PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

17
PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS DISEDIAKAN OLEH, SHALINI SHANMUGALINGAM 080100402

Transcript of PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Page 1: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI

RINOSINUSITIS

DISEDIAKAN OLEH,SHALINI SHANMUGALINGAM

080100402

Page 2: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Patogenesis rinosinusitis ?Diawali dengan rinitis boleh karena rinitis alergi / infeksi virus biasanya karena dapat

merusakkan cilia pada hidung diawali dengan memicu mediator inflamasi.

Terjadi inflamasi pada mukosal hidung dan oleh karena pemeabilitas pembuluh darah yang meningkat menyebabkan oedem pada bagian konka hidung.

Ini akan menyebabkan obstruksi ostia sinus. Biasanya keadaan ini terjadi pada persisten rhinorrhea.

Obstruksi akan menyebabkan menyebabkan statis dari sekresi mukus yang berlebihan dan akan memicu meningkatnya IL-8 , TNF-alfa, IL-1 dan IL-6 serta IL-10 yang akan menyebabkan

peningkatan dari neutrofil , eosinofil dan sel mast. Terjadi inflamasi pada mukosa sinus (sinusitis akut).

Sehingga ini akan menyebabkan perubahan mikroflora normal dalam sinus.

Page 3: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Ini akan menyebabkan port d entrée (hidung) bakteri pseudomonas karena sudah tidak ada pertahanan primer disfungsi dari silia dan karena perubahan mikroflora normal serta terjadi penurunan pH pada sinus dan oksigen tension berkurang yang menyebabkan lebih

mudah bakteri pseudomonas menginfeksi.

Infeksi bakteri ini akan menyebabkan reaksi inflamasi yang menyebabkan meningkatnya IL-1,IL-6 , IL-8 yang akan memicu neutrofil , IL-3, GM-CSF, ICAM-1, MPO , ECP dan IL-10.

Seterusnya IL-10 akan kemudian memicu Th1 yang kemudian memicu peningkatan IFN-gamma yang akan meningkat makrofag , iNOS, NK dan mensuppresi Th2.

Selain itu , pengudaran mukosa sinus berkurang (AIR-FLUID LEVEL meningkat) sehingga menyebabkan disfungsi sinus

Terjadi penebalan basement membrane, hiperplasia goblet, oedem subepitel dan infiltrasi sel mononuklear

Page 4: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Oleh karena teraktivasi jalur humoral dan suppresi terhadap sel mediated sehingga menyebabkan bakteri tidak dapat diatasi oleh sistem imun tubuh.

Ini menyebabkan inflamasi berlamaan melebihi 2 minggu . Terjadi RINOSINUSITIS KRONIS dengan simptom-simptom seperti berikut.

Page 5: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

MANIFESTASI KLINIS• Discharge dari hidung -pilek

• Sakit kepala

• Hiposmia

• Postnasal drip

• Obstruksi nasal

• Batuk

Page 6: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Bagaimana terjadi discharge dari hidung ?Inflamasi menyebabkan pengeluaran substansi P, neurokinin A dan CRGP serta degranulasi dari

sel mast yang akan mengeluarkan histamin.

Histamin akan merangsang serabut syaraf C akan kemudian akan menyebabkan efek parasimpatis.

Pada chronic rhinosinusitis menyebabkan hiperplasia goblet yang menyebabkan meningkat produksi mukus.

Neutrofil yang meningkat akan melakukan fagositosis dan mati menjadi pus.

Selain itu IL-10 akan menyebabkan meningkatnya PGE2 yang akan meningkatkan pemeabilitas pembuluh darah sehingga keluar cairan dari pembuluh darah ke hidung.

Neuropeptida yang dikeluarkan akan merangsang syaraf ganglion trigeminal yang kemudian ke cerebral cortex dan menghantar impuls eferen melalui sphenopalatine ganglion (parasimpatis)

yang menyebabkan aktivasi glandular , vasodilatasi dan ekstravasi plasma.

Page 7: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Sedikit cairan dari pembuluh darah kemudian akan bercampur dengan mukus dan pus yang kemudian menjadi discharge yang berwarna putih kekuningan.

Discharge adalah kental karena tidak banyak cairan dari pembuluh darah yang bercampur dalam rinorrhea.

Sehingga menyebabkan hidung tersumbat.

Hidung tersumbat yang hilang timbul karena discharge dikeluarkan ke mulut POST NASAL DRIP sehingga dapat mengosongkan konka dan menyebabkan hidung tidak tersumbat lagi dan

pergerakan silia pada konka berusaha mengeluarkan discharge.

Namun karena infeksi bakteri pseudomonas tidak dapat dihapuskan maka masih terjadi proses inflamasi yang kemudian akan menyebabkan KEKAMBUHAN dari rinorrhea.

Page 8: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Bagaimana terjadi sakit kepala ?

Oleh karena terjadi inflamasi pada sinus menyebabkan meningkatkan air-fluid level.

Sehingga terjadi gangguan ventilasi terhadap Kompleks OstioMeatal.

Ini akan menyebabkan disventilasi terhadap sinus maksillaris .

Terjadi perbedaan tekanan kavitas sinus dan saluran hidung yang akan merangsang mekanoresptor pada ostium.

Yang menyebabkan serabut syaraf alfa-delta ke spinal cord dan kemudian ke talamus medial dan seterusnya ke somatosensori sehingga terjadi SAKIT KEPALA.

Page 9: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS
Page 10: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Bagaimana terjadi hiposomia ?

Inflamasi yang menyebabkan konka hidung menjadi oedem.

