PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB...

62
PARTISIPASI M PERKAWIN KECA FAKULT MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA NAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BA AMATAN WAY SEPUTIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Skripsi) Oleh TRI MULYANI TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 A PANGGIH AWONO N KAN

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

1

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

TRI MULYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

1

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

TRI MULYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

1

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

TRI MULYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

ii

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

Oleh

TRI MULYANI

Latar belakang penelitian ini yaitu upacara panggih yang merupakan salah satubagian dari perkawinan adat Jawa. Dalam penyelenggaraan upacara panggih diKampung Sri Bawono terdapat partisipasi masyarakat di dalamnya. Tindakanyang dilakukan manusia pada dasarnya selalu memiliki motif yang mendasarinyabegitupun dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat pada upacarapanggih. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apa sajakah motifpartisipasi masyarakat pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah?”. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui motif partisipasi masyarakat Jawa padaupacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian inimenggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Hasil dari penelitian menunjukan faktor masyarakat Jawa di Kampung SriBawono Kecamata Way Seputih masih tetap melaksaakan upacara panggihadalah kerena sebagai identitas masyarakat Jawa, mengandung nilai-nilai luhur,adanya mitos dalam upacara panggih yang masih dipercaya. Partisipasimasyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapakegiatan pada saat persiapan, pelaksanaan dan sesudah upacara panggih.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat lima motif yang mendasarimasyarakat dalam berpartisipasi pada upacara panggih yaitu: 1. Menjaga tradisi,2. Membantu sesama, 3. Menjalin hubungan baik, 4. Menghindari sanksi sosial,5. Memperoleh balasan.

Kata Kunci: motif, partisipasi, upacara panggih.

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

Oleh

TRI MULYANI

Skripsi

Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

Oleh

TRI MULYANI

Skripsi

Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIHPERKAWINAN ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO

KECAMATAN WAY SEPUTIH KABUPATENLAMPUNG TENGAH

Oleh

TRI MULYANI

Skripsi

Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Progam Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa
Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa
Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa
Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way

Seputih Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 22

Desember 1995. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga

bersaudara, dari pasangan Bapak Sauji dan Ibu Mesirah.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sri Bawono pada

tahun 2002. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Seputih Banyak. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Seputih

Banyak pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis

terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi

Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Tahun

2017 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi

Kependidikan (PPK) di SMPN 4 Baradatu di Sukosari Kecamatan Baradatu

Kabupaten Way Kanan.

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

viii

MOTTO

Jika engkau bersabar takdir akan tetap berlaku bagimu, danengkau akan mendapatkan pahala. Jika engkau berkeluh kesah

takdir juga akan tetap berlaku bagimu, dan engkau akanmendapatkan dosa.(Ali Bin Abi Thalib)

Yakinlah, akan ada sesuatu yang menantimu selepas banyakkesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga

kau lupa betapa pedihnya rasa sakit.(Ali Bin Abi Thalib)

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

ix

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT skripsi ini

Saya persembahkan kepada:

Orang tuaku tercinta Bapak Sauji dan Ibu Mesirah

yang telah merawat dan membesarkanku dengan penuh

kasih sayang, keikhlasan, kesabaran, dan pengorbanan.

Terimakasih untuk semua yang telah diberikan kepadaku,

untuk setiap dukungan, setiap tetes keringat dan air mata,

dan setiap doa demi kebaikan dan keberhasilanku, sungguh

semuanya adalah hal yang tidak mungkin terbalaskan.

Kakak-kakakku tersayang Purwoko dan Cahyono

terimakasih atas semangat dan dukungan yang selalu

diberikan kepadaku

Para pendidik yang telah memberikan ilmu kepadaku

Almamaterku Universitas Lampung

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

x

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PARTISIPASI

MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH PERKAWINAN

ADAT JAWA DI KAMPUNG SRI BAWONO KECAMATAN WAY

SEPUTIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH”. Sholawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita

nantikan syafaat-Nya di hari Akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xi

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Henry Susanto, S.S, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

dan sebagai dosen pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu,

memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses perkuliahan

dan proses penyelesaian skripsi. Terimakasih Bapak.

7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., pembimbing utama yang telah sabar

membimbing, memberi masukan dan saran yang sangat bermanfaat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta telah memberikan ilmu yang

sangat bermanfaat selama perkuliahan. Terimakasih Bapak.

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum,. pembimbing kedua yang telah

sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat

selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Ibu.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para pendidik

di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

10. Masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono yang telah bersedia menjadi

subjek dalam penelitian.

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xii

11. Teman baikku Ririn Safitri, Rahmawati, Yuni Lutfiani, Febrianti Putri, Carlos

Hendrawan, M. Rinaldy, Ade Prabowo, Yoga Fernando R., Chindra Mirhafi

A. dan Sulaiman Abdul R.

12. Teman-teman Prodi Pendidikan Sejarah 2014, kakak tingkat dan adik tingkat,

yang telah membantu dan memberikan pengalaman selama belajar di Prodi

Pendidikan Sejarah.

13. Teman-teman KKN Chery Acerola S, Rangga Aditya, M. Aldi, Lora Nuzulia,

Lucky Fiestaminati, Sistari, Bernadeta Swahyuning K. dan Vepi Septira yang

telah menjadi keluargaku selama 70 hari menjalani KKN.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

15. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, November 2019

Penulis

Tri Mulyani

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi

1. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 11.2. Analisis Masalah ......................................................................... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah ........................................................... 61.2.2 Pembatasan Masalah .......................................................... 71.2.3 Rumusan Masalah .............................................................. 7

1.3. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup ..................................... 71.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................... 71.3.2 Kegunaan Penelitian........................................................... 8

1.3.2.1. Secara Teoritis....................................................... 81.3.2.2. Secara Praktis ........................................................ 8

1.3.3.Ruang Lingkup Penelitian.................................................. 9

REFERENSI

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................11

2.1.1 Konsep Partisipasi............................................................ 112.1.2 Konsep Masyarakat Jawa................................................. 142.1.3 Konsep Upacara Panggih................................................. 162.1.4 Konsep Perkawinan Adat Jawa........................................ 182.1.5 Konsep Motif ................................................................... 19

2.2 Kerangka Pikir .......................................................................... 232.3 Paradigma.................................................................................. 24

REFERENSI

III. METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian...................................................................... 283.2 Lokasi Penelitian....................................................................... 293.3 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel............ 29

3.3.1 Variabel Penelitian ........................................................... 29

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xiv

3.3.2 Devinisi Operasional Variabel ......................................... 303.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 31

3.4.1.Wawancara....................................................................... 313.4.1.1 Informan............................................................... 32

3.4.2. Observasi......................................................................... 333.4.3. Dokumentasi ................................................................... 34

3.5 Teknik Analisis Data................................................................. 363.5.1.Reduksi Data .................................................................... 363.5.2.Penyajian Data ................................................................. 373.5.3.Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.............................. 37

REFERENSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 40

4.1.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................404.1.1.1.Sejarah Kampung Sri Bawono .............................404.1.1.2.Letak dan Batas Administratif ..............................414.1.1.3.Keadaan Penduduk Kampung Sri Bawono ...........42

4.1.1.3.1. Keadaan Penduduk Menurut JenisKelamin ................................................42

4.1.1.3.2. Keadaan Penduduk Menurut TingkatPendidikan ............................................43

4.1.1.3.3. Keadaan Penduduk Menurut MataPencaharian...........................................44

4.1.1.3.4. Keadaan Penduduk Menurut Agama ....454.1.1.3.5. Keadaan Penduduk Menurut Suku

Atau Etnik.............................................454.1.1.4.Luas Wilayah Kampung Sri Bawono ...................464.1.1.5.Struktur Pemerintahan Kampung Sri Bawono......47

4.2.1.Deskripsi Hasil Penelitian ................................................484.2.1.1 Tahapan dalam Perkawinan Adat Jawa.................494.2.1.2 Upacara Panggih pada Perkawinan adat Jawa......504.2.1.3 Perlengkapan dalam Upacara Panggih.................514.2.1.4 Pelaksanaan Upacara Panggih di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih........................524.2.1.5 Faktor Masyarakat Jawa di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih Masih TetapMelaksanakan Upacara Panggih...........................61

4.2.1.6 Partisipasi Masyarakat pada Upacara Panggihdi Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih ..................................................................66

