PBL Blok 10
-
Upload
elvina-setiadi-chen -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
description
Transcript of PBL Blok 10
Pendahuluan
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa
metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi
kelangsungan hidupnya. Ginjal berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan
mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air, dan dengan
mengeliminasi semua zat sisa metabolisme (kecuali CO2, yang dikeluarkan oleh paru).
Sewaktu difiltrasi secara berulang-ulang oleh ginjal, plasma mempertahankan konstituen-
konstituen yang bermanfaat bagi tubuh dan mengeliminasi bahan-bahan yang tidak
diperlukan atau berlebihan di urin. Yang paling penting adalah kemampuan ginjal mengatur
volume dan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) lingkungan cairan internal dengan
mengontrol keseimbangan air dan garam. Yang juga penting adalah kemampuan ginjal untuk
membantu mengatur pH dengan mengontrol eliminasi asam dan basa di urin.1
Struktur Makroskopis Saluran Kemih
Ginjal
Struktur: ginjal memiliki kapsula fibrosa sendiri dan dikelilingi oleh lemak perinefrik
yang akhirnya, dilapisi oleh fasia renalis. Panjang tiap ginjal sekitar 10-12 cm dan
terdiri dari korteks di luar, medula di dalam, serta pelvis.
Hilus ginjal terletak di medial dan dari depan ke belakang merupakan tempat lewat: v.
Renalis, a. Renalis, pelvis ureter, dan pembuluh limfe, serta nervus vasomotor
simpatis.
Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga kalises mayor yang terbagi lagi atas
kalises minor yang menerima urin dari piramid medula melalui papila.
Posisi: ginjal terletak retroperitoneum menempel ke dinding posterior abdomen.
Ginjal kanan tingginya sekitar 1 cm di atas ginjal kiri.
Pasokan darah: a. Renalis berasal dari aorta setinggi L2. Bersama-sama, a.renalis
mengarahkan 25% curah jantung ke ginjal. Tiap a. Renalis terbagi menjadi lima aa.
Segmental pada hilus, yang pada gilirannya terbagi secara sekuensial menjadi cabang-
cabang lobaris, interlobaris, arkuata, dan kortikal radial. Cabang kortikal radial
bercabang lagi menjadi arteriol aferen yang memasok darah ke glomeruli dan
melanjutkan sebagai arteriol eferen. Tekanan yang berbeda antara arteriol aferen dan
eferen menghasilkan ultrafiltrasi yang kemudian melewati, dan diubah oleh nefron,
untuk menghasilkan urin. Arteri renalis dekstra lewat di belakang IVC. V. Renalis
sinistra panjang karena lewat di depan aorta dan mengalir menuju IVC.
Gambar 1. Struktur Ginjal Manusia
Diunduh dari www.google.com
Ureter
Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvik, dan intravesikalis.
Struktur: panjang ureter sekitar 20-30 cm dan berjalan dari hilus ginjal menuju
kandung kemih. Dindingnya berotot dan dilapisi epitel transisional. Saat operasi bisa
dikenali karena adanya peristaltis.
Perjalanan: dari pelvis renalis di hilus perjalanan ureter bisa dirangkum sebagai
berikut:
o Berjalan sepanjang bagian medial m. psoas mayor di bagian belakang, namun
melekat ke peritoneum.
o Kemudian menyilang bifurkasio iliaka komunis di anterior sendi sakro-iliaka
dan berjalan sepanjang dinding lateral pelvis menuju spina iskiadika.
o Pada spina iskiadika ureter berjalan ke depan dan medial untuk memasuki
kandung kemih dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki
panjang sekitar 2 cm dan perjalanannya sepanjang dinding kandung kemih
menghasilkan efek mirip-sfingter. Pada pria ureter menyilang superfisial di
dekat ujungnya di sebelah vas deferens. Pada wanita ureter lewat di atas
forniks lateral vagina namun di bawah ligamentum kardinale dan pembuluh
darah uterina.
Pasokan darah: ureter merupakan struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga
pasokan darahnya didapatkan dari banyak sumber:
o Ureter atas—menerima cabang langsung dari aorta, a. Renalis, dan a.
Gonadal.
o Ureter bawah—menerima cabang iliaka interna dan a. Vesikalis inferior.
Kandung Kemih
Pada orang dewasa kandung kemih merupakan organ pelvis. Letaknya di belakang
pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum. Fungsinya sebagai penampung urin dan
kapasitasnya sekitar 500 mL.
Struktur: kandung kemih berbentuk piramid. Apeks piramid ini arahnya ke depan
dan dari situ terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus, yang berjalan ke atas
menuju umbilikus menjadi ligamentum umbilikale media. Basis (permukaan
posterior) kandung kemih berbentuk segitiga. Pada pria, vesikula seminalis
terletak di permukaan posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh vas
deferens. Rektum terletak di belakang. Pada wanita, di antara kandung kemih dan
rektum ada vagina. Permukaan inferolateral vagina di inferior berbatasan dengan
dasar panggul dan di anterior dengan lapisan lemak retropubis dan os pubis. Leher
kandung kemih menyatu dengan prostat pada pria sedangkan pada wanita
langsung melekat ke fasia pelvis. Fasia pelvis menebal membentuk ligamentum
puboprostatikum (pria) dan ligamentum pubovesikale untuk menahan leher
kandung kemih pada tempatnya. Membrana mukosa kandung kemih membentuk
lipatan bila kandung kemih kosong kecuali membrana yang melapisi basis
(disebut trigonum) yang tetap halus. Angulus superior trigonum menandai pintu
untuk orifisium ureter. Terdapat peninggian muskularis, yaitu lipatan
interureterika, yang berjalan di antara orifisium ureter. Angulus inferior dari
trigonum ini berbatasan dengan meatus uretra interna. Lapisan otot kandung
kemih terdiri dari tiga lapisan otot plos membentuk trabekula yang disebut (otot)
detrusor. Detrusor menebal di leher kandung kemih dan membentuk sfingter
vesika.
