PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN...

78
PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN Studi atas Penolakan PAN terhadap Perppu Ormas dalam Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla 2014-2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Reno Meidi Fikri NIM:11141120000054 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN...

Page 1: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN

Studi atas Penolakan PAN terhadap Perppu Ormas

dalam Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla 2014-2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Reno Meidi Fikri

NIM:11141120000054

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi
Page 3: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi
Page 4: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi
Page 5: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

iv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai fenomena yang terjadi di dalam koalisi

pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla periode 2014-2019. Partai Amanat

Nasional, yang semula menjadi lawan politik Jokowi-JK pada pemilu 2014 dengan

mencalonkan Hatta Rajasa menjadi pendamping Prabowo Subianto, tiba-tiba

berpindah ke lain hati pada tahun 2015 pasca terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai

ketua umum PAN yang baru. PAN menyatakan mendukung pemerintah Jokowi-

JK. Langkah tersebut membuat jumlah kursi koalisi pendukung pemerintah menjadi

besar, setelah sebelumnya didahului PPP dan Partai Golkar bergabung ke dalam

barisan Jokowi-JK. Namun, seiring waktu PAN memiliki perbedaan sikap dari

mitra koalisi yang lain, pada puncak penolakkan PAN terhadap terbitnya Perppu

Ormas. Tentu saja harapan bergabung ke dalam koalisi seharusnya dibarengi

dengan memiliki sikap yang sama. Maka dalam penelitian ini di bahas lebih dalam

mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa

terjadi perbedaan pandangan antara PAN dan mitra koalisi yang lain terkait masalah

Perppu Ormas.

Peneliti menggunakan teori partai politik dan koalisi partai politik dalam

menganalisa masalah penelitian ini. Serta menggunakan pendekatan metode

penelitian kualiatif. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa, penolakan PAN

terhadap Perppu Ormas tidak memiliki alasan kuat. Hilangnya fungsi yudikatif dan

dominannya eksekutif dalam pembubaran ormas menjadi alasan kuat PAN. Selain

itu, asas contrarius actus yang tidak tepat digunakan menjadi alasan lain PAN.

Serta PAN merasa tidak ada kegentingan yang memaksa untuk pemerintah

mengeluarkan perppu. Banyaknya partai politik yang tergabung ke dalam koalisi

Jokowi-JK, maka semakin sulit dalam menyamakan pandangan antar mitra koalisi.

Kesamaan ideologi atau platform partai yang menjadi nomor dua dalam

menentukan mitra koalisi menambah kesulitan dalam menyamakan pandangan

antra mitra koalisi yang dibarengi kurang optimalnya komunikasi politik yang

dilakukan Jokowi maupun PDI-P selaku poros utama koalisi.

Kata kunci: Koalisi, partai politik, PAN, pemerintahan, Jokowi, JK

Page 6: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir.

Shalawat serta salam tercurahkan selalu kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya dari awal hingga akhir zaman.

Skripsi yang penulis beri judul Partai Politik dan Koalisi Pemerintahan (Studi

atas Penolakan PAN terhadap Perppu Ormas dalam Pemerintahan Joko Widodo-

Jusuf Kalla 2014-2019 disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna dan masih

terdapat kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak terkait skripsi ini. Penyusunan skripsi ini juga

tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beserta seluruh staff dan jajarannya.

2. Prof. Dr. Ali Munhanif, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah, beserta seluruh staff dan jajarannya.

3. Dr. Iding Rasyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

vi

4. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini.

Terima kasih telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di

tengah kesibukannya.

6. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu yang

bermanfaat bagi penulis.

7. Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si, selaku anggota Fraksi PAN dan anggota Komisi

II DPR-RI yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menemui dan

diwawancarai oleh penulis.

8. Achmad Baidowi S.Sos, selaku anggota Fraksi PPP dan anggota Komisi II

DPR-RI yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menemui dan

diwawancara oleh penulis.

9. Orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Bude Nana dan keluarga yang telah memberikan membantu dan memberi

semangat kepada penulis semasa kuliah.

11. Bunda Dita dan Papi Henry, beserta Sasya, Zafran, Abiyyu, dan baby Zee, atas

semangat dan dorongan kepada penulis semasa kuliah.

12. Teman-teman Ilmu Politik B 2014, Barri, Guntur, Aufarmario, Hisyam, Mardy,

Milla, Anita, Randy, Alvin, Hammar, dan lainnya, Terimakasih atas kenangan

semasa kuliah.

Page 8: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

vii

13. Sahabat Irzal, Kikoy, Padlan, Ical Marbun, dan sahabat-sahabati PMII

KOMFISIP angkatan 2013 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan.

14. Sahabat Ruli, Rere, Tio, dan sahabat-sahabati PMII KOMFISIP angkatan 2012

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu

dan pengalaman yang diberikan.

15. Sahabat-sahabati PMII KOMFISIP yang telah memberikan pelajaran berharga

untuk penulis.

16. Terima kasih khusus diberikan kepada Fitra dan Bang Chendy yang telah

memberikan nasihat dan bimbingan penulis dalm menyelesaikan skripsi ini.

Sulit tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya dan

membalas kebaikan mereka atas bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kekurangan

didalamnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk para pembaca.

Ciputat, 12 November 2019

Reno Meidi Fikri

Page 9: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKIPSI .................................................. ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................ iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .....................................................................................v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ..............................................................1

B. Pertanyaan Masalah ..............................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................6

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................7

E. Metode Penelitian ...............................................................10

F. Sistematika Penulisan .........................................................12

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL

A. Partai Politik .......................................................................14

A.1 Definisi Partai Politik ...................................................14

A.2 Jenis-Jenis Partai Politik ..............................................17

B. Koalisi .................................................................................19

B.1 Definisi Koalisi Partai Politik ......................................19

B.2 Jenis Koalisi Partai Politik ...........................................20

BAB III PARTAI AMANAT NASIONAL DAN KOALISI PEMILU

2014

A. Perjalanan Partai Amanat Nasional (PAN) Periode

1999-2009 ...........................................................................24

B. Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pemilu 2014 .............27

Page 10: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

ix

C. PAN dan Koalisi Pemerinthan Joko Widodo-Jusuf Kalla ..32

C.1 Bergabungnya PAN ke dalam Koalisi .........................32

C.2 Sekilas Tentang Hak Angket dan RUU Pemilu ...........36

BAB IV PENOLAKAN PERPPU ORMAS OLEH PARTAI AMANAT

NASIONAL DALAM KOALISI JOKO WIDODO- JUSUF

KALLA

A. Alasan Pemerintah Menerbitkan Perppu ............................42

B. Pandangan PAN Terhadap Perppu Ormas ..........................47

C. Faktor Perbedaan Sikap PAN dengan Koalisi

Pendukung Pemerintahan Jokowi-JK .................................54

C.1 Faktor Kebijakan Internal PAN ...................................54

C.2 Faktor Bentuk Koalisi ..................................................56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................60

B. Saran .............................................................................62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................63

Page 11: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

ix

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1 Peta Koalisi Partai Politik pada Pemilu Presiden 2014 ......30

Tabel III.C.1 Tabel Reshuffle Kabinet Kerja Jilid ke-II ..........................44

Tabel III.C.2.1 Paket RUU Pemilu pada Lima Isu Krusial .........................48

Tabel III.C.2.2 Tabel Sikap Partai Politik pada Sidang Paripurna RUU

Pemilu .................................................................................50

Tabel IV.B.1 Tabel Suara Fraksi Sidang Paripurna Pengesahan Perppu

Ormas ..................................................................................59

Page 12: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Dalam sistem presidensil yang berpijak pada multipartai, sering berhadapan

dengan problema pengambilan kebijakan yang memerlukan persetujuan legislatif.

Pemerintah sulit dalam mengamankan kebijakan apabila tidak memiliki suara

mayoritas di legislatif, karenanya koalisi menjadi perlu untuk mengamankan kebijakan

yang akan diambil oleh pemerintah. Sebetulnya koalisi banyak dijumpai ketika hasil

pemilu tidak dapat memberikan hasil partai mana yang memenangkan suara mayoritas

sekaligus mengontrol suara di parlemen.1

Menjadi menarik ketika asumsi tersebut kita gunakan dalam perjalanan

pemerintahan di Indonesia saat ini. Pemerintahan Jokowi-JK sendiri diisi dari PDI

Perjuangan sebagai partai pengusung, lalu ada Partai NasDem, Partai Hanura, Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sedangkan Partai

Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar sendiri masuk ke dalam koalisi partai

pendukung pemerintah pada saat setelah Joko Widodo-JK menjabat. Tepatnya ketika

Golkar selesai melakukan Rapimnas pada Januari 2016.2 Dan PAN yang sebelumnya

menjadi lawan politik Jokowi-JK beralih mendukung pemerintah setelah pergantian

1 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik (Bandung: Nusa Media.2014)

hlm.287 2“Partai Golkar Gabung Jokowi”. 26 Januari 2016 [berita on-line]; tersedia di

www.republika.co.id diakses pada 24 Oktober 2017

Page 13: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

2

ketua umum dari Hatta Rajasa kepada Zulkifli Hasan, dan dideklarasikan setelah

Zulkifli Hasan bertemu dengan Jokowi.3

“Situasi minoritas”4 terjadi di pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, karena

pemilu legislatif 2014 tidak memberikan hasil maksimal (dominan) pada satu partai

pun di parlemen. PDI Perjuangan sebagai partai asal Jokowi harus melancarkan koalisi

dengan partai lain, untuk mengamankan suara dalam mengusung Jokow-JK dan

tentunya mengamankan suara dalam parlemen (DPR).

Menarik bagi penulis ketika Partai Amanat Nasional sendiri yang telah

dikatakan sebelumnya menjadi lawan politik Jokowi dalam pemilu 2014 dengan

mengusung Prabowo-Hatta ketika itu. Beralih mendukung pemerintah pasca kongres

ke-VI tahun 2015 Partai Amanat Nasional dengan terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai

ketua umum terpilih. Satu tahun berselang dari terpilinya Jokowi-JK sebagai presiden

dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2014-2019.

PAN akhirnya mendapatkan satu kursi di kabinet Jokowi-JK, yaitu

menempatkan Asman Abnur sebagai Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) menggantikan Yuddy Chrisnandi sebelumnya di

kursi menteri tersebut.

3 “PAN Dukung Pemerintahan Jokowi-JK”. 2 September 2015 [berita on-line]; tersedia di

www.bbc.com diakses pada 24 Oktober 2017 4 Istilah yang digunakan oleh Katz dan Crotty ketika partai pemenang pemilu tidak

mendapatkan suara mayoritas. Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, hlm. 287

Page 14: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

3

Pada perkembangan pemerintahan selanjutnya. PAN yang telah berkomitmen

dan mendeklarasikan mendukung pemerintah, tampaknya lupa dengan posisinya.

Sejatinya mitra koalisi dapat dipastikan pandangannya akan sama dengan partai-partai

koalisi lain. Berbeda dengan PAN, yang beberapa kali berbeda pendapat.

Di antara perbedaan pendapat PAN dengan partai koalisi pemerintah, pertama,

adalah ketika pembahasan mengenai RUU Pemilu. Ketika itu terdapat lima paket yang

ditawarkan dari Panitia Khusus (PanSus) DPR-RI terkait RUU Pemilu. Seperti dikutip

langsung dari tempo.co,5 paket tersebut di antaranya adalah, paket A, presidential

threshold (20-25 persen), parliamentary threshold (4 persen), sistem pemilu (terbuka),

alokasi kursi (3-10 kursi), metode konversi suara (saint lague murni). Paket B,

presidential threshold (0 persen), parliamentary threshold (4 persen), sistem pemilu

(terbuka), alokasi kursi (3-10 kursi), metode konversi suara (kuota hare).

Paket C presidential threshold (10-15 persen), parliamentary threshold (4

persen), sistem pemilu (terbuka), alokasi kursi (3-10 kursi), metode konversi suara

(kuota hare). Paket D presidential threshold (10-15 persen), parliamentary threshold

(5 persen), sistem pemilu (terbuka), alokasi kursi (3-8 kursi), metode konversi suara

(saint lague murni). Paket E, presidential threshold (20-25 persen), parliamentary

threshold (3,5 persen), sistem pemilu (terbuka), alokasi kursi (3-10 kursi), metode

konversi suara (kuota hare).

5 “Pansus RUU Pemilu Sepakati 5 Opsi Paket untuk Diputuskan Besok”. 12 Juli 2017 [berita

on-line]; tersedia di nasional.tempo.co diakses pada 28 Desember 2017.

Page 15: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

4

Pada perkembangannya, pilihan tersebut mengerucut pada pilihan paket A dan

B. PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, PKB, PPP dan Nasdem sebagai partai pemerintah

dengan tegas mendukung paket A. Sedangkan PAN, PKS, Gerindra, dan Demokrat

memilih paket B. PAN kemudian menjadi sorotan dalam pengambilan keputusan

tersebut, karena berbeda pandangan dengan pemerintah dan partai pendukung yang lain

dengan memilih paket A.

Langkah tersebut, menurut Zulkifli Hasan, ketua umum PAN, sudah

dikomunikasikan kepada Presiden Joko Widodo. Ia beralasan, perbedaan pandangan

tersebut “menyangkut mati hidup parpol…” kata Zulkifli Hasan yang dikutip dari

kompas.com.6 Walaupun berbeda pendapat, PAN, menurutnya tetap solid mendukung

pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Perbedaan pendapat yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai Perppu

Ormas. Perppu Ormas sendiri sudah disahkan dalam rapat paripurna yang digelar di

DPR pada Selasa 24 Oktober 2017. Terdapat tiga arus dalam menyikapi Perppu Ormas.

PDIP, Hanura, NasDem, dan Golkar setuju terhadap pengesahan Perppu Ormas Nomor

2 Tahun 2017. Selanjutnya ada PKB, Demokrat, dan PPP yang setuju dengan

perubahan Perppu Ormas namun dengan catatan dilakukan revisi bila jadi disahkan

menjadi undang-undang. Yang ketiga adalah partai yang menolak terhadap Perppu

6 “Menurut Zulkifli, Jokowi Memahami Alasan PAN Pilih Sikap Berbeda dengan Koalisi”. 24

Juli 2017 [berita on-line]; tersedia di www.kompas.com diakses pada 28 Desember 2017.

