pasal 28C

download pasal 28C

of 16

Transcript of pasal 28C

Kewarganegaraan

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan - Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang HAM (Hak Asasi Manusia), yang di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang HAM yang sangat sering tidak di ketahui oleh orang lain. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Sidoarjo, 29 Nopember 2011Penyusun

Daftar Isi

Bab I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Bab II: Landasan Teori

2.1 Pengertian HAM

2.2 Pengertian Pendidikan2.3 Komponen PendidikanBab III : Pembahasan

3.1 Kasus

3.2 Analisa Kasus

Bab IV : Kesimpilan dan Saran

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa betapa pentingnya hal tersebut. Pendidikan,kemampuan,pengetahuan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini. Mengapa dikatakan demikian?Kita tentu sudah bisa menjawabnya,apa hal pertama yang dilihat bila kita ingin mengajukan surat lamaran perkerjaan?Apa yang kita butuhkan ketika ingin memulai suatu bisnis atau usaha?Tentu saja pendidikan,kemampuan,wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan. Di dalam bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan. Tetapi entah mengapa banyak sekali warga di Indonesia ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan sebagaimana mestinya,khususnya di daerah-daerah terpencil di sekitar wilayah Indonesia ini. Terutama wilayah wilayah di luar pulau Jawa, sebut saja daerah Papua, pedalaman Kalimantan, dan masih banyak lagi. Padahal setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak peduli di wilayah mana mereka tinggal. Hak warga negara dalam mendapatkan pendidikan yang layak jelas jelas tercantum dalam UUD 1945, pada pasal 28C yang menitik beratkan pada pengembangan diri manusia dengan memenuhi kebutuhan dasarnya karena manusia dalam mempertahankan hidupnya mannusia tersebut harus memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan itu diatur dalam undang-undang serta dilindungi oleh pemertintah.Oleh sebab itu manusia didalam undang-undang diperbolehkan menuntut ilmu setinggi-tingginya untuk memperbaiki kehidupan dimasa depan karena memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan teknologi,seni dan budaya yang telah ia dapatkan dalam pendidikanya. Dan di ayat ini juga menjelaskan tentang kebebasan seseorang untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektiv untuk membangun bangsa dan negaranya, karena setiap manusia mampunyai kedudukan dan Hak yang sama untuk menjadi kepala Negara atau kepala pemerintahan atau yang lain dengan tujuan memajukan Negara yang dia cintai.

Tetapi, fakta yang terjadi di Indonesia sangat jauh dari pasal 28 C. Masih banyak anak Indonesia yang tidak dapat mengenyang pendidikan. Bahkan sekitar 13 juta anak Indonesia tercancam putus sekolah. Bukan hanya itu, anak anak Indonesia yang tinggal di pulau pulau jauh dari ibu kota tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, seperti di daerah . Pernahkah Anda bayangkan bahwa jumlah anak putus sekolah di negeri tercinta ini ternyata sudah puluhan juta ? Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Jumlah itu pasti sudah bertambah lagi tahun ini, mengingat keadaan ekonomi nasional yang kian memburuk.Melihat fenomena kasus tersebut, saya ingin mengangkat fenomena tersebut sebaga bahan sebuah makalah yang berisi penyimpangan dalam pasal 28 C UUD 1945. 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi penyebab memburuknya kualitas pendidikan di Indonesia?2. Apa saja hak-hak yang di dapat warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal 28 C ?

3. Bagaimana cara agar pendidikan indonesia dapat merata ke seluruh pelosok negeri?4. Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk menangani kasus ini?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui penyebab memburuknya kualitas pendidikan di Indonesia

2. Untuk mengetahui hak hak yang didapat warganegara Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal 28 C

3. Untuk mengetahui cara agar pendidikan Indonesia dapat merata hingga ke polosok negeri

4. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk menangani kasus ini.BAB 2LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian HAM

