PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

28
108 Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017 PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK Ratnia Solihah Abstrak Tulisan ini mengkaji tentang pentingnya partisipasi publik dalam perumusan kebijakan publik, khususnya dalam bentuk public hearing. Dengan public hearing, permasalahan terjadinya distorsi antara input dan output kebijakan akan dapat dihindari. Walaupun secara substansial partisipasi publik yang berhubungan dengan proses perumusan kebijakan publik atau proses pembentukan peraturan perundang-undangan (tingkat DPR) atau peraturan daerah (tingkat DPRD) dijamin dan diatur dalam pasal 53 UU No.10 Tahun 2004, namun mekanisme dan teknik memberikan masukan dan mengakomodasi masukan masyarakat masih belum diketahui secara luas, baik meliputi implementasi metode-metode partisipatif dalam merancang maupun dalam memutuskan sebuah kebijakan bersama eksekutif. Selain itu, hasil public hearing juga masih dirasakan belum memuaskan masyarakat/publik. Berdasarkan kajian melalui studi literatur dan dokumentasi, dapat ditunjukkan bahwa ruang-ruang partisipasi formal yang tersedia di DPR/DPRD berada pada tingkat konsultasi, di mana dalam ruang-ruang itu terjadi komunikasi dua arah antara publik dengan anggota DPR/DPRD. Tetapi seringkali ruang-ruang tersebut dijadikan sekedar alat melegitimasi pokok-pokok pikiran dan RUU/Raperda yang sudah disusun DPR/DPRD. Bila Pusat Studi Politik dan Demokrasi, Departemen Ilmu Politik, UNPAD Email: [email protected]

Transcript of PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Page 1: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

108Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAMPERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

Ratnia Solihah

Abstrak

Tulisan ini mengkaji tentang pentingnya partisipasi publikdalam perumusan kebijakan publik, khususnya dalam bentukpublic hearing. Dengan public hearing, permasalahan terjadinyadistorsi antara input dan output kebijakan akan dapat dihindari.Walaupun secara substansial partisipasi publik yangberhubungan dengan proses perumusan kebijakan publik atauproses pembentukan peraturan perundang-undangan (tingkatDPR) atau peraturan daerah (tingkat DPRD) dijamin dan diaturdalam pasal 53 UU No.10 Tahun 2004, namun mekanisme danteknik memberikan masukan dan mengakomodasi masukanmasyarakat masih belum diketahui secara luas, baik meliputiimplementasi metode-metode partisipatif dalam merancangmaupun dalam memutuskan sebuah kebijakan bersamaeksekutif. Selain itu, hasil public hearing juga masih dirasakanbelum memuaskan masyarakat/publik. Berdasarkan kajianmelalui studi literatur dan dokumentasi, dapat ditunjukkanbahwa ruang-ruang partisipasi formal yang tersedia diDPR/DPRD berada pada tingkat konsultasi, di mana dalamruang-ruang itu terjadi komunikasi dua arah antara publikdengan anggota DPR/DPRD. Tetapi seringkali ruang-ruangtersebut dijadikan sekedar alat melegitimasi pokok-pokokpikiran dan RUU/Raperda yang sudah disusun DPR/DPRD. Bila

Pusat Studi Politik dan Demokrasi, Departemen Ilmu Politik, UNPADEmail: [email protected]

Page 2: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

109Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

dipahami dengan cara pandang seperti ini, maka secarasubstansial ruang-ruang partisipasi formal yang disediakanDPR/DPRD tersebut turun pangkat pada tingkat therapy dimanayang terjadi sebetulnya adalah semacam sosialisasi ataupengarahan dari DPR/DPRD kepada publik. Sebaliknya padaruang partisipasi publik informal, dapat dilihat bahwa tinggirendahnya partisipasi publik ditentukan sendiri olehmasyarakat/publik. Ruang partisipasi publik informal yangdibentuk kelompok masyarakat berada pada tingkat plakasi,dimana komunikasi sudah meningkat pada tahap negosiasi;tetapi otoritas pengambilan keputusan tetap berada di tanganbadan legislatif (DPR/DPRD).

Kata Kunci: Partisipasi Publik, Public Hearing, Kebijakan Publik

PendahuluanDalam rangka mewujudkan suatu negara dengan masyarakat yangdemokratis, peran serta dan aspirasi masyarakat akan sangat dibutuhkandalam penyelenggaraan pemerintahan. Substansi dari demokrasi dalamkonteks pemerintahan itu sendiri adalah terselenggaranya suatupemerintahan yang berdasarkan aspirasi dan kehendak rakyat. Dengandemikian kelancaran saluran aspirasi masyarakat memegang perananpenting dalam rangka demokratisasi suatu bangsa. Dalam konteksdemokratisasi, terhambatnya atau terkontaminasinya saluran aspirasioleh suatu kelompok kepentingan tertentu daripada kepentingan rakyatakan berdampak pada penyelenggaraan pemerintahan yang melencengdari konsep demokrasi. Salah satunya dapat dilihat dari produkkebijakan pemerintahan yang secara mayoritas tidak berpihak padakepentingan rakyat; dan ini akan menimbulkan beberapa masalahtertentu, terutama menurunnya tingkat kepercayaan masyarakatterhadap pemerintah.Berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis,

Page 3: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

110Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Longmann (2003) mengemukakan ada tiga prinsip fundamental dalamdemokrasi perwakilan, yaitu: (1) Kedaulatan rakyat, yang ditandaidengan enam kondisi, yakni: kebijakan publik yang merefleksikankeinginan masyarakat; pemimpin pemerintahan yang dipilih; pemilihanyang bebas dan terbuka; partisipasi masyarakat dalam proses politik;ketersediaan informasi yang berkualitas; dan peraturan/kaidahmayoritas. (2) Persamaan politik, yaitu setiap orang memiliki kesamaanpengaruh dalam voting dan pembuatan keputusan politik yang lain.(3) Kebebasan politik, meliputi: kebebasan berbicara; kebebasanberagama; kebebasan pers dan kebebasan untuk berkumpul danberserikat.

Dari apa yang dikemukakan di atas, maka di dalam negarademokrasi, partisipasi publik merupakan salah satu faktor yang sangatpenting dalam membangun dan menegakkan demokratisasi takterkecuali bagi negara Indonesia yang mengemban amanat reformasipasca lengsernya Soeharto tahun 1998. Sebagai konsekuensi daridibangun dan ditegakkannya demokrasi di Indonesia, maka salahsatunya adalah dengan dibuka dan disediakannya ruang bagimasyarakat untuk berpartisipasi yang seluas-luasnya (ruang partisipasipublik). Selama ini, partisipasi publik yang terfasilitasi hanya sebataspenggunaan hak pilih dalam pemilu dan pemberian kontribusi kepadanegara melalui pembayaran pajak dan pungutan lain yang bersifat sahdan legal. Ruang partisipasi publik yang sesuai dengan keinginanmasyarakat sendiri masih sangat minimalis.

