldehid 3-fosfat dan dihidrokiaseton fosfat1.
Beberapa enzim aldolase berbeda ditemukan dan semuanya mengandung 4
subunit. Enzim aldolase A terdapat dalam sebagian besar jaringan tubuh, enzim
aldolase B terdapat juga dalam hati dan ginjal. Gliseraldehid 3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat mengalami interkonversi dengan bantuan enzim fosfotriosa
isomerase. Glikolisis berlangsung melalui oksidasi gliseraldehid 3-fosfat menjadi
1,3-bifosfatgliserat karena aktivitas enzim fosfotriase isomerase, senyawa
dihidroksiaseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-difosfogliserat lewat
gliseraldehid 3-fosfat. Enzim yang bertanggungjawab atas oksidasi tersebut yaitu
gliseraldehid 3-fosfat dihidrogenase, merupakan enzim yang bergantung pada
NAD, dimana enzim tersebut memiliki rumus bangun terdiri atas 4 polipeptida
(monomer) yang identik sehingga membentuk tetramer. Empat gugus –SH terdapat
pada setiap polipeptida yang berasal dari residu sistein dalam rantai polipeptida.
Salah satu gugus –SH ditemukan pada tempat aktif tempat aktif enzim. Subtrat
yang awalnya bergabung dengan gugus –SH ini membentuk senyawa tiohemiasetal
3
yang lalu diubah menjadi senyawa ester tiol energi-tinggi lewat oksidasi, atom
hidrogen dari oksidasi ini dipindahkan pada NAD+ yang terikat pada enzim.
NADH dihasilkan pada enzim tak terikat erat pada enzim. Sehingga NADH dapat
digantikan dengan NAD+ lain.2 Lewat fosforolisis ditambahkan fosfat anorganik
(Pi) sehingga terbentuk 1,3-bifosfogliserat dan enzim bebas dengan gugus –SH
dibentuk lagi dan dilepaskan. Energi yang dihasilkan proses oksidasi disimpan
lewat pembentukan ikatan sulfur energi tinggi. Fosfat energi tinggi ini ditangkap
sebagai ATP dalam reaksi selanjutnya menjadi ADP yang dikatalisasi oleh
fosfogliseratkinase dengan meningalkan senyawa 3-fosfogliserat. Karena 2
molekul triosa fosfat dibentuk per molekul glukosa yang menjalani glikolisis, maka
2 molekul ATP akan dihasilkan pada tahap ini per molekul glukosa; jadi peristiwa
ini merupakan contoh fosforilasi pada tingkat substrat. Jika terdapat arsenat,
senywa ini akan bersaing dengan fosfat anorganik (Pi) dalam reaksi di atas
menghasilkan 1-arseno-3-fosfogliserat yang dihidrolisis spontang menghasilkan 3-
fosfogliserat dengan panas, tanpa produksi ATP. Ini menunjukan kemampunan
aresenat melakukan proses pemisahan oksidasi dan fosforilasi. Senyawa 3-
fosfogliserat terjadi reaksi tersebut diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim
fosfogliserat mutase.
Tahap berikutnya dikatalisasi oleh enzim enolase dan meliputi dehidrasi serta
distribusi kembali energi di dalam molekul, dengan menaikan valensi fosfat pada
posisi 2 ke status energi-tinggi, sehingga terbentuk fosfoenolpiruvat. Enolase
dihambat oleh fluorida (bahan yang mencegah glikolisis sebelum pemeriksaan
kadar glukosa darah). Enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+.
Fosfat energi-tinggi pada fosfoenopiruvat dipindahkan pada ADP oleh
enzimpiruvat kinese untuk menghasilkan 2 molekul ATP permolekul glukosa yang
teroksidasi dalam tahap ini. Enolpiruvat yang terbentuk dalam reaksi ini akan
dikonversi spontan menjadi bentuk keto piruvat. Peristiwa ini merupakan reaksi
nonekuilibrium lainnya yang disertai hilangnya energi bebas dalam jumlah besar
sebagai panas. Jika keadaannya anerob, reaksi oksidasi kembali NADH melalui
pemindahan sejumlah unsur ekuivalen perrduksi lewat rantai respirasi kepada
oksigen dicegah. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat, dan reaksi ini
dikatalisis oleh laktat dehidrogenase. Oksidase kembali NADH lewat pembentukan
laktat memingkinkan berlangsungnya glikolisis dalam keadaan anaeron dengan
menhasilkan kembali NAD+ dalam jumlah memadai untuk siklus lain reaksi
4
tersebut dikatalisis oleh enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase. Dalam
keadaaan aerob pirivat diambil oleh mitokondria dan setelah dikonversi menjadi
asetil-KoA akan dioksidasi menjadi CO2 lewat siklus asam sitrat1.
Gambar 3 Skema siklus Embden Meyerhof5.
Sebelum piruvat memasuki siklus asam sitrat, senyawa ini harus diangkut ke
dalam mitokondria lewat pengangkut piruvat khusus yang membantu pelintasan
melewati membran internal mitokondria. Proses ini meliputi mekanisme symport
dimana satu proton menjalani kontraspotrasi. Di dalam mitokondria, piruvat
mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA. Reaksi ini dikatalisis
beberapa enzim yang berbeda dan bekerja berurutan dalam konpleks multienzim
yang berkaitan dengan membran internal mitokondria. Secara kolektif enzim
tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks
α-ketoglutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat. Piruvat mengalami
dekarboksilasi oleh komponen piruvat dehidrogenase dengan enzim kompleks
menjadi derivat hidroksietil cincin tiazol pada tiamin difosfat yang terikat enzim.
Selanjutnya derivat ini bereaksi dengan lipoamida teroksidasi, kelompok prostetik
5
dihidrolipoil transasetilase, untuk membentuk asetil lipoamida. Tiamin adalah
anggota vitamin B kompleks yang penting. Asetil lipoamida bereaksi dengan
koenzim A untuk membentuk asetil-KoA dan lipoamida tereduksi. Siklus reaksi ini
selesai kalau senyawa yang belakangan ini dioksidasi kembali oleh flavoprotein
yang mengandung FAD melalui enzim dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya,
flaviprotein tereduksi itu dioksidasi oleh NAD+, yang selanjutnya memindahkan
unsur ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi. Sistem piruvat dihidrogenase
kalau diperhatikan ternyata mempunyai sifat elektronegatif yang memadai
sehubungan dengan rantai respirasi sehingga selain memberikan koenzim tereduksi
(NADH), sistem ini juga menghasilkan ikatan tio ester energi tinggi dalam aseti-
KoA. 1,2
Gambar 4 Pengaturan aktivitas kompleks Piruvat dehidrogenase5.
.
2. Siklus asam sitrat
Proses kondensasi pendahuluan asetil-KoA dengan oksaloasetat untuk
membentuk sitrat dikatalisis oleh enzim sitrat sintase yang menyebabkan sintesis
iaktan antarkarbon yang terdapat di antara atomm karbon metil pada asetil-KoA
dan aton karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk
sitril-KoA diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester-KoA yang disertai hilangnya energi
bebas jumlah besar menjadi panas. Sitrat dikonversikan menjadi isositrat oleh
enzim akonitase (akonat hidratase) yang mengandung besi dalam bentuk Fe2+
sebagai protein besi sulfur. Reaksi tersebut dihambat oleh fluorasetat yang dalam
bentuk fluoroasetil-KoA mengadakan kodensasi dengan oksaloasetat untuk
membentuk flurositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akotinase sehingga
6
menyebabkan penumpukan sitrat. Isositrat menjalani dehidrogenasi dengan adanya
enzim isositrat dehidrogenase untuk membentuk oksalosuksianat. Ketiga enzim
isositrat dehidrogen salah satunya adalah yang spesifik-NAD+ hanya ditemukan di
dalam mitokondria. Dua enzim lainya bersifat spesifik-NADP+ dan masing-masing
di jumpai di dalam mitokondria serta sitosol. Oksidasi isositrat yang berkaitan
dengan rantai respirasi berlangsung hampir lengkap melaui enzim yang
bergantung-NAD+. Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi α-ketoglutarat yang
juga dikatalisis oleh enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ (atau Mg2+) merupakan
komponen penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampak tetap terikat pada
enzim sebagai zat-antara dalam keseluruhan reaksi. Selanjutnya α-ketoglutarat
menjalani dekarboksilasi oksidatif dengan cara yang ananlog dengan
dekarboksilasi oksidatif piruvat dimana kedua substrat berupa α-keto.reaksi
tersebut yang dikatalisasi oleh kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase, juga
membutuhkan kofaktor yang identik dengan kompleks piruvat dihidrogenase
(tiamin difosfat, lipoat, NAD+, FAD, KoA) dan menghasilkan pembentukan
suksinil-KoA, yaitu senyawa tioser energi tinggi. Arsenit dapat menghambat reaksi
tersebut sehingga menyebabkan penumpukan substrat, α-ketoglutarat. Untuk
meneruskan siklus tersebut suksinil-KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim
suksinat tiokinase (suksinil-KoA kinase).2
Reaksi dalam siklus asam sitrat ini merupakan contoh satu-satunya prosuk
fosfat energi-tinggi pada ringkat susbstrat dan terjadi karena pelepasan energi-
bebas dari dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat cukup memadai untuk
menghasilkan ikatan energi-tinggi di samping pembentukan NADH. Reaksi
altenatif dalam jaringan ekstrahepatik yang dikatalisasi oleh suksinil-KoA-
asetoasetat-KoA-transferase merupakan konversi suksinil-KoA menjadi suksinat
yang dirangkaikan dalam konversi asetasetat menjadi asetoasetik-KoA.
