PBL 27 Gizi Klinik Sken 5
-
Upload
karina-patricia-liem -
Category
Documents
-
view
102 -
download
1
Transcript of PBL 27 Gizi Klinik Sken 5
Masalah Gizi Berlebih pada Orang Dewasa
Karina Patricia (102010157/E-2)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
Email: [email protected]
Pendahuluan
Status gizi seseorang merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat gizi dengan
pengeluaran energi dari organisme tersebut. Apabila dalam keseimbangan normal, maka
individu tersebut berada dalam kondisi normal.
Terpenuhi atau tidak kebutuhan zat gizi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu
pertama asupan makanan dan kedua adalah utilisasi biologik zat gizi. Dengan demikian, status
gizi merupakan fungsi dari asupan makanan baik dari kuantitas maupun kualitas, dan utilisasi
zat gizi. Karenanya dimengerti bahwa status gizi baik individu atau kelompok individu dapat
berubah dari waktu ke waktu, dan apabila dilakukan pengukuran gizi pada suatu tertentu
maka hasilnya hanya dapat merefleksikan keadaan pada saat tersebut. Melalui kasus di bawah
ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai gizi klinik.
Tn.I seorang eksekutif dari perusahaan saham terkenal berusia 55 tahun datang ke
poliklinik dengan TB 150 cm, BB 85 kg mengeluh tidak dapat menahan nafsu makan dan
ingin menurunkan BB-nya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 14 g/dL,
glukosa darah sewaktu 120, asam urat 5.
Anamnesis
Anamnesis secara lengkap perlu dilakukan untuk mengetahui riwayat perkembangan obese,
perubahan berat badan (BB), obesitas dalam keluarga, pola makan (selama 24 jam, dan apa
saja yang disukai dan tidak disukai), dan aktivitas fisik. Perlu dicurigai apakah sebelumnya
telah menderita penyakit yang biasanya menyertai obesitas seperti hipertensi, DM,
displipidemia, gangguan pernapasan (sesak napas saat tidur, ngorok). Jika pasien wanita dapat
ditanyakan mengenai adanya gangguan menstruasi, keguguran, atau belum pernah hamil pada
usia perkawinan yang lebih 2 tahun.
Riwayat pengobatan dan diet yang telah dilakukan beserta hasilnya, suplemen
tambahan ataupun riwayat penurunan berat badan akibat mengalami penyakit tertentu juga
perlu ditanyakan. Kebiasaan merokok dan alkohol juga dapat mempengaruhi BB pasien. 1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yatu suhu, tekanan darah, nadi, dan pernapasan lebih
dahulu dilakukan.
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik secara umum yang
berguna untuk mendeteksi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang diketahui mempunyai
hubungan dengan ketidakcukupan zat-zat gizi yang dapat dilihat atau dirasakan pada organ
kulit, mata, rambut, selaput lendir, dll.
Khusus
Pengukuran antropometrik. Ukuran fisik seseorang sangat erat kaitannya dengan status
gizinya. Atas dasar ini, ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan
dapat diandalkan bagi penentuan status gizi.
Pengukuran yang dilakukan meliputi; pengukuran tinggi badan/TB dan BB, lingkar
lengan atas/LLA, lingkar perut/LPe, lingkar panggul (LPa), dan tebal lipatan kulit/TLK
seperti trisep, bisep, subskapula, dan suprailiaka. Dari pemeriksaan tersebut dikembangkan
antropometri turunan indeks masa tubuh/IMT, massa lemak/ML, area lemak lengan
atas/ALLA, rasio LPa, Lpe, dsb.
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan parameter turunan dari TB dan BB.
Untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus:
2 | G i z i K l i n i k
Tabel 1. Klasifikasi BB Berdasarkan IMT Untuk Orang Asia Dewasa (WHO, 2000)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
BB kurang < 18.5
BB normal 18.5-22.9
BB lebih > 23
Preobesitas 23-24.9
Obesitas I 25-29.9
Obesitas II > 30
Sumber: Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien.2
Rasio LPe-LPa digunakan untuk menentukan adanya distribusi lemak tubuh sentral di
daerah abdomen. Bila rasio LPe-LPa tinggi (>0,95 untuk laki-laki dan >0,85 untuk
perempuan), dapat dikatakan telah menjadi akumulai lemak sentral (obesitas sentral atau
abdominal), yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner/PJK. 3
Tebal lipatan kulit/TLK, merupakan pengukuran lemak di bawah kulit pada dasarnya
merupakan cara untuk mengetahui cadangan kalori. Cara ini terutama digunakan untuk
mengetahui distribusi lemak tubuh.
Selain menggunakan IMT, BB ideal (BBI) juga dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Broca yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat, dengan cara mengurangi
tinggi badan dalam cm dengan 100 untuk mendapatkan BB normal. Selanjutnya, hasil dari
pengurangan tadi dikali dengan 10 %, lalu ditambah hasil pengurangan yang telah didapatkan
untuk mengetahui BBI.
Penilaian konsumsi makan individu. Metode atau cara penilaian konsumsi makanan
individu dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu metode penilaian konsumsi harian
kuantitatif; yaitu mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang selama satu hari,
yang apabila dilakukan pada jangka waktu yang lebih panjang lagi dapat dilakukan sebagai
3 | G i z i K l i n i k
usual intake. Yang kedua, dietary history dan food frequency questionnaire; dimana akan
didapatkan informasi retrospektif tentang pola makan seseorang. Evaluasi dilakukan baik
dengan menilai kualitas makanan yang didasarkan ada atau tidaknya sumber-sumber nutrien
dengan menggunakan sistem skoring tertentu. Selain itu dinilai pula kuantitas makanan
meliputi total kalori maupun nutrien dan dibandingkan dengan kebutuhan individu tersebut.2,4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah kadar hemoglobin (Hb), gula darah,
HbA1C, kadar lemak darah (terutama trigliserida, kolesterol total, LDL, dan HDL) dan asam
urat. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini dan mengontrol komplikasi yang mungkin dapat
terjadi, atau bahkan telah terjadi.
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan sewaktu maupun puasa, untuk dapat
mengetahui apakah sudah terjadi suatu kelainan metabolisme karbohidrat. Sementara HbA1C
(hemoglobin terglikasi) merupakan pengukuran rata-rata konsentrasi glukosa darah dalam
waktu 1-3 bulan sebelumnya. HbA1C merupakan gugus heterogen yang terbentuk dari reaksi
kimia antara glukosa dan hemoglobin. Nilai normalnya < 7 %.
Pemeriksaan kolesetrol total merupakan pemeriksaan yang menentukan jumlah
kolestrol yang terdapat di dalam semua partikel lipoprotein tubuh (semua jenis kolesterol dan
trigliserida. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gangguan metabolisme lemak dan
menentukan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Nilai normal untuk orang dewasa
adalah < 200 mg/dL. Sementara pemeriksaan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
merupakan lipoprotein yang berasal dari hati, memiliki densitas tinggi dan tidak mudah
menggumpal. Sering disebut kolesterol baik karena membantu membersihkan tumpukan
kolesterol dari pembuluh darah dan mengangkutnya ke hati. Nilai normalnya >= 40 mg/dL.
Sementara trigliserida (TG) merupakan bentuk lemak yang tersimpan dalam tubuh dan
banyak ditemukan di jaringan adiposa. TG yang tersirkulasi di dalam darah digunakan sebagai
energi bagi otot untuk bekerja. Nilai normal dalam darah adalah < 150 mg/dL pada orang
dewasa.
Pemeriksaan asam urat digunakan untuk medeteksi tingginya asam urat dalam darah.