4.2.1.7 Motif Masyarakat Berpartisipasi pada UpacaraPanggih di Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih ..........................................................70

4.2. Pembahasan............................................................................... 794.2.2.Motif Partisipasi Masyarakat Jawa pada Upacara

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xv

Panggih Perkawinan Adat Jawa di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih .............................. 79

REFERENSI

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ............................................................................... 885.2. Saran ......................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Susunan Kepala Kampung di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah................. 41

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten LampungTengah ............................................................................................. 43

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih KabupatenLampung Tengah............................................................................. 43

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok diKampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih KabupatenLampung Tengah............................................................................. 44

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Menurut Agama di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.................. 45

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Menurut Suku atau Etnik di KampungSri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten LampungTengah ............................................................................................ 46

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan di Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah.............................................. 46

Tabel 4.8 Pembagian Wilayah Kerja di Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.................. 47

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa di

dalamnya. Beragam suku bangsa tersebut memiliki kebudayaan yang

berbeda-beda yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari pemikiran dan

adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Kebudayaan adalah suatu cara hidup

bersama, cara khas manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

alam, dan merupakan strategi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Maran, 2000:22). Kebudayaan yang ada dalam suatu wilayah merupakan

identitas yang mencerminkan perilaku masyarakat setempat sebagai

masyarakat pendukungnya.

Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah Suku Jawa. Secara etnis,

Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Mereka hidup dan

tinggal di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, akan tetapi

mereka juga hidup tersebar hampir ke seluruh kepulauan di Indonesia ini

(Sardjono, 1995:13). Suku Jawa sendiri dikenal sebagai salah satu suku

bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi kokoh yang masih bertahan sampai

saat ini (Herusatoto, 2012:1). Dimanapun keberadaannya masyarakat Jawa

tidak bisa lepas dari budaya dan tradisi-tradisi peninggalan para leluhur. Sebab

budaya dan tradisi tersebut telah menyatu dengan jiwa dan perilaku

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

2

masyarakat (Bayuadhy, 2015:5). Tradisi yang telah diwariskan leluhur Jawa

secara turun-temurun masih dijunjung tinggi nilainya oleh masyarakat Jawa,

hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya upacara-upacara yang mereka

laksanakan.

Upacara yang dilaksanakan tersebut biasanya berhubungan dengan

kepercayaan, alam, dan daur hidup seseorang. Daur hidup adalah peristiwa-

peristiwa di sekitar hidup individu. Hal ini bisa kita lihat misalnya peristiwa

yang dialami seseorang pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja,

masa dewasa, saat perkawinan, sesudah menikah dan lain sebagainya

(Depdikbud, 1976/1977:157). Upacara yang berhubungan dengan daur hidup

diselenggarakan pada peristiwa-peristiwa penting sepanjang riwayat hidup

seseorang untuk menandai peralihan status seseorang dari suatu tingkat sosial

ke tingkat sosial yang lain.

Perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang,

karena merupakan langkah awal untuk memasuki taraf hidup yang baru.

Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa, menjadi sebuah

keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama (Hariwijaya, 2008:1).

Perkawinan tidak hanya menyangkut pribadi calon suami isteri, tetapi juga

menyangkut keluarga besar dan masyarakat sekitar.

Perkawinan bagi orang Jawa adalah sesuatu yang penting dan sakral.

Pengertian sakral diartikan sebagai upacara suci, tidak tercela, dan tidak

bernoda, sehingga sebuah perkawinan akan dilaksanankan sesuai dengan tata

cara adat yang memiliki makna di dalamnya. Dalam pelaksanaan upacara

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

3

perkawinan berbagai unsur adat Jawa saling bertemu, diantaranya unsur religi

(Depdikbud, 1976/1977:186). Perkawinan adat Jawa secara garis besar terbagi

atas upacara sebelum perkawinan, upacara pelaksanaan perkawinan, dan

upacara sesudah perkawian.

Upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa merupakan puncak acara dari

serangkaian upacara adat yang mendahuluinya (Puspita Martha, 2010:55).

Upacara panggih merupakan upacara pertemuan antara pengantin laki-laki

dengan pegantin perempuan yang diselenggarakan setelah ijab kabul atau akad

nikah di rumah pengantin perempuan. Pada upacara inilah kedua pengantin

bertemu secara resmi di depan tamu undangan dengan mengenakan pakaian

pengantin adat Jawa. Upacara panggih ini bukan hanya sekedar pertemuan

seremonial antara pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan, melainkan

suatu rangkaian acara yang penuh makna. Upacara panggih terdiri atas

rangkaian acara yang dilakukan secara berurutan dan menggunakan berbagai

perlengkapan yang menjadi simbol dalam upacara panggih. Baik acara yang

dilalui maupun perlengkapan yang digunakan pada saat prosesi upacara

panggih, semuanya memiliki makna tersendiri berupa pesan bagi kedua

pengantin mengenai kehidupan berumah tangga.

Upacara panggih yang merupakan salah satu bagian dari perkawinan adat

Jawa masih di dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu masyarakat Jawa yang

masih melaksanakan upacara panggih adalah masyarakat Jawa di Kampung

Sri Bawono. Kampung Sri Bawono adalah salah satu kampung yang ada di

Provinsi Lampung, tepatnya terletak di Kecamatan Way Seputih, Kabupaten

Lampung Tengah dengan mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Tidak semua

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

4

masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono melaksanakan upacara panggih

dalam menggelar perkawinan, karena dalam kenyataannya untuk dapat

menyelenggarakan upacara panggih dibutuhkan biaya yang cukup banyak,

walaupun demikian, banyak di antara mereka yang masih melaksanakan

upacara panggih ketika mengadakan perkawinan.

Pelaksanaan upacara panggih di suatu daerah dengan daerah lainnya bisa saja

berbeda. Upacara panggih ini diadakaan menurut adat yang berlaku di daerah

setempat (Depdikbud, 1976/1977:197). Pelaksanaan upacara panggih di

Kampung Sri Bawono terdiri atas acara tukar kembar mayang, balangan

suruh, wiji dadi, sinduran, kacar-kucur, dan dhahar kembul dan sungkeman.

Prosesi upacara panggih umumnya diserahkan kepada seorang juru panggih

karena untuk dapat menyiapkan serta memandu jalannya upacara panggih

harus dilakukan oleh seseorang yang memang memahami upacara tersebut.

Juru panggih biasanya akan berpuasa dan memanjatkan doa beberapa hari

sebelum pelaksanaan upacara panggih berlangsung. Selain kedua pengantin

dan juru panggih, kedua orang tua pengantin juga memiliki peran di dalam

pelaksanaan upacara panggih. Namun upacara panggih yang dilaksanakan di

Kampung Sri Bawono dapat terselenggara bukan hanya karena adanya orang

yang memang memiliki peran seperti kedua pengantin, orang tua pengantin

dan juru panggih saja, tetapi juga karena adanya partisipasi dari masyarakat

sekitar. Menurut Huneryear dan Cohen (dalam Dwiningrum, 2015: 51)

partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional individu dalam suatu

kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap tujuan

kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka. Partisipasi terjadi

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

5

karena adanya keterlibatan seseorang yang memberikan sumbangan atau

kontribusi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keterlibatan yang dilakukan

oleh seseorang bisa berbeda-beda karena setiap orang memiliki pemikiran

serta kemampuan yang tidak sama. Keterlibatan yang dilakukan seseorang

dalam upacara panggih ini adalah berdasarkan kesadaran diri sendiri untuk

turut melibatkan diri dalam upacara panggih tersebut. Partisipasi seseorang

dalam suatu aktivitas menurut Keith Davis (dalam Sastropoetro, 1986: 16) ada

6 bentuk yaitu: 1. Pikiran, 2. Tenaga, 3. Pikiran dan tenaga, 4. Keahlian, 5.

Barang, 6. Uang.

Partisipasi yang dilakukan masyarakat pada upacara panggih di Kampung Sri

Bawono terlihat dalam partisipasi bentuk tenaga, keahlian, barang, dan uang

yang diwujudkan dengan melakukan beberapa kegiatan pada saat sebelum

pelaksanaan upacara panggih, saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan.

