Tema, Rema dan Progres Tematik Dalam Lagu-lagu Patriotisme ...
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH …repo.apmd.ac.id/615/1/repo thesis rema marina.pdf ·...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH …repo.apmd.ac.id/615/1/repo thesis rema marina.pdf ·...
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(Penelitian di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman)
TESISUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister pada Program Studi Ilmu PemerintahanKonsentrasi: Kepemerintahan Desa
Oleh:REMA MARINANIM: 16610044
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
ii
PENGESAHAN
TESIS
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(Penelitian di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman)
Oleh :
REMA MARINANIM: 16610044
Disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal, 2 Oktober 2018
Susunan Tim Penguji
Pembimbing (Ketua Tim Penguji)
Dr. E.W. Tri Nugroho ....................................... .......................................
P e n g u j i I
Drs. Hardjono, M.Si
....................................... .......................................
P e n g u j i II
Drs. YB. Widyo Hari Murdianto, M.Si
..................................... .......................................
Yogyakarta, 2 Oktober 2018
Mengetahui
Direktur Program Magister (S-2)Ilmu Pemerintahan
Dr. R. Widodo Triputro, MM
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : REMA MARINA
Nomor Mahasiswa : 16610044
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA (Penelitian di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman) adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang
saya peroleh dari tesis ini.
Yogyakarta, 12 September 2018
Yang Membuat Pernyataan
REMA MARINA
iv
Halaman Persembahan
Dengan kerendahan hati dan atas izin ALLAH SWT Tesis ini kupersembahkan
kepada :
1. Surgaku dunia akhirat Papa H. AKMAL TANJUNG dan Ibunda
Hj. KASNAWARNI terimakasih atas kasih sayang tulus yang selalu ada
disaat jatuh dan bangunku, juga untuk setiap doa dan perjuangan dalam
menghantarkanku menuju Kesuksesan.
2. Malaikat kecilku M.RASYA RADITHYA SINGGIH terimakasih Tuhan
telah Engkau titipkan anak hebat ini dalam hidupku.
3. Kakakku SHERLY MALINI, S.Si.,M.M adikku RIKA TRIANOVA, S.E
dan M.ILHAM SAPUTRA terimakasih untuk selalu berbagi dalam suka
maupun duka.
4. Pamanku HERMAN RIDWAN dan keluarga terimakasih untuk semua
support, doa dan bantuannya selama ini.
v
Motto
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanMaka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan,
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.
(QS.Al-Insyirah, 6-8)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernahgagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Muhammad Ali)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Karunianya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (Penelitian di
Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman). Tesis ini ditulis dalam
rangka memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi di Program
Magister (S-2) Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD.
Penulis menyadari bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan Tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, MM, selaku Direktur Program Magister
(S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. EW. Tri Nugroho, sebagai Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan
Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan Desa “APMD”
Yogyakarta, yang sudah banyak memberikan inspirasi dan ide-ide yang
baik untuk penulis. Pembimbing yang dengan penuh kesabaran
mengarahkan, memberi pengertian, memberi motivasi, dan dukungan
sehingga Tesis ini dapat penulis selesaikan.
vii
3. Bapak Drs. Hardjono, M.Si sebagai pembimbing ke-dua yang dengan
penuh kesabaran memberikan bimbingan dan motivasi demi keberhasilan
tesis ini.
4. Bapak Drs. YB Widyo Hari Murdianto, M.Si sebagai penguji ke II yang
telah bersedia memberi saran, kritik, dan masukan yang membangun
demi kesempurnaan tesis ini.
5. Bapak Dr. H. Rudihartono Ismail, M.Pd selaku ketua STISIP Wamena
beserta seluruh rekan dosen dan pegawai STISIP Wamena yang sudah
banyak memberi dukungan.
6. Bapak Kepala Desa, Sekretaris Desa, beserta seluruh perangkat desa
Maguwoharjo yang sudah menerima penulis dengan baik dan
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di desa Maguwoharjo.
7. Masyarakat dan seluruh Stakeholder desa Maguwoharjo yang sudah
bersedia menjadi informan dan berkenan memberikan jawaban atas
wawancara bersama penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf/Karyawan Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “AMPD” Yogyakarta yang telah
memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Program Magister (S-2) Ilmu Pemerintahan.
9. Ibu Dita lemos, Ibu Diah, Bapak Cornus, Bapak Ruswantoro, Bapak
Pono, Bapak Samsul, Ibu Nehik, Kakak Sam Samon, kak Seri, Kakak
Krismas Bagau, Mas Ryanto, Mas Ical, Mas Denos, Mas Helmy, Mas
Henajoleda, Aliakbar, Jefri (angk.19) semua teman-teman angkatan 18
viii
Program Magister STPMD ”APMD” Yogyakarta yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
10. Sahabat seangkatan tugas belajar Wamena Papua buk Syarifa (Magister
UII), buk Tati (Magister UNIBRAW), Pak Nanang (Magister
UNIBRAW), Pak Aidil (Magister UNIBRAW), sukses untuk kita semua.
11. Kos Timoho calon istri sholeha squad ( rema, berta, lemu, tya,wida, lala,
ismi, icha, lian) terimakasih untuk kebersamaan selama 2 tahun ini
sukses untuk kita semua.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan di Perguruan Tinggi khususnya bidang Ilmu Pemerintahan
serta bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin yaa Rabbal Alamin.
Yogyakarta, 12 September 2018
REMA MARINA
ix
DAFTAR ISI
HalHALAMAN JUDUL ………………………………………………… iHALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iiPERNYATAAN ……………………………………………………... iiiHALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...... ivMOTTO................................................................................................ vKATA PENGANTAR ........………………………………………..... viDAFTAR ISI .....……………………………………………………… ixDAFTAR TABEL .…………………………………………………… xiDAFTAR GAMBAR .………………………………………………... xiiDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiiiINTISARI ..…………………………………………………………... xivABSTRACT…………………………………………………………… xvBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......…………………….... 1B. Fokus Penelitian .………………………………........ 13C. Rumusan Masalah .………………………………….. 13D. Tujuan Penelitian.................... …………………….... 13E. Manfaat Penelitian ..................................................... 14F. Kerangka Konseptual ..……………………………... 14
1. Partisipasi Masyarakat ......................................... 14a. Pengertian Partisipasi Masyarakat ............. 14b. Jenis-Jenis Partisipasi ............................... 16
2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa(Musrenbang Desa) ............................................
22
a. Pengertian Musrenbang Desa .................... 22b. Dasar Hukum Musrenbang Desa ............... 23c. Tujuan dan Luaran Musrenbang Desa ........ 23d. Prinsip-Prinsip Musrenbang Desa .............. 24e. Peserta Musrenbang Desa ......................... 26f. Proses Umum Tahapan Musrenbang Desa.. 27
1) Tahap Pra-Musrenbang Desa ............... 272) Tahap Pelaksanaan Musrenbang Desa .. 283) Tahap Pasca-Musrenbang Desa ............ 29
G. Metode Penelitian ...……………………………….... 291. Jenis Penelitian ……………………………......... 292. Obyek Penelitian ……………………………….. 303. Lokasi Penelitian ……………………………….. 304. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian …………... 305. Teknik Pengumpulan Data..…………………….. 326. Teknis Analisa Data.....…………………………. 33
BAB II GAMBARAN DESA MAGUWOHARJOA Geografi dan Demografi Desa .................................. 35
x
1. Geografi .............................................................. 352. Demografi ........................................................... 35
B. Pemerintahan Desa Maguwoharjo .......................... 421. Visi dan Misi ..................................................... 422. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa ......................................................................43
3. Pembagian Wilayah ............................................. 444. Sosial-Budaya ...................................................... 455. Pendidikan ........................................................... 476. Ekonomi ............................................................... 487. Lembaga Kemasyarakatan Desa .......................... 518. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)
Tahun 2018 ..........................................................57
BAB III ANALISIS DATA TENTANG MUSYAWARAHPERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DANPARTISIPASI MASYARAKATA. Gambaran Tahapan Musrenbangdes dan Partisipasi
Masyarakat .................................................................68
1. Tahap Pra-Musrenbangdes .................................... 68a. Gambaran Tahap Pra-Musrenbangdes............. 68b. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pra-
Musrenbangdes...............................................78
2. Tahap Pelaksanaan Musrenbangdes...................... 81a. Gambaran Tahap Pelaksanaan
Musrenbangdes...............................................81
b. Partisipasi Masyarakat pada TahapPelaksanaan Musrenbangdes..........................
86
3. Tahap Pasca-Musrenbangdes................................ 89a. Gambaran Tahap Pasca-Musrenbangdes......... 89b. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pasca-
Musrenbangdes...............................................92
B. Kendala-Kendala yang Dihadapi Masyarakat untukBerpartisipasi..............................................................
94
1. Kendala untuk Berpartisipasi pada Tahap Pra-Musrenbangdes.....................................................
94
2. Kendala untuk Berpartisipasi pada TahapPelaksanaan Musrenbangdes.................................
98
3. Kendala untuk Berpartisipasi pada Tahap Pasca-Musrenbangdes......................................................
100
BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan ...……………………………………….. 105B. Saran ......….……………………………………........ 107
Daftar Pustaka ........................................................................................ 108Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel HalTabel II.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 36Tabel II.2 Data Penduduk Menurut Umur 37Tabel II.3 Data Penduduk Menurut Pekerjaan 39
Tabel II.4 Data Penduduk Menurut Agama 40Tabel II.5 Data Sarana Peribadatan 41Tabel II.6 Pembagian Distrik, Padukuhan, RW dan RT 44Tabel II.7 Data Tingkat Kesejahteraan Sosial 47Tabel II.8 Penggunaan Lahan Desa Maguwoharjo 48Tabel II.9 Jumlah Jenis Fasilitas Pendidikan 49Tabel II.10 Pengurus PKK Desa Maguwoharjo 52Tabel II.11 Pengurus LPMD Desa Maguwoharjo 53Tabel II.12 Anggota BPD Desa Maguwoharjo 54Tabel II.13 Pengurus Karang Taruna 56Tabel II.14 Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018
Kegiatan Pembangunan Fisik57
Tabel II.15 Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018Kegiatan Pembangunan Non-Fisik
62
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hal
Gambar II.1 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa 43
Gambar II.2 Proses Musrenbangdes di desa Maguwoharjo 67
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul LampiranLamp. 1 Surat Izin Penelitian dari Program Magister Ilmu Pemerintahan
STPMD “APMD”Lamp. 2 Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL DIYLamp. 3 Surat Telah Melakukan Penelitian dari Desa MaguwoharjoLamp. 4 Foto-Foto Selama Penelitian
xiv
INTISARI
Kebijakan pembangunan Desa perlu dibuat dengan melibatkan partisipasi seluruhmasyarakat dalam Musrenbangdes agar pembangunan berhasil. Masalahnya: bagaimanapartisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musrenbangdes di Desa Maguwoharjo? Tesisini bertujuan: mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbangdesdi Desa Maguwoharjo dan mengetahui kendala-kendala untuk berpartisipasi dalamMusrenbangdes tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif, dengan obyekpenelitian: partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musrenbangdes di DesaMaguwoharjo dan kendala-kendalanya. Adapun teknik pengumpulan datanya: observasi,wawancara dan dokumentasi. Teknik pemilihan informannya adalah purposive, dengan 16informan dan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.
Hasil penelitian ini sebagai berikut: Musrenbangdes Desa Maguwoharjo secaraumum telah berjalan sesuai ketentuan yang berlaku dengan baik dan lancar. Namun secarakhusus, partisipasi masyarakat dan kendala dalam tiap tahapan Musrenbangdes dapatdikatakan sebagai berikut:
Pertama, partisipasi masyarakat Desa Magowuharjo pada tahap Pra-Musrenbangdes cukup baik dilihat dari sisi: keikutsertaannya dalam menghadiri rapat danmengemukakan pendapat atau saran dalam setiap pertemuan. Namun, jika dilihat dari sisi:Memberikan data atau informasi dalam setiap pertemuan, maka harus dikatakan bahwapartisipasi masyarakat kurang baik. Karena dalam usulannya tidak berisi data daninformasi namun lebih berisi permintaan, tanpa dilandasi data. Pada tahap PelaksanaanMusrenbangdes partisipasi masyarakat terwujud dalam upayanya untuk memperjuangkanusulan dengan gigih. Namun, mayoritas peserta lebih banyak bersikap “diam”, “pasif”atau “taat” kepada Pemerintah Desa atau TPM. Partisipasi masyarakat pada tahap Pasca-Musrenbangdes, terwujud dalam upaya mencari sumber dana lain, di luar Dana Desa, danmenjadi pelaksana program pembangunan fisik dan non-fisik.
Kedua, partisipasi masyarakat pada tahap Pra-Musrenbangdes sering terkendalaoleh: Ketidak-hadiran sebagian anggota masyarakat, karena alasan tertentu dan kesulitanmencari pengganti; Pertemuan didominasi oleh kelompok yang sama (itu-itu saja), yangumumnya kelompok pria aktif; Keterbatasan dana; Kesulitan dalam memperjuangkanusulan program pembangunan non-fisik; Kesulitan dalam menemukan wakil yang mampumenyampaikan usulan-usulan masyarakat secara utuh dan jelas; kesulitan membuat skalaprioritas dan memperjuangannya; sikap diam sebagian anggota Karang Taruna. Padatahap pelaksanaan Musrenbangdes, partisipasi masyarakat terwujud dalammemperjuangkan usulan mereka sampai berhasil disetujui. Namun seringkali gagal,karena: Usulan kurang riil; Kurang gigih dalam memperjuangkan usulannya; Kurangnyakoordinasi antara Dukuh dan masyarakatnya dalam mendaftar usulan; Sulitnyamemperjuangkan usulan baru karena usulan lama direalisir secara bertahap (memakanwaktu lama); Kekurang-beranian mereka dalam menyampaikan pendapat karena masihmuda, dan kurang percaya diri. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat untukberpartisipasi pada tahap Pasca-Musrenbangdes adalah keterbatasan pendamping danpendampingan; keterbatasan tenaga pelaksana dan tenaga ahli (untuk program swakelola);keterbatasan dana; kesulitan mendapatkan dana dari luar Desa dan dari warga sendiri yangmampu; Kekurang-percayaan sebagian masyarakat atas kinerja Pemerintah Desa danpertanggungjawaban keuangan Desa; Keterbatasan motivator bagi anggota KarangTaruna.