4 | G i z i K l i n i k
Pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan hormonal, yaitu kadar T3 dan T4 untuk
mengetahui apakah ada kelainan pada kelenjar tiroid, dan pemeriksaan kadar insulin darah. 2, 3
Working Diagnosis
Menegakkan diagnosis obesitas adalah berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, boleh
disertai dengan laboratorium, khususnya antropometri. Setelah mendapatkan TB dan BB
pasien, kita dapat mengetahui ideal atau tidaknya melalui perhitungan IMT yang telah
disebutkan. Dari kasus didapatkan TB pasien 150 cm dan BB 85 kg, diketahui bahwa IMT
pasien tersebut adalah 37.8, dimana berarti pasien telah ada di taraf obesitas II. Sementara
seharusnya BB normal menurut rumus Broca adalah 150 – 100 = 50 kg, sehingga BBI pasien
seharusnya 50 – (50 × 10 %) = 45 kg.
Obesitas secara umum diartikan sebagai peningkatan rasio lemak dan lean body tissue
yang terlokalisir atau merata di seluruh tubuh. Ketidakseimbangan antara asupan energi
dengan penggunaannya dilaporkan merupakan penyebab dari obesitas. Pada kenyataannya
patogenesis obesitas tidak sesederhana akibat kebanyakan makan dan kurangnya aktivitas,
tetapi faktor biologis, perilaku individu dan lingkungan serta adanya komponen genetik dan
pola hidup turut berperan pada terjadinya obesitas. 2, 4, 5
Differential Diagnosis
Istilah “obesitas” sebenarnya telah digolongkan sebagai suatu penyakit, akibat hal ini
cenderung menyebabkan banyak kelainan metabolik lain (komplikasi) seperti resistensi
insulin, hiperlipidemia, hipertensi, diabetes melitus tipe 2 (DMT2), dan beberapa gejala lain.
Gabungan dari gejala-gejala tersebut sering disebut dengan sindrom metabolik atau sindrom
X.
Tabel 2. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO
Kriteria Klinis WHO
Resistensi insulin TGT, GDPT, DMT2, atau sensitvitas insulin
menurun*. Ditambah dua dari kriteria berikut.
Berat badan Pria: rasio LPe-LPa > 0.90; wanita: rasio LPe-LPa >
5 | G i z i K l i n i k
0.85 dan/atau dengan IMT > 30 kg/m2.
Lipid TG ≥ 150 mg/dL dan/atau HDL-C < 35 mg/dL pada
pria atau < 39 mg/dL pada wanita.
Tekanan darah (TD) ≥ 140/90 mmHg
Glukosa TGT, GDPT, atau DMT2
Lainnya Mikroalbuminuria
*Sensitivitas insulin diukur pada kondisi euglikemia hiperinsulinemia. Sumber: PAPDI.2
Obesitas yang digambarkan dengan IMT tidak begitu sensitif dalam menggambarkan
risiko kardiovaskular dan metabolik yang terjadi. Studi menunjukkan bahwa obesitas sentral
yang digambarkan oleh lingkar perut (dengan cut-off yang berbeda antara jenis kelamin) lebih
sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan risiko kardiovaskular.
Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai dengan peningkatan TG dan
penurunan HDL-C. LDL-C biasanya normal, namun mengalami perubahan struktur berupa
peningkatan small dense LDL. Peningkatan konsentrasi TG plasma dipikirkan akibat
peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi peningkatan produksi TG.
Penurunan HDL-C disebabkan peningkatan TG sehingga terjadi transfer TG ke dalam HDL.
Namun, pada subjek resistensi insulin dan konsentrasi TG normal dapat ditemukan penurunan
HLD-C.
Resistensi insulin berperan pada patogenesis hipertensi. Insulin merangsang sistem
saraf simpatis meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal, mempengaruhi transport kation dan
mengakibatkan hipertrofi sel otot polos pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko
penyakit kardiovaskular dan dapat menyebabkan mikroalbuminuria. 3
Etiologi dan Faktor Risiko
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang
dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal
ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot
dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
6 | G i z i K l i n i k
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan.
Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih
jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta
defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor
leptin.