Partisipasi yang dilakukan masyarakat sekitar pada saat sebelum pelaksanaan

yaitu dengan memberikan sejumlah uang kepada pihak yang akan

menyelenggarakan upacara panggih, memberikan barang atau perlengkapan

yang dibutuhkan untuk upacara panggih, dan dengan keahlian membantu juru

panggih membuat kembar mayang. Partisipasi yang dilakukan saat

pelaksanaan upacara upacara panggih yaitu membawakan kembar mayang

pengantin dan membawakan perlengkapan yang lainnya serta membacakan

solawat untuk mengiringi pelaksanaan upacara panggih tersebut. Pada saat

setelah pelaksanaan upacara panggih, partisipasi yang dilakukan masyarakat

adalah membereskan segala perlengkapan yang telah selesai digunakan pada

upacara panggih.

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

6

Thomas (dalam Dwiningrum 2015:56) menjelaskan bahwa tindakan

seseorang selalu di dahului oleh suatu tahapan penilaian dan pertimbangan

untuk memperoleh makna atas objek tindakan. Dari penjelasan tersebut, jika

seseorang berpartisipasi pada suatu hal maka ia telah melakukan penilaian dan

pertimbangan terhadap hal tersebut. Seseorang dalam melakukan suatu

tindakan akan didasari oleh motif tertentu. Menurut Ahmadi (2009:182) motif

manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya

yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Kegiatan yang biasa

dilakukan manusia sehari-hari tidak lepas dari adanya motif. Semua tingkah

laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Dengan begitu partisipasi

yang dilakukan masyarakat Jawa pada upacara panggih terjadi karena adanya

motif yang mendasarinya. Seseorang memiliki alasan-alasan tertentu mengapa

ia melibatkan diri dan turut berpartisipasi pada upacara panggih tersebut.

Motif yang menjadi alasan mengapa masyarakat Jawa di Kampung Sri

Bawono turut berpartisipasi pada upacara panggih tentunya bervariasi karena

setiap individu memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak selalu sama.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian

untuk mengetahui partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih

perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah.

1.2. Analisis Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah :

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

Page 23: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

7

1. Motif partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat

Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten

Lampung Tengah

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam upacara panggih perkawinan adat

Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten

Lampung Tengah

1.2.2. Pembatasan Masalah :

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah

di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti dibatasi pada

motif partisipasi masyarakat pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di

Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah

1.2.3. Rumusan Masalah :

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apa sajakah motif dari partisipasi yang dilakukan masyarakat pada

upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan

Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah?”

1.3. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Ruang Lingkup Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif partisipasi

masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

Page 24: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

8

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang

membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain:

1.3.2.1. Secara Teoritis

Secara Teoritis Penelitian ini berguna untuk mengetahui konsep-konsep yang

terkait dengan permasalahan, ilmu pengetahuan tentang antropologi budaya

khususnya mengenai partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih

perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah.

1.3.2.2. Secara Praktis

a. Bagi Pembaca

Menambah wawasan umum dan sebagai bahan informasi kepada peminat

kebudayaan yang ingin mengetahui tentang partisipasi masyarakat Jawa

pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono

Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

b. Bagi Peneliti

Peneliti turut serta dalam melestarikan adat budaya Jawa dan bisa lebih

memahami tentang partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih

perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 25: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

9

1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Subjek Penelitian : Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat

Jawa Kampung Sri Bawono Kecamatan Way

Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

b. Objek Penelitian : Objek dalam penelitian ini adalah partisipasi

masyarakat Jawa pada upacara panggih

perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono

Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung

Tengah.

c. Tempat Penelitian : Tempat penelitian ini adalah di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten

Lampung Tengah

d. Waktu Penelitian : Peneltiian ini dilakukan pada tahun 2019.

e. Disiplin Ilmu : Penelitian ini menggunakan disiplin ilmu

Antropologi Budaya.

Page 26: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

10

REFERENSI

Maran, Rafael Raga.2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif IlmuBudaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 2.

Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Hlm. 13.

Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak. Hlm. 1.

Bayuadhy, Gesta. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Jakarta:Dipta. Hlm. 5

Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hlm. 157.

Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator. Hlm. 1.

Depdikbud, Op.cit., Hlm. 186.

Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 55.

Depdikbud, Op.cit., Hlm. 197.

Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar. Hlm. 51.

Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Hlm. 16.

Dwiningrum, Op.cit., Hlm. 56

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 182.

Page 27: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Hal-hal yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka diantaranya adalah:

2.1.1. Konsep Partisipasi

Partisipasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keterlibatan warga komunitas dalam lingkungannya (Remiswal, 2013:29).

Menurut Yuliandri (2015:8) partisipasi dapat dipahami sebagai keterlibatan

masyarakat dalam sebuah kegiatan yang dilatarbelakangi oleh sebuah

kesadaran untuk terlibat, bukan atas dasar paksaan atau alasan lain yang

menafikan aspek kesukarelaan untuk terlibat. Berdasarkan pemaparan

tersebut maka motivasi menentukan partisipasi.

Menurut Davis dan Newstorm (dalam Remiswal, 2013:29) partisipasi adalah

keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang

mendorong mereka memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan

berbagai tanggung jawab untuk mencapainya. Dwiningrum (2015:50)

menyatakan partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari

seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk

menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut

bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Huneryear dan Cohen (dalam

Page 28: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

12

Dwiningrum, 2015:51) menjelaskan partisipasi adalah sebagai keterlibatan

mental dan emosional individu dalam suatu kelompok yang mendorongnya

memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung

jawab bersama mereka.

Menurut Damsar (2016:229) partisipasi dilihat berdasarkan atas basis derajat

keterlibatan, dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu partisipasi aktif dan

partisipasi pasif. Derajat keterlibatan partisipasi dapat dibuat dalam suatu garis

kontinum di mana pada satu kutub titik kontinum adalah partisipasi aktif,

sedangkan pada kitub kontinum lainnya adalah partisipasi pasif. Pada kutub

eksterem kontinum partisipasi aktif, seseorang turut serta dalam semua proses

kegiatan yang ada dengan memberikan kontribusi sesuai dengan kapabilitas,

kapital, dan kompetensi yang dimiliki. Adapaun pada kutub ekstrem kontinum

partisipasi pasif, seseorang turut serta dalam suatu aktivitas secara sangat

minim, misalnya hanya hadir tanpa memberi kontribusi apapun.

Menurut Effendi (dalam Dwiningrum, 20015:58) partisipasi terbagi atas

partisipasi vertikal dan horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena dalam

bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam

suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai

status bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal,

masyarakat mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok

masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan lainnya.

Menurut Subyantoro dan FX. Suwarto (2007:86) Partisipasi adalahkeikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh suatupihak (kelompok, organisasi, pemerintah, dan sebagainya), dimanakeikutsertaannya itu diwujudkan dalam bentuk pencurahan tenaga,

Page 29: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

13

pikiran atau dana (material). Dari batasan tersebut, kiranya telahtergambar tentang dimensi partisipasi itu, yakni:

1. Jika seseorang mencurahkan tenaganya dalam suatu kegiatan daripihak lain

2. Jika seseorang mencurahkan pikirannya untuk suatu kegiatan daripihak lain

3. Jika seseorang menyumbangkan dana / materi untuk kepentingankegiatan

Menurut Keith Davis dalam Santoso Sastropoetro (1986:16) partisipasi

masyarakat dapat berupa:

1. Pikiran, merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat,buah pikiran, baik untuk menyusun, memperlancar dan mewujudkankegiatan yang diikutinya.

2. Tenaga, adalah partisipsi yang diberikan dalam bentuk tenaga untukmelaksanakan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatuprogram

3. Pikiran dan Tenaga, merupakan partisipasi dengan menyumbangkanide serta tenaga dalam mencapai tujuan

4. Keahlian, yaitu partisipasi yang dilakukan dengan menggunakanketerampilan yang dimilikinya untuk anggota masyarakat lain yangmembutuhkan.

5. Barang, merupakan partisipasi yang dilakukan dengan suatu baranguntuk membantu guna mencapai hasil yang diinginkan

6. Uang, merupakan partisipasi dimana partisipasi tersebutmenggunakan uang sebagai alat guna mencapai sesuatu yangdiinginkan.