Page 16: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

5

Ormas yaitu Gerindra, PKS dan PAN.7 PAN menjadi partai pendukung pemerintah

satu-satunya yang menolak Perppu Ormas.

PAN yang berpandangan bahwa tidak adanya kegentingan yang memaksa

pemerintah perlu mengeluarkan sebuat perppu. Ditambah, pasca diterbitkannya

perppu, ormas yang dibubarkan hanya HTI saja. Sehingga langkah tersebut dianggap

tidak tepat. Selain itu, hilangnya fungsi peradilan di perppu yang baru ini turut menjadi

alasan PAN menolak. Tahap pembuktian di Pengadilan Negeri sampai putusan di

Mahkamah Agung yang dihapus dalam perppu ini, dianggap PAN langkah yang tidak

demokratis.

Perppu ini turut menambahkan asas contrarius actus, yang menurut pemerintah

perlu digunakan. Pemerintah yang mengeluarkan izin atau status badan hukum suatu

ormas, dianggap turut mencabut izin atau status badah hukum tersebut apabila

dikemudian hari terjadi pelanggaran. Hal inilah yang menjadi keberatan PAN dalam

perppu. Karena fungsi dan tugas ini seharusnya diberikan kepada yudikatif, seperi yang

tertera di undang-undang yang lama, UU No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

Hal diatas merupakan salah satu alasan PAN menolak hadirnya Perppu Ormas.

Seperti yang diketahui, sikap yang demikian juga terlihat dari penolakan disahkannya

Perppu Ormas ini menjadi undang-undang pada rapat paripurna yang sudah disinggung

7 “Sah! Perppu Ormas resmi jadi UU”. 24 Oktober 2017 [berita on-line]; tersedia di

www.news.detik.com diakses pada 27 Desember 2017.

Page 17: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

6

diawal. Masih ada beberapa keberatan PAN yang akan penulis jelaskan pada bab-bab

selanjutnya.

Berdasarkan pemaparan penulis, menunjukkan inkonsistensi PAN sebagai

partai yang berkoalisi dengan pemerintah dan menyatakan mendukung terhadap

kebijakan pemerintah, namun faktanya, khususnya dalam kasus Perppu Ormas PAN

menolak. Karena itu, penulis merasa tertarik untuk menelaah lebih mendalam terkait

sikap PAN yang menolak Perppu Ormas di dalam koalisi pendukung pemerintah.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, penulis merasa perlu melakukan

pembatasan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan PAN terhadap Perppu Ormas?

2. Mengapa terjadi perbedaan pandangan antara PAN dengan pemerintah

sebagai koalisi dalam masalah Perppu Ormas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pandangan PAN terhadap Perppu

Ormas. Karena beberapa kali PAN sempat berbeda dengan pemerintah dalam

memberikan suara ataupun pandangannya terhadap suatu isu, dan puncaknya pada

sikap menolak PAN terhadap Perppu Ormas. Penelitian ini juga ingin menggali latar

belakang penolakan PAN dengan pemerintah sebagai koalisi dalam masalah Perppu

Ormas.

Page 18: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

7

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan atau pembanding

untuk studi ilmu politik, khususnya dalam studi Partai Politik dan Koalisi Pemerintahan

terkait dengan sikap PAN yang bersebrangan dengan partai-partai lain dalam koalisi

pendukung pemerintah mengenai Perppu Ormas.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini selain diharapkan mampu mengasah penulis dalam menganalisa

mengenai masalah yang diteliti. Diharapkan juga bagi pembaca dapat dijadikan

referensi tambahan atau pembanding terkait masalah posisi PAN dalam koalisi

pemerintahan Jokowi-JK.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa referensi yang membantu penulis dalam penelitian ini.

Beberapa pustaka yang dijadikan penulis sebagai referensi atau pembanding dalam

penelitian studi atas penolakan PAN terhadap Perppu Ormas dalam pemerintah Joko

Widodo-Jusuf Kalla 2014-2019 di antaranya:

Page 19: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

8

Pertama, karya R. Widya Setiabudi Sumadinata.8 Jurnal yang menyoroti

tentang dinamika koalisi-koalisi partai politik di Indonesia pada Pemilu 2014 dengan

pendekatan logika Fuzzy. Temuan dari jurnal ini menampilkan ideologi partai politik

tidak dapat dijadikan “preferensi koalisi partai politik secara absolut”. Karena dalam

hal pendanaan partai politik tetap mengandalkan wakilnya di eksekutif ataupun

legislatif.

Kedua, karya Ratnia Solihah.9 Dalam jurnal ini menemukan tidak adanya

konfllik internal yang berkepanjangan setelah diselenggarakannya pemilihan ketua

umum baru Partai Amanat Nasional (PAN) dengan terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai

ketua umum baru. Namun setelah terpilihnya Zulkifli Hasan menimbulkan dinamika

politik internal baru yang menghasilkan kebijakan dan strategi partai yang berubah.

Mulai dari komunikasi politiknya, pengkaderannya, dan pemilihan kepengurusan.

Salah satunya yang menarik adalah perubahan komunikasi politik PAN, yang

menyatakan mendukung pemerintah.

Ketiga, karya M. Faishal Amuniddin dan Moh. Fajar Shodiq Ramadlan.10

Jurnal ini menginvestigasi mengenai hubungan antara pragmatisme politik dengan

perubahan partai politik yang adaptif dalam pemilu maupun dalam parlemen pasca

8 R. Widya Setiabudi Sumadinata, “Dinamika Koalisi Partai-Partai Politik di Indonesia

Menjelang dan Setelah Pemilihan Presiden Tahun 2014”. Jurnal Wacana Politik Vol. 1 No. 2 (Oktober

2016): 183 - 188 9 Ratnia Solihah, “Pengaruh Dinamika Internal Partai Terhadap Strategi Politik Partai Amanat

Nasional Pasca Kongres IV Tahun 2015”, Jurnal Wacana Politik Vol. 1 No. 2 (Oktober 2016): 116 - 123 10 M. Faishal Aminuddin dan Moh. Fajar Shodiq Ramadlan, “Match-All Party: Pragmatisme

Politik dan Munculnya Spesies Baru Partai Politik di Indonesia Pasca Pemilu 2009”, Jurnal Politik Vol.

1 No. 1 (Agustus 2015):39-74

Page 20: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

9

pemilu, yang kemudian menghadirkan jenis partai baru yaitu, Match-All Party. Jurnal

ini menganalisa lebih lanjut mengenai bagaimana sebuah partai politik mampu

mempertahankan citra partai terhadap konstituen dan pola interaksi partai politik di

pemerintahan dan parlemen. Kemunculan spesies baru partai politik ini juga untuk

upaya menciptakan tipologi partai politik di Indonesia yang sesuai.

Keempat, karya Asrinaldi A.11 Dalam jurnal ini menjelaskan mengenai akibat

yang terjadi dari model koalisi sistem parlementer yang digunakan dalam sistem

presidensial. Perdebatan mengenai program pemerintah bukan lagi mengenai aspirasi

masyarakat, namun hanya menunjukan sikap bersebrangan dengan pemerintah dalam

hal ini oposisi. Partai oposisi juga dilibatkan oleh partai pemerintah dalam

penyelenggaraan pemerintahan untuk menghindari perdebatan di level legislatif.

Koalisi yang dibentuk hanya mementingkan kepentingan politik.

Kelima, karya Erika Sita Prasasti.12 Skripsi yang meneliti fenomena koalisi

pemerintahan SBY periode 2009-2014 ini, penulis melihat Partai Golkar dan PKS yang

seharusnya satu suara dan satu pandangan dengan partai lain dalam koalisi SBY,

namun yang terjadi sebaliknya. Golkar dan PKS kerap kali berbeda pandangan dengan

11 Asrinaldi A, “Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan Kelembagaan

Sistem Presidensial di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik Vol 10 No.2 (Desember 2013):63-77 12 Erika Sita Prasasti, “Partai Politik dan Koalisi: Studi atas Perbedaan Sikap Partai Golongan

Karya (Golkar) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Koalisi Pendukung Pemerintah SBY

Periode 2009-2014”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta.

2017)

Page 21: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

10

pemerintah ketika itu. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur dan

wawancara.

Berdasarkan hasil dari literature review di atas, penulis mencoba memposisikan

penelitian ini untuk mengelaborasi lebih jauh dari beberapa jurnal di atas terkait

masalah PAN dalam koalisi Joko Widodo-Jusuf Kalla. Terkait skripsi yang ditulis oleh

Erika Sita Prasasti, penulis mencoba menganalisis berdasarkan perspektif yang serupa

tetapi dengan kasus yang berbeda.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sehingga penulis dapat

mengeksplorasi lebih jauh dari suatu peristiwa, kasus, atau keyakinan dan sikap dari

objek penelitian.13 Dalam hal penelitian ini, penulis dapat mengetahui lebih lanjut

mengenai pandangan PAN mengenai Perppu Ormas sampai latar belakang terjadinya

perbedaan pendapat antara PAN dan pemerintah dalam masalah Perppu Ormas.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan studi pustaka, dimana penulis menggunakan buku-

buku yang berkaitan dengan penelitian, disamping menggunakan jurnal ilmiah, artikel-

artikel terkait objek penelitian untuk mendapatkan data sekunder dan menggunakan

13 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta:

Kencana.2007) hlm.92

Page 22: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

11

teknik wawancara kepada narasumber yang dapat menjelaskan mengenai masalah

objek penelitian sebagai data primer. Adapun yang penulis wawancara yaitu, Abdul

Hakam Naja selaku anggota DPR-RI Fraksi PAN agar mendapatkan informasi lebih

akurat mengenai pandangan PAN mengenai Perppu Ormas. Selain itu, penulis

mewawancarai Achmad Baidowi selaku anggota DPR-RI Fraksi PPP untuk

mendapatkan pandangan dari partai pendukung pemerintah.

3. Teknik Analisis Data

Dalam menjelaskan data hasil penelitian, penulis menggunakan teknik analisis

interaktif oleh Miles dan Huberman,14 yaitu analisis data dilakukan bersamaan dengan

proses pengumpulan data penelitian. Dalam teknik ini terdapat tiga komponen: reduksi

data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian data. Pada komponen pertama,

penulis mencoba mereduksi atau menyimpan data-data yang didapat selama penelitian

yang tidak termasuk yang akan dianalisis.

Komponen selanjutnya adalah penyajian data, penulis mencoba

mengorganisasikan atau mengelompokan data yang satu dengan yang lain, sehingga

data yang diperoleh dapat dilibatkan dalam penelitian. Data-data di sini akan berbentuk

kelompok-kelompok yang saling berkaitan.

Komponen terakhir adalah penarikan dan pengujian kesimpulan. Kesimpulan

kadang sudah tergambar sejak awal, tapi kesimpulan akhir harus dirumuskan dengan

14 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKis.2008) hlm. 104-106

Page 23: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

12

menyelesaikan seluruh data yang dianalisis. Sehingga penulis harus meruncingkan

bahkan merevisi kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada untuk sampai pada

kesimpulan akhir.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan hasil penelitian ini, penulis membaginya dalam lima bab dan

dibagi lagi ke dalam beberapa sub bab, yaitu:

Pada Bab I, penulis menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian

dan dasar-dasar pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan. Koalisi besar yang

dibangun oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tentu ingin mengamankan suara

di parlemen untuk memuluskan kebijakan pemerintah, salah satunya pengesahan

Perppu tentang Ormas menjadi undang-undang yang memicu pro dan kontra di

parlemen. Penolakan bukan hanya keluar dari partai oposisi, namun PAN yang baru

bergabung ke dalam koalisi tahun 2015 menjadi satu-satunya partai pemerintah yang

menolak. Hal tersebut tentu bertolakbelakang dari tujuan berkoalisi.

Pada Bab II, penulis menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Penulis menggunakan teori partai politik dan koalisi untuk menjelaskan sejauh mana

PAN mampu menerapkan visi, misi, serta kebijakan partai di dalam parlemen maupun

di dalam koalisi pendukung pemerintah, serta penulis menjelaskan bentuk koalisi yang

ingin dibangun Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Page 24: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

13

Pada Bab III, penulis mengawali dengan membahas mengenai sejarah singkat

Partai Amanat Nasional, serta kontribusi wakil-wakil PAN dalam kabinet

pemerintahan sejak Abdurrahman Wahid sampai Susilo Bambang Yudhoyono. Bab ini

juga menjelaskan dinamika PAN pada pemilu 2014 dalam memilih mitra koalisi

pemilu serta keputusan untuk masuk ke dalam barisan pendukung pemerintah Joko

Widodo-Jusuf Kalla, hingga perbedaan pandangan dalam Hak Angket KPK dan RUU

Pemilu, sebelum penulis menjelaskan penolakan PAN terhadap Perppu Ormas pada

bab selanjutnya.

Pada Bab IV, penulis memaparkan hasil penelitian dari dinamika koalisi

pendukung pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan adanya penolakan PAN

terhadap terbitnya Perppu tentang Ormas hingga menolaknya pada proses pengesahan

di DPR. Turut juga penulis menjelaskan mengenai faktor apa yang membuat PAN

menolak adanya Perppu Ormas. Penulis turut menjelaskan mengenai keterkaitan

antara partai politik dan bentuk koalisi yang dibangun berdasarkan teori yang sudah

dipilih.

Pada Bab V, penulis memiliki kesimpulan atas pembahasan yang sudah

dilakukan mulai dari Bab I sampai Bab IV, bahwa dengan banyaknya partai politik

yang berada di dalam koalisi sangat membuka kemungkinan adanya penolakan PAN

terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Penolakan yang PAN lakukan

memiliki dasar mulai dari aspek rasionalitas sampai aspek hukum atau konstitusi.