Kata-kata Kunci: Partisipasi, Musrenbangdes.
xv
ABSTRACT
Village development policies need to be made by involving the participation ofall communities in the Musrenbangdes so that development is successful. The problem is:how is the community's participation in the implementation of the village developmentplanning meeting in Maguwoharjo Village? This thesis aims: to describe communityparticipation in the implementation of Musrenbangdes in Maguwoharjo Village and findout the obstacles to participating in the Musrenbangdes.
The research method used is descriptive-qualitative, with the object of research:community participation in the implementation of the village development planningmeeting in Maguwoharjo Village and its constraints. The data collection techniques:observation, interviews and documentation. The technique of selecting informants ispurposive, with 16 informants and the analysis technique used is qualitative data analysistechniques.
The results of this study are as follows: MusrenbangdesMaguwoharjo Village ingeneral has run in accordance with the applicable regulations smoothly. But specifically,community participation and constraints in each stage of the Musrenbangdes can be saidas follows:
First, the participation of the Magowuharjo Village community in the Pre-Musrenbangdes stage is quite good in terms of: participation in attending meetings andexpressing opinions or suggestions at each meeting. However, when viewed from the side:Providing data or information at each meeting, it must be said that communityparticipation is not good. Because the proposal does not contain data and information butcontains more requests, without data. During the Musrenbangdes implementation phase,community participation was manifested in its efforts to fight for the proposal persistently.However, the majority of participants were more "silent", "passive" or "obedient" to theVillage Government or TPM. Community participation in the Post-Musrenbangdes phaseis realized in an effort to find other sources of funds, outside the Village Fund, andbecome implementers of physical and non-physical development programs.
Second, community participation in the Pre-Musrenbangdes stage is oftenconstrained by: Absence of some community members, for certain reasons and difficultiesin finding replacements; Meetings are dominated by the same group (that's all), which aregenerally active male groups; Limited funds; Difficulties in fighting for proposals for non-physical development programs; Difficulties in finding representatives who are able toconvey community proposals in full and clearly; difficulty in making priority scales andfighting for them; the silence of some members of KarangTaruna. At the stage of theMusrenbangdes implementation, community participation is manifested in fighting fortheir proposals until they are approved. But it often fails, because: Proposals are less real;Less persistent in fighting for his proposal; Lack of coordination between Hamlet and thecommunity in registering proposals; It is difficult to fight for a new proposal because theold proposal is realized gradually (takes a long time); Their lack of courage in expressingtheir opinions because they are young, and lacking in confidence. The constraints faced bythe community to participate in the Post-Musrenbangdes stage are the limitations offacilitators and mentoring; limited executive staff and experts (for self-managementprograms); limited funds; difficulty obtaining funds from outside the Village and fromcapable citizens themselves; The lack of trust of some communities on the performance ofthe Village Government and the accountability of the village's financial; Limited motivatorfor members of Youth Organization.
Key Words: Participation, Musrenbangdes.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lahirnya UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, merupakan rangkaian proses yang
panjang dan penuh lika-liku dari upaya reformasi di Indonesia. Gerakan-gerakan untuk
merubah paradigma kebijakan yang sentralistik dengan kebijakan yang desentralistik
semakin terus menguat sejak lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, dan digantikan lagi dengan UU 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
serta direvisi 2 (dua) kali melalui UU Nomor 9 tahun 2015. Undang-Undang ini
memberikan ruang gerak untuk mewujudkan mekanisme pembangunan yang lebih praktis
dengan kebijakan yang lebih representatif dan mengakomodasikan kepentingan
masyarakat. Dengan kata lain, bahwa pelibatan aktif masyarakat mulai dari tingkat desa di
dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah mutlak diperlukan.
Memang pada kenyataannya, tidak semua anggota masyarakat mau berpartisipasi,
dengan alasan yang bermacam-macam. Hal ini dapat disadari karena adanya beberapa
faktor penyebab yang mungkin membuat mereka tidak tertarik untuk berpartisipasi.
Sedangkan dorongan yang boleh dikatakan bersifat umum adalah apabila hasil partisipasi
tersebut dapat dinikmati langsung oleh masyarakat sendiri dan memberi keuntungan
kepada masyarakat. Arena utama dalam partisipasi adalah kebijakan (baik dalam bentuk
peraturan atau program), sebab kebijakan merupakan tempat yang mempertemukan antara
pemerintah desa dan warga masyarakat. Dengan kalimat lain, sebenarnya pertemuan
antara pemerintah dan warga desa bukan diukur secara fisik atau kehadiran fisik Kepala
2
Desa dalam berbagai ritual (anjangsana, gotong royong, jagong dan layat) tetapi juga
diukur dengan kebijakan (M.Barori, dalam Sutoro Eko, 2005:208).
Apabila banyak dari berbagai unsur masyarakat yang ikut serta berpartisipasi, dalam
pengambilan kebijakan maka akan mempermudah atau memperlancar program-program
yang diluncurkan oleh pemerintah, sehingga dalam hal ini mutlak bahwa partisipasi
merupakan modal dasar pembangunan. Dalam kegiatan pembangunan menuntut
tumbuhnya partisipasi masyarakat, karena pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam
menyelenggarakan pembangunannya.
Dalam UU No.6 Tahun 2014 salah satu asas utama adalah subsidiaritas kewenangan
lokal berskala desa. Untuk melaksanakan kewenangan lokal berskala desa tersebut, maka
Pemerintah Desa perlu menyusun perencanaan desa yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat desa. Proses perencanaan yang baik akan melahirkan pelaksanaan program
yang baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk terlibat
dalam pembangunan desa. Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat
setempat yang sudah dijalankan oleh desa, karena muncul dari prakarsa masyarakat.
Dengan kalimat lain, kewenangan lokal adalah karena prakarsa dari desa sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal desa (Sutoro Eko, 2005:113).
Adisasmita (2006:34) mengungkapkan bahwa penentuan program pembangunan
oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan bentuk perencanaan dari bawah, dari akar
rumput bawah atau sering disebut sebagai bottom up planning. Peningkatan partisipasi
masyarakat adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat. Peran masyarakat dalam
pembangunan sekarang ini bukan hanya sebagai obyek saja, tetapi juga subyek dari
pembangunan tersebut.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menuju
desentralistik dengan semangat good governace diharapkan akan terjadi peningkatan peran
3
serta atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Kesempatan ini sejalan
dengan keinginan masyarakat untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik,
yaitu: kehidupan masyarakat yang berpendapatan lebih adil, merata, mandiri, terbuka, dan
berkembangnya kelembagaan masyarakat yang berkualitas, serta berkelanjutan (Solekhan
Moch, 2014:4).
Prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat menegaskan masyarakat harus
menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan diharapkan menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
pembangunan. Adisasmita (2006:42) juga mengatakan bahwa partisipasi masyarakat
adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan
dan implementasi program atau proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi
kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap
implementasi pembangunan.
Dalam proses demokratisasi yang tengah berjalan di negeri ini, masyarakat menjadi
aspek yang sangat penting dalam proses pengambilan kebijakan. Masyarakat memiliki hak
atas arah berjalannya suatu pembangunan yang ingin dikehendaki. Hal tersebut sesuai
dengan kebutuhan kolektif masyarakat yang terlepas dari kepentingan pihak manapun baik
itu individu atau golongan. Pemerintah memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat
mengeluarkan semua permasalahan yang dihadapi, nantinya menemukan solusi bersama.
Dengan begitu masyarakat memiliki posisi strategis dalam pembangunan. Proses
pembangunan yang telah terjadi bukan merupakan hasil usaha dari pemerintah semata
sebagai kewajiban untuk menyediakan fasilitas publik yang dibutuhkan publik, akan tetapi
hal itu perlu adanya dukungan dan partisipasi masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahaan yang baik (Good
Governance) adalah dibukanya peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam
4
pengambilan keputusan pembangunan, termasuk aspek perencanaan. Ruang yang
disiapkan bagi keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari
desa sampai tingkat kabupaten/kota. Kegiatan musrenbang tidak hanya menjadi wadah
bagi penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Musrenbang harus dipandang
sebagai saluran resmi yang dipersiapkan untuk menganalisa aspirasi masyarakat dalam
rangka memperoleh akses yang memadai dalam kebijakan penganggaran pembangunan.
Untuk itu, maka mutu proses dan mutu hasil Musrenbang akan sangat menentukan
efektifitas penyaluran aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Musrenbang merupakan forum
perencanaan yang dilaksanakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa, bekerja sama
dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan
mampu membangun kesepahaman kepentingan dan kemajuan desa, dengan cara memotret
potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam maupun luar desa
(kawasan.bappenas.go.id/index, diunduh tanggal 10 November 2017).
Musrenbang memang telah menjadi istilah populer dalam penyelenggaraan
pembangunan di daerah dan desa, bersamaan dengan diterbitkannya Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Pasal
1 ayat (21) Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat
Musrenbang diartikan sebagai forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan Nasional dan rencana pembangunan daerah. Sedangkan untuk Musrenbang
desa sendiri dinyatakan dilakukan setiap bulan Januari dengan mengacu kepada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM desa). Setiap desa diamanatkan
untuk menyusun dokumen rencana 6 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana
tahunan yaitu RKP Desa. Musrenbang juga menjadi wujud dari pelaksanaan kewenangan
desa dalam mengelola daerahnya, kewenangan tersebut tercantum dalam Peraturan
5
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa.
Setiap perencanaan pembangunan disusun melalaui forum musyawarah, yaitu
musyawarah perencanaan pembangunan atau biasa disebut Musrenbang, ditingkat desa
disebut dengan Musrenbang Desa. Musrenbang Desa adalah sebuah forum musyawarah
para pemangku kepentingan (stakeholders) desa yang dilaksanakan secara rutin pada
waktu tertentu untuk membahas, menyusun dan menyepakati Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKP Desa) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa). RKP Desa dan RPJM Desa inilah yang digunakan sebagai acuan dalam
menyusun Angaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa). Musyawarah perencanaan
pembangunan Desa berguna untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan maupun
kebutuhan pembangunan desa lainnya yang didanai oleh APB Desa, swadaya masyarakat
dan juga bersumber dari APBD. Perencanaan pembangunan desa yang dimaksud dalam
pasal ini mewajibkan keikut-sertaan masyarakat di dalamnya. Dalam menyusun
perencanaan pembangunan desa yang memuat RPJM Desa dan RKP Desa, pemerintah
desa wajib dan harus menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa
secara partisipatif dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Seluruh elemen
masyarakat yang dimaksud di sini adalah tokoh masyarakat, kelompok tani, LSM,
perempuan, pemuda dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya, keterlibatan
organisasi-organisasi sektoral, organisasi kemasyarakatan yang lain, perempuan dan
pemuda masih sangat terbatas.
David Korten mengatakan salah satu penentu keberhasilan dalam proses
pembangunan yaitu jenis pendekatan yang dipilih antara top down ataupun bottom up.
Model top down seringkali digunakan oleh negara-negara berkembang. Pendekatan bottom
up dibangun berdasarkan pengelolaan sumber daya manusia. Persoalan ataupun aspirasi
6
masyarakat selalu menjadi pertimbangan dalam setiap kebijakan yang akan diambil.
Masyarakat memiliki peranan dalam setiap pembangunan untuk mengusulkan sesuatu
yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan begitu masyarakat ikut serta disetiap program-
program pembangunan (Supeno, 2005:23, dalam http://journal.unair.ac.id/filerPDF/01-
Eko%20Supeno%202005.pdf, diunduh tanggal 10 November 2017).
Kemiskinan menjadi problem tersendiri dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat
pedesaan dalam pembangunan ekonomi pada saat ini bukan lagi merupakan masalah mau
atau tidaknya masyarakat ikut berpartisipasi, melainkan lebih pada sejauh mana
masyarakat melalui partisipasi tersebut dapat memperoleh manfaat bagi perbaikan
kehidupan sosial, ekonomi mereka. Pemerintahan desa yang lebih memfungsikan dirinya
sebagai pelaksana kebijaksanaan pemerintah, sehingga membuat partisipasi masyarakat
pedesaan dalam pembangunan ekonomi nasional belum mampu memperbaiki atau
mengubah kehidupan sosial ekonomi rakyat pedesaan. Rakyat desa tetap “kecil” dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Pada hakikatnya pemerintah desa adalah pihak
yang paling berkompeten dan bertanggung jawab menyelenggarakan forum-forum
perencanaan pembnagunan desa. Tetapi bukan berarti pihak lain tidak perlu terlibat
didalamnya. Pengikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa
diatur pada pasal 80 UU Nomor 6 Tahun 2014, yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan perencanaan pembangunan desa dalam bentuk musyawarah perencanaan
pembangunan desa harus mengikutsertakan masyarakat desa (Nain Umar, 2017:95).
Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan kurangnya ruang partisipasi untuk
mengeluarkan ide-ide ataupun solusi atas kondisi yang ada di masyarakat yang sesuai
dengan kebutuhan. Dengan begitu perlu adanya forum yang diperuntukkan bagi
masyarakat yaitu forum musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang), dimana
masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya dalam rangka merencanakan kegiatan
7
pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Musyawarah perencanaan
pembangunan desa dilaksanakan dengan prinsip demokratis, partisipatif, transparan,
akuntabilitas, kontinuitas, efisien dan efektif. (Pengelolaan Keuangan Desa dalam Biro
Tata Pemerintahan DIY, 2014:25)
Partisipasi masyarakat hendaknya tidak hanya diukur dari kehadiran masyarakat
dalam setiap forum musyawarah terutama Musrenbangdes. Namun dewasa ini partisipasi
masyarakat juga dilihat dari sampai sejauhmana masyarakat dilibatkan atau berpartisipasi
dalam setiap proses pembangunan terutama dalam proses perencanaan. Menurut Diana
Conyers dan Peter Hils (Kuncoro, 2012:50), perencanaan sebagai suatu proses
berkesinambungan yang mencakup keputusan-kepeutusan atau pilihan-pilihan berbagai
alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pada masa mendatang.
