PASAL 852 KUHPDT

4
E. Bagian yang Diterima Ahli Waris dan Hak-Hak Khusus Ahli Waris v Bagian keturunan dan suami istri (pasal 852 KUH Perdata) 1. Dalam pasal 852 KUH Perdata telah ditentukan bahwa orang yang pertama kali dipanggil oleh undang-undang untuk menerima warisan adalah anak-anak dan suami atau istri. 2. Bagian yang diterima oleh mereka adalah sama besar antara satu dengan yang lainnya. 3. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan juga tidak ada perbedaan antara yang lahir pertama kali dengan yang lahir berikutnya. 4. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keturunan, suami atau istri mendapat bagian yang sama besar di antara mereka. (ZAKA FIRMA ADITYA mahasiswa semester 3 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang http://zakaaditya.blogspot.com/2011/11/hukum-waris-perdata.html Golongan pertama: mereka yang pertama kali dipanggil oleh Undang Undang sebagai ahli waris adalah anak dan keturunannya beserta suami atau isteri dari pewaris. Anak-anak mewarisi untuk bagian yang sama besarnya dan suami atau isteri yang hidup terlama mewarisi bagian yang dengan anak. Pasal 852 KUHPerdata menjelaskan bahwa anak-anak atau sekalian keturunan mereka, baik dilahirkan dari lain lain perkawinan sekalipun, mewaris dari kedua orang tua, kakek atau nenek atau semua keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus keatas, dengan tiada perbedaan antara laki dan perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan kelahiran lebih dahulu. Mereka mewaris kepala demi kepala, jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri dan mereka mewaris pancang demi pancang, jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka bertindak sebagai pengganti.

description

kuhperdata

Transcript of PASAL 852 KUHPDT

Page 1: PASAL 852 KUHPDT

E.       Bagian yang Diterima Ahli Waris dan Hak-Hak Khusus Ahli Waris

v  Bagian keturunan dan suami istri (pasal 852 KUH Perdata)

1.      Dalam pasal 852 KUH Perdata telah ditentukan bahwa orang yang

pertama kali dipanggil oleh undang-undang untuk menerima warisan adalah

anak-anak dan suami atau istri.

2.      Bagian yang diterima oleh mereka adalah sama besar antara satu dengan

yang lainnya.

3.      Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan juga tidak ada

perbedaan antara yang lahir pertama kali dengan yang lahir berikutnya.

4.      Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keturunan, suami atau istri

mendapat bagian yang sama besar di antara mereka.

(ZAKA FIRMA ADITYA mahasiswa semester 3 Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang http://zakaaditya.blogspot.com/2011/11/hukum-waris-

perdata.html

Golongan pertama: mereka yang pertama kali dipanggil oleh Undang Undang sebagai ahli waris adalah anak dan keturunannya beserta suami atau isteri dari pewaris. Anak-anak mewarisi untuk bagian yang sama besarnya dan suami atau isteri yang hidup terlama mewarisi bagian yang dengan anak. Pasal 852 KUHPerdata menjelaskan bahwa anak-anak atau sekalian keturunan mereka, baik dilahirkan dari lain lain perkawinan sekalipun, mewaris dari kedua orang tua, kakek atau nenek atau semua keluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus keatas, dengan tiada perbedaan antara laki dan perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan kelahiran lebih dahulu. Mereka mewaris kepala demi kepala, jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga dalam derajat ke satu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri dan mereka mewaris pancang demi pancang, jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka bertindak sebagai pengganti.

Diantara keturunan, orang lebih dekat derajatnya kecuali pelaksanaan aturan penggantian, menyampingkan orang yang lebih jauh derajatnya. Apabila cucu mewarisi untuk diri sendiri, mereka mewarisi untuk bagian yang sama besarnya. Sebagai contoh harta peninggalan suami atau isteri, dua orang anak, dan tiga orang cucu dari anak yang meninggal lebih dahulu, maka harta peninggalannya dibagi dalam empat bagian yang sama besarnya. Suami atau isteri yang hidup terlama, tiap anak dan ketiga cucu bersama-sama menerima seperempat. Apabila ayah dari ketiga cucu itu tidak meninggal lebih dahulu, atau ia tidak pantas, atau menolak haknya untuk mewarisi untuk pewaris, maka harta peninggalan dibagi antara suami atau isteri yang hidup terlama dan kedua anak dalam tiga bagian yang sama besarnya. Apabila suami atau isteri dari pewaris berikut ketiga anaknya telah meninggal dunia terlebih dahulu maka ketiga cucu tersebutlah yang menjadi ahli waris pewaris dengan besar bagian masing masing adalah 1/3 (satu

Page 2: PASAL 852 KUHPDT

per tiga) dari harta peninggalan pewaris. Disini ketiga cucu tersebut mewaris tetapi bukan dengan penggantian melainkan karena kedudukannya sendiri.

