PBI No.16_12_PBI_2014

25
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014  TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia memiliki tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; b. bahwa dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah; c. bahwa dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia melakukan operasi moneter syariah baik dalam Rupiah maupun dalam valuta asing untuk mempengaruhi kecukupan likuiditas perbankan syariah; d. bahwa dalam rangka pelaksanaan operasi moneter syariah dalam valuta asing, Bank Indonesia melakukan pengayaan instrumen operasi moneter syariah dalam valuta asing; e. bahwa dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi perkembangan ekonomi, keuangan, dan moneter, efektivitas operasi moneter syariah perlu ditingkatkan; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah; Mengingat ...

Transcript of PBI No.16_12_PBI_2014

Page 1: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 1/24

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/12/ PBI/ 2014

 TENTANG

OPERASI MONETER SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang: a. 

bahwa dalam rangka memenuhi tujuan untuk mencapai

dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia

memiliki tugas menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter;

b. 

bahwa dalam rangka mendukung tugas dalam

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter

berdasarkan prinsip syariah;

c. 

bahwa dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan

prinsip syariah, Bank Indonesia melakukan operasi

moneter syariah baik dalam Rupiah maupun dalam

valuta asing untuk mempengaruhi kecukupan likuiditas

perbankan syariah;

d. 

bahwa dalam rangka pelaksanaan operasi monetersyariah dalam valuta asing, Bank Indonesia melakukan

pengayaan instrumen operasi moneter syariah dalam

valuta asing;

e. 

bahwa dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi

perkembangan ekonomi, keuangan, dan moneter,

efektivitas operasi moneter syariah perlu ditingkatkan;

f. 

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan

huruf e, perlu mengatur kembali Peraturan Bank

Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah;

Mengingat ...

Page 2: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 2/24

 

- 2 -

Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa

kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG OPERASI

MONETER SYARIAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

1. 

Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

2. 

Bank Umum Syariah yang selanjutnya disingkat BUS adalah Bank

Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai

perbankan syariah.

3. 

Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS adalah Unit Usaha

Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai

perbankan syariah.

4.  Operasi Moneter Syariah yang selanjutnya disingkat OMS adalah

pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka

pengendalian ...

Page 3: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 3/24

 

- 3 -

pengendalian moneter melalui kegiatan operasi pasar terbuka dan

penyediaan standing facilities berdasarkan prinsip syariah.

5. 

Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya disebut OPT Syariah

adalah kegiatan transaksi pasar uang berdasarkan prinsip syariah yang

dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan pihak lain dalam

rangka OMS.

6. 

Standing Facilities   Syariah adalah fasilitas yang disediakan oleh Bank

Indonesia kepada Bank dalam rangka OMS.

7. 

Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disingkat SBIS adalah

surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek

dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

8. 

Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN, atau

dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang

diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian

penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uang Rupiah.9.

 

 Transaksi Repurchase Agreement   SBIS yang selanjutnya disebut Repo  

SBIS adalah transaksi pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada

BUS atau UUS dengan agunan SBIS (collateralized borrowing). 

10. 

Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia, termasuk hari kerja terbatas

Bank Indonesia.

BAB II TUJUAN OPERASI MONETER

Pasal 2

(1) 

OMS bertujuan mencapai target operasional pengendalian moneter

syariah dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan

moneter Bank Indonesia.

(2) 

 Target operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

kecukupan likuiditas Rupiah perbankan syariah atau variabel lain yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pasal ...

Page 4: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 4/24

 

- 4 -

Pasal 3

(1) 

Pencapaian target operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dilakukan dengan cara mempengaruhi likuiditas

perbankan syariah melalui absorpsi likuiditas atau injeksi likuiditas.

(2) 

Pencapaian target operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didukung dengan pengelolaan likuiditas di pasar valuta

asing.

BAB III

KEGIATAN OPERASI MONETER SYARIAH

Bagian Kesatu

Prinsip dan Bentuk Operasi Moneter Syariah

Pasal 4

(1) 

Kegiatan OMS harus memenuhi prinsip syariah.

(2) 

Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan/atau opini syariah oleh

otoritas yang berwenang mengeluarkan fatwa dan/atau opini syariah.

