PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG …repository.fisip-untirta.ac.id/1034/1/PARTISIPASI...
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG …repository.fisip-untirta.ac.id/1034/1/PARTISIPASI...
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAMMENDUKUNG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12TAHUN DI KECAMATAN PETIR KABUPATEN
SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh
Fatwa Nurjanah
NIM. 6661122553
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Juli 2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Yakinlah, dalam mencari kebaikan,semuanya dimulai dari niat,selebihnya usaha” – ( Natta Reza & Wardah Maulina)
Skripsi ini kupersembahkanUntuk Emak & Bapak yang amat sangat luar biasa,
adik adik ku yang teristimewa, Keluarga Besaralm.Mame Nawiri & Ibu Nasibah, Keluarga Besar
Abah Usman & Ibu Romlah dan untuk orang-orangyang menyayangiku.
ABSTRAK
Fatwa Nurjanah. 6661122553. Partisipasi Masyarakat dalam MendukungProgram Wajib Belajar 12 Tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang.Jurusan Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I : Listyaningsih,S.Sos.,M.Si dan Dosen Pembimbing II : Titi Stiawati S.Sos.,M.SiLatar belakang masalah penelitian ini yaitu kurangnya ekonomi keluarga, polapikir orang tua yang masih kolot, kurangnya motivasi orang tua terhadappendidikan. Fokus penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam programwajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajibbelajar 12 tahun di Kecamatan Petir. Metode yang digunakan dalam penelitian iniyaitu kualitatif. Penelitian ini menggunakan Teori Partisipasi Masyarakat KeithDavis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan observasi,wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan partisipasi masyarakatdalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir masihkurang. Masih kurangnya keterlibatan mental dan emosi masyarakat, dalammemberikan kontribusi pemerintah belum sepenuhnya terealisasi, masihkurangnya pengawasan dan realisasi bantuan baik dana Bantuan OperasionalSekolah maupun Bantuan Siswa Miskin dan bantuan lainnya. Partisipasimasyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petirini termasuk dalam tahap tanda partisipasi (degree of tokenism) yaitu partisipasimasyarakat telah didengar tetapi tidak mendapatkan jaminan bahwa pandanganmereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Saran dalampermasalahan tersebut yang harus dilakukan adalah perlu adanya dukungan dankerjasama dari segenap elemen pemerintah daerah dan pemerintah desa,penyediaan sarana dan prasarana dan perlu adanya pengawasan secara terus-menerus.Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Wajib belajar dan Belajar 12 Tahun.
ABSTRACT
Fatwa Nurjanah. 6661122553. The Public Participation to support of theTwelve Year compulsory Education Program at Serang Regency Subdistrict ofPetir. Public Administration Department. Social and Politic Faculty. Sultanageng Tirtayasa University. First Advisor Listyaningsih, S.Sos.,M.Si, SecondAdvisor Titi Stiawati S.Sos.,M.SiBackground to the issue of this research is economic factors of society still low,the mindset of the parents who is still old-fashioned and lack motivation orencouragement from parents. The focus of this research is The PublicParticipation to support of the Twelve Year compulsory Education Program atSerang Regency Sub district of Petir. The goal of this research is to know how thepublic participation to support of the twelve year compulsory education programof Petir district. The method used in this research is qualitative with descriptiveapproach. The Research use a theory on the public participation by Keith Davis.The research used techniques in data collection are observation, interviews anddocumentation. The result of this research showed that the lack of publicparticipation to support of the twelve year compulsory education program of Petirdistrict. Still lack of mental and emotion involvement of the public, in contributinghas not been fully realized, lack of supervision and realization of assistance bothschool operational grants and poor student’s assistance and other assistance.Public participation to support of the twelve year compulsory education programof Petir district is included in phase of the sign of participation (degree ofTokenism), that is the public participation has been heard but they lack the abilityto get assurance that their opinions will be considered by power holders.Suggestions in the problems that must be done is the need for support andcooperation from all elements of local government and village government, theprovision of facilities and infrastructure and the need for continuous supervision.
Keywords: public Participation, Compulsory Education and Learn Twelve year
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh selar Sarjana Administrasi Publik pada konsentrasi
Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang berjudul
“Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Program Wajib Belajar 12
Tahun Di Kecamatan Petir Kabupaten Serang”.
Skripsi ini tentunya dapat selesai tidak terlepas dari bantuan serta
dukungan dari pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka
dari itu penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom, M.Kom selaku Wakil Dekan II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA., P.hD, selaku Sekertaris Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Ima Maisaroh, S.Ag., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
mengarahkan, memberikan masukan atau kritikan yang membangun,
memberikan semangat dan motivasi
10. Ibu Titi Stiawati. S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
mengarahkan, memberikan masukan atau kritikan yang membangun,
memberikan semangat dan motivasi.
11. Kepada seluruh Dosen dan Staff Civitas Akademik Program Studi Ilmu
Administrasi NegaraUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
12. Kepada pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang
dan UPTD Kecamatan Petir yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian pada lokasi tersebut.
13. Kepada kedua orang tua, adik dan keluarga besar yang telah mendoakan
dan senantiasa memberikan semangat bagi penulis.
14. Kepada sahabat-sahabat terkasih, Ka Fajri Amar, Wiwik Anggreini, Jen
Jefriyanah, Dini Firdausy, Ina Pratiwi, Nafisatul Khoridah, Risma
Maulina, Febrini L Tobing, Kristina N Silaban, Sela Selvia dan Safitri
Rizkiyah. Terima kasih untuk persahabatan dan persaudaraan yang telah
terjalin selama ini dan seterusnya.
15. Teman-teman Administrasi Negara angkatan 2012. Terima kasih untuk
kebersaman selama berkuliah
16. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
memperbaiki dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Serang, Juli 2018
Penulis
Fatwa Nurjanah
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………...i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………..v
DAFTAR TABEL ………………………………………………..…viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..x
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ……………………………………………..1
1.2.Identifikasi Masalah ……………………………………………16
1.3.Batasan Masalah ……………………………………………16
1.4.Rumusan Masalah ……………………………………………17
1.5.Tujuan Penelitian ……………………………………………17
1.6.Manfaat Penelitian ……………………………………………17
1.7.Sistematika Penulisan ……………………………………………18
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Landasan Teori ……………………………………………24
2.1.1. Konsep Partisipasi ……………………………………………24
2.1.1.1. Tipe/Jenis Partisipasi ……………………………………27
2.1.1.2. Bentuk Partisipasi ……………………………………29
2.1.2. Konsep Masyarakat ……………………………………………30
2.1.3. Konsep Partisipasi Masyarakat ……………………………………33
2.1.3.1. Derajat Partisipasi Masyarakat ……………………42
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat ……………………………46
2.1.3.3. Masalah-masalah Partisipasi Masyarakat ……………52
2.1.3.4. Manfaat Partisipasi Masyarakat ……………………53
2.1.4. Konsep Pendidikan ……………………………………………56
2.1.4.1. Unsur-unsur Pendidikan ……………………………58
2.1.5. Konsep Pendidikan Wajib Belajar ……………………………59
2.1.6. Landasan Hukum Program Wajib Belajar 12 Tahun ……………62
2.1.7. Tujuan Program Wajib Belajar 12 Tahun ……………………65
2.2.Penelitian Terdahulu ……………………………………………………66
2.3.Kerangka Berfikir ……………………………………………………69
2.4.Asumsi Dasar Penelitian ……………………………………………72
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian ……………………………………………………73
3.2.Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ……………………………………74
3.3.Lokasi Penelitian ……………………………………………………74
3.4.Variabel Penelitian/Fenomena Yang Di Amati
3.4.1. Definisi Konsep ……………………………………………74
3.4.2. Definisi Operasional ……………………………………………75
3.5.Instrumen Penelitian ……………………………………………………75
3.6.Informan Penelitian ……………………………………………………77
3.7.Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……………………………78
3.7.1. Uji Keabsahan Data ……………………………………………81
3.8.Jadwal Penelitian ……………………………………………………82
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ……………………………………………83
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Serang ……………………………83
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pendidikan dan Kebidayaan Kabupaten
Serang ……………………………………………………………87
4.1.3. Profil Kecamatan Petir …………………………….……...90
4.2.Deskripsi Data …………………………………………………....96
4.2.1. Deskripsi Data Penelitian ……………………………………96
4.2.2. Daftar Informan Penelitian ……………………………………99
4.2.3. Analisis Partispasi Masyarakat dalam Mendukung Program Wajib
Belajar 12 Tahun …………………………………………………..101
4.3.Pembahasan …………………………………………………………..123
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………..133
5.2. Saran …………………………………………………………………..134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1.1 Persentase alasan penduduk yang tidak/belum pernah
sekolah/tidak bersekolah lagi di Kecamatan Petir ……………..6
TABEL 1.2 Angka Keluarga Miskin di Kecamatan Petir (per keluarga)
Tahun 2015 – 2016 …………………..……….…………….…..7
TABEL 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kecamatan Petir Tahun 2016 ……….……………..…..….8
TABEL 1.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Petir
Tahun 2016 ………..…….……………………….……………10
TABEL 1.5 Tabel Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM) dalam Pendidikan di Kecamatan Petir
Tahun 2015/2016 ……………………..…………………......11
TABEL 1.6 Angka Putus Sekolah di Kecamatan Petir
Tahun 2016 …………………………………………………...13
TABEL 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara .……………………...……70
TABEL 3.2 Informan Penelitian ……………….………………………...…77
TABEL 3.3 Jadwal Penelitian …………………….…………………...…82
TABEL 4.1 Daftar Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Serang ……84
TABEL 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Petir Tahun 2017 ……...….…91
TABEL 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Petir ………...….92
TABEL 4.4 Sebaran Sekolah di Kecamatan Petir dan
Jumlah Peserta Didik …………………………………………....92
TABEL 4.5 Jumlah Sekolah dan Siswa di Kecamatan Petir .………...…93
TABEL 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
di Kecamatan Petir ………………………………………..…..94
TABEL 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ……………………95
TABEL 4.8 Keterangan Informan ……………...……….…………..100
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1Tangga Partisipasi menurut Arnstein ……………………43
GAMBAR 2.2Kerangka Berfikir ……………………………………………71
GAMBAR 3.1 Proses Analisis Data ……………………………………………79
GAMBAR 4.1 Peta Wilayah Kabupaten/ Kota Serang ……………………86
GAMBAR 4.2Tangga Partisipasi menurut Arnstein …………………..125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu negara dilaksanakan adalah
untuk mensejahterakan masyarakat, demikian halnya dengan negara Indonesia.
Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan Nasional, oleh karena itu
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus
diperhatikan dan dirancang dengan seksama berdasarkan pemikiran yang matang.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Selanjutnya, pada
batang tubuh, pasal 31 UUD 1945 lebih tegas lagi menyatakan “(1) setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan” (2) setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. (UUD RI 1945
Amandemen ke IV )
Selanjutnya, tonggak penting pembangunan pendidikan setelah
kemerdekaan adalah disahkannya Undang-Undang No 4 Tahun 1950 dan Undang-
Undang No 2 Tahun 1954. Undang-Undang ini merupakan dasar hukum Sistem
Pendidikan Nasional yang pertama diundangkan. Dalam perkembangan
kehidupan bangsa, Sistem Pendidikan Nasional diatur dengan undang-undang
yang sudah dua kali berubah, yaitu UU No 2 Tahun 1989 maupun UU No 20
Tahun 2003. Hal ini ditambah dengan semakin kuatnya tuntutan demokratisasi
dan pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang melahirkan tuntutan terhadap
manajemen pelayanan yang berkualitas yang mencirikan pemerintahan yang baik
(good governance)
Hal ini relevan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam
UU No 2 Tahun 1989 pada pasal 4 dinyatakan: pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa dan berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai
terselenggaranya pendidikan yang bermutu, dikenal dengan perlunya paradigma
baru pendidikan yang difokuskan pada otonomi daerah yang pada akhirnya
mampu mendukung terwujudnya good governance.
Good governance yang merupakan landasan penyelenggaraan
pemerintahan saaat ini pada prinsipnya menekankan tentang pentingnya
kolaborasi dalam kesetaraan dan keseimbangan antara sektor publik, swasta dan
masyarakat. Oleh karena itu paradigma good governance ini ditujukan untuk
meningkatkan peranan dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan
pada umumnya, sebab masyarakatlah yang paling tahu apa yang menjadi
kebutuhannya, maka idealnya masyarakat harus dilibatkan dalam proses
pembangunan.
Pada dasarnya konsep good governance bertumpu pada konsep sistem
pemerintah yang demokratis. Penerapan konsep good governance ini harus
didukung oleh kultur masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu wujud kultur
yang berkembang dalam mamsyarakat, dan dari pendidikan pula akan melahirkan
kultur yang terjadi di masyarakat. Sehingga ada hubungan dialektika antara
pendidikan dengan kultur masyarakat. Disinilah letak pentingnya pendidikan
dalam menciptakan kultur yang mendukung ide good governance tersebut.
Usaha menghasilkan pendidikan yang bermutu dalam konteks
mewujudkan good governance, secara umum kita kenal ada tiga pilar pokok yang
mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan good governance,
yakni pemerintahan (the state), sektor swasta dan masyarakat madani.
Penyelenggaraan pemerintahan di bidang pendidikan yang baik dan bertanggung
jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan
administrasi memiliki jaringan dan interaksi yang setara. Dengan memperhatikan
keadaan tersebut, kiranya perlu diteliti dan dikaji keberhasilan program
pemerintah dalam bidang pendidikan dengan penerapan prinsip-prinsip good
governance. Kepedulian pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang lebih
berkualitas diawali dengan adanya program pendidikan yang bermutu.
Salah satu program tersebut adalah adanya program wajib belajar yang
telah tertulis didalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar. Pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa wajib belajar adalah program
pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Selanjutnya pada pasal 9 ayat (2)
menyatakan bahwa warga negara Indonesia yang berusia 6 (enam) tahun dapat
mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan masih
memungkinkan dan didalam ayat (3) warga negara Indonesia yang berusia diatas
15 tahun dan belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidkannya
sampai lulus, atas biaya pemerintah dan/pemerintah daerah.
Wajib belajar Dikdas 9 tahun sudah bergulir beberapa puluh tahun yang
lalu, namun program tersebut sampai lima kali pergantian kepemimpinan
Nasional program ini masih belum tuntas dan selalu akan mendapat perhatian dari
semua lapisan masyarakat. Maka pada tahun 2010 pemerintah pusat
mencanangkan peningkatan status dari wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
menjadi wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun hingga tahun 2020. Program
wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun memberikan isyarat pada seluruh lapisan
masyarakat secara umum bahwa warga negara Indonesia diwajibkan
menyelesaikan pendidikan minimal berijazah kualifikasi SMU sederajat.
Pendidikan dasar 12 Tahun diharapkan bahwa setiap warga negara akan
memiliki kemampuan untuk memahami dunianya, mampu menyesuaikan diri
bersosialisasi dengan perubahan masyarakat dan zaman, mampu meningkatkan
mutu kehidupan baik secara ekonomi, sosial, budaya, poitik dan biologis, serta
mampu meningkatkan martabatnya sebagai manusia, warga negara dari
masyarakat yang maju. Seperti halnya telah kita ketahui, bahwa suatu negara bisa
dikatakan maju apabila sumber daya manusia maju/berkualitas.
Selanjutnya, untuk menjadikan masyarakat yang berkualitas maka perlu
ditunjang dengan pendidikan yang berkualitas, seperti halnya negara begitu pun
dengan pemerintah daerah, suatu daerah bisa dikatakan maju apabila pola pikir
masyarakatnya sudah maju. Kemajuan suatu negara ditunjang dengan kemajuan
daerah-daerah yang berada di negara tersebut. Untuk itu apabila pembangunan
pendidikan di Kecamatan Petir ingin dikatakan maju harus ditunjang dengan
masyarakat Kecamatan Petir yang berkualitas dari segi pendidikannya.
Kecamatan Petir merupakan suatu wilayah otonom yang berada di bawah
pemerintahan daerah Kabupaten Serang. Kecamatan Petir terdiri dari 15 Desa
antara lain Desa Cirangkong, Desa Cireundeu, Desa Kadugenep, Desa Kampung
Baru,Desa Kubang Jaya, Desa Mekar Baru, Desa Nagarapadang, Desa Padasuka,
Desa Petir, Desa Sanding, Desa Seuat, Desa Seuat Jaya, Desa Sindangsari, Desa
Tambiluk, Desa Bojong Nangka dengan jumlah penduduk seluruhnya mencapai
52.848 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 27.607 dan jumlah penduduk
perempuan 25,241.
Berdasarkan data kependudukan Kecamatan Petir pada tahun 2016-2017,
data angka putus sekolah SD/MI adalah sebesar 30,60% sedangkan untuk
SMP/MTs adalah sebesar 34,25% dan untuk SMA/SMK/MA adalah sebesar
40,10%. Alasan lain yang melatar belakangi masalah adalah bahwa anak usia
sekolah (7-18) di Kecamatan Petir yang berjumlah 13.282 masih ditemukan anak
yang tidak tamat SD dan tidak melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA. Anak yang
tidak tamat SD berjumlah 1.887 (14,20%) dan anak yang tidak melanjutkan ke
jenjang SMP berjumlah 3.723 (28,03%) dan anak yang tidak melanjutkan ke
jenjang SMA berjumlah 383 (2,88%). (Sumber: Data Monografi Kecamatan Petir
tahun 2017).
Hal ini berarti masih 45% lebih anak yang tidak melanjutkan pada jenjang
SD, SMP dan SMA. Dikarenakan berbagai alasan yang mempengaruhi
diantaranya yaitu:
Tabel 1.1Persentase alasan penduduk yang tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah
lagi di Kecamatan Petir
No Alasan penduduk yang tidak/belum pernahsekolah/tidak bersekolah lagi
Persentase
1 Tidak ada biaya 33,922 Bekerja/ Mencari nafkah 22,793 Menikah/mengurus RT 12,514 Merasa pendidikan cukup 6,785 Sekolah jauh 5,326 Cacat 3,227 Menunggu pengumuman 1,358 Tidak diterima 0,429 Lainnya 13,69
Jumlah 100.00Sumber: Monografi Kependudukan Desa Kabupaten Serang 2017
Gambaran tersebut merupakan gambaran yang dilakukan oleh pemerintah,
akan tetapi upaya yang dilaksanakan dan dirancang untuk mengatasi masalah
sekan-akan tidak berjalan efektif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
keberhasilan program wajib belajar 12 tahun masih belum memenuhi sesuai apa
yang diharapkan. Meskipun pemerintahan Kabupaten Serang telah banyak
melaksanakan berbagai program mengenai pendidikan, namun terbukti bahwa apa
yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang masih
belum bisa mengatasi masalah pendidikan yang terjadi di Kabupaten Serang.
Dari beberapa masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
partisipasi masyarakat pada program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir,
karena berdasarkan observasi awal, di Kecamatan Petir ini masih kurangnya
partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun tersebut
menimbulkan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
Pertama, keadaan ekomoni keluarga (masyarakat) yang masih
kurang. Status sosial keluarga (orang tua) yang kurang menyebabkan ketidak
mampuan orang tua dalam memberikan fasilitas belajar pada anak-anaknya.
Masih banyak orang tua yang tidak memiliki cukup biaya untuk menyekolahkan
anaknya dan masih banyaknya masyarakat Kecamatan Petir yang dikategorikan
masyarakat miskin seperti Desa Seuat, Padasuka, Tambiluk, Nagarapadang dll.
Biaya yang cukup memberatkan adalah biaya personal yaitu buku, seragam,
transport, dan uang jajan, jadi banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah
walaupun pemerintah telah mensubsidikan dengan dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah). Sehingga mereka berpendapat dibandingkan bersekolah
mereka lebih mementingkan kehidupannya sehari-hari bahwa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit. Kurangnya perekonomian keluarga di
Kecamatan Petir dapat dilihat dari tabel 1.2 ini sebagai berikut:
Tabel 1.2Angka Keluarga Miskin di Kecamatan Petir (per keluarga) Tahun 2016 – 2017
No Desa 2016 2017
1 Desa Cirangkong 1.111 1.195
2 Desa Cireundeu 1.010 1.128
3 Desa Kadugenep 827 970
4 Desa Kampung Baru 1.022 1.072
5 Desa Kubang Jaya 994 1.118
6 Desa Mekar Baru 912 920
7 Desa Nagarapadang 1.203 1.023
8 Desa Padasuka 1.120 1.120
9 Desa Petir 998 927
10 Desa Sanding 1.055 1.102
11 Desa Seuat 1.054 1.172
12 Desa Seuat Jaya 989 1.104
13 Desa Sindangsari 1.105 1.110
14 Desa Tambiluk 1.025 1.182
15 Desa Bojong Nangka 925 1.051
Sumber : Monografi Kependudukan Desa Kabupaten Serang 2016-2017
Dari data kemiskinan diatas terlihat betapa banyaknya jumlah keluarga
miskin yang setiap desanya jumlahnya mencapai ribuan. Banyak masyarakat di
Kecamatan Petir bermata pencaharian sebagai petani, dimana mereka hanya
mendapatkan pendapatan dalam masa panen saja dan itu pun jika hasil panen
tersebut berhasil. Berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.3Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Petir
Tahun 2016-2017
No Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1 Tidak/Belum Sekolah 15.235
2 Aparatur Pejabat Negara 653
3 Tenaga Pengajar 168
4 Wiraswasta 1.848
5 Petani/Pekebun 13.332
6 Peternak 770
7 Nelayan 8
8 Pelajar/Mahasiswa 9.353
9 Pensiunan 241
10 Tenaga Kesehatan 21
11 Pekerjaan Lainnya 12.516
Sumber : Monografi Kependudukan Desa Kabupaten Serang 2016-2017
Dari data diatas menunjukan bahwa besar kemungkinan hal tersebutlah
yang menguatkan akan kurangnya pendidikan di Kecamatan Petir karena
perekonomian keluarga yang juga kurang atau miskin sehingga para orang tua
tidak sanggup menyekolahkan anak mereka.
Kedua, tingkat pendidikan masyarakat yang kurang menyebabkan
lemahnya kualitas SDM. Salah satu yang mendukung sumber daya manusia
adalah pendidikan karena pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang memiliki peranan dominan dalam kehidupan manusia.
Pendidikan masyarakat yang rendah atau bahkan masyarakat yang tidak
berpendidikan mempengaruhi masyarakat sekitar memiliki Sumber daya Manusia
(SDM) yang kurang berkualitas. Sehingga dalam persaingan yang semakin ketat,
masyarakat tidak memiliki potensi atau kemampuan untuk bersaing dengan para
pendatang yang lebih mempunyai sumber daya yang berkualitas. Di Kecamatan
Petir yang wilayahnya berdekatan dengan kota seharusnya pendidikan menjadi hal
yang wajib, akan tetapi pendidikan penduduk Kecamatan Petir malah masih
kurang. Kurangnya pendidikan di Kecamatan Petir dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
Tabel 1.4Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Petir Tahun 2016-2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 10.228 19,35 %
2 Tidak tamat SD 4.887 9,24 %
3 Tamat SD 20.548 38,88 %
4 SLTP 10.039 18,99 %
5 SLTA 5.953 11,26 %
6 D I/II/III 476 0,90 %
7 DIV/Strata I 677 1,28 %
8 Strata II 38 0,07 %
9 Strata III 2 0,03 %
Jumlah 52.848 100 %
Sumber : Monografi Kependudukan Desa Kabupaten Serang 2016-17
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan Petir
rata-rata berpendidikan hanya tamat SD (Sekolah Dasar) yang mencapai 39%. Hal
tersebut menunjukan kesadaran masyarakat untuk berpartisispasi dalam
pendidikan masih sangat kurang.
Partisipasi masyarakat yang besar dalam program pendidikan akan
membantu dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu menjadi
semakin penting untuk memperoleh kontrol yang lebih baik. Dengan
keswadayaan masyarakat diharapkan partisipasi masyarakat dalam program-
program sekolah. Ketika partisipasi masyarakat ini semakin besar maka secara
otomatis makin besar pula rasa memiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan
dan akan dengan sendirinya ikut memantau, memberikan masukan dan bahkan
menjaga keberlangsungannya. Namun sebaliknya jika partisipasi masyarakat
tersebut rendah maka kualitas pendidikan yang ada pun rendah.
Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat dari Angka Partisipasi dari suatu
daerah/wilayah, Angka Partisipasi adalah perbandingan antara jumlah semua
siswa dengan jumlah penduduk usia belajar. Angka Partisipasi Kasar (APK)
merupakan salah satu indikator suatu pendidikan berhasil atau tidak dengan
memperbandingkan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk secara umum
(tanpa memperdulikan umurnya) pada jenjang pendidikan tertentu, sedangkan
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan jumlah siswa dengan
jumlah penduduk usia sekolah (dengan memperdulikan umurnya) pada jenjang
pendidikan tertentu.
Tabel 1.5Tabel Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) dalam
Pendidikan di Kecamatan Petir Tahun 2016/2017
JENJANG
SEKOLAH
APK APM
SD/MI 94,21% 96,84%
SMP/MTS 35,00% 68,00%
SMA/MA/SMK 24,00% 53,00%
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Serang 2017
Dari data di atas bahwasannya di Kecamatan Petir memiliki Angka
Partisipasi Kasar (APK) yang belum optimal dari tingkat ketuntasan daerah dalam
melaksanakan program Wajar Dikdas yaitu 100%. (Depdiknas,2008)
Kurangnya partisipasi masyarakat di Kecamatan Petir dalam pendidikan
ini bisa dilihat dari data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten serang
menunjukkan Angka Partisipasi Kasar di Kecamatan Petir dengan rata-rata
mencapai 51,07 persen. Sementara Angka Partisipasi Murni di Kecamatan Petir
mencapai 72,61 persen. Kepala Sub Bagian Program dan Evaluasi Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang menuturkan bahwa “penyebab
rendahnya APK dan APM pada tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
disebabkan karena lulusan SD atau SMP melanjutkan sekolah ke luar daerah
ataupun memilih untuk langsung bekerja atau memang murni tidak melanjutkan
sekolahnya atau menikah”. (Wawancara dengan Bapak Muhtar (pegawai
Dispendikkeb Kab Serang SubBag Program dan Evaluasi pada 26 Oktober 2016 )
Keterlibatan masyarakat Kecamatan Petir dalam pendidikan masih dibilang perlu
banyak perbaikan. Hal tersebut membuktikan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pendidikan masih sangat kurang.
Ketiga, persepsi masyarakat yang masih terbelakang, pola pikir mayarakat
atau faktor sosial budaya pun turut mempengaruhi keikutsertaan masyarakat
(partisipasi masyarakat) dalam pembangunan. Di Kecamatan Petir terdapat
anggapan masyarakat bahwa menyekolahkan anak sampai jenjang yang lebih
tinggi tidaklah penting, menurut mereka yang terpenting adalah anak-anak mereka
lebih mementingkan kehidupan akhiratnya dengan menyekolahkan anaknya di
pesantren ataupun sekolah yang berbasis keagamaan. Bahkan lain keadaannya
bagi anak perempuan, mereka tidak mendapatkan kesempatan seluas anak laki-
laki. Seperti yang dituturkan oleh salah satu masyarakat Kecamatan Petir yang
bernama Ibu Suhartini, (wawancara pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 13.30
WIB), beliau mengatakan bahwa “anak perempuan tidak perlu bersekolah karena
pada akhirnya akan kembali juga yaitu tugasnya sebagai istri yang harus didapur
dan mengasuh anak”. Hal ini juga diperkuat oleh data angka putus sekolah yang
terdapat di Kecamatan Petir sebagai berikut:
Tabel 1.6Angka Putus Sekolah di Kecamatan Petir Tahun 2016-2017
No
Angka Putus Sekolah
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
L 38 39 25
P 40 66 29
Jumlah 78 105 54
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Serang 2016-2017
Dari data diatas menunjukkan bahwa memang banyak nya anak
perempuan yang putus sekolah di Kecamatan Petir tersebut. Hal tersebut
merupakan salah satu permasalahan Wajar Dikdas 12 Tahun yang masih dialami
oleh Kecamatan Petir yang disebabkan oleh masih banyak nya anak yang putus
sekolah, sehingga hal ini akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pencapaian Wajar Dikdas.
Keempat, kurangnya motivasi orang tua dalam pendidikan. Kurangnya
motivasi orang tua dalam pendidikan di Kecamatan Petir ini disebabkan karena
kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia terutama pendidikan orang tuanya
banyak dari mereka tidak memperdulikan anak-anak mereka sekolah atau tidak.
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk ikut pergi dengan orang
tuanya ke kebun atau ke sawah atau bekerja untuk membantu orang tuanya
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
orang tua akan pentingnya pendidikan sehingga tidak ada dukungan dan dorongan
dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. lingkungan di
Kecamatan Petir ini termasuk lingkungan yang berpendidikan rendah, sehingga
banyak masyarakat yang berasumsi bahwa banyak pula masyarakat di Kecamatan
Petir yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan masih bisa mendapat
pekerjaan. Seperti salah satu masyarakat di Kecamatan Petir yang peneliti
wawancarai, yang bernama Mulyati (wawancara pada tanggal 27 Oktober 2016
pukul 16.00 WIB), beliau memiliki anak yang bekerja di salah satu pabrik
industri yang ada di Kabupaten Serang yaitu di PT. Nikomas Gemilang, beliau
mengatakan bahwa lebih baik anak nya bekerja dibandingkan bersekolah karena
jika anaknya bekerja akan ada penghasilan tambahan untuk keluarganya supaya
sedikit meringankan beban mereka dan yang menjadi peluang anak nya untuk
bekerja yaitu untuk menjadi pegawai di PT. Nikomas tersebut bukan hal yang
susah karena banyak calo atau orang dalam yang memanfaatkan lowongan
pekerjaan dengan menerima pegawai dengan bayaran Rp.2.000.000. jumlah
tersebut dianggap masih bisa dicapai oleh masyarakat Kecamatan Petir karena
dengan biaya tersebut calon pegawai tidak perlu mempunyai ijazah untuk bisa
menjadi pegawai di PT. Nikomas Gemilang tersebut. Bahkan tidak hanya di
PT.Nikomas tapi masih banyak pabrik-pabrik yang ada di Kabupaten Serang juga
yang memberikan tawaran jasa tersebut. Mudahnya untuk menjadi pegawai di
pabrik-pabrik ini mempengaruhi motivasi orang terhadap anak nya dalam
pendidikan sehinga masyarakat setempat kurang mengerti akan pentingnya
pendidikan.
Kelima, kurangnya perhatian dari pemerintah daerah setempat terkait
dengan pengawasan secara terus menerus kepada masyarakat akan pentingnya
pendidikan bagi kehidupan mereka dan bagi kemajuan bangsa. Perhatian
pemerintah terhadap sekolah didaerah terpencil memang belum efektif. Lemahnya
perhatian pemerintah terhadap masyarakat Petir ini dapat kita lihat dari beberapa
aspek seperti fasilitas sekolah, akses jalan menuju sekolah, dan perhatian terhadap
pengajar (guru). Pemerintah pusat memang sudah menggalakan banyak hal untuk
memperbaiki sistem pendidikan seperti perbaikan sekolah-sekolah, pemberian
buku paket dan LKS gratis dalam program Dana BOS (Biaya Operasional
Sekolah). Tapi ternyata perhatian dan upaya pemerintah tersebut belum merata,
sehingga masih banyak anak-anak sekolah yang masih kesulitan belajar dalam hal
fasilitas yang ada disekolah, akses jalan menuju sekolah dan alat tulis belajar
mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk. Hariri (Masyarakat di
Kecamatan Petir, pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 15.00 ), fasilitas sekolah
yang ada di Kecamatan Petir yang belum memadai, misalnya di SDN Seuat sudah
puluhan tahun hanya memiliki 6 ruang belajar (Rumbel) yakni 5 ruang untuk
proses KBM dan 1 untuk ruang guru dan Kepala Sekolah. Sementara total jumlah
siswa dari kelas I sampai kelas VI sebanyak 522 siswa. Sehingga dalam proses
KBM mereka terpaksa harus duduk berdesak-desakan dikelas. kemudian terdapat
jarak antara sekolah dengan rumah yang cukup jauh, seperti Desa Seuat yang
tidak ada nya Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga apabila terdapat anak
yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat menengah atas mereka harus
menempuh jarak sekitar 3-5 km dengan kondisi jalan yang rusak.
Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada partisipasi masyarakat
dalam bidang pendidikan, oleh karena itu dari masalah-masalah tersebut peneliti
ingin mengetahui bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam mendukung
program wajib belajar 12 tahun tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut:
1. Keadaan ekonomi keluarga yang masih kurang
2. Kurangnya tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Petir
3. Persepsi masyarakat atau tradisi masyarakat yang terbelakang
4. Kurangnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya
5. Kurangnya perhatian pemerintah dalam mengawasi langsung kepada
masyarakat secara terus menerus di Kecamatan Petir Kabupaten Serang
1.3 Batasan Masalah
Suatu masalah yang akan dibahas atau diteliti apabila tidak diberikan
batasan dan ruang lingkup dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang
masalah dan identifikasi masalah peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan
dan berfikir secara menyeluruh, maka dengan itu peneliti mencoba membatasi
penelitian yang ada dalam identifikasi masalah yaitu tentang partisipasi
masyarakat dalam mendukung program Wajib Belajar 12 Tahun di Kecamatan
Petir Kabupaten Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat ditemukan permasalahan yang ingin peneliti
ketahui yaitu Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib
belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan didalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.6.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosial, politik, hukum terutama
mengenai partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12
tahun dan diharapkandapat menjadi bahan pertimbangan guna memperbaiki mutu
pendidikan sosial dan politik serta untuk memperkaya teori-teorinya.
1.6.2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai partisipasi
masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun. terutama untuk
masyarakat Kecamatan Petir maupun kepala daerah yang ada di Kecamatan Petir
serta satuan lembaga pendidikan yang ada di Kecamatan Petir.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian yang masing-masing
terdiri dari beberapa sub sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti. Bentuk penerangan dan penjelasan
diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk
umum hingga menukik ke masalah yang spesifik dan relevan.
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan
diteliti, berkaitan dengan variabel penelitian.
1.3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah lebih memfokuskan pada masalah spesifik yang akan
diajukan dalam rumusan masalah yang akan diajukan dalam rumusan
masalah yang akan diteliti.
