PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB...
1
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
TRI MULYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
1
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
TRI MULYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
1
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
TRI MULYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ii
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
Oleh
TRI MULYANI
Latar belakang penelitian ini yaitu upacara panggih yang merupakan salah satubagian dari perkawinan adat Jawa. Dalam penyelenggaraan upacara panggih diKampung Sri Bawono terdapat partisipasi masyarakat di dalamnya. Tindakanyang dilakukan manusia pada dasarnya selalu memiliki motif yang mendasarinyabegitupun dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat pada upacarapanggih. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apa sajakah motifpartisipasi masyarakat pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah?”. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui motif partisipasi masyarakat Jawa padaupacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian inimenggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Hasil dari penelitian menunjukan faktor masyarakat Jawa di Kampung SriBawono Kecamata Way Seputih masih tetap melaksaakan upacara panggihadalah kerena sebagai identitas masyarakat Jawa, mengandung nilai-nilai luhur,adanya mitos dalam upacara panggih yang masih dipercaya. Partisipasimasyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapakegiatan pada saat persiapan, pelaksanaan dan sesudah upacara panggih.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat lima motif yang mendasarimasyarakat dalam berpartisipasi pada upacara panggih yaitu: 1. Menjaga tradisi,2. Membantu sesama, 3. Menjalin hubungan baik, 4. Menghindari sanksi sosial,5. Memperoleh balasan.
Kata Kunci: motif, partisipasi, upacara panggih.
iii
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
Oleh
TRI MULYANI
Skripsi
Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
iii
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
Oleh
TRI MULYANI
Skripsi
Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
iii
PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO
KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH
Oleh
TRI MULYANI
Skripsi
Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way
Seputih Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 22
Desember 1995. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Sauji dan Ibu Mesirah.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sri Bawono pada
tahun 2002. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Seputih Banyak. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Seputih
Banyak pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN.
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Tahun
2017 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi
Kependidikan (PPK) di SMPN 4 Baradatu di Sukosari Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan.
viii
MOTTO
Jika engkau bersabar takdir akan tetap berlaku bagimu, danengkau akan mendapatkan pahala. Jika engkau berkeluh kesah
takdir juga akan tetap berlaku bagimu, dan engkau akanmendapatkan dosa.(Ali Bin Abi Thalib)
Yakinlah, akan ada sesuatu yang menantimu selepas banyakkesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga
kau lupa betapa pedihnya rasa sakit.(Ali Bin Abi Thalib)
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT skripsi ini
Saya persembahkan kepada:
Orang tuaku tercinta Bapak Sauji dan Ibu Mesirah
yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh
kasih sayang, keikhlasan, kesabaran, dan pengorbanan.
Terimakasih untuk semua yang telah diberikan kepadaku,
untuk setiap dukungan, setiap tetes keringat dan air mata,
dan setiap doa demi kebaikan dan keberhasilanku, sungguh
semuanya adalah hal yang tidak mungkin terbalaskan.
Kakak-kakakku tersayang Purwoko dan Cahyono
terimakasih atas semangat dan dukungan yang selalu
diberikan kepadaku
Para pendidik yang telah memberikan ilmu kepadaku
Almamaterku Universitas Lampung
x
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PARTISIPASI
MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH PERKAWINAN
ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO KECAMATAN WAY
SEPUTIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafaat-Nya di hari Akhir kelak.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga
mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
xi
4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Henry Susanto, S.S, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
dan sebagai dosen pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses perkuliahan
dan proses penyelesaian skripsi. Terimakasih Bapak.
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., pembimbing utama yang telah sabar
membimbing, memberi masukan dan saran yang sangat bermanfaat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat selama perkuliahan. Terimakasih Bapak.
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum,. pembimbing kedua yang telah
sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat
selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Ibu.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para pendidik
di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
10. Masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono yang telah bersedia menjadi
subjek dalam penelitian.
xii
11. Teman baikku Ririn Safitri, Rahmawati, Yuni Lutfiani, Febrianti Putri, Carlos
Hendrawan, M. Rinaldy, Ade Prabowo, Yoga Fernando R., Chindra Mirhafi
A. dan Sulaiman Abdul R.
12. Teman-teman Prodi Pendidikan Sejarah 2014, kakak tingkat dan adik tingkat,
yang telah membantu dan memberikan pengalaman selama belajar di Prodi
Pendidikan Sejarah.
13. Teman-teman KKN Chery Acerola S, Rangga Aditya, M. Aldi, Lora Nuzulia,
Lucky Fiestaminati, Sistari, Bernadeta Swahyuning K. dan Vepi Septira yang
telah menjadi keluargaku selama 70 hari menjalani KKN.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
15. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, November 2019
Penulis
Tri Mulyani
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 11.2. Analisis Masalah ......................................................................... 6
1.2.1 Identifikasi Masalah ........................................................... 61.2.2 Pembatasan Masalah .......................................................... 71.2.3 Rumusan Masalah .............................................................. 7
1.3. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup ..................................... 71.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................... 71.3.2 Kegunaan Penelitian........................................................... 8
1.3.2.1. Secara Teoritis....................................................... 81.3.2.2. Secara Praktis ........................................................ 8
1.3.3.Ruang Lingkup Penelitian.................................................. 9
REFERENSI
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................11
2.1.1 Konsep Partisipasi............................................................ 112.1.2 Konsep Masyarakat Jawa................................................. 142.1.3 Konsep Upacara Panggih................................................. 162.1.4 Konsep Perkawinan Adat Jawa........................................ 182.1.5 Konsep Motif ................................................................... 19
2.2 Kerangka Pikir .......................................................................... 232.3 Paradigma.................................................................................. 24
REFERENSI
III. METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian...................................................................... 283.2 Lokasi Penelitian....................................................................... 293.3 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel............ 29
3.3.1 Variabel Penelitian ........................................................... 29
xiv
3.3.2 Devinisi Operasional Variabel ......................................... 303.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 31
3.4.1.Wawancara....................................................................... 313.4.1.1 Informan............................................................... 32
3.4.2. Observasi......................................................................... 333.4.3. Dokumentasi ................................................................... 34
3.5 Teknik Analisis Data................................................................. 363.5.1.Reduksi Data .................................................................... 363.5.2.Penyajian Data ................................................................. 373.5.3.Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.............................. 37
REFERENSI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 40
4.1.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................404.1.1.1.Sejarah Kampung Sri Bawono .............................404.1.1.2.Letak dan Batas Administratif ..............................414.1.1.3.Keadaan Penduduk Kampung Sri Bawono ...........42
4.1.1.3.1. Keadaan Penduduk Menurut JenisKelamin ................................................42
4.1.1.3.2. Keadaan Penduduk Menurut TingkatPendidikan ............................................43
4.1.1.3.3. Keadaan Penduduk Menurut MataPencaharian...........................................44
4.1.1.3.4. Keadaan Penduduk Menurut Agama ....454.1.1.3.5. Keadaan Penduduk Menurut Suku
Atau Etnik.............................................454.1.1.4.Luas Wilayah Kampung Sri Bawono ...................464.1.1.5.Struktur Pemerintahan Kampung Sri Bawono......47
4.2.1.Deskripsi Hasil Penelitian ................................................484.2.1.1 Tahapan dalam Perkawinan Adat Jawa.................494.2.1.2 Upacara Panggih pada Perkawinan adat Jawa......504.2.1.3 Perlengkapan dalam Upacara Panggih.................514.2.1.4 Pelaksanaan Upacara Panggih di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih........................524.2.1.5 Faktor Masyarakat Jawa di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih Masih TetapMelaksanakan Upacara Panggih...........................61
4.2.1.6 Partisipasi Masyarakat pada Upacara Panggihdi Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih ..................................................................66
4.2.1.7 Motif Masyarakat Berpartisipasi pada UpacaraPanggih di Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih ..........................................................70
4.2. Pembahasan............................................................................... 794.2.2.Motif Partisipasi Masyarakat Jawa pada Upacara
xv
Panggih Perkawinan Adat Jawa di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih .............................. 79
REFERENSI
V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ............................................................................... 885.2. Saran ......................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Susunan Kepala Kampung di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah................. 41
Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten LampungTengah ............................................................................................. 43
Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih KabupatenLampung Tengah............................................................................. 43
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok diKampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih KabupatenLampung Tengah............................................................................. 44
Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.................. 45
Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Menurut Suku atau Etnik di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten LampungTengah ............................................................................................ 46
Tabel 4.7 Penggunaan Lahan di Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah.............................................. 46
Tabel 4.8 Pembagian Wilayah Kerja di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.................. 47
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa di
dalamnya. Beragam suku bangsa tersebut memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari pemikiran dan
adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Kebudayaan adalah suatu cara hidup
bersama, cara khas manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
alam, dan merupakan strategi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Maran, 2000:22). Kebudayaan yang ada dalam suatu wilayah merupakan
identitas yang mencerminkan perilaku masyarakat setempat sebagai
masyarakat pendukungnya.
Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah Suku Jawa. Secara etnis,
Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Mereka hidup dan
tinggal di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, akan tetapi
mereka juga hidup tersebar hampir ke seluruh kepulauan di Indonesia ini
(Sardjono, 1995:13). Suku Jawa sendiri dikenal sebagai salah satu suku
bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi kokoh yang masih bertahan sampai
saat ini (Herusatoto, 2012:1). Dimanapun keberadaannya masyarakat Jawa
tidak bisa lepas dari budaya dan tradisi-tradisi peninggalan para leluhur. Sebab
budaya dan tradisi tersebut telah menyatu dengan jiwa dan perilaku
2
masyarakat (Bayuadhy, 2015:5). Tradisi yang telah diwariskan leluhur Jawa
secara turun-temurun masih dijunjung tinggi nilainya oleh masyarakat Jawa,
hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya upacara-upacara yang mereka
laksanakan.
Upacara yang dilaksanakan tersebut biasanya berhubungan dengan
kepercayaan, alam, dan daur hidup seseorang. Daur hidup adalah peristiwa-
peristiwa di sekitar hidup individu. Hal ini bisa kita lihat misalnya peristiwa
yang dialami seseorang pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,
masa dewasa, saat perkawinan, sesudah menikah dan lain sebagainya
(Depdikbud, 1976/1977:157). Upacara yang berhubungan dengan daur hidup
diselenggarakan pada peristiwa-peristiwa penting sepanjang riwayat hidup
seseorang untuk menandai peralihan status seseorang dari suatu tingkat sosial
ke tingkat sosial yang lain.
Perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang,
karena merupakan langkah awal untuk memasuki taraf hidup yang baru.
Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa, menjadi sebuah
keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama (Hariwijaya, 2008:1).
Perkawinan tidak hanya menyangkut pribadi calon suami isteri, tetapi juga
menyangkut keluarga besar dan masyarakat sekitar.
Perkawinan bagi orang Jawa adalah sesuatu yang penting dan sakral.
Pengertian sakral diartikan sebagai upacara suci, tidak tercela, dan tidak
bernoda, sehingga sebuah perkawinan akan dilaksanankan sesuai dengan tata
cara adat yang memiliki makna di dalamnya. Dalam pelaksanaan upacara
3
perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi
(Depdikbud, 1976/1977:186). Perkawinan adat Jawa secara garis besar terbagi
atas upacara sebelum perkawinan, upacara pelaksanaan perkawinan, dan
upacara sesudah perkawian.
Upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa merupakan puncak acara dari
serangkaian upacara adat yang mendahuluinya (Puspita Martha, 2010:55).
Upacara panggih merupakan upacara pertemuan antara pengantin laki-laki
dengan pegantin perempuan yang diselenggarakan setelah ijab kabul atau akad
nikah di rumah pengantin perempuan. Pada upacara inilah kedua pengantin
bertemu secara resmi di depan tamu undangan dengan mengenakan pakaian
pengantin adat Jawa. Upacara panggih ini bukan hanya sekedar pertemuan
seremonial antara pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan, melainkan
suatu rangkaian acara yang penuh makna. Upacara panggih terdiri atas
rangkaian acara yang dilakukan secara berurutan dan menggunakan berbagai
perlengkapan yang menjadi simbol dalam upacara panggih. Baik acara yang
dilalui maupun perlengkapan yang digunakan pada saat prosesi upacara
panggih, semuanya memiliki makna tersendiri berupa pesan bagi kedua
pengantin mengenai kehidupan berumah tangga.
Upacara panggih yang merupakan salah satu bagian dari perkawinan adat
Jawa masih di dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu masyarakat Jawa yang
masih melaksanakan upacara panggih adalah masyarakat Jawa di Kampung
Sri Bawono. Kampung Sri Bawono adalah salah satu kampung yang ada di
Provinsi Lampung, tepatnya terletak di Kecamatan Way Seputih, Kabupaten
Lampung Tengah dengan mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Tidak semua
4
masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono melaksanakan upacara panggih
dalam menggelar perkawinan, karena dalam kenyataannya untuk dapat
menyelenggarakan upacara panggih dibutuhkan biaya yang cukup banyak,
walaupun demikian, banyak di antara mereka yang masih melaksanakan
upacara panggih ketika mengadakan perkawinan.
Pelaksanaan upacara panggih di suatu daerah dengan daerah lainnya bisa saja
berbeda. Upacara panggih ini diadakaan menurut adat yang berlaku di daerah
setempat (Depdikbud, 1976/1977:197). Pelaksanaan upacara panggih di
Kampung Sri Bawono terdiri atas acara tukar kembar mayang, balangan
suruh, wiji dadi, sinduran, kacar-kucur, dan dhahar kembul dan sungkeman.
Prosesi upacara panggih umumnya diserahkan kepada seorang juru panggih
karena untuk dapat menyiapkan serta memandu jalannya upacara panggih
harus dilakukan oleh seseorang yang memang memahami upacara tersebut.
Juru panggih biasanya akan berpuasa dan memanjatkan doa beberapa hari
sebelum pelaksanaan upacara panggih berlangsung. Selain kedua pengantin
dan juru panggih, kedua orang tua pengantin juga memiliki peran di dalam
pelaksanaan upacara panggih. Namun upacara panggih yang dilaksanakan di
Kampung Sri Bawono dapat terselenggara bukan hanya karena adanya orang
yang memang memiliki peran seperti kedua pengantin, orang tua pengantin
dan juru panggih saja, tetapi juga karena adanya partisipasi dari masyarakat
sekitar. Menurut Huneryear dan Cohen (dalam Dwiningrum, 2015: 51)
partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional individu dalam suatu
kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan
kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka. Partisipasi terjadi
5
karena adanya keterlibatan seseorang yang memberikan sumbangan atau
kontribusi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keterlibatan yang dilakukan
oleh seseorang bisa berbeda-beda karena setiap orang memiliki pemikiran
serta kemampuan yang tidak sama. Keterlibatan yang dilakukan seseorang
dalam upacara panggih ini adalah berdasarkan kesadaran diri sendiri untuk
turut melibatkan diri dalam upacara panggih tersebut. Partisipasi seseorang
dalam suatu aktivitas menurut Keith Davis (dalam Sastropoetro, 1986: 16) ada
6 bentuk yaitu: 1. Pikiran, 2. Tenaga, 3. Pikiran dan tenaga, 4. Keahlian, 5.
Barang, 6. Uang.
Partisipasi yang dilakukan masyarakat pada upacara panggih di Kampung Sri
Bawono terlihat dalam partisipasi bentuk tenaga, keahlian, barang, dan uang
yang diwujudkan dengan melakukan beberapa kegiatan pada saat sebelum
pelaksanaan upacara panggih, saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan.