Page 25: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

14

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL

A. Partai Politik

A.1 Definisi Partai Politik

Dalam pemerintahan yang modern, partai politik sebagai mesin politik yang

terorganisasi untuk memenangkan pemilu dan berhak untuk mengatur dalam

pemerintahan, partai politik modern lahir sekitar awal abad ke-19. Andrew Heywood

menyebut partai politik sebagai “alat terhebat” dalam demokrasi, sekalipun dalam

pemerintah yang tirani dan represif, partai politik menjadi alat yang vital sebagai

penyambung antara negara dan civil society, antara pemerintah dan interest group di

masyarakat.1

Heywood juga menyebutkan, partai politik banyak ditemukan di negara-negara

dengan berbagai sistem kepartaian, baik dalam otoritarian atau demokratis. Mereka

mencari kekuasaan bisa dalam bentuk pemilu sampai revolusi. Partai politik hadir

membawa atau menawarkan suatu ideologi, baik ideologi kiri, kanan atau tengah, atau

menolak segala bentuk ideologi yang ada. Dalam proses pembangunan partai politik

yang demikian di suatu negara, yang dibarengi dengan mengimplementasikan sistem

kepartaian adalah tanda sebagai modernisasi politik.2

1 Andrew Heywood, Politics, Ed. 3rd (New York: Palgrave Macmillan. 2007) hlm. 271 2 Ibid, hlm. 272

Page 26: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

15

Sulit untuk mendefinisikan kata partai politik itu sendiri secara tepat, namun

seiring waktu banyak ilmuwan politik yang mendefiniskan partai politik walaupun

lebih bersifat normatif. Beberapa ilmuwan politik yang biasa dipakai untuk rujukan

mengenai definisi partai politik, misalnya Edmund Burk yang dikutip langsung oleh

Richard S. Katz dan Willian Crotty, yang menilai partai politik adalah “kumpulan

orang yang bersatu untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui usaha

bersama mereka, berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yang mereka semua

sepakati”. Burk menekankan pada kepentingan yang berdasarkan kebijakan partai. 3

Masih dalam buku yang sama, Anthony Downs misalnya mendefinisikan partai

politik dalam arti luas yaitu:

“Koalisi orang-orang yang berusaha menguasai aparat pemeritahan dengan cara

yang sah. Yang kita maksud dengan koalisi adalah sekelompok individu yang

memiliki tujuan tertentu yang sama dan saling bekerja sama untuk

mencapainya. Yang kita maksud dengan aparat pemerintahan adalah perangkat

fisik, hukum, dan kelembagaan yang digunakan pemerintah untuk

melaksanakan peran khusus dalam pembagian kerja. Yang kita maksud dengan

cara sah adalah pengaruh yang melembaga atau sah”.4

Dalam pengertian Downs, ia melihat partai politik sebagai alat politik yang sah

untuk berkuasa di pemerintahan dengan cara berkoalisi dan menguasai aparat

pemerintahan.

Lain lagi dengan Sigmund Neumann yang dikutip langsung oleh Miriam

Budiardjo, mengatakan

3 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, hlm. 4 4 Ibid, hlm. 4

Page 27: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

16

“Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk

menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui

persaingan dengan suatu golongan, atau golongan-golongan lain yang

mempunyai pandangan yang berbeda”.

Neumann memandang partai politik memiliki tujuan utama yaitu kekuasaan

dengan cara berkompetisi dengan lawan politik lain yang berbeda pandangan.5

Dalam undang-undang kita sendiri juga telah disebutkan dalam UU No.2 Tahun

2008 Tentang Partai Politik, yang mendefinisikan partai politik sebagai

“Organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,

bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945”

Teori yang sudah penulis jabarkan penting digunakan sebagai dasar penelitian

dalam melihat partai sebagai mesin politik yang sah untuk mendapatkan kekuasaan,

sebagaimana Downs dan Neumann yang menitikberatkan pada penguasaan

pemerintahan. Dalam konteks penelitian ini, penulis juga dapat melihat sejauh mana

PAN mampu mengejawantahkan prinsip-prinsip di dalam partainya ke dalam bentuk

kebijakan ataupun sikapnya dalam berkuasa. Sebagaimana Burk dan Downs yang

menyebut partai politik sebagai kumpulan/kelompok individu yang memiliki tujuan

tertentu.

5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2013) hlm.

404

Page 28: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

17

A.2 Jenis-Jenis Partai Politik

Partai politik dalam teorinya memiliki beberapa jenis atau model untuk

memudahkan para penulis dalam mengklasifikasikan partai politik yang ada. Jika

melihat hubungan partai politik dengan pemilihnya, partai politik dapat

diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sosiologis atau basis pemilih dan klasifikasi

dengan melihat seberapa kuat daya tarik elektoral partai di masyarakat. Sedangkan jika

dilihat dari internal partai politik itu sendiri, partai politik dapat diklasifikasi

berdasarkan kelas keanggotaan atau kepemimpinan yang ada di dalam partai politik

dan juga klasifikasi berdasarkan ideologi yang dijadikan dasar oleh partai politik.6

Partai politik dalam mengklasifikasikannya tidak dapat dilihat dari satu karakter

saja. Karena partai politik juga memiliki karakter atau atribut lain. Penulis dalam

melihat klasifikasi partai politik kali ini, mengambil klasifikasi jenis atau model partai

politik yang di ulas oleh Richard S. Katz dan William Crotty. Karena mereka dalam

memilah partai politik, memerhatikan dan merangkum unsur-unsur yang terdapat di

dalam partai politik, seperti asal-usul partai, dimensi elektoral, ideologi, dan

organisasional.

Terdapat lima jenis atau model partai politik yang di rangkum oleh Katz dan

Crotty. Pertama, partai elit, yang lahir ketika masa demokrasi yang hak pilihnya

terbatas kepada segelintir individu dan terbentuk di dalam parlemen. Kedua, partai

massa, yang pembentukannya sudah secara eksternal dan segmen pemilih yang lebih

6 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, hlm. 414

Page 29: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

18

luas dengan integrasi kelompok sosial yang sudah ada dan menginginkan adanya

distribusi kekuasaan untuk masyarakat lebih luas. Ideologi juga sangat penting dalam

partai jenis ini. Ketiga, partai catch-all, partai modern yang lahir di eropa ini tidak

memiliki nilai ideologi yang sangat kuat. Sehingga partai ini memiliki konstituen atau

basis pemilih lintas kelas sosial-ekonomi untuk menarik pemilih yang lebih luas

dengan hubungan yang longgar dengan konstituen, memikirkan untung-rugi elit partai

dan anggota, dan partai yang padat modal.7

Keempat, partai kartel, yaitu evolusi dari partai politik catch-all yang ingin

mempertahankan posisinya di jabatan-jabatan penting. Mereka melakukan konsensus

atau kesepakatan terhadap isu-isu kebijakan penting di pemerintahan. Lahirlah

karetelisasi atau kolusi di pemerintahan, partai politik, dan kelompok kepentingan.

Tujuannya untuk mendapatkan modal dengan timbal balik berupa pemilih. Kelima,

Partai Perusahaan-Bisnis. Terdapat dua jenis dalam Partai Perusahaan ini, pertama,

partai yang secara langsung terafiliasi oleh suatu usaha bisnis yang sudah ada

sebelumnya, yang kedua adalah partai baru yang dibentuk khusus untuk usaha di

politik.8

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis melihat Partai Amanat Nasional yang

menjadi subjek penelitian ini awalnya termasuk ke dalam partai massa. Pada awalnya

PAN sangat kental dengan basis Muhammadiyah. Amien Rais yang menjadi Ketua

umum pertama sekaligus pendiri partai ini, saat itu merupakan Ketua umum Pimpinan

7 Katz dan Crotty, Handbook Partai Politik, hlm. 416-423 8 Ibid, hlm. 424-427

Page 30: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

19

Pusat Muhammadiyah. Mendirikan partai untuk sarana warga Muhammadiyah juga

turut didorong oleh internal PP Muhammadiyah itu sendiri. Namun, pada

perkambangannya PAN berubah menjadi Partai catch-all, partai modern yang ditandai

dengan mulainya membuka diri atau inklusif bagi lintas kelas sosial-ekonomi, padat

modal, dan pentingnya manajemen partai.

B. Koalisi

B.1 Definisi Koalisi Partai Politik

Dalam negara demokrasi yang menganut sistem multipartai, yaitu terdapat tiga

atau lebih partai politik yang berada di parlemen dalam bersaing untuk mendapatkan

kekuasaan yang sah, tidak asing lagi dengan kata koalisi. Suatu keadaan dimana partai

politik menggabungkan kekuatannya untuk melawan partai pengusung pemerintah

maupun sebaliknya, melawan partai-partai oposisi.

Terdapat ilmuwan politik yang memiliki definisi mengenai apa itu koalisi. salah

satunya adalah W. Phillips Shively. Menurutnya koalisi partai politik adalah:

A tactical combination of varied groups, constructed so that the groups will in

combination be large enough to command power that they can then share among

themselves. (menyebut koalisi partai politik adalah kombinasi dari berbagai kelompok

kepentingan yang dibentuk sehingga menjadi kombinasi kelompok yang besar untuk

menguasai kekuasaan yang dimanfaatkan untuk kelompoknya sendiri.)9

Dalam perspetif Shively, koalisi dibentuk semata-mata hanya untuk

mengumpulkan kekuatan dalam parlemen sehingga memperoleh kekuatan yang lebih.

Sedangkan menurut Andrew Heywood koalisi adalah:

9 Shively, Power & Choice, hlm. 1

Page 31: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

20

A coalitions is a grouping of rival political actors brought together either through the

perception of a common threat or through the recognition that their goals cannot be

achieved by working separately (koalisi adalah sekelompok rival politik yang bersatu

dan menyamakan persepsi/pandangan dan tujuan yang tidak dapat dicapai dalam

bekerja secara terpisah)10

Indonesia dengan sistem multipartai ekstrem, dengan 10 partai politik berada

di parlemen saat ini (periode 2014-2019). Mengakibatkan tidak ada satu partai politik

pun yang berhasil meraup suara parlemen dominan. Sehingga partai politik perlu

melancarkan strategi koalisi dalam mengamankan kepentingannya di parlemen

maupun di kabinet.

Koalisi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla Periode 2014-2019 memiliki

jumlah yang besar. Tentu menarik bagi penulis ketika teori Heywood untuk melihat

sejauh mana koalisi yang dibangun Joko Widodo-Jusuf Kalla mampu bersatu dan

menyamakan persepsi atau pandangan partai. Karena, terlihat dalam beberapa

kebijakan PAN mengambil sikap yang berbeda. Salah satunya adalah penolakan PAN

terhadap terbitnya Perppu tentang Ormas yang juga menolak untuk disahkan menjadi

undang-undang.

B.2 Jenis Koalisi Partai Politik

Koalisi partai politik dapat dilihat bentuk atau jenisnya mulai dari basis

pembentukan, tujuan, atau jumlah partai yang ada di dalam koalisi tersebut. Lijphart

10 Heywood, Politics, hlm. 288

Page 32: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

21

misalnya, dalam bukunya menyebutkan setidaknya ada enam jenis koalisi partai politik

yang biasanya terbentuk berdasarkan dua pijakan.11

Pertama, koalisi yang sangat mempertimbangkan jumlah suara dan jumlah

partai politik yang ada di dalamnya. Minimal winning coalitions, minimum size

coalitions, dan coalitions with the smallest number of parties merupakan jenis koalisi

dari pijakan pertama ini.12 Partai politik sangat mempertimbangkan jumlah suara dari

masing-masing partai untuk kemudian menjadi bagian dari mitra koalisi agar dapat

memaksimalkan kekuatan politik yang dimilikinya.

Perbedaan antara minimal winning dan minimum size coalitions, kalau dalam

minimal winning partai politik besar berkumpul untuk berkoalisi dengan suara

minimal, sehingga pendistribusian kekuatan dalam kabinet nantinya akan secara

maksimal dimanfaatkan oleh para mitra koalisi.13 Sedangkan dalam minimum size,

partai dengan suara besar menimbang pembentukan koalisi partai politik yang

11 Arend Lijphart, Pattern of Democracy, hlm. 81 12 Minimal winning coalitions memiliki premis dasar sebagai jenis pembentukan koalisi yang

ramping. Ketika partai-partai dengan suara besar berkoalisi namun belum meraih suara mayoritas,

mereka akan memilih partai dengan suara kecil untuk mendapatkan status mayoritas di parlemen.

Konsep ini Lijphart kutip dari William H. Riker. Selanjutnya, hampir sama dengan minimal winning

coalitions, namun pada jenis koalisi minimum size coalitions, partai politik yang memiliki suara besar

ingin membentuk koalisi namun tetap memaksimalkan kekuatannya di kabinet nanti. Partai tersebut

harus menimbang pembentukan koalisi partai politik yang beranggotakan sejumlah partai politik kecil

untuk mencapai ambang batas suara mayoritas. Jenis coalitions with the smallest number of parties

dikemukakan oleh Michael Leiserson. Ia berpendapat terdapat kriteria atau faktor tambahan yang

mendasari adanya persetujuan untuk membentuk koalisi minimal winning. Teori yang Ia kemukakan

ialah “bargaining proposition” atau adanya usulan tawar-menawar. Karena negosiasi dan tawar-

menawar mengenai formasi koalisi, akan lebih mudah tercapai, dan koalisi akan lebih mudah di pegang

kendali, dan semua dapat merasakan sama rata, ketika anggota koalisinya hanya beberapa. Arend

Lijphart, Pattern of Democracy, hlm. 81-83 13 Kuskridho Ambardi, Mengungkap Politik Kartel, hlm.181

Page 33: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

22

beranggotakan sejumlah partai politik kecil untuk mencapai ambang batas suara

mayoritas.14

Kedua, partai tidak semata-mata memandang jumlah suara yang didapat partai

lain, namun variabel seperti berdasarkan kesamaan atau kedekatan ideologi sampai

pada preferensi kebijakan dari masing-masing partai politik yang ada turut menjadi

dasar pengambilan keputusan untuk memilih mitra koalisi. Minimal range coalitions,

minimal connected winning coalitions, dan policy-viable coalitions adalah jenis koalisi

yang Lijphart masukkan ke dalam pijakan kedua ini.15

Syamsuddin Haris membagi jenis koalisi lebih sederhana lagi, pertama,

“koalisi pemenangan minimal”, yaitu pemerintahan yang mendapatkan dukungan

mayoritas sederhana di parlemen. Kedua, jenis “koalisi minoritas”, koalisi

pemerintahan dari partai-partai kecil yang tidak mendapatkan dukungan mayoritas

sedaerhana di parlemen. Ketiga, jenis “koalisi besar”, yaitu koalisi pemerintahan yang

mendapatkan dukungan suara mayoritas mutlak di parlemen.16

14A. Bakir Ihsan “Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi Dalam Sistem Quasi Presidensial”, E-

Jurnal Penelitian Politik LIPI Vol.8 No.1 (2011): 32 15 Minimal range coalitions memiliki definisi sebagai jenis koalisi yang mempertimbangkan

cakupan atau jarak ideologi tertentu dan preferensi kebijakan partai calon mitra koalisi ketika partai

politik ingin membentuk koalisi. Minimal connected winning coalitions hampir sama dengan Minimal

range, namun dalam jenis ini selain mempertimbangkan ideologi yang dekat dengan partai, mereka juga

turut mempertimbangkan jumlah suara yang hampir setara dengan partainya. Sedangkan dalam jenis

Policy-viable coalitions, partai politik akan mencari mitra koalisi dengan karakter ideologi yang serupa

dengan partainya dan jenis ini sangat memaksimalkan kekuatan politik di parlemen ketimbang kabinet.