Pasal 5

Kegiatan OMS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan dengan:

a. 

OPT Syariah; dan

b. 

Standing Facilities Syariah.

Bagian Kedua

Operasi Pasar Terbuka Syariah

Pasal 6

OPT Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan

cara:

a. 

penerbitan SBIS;

b. 

 jual beli surat berharga dalam Rupiah yang memenuhi prinsip syariah

 yang meliputi SBSN, dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan

mudah dicairkan;

c. penempatan ...

Page 5: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 5/24

 

- 5 -

c. 

penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing;

dan/atau

d. 

transaksi lainnya baik di pasar uang Rupiah maupun di pasar valuta

asing.

Pasal 7

 Jual beli surat berharga dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

huruf b dapat dilakukan dengan cara antara lain:

a. 

pembelian secara lepas (outright buying );

b. 

penjualan secara lepas (outright selling );

c. 

penjualan secara bersyarat (repurchase agreement/repo ); dan/atau

d. 

pembelian secara bersyarat (reverse repo ).

Pasal 8

(1) 

Penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asingsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c menggunakan akad

 ju’alah .

(2) 

Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas penempatan

berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing.

Pasal 9

Penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 huruf c dapat dicairkan oleh Bank sebelum jatuh

waktu (early redemption ) dengan memenuhi persyaratan tertentu.

Pasal 10

(1) 

Penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c dapat menjadi pengurang

posisi devisa neto secara keseluruhan yang dipelihara BUS pada akhir

hari kerja sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai posisi

devisa neto bank umum yang diterbitkan oleh otoritas yang berwenang.

(2) Nilai ...

Page 6: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 6/24

 

- 6 -

(2) 

Nilai penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing

 yang dapat menjadi pengurang posisi devisa neto sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) paling tinggi sebesar nilai yang terendah dari:

a. 

nilai posisi devisa neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja

 yang bersangkutan sebelum dikurangi dengan penempatan

berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing;

b. 

nilai penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta

asing; atau

c. 

5% (lima persen) dari modal BUS.

(3) 

BUS melaporkan secara harian posisi devisa neto secara keseluruhan

pada akhir hari kerja setelah memperhitungkan penempatan berjangka

(term deposit ) syariah dalam valuta asing sebagai pengurang.

(4) 

Dalam hal BUS tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) maka penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam

valuta asing tidak diperhitungkan sebagai pengurang posisi devisa neto.(5)

 

Dalam hal UUS melakukan penempatan berjangka (term deposit ) syariah

dalam valuta asing maka perhitungan nilai penempatan berjangka (term

deposit ) syariah dalam valuta asing dapat menjadi pengurang posisi

devisa neto bank umum konvensional yang memiliki UUS.

(6) 

Dalam hal UUS melakukan penempatan berjangka (term deposit ) syariah

dalam valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (5), laporan harian

posisi devisa neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja setelah

memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam

valuta asing dilaporkan oleh bank umum konvensional yang memiliki

UUS.

(7) 

Perhitungan nilai penempatan berjangka (term deposit ) syariah dalam

valuta asing yang dapat menjadi pengurang posisi devisa neto dan

pelaporan posisi devisa neto oleh bank umum konvensional yang

memiliki UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6),

mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

operasi moneter.

Pasal ...

Page 7: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 7/24

 

- 7 -

Pasal 11

OPT Syariah dapat dilaksanakan setiap Hari Kerja.

Pasal 12

OPT Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan melalui

mekanisme lelang dan/atau nonlelang.

Bagian Ketiga

Standing Facilities  Syariah

Pasal 13

Standing Facilities   Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b

dilakukan dengan cara:

a. 

penyediaan fasilitas simpanan (deposit facility ); dan

b. 

penyediaan fasilitas pembiayaan ( financing facility ).

Pasal 14

(1) 

Fasilitas simpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a

antara lain dilakukan dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia

Syariah (FASBIS).

(2) 

Fasilitas pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b

antara lain dilakukan dalam bentuk repo  surat berharga dalam Rupiah.

Pasal 15(1)

 

Standing Facilities Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada setiap Hari Kerja.

(2) 

Pelaksanaan Standing Facilities   Syariah dilakukan melalui mekanisme

nonlelang. 