Menurut Isbandi dalam Deviyanti (2013:3) menyatakan ada beberapa bentuk

partisipasi antara lain:

a. Partisipasi dalam bentuk tenaga adalah adalah partisipasi masyarakatyang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usahayang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

b. Partisipasi dalam bentuk uang adalah bentuk partisipasi masyarakatyang diberikan untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaiansuatu program.

c. Partisipasi dalam bentuk harta benda adalah partisipasi masyarakatyang diberikan dalam bentuk menyumbang harta benda biasanyaberupa alat-alat atau perkakas.

Menurut Yuliandri (2015:56) seseorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu

yang mana dalam hal ini dikonotasikan sebagai suatu perwujudan perilaku

Page 30: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

14

seseorang terhadap suatu objek kegiatan. Ditegaskan Blumer bahwa respon

actor baik secara langsung maupun tidak langsung selalu didasarkan atas

penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan. Diperjelas oleh Thomas

bahwa tindakan seseorang selalu didahului oleh suatu tahapan penilaian dan

pertimbangan untuk memperoleh makna atas objek tindakan.

Berdasarkan pemaparan di atas, partisipasi dapat dikatakan sebagai

keterlibatan seseorang dalam situasi kelompok untuk memberikan sumbangan

dalam suatu kegiatan meliputi pikiran, tenaga, pikiran dan tenaga, keahlain,

barang, dan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Partisipasi yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keterlibatan seseorang dalam

upacara panggih pada perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono

Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

2.1.2. Konsep Masyarakat Jawa

Istilah yang lazim digunakan untuk menyebut kesatuan hidup manusia dalah

masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”,

atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2009: 116).

Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup

bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena

hubungan dari anggotanya (Taneko, 1993:11). Menurut Soekanto (1995: 187)

masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

Sadily (1984:47) menjelaskan masyarakat adalah golongan besar atau kecil

terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian

secara sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu

sama lain.

Page 31: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

15

Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. Mereka hidupdan tinggal di pulau Jawa, Khususnya di Jawa Tengah, dan Jawa Timur.Akan tetapi mereka juga hidup dan tersebar di ke seluruh kepulauanIndonesia ini. Entah sebagai transmigran, entah sebagai pejabat dalampemerintahan maupun dalam perusahaaan swasta, entah pula karenaalasan lain yang lebih bersifat pribadi. Orang Jawa sendiri membedakandua golongan sosial, yaitu wong cilik atau orang kecil yang terdiri darisebagian massa petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota.Golongan kedua adalah kaum priyayi, di mana termasuk para pegawaidan golongan intelektual. Kecuali itu, masih ada kelompok ketiga yangjumlanya kecil tetapi mempunyai prestise tinggi, yaitu kaum priyayitinggi atau ningrat. Di samping lapisan lapisan sosial ekonomis itu,masih dibedakan pula dua kelompok atas dasar keagamaan yangmeskipun secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda carapenghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi JawaPra Islam dan disebut Jawa Kejawen. Dalam kepustakaan kelompok inidisebut abangan. Golongan kedua, adalah golongan orang-orang Jawaberagama Islam yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam,disebut golongan santri. Namun apa pun golongannya, mereka semuaadalah orang Jawa dengan ciri-ciri khasnya yang tercermin dalam sikapmereka menghadapi berbagai macam segi kehidupan ini (Sardjono,1995:13-14).

Masyarakat Jawa atau suku bangsa Jawa adalah mereka yang tinggal di bagian

selatan atau timur Pulau Jawa atau mereka yang menggunakan bahasa ibu

dengan bahasa Jawa (Ariani dkk, 2002:1). Bahasa Jawa dalam arti yang

sebenarnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang disebut orang

Jawa adalah orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa yang sebenarnya

itu. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian tengah dan timur Pulau

Jawa yang berbahasa Jawa (Suseno, 2003:11).

Berdasarkan pemaparan di atas masyarakat Jawa adalah sekelompok orang

yang bersuku Jawa dan berasal dari Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah dan

Jawa Timur serta meggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dalam

kehidupannya.

Page 32: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

16

Salah satu masyarakat Jawa adalah masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono

Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah yang masih

menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari dan masih

melaksanakan upacara-upacara tradisonal diantaranya upacara panggih yang

menjadi subjek dalam penelitian ini.

2.1.3. Konsep Upacara Panggih

Upacara adalah suatu kegiatan yang dimaksudkannya untuk memperingati

suatu peristiwa (Depdikbud, 1990:90). Dapat dikatakan upacara adalah

kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memperingati

peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat tertentu berdasarkan pada

adat dan aturan yang berlaku.

Panggih dalam Bahasa Jawa berarti bertemu (Puspita Marta, 2010:55).

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gardjito (2010: 73) panggih dalam

Bahasa Jawa berarti bertemu.

Upacara panggih juga disebut upacara dhaup atau temu, yaitu upacara tradisi

pertemuan antara pengantin pria dan wanita. Acara panggih dilaksanakan

setelah ijab atau akad nikah (bagi pemeluk Agama Islam) atau sakramen

pernikahan/pemberkatan nikah atau misa bagi pemeluk Agama Nasrani

(Kristen dan Khatolik). Acara tersebut dilaksanakan secara berurutan dan

tidak boleh dibalik. Upacara panggih merupakan upacara puncak bagi tradisi

perkawinan Jawa dan penuh kehormatan (Pringgawidagda, 2010:189).

Menurut Hadikusuma (2003:136) upacara temu kedua mempelai dilanjutkan

disebut upacara panggih.

Page 33: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

17

Menurut Riefky (2012:35) rangkaian acara yang mewarnai upacara panggih

ini meliputi:

1. Penyerahan sanggan yang lazim disebut tebusan2. Keluarnya mempelai wanita dari kamar pengantin yang di dahului

kembar mayang3. Lempar sirih atau balang-balangan suruh4. Wijikan dan memacah telur5. Berjalan dan bergandengan kelingking menuju pelaminan6. Kacar-kucur atau tampa kaya7. Dhahar klimah8. Penjemputan mempelai pria atau besan9. Sungkeman

Secara ringkas menurut M. Hariwijaya (2004:155-170) rangkaian dalam

upacara panggih adalah sebagai berikut:

1. Asrah sanggan dan kembar mayang2. Buncalan gantal3. Ngidak tigan dan wijik sekar setaman4. Sinduran dan kacar kucur5. Pangkon timbang dan dhahar saklimah6. Ngunjuk rujak degan dan tilik pitik7. Sungkeman

Upacara panggih bertujuan: a) untuk memperoleh pengukuhan secara adat atas

perjodohan dua insan yang sudah terikat tali pernikahan; b) untuk

memperkenalkan kepada khalayak (masyarakat) tentang terjadinya

perkawinan sekaligus mendapatkan doa restu pada sesepuh dan semua tamu

yang hadir (Pringgawidagda, 2010:190).

Berdasarkan pemaparan tersebut, yang dimaksud dengan upacara panggih

adalah upacara pertemuan antara pengantin putra dengan pengantin putri

setelah ijab kobul atau akad nikah yang diselenggarakan di rumah pengantin

putri untuk memperoleh pengukuhan secara adat bagi kedua pengantin atas

terjadinya ikatan perkawinan dan memperoleh doa restu.

Page 34: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

18

2.1.4. Konsep Perkawinan Adat Jawa

Perkawinan merupakan sebuah upacara penyatuan dua jiwa, menjadi sebuah

keluarga melalui akad perjanjian yang diatur oleh agama (Hariwijaya, 2008:

1). Perkawinan atau pernikahan adalah sesuatu hal yang skaral. Kawin atau

nikah adalah merupakan perjanjian luhur antara laki-laki dan perempuan untuk

menjadi suami istri secara resmi, yang sah dihadapan Tuhan dan sah di

hadapan hukum sosial, dengan segala kewajiban dan tanggung jawabnya di

hadapan keduanya (Herusatoto, 2009:71).

Adat perkawinan ialah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu

masyarakat untuk mengatur maslah-masalah yang berhubungan dengan

perkawinan (Depdikbud, 1978/1979:9). Masyarakat Jawa dalam

menyelenggarakan perkawinan terdiri atas tahapan kegiatan.