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di
negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,
dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan
yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki
kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak
yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas
pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti. 6
Epidemiologi
Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah
overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.
WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami
overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.
Sedangkan menurut Riskesdas (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di
atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesia cukup tinggi seperti di Sumatera Utara
20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita; di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria
dan 30.7% wanita; Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan 29.2% wanita; Jawa Tengah
17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita; DI Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan
22.5% wanita; Jawa timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia
secara keseluruhan adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%. 6
7 | G i z i K l i n i k
Patofisiologi
Neuropeptida Y (NPY) adalah neuropeptida di dalam hipotalamus yang mempunyai
kemampuan untuk menstimulasi nafsu makan, mengatur massa lemak tubuh, dan
mengendalikan keseimbangan energi dengan menghambat thermogenesis, serta meningkatkan
kadar insulin plasma, glukokortikoid dan leptin. Leptin yang dihasilkan sel lemak setelah
melewati barrier darah otak, berinteraksi dengan nukleus reseptor spesifik arkuatus (ARK)
dan nukleus paraventrikuler (NPV) di dalam hipotalamus, menyebabkan penurunan aktivitas
NPY. Obesitas yang terjadi karena induksi NPY menyebabkan peningkatan kadar leptin
dalam sirkulasi, sehingga homeostatik mengatur lemak tubuh dan keseimbangan energi
merupakan suatu lengkung interaksi antara leptin, ARK-NPV, dan NPY. Keadaan ini
menjelaskan faktor utama penambahan BB adalah penurunan sensitivitas leptin, tidak
terkendalinya nafsu makan, tingkat penggunaan energi dan tingkat aktivitas fisik spontan
yang rendah, serta tingkat oksidasi lemak yang rendah.
Selain faktor di atas, sindroma neuroendokrin (hipotiroid, sindroma cushing,
sindroma polikistik ovarium) juga dapat menyebabkan obesitas. Insidens obesitas yang
disebabkan oleh sindroma ini jarang (kurang dari 1 persen) dan merupakan obesitas ringan. 2
Selain itu faktor risiko lainnya adalah:
bertambahnya usia, sehingga aktivitas fisik berkurang, penyusutan jumlah otot juga
merendahkan metabolisme, sehingga mengurangi keperluan kalori.
Sebagian orang makan berlebih disebabkan masalah emosi seperti stress dan
kebosanan.
Merokok; sebenarnya setelah berhenti merokok, BB cenderung bertambah, hal ini
karena hilangnya pengaru nikotin yang meningkatkan laju pembakaran kalori, juga
menjadikan pengecapan dan wangi makanan lebih baik.
Selama kehamilan, BB perempuan bertabah. Pasca melahirkan sebagian mereka
mengalami kesukaran menurunkan BB kembali.
Obat-obatan, seperti kortikosteroid, obat hipertensi, antipsikosis dan antidepresan
trisiklik, khususnya dapat menyebabkan penambahan BB.
Alkohol, sebenarnya dapat menambah kalori dan selera makan. 7
8 | G i z i K l i n i k
Gejala Klinis
Hasil penelitian membuktikan bahwa memang ada korelasi antara IMT dan kejadian
morbiditas serta mortalitas akibat obesitas, yaitu semakin besar IMT, semakin besar pula
risiko menderita suatu penyakit, sedangkan distribusi lemak tubuh lebih berkaitan dengan
kejadian penyakit terutama kardiovaskular. Lemak dalam tubuh kita didistribusikan terutama
pada dua tempat yang berbeda, yaitu di bagian perut (abdomen) dan di bagian bokong
(gluteus). Pada pria, lemak tubuh banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian
perut. Oleh karena itu disebut sebagai obesitas viseral atau sentral yang dikenal juga dengan
nama obes tipe android (apple-shaped body). Sedangkan pada wanita cenderung di bagian
bawah tubuh yaitu di bawah yaitu di daerah gluteofemoral, oleh karena itu disebut obesitas
perifer atau obes tipe ginoid (pear-shaped body). 4
Gambar 1. Tipe Obesitas.
