Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

7
Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia Pernahkah anda mambaca berita berikut: http://finance.detik.com/read/2014/01/06/082957/2458838/4/indo nesia-impor-ponsel-rp-26-triliun-di-2013 , dalam berita yang diterbitkan oleh detik.com pada 6 Januari 2014 disebutkan bahwa selama tahun 2013 (sampai November 2013) Indonesia telah mengimpor ponsel senilai US$ 2,6 miliar atau senilai 26 triliun rupiah dengan volume seberat 15.338 ton. Saat ini perkembangan teknologi alat telekomunikasi itu memang sangat pesat. Ponsel atau handphone saat ini bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga entertainment atau hiburan (game, music/video, fotografi). Kalau kita bandingkan dengan kondisi awal tahun 2000-an hanya ada beberapa merek ponsel yang kita tahu, antara lain Nokia, Sony Ericsson, Samsung, dan Motorola namun saat ini sudah sangat banyak produsen ponsel dengan berbagai macam tipe ponsel masing-masing dengan keunggulan yang terus bersaing pula. Hampir setiap bulan ada peluncuran produk ponsel baru. Lihat gambar 1. Gambar 1. Printscreen Berita di Detik[dot]com Tanggal 6 Januri 2014 Sumber: detik.com Sebenarnya fokus tulisan ini bukan hanya pada ponsel tetapi pada kondisi impor Indonesia yang menjadikan negara ini sebagai pasar empuk. Tujuan dari tulisan ini adalah ingin menunjukkan kepada Anda tentang kondisi impor Indonesia yang mungkin belum Anda ketahui. Diakhir tulisan ini saya yakin

description

social

Transcript of Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

Page 1: Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

Pasar Empuk Itu Bernama IndonesiaPernahkah anda mambaca berita berikut:http://finance.detik.com/read/2014/01/06/082957/2458838/4/indonesia-impor-ponsel-rp-26-triliun-di-2013,dalam berita yang diterbitkan oleh detik.com pada 6 Januari 2014 disebutkan bahwa selama tahun 2013 (sampai November 2013) Indonesia telah mengimpor ponsel senilai US$ 2,6 miliar atau senilai 26 triliun rupiah dengan volume seberat 15.338 ton. Saat ini perkembangan teknologi alat telekomunikasi itu memang sangat pesat. Ponsel atau handphone saat ini bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga entertainment atau hiburan (game, music/video, fotografi). Kalau kita bandingkan dengan kondisi awal tahun 2000-an hanya ada beberapa merek ponsel yang kita tahu, antara lain Nokia, Sony Ericsson, Samsung, dan Motorola namun saat ini sudah sangat banyak produsen ponsel dengan berbagai macam tipe ponsel masing-masing dengan keunggulan yang terus bersaing pula. Hampir setiap bulan ada peluncuran produk ponsel baru. Lihat gambar 1.

Gambar 1.Printscreen Berita di Detik[dot]com Tanggal 6 Januri 2014

Sumber: detik.com

Sebenarnya fokus tulisan ini bukan hanya pada ponsel tetapi pada kondisi impor Indonesia yang menjadikan negara ini sebagai pasar empuk. Tujuan dari tulisan ini adalah ingin menunjukkan kepada Anda tentang kondisi impor Indonesia yang mungkin belum Anda ketahui. Diakhir tulisan ini saya yakin anda akan setuju dengan judul yang saya tulis diatas bahwa "Pasar Empuk itu Bernama Indonesia" dapat dibenarkan adanya.

Pertama-tama mari kita lihat kondisi impor Indonesia selama 16 tahun kebelakang. Pada 1997 Impor Indonesia tercatat sebesar 42 miliar dollar dan meningkat hingga mencapai 190 miliar dollar pada tahun 2012 (hampir 5 kali lipat) dengan mencatatkan rata-rata terjadi peningkatan nilai impor sebesar 14 persen setiap tahun. Sedangkan dilihat dari volume impor, rata-rata 84 juta ton produk impor didatangkan dari luar negeri atau terjadi peningkatan sebesar 6,2 persen setiap tahun (meningkat hampir 3 kali lipat).

Grafik 1.Perkembangan Impor Indonesia 1997 - 2012 (CIF, juta US$)

Page 2: Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

Sumber: Statistik Indonesia 2013, BPS

Sedangkan menurut negara asal barang impor terbesar berasal dari negara-negara Asia (China, Jepang, dan Negara Timur Tengah) dan yang terkecil berasal dari negara-negara kawasan Afrika.