Memahami hakekat hak asasi manusia sangat penting karena menyangkut eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat. Pemahaman ini tidak hanya penting bagi upaya penegakan Hak Asasi Manusia, tetapi juga penting bagi pengembangan hak dan tanggung jawab warga negara dalam rangka demokrasi berdasarkan hukum. Kurangnya pemahaman tentang HAM dapat mendorong ke arah timbulnya pelanggaran HAM yang berdampak pada timbulnya ketidak stabilan politik, ekonomi, sosial, anarkisme maupun premanisme. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga HAM bersifat universal pada semua manusia tanpa membedakan ras, bangsa, agama, adat budaya, negara dan letak geografis. HAM tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Hak asasi manusia tidak bersumber dari negara atau UU atau hukum yang berlaku di suatu negara, melainkan bersumber langsung dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta ini. Oleh karena itu HAM yang sudah melekat pada diri manusia secara kodrati harus mendapat pengakuan dan perlindungan hukum dari semua negara.

2.3 Pengertian Pendidikan1. Batasan tentang PendidikanBatasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.a. Pendidikan sebagai Proses transformasi BudayaSebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan PribadiSebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan WarganegaraPendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga KerjaPendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHNGBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.2.4 Komponen PendidikanSetelah membahas konsiep-konsep dasar pendidikan, timbullah pemikiran tentang hal-hal apakah yang terdapat dalam proses pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarahkan pada pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.

Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :1. Tujuan PendidikanTingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981). 2. Peserta DidikPerkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.3. Isi PendidikanIsi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.4. Lingkungan PendidikanLingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan denan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld linkgungan pendidikan menjadi lingkunganyang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat kenedaan, segala sesuatu yang ada di sekeliling anak.Keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

BAB 3

Pembahasan3.1 Kasus1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. ( Pasal 28 C UUD 1945 )Pasal 28C menekankan tiap orang berhak untuk mendapatkan segala hal yang menjadi tumpuan, penunjang ataupun alat dalam meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraannya tanpa harus merugikan orang lain dan lingkungannya. Namun pada kenyataannya, jauh sekali. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum dapat mendapatkan hak hak nya terutama dalam bidang pendidikan. Seperti di daerah Bangka Selatan dan di daerah terpencil lainnya di Indonesia. Bahkan menurut data dari Komnas Perlindungan Anak, terdapat sekitar 13 juta lebih anak Indonesia tidak dapat mengenyang pendidikan. Anggota Komisi B DPRD Bangka Selatan (Basel), Samsir, menilai pendidikan di daerah terpencil belum merata karena belum meratanya penempatan guru-guru pengajar. Kondisi ini menurutnya dapat dilihat di daerah Lepar Pongok yang merupakan daerah terpencil dan mengalami hambatan dalam akses pendidikan.Untuk mengantisipasi kesenjangan proses pendidikan di daerah terpencil, Samsir mengatakan, Komisi B yang merupakan mitra kerja Dinas Pendidikan Basel telah mengusulkan ke Pemkab untuk menetapkan daerah terpencil sebagai daerah khusus lewat SK (surat keputusan) Bupati Basel. Tujuannya, agar daerah terpencil menerima perlakuan khusus untuk penyetaraan dan pemerataan akses pendidikan.3.2 Analisa Kasus

Melihat kasus di daerah Bangka Selatan ini, tentu sangat melenceng dari pasal 28 C yang terdapat pada UUD 1945. Bukan hanya itu saja, pada kenyataannya bahkan banyak sekali anak Indonesia yang terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya tau bahkan mereka tidak dapat sama sekali merasakan pendidikan dikarenakan berbagai faktor. Bayangkan, gairah belajar 13 juta anak terpaksa dipadamkan. Dan 13 juta harapan yang melambung kini kandas di dataran realitas yang keras, seperti balon raksasa ditusuk secara kasarkempes dalam sekejap. Ini bencana nasional dengan implikasi yang sangat luas, dan bahkan mengerikan. Pendidikan formal memang bukan segala-galanya. Beberapa pengusaha besar di Indonesia, misalnya konglomerat Liem Sioe Liong, cuma lulusan sekolah dasar. Tapi itu kasus yang istimewa. Dalam kenyataan yang umum, tingkat pendidikan berpengaruh mutlak terhadap peluang bekerja, posisi di bidang kerja, tingkatsalarydan fasilitas yang dapat dinikmati; menentukan pula terhadap perilaku individu dalam rumah tangga, tanggung jawab sosial; dan mempengaruhi bobot independensi individu di bidang sosial-politikKita tidak usah menjadi ahli sosiologi kalau cuma untuk memahami konsekuensi logis dari bencana ini. Secara kasat mata saja kita sudah bisa melihat dampak langsung dari begitu besarnya angka putus sekolah di Indonesia. Pengamen cilik dan usia remaja kini bergentayangan di seluruh wilayah negeri ini. Tidak hanya di kota-kota besar, mereka hadir sampai di desa-desa dan menyebarkan kebisingan, gangguan dan kecemasan.