Suksinat dimetabolisasi lebih lanjut dengan menjalani reaksi dehidrogenasi
yang diikuti oleh penambahan air dan kemudian dehidrogenasi lebih lanjut yang
menghasilkan kembali oksaloasetat. Reaksi dehidrogenasi yang pertama
dikatalisasi oleh suksinat dehidrogenase, yang terikat pada permukaan sebelah
dalam membran internal mitokondria sehingga berbeda enzim lainnya yang ada di
matriks. Reaksi ini merupakan satu-satunya reaksi dehidrogenasi dalam siklus
asam sitrat yang melibatkan pemindahan langsung atom hidrogen dari subtrat
kepada flavo protein tanpa peran dari NAD+. Enzim tersebut mengandung FAD
7
dan protein besi-sulfur. Fumarat terbentuk sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase
(fumarat hidratase) mengkatalisasi penambahan air kepada fumarat untuk
memberikan malat. Di samping bersifat spesifik untuk L-isomerase malat, enzim
fumarase juga mengkatalisasi penambahan unsur-unsur air kepada ikatan-rangkap
fumarat dalam bentuk trans. Malat dikonversikan menjadi oksalo-asetat oleh malat
dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+. Empat vitamin B kompleks
yang larut-air memiliki sejumlah peranan yang tepat untuk menjalankan fungsi
siklus asam sitrat. Keempat vitamin tersebut adalah (1) riboflavin dalam bentuk
flavin adenin dinukleotida (FAD), yaitu kofaktor dalam kompleks α-ketogluatarat
dehidrohenase dan dalam suksinat dehidrogenase; (2) niasin dalam bentuk nikotin
amida adenin dinukleotida (NAD), koenzim 3 buah enzim dehidrogenase dalam
SAS; (3) tiamin (B1) sebagai tiamin difosfatuntuk dekarboksialasi reaksi α-
ketogluatarat dehidrohenase; dan (4) asam pantotenat sebagai bagian dari koenzim
A2,3.
Gambar 5 Siklus asam sitrat5.
3. HMP Shunt
Enzim pada lintasan pentosa fosfat ditemukan di sitosol, sebagai akseptor
hidrogen digunakan NADP+. Pada fase pertama glukosa 6-fosfat menjalani proses
dehidrogenasi menghasilkan ribulosa 5-fosfat. Fase kedua ribulosa dikonversi
menjadi glukosa 6-fosfat dengan enzim utamanya transketolase dan trasnaldolase.
Reaksi dehidrogenase glukosa 6-fosfat menjadi 6-fosfoglukonat lewat
8
pembentukan 6-fosfoglukonolakton oleh enzim glukosa-6-fosfatdehidrogenase
yang bergantung pada NADP. Hidrolisis 6-fosfoglukunolakton yang dikatalisis
oleh glukonolakton hidrolase. Tahap oksidasi ini kedua dikatalisis oleh 6-
fosfoglukonat dehidrogenase yang juga memerlukan NADP+ sebagai akseptor
hidrogen. Dekarboksilasi kemudian dengan pembentukan senyawa ketopentosa,
ribulosa 5-fosfat, yang akan berfungsi sebagai substrat bagi enzim ribulosa 5-fosfat
3-epimerase mengubah konfigurasi disekitar karbon 3, dengan membentuk epimer
xilulosa 5-fosfat dan enzim ribosa 5-fosfat ketoisomerase mengubah ribulosa 5
fosfat menjadi ribosa 5-fosfat. Transketolase memindahkan unit dua-karbon yaitu
karbon 1 dan 2 ketosa pada atom karbon aldehid pada gula aldosa. Reaksi tersebut
memerlukan vitamin B, tiamin sebagai koenzim tiamin fosfat bersama Mg2+.
Enzim ini mengkatalisis xilulosa 5-fosfat kepada ribosa 5-fosfat yang
menghasilkan ketosa sedohepsosa7-fosfat 7 karbon dan aldosa gliseraldehid 3-
fosfat. Enzim transaldolase memungkinkan pemindahan 3 karbon dari ketosa
sedohepsosa7-fosfat pada gliseraldehid 3-fosfat membentuk ketosa fruktosa 6-
fosfat dan aldosa eritrosa 4-fosfat 4 karbon. Lalu sekali lagi dengan enzim
transketolase dengan xilulosa 5-fosfat sebagai donor glikoaldehid, dan eritrosa 4-
fosfat sebagai akseptor menghasilkan fruktosa 6-fosfat dan gliseraldehid 3-fosfat.
Lalu dengan reaksi bolak balik seperti pada glukogenesis menjadi glukosa 6-fosfat.
Lintasan pentosa fosfat menyediakan residu ribosa untuk sintesis nukleotida dan
asam nukleat, berupa bahan ribosa 5-fosfat yang bereaksi dengan ATP membentuk
PRPP dalam biosintesis nukleotida. Lintasan pentosa fosfat pada eritrosit
menyediakan NADPH untuk mereduksi glutation teroksidasi menjadi glutation
tereduksi oleh enzim glutation reduktase, yang mengandung FAD. Selanjutnya
glutation tereduksi akan mengeluarkan H2O2 untuk memendekan umun eritrosit
dengan meningkatkan kecepatan oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin2,3.
4. Glikogenesis dan glikogenolisis
Glukosa akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat, yaitu rekasi
yang lazim terjadi sebagai reaksi pertama dengan lintasan glikolisis dari glukosa.
Reaksi fosforilasi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase di dalam otot dan
glukokianse dalam hepar. Glikosa 6-fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat
dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan
mengalami fosforilasi, dan gugus fosfo akan mengambil bagian dalam reaksi
9
reversibel dimana glukosa 1,6-bifosfat merupakan senyawa-antara. Selanjutnya,
senyawa glukosa 1-fosfat berekais dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk
nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi antara glukosa 1-fosfat
dan uridin trifosfat dikatalisis oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Hidrolisis
berikutnya pirofosfat anorganik oleh enzim pirofosfotase anorganik akan menarik
reaksi ke arah kanan persamaan reaksi.4 Dengan kerja enzim glikogen sintase, atom
C1 pada glukosa aktif UDPGlu membentuk ikatan glikosidik dengan C4 pada residu
glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat (UDP). Molekul
glikogen yang sudah ada sebelumnya atau molekul glikogen primer harus ada
untuk memicu reaksi ini. Molekul primer glikogen selanjutnya dapat terbentuk
pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Glikogenin adalah protein
dengan 37 kDa yang terglikosilasi pada residu tirosin khusus oleh UDPGlc. Lebih
lanjut residu glukosa melekat dalam posisi 1→4 untuk membentuk rantai pendek
yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat di
bagian tengah molekul glikogen, sedangkan di hati jumlah molekul glikogen lebih
dibandingkan molekul glikogenin. Penambahan residu glukosa kepada rantai
glikogen yang sudah ada sebelumnya atau primer terjadi pada ujung luar molekul
yang bersifat nonreduksi sehingga cadang-cabang pada pohon glikogen akan
memanjang begitu terbentuk ikatan 1→4 yang berturutan. Setelah rantai tersebut
diperpanjang hingga mencapai mininal 11 residu glukosa, maka enzim glukosa
yaitu enzim percabangan (aminol [1→4]→[ 1→6]-transglukosidase) akan
memindahkan bagian rantai dari rantai 1→4 (panjang minimal 6 residu glukosa)
kepada rantai sebelahnya untuk membentuk ikatan 1→6 dan dengan demikian
membentuk titik percabangan dalam molekul tersebut. Cabang-cabang itu akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut unit 1→4-glukosil dan percabangan
selanjutnya3.
Penguraian (degradasi) merupakan tahap yang dikatalisasi oleh enzim
fosforilase dengan membatasi kecepatan dalam glikogenolisis. Enzim ini spesifik
untuk proses pemecahan fosforilasi (fosforolisis) ikatan 1→4 glikogen untuk
menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar
molekul glikogen dikeluarkan secara sekuensial sampai kurang-lebih 4 residu
glukosa tetap berada pada tiap sisi cabang 1→6. Enzim glukon transferase
memindahkan unit trisakarida dari cabang satu ke cabang yang lainnya. Sehingga
cabang 1...6 terpajan. Pemecahan hidrolisis ikatan 1→6 memerlukan kerja enzim
10
penghilang cabang (amilo [1→6]glukosidase) yang spesifik, sehingga kerja enzim
fosforilase dapat berlangsung. Gabungan kerja enzim fosforilase dan yang lainnya
mengahasilkan pemecahan lengkap glikogen. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim
fosfoglukomutase bersifat revesibel, sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari
glukosa 1-fosfat. Dalam hepar dan ginjal glukosa 6-fosfatase, mengeluarkan gugus
fosfat dari glukosa 6-fosfat sehingga memudahkan difusi glukosa ke dalam darah.