1.4. Rumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah
yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Perumusan
masalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkand alam bentuk
definisi konsep dan operasional, kalimat yang digunakan adalah kalimat
pertanyaan.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian menjelaskan manfaat teoritis dan manfaat praktis
dalam temuan penelitian. Manfaat teoritis berguna memberikan kontribusi
tertentu terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia
akademis. Manfaat praktis memberikan kontribusi tertentu terhadap objek
penelitian, baik individu, kelompok maupun organisasi.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yaitu menjelaskan tentang isi bab per bab secara
singkat dan jelas
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan
dan variabel penelitian, sehingga akan memperoleh konsep yang jelas.
2.2. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang
dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi, tesis, disetasi atau
jurnal penelitian.
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian
teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.
2.4. Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi Dasar merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Bagian ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian.
3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan
dilakukan
3.3. Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Definisi Konsep
Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan
diteliti.
3.4.2. Definisi Operasional
Penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam rincian yang
terukur.
3.5. Instrument Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan daya
yang digunakan, proses penyusunan daya dan teknik penentuan kualitas
instrument penelitian.
3.6. Informan Penelitian
Dalam penelitian dijelaskan wilayah generalisasi yang dapat digunakan
sebagai sumber data.
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data dan teknik analisis data menjelaskan mengenai
cara menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian.
3.8. Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian diadakan dan mulai dari
pelaksanaan penelitian sampai penelitian tersebut berakhir.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari informan penelitian yang telah
ditentukan, serta yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2. Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif
maupun data kuantitatif.
4.3. Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data terhadap
asumsi dasar yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi terhadap
asumsi dasar yang ditolak harus diberikan sebagai dugaan yang menjadi
penyebabnya. Pembahasan akan lebih mendalam jika dikonfrontir atau
didiskusikan dengan hasil penelitian orang lain yang relevan (sejenis).
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan
permasalahan serta asumsi dasar penelitian.
5.2. Saran
Berisi tindak lanjur dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Saran praktis lebih operasional
sedangkan aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau
teori.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skrispi
LAMPIRAN
Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
Pada bagian landasan teori ini mengkaji beberapa teori dan konsep yang
relevan dengan permasalahan penelitian yang disusun secara sistematis. Dengan
mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep
penelitian yang jelas.
Penggunaan teori dalam penelitian akan memberikan acuan bagi peneliti
dalam melakukan analisis terhadap masalah sehingga memperoleh temuan
lapangan yang menjadi jawaban atau masalah yang dirumuskan. Oleh karena itu,
dalam bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang mendukung maslah
dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan
dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah teori yang mendukung
masalah penelitian yaitu mengenai partisipasi masyarakat dalam mendukung
program wajib belajar 12 Tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang itu sendiri.
2.1.1. Konsep Partisipasi
Partisipasi menurut Suharto dan Iryanto, (1996:192) mengatakan
bahwa:
“Kata partisipasi secara harfiah berarti mengambil bagian dalam suatukerjasama dalam kaitan dengan pembangunan. Hai ini berarti rakyatmau bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan untuk pembangunan.Secara bahasa partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta aktif atauproaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara
luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secaraaktif dan sukarela, baik karena alasan dari dalam dirinya mapun luardirinya dalam keseluruhan proses kegiatan”.
Pengertian secara umum partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau
sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. (Totok Mardikanto&
Poerwoko Subianto, 2013:81)
Menurut Wazir dalam Mardikanto (2013:8) menyatakan bahwa
“Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadarkedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan oranglain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dantanggung jawab bersama”.
Menurut Trokroamidjojo dalam Kaho (2005:127) menyatakan bahwa:
“Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam kegiatanpembangunan sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan yangditetapkan dalam proses pembangunan. Dalam suatu hubungan atauinteraksi sosial, keterlibatan berbagai pihak dalam proses mengambilkeputusan maupun pelaksanaan program merupakan hal yang harusdilakukan. Dikarenakan melalui partisipasi inilah keterlibatanmasyarakat dapat terwujud dan keberkangsungan program akan relatifterjamin. Keterlibatan masyarakat dapat menumbuhkan keyakinankoektif sebagai suatu yang dapat mendorong keberhasilan program”.
Bryant dan White dalam Sjafari (2007:87) membagi partisipasi atas dua
macam :
“(1) partisipasi antara sesame warga atau anggita suatu perkumpulan,dinamakan partisipasi “horizontal”.(2) partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dan atasan, antara kliendan patron, atau antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan denganpemerintah, diberi nama partispasi “vertical””.
Menurut Davis dalam Sastropoetra (1988: 14) menyatakan bahwa
“Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalamsituasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawabterhadap usaha yang bersangkutan”.
Asngari PS dalam Sjafari (2007:88-89) meresumekan pengertian ataumakna partisipasi atas enam poin :
“1) keterlibatan dalam pengembilan keputusan. 2) keterlibatan dalampengawasan. 3) keterlibatan dimana masyarakat menndapatkan manfaatdan penghargaan. 4) partisipasi sebagai proses pemberdayaan(emprowerment). 5) partisipasi bermakna kerja kemitraan (partnership).6) partisipasi sebagai akibat dari pengaruh stakeholder menyangkutpengambilan keputusan, pengawasan dan penggunaan resource yangbermanfaat bagi mereka”.
Jika ditarik kedalam suatu perbedaan berdasarkan area-area
pembangunan maka partisipasi dapat di kedalam dua pilihan kelompok.
Kelompok tersebut adalah 1. Partisipasi sebagai suatu alat, dimaksudkan
untuk menciptakan teknik atau metode untuk mengimplementasikan
partisipasi dalam praktek pembangunan. 2. Partisipasi sebagai tujuan,
dimaknai sebagai pemberdayaan masyarakat sesuai kemampuan mereka,
untuk secara bersama mengembil bagian dan bertanggungjawab atas
pembangunan mereka sendiri.
Mikkelsen dalam Adi, (2008:106-107) mendeskripsikan partisipasi
kedalam beberapa pengertian umum yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepadaproyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah pemekaan pihak msyarakat untukmeningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untukmenangapi proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah proses aktif yang mengandung arti bahwaseseorang kelompok yang terkait, mengambil inisiatif danmenggunakan kebebasannya untuk melakukan hal tersebut.
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempatdengan para staff yang melakukan persiapan, pelaksanaan,monitoring proyek agar memperoleh informasi mengenai kontekslokal dan dampak-dampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalamperubahan yang ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunandiri, kehidupan, dan lingkungan.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat)
secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program
pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring
sampai pada tahap evaluasi yang dapat mendorong keberhasilan suatu
program.
2.1.1.1. Tipe/Jenis Partisipasi
Partisipasi itu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis. Guna
memperoleh gambaran yang jelas tentang partisipasi, akan dipaparkan
mengenai jenis-jenis partisipasi menurut Davis dalam Sastropoetra
(1989: 56) yaitu sebagi berikut:
1. Partisipasi yang berupa pikiran (psychological participation)2. Partisipasi yang berupa tenaga (physical participation)3. Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and
psychological participation)4. Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill)5. Partisipasi yang berupa barang (material participation)6. Partisipasi yang berupa uang (money participation).
Sekretariat Bina Desa dalam Sastropoetra (1989: 56)
mengidentifikasikan partisipasi menjadi tujuh tipe berdasarkan
karakteristiknya, diantaranya:
a. Partisipasi pasif/manipulatif, karakteristiknya:1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang
atau telah terjadi,2) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat
3) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan professionaldi luar kelompok sasaran.
b. Partisipasi dengan cara memberikan informasi, karakteristiknya:1) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-
petanyaan penelitian seperti dalam kuisioner atau sejenisnya.2) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penyelesaian3) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi melalui konsultasi, karakteristiknya:1) Masyarakat berpasrtisipasi dengan cara berkonsultasi2) Orang luar mendengar dan membangun pandangan-pandangannya
sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan danpemecahannya dengan memodifikasi tanggapan-tanggapanmasyarakat
3) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama4) Para professional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditidak lanjuti.d. Partisipasi untuk insentif materil, karakteristiknya:
1) Masyarakat berpasrtispasi dengan cara menyediakan sumber dayaseperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, gantirugi, dan sebagainya.
2) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yangdisediakan/diterima habis
e. Partisipasi fungsional, karakteristiknya:1) Mamsyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek.2) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-
keputusan utama yang disepakati3) Pada awalnya kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak
luar (fasiliator) tetapi pada saatnya mampu mandiri.f. Partisipasi interaktif, karakteristiknya:
1) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarahpada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baruatau penguatan kelembagaan yang telah ada.
2) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplinyangmencari keragaman perspektif dalam proses belajar yangterstruktur dan sistematis
3) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran control ataskeputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andildalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.
g. Self mobilization, karakteristiknya:1) Masyarakat berpasrtisipasi dengan mengambil inisiatif secara
bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubahsistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki
2) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdayayang ada.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa tipe atau jenis
partisipasi yaitu partisipasi pasif, partisipasi aktif, partisipasi dengan
terikat, partisipasi atas permintaan setempat. Partisipasi atau peran serta
masyarakat biasanya dapat berupa tenaga, pikiran, materi, uang dan lain
sebagainya yang mana hal itu sebagai bentuk kontribusi bagi individu
tersebut.
2.1.1.2. Bentuk Partisipasi
Ndraha T dalam Sjafari (2007:89) dalam tulisannya,
menunjukan bentuk-bentuk atau tahap partisipasi yang terdiri dari enam
kategori ;
“(1) Partisipasi melalui kontak dengan pihak lain. (2) Partisipasidalam menyerap atau member tanggapan atas informasi yangdiberikan. (3) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan,termasuk pengambilan keputusan. (4) Partisipasi dalammelaksanakan operasional pembangunan. (5) Partisipasi dalammenerima, memelihara dan mengembangkan hasilpembangunan. (6) partisipasi dalam menilai pembangunan,sesuai rencana dan sejauh mana hasilnya memenuhi kebutuhanmsyarakat”.
Dusseldorp dalam Theresia (2014:200) mengidentifikasi beragam
bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga
masyarkat dapat berupa:
1. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok3. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk
menggerakan partisipasi masyarakat yang lain4. Menggerakan sumber daya masyarakat5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan6. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
Adapun bentuk-bentuk partisipasi menurut Dirjen Pembangunan
Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
(1998:166-167), antara lain:
1. Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlahtenaga, keahlian/keterampilan, manajerial dan lain-lain.
2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnyamaupun donator yang berasal dari warga masyarakat.
3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara peroranganmaupun kelompok
4. Gotong royong dari warga masyarakat5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat.6. Dan lain-lain
Terdapat dua bentuk partisipasi menurut Chapin dalam Soelaiman
(2010:27) yang terdiri dari:
a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakatterlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untukmengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
b. Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan caramemberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang dudukdalam organisasi atau panitia.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan seseorang baik secara mental atau emosional untuk
memberikan kontribusi nya baik berupa barang, jasa, pikiran yang
mendorong pelakunya memiliki tanggung jawab dalam aktifitas
kelompoknya.
2.1.2. Konsep Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Abdullah, (2003:319)
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
Menurut Maclver dan Page dalam Soelaeman (1998:63), menjelaskan
bahwa masyarakat adalah:
“Suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasantingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yangselalu berubah ini kita namakan mamsyarakat. Masyarakat merupakanjalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah”.
Masyarakat menurut Wikipedia (diakses pada 23 November 2016)
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka) di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-
individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Menurut Setiadi & Hakam, (2008:67) menyatakan bahwa:
“Masyarakat adalah kumpulan orang yang didalamnya hidup bersamadalam waktu yang cukup lama. Jadi bukan hanya kumpulan dankerumunan orang dalam waktu sesaat, seperti kerumunan orangditerminal, pasar atau dilapangan dalam kebersamaan yang lama danterjadi interaksi sosial. Selanjutnya orang-orang yang membentukmasyarakat harus memiliki kesadaran bahwa mereka merupakan satukesatuan”.
Unsur-unsur masyarakat adalah sebagai berikut:1. Kumpulan orang2. Sudah terbentuk dengan lama3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial sendiri4. Memiliki kepercayaan (nilai), sikap dan perilaku yang
dimiliki bersama5. Adanya kesimabungan dan pertahanan diri6. Memiliki kebudayaan.
Samuel (1995:78) memberikan rumusan berupa pengertian dasar
masyarakat yaitu sebagai berikut:
1. Masyarakat merupakan sistem informasi sosial. Maksudnyamasyarakat terdiri dari orang-orang yang saling mempengaruhi,baik secara individual maupun secara kelompok.
2. Masyarakat terdiri dari beraneka ragam individu. Hal ini terlihat,misalnya dari keragaman status pendidikan, pekerjaan, etnik,ekonomi, jenis kelamin, perkawinan dan usia.
3. Masyarakat merupakan suatu unit sistem interaksi sosial yangmandiri. Maksudnya mayarakat memiliki berbagai pranata sosialyang saling terkait sehingga dapat memenuhi kebutuhan parawarganya dan menjaminkeberlangsungan hidup masyarakat yangbersangkutan secara keseluruhan.
4. Masyarakat menempati wilayah geografis tertentu.Biasanya,wilayah geografis suatu masyarakat merupakan hasilpewarisan.
5. Panjangnya umur masyarakat juga terlihat jika dibandingkandengan umur-umur individu yang menjadi warganya.
Masyarakat menurut Giddens dalam Samuel (1995:147) yaitu sebagai
kelompok orang yang hidup disuatu wilayah tertentu, bernaung dibawah
suatu sistem otoritas politik, dan sadar akan identitas yang berbeda dengan
identitas kelompok-kelompok lainnya.
Adapun pengertian lain mengenai mayarakat menurut Budiarjo
(2008:46) bahwa masyarakat adalah keseluruhan antarahubungan-hubungan
yang ditata (societymeans a system of ordered relation).
Menurut Ralp dalam Syani (1995: 47) menyatakan bahwa
“Masyarakat adalah setiap kelompok yang telah cukup lama hidup danbekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinyadan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”.
Sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Soekanto dalam Syani,(1995:47) adalah:
1. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosisal tidak adaukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untukmenentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapiseraca teoritis, angka minimumnya dua orang yang hidupbersama.
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan darimanusia oleh karena itu dengan berkumpulnya manusia makaakan timbul manusia-manusia baru. Manusia-manusia itu juga
dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga punyakeinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaannya.Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasidan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubunganantar manusia dengan kelompok.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupaka satu kesatuan.4. Mereka merupakan siatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karenasetiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu samalainnya.
Dari beberapa teori diatas, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama
lain dalam suatu tempat atau wilayah yang mempunyai sistem sosial yang
saling berkesinambungan dan hukum yang melekat diantara individu maupun
kelompok.
2.1.3. Konsep Partisipasi Masyarakat
Menurut Totok Mardikanto (2013: 82-83) partisipasi masyarakat
merupakan perwujudan dan kesadaran dan kepedulian serta tanggungjawab
masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk
memperbaiki mutu hidup mereka.
Menurut Keith Davis dan John W Nestron (1995:179) dalam
pengertian partisipasi masyarakat ini terdapat tiga buah unsur yang penting
sehingga memerlukan perhatian yang khusus yaitu:
1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan
mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmani
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada
usaha mencapai tujuan kelompok
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi
memiliki gagasan penting, yakni keterlibatan mental dan emosi, kontribusi
tergerak dan tanggung jawab.
1. Keterlibatan mental dan emosi
Gagasan yang paling utama dalam partisipasi yaitu keterlibatan
mental dan emosional dari pada hanya berupa aktifitas fisik. Dari
inisiatif orang itu sendiri yang terlibat bukan hanya keterampilan,
keterlibatan ini bersifat psikologi dari pada fisik. Seseorang
berpartisipasi berarti terlibat egonya dari pada hanya terlibat tugas.
2. Motivasi kontribusi
Gagasan kedua yang paling penting dalam partisipasi adalah
memotivasi orang-orang yang memberikan kontribusi, mereka
diberikan kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan
kreatifitas untuk mencapai tujuan kelompok.
3. Tanggung jawab
Gagasan ketiga adalah partisipasi mendorong orang-orang untuk
menerima tanggung jawab dalam aktifitas kelompok. Ini juga proses
sosial yang melaluinya orang-orang menjadi terlibat sendiri dalam
pembangunan dan mau mewujudkan keberhasilannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka partisipasi masyarakat tidak saja
identik dengan keterlibatan secara fisik dalam pekerjaan dan tugas saja, akan
tetapi menyangkut keterlibatan diri dan ego, sehingga akan timbul tanggung
jawab dan sumbangan yang besar dan penuh terhadap kelompok.
Partisipasi dalam pembangunan terdiri dari:
1. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan.Setiap program pembangunan masyarakat selalu ditetapkan
sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebihmencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok kecil elit yangberkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhanmasyarakat banyak. Karena itu partisipasi masyarakat dalampembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yangmemungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalamproses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunandi wilayah setempat atau tingkat lokal.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalamproses rencana pembangunan, biasanya dilakukan memaluimusyawarah untuk mencapai mufakat, bertujuan untuk memillihalternatif dalam perencanaan pelaksanaan pembangunan.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan KegiatanPartisipasi masyarakat dalam pembangunan seringkali
diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebihmiskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalamkegiatan pembangunan.
Berhasilnya suatu program pembangunan bergantung darikeikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi seluruhnya.Koentjaraningrat menyatakan bahwa partisipasi rakyat, terutama rakyarpedesaan dalam pembangunan sebenarnya menyangkut dua tipe yangpada prinsipnya berbeda yaitu:
a. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam proyekpembangunanyang khusus. Dalam tipe yang pertama, rakyatpedasaan diajak, rakyat ikut sertaberdasarkan atas keyakinannyabahwa proyek itu akan bermanfaat baginya, maka mereka akanberpartisipasi dengan semangat dan spontanitas, tanpamengharapkan upah yang tinggi. sebaliknya kalau mereka hanyadiperintah dan dipaksa oleh atasan untuk menyumbangkan tenagadan harta bendanya kepada proyek tadi, maka mereka tidak akanturut berpasrtisipasi dengan semangat. Contoh partispasi orangdesa dalam pembangunan jalan, membuat saluran irigasi.
b. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas-aktivitas bersamadalam pembangunan. Dalam tipe partisipasi ini tidak ada proyekaktivitas bersamayang khusus, tapi masih termasuk proyek
pembangunan, tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan perintahatau paksaan dari atasannya, tetapi berdasarkan kemauan merekasendiri. Contoh partispasi dalam kegiatan KB
3. Partisipasi dalam Pemantauan dan Evaluasi PembangunanKegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek
pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapatdicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untukmemperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yangmuncul dalam pelaksanaan pembangunanyang bersangkutan.
Menurut Cohen dan Uphohoff dalam Didi (2008:21)membedakan tiga jenis evaluasi :
a. Project Contered Evaluation, bila evaluasi ini di pandangsebagai proses evaluasi formal.
b. Political Activities, berkaitan dengan pemilikan anggota-anggota parlemen rakyat setempat atau pemimpinsetempat.
c. Public Opinion Efforts, opini dalammengevaluasi suatuprogram tidak secara langsung, melainkan mempengaruhimelalui media massa/surat kabar. Missal melalui suratpembaca dalam mengungkapkan beberapa gagasan
4. Patisipasi dalam Menerima Hasil atau Manfaat PembangunanMenurut Cohen dan Uphohoff dalam Didi (2008:21) banyak
cara untuk mengklarifikasikan dan menganalisis manfaat-manfaat darihasil pembangunan. Dari segi distribusi dapat dilihat pada jumlahmaupun kualitas manfaat. Dari segi lain dapat dibedakan antaramaterial benefit dan social benefit.
a. Material benefit dalam menganalisa akan berhubungandengan konsumsi atau pendapatan, kekayaan. Sedangkan
b. Social benefit seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, airbersih, jala-jalan, fasilitas transportasi.
Partisipasi masyarakat menurut Adi (2007:27) adalah
“Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengindentifikasianmasalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan danpengembilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menanganimasalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatanmasyarakat dam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi”.
Selanjutnya Ndraha dalam Makmur (2008: 156-157) mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat sebagai masukan dan keluaran:
1. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat dapat berfungsi menjadienam fase proses pembangunan yaitu:
a. Fase penerimaan informasib. Fase pemeberian tanggapan terhadap informasic. Fase perencanaan pembangunand. Fase pelaksanaan pembangunane. Penerimaan kembali hasil pembangunan danf. Fase penilaian hasil pembangunan.
2. Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakan dan dibagun sebagaikeluaranproses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya.
Kaho (2007:282) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat
sebagai sumber energi alternatif bagi daerah untuk menggantikan sumber
energi dari pemerintahan pusat. Masyarakat daerah dapat berpartisipasi baik
secara parsial maupun secara holistic.
Menurut Sudadio (2005:35-36) menyatakan bahwa:
“Partisipasi masyarakat dapat diharapkan timbul jika terdapat kondisidimana: (1) Ada rasa saling mempercayai antara petugas danmasyarakat. (2) Ada ajakan atau kesempatan bagi masyarakat untukikut serta sejak awal perencanaan kegiatan. (3) Ada manfaat yangdirasakan oleh masyarakat. (4) ada contoh dari pemimpinmasyarakat”.
Pentingnya partisipasi masyarakat untuk berpastisipasi, alasan ataupertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa merekamengetahui sepenuhnya tentang masalah dan kepentingan atau kebutuhanmereka :
1. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosialdan ekonomi masyarakatnya.
2. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadianyang terjadi dala masyarakat.
3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahandan kendala yang dihadapi masyarakat.
4. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,SDM dan teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan pembangunanmasyarakat.
5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dankemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan padakepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu menghilangkansebagia besar ketergantungan terhadap pihak luar.
Partisipasi masyarakat menurut Sastropoetro (1988:41) yaitu meliputi:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian efektif/berhasil.2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan
oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran.3. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan
pertimbangan.4. Antusias atau partisipasi (Enthousiasme)yang menumbuhkan
spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuhdari dalam lubuk hati sendiritanpa dipaksa orang lain
5. Adanya rasa tanggung jawab.
Menurut Slamet (1994:8) partisipasi masyarakat dapat dibagi menjadilima jenis:
1. Ikut member input proses pembangunan, menerima imbalan atasinput tersebut dan ikut menikmati hasilnya
2. Ikut member input dan menikmati hasilnya3. Ikut member input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati
hasil pembangunan secara langsung4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut
member input5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima
hasilnya.
Menurut Bintoro (1995:220) berhasilnya pencapaian tujuan-
tujuanpembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada
umumnya. Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam
partisipasi, yaitu:
“Pertama, keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapatberarti keterlibatan proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaanpembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutamaberlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses hubungansosial antar kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat.paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-
kepentingan masyarakat. sehingga dengan demikian mendapatdukungan dalam pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknyadapat pula menimbulkan rasa solidaritas nasional dan solidaritassosial.Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalampelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangandalam mobilitas sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatanproduktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunandan lain-lain. Pada pokoknya arah kegiatan masyarakat yangmendukung peningkatan tabungan, dan investasi dan dengan demikianpembentukan modal. Suatu sistem pemungutan pajak yang adil danmerata dapat lebih menggerakan kesediaan membayar pajak. Iniadalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegara, apalagi bila dalampembangunan.Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaatpembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupungolongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkanketerlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka, melaluiperluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu. Misalnyadalam hal ini dilakukan dalam bentuk-bentuk pembangunan daerah-daerah terbelakang, kebijaksanaan, dan program-programpembangunan merangsang keterlibatan produktif golonganmasyarakat berpenghasilan rendah dan program-program yang disebutcommunity development”.
Dalam Modul Pelatihan (2011:117-119) menyatakan bahwa
“Dalam dunia pendidikan, partisipasi masyarakat merupakan faktoryang menentukan keberlangsungan program pendidikan. Partisipasimasyarakat dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan formaldapat berwujud berbagai bentuk, baik yang berwujud fisik maupunnon fisik. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasi masyarakatdalam pendidikan merupakan berbagai bentuk interaksi antaramasyarakat dengan lembaga pendidikan yang dapat dikembangkanuntuk kebutuhan kedua belah pihak. Masyarakat yang dimaksud lebihkepada kelompok orang maupun perorangan yang memiliki hubunganmaupun kebutuhan baik langsung maupun tidak langsung denganlembaga pendidikan.
Dalam Modul Pelatihan, (2011:122-123) Hubungan dunia
pendidikan dan masyarakat merupakan hubungan yang bersifat timbale balik
(saling memberi dan menerima dan barang kali juga dapat saling member
keuntungan). Manfaat partisipasi masyarakat tersebut dapat dikategorikan
sebagai berikut:
Manfaat bagi lembaga pendidikan1. Memperbesar dorongan untuk mawas diri2. Mempermudah pengelolaan-pengelolaan lembaga3. Mendapat kritik dan saran dari masyarakat4. Memudahkan meminta bantuan dan dukungan dari
masyarakat5. Memudahka menggunakan media pendidikan di
masyarakat6. Memudahkan pemandatan narasumber
Manfaat bagi masyarakat1. Mengetahui aktifitas lembaga pendidikan dan program-
programnya.2. Kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga
pendidikan lebih mudah diwujudkan.3. Mendapatkan nilai tambah dalam hal inovasi dan
kreatifitas lembaga.4. Memberikan harapan yang lebih baik terhadap masa
depan akan anak.5. Menyalurkan dukungan.6. Mendorong terciptanya SDM yang berkualitas.
Adapun beberapa bentuk partispasi masyarakat secara umum
dikategorikan sebagai berikut:
1. Keterlibatan orang tua murid.2. Keterlibatan dewan lembaga pendidikan atau dewan pelayanan3. Keterlibatan jaringan asosiasi dan lemabag syawada masyarakat4. Keterlibatan pemerintah daerah.
Adapun menurut Cohen dan Uphoff dalam Ulifah (2003:23)
mengatakan bahwa partisipasi masyarakat terlibat dalam empat hal
yaitu:
1. Perencanaan, suatu rencana atau keputusan yang telahdisipakan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapatkesempatan untuk menyatakan setuju/tidak yang nantinyaakan membuat hasil yang diharapkan.
2. Pelaksanaan, merupakan hubungan antara pelaksana danpelaksanaannya. Masalah pelaksanaannya tidak cukupdipertimbangkan dalam menyusun rencana. Hal ini agarterdapat jaminan yang lebih besar dalam merealisasikantujuan dan sasaran-sasaran rencana itu, oleh sebab iturencana harus diupayakan semaksimal mungkin.
3. Pengawasan, partisipasi dalam pengawasan merupakanaktifitas untuk menemukan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan terhadap aktifitas yang telah direncanakandalam rangka menyesuaikan dengan kepentinganmasyarakat maka pengawasan dalam partisipasi tidakcukup dilakukan dalam lembaga formal, tetapi olehorganisasi masyarakat, dalam golongan kepentingankelompok profesi bahkan anggota masyarakat untuk sertamengawasi.
4. Pemeliharaan dan pemanfaatan, partisipasi dalampemeliharaan dan pemanfaatan meliputi: menerima hasilpembangunan seolah-olah milik sendiri, menggunakan ataumemanfaatkan setiap hasil pembangunan, menjadikan ataumengusahakan suatu lapangan usaha, merawat secara rutindan sistematis, mengatur kegunaan atau memanfaatkannya,mengusahakan dan mengamankannya sertamengembangkan. Partisipasi dalam pemeliharaan danpemanfaatan berarti mendukung kearah pembangunan yangserasi dengan martabat manusia keadilan sosial danmemelihara alam sebagai lingkungan manusia untukgenerasi yang akan datang.
Mengacu pada beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut
dapat disimpulkan, tampak bahwa partisipasi masyarakat diartikan
sebagai keterlibatan masyarakat atau wujud tingkah laku masyarakat
dalam suatu kegiatan yang didorong oleh kesadaran masyarakat itu
sendiri tentang arti keterlibatannya tersebut dengan memahami
pembangunan sebagai perubahan struktural menjadi lebih baik dari
masyarakat,oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga
mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya manusia yang
berpendidikan. Mereka member dan diberi kesempatan untuk
menyalurkan inisiatif dan kreativitas untuk mencapai tujuan bersama,
yang dapat meningkatkan motivasi dalam mewujudkan keberhasilan.
2.1.3.1. Derajat Partisipasi Masyarakat
Terdapat kadar yang berbeda dalam setiap praktek partisipasi.
Kadar ini jika dibandingkan satu sama lain akan membentuk suatu garis
kantinum mulai dari titik non partisipasi warga sampai kendali warga
sepenuhnya. Untuk memperjelas mana proses yang disebut partisipasi
dan bukan partisipasi terdapat konsep delapan tangga partisipasi
masyarakat (Eight Rungs on Ladder of Citizen Participation) menurut
Arnstein (1969: 216-224).
Dalam konsepnya Arnstein menjelaskan partisipasi masyarakat
yang didasarkan kepada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu
produk akhir, tiap tangga dibedakan berdasarkan “corresponding to the
extent of citizen’s power in determining the plan and/or program”.
Secara umum, dalam model ini ada tiga derajat partisipasi masyarakat :
(1) Tidak Partisipasi (Non Participation); (2) Derajat Semu (Degrees of
tokenism) dan (3) kekuatan masyarakat (Degrees of Citizen Powers).
Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar dibawah ini
Gambar 2.1Tangga Partisipasi Menurut Arnstein (1969: 216-224).
Citizen control
Delegated power Degrees of citizen power
Partnership
Placation
Consultation Degrees of tokenism
Informing
Therapy Non
Manipulation participation
Sumber: Serry R Arnstein, A Ladder of Citizen Partisipation, Juornal of the American
Institute of Planners 35, hal 216-224
Dua tangga terbawah yang dikategorikan dalam derajat Non
Partisipasi (Non Participation) menempatkan bentuk-bentuk partispasi
yang dinamakan Manipulasi (Manipulation) dan Terapi (Therapy) dalam
kedua tangga tersebut pertisipasi hanya bertujuan untuk mendidik “
menatar” masyarakat dan “mengobati” masyarakat. Dalam tangga
pertama Manipulasi atau penyalahgunaan bisa diartikan (relative) tidak
ada komunikasi apalagi dialog, yaitu mereka memilih dan mendidik
sejumlah orang sebagai wakil dari masyarakat. Fungsinya, ketika mereka
mengajukan berbagai program, maka para wakil masyarakat tadi harus
selalu menyetujuinya. Sedangkan masyarakat sama sekali tidak
diberitahu tentang hal tersebut. Sedangkan dalam tangga kedua Therapy
telah ada komunikasi namun masih bersifat terbatas, inisiatif datang dari
pemerintah (pemegang kekuasaan) dan hanya satu arah. Di dalam hal ini
masyarakat terlibat dalam suatu program, akan tetapi sesungguhnya
keterlibatan mereka tidak dilandasi oleh suatu dorongan mental,
psikologis, dan disertai konsekuensi keikutsertaan yang memberikan
kontribusi dalam program tersebut. Masyarakat pada posisi ini hanyalah
menjadi obyek dalam program. Pemerintah sedikit memberitahu kepada
masyarakat tentang beberapa programnya yang sudah disetujui oleh
wakil masyarakat dan masyarakat hanya bisa mendengarkan.
Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan dalam derajat
tanda partisipasi (degree of Tokenism) yaitu partisipasi masyarakat telah
didengar dan berpendapat tetapi mereka tidak memiliki kemampuan
untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan
dipertimbangkan oleh pemegang keputusan, dalam taraf ini partisipasi
masyarakat memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat. dalam tangga ketiga yaitu
Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadi tetapi
masih bersifat satu arah, tidak ada sarana bagi masyarakat untuk
melakukan timbak balik (feed back), seperti pengumuman, penyebaran
pamflet dan laporan tahunan. Tangga keempat yaitu Consultation
bermakna bahwa komunikasi telah bersifat dua arah tetapi masih bersifat
partisipasi yang bersifat ritual/formalitas, sudah ada kegiatan penjaringan
sapirasi, penyelidikan keberadaan masyarakat, telah ada aturan pengajuan
proposal dan ada harapan aspirasi masyarakat akan didengar tetapi belum
ada jaminan aspirasi tersebut akan dilaksanakan misalnya survey sikap,
temu warga dan dengar pendapat publik. Tangga kelima yaitu Placation
(penentraman) berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik dan sudah
ada negosiasi antara masyarakat dengan pemerintah. Masyarakt
(khususnya yang rentan dan termajinalisa) dimungkinkan untuk
memberikan masukan secara lebih signifikan dalam penentuan hasil
kebijakan publik. Namun proses pengembilan keputusan masih dipegang
oleh pemegang kekuasaan.
Tiga tangga teratas dikategorikan dalam derajat kuasa masyarakat
( Degree of Citizen Perticipation) dimana masyarakat memiliki pengaruh
terhadap proses pengambilan keputusan partisipasi masyarakat
(kelompok masyarakat miskin/rentan) sudah masuk dalam ruang
penentuan proses, hasil dan dampak kebijakan dengan menjalankan
kemitraan (Partnership) yaitu masyarakat telah mamapu bernegosisasi
dengan “pemegang kekuasaan” dalam posisi sejajar, pendelegasian
kekuasaan ( Delegated Power) yaitu masyarakat telah “dikuasai”. Pada
tangga kendali warga (Citizen Control) partisipasi masyarakat secara
politik maupun administrative sudah mampu mengendalikan proses
pembentukan, pelaksanaan dan konsumsi dari kebijakan bahkan sangat
mungkin masyarakat telah memiliki kewenangan untuk mengelola objek
kebijakan tertentu.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Arnstein terlihat
bahwa terdapat pebedaan yang cukup mendasar antara bentuk partisipasi
semu (empty ritual) dengan yang mempunyai kekuatan nyata (real
power). Didalamnya digambarkan bagaimana bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat dari masyarakat dipaksa atau dimanipulasi dan dimana
masyarakat telah mampu mengontrol pembuatan keputusan dan
pengalokasian sumber daya. Kemudian masing-masing derajat
ditekankan bukan seberapa jauh masyarakat telah terlibat dalam proses
pembentukan kebijakan atau program yang dilaksanakan oleh pemegang
kekuasaan tetapi seberapa jauh masyarakat dapat menentukan hasil akhir
atau dampak dari kebijakan tersebut. Dalam pelaksanaan pembangunan
sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima
program pembangunan karena hanya dengan partisiapsi masyarakat
penerima program maka hasil pembangunan akan sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. dengan adanya kesesuaian ini
maka hasil pembangunan ini akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Menurut Slamet (1994:97,137-143) faktor-faktor internal yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian. Faktor internal
berasal dari individu itu sendiri. secara teoritis, tingkah laku individu
berhubungan erat atau ditentukan oleh :
a. Jenis kelamin.
Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam
pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya
sistempelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat yang
membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.
Menurut Soedarno dalam Slamet (1994: 137) bahwa didalam
sistem pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria memiliki
hak istimewa dibandingkan golongan wanita. Dengan demikian
maka kecenderungannya, kelompok pria akan lebih banyak
berpartisipasi.
b. Usia.
Menurut Soedarno dalam Slamet (1994: 139) perbedaan usia
juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam
masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar
senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan
muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu misalnya
menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Usia
berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpasrtisipasi. Dalam
hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau
senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal
menetapkan keputusan.
c. Tingkat pendidikan.
Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Litwin
dalam Slamet (1994: 141) mengatakan bahwa, salah satu
karakteristik partisipasi dalam pembangunan partisipasi adalah
tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi
yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat
pendidikam. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya,
tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan
serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan
dianggap penting karena dengan pendidikan yang diperoleh,
seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat
tanggap terhadap inovasi.
d. Tingkat penghasilan.
Tingkat penghasilan juga mempengeruhi partisipasi masyarakat
menurut Barros dalam Slamet (1994: 143) bahwa penduduk yang
lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang
melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang
berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpasrtisipasi dalam hal
tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan member peluang lebih
besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini
mempengaruhi kemampuan financial masyarakat untuk
berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengarahkan
semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai
dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka.
e. Mata pencaharian.
Hal ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat
mempengaruhi pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal
ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang
seseorang untuk terlibat dalam pembangunan, misalnya dalam hal
menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya. Sementara itu
faktor-faktor eksternal dapat dikatakan sebagao petaruh
(stakeholder) yaitu semua pihak yang berkepentingan dan
mempunyai pengaruh terhadap program.
Sedangkan menurut Darjono dalam Santoso, (1989:19) faktor-
faktor yang mempengaruhi partisipasi yaitu :
a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan,kedudukan sosial, dan percaya terhadap diri sendiri.
b. Penginterpretasian yang dangkal terhadap agama.c. Kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan dan
kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarahkepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan danmotivasi serta organisasi penduduk.
d. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpasrtisipasi dalamberbagai program pembangunan.
Seseorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu yang mana dalam
hal ini dikonotasikan sebagai suatu perwujudan perilaku seseorang
terhadap suatu objek kegiatan. Menurut Herbert dalam Dwiningrum
(2011:56) bahwa “respon aktor baik langsung maupun tidak, selalu
didasarkan atas penilaian atau pemaknaan setiap objek tindakan”.
Dalam prisip partisipasi menurut Dawam Raharjo (1989:23)
terdapat tiga unsur penting yaitu
“Kesadaran, kemampuan dan kesempatan. Kesadaran adalahsumber motivasi, tapi motivasi itu perlu didukung dengankemampuan. Dimaksud dengan kemampuan disini adalahkemampuan berorganisasi, kemampuan managemen dankemampuan teknis. Berbekal kepada hal itulah maka kelompokbisa mencari kesempatan. Kesempatan disini bukanlah semata-mata kesempatan yang berasal dari luar atau dari atas, melainkankesempatan yang diciptakan sendiri. Dasar utamanya adalahgagasan yang rasional praktis. Langkah selanjutnya adalahmengorganisasikan sumber-sumber atau faktor-faktorproduksiyang sebenarnya sudah banyak tersedia dimasyarakat. Dariprinsip itulah partisipasi dapat berjalan dilingkup masyarakat”.
Dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat tidak hanya faktor
pendukung ada juga faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat,
menurut Dwiningrum (2011:57) bahwa faktor yang dapat mengahmbat
atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat adalah:
1. Sifat malas, apatis, masa bodo, dan tidak mau melakukanperubahan ditingkat anggota masyarakat
2. Aspek-aspek tipologi (pembuktian dan jurang)3. Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebat letaknya)4. Demografi (jumlah Penduduk)5. Ekonomi (desa miskin/tertinggal)
Menurut Fahrudin (1998:44) Partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila
terpenuhi faktor-faktor yang menjadi pendukung yaitu:
a) Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkunganyang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untukberpasrtisipasi
b) Adanya kemauan yaitu adanya sesuatu yangmendorong/menumbuhkan minat dan sikap mereka untuktermotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapatdirasakan atas partisipasinya tersebut
c) Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan padadirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi,dapat berupa pikiran, tenaga, waktu atau saran dan material lainnya.
Menurut Sahidu dalam Fahrudin (1998:45) menyatakan bahwa
“faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan masyarakat untukberpartisipasi adalah motif harapan, kebutuhan, hadiah danpenguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatanmasyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan,kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya local,kepemimpinan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor yangmendorong partisipasi adalah pendidikan, modal, dan pengalamanyang dimiliki”.Terdapat tiga prinsip dasar dalam menumbuhkakn partisipasi
masyarakat agar ikut serta dalam proses pembangunan, yaitu:
a. Learning process
Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas kegiatan pelaksanaan
program dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
b. Instutional development
Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang
sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau lembaga sosial
masyarakat merupakan daya tamping dan daya dukung sosial.
c. Participatory
Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk
dapat menggali kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan pemeparan dari beberapa teori diatas mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dan mata pencaharian. Adapun
faktor yang menjadi pendorong dalam partisipasi masyarakat yaitu
adanya pembangunan yang berjalan atau berjalan dengan sistematis,
keterlibatan terhadap tujuan dan kemahiran dalam menyesuaikan
perubahan. Dengan demikian masyarakat dalam melakukan aktivitas
kegiatan program pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
2.1.3.2. Masalah-masalah Partisipasi Masyarakat
Soetrisno dalam Theresia (2014:211) mengidentifikasi beberapa
masalah kaitannya dengan pengembangan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
1. Masalah pertama, dan terutama dalam pengembanganpartisipasi masyarakat adalah belum dipahaminya maknasebenarnya tentang partisipasi oleh pihak perencana danpelaksana pembangunan.a. Pada tataran perencanaan pembangunan, partisipasi
diidentifikasikan sebagai kemauan masyarakat untuk secarapenuh mendukung pembangunan yang direncanakan danditetapkan sendiri oleh (aparat) pemerintah, sehinggamasyarakat bersifat pasif dan hanya sebagai sub-ordinasipemerintah
b. Pada pelaksanaan pembangunan di lapangan, pembangunanyang dirancang dan ditetapkan oleh pemerintahdidefinisikan sebagai kebutuhan masyarakat, sedang yangdirancang dan ditetapkan masyarakat didefinisikan sebagaikeinginan masyarakat yang memperoleh prioritas lebihrendah.
c. Partisipasi masyarakat, sering didefinisikan sebagaikerjasama pemerintah dan masyarakat yang tidak pernahmemperhatikan adanya sub-sistem yang disubornasikanoleh supra-sistem dan aspirasi mayarakat cukupdiakomodasikan dalam perencanaan dan pelaksanaanpembangunan.
2. Masalah kedua adalah dengan dikembangkannya pembangunansebagi ideology baru yang harus diamankan dengan dijaga ketat,yang mendorong aparat pemerintah bersifat otoriter.Kondisi seperti itu, dapat menimbulkan reaksi baik berupa“budaya diam” yang pada gilirannya menumbuhkankeengganan masyarakat untuk berpartisipasi karena dianggap“asal beda” atau “waton suloyo”.
3. Masalah ketiga adalah banyaknya peraturan yang meredamkeinginan masyarakat untuk berpartisipasi.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa terdapat beberapa masalah
dalam partisipasi masyarakat yang diantaranya belum dipahaminya
makna sebenarnya tentang partisipasi sehingga mengakibatkan
diantaranya masalah pertama, masyarakat dalam berpastisipasi hanya
bersifat pasif. Dalam pelaksanaan pembangunan, kebutuhan masyarakat
yang tidak di prioritaskan dan kurangnya partisipasi masyarakat ini
disebabkan karena kurang kerja samanya antara masyarakat dan
pemerintah. Masalah kedua, keengganan masyarakat dalam
berpartisipasi karena aparat pemerintahan yang bersifat otoriter dan
masalah ketiga, keengganan masyarakat dalam berpartisipasi karena
banyaknya pertauran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kondisi
seperti ini dapat meredam keinginan masyarakat dalam berpartisipasi.
2.1.3.3. Manfaat Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu
ditentukan oleh tersedianya sumber dana keuangan dan manajemen
keuangan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respon
masyarakat terhadap pembangunan atau dapat disebut sebagai partisipasi
masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa,
dan diterima oleh masyarakat yang mampu mensinergikan tradisi sosial
budaya dengan proses manajemen modern.
Dari uraian diatas perencanan secara partisipatif diperlukan
karena memberikan manfaat sekurang-kurangnya, menurut Adisasmita
(2006:40-41) yaitu:
a. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilailingkungan sosial ekonominya dan mampumengidentifikasikan bidang atau sektor yang perludilakukan perbaikan, dengan demikian diketahui arahmasa depan mereka.
b. Anggota masyarakat dapat berperan dalam perencanaanmasa depan masyarakatnya tanpa memerlukan bantuanpara pakar atau instansi perencanaan pembangunan dariluar.
c. Masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumberdana dari kalangan anggota masyarakat untukmewujudkan tujuan yang dikehendaki masyarakat.
Adapun manfaat dari partisipasi yang akan dirasakan oleh
masyarakat menurut Suratmo dalam Fahrudin (1998:42) adalah sebagai
berikut:
a. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencanapembangunan didaerahnya, sehingga dapat mengetahuidampak apa yang akan terjadi baik positif mapun yangnegative dan cara menanggulangi dampak negative yangakan dan harus dilakukan.
b. Masyarakat akan ditinggalkan pengetahuannya mengenaimasalah lingkungan, pembangunan dan hubungannya,sehingga pemerintah dapat menumbuhkan dan
mengemmbangkan kesadaran masyarakat akantanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Masyarakat dapat menyampaikan informasi danpendapatnya atau persepsinya kepada pemerintah terutamamayarakat ditempat proyek yang akan terkena dampak.
d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi darimasyarakat yang belum atau tidak ada dalam laporanandal, sehingga kebijaksanaan atau kepeutusan yangdiambil akan lebih tepat, karena didalam informasitersebut pemerintah sering menemukan masalah-masalahyang penting bagi masyarakat yang belum terekam dalamlaporan secara jelas terutama hal-hal yang tidak dapatdikuantitatifkan.
e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyakmengenal proyek tersebut termasuk dampak apa saja yangakan terjadi (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa sajayang akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif,sedang dari pihak pemerintah dan pemrakarsa proyekmengetahui pendapat masyarakat serta keinginannya atauhal apa saja yang diperlukan, sehingga salah paham atauterjadinya konflik dapat dihindari.
f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerimamanfaat yang akan dapat dinikmati dan apabila mungkinmanfaat tersebut (dampak positif) dan ikut menekan ataumenghindari diri terkena dampak negatif.
g. Dengan aktifnya masyarakat dalam pengelolaanlingkungan hidup sejak penyusunan andal, biasanyaperhatian dari instansi pemerintah yang bertanggungjawab dan pemrakarsa proyek pad masyarakat akanmeningkat.
Dari beberapa teori mengenai manfaat partisipasi masyarakat
diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya manfaat yang masyarakat
dapatkan apabila ikutserta dalam proses pembangunan diantaranya
masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumber dana dari
kalangan anggota masyarakat lain untuk mewujudkan tujuan yang
dikehendaki masyarakat serta masyarakat mampu secara kritis menilai
lingkungan sosial ekonominya dan mampu mengidentifikasikan bidang
atau sektor yang perlu dilakukan perbaikan.
2.1.4. Konsep Pendidikan
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk
mengembangkan kepribadian didalam maupun diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki
oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan
adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan dan pemerintah. Tanggung
jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena
bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari nurani semata-
mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas.
Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar kalau
pembangunan pendidikan merupakan bagian organik dari pembangunan
nasional secara keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia seutuhnya (Suryadi, 1982:4)
Definisi pendidikan menurut Hasbullah, (2005:1) menyatakan bahwa
“Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usahamanusia untuk memina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilahpendidikan atau paedadogie berarti bimbingan atau pertolongan yangdiberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagaiusaha yang dijalankan olehseseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa ataumencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam artimental”.
Definisi pendidikan berdasarkan fungsi menurut Tirtarahardja
(2005:33-37) yaitu:
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi BudayaSebagai proses transformasi budaya pendidikan, diartikan sebagaikegiatan pewarisan budaya dari sutu generasi ke generasi yang lain.Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi yaitu : a)nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilaikejuuranda rasa tanggung jawab dan nilai-nilai lainnya b)nilai yangkurang cocok diperbaiki misalnya tat cara perkawinan dan c) yangtidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dulu dikabulkandiganti dengan pendidikan seks melalui formal.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan PribadiSebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagaisuatu kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepadaterbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadimelalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yangbelum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi merekayang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga NegaraPendidikan sebagai proses penyiapan warga negara diartikan sebagaisuatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didikagarmenjadi warga negara yang baik
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga KerjaPendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagaikegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasaruntuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap,pengetahuan dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadimisi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhanpokok dalam kehidupan manusia.
5. Definisi Pendidikan Menurut GBHNGaris Besar Haluan Negara (GBHN) memberikan batasan tentangpendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yangberakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkanpancasila serta undang-undang dasar 1945 diarahkan untukmeningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhanpembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunanbangsa.
Sedangkan definisi pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah yaitu:
1. Pendidikan adalah sosisalisasi; suatu proses membantu generasimuda agar menjadi anggota masyarakat yang diharapkan(sosiologi).
2. Pendidikan adalah enkulturasi atau pembudayaan; suatu prosesdengan jalan mana seseorang menyesuaikan diri kepada suatukultur masyarakat dan mengasimilasikan nilai-nilainya(antripologi).
3. Pendidikan sebagai human investment (ekonomi).4. Pendidikan sebagai proses civilisasi; suatu upaya menyiapkan
warga negara yang sesuai dengan aspirasi bangsa dan negaranya(politik).
5. Pendidikan berarti proses adaptasi, proses penyesuaian diri yangterbaik dari seseorang manusia yang sadar terhadaplingkungannya (biologi).
6. Pendidikan identik dengan personalisasi; upaya membantupeubahan tingkah laku individu untuk mencapai perkembanganoptimal menjadi diri sendiri (psikologi).
7. Pendidikan ialah pendewasaan, suatu upaya yang dilakukansecara sengaja oleh orang dewasa untuk mebantu anak atau orangyang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (pedagogik).
Adapun definisi pendidikan menurut Wikipedia (diakses pada 23November 2016) bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya”.
Dari pemaparan diatas mengenai definisi pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
masyarakat dan kebudayaannya agar dapat mengembangkan potensi dirinya
agar menjadi warga negara yang produktif.
2.1.4.1. Unsur-unsur Pendidikan
Tirtarahardja (2005:51) Proses pendidikan melibatkan banyak
hal atau unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan yaitu:
a) Subjek yang dibimbing (peserta didik)b) Orang yang membimbing (pendidik/guru)
c) Interaksi antara peserta didik dan pendidikd) Kearah mana bimbingan di tujukan (tujuan pendidikan)e) Pengaruh yang di berikan dalam bimbingan (materi
pendidikan)
2.1.5. Konsep Pendidikan Wajib Belajar
Pendidikan wajib belajar menurut Driyarkara (1980:33), bahwa:
“Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandungbanyak aspek dan sangat kompleks sifatnya. Karena kompleksitassifatnya itu, maka tak suatu batasan pun dapat menjelaskan artipendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan seperti yangdiperlihatkan banyak tokoh yang akan kita temukan dibawah, punberagam dan kandungannya saling berbeda. Perbedaan diberi tempatmungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspekyang menjadi tekanan atau falsafah yang melandasinya”.
Lebih lanjut Edgar Morin dalam Ishaq (2006: 9) menjelaskan bahwa
“Pendidikan dalam pengertian yang paling luas memainkan perananyang amat besar untuk mewujudkan perubahan mendasar dalam carahidup kita dan bertindak. Ia adalah kekuatan masa depan karenamerupakan alat perubahan yang amat ampuh”.
Selanjutnya Kartini (1997:3) dalam tulisannya, sebelum menjelaskan
tentang pengertian pendidikan, sekedar kilas balik kita ingat kembali istilah
ilmu pendidikan (paedagogik) dan pendidikan (paedagogie), yang sebetulnya
punya makna yang berbeda, ilmu pendidikan punya makna yang sama dengan
paedagogik, sedangkan pendidikan sama dengan paedagogie. Ilmu
pendidikan (paedagogik) mennjuk pada pemikiran dan permenungan tentang
pendidikan, misalnya bagaimana tentang sistem pendidikan, tujuan
pendidikan, materi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan yang
semuanya berkaitan dengan teori. Sedangkan pendidikan (paedagogie)
menunjuk pada praktek, misalnya kegiatan belajar mengajar. Meskipun
memiliki makna yang berbeda, keduanya tak bisa dipisahkan dan harus
berdampingan dan memperkuat demi peningkatan mutu dan tujuan
pendidikan.
Secara etimologis, paedagogie berasal dari kata yunani, terdiri dari
kata yakni pais (anak) dan again diterjemahkan dengan membimbing. Jadi
pendidikan secara etomologis menunjuk pada bimbingan yang diberikan
kepada anak. Pengertian ini nampak pula dalam batasan pendidikan menurut
Prof. Langeveld, seorang ahli paedagogik dari Belanda, bahwa pendidikan
adalah suatru bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Masalah dasar
dan tujuan pendidikan adalah suatu masalah yang fundamental dalam
pelaksanaan pendidikan. Dari dasar pendidikan itulah kita akan menentukan
corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan kita kita akan
menentukan kea rah mana anak didik itu dibawa. Karena pentingnya
pendidikan itu bagi bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara didunia
menangani secara langsung masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan. Dan dari sanalah ditentukan dasar dan tujuan pendidikan itu.
Kalau kita memperhatikan rumusan tujuan-tujuan pendidikan diatas,
maka dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membantu manusia
agar berkembang dalam semua dimensi hidupnya sebagai manusia. Hampir
dimana-mana terjadi, negara berkepentingan mengurusi pendidikan bagi
warga negaranya. Hal ini berkeyakinan dasar hakekat manusia, adanya
manusia adalah ada bersama dan dalam kebersamaan ini bisa berkembang
secara wajar sebagai manusia seutuhnya, lewat proses sosialisasi diri, asuhan
dan tuntunan pendidikan. Hasil dari kebersamaan itulah yang kemudian
membentuk negara, yang merupakan sesuatu dari, oleh dan untuk rakyat.
Karena negara dibentuk oleh individu yang ingin mendelegasikan haknya
untuk mengatur hidup bersama, maka sebenarnya tujuan negara adalah tujuan
rakyat yang membentuk negara tadi. Negara adalah organisasi politik yang
dibentuk oleh rakyat. Negara inilah yang berkepentingan mengurusi masalah
pendidikan bagi para warganya. Sebabnya antara lain, faktor tumbuhnya
demokrasi politik, dan kebutuhan akan warga negara yang terdidik yang
diperlukan untuk memajukan bangsa dann negara di era modern.
Menurut Soedijarto dalam Ishaq (2006:29) menyatakan
“Wajib Belajar merujuk pada kebijakan yang mengharuskan warganegara dalam usia sekolah megikuti pendidikan sekolah sampaijenjang tertentu dan pemerintah berupaya memberikan dukungansepenuhnya, agar warga negara peserta wajib belajar dapat mengikutipendidikan sekolah”.
Isjoni Ishaq (2006:41) Pelaksanaan Wajib Belajar selain menjadi hak
dan kewajiban orang tua, juga menjadi hak dan kewajiban masyarakat dalam
menyukseskan pelaksanaannya. Dan tak kalah pentingnya pelaksanaan wajib
Belajar menjadi hak dan kewajiban pemerintah. Demikian juga peserta didik
memiliki hak untuk mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Secara hakiki Wajib Belajar
telah menjadi tekad pemerintah. Tekad ini hendaknya tidak hanya dalam
bentuk slogan, wacana dan sebatas konsep, tetapi tetapi harus
diimplementasikan dengan konkret, terutama yang menyangkut penyediaan
dana.
2.1.6. Landasan Hukum Program Wajib Belajar 12 (Dua Belas) Tahun
Program wajib belajar memiliki dasar legal dalam Undang-undang
Dasar 1945. Ada beberapa hal yang mendukung wajib belajar 12 tahun. dari
regulasi, wajib belajar 12 tahun didukung melalui konsitusi, dan berbagai
perundang-undangan yang relevan dengan pendidikan. Undang-undang Dasar
1945 Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Untuk
merealisasikan hal tersebut, pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 32 ayat (2) menyatakan
bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”. Agar
efektif dapat dilaksanakan sampai tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota,
pemerintah juga telah memperkuat dasar hukum pelaksanaan wajib belajar 12
tahun melalui PP No 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar. Dalam PP ini
ditegaskan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang
harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah
dan pemerintah daerah.
Berikut ini penataan regulasi mengenai wajib belajar 12 tahun yaitu:
A. Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat segera melakukan revisi
terhadap UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional karena sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi
tuntutan kehidupan local, nasional dan global, khusunya terkait
dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat perihal pentingnya
Negara utamanya pemerintah meningkatkan program wajib belajar
dari 9 tahun menjadi 12 tahun.
B. Bagi Pemerintah (Pusat) sebagai bentuk respon cepat atas putusan
MK No 92/PUU-XII/2004, yang memandatkan bahwa kebijakan
program wajib belajar 12 tahun adalah kebijakan hukum terbuka
bagi pemerintah, perlu segera melakukan revisi atas Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar. Beberapa
diantaranya atau utamanya revisi tersebut dilakukan terhadap:
a) Pasal 1 ayat (2) “Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidkan menengah, berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah(MI)atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat”
diubah menjadi “Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah(MI)atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan Madrasah Aliyah (MA)atau bentuk lain yang
sederajat”.
b) Pemerintah juga perlu menambah satu ayat lagi didalam pasal 1
tersebut, yakni diantara ayat 6 dan 7 dengan menambah
“Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disebut SMA adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan
dasar sebagai pendidikan lanjutan dari SD,MI,SMP,MTs atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang
diakui sama atau setara SMP,MTs. Sekolah Menengah Kejuruan
yang selanjutnya disebut SMK adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan
pada jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan lanjutan dari
SD,MI,SMP,MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan
dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP,MTs.
Madrasah Aliyah selanjutnya disebut MA adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal dalam bianaan Menteri Agama
yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan
agama islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai pendidikan
lanjutan dari SD,MI,SMP,MTs atau bentuk lain yang sederajat
atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara
SMP,MTs”.
c) Pasal 3 ayat (2) “Penyelenggaraan wajib belajar pada jalur
formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar
yang meliputi SD,MI,SMP,MTs dan bentuk lain yang
sederajat”. Diubah menjadi “Penyelenggaraan wajib belajar
pada jalur formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan
dasar yang meliputi SD,MI, SMP,MTs, SMA,SMK,MA dan
bentuk lain yang sederajat”.
d) Pasal 7 ayat (4) “Pemerintah daerah dapat menetapkan
kebijakan untuk meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar
sampai pendidikan menengah”. Diubah menjadi “Pemerintah
daerah wajib menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan
pendidikan wajib belajar yang mencakup pendidikan
menengah”. (Koesoema, 2015: ix-xi)
2.1.7. Tujuan Program Wajib Belajar 12 (Dua Belas) Tahun
Program pendidikan Wajib Belajar 12 tahun ini sudah dilakukan
pemerintah pusat maupun daerah. hal ini dilakukan sebagai komitmen
pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang layak bagi
masyarakat. tujuan program ini selain memenuhi amanat UUD 1945 untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, juga bertujuan untuk menurunkan angka
putus sekolah dan meningkatkan angka partisipasi pendidikan serta
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara. Program ini dapat dikatakan berhasil karena sudah berjalan sesuai
prosedur dan ketentuan yang telah dirumuskan sehingga program ini mampu
mendongkrak angka partisipasi kasar (APK) pendidikan untuk masyarakat
khususnya masyarakat yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Pihak yang paling diuntungkan dalam program ini adalah masyarakat
yang berasal dari ekonomi lemah karena mereka dapat menyekolahkan anak-
anak mereka sampai tingkat SMA tanpa harus membayar biaya sekolah.
Orang tua hanya perlu membiayai pakaian dan ongkos sekolah anak-anak
mereka.
2.2. Penelitian Terdahulu
Temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan
hal yang sangat perlu dan dapat di jadikan sebagai alatdata pendukung dalam
sebuah penelitian. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu
dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan partisipasi masyarakat
dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu berupa tesis atau skripsi dan jurnal yang
pernah peneliti baca. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh:
Pertama, Abdul Latif, skripsi, 2012, Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa-). Judul: Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Wajib Belajar 9
Tahun di Kecamatan Baros Kabupaten Serang.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat
partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 9 tahun di Kecamatan Baros
Kabupaten Serang. Penelitian ini menggunakan teori partisipasi masyarakat
menurut Taliziduhu Ndraha dalam Makmur (2008:156-157) yang terdapat 2
fungsi yaitu sebagai masukan dan keluaran. Sebagai masukan terdapat 6 fase:
(fase penerimaan informasi, pemberian tanggapan, perencanaan pembangunan,
pelaksanaan pembangunan, penerimaan kembali hasil pembangunan dan penilaian
hasil pembangunan). Sedangkan sebagai keluaran yaitu proses stimulus atau
motivasi melalui berbagai upaya. Dalam penelitian menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun hasil penelitiannya
yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 9 tahun di
Kecamatan Baros Kabupaten Serang dikatakan rendah yang mana hanya
mencapai 62,07% dari angka maksimal yang di hipotesiskan oleh peneliti yakni
65%. Hal tersebut ditemukan berdasarkan hasil penelitian bahwa partisipasi
masyarakat di Kabupaten Baros Kabupaten Serang meliputi: penerimaan
informasi 54,02%, pemberian tanggapan terhadap informasi 74,01%, perencanaan
pembangunan 64,05%, pelaksanaan pembangunan 63%, penerimaan kembali hasil
pembangunan 61,02% dan untuk penilaian hasil pembangunan 59,07%.
Kemudian untuk dimensi keluaran yaitu proses stimulus atau motivasi adalah
sebesar 57,03%.
Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Latif dengan penelitian
ini adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak menghitung tingkat
partisipasi masyarakatnya melainkan mendeskripsikan fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan
dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Adapun persamaan dalam penelitian ini kami
menjelaskan mengenai partispasi masyarakat dalam suatu program pemerintahan
yang telah dilaksanakan.
Kedua, penelitian yang telah dilakukan oleh Thesar Yusta Wira Pradata,
jurnal, 2015, Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (Universitas Airlangga). Diterbitkan dalam jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik, Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015, ISSN 2303-341X.
Judul : Evaluasi Program Wajib Belajar 12 Tahun Pada Mayarakat Miskin di
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan evaluasi program Wajib
Belajar 12 Tahun (Studi Kasus pada Masyarakat Miskin di Kelurahan
Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya). Teori yang digunakan dalan
penelitian ini yaitu teori evaluasi kebijakan publik oleh Triana (2011:271).
Didalam studi evaluasi indikator-indikator proses, output dan outcome lebih dekat
atau lebih dikenal membahas mengenai evaluasi proses, evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Metode dalam penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa
kota Surabaya merupakan salah satu kota yang telah menerapkan program
nasional wajib belajar 12 tahun yang telah menjadi kota percontohan wajib belajar
12 tahun bagi kota-kota lain di Indonesia. Kota Surabaya dijadikan contoh
dikarenakan lancarnya dan suksesnya program tersebut dengan persentase jumlah
siswa tiap jenjang di kota Surabaya yaitu 281,150% tingkat SD/MI, 123,969%
tingkat SMP/MTs, 51,715% tingkat SMA/MA, dan 54,028% tingkat SMK.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa pemerintah Kota Surabaya telah
memperluas akses pendidikan bagi masyarakat miskin dan telah mempriotitaskan
mamsyarakat yang berasal dari keluarga yang tidak mampu atau keluarga miskin
untuk dapat merasakan akses pendidikan setinggi-tingginya sampai dengan lulus
SMA atau sampai melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh Thesar Yusta dengan penelitian
ini adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya meneliti evaluasi
program Wajib Belajar 12 Tahun pada masyarakat miskin saja, akan tetapi
peneliti ini lebih mendalam mengenai partisipasi masyarakat dalam mendukung
program wajib belajar 12 tahun dimana dalam penelitian ini menyangkut seluruh
lapisan masyarakat yang berada di Kecamatn Petir Kabupaten Serang. Adapun
persamaan dalam penelitian ini kami menjelaskan mengenai program wajib
belajar 12 tahun.
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting. Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam
menjelaskan permasalahan dalam penelitian, maka dari itu peneliti membuat
kerangka berfikir yaitu: Dalam proposal penelitian ini lebih menekankan kepada
partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di
Kecamatan Petir Kabupaten Serang. Dimana di lingkungan Kecamatan Petir ini
yang wilayahnya dekat dengan perkotaan ini tidak memotivasi masyarakatnya
untuk lebih berpartisipasi dalam mendukung program pemerintah dalam bidang
pendidikan ini. Oleh karena itu untuk mengetahui rasa tanggung jawab
masyarakat terhadap kemajuan pembangunan dan bagaimana motivasi masyarakat
dalam menyikapi perkembangan lingkungan sekitar dan bagaimana partisipasi
masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir
Kabupaten Serang tersebut dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori
partisipasi masyarakat menurut Keith Davis dan John W Nestrom (Sastropoetro,
1988:14) yaitu:
1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental
dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara
jasmani
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha
mencapai tujuan kelompok
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab.
Untuk menjelaskan lebih rinci peneliti akan mengkaji sebuah rumusan
kerangka berfikir untuk pedoman peneliti melakukan penelitian ini sebagai
berikut:
Input:Masalah:
1. Keadaan ekonomi masyarakat yang masih kurang2. Kurangnya tingkat pendidikan masyarakat3. Persepsi masyarakat atau tradisi masyarakat yang terbelakang4. Kurangnya motivasi orang tua terhadap pendidikan anak-
anaknya5. Kurangnya perhatian pemerintah secara terus menerus
Gambar 2.2Kerangka Berfikir
Sumber: Peneliti 2018
Proses:
Teori Partisipasi masyarakat yaitu meliputi:1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan
mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanyaketerlibatan secara jasmani
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepadausaha mencapai tujuan kelompok
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab
(Sumber: Keith Davis(Sastropoetro, 1988:14)
Outcome:
Menciptakan partisipasi masyarakat dalam pendidikan wajib belajar 12tahun di Kecamatan Petir yang lebih baik
Output:
Tersosialisasikannya program pendidikan wajib belajar 12 tahunsehingga dapat memotivasikan masyarakat dalam bidang pendidikan,meningkatkan kualitas pendidikan, menurunkan angka putus sekolahdan meningkatkan angka partisipasi pendidikan di Kecamatan PetirKabupaten Serang
2.4. Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek awal penelitian. Dengan menggunakan
teori partisipasi masyarakat menurut Keith Davis, maka peneliti berasumsi bahwa
partisipasi masyarakat di Kecamatan Petir dalam mendukung program wajib
belajar 12 tahun masih kurang dan jika merujuk pada pendapat Arnstein maka
partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di
Kecamatan Petir ini termasuk pada tahap Tidak Partisipasi (Non Participation)
dimana di wilayah tersebut masih kurangnya kesadaran penduduk untuk ikut serta
dalam proses pembangunan dan kurangnya motivasi orang tua akan pentingnya
pendidikan untuk masa depan anak-anak mereka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu
objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghasilkan hasil yang objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam hal ini diperlukan
kesesuaian dengan kondisi lingkungan agar metode penelitian yang digunakan
akan tepat dalam memperoleh pemahaman berdasarkan fakta yang ada
dilapangan. ( Irawan, 2005:24)
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian “Partisipasi masyarakat
dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang” adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian yang
dimaksud adalah merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. Penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran yang terperinci
tentang situasi khusus, setting sosial atau hubungan.
Menurut Moleong (2005:6) metode penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.
Secara holistic atau keseluruhan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.
3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Dengan memperhatikan idenfikasi masalah yang sudah dikemukakan
sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat dalam
Mendukung Program Wajib Belajar 12 Tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian dilakukan. Dengan
ditetapkan lokasi akan dapat lebih mudah untuk mengetahui dimana tempat suatu
penelitian akan dilakukan. Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam
Mendukung Program Wajib Belajar 12 Tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang ini berlokasikan di Kecamatan Petir Kabupaten Serang Provinsi Banten
3.4. Variabel Penelitian/ Fenomena yang di amati
3.4.1. Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan tentang
konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti
berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan. Adapun definisi
konseptual penelitian ini adalah:
1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat atau wujud
tingkah laku masyarakat dalam suatu kegiatan yang didorong oleh
kesadaran masyarakat itu sendiri tentang arti keterlibatannya tersebut
dengan memahami pembangunan sebagai perubahan struktural menjadi
lebih baik dari masyarakat,oleh masyarakat dan untuk masyarakat,
sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya
manusia yang berpendidikan.
3.4.2. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat
dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir
Kabupaten Serang. Karena peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, maka dalam penjelasan definisi operasional ini akan dikemukakan
fenomena-fenomena penelitian yang dikaitkan dengan konsep yang
digunakan yaitu
1. Teori Partisipasi masyarakat menurut Keith Davis dan John W
Nestrom (Sastropoetro, 1988:14) yang meliputi:
A. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan
mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmani
B. Unsur kedua adalah kesediaan memberikan sumbangan kepada
usaha mencapai tujuan kelompok
C. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab
3.5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Maka dari itu
instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
Menurut Moleong (2005:168) menyebutkan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, dan
pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Wawancara
Wawancara adalah proses tanta jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam dua orang atau lebih, bertatap muka, mendengar
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur, yaitu wawancara yang bebas atau yang bersifat incidental.
Dalam wawancara yang dilakukan tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada
beberapa masyarakat di Kecamatan Petir Kabupaten serang.
2. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala gejala yang diselidiki.
Dalam penelitian ini observasi/pengamatan yang dilakukan adalah
nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat dan hanya pengamat
independen. Observasi dilakukan pada saat awal melakukan penelitian.
Pada penelitian ini observasi dilakukan di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang.
