PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

27
Masalah Gizi Berlebih pada Orang Dewasa Karina Patricia (102010157/E-2) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470 Email: [email protected] Pendahuluan Status gizi seseorang merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat gizi dengan pengeluaran energi dari organisme tersebut. Apabila dalam keseimbangan normal, maka individu tersebut berada dalam kondisi normal. Terpenuhi atau tidak kebutuhan zat gizi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu pertama asupan makanan dan kedua adalah utilisasi biologik zat gizi. Dengan demikian, status gizi merupakan fungsi dari asupan makanan baik dari kuantitas maupun kualitas, dan utilisasi zat gizi. Karenanya dimengerti bahwa status gizi baik individu atau kelompok individu dapat berubah dari waktu ke waktu, dan apabila dilakukan pengukuran gizi pada suatu tertentu maka hasilnya hanya dapat merefleksikan keadaan pada saat tersebut. Melalui kasus di bawah ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai gizi klinik. Tn.I seorang eksekutif dari perusahaan saham terkenal berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan TB 150 cm, BB 85 kg mengeluh tidak dapat menahan nafsu makan dan ingin

Transcript of PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Page 1: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Masalah Gizi Berlebih pada Orang Dewasa

Karina Patricia (102010157/E-2)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470

Email: [email protected]

Pendahuluan

Status gizi seseorang merupakan hasil keseimbangan antara konsumsi zat-zat gizi dengan

pengeluaran energi dari organisme tersebut. Apabila dalam keseimbangan normal, maka

individu tersebut berada dalam kondisi normal.

Terpenuhi atau tidak kebutuhan zat gizi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

pertama asupan makanan dan kedua adalah utilisasi biologik zat gizi. Dengan demikian, status

gizi merupakan fungsi dari asupan makanan baik dari kuantitas maupun kualitas, dan utilisasi

zat gizi. Karenanya dimengerti bahwa status gizi baik individu atau kelompok individu dapat

berubah dari waktu ke waktu, dan apabila dilakukan pengukuran gizi pada suatu tertentu

maka hasilnya hanya dapat merefleksikan keadaan pada saat tersebut. Melalui kasus di bawah

ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai gizi klinik.

Tn.I seorang eksekutif dari perusahaan saham terkenal berusia 55 tahun datang ke

poliklinik dengan TB 150 cm, BB 85 kg mengeluh tidak dapat menahan nafsu makan dan

ingin menurunkan BB-nya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 14 g/dL,

glukosa darah sewaktu 120, asam urat 5.

Anamnesis

Anamnesis secara lengkap perlu dilakukan untuk mengetahui riwayat perkembangan obese,

perubahan berat badan (BB), obesitas dalam keluarga, pola makan (selama 24 jam, dan apa

saja yang disukai dan tidak disukai), dan aktivitas fisik. Perlu dicurigai apakah sebelumnya

telah menderita penyakit yang biasanya menyertai obesitas seperti hipertensi, DM,

displipidemia, gangguan pernapasan (sesak napas saat tidur, ngorok). Jika pasien wanita dapat

Page 2: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

ditanyakan mengenai adanya gangguan menstruasi, keguguran, atau belum pernah hamil pada

usia perkawinan yang lebih 2 tahun.

Riwayat pengobatan dan diet yang telah dilakukan beserta hasilnya, suplemen

tambahan ataupun riwayat penurunan berat badan akibat mengalami penyakit tertentu juga

perlu ditanyakan. Kebiasaan merokok dan alkohol juga dapat mempengaruhi BB pasien. 1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) yatu suhu, tekanan darah, nadi, dan pernapasan lebih

dahulu dilakukan.

Pemeriksaan lainnya yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik secara umum yang

berguna untuk mendeteksi perubahan-perubahan di dalam tubuh yang diketahui mempunyai

hubungan dengan ketidakcukupan zat-zat gizi yang dapat dilihat atau dirasakan pada organ

kulit, mata, rambut, selaput lendir, dll.

Khusus

Pengukuran antropometrik. Ukuran fisik seseorang sangat erat kaitannya dengan status

gizinya. Atas dasar ini, ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan

dapat diandalkan bagi penentuan status gizi.