Arend Lijphart, Pattern of Democracy, hlm. 83-84 16 Syamsuddin Haris, “Koalisi Dalam Sistem Demokrasi Presidensial Indonesia: Faktor-Faktor

Kerapuhan Koalisi Era Presiden Yudhoyono” E-Jurnal Penelitian Politik LIPI Vol.8 No.1 (2011):3

Page 34: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

23

Berdasarkan penjelasan teori di atas, keadaan koalisi pada saat awal pencalonan

Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pemilu 2014 belum sama sekali mencapai kondisi

minimal winning coalition. Karena kalau dilihat dari jumlah suara di parlemen ketika

terpilihnya Joko Widodo-Jusuf Kalla, Koalisi Indonesia Hebat belum mendapatkan

50% lebih suara, tepatnya hanya mencapai 37% suara di DPR. Namun ketika partai

koalisi Joko Widodo-Jusuf Kalla bertambah 3 partai politik, Joko Widodo-Jusuf Kalla

langsung mendapatkan 69,75% suara di parlemen. Termasuk di dalamnya Partai

Amanat Nasional yang menjadi subjek utama penelitian skripsi ini dengan suara

sebesar 7,59%. Menjadikan suara pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi

oversized.

Keadaan berbanding terbalik di PAN, yang saat itu mengusung Prabowo-Hatta

Rajasa. Minimal winning coalition sudah jauh terlampaui, yaitu dengan 63% suara di

DPR. Kalau koalisi PAN ketika itu mampu bertahan sampai pemilu berikutnya. PAN,

Gerindra, dan mitra koalisi yang lain akan menjadi partai oposisi pemerintah dengan

membentuk koalisi besar yang mendapat suara mutlak di DPR.

Page 35: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

24

BAB III

PARTAI AMANAT NASIONAL DAN KOALISI JOKOWI-JK PADA PEMILU

2014

A. Perjalanan Politik Partai Amanat Nasional (PAN) Periode 1999-2009

Partai Amanat Nasional setelah berdiri pada 23 Agustus 1998, setahun

setelahnya langsung ambil bagian dalam kontestasi pemilihan umum pada 1999. PAN

berhasil mendapatkan suara sebanyak 7.528.936 suara atau sebanyak 7,11% dan

mendapatkan kursi parlemen sebanyak 34 kursi atau 7,36%.1 Dalam konstestasi pemilu

pertamanya ini, PAN berada di urutan kelima dalam perolehan suara Pemilu 1999.

Setelah menjadi salah satu partai yang berhasil dalam pemilu 1999 dan

menempatkan Ketua Umum PAN Amein Rais sebagai Ketua MPR ketika itu,

perjalanan partai ini tidaklah mulus. Pada tahun 2001 misalnya, dengan keluarnya

beberapa fungsionaris partai yang berbeda pandangan politik dengan keputusan yang

diambil partai memberikan warna sendiri dalam perjalanan PAN dalam menghadapi

Pemilu 2004.

Pada pemilu 2004, partai berlambang matahari ini mendapatkan suara sebanyak

7.313.305 suara atau 6,45%, dan berhak mendapatkan 53 kursi atau setara 9,64% di

1 Bestian Nainggolan dkk, Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan Dekonsentrasi

Kuasa (Jakarta: Kompas.2016) hlm. 398

Page 36: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

25

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).2 Perolehan ini turun sekitar 215,631 suara dari

pemilu 1999. Namun mendapat peningkatan kursi karena terdapat penuruan jumlah

peserta partai politik yang ikut dalam pemilu. Pada pemilu 2004 ini Partai Amanat

Nasional berada di urutan ketujuh.

Pemilu 2009 merupakan pemilu yang ketiga yang telah diikuti oleh Partai

Amanat Nasional. Pada perjalanannya menuju pemilu tahun 2009, PAN mulai

membuka diri bagi figur-figur dari luar internal partai untuk menjadi anggotanya,

termasuk menjadi calon legislatif dari partai ini. Salah satunya adalah dengan

menerima anggota dari kalangan selebritas yang ingin masuk ke dunia politik. Langkah

yang demikian dirasa cukup efektif dalam menjaga eksistensi PAN dalam perpolitikan

di Indonesia. PAN pada keikutsertaannya kali ini mendapatkan 6.254.580 suara atau

setara 6%. PAN berhak mendapatkan 46 kursi di DPR atau 8,2% suara dari total kursi

di DPR.3 Sehingga pada pemilu 2009, menempatkan PAN berada di urutan kelima.

Dalam hal perjalanan politik di pemerintahan atau kabinet Indonesia, PAN

sudah masuk ke dalam barisan pembantu presiden atau menteri sejak masa Kabinet

Persatuan Nasional periode Oktober 1999-20 Agustus 2001, tepatnya pada masa

pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saat itu PAN menempatkan Yahya

Muhaimin sebagai Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo sebagai Menteri

Keuangan, Hasballah M. Saad sebagai Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia,

2 Ibid, Bestian Nainggolan dkk, Partai Politik Indonesia 1999-2019, hlm.368 3 Ibid, hlm.281

Page 37: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

26

dan Al-Hilal Hamdi sebagai Menteri Negara Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.4 Pada

masa periode 21 Agustus 2000-23 Juni 2001 dalam pemerintahan yang sama, menteri

berlatar-belakang PAN berkurang satu, lalu Mahfud MD masuk menjadi Menteri

Pertahanan. Ketika Megawati Soekarnoputri menggantikan Gus Dur, PAN hanya

mendapatkan satu posisi menteri, yaitu Hatta Rajasa sebagai Menteri Riset dan

Teknologi.

Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I saat Presiden SBY

memimpin,5 partai berlambang matahari tersebut mendapat 2 kursi menteri ketika awal

pemerintahan berjalan. Yaitu menempatkan Hatta Radjasa sebagai Menteri

Perhubungan, dan Bambang Sudibyo sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Saat SBY

melakukan perombakan kedua Kabinet Indonesia Bersatu, Hatta Radjasa

menggantikan Yusril Ihza Mahendra sebagai Menteri Sekretaris Negara.

Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, PAN menempatkan tiga wakilnya

di kabinet SBY. Hatta Radjasa kembali masuk ke dalam kabinet sebagai Menteri

Perekonomian, lalu Zulkifli Hasan terpilih sebagai Menteri Kehutanan, dan Patrialis

Akbar sebagai Menteri Hukum dan HAM. Selanjutnya pada masa perombakan kedua

di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II,6 Azwar Abubakar masuk menjadi Menteri Negara

4 Ridho Al-Hamdi, Partai Politik Islam: Teori dan Praktik di Indonesia (Yogyakarta: Graha

Ilmu.2013) hlm. 114 5 Ibid, hlm. 119 6 Ibid, hlm. 128

Page 38: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

27

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Patrialis Akbar tidak

lagi menjadi menteri di Kabinet SBY.

B. Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pemilu 2014

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan setidaknya ada dua belas

partai politik yang berhak mengikuti Pemilu 2014, yaitu Partai Amanat Nasional

(PAN), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat, Partai

Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Hati

Nurani Rakyat (Hanura), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dan Partai Persatuan Pembangunan

(PPP). Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

(PKPI) awalnya tidak lolos dalam verifikasi faktual yang dilakukan oleh KPU-RI,

namun setelah menang gugatan di PTUN, berhasil menjadi peserta Pemilu 2014.

Dalam komunikasi politiknya menuju pemilu 2014, PAN tidak menutup

kemungkinan untuk berkoalisi dengan partai politik mana saja, tidak terkecuali PDI-P.

Namun, Hatta Rajasa selaku ketua umum sendiri enggan mengomentari rencana koalisi

tersebut lebih jauh. Karena, menurutnya, PAN masih ingin berkonsentrasi untuk

menghadapi pileg (pemilu legislatif) terlebih dahulu. Termasuk kemungkinan dirinya

diusung menjadi calon wakil presiden mendampingi Gubernur DKI Jakarta Joko

Page 39: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

28

Widodo yang sudah diumumkan oleh PDI Perjuangan menjadi calon presiden yang

diusung partai tersebut.7

Satu bulan sebelum penyelenggaraan pemilu legislatif (pileg) dimulai, tepatnya

pada Sabtu 19 April 2014, Wakil Ketua umum PAN Drajad Wibowo saat bertemu

wartawan mengungkapkan sudah melakukan komunikasi politik untuk mencari mitra

koalisi dalam menghadapi pemilu presiden dan wakil presiden 19 Juli nanti. “Kami

saat ini sudah berkomunikasi internal dengan empat partai lainnya yang memiliki

ideologi campuran seperti nasionalis namun ada juga yang islami.” Dilansir dari

merdeka.com. Ia menambahkan, PAN ingin menambah 2 partai politik ke dalam

koalisi tersebut sehingga berjumlah 6 partai politik, yang kemudian diberi nama Koalisi

Indonesia Raya.

Partai Amanat Nasional sendiri dalam gelaran pemilihan umum legislatif pada

9 Mei 2014, memperoleh suara sebesar 9.481.621 atau 7,59% suara nasional dan

menempati peringkat 6 dalam jumlah suara atau mendapatkan 49 kursi di DPR-RI.

Lima besar dapil (daerah pemilihan) penyumbang suara terbanyak ke partai berasal

dari daerah DI Yogyakarta dengan suara sebanyak 355.787 suara, kedua adalah dapil

Lampung I sebanyak 276.424 suara, yang ketiga adalah dapil Sulawesi Tenggara

sebanyak 271.231 suara, keempat adalah dapil Jawa Timur VI dengan suara sebanyak

246.975 suara, dan yang terakhir dapil Jawa Barat XI.8

7 “PAN Siap Koalisi dengan Semua Partai”. Beritasatu.com, 20 Maret 2014. 8 Data KPU-RI dapat diakses di kpu.go.id

Page 40: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

29

Pasca pemilihan umum untuk anggota legislatif atau DPR selesai

diselenggarakan pada 9 Mei, partai politik yang sebelumnya berfokus untuk

memenangkan partainya di pileg, segera melakukan komunikasi terhadap partai

lainnya guna membentuk mitra koalisi untuk menghadapi pemilihan umum presiden

dan wakil presiden. Gerindra, melakukan penggalangan dukungan untuk membentuk

“Koalisi Tenda Besar” seperti yang diutarakan Refrizal anggota Majelis Syuro PKS.9

Koalisi tersebut rencananya beranggotakan PKS, Gerindra, Golkar, dan Harura.

Kemungkinan koalisi tersebut akan bertambah dua partai lainnya, yaitu PPP dan PAN.

Koalisi tersebut kedepannya mensinyalkan akan dibentuk secara permanen, entah saat

memenangkan pilpres dan membentuk pemerintahan, atau menjadi oposisi bersama

ketika kalah dalam pemilihan umum nantinya.

Sinyal yang diberikan sebelum pileg 9 mei tersebut nampaknya mulai mendapat

titik terang. PAN yang semula sudah disebut akan bergabung dengan Gerindra untuk

berkoalisi dalam pesta demokrasi ini, akhirnya resmi mengumumkan dalam Rapat

Kerja Nasional (Rakernas) PAN di Jakarta bergabung dengan partai Gerindra sebagai

koalisi, dan resmi mengusung ketua umum PAN Hatta Rajasa sebagai bakal calon

wakil presiden mendampingi Prabowo sebagai bakal calon presiden dari Partai

Gerindra.

9 “Koalisi Tenda Besar Gerindra: Golkar, PKS, Hanura, PPP dan PAN”. 7 mei 2013 [berita

online] tersedia di www.liputan6.com diakses pada 23 September 2019

Page 41: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

30

Setelah dinamika politik yang ada di kubu koalisi Prabowo, akhirnya Partai

Gerindra dan mitra koalisi yang lain resmi mengusung pasangan calon presiden dan

calon wakil presiden Prabowo-Hatta yang peresmian dan penandatanganannya

dilakukan di Rumah Polonia, Jakarta Timur pada Selasa, 20 Mei 2014, yang saat itu

pula adalah hari terakhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden oleh KPU-RI.

Rombongan Prabowo-Hatta kemudian berjalan kaki dari Masjid Sunda Kelapa menuju

KPU-RI untuk mendaftarkan secara resmi sebagai calon presiden dan wakil presiden.

Prabowo-Hatta datang bersama rombongan koalisi pengusung mulai dari Partai

Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai

Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golkar, dan Partai Bulan Bintang (PBB). Tidak

ketinggalan hadir politisi senior PAN Amien Rais, serta para ketua umum dari masing-

masing partai politik pengusung.10

Koalisi Merah Putih yang beranggotakan Partai Gerindra, Partai Amanat

Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera

(PKS), dan Partai Golkar memiliki jumlah kursi di parlemen yang cukup banyak, yaitu

292 kursi, hanya Partai Bulan Bintang yang tidak memiliki kursi pada pileg 2014.