Peristiwa ini merupakan tahap akhir dalam proses glikogenolisis hepatik, yang
dicerminkan dengan kenaikan kadar glukosa darah3.
Enzim utama dalam metabolisme glikogen yaitu glikogen fosforilase dan
glikogen sintase diatur dengan mekanisme alosterik maupun modifikasi kovalen
akibat fosforilasi dan defosforilasi protein enzim yang reversibel. Banyak
modifikasi kovalen disebabkan oleh kerja cAMP yang merupakan second
messenger. cAMP terbentuk dari ATP oleh enzim adenilil siklase yang ada pada
permukaan membran sel. Adenil siklase diaktifkan pada permukaan membran sel
oleh hormon seperti epinefrin dan norepinefrin selain itu di hati oleh glukagon
lewat resptor glukagon. cAMP dihancurkan oleh fosfodiesterase untuk
mempertahankan kadar normal cAMP yang rendah. Insulin dapat meningkatkan
aktivitas enzim tersebu sehingga menurunkan konsentrasi cAMP. Di hati enzim
fosforilase terdapat saat olahlaga saat AMP meningkat. Sedangkan fosforilase
dalam otot diaktifkan oleh epinefrin dengan bantuan cAMP, dan enzim fosforilase
kinase pada otot diaktifkan oleh Ca2+ 5.
Gambar 6 Glikogenesis dan glikogenolisis5.
11
5. Glikoneogenesis
Krebs menegaskan adanya penghalang energi yang merintangi pembalikan
sederhana glikolisis antara piruvat dan fosfoenolpirivat antara fruktosa 1,6-bifosfat
dan fruktosa 6-fosfat antara glukosa 6-fosfat dan glukosa serta antara glukosa 1-
fosfat dan glikogen. Semua reaksi ini bersifat non-ekuilibrim dengan melepaskan
banyak energi bebas dalam bentuk panas sehingga secara fisiologis tidak
reversibel. Reaksi-reaksi tersebut dielakan oleh sejumlah reaksi khusus.
a. Piruvat dan fosfoenolpiruvat: di dalam mitokondria terdapat enzim piruvat
karboksilase, yang dengan adanya ATP, vitamin B biotin dan CO2 akan
mengubah piruvat menjadi oksaloasetat. Biotin berfungsi untuk mengikat CO2
dari bikarbonat pada enzim sebelum penambahan CO2 pada piruvat. Enzim
kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengkatalisasi konversi oksaloasetat
menjadi fosfoenolpiruvat. Fosfat energi tinggi dalam GTP atau ITP diperlukan
dalam reaksi ini dan CO2 dibebaskan. Jadi dengan bantuan 2 enzim yang
mengkatalisasi transformasi endergonik ini dan enzim laktat dehidrogenase,
maka senyawa laktat dapat diubah menjadi fosfoenolpirufat dengan mengatasi
penghalang energi antara privat dan fosfoenolpiruvat4.
b. Fruktosa 1,6 bifosfat dan fruktosa 6-fosfat: konversi fruktosa 1,6-bifosfat
menjadi fruktosa 6-fosfat, yang diperlukan untuk mencapai pembalikan
glikolisis, dikatalisis oleh enzim spesifik yaitu fruktosa 1,6-bifosfatase yang
penting karena keberadaanya menentukan dapat tidaknya suatu jaringan
mensitesis glikogen bukan saja dari piruvat tapi juga dari triosafosfat. Enzim
fruktosa 1,6-bifosfatase terdapat dalam hepar serta ginjal juga dalam otot lurik.
c. Glukosa 6-fosfat dan glukosa: konversi glukosa 6-fosfat menjadi glukosa
dikatalisasi oleh enzim fosfatase, glukosa 6-fosfatase. Enzim ini terdapat dalam
hepar dan ginjal tapi tidak ditemukan dalam jaringan adiposa dan otot.
Memungkinkan jaringan menambah glukosa ke dalam darah.
d. Glukosa 1-fosfat dan glikogen: pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat
dilaksanakan oleh enzim fosforilase. Sintesis glikogen meliputi lintasan yang
sama sekali berbeda melalui pembentukan uridin difosfat glukosa dan aktifitas
enzim glikogen sintase. Enzim yang penting ini memungkinkan pembalikan
glikolisis untuk memainkan peranan yang utama dalam glukoneogenesis.
Setelah transaminasi atau deaminasi, asam amino glikogenik membentuk
12
piruvat atau anggota lain siklus asam sitrat. Maka reaksi yang diuraikan di atas
dapat menjelaskan proses konversi baik asam amino glukogenik maupun laktat
membentuk piruvat dan harus memasuki mitokondria sebelum konversi menjadi
okseloasetat serta konversi-akhir menjadi glukosa berlangsung. 4
B. Mekanisme metabolisme Protein
Protein merupakan nutrien ke 3 yang utama bagi manusia dan sangat erat
kaitannya dengan asam amino alfa karena asam amino alfa adalah unit terkecil dari
molekul protein. Oleh karenanya, metabolisme protein erat kaitannya dengan
metabolisme asam amino alfa di dalam tubuh manusia.
Asam-asam amino alfa, baik di hati maupun jaringan ekstrahepatik dijumpai di
bagian dalam sel (intraseluler) dan juga di bagian luar sel (eks-traseluler). Asam-
asam amino alfa ekstraseluler adalah asam amino alfa jaringan yang mempunyai
hubungan yang erat dengan produk spesifik, metabolisme karbohidrat dan lemak.
Turnover rate protein jaringan tubuh manusia sebesar 1.2 gram/Kg. berat
badan/24 jam.
Berdasarkan metabolisme Nitrogen asam amino alfa, maka dikenal 2 macam
kelompok hewan yaitu kelompok hewan urikotilik dan ureotilik. Pada kelompok
hewan urikotilik dijumpai asam urat sebagai produk akhir metabolisme N asam amino
alfa, sedangkan pada kelompok hewan ureo-litik, dijumpai urea sebagai produk akhir
metabolisme N. asam amino alfa. Manusia termasuk kelompok hewan ureotilik,
sedangkan burung termasuk kelompok hewan urikotilik.
Klasifikasi asam amino alfa hams dilihat dari beberapa aspek, misal-nya aspek
struktur kimianya, aspek kepentingannya dalam tubuh dan aspek jalur metabolisme
yang ditempuhnya di dalam tubuh. 5
Siklus urea
a. Mula-mula NH3 bereaksi dengan C02 + ATP, yang dikatalisis oleh enzim
karbamoil-P sintetase, membentuk karbamoil-P.
b. Selanjutnya, sebagai reaksi awal siklus urea ialah karbamoil-P ber-kondensasi
dengan ornitin, yang dikatalisis oleh enzim transkarbamoilase, membentuk
sitrulin.
13
c. Berikutnya, dibentuk senyawa arginosuksinat dari hasil kondensasi sitrulin
dengan aspartat yang dikatalisis oleh "Condensing enzyme" dan ATP.
Selanjutnya, arginosuksinat yang dikatalisis oleh enzim arginosuk-sinase
dipecah menjadi arginin dan fumarat.
e. Akhirnya arginin yang dikatalisis oleh enzim arginase dipecah menjadi urea dan
ornitin. Selanjutnya, ornitin dipergunakan kembali untuk pembentukan urea
berikutnya.
C. Mekanisme metabolisme lemak
1. Oksidasi asam lemak jenuh
Oksidasi beta asam lemak meliputi pemecahan yang berurutan dengan
pelepasan asetil KoA. Dalam oksidasi β , dua atom karbon di pecah sekaligus dari
molekul asil-KoA, dangan di mulai pada ujung karboksil. Rantai tersebut di putus
di antara atom karbon α(2),dan β(3),sehinga proses ini di namakan oksidasi β. Unit
dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA, dengan demikian palmitoil KoA
membentuk delapan molekul asetil-KoA. Beberapa enzim secara kolektif di kenal
sebagai enzim oksidase asam lemak di temukan dalam matriks mitokondria
berdekatan dengan rantai respirasi (yang di temukan di dalam membrane internal).
Enzim ini mengkatalisasi asil-KoA menjadi asetil-KoA dan sistem ini di
rangkaikan dengan fosforilasi ADP menjadi ATP . Setelah penetrasi moietas asil
melalui membran mitokondria lewat sistem pengangkutan karnitin dan
pembentukan kembali asil KoA, kemudian terjadi pengeluaran dua atom hidrogen
dari atom karbon 2(α) dan 3(β) dengan di katalisis oleh enzim asil-KoA
dehidrogenase. Peristiwa ini mengahasilkan pembentukan ∆2 trans enoil KoA.
