PBL Blok 10

36
Pendahuluan Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi kelangsungan hidupnya. Ginjal berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air, dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme (kecuali CO2, yang dikeluarkan oleh paru). Sewaktu difiltrasi secara berulang-ulang oleh ginjal, plasma mempertahankan konstituen-konstituen yang bermanfaat bagi tubuh dan mengeliminasi bahan-bahan yang tidak diperlukan atau berlebihan di urin. Yang paling penting adalah kemampuan ginjal mengatur volume dan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) lingkungan cairan internal dengan mengontrol keseimbangan air dan garam. Yang juga penting adalah kemampuan ginjal untuk membantu mengatur pH dengan mengontrol eliminasi asam dan basa di urin. 1 Struktur Makroskopis Saluran Kemih Ginjal Struktur: ginjal memiliki kapsula fibrosa sendiri dan dikelilingi oleh lemak perinefrik yang akhirnya, dilapisi oleh fasia renalis. Panjang tiap ginjal sekitar 10-12 cm

description

PBL urogenital

Transcript of PBL Blok 10

Page 1: PBL Blok 10

Pendahuluan

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada

pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.

Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa

metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi demi

kelangsungan hidupnya. Ginjal berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan

mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air, dan dengan

mengeliminasi semua zat sisa metabolisme (kecuali CO2, yang dikeluarkan oleh paru).

Sewaktu difiltrasi secara berulang-ulang oleh ginjal, plasma mempertahankan konstituen-

konstituen yang bermanfaat bagi tubuh dan mengeliminasi bahan-bahan yang tidak

diperlukan atau berlebihan di urin. Yang paling penting adalah kemampuan ginjal mengatur

volume dan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) lingkungan cairan internal dengan

mengontrol keseimbangan air dan garam. Yang juga penting adalah kemampuan ginjal untuk

membantu mengatur pH dengan mengontrol eliminasi asam dan basa di urin.1

Struktur Makroskopis Saluran Kemih

Ginjal

Struktur: ginjal memiliki kapsula fibrosa sendiri dan dikelilingi oleh lemak perinefrik

yang akhirnya, dilapisi oleh fasia renalis. Panjang tiap ginjal sekitar 10-12 cm dan

terdiri dari korteks di luar, medula di dalam, serta pelvis.

Hilus ginjal terletak di medial dan dari depan ke belakang merupakan tempat lewat: v.

Renalis, a. Renalis, pelvis ureter, dan pembuluh limfe, serta nervus vasomotor

simpatis.

Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga kalises mayor yang terbagi lagi atas

kalises minor yang menerima urin dari piramid medula melalui papila.

Posisi: ginjal terletak retroperitoneum menempel ke dinding posterior abdomen.

Ginjal kanan tingginya sekitar 1 cm di atas ginjal kiri.

Pasokan darah: a. Renalis berasal dari aorta setinggi L2. Bersama-sama, a.renalis

mengarahkan 25% curah jantung ke ginjal. Tiap a. Renalis terbagi menjadi lima aa.

Segmental pada hilus, yang pada gilirannya terbagi secara sekuensial menjadi cabang-

cabang lobaris, interlobaris, arkuata, dan kortikal radial. Cabang kortikal radial

Page 2: PBL Blok 10

bercabang lagi menjadi arteriol aferen yang memasok darah ke glomeruli dan

melanjutkan sebagai arteriol eferen. Tekanan yang berbeda antara arteriol aferen dan

eferen menghasilkan ultrafiltrasi yang kemudian melewati, dan diubah oleh nefron,

untuk menghasilkan urin. Arteri renalis dekstra lewat di belakang IVC. V. Renalis

sinistra panjang karena lewat di depan aorta dan mengalir menuju IVC.

Gambar 1. Struktur Ginjal Manusia

Diunduh dari www.google.com

Ureter

Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvik, dan intravesikalis.

Struktur: panjang ureter sekitar 20-30 cm dan berjalan dari hilus ginjal menuju

kandung kemih. Dindingnya berotot dan dilapisi epitel transisional. Saat operasi bisa

dikenali karena adanya peristaltis.

Perjalanan: dari pelvis renalis di hilus perjalanan ureter bisa dirangkum sebagai

berikut:

o Berjalan sepanjang bagian medial m. psoas mayor di bagian belakang, namun

melekat ke peritoneum.

o Kemudian menyilang bifurkasio iliaka komunis di anterior sendi sakro-iliaka

dan berjalan sepanjang dinding lateral pelvis menuju spina iskiadika.

o Pada spina iskiadika ureter berjalan ke depan dan medial untuk memasuki

kandung kemih dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki

Page 3: PBL Blok 10

panjang sekitar 2 cm dan perjalanannya sepanjang dinding kandung kemih

menghasilkan efek mirip-sfingter. Pada pria ureter menyilang superfisial di

dekat ujungnya di sebelah vas deferens. Pada wanita ureter lewat di atas

forniks lateral vagina namun di bawah ligamentum kardinale dan pembuluh

darah uterina.

Pasokan darah: ureter merupakan struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga

pasokan darahnya didapatkan dari banyak sumber:

o Ureter atas—menerima cabang langsung dari aorta, a. Renalis, dan a.

Gonadal.

o Ureter bawah—menerima cabang iliaka interna dan a. Vesikalis inferior.

Kandung Kemih

Pada orang dewasa kandung kemih merupakan organ pelvis. Letaknya di belakang

pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum. Fungsinya sebagai penampung urin dan

kapasitasnya sekitar 500 mL.