(Sunday, 14 April 2013 http://hukummasyarakat.blogspot.com/2013/04/pembagian-waris-menurut-hukum-perdata.html)

Aturan mengenai Perkawinan dan Mewaris yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (“KUHPerdata”), berlaku untuk golongan WNI Timur Asing Tionghoa, yang bukan

beragama Islam. Dalam Pasal 852 KUHPerdata dinyatakan antara lain bahwa :

·         Ahli waris adalah anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar dilahirkan dari lain-lain

perkawinan sekalipun, mewaris dari kedua orang tua, kakek nenek atau semua keluarga

sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus keatas dengan tiada perbedaan antara laki atau

perempuan dan tiada perbedaan antara kelahiran lebih dahulu.

·         Mereka mewaris kepala demi kepala jika dengan si meninggal mereka bertalian keluarga

dalam derajat kesatu dan masing-masing mempunyai hak karena diri sendiri; mereka

mewaris pancang demi pancang, jika sekalian mereka atau sekedar sebagian mereka

bertindak sebagai pengganti.

·         Dalam halnya mengenai warisan seorang suami atau istri yang meninggal terlebih dahulu, si

istri atau suami yang hidup terlama dipersamakan dengan seorang anak yang sah dari yang

meninggal. (EVI RISNA YANTI, SH

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fabdd35e49d8/pembagian-harta-warisan-ayah,-

ketika-ibu-masih-hidup)

Menurut KUHPerdata, prinsip dari pewarisan adalah:

1.    Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain) apabila terjadinya suatu kematian. (Pasal 830 KUHPerdata);

2.    Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami atau isteri dari pewaris. (Pasal 832 KUHPerdata), dengan ketentuan mereka masih terikat dalam perkawinan ketika pewaris meninggal dunia. Artinya, kalau mereka sudah bercerai pada saat pewaris meninggal dunia, maka suami/isteri tersebut bukan merupakan ahli waris dari pewaris.

Berdasarkan prinsip tersebut, maka yang berhak mewaris hanyalah orang-orang yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris. Baik itu berupa keturunan langsung maupun orang tua, saudara, nenek/kakek atau keturunannya

Page 3: PASAL 852 KUHPDT

dari saudara-saudaranya. Sehingga, apabila dimasukkan dalam kategori, maka yang berhak mewaris ada empat golongan besar, yaitu:

1.    Golongan I: suami/isteri yang hidup terlama dan anak/keturunannya (Pasal 852 KUHPerdata).

2.    Golongan II: orang tua dan saudara kandung Pewaris

3.    Golongan III: Keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu pewaris

4.    Golongan IV : Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu, keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris, saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat keenam dihitung dari pewaris.

(IRMA DEVITA PUNAMASARI, SH,M.KN http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ecc7cf50640b/empat-golongan-ahli-waris-menurut-kuh-perdata)

Berdasarkan Pasal 852a ayat (1) KUHPer, dikatakan bahwa bagian suami atau istri yang ditinggal mati oleh pewaris adalah sama dengan seorang anak sah. Dengan ketentuan bila perkawinan tersebut adalah perkawinan kedua dan selanjutnya, sedangkan dari perkawinan sebelumnya ada anak-anak atau keturunan dari anak-anak tersebut, suami atau istri yang baru tidak boleh mewarisi lebih dari bagian terkecil yang diterima oleh salah seorang dan anak-anak dari perkawinan sebelumnya, atau oleh semua keturunan penggantinya bila ia meninggal lebih dahulu, dan bagaimanapun juga bagian warisan istri atau suami itu tidak boleh melebihi seperempat dan harta peninggalan si pewaris.

 

Jika si pewaris meninggalkan wasiat yang isinya memberikan sebagian hartanya kepada suami atau istri kedua (atau perkawinan selanjutnya), jumlah bagian yang diberikan tersebut tetap tidak boleh melebihi ketentuan Pasal 852a ayat (1) KUHPer di atas (Pasal 852a ayat (2) KUHPer).

(letezia tobing,SH Rabu, 02 April 2014 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5338e05107203/berhakkah-menuntut-warisan-dari-ayah-dan-istri-keduanya?)