Sumber: adam.inc.
Secara anatomis, obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang terdapat di
abdomen baik subkutan maupun intraabdominal (viscera abdomen). Suatu kenyataan bahwa
obesitas sentral lebih besar hubungannya dengan morbiditas dan mortalitas akibat obesitas,
misalnya DMT2, hipertensi, sindrom metabolik dan penyakit jantung koroner (PJK).
Gejala klinis lain yang sering ditimbulkan akibat obesitas:
9 | G i z i K l i n i k
sering mengeluh nyeri kaku dan bengkak sendi, sering terjadi pada sendi panggul,
lutut dan pergelangan kaki. Sering terjadi low back pain;
gatal-gatal, banyak berkeringat, kadang tumbuh jamur pada lipatan kulit;
lelah dan ngantuk, serta sering tidur ngorok karena sleep apneu;
pusing atau nyeri kepala karena hipertensi;
nyeri dada karena PJK;
gangguan menstruasi, karena terdapat gangguan hormonal;
sulit hamil; dll.
Tatalaksana
Rencana Terapi Nutrisi pada Pasien Obese Rawat Jalan
Diet yang direncanakan harus bertitik tolak dari pendekatan rasional, aman, nutrisi adekuat
dan ditekankan pada pemilihan menu dari makanan konvensional agar diet mudah
dilaksanakan dan dapat dilakukan dalam waktu lama. Garam harus dikurangi agar tidak
terjadi retensi cairan. Asupan protein harus sesuai usia atau sedikit lebih tinggu dari
kebutuhan agar tidak cepat lapar, tetapi lemak diturunkan. Minum yang cukup untuk
mengekskresi sisa metabolisme, makan dengan minum banyak membuat lambung lebih cepat
penuh.
Diet tinggi serat merupakan diet rendah kalori yang memberi rasa kenyang tetapi
memerlukan pengunyahan lebih lama. Serat pada cereal pada sarapan pagi akan menahan
nafsu makan, sehingga makan siang akan lebih berkurang. Tetap makanan yang diberikan
adalah makanan dengan gizi seimbang.
Manajemen diet harus disesuaikan dengan diagnosis dan kondisi pasien:
Diet rendah kalori seimbang (low calorie diet/LCD), jumlah energi yang diberikan
umumnya lebih dari 800 kalori, yang sering antara 1000-1200 kalori. Diet ini lebih
umum digunakan untuk mengatur BB, aman, nutritionally adequate, dan efektif pada
pelaksanaan diet jangka panjang serta ideal. Hanya memerlukan modifikasi yang kecil
pada pasien obesitas anak juga DM.
Pada kondisi tertentu perlu dirancang diet rendah kalori ketat (very low calorie
diet/VLCD) dengan restriksi tinggi sampai 800 kalori. Diet semacam ini umumnya
10 | G i z i K l i n i k
digunakan pada pasien obesitas morbid. Kalori dibatasi tapi protein masih harus
cukup. Diet ini harus disupervisi langsung oleh seorang dokter ahli gizi.
Rencanakan penurunan berat badan 0.5-1 kg per minggu, dengan secara pelan-pelan
mengurangi asupan makan. Menu makanan sehari-hari dapat disusun sesuai dengan daftar
bahan makanan penukar. 2, 5
Tabel 3. Tabel Kebutuhan Kalori Berdasarkan BB dan Jenis Aktivitas.
Berat Badan (BB)Jenis Aktivitas
Ringan Sedang Aktif
BB lebih 20-25 kkal/kg 30 kkal/kg 35 kkal/kg
BB normal 30 kkal/kg 35 kkal/kg 40 kkal/kg
BB kurang 30 kkal/kg 40 kkal/kg 40-45 kkal/kg
Sumber: Pegangan Pelaksanaan Nutrisi Pasien. 2
Tabel 4. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan.