Kesempatan untuk berpartisipasi bagi rakyat yang masihminimalis (kecil) ini salah satunya adalah dalam pembuatan kebijakanpublik, seperti penyusunan Undang-Undang (UU) di DPR danpenyusunan Peraturan Daerah (Perda) di DPRD. Ruang publik yangdiberikan sangat terbatas, itu pun sebagian besar telah dipolitisir olehpihak-pihak yang berkepentingan, sehingga suara murni dari rakyathanya terdengar sama ditambah lagi dengan penolakan-penolakan;kalaupun aspirasi rakyat diterima, hanya ditampung dan tidak adatindak lanjutnya. Akibatnya mayoritas kebijakan yang yang dihasilkan

Page 4: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

111Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

selama ini kurang mencerminkan kepentingan masyarakat banyak,karenanya kasus yang sering terjadi di Indonesia yaitu distorsi antarainput dan output yang dihasilkan dalam proses kebijakan; dimana apayang menjadi aspirasi/tuntutan/keinginan masyarakat (input) yangdisampaikan pada saat proses formulasi kebijakan tidak sesuai denganhasil (ouput)nya setelah kebijakan tersebut dibuat dan ditetapkan.Untuk itu demi kelancaran penyaluran aspirasi masyarakat, salah satuupaya yang dilakukan untuk menyerap aspirasi rakyat secara murni danbenar-benar tidak bermuatan kepentingan dari kelompok atau suatugolongan tertentu adalah dengan public hearing. Penyelenggaraanpemerintahan yang demokratis juga dapat ditunjukkan sejauhmanakemampuan pihak pemerintah melakukan komunikasi dan interaksisecara langsung dengan masyarakat. Semakin tinggi tingkat komunikasipolitik langsung dan interaksi pemerintah dengan masyarakatnya, makaakan semakin mudah dan akan semakin terjamin bagi aspirasimasyarakat untuk dapat sampai pada input dari proses politik danproses pemerintahan (seperti proses penyusunan kebijakan); sehinggadapat mempengaruhi pertimbangan dan tindakan pemerintah dalammembuat suatu produk kebijakan yang sesuai dengan kehendak dankebutuhan masyarakat di negara/daerah tersebut.Dengan sesuainya produk kebijakan tersebut dengan kehendak dankebutuhan masyarakatnya, menunjukkan semakin demokratisnyapenyelenggaraan pemerintahan di negara tersebut. Terkait dengankomunikasi langsung tersebut, public hearing merupakan salah satucontoh komunikasi politik secara langsung, karena dalam publichearing komunikator dan komunikan bertatap muka secara langsung.

Partisipasi Publik dalam Perumusan Kebijakan PublikMenurut Emory S Bogardus1 “Publik adalah sejumlah orang yangdengan suatu cara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatumasalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan bersama dalam

1Dalam Soenarjo, Djoenasih S. 1997. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty. P. 21.

Page 5: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

112Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

sesuatu hal”. Sementara itu Herbert Blumer2 mengemukakan bahwa“Perkataan publik melukiskan kelompok manusia yang berkumpulsecara spontan dengan syarat-syarat: a) menghadapi suatu persoalan(issue), b) berbeda pendapatnya mengenai persoalan ini dan berusahamengatasi persoalannya, c) sebagai akibat keinginannya mengadakandiskusi dengan mencari jalan keluar”.

Menurut Frederickson3, ada beberapa prinsip yang dapatdiakomodasi tentang bagaimana konsep publik dapat diperkuateksistensinya , baik sebagai ide maupun sebagai suatu seni dalampraktik. Prinsip pertama, konsep publik harus dibangun melaluipemberdayaan konstitusi. Setiap tindakan pejabat publik harus berbasispada konstitusi, artinya, administratur publik harus mempunyaikompetensi, baik secara teknis maupun secara moral untuk mengabdipada konstitusi. Oleh karena itu yang terpenting bukanlah kemampuanpejabat publik untuk menghafal konstitusi pasal-demi-pasal, melainkankomitmen mereka untuk menjadikan konstitusi sebagai dasar dari setiaptindakannya.

Prinsip kedua, konsep publik harus berdasarkan pada pengertianwarga negara yang berbudi luhur (virtouos citizen). Dalam hal ini perludisadari bahwa suatu rezim pemerintahan tidak akan lebih baik darimasyarakat yang mereka wakili. Oleh karena itu, untuk melahirkanrezim yang baik, perlu dibangun warga negara yang baik pula yangmerupakan sumber dari pemerintahan tersebut. Prinsip ketiga, konseppublik harus didasarkan pada pembentukan dan usaha mempertahankansistem dan prosedur untuk mendengarkan dan merespon kepentinganpublik. Prinsip keempat, konsep publik harus didasarkan padakebajikan dan kasih. Warga negara yang baik akan menghargai danmematuhi hukum sebagai kepedulian pada kepentingan orang lainseperti pada kepentingannya sendiri. Mereka juga akan mengusahakandengan segala kemampuannya untuk kesejahteraan seluruh warga

2Ibid3Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI, h. 114-116.

Page 6: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

113Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

masyarakat yang merupakan ”saudaranya”. Demikian pula rezim yangberkuasa akan bertindak sama, karena mereka adalah penjelmaan publikyang mendapatkan amanah yang perlu ditunaikan.

Sementara itu, terkait dengan istilah ”partisipasi publik”, dapatdilihat dalam beberapa definisi berikut ini: Partisipasi publikdidefinisikan oleh Antoft and Novack4 sebagai the continued activeinvolvement of citizens in making the policies which affect them”. Halsenada dikemukakan oleh Joan Nelson5 sebagai ”partisipasi warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusanoleh pemerintah”. Sedangkan menurut Norman H. Nie dan SidneyVerba6 didefinisikan sebagai ”partisipasi warga negara yang legalbertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara atautindakan-tindakan yang diambil mereka”. Miggley7 mengungkapkanpandangannya tentang partisipasi publik berdasarkan United NationsEconomic and Social Council Resolution 1929. Resolusi inimenyatakan bahwa partisipasi membutuhkan keterlibatan orang-orangsecara sukarela dan demokratis dalam hal (a) sumbangsihnya terhadapusaha pembangunan, (b) penerimaan manfaat secara merata, (c)pengambilan keputusan yang menyangkut penentuan tujuan, perumusankebijakan dan perencanaan, serta penerapan program pembangunansosial dan ekonomi. Hal tersebut didukung oleh pendapat Philips danGraham yang mengungkapkan karakteristik partisipasi publik setelahmenyimpulkan beberapa studi tentang partisipasi publik dalam localgovernance.8 Karakteristik tersebut meliputi partisipasi publikmelibatkan warga dalam keseluruhan proses pemilihan kota; pada

4Dalam Agustino, Leo. Op. Cit. P. 116.5Dalam Prasojo, Eko. 2005. Demokrasi di Negara Mimpi: Catatan Kritis

terhadap Pemilu 2004 dan Good Governance. Jakarta: Departemen IlmuAdministrasi FISIP UI. h. 133

6Ibid7Dikutip oleh Muluk, M.R.Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalam

Pemerintahan Daerah: Sebuah Kajian dengan Pendekatan Berpikir Sistem. Malang:Bayumedia Publishing. h. 50.

8Ibid. P. 53.

Page 7: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

114Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

tingkat minimum, partisipasi publik melibatkan interaksi dankomunikasi dua arah yang diikuti dengan potensi untuk mempengaruhikeputusan kebijakan atau outcome-nya; partisipasi publik melibatkanindividu dan kelompok, baik yang bersifat ad-hoc maupun stakeholderpermanen; partisipasi publik lebih berupa seni daripada ilmu karenaberpijak pada dua realitas, yakni realitas politik (terjadi dalamlingkungan politik) dan realitas birokrasi (berada dalam konteksantarpemerintahan).