Partisipasi yang dilakukan masyarakat sekitar pada saat sebelum pelaksanaan
yaitu dengan memberikan sejumlah uang kepada pihak yang akan
menyelenggarakan upacara panggih, memberikan barang atau perlengkapan
yang dibutuhkan untuk upacara panggih, dan dengan keahlian membantu juru
panggih membuat kembar mayang. Partisipasi yang dilakukan saat
pelaksanaan upacara upacara panggih yaitu membawakan kembar mayang
pengantin dan membawakan perlengkapan yang lainnya serta membacakan
solawat untuk mengiringi pelaksanaan upacara panggih tersebut. Pada saat
setelah pelaksanaan upacara panggih, partisipasi yang dilakukan masyarakat
adalah membereskan segala perlengkapan yang telah selesai digunakan pada
upacara panggih.
6
Thomas (dalam Dwiningrum 2015:56) menjelaskan bahwa tindakan
seseorang selalu di dahului oleh suatu tahapan penilaian dan pertimbangan
untuk memperoleh makna atas objek tindakan. Dari penjelasan tersebut, jika
seseorang berpartisipasi pada suatu hal maka ia telah melakukan penilaian dan
pertimbangan terhadap hal tersebut. Seseorang dalam melakukan suatu
tindakan akan didasari oleh motif tertentu. Menurut Ahmadi (2009:182) motif
manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya
yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Kegiatan yang biasa
dilakukan manusia sehari-hari tidak lepas dari adanya motif. Semua tingkah
laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Dengan begitu partisipasi
yang dilakukan masyarakat Jawa pada upacara panggih terjadi karena adanya
motif yang mendasarinya. Seseorang memiliki alasan-alasan tertentu mengapa
ia melibatkan diri dan turut berpartisipasi pada upacara panggih tersebut.
Motif yang menjadi alasan mengapa masyarakat Jawa di Kampung Sri
Bawono turut berpartisipasi pada upacara panggih tentunya bervariasi karena
setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak selalu sama.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian
untuk mengetahui partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih
perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih
Kabupaten Lampung Tengah.
1.2. Analisis Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
7
1. Motif partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat
Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten
Lampung Tengah
2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam upacara panggih perkawinan adat
Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten
Lampung Tengah
1.2.2. Pembatasan Masalah :
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah
di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi pada
motif partisipasi masyarakat pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di
Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah
1.2.3. Rumusan Masalah :
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apa sajakah motif dari partisipasi yang dilakukan masyarakat pada
upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan
Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah?”
1.3. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif partisipasi
masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
8
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang
membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain:
1.3.2.1. Secara Teoritis
Secara Teoritis Penelitian ini berguna untuk mengetahui konsep-konsep yang
terkait dengan permasalahan, ilmu pengetahuan tentang antropologi budaya
khususnya mengenai partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih
perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih
Kabupaten Lampung Tengah.
1.3.2.2. Secara Praktis
a. Bagi Pembaca
Menambah wawasan umum dan sebagai bahan informasi kepada peminat
kebudayaan yang ingin mengetahui tentang partisipasi masyarakat Jawa
pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono
Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
b. Bagi Peneliti
Peneliti turut serta dalam melestarikan adat budaya Jawa dan bisa lebih
memahami tentang partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih
perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih
Kabupaten Lampung Tengah.
9
1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian
a. Subjek Penelitian : Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat
Jawa Kampung Sri Bawono Kecamatan Way
Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
b. Objek Penelitian : Objek dalam penelitian ini adalah partisipasi
masyarakat Jawa pada upacara panggih
perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono
Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung
Tengah.
c. Tempat Penelitian : Tempat penelitian ini adalah di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten
Lampung Tengah
d. Waktu Penelitian : Peneltiian ini dilakukan pada tahun 2019.
e. Disiplin Ilmu : Penelitian ini menggunakan disiplin ilmu
Antropologi Budaya.
10
REFERENSI
Maran, Rafael Raga.2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif IlmuBudaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 2.
Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Hlm. 13.
Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak. Hlm. 1.
Bayuadhy, Gesta. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Jakarta:Dipta. Hlm. 5
Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hlm. 157.
Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator. Hlm. 1.
Depdikbud, Op.cit., Hlm. 186.
Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 55.
Depdikbud, Op.cit., Hlm. 197.
Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar. Hlm. 51.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Hlm. 16.
Dwiningrum, Op.cit., Hlm. 56
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 182.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Hal-hal yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka diantaranya adalah:
2.1.1. Konsep Partisipasi
Partisipasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keterlibatan warga komunitas dalam lingkungannya (Remiswal, 2013:29).
Menurut Yuliandri (2015:8) partisipasi dapat dipahami sebagai keterlibatan
masyarakat dalam sebuah kegiatan yang dilatarbelakangi oleh sebuah
kesadaran untuk terlibat, bukan atas dasar paksaan atau alasan lain yang
menafikan aspek kesukarelaan untuk terlibat. Berdasarkan pemaparan
tersebut maka motivasi menentukan partisipasi.
Menurut Davis dan Newstorm (dalam Remiswal, 2013:29) partisipasi adalah
keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang
mendorong mereka memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan
berbagai tanggung jawab untuk mencapainya. Dwiningrum (2015:50)
menyatakan partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari
seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut
bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Huneryear dan Cohen (dalam
12
Dwiningrum, 2015:51) menjelaskan partisipasi adalah sebagai keterlibatan
mental dan emosional individu dalam suatu kelompok yang mendorongnya
memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung
jawab bersama mereka.
Menurut Damsar (2016:229) partisipasi dilihat berdasarkan atas basis derajat
keterlibatan, dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu partisipasi aktif dan
partisipasi pasif. Derajat keterlibatan partisipasi dapat dibuat dalam suatu garis
kontinum di mana pada satu kutub titik kontinum adalah partisipasi aktif,
sedangkan pada kitub kontinum lainnya adalah partisipasi pasif. Pada kutub
eksterem kontinum partisipasi aktif, seseorang turut serta dalam semua proses
kegiatan yang ada dengan memberikan kontribusi sesuai dengan kapabilitas,
kapital, dan kompetensi yang dimiliki. Adapaun pada kutub ekstrem kontinum
partisipasi pasif, seseorang turut serta dalam suatu aktivitas secara sangat
minim, misalnya hanya hadir tanpa memberi kontribusi apapun.
Menurut Effendi (dalam Dwiningrum, 20015:58) partisipasi terbagi atas
partisipasi vertikal dan horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena dalam
bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam
suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai
status bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal,
masyarakat mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok
masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan lainnya.
Menurut Subyantoro dan FX. Suwarto (2007:86) Partisipasi adalahkeikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh suatupihak (kelompok, organisasi, pemerintah, dan sebagainya), dimanakeikutsertaannya itu diwujudkan dalam bentuk pencurahan tenaga,
13
pikiran atau dana (material). Dari batasan tersebut, kiranya telahtergambar tentang dimensi partisipasi itu, yakni:
1. Jika seseorang mencurahkan tenaganya dalam suatu kegiatan daripihak lain
2. Jika seseorang mencurahkan pikirannya untuk suatu kegiatan daripihak lain
3. Jika seseorang menyumbangkan dana / materi untuk kepentingankegiatan
Menurut Keith Davis dalam Santoso Sastropoetro (1986:16) partisipasi
masyarakat dapat berupa:
1. Pikiran, merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat,buah pikiran, baik untuk menyusun, memperlancar dan mewujudkankegiatan yang diikutinya.
2. Tenaga, adalah partisipsi yang diberikan dalam bentuk tenaga untukmelaksanakan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatuprogram
3. Pikiran dan Tenaga, merupakan partisipasi dengan menyumbangkanide serta tenaga dalam mencapai tujuan
4. Keahlian, yaitu partisipasi yang dilakukan dengan menggunakanketerampilan yang dimilikinya untuk anggota masyarakat lain yangmembutuhkan.