BAB IV

SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH

Bagian Kesatu

Akad dan Karakteristik SBIS

Pasal 16

(1) 

SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad ju’alah .

(2) Bank ...

Page 8: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 8/24

 

- 8 -

(2) 

Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang

diterbitkan.

(3) 

Bank Indonesia membayar imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

sebagai berikut:

a. 

pada saat SBIS jatuh waktu; atau

b. 

sebelum jatuh waktu, dalam hal Bank tidak dapat memenuhi

kewajiban Repo  SBIS.

Pasal 17

SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. 

satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);

b. 

berjangka waktu paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua

belas) bulan;

c. 

diterbitkan tanpa warkat (scripless );

d. 

dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dane.

 

tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Bagian Kedua

Persyaratan Kepemilikan SBIS

Pasal 18

(1) 

Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah Bank.

(2) 

Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan

Financing to Deposit Ratio  (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Bagian Ketiga

Repo  SBIS

Pasal 19

(1) 

Bank dapat mengajukan Repo  SBIS kepada Bank Indonesia.

(2) 

Repo   SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan prinsip

qard  yang diikuti dengan rahn .

(3) 

Bank yang mengajukan Repo  SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

harus menandatangani Perjanjian Pengagunan SBIS Dalam Rangka Repo  

SBIS ...

Page 9: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 9/24

 

- 9 -

SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan

kepada Bank Indonesia.

(4) 

Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya Repo  SBIS.

Bagian Keempat

Penatausahaan SBIS

Pasal 20

(1) 

Bank Indonesia menatausahakan SBIS dalam suatu sistem

penatausahaan secara elektronis di Bank Indonesia.

(2) 

Sistem penatausahaan yang dikelola Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mencakup sistem penyelesaian transaksi SBIS

dan pencatatan kepemilikan SBIS.

(3) 

Sistem pencatatan kepemilikan SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan tanpa warkat (scripless ).

Pasal 21

Bank Indonesia melunasi SBIS pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal

dan membayar imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3).

BAB V

PESERTA OPERASI MONETER SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA

Pasal 22

(1) 

Peserta OMS terdiri dari:

a. 

peserta OPT Syariah, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

b. 

peserta Standing Facilities  Syariah, yaitu Bank.

(2) 

Peserta OPT Syariah dapat mengikuti kegiatan OPT Syariah secara

langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perantara.

(3) 

Peserta Standing Facilities   Syariah hanya dapat mengikuti Standing

Facilities  Syariah secara langsung.

(4) 

Bank Indonesia menetapkan persyaratan bagi peserta OMS dan lembaga

perantara.

Pasal ...

Page 10: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 10/24

 

- 10 -

Pasal 23

(1) 

Peserta OMS dan lembaga perantara bertanggung jawab atas kebenaran

penawaran yang diajukan.

(2) 

Peserta OMS dan lembaga perantara yang telah mengajukan penawaran

dilarang membatalkan penawarannya.

(3) 

Peserta OMS dan lembaga perantara harus memenuhi tata cara

pengajuan penawaran dan persyaratan dalam transaksi OMS yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(4) 

Dalam hal peserta OMS dan lembaga perantara tidak memenuhi tata cara

pengajuan penawaran dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), penawaran yang telah diajukan akan ditolak dan/atau tidak diproses

oleh Bank Indonesia.

Pasal 24

Dalam mengikuti kegiatan OMS, lembaga perantara sebagaimana dimaksuddalam Pasal 22 ayat (2) dilarang mengajukan penawaran untuk kepentingan

diri sendiri.

Pasal 25

(1) 

Peserta OMS wajib memiliki:

a. 

rekening giro Rupiah di Bank Indonesia; dan

b. 

rekening giro valuta asing di Bank Indonesia dalam hal peserta OMS

mengikuti transaksi OPT syariah dalam valuta asing.

(2)  Peserta OMS wajib memiliki rekening surat berharga di Bank Indonesia

dan/atau di lembaga kustodian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(3) 

Peserta OMS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang mengikuti

kegiatan OMS secara langsung maupun tidak langsung wajib

menyediakan dana yang cukup pada rekening giro Rupiah di Bank

Indonesia dan/atau surat berharga dalam Rupiah yang cukup pada

rekening surat berharga di Bank Indonesia atau di lembaga kustodian

untuk penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi.