Burns, Hambleton dan Hogget9 mengemukakan bahwapartisipasi publik dapat berlangsung dalam beberapa area pengambilankeputusan. Pertama, praktik operasional yang menyangkut perilakudan kinerja pegawai dalam institusi publik, isu-isu yang berkaitandengan aspek lainnya dalam kualitas pelayanan publik, dan sebagainya.Kedua, keputusan pembelanjaan yang berkaitan dengan anggaran yangdidelegasikan. Ketiga, pembuatan kebijakan yang menyangkut tujuan-tujuan strategis dari pelayanan tertentu, rencana strategis bagipembangunan kawasan dan fasilitas tertentu, serta prioritaspembelanjaan dan keputusan alokasi sumber daya lainnya.Mengenai partisipasi publik dalam konteks proses kebijakan publik,Riwu Kaho menjelaskannya dalam beberapa tahapan kebijakan, yaitupartisipasi dalam proses pembuatan keputusan; partisipasi dalampelaksanaan; partisipasi dalam memanfaatkan hasil; dan partisipasidalam evaluasi.10 Berkaitan dengan hal tersebut Ramlan Surbakti11

menegaskan adanya hubungan antara partisipasi publik dengankebijakan publik. Menurutnya, partisipasi berarti keikutsertaan warganegara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalammempengaruhi proses pembuatan dam pelaksanaan keputusan politik.Kegiatan warga negara biasa ini pada dasarnya dibagi dua, yakni, 1)mempengaruhi isi kebijakan umum; dan 2) ikut menentukan, pembuat

9Disarikan dari Ibid. h. 54.10Disarikan dari Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara

Republik Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. h. 115.11Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.h. 141.

Page 8: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

115Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

dan pelaksana keputusan politik.Partisipasi publik dalam proses pembuatan keputusan sangat diperlukankarena menyangkut nasib dan kepentingan publik (masyarakat) sendiri.Dalam implementasinya, partisipasi publik dapat dibedakan dalam 3bentuk partisipasi, yaitu: 1) partisipasi mandiri yang merupakan suatuusaha berperan serta yang dilakukan sendiri oleh pelakunya untukmempengaruhi kebijakan publik yang akan dibuat; 2) partisipasimobilisasi yang merupakan keikutsertaan rakyat dalam berperansertamempengaruhi kebijakan publik dengan cara dimobilisasi oleh pihaklain; dan 3) partisipasi seremonial yang merupakan partisipasi yangmendukung dan dimobilisasikan dengan cara-cara demonstrasi, pawaidan sejenisnya. Dari ke-3 bentuk partisipasi tersebut, maka partisipasipublik yang paling ideal dan diharapkan dalam proses kebijakan publikadalah keterlibatan langsung masyarakat secara sukarela dan mandiri,baik dalam perencanaan (proses perumusan kebijakan publik) maupundalam pelaksanaan dan evaluasi kebijakan publik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa partisipasi publikdalam proses perumusan kebijakan publik pada hakekatnya merupakanaktivitas setiap orang atau warga negara baik individual atau kolektifyang secara sadar dan sukarela (tanpa adanya paksaan dan tekanan dariluar) untuk mempengaruhi proses penyusunan kebijakan publik atauterlibat (baik secara langsung atau tidak langsung) dalam pengambilankeputusan di setiap penyelenggaraan pemerintahan, yang tidak hanyaditujukan untuk memberikan manfaat atau menguntungkan masyarakattertentu saja, atau untuk kepentingan dari kelompoknya sendiri; tetapilebih ditujukan untuk dapat memberikan dampak positif bagimasyarakat lainnya atau ditujukan pada kepentingan mayoritasmasyarakat (kepentingan publik).Berkaitan dengan penguatan partisipasi publik, beberapa hal yang dapatdilakukan oleh pemerintah adalah: a) mengeluarkan informasi yangdapat diakses oleh publik, b) menyelenggarakan proses konsultasipublik untuk menggali dan mengumpulkan masukan-masukan daristakeholders termasuk aktivitas warga negara dalam kegiatan publik,

Page 9: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

116Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

serta c) mendelegasikan otoritas tertentu kepada pengguna jasa layananpublik seperti proses perencanaan dan penyediaan panduan bagikegiatan masyarakat dan layanan publik.Dari ketiga hal tersebut, konsultasi untuk menggali dan mengumpulkanmasukan-masukan dari stakeholders merupakan salah satu bentukkegiatan partisipasi publik dalam proses perumusan kebijakan publik.Konsultasi publik ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk metode.Salah satunya yang paling efektif adalah melalui public hearing.

Public Hearing dalam Rangka Partisipasi PublikSecara etimologi, public hearing terdiri dari dua kata yaitu public danhearing. Public berasal dari bahasa Inggris yang secara umum dapatberarti rakyat atau warga negara atau publik atau umum. Hearingberarti memdengarkan, atau dapat juga berarti pemeriksaan ataupenyelidikan. Dalam konteks tersebut, hearing dapat dilihat dalamkebiasaan-kebiasaan di parlemen Amerika, seperti panitia parlemenmemanggil orang-orang yang dapat memberikan keterangan-keteranganyang harus diketahui sesuatu rencana Undang-Undang (UU), sebelumrencana itu dibicarakan dalam rapat pleno. Di Indonesia pun,DPR/DPRD atau salah satu panitianya mengadakan hearing untukmelakukan kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan publik. Bahkanakhir-akhir ini, seiring dengan berlakunya UU No. 10 Tahun 2004tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, konsultasi publik(Public Consultation) dan Dengar Pendapat Umum (Public Hearing)dilakukan dalam proses pembentukan perundangan-undangan(pembuatan kebijakan publik) sebagai upaya menampung aspirasi ataumasukan dari beberapa pihak yang terkait dengan pembentukanperaturan perundangan-undangan (pembuatan kebijakan publik)tersebut.

Konsultasi Publik (Public Consultation) dan Dengar PendapatUmum (Public Hearing) adalah dua istilah yang menjadi popularseiring dengan berkembangnya proses-proses partisipatif dalampenentuan kebijakan dan perumusan/penyusunan peraturan perundang-

Page 10: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

117Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

undangan (kebijakan publik) yang tentunya akan berdampak bagiwarganegara. Konsultasi publik merupakan istilah yang sering terkaitdengan proses yang dilakukan oleh eksekutif, sedangkan dengarpendapat umum lebih sering terkait dengan proses yang dilakukan digedung dewan oleh kalangan legislatif. Meskipun sebenarnya legislatifjuga dapat melakukan konsultasi publik di daerah-daerah untukmemperoleh masukan mengenai suatu rancangan peraturan perundang-undangan yang sedang disusunnya. Konsultasi Publik yang dilakukanpemerintah untuk melibatkan warga negara dalam merumuskan sebuahkebijakan atau peraturan perundang-undangan akan membangunterjadinya hubungan dua arah antara pemerintah dan warganegara. Disini, peran penting warganegara dan para pemangku kepentingan(stakeholders) lain diakui oleh pemerintah.

Dengan berpijak pada paparan di atas, maka Public hearingdapat diartikan sebagai rapat untuk mendengarkan pendapat yang adaatau dengar pendapat publik. Komisi Hukum Nasional12 memberikanpengertian public hearing atau rapat dengar pendapat sebagai:a. rapat dimana pengurus suatu badan memberi kesempatan padakelompok yang berminat untuk mengajukan berbagai pendapat dalammenyusun suatu rencana, kebijakan dan lain sebagainya;b. pertemuan antara suatu badan, lembaga atau golongan masyarakattertentu dengan suatu komisi parlemen (DPR/DPRD) untukmemberikan serta mendapat penjelasan tentang permasalahan yangdikehendaki.