Kegiatan-kegiatan yang mematangkan agar terjadi suatu perkawinan,disebut upacara sebelum perkawinan, dan kegiatan-kegiatan untukmelaksanakan perkawinan disebut upacara pelaksanaan perkawinan,sedangkan kegiatan-kegiatan untuk memantapkan suatu perkawinandisebut upacara sesudah perkawinan. Setiap upacara baik sebelum,pelaksanaan, maupun sesudah perkawinan akan mengandung unsur-unsur: tujuan, tempat, waktu, alat-alat, pelaksana dan jalannya upacara(Depdikbud, 1978/1979:10).

Perkawinan adat Jawa diselenggarakan dengan berbagai macam upacara.

Dalam pelaksanaan upacara perkawinan berbagi unsur adat Jawa saling

bertemu, diantaranya unsur religi (Depdikbud, 1976/1977:186-187). Upacara

perkawinan merupakan upacara yang sangat penting bagi orang Jawa. Upacara

ini bukan sekedar pesta, tetapi melewati serangkaian acara yang rumit. Agar

upacara berjalan mulus dan maksudnya dapat tercapai orang Jawa memberi

Page 35: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

19

sesaji kepada kekuatan tidak tampak yang ada di sekitar mereka (Suyono,

2012:134).

Berdasarkan pemaparan di atas, perkawinan adat Jawa adalah penyatuan dua

jiwa antara laki-laki dan perempuan sebagai sepasang suami istri melalui

sebuah perjanjian sakral yang dalam penyelenggaraannya dilakukan dengan

rangkaian upacara adat Jawa.

2.1.5. Konsep Motif

Menurut Ahmadi (2009:181) Motif merupakan suatu pengertian yang

melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam

diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku

manusia pada hakekatnya memiliki motif. (Walgito, 2010:240) menyatakan

bahwa hewan maupun manusia dalam bertindak selain ditentukan oleh faktor

luar juga ditentukan oleh faktor dalam, yaitu berupa kekuatan yang datang dari

organisme yang bersangkutan yang menjadi pendorong dalam tindakannya.

Dorongan yang datang dari dalam itu yang disebut motif. Motif berasal dari

Bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau to move, karena itu motif

diartikan sebagai kekuatan yang yang terdapat dalam diri organism yang

mendorong untuk berbuat atau driving force.

Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak

yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif memberi

tujuan dan arah tingkah laku. Perilaku yang sama belum tentu dilatarbelakangi

oleh motif yang sama, sebaliknya motif yang sama belum tentu menghasilkan

perilaku yang sama (Ahmadi, 2009:182-183). Menurut Heckhausen dalam

Page 36: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

20

Ahmadi (2019:178) menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang

menunjukan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan

orang lain.

Ngalim Purwanto (2010:70-71) berpendapat, bahwa setiap motif itubertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuanitu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itusangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Guna atau fungsidari motif-motif itu adalah:

1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif ituberfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikanenergi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif itu menentukan arah perbuatan yakni ke arah perwujudan suatutujuan atau cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan -perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapaitujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaatbagi tujuan itu.

Motif atau driving state dapat timbul karena stimulus internal, stimulus

eksternal taupun interaksi antar keduanya. Mengenai motif ada beberapa teori

yang memberi gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulus internal

dan eksternal. Teori tersebut adalah 1. Teori insting (insthinct theory); 2. Teori

dorongan (drive theory); 3. Teori insentif (incentive theory); 4. Teori atribusi

(atribusi theory); 5. Teori kognitif. Teori tersebut berkaitan dengan teori –teori

perilaku. Karena perilaku di dorong oleh motf-motif tertentu, sehingga dengan

demikian teori motif sejalan dengan teori perilaku (Walgito, 2010:243-244)

Ada bermacam-macam motif, namun para ahli sependapat bahwa ada motif

yang berkaitan dengan kelangsungan hidup organism, yaitu disebut sebagai

motif biologis atau sebagai kebutuan fisiologis.

Page 37: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

21

Gardner dkk dalam Ahmadi (2009:182) mengklasifikasikan motif dalam dua

hal yaitu :

1. Drive (need) adalah yang mendorong untuk bertindak. Drive yangmerupakan proses organik internal disebut drive primer atau driveyang tidak dipelajari. Drive primer misalnya lapar, drive yangdiperoleh melalui belajar misalnya persaingan. Seperti kita lihatsehari-hari banyak motif melibatkan keduanya baik komponen yangdipelajari maupun yang tidak dipelajari.

2. Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berada di dalamlingkungan sekitar kita yang merangsang tingkah laku . inceintive inimerupakan penyebab individu untuk bertindak.

Antara drive dan incentive pada dasarnya merupakan dua dari sisi mata uang

logam. Penguat (reinforce) yang digunakan untuk timbulnya drives pada

seseorang adalah incentives. Incentives ini akan berpengaruh terhadap

semangat seseorang untuk bertindak. Incentive ini dapat positif dapat pula

negatif. Incentives yang positif adalah hadiah atau ganjaran, incentives yang

negatif adalah hukuman (Ahmadi, 2009 :183-184).

Mc Clelland dalam Walgito (2010 :248) berpendapat bahwa motif sosialitu dapat dibedakan dalam: 1. Motif berprestasi (achievementmotivation) atau juga disebut need for achievement; 2. Motif berfiliasiatau juga disebut kebutuhan berafiliasi (need for affiliation); 3. Motifberkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power)

a. Kebutuhan akan prestasiKebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motif sosial yangdipelajari secara mendetail. Orang yang mempunyai kebutuhan iniakan meningkatkan performance, dengan demikian akan terlihatprestasinya. Orang yang mempunyai n-achievement tinggi akanmempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkandenga orang yang mempunyi n-achievement rendah.

b. Kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lainAfiliasi menunjukan bahwa seseorag mempunyai kebutuhanberhubungan dengan orang lain. orang yang kuat akan kebutuhanafiliasi akan sesalu mencari teman dan juga mempertahankan akanhubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut.

c. Kebutuhan akan kekuasaan

Page 38: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

22

Kebutuhan akan power ini timbul dan berkembang dalam interaksisosial. Orang yang mempunyai power need tinggi akan mengadakankontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain, dan inimerupakan salah satu indikasi atau manifestasi dari power needtersebut.

Berdasarkan teori kebutuhan dari Murray, Murray mengemukakankebutuhan-kebutuhan atau yang biasa di sebut dengan motif-motifsebagai berikut:

a. Merendah atau merendahkan diri (abasement)yaitu menerima celaanatau cercaan orang lain. Merendahkan diri dalam menghadapi oranglain, menerima hukuman bila melakukan kesalahan.

b. Berprestasi (achievement), yaitu motif yang berkaitan dengan untukmemperoleh prestasi yang baik, memecahkan masalah-masalah yangdi hadapi, mengerjakan tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik-baiknya.

c. Afiliasi (affiliation), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitandengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

d. Agresi (aggression), yaitu motif yang berkaitan dengan sikapagresivitas, melukai orang lain, berkelahi, menyerang orang lain.

e. Otonomi (autonomy), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitandengan kebebasan, bebas dalam menyatakan pendapat, ataupunberbuat, tidak menggantungkan kepada orang lain, mencarikemandirian.

f. Counteraction, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha untukmengatasi kegagalan-kegagalan, mengadakan tindakan sebagaicounternya.

g. Pertahanan (defendence), yaitu motif yang berkaitan denganpertahanan diri.

h. Hormat (deference), yaitu motif yang berhubungan dengan rasahormat, berbuat seperti apa yang diharapkan orang lain.

i. Dominasi (dominance), yaitu motif yang berhubungan dengan sikapmenguasai orang lain, menjadi pemimpin, membantah pendapatorang lain, ingin mendominasi orang lain.

j. Ekshibisi atau pamer (exhibition), yaitu motif yang berkaitan denganekshibisi atau pamer, menonjolkan diri supaya dilihat orang lain,ingin menjadi pusat perhatian.

k. Penolakan kersuakan (harmavoidance), yaitu motif berusahamenolak hal-hal yang merugikan, yang menyakitkan badan, menolakrasa sakit, menolak hal-hal yang merugikan dalam hal kejasmanian,menghindari hal-hal yang membahayakan.

l. Infavoidance, yaitu motif yang berkaitan dengan usah menghindarihal-hal yang memalukan, hal-hal yang membawa kegagalan.

m. Memberi bantuan (nurturance), yaitu motif yang berkaitan denganmemberi bantuan atau menolong kawan atau orang lain,memperlakukan orang lain dengan baik, kasih sayang kepada oranglain.