Koenzim untuk dehidrogenase adalah flavoprotein yang mengandung FAD sebagai
gugus prostetik di mana oksidasi ulang oleh rantai respirasi memerlukan
perantaraan flavoprotein lain yang di namakan flavoprotein pemindah electron.
Air di tambahkan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dan membentuk 3 hidroksil
KoA yang di katalisis oleh enzim ∆2 enoil KoA hidratase. Derivate 3 hidroksi
menjalani pproses dehidrogenasi selanjutnya pada ataom karbon 3 ( L(+)-3-
hidroksiasil-KoA dehidrogenase) untuk membentuk senyawa ketoasil-KoA yang
bersesuaian. Pada kasus ini NAD+ merupakan koenzim yang terlibat daam
dehidrogenasi5.
14
Akhirnya 3 ketoasil KoA di pecah pada posisi 2,3 oleh enzim tiolase( 3-
ketoasil KoA-tiolase) , yang mengakatalisasi pemecahan tiolitik dengan melibatkan
molekul KoA lainnya. Produk reaksi ini adalah asetil-KoA dan derivat asil-KoA
yang mengandung lebih sedikit dua atom karbon ketimbang molekul asil KoA
aslinya yang menjalani oksidasi. Asil-KoA yang terbentuk dalam raeksi
pemecahan tersebut masuk kembali ke dalam lintasan oksidatif pada reaksi 2.
Dengan cara ini asam lemak rantai panjang dapat di uraikan sepenuhnya menjadi
asetil-KoA. Karena asetil-KoA dapat di oksidasi menjadi CO2 dan air lewat siklus
asam sitrat ,oksidasi lengkap asam lemak akan tercapai.
Asam lemak dengan jumlah atom karbon yang ganjil akan di oksidasi melalui
lintasan oksidasi β denagn memproduksi asetil-KoA sampai tertingal residu tiga
karbon ( propionil-KoA). Senyawa ini di ubah menjadi menjadi subsinil-KoA
yang merupakan unsure dalam siklus asama sitrat (SAS) . dengan demikian, residu
propionil dari asam lemak rantai ganjil merupakan satu-satunya bagian asam lemak
yang bersifat glukogenik. Oksidasi asam lemak menghasilkan sejumlah besar ATP.
Pengangkutan electron dalam rantai respirasi dari FADH2 dan NADH akan
menghasilkan sintesis lima ikatan fosfat energi tinggi untuk setiap tujuh molekul
pertama asetil-KoAyang terbentuk melalui oksidasi β palminat. Asetil-KoA yang
terbentuk berjumlah total 8 mol, dan setiap mol menghasilkan 12 mol ATP pada
oksidasi dalam asam sitrat, sehinnga memberikan 96 mol atp yang berasal dari
asetil-KoA yang terbentuk dari palitat6.
Oksidasi alfa (α),dan omega (ω). Secara kuantitatif, oksidatif –β dalam
mitokondria merupakan lintasan yang paling penting bagi oksidasi asam lemak.
Namum demikian, oksidasi α,yaitu pengeluaran satu atom karbon sekaligus dari
unjung karboksil molekul. Proses ini tidak memerlukan zat antara KoA dan juga
tidak menghasilkan fosfat energi tinggi. Oksidasi ω dalam keadaan normal
merupakan lintasan yang sangat kecil dan di hasilkan oleh enzim hidroksilase
yang meliputi sitokrom P450 di reticulum endoplasma, memerlukan NADPH dan
juga menghasilkan asam bikarboksilat.
2. Oksidasi asam lemak tidak jenuh. Senyawa ester KoA asam lemak ini akan
terurai oleh enzim yang normalnya bertanggungjawab atas oksidasi β sampai
terbentuk senyawa ∆3-cis-asil-KoA atau senyawa ∆4-cis-asil-KoA menurut ikatan
15
rangkap. Senyawa yang di sebutkan pertama akan mengalami isomerisasi manjadi
tahap ∆2-trans-KoA pada oksidasi β untuk hidrasi dan oksidasi selanjutnya. Setiap
senyawa ∆4-cis-asil-KoA yang tertinggal ,seperti dalam hal asam linoleat,atau yang
memasuki lintasan pada titik ini,akan di ubah oleh enzim asil-KoA dehidrogenase
menjadi senyawa ∆2 -trans-∆4-cis-dienoil-KoA. Senyawa ini di ubah menjadi ∆3-
trans-enoil-KoA oleh enzim yang bergantung NADP,yaitu ∆2 –trans-∆-cis-dienoil-
KoA reduktase. Enzim ∆3-cis ( trans) ∆2 trans enoil KoA isomerase juga akan
menyerang ikatan rangkap ∆3 trans untuk menghasilkan ∆2 trans enoil KoA,yaitu
senyawa antara dalam oksidasi β5,6.
3. Sintesis de novo asam lemak
Sistem ini terdapat di banyak jaringan tubuh, termasuk jaringan hati,
ginjal,otak,paru, kelenjar payudara dan adipose. Kofaktornya mencakup
NADPH,ATP,Mn2+,bioti dan HCO3- . Asetil KoA merupakan substrat antara, dan
palmitat bebas adalah produk akhir. Bikarbonat sebagai sumber CO2 di perlukan
dalam reaksi pendahuluan untuk karboksilasi asetil KoA menjadi malonil KoA
dengan adanya ATP dan enzim asetil KoA karboksilase. Asetil KoA karboksilase
membutuhkan vitamin biotin. Enzim tersebut mengandung dalam jumlah yang
beragam subunit identik,yang masing-masing mengandung biotin ,biotin
karboksilase, protein pembawa biotin karboksil,dan transkarboksilase. Ini
merupakan multi enzim. Kompleks enzim sintase asam lemak merupakan suatu
dimer. Pada mamalia, setiap monomer adalah identik dan terdiri atas satu rantai
polipeptida yang bisa di tandai serta mengandung tujuh enzim sintase asam lemak
beserta ACP dengan gugus 4 fosfopantetein. Di dekat dengannya terdapat tiol lain
dari residu sistein pada 3 ketoasil sintase(enzim kondensasi)dari monomer lain.
Keadaan ini terbentuk karena kedua monomer tersebut berada dalam konfigurasi
karena kedua tiol ikut serta dalam aktivitas sintase,maka bentuk yang aktif hanya
dimer.
Mula-mula molekul penggalak asetil KoA bergabung dengan gugus sistein,
SH yang reaksinya di katalisasi oleh enzim asetil transasilase. Malonil KoA
bergabung dengan gugus SH di dekatnya pada 4 fosfopantetenin ACP monomer
lain dengan di katalisasi oleh enzim malonil transasilase untuk membentuk enzim
asetil(asil)malonil. Gugus asetil menyerang gugus metilen pada residu
malonil,dengan di katalisis oleh 3 ketoasil sintase dan membebaskan CO2 hingga
16
terbentuk enzim 3 ketoasil( enzim asetoasetil). Proses ini membebaskan
membebaskan gugus sistein. Dekarboksilasi memungkinkan penyelesaian reaksi
tersebut dengan bertindak sebagai tenaga pendorong bagi keseluruhan rangkaian
reaksi.gugs ketoasil mengalami reduksi, dehidrasi dan reduksi kembali membentuk
enzim jenuh asil S yang bersesuaian. Molekul melonil KoA yang baru akan
bergabung dengan gugus SH pada 4 fosdopantetein,dngan menggantikan residu
asil jenuh pada gugus SH sistein bebas. Rangkaian reaksi tersebut di ulang dari 6
kali, residu malonil yang baru di satukan pada setiap rangakaian reaksi, sampai
tersususn radikal asil 16 karbon ( palmitil) yang jenuh. Radikal ini kemudian di
bebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh dalam kompleks
tersebut, yakni enzim tioesterase( deasilase). Senyawa palmitat yang bebas harus di
aktifkan menjadi asetil KoA sebelum senyawa tersebut masuk ke lintasan
metabolic lainnya. Peristiwa yang lazim di alami oleh senyawa palmitat adalah
esterifikasi menjadi asilgliserol6.
NADPH terlibat sebagai donor ekuivalen pereduksi dalam proses reduksi
derivate 3 ketoasil maupun 2,3 asil tak jenuh. Reaksi oksidasi pada lintasan
pentose fosfat merupakan sumber utama hydrogen yang di butuhkan untuk sintesis
reduktif asam lemak. Yang mempunyai makna penting adalah bahwa jaringan
dengan spesialisasi dalam proses lipogenesis aktif, yaitu hati,jaringan adipose dan
kelenjar mamae dalam keadaan laktasi,juga memiliki lintasan pentosa fosfat yang
aktif. Selanjutnya kedua lintasan metabolism di jumpai dalam sitosol dalam pada
sel sehinnga tidak terdapat membrane permeabilitasbagi pemindahan NADPH dari
lintasan yang satu kepada lintasan lainnya. Sumber NADPH lainnya mencakup
reaksi yang mengubah malat menjadi piruvat dengan di katalisasi oleh enzim
“enzim Malat”( NADP malat dehidrogenase ) dan reaksi Isositrat dehidrogenase di
luar mitokondria.