Struktur: kandung kemih berbentuk piramid. Apeks piramid ini arahnya ke depan

dan dari situ terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus, yang berjalan ke atas

menuju umbilikus menjadi ligamentum umbilikale media. Basis (permukaan

posterior) kandung kemih berbentuk segitiga. Pada pria, vesikula seminalis

terletak di permukaan posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh vas

deferens. Rektum terletak di belakang. Pada wanita, di antara kandung kemih dan

rektum ada vagina. Permukaan inferolateral vagina di inferior berbatasan dengan

dasar panggul dan di anterior dengan lapisan lemak retropubis dan os pubis. Leher

kandung kemih menyatu dengan prostat pada pria sedangkan pada wanita

langsung melekat ke fasia pelvis. Fasia pelvis menebal membentuk ligamentum

puboprostatikum (pria) dan ligamentum pubovesikale untuk menahan leher

kandung kemih pada tempatnya. Membrana mukosa kandung kemih membentuk

lipatan bila kandung kemih kosong kecuali membrana yang melapisi basis

(disebut trigonum) yang tetap halus. Angulus superior trigonum menandai pintu

untuk orifisium ureter. Terdapat peninggian muskularis, yaitu lipatan

interureterika, yang berjalan di antara orifisium ureter. Angulus inferior dari

trigonum ini berbatasan dengan meatus uretra interna. Lapisan otot kandung

kemih terdiri dari tiga lapisan otot plos membentuk trabekula yang disebut (otot)

Page 4: PBL Blok 10

detrusor. Detrusor menebal di leher kandung kemih dan membentuk sfingter

vesika.

Pasokan darah: dari aa. Vesikalis superior dan inferior (cabang-cabang a. Iliaka

interna). V. Vesikalis menyatu di sekeliling kandung kemih membentuk pleksus

yang mengalirkan darah ke v. Iliaka interna.2

Stuktur Mikroskopis Saluran Kemih

Ginjal

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya saraf, masuk

dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter – dan memiliki

permukaan lateral yang cembung. Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar,

terbagi menjadi dua atau tiga kaliks mayor. Beberapa cabang yang lebih kecil, yaitu kaliks

minor, muncul dari setiap kaliks mayor.

Ginjal dapat di bagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada manusia

medula ginjal terdiri atas 10–18 struktur berbentuk kerucut atau piramid, yaitu piramid

medula. Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang pararel, yaitu

berkas medulla yang menyusup ke dalam korteks.

Setiap ginjal terdir dari 1–4 nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar,

yakni korpuskel renalis, tubulus kontroktus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa

(lengkung) henle, tubulus kontortus distal, tubulus dan duktus koligentes.

Korpuskel Renalis

Setiap korpuskel renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri atas serberkas kapiler,

yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang di sebut kapsula

bowman. Lapisan dalam kapsul ini (lapisan visceral) menyelubungi kapiler glomerulus.

Lapisan luar membentuk batas luar kapsukel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula

bowman.

Diantara kedua lapisan kapsula bowman terdapat ruang urinarius, yang menampung

cairan yang di saring melalui dinding kapiler dan lapisan visceral. Setiap korpuskel ginjal

memiliki kutub vascular, tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan

memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal berasal. Setelah memasuki

Page 5: PBL Blok 10

korpuskel renalis, arteriol aferen biasanya terbagi menjadi dua sampai lima cabang utama,

dan setiap cabang terbagi lagi menjadi kapiler, yang membentuk glomerulus ginjal.

Tubulus Kontortus Proksimal

Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal kapsula

bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus proksimal berbentuk kuboid,

atau silindris rendah, tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus distal dan karena

tampak lebih banyak di dekat korpuskel ginjal dan korteks ginjal.

Sel-sel epitel kubaid ini memiliki sitoplasma asidofik yang di sebabkan oleh adanya

mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel memiliki banyak mikrovili dengan

panjang kira-kira 1 µm. Sel endotel kapiler glomerulus merupakan jenis kapiler bertingkap

namun tidak di lengkapi diagfragma tipis seperti yang terdapat pada kapiler bertingkap lain.

Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang

melekat pada dindingnya. Sel mesangial bersifat kontraktil dan memiliki reseptor untuk

angiotensin II, bila reseptor ini teraktifkan, aliran glomerulus akan berkurang. Sel mesangial

juga memiliki reseptor terhadap faktor natriuretik yang di hasilkan sel-sel atrium jantung.

Faktor ini merupakan faktor vasodilator dan merelaksasi sel-sel mesangial, yang agaknya

menambah aliran darah dan membentuk daerah permukaan yang efektif untuk filtrasi. Sel

mesangial juga yang membentuk suatu brush border. Karena selnya berukuran besar, setiap

potongan melintang dari tubulus proksimal hanya mengandung tiga sampai lima inti bulat.

Ansa Henle

Ansa (lengkung) henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal

desendens, segmen tipis desendens, segmen tebal asendens, dan segmen tipis asendens.

Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Di bagian

luar medula, segmen tebal desendens, dengan garis tengah luar sekitar 60 µm, tiba-tiba

menyempit sampai sekita 12 µm dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di

segmen nefron ini sangat lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng dengan inti

yang hanya sedikit menonjol ke dalam lumen.

Kira-kira sepertujuh dari semua nefron terletak dekat perbatasan korteks – medula dan

karenanya di sebut nefron jukstamedula. Nefron lainnya disebut nefron kartikal. Semua

nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi, dan sekresi. Akan tetapi , nefron

Page 6: PBL Blok 10

jukstamedula terutama penting untuk mempertahankan gradient hipertonik dalam interstisium

medula – yaitu, dasar kemampuan ginjal dalam menghasilkan urin hipertonik.

Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang sangat panjang, yang masuk jauh

kedalam medula. Lengkung ini terdiri atas segmen tebal desendens yang pendek, segmen

tipis desendens, dan asendens yang panjang, dan segmen tebal asendens. Sebaliknya, nefron

kortikal memiliki segmen tipis desendens yang sangat pendek, tanpa segmen tipis asendens.

Gambar 2. Nefron

Diunduh dari www.google.com

Tubulus Kontortus Distal

Segmen tebal asendens ansa henle menerobos korteks; setelah menempuh jarak

tertentu, segmen ini jadi berkelok-kelok dan disebut tubulus kontortus distal. Tubulus ini

seperti segmen asendens dilapisi oleh epitel selapis kuboid.

Tubulus kontortus distal berbeda dari tubulsus kontortus proksimal karena tidak

memiliki brush border, tidak adanya kanalikuli apikal, dan ukuran sel yang lebih kecil.

Karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal, tampak

lebih banyak sel dan inti pada dinding tubulus distal daripada dinding tubulus proksimal.