Berkaitan dengan konsep public hearing ini, Soetandyo13

mengemukakan bahwa ”Public hearing tidak bisa hanyadialihbahasakan dengan pengertian ”dengar pendapat” saja, sebabesensinya (dalam hal ini kata ”public”) menjadi hilang. Publicmerupakan sejumlah warga negara yang berkesamaan kepentingan.Unsur kepentingan inilah yang memberikan ciri suatu kolektivitas.

12Dalam http://w.w.w.transparansi.or.id/majalah/edisi9/berita.html,“PublicHearing oleh DPRD”

13Ibid

Page 11: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

118Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Mereka ini, meski tidak sedang menduduki jabatan-jabatan dipemerintahan apapun, amat berkepentingan dengan jalannya prosespengambilan keputusan oleh para pejabat serta hasil-hasilnya. Sebagaisuatu kelompok kepentingan yang hidup di alam demokratik, merekaselalu berharap agar suara dan pendapat mereka mengenai berbagai isuikut didengar.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan public hearing dapatdiartikan sebagai salah satu cara penulusuran fakta-fakta yang dapatmengungkap kepentingan khalayak ramai yang sesungguhnyadilakukan dengan cara mengundang sejumlah orang yang dipandangbisa mewakili publik untuk didengar pendapatnya. Pada tataranpartisipasi publik dalam proses kebijakan publik, UU No. 10 Tahun2004 menjamin masyarakat untuk memberi masukan dalam setiapproses kebijakan publik, hanya saja mekanisme dan teknik memberikanmasukan dan mengakomodasi masukan masyarakat masih belumdiketahui secara luas, baik meliputi implementasi metode-metodepartisipatif dalam merancang maupun dalam memutuskan sebuahkebijakan bersama eksekutif.

Dalam UU No. 10 Tahun 2004 disebutkan mengenaiketerlibatan pihak lain di luar lembaga legislatif dan ekskutif dalampenyusunan sebuah peraturan perundang-undangan (kebijakan publik),yang dalam hal ini disebut sebagai partisipasi masyarakat. Pasal 53 UUNo. 10 tahun 2004 menyebutkan ”masyarakat berhak memberikanmasukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan ataupembahasan rancangan Undang-undang (RUU) atau rancanganperaturan daerah (raperda)”. Dengan kata lain, masyarakat baik sebagaistakeholders (misalnya kalangan akademisi dari PT), shareholders(misalnya pihak ke-tiga yang dijadikan mitra dalam kebijakan publik,seperti pengusaha/investor/elit ekonomi lokal dsb.), asosiasi ataukelompok kepentingan (LSM), dan masyarakat sebagai obyekUU/Perda (obyek kebijakan publik) berhak memberikan masukansecara lisan atau tertulis terhadap rancangan kebijakan publik tersebut.Keterlibatan atau partisipasi masyarakat secara langsung dalam

Page 12: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

119Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

memberikan masukan (input) terkait dengan proses pembentukan suatukebijakan publik salah satunya dengan melakukan diskusi publik ataukonsultasi publik yang berbentuk public hearing. Dengan publichearing setiap masukan dari masyarakat, baik dari stakeholder,shareholder, asosiasi atau kelompok kepentingan, maupun pihak yangmenjadi obyek kebijakan publik tesebut dapat dibicarakan bersama-sama. Masing-masing pihak dapat menyampaikanaspirasi/keinginannya secara langsung terkait dengan kebijakantersebut, antara pihak yang satu dengan yang lain dapat mengetahui,memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masingpihak, sehingga pada akhirnya dapat dilakukan sharing untukmengambil keputusan yang dianggap tepat dan adil terutama bagi pihakyang terkena dampak langsung dari kebijakan tersebut.Public hearing tidak lain adalah diskusi publik atau dengar pendapatpublik atau musyawarah antara warganegara dan pemerintah untukmencari cara terbaik atau untuk memecahkan suatu persoalan publik,termasuk dalam memecahkan masalah/persoalan dalam prosesperumusan kebijakan publik dengan melakukan komunikasi secaralangsung antara pihak-pihak yang terkait dengan kebijakan tersebut.Melalui public hearing, relasi antar warga negara dan pemerintahdikembangkan menjadi hubungan yang lebih erat, sejajar dan salingmemerlukan satu sama lain.

Public hearing itu sendiri adalah sebagai salah satu sikapresponsif legislatif (DPR/DPRD) dan eksekutif terhadap semangatperubahan dan transparansi sebagaimana diamanatkan dalam agendareformasi dan dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik(good governance), yang di dalamnya menempatkan partisipasimasyarakat (publik) menjadi ujung tombak dari perubahan itu. Melaluipartisipasi diharapkan terjadinya perubahan hubungan antara rakyat dannegara yang lebih seimbang, yang dalam konteks ini lebih dibuka dandifasilitasinya ruang bagi publik untuk berpartisipasi secara langsungdalam menentukan nasib dan kepentingan mereka, terutama denganterlibat langsung dalam proses penyusunan kebijakan publik.

Page 13: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

120Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Mengenai konsep public hearing ini, Chaidir14 mengungkapkan bahwa“Public hearing, sebenarnya bukanlah barang baru dalam riuh rendahpolitik dunia. Sejak berabad-abad lampau public hearing telahdilakukan. Setiap tahun di sebuah negara kota yang bernama Athena,rakyat dan para guardian (para pengelola pemerintahan yang terdiri darieksekutif dan legislatif) melakukan public hearing untuk menentukanapa yang harus dilakukan untuk membangun Athena. Dalamkesempatan itu, semua orang memiliki hak sama sebagai pemiliknegeri, memiliki hak usul, atau hak untuk diterima pendapatnya untukmenjadi sebuah kebijakan. Romawi pun tidak jauh beda konsepnyadengan Yunani, juga menggunakan konsep yang sama. Para senatorRoma, sebelum mendiskusikan kebijakan-kebijakan pembangunanekonomi dan militer dengan kaisar, terlebih dulu melakukan langkah-langkah bertemu dengan rakyat untuk menampung aspirasi. Persoalanyang ditemukan dibawa ke ruang perbincangan yang lebih khusus”.

Lebih lanjut Chaidir15 mengemukakan bahwa dalam kebudayaanMelayu, dengan cara yang sedikit berbeda, konsep semacam publichearing sudah menjadi bagian tersendiri dalam sistem politik danpemerintahan. Para anggota ahlul halli wal aqdi (semacam legislatif),sebelum memberikan pandangan kepada Yang Dipertuan Muda(Perdana Menteri), lebih dulu melakukan pertemuan di berbagai tempatuntuk mendapatkan masukan. Bahkan tidak hanya legislatif yangmemiliki keharusan mendengarkan suara rakyat, eksekutif pun dalamkebudayaan tradisi Melayu harus mendengarkan masukan dari rakyat.Oleh karena itulah sebelum seseorang diangkat menjadi YangDipertuan Muda (Perdana Menteri), maka seseorang lebih duluditahbiskan sebagai seorang yang bergelar “Kelana” atau Calon YangDipertuan Muda. Gelar Kelana mengandung muatan tugas, bahwatokoh yang bersangkutan terlebih dulu harus berkeliling mencariberbagai masukan atau mendengar problema yang terjadi di

14 Dalam Situs Chaidir.com. “Plaza Demokrasi”15Ibid

Page 14: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

121Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

masyarakat. Salah satu tokoh yang melakukan itu adalah Raja AliKelana.