3. Studi Kepustakaan dan dokumentasi
Pengumpulan data diperoleh berbagai referensi yang relevan mengenai
penelitian ini berdasarkan buku-buku, jurnal ilmiah, pendapat para ahli,
dan literature yang berhubungan dengan skripsi ini.
3.6. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini penentuan informannya menggunakan Teknik
purposive. Teknik purposive adalah informan yang secara sengaja dipilih oleh
peneliti, Karena dianggap memiliki cirri-ciri tertentu, yang dapat memperkaya
data penelitian (Irawan, 2006:17). Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini yaitu:
Tabel 3.2Informan Penelitian
No Informan Penelitian Keterangan
1 Pegawai Dinas Pendidikan dan KebudayaanKabupaten Serang pada Sub Bagian Programdan Evaluasi
Key
Informan
2 Sekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia(KNPI) Kabupaten Serang
3 Pegawai Kecamatan Petir pada Kasi Kesos
4 Masyarakat Kecamatan Petira. Masyarakat/orang tua yang
perekonomian rendah dan anaknyaberpendidikan rendah
b. Masyarakat/orang tua yangperekonomian cukup dan anaknyaberpendidikan rendah
5 Kepala Desa di Kecamatan Petir yang terdiridari:1. Kepala Desa Cirangkong2. Kepala Desa Cireundeu
3. Kepala Desa Kadugenep4. Kepala Desa Kampung Baru5. Kepala Desa Kubang Jaya6. Kepala Desa Mekar Baru7. Kepala Desa Nagarapadang8. Kepala Desa Padasuka9. Kepala Desa Petir10. Kepala Desa Sanding11. Kepala Desa Seuat12. Kepala Desa Seuat Jaya13. Kepala Desa Sindangsari14. Kepala Desa Tambiluk15. Kepala Desa Bojong Nangka
Secondary
Informan
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Moleong (2005:248) adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat di kelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama proses penelitian
berlangsung yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan
setelah selesai di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat
induktif, dimana beberapa bukti yang pada awalnya tampak terpisah-pisah
akhirnya dikumpulkan menjadi satu. Sehingga peneliti membangun teori dengan
cara menghubungkan aneka fenomena yang dipelajari. Proses analisis data seperti
cerobong asap yang segalanya bersifat terbuka diawal dan semakin memfokus
pada bagian akhir. Berikut ini adalah beberapa langkah praktis yang dapat
dilakukan pada waktu menganalisis data penelitian kualitatif berdasarkan buku
Prasetya Irawan:
Gambar 3.1Proses Analisis Data
(Sumber: Irawan, 2006:27)
1. Pengumpulan Data Mentah
Tahap ini peneliti mengumpulkan data mentah melalui wawancara, observasi
lapangan, kajian pustaka dengan menggunakan alat-alat yang dibutuhkan,
seperti kamera dan tape recorder. Dalam tahap ini peneliti hanya mencatat
data yang apa adanya tanpa mencampurkan nya dengan pikiran, komentar,
dan siap peneliti.
2. Transkrip Data
Pada tahap ini peneliti merubah catatan data mentah ke bentuk tertulis. Yang
ditulis oleh peneliti pun harus apa adanya tanpa mencampur adukkannya
dengan pemikiran peneliti.
3. Pembuatan Koding
Di tahap ini peneliti membaca ulang seluruh data yang telah ditranskrip. Hal-
hal penting didalam transkrip dicatat dan diambil kata kuncinya kemudian
kata kunci ini nanti diberi kode.
PengumpulanData Mentah
Transkip Data PembuatanKoding
PenyimpulanAkhir
Triangulasi
KategorisasiData
PenyimpulanSementara
4. Kategorisasi Data
Dalam tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat
konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan
“kategori”.
5. Penyimpulan Sementara
Di tahap ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang sifatnya sementara.
6. Triangulasi
Triangulasi adalah proses check and recheck antara sumber data dengan
sumber data lain. Dalam proses ini beberapa kemungkinan bisa terjadi.
Pertama, satu sumber cocok dengan sumber lain. Kedua, satu sumber data
berbeda dengan sumber lain tetapi tidak harus berarti bertentangan. Ketiga,
satu sumber bertolak belakang dengan sumber lain.
7. Penyimpulan Akhir
Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data
peneliti sudah jenuh dan setiap penambahan data baru hanya berarti
ketumpang tindihan.
3.7.1. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data menurut Sugiyono (2007:117-118) adalah
ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Sedangkan reliabilita berkenaan dengan
derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Untuk pengujian
keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dan
mengadakan member check.
1. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memenfaatkan sesuatu yang lain. Terdapat bebrapa macan
triangulasi diantaranya:
a. Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber
b. Triangulasi Teknik yaitu mengecek data yang diperoleh
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu iatu mengecek data yang diperoleh
diwaktu yang berbeda.
2. Member Check
Menurut Sugiyono member check adalah proses pengecekan data
yang diperoleh peneliti kepada pemberi data . tujuannya adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang ditemukan
valid, maka semakin dipercaya.
3. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya rekaman, foto-
foto, atau dokumentasi autentik. (Sugiyono, 2007:127-129)
3.8. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Petir Kabupaten Serang dari
bulan April 2017 sampai dengan bulan Juni 2018
Tabel 3.3Jadwal Penelitian
No Kegiatan2017 2018
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Pengajuan judul
2. Perizinan dan
Observasi awal
3. Bimbingan Bab I,
II, & III
4. Seminar proposal
5. Revisi proposal
6. Pengolahan data
dari lapangan
7. Bimbingan Bab
IV & Bab V
8. Sidang skripsi
9. Revisi skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
wilayah kabupaten Serang dan Kecamatan Petir sebagai daerah yang masuk dalam
wilayah Kabupaten Serang
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Serang
Secara Geografis wilayah Serang terletak pada koordinat 50 50’ – 60
21’ Lintang Selatan dan 1050 0’ – 1060 22’ Bujur Timur. Jarak terpanjang
menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 km dan jarak
terpanjang dari barat ke timur sekitar 90km, dengan luas wilayah 1.467,35km2
dan berbatasan langsung dengan wilayah lain yaitu:
a) Sebelah Utara dengan Laut Jawa
b) Sebelah Timur dengan Kabupaten Tangerang
c) Sebelah Barat dengan Kota Cilegon dan Selat Sunda
d) Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lebak dan Pandeglang
Secara fisik, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat
potensial dan amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas keluar
wilayah Kabupaten Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol
Jakarta – Merak yang merupakan akses utama menuju Sumatera melalui
Pelabuhan penyeberangan Merak dan sebagai daerah penyangga (hinteland)
Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika diukur melalui jalan Tol Jakarta –
Merakhanya 70Km.
Secara administratif, Kabupaten Serang terdiri dari 326 Desa yang
berada di 29 Kecamatan dengan ibukota kecamatan, luas dan jumlah desa
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Jumlah Kecamatan dan Desa
Di Kebupaten Serang Tahun 2017
No Nama Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Desa
1 Anyer Anyer 56,81 12
2 Bandung Bandung 25,18 8
3 Baros Baros 44,07 14
4 Binuang Binuang 26,17 7
5 Bojonegara Bojonegara 30,30 11
6 Carenang Carenang 36,40 8
7 Cikande Cikande 50,53 13
8 Cikeusal Cikeusal 88,25 17
9 Cinangka Cinangka 111,47 14
10 Ciomas Sukadana 48,53 11
11 Ciruas Citerep 40,61 15
12 Gunungsari Gunungsari 48,60 7
13 Jawilan Jawilan 38,95 9
14 Kibin Kibin 33,51 9
15 Kragilan Kragilan 51,56 12
16 Kramatwatu Kramatwatu 48,59 15
17 Kopo Kopo 44,69 10
18 Mancak Labuan 74,03 14
19 Pabuaran Pabuaran 79,14 8
20 Padarincang Padarincang 99,12 14
21 Pamarayan Pamarayan 41,92 10
22 Petir Petir 49,63 15
23 Pontang Pontang 64,85 11
24 Pulo Ampel Sumuranja 32,56 9
25 Tanara Cerukcuk 49,30 9
26 Tirtayasa Tirtayasa 64,46 14
27 Tunjung Teja Tunjung Teja 39,52 9
28 Waringin Kurung Waringin Kurung 51,29 11
29 Lebak Wangi Lebak Wangi 33,25 10
Total 1.470,04 326
(Sumber: Data Profil Kabupaten Serang 2017)
Kabupaten Serang terletak diujung barat bagian utara Pulau Jawa dan
merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan
Pulau Jawa, berjarak ± 70km dari Ibukota Jakarta. Kabupaten Serang
merupakan salah satu dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di wilayah Provinsi Banten
yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupeten Tangerang,
Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten/Kota Serang
Pada Tahun 2016 Kabupaten Serang dipimpin oleh Bupati Hj. Rt Tatu
Chasanah SE.,M.Ak dan Wakil Bupati H. Pandji Tirtayasa
VISI DAN MISI KABUPATEN SERANG
Visi Kabupaten Serang : “ Terwujudnya Masyarakat yang Berkualitas Menuju
Kabupaten Serang yang Agamis, Maju dan Sejahtera”
Misi Kabupaten Serang:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
sosial demi terwujudnya masyarakat yang sehat, cerdas, berakhlak
mulia dan berbudaya.
2. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana wilayah, penataan
ruang dan pemukiman yang memadai, berkualitas dan berwawasan
lingkungan.
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis potensi local dalam
memperkuat struktur perekonomian daerah
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik serta pelayanan
public yang prima didukung kapasitas birokrasi yang berintegritas,
kompeten dan professional.
5. Memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan
spiritual dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Serang
Pada awalnya SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten Serang merupakan
salah satu organisasi perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Serang yang
terbentuk berdasarkan hasil penggabungan atau peleburan 2 (dua) unit
organisasi yang mengelola penyelenggaraan pendidikan, yaitu Dinas P dan K
yang secara teknis administratif menangani pengelolaan pendidikan SD yang
hanya meliputi pada 3M (man, money, material) dan Departemen pendidikan
dan kebudayaan sebagai instansi vertical yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan pendidikan tingkat SD
(teknis edukatif),SMP, SMA, dan SMK. SKPD Dinas pendidikan Kabupaten
Serang terbentuk pertama kali berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2001 tentang Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serangyang kemudian
ditindak lanjuti dengan Keputusan Bupati Serang Nomor 12 Tahun 2001 yang
mengatur tentang Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendidikan Kabupaten
Serang.
Saat ini Kelembagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Serang mengacu kepada Peraturan Daerah No 19 Tahun 2011 tentang
Pembentukan organisasi dinas daerah Kabupaten Serang yang kemudian
ditindaklanjuti melalui Peraturan Bupati no 25 Tahun 2012 tentang tugas
pokok fungsi dan uraian tugas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Serang.
A. Aspek Strategi Organisasi dan Visi Misi Dinas pendidikan
Kabupaten Serang
Dalam upaya mewujudkan pelayanan di bidang pendidikan dan
kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang
merumuskan visi misi organisasi sebagai bagian dari upaya untuk
mewujudkan Visi Misi Kabupaten Serang tahun 2016-2021. Adapun rumusan
Visi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang Tahun 2016-
2021 adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya pendidikan unggul, merata dan bermutu menuju
masyarakat agamis dan berakhlak mulia”
Dalam rangka mendukung pencapaian visi tersebut Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang mencoba membuat rumusan
Misi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi realistis
dan dinamis
2. Meningkatkan layanan pendidikan bagi masyarakat dalam upaya
mengembangkan manusia yang amanah, cerdas, terampil, sehat
jasmani dan rohani, kreatif, inovatif, berdaya saing dan
berwawasan lingkungan.
3. Memperluas keterjangkauan layanan pendidikan dalam upaya
memenuhi hak pendidikan warga negara
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas serta relevansi layanan
pendidikan dengan mengoptimalkan potensi daerah.
5. Mewujudkan kesetaraan dan kepastian dalam memperoleh
layanan pendidikan
B. Kebijakan dan Program Prioritas
1. Pembenahan pencatatan dan pemeliharaan Aset Dinas Pendidikan
Kabupaten Serang
2. Pembuatan zona percontohan satuan pendidikan dasar dan menengah
serta pnfi
3. Pembangunan kapasitas PTK formal dan non formal, informal.
4. Pemenuhan seluruh item SPM Pendidikan
5. Program Pendidikan Anak Usia Dini
6. Program wajib belajar Pendidikan dasar duabelas tahun
7. PPA-PKH dan mengatasi pendidikan anak TKI
8. Program pendidikan menengah
9. Program pendidikan non formal dan informal
10. Program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan
11. Program peningkatan kapasitas manajemen pendidikan
12. Peningkatan tata kelola dan manajemen pendidikan
13. Membantu mengatasi pendidikan pelayanan khusus, pembinaan
4.1.3. Profil Kecamatan Petir
1. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Petir terletak sebelah Timur dari pemerintahan
Kabupaten Serang, yang memiliki Luas wilayah 49,63 Km2 atau 490.630 Ha
dengan karakteristik wilayah adalah pedesaan yang dilalui jalan Provinsi ± 8
Km2 jalan Kabupaten ± 13 Km2 dan jalan Desa ± 250 Km2 . batas wilayah
Kecamatan Petir yaitu:
a. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamarayan
b. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Walantaka
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baros
Wilayah Kecamatan Petir terdiri dari 15 Desa yaitu antara lain Desa
Cirangkong, Desa Cireundeu, Desa Kadugenep, Desa Kampung Baru,Desa
Kubang Jaya, Desa Mekar Baru, Desa Nagarapadang, Desa Padasuka, Desa
Petir, Desa Sanding, Desa Seuat, Desa Seuat Jaya, Desa Sindangsari, Desa
Tambiluk, Desa Bojong Nangka.
Aksesibilitas untuk mencapai lokasi Kecamatan Petir dapat
dikategorikan mudah dalam pecapaian lokasinya, karena letaknya yang cukup
dekat dengan pusat provinsi Banten dan terdapat banyak sekali kendaraan
umum yang melalui lokasi tersebut.
2. Jumlah Penduduk Kecamtan Petir
Kecamatan Petir terdapat jumlah RT 220 dan 75 RW. Jumlah
penduduk di Kecamatan Petir sebanyak 52.848 jiwa. Jumlah laki-laki 27.607
jiwa dan jumlah penduduk perempuan 25.241 jiwa,
Tabel 4.2Jumlah penduduk Kecamatan Petir Tahun 2017 Berdasarkan Usia
No Kelompok umur Jumlah
1Usia 0-4 thn 2891
2Usia 5-9 thn 4834
3Usia 10-14 thn 4830
4Usia 15-19 thn 5023
5Usia 20-24 thn 5104
6Usia 25-29 thn 5348
7Usia 30-34 thn 4887
8Usia 35-39 thn 4167
9Usia 40-44 thn 3755
10Usia 45-49 thn 3307
11Usia 50-54 thn 2558
12Usia 55-59 thn 2149
13Usia 60-64 thn 1375
14Usia 65-69 thn 1003
15Usia 70-74 thn 792
16 Usia 75 thn keatas 825
Jumlah 52.848
(Sumber:Monografi Data Desa Kecamatan Petir 2017)
3. Jenis Mata Pencaharian
Penduduk Kecamtan Petir terdiri dari beberapa mata pencaharian
diantaranya Petani/Buruh tani, Wiraswasta, PNS/ABRI, Pegawai Swasta
dan lain sebagainya dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.3Mata pencaharian Penduduk Kecamatan Petir
No Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1 Aparatur Pejabat Negara 653
2 Tenaga Pengajar 168
3 Wiraswasta 1.848
4 Petani/Pekebun 13.332
5 Peternak 770
6 Nelayan 8
7 Pelajar/Mahasiswa 9.353
8 Pensiunan 241
9 Tenaga Kesehatan 21
10 Pekerjaan Lainnya 12.516
(Sumber:Monografi Data Desa Kecamatan Petir 2017)
Dari tabel tersebut terlihat jelas pekerjaan yang lebih mendominasi
adalah petani/pekebun yaitu sebesar 13.332 jiwa sehingga masih
banyaknya masyarakat Kecamatan Petir yang dikategorikan masyarakat
miskin.
4. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan modal awal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjadi salah satu penentu kemajuan
daerah, karena itu ketersediaan akses terhadap pendidikan sangat penting
bagi suatu daerah.
Wilayah Kecamatan Petir dalam menunjang mutu pendidikan
memiliki lembaga SD/MI yang berjumlah 27 buah, SLTP/MTs yang
berjumlah 13 buah dan SLTA/MA yang berjumlah 11buah.
Tabel 4.4Jumlah Sekolah dan Siswa di Kecamatan Petir
No Jenjang/Status SekolahJumlah
Sekolah
Jumlah SiswaJumlah
L P
1 TK Swasta4 61 51 112
2 SDNegri20 3,001 2,748 5,749
3 SDSwasta- - - -
4 MI Negri- - - -
5 MI Swasta7
705 615 1,320
6 SMP Negri3
767 6811,448
7 SMP Swasta5
450 373823
8 Mts Negri- - - -
9 Mts Swasta5 720 809
1,529
10 SMANegri1 344 512
856
11 SMASwasta3 315 470
785
12 MA Negri- - - -
13 MA Swasta5 272 308
580
14 SMK Negri- - - -
15 SMK Swasta2 314 287
601
Jumlah55
6949 6854 13803
(Sumber: UPTD Kecamatan Petir 2017)
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Petir
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 10.228 19,35 %
2 Tidak tamat SD 4.887 9,24 %
3 Tamat SD 20.548 38,88 %
4 SLTP 10.039 18,99 %
5 SLTA 5.953 11,26 %
6 D I/II/III 476 0,90 %
7 DIV/Strata I 677 1,28 %
8 Strata II 38 0,07 %
9 Strata III 2 0,03 %
Jumlah 52.848 100 %
(Sumber: UPTD Kecamatan Petir 2017)
Dari tabel diatas dapat terlihat kualitas pendidikan di Kecamatan
Petir yang masih rendah, terbukti terdapat 11,26% yang dapat bersekolah
hingga jenjang SLTA/SMA. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan
program pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun.
Wilayah Kecamatan Petir memiliki jumlah instansi diantaranya
puskesmas , puskesmas pembantu 2 buah, UPTD pendidikan, UPTD
Pertanian, UPTD pengairan, Kantor Urusan Agama (KUA). Serta fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang terdapat dikecamatan Petir adalah berupa
pasar, Bank/LPK 3 buah, jaringan listrik , pom bensin, saran peribadatan
sarana olahraga/lapangan.
5. Agama
Pemeluk agama di Kecamatan Petir beraneka ragam, adapun agama
yang dianut antara lain islam, Kristen, Hindu Budha. Jumlah penduduk
berdasarkan pemeluk agama sebagai berikut:
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 52.784
2 Kristen 64
3 Hindu -
4 Budha -
Jumlah 52.848
Dari tabel diatas terlihat agama yang lebih mendominasi di
Kecamatan Petir adalah agama Islam. Walaupun demikian kegiatan
masyarakat tidak terganggu dengan hal ini. Antara pemeluk agama saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Pemuka agama memiliki
peranan penting dalam kehidupan keagamaan, dan mereka dijadikan
sebagai panutan masyarakat.
Nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut yaitu sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing tiap warga. Karena di wilayah Kecamatan
Petir lebih mendominasi agama Islam maka banyak dibangunnya Masjid
dan Mushola. Dan untuk gereja, kelenteng dan wihara tidak ada
bangunannya, kemungkinan untuk yang beragama Kristen, Hindu dan
Budha berada dirumahnya masing-masing. Pada masyarakat Kecamatan
Petir berusaha menciptakan lingkungan yang tinggi akan toleransi dalam
beragama sehingga tidak akan timbul konflik-konflik tentang agama
ataupun ras.
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan
teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian mengenai partisipasi
masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan
Petir Kabupaten Serang. Peneliti menggunakan Teori partisipasi masyarakat
menurut Keith Davis. Menurut Keith Davis partisipasi masyarakat terdiri dari 3
aspek yaitu keterlibatan mental dan emosi, motivasi kontribusi dan tanggung
jawab.
Data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata orang yang
diwawancara, merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini
kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau
melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini juga peneliti menggunakan data dokumentasi yang
berada di lokus penelitian, adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat
melakukan pengamatan adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti dan
juga foto aktifitas orang-orang yang peneliti amati selama peneliti berada
dilapangan, alasan peneliti menggunakan data berupa foto adalah karena foto
dapat menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
untuk menelaah dan menganalisis obyek-obyek yang diteliti.
Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat
deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi
lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Data tersebut dianalisis
selama proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi lapangan serta kasjian pustaka kemudian dilakukan
kebentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode-kode pada
aspek-aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan
dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi.
Dalam menyusun jawaban penelitian penulis kode-kode yaitu:
1. Kode Q untuk menunjukan item pertanyaan;2. Kode A untuk menunjukan item jawaban3. Kode I1-1, menunjukan daftar informan dari Pegawai Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Serang pada Sub Bagian Program danEvaluasi
4. Kode I1-2, menunjukan daftar informan dari Sekjen Komite NasionalPemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Serang
5. Kode I1-3, menunjukan daftar informan dari Masyarakat/orang tua yangperekonomian rendah dan anaknya berpendidikan rendah
6. Kode I1-4, menunjukan daftar informan dari Masyarakat/orang tua yangperekonomian cukup dan anaknya berpendidikan rendah
7. Kode I1-5, menunjukan daftar informan dari Kepala seksi SosialKecamatan Petir
8. Kode I1-6 menunjukan daftar informan dari Masyarakat9. Kode I1-7 menunjukan daftar informan dari Masyarakat10. Kode I1-8 menunjukan daftar informan dari Masyarakat11. Kode I1-9 menunjukan daftar informan dari Masyarakat12. Kode I1-10 menunjukan daftar informan dari Masyarakat13. Kode I1-11 menunjukan daftar informan dari Masyarakat14. Kode I2-1, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Cirangkong15. Kode I2-2, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Cirendeu16. Kode I2-3, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Kadugenep17. Kode I2-4, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Kampung
Baru18. Kode I2-5, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Kubang Jaya19. Kode I2-6, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Mekar baru20. Kode I2-7, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Nagarapadang21. Kode I2-8, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Padasuka22. Kode I2-9, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Petir23. Kode I2-10, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Sanding24. Kode I2-11, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Seuat25. Kode I2-12, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Seuat Jaya26. Kode I2-13, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Sindangsari27. Kode I2-14, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Tambiluk28. Kode I2-15, menunjukan daftar informan dari Kepala Desa Bojong
Nangka
Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi
berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian dilapangan
dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut.
Selanjutnya untuk menjaga keabsahan data selama penelitian
berlangsung, peneliti juga menggunakan aktivitas triangulasi, triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan triangulasi sumber yaitu
mewawancarai pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian, seperti pihak
kecamatan serta masyarakat.
4.2.2. Daftar Informan Penelitian
Pada penelitian ini, mengenai partisipasi mamsyarakat dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten
Serang, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan
menurut Bungin dalam Penelitian Kualitatif (2009:76-77) objek penelitiannya
yaitu Partisipasi Masyarakat di Kecamatan Petir dan informan penelitiannya
diperoleh dengan cara key person karena peneliti sudah memahami informasi
awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga peneliti
membutuhkan key person untuk memulai melakukan wawancara dan
observasi. Dengan demikian key person ini adalah tokoh formal dan tokoh
informal dipenelitian partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib
belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang.
Informan penelitian ini yang sebagai key informan yaitu Pegawai Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang pada Sub Bagian Program dan
Evaluasi, Sekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten
Serang dan Masyarakat di kecamatan Petir. Untuk keabsahan data dan untuk
dapat menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun
mengambil informan pendukung yang disebut secondary informan yaitu
Pegawai Kecamatan Petir, seluruh Kepala Desa di Kecamatan Petir.
Tabel 4.8Keterangan Informan
NoKode
InformanNama Jabatan/Pekerjaan Keterangan
1 I1-1 Bapak MukhtarPegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Serang pada Sub BagianProgram dan Evaluasi
Key Informan
2 I1-2Bapak Eeng
KosasihSekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia
(KNPI) Kabupaten SerangKey Informan
3 I1-3 Bapak Usman Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan4 I1-4 Bapak Rohman Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan5 I1-5 Ibu Dwi Kasi Sosial Kecamatan Petir Key Informan6 I1-6 Bapak Hariri Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan7 I1-7 Ibu Enah Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan8 I1-8 Apipi Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan9 I1-9 Ade Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan10 I1-10 Ibu Titin Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan11 I1-11 Ibu Iyah Masyarakat Kecamatan Petir Key Informan
12 I2-1 Bapak Suswanto Kepala Desa CirangkongSecondaryInforman
13 I2-2 Bapak Ruslan (Plt) Kepala Desa CireundeuSecondaryInforman
14 I2-3 Bapak H.Rohman Kepala Desa KadugenepSecondaryInforman
15 I2-4 Bapak Roji Kepala Desa Kampung BaruSecondaryInforman
16 I2-5 Bapak Badri Kepala Desa Kubang JayaSecondaryInforman
17 I2-6 Bapak Asep Kepala Desa Mekar BaruSecondaryInforman
18 I2-7Bapak Pepen
EfendiKepala Desa Nagarapadang
SecondaryInforman
19 I2-8 Bapak Tatang Kepala Desa PadasukaSecondaryInforman
20 I2-9 Bapak Hambali Kepala Desa PetirSecondaryInforman
21 I2-10 Bapak Heri Kepala Desa SandingSecondaryInforman
22 I2-11 Bapak Dahlan (Plt) Kepala Desa SeuatSecondaryInforman
23 I2-12 Bapak Dede (Plt) Kepala Desa Seuat JayaSecondaryInforman
24 I2-13 Bapak Rasam Kepala Desa SindangsariSecondaryInforman
25 I2-14 Bapak Kamsari Kepala Desa TambilukSecondaryInforman
26 I2-15 Bapak Hasan Kepala Desa Bojong Nangka SecondaryInforman
4.2.3. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Program wajib
Belajar 12 Tahun di Kecamtan Petir Kabupaten Serang
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-
data dari hasil wawancara, observasi maupun data dari dokumen-dokumen
yang diperoleh selama penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan secara terus-menerus dari sejak data awal dikumpulkan sampai
dengan penelitian terakhir. Untuk mempertajam analisis peneliti dalam
penelitian yang berjudul partisipasi masyarakat dalam mendukung program
wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang,
4.2.3.1. Keterlibatan Mental dan Emosi
Gagasan yang paling utama dalam partisipasi yaitu keterlibatan
mental dan emosional dari pada hanya berupa aktifitas fisik dari inisiatif
orang itu sendiri, yang terlibat bukan hanya keterampilannya, keterlibatan
ini bersifat psikologi dari pada fisik.
Partisipasi yang dilakukan berupa memperlihatkan atau menyerap
dan memberikan tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti
mengiyakan, menerima dengan syarat maupun dalama arti menolaknya.
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah ikut serta dalam
pelaksanaan program yang telah direncanakan sebelumnya. Tanggapan
tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesadaran masyarakat
terhadap program yang telah direncanakan dan memberikan informasi
tentang permasalahan dalam segala aspek dalam program tersebut. Dengan
adanya kesadaran antar pihak yang terlibat dapat membentuk prilaku dan
merubah masyarakat tentang pendidikan, sehingga dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat dalam pendidikan. Seperti yang dikatakan I2-6 bapak
Asep Rupawan selaku Kepala Desa di Desa Mekar Baru, beliau
mengatakan:
“ Untuk perangkat desa dan masyarakat di sini mendukungdengan adanya program wajib belajar 12 tahun. karena itu kamipun membentuk program tersendiri di desa ini yaitu programmengenai pernikahan dini” (wawancara pada 26 oktober 2017jam 10.30 di Kantor Desa Mekar Baru)
Seperti halnya I2-6, I2-9 bapak Hambali sebagai Kepala Desa Petir,
beliau juga mengatakan:
“Respon masyarakat terkait dengan partisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun ya respon nya baik, mendukungrencana pemerintah untuk menjadikan wilayah Kabupaten Serangkhususnya Kecamtan Petir ini menjadi lebih baik” (wawancarapada 6 november 2017 jam 11.00 di Kantor Desa Petir)
Sama hal nya dengan I2-10 bapak Uton selaku Sekdes Sanding juga,
mengatakan:
“Sebetulnya masyarakat harus selalu siap dengan apa yang telahditetapkan oleh pemerintah dan Alhamdulillah dengan melakukanpendekatan kepada masyarakat, masyarakat mengerti danmemahami dan mereka siap serta mendukung dengan programwajib belajar 12 tahun tersebut” (wawancara pada 6 november2017 jam 13.50 di Kantor Desa Sanding)
Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan I1-1 Bapak Muhtar
selaku aparat Dinas Pendidikan Kabupaten Serang dalam wawancara
sebagai berikut:
“Kalau menurut data yang bapak lihat, dikecamatan petir inimereka mengiyakan dan menerima keputusan pemerintah denganadanya program wajib belajar 12 tahun ini namun masih banyak
masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung program wajibbelajar ini, masih banyak anak-anaknya yang masuk usia sekolahtapi mereka belum sekolah dan banyak anak-anak yang juga putussekolah, alasan dari pihak masyarakat yang pernah bapak amati,masyarakat di Kecamatan Petir itu kan rata-rata sebagai petanidan buruh tani jadi mereka sebagian besar mengeluhkan karenaekonominya yang kurang”. (Wawancara pada 16 Oktober 2017pukul 10.00 WIB)
Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa masyarakat di
Kecamatan Petir menerima program yang telah direncanakan oleh
pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun, namun pihak pemerintah melihat
di Kecamatan Petir tersebut masih ada masyarakat nya yang belum
mengikuti program wajib belajar selama 12 tahun ini karena keterbatasan
ekonomi dan alasan lainnya. Hal serupa juga disampaikan oleh I1-5, Ibu
Dwi selaku Kasi Sosial Kecamatan Petir yang menyatakan bahwa:
“Menyangkut dengan adanya program lanjutan wajib belajar 9tahun menjadi 12 tahun, masyarakat di Kecamatan Petirmendukung, mereka menyetujui program tersebut mba. Tapimemang ada beberapa masyarakat yang belum mengikutiprogram wajib belajar 12 tahun ini tapi banyak juga darimasyarakat disini yang telah mengikuti program wajib belajar 12tahun, banyak masyarakat yang telah mengerti akan pentingnyapendidikan bagi kehidupan anak-anak mereka” (Wawancara pada17 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB)
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak
Kecamatan Petir tersebut, menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat
di Kecamatan Petir sudah mengikuti program wajib belajar 12 tahun,
namun masih terdapat masyarakat yang belum mengikuti program wajib
belajar 12 tahun ini.
Hal tersebut juga diakui oleh I1-3 Bapak Usman selaku masyarakat
petir yang belum mengikuti program wajib belajar 12 tahun, berikut
penuturannya:
“Kalau buat bapak sendiri sebetulnya belum siap neng, soalnyamasih banyak yang perlu kami pertimbangin, apalagi jarak darirumah ke sekolah di desa ini jauh dan untuk sampai ke jenjangSMA, disini tidak ada SMA hanya ada SD dan MTs saja. Iya,gimana atuh yah buat makan aja susah apalagi buat ngebiayainanak sekolah. apalagi didesa (seuat) ini sekolahnya jauh. Bapakjuga engga punya kendaraan. Lagian anak bapak mah mendingcari uang buat tambah-tambah pemasukan dari pada sekolah jugatetep aja engga pinter-pinter” (Wawancara pada 17 Oktober 2017pukul 13.00 WIB)
Berdasarkan wawancara tersebut menunjukan bahwa memang
masih terdapat masyarakat yang belum sepenuhnya menyetujui dan
menerima program wajib belajar 12 tahun ini, di wilayah yang minim
dengan sekolah formal dan jarak tempuh yang cukup jauh menjadikan
mereka lebih mementingkan untuk bekerja dan mencari pangan nya setiap
hari dari pada harus buang-buang biaya untuk ke sekolah.