Belakangan Partai Demokrat bergabung ke dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang

membuat suara di parlemen untuk KMP bertambah 61 kursi menjadi 353 kursi atau

63% suara di parlemen. Sudah jauh berada di atas Koalisi Indonesia Hebat yang

10 “Prabowo-Hatta Resmi Daftar ke KPU”. 20 Mei 2014, [berita online] tersedia di

www.nasional.kompas.com diakses pada 23 September 2019

Page 42: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

31

mengusung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan total 207 kursi atau 37% dari

keseluruhan kursi di DPR. Berikut tabel perbandingan antara Prabowo-Hatta dan Joko

Widodo-Jusuf Kalla:

Tabel III.B.1

Peta Koalisi Partai Politik pada Pemilu 201411

Nomor

Urut

Nama Pasangan Calon Presiden

dan Wakil Presiden

Partai Politik

Pendukung

Perolehan Kursi di DPR-RI

1. Joko Widodo-Jusuf Kalla PDI Perjuangan,

PKB,

Nasdem,Hanura

PDI Perjuangan 109 kursi

PKB 47 kursi

Nasdem 35 kursi

Hanura 16 kursi

Total 207 kursi (37%)

2. Prabowo-Hatta Partai Gerindra,

PAN,PKS,PPP,

Golkar,PBB,

Partai Demokrat

Golkar 91 kursi

Gerindra 73 kursi

Demokrat 61 kursi

PAN 49 kursi

PKS 40 kursi

PPP 39 Kursi

PBB 0 kursi

Total 353 kursi (63%)

Berdasarkan tabel di atas, sudah jelas apabila Prabowo-Hatta terpilih pada

pemilu 2014 akan terbentuknya pemerintah yang mayorias. Pemerintahan yang partai

politik pengusungnya mendapatkan suara mayoritas di parlemen. PAN yang menjadi

bahan penelitian ini, mendapatkan posisi yang amat penting di dalam koalisi. Ketua

11 “Koalisi Merah Putih Hingga Lima Tahun”. 15 Juli 2014, [berita online] tersedia di

www.republika.co.id diakses pada 23 September 2019

Page 43: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

32

Umum PAN Hatta Rajasa didaulat menjadi calon wakil presiden bersama Prabowo

Subianto sebagai calon presiden.

C. PAN dan Koalisi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla

C.1 Bergabungnya PAN ke dalam Koalisi

Pemenang Pemilu 2014 jatuh kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla

sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019. Pemerintahan Joko

Widodo-Jusuf Kalla yang telah terbentuk mengalami “situasi minoritas”,12 yaitu saat

pemilu legislatif 2014 kemarin tidak memberikan hasil maksimal (dominan) pada satu

partai pun di parlemen, termasuk kepada PDIP sebagai partai asal Jokowi yang harus

melancarkan koalisi dengan partai lain karena hanya mendapatkan 18,95%. Penjajakan

koalisi pasca pemilu kepada partai lain harus dilakukan oleh pemerintah dan PDI-P.

Langkah tersebut harus diambil demi mengamankan suara dalam parlemen (DPR) jika

ingin kebijakan yang diambil oleh pemerintah kedepan tidak mendapat hambatan yang

besar di parlemen.

Demi tujuan tersebut, PDI Perjuangan setidaknya membentuk minimal winning

coalition13 atau setidaknya mendapatkan suara 50%+1 untuk mendapatkan suara

mayoritas sederhana di parlemen sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang

12 Richard S. Katz dan William Crotty, Handbook Partai Politik, hlm. 287 13 Arend Lijphart, Pattern of Democracy, hlm. 81

Page 44: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

33

sudah diperoleh. Sebagaimana Shively menyebutkan bahwa koalisi tidak lain adalah

untuk menguasai kekuasaan yang dapat dimanfaatkan untuk kelompoknya sendiri.14

Joko Widodo pada 26 Oktober 2014 mengumumkan susunan kabinetnya

kepada publik di Istana Negara, dengan susunan 41% atau 14 menteri dalam kabinetnya

berasal dari partai politik, sedangkan sisanya 59% atau 20 menteri berasal dari

kalangan profesional. PDIP menempatkan 4 wakilnya duduk sebagai menteri,

sedangkan PKB sebanyak 4 nama, 3 nama dari Nasdem, 2 nama dari Hanura, dan 1

nama dari PPP. Hadirnya Lukman Hakim Saifuddin yang berasal dari PPP di dalam

kabinet, sangat berbanding terbalik dengan sikap partainya ketika pemilu 2014, yang

lebih memilih menjadi lawan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Dilain pihak, pasca pemilu 2014 beberapa partai politik mulai memasuki masa

akhir kepengurusan partai, yaitu PPP, Golkar dan PAN. Momen ini adalah saat yang

tepat untuk pemerintah dalam melakukan penjajakan koalisi kepada partai-partai

tersebut. Partai Amanat Nasional sendiri menggelar Kongres Nasional PAN ke IV pada

28 Februari 2015 sampai 2 Maret 2015, di Nusa Dua, Bali.

Kongres ke-IV PAN menghasilkan Zulkifli Hasan terpilih sebagai ketua umum

baru PAN periode 2015-2020. Banyak perubahan yang dilakukan Zulkifli Hasan

sebagai Ketua Umum PAN yang baru terpilih kemarin. Salah satunya adalah manufer

dan komunikasi politik kepada partai lain, tidak terkecuali kepada PDI Perjuangan

14 W. Phillips Shively, Power & Choice, hlm. 1

Page 45: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

34

selaku partai pengusung pemerintah kala itu. Karena, kabar mengejutkan datang dari

istana, ketika Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan usai bertemu dengan Presiden Joko

Widodo di Istana Merdeka, mengumumkan bahwa PAN pada hari itu, Rabu 2

September 2015, resmi bergabung dengan pemerintah. Zulkifli menuturkan “kita

sepakat menyatakan pada Bapak Presiden, PAN bergabung dengan pemerintah untuk

mensukseskan seluruh program pemerintah”.15 Zulkifli hadir tidak sendirian, Ia datang

bersama Ketua MPP PAN Soetrisno Bachir dan Sekjen PAN Eddy Soeparno.

Satu tahun berselang, tepatnya pada 27 Juli 2016, PAN akhirnya mendapatkan

jatah menteri. Jokowi melakukan reshuffle jilid ke-II, presiden melakukan perombakan

terhadap 13 posisi menteri dan satu badan. Wakil dari PAN, Asman Abnur masuk

menggantikan Yuddy Chrisnandi sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi. Partai Golkar yang ikut masuk ke dalam barisan pendukung

Jokowi-JK mendapatkan jatah menteri, Airlangga Hartarto masuk menggantikan Saleh

Husein sebagai Menteri Perindustrian. Menariknya, dua menteri Hanura yang semula

berada di kabinet digantikan oleh partai pendukung baru, walaupun Wiranto pendiri

partai Hanura dan ketua umum pertama masuk menjadi Menkopolhukam. Berikut tabel

lengkap mengenai reshuffle jilid ke-II Kabinet Kerja Jokowi-JK:

15 “PAN Resmi Jadi Partai Pendukung Pemerintah Jokowi”. 2 September 2015, [berita online]

tersedia di nasional.sindonews.com diakses pada 23 September 2019.

Page 46: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

35

Tabel.III.C.I

Tabel Reshuffle Kabinet Kerja Jilid Ke-II16

Nama Kementerian/Badan Posisi Sebelumnya Posisi Selanjutnya

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan Budi Karya Sumadi Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional (Kepala

BPN)

Sofyan Djalil Bambang Brodjonegoro

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro Sri Mulyani

Menteri Agraria dan Tata

Ruang

Ferry Mursidan Baldan

(Nasdem)

Sofyan Djalil

Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral

Sudirman Said Archandra Tahar

Menteri Perindustrian Saleh Husen (Hanura) Herlangga Hartarto (Golkar)

Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan

Anies Baswedan Muhajir Effendy

Menteri Desa dan Pembangunan

Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi

Marwan Jafar (PKB) Eko Putro Sanjojo

Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara, Reformasi, dan Birokrasi Yuddy Chrisnandi (Hanura) Asman Abnur (PAN)

Menteri Koordinator Politik,

Hukum, dan HAM

Luhut Binsar Pandjaitan

(PDIP)

Wiranto (Hanura)

Menteri Koordinator Kemaritiman

dan Sumber Daya Rizal Ramli Luhut Binsar Pandjaitan

(PDIP)

Menteri Perdagangan Thomas Lembong Enggartiasto Lukita Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani Thomas Lembong

Wakil Menteri Perindustrian - Franky Sibarani

Peta politik di parlemen akhirnya berubah drastis seiring bertambahnya partai

pendukung pemerintah Jokowi-JK. Pemerintahan yang semula berjalan dalam keadaan

minoritas di parlemen, berubah menjadi oversized atau gemuk.

Setiap partai politik yang bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah

mendapatkan jatah menteri minimal satu posisi, termasuk PAN yang mendapatkan

16 “Melihat 4 “Reshuffle” Kabinet Pemerintahan Jokowi-JK”. 15 Agustus 2018, [berita online]

tersedia di www.nasional.kompas.com diakses pada 12 Juni 2019

Page 47: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

36

posisi Menteri PAN/RB. Namun, setelah berjalannya pemerintahan, PAN memiliki

sikap yang berbeda dengan mitra koalisi yang lain. Hak Angket KPK menjadi pintu

pertama perbedaan sikap tersebut. PAN menolak adanya penggunaan hak angket

terhadap KPK. Tidak sampai disitu, PAN kembali memiliki pandangan yang berbeda

dengan mitra koalisi yang lain pada isu kebijakan strategis terkait pilihan paket dalam

Rancangan Undang-undang Pemilu. Terakhir, PAN dengan tegas melakukan

penolakan terhadap terbitnya Perppu tentang Ormas hingga menolaknya dalam rapat

pengesahan menjadi undang-undang di DPR. Masalah Perppu Ormas ini akan

dijelaskan oleh penulis pada bab berikutnya.

C.2 Sekilas Tentang Hak Angket dan RUU Pemilu

DPR pada 28 April 2017 resmi menggunakan hak angket kepada KPK lewat

sidang paripurna DPR. Usulan yang berasal dari Komisi III DPR itu memiliki beberapa

alasan mengapa DPR perlu menggulirkan hak angket kepada KPK. Penolakan

dibukanya rekaman pemeriksaan Miryam S. Haryani oleh KPK dan adanya Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) KPK tahun 2015 tentang ketidakpatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan dalam tata kelola anggaran menjadi alasan perlunya

menggunakan hak angket terhadap KPK.

Sidang paripurna tersebut sebetulnya diwarnai walkout oleh enam fraksi, yaitu

Fraksi PKS, Demokrat, PPP, PKB, PAN, dan Gerindra, dan hanya disetujui oleh 4

fraksi di DPR, Fraksi PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem. PAN tidak

Page 48: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

37

sendiran dalam menolak adanya hak angket KPK, ditemani oleh PPP dan PKB sebagai

partai pendukung pemerintah yang memiliki perbedaan pandangan dengan partai

pendukung pemerintah lainnya terkait bergulirnya hak angket.

Sikap PAN lambat laun berubah. Pemicunya diduga karena nama Amien Rais,

pendiri partai belambang matahari itu, disebut dalam sidang dugaan korupsi alat

kesehatan dengan terdakwa eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Setelah kasus

eks menteri kesehatan ini bergulir, PAN mulai berubah pikiran untuk mengirimkan

anggota fraksi ke Pansus Hak Angket KPK. Setelah Zulkifli Hasan dikatakan akan

menimbang untuk mengirimkan nama anggota untuk masuk ke dalam Pansus.

Akhirnya di konfirmasi oleh Sekretaris Fraksi PAN, Yandri Susanto, mengonfirmasi

tiga nama tersebut, yaitu Wakil Ketua Komisi III Mulfachri Harahap, Anggota Komisi

III Daeng Muhammad, dan Muslim Ayub.17 Alasannya, Zulkifli Hasan ingin PAN

mengawasi Pansus dari dalam agar tidak terjadi pelemahan di tubuh KPK, sehingga

Pansus Hak Angket KPK memang betul-betul ingin memperbaiki KPK dan bukan

merevisi UU KPK dan melemakan wewenang KPK.

Dalam kasus ini, PAN sudah mengawali perbedaan pandangannya dengan

pemerintah. Walaupun, bukan hanya PAN sendiri yang berbeda dengan partai

pendukung pemerintah, masih ada PPP dan PKB yang sempat menolak hadirnya

Pansus Hak Angket, yang merasa disetujui dengan sepihak oleh Wakil Ketua DPR

17 “Ini Tiga Nama Anggota Fraksi PAN yang Duduk Dalam Pansus Angket KPK”. 7 Juni 2017,

[berita online] tersedia di www.tribunnews.com diakses pada 28 Mei 2019

Page 49: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

38

Fahri Hamzah sewaktu rapat paripurna. “Kenakalan” PAN tidak sampai pada

penolakan awal Pansus dibentuk, saat sidang paripurna dengan agenda memperpanjang

masa kerja Pansus Hak Angket, PAN bersama Fraksi Gerindra, dan PKS, memilih

untuk walkout dari ruang sidang karena Fahri Hamzah, selaku ketua sidang, mengambil

keputusan yang lagi-lagi sepihak untuk memperpanjang masa kerja Pansus. Selain itu

pada saat rapat, Fahri Hamzah juga tidak menggubris usulan Fraksi PAN untuk per

fraksi menyikapi laporan sementara dari Pansus Hak Angket.18

Setelah masalah Hak Angket KPK yang sangat menyita perhatian publik, DPR

kembali dihadapkan masalah Racangan Undang-undang Pemilu. RUU yang sudah di

bahas sejak tahun 2016 itu, merupakan penggabungan dari 3 UU yang sudah ada

sebelumnya. Yaitu UU Pileg, UU Pilpres, dan UU Penyelenggaraan Pemilu.19

Penggabungan itu dikarenakan Pemilu 2019 nantinya akan dilaksanakan secara

serentak di Indonesia, yaitu Pileg untuk memilih calon anggota DPR-RI, DPD-RI, dan

DPRD, lalu ada pilpres untuk memilih presiden dan wakil presiden Indonesia periode

2019-2024. Kebijakan adanya pemilu serentak ini merupakan hasil dari putusan MK

nomor 14/PUU-XI/2013, setelah sebelumnya adanya permohonan oleh Koalisi

Masyarakat Sipil yang dikomandoi oleh Effendi Gazali terhadap UU No.42 Tahun

2008.