Pasokan darah: dari aa. Vesikalis superior dan inferior (cabang-cabang a. Iliaka
interna). V. Vesikalis menyatu di sekeliling kandung kemih membentuk pleksus
yang mengalirkan darah ke v. Iliaka interna.2
Stuktur Mikroskopis Saluran Kemih
Ginjal
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya saraf, masuk
dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter – dan memiliki
permukaan lateral yang cembung. Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar,
terbagi menjadi dua atau tiga kaliks mayor. Beberapa cabang yang lebih kecil, yaitu kaliks
minor, muncul dari setiap kaliks mayor.
Ginjal dapat di bagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada manusia
medula ginjal terdiri atas 10–18 struktur berbentuk kerucut atau piramid, yaitu piramid
medula. Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang pararel, yaitu
berkas medulla yang menyusup ke dalam korteks.
Setiap ginjal terdir dari 1–4 nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar,
yakni korpuskel renalis, tubulus kontroktus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa
(lengkung) henle, tubulus kontortus distal, tubulus dan duktus koligentes.
Korpuskel Renalis
Setiap korpuskel renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri atas serberkas kapiler,
yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang di sebut kapsula
bowman. Lapisan dalam kapsul ini (lapisan visceral) menyelubungi kapiler glomerulus.
Lapisan luar membentuk batas luar kapsukel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula
bowman.
Diantara kedua lapisan kapsula bowman terdapat ruang urinarius, yang menampung
cairan yang di saring melalui dinding kapiler dan lapisan visceral. Setiap korpuskel ginjal
memiliki kutub vascular, tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan
memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berasal. Setelah memasuki
korpuskel renalis, arteriol aferen biasanya terbagi menjadi dua sampai lima cabang utama,
dan setiap cabang terbagi lagi menjadi kapiler, yang membentuk glomerulus ginjal.
Tubulus Kontortus Proksimal
Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal kapsula
bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus proksimal berbentuk kuboid,
atau silindris rendah, tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus distal dan karena
tampak lebih banyak di dekat korpuskel ginjal dan korteks ginjal.
Sel-sel epitel kubaid ini memiliki sitoplasma asidofik yang di sebabkan oleh adanya
mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel memiliki banyak mikrovili dengan
panjang kira-kira 1 µm. Sel endotel kapiler glomerulus merupakan jenis kapiler bertingkap
namun tidak di lengkapi diagfragma tipis seperti yang terdapat pada kapiler bertingkap lain.
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang
melekat pada dindingnya. Sel mesangial bersifat kontraktil dan memiliki reseptor untuk
angiotensin II, bila reseptor ini teraktifkan, aliran glomerulus akan berkurang. Sel mesangial
juga memiliki reseptor terhadap faktor natriuretik yang di hasilkan sel-sel atrium jantung.
Faktor ini merupakan faktor vasodilator dan merelaksasi sel-sel mesangial, yang agaknya
menambah aliran darah dan membentuk daerah permukaan yang efektif untuk filtrasi. Sel
mesangial juga yang membentuk suatu brush border. Karena selnya berukuran besar, setiap
potongan melintang dari tubulus proksimal hanya mengandung tiga sampai lima inti bulat.
Ansa Henle
Ansa (lengkung) henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal
desendens, segmen tipis desendens, segmen tebal asendens, dan segmen tipis asendens.
Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Di bagian
luar medula, segmen tebal desendens, dengan garis tengah luar sekitar 60 µm, tiba-tiba
menyempit sampai sekita 12 µm dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di
segmen nefron ini sangat lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng dengan inti
yang hanya sedikit menonjol ke dalam lumen.
Kira-kira sepertujuh dari semua nefron terletak dekat perbatasan korteks – medula dan
karenanya di sebut nefron jukstamedula. Nefron lainnya disebut nefron kartikal. Semua
nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi, dan sekresi. Akan tetapi , nefron
jukstamedula terutama penting untuk mempertahankan gradient hipertonik dalam interstisium
medula – yaitu, dasar kemampuan ginjal dalam menghasilkan urin hipertonik.
Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang sangat panjang, yang masuk jauh
kedalam medula. Lengkung ini terdiri atas segmen tebal desendens yang pendek, segmen
tipis desendens, dan asendens yang panjang, dan segmen tebal asendens. Sebaliknya, nefron
kortikal memiliki segmen tipis desendens yang sangat pendek, tanpa segmen tipis asendens.
Gambar 2. Nefron
Diunduh dari www.google.com
Tubulus Kontortus Distal
Segmen tebal asendens ansa henle menerobos korteks; setelah menempuh jarak
tertentu, segmen ini jadi berkelok-kelok dan disebut tubulus kontortus distal. Tubulus ini
seperti segmen asendens dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Tubulus kontortus distal berbeda dari tubulsus kontortus proksimal karena tidak
memiliki brush border, tidak adanya kanalikuli apikal, dan ukuran sel yang lebih kecil.
Karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal, tampak
lebih banyak sel dan inti pada dinding tubulus distal daripada dinding tubulus proksimal.
Sel-sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membran basal dan
mitokondria terikat yang menunjukan fungsi transport ionnya. Tubulus kontortus distal
mengadakan kontak dengan kutub vascular di korpuskel ginjal yang berasal dari induk
nefronnya.
Pada tempat kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi, seperti halnya dengan
arteriol aferenya. Di daerah didaerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus kontortus distal
biasanya menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya memiliki kompleks
golgi di bagian basal. Dinding segmen tubulus distal yang termodifikasi ini, yang tampak
lebih gelap pada sediaan mikroskopik karena rapatnya inti, disebut macula densa.
Tubulus dan Duktus Koligentes
Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling
bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus, yang berangsur
melebar sewaktu mendekati puncak pyramid.