Selain itu hal serupa pun dituturkan oleh I1-4 , Bapak Rohman
selaku masyarakat petir yang perekonomiannya cukup namun belum
mengikuti program wajib belajar 12 tahun, beliau menuturkan:
“Kalau saya bukannya tidak menerima dan tidak mengikutiprogram wajib belajar dari pemerintah, tapi saya lebihmementingkan anak-anak saya untuk sekolah dipesantren aja.Anak saya dari kecil udah di pesantrenkan. Saya hanya khawatirdengan pergaulan anak-anak jaman sekarang maka dari itu sayatidak menyekolahkan anak saya secara formal sampai 12 tahun”.(Wawancara pada 17 Oktober 2017 pukul 15.00 WIB)
Berdasarkan wawancara dengan informan menunjukan bahwa
masih terdapat masyarakat di Kecamatan Petir yang menyekolahkan
anaknya ke pondok pesantren karena rasa khawatir orang tua terhadap
pergaulan-pergaulan yang buruk oleh sebab itu orang tua menyakini
bahwa dengan menyekolahkan anaknya ke pesantren anak-anak mereka
terhindar dari perbuatan yang buruk. Sementara hasil wawancara peneliti
dengan I1-6 bapak Hariri selaku masyarakat desa petir menuturkan bahwa:
“Kalau menurut saya pendidikan bagi anak-anak sangat penting,karena dengan pendidikan anak-anak dapat meningkatkan tarafhidup mereka dikemudian hari, karena mereka telah mendapatbekal ilmu-ilmu yang mereka pelajari. Namun karena kebiasaan-kebiasaan yang mereka wariskan turun temurun maka banyakanak-anak yang putus sekolah untuk membantu orang tuanya”.(Wawancara pada 15 November 2017 jam 14.30 di rumah BpkHariri)
Sependapat dengan I1-6, I1-7 Ibu Enah juga menuturkan:
“Pendidikan buat anak-anak itu buat saya sangat penting, di desaini, banyak anak-anak tidak melanjutkan sekolah. Mereka lebihmemilih untuk bekerja, sebagian besar mereka adalah murid yangputus di SLTP/SMP. Mereka bekerja dengan alasan untukmembantu orang tua. Anak laki-laki biasanya bekerja sebagaiburuh bangunan atau buruh pabrik, sedangkan anak perempuankebanyakan menikah dan mencari pekerjaan sebagai buruh cuciatau pembantu rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan seperti itumereka lakukan sambil menunggu musim tanam dan musimpanen tiba”. (Wawancara pada 15 November 2017 jam 15.00 dirumah Ibu Enah)
Kesadaran masyarakat di Kecamatan Petir untuk menyekolahkan
anaknya sudah cukup bagus, hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang
sudah mau menyekolahkan anaknya sampai ke menengah ke atas. Akan
tetapi, kesadaran akan pentingnya pendidikan anak atau tidak ikut serta
dalam mendidik anak seperti mendidik anak dirumah atau menuntun anak
untuk belajar dirumah atau tidak memperhatikan kepentingan anak dalam
bersekolah masih kurang. Sebagaimana hasil wawancara dengan I1-1 bapak
Muhtar selaku pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Serang berikut ini:
“ Kesadaran masyarakatnya masih kurang, banyak masyarakatyang tidak mempedulikan anaknya, ibaratnya sianak itu mau naikkelas mau engga, mau belajar atau engga, terserah aja gitu. Jadiseakan-akan tanggung jawab itu sepenuhnya kita yangmendorong, padahal kan engga kita batasanya hanya dalammerealisasikan program. jadi ya itu, kesadaran dalam bidangpendidikannya masih kurang. kita juga tidak menyalahkan orangtua nya, ya mungkin saja orang tua jaman dulu kan tidak sekolahtaunya nanem padi di sawah aja makanya kurang paham samapendidikan yang sekarang. Pernah bapa ada kegiatan dikecamatan petir itu dan disitu ada hiburan ada orgen nya dan bapaliat yang anak-anak masih pada pake seragam itu ikut nonton jadimereka ninggalin jam belajar nya. Tapi kalo diliat dari sebatasmenyekolahkan anaknya yaa sudah lumayan orang tua sekarangsudah mau menyekolahkan anaknya”. ( Wawancara pada 16oktober 2017 jam 10.50 WIB di Kantor Dinas pendidikanKabupaten Serang)
Hasil wawancara tersebut di perkuat oleh hasil wawancara dengan
I1-5 ibu Dwi selaku Kasi Sosial di Kecamatan Petir:
“Kesadaran masyarakat dalam pendidikan ya masih kurang,karena mereka menganggapnya pendidikan itu hanya sebatas disekolah saja, kalau untuk dirumahnya orang tua kadang-kadangtidak peduli, walaupun engga semuanya orang tua yang kaya gituada saja masyarakat yang masih sadar pendidikan itu penting dantidak hanya sebatas disekolah saja (wawancara pada 17 Oktober2017 jam 10.15 di Kantor Kecamatan Petir)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai subag evaluasi dan
program Dinas Pendidikan dan Kasi Sosial Kecamatan Petir tersebut
membuktikan bahwa kesadaran masyarakat hanya sebatas menyekolahkan
saja atau sebatas belajar disekolah, tidak ada perhatian untuk membimbing
anak agar anak sekolah sungguh-sungguh mencari ilmu. Pengetahuan yang
minim mungkin salah satu sebab masyarakat tidak memperhatikan
pendidikan, tidak mengetahui cara mendidik anak agar bersekolah dengan
sungguh-sungguh bukan hanya sekedar sekolah. Selain itu kesadaran dari
anaknya pun masih sangat kurang masih banyak yang bolos sekolah ketika
ada pertunjukan di Desa mereka atau ketika ada yang hajatan atau acara
lain nya. hal ini menunjukan tidak adanya kesadaran orang tua untuk
menegur anaknya agar mementingkan sekolah, bukannya malah
mementingkan hal yang lainnya. Peralatan dan perlengkapan sekolah pun
tidak diperhatikan, sehingga ketika hujan dan sepatu mereka basah
dijadikan alasan untuk tidak bersekolah, ketika ujian yang seharusnya
orang tua membimbing anaknya belajar akan tetapi banyak juga orang tua
yang yang mempedulikan hal tersebut. Oleh karena itu masalah-masalah
kecil seperti itu saja orang tua tidak memperhatikan sehingga hal tersebut
membuktikan jauh sekali dengan kesadaran masyarakat untuk mendorong
anak agar lebih peduli dengan pendidikan.
Bukan hanya masalah seperti itu saja yang menunjukan masyarakat
kurang sadar dalam pendidikan. Berdasarkan observasi peneliti, kurang
sadarnya masyarakat dalam pendidikan tidak hanya disebabkan oleh faktor
pengetahuan masyarakat atau faktor kurangnya kualitas SDM orang tua
tapi juga karena kurang tegasnya orang tua kepada anaknya, sebagaimana
hasil wawancara dengan I1-8 salah satu pemuda di Desa Seuat yaitu apipi,
dia mengatakan:
“saya tau pendidikan itu penting, tapi gimana ya sekolah itu
pusing, orang tua mah marah-marah saya berenti sekolah, tapi
mau gimana lagi sayanya juga nakal heheh” (Wawancara pada 18
November 2017 jam 10.00 di pos kamling Desa Seuat)
Sama halnya dengan pemuda lainnya I1-9 yaitu Ade, dia mengatakan:
“Orang tua engga pernah maksa sih buat sekolah, suka-suka sayaaja mau sekolah mau enggak. Soalnya kan nanti juga mau kerja dipabrik kalopun sekolah nya engga terus juga bisa masuk, teruskalo saya dirumah kan bisa bantu-bantu orang tua”. (wawancarapada 18 November 2017 jam 10.25 di pos kamling )
Dilihat dari orang tuanya pun bahwa benar mereka tidak
memaksakan kehendak anaknya dan hanya sebatas menyuruh saja.
Sebagaimana hasil wawancara dengan I1-10 salah satu orang tua tersebut
yaitu Ibu Titin, beliau mengatakan bahwa:
“Udah saya suruh sekolah tapi kalo anaknya engga mau sekolah
mah mau gimana lagi yang ada dia nya marah-marah sama saya,
saya nya juga cape nyuruh dia sekolah terus”. (Wawancara pada
18 November 2017 jam 12.00 di rumah ibu Titin)
Kurang tegasnya sikap orang tua kepada anaknya tersebut juga di
buktikan dengan hasil wawancara dengan masyarakat I1-11 yaitu Ibu Iyah,
bahwa:
“Saya tau sih kalo pendidikan itu penting, tapi namanya juga
orang tua mau gimana lagi kalo anaknya engga mau sekolah”.
(Wawancara pada 18 November 2017 jam 13.00 di rumah ibu
Iyah)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwa kesadaran
masyarakat masih sangat kurang, karena orang tua yang mengetahui
bahwa pendidikan itu penting tapi hanya sebatas menyuruh saja, tidak
memaksa atau kurang tegas kepada anak mereka, sedangkan pergaulan
sekarang membuat anak semakin nakal. Oleh karena itu banyak anak yang
kurang terkontrol karena sikap orang tua yang kurang memperhatikan
pendidikan anak dan pendidikan anak menjadi terputus.
Berdasarkan observasi peneliti masyarakat yang tergolong
perekonomiannya mampu pun banyak anaknya yang tidak melanjutkan
sekolahnya dikarenakan pergaulan dan kurang sadarnya orang tua akan
pentingnya pendidikan. Bahkan, masyarakat yang tergolong
memprihatinkan dan anaknya tidak sekolah kebanyakan dari mereka
mempunyai kendaraan bermotor. Karena mereka lebih mementingkan
untuk bekerja, sehingga banyak dari mereka yang memalsukan ijazah
ketika ingin bekerja.
Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pada
umumnya mendukung dengan apa yang telah di programkan oleh
pemerintah dan mereka siap ataupun tidak siap harus melaksanakan
program tersebut namun kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi, mereka hanya sebatas
menyuruh dan menyekolahkan saja, tanpa diperhatikan perkembangan
pendidikan anaknya dan tanpa adanya ikutsertaan orang tua dalam
mendidik anak, selain itu orang tua mendukung anak untuk tidak jujur
dalam hal pendidikan dan orang tua lebih memilih anak tersebut bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hari-hari. Sehingga karena kurangnya
perhatian orang tua menyebabkan anak menyepelekan pendidikan.
4.2.3.2. Motivasi Kontribusi
Gagasan kedua yang paling penting dalam partisipasi masyarakat
adalah memotivasi orang-orang yang memberikan kontribusi, mereka
diberikan kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreatifitas
untuk mencapai tujuan kelompok.
Partisipasi lebih dari sekedar upaya untuk memperoleh
kesepakatan atas sesuatu yang telah diputuskan. Partisipasi sangat bernilai
karena dapat meningkatkan motivasi dan membantu masyarakat untuk
memahami dan menjelaskan mereka mencapai tujuan.
Partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun ini
menjadi hal yang sangat penting karena sebagai dasar untuk membentuk
SDM yang berkualitas. Dunia pendidikan yang penuh dinamika dan
berubahnya lingkungan sekitar mempengaruhi partisipasi masyarakat
Kecamatan Petir dalam bidang pendidikan. Sehingga dalam pembahasan
ini menganalisis apa saja yang memotivasi masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam program wajib belajar , bagaimana upaya pemerintah,
pihak desa dan masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12
tahun tersebut dan apa saja kendala dalam upaya tersebut. Motivasi pada
dasarnya merupakan alasan untuk bertindak atau dorongan manusia untuk
mencapai tujuannya. Motivasi juga merupakan suatu proses untuk
mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang
kita inginkan. Demikian pula yang disampaikan oleh I1-5, Ibu Dwi selaku
pegawai Kecamatan Petir mengatakan:
“Yang sudah kami lakukan untuk memotivasi masyarakat yangada di Kecamatan Petir tentunya sudah banyak, kami seringmelakukan pendekatan kepada masyarakat dengan keliling keseluruh kantor desa dan melakukan musrenbangdes untukmemberikan kesempatan kepada masyarakat untukmenyampaikan gagasan-gagasan atau pendapat-pendapat merekadan banyak juga dari mereka yang antusias dalam menyampaikanpendapat termasuk mengenai program wajib belajar ini. Selainmemberikan dorongan kepada masyarakat kami juga memberikandana kepada sekolah-sekolah untuk perbaikan sekolah danmemberikan dana kepada siswa yang berprestasi”. (Wawancarapada 17 Oktober 2017 pukul 10.10 WIB)
Selain pemaparan yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Petir,
Kepala Desa pun turut memberikan kontribusi untuk masyarakatnya agar
terwujudnya program wajib belajr 12 tahun di Kecamatan Petir ini, seperti
yang disampaikan oleh I2-6 selaku Kepala Desa Mekar baru
menyampaikan:
“Untuk memotivasi orang-orang/masyarakat disini, kamimembuat suatu program yaitu program pernikahan dini, kebetulanyang menggerakan kelompok ini juga anak bapa sendiri. merekabertugas untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenaipernihakan dini, membuka pikiran mereka terhadap dampak daripernikahan dini tersebut dan lain sebagainya serta menggerakkanmereka untuk mengikuti program wajib belajar selama 12 tahun”.(Wawancara pada 26 Oktober 2017 pukul 10.40 WIB)
Senada dengan hal tersebut, disampaikan oleh I2-15 selaku Kepala
Desa Bojong Nangka yang diwakili oleh Sekertaris Desa, beliau
mengatakan:
“Kami selalu menyapa langsung warga yang ada didesa ini agarmereka pun merasakan kedekatan kita terhadap masyarakat,dengan rurin melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkainprogram wajib belajar ini, masyarakat disini Alhamdulillahbanyak yang mengikuti program tersebut dan untuk saat ini datasiswa yang putus sekolah pun mulai berkurang” (Wawancarapada 26 Oktober 2017 pukul 13.40 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan tersebut baik
pihak Kecamatan maupun seluruh Kepada Desa yang ada di Kecamatan
Petir selalu turut serta membantu pihak Dinas Pendidikan dalam
mensosialisasikan program wajib belajar 12 tahun kepada masyarakat dan
tidak hanya mensosialisasikan terkait program wajib belajar saja, pihak
Kecamatan maupun Dinas Pendidikan juga berdiskusi tentang aktifitas
masyarakat sehingga pihak Kecamatan maupun Dinas Pendidikan
mengetahui kebutuhan masyarakat.
Sama halnya dengan I2-6, I2-11 bapak Taufik selaku sekdes Seuat
juga mengatakan:
“Dalam program wajib belajar 12 tahun itu kadang kitamelakukan musyawarah desa, masyarakat ikut serta danmengikutsertakan pihak kecamatan serta lembaga-lembaga desalainnya, dalam musyawarah tersebut masyarakat salingmemberikan masukan, ya kaya masukan perbaikan jalan menujusekolah sama minta dana sarana untuk kegiatan siswanya”(wawancara pada 26 oktober 2017 jam 11.00 di Kantor DesaSeuat)
Begitu juga pernyataan I2-1 bapak Suswanto:
“Untuk motivasi ke masyarakat nya berupa pemberdayaanmasyarakat, dengan mengundang masyarakat untuk ikut dalammusyawarah/sosialisasi supaya memberikan aspirasi mereka,selain itu mereka juga bekerja bakti dan gotong royong apabilaada rehabilitasi sekolah” (wawancara pada 6 november 2017 jam12.45 di Kantor Desa Cirangkong)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa upaya
perangkat desa dalam memberikan motivasi kepada masyarakatnya dengan
melakukan pemberdayaan, dengan ini masyarakat akan turut serta dalam
melakukan kegiatan kemasyarakatan.
Seperti yang disampaikan oleh I1-1 selaku aparat Dinas Pendidikan
Kabupaten Serang, beliau mengatakan:
“Kami selaku pihak Dinas Pendidikan melakukan sosialisasikepada masyarakat terkait bidang pendidikan, banyak yang telahdilakukan untuk mengenalkan program wajib belajar kepadamasyarakat seperti adanya dana bantuan BOS , melakukanpemeriksaan ke sekolah-sekolah. namun karena tenaga dan waktuyang terbatas, jadi kita tidak bisa melakukan sosialisasi secararutin tapi kita tetep berusaha untuk terus melakukan sosialisasikepada masyarakat di Kecamatan Petir. kita selalu melakukansosialisasi dengan bantuan beberapa pihak seperti Kecamatan,Desa dan tokoh masyarakat, pernah ada sosialisasi di beberapadesa, banyak yang hadir tapi setelah sosialisasi masyarakat tetappada kondisi awal, masih terdapat masyarakat yang kurang peduliterhadap pendidikan anak-anak mereka” (Wawancara pada 16Oktober 2017 pukul 10.15 WIB)
I1-2, Bapak Eeng Kosasih selaku Sekjen Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) Kabupaten Serang menjelaskan:
“Upaya dari kita sih sudah berusaha sebisanya, salah satunyameminta bantuan kepada pihak pemerintah dan desa untukkerjasamanya agar disampaikan kaitannya seperti apa,manfaatnya seperti apa. Kita juga kurang ngerti ya pandanganmasyarakat terhadap program wajib belajar ini seperti apa, kalodilihat secara kesat mata nya aja ya kegiatan wajib belajar ini kanprogram pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDMmasyarakat dan keuntungannya buat wilayahnya sendiri, tapikenapa banyak yang dari mereka tidak mempedulikan pendidikan
tersebut”. (Wawancara pada 16 oktober 2017 jam 13.30 di KantorKNPI Kabupaten Serang)
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan pihak Dinas
Pendidikan Kabupaten Serang dan Sekjen KNPI tersebut menunjukan
bahwa masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait program
wajib belajar ini. Ketersediaan SDM, sarana dan prasarana yang belum
memadai menjadikan sebuah kendala dalam memberikan sosialisasi untuk
memotivasi secara terus menerus kepada masyarakat terkait program wajib
belajar 12 tahun di Kecamatan Petir.
Penyediaan saran dan usul menjadi sangat penting untuk perbaikan
program wajib belajar 12 tahun agar lebih baik dan terus memperbaiki
program. Masyarakat terkadang merasa bingung untuk menyampaikan
saran dan usul bahkan kritikan kepada pihak Dinas Pendidikan maupun
pihak Kecamatan Petir karena ketiadaan saran dan usul yang
dipublikasikan sehingga masyarakat merasa bingung, kemana harus
menyuarakan saran dan usulnya untuk mendukung program wajib belajar
12 tahun. seperti yang diungkapkan I2-9 Bapak Hambali selaku Kepala
Desa Petir, beliau mengatakan:
“Setau saya kendala memang tidak ada tempat untuk masyarakatmengemukakan saran dan usulnya, masyarakat juga masihdikatakan tidak terlalu peduli dengan hal tersebut, karenamasyarakat di Kecamatan Petir masih memperioritaskanpekerjaannya untuk mencari nafkah” (Wawancara pada 6November 2017 pukul 11.00 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa
kesibukan masyarakat Kecamatan Petir dalam mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, membuat masyarakat tidak peka terhadap
lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikan masyarakat tidak kritis
dalam memberikan saran dan usul untuk mendukung program wajib
belajar 12 tahun ini.
Hal serupa pun disampaikan oleh I2-5, menyatakan bahwa:
“kendalanya memang karena belum ada tempat atau wadah untukmasyarakat menuangkan aspirasinya ataupun saran dan usuldalam memperbaiki program wajib belajar 12 tahun ini, namununtuk saat ini, kami melihat perkembangan dalam program wajibbelajar ini di masyarakat hanya dari antusias masyarakat ketikakami melakukan sosialisasi, tapi kalau untuk wadah yang benar-benar nyata kita belum ada, tapi biasanya ada juga masyarakatkalau memiliki keluhan langsung menghadap ke pihak kami”.(Wawancara pada 17 oktober 2017 pukul 10.25 WIB)
Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa ketiadaan tempat
saran dan usul bagi masyarakat mengharuskan pihak Kecamatan Petir peka
dengan kondisi yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pihak
Kecamatan Petir memanfaatkan waktu sosialisasi untuk menjadi media
meyuarakan saran dan usul bagi masyarakat sehingga pihak Kecamatan
Petir mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain terbatasnya sarana dan prasarana yang diberikan oleh
pemerintah kepada masayraakat, rendahnya pendidikan masyarakat di
Kecamatan Petir juga memang karena banyaknya faktor dan hambatan,
salah satunya adalah faktor lingkungan dan biaya. Lingkungan yang
semakin maju menyebabkan pergaulan yang semakin menjadi-jadi dan
dikarenakan kesibukan orang tua atau keterbatasan pengetahuan sehingga
orang tua kurang mengerti dalam mendidik anak. Hambatan tersebut
sebagaimana yang disampaikan oleh I1-5 Ibu Dwi selaku Kasi Sosial di
Kecamatan Petir, beliau mengatakan:
“Kendala kan pasti ada ya, ada yang tidak mampu dalam halbiaya ada juga yang tidak peduli tapi banyak juga yang peduliterhadap pendidikan. Selain itu kemauan, ada orang tua yang mautapi anaknya yang tidak mau, ada anaknya yang mau tapi orangtuanya yang tidak mau karena orang tuanya masih berfikiran kuno“iah nanti juga perempuan mah ke dapur ini”. Selain itulingkungan juga sangat berpengaruh, melihat tetangganya tidaksekolah saja “ males ah sekolah, dia juga engga sekolah masihbisa cari uang”, iah karena kurangnya motivasi ini membuatkurangnya pendidikan di Kecamatan Petir ini”. (Wawancara pada17 oktober 2017 jam 10.00 di Kantor Kecamatan Petir).
Di perkuat oleh I2-8 Bapak Tatang selaku Kepala Desa Padasuka:
“Hambatannya di biaya biasanya, bapa juga kadang engga ngertimasyarakat berfikiran sekolah sekarang itu selalu uang aja uang,kemarin juga ada orang tua yang cerita kalau anaknya yang kelas6 SD suruh ngambil surat kelulusannya itu harus bayarRp.100.000 , saya juga baru denger kalau mengambil suratkelulusan harus bayar, untuk buku-buku Lks nya juga harus bayardan itu engga boleh stengah-setengah bayarnya harus langsung.Padahal setau bapa buku itu seharusnya gratis” (Wawancara pada20 November 2017 jam 14.30 di Kantor Desa Padasuka)
Senada dengan pernyataan I1-5 dan I2-8, I2-13 Bapak Rasam selaku
Kepala Desa Sindangsari mengatakan:
“Kalau untuk memperbaiki SDM sih masih kurang ya, makanyayang lebih maju malah pendatang gitu, penduduk sininya mahhanya jadi buruh tani atau kuli-kuli bangunan aja. Kalo pendatangbiasanya pada giat gitu tapi kalo orang sini mah santai aja enggabisa makan masih ada tetangga/keluarga ini jadi bisa pinjem.Banyak yang mikirnya begitu. Jadi orang sini mah susah”.(Wawancara pada 26 oktober 2017 jam 15.00 di Kantor DesaSindangsari)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut membuktikan bahwa
masyarakat di Kecamatan petir banyak yang mengeluhkan biaya sebagai
faktor penghambat tidak melanjutkan pendidikan. Perekonomian
penduduk Kecamatan Petir ini perekonomiannya tergolong menengah
kebawah walaupun lingkungan sekitar berdekatan dengan pusat
pemerintahan Provinsi Banten.
4.2.3.3. Tanggung Jawab
Gagasan ketiga dalam teori Keith Devis adalah tanggung jawab.
Partisipasi mendorong masyarakat untuk menerima tanggung jawab dalam
aktifitas kelompok. Kesanggupan dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaan yang diserahkan dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta
berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan
yang dilakukannya. Karena pekerjaan apapun yang dilakukan, tidak ada
yang tidak ada resikonya, semua pekerjaan atau tugas mengandung resiko
masing-masing sesuai dengan tingkat kesulitan pekerjaan atau tugas
tersebut, dan kita juga tidak boleh lepas dari tanggung jawab atas
pekerjaan yang kita lakukan. Hal tersebut juga yang masyarakat menjadi
terlibat langsung dalam pembangunan dan mau mewujudkan
keberhasilannya dalam program pendidikan wajib belajar 12 tahun. seperti
yang di utarakan oleh I1-1 Bapak Muhtar selaku pegawai Dinas P&K
sebagai berikut:
“Setiap SKPD pasti memiliki visi dan misi, dari setiap visi danmisi itu dijabarkan dalam program kerja dan biasanya tergantungdibidang masing-masing. Untuk bagian program dan evaluasi,peran kami disini dalam meningkatkan kualitas dan kuantitaspendidikan yaitu dengan menyelenggarakan sosialisasi untukmelakukan pendekatan kepada masyarakat” ( Wawancara pada 16Oktober 2017, jam 10.12 di Kantor Dinas P&K )
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Serang memiliki visi dan misi yang
dijabarkan dalam program kerja untuk melakukan pendekatan kepada
masyarakat terkait program wajib belajar 12 tahun ini, pihak Dinas
Pendidikan banyak melakukan sosialisasi saja kepada masyarakat, dalam
hal ini Dinas pendidikan memiliki peran mewujudkan kesetaraan dan
kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan. Kemudian, dengan
adanya peran tersebut pihak Dinas Pendidikan dituntut mampu
menjalankan tanggung jawab yang dibebankan sebagai perangkat daerah.
Terkait pernyataan mengenai tanggung jawab meningkatkan
kualitas dan kuantitas pendidikan di Kabupaten Serang khususnya di
Kecamatan Petir yang dibebankan kepada Pihak Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Bapak Eeng Kosasih memberikan tanggapan dalam realisasi
tanggung jawab tersebut, beliau mengatakan:
“Menurut saya pihak Dinas Pendidikan sudah menjalankantanggung jawab nya yah dengan menjalankan tugas atau program-program yang telah di perintahkan oleh pemerintah pusat, tapimemang masih belum maksimal, karena pihak Dinas Pendidikanini sebetulnya tugas berat, kalau tidak dilaksanakan seolah-olahtidak mengikuti perintah, dilaksanakan juga masih banyakmasyarakat yang berfikiran kekolotan, jadi berbenturan. Nahmungkin karena itu yang membuat tanggung jawabnya belumdijalankan secara maksimal” (Wawancara pada 16 Oktober 2017jam 14.00)
Pernyataan menurut Bapak Eeng menjelaskan bahwa pihak Dinas
Pendidikan sudah menjalankan tanggung jawabnya dalam menjalankan
tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat, tetapi dinilai masih belum
maksimal. Sebab menurutnya tugas yang dibebankan kepada Pihak Dinas
Pendidikan itu cukup berat. Dalam satu sisi sebagai pelaksanaan tugas tapi
disisi lain masih terdapat kultur budaya dan kepercayaan di masyarakat.
Senada dengan hal tersebut menurut Bapak Badri selaku Kepala Desa
Kubang Jaya memastikan masyarakatnya untuk lebih memiliki rasa
tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar 12 tahun tersebut.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh I2-5 Bapak Badri:
“Menurut bapak sih tanggung jawab nya sudah mulai ada yah,bentuk rasa tanggung jawabnya itu disini seperti sudah banyakyang menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang SMA, sudahbanyak yang mengerti pendidikan dan sudah mau ikutberpartisipasi kalo ada program-program yang sekiranya tentangpendidikan atau kesehatan, tapi kalo tanggung jawab merawatsarana dan prasarana masih kurang misalnya aja kitamenyediakan perpustakaan dan buku-bukunya juga sudahlumayan banyak tapi sekarang buku-buku tersebut hanya tersisabeberapa saja yang lainnya entah kemana”. (Wawancara pada 30oktober 2017 jam 12.35 di Kantor Desa Kubang Jaya)
Menjadi jembatan dan mediasi antar masyarakat merupakan bentuk
tanggung jawab kepala desa kepada masyarakatnya. Tugas kepala desa
bukan hanya sekedar menjaga ke stabilitas kerukunan antar warga
masyarakat tapi juga meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat.
Seperti yang disampaikan oleh I2-3 Bapak H.Rohman selaku Kepala Desa
Kadugenep, beliau mengatakan:
“Saya harus mempertanggung jawabkan jabatan saya kepadamasyarakat. contohnya kinerja saya, saya harus berkomunikasidengan masyarakat, ya minimal hampir setiap hari memantau,bertemu dengan tokoh masyarakat seperti RT, RW dan tokohagama, ibu-ibu dan sebagainya yang ada di desa ini” (Wawancarapada 30 oktober 2017 jam 11.30 di Kantor Desa)
Berbicara mengenai tanggung jawab, I2-4 Bapak Roji selaku
Kepala Desa Kampung Baru juga mengatakan:
“ Kami bertanggung jawab, bentuk rasa tanggung jawab nya kamiitu seperti mendorong dengan menegor anak-anak menanyakan“hey kenapa engga sekolah? atau “kenapa tidak melanjutkansekolahnya?” itu kan salah satu menunjukan bentuk kepedulianatau perhatian, ada juga karena faktor biaya biasanya minjemuangnya ke tetangga terus kalo bilangnya buat sekolah kanbiasanya terketuk hatinya jadi dipinjemin biar dia bisa sekolahkan engga semua orang mampu, jadi minjem biaya atau uang nyake tetangga atau ke saudara.” (Wawancara pada 6 november 2017jam 09.35 di Kantor Desa Kampung Baru)
Hal tersebut juga diperkuat oleh I2-14 Bapak Kamsari selaku
Kepala Desa Tambiluk, mengatakan:
“Kalau saya sih berusaha membantu dengan menegor danmengajak masyarakat, kayak ngasih tau kalo engga sekolahnantinya engga bisa kerja atau paling yang bisa saya lakuinmembantu ngajarin sodara-sodara belajar. Upaya dari kita sihsudah sering menegur secara langsung masyarakat khususnyaorang tua yang anaknya tidak sekolah, mengajak dan mengadakanpendekatan secara langsung. Tapi yah gimana orang tuanya sihpadahal sudah bekerja, tapi keinginannya masih kurang jadisusah”. (Wawancara pada 30 oktober 2017 jam 13.12 di KantorDesa)
Berdasarkan dari wawancara peneliti dengan informan tersebut,
banyak dari mereka khususnya pada pihak perangkat desa, mereka
menjalankan tugas atau tanggung jawabnya dengan baik, dengan berusaha
melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk selalu mengingatkan
akan pentingnya pendidikan di wilayah mereka, dengan upaya tersebut
pemerintah berharap akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
melaksanakannya program, wajib belajar 12 tahun tersebut, namun
memang usaha tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan,
banyak dari masyarakat yang memang sulit untuk merubah dirinya sendiri.
seperti yang dikatakan oleh I2-7 Bapak Pepen selaku Kepala Desa
Nagarapadang, mengatakan:
“Tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas SDM memangmasih kurang karena kita sudah menyediakan tapi masyarakatsendirinya susah, padahal kami sudah memberikan bantuan.Tanggung jawab dari pihak desa juga memang masih kurang,kadang-kadang gini kita kan engga langsung ke masyarakatsemua ya kita ngadain kumpulan di Kecamatan pokoknyamusyawarah apa aja ibu-ibu dan pihak desa susah hadir merekapada berfikiran “ngapain sih hadir-hadir rapat musdes engga adaduitnya” jadi kan susah kalo mereka sudah berfikiran seperti itu.Tapi memang tidak semua masyarakat berfikiran seperti itu, pastiada aja yang menganggap itu penting. (Wawancara pada 6november 2017 jam 08.30 di Kantor Desa)
Senada dengan hal tersebut I2-12 Bapak Dede mengatakan:
“Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus, sudah mausekolah itu juga kan bentuk rasa tanggung jawab sebagai penerusbangsa, kami selaku kepala desa sudah melakukan tugas kamisemaksimal mungkin agar masyarakat mengutamakan pendidikanuntuk masa depan mereka masing-masing. Rasa tanggung jawabuntuk diri sendiri atau kebutuhan sendiri sudah bagus tapi kalountuk lingkungan atau kepentingan bersama kurang, karena untukmusyawarah aja masih susah” (Wawancara pada 26 oktober 2017jam 11.20 di Kantor Desa)
I2-2 Bapak Ruslan juga mengatakan:
“Tanggung jawab masyarakat nya sih masih kurang yah menurutbapak, untuk anaknya sendiri dalam bidang pendidikan khususnyaaja masih kurang, masih banyak yang lebih mementingkan urusanperut aja, untuk urusan sekolah anak itu urusan nanti yang pentinggimana caranya bisa makan untuk sehari-hari.” (Wawancara pada30 oktober 2017 jam 10.20 di Kantor Desa)
I2-8 Bapak Tatang mengatakkan:
“Untuk tanggung jawab masyarakat terhadap program wajibbelajar ini masih kurang karena contoh nya nih yah, banyakmasyarakat yang sudah melaksanakan program wajib belajar,orang tua menyekolahkan anaknya tapi si anak tersebut nakal dantidak naik kelas, tapi karena orang tua nya mampu dan merasamalu anaknya tidak naik kelas. Jadi orang tua yang membayar
pihak sekolah agar anaknya dinaikkan kelasnya.” (wawancarapada 6 November 2017 jam 10.25 di kantor Desa)
Begitu juga I2-13 Bapak Rasam:
“Bentuk rasa tanggung jawab untuk program wajib belajar palinghanya menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang SMA yah itupun tidak semua yang sampai lulus ada juga orang tua yang tidakbisa menyekolahkan anaknya yah mungkin karna jaman sekarangsusah cari kerja jadi tidak sanggup untuk menyekolahkananaknya. Program wajib belajar itu kan sangkut pautannya samasekolah jadi masyarakat yah sudah banyak yang menyekolahkananaknya aja.” (wawancara pada 26 oktober 2017 jam 15.15 diKantor Desa)
Berbeda hal dengan yang disampaikan oleh Kepala Desa di
Kecamatan Petir, banyak masyarakat yang mengeluhkan tanggung jawab
dari para pihak desa tersebut kepada masyarakat nya. seperti yang dikatan
oleh I1-3 Bapak Usman yang mengatakan bahwa dirinya merasa kalau
pemerintah ataupun pihak desa tidak melakukan apa-apa terhadap
masyarakat nya yang keterbatasan ekonomi. Untuk lebih jelas nya berikut
pernyataan yang dilontarkan oleh dirinya:
“Tanggung jawab pemerintah atau pihak desa kepada kita yangtidak mampu menyekolahkan engga ada, paling ada juga bantuanraskin itu juga engga dikasih kalau engga ditebusin. Dulu kanmemang ada dana bos tapi itu cuma yang berprestasi aja yangdikasih paling 150-300rb.” (wawancara pada 17 0ktober 2017 jam13.15 di rumah Bapak Usman)
Selain I1-3, I1-10 Ibu Titin juga menambahkan:
“Kita yang engga mampu ya mengharapkan bantuan apa aja yaterima aja kita mah yang penting ada bantuan. Kalau desa disiniboro-boro pihak desanya bertanggung jawab, ada bantuan apa-apajuga engga pernah nyampein ke masyarakat.” (Wawancara pada18 November 2017 jam 12.15 di rumah ibu Titin)
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
masayarakat merasa pihak pemerintah maupun pemerintah desa hanya
sebatas melaksanakan tugas saja, masih kurangnya pengawasan dalam
merealisasikan program wajib belajar 12 tahun ini khusunya dalam
Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Siswa Miskin, menurut
masyarakat hal ini disebabkan oleh pihak pemerintah maupun pemerintah
desa hanya mementingkan kepentingan pribadi.
4.3. PEMBAHASAN
Pendidikan adalah hal dasar yang sangat penting, dasar untuk
membentuk sifat sikap dan kemampuan seorang anak. Dunia pendidikan yang
penuh dinamika ini bagai sebuah pekerjaan rumah yang tak kunjung usai.
Setiap waktu pekerjaan rumah itu selalu ada. Sarana pendidikan seperti
banyaknya sekolah yang rusak, SDM guru yang kurang memadai biaya
pendidikan, kurikulim, kebijakan yang terus berubah-ubah dan persoalan lain
yang semakin kompleks yanga menjadi problem serius dunia pendidikan
nasional. Fenomena pendidikan masyarakat desa, dewasa ini memang
tertinggal jauh dengan wilayah perkotaan. Penyebabnya antara lain
keterbelakangan informasi, kesadaran kaum terdidik. Majunya suatu desa dan
perekonomian masyarakat ternyata tidak menjamin meningkatnya pendidikan
menjadi sebuah masalah serius. Dengan demikian pembahasan dan analisis
hasil penelitian ini merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teori partisipasi masyarakat menurut Keith
Devis yang memaparkan bahwa partisipasi membutuhkan keterlibatan mental
dan emosi, motivasi kontribusi, serta tanggung jawab. Selanjutnya dalam
penelitian Partisipasi Masyarakat dalam Mendukung Program Wajib Belajar 12
Tahun pembahasan yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
4.3.1.1. Keterlibatan Mental dan Emosi
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya dimaksudkan untuk
melibatkan seseorang pada tahapan pelaksaan suatu proyek/program. setiap
masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan yang
dinamis, yang dapat berupa perubahan yang tidak menarikatau tidak cocok
dan ada yang cocok, perubahan yang terbatas ataupun luas dan ada perubahan
yang tidak cepat ataupun yang cepat. Semua hal tersebut dialami dalam
kehidupan masyarakat yang ada di Kecamatan Petir Kabupaten Serang.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa dalam keterlibatan
mental dan emosi ini masyarakat di Kecamatan petir dalam mendukung
program wajib belajar 12 tahun menunjukkan bahwa pada dasarnya
masyarakat Kecamatan Petir menyetujui dan mendukung program wajib
belajar 12 tahun tersebut, namun karena sebagian masyarakat di Kecamatan
petir yang tidak menyekolahkan anaknya dikarenakan faktor ekonomi
keluarga yang serba kekurangan, orang tua tidak mampu untuk menyediakan
sarana belajar bagi anak-anak mereka, bukan hanya itu faktor yang lain seperti
kualitas pendidikan orang tua yang kurang pun ikut mempengaruhi, pola piker
orang tua yang kolot serta jarak sekolah dan pengaruh lingkungan pun
mempengaruhi.