Pengukuran yang dilakukan meliputi; pengukuran tinggi badan/TB dan BB, lingkar

lengan atas/LLA, lingkar perut/LPe, lingkar panggul (LPa), dan tebal lipatan kulit/TLK

seperti trisep, bisep, subskapula, dan suprailiaka. Dari pemeriksaan tersebut dikembangkan

antropometri turunan indeks masa tubuh/IMT, massa lemak/ML, area lemak lengan

atas/ALLA, rasio LPa, Lpe, dsb.

Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan parameter turunan dari TB dan BB.

Untuk mengetahui nilai IMT dapat dihitung dengan rumus:

2 | G i z i K l i n i k

Page 3: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Tabel 1. Klasifikasi BB Berdasarkan IMT Untuk Orang Asia Dewasa (WHO, 2000)

Klasifikasi IMT (kg/m2)

BB kurang < 18.5

BB normal 18.5-22.9

BB lebih > 23

Preobesitas 23-24.9

Obesitas I 25-29.9

Obesitas II > 30

Sumber: Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien.2

Rasio LPe-LPa digunakan untuk menentukan adanya distribusi lemak tubuh sentral di

daerah abdomen. Bila rasio LPe-LPa tinggi (>0,95 untuk laki-laki dan >0,85 untuk

perempuan), dapat dikatakan telah menjadi akumulai lemak sentral (obesitas sentral atau

abdominal), yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner/PJK. 3

Tebal lipatan kulit/TLK, merupakan pengukuran lemak di bawah kulit pada dasarnya

merupakan cara untuk mengetahui cadangan kalori. Cara ini terutama digunakan untuk

mengetahui distribusi lemak tubuh.

Selain menggunakan IMT, BB ideal (BBI) juga dapat dihitung dengan menggunakan

rumus Broca yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat, dengan cara mengurangi

tinggi badan dalam cm dengan 100 untuk mendapatkan BB normal. Selanjutnya, hasil dari

pengurangan tadi dikali dengan 10 %, lalu ditambah hasil pengurangan yang telah didapatkan

untuk mengetahui BBI.

Penilaian konsumsi makan individu. Metode atau cara penilaian konsumsi makanan

individu dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu metode penilaian konsumsi harian

kuantitatif; yaitu mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang selama satu hari,

yang apabila dilakukan pada jangka waktu yang lebih panjang lagi dapat dilakukan sebagai

3 | G i z i K l i n i k

Page 4: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

usual intake. Yang kedua, dietary history dan food frequency questionnaire; dimana akan

didapatkan informasi retrospektif tentang pola makan seseorang. Evaluasi dilakukan baik

dengan menilai kualitas makanan yang didasarkan ada atau tidaknya sumber-sumber nutrien

dengan menggunakan sistem skoring tertentu. Selain itu dinilai pula kuantitas makanan

meliputi total kalori maupun nutrien dan dibandingkan dengan kebutuhan individu tersebut.2,4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah kadar hemoglobin (Hb), gula darah,

HbA1C, kadar lemak darah (terutama trigliserida, kolesterol total, LDL, dan HDL) dan asam

urat. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini dan mengontrol komplikasi yang mungkin dapat

terjadi, atau bahkan telah terjadi.

Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan sewaktu maupun puasa, untuk dapat

mengetahui apakah sudah terjadi suatu kelainan metabolisme karbohidrat. Sementara HbA1C

(hemoglobin terglikasi) merupakan pengukuran rata-rata konsentrasi glukosa darah dalam

waktu 1-3 bulan sebelumnya. HbA1C merupakan gugus heterogen yang terbentuk dari reaksi

kimia antara glukosa dan hemoglobin. Nilai normalnya < 7 %.

Pemeriksaan kolesetrol total merupakan pemeriksaan yang menentukan jumlah

kolestrol yang terdapat di dalam semua partikel lipoprotein tubuh (semua jenis kolesterol dan

trigliserida. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gangguan metabolisme lemak dan

menentukan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Nilai normal untuk orang dewasa

adalah < 200 mg/dL. Sementara pemeriksaan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)

merupakan lipoprotein yang berasal dari hati, memiliki densitas tinggi dan tidak mudah

menggumpal. Sering disebut kolesterol baik karena membantu membersihkan tumpukan

kolesterol dari pembuluh darah dan mengangkutnya ke hati. Nilai normalnya >= 40 mg/dL.