Tubulus koligentes yang lebih kecil dilapisi oleh epitel kuboid dan bergaris tengah
lebih kurang 40 µm. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, sel-selnya meninggi
sampai berbentuk silindris. Garis tengah duktus koligentes mencapai 200 µm di dekat puncak
pyramid medulla.
Di sepanjang perjalanannya, tubulus dan duktus koligentes terdiri atas sel-sel yang
tampak pucat dengan pulasan biasa. Sitoplasma sel tersebut bersifat electron – lusen dengan
sedikit organel. Di tubulus koligentes dan duktus koligentes kortikalis, juga tampak suatu sel
interkalaris gelap; fungsi sel ini belum diketahui. Batas antarsel di tubulus koligentes dan sel-
sel duktus jelas terlihat dengan mikroskop cahaya.
Aparatus Jukstaglomerulus
Dekat korpuskel ginjal, tunika media arteriol aferen memiliki sel-sel otot polos yang
termodifikasi. Sel-sel ini disebut sel jukstaglomerulus, dan memiliki sitoplasma yang penuh
dengan granula sekretoris. Sekret sel jukstaglomerulus berperan mempertahankan tekanan
darah. Macula densa tubulus kontortus distal biasanya terletak dekat pada daerah arteriol
aferen yang mengandung sel-sel jukstaglomerulus bersama-sama, bagian arteriol ini dan
macula densa membentuk aparatus jukstaglomerulus.
Yang juga merupakan bagian dari aparatus jukstaglomerulus adalah beberapa sel
pucat, yang fungsinya belum jelas. Sel-sel ini disebut sebagai sel mesangial ekstraglomerulus,
atau sel lacis. Membran elastika interna arteriol aferen tak dijumpai di daerah sel-sel
jukstaglomerulus.
Interstisium Ginjal
Celah di antara tubulus uriniferus dan pembuluh darah dan limfe disebut interstisium
ginjal. Celah ini menempati ruang yang sangat kecil di korteks namun meluas di dalam
medulla. Interstisium ginjal mengandung sedikit jaringan ikat dengan fibroblast, sedikit serat
kolagen, dan terutama dalam medulla, substansi dasar berhidrasi tinggi yang kaya akan
proteoglikan. Di medulla terdapat sel-sel sekresi yang di sebut sel interstisial. Sel interstisial
mengandung tetes lipid sitoplasma dan terlibat dalam sintesis prostaglandin dan prostasiklin.
Uretra
Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Pada
pria, sperma juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita, uretra hanya merupakan
organ perkemihan.
Uretra pada pria terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa,
dan pars pendulosa. Bagian awal uretra melalui prostat, yang terletak sangat dekat dengan
kandung kemih, dan duktus yang mengangkut secret prostat bermuara ke dalam uretra pars
prostatika.
Di bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang meninggi,
yaitu verumontanum yang menonjol ke bagian dalam uretra tersebut. Suatu tabung tertutup
yang di sebut utrikulus prostatikus bermuara ke puncak verumontanum; tabung ini tidak
diketahui fungsinya. Duktus ejakulatorius bermuara di sisi verumontanum. Cairan semen
masuk ke dalam uretra proksimal melalui duktus ini untuk di simpan tepat sebelum ejakulasi.
Uretra pars prostatika dilapisi epitel transisional.
Uretra pars membranosa haya memiliki panjang 1 cm dan di lapisi epitel berlapis
atau bertingkat silindris. Di sekeliling urretra bagian ini terdapat sfingter otot rangka, yakni
sfingter uretra eksterna.
Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen
uretra melebar ke arah distal, yang membentuk fossa navikulare. Epitel di bagian uretra ini
kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris, dengan daerah epitel gepeng dan berlapis.
Kelenjar littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang uretra namun
kebanyakan berada di uretra pars pendulosa.3
Struktur Makroskopis Genitalia Masculine
Prostat
Dalam keadaan normal prostat berukuran kira-kira sebesar kenari. Letaknya
mengelilingi uretra pars prostatika dan di antara leher kandung kemih serta diafragma
urogenitalis. Apeks prostat terletak di atas sfingter uretra eksterna kandung kemih. Di anterior
berbatasan dengan simfisis pubis namun dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal pada rongga
retropubis (kavum Retzius). Di posterior, prostat dipisahkan dari rektum oleh fasia
Denonvilliers.
Struktur: prostat terdiri dari lobus-lobus anterior, posterior, media, dan lateral. Pada
pemeriksaan rektal bisa teraba sulkus medial posterior di antara kedua lobus lateral.
Lobus-lobus prostat mengandung banyak kelenjar yang mensekresi basa yang
ditambahkan pada cairan semen saat ejakulasi. Kelenjar prostat membuka ke sinus
prostatikus. Duktus ejakulatorius, yang mengalirkan cairan dari vesikula seminalis
dan dari vas, memasuki bagian atas prostat dan kemudian ke uretra pars prostatika di
verumontanum.
Pasokan darah: dari a. Vesikalis inferior (cabang a. Iliaka interna). Pleksus vena
prostatika terletak di antara kapsula prostat dan selubung fibrosa luar. Pleksus ini
menerima darah dari v. Dorsalis penis dan mengalirkannya ke v. Iliaka interna.
Vas Deferens
Vas deferens membawa sperma dari epididimis menuju duktus ejakulatorius dan
kemudian dialirkan ke uretra. Vas keluar dari kauda epididimis dan melalui kanalis inguinalis
menuju anulus profunda, di sebelah bawah dinding lateral pelvis hampir menuju ke
tuberositas iskia dan belok ke arah medial untuk mencapai basis kandung kemih di mana
kemudian saluran ini bergabung dengan duktus dari vesikulosa seminalis membentuk duktus
ejakulatorius.
Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis terdiri dari saluran berlobul yang terletak di ekstraperitoneal di
basis kandung kemih di sebelah lateral vas deferens.
Uretra
Uretra pria kira-kira panjangnya 20 cm (wanita 4 cm). Uretra pria dibagi tiga bagian:
Uretra pars prostatika (3 cm): memiliki peninggian yang memanjang (lipatan uretra)
pada dinding posteriornya. Di tiap sisi lipatan ini terdapat kelukan dangkal, sinus
prostatikus, yang menandai titik drainase dari 15-20 duktus prostatikus. Utrikulus
prostatikus adalah traktus buntu dengan panjang 5 mm yang membuka ke suatu
eminensia di tengah lipatan—verumontanum. Duktus ejakulatorius membuka di
kedua sisi utrikulus.
Uretra pars membranosa (2 cm): terletak di diafragma urogenitalis dan dikelilingi oleh
sfingter uretra eksterna (uretra sfingter).
Uretra pars penis (15 cm): melalui korpus spongiosum penis menuju meatus uretra
eksterna.2
Gambar 3. Genetalia Masculine
Diunduh dari www.google.com
Struktur Mikroskopis Genitalia Masculine
Tubulus Seminiferus :
Spermatozoa di hasilkan di tubulus seminiferus. Setiap testis memiliki 250-1000
tubulus seminiferus. Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis majemuk,
garis tengahnya lebih kurang 150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. tubulus ini
berkelok-kelok dan berawal sebagai saluran buntu. Di ujung setiap lobulus, lumennya
menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus,
atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluran
berlapis epitel yang beranastomosis, yaitu rete testis. Kira-kira 10-20 diikuti eferentes
menghubungkan rete testis dengan bagian sefalik epididmis.
Tubulus seminiferus terdiri atas satu lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis yang
berkembang baik, dan suatu epitel germinal, atau seminiferus yang kompleks. Tunika
propia fibrosa yang membungkus tubulus seminiferus terdiri dari beberapa lapisan
fibroblast. Lapisan terdalam yang melekat pada lamina basalis terdiri atas sel-sel
mioid gepeng, yang memperlihatkan ciri otot polos.
Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel sertoli, atau sel penyokong dan
sel-sel yang membentuk garis keturunan spermatogenik. Turunan sel spermatogenik
fungsinya adalah menghasilkan spermatozoa. Produksi spermatozoa disebut
spermatogenesis, yakni suatu proses yang mencakup pembelahan sel melalui mitosis
dan meiosis serta diferensiasi akhir spermatozoa, yang disebut spermiogenesis.
Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil, dan uretra,
yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini – korpus kavernosum penis –
terletak di dorsal. Yang lain, terletak di ventral dan disebut korpus kavernosum uretra,
atau korpus spongiosum, yang mengelilingi uretra. Korpus kavernosum uretra
melebar di bagian ujung, yang membentuk glans penis. Sebagaian besar uretra penis
dilapisi oleh epitel bertingkat silindris, namun epitel ini berubah menjadi epitel
berlapis gepeng di glans penis. Kelenjar littre penyekresi lendir terdapat di sepanjang
uretra penis. Korpra kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu
tunika albuginea. Korpra kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erektil,
jaringan ini mengandung sejumlah besar lumen vena yang di lapisi sel-sel endotel
utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot
polos.3
Mekanisme Kerja Ginjal
Gambar 4. Mekanisme Kerja Ginjal
Diunduh dari www.google.com
Filtrasi
Plasma difiltrasi di dalam glomerulus secara ultrafiltrasi (yaitu bekerja pada tingkat
molekular), dan filtrat masuk ke dalam tubulus proksimal. Laju filtrasi glomerulus (LFG)
adalah ~125 mL/menit pada manusia. Aliran plasma ginjal adalah ~600 mL/menit, sehingga
jumlah plasma yang difiltrasi ke nefron (fraksi filtrasi) adalah ~20%. Cairan dan solut (zat
terlarut) harus melalui tiga sawar filtrasi:
1. Endotel kapiler glomerulus, yang kira-kira 50 kali lebih permeabel daripada sebagian
besar jaringan lain karena memiliki pori-pori (fenestra) berukuran kecil (70 nm).
2. Membran basal kapiler terspesialisasi yang mengandung glikoprotein bermuatan
negatif, yang diperkirakan sebagai tempat utama filtrasi.
3. Sel epitel termodifikasi (podosit) dengan penonjolan panjang (prosesus primer) yang
meliputi kapiler dan memiliki banyak tonjolan/prosesus seperti kaki (pedikel) yang
berhubungan langsung dengan membran basal. Celah regular di antara pedikel-
pedikel disebut celah filtrasi, dan celah ini membatasi molekul-molekul besar. Podosit
mempertahankan membran basal dan, seperti sel mesangial, dapat bersifat fagositik
dan sedikit kontraktil.
Permeabilitas sawar filtrasi bergantung pada ukuran molekul. Zat dengan berat
molekul <7000 Da dapat lewat dengan bebas, tetapi molekul yang lebih besar hingga
berukuran 70.000-100.000 Da semakin terbatas, dan bila molekul lebih besar lagi maka
filtrasi menjadi tidak signifikan. Molekul bermuatan negatif semakin terbatas karena ditolak
oleh muatan negatif membran basal. Jadi, albumin (~69.000 Da), yang juga bermuatan
negatif, hanya terfiltrasi dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan molekul kecil seperti
ion, glukosa, asam amino, dan ureum melewati filter tanpa hambatan. Hal ini berarti bahwa
filtrat (hasil filtrasi) glomerulus hampir tidak mengandung protein, tetapi sebaliknya,
memiliki komposisi yang identik dengan plasma.
