PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM …repository.umrah.ac.id/2598/1/_Jurnal Wisuda XII - Raja...hadir...

16
1 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA TANJUNG BATU KECIL KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI RAJA FACHRURRAZI NIM. 120565201067 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2019

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM …repository.umrah.ac.id/2598/1/_Jurnal Wisuda XII - Raja...hadir...

1

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DI DESA TANJUNG BATU KECIL

KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

RAJA FACHRURRAZI

NIM. 120565201067

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2019

2

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Tanjung

Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun Tahun 2016

Raja Fachrurrazi1, Nazaki

2, Handrisal

3

E-Mail: [email protected]

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan

Pembangunan di Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun

Tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan

peran pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan

pembangunan di Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun

Tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat

di Desa Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun Tahun 2016

dalam mengikuti perencanaan pembangunan masih kurang aktif dan masih perlu

ditingkatkan karena masih banyak masyarakat yang belum berpartisipasi dan

terlibat langsung dalam proses pembuatan perencanaan program pembangunan

yang akan dilaksanakan di setiap tahunnya. Upaya-upaya yang dilakukan

pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Musrembang ke depannya adalah dengan cara melibatkan masyarakat dalam

proses perencanaan program pembangunan, melibatkan masyarakat dalam

pelaksanaan program pembangunan, menggerakkan partisipasi melalui lembaga

yang dikenal oleh masyarakat, melibatkan masyarakat dalam pengawasan

pelaksanaan program pembangunan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti

sosialisasi mengenai perencanaan pembangunan desa.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Perencanaan Pembangunan Desa.

PENDAHALUAN

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan

kesempatan dan keleluasaan kepada kepala daerah untuk menyelenggarakan

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH.

2 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH.

3 Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH.

3

otonomi daerah. Ini berdampak pada peluasan kewenangan pemerintah daerah

dalam menyelenggarakan dan mengurus kegiatan rumah tangganya sendiri sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Tentu saja dengan adanya kewenangan tersebut maka tujuannya agar

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat ditangani secara cepat oleh daerah.

Bratakusumah (2004) menyatakan bahwa kewenangan yang diberikan

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang berupa kewenangan otonomi

luas, yaitu: “Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan dibidang politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama, serta kewenangan dibidang

lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Disamping itu,

keleluasaan otonomi mencakup pada kewenanagan yang utuh dan bulat dalam

penyelengaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengendalian, dan evaluasi”.

Mengenai perluasan kewenangantersebut memudahkan untuk setiap daerah

lebih cepat dan sigap dalam menyelesaikan permasalahan pemerintahan yang ada

dengan begitu bentuk kekuasaan menjadi tidak terpusat. Penyelengaraan

pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa daerah/wilayah provinsi

dansetiap daerah/wilayah provinsi terdiri atas daerah

Kabupaten/Kota.Selanjutnya, didalam tiap daerah Kabupaten/Kota terdapat satuan

terendah yang disebut Desa dan Kelurahan. Dengan demikian, Desa dan

Kelurahan adalah satuan terendah dibawah pemerintah Kabupaten/Kota.Desa

yang diberikan hak otonomi adat sehingga merupakan badan hukum, sedangkan

4

Kelurahan adalah satuan pemerintahan administrasi yang hanya merupakan

perpanjangan tangan dari pemerintah Kabupaten/Kota. Jadi, Kelurahan hanya

sebagai tempat beroperasinya pelayanan pemerintahan dari pemerintah

Kabupaten/Kota di wilayah Kelurahan setempat.

Desa sendiri adalah wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan

masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usulnya. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Oleh karena itu, kedudukan desa sangat

penting untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga

yang memperkuat struktur pemerintahan negara Indonesia. Dengan keadaan

seperti itu, maka keberadaan desa baik sebagai lembaga pemerintah maupun

sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum adat menjadi sangat penting dan

strategis. Sebagai entitas kesatuan masyarakat desa hukum, desa merupakan basis

sistem kemasyarakatan bangsa Indonesia yang sangat kokoh sehingga dapat

menjadi landasan Indonesia yang kuat bagi pengembangan sistem politik,

ekonomi, sosial budaya, dan hankam yang stabil dan dinamis.

Ketentuan yang telah lahir menetapkan bahwa desa menjadi alat vital bagi

pengembangan pembangunan nasional seperti yang disinggungkan pada

pernyataan diatas. Dengan begitu untuk menjadikan desa yang kokoh dan maju

maka diperlukan masyarakat yang berpikiran maju pula dalam artian yang mampu

menjadikan desanya stabil baik dalam segi ekonomi maupun sosial dan budaya.