(4) Dalam ...

Page 11: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 11/24

 

- 11 -

(4) 

Dalam hal pada waktu penyelesaian transaksi, peserta OMS tidak

memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3), transaksi

OMS yang bersangkutan dinyatakan batal.

(5) 

Peserta OMS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang mengikuti

transaksi OPT syariah dalam valuta asing wajib menyediakan dana yang

cukup pada rekening giro di Bank Indonesia atau transfer dana yang

cukup ke rekening Bank Indonesia di bank koresponden untuk

penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi.

(6) 

Dalam hal peserta OMS tidak memenuhi kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) maka transaksi OMS yang bersangkutan

dinyatakan batal.

Pasal 26

Dalam rangka penyelesaian transaksi OMS, Bank Indonesia berwenang untuk

melakukan pendebetan rekening giro di Bank Indonesia dan/atau rekeningsurat berharga di Bank Indonesia dan/atau di lembaga kustodian milik

peserta OMS.

BAB VI

SANKSI

Pasal 27

(1) 

Dalam hal transaksi OMS dinyatakan batal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 ayat (4), peserta OMS dikenakan sanksi berupa:

a.  teguran tertulis; dan

b. 

kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari

nilai transaksi OMS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) 

Dalam hal transaksi memiliki second leg , nilai transaksi OMS yang batal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah nilai transaksi dana

pada saat first leg.

(3) Dalam ...

Page 12: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 12/24

 

- 12 -

(3) 

Dalam hal transaksi OMS dinyatakan batal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 25 ayat (6), peserta OMS dikenakan sanksi berupa :

a. 

teguran tertulis; dan

b. 

kewajiban membayar sebesar persentase tertentu dari nilai transaksi

 yang batal, yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada saat

pengumuman rencana transaksi.

(4) 

Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (3), dalam hal peserta OMS melakukan transaksi OMS yang

dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam)

bulan, peserta OMS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara

untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) Hari Kerja berturut-turut.

(5) 

Dalam hal terjadi pembatalan transaksi pada saat second leg transaksi

repo   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) dan harga surat

berharga pada transaksi second leg lebih rendah dari harga surat

berharga pada transaksi  first leg , selain dikenakan sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), peserta OMS dikenakan sanksi tambahan

berupa kewajiban membayar sebesar selisih antara harga pada transaksi

 first leg dan harga pada transaksi second leg setelah dikalikan dengan

nominal surat berharga yang di-repo -kan.

(6) 

Dalam hal terjadi pembatalan transaksi pada saat second leg transaksi

reverse repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) dan harga

pasar SBSN pada transaksi second leg lebih tinggi dari harga padatransaksi  first leg , selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), peserta OMS dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban

membayar sebesar selisih harga pada transaksi second leg   dan harga

pada transaksi first leg , setelah dikalikan dengan nominal SBSN yang di-

reverse repo -kan.

(7) 

Sanksi berupa penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) tidak berlaku untuk transaksi repo financing facility peserta OMS yang

berasal dari transaksi fasilitas likuiditas intrahari syariah yang tidak

lunas.

BAB ...

Page 13: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 13/24

 

- 13 -

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dengan Surat

Edaran Bank Indonesia.

Pasal 29

(1) 

Pada saat Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku:

a. 

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 50 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4835);

b. 

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi

Moneter Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 197 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4944);

c. 

Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/17/PBI/2010 tentangPerubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008

tentang Operasi Moneter Syariah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 107);

d. 

Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008

tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 108);

e. 

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 119),

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) 

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal ...

Page 14: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 14/24

 

- 14 -

Pasal 30

Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 24 Juli 2014

GUBERNUR BANK INDONESIA,

AGUS D.W. MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 24 Juli 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 178

DPM

Page 15: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 15/24

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN BANK INDONESIA

NOMOR 16/12/PBI/2014

 TENTANG

OPERASI MONETER SYARIAH

I. 

