Pasal Penahanan Intelijen Alot - ftp.unpad.ac.id · oleh intelijen, tetapi harus me-minta bantuan...

1
Politik & HAM | 3 KAMIS, 29 JULI 2010 I MEDIA INDONESIA Pasal Penahanan Intelijen Alot Jika tak ada aral melintang, RUU Intelijen ditargetkan selesai akhir 2010. Dinny Mutiah Anggaran pertahanan Terkait anggaran sektor per- tahanan, menurut pengamat hubungan internasional Andi Widjajanto, Indonesia perlu merasionalisasi postur angga- ran pertahanan. “Sebetulnya, dibandingkan negara lain, belanja militer kita justru men- capai 2 kali lipat,” ungkap Andi di kampus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, di De- pok, kemarin. Sementara itu, dalam sebuah diskusi mengenai reformasi TNI, di Jakarta, kemarin, Letjen (Purn) Agus Widjojo meminta agar peran TNI dikembalikan menjadi instrumen pertahanan nasional saja. “Reformasi TNI berlangsung di saat yang sama dengan transisi demokrasi sehingga terjadi kebingungan dan inkonsistensi dalam pera- turan perundang-undangan,” kata mantan Kepala Staf Terito- rial TNI itu. (*/P-4) [email protected] K EWENANGAN pe- nahanan intelijen masih menjadi san- dungan bagi Komisi I DPR RI untuk memutuskan secara bulat draf resmi ke Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Pa- dahal, DPR sudah menjadikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Intelijen sebagai prioritas pembahasan di tahun 2010. Hal ini disampaikan Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Kemal Aziz Stamboel, kepa- da Media Indonesia, di Jakarta, kemarin. “Kita masih dalam pembahas- an di intern komisi dan fraksi. Kita akan bertemu lagi setelah re- ses, memasukkan saran spesifik fraksi, kemudian akan membuka dialog dengan lembaga masyara- kat untuk memberi ruang tang- gapan tentang itu,” urainya. Adapun masalah krusial yang belum ada titik temu di Komisi I berkisar pada kegiatan operasi- onal intelijen, menyangkut aksi penangkapan dan penahanan bagi orang yang diduga akan melakukan kejahatan. Kemal menyatakan, fraksi- nya sendiri berpendapat bahwa proses penahanan seseorang tidak bisa langsung dilakukan oleh intelijen, tetapi harus me- minta bantuan pada kepolisian. Hal ini mengacu pada aturan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). “Kalau perlu penahanan, me- reka bisa minta polisi dan di- dampingi penasihat hukum. Itu kan proses dalam KUHP,” sahutnya. Sementara itu, Fraksi Partai Golkar cenderung setuju dengan adanya detensi (penahanan). Namun, terminologinya diubah menjadi pemeriksaan intensif. Wakil Ketua Komisi I Agus Gumiwang Kartasasmita me- nyatakan Fraksi Partai Golkar mengizinkan proses pemerik- saan itu dilakukan maksimal 3 x 24 jam. “Soal penahanan, kita ingin agar jangan menggunakan ter- minologi itu, tetapi pemeriksaan intensif. Jadi, belum tentu dita- han. Fraksi kami inginnya 3 x 24 jam maksimal. Kemudian, ada soal pemeriksaan, apa mereka punya kewenangan? Ini yang berusaha kita samakan di Komisi I,” tuturnya. Sebaliknya, Fraksi Partai De- mokrat menilai tidak ada hal krusial yang perlu diperdebat- kan. “Tidak ada perdebatan alot, kita belum sampai ke sana. Hanya masalah waktu,” ucap anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Rama- dhan Pohan. Sebelumnya, Direktur Pro- gram Imparsial Al Araf mencatat beberapa pasal dalam RUU tersebut, yang harus diperbaiki sebelum diloloskan DPR agar tidak disalahgunakan. Salah satunya adalah Pasal 13 ayat (3) yang memberikan kewenangan kepada intelijen untuk melaku- kan