Partisipasi bukan hanya sekedar salah satu tujuan dari pembangunan sosial tetapi
merupakan bagian yang integral dalam proses pembangunan sosial. Partisipasi masyarakat
berarti eksitensi manusia seutuhnya, tuntutan akan partisipasi masyarakat semakin berjalan
seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga Negara. Penyusunan perencanaan
partisipasif yaitu dalam perumusan program-program pembangunan yang benar-benar
dibutuhkan masyarakat setempat dilakukan melalui diskusi kelompok-kelompok
masyarakat secara terfokus atau secara terarah. Kelompok strategis masyarakat dianggap
paling mengetahui potensi, kondisi, masalah, kendala, dan kepentingan (kebutuhan)
masyarakat setempat, maka benar-benar berdasar skala prioritas, bersifat dapat diterima
oleh masyarakat luas (acceptable) dan dianggap layak dipercaya (reliable) untuk dapat
dilaksanakan (implementasi) program pembangunan secara efektif dan efesien, berarti
distribusi dan alokasi faktor-faktor produksi dapat dilaksanakan secara optimal, demikian
pula pencapaian sasaran peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, perluasan
lapangan kerja atau pengurangan pengangguran, berkembangnya kegiatan lokal baru,
8
peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat, peningkatan keswadayaan dan
partisipasi masyarakat akan terwujud secara optimal pula.
Dalam proses penjaringan aspirasi, peluang untuk menyampaikan aspirasi belum
sepenuhnya dimanfaatkan oleh peserta. Masih ada peserta yang tidak menyampaikan
usulannya. Mereka sekedar hadir atau ikut memberikan usulan sama seperti yang telah
disampaikan oleh peserta sebelumnya. Kemungkinan penyebabnya adalah karena peserta
hadir tanpa persiapan yang cukup, baik persiapan di tingkat kelompok masyarakat maupun
di tingkat padukuhan. Selain keterbatasan waktu, informasi yang mereka terima juga
biasanya sangat terbatas. Mereka umumnya tidak siap menyampaikan usulan secara
tertulis dan sistematis, sehingga masukan dari wakil masyarakat kadang-kadang hanya
menjadi catatan pimpinan rapat yang peluangnya sangat kecil untuk dipertimbangkan
dalam pembahasan di tingkat selanjutnya.
Rencana pembangunan desa pada dasarnya merupakan pedoman bagi pemerintah
desa dalam menyelengggarakan pemerintahan desa, dan menjadi satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota. Mengingat pentingnya
kedudukan rencana pembangunan desa tersebut, maka proses penyusunan perencanaan
pembangunan desa tersebut harus dilaksanakan secara demokratis dan partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholders desa. ( Solekhan Moch, 2014:61).
Pada dasarnya musrenbang menjelaskan gambaran bagaimana forum tersebut
melibatkan masyarakat untuk ikut dalam proses perencanaan program pemerintah ataupun
dalam proses kebijakan penganggaran. Namun yang jadi pertanyaan apakah dalam
musrenbang telah melibatkan masyarakat, atau hanya partisipasi semu yang menginginkan
legitimasi dokumen perencanaan yang partisipasif. Dalam pengimplementasiannya,
pelaksanaan musrenbang seringkali belum mencerminkan semangat musyawarah yang
bersifat partispatif dan dialogis. Berawal dari pertanyaan tersebut, peneliti tertarik untuk
9
mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan
pembangunan desa.
Desa yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Maguwoharjo, merupakan salah
satu desa yang menyelenggarakan kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) dalam merencanakan pembangunan desa. Dalam observasi awal yang
dilakukan pada bulan Desember tahun 2017 ditemukan bahwa masyarakat Desa
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman telah melakukan Musrenbangdes
sebagai forum yang melibatkan beberapa komponen masyarakat mulai dari Kepala Desa,
Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, Karang
Taruna, PKK serta tokoh mayarakat untuk merencanakan pembangunan desa. Namun
tahapan awal pelaksanaan Musrenbangdes, yaitu sosialisasi kepada masyarakat dan
penjaringan aspirasi masyarakat di tingkat padukuhan atau Rukun Warga (RW) dan Rukun
Tetangga (RT) belum sepenuhnya dilakukan. Disamping itu, forum musyawarah hanya
didominasi elit desa yang mampu menyampaikan aspirasi masyarakat. Selebihnya hanya
datang dan mendengarkan saja sehingga partisipasi yang terjadi belum sesuai dengan yang
diharapkan.
Berdasarkan fenomena tersebut, Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai: Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbangdes) di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok kabupaten
Sleman. Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian tentang partisipasi masyarakat
dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Ada beberapa peneliti lain yang telah
melakukan penelitian sebidang, antara lain: pertama, penelitian yang berjudul
“Implementasi Perencanaan Partisipatif Melalui Musrenbangdes dalam Mewujudkan
Program Gerdema di Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau”, yang dilakukan oleh
Gamaliel Hirung Ding, DB Paranoan dan Achmad Djumlani. Analisis data yang
10
dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang terdiri dari
empat bagian yaitu pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dari hasil analisa yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa implementasi Perencanaan Partisipatif Melalui Musrenbangdes
dalam Mewujudkan Program Gerdema di Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau
telah mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, mulai dari
tahapan pra-musrenbangdes sampai tahap musrenbangdes. Penelitian ini telah dapat
mengklasifikasikan dua hambatan atau kendala, yaitu keterbatasan sumber daya manusia
dan tingginya ego masyarakat dalam proses perencanaan partisipatif. Kendala sumber
daya manusia, dibutuhkan pelatihan yang intensif bagi aparat desa. Kendala ego
masyarakat diperlukan sistem penentuan skala prioritas dalam hal pembobotan ranking,
yang disepakati oleh semua komponen di masyarakat. Dibutuhkan komitmen dan
konsistensi Pemerintah Daerah dan stake holder yang ada untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Malinau.
Kedua, penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah
Perencananan Pembangunan (Musrenbang) di Kabupaten Sarolangun”, yang disusun oleh
Rosnela Ginting. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah
yang disetting oleh pemerintah melalui Musrenbang ternyata belum dapat menghasilkan
partisipasi yang ideal, pemerintah belum dapat mengurangi perannya sebagai “doer” dan
menjalankan peran pemerintah yang semestinya yaitu sebagai “fasilitator”. Hal ini
menjadikan banyak kebijakan-kebijakan yang dibuat seolah-olah telah melalui konsultasi
publik, partisipasi masyarakat hanya sebagai kegiatan formalitas yang bertujuan untuk
menunjukkan kepada publik bahwa proses partisipasi sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
11
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam Musrenbang
desa/kelurahan merupakan partisipasi inisiatif, dimana masyarakat sudah terlibat dalam
menentukan dan merencanakan usulan yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan.
Partisipasi masyarakat dalam Musrenbang kecamatan merupakan partisipasi hampa, tanpa
makna (blind participation) dimana masyarakat dalam berpartisipasi tidak tahu mengenai
apa-apa yang mereka bisa usulkan, dan berapa anggaran yang disediakan. Sedangkan
dalam Forum Gabungan SKPD dan Musrenbang kabupaten merupakan partisipasi
konsultatif, dimana masyarakat mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk
diberitahu, dimana keputusan akhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan
tersebut.
Ketiga, partisipasi yang berjudul “Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan
Pembangunan Desa (Studi Desa Pulai Gading Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi
Banyuasin)”, yang diteliti oleh Agnes, Diana Dewi Sartika dan Yunindyawati. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Strategi penelitian yaitu studi kasus, untuk
mengetahui secara mendalam mengenai partisipasi perempuan dalam perencanaan
pembangunan desa dalam hal ini pada pertemuan musrenbang dan PKK desa Pulai
Gading. Informan dalam penelitian ini adalah perempuan, Kepala Desa, LPM, BPD, tokoh
agama, Kaur Pembangunan, dan Kaur Pemerintahan. Teknik pengumpulan data yaitu
berdasarkan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Unit analisisnya
pada tingkat individu. Informannya yaitu perempuan yang berpartisipasi dalam PKK dan
Musrenbang desa.
Partisipasi perempuan dalam forum PKK cenderung lebih aktif; para anggota dengan
leluasa menyampaikan aspirasinya, walaupun semua keputusan berada pada ketua PKK,
tetapi setidaknya perempuan telah berani menyuarakan ide, saran, ataupun kritik. Berbeda
halnya pada forum musrenbang perempuan tidak pernah menyuarakan aspirasinya secara
12
langsung, kebutuhan mereka dikemukakan oleh ketua PKK yang diwakili oleh pengelola
PKK. Partisipasi yang biasanya dilakukan oleh perempuan Desa Pulai Gading berupa
partisipasi pikiran (ide), tenaga, pikiran dan tenaga, dan keahlian. Partisipasi tersebut
berupa partisipasi sukarela dan mobilitas. Tingkat partisipasi perempuan dalam
musrenbang tergolong rendah, begitu juga dengan partisipasi perempuan dalam PKK
tergolong rendah. Perempuan yang idenya selalu didengar dan tenaga serta keahliannya
selalu digunakan adalah perempuan-perempuan yang memiliki ikatan kekerabatan dengan
para pemimpin.
Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu kekhasan penelitian ini adalah
bahwa penelitian ini tidak hanya berfokus pada partisipasi kelompok tertentu, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Agnes, Diana Dewi Sartika dan Yunindyawati yang
meneliti partisipasi kaum perempuan anggota PKK. Penelitian ini akan menggambarkan
partisipasi seluruh anggota masyarakat, dari berbagai kelompok.
Dibanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosnela Ginting, yang melihat
peran pemerintah saja dalam Musrenbangdes, penelitian ini akan melihat secara khusus
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam Musrenbangdes.
Sedangkan bila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gamaliel Hirung Ding, DB Paranoan dan Achmad Djumlani, yang lebih menekankan
teknik analisis data kualitatif, penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data,
teknik pemilihan informan dan teknik analisis data secara utuh.
13
B. FOKUS PENELITIAN
Dengan memperhatikan uraian latar belakang tersebut,dan kekhasan penelitian ini,
maka peneliti akan memfokuskan diri pada partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
Musrenbangdes di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Kota
Yogyakarta Tahun 2017 yang meliputi:
1. Partisipasi masyarakat dalam tiap tahapan Musrenbangdes yaitu tahap Pra
Musrenbanngdes, tahap Pelaksanaan Musrenbangdes dan tahap Pasca
Musrenbangdes.
2. Kendala- kendala yang dihadapi oleh masyarakat untuk berpartisipasi.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus penelitian yang telah ditetapkan maka
penulis merumuskan masalah pada tesis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbangdes di Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman?
2. Kendala- kendala yang dihadapi oleh masyarakat untuk berpartisipasi?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbangdes di
Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat untuk
berpartisipasi.
14
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah desa sebagai bahan masukan agar pelaksanaan Musrenbangdes
di tahun mendatang bisa menjadi lebih baik.
2. Bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, khususnya tentang partisipasi
masyarakat dalam Musrenbangdes.
F. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Partisipasi Masyarakat
a. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Dalam kamus bahasa Indonesia, partisipasi adalah keikut-sertaan seseorang dalam
suatu kegiatan atau turut berperan atau peran serta. Partisipasi dari asal katanya berasal
dari bahasa latin ialah partisipare yang mempunyai arti bagian atau turut serta. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 menyebutkan bahwa partisipasi
adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan
pembangunan. Konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki pengertian yang
beragam walaupun dalam beberapa hal ia memiliki kesamaan.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan
dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Sumaryadi (2005:46)menjelaskan bahwa arti partisipasi adalah peran serta seseorang
atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan
15
maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan seperti pikiran, tenaga, waktu,
keahlian (skill), modal (materi), ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan.
Pusic (dalam Adi, 2001:206-207) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan
tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan menjadi perencanaan diatas kertas,
berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan warga masyarakat dalam
pembangunan desa dilihat dari 2 hal, yaitu :
1) Partisipasi dalam perencanaan
Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program-program
pembangunan desa yang telah direncanakan bersama sedangkan sisi negatifnya adalah
kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antara kelompok dalam masyarakat yang
dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini dapat
ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat
dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang besar sulit
dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan system perwakilan. Masalah yang perlu dikaji
adalah apakah yang duduk dalam perwakilan benar-benar mewakili warga masyarakat.
2) Partisipasi dalam pelaksanaan
Segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian terbesar dari
program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi
segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan warga negara sebagai obyek
pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksanaan pembangunan tanpa didorong
untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan
keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional
terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.
16
Menurut pendapat Tjokroamidjojo (dalam Syafi’i 2007:104) partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:
a) Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan
pembangunan yang dilakukan pemerintah.
b) Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan.
c) Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara
berkeadilan.
Partisipasi, menurut Adisasmita dalam Suhardiman, (2006:38) dapat didefinisikan
sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.
Adisasmita juga mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu
bentuk pemberdayaan masyarakat (socialempowerment) secara aktif yang berorentasi pada
pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat pedesaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:
a) Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan
teknologi)
b) Aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan)
c) Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan pakar tersebut, jelas sekali bahwa
keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pembangunan adalah suatu langkah
awal guna keberhasilan suatu pembangunan.
17
a. Jenis-Jenis Partisipasi
Huraerah (2008:117) membagi partisipasi ke dalam lima macam, yaitu:
1) Partisipasi langsung dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka.
2) Partisipasi dalam bentuk iuran uang atau barang dalam kegiatan partisipatori,
dana dan sarana sebaiknya datang dari dalam masyarakat sendiri. Kalaupun
terpaksa dari luar hanya bersifat sementara dan sebagai umpan.
3) Partisipasi dalam bentuk dukungan.
4) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
5) Partisipasi representative dengan memberikan kepercayaan dan mandat kepada
wakil-wakil yang duduk dalam organisasi atau panitia.
Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat penerima program dalam
pembangunan menurut Cohen dan Uphoff (dalam Supriatna, 2000:61-63) yaitu:
1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Setiap penyelenggaraan, terutama dalam kehidupan bersama masyarakat pasti
melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Dalam rumusan yang lain adalah
menyangkut pembuatan keputusan politik. Partisipasi masyarakat pada tahap ini
sangat besar sekali, terutama karena putusan politik yang diambil menyangkut
nasib mereka secara keseluruhan. Semakin besar kemampuan untuk menentukan
nasib sendiri, semakin besar partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2) Partisipasi dalam Pelaksanaan
Partisipasi ini merupakan tindak lanjut dari tahap pertama di atas. Dalam hal ini
Uphoff menegaskan bahwa partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan
melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang
pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang, material,
ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.
18
3) Partisipasi dalam memanfaatkan hasil
Setiap usaha bersama manusia dalam pembangunan misalnya bagaimanapun
ditunjukkan untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama anggota
masyarakatnya. Oleh sebab itu, anggota masyarakat berhak untuk berpartisipasi
dalam menikmati setiap usaha bersama yang ada.
4) Partisipasi dalam Evaluasi
Sudah umum diketahui bahwa setiap penyelenggaraan apapun dalam kehidupan
bersama, hanya dapat dilihat berhasil apabila dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat. Untuk mengetahui hal ini sudah sepantasnya masyarakat diberi
kesempatan menilai hasil yang telah dicapai.
Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2001:69-70), beberapa pendekatan untuk
memajukan partisipasi masyarakat yaitu:
1) Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi yakni pendekatan yang beranggapan
bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan
sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu
arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat
vertical.
2) Pendekatan partisipasi aktif yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya
pelatihan dan kunjungan.
3) Pendekatan partisipasi dengan keterikatan masyarakat atau individu diberikan
kesempatan untuk melakukan pembangunan dan diberikan pilihan terikat pada
sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
19
4) Pendekatan dengan partisipasi setempat yaitu pendekatan dengan mencerminkan
kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat
setempat.
Cohen dan Uphoff dalam Mulyadi (2011:25) memberikan rumusan partisipasi
masyarakat yang lebih aplikatif dalam bentuk participation of decision making,
participation in implementation, participation in benefit dan participation in evaluation.
Bentuk partisipasi yang dikemukakan tersebut merupakan bentuk partisipasi yang lebih
nyata terjadi di masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi yang dimaksud sebagai berikut:
1) Participation in decision making
Participation in decision making atau partisipasi dalam pengambilan keputusan
adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan keputusan melalui
perencanaan pembangunan. Masyarakat dilibatkan dalam perumusan atau proses
pembuatan keputusan dengan mengemukakan pendapat atau saran dalam menilai
suatu program atau kebijakan yang akan ditetapkan. Adanya reformasi
menyebabkan partisipasi dilaksanakan melalui konsultasi publik dan dialog
publik pada proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes).
Keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan di desa tercermin dari hal-
hal berikut :
a) Keikutsertaan masyarakat dalam menghadiri rapat perencanaan pembangunan
desa. Salah satu bentuk kontribusi masyarakat desa dalam pembangunan adalah
ikut serta dalam pembanguan desa (Musrenbang). Perencanaan pembangunan di
desa dirumuskan melalui Musrenbang. Keikutsertaan masyarakat dalam hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa kemauan, kemampuan dan luangnya waktu
20
berpengaruh terhadap luasnya partisipasi warga masyarakat dalam proses
pembangunan (Iskandar, 2001:319).
b) Mengemukakan pendapat atau saran dalam setiap pertemuan rapat. Dengan
memahami kebutuhan dan permasalahn yang dihadapi oleh masyarakat serta
kemudian diungkapkan pada sebuah rapat pertemuan, maka akan menghasilkan
sebuah ide yang dapat menjadi pertimbangan pada proses perencanaan
pembangunan. Pendapat masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
c) Memberikan data atau informasi dalam setiap pertemuan dan rapat pembangunan.
hal ini, pemerintah merasa tidak berkewajiban untuk menyampaikan informasi
penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat karena belum ada peraturan
yang mewajibkan hal tersebut. Usaha pemerintah untuk mewujudkan kemitraan
antara masyarakat dalam pemberian dan penerimaan informasi, dalam hal ini
tingkat partisipasi masyarakat dalam memberikan data maupun informasi pada
setiap pertemuan atau rapat yang diselenggarakan oleh pemerintah.
d) Keikutsertaan masyarakat dalam proses perumusan atau perumusan pembuatan
keputusan. Dalam proses tersebut merupakan proses keikutsertaan masyarakat
secara langsung pada proses pembangunan.
2) Participation in implementation
Participation in implementation atau partisipasi dalam pelaksanaan merupakan
keikutsertaan masyarakat dalam partisipasi pembangunan yang berwujud kontribusi.
Cohen dan Uphoff (1977) dalam Mulyadi (2011:34) mengemukakan bahwa partisipasi
pembangunan dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan
kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang dapat berwujud sebagai
berikut:
21
a) Kontribusi dengan tenaga
Partisipasi dengan tenaga yaitu keikutsertaan seseorang atau kelompok masyarakat
dengan terjun langsung dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dalam kehidupan
sosial keikutsertaan masyarakat dengan tenaga atau fisik terlihat pada pekerjaan gotong-
royong dalam perbaikan jalan, jembatan, sarana ibadah dan pendidikan. Partisipasi
masyarakat dengan memberikan kontribusi berupa tenaga merupakan suatu kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melibatkan masyarakat
secara langsung pada program-program pembangunan. Kerjasama yang terjalin antara
masyarakat dengan pemerintah adalah upaya untuk menggerakkan peran serta masyarakat
lebih perperan aktif dalam kegiatan pembangunan.
b) Kontribusi dengan uang
Kontribusi dengan uang adalah keikutsertaan masyarakat dalam bentuk sumbangan
berupa uang. Hal ini biasanya diberikan masyarakat karena masyarakat tidak dapat
berpartsispasi langsung terhadap pembangunan. Peran serta masyarakat yang besar akan
membawa pengaruh yang besar pula terhadap pembangunan.
c) Kontribusi dengan bahan (material)
Kontribusi dengan bahan (material) merupakan keikutsertaan masyarakat dengan
memberikan sumbangan berupa bahan-bahan untuk kegiatan pembangunan fisik. Peran
serta masyarakat pada dasarnya merupakan kesediaan secara sukarela dari seseorang untuk
membantu kegiatan pembangunan yang berlangsung didaerahnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing dengan demikian wujud dari partisipasi masyarakat sangat
banyak bentuknya.
22
3) Partisipasion in benefit
Partisipasion in benefit atau partisipasi dalam kemanfaatan merupakan wujud
peran dimana dalam keikutsertaan tersebut dapat memberikan manfaat lebih positif bagi
pemerintah dan masyarakat.
a) Mengikuti kegiatan pemeliharaan kebersihan rumah dan lingkungan
b) Mengikuti kegiatan keagamaan
c) Mengikuti kegiatan pemeliharaan keamanan lingkungan
d) Mengikuti kegiatan kelompok usaha ekonomi pertahanan daerah dan untuk
meningkatkan perekonomian.
4) Partisipasion in evaluation
Partisipasion in evaluation atau keikutsertaan dalam evaluasi merupakan
keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi dan menilai pelaksanaan hasil-hasil
perencanaan. Masyarakat dapat memberikan saran dan kritik terhadap pelaksanaan
pemerintahan agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan mencapai hasil yang
telah ditetapkan.
2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa)
a. Pengertian Musrenbang Desa
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa adalah forum
musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholders) desa untuk menyepakati
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahun anggaran yang direncanakan.
Musrenbang Desa dilakukan setiap bulan januari dengan mengacu pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Setiap desa diamanatkan untuk
menyusun dokumen rencana 6 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan
yaitu RKP Desa.
23
Menurut Ditjen Bina Bangda - Departemen Dalam Negeri:
Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang diselenggarakan olehlembaga publik, yaitu pemerintah desa, bekerjasama dengan warga dan parapemangku kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan mampumembangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan caramemotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik daridalam maupun luar desa. Pembangunan tidak dapat berjalan maju apabila salahsatu dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat dan swasta)tidak berperan atau berfungsi, karena itu Musrenbang juga merupakan forumpendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan danpembangunan (Ditjen Bina Bangda - Departemen Dalam Negeri. 2008).
b. Dasar Hukum Musrenbang Desa
Dasar hukum Musrenbang Desa adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional. Musrenbang sendiri perwujudan dari kewenangan desa dalam
mengatur daerahnya, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014, pasal 116 ayat 1 dan 2 (yang tidak diubah dalam PP No. 47 Tahun 2015)
yang menyebutkan bahwa:
1) Dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa, pemerintah desa wajib
menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa secara
partisipatif.
2) Musyawarah perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud diikuti
oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat desa.
24
c. Tujuan dan Luaran Musrenbang Desa
Tujuan musrenbang desa adalah:
1) Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan
penyusunan rencana kerja pembangunan desa dengan pemilahan sebagai berikut:
a) Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri dan dibiayai
melalui dana swadaya desa/masyarakat
b) Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai
melalui alokasi dana desa (ADD) yang berasal dari APBD kabupaten/kota atau
sumber dana lain
c) Prioritas kegiatan desa yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan
untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD
kab/kota atau propinsi
2) Menyepakati tim delegasi yang akan memaparkan persoalan daerah yang ada
pada forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah
daerah/SKPD tahun berikutnya.
Luaran Musrenbangdes adalah:
1) Daftar prioritas kegiatan untuk menyusun rencana kerja pembangunan desa
untuk tahun anggaran berjalan.
2) Daftar nama tim delegasi desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan (3
orang atau 5 orang; bila 3 orang, minimal 1 orang perempuan; bila 5 orang
minimal 2 orang perempuan);
3) Berita acara musrenbang desa.
25
d. Prinsip-Prinsip Musrenbang Desa
Prinsip-prinsip musrenbang desa, berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan musrenbang, baik untuk pemandu, peserta, maupun narasumber. Prinsip-
prinsip ini tidak boleh dilanggar agar musrenbang desa benar-benar menjadi forum
musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan
pembangunan desa
1) Prinsip kesetaraan. Peserta musyawarah adalah warga desa, baik laki-laki,
perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda, dengan hak yang setara untuk
menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan
pendapat Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan
pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi
(menghormati) hasil keputusan forum meskipun tidak sependapat.
2) Prinsip musyawarah. Peserta musrenbang desa memiliki keberagaman tingkat
pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, dan status sosial-
ekonomi. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan
menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa di
atas kepentingan individu atau golongan.
3) Prinsip anti-dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok
yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui
proses musyawarah semua komponen masyarakat secara seimbang.
4) Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk
mendorong individu dan kelompok yang paling diam untuk menyampaikan
aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan, dan generasi
muda.
26
5) Prinsip anti-diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang
sama dalam menjadi peserta musrenbang Kelompok marjinal dan perempuan,
juga punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh
dibedakan.
6) Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa dimaksudkan untuk
menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau
sektor tertentu saja. Musrenbang desa dilakukan sebagai upaya mendorong
kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh
sehingga tidak boleh muncul ego sektor dan ego wilayah dalam menentukan
prioritas kegiatan pembangunan desa.
e. Peserta Musrenbang Desa
Pelaksanaan musrenbangdes sebaiknya diumumkan secara terbuka minimal 7 hari
sebelum hari H sehingga warga masyarakat siapapun dapat saja menghadirinya sebab
forum ini adalah milik warga masyarakat desa. Peserta musrenbangdes idealnya diikuti
oleh berbagai komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang terdiri atas:
1) Keterwakilan wilayah (Dusun/Kampung/RW/RT)
2) Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi, pertanian, kesehatan, pendidikan,
lingkungan)
3) Keterwakilan kelompok usia (generasi muda,generasi tua)
4) Keterwakilan kelompok sosial dan jenis kelamin (tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokoh agama, bapak-bapak, ibu-ibu, kelompok marjinal)
5) Keterwakilan 3 unsur tata pemerintahan (pemerintah desa/kelurahan, kalangan
swasta/bisnis, masyarakat umum)
6) Serta keterwakilan berbagai organisasi yang menjadi pemangku kepentingan
dalam upaya pembangunan desa/urusan kelurahan
27
Meskipun semua warga desa berhak berpartisipasi dalam musrenbangdes, tetapi
terdapat kriteria atau persyaratan yang sebaiknya disampaikan kepada warga yang ingin
menjadi peserta,yaitu:
1) Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan,
menghargai perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan
kepentingan umum(desa), dan keberpihakan terhadap kalangan marjinal.
2) Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta mengumpulkan dan
mempelajari berbagai informasi, dokumen, dan materi yang relevan untuk
pelaksanaan musrenbangdes. Untuk memperoleh informasi, peserta dapat
menghubungi sumber informasi yaitu tim pemandu maupun tim penyelenggara
musrenbangdes.
3) Peserta berminat menbangun kapasitasnya kebijakan, aturan, arah program
pemerintah, berbagai isu pembangunan, dan sebagainya, sehingga bisa berperan
serta sebagai peserta musrenbang yang aktif. Untuk penguatan kapasitas, tim
pemandu maupun tim penyelenggara musrenbangdes dapat menyelenggarakan
simulasi musrenbangdes.
f. Proses Umum Tahapan Musrenbang Desa
Sesuai dengan tata waktu dan mekanisme proses, musrenbangdes dibagi menjadi:
1) Tahap Pra-Musrenbang Desa
a) Pengorganisasian Musrenbang, terdiri atas kegiatan-kegiatan dimana kepala
desa menunjuk ketua LKM/LPM untuk menjadi ketua tim penyelenggara musrenbang
desa. Kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:
Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM);
Pembentukan Tim Pemandu Musrenbang desa oleh TPM (2-3 orang);
Persiapan teknis pelaksanaan Musrenbang desa yaitu:
28
o Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang desa;
o Pengumuman kegiatan Musrenbang desa dan penyebaran undangan kepada
peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelum Hari-H);
o Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi,alat, dan bahan).
b) Pengkajian desa secara partisipatif, terdiri atas kegiatan-kegiatan:
Kajian kondisi, permasalahan, dan potensi desa (per dusun/RW dan/atau per
sektor/isu pembangunan) bersama warga masyarakat;
Penyusunan data/informasi desa dari hasil kajian oleh tim pemandu.
Penyusunan draf Rancangan Awal RKP Desa, terdiri atas kegiatan-kegiatan:
o Kaji ulang dokumen RPJM Desa dan hasil-hasil kajian desa oleh TPM
dan Tim Pemandu;
o Kajian dokumen/data/informasi kebijakan program dan anggaran daerah
oleh TPM dan Tim Pemandu;
o Penyusunan draf Rancangan Awal RKP Desa dengan mengacu pada
kajian tadi oleh TPM dan Tim Pemandu.
2) Tahap Pelaksanaan Musrenbang Desa
Dalam pelaksanaannya Kepala Desa menunjuk ketua LKM/LPM untuk menjadi
ketua tim penyelenggara musrenbang desa. Dengan rician acara sebagai berikut:
a) Pembukaan Acara dipandu oleh pembawa acara dengan kegiatan sebagai
berikut:
Kata pembuka dan penyampaian agenda Musrenbang desa;
Laporan dari ketua panitia Musrenbang (Ketua TPM);
Sambutan dari kepala desa sekaligus pembukaan secara resmi;
Doa bersama.