5. Barang, merupakan partisipasi yang dilakukan dengan suatu baranguntuk membantu guna mencapai hasil yang diinginkan
6. Uang, merupakan partisipasi dimana partisipasi tersebutmenggunakan uang sebagai alat guna mencapai sesuatu yangdiinginkan.
Menurut Isbandi dalam Deviyanti (2013:3) menyatakan ada beberapa bentuk
partisipasi antara lain:
a. Partisipasi dalam bentuk tenaga adalah adalah partisipasi masyarakatyang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usahayang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
b. Partisipasi dalam bentuk uang adalah bentuk partisipasi masyarakatyang diberikan untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaiansuatu program.
c. Partisipasi dalam bentuk harta benda adalah partisipasi masyarakatyang diberikan dalam bentuk menyumbang harta benda biasanyaberupa alat-alat atau perkakas.
Menurut Yuliandri (2015:56) seseorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu
yang mana dalam hal ini dikonotasikan sebagai suatu perwujudan perilaku
14
seseorang terhadap suatu objek kegiatan. Ditegaskan Blumer bahwa respon
actor baik secara langsung maupun tidak langsung selalu didasarkan atas
penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan. Diperjelas oleh Thomas
bahwa tindakan seseorang selalu didahului oleh suatu tahapan penilaian dan
pertimbangan untuk memperoleh makna atas objek tindakan.
Berdasarkan pemaparan di atas, partisipasi dapat dikatakan sebagai
keterlibatan seseorang dalam situasi kelompok untuk memberikan sumbangan
dalam suatu kegiatan meliputi pikiran, tenaga, pikiran dan tenaga, keahlain,
barang, dan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Partisipasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keterlibatan seseorang dalam
upacara panggih pada perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono
Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
2.1.2. Konsep Masyarakat Jawa
Istilah yang lazim digunakan untuk menyebut kesatuan hidup manusia dalah
masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”,
atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2009: 116).
Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup
bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena
hubungan dari anggotanya (Taneko, 1993:11). Menurut Soekanto (1995: 187)
masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Sadily (1984:47) menjelaskan masyarakat adalah golongan besar atau kecil
terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian
secara sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu
sama lain.
15
Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Mereka hidupdan tinggal di pulau Jawa, Khususnya di Jawa Tengah, dan Jawa Timur.Akan tetapi mereka juga hidup dan tersebar di ke seluruh kepulauanIndonesia ini. Entah sebagai transmigran, entah sebagai pejabat dalampemerintahan maupun dalam perusahaaan swasta, entah pula karenaalasan lain yang lebih bersifat pribadi. Orang Jawa sendiri membedakandua golongan sosial, yaitu wong cilik atau orang kecil yang terdiri darisebagian massa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota.Golongan kedua adalah kaum priyayi, di mana termasuk para pegawaidan golongan intelektual. Kecuali itu, masih ada kelompok ketiga yangjumlanya kecil tetapi mempunyai prestise tinggi, yaitu kaum priyayitinggi atau ningrat. Di samping lapisan lapisan sosial ekonomis itu,masih dibedakan pula dua kelompok atas dasar keagamaan yangmeskipun secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda carapenghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi JawaPra Islam dan disebut Jawa Kejawen. Dalam kepustakaan kelompok inidisebut abangan. Golongan kedua, adalah golongan orang-orang Jawaberagama Islam yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam,disebut golongan santri. Namun apa pun golongannya, mereka semuaadalah orang Jawa dengan ciri-ciri khasnya yang tercermin dalam sikapmereka menghadapi berbagai macam segi kehidupan ini (Sardjono,1995:13-14).
Masyarakat Jawa atau suku bangsa Jawa adalah mereka yang tinggal di bagian
selatan atau timur Pulau Jawa atau mereka yang menggunakan bahasa ibu
dengan bahasa Jawa (Ariani dkk, 2002:1). Bahasa Jawa dalam arti yang
sebenarnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang disebut orang
Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya
itu. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur Pulau
Jawa yang berbahasa Jawa (Suseno, 2003:11).
Berdasarkan pemaparan di atas masyarakat Jawa adalah sekelompok orang
yang bersuku Jawa dan berasal dari Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan
Jawa Timur serta meggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dalam
kehidupannya.
16
Salah satu masyarakat Jawa adalah masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono
Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah yang masih
menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari dan masih
melaksanakan upacara-upacara tradisonal diantaranya upacara panggih yang
menjadi subjek dalam penelitian ini.
2.1.3. Konsep Upacara Panggih
Upacara adalah suatu kegiatan yang dimaksudkannya untuk memperingati
suatu peristiwa (Depdikbud, 1990:90). Dapat dikatakan upacara adalah
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memperingati
peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat tertentu berdasarkan pada
adat dan aturan yang berlaku.
Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu (Puspita Marta, 2010:55).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gardjito (2010: 73) panggih dalam
Bahasa Jawa berarti bertemu.
Upacara panggih juga disebut upacara dhaup atau temu, yaitu upacara tradisi
pertemuan antara pengantin pria dan wanita. Acara panggih dilaksanakan
setelah ijab atau akad nikah (bagi pemeluk Agama Islam) atau sakramen
pernikahan/pemberkatan nikah atau misa bagi pemeluk Agama Nasrani
(Kristen dan Khatolik). Acara tersebut dilaksanakan secara berurutan dan
tidak boleh dibalik. Upacara panggih merupakan upacara puncak bagi tradisi
perkawinan Jawa dan penuh kehormatan (Pringgawidagda, 2010:189).
Menurut Hadikusuma (2003:136) upacara temu kedua mempelai dilanjutkan
disebut upacara panggih.
17
Menurut Riefky (2012:35) rangkaian acara yang mewarnai upacara panggih
ini meliputi:
1. Penyerahan sanggan yang lazim disebut tebusan2. Keluarnya mempelai wanita dari kamar pengantin yang di dahului
kembar mayang3. Lempar sirih atau balang-balangan suruh4. Wijikan dan memacah telur5. Berjalan dan bergandengan kelingking menuju pelaminan6. Kacar-kucur atau tampa kaya7. Dhahar klimah8. Penjemputan mempelai pria atau besan9. Sungkeman
Secara ringkas menurut M. Hariwijaya (2004:155-170) rangkaian dalam
upacara panggih adalah sebagai berikut:
1. Asrah sanggan dan kembar mayang2. Buncalan gantal3. Ngidak tigan dan wijik sekar setaman4. Sinduran dan kacar kucur5. Pangkon timbang dan dhahar saklimah6. Ngunjuk rujak degan dan tilik pitik7. Sungkeman
Upacara panggih bertujuan: a) untuk memperoleh pengukuhan secara adat atas
perjodohan dua insan yang sudah terikat tali pernikahan; b) untuk
memperkenalkan kepada khalayak (masyarakat) tentang terjadinya
perkawinan sekaligus mendapatkan doa restu pada sesepuh dan semua tamu
yang hadir (Pringgawidagda, 2010:190).
Berdasarkan pemaparan tersebut, yang dimaksud dengan upacara panggih
adalah upacara pertemuan antara pengantin putra dengan pengantin putri
setelah ijab kobul atau akad nikah yang diselenggarakan di rumah pengantin
putri untuk memperoleh pengukuhan secara adat bagi kedua pengantin atas
terjadinya ikatan perkawinan dan memperoleh doa restu.
18
2.1.4. Konsep Perkawinan Adat Jawa
Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa, menjadi sebuah
keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama (Hariwijaya, 2008:
1). Perkawinan atau pernikahan adalah sesuatu hal yang skaral. Kawin atau
nikah adalah merupakan perjanjian luhur antara laki-laki dan perempuan untuk
menjadi suami istri secara resmi, yang sah dihadapan Tuhan dan sah di
hadapan hukum sosial, dengan segala kewajiban dan tanggung jawabnya di
hadapan keduanya (Herusatoto, 2009:71).