Kualitas pendidikan dianggap berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat. Karena dengan pendidikan yang diperoleh seseorang akan lebih
mudah berkomunikasi dengan orang luar serta cepat tanggap terhadap inovasi
dan perubahan. Berdasarkan data masyarakat di Kecamatan Petir
berpendidikan Tamat SD 38,88%, SMP 18,99%, SMA 11,26%, Strata I
1,28%, Strata II 0,07%, Strata III 0,03%. Dengan demikan rata-rata
berpendidikan hanya tamat SD bahkan masih banyak anak-anak yang
memasuki usia sekolah namun tidak bersekolah. Secara akumulatif bahwa
masih banyak masyarakat yang tergolong berpendidikan kurang, hal tersebut
lah yang mempengaruhi pelaksanaan peningkatan kualitas program wajib
belajar 12 tahun.
Gambar 4.2
Tangga Partisipasi Menurut Arnstein (1969: 216-224).
Kajian utama dalam penelitian ini adalah merujuk kepada Sherry
Arnstein pada makalahnya yang berjudul “Journal of the American Institue of
Planners” dengan judul “A Ladder of Citizen Participation” tentang tangga
tahapan partisipasi masyarakat, diperoleh informasi bahwa keterlibatan mental
dan emosi dalam partisipasi masyarakat program wajib belajar 12 tahun ini
berada pada tahap Placation ( tangga kelima dari delapan tangga Arnstein)
Pada tahap Placation dapat diartikan bahwa masyarakat dan pemegang
kekuasaan (pemerintah) sudah ada komunikasi namun masih bersifat satu arah
dan masyarakat terlibat dalam kegiatan fisik. Selain itu juga masyarakat juga
memiliki beberapa pengaruh. Namun demikian, ada beberapa hal yang masih
ditentukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Tahap Placation ini termasuk
dalam derajat penghargaan atau Degree of tokenism, yaitu tahap partisipasi
dimana masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan fisik, namun mereka tidak
memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa gagasan mereka
akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan.
4.3.1.2. Motivasi Kontribusi
Pentingnya partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi, alasan atau
pertimbangannya, berarti masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui
sepenuhnya tentang masalah dan kepentingan atau kebutuhan mereka.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang
pendidikan sering hanya di pandang sebagai suatu pendekatan dan bukan
sebagai tujuan. Sebagai pendekatan maka partisipasi masyarakat hanya
dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Keadaan ini menyebabkan
partispasi masyarakat acapkali diterjemahkan hanya sebagai kontribusi tenaga
dan finansial masyarakat dalam program pemerintah, sehingga keterlibatan
masyarakat dianggap terbatas hanya dalam tahap implementasi/pelaksanaan
program saja. Segala bentuk perencanaan dan pengambilan keputusan awal
telah dilakukan ditingkat yang lebih atas, sehingga masyarakat hanya tinggal
melaksanakannya saja. Dengan demikian, kesempatan masyarakat untuk
dapat berkontribusi pada program wajib belajar 12 tahun tersebut hanya
tersisa pada bentuk kontribusi finansial dan tenaga pada tataran implementasi.
Dalam indikator motivasi kontribusi ini, pemerintah maupun
masyarakat diharapkan saling memberikan kontribusinya masing-masing agar
dapat menyukseskan program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir
tersebut. Dalam memberikan kontribusinya sudah tentu pemerintah harus siap
sedia menyediakan segala sesuatunya atau bantuan-bantuan nya untuk
masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Petir. Misalnya menyediakan
tempat untuk masyarakat yang ingin memberikan kontribusi, mereka
diberikan kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreatifitas
untuk mencapai tujuan kelompok.
Sejauh ini di Kecamatan Petir belum terdapat wadah yang menaungi
aspirasi masyarakat baik penyediaan saran maupun usul, sehingga masyarakat
merasa kesulitan dan bingung untuk memberikan saran dan usulnya dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir, selama ini
pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Serang dan pihak Kecamatan Petir
menerima aspirasi masyarakat hanya pada saat pertemuan-pertemuan
sosialisasi program saja. Melalui sosialisasi tersebut pihak pemerintah dan
Kecamatan menjadi tahu apa yang diinginkan masyarakat serta mengetahui
pula apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Kecamatan Petir. Namun
walaupun demikian.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada indikator
tanggung jawab dalam partisipasi masyarakat ini termasuk dalam tahap
Consultation ( tangga keempat dari delapan tangga Arnstein).
Pada tahap Consultation dapat diartikan bahwa komunikasi telah
bersifat dua arah tetapi masih bersifat partisipasi yang ritual atau formalitas,
sudah ada kegiatan penjaringan aspirasi, penyelidikan keberadaan
masyarakat, telah ada pengajuan proposal dan ada harapan aspirasi
masyarakat akan didengarkan tetapi belum ada jaminan aspirasi tersebut
4.3.1.3. Tanggung Jawab
Dalam indikator tanggung jawab ini, digunakan untuk melihat
bagaimana kegiatan publik itu konsisten, dengan kehendak masyarakat
banyak, begitupun sebaliknya. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa
dilihat dari internal yang di kembangkan oleh organisasi atau pemerintah
seperti pencapaian target, kinerja sebaiknya harus dilihat dari eksternal juga
seperti nilai-nilai yang berlaku dalam bermasyarakat. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan mempunyai peran strategis dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah khususnya dalam bidang pendidikan yaitu Mewujudkan kesetaraan
dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan. Dengan adanya peran
tersebut pihak Dinas Pendidikan dituntut mampu menjalankan tugasnya
begitu pula dengan tanggung jawab masyarakat, masyarakat dituntut untuk
menaati dan melaksanakan/ mengikuti setiap apa yang telah di rencanakan/ di
programkan oleh pemerintah. Berdasarkan temuan dilapangan pihak Dinas
Pendidikan Kabupaten Serang dan pihak Kecamatan Petir maupun perangkat
desa lainnya sudah menjalankan tanggung jawabnya, namun masih belum
maksimal. Hal ini dapat terlihat dari kondisi masyarakat yang masih banyak
yang belum mengikuti program wajib belajar 12 tersebut dan hanya
memikirkan kebutuhannya sehari-hari.
Pihak Kecamatan maupun perangkat desa lainnya menjalankan
tugasnya untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun ini biasanya
dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat melakukan sosialisasi dan
memberikan kesempatan kepada masyarakat agar dapat memberikan
pendapatnya terkait program wajib belajar khususnya dan mengunjungi setiap
warga yang sekira nya memang sangat membutuhkan bantuan. Namun tidak
semua masyarakat/orang tua di Kecamatan Petir tidak menyekolahkan
anaknya, banyak juga dari mereka yang sudah melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai masyarakat untuk turut menyukseskan program wajib
belajar 12 tahun tersebut dengan menyekolahkan anaknya sampai dengan
tingkat menengah keatas.
Dengan demikian merujuk kepada Sherry Arnstein pada makalahnya
yang berjudul “A Ladder of Citizen Participation” tentang tangga tahapan
partisipasi masyarakat, sama halnya dengan indikator pada motivasi
kontribusi pada indikator tanggung jawab ini menurut peneliti dan
berdasarkan hasil penelitian dilapangan maka dimasukkan pada tahap
Placation (penentraman)
Placation (penentraman) berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik
dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dengan pemerintah. Masyarakat
dimungkinkan untuk memberikan masukan secara lebih signifikan dalam
penentuan hasil kebijakan publik. Namun proses pengembilan keputusan
masih dipegang oleh pemegang kekuasaan.
REKAPITULASI TEMUAN LAPANGAN
No Indikator Temuan Lapangan
1 Keterlibatan
Mental dan
emosi
1. Partisipasi warga dalam program ini, banyak dari
mereka khususnya keluarga petani di Kecamatan
Petir mengatakan kurangnya mereka untuk terlibat
dalam program wajib belajar 12 tahun ini adalah
faktor ekonomi. Ketidakmampuan masyarakat untuk
membiayai segala proses yang dibutuhkan selama
menempuh pendidikan atau sekolah dalam jenjang
tertentu walaupun pemerintah telah mencanangkan
wajib belajar 12 tahun, namun belum berimplikasi
secara maksimal terhadap penurunan jumlah anak
yang tidak dan putus sekolah.
2. Orang tua di Kecamatan Petir banyak yang
memaksakan anaknya untuk membantu orang tua
disawah atau bekerja dan kurangnya perhatian orang
tua untuk menyekolahkan anaknya karena setiap
harinya hanya memikirkan bagaimana caranya agar
keperluan keluarga bisa terpenuhi, namun banyak
dari mereka juga yang mempunyai pandangan bahwa
pendidikan adalah suatu hal yang penting.
3. Masyarakat di Kecamatan Petir cenderung memilih
pendidikan kearah yang bersifat agama seperti
madrasah atau pesantren. Karena pendidikan yang
bersifat agama bagi mereka adalah pendidikan yang
bersifat seumur hidup, namun tidak sedikit juga dari
mereka yang bersekolah di sekolah yang bersifat
umum.
2 Motivasi
Kontribusi
1. Dalam program wajib belajar ini,masyarakat
bersama-sama untuk membangun sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam program wajib
belajar, misalnya rehabilitasi sedang/berat bangunan
sekolah, penambahan ruang kelas, penyediaan sarana
untuk belajar dan lain sebagainya.
2. Dalam musyawarah, masyarakat ikut aktif berbicara
dan memberikan gagasan atau ide, ada juga
masyarakat yang hanya diam menunggu keputusan
dan menerima hasil keputusan tersebut.
3. Kehadiran masyarakat dalam setiap pertemuan
program khususnya dalam bidang pendidikan kurang
aktif, bisa dilihat dari kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan, mereka
lebih mementingkan kesibukannya dalam bekerja.
3 Tanggung
Jawab
1. Pemerintah dalam melakukan sosialisasi tidak rutin
dilakukan ke desa-desa yang ada di Kecamatan Petir
karena keterbatasan sumber daya manusianya
2. Dalam proses evaluasi program yang dilakukan
pemerintah tidak diketahui masyarakat, hanya pihak-
pihak tertentu saja yang mengetahui
3. Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak
tamat cenderung kepada hal-hal tradisional dan
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki para orang
tua tersebutlah yang membuat masyarakat kurang
menghargai arti pentingnya pendidikan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dilapangan yang dikumpulkan selama penelitian
serta berdasarkan dari hasil analisis, maka dapat diambil kesimpulan mengenai
partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun di
Kecamatan Petir Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
1. Masih kurangnya keterlibatan mental dan emosi masyarakat terhadap
program wajib belajar 12 tahun ini disebabkan karena pola pikir
masyarakat yang masih tradisional dan sempit sehingga kesadaran
masyarakat terhadap pendidikan masih kurang
2. Dalam memberikan kontribusi pemerintah belum sepenuhnya terealisasi,
dalam memberikan kontribusi nya sudah tentu pemerintah harus siap sedia
menyediakan segala sesuatu nya dan bantuan-bantuan nya untuk
masyarakat begitu pula dengan masyarakat harus memberikan
kontribusinya untuk menyukseskan program pemerintah khususnya
program wajib belajar 12 tahun ini, sejauh ini di Kecamatan Petir belum
terdapat wadah yang menaungi aspirasi masyarakat sehingga masyarakat
merasa kesulitan dalam memberikan saran dan usulnya.
3. Tanggung jawab dari pemerintah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Serang yang masih kurang, karena masih kurangnya
pengawasan dan realisasi bantuan baik itu dana Bantuan Operasional
Sekolah maupun Bantuan Siswa Miskin dan bantuan lainnya, sehingga
informasi dari pemerintah tersebut hanya formalitas saja dan tidak ada
tindak lanjutnya. Tanggung jawab dari pemerintah desa masih kurang,
karena banyak dari mereka yang lebih mementingkan kepentingan
pribadinya dibanding kepentingan masyarakat. sedangkan tanggung jawab
masyarakat nya pun masih kurang karena masih banyak masyarakat yang
acuh akan pentingnya pendidikan khusunya pendidikan wajib belajar 12
tahun.
Secara keseluruhan partisipasi masyarakat dalam mendukung program
wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir Kabupaten Serang berada pada tangga
ketiga, keempat dan kelima dikategorikan dalam derajat tanda partisipasi (degree
of Tokenism) dimana partisipasi masyarakat telah didengar dan berpendapat tetapi
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa
pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan, dalam taraf
ini partisipasi masyarakat memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Masyarakat juga memiliki peran
penting dalam pelaksanaan program, guna terciptanya suatu program yang
bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
5.2. Saran
1. Melakukan kerjasama antar pemerintah daerah dan pemerintah desa,
melakukan komunikasi kepada masyarakat dengan komunikasi tersebut
diharapkan masyarakat dapat merubah pola pikir agar tidak befikir kuno
dan sempit. Misalnya di sekolah harus lebih meningkatkan kegiatan
mensosialisasi kepada orang tua siswa tentang adanya dana yang disiapkan
oleh pemerintah untuk membantu orang tua yang tidak mampu membiayai
anaknya melanjutkan sekolah
2. Pada dasarnya partisipasi masyarakat di Kacamatan Petir dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun sudah dapat dikatakan cukup
baik, namun ternyata masih ada dominasi pemegang kekuasaan. Dengan
kondisi demikian, dikhawatirkan program wajib belajar 12 tahun ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu, pihak Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Serang harus mampu mewadahi aspirasi
masyarakat tersebut dengan cara melibatkan masyarakat secara penuh
pada kegiatan-kegiatan yang merupakan program pemerintah. Dengan
demikian masyarakat akan merasa bahwa mereka benar-benar dibutuhkan
dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Maka rasa memiliki dari
masyarakat terhadap bantuan-bantuan pemerintah ini akan tertanam pada
diri mereka. Perlunya peningkatan intensitas pertemuan antara pemerintah
dengan masyarakat, agar program wajib belajar di Kecamatan Petir ini
berada pada taraf Degree of citizen power, dimana pada taraf ini
masyarakat mampu untuk mengendalikan program yang sudah dijalankan
untuk mengevaluasinya kembali agar tidak ada kekurangan dalam program
tersebut.
3. Adanya transparansi baik dari pihak pemerintah daerah maupun
pemerintah desa dalam mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah
maupun Bantuan Siswa Miskin. Dinas Pendidikan dan Kebuyaan
Kabupaten Serang diharapkan selalu menyediakan dana dalam melengkapi
sarana dan prasarana sekolah dan memperbanyak jumlah pemberian
beasiswa bagi anak yang tidak mampu/anak yang berprestasi yang tidak
mampu membiayai kebutuhan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, dilengkapi Pedoman
Umum EYD untuk SD,SLTP,SMU dan Umum. Jakarta: Sandro Jaya
Adi, Isnamdi Rokminto. 2008. Intervensi Komunikasi Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Adisasmita, Raharjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Arnstein, Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the America
Planning Association, Volume 35, No 4.Juli 1969.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Driyarkara. 1980. Pendidikan Yogyakarta: Yayasan Obor Nusantara
Dwiningrum, Siti Irene A. 2011.Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fahrudin, Adi. 1998. Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Mayarakat. Bandung: Humaniora
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Depok: FISIP UI
Ishaq, Isjoni. 2006. Membangun Visi Bersama “Aspek-Aspek Penting dalam
Reformasi Pendidikan”. Jakarta: Yayasan Obor Nusantara
Kaho, Josep Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
-------------. 2007. Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Kartono, Kartini. 1997. Tujuan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional.
Jakarta: Pradnya Paramita
Koesoema, Doni. 2015. “Peta Jalan Pendidikan 12 Tahun di Indonesia”. Jakarta:
NEW Indonesia
Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan SDM dan Efektifitas Organisasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebianto.2013. Pemberdayaan Masyarakat
dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Moleong, Lexy. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya
Prayitno, Didi. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Kebijakan
Pemerintah. Semarang: Universitas Diponegoro
Raharjo, Dawam. 1989. Metode Pelibatan Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan Pedesaan.Makalah Diskusi Periodik di PSPP Lemlit UNS.
Surakarta 21 Oktober 1989
Samuel, Hannemen. 1995. Sosiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Sastropoetro, Santoso. 1989. Partisipasi, Kominikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni
Setiadi, Elly M dan Hakam Kama A., Efendi Ridwan.2008. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group
Sjafari, Agus dan Sumaryo. 2007. Pembangunan Masyarakat, Bogor: CDI Press
Slamet. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press
Soelaeman, M. Munandar. 1998. Ilmu Sosial Dasar :Teori dan Konsep Ilmu
Sosial. Bandung :Refika adimata
Soelaiman, Holil. 2010. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial.
Bandung
Sudadio. 2005. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berwawasan Partisipasi.
Banten: Dewan Buku Banten Press
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabeta
Suryadi, Budi. 1982. Sosiologi Ekonomi & Komunikasi Masa. Seripta Cendikia
Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Lampung: Pustaka
Jaya
Theresia, Aprillia dan Khrisnha S. dkk. 2014. Pembangunan Berbasis
Masyarakat. Bandung: Alfabeta
Tirtarahardja, Umar dan SL. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:
LP3ES
Ulifah, Siti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.
Dokumen:
UUD RI 1945 Amandemen IV pasal 31 tentang Pendidikan
Undang-undang No 4 Tahun 1950 dan Undang-undang No 2 Tahun 1954 Dasar
Hukum Pertama Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang No 2 Tahun 1989 dan Undang-undang No 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar.
Sumber Lain
Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia. 1998. Panduan Operasional Pembangunan Masyarakat Desa.
Modul Pelatihan. 2011. In Service Training Kkm MTs/ MI. Jakarta: Basic
Education Project
http://id.wikipedia.org/org/wiki/Masyarakat
http://id.wikipedia.org/org/wiki/Pendidikan
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara, maka peneliti
membuat koding atau kata kunci sebagai berikut:
No Pertanyaan Koding Informan
1. Keterlibatan Mental dan Emosi:Bagaimana respon masyarakat untukberpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun dikecamatan petir?
Q1
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
2. Bagaimana kesadaran masyarakatterhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun? Q2
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
3. Apakah masyarakat mau mengikutiprogram wajib belajar 12 tahun tersebut?
Q3
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
4. Motivasi Kontribusi:Upaya apa saja yang dilakukanmasyarakat dalam berpartisipasi untukprogram wajib belajar 12 tahun?
Q4
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, KNPI, Kasi SosialKecamatan Petir, seluruh KepalaDesa Kecamatan Petir, Masyarakat
5. Apa saja upaya pemerintah agarmasyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun? Q5
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, KNPI, Kasi SosialKecamatan Petir, seluruh KepalaDesa Kecamatan Petir
6. Faktor- faktor apa saja yang memotivasimasyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajara 12 tahun? Q6
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, KNPI, Kasi SosialKecamatan Petir, seluruh KepalaDesa Kecamatan Petir, Masyarakat
7. Apa saja hambatan dalam memotivasimasyarakat untuk program wajib belajar12 tahun ini? Q7
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir
8. Tanggung Jawab:Bagaimana tanggung jawab masyarakatdalam mengikuti program wajib belajar12 tahun?
Q8
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
9. Bagaimana cara atau upaya untukmembentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar12 tahun?
Q9
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
10. Apa saja hambatan dalam membentukrasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12tahun?
Q10
Dinas Pendidikan KabupatenSerang, Kasi Sosial KecamatanPetir, seluruh Kepala DesaKecamatan Petir, Masyarakat
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH
KABUPATEN SERANG
I. Pertanyaan Penelitian Mengenai Partisipasi Masyarakat dalam
Mendukung Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Petir
a. Apakah masyarakat di kecamatan petir mengikuti program wajib
belajar 12 tahun?
b. Apa bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung program
wajib belajar 12 tahun?
c. Apa yang menjadi faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun?
d. Apa yang menjadi faktor penghambat partisipasi masyarakat
dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun?
e. Upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah kabupaten serang
dalam mensukseskan program wajib belajar 12 tahun?
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEMERINTAH DESA DI
KECAMATAN PETIR
I. Pertanyaan Penelitian Mengenai Keterlibatan Mental dan Emosi
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya
program wajib belajar 12 tahun?
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun
tersebut?
II. Pertanyaan Penelitian Mengenai Motivasi Kontribusi
a. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam program wajib belajar 12 tahun?
b. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam
program wajib belajar 12 tahun?
c. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program wajib belajara 12 tahun?
d. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program
wajib belajar 12 tahun ini?
III. Pertanyaan Penelitian Mengenai Tanggung Jawab
a. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam
mengikuti program wajib belajar 12 tahun?
b. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung
jawab masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?
c. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab
masyarakat terhadap program wajib belajar 12 tahun?
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT DI
KECAMATAN PETIR
I. Pertanyaan Penelitian Mengenai Keterlibatan Mental dan Emosi
a. Bagaimana respon masyarakat saat diajak untuk berpartisipasi
dalam mendukung program wajib belajar 12 tahun dikecamatan
petir?
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya
program wajib belajar 12 tahun?
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun
tersebut?
II. Pertanyaan Penelitian Mengenai Motivasi Kontribusi
a. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam program wajib belajar 12 tahun?
b. Upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah agar masyarakat
berpartisipasi dalam program wajib belajar 12 tahun?
c. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program wajib belajar 12 tahun?
d. Apa saja hambatan masyarakat untuk mendukung program wajib
belajar 12 tahun ini?
III. Pertanyaan Penelitian Mengenai Tanggung Jawab
a. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam
mengikuti program wajib belajar 12 tahun?
b. Bagaimana upaya pemerintah untuk membentuk rasa tanggung
jawab masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?
c. Apa saja hambatan masyarakat dalam membentuk rasa tanggung
jawab terhadap program wajib belajar 12 tahun?
Catatan Lapangan I
Tanggal :16 Oktober 2017
Waktu :10.00 WIB
Tempat : Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang
Kegiatan : Ijin mencari data
Deskripsi :
Pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2017 peneliti datang ke Kantor Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang memberikan surat izin penelitian
kepada I1-1 selaku Kasubag program dan evaluasi. Peneliti menjelaskan mengenai
bagaimana yang akan dilakukan peneliti dan berapa lama penelitian ini
berlangsung. Peneliti dan I1-1 selanjutnya berbincang mengenai kondisi yang ada
di Kecamatan Petir terkait program pemerintah yaitu program wajib belajar 12
tahun. Beliau memberikan penjelasan tentang kondisi sosial, ekonomi dan
pendidikan di Kecamatan Petir tersebut. Kemudian setelah menjelaskan kondisi
yang ada di Kecamatan Petir, I1-1 mempersilahkan peneliti untuk melakukan
penelitian di Kecamatan Petir sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh peneliti,
guna mendapatkan data penelitian.
Catatan Lapangan II
Tanggal : 17 Oktober 2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat :Kantor Kecamatan Petir
Kegiatan : Ijin Mencari data dan Wawancara
Deskripsi :
Pada hari Selasa pada tanggal 17 oktober 2017, peneliti datang ke Kantor
Kecamatan Petir bertemu dengan I1-5 selaku Kasi sosial di Kantor kecamatan Petir.
Peneliti berbincang dengan I1-5 mengenai partisipasi masyarakat dalam program
wajib belajar 12 tahun di Kecamatan Petir. I1-5 menjelaskan jumlah desa yang ada
di Kecamtan Petir ini dan menjelaskan partisipasi masyarakat di kecamatan petir
terkait program wajib belajar tersebut dan memberikan data kepada peneliti.
Setelah berbincang-bincang dengan I1-5 , peneliti berpamitan untuk pulang.
Catatan Lapangan III
Tanggal :26 Oktober 2017
Waktu :10.30 WIB
Tempat : Kantor Desa Mekar Baru
Kegiatan : Wawancara dengan Bapak Asep Rupawan (Kades Mekar Baru)
Deskripsi :
Pada hari Kamis pada tanggal 26 oktober 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Mekar Baru untuk wawancara dengan I2-6 selaku Kepala Desa Mekar Baru,
peneliti berbincang dengan I2-7 mengenai partisipasi masyarakat dalam program
wajib belajar 12 tahun di Desa Mekar Baru tersebut. Peneliti menanyakan
kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung dan memotivasi warganya agar
mengikuti program wajib belajar 12 tahun, beliau pun menjelaskan dengan
antusias. Peneliti juga ditunjukan dengan beberapa bukti dokumentasi berjalannya
program wajib belajar di desa mekar baru tersebut. Setelah lama berbincang
dengan I2-7 peneliti juga meminta data dengan beliau lalu berpamitan untuk
melanjutkan wawancara dengan kades-kades lainnya.
Catatan Lapangan IV
Tanggal :6 November 2017
Waktu :08.30 WIB
Tempat :Kantor Desa Nagarapadang
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak Haris (Sekdes Nagarapadang)
Deskripsi :
Pada hari Senin pada tanggal 6 November 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Nagarapadang untuk wawancara dengan I2-7 selaku Kepala Desa Nagarapadang,
namun diwakilkan dengan sekertaris desa. peneliti berbincang mengenai
partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun di Desa
Nagarapadang tersebut. Peneliti meminta untuk menunjukan data mengenai
program wajib belajar seperti data sekolah, data angka putus sekolah dan lain
sebagainya dan beliau sedikit bercerita tentang kondisi di desa Nagarapadang
tersebut lalu peneliti berpamitan.
Catatan Lapangan V
Tanggal :26 Oktober 2017
Waktu :12.00 WIB
Tempat :Kantor Desa Seuat
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak Taufik (Sekdes Seuat)
Deskripsi :
Pada hari Kamis pada tanggal 26 oktober 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Seuat untuk wawancara dengan I2-12 selaku Kepala Desa Seuat, namun
diwakilkan dengan sekertaris desa. peneliti berbincang mengenai partisipasi
masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun di Desa Seuat tersebut. Peneliti
meminta untuk menunjukan data mengenai program wajib belajar seperti data
sekolah, data angka putus sekolah dan lain sebagainya dan beliau sedikit bercerita
tentang kondisi di Desa Seuat tersebut lalu peneliti berpamitan untuk melanjutkan
wawancara lainnya.
Catatan Lapangan VI
Tanggal :26 Oktober 2017
Waktu :13.40 WIB
Tempat :Kantor Desa Bojong Nangka
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak M.Uton (Sekdes Bojong Nangka)
Deskripsi :
Pada hari Kamis pada tanggal 26 oktober 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Bojong Nangka untuk wawancara dengan I2-15 selaku Kepala Desa Bojong
Nangka, namun diwakilkan dengan sekertaris desa. Peneliti berbincang mengenai
partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun di Desa Bojong
Nangka tersebut. Peneliti meminta untuk menunjukan data mengenai program
wajib belajar seperti data sekolah, data angka putus sekolah dan lain sebagainya
dan beliau sedikit bercerita tentang kondisi di Desa Bojong Nangka tersebut lalu
peneliti berpamitan untuk melanjutkan wawancara lainnya.
Catatan Lapangan VII
Tanggal : 6 November 2017
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Kantor Desa Petir
Kegiatan : Wawancara dengan Bapak Hambali (Kades Petir)
Deskripsi :
Pada hari Senin pada tanggal 6 november 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Petir untuk wawancara dengan I2-9 selaku Kepala Desa Petir, peneliti berbincang
dengan I2-10 mengenai partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12
tahun di Desa petir tersebut, beliau menceritakan kondisi masyarakat yang ada di
Desa Petir dan mengajak peneliti untuk berkeliling melihat kondisi masyarakat
yang ada disana serta melihat kondisi sekolah-sekolah yang kurang memadai.
Setelah banyak berbincang dengan I2-10 peneliti berpamitan untuk melanjutkan
wawancara ke kepala desa lainnya.
CATATAN LAPANGAN VIII
Tanggal :26 Oktober 2017
Waktu :12.00 WIB
Tempat :Kantor Desa Sindang Sari
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak Ega (Bendahara Desa Sindang Sari)
Deskripsi :
Pada hari Kamis pada tanggal 26 oktober 2017, peneliti datang ke Kantor Desa
Sindang Sari untuk wawancara dengan I2-13 selaku Bendahara Desa Sindang sari.
Peneliti berbincang mengenai partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar
12 tahun di Desa Sindang sari tersebut. Peneliti meminta untuk menunjukan data
mengenai program wajib belajar seperti data sekolah, data angka putus sekolah
dan lain sebagainya dan beliau sedikit bercerita tentang kondisi di Desa Sindang
sari tersebut lalu peneliti berpamitan untuk melanjutkan wawancara lainnya.
CATATAN LAPANGAN IX
Tanggal :17 Oktober 2017
Waktu : 13:00 WIB
Tempat : Desa Padasuka
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak Encep
Deskripsi :
Pada hari Selasa pada tanggal 17 oktober 2017, peneliti datang ke Desa Padasuka
Kecamatan Petir untuk wawancara dengan salah seorang warga disana yang
peneliti pilih sebagai informan dalam penelitian ini, peneliti berbincang dengan I1-
3 mengenai partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun di Desa
Padasuka tersebut, beliau menceritakan kondisi masyarakat yang ada disana
khususnya terkait dengan wajib belajar 12 tahun. Setelah banyak berbincang
dengan I1-3 peneliti berpamitan untuk melanjutkan wawancara ke masyarakat
lainnya.
CATATAN LAPANGAN X
Tanggal :17 Oktober 2017
Waktu : 15:00 WIB
Tempat : Desa Sanding
Kegiatan :Wawancara dengan Bapak Zaenal Abidin
Deskripsi :
Pada hari Selasa pada tanggal 17 oktober 2017, peneliti datang ke Desa Sanding
Kecamatan Petir untuk wawancara dengan salah seorang warga disana yang
peneliti pilih sebagai informan dalam penelitian ini, peneliti berbincang dengan I1-
4 mengenai partisipasi masyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun di Desa
Sanding tersebut, beliau menceritakan kondisi masyarakat yang ada disana
khususnya terkait dengan wajib belajar 12 tahun. Setelah banyak berbincang
dengan I1-4 peneliti berpamitan untuk melanjutkan wawancara ke masyarakat
lainnya.
REDUKSI DATA DAN KODING
Peneliti
(Q1)
Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun di kecamatan
petir?
Kesimpulan
I1-5
Menyangkut dengan adanya program lanjutan wajib
belajar 9 tahun menjadi 12 tahun, masyarakat di
Kecamatan Petir mendukung dengan program
tersebut mba.
1
Respon dari
masyarakat di
Kecamatan Petir
menyangkut
dengan program
wajib belajar 12
tahun yaitu baik,
mereka
menyetujui dan
mendukung
program yang
telah ditetapkan
oleh pemerintah
dan telah ada
beberapa
masyarakat yang
membentukan
kelompok untuk
mendukung
program tersebut.
I1-1
kalau menurut data yang bapak lihat, dikecamatan
petir ini masih banyak masyarakat yang belum
sepenuhnya mendukung program wajib belajar ini,
masih banyak anak-anaknya yang masuk usia sekolah
tapi mereka belum sekolah dan banyak anak-anak
yang juga putus sekolah, alasan dari pihak
masyarakat yang pernah bapak amati, masyarakat di
Kecamatan Petir itu kan rata-rata sebagai petani dan
buruh tani jadi mereka sebagian besar mengeluhkan
karena ekonominya yang kurang
2
I2-10
Sebetulnya masyarakat harus selalu siap dengan apa
yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan
Alhamdulillah dengan melakukan pendekatan kepada
masyarakat, masyarakat mengerti dan memahami dan
mereka siap serta mendukung dengan program wajib
belajar 12 tahun tersebut.
3
I2-9
Respon masyarakat terkait dengan partisipasi dalam
mendukung program wajib belajar 12 tahun ya respon
nya baik, mendukung rencana pemerintah untuk
menjadikan wilayah Kabupaten Serang ini menjadi
lebih baik
4
I2-6 Untuk perangkat desa dan masyarakat di sini 5
mendukung dengan adanya program wajib belajar 12
tahun. karena itu kami pun membentuk program
tersendiri di desa ini yaitu program mengenai
pernikahan dini
I2-1
Untuk responnya mendukung mba, karena
masyarakat juga sudah banyak yang menyekolahkan
anaknya sampai 12 tahun, juga program tersebut kan
baik juga untuk masyarakat sendiri
6
I2-5
Untuk program wajib belajr 12 tahun Alhamdulillah
masyarakat di sini banyak yang mendukung mba7
I2-3
Masyarakat di sini siap mba, sangat mendukung
dengan adanya program wajib belajar 12 tahun ini.8
I2-2
Untuk responnya baik, sangat mendukung dan
mereka siap dengan dengan program wajib belajar 12
tahun.