Faktor yang Menentukan Laju Filtrasi Glomerulus
LFG bergantung pada perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik
(osmotik koloid, yang disebabkan oleh protein) pada kapiler glomerulus dan kapsula
Bowman, seperti yang ditunjukkan pada persamaan Starling. Tekanan kapiler glomerulus (Pc)
lebih besar daripada tempat lain manapun (~48 mmHg) karena pengaturan arteriol aferen dan
eferen yang unik dan karena resistensi aferen yang rendah tetapi resistensi eferennya tinggi.
Karena tekanan kapsula Bowman (PB) adalah ~10 mmHg, maka gaya hidrostatik netto yang
mendorong filtrasi adalah (Pc – PB) atau ~35 mmHg. Gaya ini dilawan oleh tekanan onkotik
plasma kapiler (πc; ~25 mmHg); tekanan onkotik filtrat pada dasarnya adalah nol (tidak ada
protein). Jadi, LFG ∞ (Pc – PB) – πc. Yang harus diperhatikan, karena fraksi filtrasi cukup
berarti (~20%) dan protein tidak difiltrasi, maka konsentrasi protein plasma dan kemudian πc
akan meningkat saat darah melewati glomerulus, sehingga mengurangi (tetapi tidak
menghentikan) filtrasi. Pada kapiler peritubulus, di mana tekanan hidrostatik sangat rendah,
peningkatan πc akan memacu reabsorbsi.
Jadi, LFG sangat bergantung pada resistensi relatif arteriol aferen dan eferen, yang
dipengaruhi tonus simpatis dan zat-zat vasoaktif lainnya. LFG bersifat konstan dalam kisaran
tekanan darah yang luas (90-200 mmHg) karena adanya autoregulasi aliran darah ginjal.
Penyakit ginjal, vasokonstriktor sirkulasi dan lokal, dan aktivasi simpatis akan mengurangi
LFG, walaupun angiotensin II akan lebih mengontriksi arteriol eferen, sehingga
meningkatkan LFG.4
Reabsorbsi
Reabsorbsi adalah proses kedua yang dilakukan ginjal untuk menentukan konsentrasi
suatu zat yang difiltrasi dari plasma. Reabsorbsi mengacu kepada pergerakan aktif atau pasif
suatu zat yang disaring di glomerulus kembali ke kapiler peritubulus.
o Reabsorbsi Glukosa
Glukosa secara bebas disaring di glomerulus. Dalam keadaan normal, semua
glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh transpor aktif, terutama di
tubulus proksimal.
Karena selalu melibatkan suatu pembawa, terdapat suatu transpor maksimum
untuk glukosa. Transpor maksimum (Tm) adalah jumlah satuan bahan yang
dapat ditranspor dalam satuan waktu.
Diginjal, reabsorbsi glukosa digabungkan dengan gerakan ion-ion natrium dari
filtrat urine ke dalam sel-sel tubulus. Di suatu titik, gerakan ini didorong oleh
penguraian ATP melalui natrium-laium ATPase. Ini adalah suatu proses yang
memerlukan energi. pemakaian energi sekunder inilah yang menyebabkan
transpor glukosa menjadi suatu proses aktif.
o Reabsorbsi Natrium
Reabsorbsi natrium berlangsung diseluruh tubulus melalui kombinasi difusi
sederhana dan transpor aktif. Sekitar 65% reabsorbsi natrium terjadi di tubulus
proksimal dan 25% di lengkung henle. Dengan demikian, hanya sekitar 10%
natrium yang difiltrasi tetap dalam tubulus pada saat filtrat mencapai tubulus
lengkung distal. Konsentrasi akhir natrium di urine biasanya kurang dari 1%
jumlah total yang difiltrasi di glomerulus.
Tidak seperti glukosa, ginjal mengatur konsentrasi natrium plasma. Walaupun
natrium difiltrasi secara bebas, dan dalam keadaan normal 98-99%
direabsorbsi, namun reabsorbsi 1-2% terakhir dapat bervariasi. Konsentrasi
natrium plasma adalah 145 mmol/liter dan jumlah natrium yang difiltrasi
sekitar 18 mmol/menit. Jumlah ini sama dengan 1500 gram natrium yang
difiltrasi sehari. Bahkan meski di sekresi sebanyak 2% dari jumlah ini 30 gram
perhari adalah suatu jumlah yang cukup besar. Jumlah 1-2% terakhir ini
dipengaruhi dengan ada atau tidaknya aldosteron.
Transpor natrium keluar dari nefron dan kembali ke kapiler, dapat bergabung
dengan arah yang sama dengan reabsorbsi bahan lain, atau dapat bergabung
dedalam arah yang berlawanan dengan bahan lain. Bahan-bahan yang
mengalami kotranspor dengan natrium adalah glukosa, asam amino, dan
klorida. Ion hidrogen mengalami kotranspor dan disekresikan ke dalam urine
saat ion natrium direabsorbsi.
o Reabsorbsi Klorida
Reabsorbsi klorida dapat bersifat aktif dan pasif, dan hampir selalu
bersamaandenan transpor natrium. Proses ini dipengaruhi oleh gradien listrik
di tubulus. Seperti, natrium sebagian besar di reabsorbsi di tubulus kontortus
proksimal, sedikit di lengkung henle, dan sisanya di antara lengkung tubulus
distal dan tubulus pengumpul.
o Reabsorbsi Kalium
Sebagian besar kalium di dalam tubuh terletak di intrasel. Dengan demikian,
walaupun kalium plasma difiltrasi secara bebas di glomerulus, konsentrasinya
di kapsula bowman rendah. Sebagian besar kalium yang difiltrasi, akan
direabsorbsi 50% di tubulus proksimal, 40% di pars asenden tebal, dan sisanya
10% di bagian akhir nefron duktus pengumpul di medula. Sebagian besar
reabsorbsi kalium adalah difusi pasif.
kalium juga disekresikan ke dalam tubulus melalui transpor aktif di sel-sel
tubulus proksimal, pars desenden lengkung henle, dan duktus pengumpul.