pemeriksaan intensif terha- dap seseorang selama 7 x 24 jam. “Ini penculikan secara legal.” Aturan lain yang mengkha- watirkan adalah tidak dijelas- kannya secara rinci bagaimana aturan penyadapan dilakukan. DINAMIKA SRI Sumartini, salah satu penyidik Mabes Polri yang mena- ngani kasus makelar pajak Gayus Tambunan, dijerat dengan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di samping itu, Sri juga didakwa dengan Pasal 11 UU Nomor 31/1999. Kedua pasal itu membawa hukuman pidana penjara masing-masing maksimal lima tahun dan denda paling banyak Rp250 juta. Saat ditemui seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin, pengacara Sri, Denny Kailimang, mempertanyakan peranan atasan-atasan kliennya yang tidak terungkap, dalam dakwaan jaksa. Menurut dia, Sri hanyalah mantan tukang ketik yang menjelma menjadi penyidik. (EP/*/P-4) Sidang Penyidik Gayus PEMERINTAH akan mempercepat pembahasan draf Ran- cangan Undang-Undang (RUU) Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum agar bisa dibahas ke DPR Agustus mendatang. RUU Pembebasan lahan yang akan mengurangi kendala investasi itu diharapkan selesai akhir 2010. Demikian dikatakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto seusai Rapat Public Private Partnership untuk Infrastruktur, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin sore. Menurut Djoko, RUU itu akan dibuat lebih tegas terhadap tanah-tanah yang terkena pembebasan lahan. Misalnya, jika menurut UU yang lama itu kita harus musyawarah, tetapi dengan undang-undang baru tanah itu harus bisa digunakan. (Tup/P-4) UU Pembebasan Lahan Dipercepat KEMENTERIAN Dalam Negeri (Kemendagri) sejauh ini telah menginventarisasi sekitar 11 peraturan perundangan yang ha- rus disesuaikan agar tidak tumpang tindih dan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme- rintahan Daerah. “Ada 11 yang sudah terinventarisasi, tetapi kita terus inventarisasi lagi kalau masih ada,” kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, di Jakarta, kemarin. Gamawan mengatakan salah satu contoh peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan UU 32/2004 sehingga harus disesuaikan, yakni tentang kepegawaian. Ia menjelaskan, dalam aturan kepegawaian disebutkan pembina kepegawaian di daerah ada- lah sekretaris daerah. Dalam UU 32/2004 disebutkan pembina kepegawaian di daerah adalah kepala daerah. (Ant/P-4) DPR menyatakan siap mendukung penuh atas proses negosiasi yang dilakukan pemerintah soal penyelesaian pencemaran di Laut Timor. DPR menegaskan pemilihan anggota tim nasional harus berdasarkan kredibilitas dan keahliannya dalam berne- gosiasi. “Sepanjang terkait kepentingan rakyat, DPR siap back up negosiasi pemerintah,” kata Wakil Ketua DPR asal F-PAN Taufik Kurniawan, di Jakarta, kemarin. Pemerintah harus menyikapi persoalan lebih awal dan fokus sehingga tidak menimbulkan mispersepsi. (Din/P-4) 11 Peraturan Harus Diharmonisasi DPR Dukung Negosiasi Laut Timor Kalau perlu penahanan, mereka bisa minta polisi dan didampingi penasihat hukum.’’ Kemal Aziz Stamboel Ketua Komisi I DPR RI PERSIAPAN HUT KEMERDEKAAN: Seorang pekerja membuat rangka panggung di jalur hijau depan Istana Merdeka, Jakarta, kemarin. Panggung tersebut sedianya akan digunakan para tamu undangan saat peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang. MI/PANCA SYURKANI

Transcript of Pasal Penahanan Intelijen Alot - ftp.unpad.ac.id · oleh intelijen, tetapi harus me-minta bantuan...