UMUM

Dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia dapat melaksanakan

pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Salah satu

ukuran keberhasilan pencapaian tujuan dimaksud adalah laju inflasi tahunan

 yang terkendali yang ditetapkan sebagai sasaran akhir dari pelaksanaan tugas

Bank Indonesia di bidang moneter.

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, salah satu

cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah adalah dengan

pelaksanaan operasi moneter syariah untuk mempengaruhi kecukupan

likuiditas Rupiah dan valuta asing perbankan syariah. Dalam

pelaksanaannya, Bank Indonesia dapat melakukan operasi moneter syariah

 yang bersifat absorpsi atau injeksi likuiditas Rupiah. Selain itu Bank

Indonesia memandang perlunya peningkatan pengelolaan likuiditas dan

pengembangan pasar valuta asing domestik dengan menyediakan instrumen

syariah dalam valuta asing.

Dalam melaksanakan operasi moneter syariah yang bersifat absorpsi atauinjeksi likuiditas Rupiah perlu memperhatikan pelaksanaan tugas Bank

Indonesia di bidang sistem pembayaran. Salah satu upaya Bank Indonesia

untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran adalah melalui penyediaan

fasilitas ...

Page 16: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 16/24

 

- 2 -

fasilitas likuiditas intrahari berdasarkan prinsip syariah. Untuk itu diperlukan

keselarasan pengaturan di bidang moneter dan sistem pembayaran.

Instrumen syariah yang digunakan dalam pelaksanaan operasi moneter

syariah telah memperoleh fatwa dan/atau opini syariah dari otoritas yang

berwenang mengeluarkan fatwa dan/atau opini syariah.

II. 

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Kecukupan likuiditas Rupiah dapat berupa target uang primer

atau komponennya yang terdiri atas:

a. uang kartal yang ada di Bank dan masyarakat; dan

b. saldo giro Bank dalam Rupiah di Bank Indonesia.

Yang dimaksud dengan “variabel lain” adalah variabel selain

kecukupan likuiditas Rupiah, yang ditetapkan sebagai target

operasional moneter syariah yang antara lain berupa tingkat

imbalan pasar uang antar Bank berdasarkan prinsip syariah.

Pasal 3

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “absorpsi likuiditas” adalah

pengurangan likuiditas Rupiah Bank melalui kegiatan OMS.

Yang dimaksud dengan “injeksi likuiditas” adalah penambahan

likuiditas Rupiah Bank melalui kegiatan OMS.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 17: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 17/24

 

- 3 -

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “surat berharga lain yang berkualitas

tinggi dan mudah dicairkan” adalah surat berharga dalam

mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh badan hukum lain

 yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil penilaian

lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia, dan

sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar untuk

dijadikan uang tunai.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 7

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pembelian secara lepas (outright

buying )” adalah transaksi pembelian surat berharga oleh Bank

Indonesia tanpa kewajiban untuk menjual kembali.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “penjualan secara lepas (outright

selling )” adalah transaksi penjualan surat berharga oleh Bank

Indonesia tanpa kewajiban untuk membeli kembali.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “penjualan secara bersyarat

(repurchase agreement/repo )” adalah transaksi penjualan

bersyarat surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia

dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan

 jangka waktu yang disepakati.

Huruf ...

Page 18: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 18/24

 

- 4 -

Huruf d

Yang dimaksud dengan “pembelian secara bersyarat (reverse

repo )” adalah transaksi pembelian bersyarat surat berharga

oleh Bank dari Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan

kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang

disepakati.

Pasal 8

Ayat (1)

Akad  ju’alah   adalah janji atau komitmen (iltizam ) untuk

memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l ) atas pencapaian

hasil (natijah ) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Contoh perhitungan pengurangan posisi devisa neto BUS yang

dipengaruhi oleh penempatan berjangka (term deposit) syariah

dalam valuta asing adalah sebagai berikut :

*) Modal adalah modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai posisi devisa neto bank umum yangditerbitkan oleh otoritas yang berwenang.