Sementara trigliserida (TG) merupakan bentuk lemak yang tersimpan dalam tubuh dan

banyak ditemukan di jaringan adiposa. TG yang tersirkulasi di dalam darah digunakan sebagai

energi bagi otot untuk bekerja. Nilai normal dalam darah adalah < 150 mg/dL pada orang

dewasa.

Pemeriksaan asam urat digunakan untuk medeteksi tingginya asam urat dalam darah.

4 | G i z i K l i n i k

Page 5: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan hormonal, yaitu kadar T3 dan T4 untuk

mengetahui apakah ada kelainan pada kelenjar tiroid, dan pemeriksaan kadar insulin darah. 2, 3

Working Diagnosis

Menegakkan diagnosis obesitas adalah berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, boleh

disertai dengan laboratorium, khususnya antropometri. Setelah mendapatkan TB dan BB

pasien, kita dapat mengetahui ideal atau tidaknya melalui perhitungan IMT yang telah

disebutkan. Dari kasus didapatkan TB pasien 150 cm dan BB 85 kg, diketahui bahwa IMT

pasien tersebut adalah 37.8, dimana berarti pasien telah ada di taraf obesitas II. Sementara

seharusnya BB normal menurut rumus Broca adalah 150 – 100 = 50 kg, sehingga BBI pasien

seharusnya 50 – (50 × 10 %) = 45 kg.

Obesitas secara umum diartikan sebagai peningkatan rasio lemak dan lean body tissue

yang terlokalisir atau merata di seluruh tubuh. Ketidakseimbangan antara asupan energi

dengan penggunaannya dilaporkan merupakan penyebab dari obesitas. Pada kenyataannya

patogenesis obesitas tidak sesederhana akibat kebanyakan makan dan kurangnya aktivitas,

tetapi faktor biologis, perilaku individu dan lingkungan serta adanya komponen genetik dan

pola hidup turut berperan pada terjadinya obesitas. 2, 4, 5

Differential Diagnosis

Istilah “obesitas” sebenarnya telah digolongkan sebagai suatu penyakit, akibat hal ini

cenderung menyebabkan banyak kelainan metabolik lain (komplikasi) seperti resistensi

insulin, hiperlipidemia, hipertensi, diabetes melitus tipe 2 (DMT2), dan beberapa gejala lain.

Gabungan dari gejala-gejala tersebut sering disebut dengan sindrom metabolik atau sindrom

X.

Tabel 2. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO

Kriteria Klinis WHO

Resistensi insulin TGT, GDPT, DMT2, atau sensitvitas insulin

menurun*. Ditambah dua dari kriteria berikut.

Berat badan Pria: rasio LPe-LPa > 0.90; wanita: rasio LPe-LPa >

5 | G i z i K l i n i k

Page 6: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

0.85 dan/atau dengan IMT > 30 kg/m2.

Lipid TG ≥ 150 mg/dL dan/atau HDL-C < 35 mg/dL pada

pria atau < 39 mg/dL pada wanita.

Tekanan darah (TD) ≥ 140/90 mmHg

Glukosa TGT, GDPT, atau DMT2

Lainnya Mikroalbuminuria

*Sensitivitas insulin diukur pada kondisi euglikemia hiperinsulinemia. Sumber: PAPDI.2

Obesitas yang digambarkan dengan IMT tidak begitu sensitif dalam menggambarkan

risiko kardiovaskular dan metabolik yang terjadi. Studi menunjukkan bahwa obesitas sentral

yang digambarkan oleh lingkar perut (dengan cut-off yang berbeda antara jenis kelamin) lebih

sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan risiko kardiovaskular.

Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai dengan peningkatan TG dan

penurunan HDL-C. LDL-C biasanya normal, namun mengalami perubahan struktur berupa

peningkatan small dense LDL. Peningkatan konsentrasi TG plasma dipikirkan akibat

peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi peningkatan produksi TG.

Penurunan HDL-C disebabkan peningkatan TG sehingga terjadi transfer TG ke dalam HDL.