Grafik 2.Impor Indonesia Menurut Negara Asal, 2005 - 2013 (dalam CIF ribu US$)

Sumber: Statistik Ekonomi  dan Keuangan Indonesia (SEKI), BI*) Note: Impor tahun 2013 sampai pada kondisi bulan NovemberNilai CIF adalah nilai Cost, Insurance, and Freight

Pada era ekonomi global dan perdagangan bebas saat ini memang tidak dapat dihindari serbuan produk-produk impor. Perdagangan internasional, ekspor dan impor, itu hal yang biasa, lumrah, saat ini yang disebabkan banyak faktor, antara lain perbedaan harga, sumberdaya alam, tenaga kerja, dll. Selain itu setiap negara memiliki motivasi untuk mendapatkan gain from trade yaitu meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya (cost). Dari teori umum yang biasa dikemukakan, yaitu teori absolute advantage dari Adam Smith, comparative advantage, compatarive cost dari David Ricardo, maupun teori moderen dari Heckscher-Ohlin dapat disimpulkan hal yang sama yaitu perdagangan internasional adalah hal yang wajar terjadi, lumrah, dengan faktor yang dikemukakan masing-masing.

Selanjutnya mari kita lihat dari 190 miliar US$ tersebut komoditas saja yang diimpor Indonesia dan dari negara mana saja, berikut diantaranya:

(1) Minyak Mentah (Crude Oil), Hasil Minyak (Oil Product), dan GasTotal uang yang digelontorkan untuk memboyong komoditas ini mencapai 42 miliar US$ atau 22,20 persen dari realisasi nilai impor Indonesia tahun 2012 dengan volume impor

Page 3: Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

sebanyak 44 juta ton atau lebih dari seperempat total volume realisasi. Nilai impor terbesar ada pada impor hasil minyak (64 persen). Tahun 2012 tercatat negatif net-ekpor untuk komoditas migas sebesar 5,6 miliar US$ (kondisi ini masih ditopang ekspor gas indonesia yang cukup besar). Kenyataan yang harus kita terima, disatu sisi kita masih bisa meng-ekspor minyak mentah namun negara kita sangat tergantung dengan hasil minyak dari negara lain. Saya jadi berasumsi kalau hasil minyak yang kita impor tersebut awalnya adalah minyak mentah yang negara kita ekspor, semoga saja asumsi saya salah. Pertanyaannya sekarang adalah apa yang salah dengan sektor hilir migas di Indonesia?.

(2) Beras (Rice)Beras menjadi kebutuhan mendasar penduduk Indonesia sebagai makanan pokoknya. Terdengar lucu memang saat kita mendengar negara agraris yang sepertiga penduduknya bekerja di sektor pertanian, yang luas panen padi, produksi dan produktivitas padinya yang setiap tahun meningkat (Sakernas, Laporan Statistik Pertanian, dan Hasil Survei Ubinan - Statistik Indonesia, 2013) justru impor beras. Anda akan lebih tercengan lagi kalau tahu bahwa Indonesia mengimpor beras dari Amerika Serikat (2,4 ribu ton) dan India (259 ribu ton). Berikut data selengkapnya:

 Tabel 1.Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2008-2012

(3) Kendaraan BermotorTotal uang yang mengalir ke luar negeri sebagai kompensasi atas kendaraan bermotor ini mencapai 5.5 miliar US$ atau sekitar 2,9 persen dari total realisasi impor tahun 2012 dan terus meningkat sejak tahun 2009, dimana kendaraan tersebut paling banyak diimpor dari Thailand dan Jepang.

(4) Alat TelekomunikasiTotal realisasi impor perlengkapan telekomunikasi ini mencapai 7.5 miliar US$ atau sekitar 3,9 persen dari total impor Indonesia tahun 2012. Impor komoditi ini juga terus meningkat sejak tahun 2009 dengan negara asal barang terbesar dari Cina.

Selain produk/komoditi diatas ada produk lain seperti pupuk, semen, bahkan komoditi hortikultura (buah dan sayur) dan peternakan (seperti yang baru-baru ini diperkarakan yaitu impor daging sapi) juga garam. Anda bingung mengapa produk/komoditi tersebut di impor oleh Indonesia yang seharusnya negara ini dapat memproduksinya?. Pertanyaan yang ada di benak saya adalah apakah impor komoditi/produk tersebut murni karena kebutuhan atau ada politik kepentingan dibalik kebijakan impor tersebut.