9
I2-4
Masyarakat respon nya baik mereka siap namun ya
mungkin ada saja beberapa masyarakat yang masih
belum siap dengan program ini
10
I1-3
Kalau buat bapak sebetulnya belum siap neng,
soalnya masih banyak yang perlu kami pertimbangin,
apalagi jarak dari rumah ke sekolah di desa ini jauh
dan untuk sampai ke jenjang SMA, disini tidak ada
SMA hanya ada SD dan MTs saja. Iya, gimana atuh
yah buat makan aja susah apalagi buat sekolah.
apalagi di desa (seuat) ini sekolahnya jauh. Bapak
juga engga punya kendaraan. Lagian anak bapa mah
mending cari uang buat tambah-tambah oemasukan
dari pada sekolah juga tetep aja engga pinter-pinter
11
I2-11
Ya kita pasti setuju dengan program wajib belajar itu,
program itu bagus buat masyarakat untuk kedepannya12
tapi kita juga siap engga siap dengan program
tersebut karna ini kan untuk kepentingan bersama
I1-4
Kalau saya bukannya tidak menerima dan tidak
mengikuti program wajib belajar dari pemerintah, tapi
saya lebih mementingkan anak-anak saya untuk
sekolah dipesantren aja. Anak saya dari kecil udah di
pesantren Saya hanya khawatir dengan pergaulan
anak-anak jaman sekarang maka dari itu saya tidak
menyekolahkan anak saya secara formal sampai 12
tahun
13
I1-6
Kalau menurut saya pendidikan bagi anak-anak
sangat penting, karena dengan pendidikan anak-anak
dapat meningkatkan taraf hidup mereka dikemudian
hari, karena mereka telah mendapat bekal ilmu-ilmu
yang mereka pelajari. Namun karena kebiasaan-
kebiasaan yang mereka wariskan turun temurun maka
banyak anak-anak yang putus sekolah untuk
membantu orang tuanya
14
I1-7
Pendidikan buat anak-anak itu buat saya sangat
penting, di desa ini, tapi banyak anak-anak tidak
melanjutkan sekolah. Mereka lebih memilih untuk
bekerja, sebagian besar mereka adalah murid yang
putus di SLTP/SMP. Mereka bekerja dengan alasan
untuk membantu orang tua. Anak laki-laki biasanya
bekerja sebagai buruh bangunan atau buruh pabrik,
sedangkan anak perempuan kebanyakan menikah dan
mencari pekerjaan sebagai buruh cuci atau pembantu
rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan seperti itu mereka
lakukan sambil menunggu musim tanam dan musim
panen tiba
15
I2-8
Program wajib belajar itu sebuah program pendidikan
yang sangat penting, respon masyarakat terhadap
wajib belajar 12 ini biasa aja, karna sebelum nya ka
nada program wajar 6 thn, 9 thn jadi yang 12 tahun
ini masyarakat hanya menjalani yang sudah-sudah
saja
16
Peneliti
(Q2)
Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan
khususnya program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I2-8
Di desa ini udah cukup sadar akan pendiidkan, paling
ada masyarakat yang contohnya karena pemikiran
masyarakat yang masih kuno itu, kan disini masih
banyak orang-orang jaman dulu ya yang
pemikirannya masih kuno atau kolot gitu yang mikir
lah perempuan mah paling ujung-ujungnya di dapur
atau paling nanti juga kerja di pabrik jadi ngapain
sekolah. jadi pemikiran yang kuno itu masyarakat
tidak berfikir modern dan tidak berfikir kedepan
untuk maju
17
Kesadaran
masyarakat
Kecamatan Petir
masih dikatakan
kurang dengan
alasan
perekonomian
yang tergolong
moiskin dan
kurangnya
pengetahuan/
kualitas
masyarakat.
I1-1
Kesadaran masyarakatnya masih kurang, banyak
masyarakat yang tidak mempedulikan anaknya,
ibaratnya sianak itu mau naik kelas mau engga, mau
belajar atau engga, terserah aja gitu. Jadi seakan-akan
tanggung jawab itu sepenuhnya kita yang mendorong,
padahal kan engga kita batasanya hanya dalam
merealisasikan program. jadi ya itu, kesadaran dalam
bidang pendidikannya masih kurang. kita juga tidak
menyalahkan orang tua nya, ya mungkin saja orang
tua jaman dulu kan tidak sekolah taunya nanem padi
di sawah aja makanya kurang paham sama
pendidikan yang sekarang. Pernah bapa ada kegiatan
18
di kecamatan petir itu dan disitu ada hiburan ada
orgen nya dan bapa liat yang anak-anak masih pada
pake seragam itu ikut nonton jadi mereka ninggalin
jam belajar nya. Tapi kalo diliat dari sebatas
menyekolahkan anaknya yaa sudah lumayan orang
tua sekarang sudah mau menyekolahkan anaknya
I1-5
Kesadaran masyarakat dalam pendidikan ya masih
kurang, karena mereka menganggapnya pendidikan
itu hanya sebatas di sekolah saja, kalau untuk
dirumahnya orang tua kadang-kadang tidak peduli,
walaupun engga semuanya orang tua yang kaya gitu
ada saja masyarakat yang masih sadar pendidikan itu
penting dan tidak hanya sebatas disekolah saja
19
I2-1
Kesadaran orang tua semakin kesini semakin bagus
ko, banyak yang mulai sadar dengan pendidikan
anak-anak mereka
20
I2-11
Masih kurang sih kalau disini, bisa dilihat sendiri
buktinya masyarakat sini kita sudah berupaya
membantu tapi dorongan masyarakatnya masih sangat
kurang, ditambah ada aja penyimpangan-
penyimpangan disekolah seperti bisa naik kelas
dengan membayar dan tidak sedikit masyarakat yang
memalsukan ijazah atau meminjam ijazah sodara atau
tetangga ketika mau masuk kerja, itu bukti orang tua
kurang sadar akan pentingnya pendidikan
21
I2-2
Kesadarannya sudah cukup bagus, karena sekarang
masyarakat minimal sekolah SD dan rata-rata SMP
dan SMA, ya walaupun kesadarannya hanya sebatas
untuk bekerja saja.
22
I2-4 Kesadaran masyarakat disini sudah bagus, buktinya 23
tanpa diajak atau di beri penyuluhan masyarakat
sudah banyak yang mau menyekolahkan anaknya.
Berarti kan mereka kesadarannya sudah baik.
I2-3
Kesadaran masyarakat sekarang tentang program
wajib belajar 12 tahun ini sudah bagus ya, anaknya
ingin sekolah terus orang tuanya juga pastinya sangat
mendukung tapi memeng ada aja yang orang tuanya
ingin tapi anaknya yang nakal dan tidak mau
melanjutkan sekolahnya sampai ke SMA, karena
sekarangkan yang dikejar msayarakat khusunya laki-
laki itu dapet pekerjaan.
24
I2-5
Sudah banyak masyarakat yang sekolahnya sampai
jenjang SMA, kebanyakan dari mereka berfikirnya
kalo cuma ngandelin ijazah SD/SMP mau jadi apa?
Tapi kalau sampai SMA ada aja kerjaan yang
dianggapnya lumayan bisa dibanggakan.
25
I2-6
Sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan,
alasannya karna melihat orang yang sukses. Melihat
orang yang berpendidikan tinggi melihatnya enak
contohnya kaya PNS kerjaannya enak terus ada
jaminan untuk masa tuanya, kan enak engga kaya di
pabrik gitu.
26
I1-9
Orang tua engga pernah maksa sih buat sekolah,
suka-suka saya aja mau sekolah mau enggak. Soalnya
kan nanti juga mau kerja di pasbrik kalopun sekolah
nya engga terus juga bisa masuk, terus kalo saya
dirumah kan bisa bantu-bantu orang tua
27
I1-10
Udah saya suruh sekolah tapi kalo anaknya engga
mau sekolah mah mau imana lagi yang ada dia nya
marah-marah sama saya, saya nya juga cape nyuruh
28
dia sekolah terus
I1-11
Saya tau sih kalo pendidikan itu penting, tapi
namanya juga orang tua mau gimana lagi kalo
anaknya engga mau sekolah
29
I1-8
saya tau pendidikan itu penting, tapi gimana ya
sekolah itu pusing, orang tua mah marah-marah saya
berenti sekolah, tapi mau gimana lagi sayanya juga
nakal heheh
30
Peneliti
(Q3)
Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar
12 tahun tersebut?Kesimpulan
I1-5
Ya, masyarakat ikut berpartisipasi dalam program
wajib belajar 12 tahun itu, dan bahkan ada juga yang
melanjutkan sampai ke perguruan tinggi di luar kota
31
sudah cukup
banyak
masyarakat/orang
tua yang
mengikuti
program wajib
belajar 12 tahun
namun juga ada
beberapa
masyarakat yang
belum mengikuti
program wajib
belajar 12 tahun
karena keterbatas
ekonomi dan
sebab lainnya
I1-1
Menurut data APK (Akumulatif Partisipasi Kasar)
partisipasi pendidikan Wajar Dikdas di Kecamatan
petir sudah mencapai 94,21% itu berarti sudah tinggi.
apk itu dihitung secara kasar yaitu keseluruhan dari
jumlah penduduk dibagi jumlah siswa-siswinya.
32
I2-1
Iya banyak yang mengikuti program tersebut mba,
karena mereka sadar akan pentingnya pendidikan33
I2-5
Ada beberapa masyarakat yang belum mengikuti
program wajib belajar 12 tahun ini karna ekonomi
mereka yang kurang tapi banyak juga dari masyarakat
disini yang telah mengikuti program wajib belajar 12
tahun, banyak masyarakat yang telah mengerti akan
pentingnya pendidikan bagi kehidupan anak-anak
mereka
34
I2-8
Cukup bagus, karena disini juga ada program PAUD
itu kan program belajar usia dini ya dan sekarang
sudah banyak peminatnya, selain itu SD SMP dan
35
SMA juga sudah banyak murid-muridnya berarti
sudah banyak yang ikut program wajib belajar 12
tahun ini.
I2-3
Warga disini sudah banyak yang anaknya sekolah
sampai SMA mba walaupun jaraknya lumayan jauh
dari rumah-rumah mereka tapi mereka tetap
mengutamakan pendidikan
36
I2-7
Ya, Alhamdulillah banyak masyarakat yang
mengikuti program wajib belajar 12 tahun, tapi
banyak juga orang tua menyekolahkan anaknya ke
informal /pesantren
37
I2-4
Sekarang mah sudah mendingan lumayan lah. Rata-
rata sudah pada sekolah yang sekolah SMP paling,
buat yang SMA juga sudah lumayan. Itu berarti kan
menunjukan masyarakatnya sudah mengikuti dan
mulai mengerti
38
I2-2
Masyarakat di Desa ini sudah banyak yang mengikuti
ko.39
I2-6
Sudah bagus sudah banyak yang mengikuti karena
untuk SD hampir semuanya orang tua sudah mau
menyekolahkan anaknya.
40
I2-10
Di desa sanding masyarakatnya semua mengikuti
program wajib belajar 12 tahun karna dibanding dulu
masyarakat sekarang sudah banyak yang mengerti
pentingnya pendidikan
41
I1-3
Iah anak saya sekolah SD sampai SMP tapi kalau
untuk lanjut ke SMA saya belum bisa ngebiayai jadi
cuma sampai SMP aja sekolahnya
42
I1-11
Iah saya juga pengen nyekolahin anak sampai ke
SMA tapi mau gimana lagi kalau engga punya biaya43
nya tetep aja, anak juga engga bisa di kasih uang
jajan, engga ada buat kebutuhan sekolahnya.
I1-10
Anak saya yang pertama Cuma sampe kelas 2 SMP
aja terus lepas sekolahnya, yang adiknya baru lulus
SD tapi engga mau sekolah lagi karna ngeliat kaka
nya.
44
I1-6
Alhamdulillah anak-anak saya semuanya sekolah
sampai ke SMA kalau ada rejeki insya allah mau saya
kuliahin itupun kalau anaknya mau.
45
2. Motivasi Kontribusi
Peneliti
(Q4)
Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat dalam
berpartisipasi untuk program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I1-1
Upaya masyarakat pastinya dengan menyekolahkan
anak dari tingkat SD sampai ke SMA tapi memang
ada saja yang tidak melanjutkan sekolahnya.
46
Dalam program
wajib belajar 12
tahun ini,
masyarakat
berpartisipasi
dalam bentuk
materi, tenaga dan
pikiran dan turut
hadir di
pertemuan/musren
bangdes dan
memberi
masukan/gagasan
I1-5
Ikut dalam setiap musyawarah, memberikan aspirasi
nya dan mengikuti program dengan sekolah atau
menyekolahkan sampai jenjang SD-SMA
47
I2-8
Upaya masyarakat hanya ikut dalam setiap
musyawarah dan mengikuti program wajib belajar 12
tahun saja
48
I2-1
Ikut dalam setiap pertemuan, gotong royong dalam
setiap rehabilitasi sekolah-sekolah dan lain
sebagainya
49
I2-3
Melaksanakan program wajib belajar 12 tahun
dengan menyekolahkan sampai jenjang SMA50
I2-4
Sudah ada interaksi antar masyarakat dengan pihak
kami, sudah banyak yang mampu mengemukakan
pendapatnya.
51
I2-7
Pandangan masyarakat sekarang sudah lebih kritis, ya
contohnya sudah banyak yang peduli seperti
membuka taman bacaan atau membuat perpustakaan
keliling supaya anak bisa belajar dimana saja.
52
I2-9
Masyarakat sekarang sudah mengerti akan pentingnya
pendidikan jadi banyak dari mereka yang sudah
dilakukan dalam mendukung program wajib belajar
ini adalah dengan menyekolahkan anaknya sampai ke
tingkat SMA
53
I1-10
Kita udah paksa-paksa udah dibujuk-bujuk juga
anaknya untuk sekolah tapi susah, ada aja alesan nya
buat engga sekolah. sampe-sampe gurunya dating ke
rumah buat ngebujuk supaya sekolah lagi tapi gimana
kita nya mh mau nyekolahin anak bukan engga bisa
ngebiayain tapi anaknya yang susah.
54
Peneliti
(Q5)
Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi
dalam program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I1-5
Yang sudah kami lakukan untuk memotivasi
masyarakat yang ada di Kecamatan Petir tentunya
sudah banyak, kami sering melakukan pendekatan
kepada masyarakat dengan keliling ke seluruh kantor
desa dan melakukan musrenbangdes untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
menyampaikan gagasan-gagasan atau pendapat-
pendapat mereka dan banyak juga dari mereka yang
antusias dalam menyampaikan pendapat termasuk
mengenai program wajib belajar ini. Selain
memberikan dorongan kepada masyarakat kami juga
memberikan dana kepada sekolah-sekolah untuk
perbaikan sekolah dan memberikan dana kepada
55
Upaya pemerintah
dalam
mensukseskan
program wajib
belajar 12 tahun
ini sudah cukup
baik, banyak
perangkat desa
yang ikut
berupaya dalam
memotivasikan
masuyarakat
untuk
siswa yang berprestasi berpartisipasi
dalam program
wajib belajar 12
tahun ini.
I2-6
Untuk memotivasi orang-orang/masyarakat disini,
kami membuat suatu program yaitu program
pernikahan dini, kebetulan yang menggerakan
kelompok ini juga anak bapa sendiri. mereka bertugas
untuk mensosialisasikan kepada masyarakat
mengenai pernihakan dini, membuka pikiran mereka
terhadap dampak dari pernikahan dini tersebut dan
lain sebagainya serta menggerakkan mereka untuk
mengikuti program wajib belajar selama 12 tahun”.
56
I2-15
Kami selalu menyapa langsung warga yang ada
didesa ini agar mereka pun merasakan kedekatan kita
terhadap masyarakat, dengan rutin melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkain program wajib
belajar ini, masyarakat disini Alhamdulillah banyak
yang mengikuti program tersebut dan untuk saat ini
data siswa yang putus sekolah pun mulai berkurang
57
I2-11
Dalam program wajib belajar 12 tahun itu kadang kita
melakukan musyawarah desa, masyarakat ikut serta
dan mengikutsertakan pihak kecamatan serta
lembaga-lembaga desa lainnya, dalam musyawarah
tersebut masyarakat saling memberikan masukan, ya
kaya masukan perbaikan jalan menuju sekolah sama
minta dana sarana untuk kegiatan siswanya
58
I2-1
Untuk motivasi ke masyarakat nya berupa
pemberdayaan masyarakat, dengan mengundang
masyarakat untuk ikut dalam musyawarah/sosialisasi
supaya memberikan aspirasi mereka, selain itu
mereka juga bekerja bakti dan gotong royong apabila
ada rehabilitasi sekolah
59
I1-1
Kami selaku pihak Dinas Pendidikan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkait bidang
pendidikan, banyak yang telah dilakukan untuk
mengenalkan program wajib belajar kepada
masyarakat seperti adanya dana bantuan BOS ,
melakukan pemeriksaan ke sekolah-sekolah. namun
karena tenaga dan waktu yang terbatas, jadi kita tidak
bisa melakukan sosialisasi secara rutin tapi kita tetep
berusaha untuk terus melakukan sosialisasi kepada
masyarakat di Kecamatan Petir. kita selalu melakukan
sosialisasi dengan bantuan beberapa pihak seperti
Kecamatan, Desa dan tokoh masyarakat, pernah ada
sosialisasi di beberapa desa, banyak yang hadir tapi
setelah sosialisasi masyarakat tetap pada kondisi
awal, masih terdapat masyarakat yang kurang peduli
terhadap pendidikan anak-anak mereka
60
I1-2
Upaya dari kita sih sudah berusaha sebisanya, salah
satunya meminta bantuan kepada pihak pemerintah
dan desa untuk kerjasamanya agar disampaikan
kaitannya seperti apa, manfaatnya seperti apa. Kita
juga kurang ngerti ya pandangan masyarakat terhadap
program wajib belajar ini seperti apa, kalo dilihat
secara kesat mata nya aja ya kegiatan wajib belajar ini
kan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas
SDM masyarakat dan keuntungannya buat
wilayahnya sendiri, tapi kenapa banyak yang dari
mereka tidak mempedulikan pendidikan tersebut
61
I2-4 Paling sosialisasi aja 62
I2-8
Upaya dari kita sebagai pihak pemerintah desa yah
selalu mengingatkan atau memotivasi member nasihat63
bahwa pendidikan penting, seperti begini “ kalo kita
tidak punya ijazah mau ngelamar kerja di pabrik atau
dimanapun terus gimana? Kalo kita pas melamarnya
pakai ijazah potokopi dari tetangga atau sodara itu
tandanya kita mau bekerja tapi pakai cara ngebohong
kan hukum di agama itu tidak boleh atau dosa, takut
malah uang yang dari bekerja itu tidak halal karena
ngelamarnya pakai cara ngebohong” atau kita
memotivasi dengan cara mengingatkan bahwa “nanti
kedepannya kalo mau nikah tidak punya ijazah itu
tidak bisa, karena persyaratan nikah itu salah satunya
harus ada ijazah”. Nah dari situ kan masyarakat jadi
terdorong untuk bersekolah dan para orang tua jadi
mendukung atau memaksa anaknya untuk bersekolah.
I2-3
Paling dengan adanya bantuan dari pemerintah paling
hanya dana BOS dan BSM itu juga terbatas
jumlahnya. Kalo dari pihak desa hanya
menyampaikan ke masyarakat
64
I2-5
Kalau campur tangan dari desa sih saat ini belum ada
ya, karena pihak desa hanya menyalurkan dari
pemerintah daerah saja, kemarin juga ada dana BOS
dan BSM memang tidak semuanya dapat kami pilah
yang memang sekira nya membutuhkan saja.
65
I2-7
Kalau dari pemerintah daerah disini untuk anak
sokolah kan program wajib belajar biasanya
berbentuk dan BOS dan BSM, untuk guru-guru pun
kemarin ada juga kita ada pelatihan peningkatan mutu
dah disitu guru-guru dilatih dan dikasih tau
bagaimana cara mendidik murid agar lebih fokus
dalam belajar. Dan kalau disekolahan juga ada
66
perpustakaan dan itu bantuan langsung dari Dinas
Pendidikan.
I2-2
Upaya pemerintah daerah biasanya berupa sarana
sekolah dan dana pemeliharaan sekolah. Cuma kalau
untuk membangun bangunan belum ada. Karena kita
belum mendapatkan dana hibahnya.
67
I2-9
Kalau dari pemerintah hanya dana BOS aja yang kita
tau, kalo dari pihak desa kita mengupayakan dan
menyediakan lahan untuk penyediaan sekolah, terus
kita juga sudah berusaha menunjang apa yang
dibutuhkan sekolah.
68
Peneliti
(Q6)
Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I2-1
Faktor lingkungan, kan sekarang banyak industri, jadi
warga melihat ini sebagai ladang untuk mencari
rejeki, terus juga kalau mau masuk sebagai pegawai
kan harus sekolah.
69
Faktor pendukung
partisipasi
masyarakat dalam
mendukung
program wajib
belajar 12 tahun
di Kecamatan
Petir yaitu adanya
semangat dan
keinginan dari
sebagian
masyarakat itu
sendiri untuk
berpasrtisipasi,
peran pemerintah
sebagai fasilisator
dalam program
I2-2
Kebanyakan dari masyarakat takut engga bisa dapet
kerjaan kalau engga sekolah maka dari itu masyarakat
termotivasi untuk mengikuti program wajib belajar 12
tahun
70
I1-1
Program wjib belajar 12 tahun ini sudah banyak
masyarakat yang mengetahui dan memhami
pendidikan untuk masa depan mereka, oleh karna itu
masyarakat sudah merasa kalau sekolah itu sudah
kewajiban untuk mendapatkan masa depan yang lebih
baik.
71
I1-5
Faktor yang mempengaruhi pasti banyak, ya salah
satunya karna lingkungan, misalnya iri melihat teman
sebayanya pada sekolah dan memiliki banyak teman
72
makanya dia ikut sekolah, kemudian ada juga supaya
bisa sukses karna pekerjaan sekarang yang
dibutuhkan lulusan s1 dibanding lulusan SD-SMA
tersebut,
pemerintah desa
sebagai
pendorong
masyarakat untuk
turut serta atau
berpartisipasi
dalam kegiatan
sosialisasi.
I2-6
Pasti nya karna faktor kebutuhan yah, program wajib
belajar diadakan kan karena untuk memperingan
masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu
untuk bisa bersekolah sampai ke jenjang SMA.
Pendidikan itu kan penting untuk masa depan anak-
anak mereka.
73
I2-7
Faktor nya pasti karna dorongan dari orang tua, anak
pasti ngikut orang tua nya, sekalipun orang tua nya
kurang mampu tapi bertekat untuk menyekolahkan
anaknya sampai ke universitas kan pasti apapun
dilakukan.
74
I2-5
Faktor ekonomi yang lebih dominan disini, karna
untuk mengikuti program wajib belajar ini harus
menyekolahkan anaknya sampai 12 tahun yah, jadi
masyarakat di tuntut untuk mampu memberikan
segala kebutuhan untuk sekolah.
75
I2-10
Sebatas untuk mendapatkan pekerjaan aja sih yah
kaya nya tapi tidak semua seperti itu banyak juga dari
mereka yang berkeinginan untuk lebih tinggi.
76
I2-3
Ya biar engga kaya orang tuanya yang cuma jadi
petani, kalau sekolah kan punya ijazah dan bisa
mencari pekerjaan yang lumayan.
77
I1-7 Supaya anak lebih maju, biar bisa jadi orang 78
I2-9
Ya biar jadi orang pinter sekolahnya sampai ke SMA
biar dapet kerja nya juga enak79
I2-8
Motivasi itu melihat orang yang sudah berhasil dan
memiliki pengetahuan yang luas, mendapat pekerjaan80
yang bagus, jadi pengen seperti mereka yang berhasil
gitu.
I2-4
Faktor ekonomi yang paling mempengaruhi tapi juga
bisa jadi karna ikut-ikutan temen jadi termotivasi juga
untuk terus bersekolah sampai lulus 12 tahun.
81
Peneliti
(Q7)
Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk
program wajib belajar 12 tahun ini?Kesimpulan
I1-5
Kendala kan pasti ada ya, ada yang tidak mampu
dalam hal biaya ada juga yang tidak peduli tapi
banyak juga yang peduli terhadap pendidikan. Selain
itu kemauan, ada orang tua yang mau tapi anaknya
yang tidak mau, ada anaknya yang mau tapi orang
tuanya yang tidak mau karena orang tuanya masih
berfikiran kuno”iah nanti juga perempuan mah ke
dapur ini”. Selain itu lingkungan juga sangat
berpengaruh, melihat tetangganya tidak sekolah saja “
males ah sekolah, dia juga engga sekolah masih bisa
cari uang”, iah karena kurangnya motivasi ini
membuat kurangnya pendidikan di Kecamatan Petir
ini
82
Faktor
penghambat
dalam mendukung
program wajib
belajar 12 tahun
di Kecamatan
Petir ini adalah
proses sosialisasi
yang belum
optimal oleh
pihak pemerintah
dan kesibukan
setiap masyarakat
yang berbeda-
beda, kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya
pendidikan masih
relative kurang
dan sumber daya
manusia yang
masih berfikir
I2-8
Hambatannya di biaya biasanya, bapa juga kadang
engga ngerti masyarakat berfikiran sekolah sekarang
itu selalu uang aja uang, kemarin juga ada orang tua
yang cerita kalau anaknya yang kelas 6 SD suruh
ngambil surat kelulusannya itu harus bayar
Rp.100.000 , saya juga baru denger kalau mengambil
surat kelulusan harus bayar, untuk buku-buku Lks
nya juga harus bayar dan itu engga boleh stengah-
setengah bayarnya harus langsung. Padahal setau
bapa buku itu seharusnya gratis
83
I1-1
Hambatan nya masyarakat tidak sekolah biasanya
karena kemauannya dan kesadarannya yang masih
kurang tentang pendidikan.
84
tradisional/kolot
I2-3
Hambatan nya mungkin karna kurangnya
pengetahuan masyarakat saja sih, jadi kita beri
penyuluhan juga ada aja masyarakat yang bingung
begitu tapi engga bisa mengungkapkan pendapatnya
85
I2-5
kendalanya memang karena belum ada tempat atau
wadah untuk masyarakat menuangkan aspirasinya
ataupun saran dan usul dalam memperbaiki program
wajib belajar 12 tahun ini, namun untuk saat ini, kami
melihat perkembangan dalam program wajib belajar
ini di masyarakat hanya dari antusias masyarakat
ketika kami melakukan sosialisasi, tapi kalau untuk
wadah yang benar-benar nyata kita belum ada, tapi
biasanya ada juga masyarakat kalau memiliki keluhan
langsung menghadap ke pihak kami
86
I2-9
Setau saya kendala memang tidak ada tempat untuk
masyarakat mengemukakan saran dan usulnya,
masyarakat juga masih dikatakan tidak terlalu peduli
dengan hal tersebut, karena masyarakat di Kecamatan
Petir masih memperioritaskan pekerjaannya untuk
mencari nafkah
87
I2-13
Kalau untuk memperbaiki SDM sih masih kurang ya,
makanya yang lebih maju malah pendatang gitu,
penduduk sininya mah hanya jadi buruh tani atau
kuli-kuli bangunan aja. Kalo pendatang biasanya pada
giat gitu tapi kalo orang sini mah santai aja engga
bisa makan masih ada tetangga/keluarga ini jadi bisa
pinjem. Banyak yang mikirnya begitu. Jadi orang sini
88
mah susah
I2-2
Kendala pasti ada, biasanya kurangnya motivasi itu
kan karna engga ada dorongan dari pihak
pemerintahnya. Susah yah masyarakatnya masih
banyak yang menganggap kalau pendidikan itu di
nomor sekiankan
89
I2-4
Hambatan nya mungkin karna persepsi masyarakat
aja yang masih cuek sama pendidikan, dari segi orang
tua nya yang sibuk ngurusin kerjaannya, ya dari anak
nya sendiri yang kurang minat belajar kan bisa juga
90
I2-6
Karna disini masih ada masyarakat yang kurang
mampu, jadi seberapa keras kita beri penyuluhan atau
informasi apapun kalau kondisi masyarakat seperti itu
masyarakat akan susah termotivasi
91
3. Tanggung Jawab
Peneliti
(Q8)
Bagaimana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat
dalam mengikuti program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I1-1
Setiap SKPD pasti memiliki visi dan misi, dari setiap
visi dan misi itu dijabarkan dalam program kerja dan
biasanya tergantung dibidang masing-masing. Untuk
bagian program dan evaluasi, peran kami disini dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan yaitu
dengan menyelenggarakan sosialisasi untuk
melakukan pendekatan kepada masyarakat
92
I1-2
Menurut saya pihak Dinas Pendidikan sudah
menjalankan tanggung jawab nya yah dengan
menjalankan tugas atau program-program yang telah
di perintahkan oleh pemerintah pusat, tapi memang
masih belum maksimal, karena pihak Dinas
93
Pendidikan ini sebetulnya tugas berat, kalau tidak
dilaksanakan seolah-olah tidak mengikuti perintah,
dilaksanakan juga masih banyak masyarakat yang
berfikiran kekolotan, jadi berbenturan. Nah mungkin
karena itu yang membuat tanggung jawabnya belum
dijalankan secara maksimal
I2-5
Menurut bapak sih tanggung jawab nya sudah mulai
ada yah, bentuk rasa tanggung jawabnya itu disini
seperti sudah banyak yang menyekolahkan anaknya
sampai ke jenjang SMA, sudah banyak yang mengerti
pendidikan dan sudah mau ikut berpartisipasi kalo
ada program-program yang sekiranya tentang
pendidikan atau kesehatan, tapi kalo tanggung jawab
merawat sarana dan prasarana masih kurang misalnya
aja kita menyediakan perpustakaan dan buku-
bukunya juga sudah lumayan banyak tapi sekarang
buku-buku tersebut hanya tersisa beberapa saja yang
lainnya entah kemana
94
I2-3
Saya harus mempertanggung jawabkan jabatan saya
kepada masyarakat. contohnya kinerja saya, saya
harus berkomunikasi dengan masyarakat, ya minimal
hampir setiap hari memantau, bertemu dengan tokoh
masyarakat seperti RT, RW dan tokoh agama, ibu-ibu
dan sebagainya yang ada di desa ini
95
I2-4
Kami bertanggung jawab, bentuk rasa tanggung
jawab nya kami itu seperti mendorong dengan
menegor anak-anak menanyakan “hey kenapa engga
sekolah? atau “kenapa tidak melanjutkan
sekolahnya?” itu kan salah satu menunjukan bentuk
kepedulian atau perhatian, ada juga karena faktor
96
biaya biasanya minjem uangnya ke tetangga terus
kalo bilangnya buat sekolah kan biasanya terketuk
hatinya jadi dipinjemin biar dia bisa sekolah kan
engga semua orang mampu, jadi minjem biaya atau
uang nya ke tetangga atau ke saudara
I2-14
Kalau saya sih berusaha membantu dengan menegor
dan mengajak masyarakat, kayak ngasih tau kalo
engga sekolah nantinya engga bisa kerja atau paling
yang bisa saya lakuin membantu ngajarin sodara-
sodara belajar. Upaya dari kita sih sudah sering
menegur secara langsung masyarakat khususnya
orang tua yang anaknya tidak sekolah, mengajak dan
mengadakan pendekatan secara langsung. Tapi yah
gimana orang tuanya sih padahal sudah bekerja, tapi
keinginannya masih kurang jadi susah
97
I2-7
Tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas SDM
memang masih kurang karena kita sudah
menyediakan tapi masyarakat sendirinya susah,
padahal kami sudah memberikan bantuan. Tanggung
jawab dari pihak desa juga memang masih kurang,
kadang-kadang gini kita kan engga langsung ke
masyarakat semua ya kita ngadain kumpulan di
Kecamatan pokoknya musyawarah apa aja ibu-ibu
dan pihak desa susah hadir mereka pada berfikiran
“ngapain sih hadir-hadir rapat musdes engga ada
duitnya” jadi kan susah kalo mereka sudah berfikiran
seperti itu. Tapi memang tidak semua masyarakat
berfikiran seperti itu, pasti ada aja yang menganggap
itu penting
98
I2-12 Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus, 99
sudah mau sekolah itu juga kan bentuk rasa tanggung
jawab sebagai penerus bangsa, kami selaku kepala
desa sudah melakukan tugas kami semaksimal
mungkin agar masyarakat mengutamakan pendidikan
untuk masa depan mereka masing-masing. Rasa
tanggung jawab untuk diri sendiri atau kebutuhan
sendiri sudah bagus tapi kalo untuk lingkungan atau
kepentingan bersama kurang, karena untuk
musyawarah aja masih susah
I2-2
Tanggung jawab masyarakat nya sih masih kurang
yah menurut bapak, untuk anaknya sendiri dalam
bidang pendidikan khususnya aja masih kurang,
masih banyak yang lebih mementingkan urusan perut
aja, untuk urusan sekolah anak itu urusan nanti yang
penting gimana caranya bisa makan untuk sehari-hari.
100
I2-8
Untuk tanggung jawab masyarakat terhadap program
wajib belajar ini masih kurang karena contoh nya nih
yah, banyak masyarakat yang sudah melaksanakan
program wajib belajar, orang tua menyekolahkan
anaknya tapi si anak tersebut nakal dan tidak naik
kelas, tapi karena orang tua nya mampu dan merasa
malu anaknya tidak naik kelas. Jadi orang tua yang
membayar pihak sekolah agar anaknya dinaikkan
kelasnya
101
I2-13
Bentuk rasa tanggung jawab untuk program wajib
belajar paling hanya menyekolahkan anaknya sampai
ke jenjang SMA yah itu pun tidak semua yang sampai
lulus ada juga orang tua yang tidak bisa
menyekolahkan anaknya yah mungkin karna jaman
sekarang susah cari kerja jadi tidak sanggup untuk
102
menyekolahkan anaknya. Program wajib belajar itu
kan sangkut pautannya sama sekolah jadi masyarakat
yah sudah banyak yang menyekolahkan anaknya aja
I1-3
Tanggung jawab pemerintah atau pihak desa kepada
kita yang tidak mampu menyekolahkan engga ada,
paling ada juga bantuan raskin itu juga engga dikasih
kalau engga ditebusin. Dulu kan memang ada dana
bos tapi itu cuma yang berprestasi aja yang dikasih
paling 150-300rb.
103
I1-10
Kita yang engga mampu ya mengharapkan bantuan
apa aja ya terima aja kita mah yang penting ada
bantuan. Kalau desa disini boro-boro pihak desanya
bertanggung jawab, ada bantuan apa-apa juga engga
pernah nyampein ke masyarakat
104
I2-9
Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus,
sudah mau sekolah itu juga kan bentuk rasa tanggung
jawab. Kami hanya melaksanakan tugas apa yang
telah diperintahkan dan di programkan pemerintah
saja
105
I1-6
Tanggung jawab kita sebagai orang tua yah
menyekolahkan anak biar bisa jadi orang106
I1-10
Boro-boro tangung jawab, pihak desa nya aja kalau
ada bantuan atau apa lah dari pemerintah engga
pernah kasih tau jadi kadang kita tau nya dari desa
sebelah gitu.
107
Peneliti
(Q9)
Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa
tanggung jawab masyarakat dalam program wajib belajar 12
tahun?