Namun, pada subjek resistensi insulin dan konsentrasi TG normal dapat ditemukan penurunan

HLD-C.

Resistensi insulin berperan pada patogenesis hipertensi. Insulin merangsang sistem

saraf simpatis meningkatkan reabsorbsi natrium ginjal, mempengaruhi transport kation dan

mengakibatkan hipertrofi sel otot polos pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko

penyakit kardiovaskular dan dapat menyebabkan mikroalbuminuria. 3

Etiologi dan Faktor Risiko

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang

dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal

ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot

dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat

6 | G i z i K l i n i k

Page 7: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada

orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi

melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan.

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih

jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta

defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor

leptin.

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku

makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena

lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di

negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,

dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan

yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki

kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak

yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar

kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas

pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti. 6

Epidemiologi

Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah

overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.

WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami

overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.

Sedangkan menurut Riskesdas (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa di

atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesia cukup tinggi seperti di Sumatera Utara

20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita; di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria

dan 30.7% wanita; Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan 29.2% wanita; Jawa Tengah

17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita; DI Yogyakarta 18.7% dengan 14.6% pria dan

22.5% wanita; Jawa timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5% wanita. Dan di Indonesia

secara keseluruhan adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%. 6

7 | G i z i K l i n i k

Page 8: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Patofisiologi

Neuropeptida Y (NPY) adalah neuropeptida di dalam hipotalamus yang mempunyai

kemampuan untuk menstimulasi nafsu makan, mengatur massa lemak tubuh, dan

mengendalikan keseimbangan energi dengan menghambat thermogenesis, serta meningkatkan

kadar insulin plasma, glukokortikoid dan leptin. Leptin yang dihasilkan sel lemak setelah

melewati barrier darah otak, berinteraksi dengan nukleus reseptor spesifik arkuatus (ARK)

dan nukleus paraventrikuler (NPV) di dalam hipotalamus, menyebabkan penurunan aktivitas

NPY. Obesitas yang terjadi karena induksi NPY menyebabkan peningkatan kadar leptin

dalam sirkulasi, sehingga homeostatik mengatur lemak tubuh dan keseimbangan energi

merupakan suatu lengkung interaksi antara leptin, ARK-NPV, dan NPY. Keadaan ini

menjelaskan faktor utama penambahan BB adalah penurunan sensitivitas leptin, tidak

terkendalinya nafsu makan, tingkat penggunaan energi dan tingkat aktivitas fisik spontan

yang rendah, serta tingkat oksidasi lemak yang rendah.

Selain faktor di atas, sindroma neuroendokrin (hipotiroid, sindroma cushing,

sindroma polikistik ovarium) juga dapat menyebabkan obesitas. Insidens obesitas yang

disebabkan oleh sindroma ini jarang (kurang dari 1 persen) dan merupakan obesitas ringan. 2

Selain itu faktor risiko lainnya adalah:

bertambahnya usia, sehingga aktivitas fisik berkurang, penyusutan jumlah otot juga

merendahkan metabolisme, sehingga mengurangi keperluan kalori.

Sebagian orang makan berlebih disebabkan masalah emosi seperti stress dan

kebosanan.

Merokok; sebenarnya setelah berhenti merokok, BB cenderung bertambah, hal ini

karena hilangnya pengaru nikotin yang meningkatkan laju pembakaran kalori, juga

menjadikan pengecapan dan wangi makanan lebih baik.

Selama kehamilan, BB perempuan bertabah. Pasca melahirkan sebagian mereka

mengalami kesukaran menurunkan BB kembali.

Obat-obatan, seperti kortikosteroid, obat hipertensi, antipsikosis dan antidepresan

trisiklik, khususnya dapat menyebabkan penambahan BB.