Adat perkawinan ialah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu
masyarakat untuk mengatur maslah-masalah yang berhubungan dengan
perkawinan (Depdikbud, 1978/1979:9). Masyarakat Jawa dalam
menyelenggarakan perkawinan terdiri atas tahapan kegiatan.
Kegiatan-kegiatan yang mematangkan agar terjadi suatu perkawinan,disebut upacara sebelum perkawinan, dan kegiatan-kegiatan untukmelaksanakan perkawinan disebut upacara pelaksanaan perkawinan,sedangkan kegiatan-kegiatan untuk memantapkan suatu perkawinandisebut upacara sesudah perkawinan. Setiap upacara baik sebelum,pelaksanaan, maupun sesudah perkawinan akan mengandung unsur-unsur: tujuan, tempat, waktu, alat-alat, pelaksana dan jalannya upacara(Depdikbud, 1978/1979:10).
Perkawinan adat Jawa diselenggarakan dengan berbagai macam upacara.
Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagi unsur adat Jawa saling
bertemu, diantaranya unsur religi (Depdikbud, 1976/1977:186-187). Upacara
perkawinan merupakan upacara yang sangat penting bagi orang Jawa. Upacara
ini bukan sekedar pesta, tetapi melewati serangkaian acara yang rumit. Agar
upacara berjalan mulus dan maksudnya dapat tercapai orang Jawa memberi
19
sesaji kepada kekuatan tidak tampak yang ada di sekitar mereka (Suyono,
2012:134).
Berdasarkan pemaparan di atas, perkawinan adat Jawa adalah penyatuan dua
jiwa antara laki-laki dan perempuan sebagai sepasang suami istri melalui
sebuah perjanjian sakral yang dalam penyelenggaraannya dilakukan dengan
rangkaian upacara adat Jawa.
2.1.5. Konsep Motif
Menurut Ahmadi (2009:181) Motif merupakan suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku
manusia pada hakekatnya memiliki motif. (Walgito, 2010:240) menyatakan
bahwa hewan maupun manusia dalam bertindak selain ditentukan oleh faktor
luar juga ditentukan oleh faktor dalam, yaitu berupa kekuatan yang datang dari
organisme yang bersangkutan yang menjadi pendorong dalam tindakannya.
Dorongan yang datang dari dalam itu yang disebut motif. Motif berasal dari
Bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau to move, karena itu motif
diartikan sebagai kekuatan yang yang terdapat dalam diri organism yang
mendorong untuk berbuat atau driving force.
Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif memberi
tujuan dan arah tingkah laku. Perilaku yang sama belum tentu dilatarbelakangi
oleh motif yang sama, sebaliknya motif yang sama belum tentu menghasilkan
perilaku yang sama (Ahmadi, 2009:182-183). Menurut Heckhausen dalam
20
Ahmadi (2019:178) menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang
menunjukan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan
orang lain.
Ngalim Purwanto (2010:70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itubertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuanitu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itusangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsidari motif-motif itu adalah:
1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif ituberfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikanenergi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatutujuan atau cita-cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan -perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapaitujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaatbagi tujuan itu.
Motif atau driving state dapat timbul karena stimulus internal, stimulus
eksternal taupun interaksi antar keduanya. Mengenai motif ada beberapa teori
yang memberi gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulus internal
dan eksternal. Teori tersebut adalah 1. Teori insting (insthinct theory); 2. Teori
dorongan (drive theory); 3. Teori insentif (incentive theory); 4. Teori atribusi
(atribusi theory); 5. Teori kognitif. Teori tersebut berkaitan dengan teori –teori
perilaku. Karena perilaku di dorong oleh motf-motif tertentu, sehingga dengan
demikian teori motif sejalan dengan teori perilaku (Walgito, 2010:243-244)
Ada bermacam-macam motif, namun para ahli sependapat bahwa ada motif
yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organism, yaitu disebut sebagai
motif biologis atau sebagai kebutuan fisiologis.
21
Gardner dkk dalam Ahmadi (2009:182) mengklasifikasikan motif dalam dua
hal yaitu :
1. Drive (need) adalah yang mendorong untuk bertindak. Drive yangmerupakan proses organik internal disebut drive primer atau driveyang tidak dipelajari. Drive primer misalnya lapar, drive yangdiperoleh melalui belajar misalnya persaingan. Seperti kita lihatsehari-hari banyak motif melibatkan keduanya baik komponen yangdipelajari maupun yang tidak dipelajari.
2. Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berada di dalamlingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah laku . inceintive inimerupakan penyebab individu untuk bertindak.
Antara drive dan incentive pada dasarnya merupakan dua dari sisi mata uang
logam. Penguat (reinforce) yang digunakan untuk timbulnya drives pada
seseorang adalah incentives. Incentives ini akan berpengaruh terhadap
semangat seseorang untuk bertindak. Incentive ini dapat positif dapat pula
negatif. Incentives yang positif adalah hadiah atau ganjaran, incentives yang
negatif adalah hukuman (Ahmadi, 2009 :183-184).
Mc Clelland dalam Walgito (2010 :248) berpendapat bahwa motif sosialitu dapat dibedakan dalam: 1. Motif berprestasi (achievementmotivation) atau juga disebut need for achievement; 2. Motif berfiliasiatau juga disebut kebutuhan berafiliasi (need for affiliation); 3. Motifberkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power)
a. Kebutuhan akan prestasiKebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motif sosial yangdipelajari secara mendetail. Orang yang mempunyai kebutuhan iniakan meningkatkan performance, dengan demikian akan terlihatprestasinya. Orang yang mempunyai n-achievement tinggi akanmempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkandenga orang yang mempunyi n-achievement rendah.
b. Kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lainAfiliasi menunjukan bahwa seseorag mempunyai kebutuhanberhubungan dengan orang lain. orang yang kuat akan kebutuhanafiliasi akan sesalu mencari teman dan juga mempertahankan akanhubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut.
c. Kebutuhan akan kekuasaan
22
Kebutuhan akan power ini timbul dan berkembang dalam interaksisosial. Orang yang mempunyai power need tinggi akan mengadakankontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain, dan inimerupakan salah satu indikasi atau manifestasi dari power needtersebut.
Berdasarkan teori kebutuhan dari Murray, Murray mengemukakankebutuhan-kebutuhan atau yang biasa di sebut dengan motif-motifsebagai berikut:
a. Merendah atau merendahkan diri (abasement)yaitu menerima celaanatau cercaan orang lain. Merendahkan diri dalam menghadapi oranglain, menerima hukuman bila melakukan kesalahan.
b. Berprestasi (achievement), yaitu motif yang berkaitan dengan untukmemperoleh prestasi yang baik, memecahkan masalah-masalah yangdi hadapi, mengerjakan tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik-baiknya.
c. Afiliasi (affiliation), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitandengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
d. Agresi (aggression), yaitu motif yang berkaitan dengan sikapagresivitas, melukai orang lain, berkelahi, menyerang orang lain.
e. Otonomi (autonomy), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitandengan kebebasan, bebas dalam menyatakan pendapat, ataupunberbuat, tidak menggantungkan kepada orang lain, mencarikemandirian.
f. Counteraction, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha untukmengatasi kegagalan-kegagalan, mengadakan tindakan sebagaicounternya.
g. Pertahanan (defendence), yaitu motif yang berkaitan denganpertahanan diri.
h. Hormat (deference), yaitu motif yang berhubungan dengan rasahormat, berbuat seperti apa yang diharapkan orang lain.
i. Dominasi (dominance), yaitu motif yang berhubungan dengan sikapmenguasai orang lain, menjadi pemimpin, membantah pendapatorang lain, ingin mendominasi orang lain.
j. Ekshibisi atau pamer (exhibition), yaitu motif yang berkaitan denganekshibisi atau pamer, menonjolkan diri supaya dilihat orang lain,ingin menjadi pusat perhatian.
k. Penolakan kersuakan (harmavoidance), yaitu motif berusahamenolak hal-hal yang merugikan, yang menyakitkan badan, menolakrasa sakit, menolak hal-hal yang merugikan dalam hal kejasmanian,menghindari hal-hal yang membahayakan.
l. Infavoidance, yaitu motif yang berkaitan dengan usah menghindarihal-hal yang memalukan, hal-hal yang membawa kegagalan.
m. Memberi bantuan (nurturance), yaitu motif yang berkaitan denganmemberi bantuan atau menolong kawan atau orang lain,memperlakukan orang lain dengan baik, kasih sayang kepada oranglain.