Sel-sel tubulus kontortus distal memiliki banyak invaginasi membran basal dan

mitokondria terikat yang menunjukan fungsi transport ionnya. Tubulus kontortus distal

mengadakan kontak dengan kutub vascular di korpuskel ginjal yang berasal dari induk

nefronnya.

Page 7: PBL Blok 10

Pada tempat kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi, seperti halnya dengan

arteriol aferenya. Di daerah didaerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus kontortus distal

biasanya menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya memiliki kompleks

golgi di bagian basal. Dinding segmen tubulus distal yang termodifikasi ini, yang tampak

lebih gelap pada sediaan mikroskopik karena rapatnya inti, disebut macula densa.

Tubulus dan Duktus Koligentes

Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling

bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus, yang berangsur

melebar sewaktu mendekati puncak pyramid.

Tubulus koligentes yang lebih kecil dilapisi oleh epitel kuboid dan bergaris tengah

lebih kurang 40 µm. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, sel-selnya meninggi

sampai berbentuk silindris. Garis tengah duktus koligentes mencapai 200 µm di dekat puncak

pyramid medulla.

Di sepanjang perjalanannya, tubulus dan duktus koligentes terdiri atas sel-sel yang

tampak pucat dengan pulasan biasa. Sitoplasma sel tersebut bersifat electron – lusen dengan

sedikit organel. Di tubulus koligentes dan duktus koligentes kortikalis, juga tampak suatu sel

interkalaris gelap; fungsi sel ini belum diketahui. Batas antarsel di tubulus koligentes dan sel-

sel duktus jelas terlihat dengan mikroskop cahaya.

Aparatus Jukstaglomerulus

Dekat korpuskel ginjal, tunika media arteriol aferen memiliki sel-sel otot polos yang

termodifikasi. Sel-sel ini disebut sel jukstaglomerulus, dan memiliki sitoplasma yang penuh

dengan granula sekretoris. Sekret sel jukstaglomerulus berperan mempertahankan tekanan

darah. Macula densa tubulus kontortus distal biasanya terletak dekat pada daerah arteriol

aferen yang mengandung sel-sel jukstaglomerulus bersama-sama, bagian arteriol ini dan

macula densa membentuk aparatus jukstaglomerulus.

Yang juga merupakan bagian dari aparatus jukstaglomerulus adalah beberapa sel

pucat, yang fungsinya belum jelas. Sel-sel ini disebut sebagai sel mesangial ekstraglomerulus,

atau sel lacis. Membran elastika interna arteriol aferen tak dijumpai di daerah sel-sel

jukstaglomerulus.

Interstisium Ginjal

Page 8: PBL Blok 10

Celah di antara tubulus uriniferus dan pembuluh darah dan limfe disebut interstisium

ginjal. Celah ini menempati ruang yang sangat kecil di korteks namun meluas di dalam

medulla. Interstisium ginjal mengandung sedikit jaringan ikat dengan fibroblast, sedikit serat

kolagen, dan terutama dalam medulla, substansi dasar berhidrasi tinggi yang kaya akan

proteoglikan. Di medulla terdapat sel-sel sekresi yang di sebut sel interstisial. Sel interstisial

mengandung tetes lipid sitoplasma dan terlibat dalam sintesis prostaglandin dan prostasiklin.

Uretra

Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Pada

pria, sperma juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita, uretra hanya merupakan

organ perkemihan.

Uretra pada pria terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa,

dan pars pendulosa. Bagian awal uretra melalui prostat, yang terletak sangat dekat dengan

kandung kemih, dan duktus yang mengangkut secret prostat bermuara ke dalam uretra pars

prostatika.

Di bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang meninggi,

yaitu verumontanum yang menonjol ke bagian dalam uretra tersebut. Suatu tabung tertutup

yang di sebut utrikulus prostatikus bermuara ke puncak verumontanum; tabung ini tidak

diketahui fungsinya. Duktus ejakulatorius bermuara di sisi verumontanum. Cairan semen

masuk ke dalam uretra proksimal melalui duktus ini untuk di simpan tepat sebelum ejakulasi.

Uretra pars prostatika dilapisi epitel transisional.

Uretra pars membranosa haya memiliki panjang 1 cm dan di lapisi epitel berlapis

atau bertingkat silindris. Di sekeliling urretra bagian ini terdapat sfingter otot rangka, yakni

sfingter uretra eksterna.

Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen

uretra melebar ke arah distal, yang membentuk fossa navikulare. Epitel di bagian uretra ini

kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris, dengan daerah epitel gepeng dan berlapis.

Kelenjar littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang uretra namun

kebanyakan berada di uretra pars pendulosa.3

Struktur Makroskopis Genitalia Masculine

Page 9: PBL Blok 10

Prostat

Dalam keadaan normal prostat berukuran kira-kira sebesar kenari. Letaknya

mengelilingi uretra pars prostatika dan di antara leher kandung kemih serta diafragma

urogenitalis. Apeks prostat terletak di atas sfingter uretra eksterna kandung kemih. Di anterior

berbatasan dengan simfisis pubis namun dipisahkan oleh lemak ekstraperitoneal pada rongga

retropubis (kavum Retzius). Di posterior, prostat dipisahkan dari rektum oleh fasia

Denonvilliers.

Struktur: prostat terdiri dari lobus-lobus anterior, posterior, media, dan lateral. Pada

pemeriksaan rektal bisa teraba sulkus medial posterior di antara kedua lobus lateral.

Lobus-lobus prostat mengandung banyak kelenjar yang mensekresi basa yang

ditambahkan pada cairan semen saat ejakulasi. Kelenjar prostat membuka ke sinus

prostatikus. Duktus ejakulatorius, yang mengalirkan cairan dari vesikula seminalis

dan dari vas, memasuki bagian atas prostat dan kemudian ke uretra pars prostatika di

verumontanum.

Pasokan darah: dari a. Vesikalis inferior (cabang a. Iliaka interna). Pleksus vena

prostatika terletak di antara kapsula prostat dan selubung fibrosa luar. Pleksus ini

menerima darah dari v. Dorsalis penis dan mengalirkannya ke v. Iliaka interna.