4. Metabolisme asam lemak tidak jenuh dan eikosanoat
- Sintesis asam lemak tidak jenuh
Asam lemak tak jenuh tunggal. Sehubungan dengan asam lemak tak jenuh
tunggal yang nonesensial, beberapa jaringan termaksuk hati yang di anggap
bertanggungjawab atas pembentukannya dari asam lemak jenuh. Ikatan rangkap
pertama di sisipkan ke dalam asam lemak jenuh hampir selalau berada pada posisi
∆9. Sebuah sistem enzim, yakni 9 desaturase di dalam reticulum endoplasma, akan
17
mengkatalisasi konversi palmitoil KoA. Oksigen dan salah satu dari NADPH atau
NADH di perlukan untuk reaksi tersebut . enzim tersebut tampaknya merupakan
enzim pada sistem monooksigenase tipikal yang meliputi sitokrom b5
( hidroksilase).
Sintesis asam lemak tak jenuh ganda, melibatkan enzin desaturase dan
elongase. Ikatan rangkap tambahan di sisipkan ke dalam asam lemak tak jenuh
tunggal yang ada, selalu di pisahkan satu sama lain oleh gugus metilen ,kecuali
pada bakteri. Pada hewan, ikatan rangkap tambahan semuanya di sisipkan di
antara ikatan rangkap yang ada dan gugus karboksil, tetapi pada tanaman
penyisipan ikatan rangkap bisa terjadi di antara ikata rangkap yang ada dan atom
karbon ω ( gugus termital metal ). Jadi karena hewan mempunyai enzim ∆9
desaturase, maka hewan daoat mensintesis kelompok asam lemak ω9 ( asam oleat)
secara lengkap melalui penggabungan proses pemanjangan rantai dengan
desaturasi . akan tetapi karena hewan tidak mampu mensintesis asam linoleat
maupun asam α linolenat karena sistem enzim desaturase yang di perlukan tidak
ada , maka kedua asam ini di peroleh dari makanan untuk melaksanankan sintesis
anngota lainnya dari kelompok asam lemak tak jenuh ganda linoleat dan
linolenat. Linoleat dapta di konversi menjadi arakidonat. Lintasan mula-mula
terjadi melalui dehidrogenase ester KoA lewat γ linolenat yang kemudian di ikuti
oleh penanbahan dua unit karbon lewat malonil KoA dalam sistem mikrosom bagi
pemanjanagan rantai untuk memberikan eikosatrienot. Senyawa terakhir ini
membentuk arakidonat melalui dehidrogenasi selanjutnya. Sistem dehidrogensi
serupa dengan sistem yang di uraikan di atas untuk asam lemak jenuh. Dengan
demikian kebutuhan nutrisional akan arakidonat dapat di penuhi sendiri jika
terdapat cukup linoleat dalam makanan6,7.
Sintesis Senyawa Eikosanoid. Arakidonat dan beberapa asam lemak C20
lainnya dengan ikatan yang di selingi metilen menghasilkan senyawa eikosanoid,
yakni senyawa dengan keaktifan fisiologis serta farmokologis yang di kenal
sebagai prostaglandin( PG), leukotrien ( LT ), dan lipoksin (LX). Secara
fisisologis, semua senyawa eikosanoid dapat di anggap sebagai hormone local
yang berfungsi lewat reseptor yang berkaitan dengan protein G untuk
menimbulkan efek biokimiawinya.
Arakidonat yang biasanya berasal dari posisi 2 fosfolipid dalam membrane
plasma, sebagai hasil aktivitas enzim fosfolipase A2, merupakan substrat bagi bagi
18
sintesis senyawa PG2, TX2, LT4, dan LX4. Lintasan metabolism tersebut
menunjukan di vergensi, yaitu sintesis PG dan TX2 bersifat kompetitif denagn
sintesis LT4 dan LX4 untuk substrat arakidonat. Kedua lintasan ini masing masing
di kenal sebagai lintasan siklooksigenase dan lipoksigenase. Ada tiga kelompok
senyawa eikosanoid ( ynag masing masing terdiri atas PG, TX, LT, dan mungkin
pula LX) yang di sintesis dari asam eikosanoat C20, yaitu senyawa yang berasal
dari asam lemak esensial linoleat dan α linoleat atau secara langsung dari asam
arakidonat dan eikosapentanoat yang ada dalam makanan.
5. Metabolisme lipoprotein plasma
Ada 4 kolompok utama lipoprotein yang sudah di kenali yaitu: kilomikrom
mengangkut lipid yang yang terbentuk dari pencernaan dan penyerapan.
Lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah ( VLDL;very low density
lipoprotein) mengangkut triasigliserol dari hati. Lipoprotein densitas rendah
(LDL; very low lipoprotein) merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol
serta terbentuk dari metabolism VLDL, dan lipoprotein densitas tinggi (HDL;high
density lipoprotein) juga merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol tetapi
terlibat dalam pengeluaran kolesterol dari jaringan serta dalam metabolisme jenis
lipoprotein lainnya.
Lipoprotein yang khas seperti kilomikron atau VLDL terdiri dari atas inti lipid
yang terutama berupa berupa triasilgliserol nonpolar dan ester kolesterilyang di
kelilingi oleh lapisan permukaan tunggal dari molekul kolesterol dan fosfolipid
amfifatik. Semua ini tersusun sedemikian rupa sehingga gugus polarnya
menghadap ke keluar ke media akuosa, seperti dalam membrane sel. Moietas
protein pada lipoprotein di kenal sebagai apolipoprotein atau apoprotein, yang
hampir 60% berupa HDL dan hanya 1 % kilomikron. Sebagian apoproteinbersifat
menyatu dan tidak bisa di lepaskan ke lipoprotein lainnya6,7.
Satu atau lebih apolipoprotein di temukan dalam setiap lipoprotein. Apolipoprotein
utama HDL di beri symbol A. Apolipoprotein utama LDL adalah apolipoprotein
B, yang juga di temukan di dalam VLDL dan kilomikron. Akan tetapi, apo B pada
kilomikron lebih kecil dari apo B 100 pada LDL atau VLDL5.
Apo B 100 merupakan salah satu rantai polipeptida tunggal terpanjang yang
diketahui memiliki 4536 asam amino. Apo B48 di bentuk dari mRNA yang sama
19
halnya Apo B100. Karbohidrat membentuk kurang lebih 5 % dari apo yang
mencakup manosa,galaktosa,fruktosa,glukosa,glukosamina serta asam sialat.
Dengan demikian, sebagian lipoprotein juga merupakan glikoprotein. Salah satu
adalah apolipoprotein E yang kaya akan arginin dan di isolasi dari VLDL serta
HDL; apolipoprotein ini mengandung arginin sampai sebanyak 10% dari
keseluruhan asam amino di dalamnya dan membentuk 5-10% dari total
apolipoprotein VLDL pada orang normal. Aplipoprotein mempunyai beberapa
peranan : (1) merupakan kofaktor enzim,misalnya CII untuk lipoprotein lipase, AI
untuk lesitin,kolesterol asiltransferase; (2) dapat bertindak sebagai protein
pemindah lipid; (3) bertindak seperti ligan untuk interaksi dengan reseptor
lipoprotein dalam jaringan.
Kilomikron hanya di temukan dalam cairan limfe yang di bentuk oleh sistem
limfatik yang mengalirkan caira limfe dari usus halus. Kilomikron ini bertanggung
jawab atas pengangkutan semua lipid dari dari makanan ke dalam sirkulasi darah.
Di lain pihak, pembentukan kilomikron meningkat bersamaan dengan semakin
besarnya jumlah triasilgliserol yang di serap. Sebagian besar VLDL plasama
berasal dari hati, VLDL merupakan alat pengangkut triasilgliserol dari hati ke
jaringan di luar hati( ekrahepatik)7.
Antara mekanisme pembentukan kilomikron oleh sel usus dan pembentukan
VLDL oleh sel parenkim hati terdapat banyak kesamaan . Apolipoprotein B di
sintesis oleh ribosom dalam reticulum emdoplasma yang kasar dan di satukan
dengan lipoprotein dalam retikum endoplasma yang halus yang merupakan tempat
utama sintesis triasilgliserol. Lipoprotein mengalir melaluipenyatuan vakuola
sekresi dengan membrane sel. Kilomikron mengalir ke ruang antar sel usus dan
akhirnya berjalan ke dalam siztem limfatik yang mengalirkan isinya di dalam
intestinum. VLDL di sekresi oleh sel parenkim hati ke dalam ruang Disse dan
kemudian ke dalam sinusoid hepatica lewat fenesrata dalam lapisan endotel.