Dari paparan tersebut, maka dapat dilihat bahwa esensi dari publichearing pada hakikatnya adalah bagaimana dengan proses hearingtersebut, publik (masyarakat/warga negara) dapat merasakan adanyatanggung jawab bersama dalam memutuskan apa yang menjadikebijakan yang akan dilakukan untuk orang banyak. Karena selama iniselalu terjadi perbedaan pandangan yang cenderung menajam antara apayang dinginkan oleh rakyat dalam arti yang sebenarnya dengan apayang diinginkan oleh rakyat “menurut rasa” para penyelenggarapemerintahan. Perbedaan pandangan tersebut pada gilirannya lambatlaun akan menimbulkan disharmonisasi antara rakyat dengan wakilrakyat dan eksekutif. Public hearing paling tidak akan mempersempit“gap” atau ”kesenjangan” persepsi tersebut dan membuat pihak-pihakpenyelenggara atau pemegang kekuasaan menjadi menemukansemacam “rambu-rambu” atau ”tanda” atas apa yang menjadikehendak, kepentingan dan kemaslahatan orang banyak.

Implementasi Public Hearing di Indonesia serta Kendala-kendalayang DihadapiImplementasi public hearing di Indonesia dapat berbentuk kegiatansebagai berikut:1. Ruang Partisipasi Publik Formal di DPR dan DPRDPartisipasi publik merupakan elemen mendasar dalam kerangkaperwujudan good governance. Penerapan partisipasi dalampemerintahan merupakan wujud dari particitory democracy yangmenekankan pada terciptanya suatu hubungan yang langsung antaramasyarakat/warga negara dengan pemerintah. Jadi tidak sebatas kontesketerwakilannya dalam institusi pemerintahan maupun partai politiksebagaimana representative democracy.Selama ini, tata tertib DPR/DPRD tidak memuat secara khusus klausaltentang partisipasi publik di Indonesia (tingkat pemerintahan Pusat)maupun di tingkat pemerintahan lokal (kota/kabupaten/provinsi).

Page 15: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

122Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Namun demikian, tata tertib ini menyediakan ruang bagi publik untukberkomunikasi dengan anggota DPR/DPRD dan menggunakan lembagatersebut sebagai instrumen dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingannya. Ruang-ruang tersebut adalah kunjungan kerja; rapatdengar pendapat umum (public hearing); penampungan aspirasi danpengaduan langsung; dan/atau penampungan aspirasi tidak langsung.Ruang partisipasi publik formal adalah berbagai kesempatan yangdisediakan DPR/DPRD bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalamproses penyusunan UU/Perda. Ruang tersebut tersedia sebelumpembahasan (pra pembahasan) maupun pada saat pembahaan RUU diDPR atau Raperda di DPRD. Ruang publik formal pada saatprapembahasan terdiri atas kunjungan kerja DPR/DPRD; penyampaianaspirasi langsung dan penyampaian aspirasi tidak langsung. Sedangkanpada saat pembahasan, ruang partisipasi tersebut adalah sosialisasiRUU/Raperda oleh badan legislatif, kunjungan kerja anggotaDPR/DPRD, rapat dengar pendapat umum (public hearing),penyampaian aspirasi langsung dan penyampaian aspirasi tidaklangsung.Ruang formal bagi publik untuk berpartisipasi dalam prosespenyusunan UU di DPR atau Perda di DPRD memang tersedia. Namunruang-ruang tersebut menjadi tidak signifikan karena beberapapersoalan yang melatar belakanginya. Pertama, dalam ruang tersebuttidak ada jaminan usulan, penolakan atau persetujuan publikdiakomodir atau ditolak oleh DPR/DPRD. Kedua, kriteria pihak-pihakyang dilibatkan dalam proses penyusunan UU/Perda seringkali tidakrelevan dengan substansi RUU/Raperda. Dalam kondisi ini, sulit untukdiharapkan bahwa materi dan substansi RUU yang dibahas DPR atauRaperda yang dibahas DPRD sesuai dengan kepentingan publik yangakan terkena dampak UU/Perda (kebijakan publik) tersebut.Secara teoritik, ruang-ruang partisipasi formal yang tersedia diDPR/DPRD berada pada tingkat konsultasi. Maksudnya dalam ruang-ruang itu terjadi komunikasi dua arah antara publik dengan anggotaDPR/DPRD. Tetapi seringkali ruang-ruang tersebut dijadikan sekedar

Page 16: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

123Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

alat melegitimasi pokok-pokok pikiran dan RUU/Raperda yang sudahdisusun DPR/DPRD. Bila dipahami dengan cara pandang seperti ini,maka secara substansial ruang-ruang partisipasi formal yang disediakanDPR/DPRD tersebut turun pangkat pada tingkat therapy dimana yangterjadi sebetulnya adalah semacam sosialisasi atau pengarahan dariDPR/DPRD kepada publik.

Sebaliknya pada ruang partisipasi publik informal, dapat dilihatbahwa tinggi rendahnya partisipasi publik ditentukan sendiri olehmasyarakat/publik. Ruang partisipasi publik informal yang dibentukkelompok masyarakat berada pada tingkat plakasi, dimana komunikasisudah meningkat pada tahap negosiasi; tetapi otoritas pengambilankeputusan tetap berada di tangan badan legislatif (DPR/DPRD).

2. Partisipasi Publik (Public Hearing) dalam Proses PerumusanKebijakan Publik Pasca DesentralisasiPartisipasi publik dalam bentuk Public hearing biasanya bersifat lebihformal daripada pertemuan biasa lainnya. Kegiatan ini dilakukansebelum rancangan kebijakan publik (RUU dan raperda) dirumuskan.Dalam konteks ini, public hearing memberikan kesempatan yangseluas-luasnya bagi seluruh stakehoder untuk mengungkapkan pendapatdan komentar mereka atas isu-isu yang terkait dengan suatu kebijakanyang akan dirumuskan. Ciri utama public hearing adalah adanyakesempatan bagi pembuat kebijakan untuk mendengar dan memahamiaspirasi masyarakat sebelum suatu kebijakan dirumuskan. Padakegiatan public hearing ini, harus tercapai berbagai kesepakatanbersama antar para peserta menyangkut isu-isu utama serta tindak lanjutpenanganannya dalam bentuk kebijakan publik yang benar-benaraspiratif. Tanpa hal ini, kegiatan tersebut belum mampu dikatakanefektif. Dengan pertimbangan tersebut, maka idealnya public hearingdilakukan sebagai puncak dari berbagai upaya penjaringan aspirasistakeholder seperti kampanye informasi publik, pertemuan publik,pengumpulan data (melalui observasi, survei, wawancara dan FGD).Partisipasi publik/masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik

Page 17: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

124Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

seperti pembuatan Perda berada pada urutan yang sangat tinggi dalamagenda desentralisasi, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 10tahun 2004 dan UU No. 32 tahun 2004. Dengan partisipasipublik/masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan, diharapkan:a. Kebijakan daerah didasarkan terutama pada kepentingan dankebutuhan masyarakat. Berbagai kebijakan atau peraturan akan lebihsesuai dengan kenyataan dan lebih mungkin memenuhi harapan-harapan masyarakat lokal.b. Mendorong masyarakat lokal untuk lebih mematuhi kebijakan atauperaturan dan bertanggung jawab secara sosial. Masyarakat akancenderung lebih patuh terhadap peraturan yang pembuatannyamelibatkan mereka secara aktif.c. Memberdayakan pemerintah daerah untuk mendemokratisasikanproses pembuatan kebijakan publik dan lebih bertanggung jawabkepada pemilih mereka. Hal ini dilakukan dengan konsultasi terbukadengan para pemangku kepentingan, seperti universitas, LSM danmasyarakat umum yang terkait dengan kebijakan.