29
b) Pemaparan dan diskusi dengan narasumber (diskusi panel) sebagai masukan
untuk musyawarah:
Pemaparan oleh wakil masyarakat mengenai gambaran persoalan desa
menurut hasil kajian, yang dibagi sesuai dengan urusan/bidangpembangunan
desa;
Pemaparan kepala desa mengenai: (1) hasil evaluasi RKP Desa yang sudah
berjalan; (2) kerangka prioritas program menurut RPJM Desa; (3) Informasi
perkiraan ADD dan sumber anggaran lain untuk tahun yang sedang
direncanakan;
Pemaparan pihak kecamatan, UPTD/SKPD kecamatan mengenai kebijakan
dan prioritas program daerah di wilayah kecamatan;
Tanggapan/diskusi bersama warga masyarakat.
c) Pemaparan draf Rancangan Awal RKP Desa oleh TPM (biasanya Sekdes) dan
tanggapan atau pengecekan (verifikasi) oleh peserta.
d) Kesepakatan kegiatan prioritas dan anggarannya per bidang/isu.
e) Musyawarah penentuan Tim Delegasi Desa.
f) Penutupan yaitu penandatanganan berita acara Musrenbang dan penyampaian
kata penutup oleh Ketua TPM/pemandu.
3) Tahap Pasca-Musrenbang Desa
a) Rapat kerja tim perumus hasil Musrenbang desa yang terdiri dari:
Dua-tiga (2-3) orang dari TPM dan perangkat desa
Tiga (3) orang anggota tim delegasi desa.
b) Rapat kerja finalisasi dokumen:
RKP-Desa dan penyusunan APBDesa untuk desa
30
Renja OPD desa dan penyusunan daftar prioritas kegiatan pembangunan
swadaya desa dan daftar prioritas kegiatan permasalahan pembangunan
desa.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan temuan yang diamati. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bersifat menggambarkan suatu fenomena, peristiwa dan gejala
(Sugiyono,2013:1-2). Dalam Tesis ini peneliti ingin menggambarkan fenomena, peristiwa
dan gejala partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musrenbangdes di Desa
Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dan kendala- kendala yang dihadapi
oleh masyarakat dalam berpartisipasi. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut
juga sebagai metode etnografi. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Penelitian kualitatif instrumennya
adalah peneliti sendiri.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan musrenbangdes di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman dan kendala- kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam berpartisipasi.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
31
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Untuk menentukan informan pada penelitian ini dipakai teknik purposive yaitu
teknik pengambilan informan berdasarkan tujuan penelitian. Pertimbangannya, misalnya
orang tersebut peneliti anggap paling tahu tentang apa yang peneliti tanyakan sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti
(Sugiyono,2015:53-54).
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua unsur yang terlibat dalam
proses musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman. Informan yang dipilih ada 16 orang, dengan identitas sebagai berikut:
Identitas Informan
No Nama L/P Usia Pendidikan Keterangan
1 R.Budi Pramono, S.H. L 52 S1 Sekretaris Camat
2 H. Imindi Kasmiyanta, S.Pd L 65 S1 Kepala Desa
3 Heri Santoso L 42 SLTA Sekretaris Desa
4 Muhammad Fauzi L 54 S1 Kaur Perencanaan
5 Heru Ismayadi L 58 SLTA Ketua BPD
6 Nurkholis L 51 SLTA Anggota BPD
7 Febry Supriyanto L 38 D3 Dukuh Sambilegi
Kidul
8 Hoho L 33 SLTA Dukuh Sanggrahan
9 Wiji Samsudi L 46 S1 Dukuh Denokan
10 Wahadi Basuki L 56 SLTA Dukuh Nayan
11 Danang L 32 SLTA Karang Taruna
12 Trisni Astuti P 25 D3 Karang Taruna
13 Purwanti P 42 S1 PKK
14 Siti umiyatun P 52 S1 PKK
15 Tugiro L 67 SLTA LPMD
16 Suraji L 56 S1 LPMD
Sumber: Olahan Sendiri dari Data Primer, 2018.
32
Alasan pemilihan informan-informan tersebut adalah bahwa ke-16 informan tersebut
merupakan semua unsur yang terlibat dalam proses musyawarah perencanaan
pembangunan di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, yaitu:
informan No. 1 wakil dari Kecamatan, No. 2-4 wakil dari Pemerintah Desa, No. 5 dan 6
dari BPD, No. 7 sampai 10 dari Padukuhan, No. 11 dan 12 dari Karang Taruna, No 13 dan
14 dari PKK, No 15 dan 16 dari LPMD.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2010:62). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan
dari informan dengan menggunakan banyak waktu. Pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Menurut Nawawi dan Martini dalam Sugiyono (2015:63), “Observsi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Berdasarkan pemaparan tersebut
peneliti melakukan kegiatan pengamatan dan pencatatan tentang partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan musrenbangdes di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman dan kendala- kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam berpartisipasi.
b. Teknik Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:194), teknik wawancara ini digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam dan jumlah informannya 16
33
informan.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Teknik wawancara
ini peneliti gunakan untuk mencari informasi yang lebih mendalam tentang partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan musrenbangdes di Desa Maguwoharjo Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman dan kendala- kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam
berpartisipasi.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seorang atau kelompok. Pengambilan dokumentasi merupakan cara untuk membantu
mempermudah dalam penelitian dalam melengkapi data yang diperoleh saat melakukan
wawancara dan observasi. Peneliti menggunakan dokumen-dokumen yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, BPD, dan foto-foto dokumentasi.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif. Teknik ini menyajikan 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Moleong (2004:280-281),
langkah-langkah analisis data, dengan mengutip pendapat Miles dan Huberman, adalah
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta
pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
34
b. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada
waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti
memfokuskan wilayah penelitian.
c. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi sehingga penelitian ini
dapat selesai dilakukan. Penyajian data diperoleh dari berbagai jenis, jaringan
kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.
d. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti mengerti dan
tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan menyusun
pola-pola pengarahan dan sebab akibat.
35
BAB II
GAMBARAN DESA MAGUWOHARJO
Bab II akan mendeskripsikan dua hal yaitu A. Geografi dan Demografi Desa dan B.
Pemerintahan Desa. Deskripsi ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang
situasi dan kondisi masyarakat dan pemerintahan Desa dimana Musrenbangdes
Maguwoharjo dilaksanakan.
A. Geografi dan Demografi Desa
1. Geografi
Desa Maguwoharjo berada sekitar 5 km arah timur Kecamatan Depok dan 15 km
arah selatan ibukota Sleman. Desa ini memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan
terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi jalan raya.
Dilihat dari topografi, wilayah Maguwoharjo berada pada ketinggian 250 m dari
permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2500-3000 mm/tahun, serta suhu rata-rata
per tahun: 35° C.
Secara administratif, Desa Maguwoharjo terletak di Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara : Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.
Selatan :Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman.
Barat : Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Timur : Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
2. Demografi
Jumlah Penduduk Desa Maguwoharjo Tahun 2017, tercatat secara administratif,
34.832 jiwa, dengan rincian sebagai berikut: jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
sebanyak17.667jiwa, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 17.165 jiwa.
36
Jumlah Kepala Keluarga adalah 11.412, dengan demikian rata-rata tiap Kepala Keluarga
terdiri dari 3,05 jiwa.
Uraian tentang Jumlah Penduduk Desa Maguwoharjo menurut Jenis Kelamin
tersebut akan terlihat dengan lebih jelas dalam tabel II.1 berikut:
Tabel II. 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Padukuhan Laki-
Laki
Perem
puan
Jumlah
Penduduk
Banyak
KK
Rata-Rata
Angt. KK
1 Denokan 413 407 820 264 3,11
2 Krodan 1.371 1.231 2.602 995 2,62
3 Jenengan 365 368 733 234 3,13
4 Pugeran 1.108 1.114 2.222 685 3,24
5 Sanggrahan 937 897 1.834 608 3,02
6 Nanggulan 1.124 1.104 2.264 762 2,97
7 Demangan 655 654 1.309 403 3,25
8 Corongan 613 630 1.243 388 3,20
9 Nayan 708 695 1.403 444 3,16
10 Kalongan 907 915 1.822 614 2,97
11 Tajem 1.026 1.015 2.041 628 3,25
12 Banjeng 1.039 977 2.016 624 3,23
13 Sembego 1.484 1.458 2.942 939 3,13
14 Stan 567 595 1.162 371 3,13
15 Meguwo 1.101 973 2.074 746 2,78
16 Ringin sari 1.074 1.048 2.122 676 3,14
17 Sambilegi lor 986 949 1.935 600 3,23
18 Sambilegi kidul 916 838 1.754 614 2,86
19 Karang ploso 528 551 1.079 357 3,02
20 Kembang 745 710 1.455 460 3,16
JUMLAH 17.667 17.165 34.832 11.412 3,05
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
37
Dari tabel II.1 terlihat bahwa jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Padukuhan
Jenengan dengan jumlah penduduk 733 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling besar
terdapat di Padukuhan Sembego yaitu sebesar 2.942 jiwa. Hal ini disebabkan karena
padukuhan Sembego merupakan padukuhan dengan luas wilayah paling besar. Namun
apabila dilihat dari kepadatan penduduk padukuhan Sembego justru rendah sedangkan
kepadatan penduduk terbesar terdapat di padukuhan Kembang. Hal ini disebabkan karena
banyaknya penduduk yang bermukim, yaitu sebanyak 1.455 jiwa dan sempitnya luas
padukuhan.
Dalam kunjungan ke lapangan, peneliti memperoleh informasi tambahan bahwa:
Jumlah migrasi penduduk di Desa Maguwoharjo adalah sebanyak 1.176 orang dengan
rincian sebagai berikut: jumlah penduduk datang laki-laki 365 orang, perempuan 361
orang dan jumlah penduduk pindah/keluar laki-laki 214 orang, perempuan 236 orang.
Dengan sebaran penduduk semacam itu, dapat dikatakan bahwa Desa Maguwoharjo
memiliki sumber daya manusia yang merata di seluruh Desa. Tidak ada wilayah
padukuhan yang kosong, atau sepi warga. Bahkan jumlah laki-laki dan perempuan hampir
sama. Ini berarti kesetaraan laki-laki dan perempuan lebih mudah diciptakan guna
mengatasi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, atau dominasi laki-laki terhadap
perempuan. Dengan keadaan demografi seperti ini, pemerintah dapat menjaring aspirasi
dari seluruh wilayah Desa. Pemerintah Desa dapat menciptakan suatu gerakan bersama
masyarakat secara merata dalam membangun Desa.
Tabel II. 2.Data Penduduk Menurut Umur
No Padukuhan Umur Umur Umur Umur Umur Jumlah
0-14 15-29 30-44 45-59 >60
1 Denokan 175 170 204 168 103 820
2 Krodan 496 506 847 496 257 2.602
3 Jenengan 150 158 185 155 85 733
38
4 Pugeran 458 519 556 478 211 2.222
5 Sanggrahan 392 408 472 352 210 1.834
6 Nanggulan 403 507 566 479 309 2.264
7 Demangan 297 257 348 267 140 1.309
8 Corongan 266 285 286 283 123 1.243
9 Nayan 329 289 357 275 153 1.403
10 Kalongan 356 381 472 385 228 1.822
11 Tajem 476 445 495 406 219 2.041
12 Banjeng 494 384 569 365 204 2.016
13 Sembego 667 609 732 611 323 2.942
14 Stan 247 225 296 238 156 1.162
15 Maguwo 329 448 500 486 311 2.074
16 Ringinsari 451 468 538 438 227 2.122
17 Sambilegi
Lor
436 408 460 420 211 1.935
18 Sambilegi
Kidul
311 354 458 354 277 1.754
19 Karangploso 228 204 260 242 145 1.079
20 Kembang 298 321 343 285 206 1.453
JUMLAH 7.259 7.346 8.944 7.183 4.098 34.830
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Data dalam Tabel II. 2 menunjukkan bahwa jumlah terbesar penduduk Desa
Maguwoharjo berumur antara 30-44 tahun, yaitu sebesar 8.944 jiwa, urutan kedua
penduduk berumur antara 15-29 tahun, yaitu sebesar 7.346 jiwa dan urutan ketiga
penduduk berumur antara 0-14 tahun, yaitu sebesar 7.259 jiwa yang tidak terpaut jauh
dengan penduduk yang berumur 45-59 tahun, yaitu sebesar 7.183 jiwa.
Ini berarti mayoritas penduduk Desa Maguwoharjo berada pada usia produktif. Ini
merupakan modal sosial yang besar bagi Desa, karena pada usia produktif partisipasi
seluruh masyarakat menjadi sangat kuat dan dinamis. Partisipasi mereka dapat
meningkatkan kualitas Musrenbangdes dan pembangunan Desa.
39
Jika dilihat dari pekerjaannya penduduk Desa Maguwoharjo dapat digambarkan
pada tabel II.3 sebagai berikut:
Tabel II. 3. Data Penduduk Menurut Pekerjaan
No Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Mengurus rumah tangga 11 5.473 5.484
2. Pelajar atau mahasiswa 3.644 3.184 6.828
3. Pensiunan 748 181 929
4. Pegawai Negeri Sipil 654 452 1106
5. Tentara Nasional Indonesia 211 11 222
6. Kepolisian RI 183 17 200
7. Perdagangan 137 166 303
8. Petani atau Perkebunan 264 143 407
9. Industri 18 8 26
10. Konstruksi 31 3 34
11. Transportasi 18 5 23
12. Karyawan Swasta 3.910 1.918 5.828
13. Karyawan BUMN 163 60 223
14. Karyawan BUMD 16 4 20
15. Karyawan Honorer 50 37 87
16. Buruh Harian Lepas 1.191 295 1.486
17. Buruh Tani atau Perkebunan 229 153 382
18. Pembantu rumah tangga 2 24 26
19. Tukang Batu 80 0 80
20. Tukang Jahit 7 38 45
21. Mekanik 28 - 28
22. Dosen 115 70 185
23. Guru 98 221 319
24. Dokter 36 51 87
25. Perawat 2 19 21
26. Sopir 88 - 88
27. Pedagang 67 144 211
28. Perangkat Desa 32 3 35
40
29. Biarawati - 23 23
30. Wiraswasta 1.972 1.047 3.019
31. Lainnya 353 183 536
32. Belum atau tidak bekerja 3.289 3.232 6.521
JUMLAH 17.667 17.165 34.832
Sumber: SIAK Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Tabel II. 3 menunjukkan bahwa jumlah tersebar penduduk Desa Maguwoharjo
masih berstatus pelajar/mahasiswa, yaitu sebesar 6.828 orang yang terdiri atas 3.644 laki-
laki dan 3.184 perempuan. Urutan kedua adalah penduduk yang berprofesi sebagai
karyawan swasta yaitu sebesar: 5.828, yang terdiri dari 3.910 laki-laki dan 1.918
perempuan. Urutan ketiga adalah penduduk yang bekerja mengurus rumah tangga, yaitu
sebesar 5.484 yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 5.473 perempuan.