18 “PKS, Gerindra, dan PAN “Walk Out” dari Paripurna Perpanjangan Pansus Angket”. 26

September 2017, kompas.com [berita online] tersedia di www.nasional.kompas.com diakses pada 28

Oktober 2019 19

“DPR Tentukan Nasib RUU Pemilu Hari ini, Sah atau Deadlock?” 20 Juli 2017,

kumparan.com [berita online] tersedia di www.kumparan.com diakses pada 28 Mei 2019

Page 50: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

39

Rancangan Undang-undang Pemilu sendiri memiliki isu yang krusial,

khususnya bagi partai politik peserta pemilu 2019 nanti, yaitu mengenai sistem pemilu

legislatif, alokasi besaran kursi per daerah pemilihan, metode konvensi suara menjadi

kursi, parlementary threshold, dan presidential threshold. Dari kelima isu tersebut, ada

isu krusial yang membuat parpol saling silang pendapat. Isu tersebut adalah

presidential threshold, atau ambang batas untuk partai politik atau gabungan partai

politik untuk mengajukan atau mencalonkan capres-cawapresnya.20

Tabel III.C.2.121

Paket RUU Pemilu pada Lima Isu Krusial

Paket A Paket B Paket C Paket D Paket E

Presidentaial

Threshold

20 atau 25 % 0% 10 atau

15%

10 atau 15% 20 atau

25%

Parliamentary

Threshold

4% 4% 4% 5% 3,5%

Sistem

Pemilu

Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka

Dapil

Magnitude

3-10 3-10 3-10 3-8 3-10

Metode

Konver Suara

Sainte Lague

Murni

Kuota Hare Kuota Hare Sainte Lague

Murni

Kuota Hare

DPR mengesahkan RUU Pemilu dalam rapat paripurna yang berakhir pada

Jumat, 21 Juli 2017, dini hari. Pengesahan RUU Pemilu akhirnya diambil melalui jalur

voting karena lobi yang sebelumnya dilakukan, tidak menemukan jalan terang. Yandri

20 “DPR Tentukan Nasib RUU Pemilu Hari ini, Sah atau Deadlock?” 20 Juli 2017,

kumparan.com [berita online] tersedia di www.kumparan.com diakses pada 28 Mei 2019 21 “Revisi UU Pemilu Alot, DPR Terbelah Tiga Kubu”. 20 Juli 2017, sindonews.com [berita

online] tersedia di www.nasional.sindonews.com diakses pada 28 Mei 2019

Page 51: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

40

Susanto mewakili Fraksi PAN membacakan sikap terakhir fraksi terkait RUU Pemilu.

Ia menjelaskan Fraksi PAN melihat karena tidak adanya kata mufakat dalam forum

lobi, maka fraksinya menolak untuk mengikuti voting dan tidak bertanggung jawab

terhadap keputusan yang akan diambil terkait paket RUU Pemilu dan memutuskan

walkout dari ruangan rapat paripurna.22

Langkah PAN tersebut diikuti oleh Gerindra, Demokrat dan PKS yang

memiliki sikap fraksi yang sama. Melihat kecenderungan forum akan mengambil

voting sebagai langkah terakhir, kedua partai tersebut memutuskan untuk menolak

mengikuti voting dan memilih untuk walk out dari sidang paripurna.23

Tabel.III.C.2.2

Tabel Partai Politik pada Sidang Paripuna RUU Pemilu

Sikap Kursi di DPR

Fraksi PDI Perjuangan Paket A 109

Fraksi Partai Golkar Paket A 91

Fraksi Partai Nasdem Paket A 35

Fraksi Partai Hanura Paket A 16

Fraksi PKB Paket A 47

Fraksi PPP Paket A 39

Fraksi Partai Gerindra Walk out 91

Fraksi Partai Demokrat Walk out 61

Fraksi PKS Walk out 40

Fraksi PAN Walk out 49

Total 337 241

22 “PAN dan Tiga Fraksi Oposisi Kompak Walkout Voting Revisi UU Pemilu”. 21 Juli 2017,

[berita online] tersedia di www.merdeka.com diakses pada 28 Mei 2019. 23 Ibid.

Page 52: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

41

Rapat paripurna hanya menyisakan enam fraksi, setelah empat partai politik

walk out atau tidak bersedia mengikuti voting. Ketua DPR Setya Novanto akhirnya

mengesahkan RUU Pemilu Jumat, dini hari. DPR mengesahkan RUU Pemilu beserta

paket A dengan ambang batas pencalonan presiden sebesar 20-25%. Berdasarkan

empat fraksi yang walk out, Fraksi PAN satu-satunya partai pendukung pemerintah

yang memilih jalan berbeda dengan koalisi pemerintah yang lain.

Page 53: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

42

BAB IV

PENOLAKAN PERPPU ORMAS OLEH PARTAI AMANAT NASIONAL

DALAM KOALISI JOKO WIDODO-JUSUF KALLA

A. Alasan Pemerintah Menerbitkan Perppu

Belum usai pengesahan RUU Pemilu oleh DPR, masih di bulan yang sama,

pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2

Tahun 2017 untuk menggantikan UU No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Penerbitan Perppu tersebut diumumkan secara resmi oleh

Menkopolhukam Wiranto dalam jumpa pers di kantornya pada 12 Juli 2017.1 Ia

menjelaskan perppu tersebut ditekan presiden pada 10 Juli 2017 atau dua hari

sebelumnya. Wiranto membeberkan alasan pemerintah mengeluarkan Perppu karena

banyaknya ormas di Indonesia yang perlu dibina, khususnya ormas yang bertentangan

dengan Pancasila dan UUD 1945

Pemerintah melihat UU 17/2013 tentang Ormas sudah tidak lagi mampu

menjadi sarana pencegahan ideologi yang bertentangan dengan dasar negara tersebut.

Sehingga pemerintah menilai adanya kekosongan hukum yang tidak dapat teratasi

dengan membuat undang-undang yang baru karena akan memakan waktu yang lama.

Wiranto mengatakan “UU Tahun 2013 tentang Ormas telah tidak lagi memadai sebagai

1 “Pemerintah Resmi Terbitkan Perppu 2/2017 soal Ormas”. 12 Juli 2017, [berita online]

tersedia di www.news.detik.com diakses pada 9 Oktober 2019

Page 54: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

43

sarana untuk mencegah meluasnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan

UUD 1945, baik dari aspek substansif terkait dengan norma, larangan dan saksi, serta

prosedur hukum.”2 Alasan lain adalah tidak adanya asas hukum administratif

contrarius actus, atau asas hukum mengenai lembaga yang mengeluarkan izin atau

memberikan pengesahan terhadap ormas yang sekaligus berwenang mencabut izin atau

peraturan tersebut.3

Pembelaan terhadap perlunya pemerintah mengeluarkan perppu turut

diutarakan oleh Mahduf MD selaku anggota dewan pengarah Unit Kerja Presiden

Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Menurutnya, kelompok atau organisasi

radikal sekarang ini sudah masif dan lebih terstruktur dengan baik. Kelompok tersebut

memiliki tujuan ingin mengganti dasar negara dan konstitusi dengan cara yang tidak

sesuai prosedur yang legal. Kelompok-kelompok tersebutlah yang ingin dilawan

pemerintah. Dengan Perppu Ormas ini, pemerintah ingin memangkas mekanisme yang

sudah diatur di UU Ormas yang lama.4

Penulis menemui Achmad Baidowi, selaku anggota Komisi II dari Fraksi PPP

untuk meminta penjelasan lebih jauh mengenai Perppu Ormas. Baidowi

mengungkapkan ketidaksetujuannya yang menyebut Perppu Ormas akan mengebiri

2 “Ini Alasan Pemerintah Terbitkan Perppu Ormas”. 12 Juli 2017, [berita online] tersedia di

www.news.detik.com diakses pada 9 Oktober 2019. 3 Sri Hajati, Ellyne Dwi Poespasassri, dan Oemar Moechtar, Pengantar Hukum Indonesia

(Surabaya: Airlangga University Press, 2007) hlm. 133 4 “Mahfud MD Jelaskan Soal Perppu Ormas”. 22 Agustus 2017, [berita online] tersedua di

www.tribunnews.com diakses ada 9 Oktober 2019

Page 55: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

44

kebebasan berorganisasi. Ia mengatakan itu hanya ketakutan sesaat saja. Ormas harus

senantiasa merujuk pada aturan hukum. Ormas yang nyatanya melanggar dasar negara

sudah sepatutnya dibubarkan. Ia mengambil contoh HTI yang dibubarkan dengan

Perppu Ormas, karena menurutnya HTI memiliki pemahaman ingin mendirikan negara

khilafah.5

Wakil Sekjen PPP itu menjelaskan, lahirnya perppu ini karena ada organisasi

yang tidak sesuai Pancasila. Tetapi sulit dibubarkan oleh pemerintah kalau

menggunakan undang-undang yang lama. Walaupun ia mengatakan, kesepatakan awal

PPP menerima perppu disahkan menjadi undang-undang, namun harus segera

dilakukan revisi khususnya dalam ranah pengadilan. Ia ingin tetap muaranya di

pengadilan. Dalam undang-undang yang lama memang, ketika pemerintah ingin

membubarkan suatu ormas harus melewati pengadilan baru kemudian pemerintah

mengeksekusi putusan. Namun, Baidowi merasa ini terlalu lama dan tidak sesuai aturan

yang benar.

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 memang, untuk penjatuhan

sanksi administratif terhadap suatu ormas saja perlu beberapa mekanisme sebelum

sanksi pembubaran dijatuhkan. Pemerintah dalam Pasal 61 UU No.17 Tahun 2013

setidaknya harus melalui empat mekanisme sanksi administratif, yaitu peringatan

5 Wawancara dengan Achmad Baidowi, F-PPP Komisi II DPR-RI, 19 Maret 2019

Page 56: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

45

tertulis, pengentian bantuan dan/atau hibah, penghentian sementera kegiatan dan/atau

pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan status badan hukum.6

Pemerintah dapat mengeluarkan surat peringatan tertulis sampai tiga kali, dan

dalam setiap surat peringatan masing-masing berlaku dalam waktu paling lama 30 hari

baru kemudian surat peringatan kedua boleh diberikan, begitu juga dengan surat

peringatan ketiga yang dapat dilayangkan setelah 30 hari. Setelah proses peringatan

tidak diindahkan oleh ormas dan penghentian bantuan dan/atau hibah sudah dilakukan

pemerintah, selanjutnya pemerintah harus meminta pertimbangan Mahkamah Agung

maksimal 14 hari sebelum kemudian dapat memberhentikan kegiatan sementara ormas

yang melanggar. Proses ini baru sampai pada penghentian sementara kegiatan ormas

selama enam bulan.

Dalam proses penghentian dan pencabutan badan hukum yang berkekuatan

hukum tetap kepada suatu ormas mulai dari pengadilan negeri sampai tahap kasasi

diterima oleh MA atau tidak, memakan waktu sampai 200 hari jika melihat ketentuan

durasi maksimum dari masing-masing proses.7 Masalah waktu inilah yang menjadi

salah satu alasan pemerintah untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang.

6 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. 7 Jika melihat Pasal 66 sampai Pasal 78 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Organisasi Kemasyarakatan. Maka, pemerintah merasa perlu penyederhanaan proses penghentian dan

pencabutan badah hukum ormas.

Page 57: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

46

Pasal 61 dalam Perppu Ormas lebih disederhanakan lagi tahapan-tahapan untuk

pencabutan surat keterangan terdaftar atau status badan hukum suatu ormas. Dalam

perppu tertulis hanya ada tiga tahapan sanksi yaitu, peringatan tertulis, penghentian

kegiatan, dan/atau pencabutan surat keterangan terdaftar atau pencabutan status badan

hukum. Pemerintah juga memotong durasi surat peringatan tertulis yang sebelumnya

tiga kali dan dilakukan bertahap selama 30 hari, dalam perppu ini di Pasal 62 peringatan

tertulis hanya dilakukan satu kali dalam waktu 7 hari dan apabila ormas tersebut tidak

mengindahkan peringatan yang diberikan, maka akan langsung dijatuhkan sanksi

penghentian kegiatan. Maka dari segi waktu dibutuhkan kurang dari satu bulan untuk

pemerintah dapat membubarkan suatu ormas.8

Perppu Nomor 2 Tahun 2017 ini menghapus fungsi peradilan dalam tahapan

pembubaran suatu ormas. Pasal 70 sampai Pasal 80 mengenai tahapan dari Pengadilan

Negeri dan Mahkamah Agung dihapus dalam Perppu ini. Ormas yang telah dibubarkan

berhak untuk menuntut surat keputusan pembubaran ormasnya di pengadilan sesudah

dibubarkan.

Penulis berkesimpulan, pemerintah mengeluarkan Perppu tentang Ormas ini

dengan sejumlah alasan, yaitu:

8 Sri Yunanto, Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia: Studi Tentang

Ideologi dan Gerakan Politik HTI Dalam Perspektif Empat Konsensus Bangsa Indonesia (Jakarta:

Intitute for Peace and Security.2017) hlm. 151

Page 58: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

47

1. Ormas radikal yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 sudah

mengkhawatirkan.

2. UU No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan sudah tidak

mampu menjadi sarana pencegahan.

3. Tidak adanya azas hukum administratif contrarius actus di dalam undang-

undang yang lama.

4. Sebagaimana isi Pasal 22 UUD 1945 dan terjemahan Pasal 22 UUD 1945

oleh MK dalam Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009, pemerintah merasa

sudah ada kegentingan yang memaksa untuk segera dikeluarkannya perppu

ketimbang merevisi atau membuat undang-undang yang baru.

B. Pandangan PAN Terhadap Perppu Ormas

Langkah pemerintah untuk menerbitkan Perppu Ormas dikritik banyak

kalangan, tidak terkecuali dari partai politik di parlemen. PAN yang sudah menyatakan

dukungannya terhadap pemerintah, menyayangkan keluarnya perppu ini karena perppu

ini dianggap belum menjadi solusi terhadap permasalahan ormas yang bermasalah.

Yandri Susanto, Ketua DPP PAN, menilai pemerintah seharusnya menjadi pembina

bukan menjadi pembubar. Karena sudah menjadi tugas pemerintah untuk membina

ormas yang dianggap bermasalah.9

9 “6 Fraksi di DPR Dukung Perppu Ormas, PKS-Gerindra-PD-PAN Mengkritik”. 13 Juli 2017,

[berita online] tersedia di www.news.detik.com diakses pada 28 Mei 2019

Page 59: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

48

Sikap PAN yang demikian juga diikui oleh oposisi, Didik Mukrianto Sekretaris

Fraksi Demokrat menyebutkan, fraksinya akan melakukan kajian terlebih dahulu,

Demokrat tidak ingin perppu ini berpotensi memunculkan abuse of power serta

tindakan yang akan membrangus kebebasan dan demokrasi yang sudah di bangun di

Indonesia.10 Wakil Ketua Dewan Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid pun mendukung

apabila ada pihak yang ingin mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi,

karena menilai perppu ini tidak sesuai dengan UUD 1945.