Alkohol, sebenarnya dapat menambah kalori dan selera makan. 7

8 | G i z i K l i n i k

Page 9: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Gejala Klinis

Hasil penelitian membuktikan bahwa memang ada korelasi antara IMT dan kejadian

morbiditas serta mortalitas akibat obesitas, yaitu semakin besar IMT, semakin besar pula

risiko menderita suatu penyakit, sedangkan distribusi lemak tubuh lebih berkaitan dengan

kejadian penyakit terutama kardiovaskular. Lemak dalam tubuh kita didistribusikan terutama

pada dua tempat yang berbeda, yaitu di bagian perut (abdomen) dan di bagian bokong

(gluteus). Pada pria, lemak tubuh banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian

perut. Oleh karena itu disebut sebagai obesitas viseral atau sentral yang dikenal juga dengan

nama obes tipe android (apple-shaped body). Sedangkan pada wanita cenderung di bagian

bawah tubuh yaitu di bawah yaitu di daerah gluteofemoral, oleh karena itu disebut obesitas

perifer atau obes tipe ginoid (pear-shaped body). 4

Gambar 1. Tipe Obesitas.

Sumber: adam.inc.

Secara anatomis, obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang terdapat di

abdomen baik subkutan maupun intraabdominal (viscera abdomen). Suatu kenyataan bahwa

obesitas sentral lebih besar hubungannya dengan morbiditas dan mortalitas akibat obesitas,

misalnya DMT2, hipertensi, sindrom metabolik dan penyakit jantung koroner (PJK).

Gejala klinis lain yang sering ditimbulkan akibat obesitas:

9 | G i z i K l i n i k

Page 10: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

sering mengeluh nyeri kaku dan bengkak sendi, sering terjadi pada sendi panggul,

lutut dan pergelangan kaki. Sering terjadi low back pain;

gatal-gatal, banyak berkeringat, kadang tumbuh jamur pada lipatan kulit;

lelah dan ngantuk, serta sering tidur ngorok karena sleep apneu;

pusing atau nyeri kepala karena hipertensi;

nyeri dada karena PJK;

gangguan menstruasi, karena terdapat gangguan hormonal;

sulit hamil; dll.

Tatalaksana

Rencana Terapi Nutrisi pada Pasien Obese Rawat Jalan

Diet yang direncanakan harus bertitik tolak dari pendekatan rasional, aman, nutrisi adekuat

dan ditekankan pada pemilihan menu dari makanan konvensional agar diet mudah

dilaksanakan dan dapat dilakukan dalam waktu lama. Garam harus dikurangi agar tidak

terjadi retensi cairan. Asupan protein harus sesuai usia atau sedikit lebih tinggu dari

kebutuhan agar tidak cepat lapar, tetapi lemak diturunkan. Minum yang cukup untuk

mengekskresi sisa metabolisme, makan dengan minum banyak membuat lambung lebih cepat

penuh.

Diet tinggi serat merupakan diet rendah kalori yang memberi rasa kenyang tetapi

memerlukan pengunyahan lebih lama. Serat pada cereal pada sarapan pagi akan menahan

nafsu makan, sehingga makan siang akan lebih berkurang. Tetap makanan yang diberikan

adalah makanan dengan gizi seimbang.

Manajemen diet harus disesuaikan dengan diagnosis dan kondisi pasien:

Diet rendah kalori seimbang (low calorie diet/LCD), jumlah energi yang diberikan

umumnya lebih dari 800 kalori, yang sering antara 1000-1200 kalori. Diet ini lebih

umum digunakan untuk mengatur BB, aman, nutritionally adequate, dan efektif pada

pelaksanaan diet jangka panjang serta ideal. Hanya memerlukan modifikasi yang kecil

pada pasien obesitas anak juga DM.

Pada kondisi tertentu perlu dirancang diet rendah kalori ketat (very low calorie

diet/VLCD) dengan restriksi tinggi sampai 800 kalori. Diet semacam ini umumnya

10 | G i z i K l i n i k

Page 11: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

digunakan pada pasien obesitas morbid. Kalori dibatasi tapi protein masih harus

cukup. Diet ini harus disupervisi langsung oleh seorang dokter ahli gizi.

Rencanakan penurunan berat badan 0.5-1 kg per minggu, dengan secara pelan-pelan

mengurangi asupan makan. Menu makanan sehari-hari dapat disusun sesuai dengan daftar

bahan makanan penukar. 2, 5

Tabel 3. Tabel Kebutuhan Kalori Berdasarkan BB dan Jenis Aktivitas.