Jumlah kalium yang disekresi bergantung pada jumlah kalium yang masuk
melalui makanan. Individu yang melakukan diet rendah kalium hanya
melakukan filtrasi dan reabsorbsi, dan tidak melakukan sekresi kalium.
Sekresi kalium oleh duktus pengumpul dirangsang oleh hormon aldosteron
yang dikeluarkan oleh korteks adrenal.
o Reabsorbsi Asam Amino
Asam amino yang di filtrasi di glomerulus secara aktif direabsorbsi di tubulus
proksimal. Semua reabsorbsi asam amino diperantarai oleh pembawa. Tm
untuk pembawa berada jauh di atas jumlah asam amino yang difiltrasi secara
normal, sehingga tidak terdapat dalam urine normal.
o Reabsorbsi Protein Plasma
Hanya sedikit sekali protein plasma yang difiltrasi menembus glmerulus.
Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal.
Karena GFR sangat tinggi, walaupun hanya sedikit molekul plasma, misalnya
albumin yang difiltrasi, pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak
dilakukan reabsorbsi.
Sebagian kecil protein yang di filtrasi di glomerulus tidak direabsorbsi. Protein
tersebut diuraikan oleh sel tubulus dan diekskresikan di urin. Contoh protein
tersebut adalah protein pertumbuhan dan luteinizing hormone dan keduanya
disekresi oleh hipofisis anterior.
o Reabsorbsi Urea
Urea dibentuk di hati sebagai suatu produk akhir metabolisme protein. Urea
difiltrasi secara bebas di glomerulus. Karena sangat permeabel menembus
bagian besar nefron, urea berdifusi kembali ke kapiler peritubulus.urea
mengikuti air saat air di reabsorbsi dari filtrat urin yang bergerak menembus
nefron. Dari ujung tubulus proksimal, sekitar 50% urea yang difiltrasi telah
direabsorbsi. Dari ujung tubulus proksimal ke duktus pengumpul di medula,
tubulus proksimal tidak bersifat permeabel terhadap urea. Disepanjang rute ini
beberapa bagian tubulus mulai mensekresikan urea ke dalam filtrat. Dengan
demikian, pada saat sampai di medula konsentrasi urea telah kembali
mencapai konsentrasi seperti filtrat glomerulus. Di duktus pengumpul di
medula, urea kembali menjadi permeabel dan kembali mengikuti reabsorbsi
air ke luar tubulus. Sewaktu filtrat meninggalkan ginjal, sekitar 40% urea yang
semula difiltrasi menetap dalam filtrat dan diekskresikan. Harus ditekankan
bahwa reabsorbsi urea bergantung pada reabsorbsi air. Apabila reabsorbsi air
rendah, maka semakin banyak urea yang disekresikan, dan demikian
sebaliknya.
Pengaturan Aliran Darah Ginjal
Aliran darah ginjal harus tetap adekuat agar ginjal dapat bertahan serta untuk
mengontrol volume plasma dan elektrolit. Perubahan aliran darah ginjal dapat meningkatkan
atau menurunan tekanan hidrostatik glomerulus yang mempengaruhi GFR. Ginjal memiliki
beberapa mekanisme untuk mengontrol aliran darah ginjal. Mekanisme ini membantu dalam
mempertahankan fungsi ginjal dan GFR konstan walaupun terjadi perubahan tekanan darah
sistemik.
Aliran darah ginjal dikontrol oleh mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme
internal mencakup kemampuan bawaan arteriol aferen dan eferen untuk melebar dan
menyempit, yang dapat menentukan seberapa banyak darah yang mengalir melintasi ginjal.
Kemampuan bawaan ini disebut otoregulasi. Mekanisme eksternal yang mengatur aliran
darah injal mencakup efek langsung peningkatan atau penurunan tekanan arteri rata-rata ,dan
efek susunan saraf simpatis. Mekanisme ketiga yang mengatur aliran darah dan memiliki
komponen internal dan eksternal adalah hormon yang dihasilkan oleh ginjal dan
memengaruhi seluruh sirkulasi sistemik. Hormon ini disebut renin, yang bekerja melalui
pembentukan suatu fase konstriktor kuat, angiotensin II.
o Otoregulasi
Otoregulasi adalah respon intrinsik otot polos vaskular terhadap perubahan
tekanan darah. Seperti banyak arteriol lain, sel-sel otot polos arteriol aferen
dan eferen berespons terhadap peregangan dengan konstriksi refleks. Apabila
tekanan darah sistemik meningkat, maka peregangan pada arteriol aferen
meningkat. Peregangan tersebut menyebabkan arteriol berkonstriksi sehingga
aliran darah berkurang dan tekanan darah ginjal kembali ke normal.
Sebaliknya, apabila tekanan darah sistemik menurun, maka peregangan pada
arteriol aferen dan eferen berkurang, dan arteriol berespons dengan melakukan
relaksasi dan dilatasi untuk meningkatkan aliran darah. Dengan adanya
otoregulasi, aliran darah ginjal menetap relatif konstan dengan kisaran antara
80 mmHg dan 180 mmHg.
Otoregulasi berfungsi efektif, khususnya pada saat tekanan darah meningkat.
Batas bawah otoregulasi, 80 mmHg, lebih sering tercapai dibanding batas
atasnya. Dengan demikian, GFR dapat turun pada keadaan hipotensi berat.
o Susunan Saraf Simpatis
Saraf simpatis mempersarafi arteriol aferen dan eferen ginjal, dan dapat
mengabaikan otoregulasi apabila dirangsang. Seperti berlaku ada sebagian
besar arteriol, rangsangan terhadap saraf simpatis menyebabkan konstriksi
arteriol aferen, sehingga terjadi peningkatan terhadap aliran. Akibatnya, aliran
darah ke glomerulus menurun sehingga tekanan hidrostatik kapiler dan GFR
juga berkurang. Namun, rangsangan simpatis pada arteriol eferen yang terjadi
bersamaan, serta konstriksi pembuluh itu, kemudian menyebabkan darah
terbendung di glomerulus. Hal ini malah dapat meningkatkan tekanan
hidrostatik kapiler dan filtrasi glomerulus. Hasil akhir rangsangan simpatis
pada ginjal adalah penurunan bermakna aliran darah ginjal, dengan sedikit
penurunan GFR. Susunan saraf simpatis terangsang apabila terjadi penurunan
tekanan darah sistemik.