Page 39: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

23

n. Teratur (order), yaitu motif untuk keteraturan, kerapian, menunjukanketeraturan dalam segala hal.

o. Bermain (play), yaitu motif yang berkaitan dengan bermain, relek,kesenangan, melawak, menghindari hal-hal yang menegangkan.

p. Menolak (rejection), yaitu motif untuk menolak pihak lain, oranglain, mengangap sepi orang lain.

q. Sentience, yaitu motif untuk mencari kesenangan terhadap impresiyang melalui alat indera (sensuous impression).

r. Seks (sex), yaitu motif yang berkaitan dengan kegiatan sexual.s. Bantuan atau pertolongan (succorance), yaitu motif yang berkaitan

untuk memperoleh simpati atau bantuan orang lain, untukbergantung pada pihak lain.

t. Mengerti (understanding), yaitu motif untuk menganalisispengalaman, untk memilah konsep-konsep, mensintesiskanide-ide,menemukan hubungan satu dengan yang lain. (Murray dalamWalgito, 2010: 251-253)

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dikatakan motif adalah suatu

dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menjadi penggerak

seseorang tersebut untuk berperilaku. Jadi, yang dimaksud motif dalam

penelitian ini adalah alasan yang menjadi pendorong masyarakat Jawa

berpartisipasi pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

2.2. Kerangka Pikir

Upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa merupakan puncak acara dari

serangkaian upacara adat yang mendahuluinya Upacara ini bukan hanya

sekedar pertemuan seremonial antara pengantin putra dengan pengantin putri,

melainkan suatu rangkaian acara yang penuh makna.

Upacara panggih yang merupakan salah satu bagian dari perkawinan adat

Jawa masih di dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu masyarakat Jawa yang

masih melaksanakan upacara panggih adalah masyarakat Jawa di Kampung

Page 40: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

24

Sri Bawono. Meskipun upacara panggih diselenggarakan oleh orang yang

menikahkan anaknya namun terdapat partisipasi dari masyarakat sekitar

didalamnya. Prosesi upacara panggih dapat terselenggara karena dipandu oleh

seorang juru panggih serta adanya partisipasi dari masyarakat sekitar.

Partisipasi yang dilakukan seseorang dapat berbeda-beda karna setiap orang

memiliki kemampuan dan pemikiran yang berbeda-beda. Semua tindakan

manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Dengan begitu partisipasi yang

dilakukan masyarakat Jawa pada upacara panggih terjadi karena adanya motif

yang mendasarinya.

2.3. Paradigma

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah motif partisipasi masyarakat Jawa

pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono

Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Kerangka pemikiran

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

: Garis hubungan

Partisipasi

MasyarakatMotif

Page 41: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

25

REFERENSI

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 29.

Yuliandri. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Penentuan Arah KebijakanPrioritas Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta: BadanPembinaan Hukum Nasional dan Hak Asasi Manusia RI. Hlm. 8.

Remiswal, Op.cit., Hlm. 29.

Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar. Hlm. 50.

Ibid., Hlm. 51.

Damsar dan Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana.Hlm 229.

Dwiningrum, Op.cit., Hlm. 58.

Subyantoro,Arif dan FX. Suwarto.2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.Yogyakarta: Andi. Hlm. 86.

Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. Hal. 16.

Deviyanti, Dea. 2013. Studi tentang partisipasi Mayarakat dalam Pembangunandi Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. FISIPUniversitas Mulawarman. Hlm. 3.

Yuliandri. Op.cit., Hlm. 56.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Hlm. 116.

Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pegantar Sosiologipembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm. 11.

Page 42: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

26

Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. Hlm. 187.

Sadily, Hassan. 1989.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara. Hlm. 47.

Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Hlm. 13-14.

Ariani, Christriyati dkk. 2002. Tata Krama Suku Bangsa Jawa di KabupatenSleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BadanPengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Hlm. 1.

Suseno, Frans Magis. 2003. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentangKebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 11.

Depdikbud. 1990. Upacara Tradsional Daerah Lampung. Telukbetung. Hlm.90.

Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 55.

Gardjito, Murdijati. 2010. Serba-serbi Tumpeng : Tumpeng Dalam KehidupanMasyarakat Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 73.

Pringgawidagda, Suwarna. 2010. Tata Upacara dan Wicara Pengantin GayaYogyakarta. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 187.

Riefky, Tienuk. dkk. 2012. Kasatrian ageng Selikuran & Kasatrian Ageng.Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 35.

Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator. Hlm. 155-170.

Pringgawidagda, Op.cit., Hlm. 190.

Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak. Hlm.71.

Depdikbud. 1978/1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah JawaTengah.Hlm. 9.

Ibid., Hlm.10.

Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Hlm 186-187.

Suyono, R. P. 2012. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.Hlm. 134.

Page 43: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

27

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 181.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Hlm. 240

Ahmadi, Abu. Op.cit., Hlm 182-183.

Ibid.,. Hlm 178.

Ngalim Purwanto. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.Hlm. 70-71.

Walgito, Bimo. Op.cit., Hlm. 243-244.

Ahmadi, Abu.Op.cit., Hlm. 182.

Ibid., Hlm. 183-184.

Walgito, Bimo. Op.cit., Hlm. 251-253.

Page 44: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

28

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode adalah hal yang penting bagi seorang peneliti

untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Metode merupakan cara

yang ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus

dan tujuan yang ditetapkan (Maryaeni, 2012:58). Usman dan Akbar (2011:41)

metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah sistematis. Pendapat lain dikemukakan oleh

Nawawi (1993:61) metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat tersebut, metode merupakan

cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan/melukiskan keadaan/ objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1993:63). Menurut

Hikmat (2011:4) metode deskriptif adalah adalah metode penelitian untuk

membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehandak

akumulasi data dasar. Pendapat lain dijelaskan Nazir (dalam Prastowo,

2016:186) yang menjelaskan metode deskriptif adalah suatu metode yang

Page 45: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

29

digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, metode deskriptif adalah metode yang

menggambarkan tentang suatu keadaan secara sistematis sesuai dengan fakta-

fakta yang ada sekarang. Metode deskriptif yang dimaksudkan penulis adalah

metode untuk menggambarkan partisipasi masyarakat Jawa pada upacara

panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way

Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi ini dipilih karena di lokasi tersebut

mayoritas penduduknya adalah masyarakat Jawa yang masih melaksanakan

upacara panggih dalam perkawinan adat Jawa, sehingga peneliti dapat melihat

fakta-fakta yang akan diteliti pada masyarakat tersebut dan memudahkan

peneliti dalam melakukan pengumpulan data penelitian.

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008;38).

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, atau dapat juga

Page 46: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

30

diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih

(Margono, 2007:133).

Berdasarkan pendapat tersebut, variabel penelitian merupakan suatu atribut

atau nilai yang ada pada seseorang, obyek atau kegiatan yang menjadi

perhatian peneliti untuk dipelajari dan kemudian diberikan kesimpulan.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni partisipasi

masyarakat Jawa pada upacara panggih perkawinan adat Jawa di Kampung Sri

Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

3.3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi opersional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

yang didefinisikan, dapat diamati dan diobservasi (Suryabrata, 1983: 83).

Definisi operasional merupakan gambaran konsep, fakta, maupun relasikontekstual atas konsep, fakta, dan relasi pokok yang berkaitan denganpenelitian yang akan digarap, yang terealisasikan dalam bentuk kata-katadan kalimat. Berdasarkan relasi tersebut peneliti diharapkan biasamemahami dan menentukan bentuk-bentuk operasi yang akan dilakukan.Apabila bentuk operasi itu secara esensial berkaitan dengan topik danmasalah penelitian maka definisi operasional biasanya mhanya merujukpada kata-kata atau terminologi yang terdapat dalam judul maupunrumusan masalah (Maryaeni, 2008:15).

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional

adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel (Singarimbun dan Effendi, 2006:46).