**) Nilai maksimum TD Valas Syariah pengurang PDN (kolom f) adalah nilai terkecil antara kolom b, kolom d, dankolom e

No Modal*

Maksimum TD

Valas Syariah

Absolut PDN Rasio PDN pengurang PDN Absolut PDN Rasio PDN

a b c d e f ** g h

c = b/a 5% x a g = b-f h = g/a

1 200.000 30.000  15% 35.000 10.000  10.000  20.000  10%

2 200.000 30.000  15% 5.000  10.000  5.000  25.000  12,5%

3 200.000 6.000  3% 8.000  10.000  6.000  0 0%

dalam juta rupiah

PDN sebelum TD Valas

Syariah

PDN sesudah TD Valas

Syariah5% ModalTD

Valas

Syariah

 Huruf ...

Page 19: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 19/24

 

- 5 -

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “modal” adalah modal sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai posisi

devisa neto bank umum yang diterbitkan oleh otoritas yang

berwenang.

Ayat (3)

Laporan harian posisi devisa neto secara keseluruhan pada

akhir hari kerja dengan memperhitungkan penempatan

berjangka (term deposit ) syariah dalam valuta asing sebagai

pengurang posisi devisa neto yang dilaporkan melalui LaporanHarian Bank Umum (LHBU).

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Mekanisme lelang dilakukan dengan metode lelang harga tetap ( fixed

rate tender ) atau metode lelang harga beragam (variable rate tender ).

Mekanisme nonlelang dilakukan secara bilateral antara Bank

Indonesia dengan peserta OPT Syariah.

Pasal ...

Page 20: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 20/24

 

- 6 -

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “repo   surat berharga” adalah transaksi

penjualan bersyarat surat berharga oleh Bank kepada Bank

Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan

harga dan jangka waktu yang disepakati (sell and buy back ) dan

pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada Bank dengan

agunan surat berharga (collateralized borrowing ).

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Mekanisme nonlelang dalam Standing Facilities Syariah

dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan

peserta Standing Facilities Syariah.

Pasal 16

Ayat (1)

Akad  ju’alah   adalah janji atau komitmen (iltizam ) untuk

memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l ) atas pencapaian

hasil (natijah ) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf ...

Page 21: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 21/24

 

- 7 -

Huruf b

 Jangka waktu SBIS dinyatakan dalam jumlah hari kalender

dan dihitung 1 (satu) hari setelah tanggal penyelesaian

transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “persyaratan Financing to Deposit Ratio  

(FDR)” adalah persentase tertentu FDR yang dimiliki Bank

 yang akan mengikuti lelang untuk memiliki SBIS.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “qard”   adalah pinjaman dana tanpa

imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan

pokok pinjaman secara sekaligus dalam jangka waktu

tertentu.

Yang dimaksud dengan “rahn”  adalah penyerahan agunan dari

Bank (rahin ) kepada Bank Indonesia (murtahin ) sebagai

 jaminan untuk mendapatkan qard .

Ayat (3)

Cukup jelas.

 yat ...

Page 22: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 22/24

 

- 8 -

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “biaya Repo   SBIS” adalah kewajiban

membayar (gharamah ) yang ditetapkan Bank Indonesia dalam

rangka Repo  SBIS karena Bank tidak menepati jangka waktu

kesepakatan pembelian SBIS.

Pasal 20

Ayat (1)

Penatausahaan secara elektronis di Bank Indonesia dilakukan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai

penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga,

dan setelmen dana.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain badan

hukum nonBank.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “lembaga perantara” antara lain pialang

pasar uang Rupiah dan valuta asing dan/atau perusahaan efek

 yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 23: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 23/24

 

- 9 -

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “membatalkan” penawaran adalah Bank

menarik kembali penawaran yang telah diajukan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

 Transaksi yang memiliki second leg   antara lain transaksi repo  dan reverse repo. 

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal ...

Page 24: PBI No.16_12_PBI_2014

7/23/2019 PBI No.16_12_PBI_2014

http://slidepdf.com/reader/full/pbi-no1612pbi2014 24/24

 

- 10 -

Pasal 28

Pokok-pokok ketentuan yang diatur dengan Surat Edaran Bank

Indonesia antara lain:

a. 

pelaksanaan OPT Syariah;

b. 

pelaksanaan Standing Facilities  Syariah;

c. 

 jangka waktu kegiatan OMS;

d. 

persyaratan bagi peserta OMS;

e. 

sifat kepesertaan dalam OMS; dan

f. 

tata cara pengenaan sanksi.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5567