Dalam kenyataannya, walaupun secara yuridis formal partisipasipublik dalam proses pembuatan/perumusan kebijakan publik sudah ada,namun kesempatan berpartisipasi tersebut belum dimanfaatkan dengansebaik-baiknya oleh publik karena di satu sisi akibat ketidaktahuanmereka tentang mekanisme partisipasi dalam proses perumusankebijakan tersebut. Di sisi lainnya, ruang publik yang diberikan dalamproses pembuatan kebijakan publik sangat sedikit, itupun sebagianbesar dipolitisir oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga suaramurni dari rakyat hanya terdengar sama, ditambah lagi denganpenolakan-penolakan. Kalaupun aspirasinya diterima, hanya ditampungdan tidak ada lagi tindak lanjutnnya. Akibatnya, kebijakan yang keluaratau dihasilkan tidak mencerminkan kepentingan masyarakat banyak.Selain itu, kasus yang sering muncul di beberapa pemerintahankota/kabupaten/propinsi di Indonesia adalah terjadinya distorsi antarainput dengan output yang dihasilkan dalam proses kebijakan publik.Artinya aspirasi, tuntutan, masukan dan kepentingan publik/masyarakat

Page 18: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

125Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

pada saat proses perumusan kebijakan tidak terakomodir dalamkebijakan yang dibuat dan ditetapkan, atau kebijakan publik tersebuttidak mencerminkan aspirasi dan kepentingan publik.Upaya-upaya untuk meningkatkan pelibatan masyarakat sebenarnyabukan tidak ada. Namun dilakukan dengan tidak bertenaga ataudilakukan dengan setengah hati. Berbagai peraturan perundangan-undangan (perda) dibuat dengan menyebutkan perlunya pelibatanmasyarakat. Perda tentang Tata Ruang (RUTRW), Perda tentangLingkungan Hidup, Perda tentang K3, Perda tentang TKI dansebagainya merupakan contoh perda yang dalam pembuatannyamensyaratkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakanyang terkait dengannya. Partisipasi masyarakat dalam bentuk konsultasipublik atau public hearing memang akhir-akhir ini sering dilakukandalam proses pembuatan kebijakan publik sebagaimana diamanatkanUU No. 10 Tahun 2004. Namun partisipasi publik tersebut padaumumnya lebih cenderung sebagai mobilisasi dan sosialisasi kebijakandaripada sebagai ajang dengar pendapat publik (diskusi publik) yangseharusnya melibatkan seluruh peserta public hearing (stakeholders,shareholders, LSM, dan masyarakat yang menjadi obyek kebijakanpublik tersebut) untuk menyampaikan pendapatnya atauaspirasi/kepentingannya, terutama aspirasi dan kepentingan masyarakatyang dijadikan obyek kebijakan publik tersebut

Dari beberapa kegiatan public hearing dalam proses perumusankebijakan publik di beberapa daerah di Indonesia, maka beberapakendala atau masalah yang sering ditemui adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan public hearing yang dilakukan beberapa DPRD dalammenyusun raperda (rancangan peraturan daerah), selama inihanya terkesan sebagai upaya pembenaran agar perda yangdibuat terkesan partisipatif dan demokratis.

2. Selama ini meskipun telah dilakukan public hearing, tapikenyataannya hasil dan masukan dari masyarakat tidak pernahdimasukkan dalam hasil akhir raperda. Sehingga kegiatan public

Page 19: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

126Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

hearing ini dianggap hanya sebagai upaya pembenaran, daripadatidak ada sama sekali

3. Salah satu bukti ketidakseriusan DPRD dalam melakukan publichearing terlihat saat DPRD mengundang stakeholder, misalnyadari kalangan akademisi Perguruan Tinggi untuk membahasraperda, surat undangan dan draft raperda yang akan dibahasdiberikan kepada pihak Stakeholder secara mendadak. Selainitu, waktu untuk membahasnya sangat terbatas dan hanya satukali.

4. Beberapa kegiatan public hearing yang dilakukan oleh beberapaDPRD Kota/kabupaten/provinsi terkesan basa-basi, juga hanyamenghambur-hamburkan biaya. Selain itu dalam isi raperda,masyarakat/obyek kebijakan publik yang seharusnya dilindungimalah ditempatkan sebagai komoditas. Misalnya raperdatentang penempatan TKI yang tengah dibahas dewan, TKIditempatkan sebagai komoditas seperti barang dagangan.Seharusnya, raperda tersebut untuk melindungi TKI, bukanmencari keuntungan dari TKI.

5. Belum ada atau tidak jelasnya mekanisme public hearing yangdiselenggarakan pada beberapa daerah di Indonesia (kebanyakanpemerintah kabupaten/ kota/provinsi di Indonesia belummemiliki aturan baku penyelenggaraan public hearing sepertipetunjuk teknis atau tata tertib tentang public hearing).Akibatnya penyelenggaraan public hearing tersebut prosesnyakurang maksimal atau tidak efektif, dimana tidak seluruh pesertapublic hearing (seperti masyarakat yang dijadikan obyekkebijakan) mengetahui aturan main atau cara menyampaikanaspirasi/kepentingan mereka dalam ruang publik tersebut.Adanya aturan main yang jelas juga diperlukan untuk mencapaiefektivitas dan efisiensi dari kegiatan public hearing dalamproses pembuatan kebijakan publik.Kendala atau permasalahan implementasi public hearing dalam

proses perumusan kebijakan publik tersebut walaupun dapat

Page 20: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

127Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

diminimalisir, namun berdasarkan beberapa pengalaman di beberapadaerah sampai saat ini belum dapat dihilangkan sama sekali. Padahaldalam suasana yang kondusif seperti saat ini, dengan semakinterbukanya ruang bagi publik untuk berpartisipasi atau semakin luasnyakesempatan publik untuk menyampaikan aspirasinya secara langsung,seharusnya public hearing dapat dijadikan ruang atau sarana bagipublik untuk berperan serta secara langsung dalam upayamenyampaikan aspirasi/kepentingan publik dengan sebaik-baiknya, dimana proses partisipasi tersebut sebaiknya memiliki mekanisme atauaturan main yang jelas dan memuaskan semua pihak yang terkaitdengan kebijakan publik tersebut, khususnya pihak yang terkenadampak langsung dari kebijakan tersebut.

Mekanisme Penyelenggaraan Public Hearing dalam BeberapaBidang Kebijakan Publik pada Kabupaten/Kota di IndonesiaBerbagai bentuk partisipasi publik (dalam arti luas) dalam pemerintahandaerah berdasarkan pengalaman berbagai negara di dunia dijelaskanoleh Norton16 yang berkisar pada beberapa hal. Pertama, referenda bagiisu-isu vital di daerah tersebut dan penyediaan peluang inisiatif wargauntuk memperluas isu-isu yang terbatas dalam referenda. Kedua,melakukan decentralizationin cities (desentralisasi di dalam kota)kepada unit-unit yang lebih kecil sehingga kebutuhan , tanggung jawabdan pengambilan keputusan lebih dekat lagi kepada masyarakat. Ketiga,Konsutasi dan kerjasama dengan masyarakat sesuai dengan kebutuhandan kepentingan masyarakat sendiri. Keempat, partisipasi dalam bentukelected member (sebagai anggota yang dipilih).

Di Indonesia, Partisipasi publik dalam urusan pemerintahankhususnya yang berhubungan dengan proses perumusan kebijakanpublik (proses pembentukan peraturan perundang-undangan atauperaturan daerah) diatur dalam pasal 53 UU No.10 Tahun 2004 tentang

16Dalam Norton, Alan. 1994. International Handbook of Local and RegionalGovernment: A Comparative Analisys of Advances Democracies. Cheltenham:EdwarElgar. h.103-109.