Ketidak mampuan partikel lipid yang berukuran sebesar kilomikron dan VLDL
untuk melintasi sel endotel pembuluh kapiler tabpa proses hidrolisis terlebih
dahulu. Kilomikron maupun VLDL yang terisolasi dari darah sama sam
amengandung apolipoprotein C dan F, namum lipoprotein “ nascent” atau
lipoprotein yang baru di sekresikan hanya mengandung sedikit apolipoprotein
tersebut atau tidak mengandungnya sama sekali, dan komplemen lengkap
20
polipeptida apo C serta E akan terlihat di ekstraksi melalaui pemindahan dari HDL
begitu kilimikron akan VLDL memasuki sirkulasi darah. Apo B memerlukan
unsure esensial untuk pembentukan kilomikron dan VLDL. Pada
abetalipoproteinemia,apo B tidak bisa bekerja karena terdapatnya defek pada
protein pemindah triasilgliserol yang mencegah pemuatan apo B dengan lipid.
Karena itu lipoprotein yang mengandung apolipoprotein ini tidak terbentuk dan
tetesan lipid akan tertimbun dalam usus serta hati.
Antara kemampuan jaringan untuk menyatukan asam lemak pada
triasilgliseral lipoprotein dan aktivitas enzim lipoprotein lipase,terdapat suatu
korelasi yang bermakna. Enzim ini berada di dinding pembuluh darah kapiler, yang
terikat lewat rantai proteoglikan heparin sulfat, dan di temukan di dalam ekstrak
jaringan adipose,jantung,lien,paru,medulla renalis,aorta. Enzim lipoprotein lipase
tidak bekerja aktif dalam hati orang dewasa . suatu enzim lipase, yaitu lipase
hepatic,juga di lepaskan hati oleh sejumlah besar heparin ,tetapi enzim ini di
memperlihatkan sifat sifat yang berbeda dengan sifat sifat enzim lipoprotein lipase
dan tidak mudah bereaksi dengan kilomikron. Enzim lipase hepatic di temukan
pada sel endeotel hati dan berikatandengan metabolisme sisa kilomikron serta
HDL. Baik fosfolipid maupun apolipoprotein C II di perlukan sebagai kofaktor
untuk aktivitas lipoprotein lipase. Apo II mengandung suatu tempat pengikatan
fosfolipid spesifik yang lewat tempat pengikat ini, apo C II akan melekat pada
lipoprotein . jadi kilomikron dan VLDL menghasilkan enzim unruk proses
metabolismenya sendiri bersama dengan substrat dan kofaktornya. Sebagian asam
lemak yang di lepaskan ini akan kembali ke dalam sirkulasi darah dan melekat
pada albumin,namun jumlahnya yang terbesar akan di angkut ke dalam jaringan5.
Sebagian besar LDL di bentuk dari VLDL,namum sebagian LDL di
laksanakan langsung oleh hati. Reseptor untuk LDL yaitu reseptor LDL( B 100,E).
reseptor inidi sebut demikian karena bersifat spesifik bukan untuk B 48 melainkan
untuk B 100,dan reseptor ini dalam beberapa keadaan mengambil lipoprotein yang
kaya akan apo E. apo B 48 kurang mempunyai gugus terminal karboksi B 100
yang mengandung ligand untuk reseptor LDL. Reseptor ini memiliki defek pada
keadaan hiperkolesterolemia familial.
21
HDL di sintesis dan di sekresikan oleh hati maupun intestinum. Namum
demikian HDL nascent ( HDL yang baru di sekresikan) dari intestinum tidak
mengandung apolipoprotein C ataupun E, tetapi hanya mengandung apolipoprotein
A. Jadi apo C dan E di sintesis dalam hati dan di pindahkan kepada HDL
intestinum ketika HDL ini memasuki plasma darah. Fungsi utama HDL adalah
bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk apo C dan E yang di butuhkan dalam
metabolism kilomikron dan VLDL. HDL nascent terdiri atas lapisan ganda
fosfolipid berbrntuk cakram yang mengandung apolipoprotein dan kolesterol
bebas. Lipoprotein ini serupa dengan partikel yang di temukan dlam plasma
pemderita defisiensi enzim lesitin : kolesterol asiltransferase ( LCAT) dan dalam
plasma penderita ikterus obstruktif. LCAT dan activator LCAT apo A-I terikat
dengan cakram tersebut. Proses katalisis oleh LCAT mengubah fosfolipid
permukaan dan kolesterol bebas menjadi ester kolesteril serta lisolesiti. Senyawa
ester kolesteril non polar bergerak ke dalam bagian interior lapisan ganda yang
bersifat hidrofolik, sedangkan lisolesitin di pindahkan kepada albumin plasma.
Reaksi tersebut berlanjut dengan menghasilkan inti non polar yang mendorong
pemisahna lapisan ganda sampai terbentuk HDL sferis pseudomisel, yang di
salutkan oleh selaput permukaan senyawa lipid polar dan apolipoprotein. Jadi
sistem LCAT terlibat dalam dalam proses pemgeluaran kolesterol takteresterifikasi
yang berlebihan dari lipoprotein dan dari jaringan. Hati merupakan tempat terakhir
penguraian ester kolesteril HDL8.
Insulin dan Glukagon
A. Insulin
Insulin memiliki efek penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini
memasuki darah selama keadaan absortif, insulin meningkatkan penyerapan mereka oleh sel
dan konversi, masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin menjalankan
efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien spesifik dari darah ke dalam sel
atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur metabolik tertentu.
22
Efek fisiologis insulin
Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, melewati membran sel
dalam mekanisme carrier. (Mekanisme ini tidak memfasilitasi aliran glukosa ke jaringan
otak, tubulus ginjal, mukosa usus, atau ke sel-sel darah merah.)8
Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh. Insulin meningkatkan
transpor asam amino dan as am lemak dari darah ke dalam sel. Insulin meningkatkan sintesis
protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak. Insulin meningkatkan
penggunaan karbohidrat untuk energi. Insulin memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam
bentuk glikogen pada otot rangka dan hati. Insulin memperbesar cadangan glukosa berlebih
dalam bentuk lemak pada jaringan adiposa.
Efek pada Karbohidrat8
Pemeliharaan homeostatis glukosa darah adalah fungsi pankreas yang sangat penting.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan yang ada antara proses-
proses sebagai berikut :
Penyerapan glukosa dari saluran-saluran pencernaan
Transportasi glukosa ke dalam sel
Pembentukan glukosa oleh sel (terutama di hati)
Dan (secara abnormal) ekskresi glukosa oleh urin.
Insulin memiliki 4 efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan
penyimpanan karbohidrat sebagai berikut :
1. Insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Molekul
glukosa tidak mudah menembus membran sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian
sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah
dan menggunakannya. Insulin menggunakan mekanisme difusi terfasilitasi (dengan perantara
pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut dengan fenomena transporter
recruitment. Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membran plasma
di membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (pengangkutan glukosa). Sel-sel
tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel. Pengangkutan-
pengangkutan tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respons terhadap
peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel.
23
Apabila sekresi insulin berkurang, pengangkut-pengakut tersebut sebagian ditarik dari
membran sel dan dikembalikan ke simpanan intrasel.
Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak,
otot yang aktif, dan hati. Otak yang terus menerus memerlukan pasokan glukosa untuk
memenuhi kebutuhan energinya setiap saat, mudah dimasuki oleh glukosa setiap saat. Untuk
alasan yang masih belum jelas, sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin untuk
menyerap glukosa selama beraktivitas, walaupun dalam keadaan istirahat sel-sel tersebut
bergantung pada insulin. Kenyataan ini penting dalam pelaksanaan diabetes melitus
(defisiensi insulin), seperti akan dijelaskan. Hati juga tidak bergantung pada insulin utnuk
menyerap glukosa; namun, insulin akan meningkatkan metabolisme glukosa oleh hati dengan
merangsang langkah pertama metabolisme glukosa, fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-
fosfat. Fosforilasi glukosa pada saat molekul ini memasuki sel menyebabkan konsentrasi
intrasel glukosa ‘’polos’’ tetap rendah sehingga tetap terdapat gradien konsentrasi yang
mempermudah difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel.
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot
maupun di hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan
menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin selanjutnya menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glikoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan hal ini
melalui dua cara : dengan menurunkan jumlah asam amino di dalam darah yang tersedia bagi
hati untuk glikoneogenesis, dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan
untuk mengubah asam amino menjadi glukosa.
Dengan demikian, insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan
meningkatkan penyerapkan glukosa dari darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel,
sementara secara simultan menghambat dua mekanisme yang digunakan oleh hati untuk
mengeluarkan glukosa baru ke dalam darah (glikonelosis dan glukoneogenesis). Insulin
adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.