Page 4: Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

Oke. Kembali lagi ke statement awal 'pasar empuk itu bernama Indonesia'. Saya akan mencoba mendeskripsikan mengapa statement tersebut layak untuk dibenarkan. Pertama, mari kita lihat jumlah penduduk Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2010 mencapai 1,49 persen sedangkan data terakhir dari World Bank menunjukkan jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 mencapai 247 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia pasar yang besar dan potensial. Permintaan akan kebutuhan pokok yang terus melambung dan prilaku konsumtif yang semakin tinggi (lihat PDB menurut jenis pengeluaran) manum belum bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri menjadikan impor dari negara lain menjadi pilihan. Hal ini terlihat dari realisasi impor barang konsumsi yang terdiri atas makanan dan minuman, bahan bakar dan pelumas, dan alat angkutan yang setiap tahun meningkat rata-rata sebesar 19 persen pertahun. Kedua, mari kita lihat pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang merupakan proksi daya beli masyarakat. 

Grafik 3.GDP dan GNP Per Kapita Indonesia, 1980-2012

Sumber: World Bank

Pendapatan per kapita masyarakat yang terus meningkat, GNP per kapita tahun 2012 mencapai 4730 PPP $, menandakan daya beli penduduk Indonesia yang lebih baik. Indonesia sendiri mencatatkan peningkatan GNP per kapita terbaik di kawasan ASEAN yaitu mencapai 9,53 persen per tahun. Melihat kondisi daya beli seperti ini tidak salah bila menjadikan Indonesia pasar yang besar dan potensial. Apakah saat ini Anda merasakan bila dahaulu suatu barang dikategorikan barang mewah saat ini sudah tidak lagi? yup..itu salah satunya karena daya beli kita yang lebih baik. 

Ketiga, daya saing produk lokal dibandingkan dengan produk impor sejenis. Secara logika tidak masalah adanya liberalisasi perdagangan apabila produk negara kita kualitas/mutu-nya tidak kalah dengan produk impor. Selain itu efisiensi produksi juga menjadi faktor kunci karena apabila biaya untuk memproduksi suatu produk lebih mahal dibandingkan dengan impor maka akan lebih menguntungkan untuk mengimpor produk tersebut (comparative advantage). Hal itu yang saat ini terjadi di Indonesia produk lokal kalah bersaing dengan produk impor yang menjadikan Indonesia pasar empuk barang impor pada era liberalisasi perdagangan saat ini (jangan sampai hal ini berefek pada penjajahan ekonomi melalui impor/ketergantungan dengan negara lain yang berakibat matinya produksi dalam negeri). Jujur saja Anda memilih untuk membeli sepatu lokal atau sepatu impor dengan kualitas yang sama namun harga sepatu impor lebih murah?. Terkhir yang menjadikan Indonesia pasar

Page 5: Pasar Empuk Itu Bernama Indonesia

empuk adalah regulasi atau kebijakan pemerintah, baik itu regulasi perdagangan internasional, tarif maupun non-tarif, (pembatasan kuota impor, penerapan bea masuk, keamanan pangan, wilayah pintu masuk, dll) yang longgar dan belum berjalan efektif serta regulasi dalam negeri terkait industrialisasi dan sektor hulu dan hilir yang belum terintergrasi dengan baik.

Statement 'pasar empuk itu bernama Indonesia' bisa menjadi positif maupun negatif tergantung bagaimana anak-anak bangsa ini menyikapinya. Ikhlas dijajah secara ekonomi melalui ketergantungan terhadap impor atau berani mengembargo perekonomian sendiri itu pilihan bangsa ini sendiri. Satu pertanyaan saya yang belum terjawab sampai sekarang adalah impor komoditi/produk tertentu tersebut murni karena kebutuhan atau ada politik kepentingan dibalik kebijakan impor tersebut?. Setuju atau tidak dengan statement 'pasar empuk itu bernama Indonesia' itu pilihan Anda. Sebenarnya banyak penelitian terkait impor dengan berbagai macam faktor dan metode statistik tetapi semoga tulisan ini sedikit memberi pencerahan.