Page 21: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

128Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan”Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulisdalam rangka penetapan maupun pembahasan rancangan Undang-undang dan rancangan peraturan daerah”. Secara jelas pasal 139 ayat(1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakanhak masyarakat untuk berpartisipasi memberikan masukan secara lisanatau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancanganperaturan daerah.

Titik tolak dari penyusunan suatu kebijakan publik adalahefektivitas dan efisiensinya pada masyarakat. Dengan kata lain,penerapan suatu kebijakan publik (Peraturan Daerah) harus tepat gunadan berhasilguna, tidak mengatur golongan tertentu saja, denganmengabaikan kepentingan golongan lain yang lebih banyak; sehinggadalam proses penyusunan/perumusannya, para pihak yangberkepentingan dan memiliki kaitan langsung ataupun tidak langsungterhadap kebijakan yang hendak diambil harus dilibatkan.

Dengan demikian, tujuan dasar dari partisipasi publik dalamproses perumusan kebijakan publik adalah menghasilkan masukan danpersepsi yang berguna dari warga negara atau masyarakat yangberkepentingan (public interest) dalam rangka meningkakan kualitaspengambilan keputusan, karena dengan melibatkan masyarakat yangpotensial terkena dampak akibat kebijakan serta kelompok kepentingan(interest groups), para pengambil keputusan dapat menangkappandangan, kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompoktersebut, untuk kemudian menuangkannya ke dalam suatu konsep.Pandangan dan reaksi masyarakat tersebut, sebaliknya akan menolongpengambil keputusan (stakeholder) untuk menentukan prioritas,kepentingan dan arah yang pasti dari berbagai faktor. Di samping itu,partisipasi publik juga merupakan pemenuhan terhadap etika politikyang menempatkan rakyat sebagai sumber kekuasaan dan kedaulatan.Pada beberapa pemerintahan kabupaten/kota/provinsi di Indonesia,tatacara atau mekanisme partisipasi publik dalam proses pembuatankebijakan publik bermacam-macam; ada yang sudah dibakukan dalam

Page 22: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

129Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

bentuk tata tertib ada juga yang belum diatur sama sekali dalam tatatertib (petunjuk teknis) dan bahkan belum memiliki peraturan daerahtentang partisipasi masyarakat. Partisipasi publik dalam bentuk publichearing itu sendiri secara mayoritas belum diatur secara baku dalambentuk tata tertib di beberapa daerah; namun lebih didasarkan padabeberapa hal.

Pertama, mekanisme publik hearing diatur oleh pihak inisiatoratau penggagas dilakukan kegiatannya tersebut. Dalam hal ini biasanyalegislatif berinisiatif untuk mengundang beberapa pihak yang terkaitdengan proses pembentukan kebijakan publik tersebut. Undangankepada pihak-pihak terkait dengan kebijakan (stakeholder danshareholder) dan kepada masyarakat yang menjadi obyek kebijakanbisa langsung atas inisiatif legislatif; bisa melalui pengumuman atauundangan terbuka bagi masyarakat melalui situs atau website DPRD;selain itu juga atas pertimbangan/usul dari beberapa kelompokmasyarakat yang sebelumnya memang menginginkan public hearingatas suatu raperda yang sedang disusun dan menjadi bahan perdebatandalam masyarakat yang bersangkutan. Namun mekanisme publichearing ini di beberapa daerah tidak secara khusus dan tidak secararinci/ jelas diatur dalam tata tertib dewan.

Kedua, mekanisme public hearing bisa juga diatur oleh pihaklain selain legislatif, misalnya oleh eksekutif apabila eksekutif tersebutyang menjadi pihak penggagas raperda (asal rancangan suatukebijakan/raperda tersebut dari eksekutif), dan sebelum ditindaklanjutidalam proses perumusannya dengan pihak legislatif, maka eksekutifatas kesadarannya dan keinginannya menggagas public hearing untukmendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait terhadap raperdayang digagas oleh eksekutif tersebut. Biasanya sebelum dilakukanpublic hearing, dalam rangka menjaring aspirasi atau masukan daristakeholder terlebih dahulu dilakukan kegiatan-kegiatan studi dokumen,observasi, wawancara, survei, lokakarya, dan Focus Group Discussion(FGD).

Dengan demikian public hearing dapat dilakukan sebelum suatu

Page 23: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

130Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

rancangan perda (rancangan kebijakan publik) dirumuskan atau dibahasdalam proses perumusan raperda di DPRD. Jadi pada saat ada gagasansuatu raperda, public hearing dapat dilakukan dalam rangka menjaringdan menampung aspirasi atau masukan dari pihak-pihak yangberkepentingan, sehingga penyusunan kebijakan publik tersebutmemang diinginkan oleh masyarakat dan bertujuan untuk memenuhikepentingan masyarakat, bukan untuk membebani/merugikanmasyarakat. Misalnya dalam pembentukan raperda tentang PartisipasiMasyarakat, sebelum raperda tersebut disusun oleh legislatif daneksekutif daerah, diadakan public hearing terlebih dahulu untukmendapatkan masukan tentang substansi raperda yang bersangkutandari stakeholder, masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingansehingga susbtansinya sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut dibuat..Selain itu public hearing juga dapat dilakukan pada saat prosesperumusan kebijakan publik (proses perumusan peraturan daerah) diDPRD. Jadi pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan dengankebijakan tersebut, dalam proses perumusannya berhak memberikanmasukan dan persepsi secara langsung di hadapan pihak-pihak yangterkait dengan kebijakan (stakeholder, shareholder, kelompokkepentingan, masyarakat yang menjadi obyek kebijakan, pemerintahsebagai subyek kebijakan dan legislatif sebagai pembuat kebijakan),sehingga pihak yang satu dengan yang lainnya mengetahui danmemahami apa yang diinginkan oleh masing-masing pihak tersebut,khususnya memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat yangmenjadi obyek kebijakan.

Secara umum, mekanisme atau teknis pelaksanaan dalampenyelenggaraan public hearing yang lazim dilakukan di beberapadaerah di Indonesia tidak berdasarkan petunjuk teknis yang secarakhusus dibuat oleh legislatif daerah. Proses atau jalannya public hearingbiasanya mengalir dengan sendirinya tanpa adanya aturan main atautidak diatur secara tersendiri melalui tata tertib dewan. Dalam konteksini, tata tertib dewan secara garis besar saja mengatur tentangpersidangan dan rapat-rapat yang digelar DPR/DPRD seperti rapat

Page 24: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

131Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

paripurna, rapat pimpinan DPRD dan rapat gabungan pimpinan DPRD,rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat panmus, rapat pansus, rapatbadan kehormatan, rapat kerja, rapat dengar pendapat dan rapat fraksi.Sedangkan mekanisme public hearing (rapat dengar pendapat) yangdilakukan di beberapa daerah adalah dengan difasilitasi oleh pihakdewan (DPRD), dimana peserta (undangan) diberikan kesempatanuntuk menyampaikan masukan, gagasan, komentar dan pendapatnyatentang isu atau hal-hal yang terkait dengan kebijakan yang akan dibuatdengan didengarkan oleh peserta (undangan) lainnya. Seluruhmasukan, gagasan, komentar dan pendapat dari para peserta publichearing tersebut dijadikan bahan pertimbangan dalam prosesperumusan kebijakan publik tersebut.