Politik & HAM | 3KAMIS, 29 JULI 2010 I MEDIA INDONESIA

Pasal Penahanan Intelijen AlotJika tak ada aral melintang, RUU Intelijen ditargetkan selesai akhir 2010.

Dinny Mutiah

Anggaran pertahananTerkait anggaran sektor per-

tahanan, menurut pengamat hubungan internasional Andi Widjajanto, Indonesia perlu me rasionalisasi postur angga-ran pertahanan. “Sebetulnya, dibandingkan negara lain, belanja militer kita justru men-capai 2 kali lipat,” ungkap Andi di kampus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, di De-pok, kemarin.

Sementara itu, dalam sebuah diskusi mengenai reformasi TNI, di Jakarta, kemarin, Letjen (Purn) Agus Widjojo meminta agar peran TNI dikembalikan menjadi instrumen pertahanan nasional saja. “Reformasi TNI berlangsung di saat yang sama dengan transisi demokrasi sehingga terjadi kebingungan dan inkonsistensi dalam pera-turan perundang-undangan,” kata mantan Kepala Staf Terito-rial TNI itu. (*/P-4)

[email protected]

KEWENANGAN pe-nahanan intelijen masih menjadi san-dungan bagi Komisi

I DPR RI untuk memutuskan secara bulat draf resmi ke Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Pa-dahal, DPR sudah menjadikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Intelijen sebagai prioritas pembahasan di tahun 2010.

Hal ini disampaikan Ketua Ko misi I DPR RI dari Fraksi PKS, Kemal Aziz Stamboel, kepa-da Media Indonesia, di Jakarta, kemarin.

“Kita masih dalam pembahas-an di intern komisi dan fraksi. Kita akan bertemu lagi setelah re-ses, memasukkan saran spesifi k fraksi, kemudian akan membuka dialog dengan lembaga masyara-

kat untuk memberi ruang tang-gapan tentang itu,” urainya.

Adapun masalah krusial yang belum ada titik temu di Komisi I berkisar pada kegiatan operasi-onal intelijen, menyangkut aksi penangkapan dan penahanan bagi orang yang diduga akan melakukan kejahatan.

Kemal menyatakan, fraksi-nya sendiri berpendapat bahwa proses penahanan seseorang ti dak bisa langsung dilakukan oleh intelijen, tetapi harus me-minta bantuan pada kepolisian. Hal ini mengacu pada aturan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

“Kalau perlu penahanan, me-reka bisa minta polisi dan di-dam pingi penasihat hukum. Itu kan proses dalam KUHP,” sahutnya.

Sementara itu, Fraksi Partai Golkar cenderung setuju dengan

adanya detensi (penahanan). Namun, terminologinya diubah menjadi pemeriksaan intensif. Wakil Ketua Komisi I Agus Gu miwang Kartasasmita me-nyatakan Fraksi Partai Golkar mengizinkan proses pemerik-saan itu dilakukan maksimal 3 x 24 jam.

“Soal penahanan, kita ingin agar jangan menggunakan ter-minologi itu, tetapi pemeriksaan intensif. Jadi, belum tentu dita-han. Fraksi kami inginnya 3 x 24 jam maksimal. Kemudian, ada

soal pemeriksaan, apa mereka punya kewenangan? Ini yang berusaha kita samakan di Komisi I,” tuturnya.

Sebaliknya, Fraksi Partai De-mo krat menilai tidak ada hal krusial yang perlu diperdebat-kan. “Tidak ada perdebatan alot, kita belum sampai ke sana. Hanya masalah waktu,” ucap anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Rama-dhan Pohan.

Sebelumnya, Direktur Pro-gram Imparsial Al Araf mencatat beberapa pasal dalam RUU ter sebut, yang harus diperbaiki sebelum diloloskan DPR agar tidak disalahgunakan. Salah satunya adalah Pasal 13 ayat (3) yang memberikan kewenangan kepada intelijen untuk melaku-kan pemeriksaan intensif terha-dap seseorang selama 7 x 24 jam. “Ini penculikan secara legal.”