Vas Deferens

Vas deferens membawa sperma dari epididimis menuju duktus ejakulatorius dan

kemudian dialirkan ke uretra. Vas keluar dari kauda epididimis dan melalui kanalis inguinalis

menuju anulus profunda, di sebelah bawah dinding lateral pelvis hampir menuju ke

tuberositas iskia dan belok ke arah medial untuk mencapai basis kandung kemih di mana

kemudian saluran ini bergabung dengan duktus dari vesikulosa seminalis membentuk duktus

ejakulatorius.

Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis terdiri dari saluran berlobul yang terletak di ekstraperitoneal di

basis kandung kemih di sebelah lateral vas deferens.

Uretra

Uretra pria kira-kira panjangnya 20 cm (wanita 4 cm). Uretra pria dibagi tiga bagian:

Page 10: PBL Blok 10

Uretra pars prostatika (3 cm): memiliki peninggian yang memanjang (lipatan uretra)

pada dinding posteriornya. Di tiap sisi lipatan ini terdapat kelukan dangkal, sinus

prostatikus, yang menandai titik drainase dari 15-20 duktus prostatikus. Utrikulus

prostatikus adalah traktus buntu dengan panjang 5 mm yang membuka ke suatu

eminensia di tengah lipatan—verumontanum. Duktus ejakulatorius membuka di

kedua sisi utrikulus.

Uretra pars membranosa (2 cm): terletak di diafragma urogenitalis dan dikelilingi oleh

sfingter uretra eksterna (uretra sfingter).

Uretra pars penis (15 cm): melalui korpus spongiosum penis menuju meatus uretra

eksterna.2

Gambar 3. Genetalia Masculine

Diunduh dari www.google.com

Struktur Mikroskopis Genitalia Masculine

Tubulus Seminiferus :

Spermatozoa di hasilkan di tubulus seminiferus. Setiap testis memiliki 250-1000

tubulus seminiferus. Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis majemuk,

garis tengahnya lebih kurang 150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. tubulus ini

berkelok-kelok dan berawal sebagai saluran buntu. Di ujung setiap lobulus, lumennya

menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus,

atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluran

berlapis epitel yang beranastomosis, yaitu rete testis. Kira-kira 10-20 diikuti eferentes

menghubungkan rete testis dengan bagian sefalik epididmis.

Tubulus seminiferus terdiri atas satu lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis yang

berkembang baik, dan suatu epitel germinal, atau seminiferus yang kompleks. Tunika

Page 11: PBL Blok 10

propia fibrosa yang membungkus tubulus seminiferus terdiri dari beberapa lapisan

fibroblast. Lapisan terdalam yang melekat pada lamina basalis terdiri atas sel-sel

mioid gepeng, yang memperlihatkan ciri otot polos.

Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel sertoli, atau sel penyokong dan

sel-sel yang membentuk garis keturunan spermatogenik. Turunan sel spermatogenik

fungsinya adalah menghasilkan spermatozoa. Produksi spermatozoa disebut

spermatogenesis, yakni suatu proses yang mencakup pembelahan sel melalui mitosis

dan meiosis serta diferensiasi akhir spermatozoa, yang disebut spermiogenesis.

Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil, dan uretra,

yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini – korpus kavernosum penis –

terletak di dorsal. Yang lain, terletak di ventral dan disebut korpus kavernosum uretra,

atau korpus spongiosum, yang mengelilingi uretra. Korpus kavernosum uretra

melebar di bagian ujung, yang membentuk glans penis. Sebagaian besar uretra penis

dilapisi oleh epitel bertingkat silindris, namun epitel ini berubah menjadi epitel

berlapis gepeng di glans penis. Kelenjar littre penyekresi lendir terdapat di sepanjang

uretra penis. Korpra kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu

tunika albuginea. Korpra kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erektil,

jaringan ini mengandung sejumlah besar lumen vena yang di lapisi sel-sel endotel

utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot

polos.3

Mekanisme Kerja Ginjal

Page 12: PBL Blok 10

Gambar 4. Mekanisme Kerja Ginjal

Diunduh dari www.google.com

Filtrasi

Plasma difiltrasi di dalam glomerulus secara ultrafiltrasi (yaitu bekerja pada tingkat

molekular), dan filtrat masuk ke dalam tubulus proksimal. Laju filtrasi glomerulus (LFG)

adalah ~125 mL/menit pada manusia. Aliran plasma ginjal adalah ~600 mL/menit, sehingga

jumlah plasma yang difiltrasi ke nefron (fraksi filtrasi) adalah ~20%. Cairan dan solut (zat

terlarut) harus melalui tiga sawar filtrasi:

1. Endotel kapiler glomerulus, yang kira-kira 50 kali lebih permeabel daripada sebagian

besar jaringan lain karena memiliki pori-pori (fenestra) berukuran kecil (70 nm).

2. Membran basal kapiler terspesialisasi yang mengandung glikoprotein bermuatan

negatif, yang diperkirakan sebagai tempat utama filtrasi.

3. Sel epitel termodifikasi (podosit) dengan penonjolan panjang (prosesus primer) yang

meliputi kapiler dan memiliki banyak tonjolan/prosesus seperti kaki (pedikel) yang

berhubungan langsung dengan membran basal. Celah regular di antara pedikel-

pedikel disebut celah filtrasi, dan celah ini membatasi molekul-molekul besar. Podosit

mempertahankan membran basal dan, seperti sel mesangial, dapat bersifat fagositik

dan sedikit kontraktil.

Page 13: PBL Blok 10

Permeabilitas sawar filtrasi bergantung pada ukuran molekul. Zat dengan berat

molekul <7000 Da dapat lewat dengan bebas, tetapi molekul yang lebih besar hingga

berukuran 70.000-100.000 Da semakin terbatas, dan bila molekul lebih besar lagi maka

filtrasi menjadi tidak signifikan. Molekul bermuatan negatif semakin terbatas karena ditolak

oleh muatan negatif membran basal. Jadi, albumin (~69.000 Da), yang juga bermuatan

negatif, hanya terfiltrasi dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan molekul kecil seperti

ion, glukosa, asam amino, dan ureum melewati filter tanpa hambatan. Hal ini berarti bahwa

filtrat (hasil filtrasi) glomerulus hampir tidak mengandung protein, tetapi sebaliknya,

memiliki komposisi yang identik dengan plasma.