11 | G i z i K l i n i k
12 | G i z i K l i n i k
13 | G i z i K l i n i k
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5
14 | G i z i K l i n i k
Tabel 5. Contoh Food Model 2500 kkal.
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5
Tabel5 . Pola Menu Makan Sehari Berdasarkan Kalori.
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5
Program Aktivitas Fisik Disesuaikan dengan Kondisi dan Kebutuhan Pasien15 | G i z i K l i n i k
Tujuan program aktivitas fisik adalah pembakaran lemak, mempertahankan BB yang telah
dicapai, dengan anjuran aktivitas aerobik (durasi sekitar 30 menit) terutama dilakukan 1-3 jam
setelah makan, karena akan perbaikan kardiovaskular dan meningkatkan sensitisvitas insulin.
Selain itu, hal ini mempertahankan massa otot dan densitas tulang yang cenderung menurun
pada penurunan BB.
Pengobatan Medik
Terapi obat harus dipertimbangkan sebagai tambahan dalam terapi nutrisi, peningkatan
aktivitas, dan terapi perilaku jika setelah 6 bulan pasien tidak menunjukkan penurunan BB
yang diinginkan, yaitu 0.5-1 kg per minggu. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang
berisiko tinggi menderita penyakit akibat BB berlebihan, yaitu pasien dengan IMT > 30 dan
yang menderita hipertensi, dislipidemia, PJK, DMT2, apneu saat tidur. Dua obat terkenal
yang saat ini digunakan untuk penurunan BB adalah sibutramine dan orlistat.
Sibutramine, atau meridia, adalah penekan nafsu makan yang bekerja secara sentral
menghambat ambilan kembali norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Efek samping yang
paling sering muncul antara lain sakit kepala, insomnia, anoreksia, konstipasi, dan mulut
kering. Selain itu, sibutramine juga dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Harus hati-hati ketika diberikan kepada pasien dengan riwayat kejang atau glaukoma sudut
tertutup. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat penghambat monoamin
oksidase atau penekan nafsu makan yang bekerja sentral lainnya, serta penderita anoreksia
nervosa. Obat ini sebaiknya tidak diberikan kepada penderita disfungsi hati dan ginjal yang
berat, penyakit arteri koroner, riwayat hipertensi, gagal jantung, anemia, atau stroke.
Orlistat (xenical), bekerja secara perifer menghambat lipase pankreas sehingga
mengurangi penyerapan lemak dalam saluran cerna. Obat ini harus digunakan bersama diet
rendah kalori dengan 30 % kalori berasal dari lemak. Efek sampingnya meliputi nyeri kepala,
flatus dengan cairan, urgensi fekal, tinja yang berlemak atau berminyak, dan nyeri abdomen,
penyerapan vitamin larut lemak juga berkurang.
Tidak semua orang berespons terhadap terapi obat. Terapi obat harus dihentikan
apabila efek sampingnya tidak dapat diatasi atau terapi tidak efektif. 2, 4, 5
Edukasi
16 | G i z i K l i n i k
Untuk keberhasilan terapi obesitas perlu adanya motivasi dari pasien untuk memodifikasi
gaya hidup dan perilaku serta adanya dukungan psikososial. Perbaikan perilaku sangat
bermanfaat terutama dalam hal memonitor sendiri jumlah makanan yang dikonsumsi,
aktivitas, dan penimbangan BB secara rutin. Edukasikan kepada keluarga, dan bahkan
kelompok komunitas untuk membantu memotivasi pasien.
Selanjutnya, mendidik pasien memilih makanan dengan pertimbangan kesehatan dan
bukan oleh rangsangan. Disusun jadwal makan dan direncanakan resep menu porsi kecil yang
dibagi dalam 6 sampai 8 kali makan, untuk mencegah ngemil dan makan berlebihan. Makan
tidak boleh tergesa-gesa/diperlambat, mengunyah dengan baik, mengonsumsi makanan bebas
gula, sup sebelum makan, dan pemanis non sugar seperti fruktosa dapat mengurangi nafsu
makan. Hindari makanan tinggi kalori pada malam hari. 2
Komplikasi
Hipertensi berat. Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar
insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volume darah, laju jantung
meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya
meningkatkan tekanan darah.