Dengan komposisi profesi penduduk semacam itu, partisipasi masyarakat Desa
merupakan kekuatan pembangunan besar bagi Desa karena mayoritas terdiri dari dari
kaum terpelajar, berpengalaman kerja, dan pendidik kehidupan keluarga dalam rumah
tangga. Mereka mampu mengartikulasikan kebutuhan konkret keluarga dan masyarakat
serta mengupayakannya secara bersama-sama.
Meski demikian, mereka juga memiliki tanggungjawab moral dan sosial terhadap
penduduk yang belum atau tidak bekerja, yang jumlahnya mencapai 6.521 orang, terdiri
dari 3.289 laki-laki dan 3.232 perempuan.
Jika penduduk Desa Maguwoharjo dilihat menurut agamanya, maka akan diperoleh
gambaran sebagai berikut:
Tabel II. 4. Data Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 31.574 orang
2 Kristen 1.134 orang
3 Katolik 2.056 orang
41
4 Hindu 64 orang
5 Budha 4orang
JUMLAH 34.832
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Data tersebut memperlihatkan bahwa jumlah pemeluk agama Islam menempati
urutan pertama, yaitu sebanyak 31.574 orang, dan diurutan terakhir pemeluk agama
Budha, sebanyak 4 orang.
Dari kenyataan ini, pemerintah Desa dalam menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan perlu melibatkan para tokoh agama, karena kedekatan
mereka dengan masyarakat beragama umumnya lebih dekat dan pengaruhnya besar.
Selain itu, perlu menggugah motivasi religius dalam menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pembangunan Desa, melalui Musrenbangdes karena
masyarakat umumnya merupakan masyarakat religius.
Terakhir, dengan bekerjasama dengan institusi agama, pemerintah Desa dapat
memperoleh bantuan sarana peribadatan sebagai ruang sosialisasi, partisipasi dan
aktualisasi masyarakat Desa, karena jumlah sarana peribadatan di Desa Maguwoharjo
cukup banyak yaitu, 116 buah, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel II. 5. Data Sarana Peribadatan
No Agama Jumlah
1 Masjid 53 buah
2 Mushola/Langgar 56 buah
3 Gereja 5 buah
4 Kapel 2 buah
JUMLAH 116 buah
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
42
Dalam Musrenbangdes, pemerintah Desa bertindak sebagai motivator, fasilitator,
dan dinamisator. Karena pentingnya peran pemerintah Desa ini maka dalam bagian
berikut akan dideskripsikan pemerintahan Desa Maguwoharjo.
B. Pemerintahan Desa Maguwoharjo
Pada bagian ini akan dipaparkan Visi-Misi Pemerintah Desa, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Desa Maguwoharjo, pembagian wilayah, kondisi sosial-
budaya, pendidikan, kondisi ekonomi, Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), dan
rencana serta pelaksanaan Program Kerja Desa.
1. Visi dan Misi
Visi Desa Maguwoharjo adalah “terwujudnya masyarakat Desa Maguwoharjo
yang agamis, sejahtera dan mandiri“
Dari visi tersebut, pemerintah Desa merumuskan misinya sebagai berikut:
a. Meningkatkan penyelenggaraan dibidang Pemerintahan, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan.
b. Meningkatkan derajat kesehatan, pendidikan, sumber daya manusia baik
formal, non-formal, dan informasi.
c. Meningkatkan pembangunan sarana prasarana dan ekonomi.
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
e. Optimalisasi potensi Desa dalam rangka “terwujudnya masyarakat desa
maguwoharjo yang agamis, sejahtera dan mandiri”.
Dari visi dan misinya terlihat bahwa pemerintah Desa menyadari, untuk
mewujudkan visinya: “Masyarakat Desa Maguwoharjo yang Agamis, Sejahtera dan
Mandiri”, perlu mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
43
Disadari betul bahwa peningkatan partisipasi masyarakat itu penting. Oleh karena itu
pemerintah Desa perlu antara lain mengoptimalkan potensi Desa, dan meningkatkan
penyelenggaraan dibidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan.
2. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Organisasi Pemerintah Desa Maguwoharjo ditetapkan dengan Peraturan Desa
Nomor 04 Tahun 2007 terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Desa, 1 (satu) orang Sekretaris
Desa, 3 (tiga) orang Kepala Seksi, 3(tiga) orang Kepala urusan, yang masing-masing
dibantu oleh Staf, dan 20 (duapuluh) orang Dukuh.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Maguwoharjo dapat dilihat
dengan jelas dalam gambar berikut:
Gambar:Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa
: Dukuh 1s/d 20
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2018
Kepala Desa
Sekretaris
Seksi
Pemerintah
Seksi
Kesejahter
Seksi
Pelayanan
Ur.TU &
UmumUr.Keu Ur.
Perenc
a
Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf
44
Dari gambar tersebut terlihat bahwa, organisasi pemerintah Desa Maguwoharjo telah
tersusun dengan baik dan dalam susunan itu terlihat jelas alur tata kerjanya. Susunan dan
tata kerja yang jelas akan memperlancar kinerja pemerintah Desa.
3. Pembagian Wilayah
Wilayah Desa Maguwoharjo terdiri dari 20 padukuhan yang dapat dikelompokkan
ke dalam 4 wilayah distrik, yaitu distrik I, II, III, dan distrik IV. Istilah distrik digunakan
untuk pembagian kelompok-kelompok padukuhan yang dulu tergabung dalam satu
kelurahan lama yaitu kelurahan lama Paingan, Nayan, Tajem dan Kembang. Pembagian
wilayah tersebut akan terlihat jelas dalam tabel berikut ini:
Tabel II. 6. Pembagian Distrik, Padukuhan, RW dan RT
No Distrik Padukuhan RW RT
1 Distrik I Denokan 3 6
2 Krodan 5 16
3 Jenengan 2 4
4 Pugeran 4 11
5 Sanggrahan 5 16
6 Distrik II Nanggulan 5 15
7 Demangan 2 7
8 Corongan 2 7
9 Nayan 3 7
10 Kalongan 3 10
11 Distrik III Tajem 4 11
12 Banjeng 5 14
13 Sembego 5 23
14 Stan 2 6
15 Maguwo 4 8
16 Distrik IV Ringinsari 6 12
17 Sambilegi Lor 3 7
18 Sambilegi Kidul 4 9
45
No Distrik
Distrik IV
Padukuhan RW RT
19 Karangploso 2 5
20 Kembang 2 6
Total 4 20 71 200
Sumber: RPJMDesa Maguwoharjo, Tahun 2015-2020
Dari data geografi tersebut terlihat bahwa Desa Maguwoharjo telah terletak di
“kota”, dan tidak lagi dapat disebut “desa”, karena letaknya “nempel” Kota. Ia juga
terletak di area terbuka, berbatasan dengan desa-desa yang cukup maju. Dengan posisi
seperti itu, masyarakat Desa tergolong masyarakat yang “terbuka”, bukan “terpencil”.
Dengan demikian masyarakat Desa Maguwoharjo merupakan masyarakat berbudaya
modern dan terdidik, dalam relasi dan komunikasi dengan masyarakat luas. Informasi dan
pengetahuan mudah mereka dapatkan melalu media komunikasi. Masyarakat seperti ini
membutuhkan ruang aktualisasi diri melalui partisipasi nyata dalam masyarakatnya; dan
pemerintah perlu memenuhi kedua kebutuhan masyarakat tersebut dalam menata dan
mengelola pemerintahannya, sehingga Desa dapat maju dalam pembangunan.
Desa Maguwoharjo yang terbagi dalam empat distrik, 20 padukuhan, 71 RW dan
200 RT menunjukkan bahwa Desa ini telah terbagi secara sistematis dan baik, sehingga
memudahkan pemerintah untuk mengelola partisipasi masyarakat dan memberikan ruang
aktualisasi yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya, yang telah terbagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pun akan lebih
terarah. Di sisi lain ruang-ruang yang telah tersusun (pada tingkat RT-RW)
memungkinkan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri dalam ruang kehidupan yang
lebih konkret.
4. Sosial-Budaya
Masyarakat Desa Maguwoharjo masih sangat kental dengan budaya Jawa. Hal ini
dapat dimengerti karena hampir semua desa di Kabupaten Sleman masih kuat terpengaruh
46
dengan adanya pusat kebudayaan Jawa yang tercermin dari keberadaan Keraton
Kasultanan maupun Pakualaman yang ada di Yogyakarta. Aspek budaya dan sosial
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Di dalam hubungannya dengan agama yang
dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas dianut masyarakat, dalam
menjalankannya sangat kental dengan tradisi budaya Jawa seperti kenduri/kondangan yang
sering dilaksanakan untuk memperingati hari-hari besar Islam maupun peringatan-
peringatan lainnya.
Dengan fakta ini maka bentuk, isi dan cara partisipasi warga perlu
mempertimbangkan faktor sosial-budaya ini karena nyatanya faktor budaya sangat
mempengaruhi pola hidup dan pikir masyarakat Desa Maguwoharjo. Budaya jawa seperti
sepi ing pamrih rame ing gawe, kiranya dapat digunakan, medianya bisa menggunakan
pagelaran wayang kulit, atau kesenian lain, dan bentuknya bisa seperti: gotong royong.
Demikian pula ajakan pemerintah kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan serta pemberdayaan masyarakat Desa perlu menggunakan unsur-unsur
budaya Jawa.
Kesejahteraan sosial diupayakan melalui pemberdayaan kelembagaan yang ada di
Desa Maguwoharjo, seperti LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) dan PKK
(Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga). Adapun jumlah pengurus LPMD Desa
Maguwoharjo yang tercatat adalah sebanyak 47 orang, Tim Penggerak PKK sebanyak 42
orang, serta Kader PKK sebanyak 100 orang.
Dari data yang diperoleh oleh peneiliti dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa
Maguwoharjo tidak ada yang hidup dibawah garis kemiskinan. Jumlah terbesar adalah
kelompok keluarga sejahtera III, yaitu sebanyak 5.019, dan jumlah paling sedikit adalah
kelompok keluarga sejahtera, yaitu sebanyak 902. Yang mencolok adalah jumlah keluarga
sejahtera plus sebanyak 1.345. Ini berarti kontribusi masyarakat untuk pembangunan dan
47
pemberdayaan masyarakat sesungguhnya cukup kuat. Pemerintah Desa dapat
mengarahkan potensi masyarakat, dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Berikut data tingkat kesejahteraan sosial yang ada di wilayah Desa Maguwoharjo:
Tabel II.7. Data Tingkat Kesejahteraan Sosial
No Tingkat Jumlah
1 Keluarga Prasejahtera -
2 Keluarga Sejahtera 902
3 Keluarga Sejahtera II 3447
4 Keluarga Sejahtera III 5019
5 Keluarga Sejahtera Plus 134
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
5. Pendidikan
Peran pendidikan dalam pembangunan sangat penting dalam rangka upaya
penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, mampu berkompetisi dalam tatanan
kehidupan global serta menghadapi persaingan dimasa depan. Dalam bidang pendidikan
ini, Desa Maguwoharjo masih dihadapkan pada berbagai persoalan yang menyangkut
kualitas yang masih memprihatinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut,
antar lain mutu guru, sarana dan prasarana yang ada, managemen pendidikan dan peran-
serta masayarakat. Program-program pelayanan pendidikan yang dikembangkan antara
pemerintah dan masyarakat adalah meningkatkan pelayanan kegiatan belajar mengajar.
Dari data fasilitas pendidikan tampak bahwa masyarakat Desa Maguwoharjo
dilingkupi sarana pendidikan yang sangat memadai, dari tingkat kelompok bermain
sampai perguruan tinggi. Tentu saja tidak semua murid di sekolah-sekolah atau Perguruan
Tinggi tersebut berasal dari Desa Maguwoharjo. Meski mereka berasal dari luar desa,
namun keberadaan mereka sangat positif bagi kemajuan desa. Sarana pendidikan yang
dekat seperti itu sangat menguntungkan warga. Tidak saja mendorong para orang tua
48
untuk menyekolahkan anak-anaknya, tetapi juga terbuka kesempatan bagi warga untuk
membuka usaha yang dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Untuk mengetahui lebih lanjut keadaan bidang pendidikan, di bawah ini terdapat
tabel yang menunjukkan kondisi pendidikan secara umum di Desa Maguwoharjo:
Tabel II.8. Jumlah Jenis Fasilitas Pendidikan
N
o Jenis
Pendidikan
NEGERI SWASTA
Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid
Buah Orang Orang Buah Orang Orang
1
3
4
5
6
7
8
9
Kelompok
bermain
TK
Sekolah Dasar
SLTP
SLTA
Akademi
Institut
PT/Universitas
-
-
12
2
2
-
-
1
-
-
148
66
75
-
-
-
-
-
2180
720
840
-
-
-
1
13
3
3
4
1
1
2
5
72
26
99
122
-
-
-
30
801
500
870
-
-
-
-
Jumlah 17 289 3740 28 324 2201
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Dengan memiliki masyarakat terdidik, pemerintah Desa Maguwoharjo perlu
menciptakan ruang-ruang partisipasi dan aktualisasi bagi warganya agar potensi
intelektual mereka dapat tersalur secara berdaya guna bagi kemajuan Desa. Masyarakat
Desa yang terdidik umumnya cukup kritis. Kekritisan mereka tidak perlu dilihat sebagai
hambatan atau penghalang bagi pemerintah Desa. Sebaliknya kekritisan warga dapat
menjadi kekuatan kontrol bagi jalannya tata-kelola pemerintahan Desa.
6. Ekonomi
Potensi wilayah Desa Maguwoharjo dengan lahan seluas 9.928.300 Ha terbagi
dalam beberapa peruntukan seperti bangunan umum, jalan, sawah dan ladang,
49
permukiman, pekuburan, dan lain-lain (lapangan olah raga). Luas lahan yang
diperuntukkan bangunan umum adalah seluas 3.650.000 Ha, jalan sepanjang 32.0300 km,
sawah dan ladang seluas 525.7780 Ha, permukiman seluas 419.2617 Ha, pekuburan seluas
2.3819 Ha, dan peruntukkan lain-lain termasuk lapangan olahraga seluas 4.2566 Ha.
Penggunaan lahan terbesar adalah sektor pertanian sehingga sebagian penduduk
bekerja sebagai petani atau buruh tani. Sementara itu, penggunaan lahan untuk aktifitas
ekonomi, terdiri dari: lahan untuk pertokoan/perdagangan/pasar 13.985 m2, lahan untuk
perkantoran 22.680 m2; tanah wakaf 11.6400 m2 ; tanah sawah 418.2335 ha ; dan lahan
untuk pekarangan 456.8135 ha. Semua ini akan terlihat lebih jelas dalam tabel berikut ini:
Tabel II.9 Tabel Penggunaan Lahan Desa Maguwoharjo.