Keluarnya Perppu Ormas ini juga tidak lepas kaitannya dengan ormas yang

sudah ada di Indonesia cukup lama, yaitu Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang sudah

menjadi rahasia umum menolak demokrasi dan menginginkan berdirinya khilafah di

Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan PAN untuk menolak

hadirnya perppu. Hakam Naja menganalogikan seperti ‘membunuh nyamuk dengan

meriam’.11 Mengeluarkan perppu hanya untuk ‘membunuh’ satu ormas.

PAN, menurutnya, mengedepankan rasionalitas atau akal sehat untuk melihat

apa penyebab keluarnya suatu perppu. Tidak ada alasan yang masuk akal yang diterima

PAN ketika pemerintah ingin mengeluarkan Perppu Ormas. Masalah HTI atau FPI,

menurutnya bukanlah suatu masalah yang harus ditangani dengan mengeluarkan

10 “6 Fraksi di DPR Dukung Perppu Ormas, PKS-Gerindra-PD-PAN Mengkritik”. 13 Juli 2017,

www.detik.com diakses pada 28 Mei 2019 11 Wawancara Abdul Hakam Naja, F-PAN Komisi II DPR-RI, 5 September 2019

Page 60: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

49

perppu. Masalah yang ada di depan mata seperti OPM dan gerakan separatis lainnya

yang seharusnya mendapat atensi lebih dari pemerintah.

Masalah mekanisme yang sempat disinggung Mahfud MD, menurut Hakam

Naja juga merupakan suatu kesalahan. Undang-undang yang lama menurutnya sudah

baik. Ormas dibubarkan oleh putusan pengadilan bukan oleh eksekutif. Eksekutif

memberikan saran jika ingin membubarkan ormas. Cara yang demikianlah yang

menurut Hakam negara demokrasi lakukan. UUD 1945 pun sudah mengatur mengenai

kebebasan berserikat atau berorganisasi dan berpendapat dimuka umum. Sehingga,

menurutnya, pemerintah seharusnya mengusulkan revisi besar-besaran terhadap

undang-undang yang lama, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 dibanding

mengeluarkan perppu.

Masalah azas contrarius actus juga disinggung Hakam Naja saat wawancara

dilakukan. Menurutnya penarapan azas tersebut baik jika diimplementasikan kepada

aspek administrasi. Namun dalam ormas, bukan hanya mencakup administrasi, tetapi

eksistensi sebagai warga negara Indonesia yang memiliki hak konstitusional untuk

berorganisasi. Hak tersebut melekat dalam setiap individu. Ia menyamakan seperti hak

politik, hak memilih dan juga dipilih. Ia beralasan, pemerintah juga merupakan produk

hasil dari pemilihan, oleh sebab itu dikhawatirkan akan ada konflik kepentingan. “Jika

menjadi lawan politik akan dicabut, kalau dia mendukung tidak akan dicabut” ujar

Hakam Naja. Ia juga menyayangkan seakan-akan ada langkah eksekutif mengambil

alih tugas yang harusnya dilakukan oleh yudikatif. Karena menurutnya, “kita boleh

Page 61: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

50

tidak suka dengan HTI, namun kita tidak boleh sewenang-wenang. Pemerintah harus

setara di depan hukum. Kalau sekarang terlihat, jadi lebih tinggi”.12

Alasan-alasan yang demikian, sehingga menurutnya masalah kegentingan yang

memaksa yang menjadi alasan pemerintah mengeluarkan perppu ini sudah tidak tepat.

Kegentingan yang memaksa contohnya seperti perang dimana pemerintah harus cepat

dalam mengalokasikan APBN, atau seperti bencana besar seperti Tsunami Aceh yang

perlu tindakan cepat dari pemerintah sehingga dapat digolongkan ke dalam

kegentingan yang memaksa.

Dalam analisa penulis, pasal-pasal atau dasar dari Perppu Ormas yang menjadi

keberatan PAN di antaranya:

1. Pasal yang Bermasalah

Perppu Nomor 2 Tahun 2013 menghapus Pasal 70 sampai Pasal 80 yang berisi

tugas dan fungsi peradilan dari tahap Pengadilan Negeri sampai Mahkamah Agung

dalam proses pembubaran suatu ormas. Keputusan yang demikian bukan salah satu ciri

negara demokratis yang menjaga kebebasan berserikat/berorganisasi yang

bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945.

Ambiguitas atau multi tafsir pada Pasal 82A BAB XVIIA Ketentuan Pidana.

Yang didalamnya terdapat kalimat “setiap orang yang menjadi anggota/atau pengurus

Ormas yang dengan sengaja secara langsung atau tidak langsung….” dapat dipidana

12 Wawancara Abdul Hakam Naja F-PAN Komisi II DPR-RI, 5 September 2019

Page 62: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

51

karena melakukan pelanggaran. Masa hukumnya bervariasi, Pasal 82A ayat 1 apabila

melanggar ketentuan dalam Pasal 59 ayat (3) huruf c dan huruf d dipidana antara 6

bulan sampai 1 tahun, sedangkan dalam Pasal 82A ayat 2 apabila melanggar ketentuan

dalam Pasal 59 ayat (3) huruf a dan huruf b, dan ayat (4) dipidana mulai dari 5 tahun

sampai 20 tahun bahkan dapat dikenakan pidana seumur hidup.

Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya multi tafsir, apakah seluruh anggota

suatu ormas akan terkena pidana dari kegiatan ormas yang dianggap melanggar, atau

hanya aktor intelektual yang menjadi bagian dari suatu ormas yang akan terkena

pidana. Serta, dikhawatirkannya tafsir tunggal terhadap Pancasila juga turut ditakutkan

oleh PAN.

2. Asas Contrarius Actus

Dimasukkannya asas contrarius actus yang dijadikan dasar perppu tidak tepat

jika diterapkan kepada ormas, lebih tepat diterapkan dalam urusan administrasi seperti

SIM atau KTP. Karena didalam ormas, bukan hanya menyangkut hal administrasi dari

ormas tersebut, tetapi ada hak konstitusional warga negara didalamnya, dimana hanya

pengadilanlah yang berwenang mencabut hak tersebut.

Asas ini dahulu digunakan oleh Mahkamah Agung untuk menguji peraturan

dibawah undang-undang hanya berwenang untuk menyatakan tidak sah, namun untuk

Page 63: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

52

pencabutan dan pembatalan aturan tersebut hanya dapat dilakukan oleh pembentuk

aturan tersebut.13

3. Tidak ada Kegentingan yang Memaksa

Dasar suatu perppu dikeluarkan adalah Pasal 22 UUD 1945 yang menyebutkan

apabila ada kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintah pengganti undang-undang. Hal tersebut kemudian diterjemahan oleh MK

dalam Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 dalam Permohonan Pengujian Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

MK menimbang terbitnya suatu perppu apabila adanya keadaan yang mendesak

untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat berdasarkan undang-undang, namun

undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan

hukum, atau ada Undang-Undang tetapi tidak memadai, sehingga kekosongan hukum

tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang-undang secara prosedur biasa

karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak

tersebut perlu memastikan untuk diselesaikan.14 Pasca dikeluarkannya Perppu Ormas,

hanya ada satu ormas yang dibubarkan oleh pemerintah, yaitu HTI. Sehingga

13 Miftahul Huda, “Kamus Hukum,” Majalah Konstitusi No. 34, November 2009, 78. 14 Termuat dalam Pertimbangan Hukum MK dalam Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 dalam

Permohonan Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Page 64: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

53

kegentingan yang memaksa sudah tidak rasional menurut PAN. Adanya revisi terhadap

undang-undang lama lebih tepat dilakukan pemerintah dibandingkan mengeluarkan

sebuah perppu.

Pemerintah telah menyerahkan perppu ormas kepada DPR untuk dibahas dalam

satu kali masa sidang. DPR akan membahas apakah disetujui atau tidak disetujui,

apabila tidak menerima, UU No.7 Tahun 2013 akan kembali berlaku. Komisi II yang

berwenang membahas ini, akan mengundang berbagai pihak untuk dimintai pendapat

mengenai perppu ormas.

Rapat paripurna DPR dengan agenda pembahasan Perppu No.2 Tahun 2017

dilakukan pada 24 Oktober 2017. Rapat yang dipimpin oleh Fadli Zon ini mendapatkan

banyak interupsi dan perdebatan antar anggota dewan. PDI Perjuangan, Nasdem,

Golkar, dan Hanura masih tetap tegas mendukung pengesahan perppu menjadi undang-

undang jika dilihat dari pandangan fraksi. PKB, PPP, dan Demokrat akhinya menerima

pengesahan perppu menjadi undang-undang walaupun dengan catatan pemerintah

harus tetap merevisi beberapa pasal didalamnya. Gerindra, PKS, dan PAN pun tetap

pada pendiriannya yaitu menolak kehadiran perppu ormas untuk disahkan menjadi

undang-undang.

Voting pun menjadi jalan terakhir DPR untuk menentukan apakah perppu

tersebut disetujui atau tidak disetujui menjadi undang-undang. Melalui mekanisme

pemunguntan suara per fraksi, tidak dilakukan secara perorangan. Seperti yang sudah

dapat ditebak. Tujuh fraksi menerima Perppu No.2 Tahun 2017 disahkan menjadi

Page 65: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

54

undang-undang, sedangkan tiga fraksi lainnya menolak untuk disahkan. PAN tetap

pada posisinya, yaitu menolak Perppu Nomor 3 Tahun 2017 tentang Organisasi

Kemasyarakatan untuk disahkan menjadi undang-undang. Berikut tabel suara

pengesahan perppu ormas berdasarkan kehadiran anggota15:

Tabel IV.B.1

Tabel Suara Fraksi Sidang Paripurna Pengesahan Perppu Ormas

Setuju Tidak

Setuju

Total

PDI Perjuangan 106 Partai Gerindra 62

Partai Golkar 70 PKS 24

Partai Nasdem 23 PAN 35

Partai Hanura 15

PKB* 32

PPP* 23

Partai Demokrat* 42

Total 311 121 432

*Menerima dengan catatan revisi.

C. Faktor Perbedaan Sikap PAN dengan Koalisi Pemerintahan Joko

Widodo-Jusuf Kalla

C.1 Faktor Kebijakan Internal PAN

Faktor internal PAN, tepatnya pilihan rasional dari PAN menjadi faktor utama

dalam penolakkannya terhadap Perppu Ormas. Aspek hukum yang menjadi masalah

PAN dalam Perppu Ormas adalah kewenangan pemerintah memberikan penilaian

subjektif terhadap aktivitas ormas yang dianggap melanggar Pancasila. Pembubaran

15 “Tolak Perppu Ormas Menjadi UU, Ini Alasan Gerindra”. 24 Oktober 2017, okezone.com

[berita online] tersedia di www.news.okezone.com diakses pada 28 Mei 2019

Page 66: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

55

tanpa melalui pengadilan juga memberikan jalan pintas pemerintah untuk

membubarkan suatu ormas tanpa melewati pembuktian kesalahan ataupun lewat surat

peringatan. Andi Yulianis Paris, politikus PAN, beralasan partainya menolak Perppu

Ormas karena mencegah Presiden Joko Widodo dari pelanggaran terhadap UUD 1945.

Andi tidak ingin presiden melanggar Pasal 28 UUD 1945 yang isinya menjamin

hak untuk hidup dan kemerdekaan pikiran serta kebebasan dari sikap diskriminatif.16

Menurutnya ini juga berpotensi untuk melanggar HAM karena memberikan

kewenangan yang absolut terhadap pemerintah untuk memberikan penilaian subjektif

dan memerikan sanki terhadap ormas yang dianggap melanggar.

Muhammadiyah dan ormas-ormas lain yang menentang adanya perppu ormas

juga menjadi alasan PAN berbeda pandangan mitra koalisi yang lain. PP

Muhammadiyah yang menolak perppu ormas karena menilai UU No.17 Tahun 2013

tentang Organisasi Kemasyarakatan yang sebelumya sudah ada masih relevan dan

mengkhawatirkan adanya abuse of power karena kewenangan pembubaran ormas

mutlak berada di tangan pemerintah.17 Massa Muhammadiyah dan massa umat Islam

masih menjadi pensuplai kader dan suara di tubuh PAN. PAN tentunya tidak ingin

kehilangan popularitas di pendukungnya seperti kata Bingham Powell. Partai politik

16 “PAN Beralasan Menolak Perppu Ormas Justru karena Mendukung Jokowi”. 24 Oktober

2017, tempo.co [berita online] tersedia di www.nasional.tempo.co diakses pada 22 Oktober 2019 17 “Perppu Ormas: NU Mendukung, Muhammadiyah Menolak”. 18 Oktober 2017, tempo.co

[berita online] tersedia di www.nasional.tempo.co diakses pada 24 Oktober 2019

Page 67: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

56

sulit untuk memilih, apakah mempetimbangkan kepetingan koalisi atau popularitas

partai untuk pemilihan mendatang.18

C.2 Faktor Bentuk Koalisi

Pemerintahan Jokowi pada mulanya memang menghasilkan pemerintahan yang

minoritas, atau tidak mendapat cukup dukungan partai politik di parlemen. Jokowi-JK

hanya diusung oleh empat partai politik, yakni PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB,

dan Partai Hanura. Namun seiring berjalannya waktu, satu per satu partai politik

pendukung Prabowo-Hatta memilih untuk merapat ke koalisi Jokowi-JK. PPP, Partai

Golkar, dan PAN berhasil menjadi kekuatan tambahan di parlemen dan menjadikan

koalisi Jokowi-JK menjadi koalisi besar atau oversized coalition.

Koalisi besar yang sudah tergabung menurut penulis merupakan koalisi yang

bersifat pragmatis dengan mengesampingkan kesamaan ideologi masing-masing

partai, dan bertujuan untuk saling memanfaatkan sumber daya kekuasaan di eksekutif.