Oleh karena itu, desa memerlukan masyarakat yang aktif yang mampu ikut serta

dan berpartisiapasi memajukan desanya. Partisipasi sebagai suatu konsep dalam

pengembangan masyarakat digunakan secara umum dan luas. Partisipasi adalah

5

sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat,

pembangunan yang efektif membutuhkan keterlibatan (partisipasi) awal dan nyata

disemua pihak pemangku kepentingan dalam menyusun rancangan kegiatan yang

akan memengaruhi masyarakat ketika masyarakat merasa bahwa partisipasi sangat

penting. Mutu, efektifitas dan efesiensi pembangunan akan meningkat.

Keberhasilan dalam mengembangkan pedesaan memerlukan sumber daya

manusia atau masyarakat yang juga harus ikut berperan aktif.

Jumlah penduduk merupakan salah satu sumber kekuatan partisipasi

masyarakat di pedesaan karena dari jumlah tersebut dimungkinkan untuk dapat

berpartisipasi secara aktif, baik dalam bentuk materi maupun moril guna

perancanaan kegiatan pembangunan pedesaan.Dengan adanya BPD dan RT,

masyarakat merasa sudah terwakili.Jadi banyak masyarakat memutuskan tidak

hadir dalam rapat musrenbang. Seharusnya masyarakat hadir karena masyarakat

memiliki hak menyampaikan aspirasi, pendapat bahkan mengawasi

penyelenggaraan desa sesuai dengan pasal 68 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa.

Masyarakat merupakan aktor pembangunan yang menentukan keberhasilan

suatu usaha perubahan kearah yang lebih baik.Keberadaan dan keikutsertaan

masyarakat dalam kegiatan pembangunan (pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan) merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan sangat

menentukan bagi keberhasilan suatu kegiatan pembangunan yang menuju kepada

kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat yang lebih baik. Di Indonesia,

dibandingkan dengan wilayah perkotaan, wilayah pedesaan memiliki luas dan

6

jumlah penduduk yang lebih banyak, yaitu sekitar 65 persen penduduk Indonesia

bermukim di pedesaan (Adisasmita, 2006).

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan

penyelengaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna serta

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan. Landasan pemikiran yang perlu

dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.Tugas dari Kepala Desa adalah

menyelenggarakan urusan pemerintahan.yaitu antara lain pengaturan kehidupan

masyarakat sesuai kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa dan

pembentukan lembaga kemasyarakatan. Kemudian tugas Kepala Desa dalam hal

pembangunan yaitu antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan saran

dan prasarana fasilitas umum, sedangkan tugas kemasyarakatan Kepala Desa

adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya

masyarakat untuk mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan, dan kemandirian

masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang partisipasi.

Desa Tanjung Batu Kecil merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Buru, KabupatenKarimun yang masih jauh tertinggal dibandingkan

dengan desa-desa lain baik dari segi sumber daya, infrastuktur, maupun lain-lain

karena letaknya yang lumayan jauh dari kecamatan maupun kabupaten.Hal itu

juga memicu permasalahan-permasalahan dimasyarakat sehingga Pemerintah

Desa perlu selalu memberikan bimbingan kepada masyarakat.

Tjokroamidjojo (2005), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor

faktor sebagai berikut: 1) Kepemimpinan, 2) Komunikasi dan 3) Pendidikan. Dari

7

ketiga faktor tersebut, Kepala Desa Tanjung Batu Kecil belum melaksanakan

konsep perencanaan partisipatif karena tidak adanya pelibatan masyarakat dalam

perumusan perencanaan pembangunan Desa. Kurangnya komunikasi antara

pemerintah Desa dengan masyarakat dan tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Tanjung Batu kecil sangat rendah sehingga masyarakat hanya diam dan menerima

hasil apa yang menjadi kebijakan Pemerintah Desa selama ini.