Pada beberapa daerah, untuk memudahkan atau memperlancarproses dan jalannya kegiatan public hearing, maka atas inisiatifpenyelenggara public hearing dibuat mekanisme penyelenggaraanpublic hearing yang salah satu alternatifnya secara garis besar adalahsebagai berikut:17

1. Seluruh peserta public hearing harus dimanfaatkan sebagaipelaku dan penggagas, untuk itu keseluruhan mekanisme di sinilebih diorientasikan agar terbangun komunikasi interaktif diantara seluruh peserta public hearing.

2. Teknik yang paling sederhana dan memungkinkan untukmemfasilitasi komunikasi interaktif di sini adalah berupametamasalah sebagai salah satu fase perumusan masalah dalamformulasi/perumusan kebijakan (perumusan raperda). Padatahap ini tidak hanya menemukan masalah yang bersifat tunggalmelainkan berupaya memanisfestasi beberapa masalah yang adadi lapangan, sehingga para peserta dihadapkan pada suatumetamasalah. Formulasi kebijakan berupaya menemukan”masalah publik” yang dibedakan dengan ”masalah privat”.

17Diadopsi dari http://www.adobe.com/rdr_message_eBook4_ENU 2/12/03 danberdasarkan modifikasi penulis

Page 25: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

132Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Dengan ditemukannya masalah publik, maka kebijakan yangakan dibuat diarahkan mampu menyelesaikan masalah publiktersebut dan bertujuan untuk memenuhi kepentingan mayoritaspublik.

3. Diperlukan seorang atau group sebagai fasilitator dalam publichearing ini; yang dianggap netral dan mampu menghidupkansuasana public hearing menjadi dinamis, tidak menoton; dimanaseluruh peserta dengan leluasa dapat memberikan gagasan,aspirasi, komentar dan masukan bagi kebijakan publik tersebut.Fasilitator tersebut dapat ditentukan terlebih dahulu olehpenggagas sebelum diselenggarakannya public hearing.

4. Untuk mewujudkan kondisi public hearing yang kondusif,dinamis dan partisipatif, harus dibangun kesempatan yang samauntuk semua peserta public hearing, setidaknya setiap ‘suara’atau aspirasi yang tertuang dalam metamasalah kebijakan publikharus dapat ditampilkan dan dibacakan semua, untuk dibahasbersama.

5. Penerimaan atau penolakan suatu ide/gagasan (dari peserta)harus dapat dikomunikasikan secara efektif ke seluruh peserta.Untuk menghindari diskusi yang berkepanjangan, maka langkahyang ada (bisa dilakukan) dapat berupa pengembangan kriteriabersama untuk setiap penerimaan atau penolakan. Misalnya:untuk merumuskan kebijakan tentang Potensi Daerah(Kabupaten/Kota), maka dikembangkan kriteria bersamasebagai berikut:a. Mampu memberikan ciri spesifik dari kota tersebut (ciri

alamiah, ciri ekonomi, ciri budaya, atau lainnya)b. Mampu merangsang pertumbuhan sektor lainnyac. Mudah dipahami dan dikenali masyarakat banyak

(fenomena yang ada sudah menggambarkan keadaantersebut )Atau misalnya:

Page 26: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

133Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

a. Selama ini potensi tersebut sudah nyata dapat terasakanmasyarakat banyak

b. Dampak ekonomi yang ditimbulkanc. Daya tarik (kekhususan Kabupaten/Kota yang bersangkutan

dibanding dengan Kabupaten/Kota lain)Berbagai kriteria dapat dibangun sesuai kebutuhan, tetapi selalu

diperlukan adanya kesepakatan bersama terlebih dahulu. Mekanismepublic hearing tersebut, secara substansi dapat dikembangkan bersama(tidak lagi hanya oleh pihak-pihak tertentu yang merasa paling capable– tetapi bersama seluruh pihak-pihak yang peduli). Di samping itu jugasecara psikologis akan meyakinkan kepada seluruh peserta bahwadalam rumusan kebijakan yang dihasilkan terdapat kontribusi(pemikiran) dari berbagai pihak (bersama). Hal yang terakhir ini sangatsignifikan dalam menciptakan rasa memiliki yang pada akhirnya akanmenciptakan suasana kondusif dalam operasionalnya, dimana semuapihak merasa bertanggung jawab dalam mengimplementasikankebijakan tersebut.

PenutupBerdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

partisipasi publik merupakan salah satu faktor yang sangat pentingdalam membangun dan menegakkan demokratisasi, dimana selainikutserta dalam pemilu, publik juga diberikan ruang untukmenyampaikan gagasan, pendapat dan keinginannya dalam prosespembuatan kebijakan publik. Partisipasi publik melalui public hearingmerupakan salah satu bentuk partisipasi publik dalam prosespengambilan keputusan yang bertujuan untuk mengawal prosespembuatan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentinganmasyarakat.

Public hearing merupakan salah satu upaya yang dilakukanuntuk menyerap aspirasi rakyat secara murni dan benar-benar tidakbermuatan kepentingan dari kelompok atau suatu golongan tertentu,untuk menghindari distorsi antara input dan output yang dihasilkan

Page 27: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

134Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

dalam proses kebijakan; dimana apa yang menjadiaspirasi/tuntutan/keinginan masyarakat (input) yang disampaikan padasaat proses formulasi kebijakan tidak sesuai dengan hasil (ouput) nyasetelah kebijakan tersebut dibuat dan ditetapkan.Dalam upaya meningkatkan kualitas public hearing, maka sebelumpublic hearing diselenggarakan sebaiknya dilakukan kegiatanpenjaringan aspirasi stakeholder terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan isu yang hendak dibahas tim penyusun kebijakanpublik

b) Membuat daftar panjang Stakeholderc) Pemetaan stakeholder sesuai dengan tingkat kepentingan,

kapasitas, dan relevansi atau isud) Menyusun strategi untuk mendorong serta memelihara

partisipasi stakeholdere) Merencanakan langkah-langkah konsultasi publik (public

hearing) antara tim penyusun kebijakan publik denganstakeholder

f) Melaksanakan Lokakarya “Jaring Aspirasi” dengan metodaDiskusi Kelompok Terfokus (FGD)

g) Membuat Rencana Tindak atas hasil-hasil yang diperoleh darijaring aspirasi

h) Melakukan evaluasi tim penyusun kebijakan publik sebagaiumpan balik bagi rencana pembuatan kebijakan publik sertamelakukan analisis SWOT terhadap rencana pembuatankebijakan publik tersebut.

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik

Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 28: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI PUBLIC HEARING DALAM PERUMUSAN …

Ratna Solihah: PARTISIPASI PUBLIK MELALUI……..

135Jurnal TAPIs Vo. 13 No.02 Juli-Desember 2017

Muluk, M.R.Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalamPemerintahan Daerah: Sebuah Kajian dengan PendekatanBerpikir Sistem. Malang: Bayumedia Publishing.

Norton, Alan. 1994. International Handbook of Local and RegionalGovernment: A Comparative Analisys of Advances Democracies.Cheltenham:Edwar Elgar.

Prasojo, Eko. 2005. Demokrasi di Negara Mimpi: Catatan Kritisterhadap Pemilu 2004 dan Good Governance. Jakarta:Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.

Soenarjo, Djoenasih S. 1997. Opini Publik. Yogyakarta: Liberty.Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.http://www.transparansi.or.id/majalah/edisi9/berita.html, “PublicHearing oleh DPRD”.http://www.adobe.com/rdr_message_eBook4_ENUSitus Chaidir.com. “Plaza Demokrasi”