24
Efek pada lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk menurukan kadar asam lemak darah dan mendorong
pembentukan simpanan trigliserida. Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel
jaringan adiposa, seperti yang dilakukannya pada kebanyakan sel tubuh. Glukosa berfungsi
sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk
pembentukan trigliserida. 2
Insulin mengaktifkan enzim-enzim yang mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari
turunan glukosa. Insulin meningkatkan masuknya asam-asam lemak dari darah ke dalam sel
jaringan adiposa. Insulin menghambat lipofisis (penguraian lemak) sehingga terjadi
penurunan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah. Secara kolektif efek-efek itu
mendorong pengeluaran glukosa dan asam lemak dari darah dan meningkatkan penyimpanan
keduanya sebagai trigliserida. 2
Efek Pada Protein8
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein sebagai
berikut :
1. Insulin mendorong aktif asam-asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain.
2. Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein
dengan merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel.
3. Insulin menghambat penguraian protein.
Akibat kolektif efek ini adalah efek anabolik protein. Karena itu, insulin esensial bagi
pertumbuhan normal. Stimulus utama untuk meningkatkan sekresi insulin adalah
peningkatan konsentrasi glukosa darah. Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem
umpan balik negatif langsung antara sel ß pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah
yang mengalir ke sel-sel tersebut. Peningkatan kadar glukosa darah, seperti yang terjadi
setelah penyerapan makanan, secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin
oleh sel ß. Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya menurunkan kadar glukosa darah
ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan zat gizi ini.
Sebaliknya penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa,
secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan kecepatan reaksi insulin ini
menyebabkan perubahan metabolisme dari keadaan absortif ke keadaan pascaabsortif.
Dengan demikian, sistem umpan balik negatif sederhana ini mampu mempertahankan
25
pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran serta saraf atau hormon
lain.
Kendali sekresi insulin
Efek terhadap kadar glukosa darah
Peningkatan kadar glukosa darah, misalnya setelah makan, akan menstimulasi
sel beta untuk memproduksi insulin. Insulin menyebabkan glukosa berdifusi ke dalam sel
yang akan memakainya sebagai energi, mengubahnya menjadi glikogen dalam hati, atau
menjadi lemak dalam jaringan adiposa. Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi insulin
juga turun. Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya, menurunkan kadar glukosa
darah ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan zat gizi ini.
Sebaliknya, penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa, secara
langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan kecepatan sekresi insulin ini menyebabkan
perubahan metabolisme dari keadaan absorptif ke keadaan pasca-absorptif. Dengan demikian,
sistem umpan-balik negatif sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke
jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran serta saraf atau hormon lain. 9
Selain konsentrasi glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam
mengatur sekresi insulin. Peningkatan kadar asam amino plasma, seperti yang terjadi setelah
memakan makanan tinggi protein, secara langsung merangsang sel-sel F untuk meningkatkan
sekresi insulin. Melalui mekanisme umpan-balik negatif, peningkatan insulin tersebut
meningkatkan masuknya asam-asam amino tersebut ke dalam sel, sehingga kadar asam
amino dalam darah menu"run sementara sintesis protein meningkat.
Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai
respons terhadap adanya makanan, terutama gastric inhibitory peptide (peptida inhibitorik
lambung), merangsang sekresi insulin pankreas selain memiliki efek regulatorik langsung
pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini, sekresi insulin meningkat secara "feedforward"
atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang meningkatkan kadar
glukosa dan asam amino dalam darah.
Sistem saraf otonom secara langsung juga mem-pengaruhi sekresi insulin. Pulau-
pulau Langerhans dipersarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis (vagus) dan simpatis.
Peningkatan aktivitas parasimpatis yang terjadi sebagai respons terhadap makanan dalam
saluran pencernaan merangsang pengeluaran insulin. Keadaan ini juga merupakan
mekanisme feedforward sebagai antisipasi terhadap penyerapan zat-zat gizi. Sebaliknya,
stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat sekresi insulin.
26
Penurunan insulin memungkinkan kadar glukosa darah meningkat; suatu respons yang sesuai
untuk keadaan-keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatis—yaitu, stres (fight or
flight) dan olahraga. Pada kedua keadaan tersebut, diperlukan tambahan bahan bakar untuk
aktivitas otot. Secara singkat, insulin merangsang jalur-jalur bio-sintetik yang menyebabkan
peningkatan pemakaian glukosa, peningkatan penyimpanan karbohidrat dan lemak, dan
peningkatan sintesis protein. Karena itu, hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak,
dan asam amino dalam darah. Pola metabolik ini khas untuk keadaan absorptif. Memang,
sekresi insulin meningkat selama keadaan ini dan bertanggung jawab mengubah jalur
metabolik menjadi anabolisme netto. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia
yang menimbulkan kelaparan bagi otak.
Efek glukagon
Glukagon mempengaruhi sekresi insulin melalui peningkatan konsentrasi glukosa
darah. Efek glukagon dan insulin berlawanan. Hal ini untuk mempertahankan kadar gula
darah normal selama berpuasa atau makan. 9
Sekresi glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah. Kadar gula darah yang
rendah menstimulasi sel-sel alfa untuk memproduksi glukagon. Glukagon menyebabkan
pelepasan glukosa dari hati, sehingga glukosa darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa
darah menghambat pelepasan glukagon melalui mekanisme umpan balik negatif. Selain itu
terdapat hormon yang secara tidak langsung mempengaruhi sekresi insulin yang antara lain :
a. Hormon pertumbuhan, ACTH, dan hormon gastrointestinal, seperti gastrin, sekretin dan
kolesistokinin, semuanya menstimulasi sekresi insulin.
b. Somatostatin, diproduksi oleh sel-sel delta pankreas dan hipotalamus, menghambat
sekresi insulin dan glukagon serta menghalangi absorpsi intestinal terhadap glukosa.
B. Glukagon
Pada umumnya, glukagon melawan efek insulin. Walaupun insulin berperan sentral
dalam mengontrol antara keadaan absortif dan pasca absortif, produk sekretorik sel α pulau
Langerhans pankreas, yaitu glukagon, juga sangat penting. Banyak pakar ilmu memabndang
sel-sel ß penghasil insulin dan sel sel α penghasil glukagon sebagai pasangan sistem endokrin
yang sekresi kombinasinya merupakan faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan
bakar. 2
27
Efek fisiologis glukagon
Glukagon meningkatkan penguraian glikogen hati menjadi glukosa (glikogenesis),
sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon meningkatkan sintesis glukosa dari
sumber noiikarbohidrat (gluokoneogenesis) dalam hati. 10
Efek pada Karbohidrat
Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat timbul akibat penignkatan
pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen,
meningkatkan sintesis glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
Efek pada Lemak
Glukagon juga melawan efek insulin berkenaan dengan metabolisme lemak dengan
mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesis trigliserida. Glukagon meningkatan
pembentukan ketogenesis di hati dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi bahan
keton. Dengan demikian di bawah pengaruh glukagon, kadar asam lemak dan badan keton
dalam darah meningkat.
Efek pada Protein
Glukagon menghambat sintesis protein dan meningkatkan penguraian protein di hati.
Walaupun meningkatkan katabolisme protein di hati glukagon tidak memiliki efek bermakna
pada kadar asam-amino darah karena hormon ini tidak memperngaruhi protein otot, simpanan
protein yang utama di tubuh.
Sekresi glukagon meningkat selama keadaan pasca-absorptif
Dengan mempertimbangkan efek katabolik glukagon pada simpanan energi tubuh,
sekresi glukagon meningkat selama keadaan pasca-absorptif dan menurun selama keadaan
absorptif, berkebalikan dengan sekresi insulin. Pada kenyataannya, insulin kadang-kadang
disebut sebagai "hormon pesta" dan glukagon sebagai "hormon puasa". Insulin cenderung
menyebabkan zat-zat gizi disimpan saat kadar mereka dalam darah tinggi, misalnya setelah
makan, sedangkan glukagon mendorong katabolisme simpanan zat gizi antara waktu makan
untuk mempertahankan kadar zat-zat gizi tersebut dalam darah, terutama glukosa darah. 8-10
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa dara pada pankreas endokrin. Dalam hal ini, sel-sel a pankreas
28
meningkatkan sekresi glukagon sebagai respons terhadap penurunan glukosa darah. Efek
hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke normal.
Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah, seperti yang terjadi setelah makan,
menghambat sekresi glukagon, yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa darah ke
normal.
Dengan demikian, terdapat hubungan umpan-balik negatif langsung antara konsentrasi
glukosa darah dan kecepatan sekresi sel a, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan
efek glukosa darah pada sel P, dengan kata lain, peningkatan kadar glukosa darah
menghambat sekresi glukagon tetapi merangsang sekresi insulin, sedangkan penurunan
glukosa darah menyebabkan peningkatan sekresi glukagon dan penurunan sekresi insulin.