23
n. Teratur (order), yaitu motif untuk keteraturan, kerapian, menunjukanketeraturan dalam segala hal.
o. Bermain (play), yaitu motif yang berkaitan dengan bermain, relek,kesenangan, melawak, menghindari hal-hal yang menegangkan.
p. Menolak (rejection), yaitu motif untuk menolak pihak lain, oranglain, mengangap sepi orang lain.
q. Sentience, yaitu motif untuk mencari kesenangan terhadap impresiyang melalui alat indera (sensuous impression).
r. Seks (sex), yaitu motif yang berkaitan dengan kegiatan sexual.s. Bantuan atau pertolongan (succorance), yaitu motif yang berkaitan
untuk memperoleh simpati atau bantuan orang lain, untukbergantung pada pihak lain.
t. Mengerti (understanding), yaitu motif untuk menganalisispengalaman, untk memilah konsep-konsep, mensintesiskanide-ide,menemukan hubungan satu dengan yang lain. (Murray dalamWalgito, 2010: 251-253)
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dikatakan motif adalah suatu
dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadi penggerak
seseorang tersebut untuk berperilaku. Jadi, yang dimaksud motif dalam
penelitian ini adalah alasan yang menjadi pendorong masyarakat Jawa
berpartisipasi pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
2.2. Kerangka Pikir
Upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa merupakan puncak acara dari
serangkaian upacara adat yang mendahuluinya Upacara ini bukan hanya
sekedar pertemuan seremonial antara pengantin putra dengan pengantin putri,
melainkan suatu rangkaian acara yang penuh makna.
Upacara panggih yang merupakan salah satu bagian dari perkawinan adat
Jawa masih di dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu masyarakat Jawa yang
masih melaksanakan upacara panggih adalah masyarakat Jawa di Kampung
24
Sri Bawono. Meskipun upacara panggih diselenggarakan oleh orang yang
menikahkan anaknya namun terdapat partisipasi dari masyarakat sekitar
didalamnya. Prosesi upacara panggih dapat terselenggara karena dipandu oleh
seorang juru panggih serta adanya partisipasi dari masyarakat sekitar.
Partisipasi yang dilakukan seseorang dapat berbeda-beda karna setiap orang
memiliki kemampuan dan pemikiran yang berbeda-beda. Semua tindakan
manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Dengan begitu partisipasi yang
dilakukan masyarakat Jawa pada upacara panggih terjadi karena adanya motif
yang mendasarinya.
2.3. Paradigma
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah motif partisipasi masyarakat Jawa
pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono
Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: Garis hubungan
Partisipasi
MasyarakatMotif
25
REFERENSI
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 29.
Yuliandri. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Penentuan Arah KebijakanPrioritas Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta: BadanPembinaan Hukum Nasional dan Hak Asasi Manusia RI. Hlm. 8.
Remiswal, Op.cit., Hlm. 29.
Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar. Hlm. 50.
Ibid., Hlm. 51.
Damsar dan Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana.Hlm 229.
Dwiningrum, Op.cit., Hlm. 58.
Subyantoro,Arif dan FX. Suwarto.2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.Yogyakarta: Andi. Hlm. 86.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Hal. 16.
Deviyanti, Dea. 2013. Studi tentang partisipasi Mayarakat dalam Pembangunandi Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. FISIPUniversitas Mulawarman. Hlm. 3.
Yuliandri. Op.cit., Hlm. 56.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Hlm. 116.
Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pegantar Sosiologipembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm. 11.
26
Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Hlm. 187.
Sadily, Hassan. 1989.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara. Hlm. 47.
Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Hlm. 13-14.
Ariani, Christriyati dkk. 2002. Tata Krama Suku Bangsa Jawa di KabupatenSleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BadanPengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Hlm. 1.
Suseno, Frans Magis. 2003. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentangKebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 11.
Depdikbud. 1990. Upacara Tradsional Daerah Lampung. Telukbetung. Hlm.90.
Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 55.
Gardjito, Murdijati. 2010. Serba-serbi Tumpeng : Tumpeng Dalam KehidupanMasyarakat Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 73.
Pringgawidagda, Suwarna. 2010. Tata Upacara dan Wicara Pengantin GayaYogyakarta. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 187.
Riefky, Tienuk. dkk. 2012. Kasatrian ageng Selikuran & Kasatrian Ageng.Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 35.
Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator. Hlm. 155-170.
Pringgawidagda, Op.cit., Hlm. 190.
Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak. Hlm.71.
Depdikbud. 1978/1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah JawaTengah.Hlm. 9.
Ibid., Hlm.10.
Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hlm 186-187.
Suyono, R. P. 2012. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.Hlm. 134.
27
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 181.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Hlm. 240
Ahmadi, Abu. Op.cit., Hlm 182-183.
Ibid.,. Hlm 178.
Ngalim Purwanto. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.Hlm. 70-71.
Walgito, Bimo. Op.cit., Hlm. 243-244.
Ahmadi, Abu.Op.cit., Hlm. 182.
Ibid., Hlm. 183-184.
Walgito, Bimo. Op.cit., Hlm. 251-253.
28
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode adalah hal yang penting bagi seorang peneliti
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Metode merupakan cara
yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus
dan tujuan yang ditetapkan (Maryaeni, 2012:58). Usman dan Akbar (2011:41)
metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Pendapat lain dikemukakan oleh
Nawawi (1993:61) metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut, metode merupakan
cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan/melukiskan keadaan/ objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1993:63). Menurut
Hikmat (2011:4) metode deskriptif adalah adalah metode penelitian untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehandak
akumulasi data dasar. Pendapat lain dijelaskan Nazir (dalam Prastowo,
2016:186) yang menjelaskan metode deskriptif adalah suatu metode yang
29
digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, metode deskriptif adalah metode yang
menggambarkan tentang suatu keadaan secara sistematis sesuai dengan fakta-
fakta yang ada sekarang. Metode deskriptif yang dimaksudkan penulis adalah
metode untuk menggambarkan partisipasi masyarakat Jawa pada upacara
panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way
Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih
Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi ini dipilih karena di lokasi tersebut
mayoritas penduduknya adalah masyarakat Jawa yang masih melaksanakan
upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa, sehingga peneliti dapat melihat
fakta-fakta yang akan diteliti pada masyarakat tersebut dan memudahkan
peneliti dalam melakukan pengumpulan data penelitian.
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008;38).
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, atau dapat juga
30
diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih
(Margono, 2007:133).
Berdasarkan pendapat tersebut, variabel penelitian merupakan suatu atribut
atau nilai yang ada pada seseorang, obyek atau kegiatan yang menjadi
perhatian peneliti untuk dipelajari dan kemudian diberikan kesimpulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni partisipasi
masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri
Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
3.3.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi opersional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan, dapat diamati dan diobservasi (Suryabrata, 1983: 83).