Faktor yang Menentukan Laju Filtrasi Glomerulus

LFG bergantung pada perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik

(osmotik koloid, yang disebabkan oleh protein) pada kapiler glomerulus dan kapsula

Bowman, seperti yang ditunjukkan pada persamaan Starling. Tekanan kapiler glomerulus (Pc)

lebih besar daripada tempat lain manapun (~48 mmHg) karena pengaturan arteriol aferen dan

eferen yang unik dan karena resistensi aferen yang rendah tetapi resistensi eferennya tinggi.

Karena tekanan kapsula Bowman (PB) adalah ~10 mmHg, maka gaya hidrostatik netto yang

mendorong filtrasi adalah (Pc – PB) atau ~35 mmHg. Gaya ini dilawan oleh tekanan onkotik

plasma kapiler (πc; ~25 mmHg); tekanan onkotik filtrat pada dasarnya adalah nol (tidak ada

protein). Jadi, LFG ∞ (Pc – PB) – πc. Yang harus diperhatikan, karena fraksi filtrasi cukup

berarti (~20%) dan protein tidak difiltrasi, maka konsentrasi protein plasma dan kemudian πc

akan meningkat saat darah melewati glomerulus, sehingga mengurangi (tetapi tidak

menghentikan) filtrasi. Pada kapiler peritubulus, di mana tekanan hidrostatik sangat rendah,

peningkatan πc akan memacu reabsorbsi.

Jadi, LFG sangat bergantung pada resistensi relatif arteriol aferen dan eferen, yang

dipengaruhi tonus simpatis dan zat-zat vasoaktif lainnya. LFG bersifat konstan dalam kisaran

tekanan darah yang luas (90-200 mmHg) karena adanya autoregulasi aliran darah ginjal.

Penyakit ginjal, vasokonstriktor sirkulasi dan lokal, dan aktivasi simpatis akan mengurangi

LFG, walaupun angiotensin II akan lebih mengontriksi arteriol eferen, sehingga

meningkatkan LFG.4

Reabsorbsi

Page 14: PBL Blok 10

Reabsorbsi adalah proses kedua yang dilakukan ginjal untuk menentukan konsentrasi

suatu zat yang difiltrasi dari plasma. Reabsorbsi mengacu kepada pergerakan aktif atau pasif

suatu zat yang disaring di glomerulus kembali ke kapiler peritubulus.

o Reabsorbsi Glukosa

Glukosa secara bebas disaring di glomerulus. Dalam keadaan normal, semua

glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh transpor aktif, terutama di

tubulus proksimal.

Karena selalu melibatkan suatu pembawa, terdapat suatu transpor maksimum

untuk glukosa. Transpor maksimum (Tm) adalah jumlah satuan bahan yang

dapat ditranspor dalam satuan waktu.

Diginjal, reabsorbsi glukosa digabungkan dengan gerakan ion-ion natrium dari

filtrat urine ke dalam sel-sel tubulus. Di suatu titik, gerakan ini didorong oleh

penguraian ATP melalui natrium-laium ATPase. Ini adalah suatu proses yang

memerlukan energi. pemakaian energi sekunder inilah yang menyebabkan

transpor glukosa menjadi suatu proses aktif.

o Reabsorbsi Natrium

Reabsorbsi natrium berlangsung diseluruh tubulus melalui kombinasi difusi

sederhana dan transpor aktif. Sekitar 65% reabsorbsi natrium terjadi di tubulus

proksimal dan 25% di lengkung henle. Dengan demikian, hanya sekitar 10%

natrium yang difiltrasi tetap dalam tubulus pada saat filtrat mencapai tubulus

lengkung distal. Konsentrasi akhir natrium di urine biasanya kurang dari 1%

jumlah total yang difiltrasi di glomerulus.

Tidak seperti glukosa, ginjal mengatur konsentrasi natrium plasma. Walaupun

natrium difiltrasi secara bebas, dan dalam keadaan normal 98-99%

direabsorbsi, namun reabsorbsi 1-2% terakhir dapat bervariasi. Konsentrasi

natrium plasma adalah 145 mmol/liter dan jumlah natrium yang difiltrasi

sekitar 18 mmol/menit. Jumlah ini sama dengan 1500 gram natrium yang

difiltrasi sehari. Bahkan meski di sekresi sebanyak 2% dari jumlah ini 30 gram

perhari adalah suatu jumlah yang cukup besar. Jumlah 1-2% terakhir ini

dipengaruhi dengan ada atau tidaknya aldosteron.

Transpor natrium keluar dari nefron dan kembali ke kapiler, dapat bergabung

dengan arah yang sama dengan reabsorbsi bahan lain, atau dapat bergabung

Page 15: PBL Blok 10

dedalam arah yang berlawanan dengan bahan lain. Bahan-bahan yang

mengalami kotranspor dengan natrium adalah glukosa, asam amino, dan

klorida. Ion hidrogen mengalami kotranspor dan disekresikan ke dalam urine

saat ion natrium direabsorbsi.

o Reabsorbsi Klorida

Reabsorbsi klorida dapat bersifat aktif dan pasif, dan hampir selalu

bersamaandenan transpor natrium. Proses ini dipengaruhi oleh gradien listrik

di tubulus. Seperti, natrium sebagian besar di reabsorbsi di tubulus kontortus

proksimal, sedikit di lengkung henle, dan sisanya di antara lengkung tubulus

distal dan tubulus pengumpul.

o Reabsorbsi Kalium

Sebagian besar kalium di dalam tubuh terletak di intrasel. Dengan demikian,

walaupun kalium plasma difiltrasi secara bebas di glomerulus, konsentrasinya

di kapsula bowman rendah. Sebagian besar kalium yang difiltrasi, akan

direabsorbsi 50% di tubulus proksimal, 40% di pars asenden tebal, dan sisanya

10% di bagian akhir nefron duktus pengumpul di medula. Sebagian besar

reabsorbsi kalium adalah difusi pasif.

kalium juga disekresikan ke dalam tubulus melalui transpor aktif di sel-sel

tubulus proksimal, pars desenden lengkung henle, dan duktus pengumpul.