Karena glukagon meningkatkan glukosa darah dan insulin menurunkan glukosa darah,
perubahan sekresi hormon-hormon pankreas sebagai respons terhadap penyimpangan glukosa
ini bekerja sama secara homeostasis untuk memulihkan kadar glukosa darah ke normal.
Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah secara langsung merangsang
pengeluaran glukagon dan menghambat pengeluaran insulin oleh pankreas, keduanya
merupakan mekanisme kontrol umpan-balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak
darah ke normal. 10
Efek-efek yang berlawanan dari konsentrasi glukosa dan asam lemak darah pada sel a
dan P pankreas tersebut sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul nutrien tersebut dalam
sirkulasi darah, karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan lemak
saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada sekresi kedua hormon ini adalah
cerita yang lain. Peningkatan konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi glukagon
dan insulin. Mengapa hal ini tampak paradoks, karena glukagon tidak menimbulkan efek
apapun pada konsentrasi asam amino darah? Efek peningkatan kadar asam amino darah yang
sama pada sekresi glukagon dan insulin akan masuk akal apabila Anda meneliti efek kedua
hormon ini pada kadar glukosa darah.
Apabila selama penyerapan makanan kaya-protein peningkatan asam amino darah
hanya merangsang sekresi insulin, dapat terjadi hipoglikemia. Karena setelah mengkonsumsi
makanan kaya-protein hanya terdapat sedikit karbohidrat untuk diserap, peningkatan sekresi
insulin yang dipicu oleh asam amino akan menyebabkan sebagian besar glukosa masuk ke
dalam sel, sehingga terjadi penurunan men-dadak kadar glukosa darah yang tidak sesuai.
Namun, peningkatan sekresi glukagon yang terjadi secara ber-samaan karena
dirangsang oleh peningkatan kadar asam amino darah akan meningkatkan pembentukan
glukosa oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon melawan efek hipoglikemik insulin,
29
hasil akhir setelah kita mengkonsumsi makanan kaya protein tetapi rendah karbohidrat adalah
kestabilan kadar glukosa darah (dan pencegahan hipoglikemia sel-sel otak).
D. Glikogenesis dan glikogenolisis
Glukoasa akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat, yaitu rekasi yang lazim
terjadi sebagai reaksi pertama dengan lintasan glikolisis dari glukosa. Reaksi fosforilasi ini
dikatalisis oleh enzim heksokinase di dalam otot dan glukokianse dalam hepar. Glikosa 6-
fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim
fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi, dan gugus fosfo akan
mengambil bagian dalam reaksi reversibel dimana glukosa 1,6-bifosfat merupakan senyawa-
antara. Selanjutnya, senyawa glukosa 1-fosfat berekais dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi antara glukosa 1-fosfat
dan uridin trifosfat dikatalisis oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Hidrolisis berikutnya
pirofosfat anorganik oleh enzim pirofosfotase anorganik akan menarik reaksi ke arah kanan
persamaan reaksi. Dengan kerja enzim glikogen sintase, atom C1 pada glukosa aktif UDPGlu
membentuk ikatan glikosidik dengan C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat (UDP). Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya atau
molekul glikogen primer harus ada untuk memicu reaksi ini. Molekul primer glikogen
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Glikogenin
adalah protein dengan 37 kDa yang terglikosilasi pada residu tirosin khusus oleh UDPGlc.
Lebih lanjut residu glukosa melekat dalam posisi 1→4 untuk membentuk rantai pendek yang
diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat di bagian tengah
molekul glikogen, sedangkan di hati jumlah molekul glikogen lebih dibandingkan molekul
glikogenin. Penambahan residu glukosa kepada rantai glikogen yang sudah ada sebelumnya
atau primer terjadi pada ujung luar molekul yang bersifat nonreduksi sehingga cadang-cabang
pada pohon glikogen akan memanjang begitu terbentuk ikatan 1→4 yang berturutan. Propiat
merupakan sumber utama glukosa, dan memasuki lintasan glukoneogenesis utama lewat
siklus asam sitrat setelah proses konversi menjadi suksinil-KoA. Propiat pertama-tama
diaktifkan dengan ATP dan KoA oleh enzim asil-KoA sintetase yang tepat. Propionil-KoA,
yaitu produk reaksi ini menjalani reaksi fiksasi CO2 untuk membentuk D-metilmalonil-KoA,
dan reaksi ini dikatalisasi oleh enzim propionil-KoA karboksilase. Reaksi fiksasi ini analog
dengan fiksasi CO2 dalam asetil-KoA, sama-sama membentuk derivat malonil, dan
memerlukan biotin sebagai koenzim. D-metilmalonil-KoA harus diubah menjadi bentuk
30
steroisomernya yaitu L-metilmalonil-KoA, oleh enzim metilmalonil-KoA rasemase, sebelum
berlangsung isomerasi akhir senyawa tersebut menjadi suksinil-KoA oleh enzim
metilmalonil-KoA isomerase yang memerlukan vitamin B12 sebagai koenzim. Defisiensi
vitamin ini dapat menyebabkan metilmalonat asiduria. Meskipun lintasan ke arah suksinat
merupakan jalur utama metabolisme, propinat dapat pula digunakan sebagai molekul
pengalang sintesis asam lemak dalam jaringan adiposa dan mencapai mininal 11 residu
glukosa, maka enzim glukosa yaitu enzim percabangan (aminol [1→4]→[ 1→6]-
transglukosidase) akan memindahkan bagian rantai dari rantai 1→4 (panjang minimal 6
residu glukosa) kepada rantai sebelahnya untuk membentuk ikatan 1→6 dan dengan
demikian membentuk titik percabangan dalam molekul tersebut. Cabang-cabang itu akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut unit 1→4-glukosil dan percabangan selanjutnya10.
Penguraian (degradasi) merupakan tahap yang dikatalisasi oleh enzim fosforilase
dengan membatasi kecepatan dalam glikogenolisis. Enzim ini spesifik untuk proses
pemecahan fosforilasi (fosforolisis) ikatan 1→4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-
fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dikeluarkan secara
sekuensial sampai kurang-lebih 4 residu glukosa tetap berada pada tiap sisi cabang 1→6.
Enzim glukon transferase memindahkan unit trisakarida dari cabang satu ke cabang yang
lainnya. Sehingga cabang 1...6 terpajan. Pemecahan hidrolisis ikatan 1→6 memerlukan kerja
enzim penghilang cabang (amilo [1→6]glukosidase) yang spesifik, sehingga kerja enzim
fosforilase dapat berlangsung. Gabungan kerja enzim fosforilase dan yang lainnya
mengahasilkan pemecahan lengkap glikogen. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim
fosfoglukomutase bersifat revesibel, sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-
fosfat. Dalam hepar dan ginjal glukosa 6-fosfatase, mengeluarkan gugus fosfat dari glukosa
6-fosfat sehingga memudahkan difusi glukosa ke dalam darah. Peristiwa ini merupakan tahap
akhir dalam proses glikogenolisis hepatik, yang dicerminkan dengan kenaikan kadar glukosa
darah10.
Enzim utama dalam metabolisme glikogen yaitu glikogen fosforilase dan glikogen
sintase diatur dengan mekanisme alosterik maupun modifikasi kovalen akibat fosforilasi dan
defosforilasi protein enzim yang reversibel. Banyak modifikasi kovalen disebabkan oleh
kerja cAMP yang merupakan second messenger. cAMP terbentuk dari ATP oleh enzim
adenilil siklase yang ada pada permukaan membran sel. Adenil siklase diaktifkan pada
permukaan membran sel oleh hormon seperti epinefrin dan norepinefrin selain itu di hati oleh
glukagon lewat resptor glukagon. cAMP dihancurkan oleh fosfodiesterase untuk
31
mempertahankan kadar normal cAMP yang rendah. Insulin dapat meningkatkan aktivitas
enzim tersebu sehingga menurunkan konsentrasi cAMP. Di hati enzim fosforilase terdapat
saat olahlaga saat AMP meningkat. Sedangkan fosforilase dalam otot diaktifkan oleh
epinefrin dengan bantuan cAMP, dan enzim fosforilase kinase pada otot diaktifkan oleh Ca2+
5.
Gambar 6 Glikogenesis dan glikogenolisis5.
32
Daftar Pustaka
1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan kesehatan
masyarakat. Edisi 2. Jakarta : Rajagrafindo Persada; 2008.
2. Khomsan A, Anwar F. Sehat itu mudah. Edisi 1. Jakarta: Hikmah; 2008
3. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: ECG; 2006
4. Suhardjo, Kusharto C. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Edisi 12. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 2006
5. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Edisi 1.
Jakarta: EGC. 2009
6. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histologi. Cetakan ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2009.
7. 2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.
8. Sherwood L; editor bahasa Indonesia: Beatricia I. Fisiologi manusia. Edisi ke-
2. Jakarta: EGC; 2003.
9. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2005.
10. 5..Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil
PA. Harper's illustrated biochemistry. 26th ed. Boston : McGraw-Hill; 2006.
33