Definisi operasional merupakan gambaran konsep, fakta, maupun relasikontekstual atas konsep, fakta, dan relasi pokok yang berkaitan denganpenelitian yang akan digarap, yang terealisasikan dalam bentuk kata-katadan kalimat. Berdasarkan relasi tersebut peneliti diharapkan biasamemahami dan menentukan bentuk-bentuk operasi yang akan dilakukan.Apabila bentuk operasi itu secara esensial berkaitan dengan topik danmasalah penelitian maka definisi operasional biasanya mhanya merujukpada kata-kata atau terminologi yang terdapat dalam judul maupunrumusan masalah (Maryaeni, 2008:15).
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel (Singarimbun dan Effendi, 2006:46).
Definisi oprasional variabel merupakan suatu cara untuk mengukur variabel
berdasarkan karakteristik yang diamati untuk mempermudah peneliti
31
melakukan observasi terhadap objek penelitian. Peneliti harus menggunakan
alat ukur yang sesuai dengan variabel yang diteliti. Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah motif partisipasi masyarakat pada upacara panggih.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Poham (dalam Prastowo, 2016:208) Teknik pengumpulan data
adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di
lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah:
3.4.1. Teknik Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancarai disebut interviewee (Usman dan Akbar, 2011:55). Pendapat lain
menyatakan wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan
ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam
suatu topik tertentu (Prastowo, 2016:212).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut wawancara berarti suatu cara untuk
melakukan pengambilan data melalui tanya jawab secara lisan dengan dua
orang atau lebih.
Menurut Sugiyono (2008:138) wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur.
32
1. Wawancara terstrukturWawancara terstruktur sebagai teknik pengumpulan data, bilapeneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentanginformasi apa saja yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalammelakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkanpertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telahdisiapkan.
2. Wawancara tidak terstrukturWawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimanapeneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusunsecara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedomanwawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besarpermasalahan yang akan di tanyakan.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstuktur.
wawancara tersebut digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dari
informan tentang partisipasi masyarakat pada upacara panggih di Kampung
Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.
3.4.1.1. Informan
Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang
dibutuhkan dalam penelitian (Prastowo, 2016:195). Moelong (dalam
Prastowo, 2016:196) menjelaskan ada lima persyaratan yang harus dimliki
oleh seseorang agar layak dijadikan informan yaitu:
1. Orang tersebut harus jujur dan bisa dipercaya.2. Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan.3. Orangya suka berbicara, bukan orang yang sukar berbicara apalagi
pendiam.4. Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang
bertikai dalam latar penelitian.5. Orangnya memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang
terjadi.
Berdasarkan persyaratan yang telah disebutkan di atas, peneliti menentukan
orang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1. Juru panggih yang akan memberikan informasi terkait upacara panggih.
33
2. Tokoh adat Kampung Sri Bawono
3. Warga Masyarakat yang meliputi : orang yang pernah melaksanakan
upacara panggih dan orang yang pernah berpartisipasi pada upacara
panggih.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2008:85).
Tahapan dalam menentukan sampel yaitu: menentukan sampel awal berupa
orang yang paling mengerti dengan masalah yang akan ditanyakan kemudian
memilih sampel lanjutan dan baru berhenti ketika data atau informasi yang
didapat sudah jenuh.
3.4.2. Teknik Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis tehadap gejala-
gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2011:52). Senada dengan hal tersebut,
observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2007:158).
Berdasarkan pendapat tersebut observasi berarti mengamati dan mencatat
gejala yang sedang diteliti secara sistematis.
Menurut Bungin (2011:166-174) secara ringkas macaam-macamobservasi adalah sebagai berikut:1.Observasi partisipatif adalah sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan darimasyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan ataudipahami oleh para warga yang ditelitinya. Lebih lanjut partisipasiobservasi sebagai alat pengumpul data digolongkan menjadi:
34
a. Partisipasi pasif yaitu dalam hal ini peneliti datang di tempatkegiatan orang yang diamati, tapi tidak ikut terlibat dalamkegiatan tersebut.
b. Partisipasi moderat yaitu terdapat keseimbangan antara penelitimenjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalammengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapakegiatan tapi tidak semuanya.
c. Partisipasi aktif yaitu pada obserbvasi ini peneliti ikutmelakukan apa yang dilakukan oleh subjek penelitian, tapibelum sepenuhnya lengkap berbuat seperti yang dilakukan olehsubjek penelitian
d. Partisipasi lengkap yaitu dalam pengumpulan data penelitisudah terlibat sepenuhnya dengan apa yang dilakukan olehsubjek penelitian.
2. Observasi terus terang atau samar-samar yaitu peneliti dalammelakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepadasubjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai penelitisedangmelakukan penelitian.
3. Observasi tak berstruktur yaitu observasi dalam penelitian kualitatifdilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian yangbelum jelas.
4. Observasi terkendali adalah metode pengamatan terkendali adalahdimana para pelaku yang kan diamati oleh peneliti kualitatif diseleksidan kondisi yang ada dilokasi penelitian, pelaku diamati dandikendalikan oleh si peneliti.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif yaitu
peneliti datang ke tempat kegiatan orang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan tersebut. Peneliti hanya datang dan melakukan pengamatan
untuk mendapatkan informasi terkait partisipasi yang dilakukan masyarakat
pada upacara panggih perkawinan adat Jawa.
3.4.3. Teknik Dokumentasi
Menurut Margono (2007:181) teknik dokumentasi atau studi dokumentasi
adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil yang dilakukan dengan
mempergunakan bahan-bahan tertulis sebagai atau hukum-hukum, dan lain-
35
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Koestoro dan Basrowi
(2006:142) menegaskan metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data
yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan. Menurut Sugiyono (2008:240) dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monu-mentel dari seseorang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, teknik dukumentasi merupakan suatu cara
pengumpulan data melalui peninggalan seperti arsip, catatan-catatan atau
gambar yang berkaitan dengan penelitian. Teknik dokumentasi dalam
penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data berupa arsip yang berbentuk
monografi Kampung Sri Bawono. Selain monografi kampung peneliti juga
menggunakan foto.
Menurut Bungin (2011:205-207) dalam ilmu sosial, minat terhadap fotosebagai data hasil penelitian merupakan pengalaman yang relatif baru.Pemotretan orang atau latar sangat membantu peneliti untukmemperoleh gambar yang lebih jelas, bagaimana perilaku orang dalamdalam latar tertentu. Data yang dicetak dengan film itu memiliki fungsiuntuk melengkapi data yang diperoleh mlalui wawancara dan observasiatau bahkan sebagai sumber data utama dalam masalah tertentu terutamabila data itu tidak dapat atau sulit disampaikan melalui kata-kata.Tentang fotografi ini dapat dibedakan menjadi foto yang ditemukan danfoto yang dihasilkan oleh peneliti.
a. Foto temuan adalah foto yang telah ada di lokasi penelitian, yangdihasilkan oleh orang lain baik secara pribadi maupun secaralembaga.
b. Foto hasil peneliti adalah foto yang yang betul-betul dibuat olehpeneliti sendiri sewaktu berada di lokasi penelitian.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan foto hasil peneliti yaitu peneliti
mengambil gambar sendiri ketika sedang melakukan penelitian. Foto ini akan
digunakan sebagai data pelengkap dalam penelitian.
36
3.5. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Effendi, 2006:263).
Nasution (dalam Usman dan Akbar, 2011:84) menyatakan analisis data ialah
proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.
Berdasarkan pendapat di atas teknik analisis data berarti suatu proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah ditafsirkan.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif karena data yang
diperoleh tidak dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat dihitung dengan
rumus statistika melainkan data dinyatakan dalam bentuk perkataan.
Langkah-langkah alisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008:247).
Peneliti mereduksi data dengan memilih dan mengambil data penting yang
sesuai dengan fokus penelitian dan membuang data yang tidak diperlukan
sehingga data akan menjadi lebih jelas.