Kurangnya partisipasi masyarakat inilah membuat Desa Tanjung Batu

Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun sangat tertinggal dalam

pembangunan. Kurangnya partisipasi masyarakat menyebabkan terjadinya

kesenjangan pada pembangunan yang merupakan salah satu kekuatan dalam

pembangunan desa. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, bahwa Pemerintah Kabupaten harus melakukan identifikasi dan

inventarisasi kewenangan lokal skala desa secara empirik. Hasil identifikasi dan

inventarisasi tersebut menjadi masukan kepada pemerintah daerah sebagai dasar

pembuatan Peraturan Bupati tentang kewenangan berdasarkan asal-usul dan

kewenangan lokal skala desa. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif

merupakan sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik,

hal ini sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri

dalam proses pembangunan. Partisipasi atau perlibatan masyarakat secara

langsung diharapkan mampu menambah akselerasi pembangunan dan upaya

peningkatan kesejahteraan pada masyarakat tingkat bawah. Perlibatan masyarakat

dimanifestasikan dalam bentuk Musrenbang Desa.

Musrenbang merupakan forum dialogis antara pemerintah desa dan

pemangku kepentigan lainnya yang dilaksanakan secara partisipatif untuk

8

mendiskusikan dan menyepakati program pembangunan yang dapat memajukan

keadaan desa 5 (lima) dan 1 (satu) tahunan. Khusus Musrenbang desa diterbitkan

Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa yang memuat

petunjuk teknis penyelenggaraan Musrenbang untuk penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa ( RPJM Desa) lima tahunan dan Rencana

Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) setiap tahunnya.

Slamet (2003) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui

proses perencanaan partisipatif perlu didekatkan dengan berbagai cara yaitu: (1)

pengendalian potensi-potensi yang dapat dibangun oleh masyarakat setempat, (2)

penggunaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan, pengembangan,

penyebaran sampai digunakannya teknologi itu oleh masyarakat peDesaan. (3)

pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan

berbagai teknologi tepat gunan untuk mencapai tujuan pembangunan. (4)

pembinaan organisasi Pembina/pendukung, yang menyambungkan usaha

pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu masyarakat pedesaan dengan

lembaga lain atau tingkat yang lebih tinggi (kecamatan, kabupaten, provinsi,

nasional) (5) pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya,

kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang serasi untuk

pembangunan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut

Sugyono (2006), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap

variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan dengan

9

variabel lainnya dan data kualitatif adalah data yang menggambarkan suatu

fenomena sosial dengan kata-kata.Jadi, pendekatan deskriftif kualitatif adalah

pendekatan yang menggambarkan variabel mandiri dengan menggunakan kata-

kata untuk mendapat hasil yang sebenarnya dari suatu fenomena sosial yang

ada.Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis bertujuan memberikan

gambaran secara jelas tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan

pembangunan di Desa Tanjung Batu Kecil, Kecamatan Buru, Kabupaten

Karimun.

Jenis sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut.

a) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau

lokasi penelitian.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dan

data-data yang sudah tersaji.Data yang dikumpulkan merupakan data yang

mempunyai kesesuaian dan kaitan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pra-Musrenbang

a. Pembentukan Tim Penyelenggaraan Musrenbang

Adapun hasil wawancara pada pihak pemerintah desa pada tahap

pramusrenbang yang diungkapkan oleh Sekretaris Desa, Bapak Rahim. Beliau

mengatakan bahwa:

”Pada tahap pramusrenbang kami ada membentuk tim untuk penyelenggaran

musrenbang dan tim pemandu untuk penyelenggaran musrenbang ada dari

10

kecamatan, desa, dan kami juga melibatkan BPD yang jumlahnya tiga orang,

yakni Pak Camat, Pak Kades, dan Ketua BPD”.

b. Pengkajian desa secara partisipatif

Pada pramusrenbang mengenai pengkajian desa partisipatif, artinya siapa

saja yang terlibat untuk mengetahui masalah kondisi desa sebenarnya agar

disesuaikan dengan usulan-usulan yang telah disampaikan oleh masyarakat dalam

musrenbang. Dalam ketentuan umum permendagri pasal 1 ayat 10, bahwa

perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah desa dengan melibatkan badan

Permusyawaratan desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan

dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai pembangunan desa.

Pemerintah desa sudah menjalankan tugas nya sebagai penyelenggara acara

musrenbang.

c. Penyusunan draf Rancangan Awal RKP dan hasil-hasil kajian

Adapun mengenai penyusunan draf rancangan awal RKP dari hasil-hasil kajian

yang akan ditemukan di lapangan sudah dilakukan oleh tim-tim penyelenggara

musrenbang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sekdes sebagai berikut.

“Untuk penyusunan data mengenai informasi musrenbang ada dan mengenai draf

awal RKP itu kami lakukan awal dari Musdus (musyawarah dusun). Sebelum

kami menyusun RKP tingkat desa, kami terlebih dahulu memberikan jadwal

kepada tingkat dusun untuk membuat usulan kesepakatan yang akan diusulakan

pada RKP Desa tingkat desa”.