Jumlah kalium yang disekresi bergantung pada jumlah kalium yang masuk

melalui makanan. Individu yang melakukan diet rendah kalium hanya

melakukan filtrasi dan reabsorbsi, dan tidak melakukan sekresi kalium.

Sekresi kalium oleh duktus pengumpul dirangsang oleh hormon aldosteron

yang dikeluarkan oleh korteks adrenal.

o Reabsorbsi Asam Amino

Asam amino yang di filtrasi di glomerulus secara aktif direabsorbsi di tubulus

proksimal. Semua reabsorbsi asam amino diperantarai oleh pembawa. Tm

untuk pembawa berada jauh di atas jumlah asam amino yang difiltrasi secara

normal, sehingga tidak terdapat dalam urine normal.

Page 16: PBL Blok 10

o Reabsorbsi Protein Plasma

Hanya sedikit sekali protein plasma yang difiltrasi menembus glmerulus.

Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal.

Karena GFR sangat tinggi, walaupun hanya sedikit molekul plasma, misalnya

albumin yang difiltrasi, pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak

dilakukan reabsorbsi.

Sebagian kecil protein yang di filtrasi di glomerulus tidak direabsorbsi. Protein

tersebut diuraikan oleh sel tubulus dan diekskresikan di urin. Contoh protein

tersebut adalah protein pertumbuhan dan luteinizing hormone dan keduanya

disekresi oleh hipofisis anterior.

o Reabsorbsi Urea

Urea dibentuk di hati sebagai suatu produk akhir metabolisme protein. Urea

difiltrasi secara bebas di glomerulus. Karena sangat permeabel menembus

bagian besar nefron, urea berdifusi kembali ke kapiler peritubulus.urea

mengikuti air saat air di reabsorbsi dari filtrat urin yang bergerak menembus

nefron. Dari ujung tubulus proksimal, sekitar 50% urea yang difiltrasi telah

direabsorbsi. Dari ujung tubulus proksimal ke duktus pengumpul di medula,

tubulus proksimal tidak bersifat permeabel terhadap urea. Disepanjang rute ini

beberapa bagian tubulus mulai mensekresikan urea ke dalam filtrat. Dengan

demikian, pada saat sampai di medula konsentrasi urea telah kembali

mencapai konsentrasi seperti filtrat glomerulus. Di duktus pengumpul di

medula, urea kembali menjadi permeabel dan kembali mengikuti reabsorbsi

air ke luar tubulus. Sewaktu filtrat meninggalkan ginjal, sekitar 40% urea yang

semula difiltrasi menetap dalam filtrat dan diekskresikan. Harus ditekankan

bahwa reabsorbsi urea bergantung pada reabsorbsi air. Apabila reabsorbsi air

rendah, maka semakin banyak urea yang disekresikan, dan demikian

sebaliknya.

Pengaturan Aliran Darah Ginjal

Aliran darah ginjal harus tetap adekuat agar ginjal dapat bertahan serta untuk

mengontrol volume plasma dan elektrolit. Perubahan aliran darah ginjal dapat meningkatkan

atau menurunan tekanan hidrostatik glomerulus yang mempengaruhi GFR. Ginjal memiliki

Page 17: PBL Blok 10

beberapa mekanisme untuk mengontrol aliran darah ginjal. Mekanisme ini membantu dalam

mempertahankan fungsi ginjal dan GFR konstan walaupun terjadi perubahan tekanan darah

sistemik.

Aliran darah ginjal dikontrol oleh mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme

internal mencakup kemampuan bawaan arteriol aferen dan eferen untuk melebar dan

menyempit, yang dapat menentukan seberapa banyak darah yang mengalir melintasi ginjal.

Kemampuan bawaan ini disebut otoregulasi. Mekanisme eksternal yang mengatur aliran

darah injal mencakup efek langsung peningkatan atau penurunan tekanan arteri rata-rata ,dan

efek susunan saraf simpatis. Mekanisme ketiga yang mengatur aliran darah dan memiliki

komponen internal dan eksternal adalah hormon yang dihasilkan oleh ginjal dan

memengaruhi seluruh sirkulasi sistemik. Hormon ini disebut renin, yang bekerja melalui

pembentukan suatu fase konstriktor kuat, angiotensin II.

o Otoregulasi

Otoregulasi adalah respon intrinsik otot polos vaskular terhadap perubahan

tekanan darah. Seperti banyak arteriol lain, sel-sel otot polos arteriol aferen

dan eferen berespons terhadap peregangan dengan konstriksi refleks. Apabila

tekanan darah sistemik meningkat, maka peregangan pada arteriol aferen

meningkat. Peregangan tersebut menyebabkan arteriol berkonstriksi sehingga

aliran darah berkurang dan tekanan darah ginjal kembali ke normal.

Sebaliknya, apabila tekanan darah sistemik menurun, maka peregangan pada

arteriol aferen dan eferen berkurang, dan arteriol berespons dengan melakukan

relaksasi dan dilatasi untuk meningkatkan aliran darah. Dengan adanya

otoregulasi, aliran darah ginjal menetap relatif konstan dengan kisaran antara

80 mmHg dan 180 mmHg.

Otoregulasi berfungsi efektif, khususnya pada saat tekanan darah meningkat.

Batas bawah otoregulasi, 80 mmHg, lebih sering tercapai dibanding batas

atasnya. Dengan demikian, GFR dapat turun pada keadaan hipotensi berat.

o Susunan Saraf Simpatis

Saraf simpatis mempersarafi arteriol aferen dan eferen ginjal, dan dapat

mengabaikan otoregulasi apabila dirangsang. Seperti berlaku ada sebagian

besar arteriol, rangsangan terhadap saraf simpatis menyebabkan konstriksi

Page 18: PBL Blok 10

arteriol aferen, sehingga terjadi peningkatan terhadap aliran. Akibatnya, aliran

darah ke glomerulus menurun sehingga tekanan hidrostatik kapiler dan GFR

juga berkurang. Namun, rangsangan simpatis pada arteriol eferen yang terjadi

bersamaan, serta konstriksi pembuluh itu, kemudian menyebabkan darah

terbendung di glomerulus. Hal ini malah dapat meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler dan filtrasi glomerulus. Hasil akhir rangsangan simpatis

pada ginjal adalah penurunan bermakna aliran darah ginjal, dengan sedikit

penurunan GFR. Susunan saraf simpatis terangsang apabila terjadi penurunan

tekanan darah sistemik.