No. Sektor Luas lahan/Potensi
1. Pertokoan/perdagangan/pasar 13.985 m2
2. Perkantoran 22.680 m2
3. Tanah wakaf 11.6400 m2
4. Tanah sawah 418.2335 ha
5. Pekarangan 456.8135 ha
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Wilayah Desa Maguwoharjo secara umum mempunyai ciri fisik penggunaan lahan
berupa lahan pertanian, terutama padi. Luas lahan yang digunakan untuk pertanian padi
adalah seluas 11.6400 ha. Namun, pada musim kemarau para petani biasanya
memanfaatkan lahannya untuk ditanami tanaman palawija karena tanaman palawija tidak
terlalu banyak membutuhkan air. Hal tersebut juga dikarenakan kurangnya saluran irigasi
yang memadai sehingga untuk pertanian padi biasanya hanya mengandalkan air irigasi
(selokan mataram).
Struktur perekonomian Desa Maguwoharjo terbagi menjadi beberapa sektor. Sektor
utama adalah sektor pertanian termasuk di dalamnya perikanan dan peternakan.
50
Untuk sektor perikanan sebagian besar berada di Padukuhan Banjeng dan Nayan,
usaha perikanan di padukuhan Banjeng berawal sekitar tahun 2000. Padukuhan ini
dijadikan tempat studi banding oleh kelompok perikanan dari desa atau kota lain. Dari
hasil pelatihan ini ternyata memberikan peluang usaha yang menguntungkan dan
berkembang dengan baik sampai sekarang. Kemudian dari petani-petani ikan yang ada
mendirikan kelompok tani dengan nama “Mina Mulia”. Pada tahun 2006 kelompok tani
ini mendapat juara I tingkat Propinsi.
Kegiatan perekonomian yang terdapat di Desa Maguwoharjo adalah: kelompok
simpan pinjam kurang lebih 21 kelompok dengan keanggotaan mencapai ratusan orang.
Selain itu, terdapat berbagai macam usaha kelontong yang sebagian besar berlokasi di
sekitar pasar Sambilegi dan pasar Stan. Sentra industri makanan juga banyak terdapat di
desa ini seperti sentra pembuatan kerupuk kulit (rambak) yang banyak berlokasi di
Padukuhan Pugeran. Sedangkan Lembaga Keuangan yang ada di Desa Maguwoharjo
adalah: BPR, Bank Syariah, BRI,BPD, BNI.
Prasarana dan sarana ekonomi yang terdapat di Desa Maguwoharjo yaitu 1 buah
Pasar Desa (Pasar Stan), 1 buah Pasar Regional (Pasar Sambilegi), 5 buah
supermarket/swalayan. Sarana-sarana ekonomi tersebut sangat bermanfaat bagi penduduk
di Desa Maguwoharjo sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Maguwoharjo. Selain pasar dan supermarket, di wilayah Desa Maguwoharjo juga terdapat
beberapa lembaga simpan pinjam seperti koperasi simpan pinjam sebanyak 25 buah,
badan usaha kredit sebanyak 4 buah dan usaha-usaha ekonomi sebanyak 6 buah.
Sarana dan prasarana ekonomi didukung juga oleh sektor pariwisata yang ada di
Desa Maguwoharjo, yang berupa penginapan atau hotel sebanyak 5 buah dan restoran
sebanyak 5 buah. Semua sarana dan prasarana tersebut,merupakan motor penggerak
perekonomian desa dan membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat.
51
7. Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lembaga Kemasyarakatan Desa, menurut Perda Kabupaten Sleman No 15 Tahun
2016, adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga
Kemasyarakatan Desa yang ada di Desa Maguwoharjo adalah Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Rukun Warga
(RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna, dan Satgas Linmas.
Lembaga KemasyarakatanDesa Maguwoharjo sudah terbentuk tetapi belum
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Lembaga KemasyarakatandiDesa Maguwoharjo secara
rinci sebagai berikut:
a. RT/RW
Seperti telah dipaparkan dalam Tabel II.6, Desa Maguwoharjo terbagi dalam 4
(empat) distrik, 20 (duapuluh) padukuhan, 71 (tujuh puluh satu) RW dan 200 (dua ratus)
RT. RT terbanyak berada di Distrik III, padukuhan Sembego, yaitu sebanyak 23 RT dan 5
RW. Sedangkan Jumlah RT paling sedikit berada di distrik I, padukuhan jenengan, yaitu
sebanyak 4 RT dan 2 RW.
Rukun Tetangga adalah lembaga kemasyarakatan terkecil dalam suatu wilayah. Pada
lingkup RT, jumlah warga tidak terlalu banyak sehingga warga mudah dikenali. Peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam masyarakat pun lebih cepat dikenali pada tingkat RT. Oleh
karena itu pemerintah Desa dapat mengoptimalkan peran RT sebagai ujung tombaknya.
Pemerintah Desa dapat meningkatkan partisipasi warga mulai dari masyarakat akar
rumput ini. Ketika pemerintah Desa ingin melakukan musyawarah Desa, maka ia harus
mulai pada tingkat RT ini. Penjaringan aspirasi pun mulai dari tingkat RT. Maka upaya
mengoptimalkan peran warga dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa
melalui RT dan atau RW sangat perlu.
52
b. PKK
Susunan pengurus PKK di Desa Maguwoharjo terlihat dalam tabel berikut:
Tabel II.10 Daftar Pengurus PKK Desa Maguwoharjo
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Hj. Sunaryati Ketua SLTA
2 Lina Setyaningsih Wakil ketua SLTA
3 Purwanti Sekretaris S1
4 Isti Mulyani Sekretaris 2 SLTA
5 Endah Sri Sujatmi Bendahara S1
6 Bina Widayati, Amd Bendahara 2 D3
7 Hj.Siti Umiyatun,SE Ketua Pokja 1 S1
8 Mugiasih, SH Ketua Pokja 2 S1
9 Siti Solikhah Ketua Pokja 3 SLTA
10 Eni Kusumawati, Amd Ketua Pokja 4 D3
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo,Tahun 2018
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mempunyai tugas-tugas sebagai
berikut:
1) Membina dan memberdayakan masyarakat menuju keluarga sejahtera;
2) Melaksanakan 10 (sepuluh) program pokok PKK;
3) Membina dan menggerakkan kelompok PKK RW, RT, dan Dasa Wisma;
4) Menggali, menggerakkan, dan mengembangkan potensi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
5) Berpartisipasi dalam pelaksanaan program pemerintah yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga di Desa.
Dari data Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan paparan tugasnya
terlihat bahwa lembaga kemasyarakatan ini digerakkan oleh kaum perempuan dan sudah
53
lama exis. Kontribusinya bagi masyarakat sudah cukup lama dirasakan seperti posyandu,
arisan, maupun pelatihan-pelatihan. Oleh karena itu pemerintah Desa perlu
memperhitungkan keberadaannya bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Keunggulan dari PKK ini adalah pemahamannya pada dunia perempuan, dengan
pendekatan khas perempuan. Mereka perlu dilibatkan sebagai agent dalam memotivasi
dan menggerakkan kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
c. LPMD
Susunan pengurus LPMD di Desa Maguwoharjo sebagai berikut:
Tabel. II.11 Pengurus LPMD Desa Maguwoharjo
No Nama Jabatan Pendidikan
1 H. Barmadi, Bsc Ketua Sarjana Muda
2 Drs. H. Jambari Wakil Ketua S1
3 H. Suraji, SPd Sekretaris S1
4 Hj. Umiyatun, SE Sekretaris II S1
5 H. Sudiyono Bendahara SLTA
6 Isti Mulyani Bendahara II S1
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo,Tahun 2017
Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah:
1) Menyusun rencana pembangunan Desa/Kelurahan secara partisipatif,
melaksanakan dan mengendalikan pembangunan; dan
2) Menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat.
Dalam musrenbangdes, lembaga ini berperan penting, karena lembaga ini memiliki
tugas menyusun rencana pembangunan Desa secara partisipatif, melaksanakan dan
mengendalikan pembangunan; dan menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat.
54
Dari data Tabel II. 11 terlihat bahwa Lembaga kemasyarakatan ini secara struktural
telah lengkap, yang terdiri atas Ketua dan wakil ketua, sekretaris dan bendahara.
Pendidikan mereka pun telah mencukupi (empat orang berpendidikan S1 dan satu orang
SLTA). Ini berarti mereka mampu menjalankan tugas-tugas yang telah digariskan. Mereka
memegang peran penting dalam menggelorakan partisipasi masyarakat.
d. BPD
Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis (Bdk. Perda
Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa, Pasal
1)
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Maguwoharjo yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati Sleman Nomor 239/Kep. KDH/2013, tanggal 25 Juli 2013, sekarang
beranggotakan 8 orang dengan susunan sebagai berikut:
Tabel II.12. Anggota BPD Desa Maguwoharjo
Periode Tahun 2018-2023
No Nama Jabatan Padukuhan Pendidikan
1. H. Saliman, S.Ag Ketua Sembego S1
2. Agus Sujarwo, Sos Wakil Ketua Nanggulan S1
3. Nurkholis Sekretaris Banjeng SLTA
4. Ir.Hardiyanto, M.Si Ketua Pokja Kalongan S2
5 Sutriyono Ketua Pokja Pugeran SLTA
6. H. Sudarno Ketua Pokja Kembang SLTA
7. H. Ponijo Anggota Ringinsari S1
8. Tukiran, Amd Anggota Sambilegi Lor D3
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2018
BPD melaksanakan fungsi pemerintahan desa, yang meliputi: 1) membahas dan
menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa; 2) menampung dan
55
menyalurkan aspirasi masyarakat desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja kepala desa
(Bdk. Perda Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa, Pasal 27 dan 28).
Wewenang BPD adalah: 1) membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala
Desa; 2) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan
Kepala Desa; 3) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; 4)
membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; 5) membentuk panitia pemilihan kepala desa
antar waktu; 6) melaksanakan musyawarah kepala desa antar waktu; 7) menggali,
menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan
8)menyusun tata tertib BPD (Bdk. Perda Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016
tentang Badan Permusyawaratan Desa, Pasal 29).
Dalam Pasal 30 dinyatakan bahwa BPD memiliki hak: 1) mengawasi dan meminta
keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Pemerintah Desa; 2)
menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan
desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa; dan 3)
mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (Bdk. Perda Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016
tentang Badan Permusyawaratan Desa, Pasal 30).
Kewajiban BPD disebutkan dalam Pasal 31 sebagai berikut: 1) memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; 2) melaksanakan kehidupan demokrasi
yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; 3) menyerap,
menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa; 4)
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau
56
golongan; 5) menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat desa; dan 6)
menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan desa
(Bdk. Perda Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa, Pasal 31).
Data dari Tabel II. 12, menunjukkan bahwa BPD telah memiliki struktur yang
lengkap dan berpendidikan mencukupi (S1). Dengan demikian BPD memiliki potensi
untuk mampu melaksanakan tugas-tugasnya yaitu: merumuskan peraturan desa bersama
Kepala Desa; dan meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas penyelenggaraan
pemerintahan Desa. Kemampuan BPD ini penting untuk diperhatikan supaya mereka
dapat mewakili kepentingan masyarakat dan dapat mengimbangi kekuatan Kepala Desa.
Ini penting agar BPD tidak hanya sebagai “stempel”, atau alat yang digunakan oleh
Kepala Desa untuk mengesahkan peraturan Desa.
e. Karang Taruna
Pengurus Karang Taruna di Desa Maguwoharjo tersusun sebagai berikut:
Tabel II.13 Pengurus Karang Taruna
No Nama Jabatan Pendidikan
1 Danang W.N Ketua S1
2 Arif Sekretaris D3
3 Sigit Sekretaris II S1
4 Lina Bendahara S1
5 Heriyana Bendahara II D3
Sumber: Profil Desa Maguwoharjo, Tahun 2017
Tugas Karang Taruna adalah bersama-sama dengan Pemerintah Desa dan
masyarakat menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan kesejahteraan sosial.
Data Tabel II.13 memperlihatkan bahwa Karang Taruna memiliki struktur tetap
yang cukup kuat, yang terdiri atas Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Pendidikan mereka
57
D3 (dua orang) dan S1 (tiga orang). Dari data tersebut, pengurus Karang Taruna
semestinya mampu melaksanakan tugasnya yaitu: bersama-sama dengan Pemerintah
Desa/Kelurahan dan masyarakat menyelenggarakan pembinaan generasi muda dan
kesejahteraan sosial. Karang Taruna yang bergerak di kalangan kaum muda memiliki
posisi strategis sebagai agent dalam meningkatkan partisipasi warga, khususnya kaum
muda, dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
8. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) Tahun 2018
Hasil Musrenbangdes Tahun 2017 dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKPDes) Tahun 2018, yang memuat dua kegiatan pembangunan yaitu: a.