37
3.5.2. Penyajian Data
Penelitian kualitatif dalam menyajikan data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
(Sugiyono, 2008:249). Penyajian data bertujuan untuk mempermudah peneliti
dalam melihat data secara keseluruhan. Penyajian data akan memudahkan
peneliti dalam memahami data tersebut dan melakukan perencanaan kerja
selanjutnya. Penyajian data yang digunakan peneliti adalah bentuk uraian
untuk mendekripsikan hasil penelitian.
3.5.3. Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi
Sejak awal penelitian peneliti perlu mengerti tentang hal-hal yang di telitinya
dengan cara melakukan pencatatan, mencari arti, keteraturan pola, dan arah
sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan.
Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga akan
diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan
adalah :
a. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian dengan melakukan
wawancara dan pengamatan di lapangan.
b. Menyusun dan menyeleksi data yang telah diperoleh dari sumber di
lapangan
c. Setelah semua data diseleksi kemudian ditarik kesimpulan.
38
REFERENSI
Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 58
Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. 2011. Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 41.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press. Hlm 61.
Ibid., Hlm. 63.
Hikmat, Mahi M. 2011.Metode Penelitian Dalam Perspektik Ilmu Komunikasidan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 4.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif RancanganPenelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hlm. 186.
Sugiyono. 2008. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Hlm. 38.
Margono, S. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Hlm. 133.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Hlm. 83.
Maryaeni. Op.cit., Hlm. 15.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode penelitian survai.Jakarta:LP3S. Hlm.46.
Prastowo, Op.cit., Hlm. 208.
Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. Op.cit., Hlm. 55.
Prastowo, Andi. Op.cit., Hlm. 212.
Sugiyono. Op.cit. Hlm. 138.
Prastowo, Andi. Op.cit., Hlm. 195-196.
39
Sugiyono.Op.cit., Hlm. 85.
Usman, Op.cit., Hlm 52.
Margono, S. Op.cit., Hlm. 158.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo.Hlm. 166-174.
Margono, S. Op.cit., Hlm. 181.
Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial danPendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana. Hlm. 142.
Sigiyono, Op.cit., Hlm. 240.
Bungin, Burhan. Op.cit., Hlm. 205-207.
Nasution, S. 1996.Metode Research. Jakarta: Bumi aksara. Hlm. 145.
Koenjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Hlm. 81.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Op.cit., Hlm. 263.
Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. Op.cit., Hlm 84.
Sugiyono. Op.cit., Hlm. 247.
Ibid., Hlm. 249.
88
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa motif dari partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih
perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih
Kabupaten Lampung Tengah yaitu:
1. Menjaga tradisi
Dengan berpartisiasi pada upacara panggih masyarakat berharap upacara
panggih tetap akan dilaksanakan sesuai dengan yang telah diwariskan
dari para pendahulunya.
2. Membantu sesama
Orang Jawa pada dasarnya memiliki sifat suka membantu karena
memiliki prinsip hidup migunani yang artinya hidup itu haruslah
berguna.
3. Menjalin hubungan baik
Dengan saling berpartisipasi maka akan membuat pihak yang
menyelenggakan upacara panggih dengan orang yang berpartisipasi di
dalamnya bisa memiliki hubungan yang lebih dekat dari sebelumnya
89
sehingga kedekatan dan harmonisasi antar kerabat ataupun tetangga
dapat terjaga.
4. Menghindari sanksi sosial
Seseorang yang memiliki kemampuan untuk berpartisipasi pada upacara
panggih namun tidak mau berpartisipasi bisa saja memperoleh sanksi
sosial dari masyarakat berupa pemberian julukan atau labeling.
Meskipun sanksi tersebut secara fisik tidak melukai namun secara mental
akan cukup membebani dan menimbulkan rasa malu.
5. Memperloleh balasan
Masyarakat yang berpartisipasi pada upacara panggih merasa yakin jika
nanti saat dirinya menyelenggarakan upacara panggih akan dibantu oleh
orang yang saat ini ia bantu.
5.2. Saran
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Partisipasi
Masyarakat Jawa pada Upacara Panggih Perkawinan Adat Jawa Kampung Sri
Bawono, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, ada
beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:
1. Untuk masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way
Seputih Kabupaten Lampung Tengah yang saat ini masih menjalankan
upacara panggih hendaknya terus melestarikan upacara panggih
sehingga dapat dijadikan sebagai identitas keberadaan masyarakat Jawa
di daerah tersebut.
90
2. Hendaknya masyarakat dalam menyelenggarakan upacara panggih dapat
saling berpartisipasi agar tercipta hubungan yang dekat antar warga
masyarakat.
3. Untuk generasi muda diharapkan agar dapat mewarisi dan mengerti arti
penting upacara panggih bagi masyarakat Jawa serta selalu menjaga
kesucian diri sehingga dapat melaksanakan upacara panggih.
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Ariani, Christriyati dkk. 2002. Tata Krama Suku Bangsa Jawa di KabupatenSleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BadanPengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.
Bayuadhy, Gesta. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Jakarta:Dipta.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.
Damsar dan Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana.
Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta
Depdikbud. 1978/1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah.
Depdikbud. 1990. Upacara Tradsional Daerah Lampung. Telukbetung.
Deviyanti, Dea. 2013. Studi tentang partisipasi Mayarakat dalam Pembangunandi Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. FISIPUniversitas Mulawarman.
Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar.
Gardjito, Murdijati. 2010. Serba-serbi Tumpeng : Tumpeng Dalam KehidupanMasyarakat Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadikusuma, Hilman,. 2003. Hukum Perkawinan Adat dengan Adat Istiadat danUpacara Adatnya. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator.
Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak.
92
Hikmat, Mahi M. 2011.Metode Penelitian Dalam Perspektik Ilmu Komunikasidan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Koentjaraningrat. 2009. Pengatar Ilmu Antropologi . Jakarta : Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia.
Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial danPendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana.
Maran, Rafael Raga.2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif IlmuBudaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Margono, S. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. 1996.Metode Research. Jakarta: Bumi aksara
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Ngalim Purwanto. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif RancanganPenelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Pringgawidagda, Suwarna. 2010. Tata Upacara dan Wicara Pengantin GayaYogyakarta. Yogyakarta: Kanisius.
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riefky, Tienuk. dkk. 2012. Kasatrian ageng Selikuran & Kasatrian Ageng.Yogyakarta: Kanisius.
Sadily, Hassan. 1989.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara.
Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
93
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode penelitian survai.Jakarta:LP3S
Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Subyantoro,Arif dan FX. Suwarto.2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. 2008. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Suseno, Frans Magis. 2003. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentangKebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suyono, R. P. 2012. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.
Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pegantar Sosiologipembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. 2011. Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
Yuliandri. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Penentuan Arah KebijakanPrioritas Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta: BadanPembinaan Hukum Nasional dan Hak Asasi Manusia RI.
Wawancara:
Kasim. 92 Tahun. Di Dusun Sri Rukun Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Jumat, 8 Februari 2019. Pukul 13.00WIB.
Pardi. 56 Tahun. Di Dusun Sri Santoso Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Minggu, 10 Februari 2019. Pukul08.00 WIB.
Mesinah. 57 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul08.00 WIB.
94
Sujito. 49 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul 10.30WIB
Katimah. 46 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul13.00 WIB.
Lestari, Dwi. 24 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul15.30 WIB.
Niryanti, Ribut. 34 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Selasa, 12 Februari2019. Pukul 10.00 WIB.
Andre. 17 Tahun. Di Dusun Sri Mulyo A Kampung Sri Bawono Kampung SriBawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Selasa, 12Februari 2019. Pukul 15.00 WIB.
Boimin. 59 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul 07.30WIB.
Maimunah. 43 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul13.00 WIB.
Sukari. 48 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul 15.00WIB.
Katim. 72 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Jumat, 15 Februari 2018. Pukul 19.00WIB.