Begitu besarnya dampak dari besarnya angka putus sekolah dan pendidikan yang kurang merata bagi bangsa Indonesia. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, maka tidak menutup kemungkinan bangsa kita akan mengalami krisis SDM (Sumber Daya Alam) yang berkualitas. Yang secara langsung akan berakibat fatal bagi kelangsungan NKRI.Beberapa hal yang mengakibatkan memburuknya kualitas pendidikan di Indonesia adalah :1. Kualitas pengajar yang kurang baik, serta jumlah mereka yang masih terbilang kurang.

2. Infrakstruktur sekolah yang kurang menunjang.

3. Bantuan dana dari pemerintah ataupun dari pihak pihak luar yang masih susah didapatkan.

4. Dukungan dari pemerintah yang dirasa masih sangat kurang terhadap dunia pendidikan.

5. Keseriusan semua kalangan, baik dari pemerintah hingga masyarakat Indonesia sendiri dalam dunia pendidikan yang sangat kurang alias tidak peduli.

Sedangkan untuk merata kan pendidikan hingga ke polosok polosok negeri. Yang paling dibutuhkan adalah persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan serta bukti dari cinta tanah air yang diwujudkan dalam tindakan langsung untuk mengurangi angka putus sekolah di Indonesia. Dengan demikian satu satunya tugas pemerintah adalah mendukung semua hal yang dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam bidang finansial.Bab 4

Kesimpulan dan Saran4.1 Kesimpulan

Kasus yang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia ini harusnya menjadi pelajaran bagi semua orang. Betapa banyak anak Indonesia yang harus merelakan mimpi mimpi mereka hanya karena mereka dari keluarga yang kurang mampu. Atau hanya karena mereka tinggal di daerah yang jauh dari ibukota. Padahal menurut UUD 1945 pasal 28 C yang berbunyi :1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.Dalam pasal 28 C ayat 1 jelas jelas tertulis bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi.

4.2 Saran1. Sebagai generasi muda yang dapat mengenyang pendidikan setinggi tingginya, marilah kita berusaha untuk mencari jalan keluar atas polemik dunia pendidikan yang tak kunjung membaik ini. Tentu saya, kita yang berjiwa muda diharapkan mempunyai ide ide segar dalam memberantas angka putus sekolah di Indonesia.

2. Agar pemerintah lebuh aktif lagi dalam mendukung dunia pendidikan negara Indonesia.

KATA PENUTUP

Demikian makalah yang saya sajikan dalam rangka memenuhi tugas Kewarganegaraan . Saya mengucap syukur atas ridho Allah SWT yang telah menjadikan makalah ini sebagai suatu pengetahuan yang positif .

Atas dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak yang terkait berupa moral dan material, sehingga dapat membantu suksesnya pembuatan makalah ini, saya ucapkan banyak terima kasih .

Kewarganegaraan

13 Juta Anak Indonesia Terancam Putus Sekolah

Pasal 28C menekankan tiap orang berhak untuk mendapatkan segala hal yang menjadi tumpuan, penunjang ataupun alat dalam meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraannya tanpa harus merugikan orang lain dan lingkungannya.

2011

Poltekkes Kemenkes Surabaya

2011

1