Pembangunan Fisik dan b. Pembangunan Non-Fisik.
a. Kegiatan Pembangunan Fisik
Biaya kegiatan pembangunan fisik bersumber dari APBDes dan Swadaya
masyarakat. APBDes berasal dari: Dana Desa, Bantuan Keuangan Khusus, dari bagi hasil
pajak Daerah, ADD dan PAD (tanah yang disewa oleh Jogja-Bay, retribusi pasar, Sewa
TKD). Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018 terlihat dalam Tabel berikut:
Tabel II.14 Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018
Kegiatan Pembangunan Fisik
No Padukuhan/Lokasi
Kegiatan Volume SasaranManfaat
Waktu JumlahBiaya
1 DENOKANRT 04 RW 01 Konblokisasi 500 m2 Peningkatan
kualitas jalan2 bulan 50.000.000
Tersebar di wilpadukuhan
SPAH 5 unit Peresapan airhujan
RT 03 RW 63 Drainase 125 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 30.000.000
2 KRODANTaman Cemara SPAH 20 unit Peresapan air
hujan2 bulan 30.000.000
RW 06 Drainase 100 m Memperlancarsaluranpembuangan
2 bulan 75.000.000
Timbulrejo Gorong-gorong
4 m Peningkatansaluran
1 bulan 12.000.000
58
pembuanganPaingan RW 06 Drainase 250 m Memperlancar
saluranpembuangan
2 bulan 25.000.000
3 JENENGANRT02 RW 07 Drainase 260 m Memperlancar
saluranpembuangan
2 bulan 60.650.000
Tersebar diwilayahpadukuhan
SPAH 10 unit Peresapan airhujan
2 bulan 15.000.000
RW 07 PerkerasanJalan
250 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 19.750.000
4 PUGERANRT 09 Drainase 75 m2 Memperlancar
saluranpembuangan
2 bulan 58.450.000
RT 02 Konblokisasi 50 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 9.255.000
RT 10 Konblokisasi 300 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 5.805.000
RT 05 Konblokisasi 750 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 39.180.000
RT 11 Konblokisasi 1 unit Peningkatankualitas jalan
2 bulan 99.255.000
RT 03 BedahRumah
8 unit Renovasirumah tidaklayak huni
2 bulan 6.000.000
RT 08 RT 11 SPAH 75 m2 Peresapan airhujan
1 bulan 12.000.000
5 SANGGRAHANJalan Nangka RW12
Konblokisasi 750 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 99.255.000
RW 67 Drainase 150 m Memperlancarsaluranpembuangan
2 bulan 23.550.000
RW 13 Talud Jalan 300 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 35.250.000
tersebar di wil.padukuhan
SPAH 10 unit Peresapan airhujan
1 bulan 15.000.000
6 NANGGULANRW 018 Konblokisasi 400 m Peningkatan
kualitas jalan1 bulan 21.000.000
RW 017 drainase 400 m Memperlancarsaluran air
2 bulan 30.000.000
SPAH 10 unit 1 bulan 15.000.000
7 DEMANGANTersebar di wilpadukuhan
SPAH 20 unit Peresapan airhujan
2 bulan 30.000.000
RT 01 RW 20 Drainase 250 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 58.450.000
RT 04 RW 21 Gorong-gorong
100 m Peningkatansaluran buang
1 bulan 70.750.000
59
RW 20 Talud Jalan 500 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 76.450.000
RT 06 RW 21 PerkerasanJalan
350 m Peningkatankualitas jalan
1 bulan 85.470.000
8 CORONGANRW 22 Prasarana
lingkungan1 paket Peningkatan
prasaranalingkungan 2 bulan 15.000.000
RW 22 Drainase 200 m Memperlancarsaluran buang 1 bulan 30.000.000
SPAH 5 unitRW 23 Talud 492 m Memperkuat
badan jalan 2 bulan 75.000.0009 NAYAN
RW 024 Drainase 200 m Memperlancarsaluran buang
1 bulan 65.000.000
RT 05 RW 26 Talud 100 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 15.750.000
Tersebar di wilpadukuhan
SPAH 18 unit Peresapan airhujan
2 bulan 27.000.000
Utara MTSN RT06 RW 26
Drainase 150 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 35.250.000
10 KALONGANRW 27, 28, 29 SPAH 18 unit Peresapan air
hujan2 bulan 27.000.000
RW 27, 28, 29 GerobakSampah
3 unit Pendukungsaranakebersihan
1 bulan 7.500.000
RW 28 BRONJONG 250 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 64.000.000
RW 27, 28, 29 Konblokisasi 250 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 32.500.000
11 TAJEMRT 05, RT 07RW 32
Talud 400 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 50.000.000
RT 04 RW 31 Konblokisasi 600 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 50.000.000
RT 09, RT 10RW
Konblokisasi 800 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 60.000.000
Tersebar diwilayahpadukuhan
SPAH 20 unit Peresapan airhujan
2 bulan 30.000.000
12 BANJENGTersebar di wilpadukuhan
SPAH 16 unit Peresapan airhujan
2 bulan 24.000.000
RW 34 Drainase 100 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 23.550.000
RW 36 Konblokisasi 500 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 65.880.000
13 SEMBEGOTersebar di wilpadukuhan
SPAH 20 unit Peresapan airhujan
2 bulan 30.000.000
RW 42 Drainase Memperlancar
60
saluran buangRW 39 Konblokisasi 600 m2 Peningkatan
kualitas jalan14 STAN
RT 06 RW 44 Konblokisasi 400 m2 Peningkatankualitas jalan
1 bulan 30.000.000
RT 04 RW 44 Talud 50 m Memperkuatbadan jalan
1 bulan 8.050.000
RT 01 RW 43 Drainase 100 m Memperlancarsaluran buang
1 bulan 14.560.000
Tersebar di wilpadukuhan
SPAH 8 unit Peresapan airhujan
2 bulan 5.400.000
15 MEGUWORT 02 RW 45 Drainase 200 m2 Peningkatan
saluran buang2 bulan 142.000.000
RT 04 RW 46 Konblokisasi 840 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 83.000.000
RT 05 RW 47 Talud 572 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 106.000.000
Talud 230 m Memperkuatbadan jalan
2 bulan 56.000.000
16 RINGINSARIUtara TK PKKSisi Timur
Drainase 300 m Memperlancarsaluran buang
2 bulan 69.915.000
Jalan Ngawen-Bedreg
PerkerasanJalan
200 m Peningkatankualitas jalan
1 bulan 49.150.000
Tersebar diwilpadukuhan
SPAH 15 unit Peresapan airhujan
2 bulan 22.500.000
17 SAMBILEGILORTersebar di wilpadukuhan
SPAH 20 unit Peresapan airhujan
1 bulan 15.000.000
RW 55 Konblokisasi 225 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 20.000.000
RT 08 RW 55 Konblokisasi 212 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 16.000.000
RT 07 RW 55 Konblokisasi 255 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 20.000.000
18 SAMBILEGIKIDULRT 05 RW 57 Pengaspalan
jalan300 m Peningkatan
kualitas jalan1 bulan 92.930.000
RT 03 RW 56 Konblokisasi 400 m2 Peningkatankualitas jalan
2 bulan 39.200.000
Tersebar diwilayahpadukuhan
SPAH 10 unit Peresapan airhujan
19 KARANGPLO-SOTersebar diwilayahpadukuhan
SPAH 15 unit Peresapan airhujan
2 bulan 22.500.000
RT 04 RW 060 Konblokisasi 400 m Memperlancar 2 bulan 24.000.000
61
saluranpembuangan
Jalan Anggrek Drainase 60 m Memperlancarsaluranpembuangan
1 bulan 24.000.000
20 KEMBANGTersebar diwilayahpadukuhan
SPAH 15 unit Peresapan airhujan
2 bulan 22.500.000
RT 001 RW 61 Konblokisasi 1200m2
Peningkatankualitas jalan
2 bulan 159.330.000
Total = 2.781.325.000Sumber: RKP Desa Maguwoharjo, Tahun 2018
Dari tabel II.14 tentang kegiatan pembangunan fisik terlihat bahwa tidak semua
hasil musrenbangdes tahun 2017 dapat dimasukkan dalam RKPDes Tahun 2018. Mungkin
kegiatan yang tidak dapat direncanakan dalam RKPDes Tahun 2018, masih dapat
dimasukkan dalam RKPDes perubahan atau RKPDes tahun berikutnya. Kegiatan-kegiatan
pembangunan fisik yang tidak dapat dimasukkan dalam RKPDes Tahun 2018 ini adalah:
1) Kegiatan pembuatan 5 unit SPAH di Pedukuhan Denokan, tersebar di wilayah
padukuhan; 2) Kegiatan pembuatan 5 unit SPAH di Pedukuhan Corongan; 3) Kegiatan
pembuatan Drainase di Pedukuhan Sembego, RW 42 dan kegiatan konblokisasi sepanjang
600 m2 di RW 39; dan 4) Kegiatan pembuatan 10 unit SPAH di Pedukuhan Sambilegi
Kidul.
b. Kegiatan Pembangunan Non-Fisik
Sama dengan kegiatan pembangunan fisik, biaya kegiatan pembangunan non-fisik
pun bersumber dari APBDes dan swadaya masyarakat. APBDes berasal dari: Dana Desa,
bantuan keuangan khusus, dari bagi hasil pajak Daerah, ADD dan PAD (tanah yang
disewa oleh Jogja-Bay, retribusi pasar, Sewa TKD). Rencana Kerja Pemerintah Desa
Tahun 2018 untuk kegiatan pembangunan non-fisik terlihat dalam Tabel berikut:
62
Tabel II.15. Rencana Kerja Pemerintah Desa Tahun 2018
Kegiatan Pembangunan Non-Fisik
No Padukuhan/Lokasi
Kegiatan Volume Sasaranmanfaat
Waktu JumlahBiaya
1 DENOKANRT 06 RW 02 PAUD 1 paket Peningkatan
kualitaspendidikananak
12 bulan 2.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan KesenianBadui
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 5.000.000
Padukuhan Rodad Sari 1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 2.000.000
Rw 02, RW 01,RW 63
Rebana 1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 2.000.000
2 KRODANPadukuhan
Karawitan
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
10 bulan 4.500.000
PadukuhanPelatihanHadroh
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
6 bulan 2.700.000
PadukuhanPertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
3 JENENGANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
4 PUGERANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan PAUD 1 paket Peningkatankualitaspendidikananak
12 bulan 2.000.000
Padukuhan Pelatihanbatikjumputan
2 Prt Peningkatanketrampilan
2 hari 4.325.000
Padukuhan Pelatihandaur ulang
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.037.500
63
limbahplastik
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
5 SANGGRAHANPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 or Peningkatan
kesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
6 NANGGULANPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 0r Peningkatan
kesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
7 DEMANGANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan PAUD 1 pkt Peningkatankualitaspendidikananak
12 bulan 2.000.000
Masjid Pengajian 200 or Peningkatankeimanan danketaqwaan
1 hari 2.000.000
Padukuhan Hadroh 1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
12 bulan 2.000.000
Padukuhan PelatihanMasak
1 Klp Peningkatanketrampilan
1 hari 350.000
Padukuhan Pengolahansampah
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 350.000
8 CORONGANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
9 NAYANPadukuhan Pelatihan
Sesorah1 Prt Peningkatan
ketrampilanBahasa Jawa
1 hari 1.037.500
Padukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatangizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
10 KALONGANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuan 25 or Peningkatan 12 bulan 3.000.000
64
rutin PKK kesejahteraankeluarga
RW 27 POSBINDU 6 Prt Peningkatankesehatan
12 bulan 5.625.000
Padukuhan PelatihanSesorah
1 Prt PeningkatanketrampilanBahasa Jawa
1 hari 1.037.500
Padukuhan PelatihanRiasKecantikan
2 Prt Peningkatanketrampilantata rias
2 hari 2.075.000
11 TAJEMPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 or Peningkatan
kesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan PelatihanFotografer/Juru Shooting
3 Prt Peningkatanketrampilan
3 hari 3.112.500
Padukuhan PelatihanMemasakRempeyek
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 950.000
Padukuhan PelatihanMemasakBakpia
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.075.000
RW 030 RW 031 KesenianBadui ( alat )
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 28.000.000
Zahrotunnabi Pelatihanhadroh
6 Prt Pelestariankegiatanbudaya
12 bulan 2.700.000
12 BANJENGPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pelatihanpembuatanbakpia
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.037.500
Padukuhan Pelatihanwasit volley
1 Prt Pelatihankompetensiwasit volley
1 hari 1.037.500
13 SEMBEGOPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Kesenianhadroh
1 Pkt Pelestariankegiatanbudaya
12 bulan 2.000.000
Padukuhan Kudo Paseso 1 Pkt Pelestarian 12 bulan 5.000.000
65
kegiatanbudaya
Padukuhan Karawitan 10 Prt Pelestariankegiatanbudaya
10 bulan 4.500.000
14 STANPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan POSBINDU 5 Prt Peningkatankesehatan
10 bulan 4.687.500
Padukuhan Pelatihanpembuatanpelet ikan
2 Prt Peningkatanketrampilan
2 hari 2.575.000
15 MEGUWORt 05 Rw 47 Pelatihan
Pranoto adicoro
1 Prt Pelestariankegiatanbudaya
1 hari 1.037.500
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Rt 05 Rw 47 Hadroh ( alat)
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 10.000.000
Rt 06 Rw 47 KesenianBadui ( alat )
1 Klp Pelestariankegiatanbudaya
1 bulan 28.000.000
16 RINGINSARIPadukuhan POSYANDU 50 anak Peningkatan
gizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan Alat PeragaPAUD
1 Pkt Peningkatankualitaspendidikananak
12 bulan 2.000.000
Padukuhan Pelatihanmengolahmakanan
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.437.500
17 SAMBILEGILORPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 or Peningkatan
kesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
18 SAMBILEGIKIDULPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 or Peningkatan
kesejahteraan12 bulan 3.000.000
66
keluarga19 KARANGPLO-
SO
Padukuhan
POSYANDU 50 anak Peningkatangizi dankesehatan anak
12 bulan 3.000.000
Padukuhan
Pertemuanrutin PKK
25 or Peningkatankesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan
Alat PeragaPAUD
1 Pkt Peningkatankualitaspendidikananak
12 bulan 2.000.000
PadukuhanPelatihanBisnis Online
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.037.500
20 KEMBANGPadukuhan Pertemuan
rutin PKK25 or Peningkatan
kesejahteraankeluarga
12 bulan 3.000.000
Padukuhan PelatihanPerbengkelan
4 Prt Peningkatanketrampilan
4 hari 1.650.000
Padukuhan PelatihanMenjahit
7 Prt Peningkatanketrampilan
7 hari 4.950.000
Padukuhan PelatihanPengolahanSampah
1 Prt Peningkatanketrampilan
1 hari 1.037.500
TOTAL = 266.162.500Sumber:RKPDesa Maguwoharjo, Tahun 2018
Dari tabel II.15 tentang kegiatan pembangunan non-fisik terlihat bahwa semua hasil
musrenbangdes tahun 2017 dapat dimasukkan dalam RKPDes Tahun 2018. Ternyata,
seluruh usulan yang kemudian dirumuskan oleh Tim perumus dapat dimasukkan dalam
RKPDes Tahun 2018. Dari sisi partisipasi masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa
partisipasi masyarakat mengenai kegiatan non-fisik terakomodir dengan baik.
67
Proses musyawarah di Desa Maguwoharjo dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.2 Proses Musrenbangdes di Desa Maguwoharjo
nnnn
Sumber : Olahan Sendiri, 2018
MUSRENBANG KABUPATEN
MUSRENBANG KECAMATAN
MUSRENBANGDES
MUSRENBANG TINGKAT RW
MUSRENBANG TINGKAT RT
MUSRENBANGDUK