Berat Badan (BB)Jenis Aktivitas

Ringan Sedang Aktif

BB lebih 20-25 kkal/kg 30 kkal/kg 35 kkal/kg

BB normal 30 kkal/kg 35 kkal/kg 40 kkal/kg

BB kurang 30 kkal/kg 40 kkal/kg 40-45 kkal/kg

Sumber: Pegangan Pelaksanaan Nutrisi Pasien. 2

Tabel 4. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan.

11 | G i z i K l i n i k

Page 12: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

12 | G i z i K l i n i k

Page 13: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

13 | G i z i K l i n i k

Page 14: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5

14 | G i z i K l i n i k

Page 15: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Tabel 5. Contoh Food Model 2500 kkal.

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5

Tabel5 . Pola Menu Makan Sehari Berdasarkan Kalori.

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi. 5

Program Aktivitas Fisik Disesuaikan dengan Kondisi dan Kebutuhan Pasien15 | G i z i K l i n i k

Page 16: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Tujuan program aktivitas fisik adalah pembakaran lemak, mempertahankan BB yang telah

dicapai, dengan anjuran aktivitas aerobik (durasi sekitar 30 menit) terutama dilakukan 1-3 jam

setelah makan, karena akan perbaikan kardiovaskular dan meningkatkan sensitisvitas insulin.

Selain itu, hal ini mempertahankan massa otot dan densitas tulang yang cenderung menurun

pada penurunan BB.

Pengobatan Medik

Terapi obat harus dipertimbangkan sebagai tambahan dalam terapi nutrisi, peningkatan

aktivitas, dan terapi perilaku jika setelah 6 bulan pasien tidak menunjukkan penurunan BB

yang diinginkan, yaitu 0.5-1 kg per minggu. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang

berisiko tinggi menderita penyakit akibat BB berlebihan, yaitu pasien dengan IMT > 30 dan

yang menderita hipertensi, dislipidemia, PJK, DMT2, apneu saat tidur. Dua obat terkenal

yang saat ini digunakan untuk penurunan BB adalah sibutramine dan orlistat.

Sibutramine, atau meridia, adalah penekan nafsu makan yang bekerja secara sentral

menghambat ambilan kembali norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Efek samping yang

paling sering muncul antara lain sakit kepala, insomnia, anoreksia, konstipasi, dan mulut

kering. Selain itu, sibutramine juga dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Harus hati-hati ketika diberikan kepada pasien dengan riwayat kejang atau glaukoma sudut

tertutup. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat penghambat monoamin

oksidase atau penekan nafsu makan yang bekerja sentral lainnya, serta penderita anoreksia

nervosa. Obat ini sebaiknya tidak diberikan kepada penderita disfungsi hati dan ginjal yang

berat, penyakit arteri koroner, riwayat hipertensi, gagal jantung, anemia, atau stroke.

Orlistat (xenical), bekerja secara perifer menghambat lipase pankreas sehingga

mengurangi penyerapan lemak dalam saluran cerna. Obat ini harus digunakan bersama diet

rendah kalori dengan 30 % kalori berasal dari lemak. Efek sampingnya meliputi nyeri kepala,

flatus dengan cairan, urgensi fekal, tinja yang berlemak atau berminyak, dan nyeri abdomen,

penyerapan vitamin larut lemak juga berkurang.

Tidak semua orang berespons terhadap terapi obat. Terapi obat harus dihentikan

apabila efek sampingnya tidak dapat diatasi atau terapi tidak efektif. 2, 4, 5

Edukasi

16 | G i z i K l i n i k

Page 17: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Untuk keberhasilan terapi obesitas perlu adanya motivasi dari pasien untuk memodifikasi

gaya hidup dan perilaku serta adanya dukungan psikososial. Perbaikan perilaku sangat

bermanfaat terutama dalam hal memonitor sendiri jumlah makanan yang dikonsumsi,

aktivitas, dan penimbangan BB secara rutin. Edukasikan kepada keluarga, dan bahkan

kelompok komunitas untuk membantu memotivasi pasien.