Pelaksanaan Musrenbang

Pemerintah desa merasa belum maksimal dalam pelaksanaannya karena

kesadaran masyarakat dan komunikasi yang terjalin masih perlu diitingkatkan lagi

karena saat ini kerja sama antara pemerintah desa dengan masyarakat belum

optimal.

11

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Kepala Desa Tanjung Batu

Kecil bahwa:

“Harus diakui bahwa masih terdapat sebagian warga desa kami yang meskipun

telah diajak langsung dan telah disosialisasikan untuk ikut berpartisipasi, tetapi

mereka tetap lebih memilih untuk bekerja dan ada juga yang mengatakan bahwa

anggaran setiap pembangunan dari pemerintah sudah ada (dana Desa)”.

Terkait siapa-siapa yang diundang dalam Musrenbang aparat desa Tanjung

Batu Kecil menentukan 50 undangan yang disebar untuk peserta yang terdiri dari

aparat desa, tokoh masyarakat, pemuda, dan masyarakat secara umum. Pada

Musrenbang desa Tanjung Batu Kecil tahun 2016, jumlah peserta yang hadir

berjumlah 26 orang sebagaimana terlampir dalam absensi. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkatan kehadiran masyarakat yang diundang yaitu mencapai 47%.

Pasca Musrenbang

Tahap Pasca Musrenbang merupakan dokumen RKP Desa kepada

masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan. Adapun bentuk partisipasi yang

dilakukan aparat desa, yakni (a) rapat hasil tim perumus Musrenbang desa. (b)

Pembekalan tim delegasi desa oleh TPM, dan (c) Penyusunan APBD Desa, seperti

hasil wawancara yang diungkapkan oleh Pak Sekdes sebagai berikut:

“Kami juga punya hasil rapat kerja hasil. Dan setiap tim-tim ada penerbitan SK

dari Kepala Desa.Untuk prioritas masalah desa yang disampaikan di

Musrenbang kecamatan belum terlaksana. Setiap tahun kami menyampaikan ke

pihak kecamatan dan kami berharap pihak kecamatan menyampaikan

menguatkan usulan yang diprioritaskan dapat diindahkan di tingkat

kabupaten.Untuk bentuk penyusunan RKP hingga menjadi SK Desa itu ada.

Saran saya untuk baik ke depannya, yang pertama musyawarah, bekerjasama,

dan berjuang bersama-sama untuk kemajuan desa”.

Dalam hal ini bentuk partisipasi yang dihadirkan oleh pemerintah desa

menunjukkan tingkat kepedulian terhadap perencanaan musrenbang sangat baik.

12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik sebuah kesimpulan

yang berkaitan dengan hasil penelitian ini bahwa partisipasi masyarakat di Desa

Tanjung Batu Kecil Kecamatan Buru Kabupaten Karimun dalam mengikuti

perencanaan pembangunan desa masih kurang aktif dan masih perlu ditingkatkan

karena masih banyak masyarakat yang belum berpartisipasi dan terlibat langsung

dalam proses pembuatan perencanaan program pembangunan yang akan

dilaksanakan disetiap tahunnya.

Hal yang menjadi kendala sehingga masih banyak masyarakat yang kurang

aktif dalam mengikuti perencanaan dan pelaksanaan musrembang adalah kurang

dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses pembuatan maupun

pelaksanaan program-program pembangunan di desa sehingga menyebabkan

kurang terjalin hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat dengan

pemerintah setempat dalam melaksanakan pembangunan di desa. Selain itu, hal

mendasar lainnya mengenai permasalahan sosialisasi dan komunikasi antara pihak

pemerintah dengan masyarakat dengan banyaknya masyarakat yang tidak tahu

tentang adanya pelaksanaan musrembang karena tidak mendapat undangan

maupun panggilan dari panitia penyelenggara musrembang yakni pemerintah

desa.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan.Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Alfitri. 2011. Community Development (Teori dan Aplikasi) Yogyakarta: Pustaka

Belajar

13

Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi menggali

potensi dalam mewujud kan otonomidaerah. Jakarta: PT.

GramediaPustakaUtama.

Djohani, Rianingsih. 2008. Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa. Bandung:FPPM

Fasli Djalal &Dedi Supriadi (eds). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah.Yogyakarta : Adi cita Karya Nusa.

H.A.R Tilaar & Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Hashim dan Romiswai. 2009. Community Development Berbasis Ekosistemi

(Sebuah Alternatif Pembangunan Masyarakat) Jakarta: Diadit Media.