Definisi oprasional variabel merupakan suatu cara untuk mengukur variabel

berdasarkan karakteristik yang diamati untuk mempermudah peneliti

Page 47: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

31

melakukan observasi terhadap objek penelitian. Peneliti harus menggunakan

alat ukur yang sesuai dengan variabel yang diteliti. Definisi operasional dalam

penelitian ini adalah motif partisipasi masyarakat pada upacara panggih.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Poham (dalam Prastowo, 2016:208) Teknik pengumpulan data

adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di

lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah:

3.4.1. Teknik Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang

diwawancarai disebut interviewee (Usman dan Akbar, 2011:55). Pendapat lain

menyatakan wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa

pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan

ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam

suatu topik tertentu (Prastowo, 2016:212).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut wawancara berarti suatu cara untuk

melakukan pengambilan data melalui tanya jawab secara lisan dengan dua

orang atau lebih.

Menurut Sugiyono (2008:138) wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur.

Page 48: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

32

1. Wawancara terstrukturWawancara terstruktur sebagai teknik pengumpulan data, bilapeneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentanginformasi apa saja yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalammelakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkanpertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telahdisiapkan.

2. Wawancara tidak terstrukturWawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimanapeneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusunsecara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedomanwawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besarpermasalahan yang akan di tanyakan.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstuktur.

wawancara tersebut digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dari

informan tentang partisipasi masyarakat pada upacara panggih di Kampung

Sri Bawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah.

3.4.1.1. Informan

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang

dibutuhkan dalam penelitian (Prastowo, 2016:195). Moelong (dalam

Prastowo, 2016:196) menjelaskan ada lima persyaratan yang harus dimliki

oleh seseorang agar layak dijadikan informan yaitu:

1. Orang tersebut harus jujur dan bisa dipercaya.2. Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan.3. Orangya suka berbicara, bukan orang yang sukar berbicara apalagi

pendiam.4. Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang

bertikai dalam latar penelitian.5. Orangnya memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang

terjadi.

Berdasarkan persyaratan yang telah disebutkan di atas, peneliti menentukan

orang yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Juru panggih yang akan memberikan informasi terkait upacara panggih.

Page 49: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

33

2. Tokoh adat Kampung Sri Bawono

3. Warga Masyarakat yang meliputi : orang yang pernah melaksanakan

upacara panggih dan orang yang pernah berpartisipasi pada upacara

panggih.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang

mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2008:85).

Tahapan dalam menentukan sampel yaitu: menentukan sampel awal berupa

orang yang paling mengerti dengan masalah yang akan ditanyakan kemudian

memilih sampel lanjutan dan baru berhenti ketika data atau informasi yang

didapat sudah jenuh.

3.4.2. Teknik Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis tehadap gejala-

gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2011:52). Senada dengan hal tersebut,

observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2007:158).

Berdasarkan pendapat tersebut observasi berarti mengamati dan mencatat

gejala yang sedang diteliti secara sistematis.

Menurut Bungin (2011:166-174) secara ringkas macaam-macamobservasi adalah sebagai berikut:1.Observasi partisipatif adalah sebuah teknik pengumpulan data yang

mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan darimasyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan ataudipahami oleh para warga yang ditelitinya. Lebih lanjut partisipasiobservasi sebagai alat pengumpul data digolongkan menjadi:

Page 50: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

34

a. Partisipasi pasif yaitu dalam hal ini peneliti datang di tempatkegiatan orang yang diamati, tapi tidak ikut terlibat dalamkegiatan tersebut.

b. Partisipasi moderat yaitu terdapat keseimbangan antara penelitimenjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalammengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapakegiatan tapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif yaitu pada obserbvasi ini peneliti ikutmelakukan apa yang dilakukan oleh subjek penelitian, tapibelum sepenuhnya lengkap berbuat seperti yang dilakukan olehsubjek penelitian

d. Partisipasi lengkap yaitu dalam pengumpulan data penelitisudah terlibat sepenuhnya dengan apa yang dilakukan olehsubjek penelitian.

2. Observasi terus terang atau samar-samar yaitu peneliti dalammelakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepadasubjek penelitian sebagai sumber data, bahwa dia sebagai penelitisedangmelakukan penelitian.

3. Observasi tak berstruktur yaitu observasi dalam penelitian kualitatifdilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian yangbelum jelas.

4. Observasi terkendali adalah metode pengamatan terkendali adalahdimana para pelaku yang kan diamati oleh peneliti kualitatif diseleksidan kondisi yang ada dilokasi penelitian, pelaku diamati dandikendalikan oleh si peneliti.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasi pasif yaitu

peneliti datang ke tempat kegiatan orang diamati, tetapi tidak ikut terlibat

dalam kegiatan tersebut. Peneliti hanya datang dan melakukan pengamatan

untuk mendapatkan informasi terkait partisipasi yang dilakukan masyarakat

pada upacara panggih perkawinan adat Jawa.

3.4.3. Teknik Dokumentasi

Menurut Margono (2007:181) teknik dokumentasi atau studi dokumentasi

adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan

termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil yang dilakukan dengan

mempergunakan bahan-bahan tertulis sebagai atau hukum-hukum, dan lain-

Page 51: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

35

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Koestoro dan Basrowi

(2006:142) menegaskan metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data

yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan. Menurut Sugiyono (2008:240) dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monu-mentel dari seseorang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, teknik dukumentasi merupakan suatu cara

pengumpulan data melalui peninggalan seperti arsip, catatan-catatan atau

gambar yang berkaitan dengan penelitian. Teknik dokumentasi dalam

penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data berupa arsip yang berbentuk

monografi Kampung Sri Bawono. Selain monografi kampung peneliti juga

menggunakan foto.

Menurut Bungin (2011:205-207) dalam ilmu sosial, minat terhadap fotosebagai data hasil penelitian merupakan pengalaman yang relatif baru.Pemotretan orang atau latar sangat membantu peneliti untukmemperoleh gambar yang lebih jelas, bagaimana perilaku orang dalamdalam latar tertentu. Data yang dicetak dengan film itu memiliki fungsiuntuk melengkapi data yang diperoleh mlalui wawancara dan observasiatau bahkan sebagai sumber data utama dalam masalah tertentu terutamabila data itu tidak dapat atau sulit disampaikan melalui kata-kata.Tentang fotografi ini dapat dibedakan menjadi foto yang ditemukan danfoto yang dihasilkan oleh peneliti.

a. Foto temuan adalah foto yang telah ada di lokasi penelitian, yangdihasilkan oleh orang lain baik secara pribadi maupun secaralembaga.

b. Foto hasil peneliti adalah foto yang yang betul-betul dibuat olehpeneliti sendiri sewaktu berada di lokasi penelitian.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan foto hasil peneliti yaitu peneliti

mengambil gambar sendiri ketika sedang melakukan penelitian. Foto ini akan

digunakan sebagai data pelengkap dalam penelitian.

Page 52: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

36

3.5. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Effendi, 2006:263).

Nasution (dalam Usman dan Akbar, 2011:84) menyatakan analisis data ialah

proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.

Berdasarkan pendapat di atas teknik analisis data berarti suatu proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah ditafsirkan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif karena data yang

diperoleh tidak dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat dihitung dengan

rumus statistika melainkan data dinyatakan dalam bentuk perkataan.

Langkah-langkah alisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008:247).

Peneliti mereduksi data dengan memilih dan mengambil data penting yang

sesuai dengan fokus penelitian dan membuang data yang tidak diperlukan

sehingga data akan menjadi lebih jelas.

Page 53: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

37

3.5.2. Penyajian Data

Penelitian kualitatif dalam menyajikan data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya

(Sugiyono, 2008:249). Penyajian data bertujuan untuk mempermudah peneliti

dalam melihat data secara keseluruhan. Penyajian data akan memudahkan

peneliti dalam memahami data tersebut dan melakukan perencanaan kerja

selanjutnya. Penyajian data yang digunakan peneliti adalah bentuk uraian

untuk mendekripsikan hasil penelitian.

3.5.3. Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi

Sejak awal penelitian peneliti perlu mengerti tentang hal-hal yang di telitinya

dengan cara melakukan pencatatan, mencari arti, keteraturan pola, dan arah

sebab akibat sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan.

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga akan

diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan

adalah :

a. Mencari data-data yang relevan dengan penelitian dengan melakukan

wawancara dan pengamatan di lapangan.

b. Menyusun dan menyeleksi data yang telah diperoleh dari sumber di

lapangan

c. Setelah semua data diseleksi kemudian ditarik kesimpulan.

Page 54: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

38

REFERENSI

Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 58

Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. 2011. Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 41.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press. Hlm 61.