Aturan lain yang mengkha-watirkan adalah tidak dijelas-kannya secara rinci bagaimana aturan penyadapan dilakukan.

DINAMIKA

SRI Sumartini, salah satu penyidik Mabes Polri yang mena-ngani kasus makelar pajak Gayus Tambunan, dijerat dengan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Di samping itu, Sri juga didakwa dengan Pasal 11 UU Nomor 31/1999. Kedua pasal itu membawa hukuman pidana penjara masing-masing maksimal lima tahun dan denda paling banyak Rp250 juta. Saat ditemui seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin, pengacara Sri, Denny Kailimang, mempertanyakan peranan atasan-atasan kliennya yang tidak terungkap, dalam dakwaan jaksa. Menurut dia, Sri hanyalah mantan tukang ketik yang menjelma menjadi penyidik. (EP/*/P-4)

Sidang Penyidik Gayus

PEMERINTAH akan mempercepat pembahasan draf Ran-cangan Undang-Undang (RUU) Pembebasan Lahan untuk Ke pentingan Umum agar bisa dibahas ke DPR Agustus mendatang. RUU Pembebasan lahan yang akan mengurangi kendala investasi itu diharapkan selesai akhir 2010. Demikian dikatakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto seusai Rapat Public Private Partnership untuk Infrastruktur, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin sore. Menurut Djoko, RUU itu akan dibuat lebih tegas terhadap tanah-tanah yang terkena pembebasan lahan. Misalnya, jika menurut UU yang lama itu kita harus musyawarah, tetapi dengan undang-undang baru tanah itu harus bisa digunakan. (Tup/P-4)

UU Pembebasan Lahan Dipercepat

KEMENTERIAN Dalam Negeri (Kemendagri) sejauh ini telah menginventarisasi sekitar 11 peraturan perundangan yang ha-rus disesuaikan agar tidak tumpang tindih dan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme-rin tahan Daerah. “Ada 11 yang sudah terinventarisasi, tetapi kita terus inventarisasi lagi kalau masih ada,” kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, di Jakarta, kemarin. Gamawan mengatakan salah satu contoh peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan UU 32/2004 sehingga harus disesuaikan, yakni tentang kepegawaian. Ia menjelaskan, dalam aturan kepegawaian disebutkan pembina kepegawaian di daerah ada-lah sekretaris daerah. Dalam UU 32/2004 disebutkan pembina kepegawaian di daerah adalah kepala daerah. (Ant/P-4)

DPR menyatakan siap mendukung penuh atas proses negosiasi yang dilakukan pemerintah soal penyelesaian pencemaran di Laut Timor. DPR menegaskan pemilihan anggota tim nasional harus berdasarkan kredibilitas dan keahliannya dalam berne-gosiasi. “Sepanjang terkait kepentingan rakyat, DPR siap back up negosiasi pemerintah,” kata Wakil Ketua DPR asal F-PAN Taufi k Kurniawan, di Jakarta, kemarin. Pemerintah harus menyikapi persoalan lebih awal dan fokus sehingga tidak menimbulkan mispersepsi. (Din/P-4)

11 Peraturan Harus Diharmonisasi

DPR Dukung Negosiasi Laut Timor

“Kalau perlu penahanan, mereka bisa minta polisi dan di dam pingi penasihat hukum.’’Kemal Aziz StamboelKetua Ko misi I DPR RI

PERSIAPAN HUT KEMERDEKAAN: Seorang pekerja membuat rangka panggung di jalur hijau depan Istana Merdeka, Jakarta, kemarin. Panggung tersebut sedianya akan digunakan para tamu undangan saat peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang.

MI/PANCA SYURKANI