Diabetes. Obesitas merupakan penyebab utama DMT2. Lemak berlebih menyebabkan
resistensi insulin dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
Dislipidemia. Terdapat peningkaran kadar LDL-C, penurunan kadar HDL-C, dan
peningkatan kadar TG. Dislipidemia memicu terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis
penyebabkan PJK dan stroke.
Osteoarthritis. Obesitas memperberat beban-beban pada sendi.
Apnea tidur berlebihan. Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang
selanjutnya menyebabkan henti napa sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.
Kanker. Banyak jenis kanker yang berkaitan dngan berat badan berlebih (BBL)
misalnya pada perempuan; kanker payudara, uterus, serviks, ovarium, dan kandung empedu.
Sementara pada laki-laki; kanker kolon, rektum, dan prostat.
17 | G i z i K l i n i k
Penyakit perlemakan hati dan kandung empedu. Baik peminum alkohol amupun
bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD)
atau non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis. Selain itu,
orang dengan BBL menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
Obesitas juga diduga berkaitan dengan gout.7
Prognosis
Jika tidak dilakukan modifikasi gaya hidup dan faktor risiko, obesitas cenderung berujung
kepada komplikasi yang tergolong penyakit metabolik maupun kardiovaskular yang lebih
berat.
Pencegahan
Yang paling penting adalah menjaga motivasi pasien sendiri agar tetap mempertahankan
perilaku dan pola hidup sehat sesuai anjuran dan kondisi pribadi. Selain itu, tetap dilakukan
follow-up untuk mengontrol perkembangan keberhasilan pola diet dan kesehatan personal.
Perubahan BB dan IMT, komposisi tubuh (tebal lipat lemak bawah kulit, rasio LPe-LPa) tiap
minggu tetap dikontrol selama program diet. Cek tekanan darah, tanda-tanda dehidrasi, kadar
gula darah, TG, kolesterol, asam urat, T3 dan T4. Dengan demikian diharapkan pasien,
maupun keluarga tetap dapat menjaga kualitas hidup. 3
Kesimpulan
Obesitas merupakan suatu peningkatan rasio lemak yang terlokalisir atau merata di seluruh
tubuh. Seringkali penyebabnya multifaktor, salah satunya kebiasaan makan dan pola hidup
yang sedenter. Obesitas dapat dicegah sedini mungkin dengan tetap menjaga kualitas hidup,
yaitu menjalankan pola hidup sehat. Jika tidak demikian, maka obesitas cenderung membuka
jalan untuk terjadinya penyakit metabolik maupun kardiovaskular lainnya. Lakukan
pengecekan substansi-substansi baik dari segi fisik maupun segi penunjang, untuk mengontrol
kesehatan tubuh.
18 | G i z i K l i n i k
Daftar Pustaka
1. Gleadle. At a glance: Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.
h.142.
2. PDGMI. Pegangan penatalaksanaan nutrisi pasien. Jakarta: PDGMI DKI Jakarta;
2000. h. 1-8, 16, 125-31.
3. Purnamasari Dyah, Soegondo, Suyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III:
Metabolik endokrin: Sindrom metabolik. Edisi ke-V. Jakarta: Interna Publishing;
2009. h. 1865-72.
4. Mayer, Tucker, Williams. Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-II. Jakarta: EGC;
2011. h. 165-76.
5. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2010. h. 289-
98, 334-7.
6. Admin. Obesitas. 2011. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter%20II.pdf. 15
September 2013.
19 | G i z i K l i n i k
7. Laboratorium Amerind Bioclinic. Obesitas. 2010. Diunduh dari
http://www.abclab.co.id/?p=91. 14 September 2013.
20 | G i z i K l i n i k