Ini akan menyebabkan sewaktu udara dihirup masuk hanya sedikit yang dapat ke olfactory cleft dan melekat pada sel silia reseptor dan kurang yang larut pada epitel olfaktorius..

Sehingga ini hanya merangsang sedikit G-protein dan cAMP yang aktif juga adalah kurang yang menyebabkan hanya sedikit channel Na+ yang terbuka dan terjadi depolarisasi reseptor

potensial lebih lambat.

Aksi potensial lambat terjadi di serabut afferent yang menyebabkan impuls dari glomerulus dibawa ke sel mitral dan melalui traktus olfaktori.

Kemudian ke pyiform korteks dan diprojeksi ke hipotalamus dan ke dorsomedial talamus sehingga menyebabkan pasien kurang bisa mencium atau terlambat persepsi penciuman.

Page 11: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Bagaimana terjadi post nasal drip ?

Discharge hidung yang berlebihan terkumpul pada belakang hidung .

Akan menyebabkan mukus ini menitis ke bawah dari belakang hidung ke tengkorakkan.

Ini biasanya terjadi apabila terjadi kegagalan dari pengeluaran mukus yang berlebihan melalui hidung dan mulut.

POST NASAL DRIP.

Page 12: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Bagaimana terjadi batuk-batuk ?Post nasal drip menyebabkan irrritasi terhadap reseptor nerve ending yang banyak dijumpai

pada laring.

menyebabkan impulse dihantar melalui syaraf afferent ( yang utama adalah nervus vagus, tetapi ada juga melalui trigeminal, glossopharyngeal, dan juga phrenic )

Impuls ini dibawa ke pusat batuk di medula.

Signal efferent dibawa ke recurrent syaraf laryngeal (percabangan nervus vagus), dimana ia mengontrol penutupan glottis dan di syaraf phrenic dan syaraf spinal yang mengefek kontraksi

diafragma dan otot eksipiratori pada dada serta dinding abdomen

Dimulai dengan inspirasi yang mendalam ke volume paru yang tinggi dan diikuti dengan penutupan glosttis, kontraksi otot ekpirasi dan pembukaan glosttis.

Page 13: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Apabila glosttis membuka secara tiba-tiba, kontraksi otot ekspirasi dan relaksasi diaphargma menyebabkan ‘explosive rush ‘ oleh udara pada kelajuan yang tinggi

Mentransportasi bahan asing keluar dari laring batuk-batuk

Page 14: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

Kenapa batuk tidak berhenti ?Infeksi bakteri Pseudomonas tidak dapat diatasi oleh tubuh menyebabkan proses inflamasi yang

terusan.

Sehingga ini menyebabkan mukus pada hidung masih diproduksi walaupun telah dikeluarkan.

Sehingga post nasal drip akan meniritasi reseptor pada laring dan menyebabkan batuk tidak berhenti.

Page 15: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

DAFTAR PUSTAKA1. W.J. Fokkens, V.J. Lund, J. Mullol et al., European Position Paper on Nasal

Polyps .16 October 2007.Rhinology 45 (Rhinosinusitis and Nasal Polyps); suppl. 20: 1-139.

2. Andrew J Wood, Richard G Douglas.Pathogenesis and treatmnet of chronic rhinosinusitis. Postgrad Med J 2010;86:359-364. 23 November 2009. doi:10:1136/pgmj.2009.094813

3. Marek L. Kowalski. Rhinosinusitis and nasal polyposis in aspirin sensitive and aspirin tolerant patients: are they different? Thorax 2000;55 (Suppl 2):S84–S86. doi: 10.1136/thorax.55.suppl_2.S84

4. Dykewicz MS. 7. Rhinitis and sinusitis. J Allergy Clin Immunol. 2003;111(2 Suppl):S520-9.

5. Bachert C, Van Cauwenberge PBl. Inflammatory mechanisms in chronic sinusitis. Acta Otorhinolaryngol Belg. 1997;51(4):209-17.

Page 16: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

6. Ellen R. Wald, MD. Microbiology of Acute and Chronic Sinusitis in Children and Adults In: M. Eric Gershwin,Gary Incaudo et al. Disease of Sinuses: a comprehensive textbook of diagnosis and treatment. New Jersey.Humana Press Inc. 1996; 87-94

7. James M. Hartman, Jeffrey M. Yu , Richard A Chole PhD. Headache and Facial Pain. In : James Byron Snow,Phillip A. Wackym. Ballenger’s Otorhinolaryngology 17 Head and Neck Surgery. United States of America. BC Decker. 2009; 583-593

8. Paolo Castelnuovo, Francesca De Bernardi and Pietro Palma. Headache and Facial Ache In: Matti Anniko,Manuel Bernal-Sprekelsen,Patrick Bradley. European Manual of Medicine Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Germany. Spinger. 2009; 311-321

9. Presentation of the patient with Pulmonary Disease in Weinberger, Cockrill, Mandel. Principles of Pulmonary Medicine. Philadephia: Saunders Elsevier. 2008; 19-27

Page 17: PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS

10. Walter M. Belenky MD, David N. Magdy , D.O., and Michael S. Haupert D.O. Nasal Obstruction and Rhinorrhea. In: Charles D. Bluestone et al. Pediatric Otolaryngology, Volume 2. 4th edition. Philadelphia,Pennslyvania. Saunders Elsevier. 2003; 908-9017

11. Common Symptoms of Nasal and Paranasal Sinus Disease In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010. 158-161

12. Robert M Naclerio, Claus Bachert, James N baraniuk. Pathophysiology of nasal congestion. International Journal of General Medicine 2010:3 47-57