Kesimpulan
I1-5
Dengan lebih memperhatikan masyarakat yang ada di
wilayah Kecamatan Petir ini supaya masyarakat108
Dengan
melakukan
merasa diperhatikan oleh kami. pendekatan secara
intens, sosialisasi,
atau penyuluhan
dan lebih
memperhatikan
masyarakat,
pemerintah
berharapa dengan
cara tersebut
dapat membentuk
rasa tanggung
jawab masyarakat
dalam program
wajib belajar 12
tahun ini.
I2-6
Upaya dari pemerintah harus lebih peduli kepada
masyarakat. dan masyarakat seharusnya bisa mengerti
dan sadar ya, kan pemerintah sudah memberikan
bantuannya seperti dana BOS dan sebagainya
seharusnya itu sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak
menyekolahkan anaknya.
109
I2-5
Dengan melakukan penyuluhan melalui musyawarah
desa jadi pihak desa menyampaikan program wajib
belajar ini agar masyarakat sadar untuk memperbaiki
SDM nya
110
I2-2
Karena itu kita berusaha melakukan musyawarah
dengan masyarakat agar asirasi meraka kita dengar111
I2-11
Upaya kita melakukan pendekatan dan pengarahan
kepada masyarakat.112
I2-3
Dengan menekankan ke masyarakat untuk selalu turut
serta setiap ada pertemuan khusunya program
pendidikan.
113
I2-1 Dengan melakukan pendekatan atau sosialisasi saja. 114
I2-4
Upaya kita membentuk rasa tanggung jawab
masyarakat dengan cara pendekatan, seperti ketika
banyak ibu-ibu kumpul atau bapak-bapak kumpul kita
ngobrol-ngobrol dan saya mencoba memberitahu
secara pelan-pelan dan mendekati
115
I2-7
Dengan sosialisasi dengan pendekatan kepada
masyarakat dengan intens116
Peneliti
(Q10)
Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab
masyarakat terhadap program wajib belajar 12 tahun?Kesimpulan
I1-5
Banyak masyarakat yang masih berfikiran tradisional
jadi susah untuk di ubah pola pikirnya117
Hambatan dalam
membentuk rasa
I2-2
Masyarakatnya susah masih banyak yang
menganggap kalau pendidikan itu di nomor sekiankan118
tanggung jawab
masyarakat masih
kurang karena
kualitas
pendidikan
masyarakat yang
mempengaruhi
kurangnya
pengetahuan
masyarakat dan
masih berfikiran
“kolot”
I2-1 Untuk saat ini sudah berjalan dengan baik di desa ini 119
I2-5
Untuk tanggung jawab itu ka nada didalam diri
masing-masing jadi itu kalau masyarakat itu belum
tergerak hatinya untuk melaksanakan program ini yah
akhirnya juga akan tidak sesuai harapan pemerintah
daerah/pusat
120
I2-4
Karna mereka belum mengerti, belum paham betul
apa pentingnya pendidikan untuk masa depan, maka
dari itu banyak dari mereka yang masih acuh
121
I2-7
Hambatannya karna kita sibuk di dalam kantor aja sih
yah karna tugas di internal pun banyak jadi kadang ke
masyarakat juga jarang hehe
122
KODING DATA
KODE
1-16
17-30
31-45
KATA KUNCI
Respon masyarakat terhadap program wajar 12 tahun
Kesadaran masyarakat dalam pendidikan
Implementasi dari program wajib belajar 12 tahun
46-54
55-68
69-81
82-91
92-107
108-116
117-122
Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam program
wajib belajar 12 tahun
Upaya pemerintah agar masyarakat berpasrtisipasi dalam
program wajib belajar 12 tahun
Faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program wajib belajar 12 tahun
Hambatan dalam memotivasi masyarakat
Tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam
program wajib belajar 12 tahun
Upaya dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakat
dalam program wajib belajar 12 tahun
Hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab
masyarakat
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Muhtar. S.SosUsia : 48 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial :Kasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Serang pada Sub Bagian Program dan Evaluasi
a. Apakah masyarakat di kecamatan petir mengikuti program wajib belajar 12tahun?
Menurut data APK (Akumulatif Partisipasi Kasar) partisipasi pendidikanWajar Dikdas di Kecamatan petir sudah mencapai 94,21% itu berarti sudahtinggi. apk itu dihitung secara kasar yaitu keseluruhan dari jumlah pendudukdibagi jumlah siswa-siswinya.
b. Apa bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung program wajib belajar12 tahun?
Bentuk partisipasinya yaitu upaya masyarakat pastinya denganmenyekolahkan anak dari tingkat SD sampai ke SMA tapi memang ada sajayang tidak melanjutkan sekolahnya.
c. Apa yang menjadi faktor pendukung partisipasi masyarakat dalammendukung program wajib belajar 12 tahun?
Program wjib belajar 12 tahun ini sudah banyak masyarakat yang mengetahuidan memhami pendidikan untuk masa depan mereka, oleh karna itumasyarakat sudah merasa kalau sekolah itu sudah kewajiban untukmendapatkan masa depan yang lebih baik.
d. Apa yang menjadi faktor penghambat partisipasi masyarakat dalammendukung program wajib belajar 12 tahun?
Hambatan nya masyarakat tidak sekolah biasanya karena kemauannya dankesadarannya yang masih kurang tentang pendidikan.
e. Upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah kabupaten serang dalammensukseskan program wajib belajar 12 tahun?
Setiap SKPD pasti memiliki visi dan misi, dari setiap visi dan misi itudijabarkan dalam program kerja dan biasanya tergantung dibidang masing-masing. Untuk bagian program dan evaluasi, peran kami disini dalammeningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan yaitu dengan
menyelenggarakan sosialisasi untuk melakukan pendekatan kepadamasyarakat
MEMBERCHECK
Nama : Ibu DwiUsia : 38 TahunJenis Kelamin : PerempuanStatus Sosial : Kasi Sosial Kecamatan Petir
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Menyangkut dengan adanya program lanjutan wajib belajar 9 tahun menjadi12 tahun, masyarakat di Kecamatan Petir mendukung dengan programtersebut mba.
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran masyarakat dalam pendidikan ya masih kurang, karena merekamenganggapnya pendidikan itu hanya sebatas di sekolah saja, kalau untukdirumahnya orang tua kadang-kadang tidak peduli, walaupun enggasemuanya orang tua yang kaya gitu ada saja masyarakat yang masih sadarpendidikan itu penting dan tidak hanya sebatas disekolah saja
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Ya, masyarakat ikut berpartisipasi dalam program wajib belajar 12 tahun itu,dan bahkan ada juga yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi di luarkota
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Ikut dalam setiap musyawarah, memberikan aspirasi nya dan mengikutiprogram dengan sekolah atau menyekolahkan sampai jenjang SD-SMA
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Yang sudah kami lakukan untuk memotivasi masyarakat yang ada diKecamatan Petir tentunya sudah banyak, kami sering melakukan pendekatankepada masyarakat dengan keliling ke seluruh kantor desa dan melakukanmusrenbangdes untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untukmenyampaikan gagasan-gagasan atau pendapat-pendapat mereka dan banyakjuga dari mereka yang antusias dalam menyampaikan pendapat termasukmengenai program wajib belajar ini. Selain memberikan dorongan kepadamasyarakat kami juga memberikan dana kepada sekolah-sekolah untukperbaikan sekolah dan memberikan dana kepada siswa yang berprestasi
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Faktor yang mempengaruhi pasti banyak, ya salah satunya karna lingkungan,misalnya iri melihat teman sebayanya pada sekolah dan memiliki banyakteman makanya dia ikut sekolah, kemudian ada juga supaya bisa sukses karnapekerjaan sekarang yang dibutuhkan lulusan s1 dibanding lulusan SD-SMA
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Kendala kan pasti ada ya, ada yang tidak mampu dalam hal biaya ada jugayang tidak peduli tapi banyak juga yang peduli terhadap pendidikan. Selainitu kemauan, ada orang tua yang mau tapi anaknya yang tidak mau, adaanaknya yang mau tapi orang tuanya yang tidak mau karena orang tuanyamasih berfikiran kuno”iah nanti juga perempuan mah ke dapur ini”. Selain itulingkungan juga sangat berpengaruh, melihat tetangganya tidak sekolah saja “males ah sekolah, dia juga engga sekolah masih bisa cari uang”, iah karenakurangnya motivasi ini membuat kurangnya pendidikan di Kecamatan Petirini
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Karna cukup banyak yang mengikuti jadi menurut Ibu sih itu termasukbertanggung jawab yah
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Dengan lebih memperhatikan masyarakat yang ada di wilayah KecamatanPetir ini supaya masyarakat merasa diperhatikan oleh kami.
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab pemerintah danmasyarakat terhadap program wajib belajar 12 tahun?Banyak masyarakat yang masih berfikiran tradisional jadi susah untuk diubah pola pikirnya
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Asep RupawanUsia : 46 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Kepala Desa Mekarbaru
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Untuk perangkat desa dan masyarakat di sini mendukung dengan adanyaprogram wajib belajar 12 tahun. karena itu kami pun membentuk programtersendiri di desa ini yaitu program mengenai pernikahan dini
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan, alasannya karna melihatorang yang sukses. Melihat orang yang berpendidikan tinggi melihatnya enakcontohnya kaya PNS kerjaannya enak terus ada jaminan untuk masa tuanya,kan enak engga kaya di pabrik gitu.
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Sudah bagus sudah banyak yang mengikuti karena untuk SD hampirsemuanya orang tua sudah mau menyekolahkan anaknya.
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Ikut dalam setiap musyawarah, memberikan aspirasi nya dan mengikutiprogram dengan sekolah atau menyekolahkan sampai jenjang SD-SMA
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Untuk memotivasi orang-orang/masyarakat disini, kami membuat suatuprogram yaitu program pernikahan dini, kebetulan yang menggerakankelompok ini juga anak bapa sendiri. mereka bertugas untukmensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pernihakan dini, membukapikiran mereka terhadap dampak dari pernikahan dini tersebut dan lainsebagainya serta menggerakkan mereka untuk mengikuti program wajibbelajar selama 12 tahun”.
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Pasti nya karna faktor kebutuhan yah, program wajib belajar diadakan kankarena untuk memperingan masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu
untuk bisa bersekolah sampai ke jenjang SMA. Pendidikan itu kan pentinguntuk masa depan anak-anak mereka.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Karna disini masih ada masyarakat yang kurang mampu, jadi seberapa keraskita beri penyuluhan atau informasi apapun kalau kondisi masyarakat sepertiitu masyarakat akan susah termotivasi
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus, sudah mau sekolah itu jugakan bentuk rasa tanggung jawab sebagai penerus bangsa, kami selaku kepaladesa sudah melakukan tugas kami semaksimal mungkin agar masyarakatmengutamakan pendidikan untuk masa depan mereka masing-masing.
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Upaya dari pemerintah harus lebih peduli kepada masyarakat. dan masyarakatseharusnya bisa mengerti dan sadar ya, kan pemerintah sudah memberikanbantuannya seperti dana BOS dan sebagainya seharusnya itu sudah tidak adaalasan lagi untuk tidak menyekolahkan anaknya.
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Alhamdulillah disini semuanya sudah berjalan dengan lancer
MEMBERCHECK
Nama : Bapak HarisUsia : 29 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Nagarapadang
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Respon masyarakat terkait dengan partisipasi dalam mendukung programwajib belajar 12 tahun ya respon nya baik
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran orang tua semakin kesini semakin bagus ko, banyak yang mulaisadar dengan pendidikan anak-anak mereka
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Ya, Alhamdulillah banyak masyarakat yang mengikuti program wajib belajar12 tahun, tapi banyak juga orang tua menyekolahkan anaknya ke informal/pesantren
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Pandangan masyarakat sekarang sudah lebih kritis, ya contohnya sudahbanyak yang peduli seperti membuka taman bacaan atau membuatperpustakaan keliling supaya anak bisa belajar dimana saja.
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Kalau dari pemerintah daerah disini untuk anak sokolah kan program wajibbelajar biasanya berbentuk dan BOS dan BSM, untuk guru-guru pun kemarinada juga kita ada pelatihan peningkatan mutu dah disitu guru-guru dilatih dandikasih tau bagaimana cara mendidik murid agar lebih fokus dalam belajar.Dan kalau disekolahan juga ada perpustakaan dan itu bantuan langsung dariDinas Pendidikan.
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Faktor nya pasti karna dorongan dari orang tua, anak pasti ngikut orang tuanya, sekalipun orang tua nya kurang mampu tapi bertekat untukmenyekolahkan anaknya sampai ke universitas kan pasti apapun dilakukan.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Kendala pasti ada, biasanya kurangnya motivasi itu kan karna engga adadorongan dari pihak pemerintahnya. Susah yah masyarakatnya masih banyakyang menganggap kalau pendidikan itu di nomor sekiankan
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas SDM memang masih kurangkarena kita sudah menyediakan tapi masyarakat sendirinya susah, padahalkami sudah memberikan bantuan. Tanggung jawab dari pihak desa jugamemang masih kurang, kadang-kadang gini kita kan engga langsung kemasyarakat semua ya kita ngadain kumpulan di Kecamatan pokoknyamusyawarah apa aja ibu-ibu dan pihak desa susah hadir mereka padaberfikiran “ngapain sih hadir-hadir rapat musdes engga ada duitnya” jadi kansusah kalo mereka sudah berfikiran seperti itu. Tapi memang tidak semuamasyarakat berfikiran seperti itu, pasti ada aja yang menganggap itu penting
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Dengan sosialisasi dengan pendekatan kepada masyarakat dengan intens
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Hambatannya karna kita sibuk di dalam kantor aja sih yah karna tugas diinternal pun banyak jadi kadang ke masyarakat juga jarang hehe
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Encep MuhdiUsia : 31 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Padasuka
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?
Program wajib belajar itu sebuah program pendidikan yang sangat penting,respon masyarakat terhadap wajib belajar 12 ini biasa aja, karna sebelum nyaka nada program wajar 6 thn, 9 thn jadi yang 12 tahun ini masyarakat hanyamenjalani yang sudah-sudah saja
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?
Di desa ini udah cukup sadar, paling ada masyarakat yang contohnya karenapemikiran masyarakat yang masih kuno itu, kan disini masih banyak orang-orang jaman dulu ya yang pemikirannya masih kuno atau kolot gitu yangmikir lah perempuan mah paling ujung-ujungnya di dapur atau paling nantijuga kerja di pabrik jadi ngapain sekolah. jadi pemikiran yang kuno itumasyarakat tidak berfikir modern dan tidak berfikir kedepan untuk maju
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?
Cukup bagus, karena disini juga ada program PAUD itu kan program belajarusia dini ya dan sekarang sudah banyak peminatnya, selain itu SD SMP danSMA juga sudah banyak murid-muridnya berarti sudah banyak yang ikutprogram wajib belajar 12 tahun ini.
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?
Upaya masyarakat hanya ikut dalam setiap musyawarah dan mengikutiprogram wajib belajar 12 tahun saja
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?
Upaya dari kita sebagai pihak pemerintah desa yah selalu mengingatkan ataumemotivasi member nasihat bahwa pendidikan penting, seperti begini “ kalokita tidak punya ijazah mau ngelamar kerja di pabrik atau dimanapun terus
gimana? Kalo kita pas melamarnya pakai ijazah potokopi dari tetangga atausodara itu tandanya kita mau bekerja tapi pakai cara ngebohong kan hukum diagama itu tidak boleh atau dosa, takut malah uang yang dari bekerja itu tidakhalal karena ngelamarnya pakai cara ngebohong” atau kita memotivasidengan cara mengingatkan bahwa “nanti kedepannya kalo mau nikah tidakpunya ijazah itu tidak bisa, karena persyaratan nikah itu salah satunya harusada ijazah”. Nah dari situ kan masyarakat jadi terdorong untuk bersekolahdan para orang tua jadi mendukung atau memaksa anaknya untuk bersekolah.
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?
Motivasi itu melihat orang yang sudah berhasil dan memiliki pengetahuanyang luas, mendapat pekerjaan yang bagus, jadi pengen seperti mereka yangberhasil gitu.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?
Hambatannya di biaya biasanya, bapa juga kadang engga ngerti masyarakatberfikiran sekolah sekarang itu selalu uang aja uang, kemarin juga ada orangtua yang cerita kalau anaknya yang kelas 6 SD suruh ngambil suratkelulusannya itu harus bayar Rp.100.000 , saya juga baru denger kalaumengambil surat kelulusan harus bayar, untuk buku-buku Lks nya juga harusbayar dan itu engga boleh stengah-setengah bayarnya harus langsung.Padahal setau bapa buku itu seharusnya gratis
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?
Untuk tanggung jawab masyarakat terhadap program wajib belajar ini masihkurang karena contoh nya nih yah, banyak masyarakat yang sudahmelaksanakan program wajib belajar, orang tua menyekolahkan anaknya tapisi anak tersebut nakal dan tidak naik kelas, tapi karena orang tua nya mampudan merasa malu anaknya tidak naik kelas. Jadi orang tua yang membayarpihak sekolah agar anaknya dinaikkan kelasnya
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?
Dengan melakukan penyuluhan melalui musyawarah desa memberikankesempatan kepada masyarakat untuk memberikan keluh kesahnya agar
masyarakat merasa diperhatikan oleh pemerintah desa ataupun pemerintahdaerah.
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun? Sudah berjalan dengan lancardisini
MEMBERCHECK
Nama : Bapak HambaliUsia : 49 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Kepala Desa Petir
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?
Respon masyarakat terkait dengan partisipasi dalam mendukung programwajib belajar 12 tahun ya respon nya baik, mendukung rencana pemerintahuntuk menjadikan wilayah Kabupaten Serang ini menjadi lebih baik
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran masyarakat disini sudah bagus
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Sudah bagus sudah banyak yang mengikuti karena untuk SD hampirsemuanya orang tua sudah mau menyekolahkan anaknya
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Masyarakat sekarang sudah mengerti akan pentingnya pendidikan jadi banyakdari mereka yang sudah dilakukan dalam mendukung program wajib belajarini adalah dengan mnyekolahkan anaknya sampai ke tingkat SMA
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Kalau dari pemerintah hanya dana BOS aja yang kita tau, kalo dari pihak desakita mengupayakan dan menyediakan lahan untuk penyediaan sekolah, teruskita juga sudah berusaha menunjang apa yang dibutuhkan sekolah.
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Ya biar jadi orang pinter sekolahnya sampai ke SMA biar dapet kerja nyajuga enak
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Setau saya kendala memang tidak ada tempat untuk masyarakatmengemukakan saran dan usulnya, masyarakat juga masih dikatakan tidak
terlalu peduli dengan hal tersebut, karena masyarakat di Kecamatan Petirmasih memperioritaskan pekerjaannya untuk mencari nafkah
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus, sudah mau sekolah itu jugakan bentuk rasa tanggung jawab. Kami hanya melaksanakan tugas apa yangtelah diperintahkan dan di programkan pemerintah saja.
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Dengan melakukan penyuluhan melalui musyawarah desa memberikankesempatan kepada masyarakat untuk memberikan aspirasinya
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Masih ada beberapa masyarakat yang cuek dan lebih mementingkan kondisiekonominya
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Zaenal abidinUsia : 39 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Sanding
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Sebetulnya masyarakat harus selalu siap dengan apa yang telah ditetapkanoleh pemerintah dan Alhamdulillah dengan melakukan pendekatan kepadamasyarakat, masyarakat mengerti dan memahami dan mereka siap sertamendukung dengan program wajib belajar 12 tahun tersebut.
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadarannya sudah cukup bagus, karena sekarang masyarakat minimalsekolah SD dan rata-rata SMP dan SMA, ya walaupun kesadarannya hanyasebatas untuk bekerja saja.
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Di desa sanding masyarakatnya semua mengikuti program wajib belajar 12tahun karna dibanding dulu masyarakat sekarang sudah banyak yang mengertipentingnya pendidikan
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Dengan menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat SMA
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Kami sering melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan keliling keseluruh kantor desa dan melakukan musrenbangdes untuk memberikankesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan gagasan-gagasan ataupendapat-pendapat
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Faktor lingkungan dan dukungan dari orang yang terdekat.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Hambatanya karna jika orang tua bersikap acuh kepada anaknya makaanaknya pun akan bersikap masa bodo dengan pendidikan
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Tanggung jawab masyarakat sudah cukup bagus, sudah mau sekolah itu jugakan bentuk rasa tanggung jawab
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Upaya dari kita sih sudah sering menegur secara langsung masyarakatkhususnya orang tua yang anaknya tidak sekolah, mengajak dan mengadakanpendekatan secara langsung
MEMBERCHECK
Nama : Bapak TaufikUsia : 36 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Seuat
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?
Ya kita pasti setuju dengan program wajib belajar itu, program itu bagus buatmasyarakat untuk kedepannya tapi kita juga siap engga siap dengan programtersebut karna ini kan untuk kepentingan bersama
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?
Masih kurang sih kalau disini, bisa dilihat sendiri buktinya masyarakat sinikita sudah berupaya membantu tapi dorongan masyarakatnya masih sangatkurang, ditambah ada aja penyimpangan-penyimpangan disekolah seperti bisanaik kelas dengan membayar dan tidak sedikit masyarakat yang memalsukanijazah atau meminjam ijazah sodara atau tetangga ketika mau masuk kerja, itubukti orang tua kurang sadar akan pentingnya pendidikan
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?
Ada beberapa masyarakat yang belum mengikuti program wajib belajar 12tahun ini karna ekonomi mereka yang kurang tapi banyak juga darimasyarakat disini yang telah mengikuti program wajib belajar 12 tahun
d. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?
Dalam program wajib belajar 12 tahun itu kadang kita melakukanmusyawarah desa, masyarakat ikut serta dan mengikutsertakan pihakkecamatan serta lembaga-lembaga desa lainnya, dalam musyawarah tersebutmasyarakat saling memberikan masukan, ya kaya masukan perbaikan jalanmenuju sekolah sama minta dana sarana untuk kegiatan siswanya
e. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?
Faktor kebutuhan akan menjadi seseorang yang lebih baik lagi untuk masadepan individu itu sendiri
MEMBERCHECK
Nama : Bapak IdrusUsia : 47 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Kasi Kemasyarakatan Desa Kadugenep
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Masyarakat di sini siap mba, sangat mendukung dengan adanya programwajib belajar 12 tahun ini.
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran masyarakat sekarang tentang program wajib belajar 12 tahun inisudah bagus ya, anaknya ingin sekolah terus orang tuanya juga pastinyasangat mendukung tapi memeng ada aja yang orang tuanya ingin tapianaknya yang nakal dan tidak mau melanjutkan sekolahnya sampai ke SMA,karena sekarangkan yang dikejar msayarakat khusunya laki-laki itu dapetpekerjaan.
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Warga disini sudah banyak yang anaknya sekolah sampai SMA mbawalaupun jaraknya lumayan jauh dari rumah-rumah mereka tapi mereka tetapmengutamakan pendidikan
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Melaksanakan program wajib belajar 12 tahun dengan menyekolahkansampai jenjang SMA
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Paling dengan adanya bantuan dari pemerintah paling hanya dana BOS danBSM itu juga terbatas jumlahnya. Kalo dari pihak desa hanya menyampaikanke masyarakat
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Ya biar engga kaya orang tuanya yang cuma jadi petani, kalau sekolah kanpunya ijazah dan bisa mencari pekerjaan yang lumayan.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?
Hambatan nya mungkin karna kurangnya pengetahuan masyarakat saja sih,jadi kita beri penyuluhan juga ada aja masyarakat yang bingung begitu tapiengga bisa mengungkapkan pendapatnya
h. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam mengikutiprogram wajib belajar 12 tahun?Saya harus mempertanggung jawabkan jabatan saya kepada masyarakat.contohnya kinerja saya, saya harus berkomunikasi dengan masyarakat, yaminimal hampir setiap hari memantau, bertemu dengan tokoh masyarakatseperti RT, RW dan tokoh agama, ibu-ibu dan sebagainya yang ada di desaini
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Dengan menekankan ke masyarakat untuk selalu turut serta setiap adapertemuan khusunya program pendidikan.
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Masyarakatnya aja yang susah, mungkin karna pemikirannya yang kolot
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Adam MalikUsia : 38 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Kubang Jaya
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Untuk program wajib belajr 12 tahun Alhamdulillah masyarakat di sinibanyak yang mendukung mba
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Sudah banyak masyarakat yang sekolahnya sampai jenjang SMA,kebanyakan dari mereka berfikirnya kalo cuma ngandelin ijazah SD/SMPmau jadi apa? Tapi kalau sampai SMA ada aja kerjaan yang dianggapnyalumayan bisa dibanggakan.
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Ada beberapa masyarakat yang belum mengikuti program wajib belajar 12tahun ini karna ekonomi mereka yang kurang tapi banyak juga darimasyarakat disini yang telah mengikuti program wajib belajar 12 tahun,banyak masyarakat yang telah mengerti akan pentingnya pendidikan bagikehidupan anak-anak mereka
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Masyarakat melaksanakan program wajib belajar 12 tahun.
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Kalau campur tangan dari desa sih saat ini belum ada ya, karena pihak desahanya menyalurkan dari pemerintah daerah saja, kemarin juga ada dana BOSdan BSM memang tidak semuanya dapat kami pilah yang memang sekira nyamembutuhkan saja.
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Faktor ekonomi yang lebih dominan disini, karna untuk mengikuti programwajib belajar ini harus menyekolahkan anaknya sampai 12 tahun yah, jadimasyarakat di tuntut untuk mampu memberikan segala kebutuhan untuksekolah.
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Kendalanya memang karena belum ada tempat atau wadah untuk masyarakatmenuangkan aspirasinya ataupun saran dan usul dalam memperbaiki programwajib belajar 12 tahun ini, namun untuk saat ini, kami melihat perkembangandalam program wajib belajar ini di masyarakat hanya dari antusiasmasyarakat ketika kami melakukan sosialisasi, tapi kalau untuk wadah yangbenar-benar nyata kita belum ada, tapi biasanya ada juga masyarakat kalaumemiliki keluhan langsung menghadap ke pihak kami
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Menurut bapak sih tanggung jawab nya sudah mulai ada yah, bentuk rasatanggung jawabnya itu disini seperti sudah banyak yang menyekolahkananaknya sampai ke jenjang SMA, sudah banyak yang mengerti pendidikandan sudah mau ikut berpartisipasi kalo ada program-program yang sekiranyatentang pendidikan atau kesehatan, tapi kalo tanggung jawab merawat saranadan prasarana masih kurang misalnya aja kita menyediakan perpustakaan danbuku-bukunya juga sudah lumayan banyak tapi sekarang buku-buku tersebuthanya tersisa beberapa saja yang lainnya entah kemana
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Dengan melakukan penyuluhan melalui musyawarah desa jadi pihak desamenyampaikan program wajib belajar ini agar masyarakat sadar untukmemperbaiki SDM nya
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Untuk tanggung jawab itu ka nada didalam diri masing-masing jadi itu kalaumasyarakat itu belum tergerak hatinya untuk melaksanakan program ini yahakhirnya juga akan tidak sesuai harapan pemerintah daerah/pusat
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Ega Sebe SuryanaUsia : 32 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Bendahara Desa Sindangsari
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung program wajib belajar ini
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran masyarakatnya masih kurang, banyak masyarakat yang tidakmempedulikan anaknya
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Banyak yang mengikuti dan ada bebarapa yang belum
d. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Kalau untuk memperbaiki SDM sih masih kurang ya, makanya yang lebihmaju malah pendatang gitu, penduduk sininya mah hanya jadi buruh tani ataukuli-kuli bangunan aja. Kalo pendatang biasanya pada giat gitu tapi kaloorang sini mah santai aja engga bisa makan masih ada tetangga/keluarga inijadi bisa pinjem. Banyak yang mikirnya begitu. Jadi orang sini mah susah
e. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam mengikutiprogram wajib belajar 12 tahun?Bentuk rasa tanggung jawab untuk program wajib belajar paling hanyamenyekolahkan anaknya sampai ke jenjang SMA yah itu pun tidak semuayang sampai lulus ada juga orang tua yang tidak bisa menyekolahkan anaknyayah mungkin karna jaman sekarang susah cari kerja jadi tidak sanggup untukmenyekolahkan anaknya. Program wajib belajar itu kan sangkut pautannyasama sekolah jadi masyarakat yah sudah banyak yang menyekolahkananaknya aja
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Muhammad Hafid SE,syUsia : 30 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Kaur Umum Desa Tambiluk
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Ya kita pasti setuju dengan program wajib belajar itu, program itu bagus buatmasyarakat untuk kedepannya tapi kita juga siap engga siap dengan programtersebut karna ini kan untuk kepentingan bersama
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Masih kurang sih kalau disini, bisa dilihat sendiri buktinya masyarakat sinikita sudah berupaya membantu tapi dorongan masyarakatnya masih sangatkurang
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Banyak yang mengikuti dan ada bebarapa yang belum
d. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Kalau saya sih berusaha membantu dengan menegor dan mengajakmasyarakat, kayak ngasih tau kalo engga sekolah nantinya engga bisa kerjaatau paling yang bisa saya lakuin membantu ngajarin sodara-sodara belajar.Upaya dari kita sih sudah sering menegur secara langsung masyarakatkhususnya orang tua yang anaknya tidak sekolah, mengajak dan mengadakanpendekatan secara langsung. Tapi yah gimana orang tuanya sih padahal sudahbekerja, tapi keinginannya masih kurang jadi susah
MEMBERCHECK
Nama : Bapak Muhammad UtonUsia : 38 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiStatus Sosial : Sekertaris Desa Bojong nangka
a. Bagaimana respon masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukungprogram wajib belajar 12 tahun di kecamatan petir?Masyarakat respon nya baik mereka siap namun ya mungkin ada sajabeberapa masyarakat yang masih belum siap dengan program ini
b. Bagaimana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan khususnya programwajib belajar 12 tahun?Kesadaran masyarakat disini sudah bagus, buktinya tanpa diajak atau di beripenyuluhan masyarakat sudah banyak yang mau menyekolahkan anaknya.Berarti kan mereka kesadarannya sudah baik.
c. Apakah masyarakat mau mengikuti program wajib belajar 12 tahun tersebut?Sekarang mah sudah mendingan lumayan lah. Rata-rata sudah pada sekolahyang sekolah SMP paling, buat yang SMA juga sudah lumayan. Itu berartikan menunjukan masyarakatnya sudah mengikuti dan mulai mengerti
d. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat untuk berpartisipasi dalamprogram wajib belajar 12 tahun?Sudah ada interaksi antar masyarakat dengan pihak kami, sudah banyak yangmampu mengemukakan pendapatnya.
e. Apa saja upaya pemerintah agar masyarakat berpartisipasi dalam programwajib belajar 12 tahun?Paling sosialisasi aja
f. Faktor- faktor apa saja yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasidalam program wajib belajara 12 tahun?Faktor ekonomi yang paling mempengaruhi tapi juga bisa jadi karna ikut-ikutan temen jadi termotivasi juga untuk terus bersekolah sampai lulus 12tahun
g. Apa saja hambatan dalam memotivasi masyarakat untuk program wajibbelajar 12 tahun ini?Hambatan nya mungkin karna persepsi masyarakat aja yang masih cuek samapendidikan, dari segi orang tua nya yang sibuk ngurusin kerjaannya, ya darianak nya sendiri yang kurang minat belajar kan bisa juga.
h. Bagaimana tanggung jawab masyarakat dalam mengikuti program wajibbelajar 12 tahun?Kami bertanggung jawab, bentuk rasa tanggung jawab nya kami itu sepertimendorong dengan menegor anak-anak menanyakan “hey kenapa enggasekolah? atau “kenapa tidak melanjutkan sekolahnya?” itu kan salah satumenunjukan bentuk kepedulian atau perhatian, ada juga karena faktor biayabiasanya minjem uangnya ke tetangga terus kalo bilangnya buat sekolah kanbiasanya terketuk hatinya jadi dipinjemin biar dia bisa sekolah kan enggasemua orang mampu, jadi minjem biaya atau uang nya ke tetangga atau kesaudara
i. Bagaimana cara atau upaya untuk membentuk rasa tanggung jawabmasyarakat dalam program wajib belajar 12 tahun?Upaya kita membentuk rasa tanggung jawab masyarakat dengan carapendekatan, seperti ketika banyak ibu-ibu kumpul atau bapak-bapak kumpulkita ngobrol-ngobrol dan saya mencoba memberitahu secara pelan-pelan danmendekati
j. Apa saja hambatan dalam membentuk rasa tanggung jawab masyarakatterhadap program wajib belajar 12 tahun?Karna mereka belum mengerti, belum paham betul apa pentingnyapendidikan untuk masa depan, maka dari itu banyak dari mereka yang masihacuh
Curriculum Vitae
DATA PRIBADINama : Fatwa Nurjanah
Tempat, tanggal lahir : Serang, 13 November 1994
Alamat : Link. Pabuaran baru RT 004 RW
004 Kelurahan Unyur Kota Serang-
Banten
No.telp : 089696123208
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi/berat badan : 160 cm / 49 kg
Status : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKANFormal(2000 – 2006) : SDN Cimuncang Cilik Kota Serang(2006 – 2009) : MTs Persis Serang(2009 – 2012) : MAN 1 Kota Serang(2012 – 2018) : Ilmu Administrasi Negara FISIP, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)PENGALAMAN ORGANISASI
2007 : Anggota OSIS MTs Persis Serang2009 : Anggota PMR MAN 1 Kota Serang2009 : Anggota RISMA (Remaja Islam Masjid) MAN 1
Kota Serang2012 : Fosmai FISIP UNTIRTA
Wawancara dengan Bpk.Muhtar (pegawai Dispendik Kab Serang Sub Bag
Program dan evaluasi)
Para buruh tani yang sedang memanen hasil panennya
Kondisi jalan menuju sekolah di Desa Tambiluk ke Desa Cirangkong
Kondisi Sekolah di Kecamatan Petir
Wawancara dengan bapak Taufik Wawancara dengan Bapak Haris(Sekdes Seuat) (Sekdes Negarapadang)
Wawancara dengan Bapak Asep Wawancara dengan Bapak Hambali(Kades Mekarbaru) (Kades Petir)
Wawancara dengan Bapak Uton Wawancara dengan Bapak adam(sekdes Bojong nangka) malik (Sekdes Kubang jaya)
Wawancara dengan Bapak Idrus Wawancara dengan Bapak Encep(Kasi Kemasyarakatan) (Sekdes Padasuka)