Penurunan aliran darah ginjal sebagai respons terhadap penurunan tekanan
darah sistemik bersifat adaptif dan membantu organisme bertahan dari suatu
krisis hipotensif. Pada hipotensi, air dan garam yang difiltrasi di glomerulus
berkurang, sehingga yang keluar melalui urine juga berkurang. Hal ini
membantu meningkatkan volume darah dan memuihkan tekanan darah.
Pada keadaan peningkatan tekanan darah, rangsangan simpatis ke semua
arteriol berkurang. Arteriol aferen dan eferen berdilatasi sehingga aliran darah
ginjal dan GFR meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan pengeluaran air
dan garam melalui urine, yang membantu mengurangi volume darah dan
tekanan darah ke tingkat normal.
Harus ditekankan bahwa input simpatis lebih dominan dibandingkan
mekanisme otoregulasi ginjal. Apabila perangsangan simpatis meningkat,
maka aliran darah ginjal berkurang walaupun ginjal berusaha melakukan
mekanisme otoregulasi aliran darahnya.
o Renin
Renin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh ginjal sebagai respons
terhadap penurunan tekanan darah atau penurunan konsentrasi natrium
plasma. Sel-sel yang dibentuk dan mengeluarkan renin serta mengontrol
pelepasannya adalah sekelompok sel nefron yang disebut aparatus
juxtaglomerulus. Kelompok sel ini, mencakup sel otot polos arteriol dan sel
makula densa. Sel otot polos mensintesis renin dan berfungsi sebagai
baroreseptor untuk memantau tekanan darah. Sel makula densa adalah bagian
dari pars asendens nefron. Sel ini memantau konsentrasi natrium plasma. Sel
makula densa dan sel arteri aferen terletak berdekatan satu sama lain di titik
pars asenden tubulus distal hampir menyentuh glomerulus. Pada saat sel
makula densa memantau perubahan natrium plasma selanjutnya, sel tersebut
mengirimkan pesan ke sel yang mensakresi renin.
Apabila tekanan darah turun, maka sel otot polos meningkatkan pelepasan
renin. Apabila tekanan darah naik, kama sel otot polos mengurangi pelepasan
renin. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka sel makula densa
memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk meningkatkan aktivitasnya.
Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel makula densa memberi
sinyal pada sel otot polos untuk menurunkan pelepasan renin.
Saraf simpatis juga merangsang juga merangsang aparatus juxtaglomerulus
untuk mengeluarkan renin. Dengan demikian, penurunan tekanan darah
menyebabkan peningkatan renin baik secara langsung melalui baroreseptor
juxtaglomerulus dan tidak langsung melalui saraf simpatis. Setelah
dikeluarkan, renin beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis
penguraian suatu protein kecil yaitu, angiotensinogen, menjadi angiotensin I
suatu protein yang terdiri atas 10 asam amino. Angiotensinogen dihasilkan
oleh hati dan konsentrasinya di dalam darah tinggi. Dengan demikian,
pelepasan renin adalah langkah penentu kecepatan reaksi. Perubahan
angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung di seluruh plasma, tetapi
terutama di kapiler paru. Angiotensin I mempunyai beberapa efeknya sendiri,
tetapi lebih cepat bereaksi dengan enzim lain yang sudah ada dalam darah
enzim pengubah angiotensin. ACE menguraikan angiotensin I menjadi 8-
amino-acid peptide atau angiotensin II.
o Angiotensin II
Angiotensin II adalah suatu vasokonstriktor kuat yang bekerja pada seluruh
sistem vaskular untuk meningkatkan kontraksi otot polos sehingga terjadi
penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan resistensi perifer total.
Peningkatan ini secara langsung meningkatkan tekanan darah sistemik.
Angiotensin II juga merupakan suatu hormon kuat yang beredar dalam darah
ke kelenjar adrenal, menyebabkan sintesis hormon mineralokortikoid,
aldosteron.
o Aldosteron
Aldosteron beredar dalam darah dan berikatan dengan sel-sel duktus
pengumpul di korteks ginjal. Peningkatan aldosteron mengakibatkan
peningkatan reabsorbsi natrium dari filtrat urine, dan menyebabkan urine
masuk kembali ke kapiler peritubulus. Karena air seringkali mengikuti
perpindahan natrium, peningkatan reabsorbsi natrium menyebabkan
peningkatan reabsorbsi air sehingga volume plasma meningkat. Peningkatan
volume plasma akan mengakibatkan peningkatan aliran balik vena ke jantung
sehingga volume sekuncup dan curah jantung meningkat. Peningkatan curah
jantung, seperti peningkatan resistensi perifer total, secara langsung
meningkatkan tekanan darah sistemik.
Rangsangan lain untuk pelepasan aldosteron, selain angiotensin II, adalah
kadar kalium plasma yang tinggi, dan suatu hormon hipofisis anterior, hormon
ACTH. Selain memengaruhi reabsorbsi natrium, aldosteron juga merangsang
sekresi kalium dari duktus pengumpul di korteks ginjal ke dalam filtrat urine.
aldosteron memengaruhi transpor natrium dan kalium melewati usus, dengan
cara yang sama natrium dan kalium melewati duktus pengumpul.