Penurunan aliran darah ginjal sebagai respons terhadap penurunan tekanan

darah sistemik bersifat adaptif dan membantu organisme bertahan dari suatu

krisis hipotensif. Pada hipotensi, air dan garam yang difiltrasi di glomerulus

berkurang, sehingga yang keluar melalui urine juga berkurang. Hal ini

membantu meningkatkan volume darah dan memuihkan tekanan darah.

Pada keadaan peningkatan tekanan darah, rangsangan simpatis ke semua

arteriol berkurang. Arteriol aferen dan eferen berdilatasi sehingga aliran darah

ginjal dan GFR meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan pengeluaran air

dan garam melalui urine, yang membantu mengurangi volume darah dan

tekanan darah ke tingkat normal.

Harus ditekankan bahwa input simpatis lebih dominan dibandingkan

mekanisme otoregulasi ginjal. Apabila perangsangan simpatis meningkat,

maka aliran darah ginjal berkurang walaupun ginjal berusaha melakukan

mekanisme otoregulasi aliran darahnya.

o Renin

Renin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh ginjal sebagai respons

terhadap penurunan tekanan darah atau penurunan konsentrasi natrium

plasma. Sel-sel yang dibentuk dan mengeluarkan renin serta mengontrol

pelepasannya adalah sekelompok sel nefron yang disebut aparatus

juxtaglomerulus. Kelompok sel ini, mencakup sel otot polos arteriol dan sel

makula densa. Sel otot polos mensintesis renin dan berfungsi sebagai

baroreseptor untuk memantau tekanan darah. Sel makula densa adalah bagian

dari pars asendens nefron. Sel ini memantau konsentrasi natrium plasma. Sel

Page 19: PBL Blok 10

makula densa dan sel arteri aferen terletak berdekatan satu sama lain di titik

pars asenden tubulus distal hampir menyentuh glomerulus. Pada saat sel

makula densa memantau perubahan natrium plasma selanjutnya, sel tersebut

mengirimkan pesan ke sel yang mensakresi renin.

Apabila tekanan darah turun, maka sel otot polos meningkatkan pelepasan

renin. Apabila tekanan darah naik, kama sel otot polos mengurangi pelepasan

renin. Apabila kadar natrium plasma berkurang, maka sel makula densa

memberi sinyal pada sel-sel penghasil renin untuk meningkatkan aktivitasnya.

Apabila kadar natrium plasma meningkat, maka sel makula densa memberi

sinyal pada sel otot polos untuk menurunkan pelepasan renin.

Saraf simpatis juga merangsang juga merangsang aparatus juxtaglomerulus

untuk mengeluarkan renin. Dengan demikian, penurunan tekanan darah

menyebabkan peningkatan renin baik secara langsung melalui baroreseptor

juxtaglomerulus dan tidak langsung melalui saraf simpatis. Setelah

dikeluarkan, renin beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis

penguraian suatu protein kecil yaitu, angiotensinogen, menjadi angiotensin I

suatu protein yang terdiri atas 10 asam amino. Angiotensinogen dihasilkan

oleh hati dan konsentrasinya di dalam darah tinggi. Dengan demikian,

pelepasan renin adalah langkah penentu kecepatan reaksi. Perubahan

angiotensinogen menjadi angiotensin I berlangsung di seluruh plasma, tetapi

terutama di kapiler paru. Angiotensin I mempunyai beberapa efeknya sendiri,

tetapi lebih cepat bereaksi dengan enzim lain yang sudah ada dalam darah

enzim pengubah angiotensin. ACE menguraikan angiotensin I menjadi 8-

amino-acid peptide atau angiotensin II.

o Angiotensin II

Angiotensin II adalah suatu vasokonstriktor kuat yang bekerja pada seluruh

sistem vaskular untuk meningkatkan kontraksi otot polos sehingga terjadi

penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan resistensi perifer total.

Peningkatan ini secara langsung meningkatkan tekanan darah sistemik.

Angiotensin II juga merupakan suatu hormon kuat yang beredar dalam darah

ke kelenjar adrenal, menyebabkan sintesis hormon mineralokortikoid,

aldosteron.

Page 20: PBL Blok 10

o Aldosteron

Aldosteron beredar dalam darah dan berikatan dengan sel-sel duktus

pengumpul di korteks ginjal. Peningkatan aldosteron mengakibatkan

peningkatan reabsorbsi natrium dari filtrat urine, dan menyebabkan urine

masuk kembali ke kapiler peritubulus. Karena air seringkali mengikuti

perpindahan natrium, peningkatan reabsorbsi natrium menyebabkan

peningkatan reabsorbsi air sehingga volume plasma meningkat. Peningkatan

volume plasma akan mengakibatkan peningkatan aliran balik vena ke jantung

sehingga volume sekuncup dan curah jantung meningkat. Peningkatan curah

jantung, seperti peningkatan resistensi perifer total, secara langsung

meningkatkan tekanan darah sistemik.

Rangsangan lain untuk pelepasan aldosteron, selain angiotensin II, adalah

kadar kalium plasma yang tinggi, dan suatu hormon hipofisis anterior, hormon

ACTH. Selain memengaruhi reabsorbsi natrium, aldosteron juga merangsang

sekresi kalium dari duktus pengumpul di korteks ginjal ke dalam filtrat urine.

aldosteron memengaruhi transpor natrium dan kalium melewati usus, dengan

cara yang sama natrium dan kalium melewati duktus pengumpul.