Ibid., Hlm. 63.

Hikmat, Mahi M. 2011.Metode Penelitian Dalam Perspektik Ilmu Komunikasidan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 4.

Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif RancanganPenelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hlm. 186.

Sugiyono. 2008. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta. Hlm. 38.

Margono, S. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Hlm. 133.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali. Hlm. 83.

Maryaeni. Op.cit., Hlm. 15.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode penelitian survai.Jakarta:LP3S. Hlm.46.

Prastowo, Op.cit., Hlm. 208.

Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. Op.cit., Hlm. 55.

Prastowo, Andi. Op.cit., Hlm. 212.

Sugiyono. Op.cit. Hlm. 138.

Prastowo, Andi. Op.cit., Hlm. 195-196.

Page 55: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

39

Sugiyono.Op.cit., Hlm. 85.

Usman, Op.cit., Hlm 52.

Margono, S. Op.cit., Hlm. 158.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo.Hlm. 166-174.

Margono, S. Op.cit., Hlm. 181.

Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial danPendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana. Hlm. 142.

Sigiyono, Op.cit., Hlm. 240.

Bungin, Burhan. Op.cit., Hlm. 205-207.

Nasution, S. 1996.Metode Research. Jakarta: Bumi aksara. Hlm. 145.

Koenjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Hlm. 81.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Op.cit., Hlm. 263.

Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. Op.cit., Hlm 84.

Sugiyono. Op.cit., Hlm. 247.

Ibid., Hlm. 249.

Page 56: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

88

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa motif dari partisipasi masyarakat Jawa pada upacara panggih

perkawinan adat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah yaitu:

1. Menjaga tradisi

Dengan berpartisiasi pada upacara panggih masyarakat berharap upacara

panggih tetap akan dilaksanakan sesuai dengan yang telah diwariskan

dari para pendahulunya.

2. Membantu sesama

Orang Jawa pada dasarnya memiliki sifat suka membantu karena

memiliki prinsip hidup migunani yang artinya hidup itu haruslah

berguna.

3. Menjalin hubungan baik

Dengan saling berpartisipasi maka akan membuat pihak yang

menyelenggakan upacara panggih dengan orang yang berpartisipasi di

dalamnya bisa memiliki hubungan yang lebih dekat dari sebelumnya

Page 57: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

89

sehingga kedekatan dan harmonisasi antar kerabat ataupun tetangga

dapat terjaga.

4. Menghindari sanksi sosial

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk berpartisipasi pada upacara

panggih namun tidak mau berpartisipasi bisa saja memperoleh sanksi

sosial dari masyarakat berupa pemberian julukan atau labeling.

Meskipun sanksi tersebut secara fisik tidak melukai namun secara mental

akan cukup membebani dan menimbulkan rasa malu.

5. Memperloleh balasan

Masyarakat yang berpartisipasi pada upacara panggih merasa yakin jika

nanti saat dirinya menyelenggarakan upacara panggih akan dibantu oleh

orang yang saat ini ia bantu.

5.2. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Partisipasi

Masyarakat Jawa pada Upacara Panggih Perkawinan Adat Jawa Kampung Sri

Bawono, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, ada

beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:

1. Untuk masyarakat Jawa di Kampung Sri Bawono Kecamatan Way

Seputih Kabupaten Lampung Tengah yang saat ini masih menjalankan

upacara panggih hendaknya terus melestarikan upacara panggih

sehingga dapat dijadikan sebagai identitas keberadaan masyarakat Jawa

di daerah tersebut.

Page 58: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

90

2. Hendaknya masyarakat dalam menyelenggarakan upacara panggih dapat

saling berpartisipasi agar tercipta hubungan yang dekat antar warga

masyarakat.

3. Untuk generasi muda diharapkan agar dapat mewarisi dan mengerti arti

penting upacara panggih bagi masyarakat Jawa serta selalu menjaga

kesucian diri sehingga dapat melaksanakan upacara panggih.

Page 59: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

91

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariani, Christriyati dkk. 2002. Tata Krama Suku Bangsa Jawa di KabupatenSleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BadanPengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.

Bayuadhy, Gesta. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Jakarta:Dipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.

Damsar dan Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana.

Depdikbud. 1976/1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta

Depdikbud. 1978/1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Tengah.

Depdikbud. 1990. Upacara Tradsional Daerah Lampung. Telukbetung.

Deviyanti, Dea. 2013. Studi tentang partisipasi Mayarakat dalam Pembangunandi Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. FISIPUniversitas Mulawarman.

Dwiningrum, Siti Irene A. 2015. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakatdalam Pendidika: Suatu Kajian Teoritisdan Empirik. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Gardjito, Murdijati. 2010. Serba-serbi Tumpeng : Tumpeng Dalam KehidupanMasyarakat Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadikusuma, Hilman,. 2003. Hukum Perkawinan Adat dengan Adat Istiadat danUpacara Adatnya. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hariwijaya, M. 2008. Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta: Hanggar Kreator.

Herusatoto, Budiono. 2009. Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa. Yogyakarta:Ombak.

Page 60: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

92

Hikmat, Mahi M. 2011.Metode Penelitian Dalam Perspektik Ilmu Komunikasidan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Koentjaraningrat. 2009. Pengatar Ilmu Antropologi . Jakarta : Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia.

Koestoro, Budi dan H.M Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial danPendidikan. Surabaya: Yayasan Kompusiana.

Maran, Rafael Raga.2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif IlmuBudaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Margono, S. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Martha, Puspita. 2010. Pengantin Solo Basahan dan Solo Putri: Prosesi, TataRias dan Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. 1996.Metode Research. Jakarta: Bumi aksara

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Ngalim Purwanto. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif RancanganPenelitian. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Pringgawidagda, Suwarna. 2010. Tata Upacara dan Wicara Pengantin GayaYogyakarta. Yogyakarta: Kanisius.

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan KomunitasLokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Riefky, Tienuk. dkk. 2012. Kasatrian ageng Selikuran & Kasatrian Ageng.Yogyakarta: Kanisius.

Sadily, Hassan. 1989.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara.

Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa Menguak Falsafah Hidup Manusia JawaLewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Ilmudalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.

Page 61: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

93

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode penelitian survai.Jakarta:LP3S

Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Subyantoro,Arif dan FX. Suwarto.2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.Yogyakarta: Andi.

Sugiyono. 2008. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Suseno, Frans Magis. 2003. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentangKebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyono, R. P. 2012. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.

Taneko, Soleman B. 1993. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pegantar Sosiologipembangunan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Usman, Husnaini dan Purnomo S. Akbar. 2011. Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Yuliandri. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Penentuan Arah KebijakanPrioritas Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan. Jakarta: BadanPembinaan Hukum Nasional dan Hak Asasi Manusia RI.

Wawancara:

Kasim. 92 Tahun. Di Dusun Sri Rukun Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Jumat, 8 Februari 2019. Pukul 13.00WIB.

Pardi. 56 Tahun. Di Dusun Sri Santoso Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Minggu, 10 Februari 2019. Pukul08.00 WIB.

Mesinah. 57 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul08.00 WIB.

Page 62: PARTISIPASI MASYARAKAT JAWA PADA UPACARA PANGGIH ...digilib.unila.ac.id/59999/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · masyarakat pada upacara panggih dilakukan dengan melakukan beberapa

94

Sujito. 49 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul 10.30WIB

Katimah. 46 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul13.00 WIB.

Lestari, Dwi. 24 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Senin, 11 Februari 2019. Pukul15.30 WIB.

Niryanti, Ribut. 34 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri BawonoKecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Selasa, 12 Februari2019. Pukul 10.00 WIB.

Andre. 17 Tahun. Di Dusun Sri Mulyo A Kampung Sri Bawono Kampung SriBawono Kecamatan Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Selasa, 12Februari 2019. Pukul 15.00 WIB.

Boimin. 59 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul 07.30WIB.

Maimunah. 43 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono KecamatanWay Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul13.00 WIB.

Sukari. 48 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Rabu, 13 Februari 2019. Pukul 15.00WIB.

Katim. 72 Tahun. Di Dusun Sri Makmur Kampung Sri Bawono Kecamatan WaySeputih Kabupaten Lampung Tengah. Jumat, 15 Februari 2018. Pukul 19.00WIB.