Isbandi Rukmito Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Komunitas : Dari

Pemikiran Menuju Penerapan. Depok : FISIP UI Press.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomidan Pembangunan Daerah: Reformasi

Perencanaan, Strategi, danPeluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kusumaningrat, Hikmat. 2009. Memberdayakan Ekonomi Rakyat Kecil.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardikanto, Totok. 2015. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perpekstif Kebijakan

Publik. Bandung: Albetha.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipasitoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ndraha, Taliziduhu. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa, Jakarta : PT. Bina

Aksara, 1990.

Sastropoetro, Santoso R. 1998. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin

Dalam Pembangunan Nasioanal. Alumni Bandung: Bandung.

Sumampouw, Monique. (2004). Perencanaan Darat-Laut yang Terintegrasi

dengan Menggunakan Informasi Spasial yang Partisipatif. : Jacub Rais, et

al. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta: Prandya Paramita. 91-117.

Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2013. Research Methods for Business. United

Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.

Santoso, Sastroputro. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persusasi, danDisiplin

Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.Bogor:

IPB. Press.

14

Soekanto, Soerjono. 2006. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: PT. Raja

GrafindoPersada.

Solekhan, Moch. 2014. PenyelengaraanPemerintahDesa. Malang: Setara Press.

Sugiyono. 2013. MetodePenelitianKuantitatifKualitatif R & D. Bandung: CV.

Alfabeta.

Suparno, A.Suhaenah. 2001. Menbangun Kompetensi Belajar. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.

Theresia, dkk. 2014. Pembangunan BerbasisMasyarakat. Bandung: Alfabeta.

Tjokromidjojo, Bintoro, 2005. Perencanaan Pembangunan, Jakarta: Mas Agung.

Yuwono, Semarang. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial.

Badan Penerbit Unversitas diponegoro. 2016.

Jurnal dan Skripsi

Bratakusumah (2004:3) tentang kewenangan yang diberikan Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah.Vol.4 Nomor 2. Diambil dari:

www.publikasi.unitri.ac.id (18 September 2018).

HAW, Widjaja. 2012. Otonomi Desa yang Asli Bulat dan Utuh. Jakarta: PT.

GrafindoPersada. Jurnal Penelitian Politik. Vol. 13 Nomor 2 Desember

2016. Diambil dari: ejournal.politik.lipi.go.id (18 September 2018).

Siti Irine Astuti Dwi Ningrum. (2009). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat

dalam Pendidikan. Yogyakarta: FIP UNY. Diambil dari:

library.fis.uny.ac.id (19 September 2018).

Wahyuddin. 2018. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di

Desa Tanah Karaeng Kecamatan Manuju Kabupaten Goa [skripsi].

Makassar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Warjio. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Studi

Kasus Pada Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi [skripsi]. Medan (ID):

Universitas Sumatera Utara.

Melis. 2016. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Studi Di

Desa Wawolesea Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara [skripsi].

Kendari (ID): Universitas Halu Oleo.

Putri, Sarah Nurmalia. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

Studi Kasus Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung

[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Ulfa, Ariya. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Di Desa Karang Jaya Kecamatan Merbau Mataram

Kabupaten Lampung Selatan [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Islam

Negeri Raden Intan.

15

Nugroho, Mochammad Rindho. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Di Caturtunggal Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

Rumata, Rudiah. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahman, Sitti Nurfatimah. 2016. Perencanaan Partisipatif Dalam Proses

Pembangunan Di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa [skripsi].

Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

Razmansyah, 2018. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di

Desa Tanjung Hutan Kecamatan Buru Kabupaten Karimun Tahun 2016

[skripsi]. Tanjungpinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Karina, 2017. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur

Di Desa Pao Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara [skripsi].

Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

Internet

Awang. Azam. 2006. Otonomi Desa dan Partisipasi Masyarakat. Pekanbaru: Alaf

Riau. Diambil dari: http://books.google.co.id/books/about/otonomi_desa_

partisipasi_masyarakat.html. (18 September 2018).

Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah

16

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 TentangPemerintah

Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata

Cara Penyusunan Rencana Pembangunan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang

Rencana Kerja Pemerintah

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Tentang

Penyusunan Rencana kerja pemerintah dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007

Tentang Alur Musyawarah Rencana Pembangunan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2016

Pasal 26 Tentang Laporan Kepala Desa.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2017

Tentang Pembangunan Desa.