Penanganan Asam Basa

Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa. Sebagian

besar proses metabolik tubuh menghasilkan asam. Proses tersebut mencakup fosforilasi

oksidatif, yang menghasilkan karbondioksida yan mudah menguap, dan metabolisme

protein , yang menghasilkan asam tidak mudah menguap misalnya asam sulfat dan asam

fosfat. Walaupun dalam keadaan normal, paru mengekskresikan semua karbon dioksida yang

dihasilkan oleh oksidasi, namun hanya ginjal yang mampu mengekskresikan asam yang tidak

mudah menguap. Lebih penting lagi, ginjal memiliki tugas esensial untuk menyerap ulang

sejumlah besar bikarbonat basa yang difiltrasi secara bebas di glomerulus. Tanpa fungsi ini,

dapat terjadi pH darah yang mematikan. Ginjal membantu mengeliminasi karbon dioksida

yang dihasilkan oleh metabolisme sel individu yang mengidap penyakit paru dengan

meningkatkan sekresi dan eksresi asam dan dengan reabsorbsi basa dalam jumlah besar.

o Reabsorbsi Bikarbonat

Page 21: PBL Blok 10

Suatu proses aktif yang terjadi terutama di tubulus proximal. Reabsorbsi

berlangsung sewaktu sebuah molekul terurai di sel tubulus proximal menjadi

sebuah H+ dan sebuah OH. H+ yang secara aktif disekresikan ke dalam lumen

tubulus dan bergabung dengan molekul bikarbonat yang telah difiltrasi di

glomerulus. Hidrogen ditambah bikarbonat, akan membentuk asam karbonat

yang dengan enzim carbonic anhidrase, terurai menjadi karbondioksida dan

air. Keduanya berdifusi kembali ke dalam sel tubulus proximal untuk

digunakan kembali saat siklus tersebut berulang.

o Sekresi Bikarbonat

Dibawah kondisi alkalosis, ginjal dapat mensekresikan bikarbonat. Sehingga

basa plasma bekurang, dan pH kembali normal. Sekresi bikarbonat adalah

suatu proses aktif yang terjadi di duktus pengumpul di korteks. Namun, pada

saat alkalosis, reabsorbsi bikarbonat tetap berlangsung dan tetap penting.

Hilangnya semua bikarbonat yang difiltrasi dapat menyebabkan kematian.

o Sekresi dan Ekskresi Asam

Ginjal mensekresikan dan mengekskresikan H+ ke dalam urine sehingga ginjal

dapat membersihkan darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang

diproduksi secara metabolik. Ekskresi H+ terjadi setelah sebagian besar

bikarbonat yang difiltrasi mengalami reabsorbsi. Pada keadaan ini, H+ yang

dihasilkan di sel tubulus proximal dari penguraian air berpindah ke lumen

tubulus dan berkaitan dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi dan keluar melalui

urine.

Efek ekskresi hidrogen yang terkait ke fosfat tidak hanya menyebabkan

pengeluaran asam melalui urine, tetapi juga terjadi penambahan neto

bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion bikarbonat tetap diproduksi di tubulus

proximal sewaktu karbondioksida berkaitan dengan OH-. Bikarbonat ini

dikembalikan ke plasma.

Mekanisme kedua yang digunakan oleh ginjal untuk menekskresikan asam

adalah dengan sekresi aktif ion amonium (NH4+) kedalam cairan tubulus. Ion

amonium dihasilkan oleh sel tubulus proximal sebagai hasil dari metabolisme

glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel dari kapiler peritubulus dan lumen

Page 22: PBL Blok 10

tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada dalam tubulus, ion

amonium tidak dapat kembali ke dalam sel-sel tubulus proximal sehingga

diekskresikan melalui urine. bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme

glutamin berdifusi kembali ke dalam kapiler peritubulus sehingga

mengembalikan basa ke darah. Akhirnya, sejumlah kecil ion hidrogen

diekskresikan secara bebas dalam urine menyebabkan urine normal memiliki

pH asam.5

Gambar 5. Filtrasi, Reabsorbsi, Sekresi

Diunduh dari www.google.com

Hormon yang bekerja pada Ginjal

Hormon antidiuretik (ADH atau vasopresin). Merupakan peptida yang dihasilkan oleh

kelenjar hipofisis posterior; hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus

kolektivus.

Aldosteron. Merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal; hormon

ini meningkatkan reabsorbsi natrium pada duktus kolektivus.

Peptida natriuretik (NP). Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan ekskresi

natrium pada duktus kolektivus.

Hormon paratiroid. Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid;

hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi kalsium, dan produksi vitamin D

pada ginjal.

Page 23: PBL Blok 10

Hormon yang Dihasilkan oleh Ginjal

Renin. Merupakan protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular; hormon ini

menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada

tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk

meningkatkan retensi natrium. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.

Vitamin D. Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk

aktif 1,25-dihidrolsikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorbsi

kalsium dan fosfat dari usus.

Eritopoietin. Merupakan protein yang diproduksi di ginjal; hormon ini meningkatkan

pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.

Prostaglandin. Diproduksi di ginjal; memiliki berbagai efek, terutama pada tonus

pembuluh darah ginjal.6

Kesimpulan

Sistem perkemihan pada manusia meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

Pada pria, saluran reproduksinya akan menjadi satu dengan saluran kemih. Ginjal merupakan

organ perkemihan yang paling utama. Dalam ginjal terdapat beberapa proses untuk

terbentuknya urin. Proses-proses tersebut seperti filtrasi (penyaringan), reabsorbsi

(penyerapan), dan sekresi. Semua proses tersebut berjalan untuk memenuhi fungsi utama

ginjal seperti homeostasis, ekskresi, detoksifikasi, dan hormonal.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2001. h. 461.

2. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2002. h. 45, 56-7.

3. Carlos L, Junqueira. Histologi dasar teks dan atlas. Edisi ke 10. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 2007. h. 369-431

4. Ward J, Clarke R, Linden R. At a glance fisiologi, Edisi ke 5. Jakarta: Penerbit

Erlangga. 2005. h. 63-73.

Page 24: PBL Blok 10

5. Corwin JE. Patofisiologi Edisi ke 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.

h.680-98.

6. O’Callaghan C. At a glance sistem ginjal, Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

2006. h. 13-5.