Penanganan Asam Basa
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa. Sebagian
besar proses metabolik tubuh menghasilkan asam. Proses tersebut mencakup fosforilasi
oksidatif, yang menghasilkan karbondioksida yan mudah menguap, dan metabolisme
protein , yang menghasilkan asam tidak mudah menguap misalnya asam sulfat dan asam
fosfat. Walaupun dalam keadaan normal, paru mengekskresikan semua karbon dioksida yang
dihasilkan oleh oksidasi, namun hanya ginjal yang mampu mengekskresikan asam yang tidak
mudah menguap. Lebih penting lagi, ginjal memiliki tugas esensial untuk menyerap ulang
sejumlah besar bikarbonat basa yang difiltrasi secara bebas di glomerulus. Tanpa fungsi ini,
dapat terjadi pH darah yang mematikan. Ginjal membantu mengeliminasi karbon dioksida
yang dihasilkan oleh metabolisme sel individu yang mengidap penyakit paru dengan
meningkatkan sekresi dan eksresi asam dan dengan reabsorbsi basa dalam jumlah besar.
o Reabsorbsi Bikarbonat
Suatu proses aktif yang terjadi terutama di tubulus proximal. Reabsorbsi
berlangsung sewaktu sebuah molekul terurai di sel tubulus proximal menjadi
sebuah H+ dan sebuah OH. H+ yang secara aktif disekresikan ke dalam lumen
tubulus dan bergabung dengan molekul bikarbonat yang telah difiltrasi di
glomerulus. Hidrogen ditambah bikarbonat, akan membentuk asam karbonat
yang dengan enzim carbonic anhidrase, terurai menjadi karbondioksida dan
air. Keduanya berdifusi kembali ke dalam sel tubulus proximal untuk
digunakan kembali saat siklus tersebut berulang.
o Sekresi Bikarbonat
Dibawah kondisi alkalosis, ginjal dapat mensekresikan bikarbonat. Sehingga
basa plasma bekurang, dan pH kembali normal. Sekresi bikarbonat adalah
suatu proses aktif yang terjadi di duktus pengumpul di korteks. Namun, pada
saat alkalosis, reabsorbsi bikarbonat tetap berlangsung dan tetap penting.
Hilangnya semua bikarbonat yang difiltrasi dapat menyebabkan kematian.
o Sekresi dan Ekskresi Asam
Ginjal mensekresikan dan mengekskresikan H+ ke dalam urine sehingga ginjal
dapat membersihkan darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang
diproduksi secara metabolik. Ekskresi H+ terjadi setelah sebagian besar
bikarbonat yang difiltrasi mengalami reabsorbsi. Pada keadaan ini, H+ yang
dihasilkan di sel tubulus proximal dari penguraian air berpindah ke lumen
tubulus dan berkaitan dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi dan keluar melalui
urine.
Efek ekskresi hidrogen yang terkait ke fosfat tidak hanya menyebabkan
pengeluaran asam melalui urine, tetapi juga terjadi penambahan neto
bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion bikarbonat tetap diproduksi di tubulus
proximal sewaktu karbondioksida berkaitan dengan OH-. Bikarbonat ini
dikembalikan ke plasma.
Mekanisme kedua yang digunakan oleh ginjal untuk menekskresikan asam
adalah dengan sekresi aktif ion amonium (NH4+) kedalam cairan tubulus. Ion
amonium dihasilkan oleh sel tubulus proximal sebagai hasil dari metabolisme
glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel dari kapiler peritubulus dan lumen
tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada dalam tubulus, ion
amonium tidak dapat kembali ke dalam sel-sel tubulus proximal sehingga
diekskresikan melalui urine. bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme
glutamin berdifusi kembali ke dalam kapiler peritubulus sehingga
mengembalikan basa ke darah. Akhirnya, sejumlah kecil ion hidrogen
diekskresikan secara bebas dalam urine menyebabkan urine normal memiliki
pH asam.5
Gambar 5. Filtrasi, Reabsorbsi, Sekresi
Diunduh dari www.google.com
Hormon yang bekerja pada Ginjal
Hormon antidiuretik (ADH atau vasopresin). Merupakan peptida yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis posterior; hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus
kolektivus.
Aldosteron. Merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal; hormon
ini meningkatkan reabsorbsi natrium pada duktus kolektivus.
Peptida natriuretik (NP). Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan ekskresi
natrium pada duktus kolektivus.
Hormon paratiroid. Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid;
hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi kalsium, dan produksi vitamin D
pada ginjal.
Hormon yang Dihasilkan oleh Ginjal
Renin. Merupakan protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular; hormon ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada
tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk
meningkatkan retensi natrium. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.
Vitamin D. Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk
aktif 1,25-dihidrolsikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorbsi
kalsium dan fosfat dari usus.
Eritopoietin. Merupakan protein yang diproduksi di ginjal; hormon ini meningkatkan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
Prostaglandin. Diproduksi di ginjal; memiliki berbagai efek, terutama pada tonus
pembuluh darah ginjal.6
Kesimpulan
Sistem perkemihan pada manusia meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Pada pria, saluran reproduksinya akan menjadi satu dengan saluran kemih. Ginjal merupakan
organ perkemihan yang paling utama. Dalam ginjal terdapat beberapa proses untuk
terbentuknya urin. Proses-proses tersebut seperti filtrasi (penyaringan), reabsorbsi
(penyerapan), dan sekresi. Semua proses tersebut berjalan untuk memenuhi fungsi utama
ginjal seperti homeostasis, ekskresi, detoksifikasi, dan hormonal.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001. h. 461.
2. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2002. h. 45, 56-7.
3. Carlos L, Junqueira. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi ke 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 369-431
4. Ward J, Clarke R, Linden R. At a glance fisiologi, Edisi ke 5. Jakarta: Penerbit
Erlangga. 2005. h. 63-73.
5. Corwin JE. Patofisiologi Edisi ke 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
h.680-98.
6. O’Callaghan C. At a glance sistem ginjal, Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2006. h. 13-5.