Selanjutnya, mendidik pasien memilih makanan dengan pertimbangan kesehatan dan

bukan oleh rangsangan. Disusun jadwal makan dan direncanakan resep menu porsi kecil yang

dibagi dalam 6 sampai 8 kali makan, untuk mencegah ngemil dan makan berlebihan. Makan

tidak boleh tergesa-gesa/diperlambat, mengunyah dengan baik, mengonsumsi makanan bebas

gula, sup sebelum makan, dan pemanis non sugar seperti fruktosa dapat mengurangi nafsu

makan. Hindari makanan tinggi kalori pada malam hari. 2

Komplikasi

Hipertensi berat. Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar

insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volume darah, laju jantung

meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya

meningkatkan tekanan darah.

Diabetes. Obesitas merupakan penyebab utama DMT2. Lemak berlebih menyebabkan

resistensi insulin dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Dislipidemia. Terdapat peningkaran kadar LDL-C, penurunan kadar HDL-C, dan

peningkatan kadar TG. Dislipidemia memicu terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis

penyebabkan PJK dan stroke.

Osteoarthritis. Obesitas memperberat beban-beban pada sendi.

Apnea tidur berlebihan. Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang

selanjutnya menyebabkan henti napa sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.

Kanker. Banyak jenis kanker yang berkaitan dngan berat badan berlebih (BBL)

misalnya pada perempuan; kanker payudara, uterus, serviks, ovarium, dan kandung empedu.

Sementara pada laki-laki; kanker kolon, rektum, dan prostat.

17 | G i z i K l i n i k

Page 18: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Penyakit perlemakan hati dan kandung empedu. Baik peminum alkohol amupun

bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD)

atau non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis. Selain itu,

orang dengan BBL menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.

Obesitas juga diduga berkaitan dengan gout.7

Prognosis

Jika tidak dilakukan modifikasi gaya hidup dan faktor risiko, obesitas cenderung berujung

kepada komplikasi yang tergolong penyakit metabolik maupun kardiovaskular yang lebih

berat.

Pencegahan

Yang paling penting adalah menjaga motivasi pasien sendiri agar tetap mempertahankan

perilaku dan pola hidup sehat sesuai anjuran dan kondisi pribadi. Selain itu, tetap dilakukan

follow-up untuk mengontrol perkembangan keberhasilan pola diet dan kesehatan personal.

Perubahan BB dan IMT, komposisi tubuh (tebal lipat lemak bawah kulit, rasio LPe-LPa) tiap

minggu tetap dikontrol selama program diet. Cek tekanan darah, tanda-tanda dehidrasi, kadar

gula darah, TG, kolesterol, asam urat, T3 dan T4. Dengan demikian diharapkan pasien,

maupun keluarga tetap dapat menjaga kualitas hidup. 3

Kesimpulan

Obesitas merupakan suatu peningkatan rasio lemak yang terlokalisir atau merata di seluruh

tubuh. Seringkali penyebabnya multifaktor, salah satunya kebiasaan makan dan pola hidup

yang sedenter. Obesitas dapat dicegah sedini mungkin dengan tetap menjaga kualitas hidup,

yaitu menjalankan pola hidup sehat. Jika tidak demikian, maka obesitas cenderung membuka

jalan untuk terjadinya penyakit metabolik maupun kardiovaskular lainnya. Lakukan

pengecekan substansi-substansi baik dari segi fisik maupun segi penunjang, untuk mengontrol

kesehatan tubuh.

18 | G i z i K l i n i k

Page 19: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

Daftar Pustaka

1. Gleadle. At a glance: Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.

h.142.

2. PDGMI. Pegangan penatalaksanaan nutrisi pasien. Jakarta: PDGMI DKI Jakarta;

2000. h. 1-8, 16, 125-31.

3. Purnamasari Dyah, Soegondo, Suyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III:

Metabolik endokrin: Sindrom metabolik. Edisi ke-V. Jakarta: Interna Publishing;

2009. h. 1865-72.

4. Mayer, Tucker, Williams. Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-II. Jakarta: EGC;

2011. h. 165-76.

5. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2010. h. 289-

98, 334-7.

6. Admin. Obesitas. 2011. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31021/4/Chapter%20II.pdf. 15

September 2013.

19 | G i z i K l i n i k

Page 20: PBL 27 Gizi Klinik Sken 5

7. Laboratorium Amerind Bioclinic. Obesitas. 2010. Diunduh dari

http://www.abclab.co.id/?p=91. 14 September 2013.

20 | G i z i K l i n i k