PAN secara terus terang ingin mengoptimalkan perannya untuk bangsa dengan menjadi

bagian eksekutif. Hal tersebut dikonformasi oleh Hakam Naja yang menyebutkan

keputusan tersebut merupakan salah satu amanat Kongres PAN yang lalu. Hal tersebut

seperti yang dikatakan Moury, bahwa koalisi yang dibangun oleh elit partai, dalam hal

18 Bingham Powell Jr. Contemporary Democracies: Participation, Stability and Violence,

(Massachusetts: Harvard University Press, 1982), hlm. 74 lihat juga Asrinaldi A, “Koalisi Model

Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan Kelembagaan Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal

Penulis an Politik Vol. 10 No.2 (Desember 2013): 68

Page 68: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

57

ini PAN, adalah terkait pilihan rasional elit dalam memaksimalkan sumber daya politik

yang mereka miliki.19

Koalisi pendukung Jokowi-JK tidak memiliki sesuatu untuk mengikat para

mitra koalisi yang sudah bergabung. Selain itu, komunikasi antar mitra koalisi juga

menurut penulis kurang dibangun oleh Jokowi maupun PDI Perjuangan. Masalah Hak

Angket KPK yang berasal dari inisiatif partai-partai pendukung pemerintah, pada

awalnya ditolak oleh sesama mitra koalisi. PPP, PKB, dan PAN menolak usulan adanya

hak angket untuk KPK pada waktu itu. Walaupun pada akhirnya partai-partai tersebut

bergabung ke dalam Pansus, ini sudah menjadi bentuk nyata kurangnya komunikasi

terhadap mitra koalisi.

Masalah komunikasi lagi-lagi terjadi di dalam koalisi pendukung Jokowi-JK.

Masalah Perppu Ormas yang ditolak Fraksi PAN di DPR menjadi satu-satunya fraksi

pendukung pemerintah yang berbeda pandangannya. PAN menilai tidak adanya

kegentingan yang memaksa sehingga presiden harus mengeluarkan sebuah Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang maupun alasan rasional lainnya. Hakam Naja

menilai, kegentingan yang memaksa dalam hal ini misalnya, bencana besar seperti

tsunami Aceh dahulu, atau saat perang pemerintah membutuhkan APBN sehingga

19 Catherine Moury, Coalition Government and Party Mandate: How Coalition Agreement

Constrain Minesterial Action, (London: Routledge, 2013) dalam Asrinaldi A, “Koalisi Model

Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan Kelembagaan Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal

Penulis an Politik Vol. 10 No.2 (Desember 2013): 68

Page 69: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

58

presiden bisa mengeluarkan perppu.20 Dan terkait waktu, ia menginginkan pemerintah

bersabar untuk mengusulkan perubahan total atau revisi UU Ormas.

Bentuk koalisi yang besar atau oversized coalition juga menyangkut visi

bersama yang harus dibangun setelah pemilu dalam membentuk pemerintahan, yang

membuat mitra koalisi berusaha menyesuaikan visinya dengan partai yang menjadi

poros utama partai. Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, PKB dan termasuk PAN harus

menyesuaikan program yang telah dirancang kepada PDI Perjuangan selaku poros

utama koalisi. Visi bersama yang seharusnya dibangun dan dirumuskan sebelum

pemerintahan terbentuk, justru dilakukan setelah kemanangan dalam membentuk

pemerintahan.

Koalisi yang hanya mementingkan jangka pendek dan temporer seperti ini,

memiliki konsekuensi yaitu lemahnya ikatan dan solidaritas mitra koalisi sehingga

dukungan partai politik terhadap pemerintah hanya ditentukan oleh “mood politik”

partai politik mitra koalisi.21 Apakah harus dihadapkan dengan kebijakan yang

membuat kecewa partai atau sedang berhubungan baik dengan pemerintah.

Koalisi yang temporer atau sementara juga diamini oleh Hakam Naja ketika

diwawancara oleh penulis. Ia beralasan ketika berbeda pilihan pada RUU Pemilu, itu

20 Wawancara Abdul Hakam Naja, F-PAN Komisi II DPR-RI, 5 September 2019 21 Istilah ini digunakan oleh Syamsuddin Haris untuk menggambarkan Partai Golkar dan PKS

ketika SBY menjadi presiden. Golkar dan PKS sempat mendorong adanya hak angket dalam skandal

Bank Century. Penulis meminjam istilah ini untuk menggambarkan hubungan koalisi PAN dan Jokowi-

JK. Syamsudin Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.2014) hlm. 108

Page 70: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

59

semata-mata tidak mau mengorbankan partai untuk koalisi yang bersifat temporer ini.

Ia juga tidak ingin mengorbankan partai hanya untuk jabatan menteri dan PAN berbeda

pandangan mengenai sistem politik di Indonesia.

Koalisi yang dipraktikkan oleh partai-partai politik di Indonesia

menggambarkan kecenderungan pembentukkan koalisi yang bersifat instan yang

berdasarkan pada kepentingan politik jangka pendek. Lemahnya koalisi yang dibangun

turut diakibatkan tidak sepenuh hatinya dukungan dari partai politik anggota koalisi,

dan memandang koalisi yang dibangun hanya untuk sementara.22

Koalisi yang berdasarkan platform atau ideologi anggota koalisi harus didorong

untuk terciptanya koalisi yang permanen. Koalisi yang bertujuan policy seeking

(mewujudkan kebijakan sesuai kepentingan partai) lalu diikat oleh kesamaan tujuan

dan kebijakan.23 Sehingga koalisi yang bersifat solid diperlukan agar koalisi yang

dibentuk tidak semata-mata untuk transaksi politik antar elit di pemerintahan dan partai

politik untuk menjaga dukungan partai politik terhadap pemerintah dengan kompensasi

menteri di kabinet dapat terhindarkan.24

22 Asrinladi A, “Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan Kelembagaan

Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal Penulis an Politik Vol. 10 No.2 (Desember 2013): 69 23 Lili Romli, “Koalisi dan Konflik Internal Partai Politik Pada Era Reformasi”, Jurnal Politica

Vol. 8 No.2 November 2017: 103 24 Beverly Evangelista, “Eksistensi Koalisi dalam Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia

Menurut UUD 1945”, Jurnal Ius Vol II No.5 (Agustus 2014): 340

Page 71: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penolakan PAN terhadap Perppu Ormas tentu mempunyai alasan tersendiri.

Faktor internal PAN, khususnya pilihan rasional yang PAN ambil dalam memandang

perppu ormas menjadi faktor utama dalam masalah ini. Aspek hukum dan tidak adanya

kegentingan yang memaksa pemerintah untuk mengeluarkan suatu perppu menjadi

pertimbangan PAN untuk menolak adanya Perppu Ormas.

Dihapusnya fungsi peradilan dalam proses pembubaran suatu ormas menjadi

titik krusial penolakan PAN terhadap perppu ini. Peran eksekutif yang sangat dominan

dalam pembubaran ormas, dikhawatirkan dapat memicu kesewenang-wenangan

pemerintah dan dapat digunakan untuk menjegal lawan politiknya dikemudian hari.

Ditambah, pasca dikeluarkannya perppu ini hanya satu ormas saja yang dibubarkan,

yaitu HTI. Sehingga kegetingan yang memaksa tersebut, tidaklah rasional dan tidak

terbukti. Asas contrarius actus yang ditambahkan kedalam perppu ini juga dinilai tidak

tepat implementasinya terhadap masalah keormasan.

Sehingga, pada kesimpulannya PAN sebetulnya berharap pemerintah

melakukan revisi total terhadap undang-undang yang lama, Undang-undang No.17

Tahun 2013, agar masalah seperti waktu yang terlalu lama dalam membubarkan ormas

Page 72: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

61

dan menghindari wewenang eksekutif yang terlalu besar dapat dihindari dengan

dibahas bersama DPR.

Pada kasus ini membuktikan kesamaan ideologi yang dikesampingkan dalam

membentuk suatu koalisi turut andil dalam ketidakstabilan jalannya pemerintahan.

Kepentingan jangka pendek untuk mendapatkan suara dan mengoptimalkan sumber

daya kekuasaan yang ada masih menjadi dasar partai politik bergabung dalam koalisi.

Tidak adanya suatu pengikat di dalam koalisi Jokow-JK juga turut menjadi

faktor ketidakharmonisan antara PAN dan mitra koalisi yang lain. Visi bersama yang

seharusnya dibangun antar mitra koalisi parpol nampaknya belum maksimal dalam

menjaga koalisi agar tetap solid. Serta, komunikasi yang baik seharusnya dibangun

Jokowi maupun PDIP sebagai poros utama untuk mencegah perbedaan pandangan di

dalam koalisi.

Faktor internal PAN seperti pilihan menyangkut keengganan mengambil resiko

dengan pilihan menolak adanya Perppu Ormas untuk menjaga popularitas partai dalam

pemilihan mendatang membuat PAN terpaksa membuat keputusan berbeda dengan

koalisi yang lain daripada harus mengorbankan kepentingan partai pada pemilu

mendatang.

Page 73: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

62

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memiliki saran sebagai berikut:

1. Akademis

Penelitian selanjutnya diharapkan mampu membahas dan mendalami masalah

seputar sistem multipartai ekstrem yang diterapkan di Indonesia. Ketika sistem

presidensial dikombinasikan dengan multipartai ekstrem, koalisi besar yang harus

dibangun untuk mengamankan suara saat pemilu presiden ataupun suara di parlemen,

membuat koalisi yang dibangun akan rapuh. Melakukan perbandingan secara

mendalam mengenai masalah tersebut dirasa peneliti juga penting untuk dibuat agar

mengetahui fenomena yang terjadi di Indonesia apakah dialami oleh negara yang

menganut serupa dengan Indonesia.

2. Praktis

Peneliti berharap agar kedepannya partai politik yang berada di Indonesia lebih

sederhana dari segi jumlah. Karena dengan begitu tidak adanya kepentingan yang

terlalu banyak dari partai politik di pemerintah yang berjalan dan akan lebih stabil

dengan jumlah partai yang lebih sedikit. Partai politik juga memiliki kemungkinan

mendapatkan kursi mayoritas di parlemen sehingga dapat terwujud kestabilan di

pemerintahan. Partai politik juga diharapkan membentuk koalisi yang lebih stabil

dengan memikirkan aspek kesamaan ideologi.

Page 74: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

63

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Hamdi, Ridho. Partai Politik Islam: Teori dan Praktik di Indonesia.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Ambardhi, Kuskridho. Mengungkap Politik Kartel: Studi Tentang Sistem

Kepartaian di Indonesia Era Reformasi. Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2009.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013.

Cole, Alexandra. Perbandingan Partai Politik: Sistem dan Organisasi dalam Ilmu

Politik dalam Paradigma Abad ke-21. Jakarta: Kencana, 2013.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik, diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S.

Jakarta: Kencana, 2007.

Heywood, Andrew. Politics, Ed. 3rd. New York: Palgrave Macmillan, 2007.

Katz, Richard S., William Croty. Handbook Partai Politik. Bandung: Nusa Media,

2014.

Lijphart, Arend. Pattern of Democracy: Governmant Forms and Performance in

Thirty-Six Countries. Michigan: Yale University, 2012.

Nainggolan, Bestian. dkk. Partai Politik Indonesia 1999-2019: Konsentrasi dan

Dekonsentrasi Kuasa. Jakarta: Kompas, 2016.

Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis, 2008.

Shively, W. Phillips. Power & Choice: An Introduction to Political Science. New

York: McGraw-Hill, 2007.

Sudjarwo dan Basrowi. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: CV. Mandar

Maju, 2009.

Hajati, Sri, Poespasassri, Ellyne Dwi, dan Moechtar, Oemar. Pengantar Hukum

Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press, 2007.

Yunanto, Sri. Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan Republik Indonesia: Studi

Tentang Ideologi dan Gerakan Politik HTI Dalam Perspektif Empat

Konsensus Bangsa Indonesia. Jakarta: Intitute for Peace and Security, 2017

Haris, Syamsudin. Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

Page 75: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

64

Jurnal Ilmiah

Aminuddin, M. Faishal dan Moh. Fajar Shodiq Ramadlan, “Match-All Party:

Pragmatisme Politik dan Munculnya Spesies Baru Partai Politik di Indonesia

Pasca Pemilu 2009”, Jurnal Politik Vol. 1, No. 1, (Agustus 2015):39-74.

Asrinaldi A, “Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan

Kelembagaan Sistem Presidensial di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik

Vol. 10, No.2 (Desember 2013):63-77.

Asrinladi, A. “Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan

Kelembagaan Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik

Vol. 10 No.2 (Desember 2013): 68.

Haris, Syamsuddin. “Koalisi Dalam Sistem Demokrasi Presidensial Indonesia:

Faktor-Faktor Kerapuhan Koalisi Era Presiden Yudhoyono” Jurnal

Penelitian Politik LIPI Vol.8 No.1 (2011):3.

Ihsan, A. Bakir. “Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi dalam Sistem Quasi

Presidensial.” Jurnal Penelitian Politik LIPI: Menggugat Politik Parlemen,

Vol. 8, No.1 (2011): 31-43.

Jr, Bingham Powell. Contemporary Democracies: Participation, Stabilty and

Violence. Massachusetts: Harvard University Press, 1982. dalam Asrinladi A,

“Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan Kelembagaan

Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik Vol. 10 No.2

(Desember 2013): 68

Moury, Catherine. Coalition Government and Party Mandate: How Coalition

Agreement Constrain Minesterial Action. London: Routledge. 2013. dalam

Asrinladi A, “Koalisi Model Parlementer dan Dampaknya Pada Penguatan

Kelembagaan Sistem Presidensial Di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik

Vol. 10 No.2 (Desember 2013): 68.

Ratna Solihah, “Pengaruh Dinamika Internal Partai Terhadap Strategi Politik Partai

Amanat Nasional Pasca Kongres IV Tahun 2015”. Jurnal Wacana Politik,

Vol 1 No.2 (Oktober 2016):116-123.

Solihah, Ratnia. “Pengaruh Dinamika Internal Partai Terhadap Strategi Politik

Partai Amanat Nasional Pasca Kongres IV Tahun 2015”. Jurnal Wacana

Politik Vol. 1, No. 2, (Oktober 2016):166-123.

Sumadinata, R. Widya Setiabudi. “Dinamika Koalisi Partai-Partai Politik di

Indonesia Menjelang dan Setelah Pemilihan Presiden Tahun 2014”. Jurnal

Wacana Politik Vol. 1 No. 2 (Oktober 2016):183-188.

Romli, Lili. “Koalisi dan Konflik Internal Partai Politik Pada Era Reformasi”,

Jurnal Politica Vol. 8 No.2 (November 2017): 103

Page 76: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

65

Evangelista, Beverly. “Eksistensi Koalisi dalam Sistem Pemerintahan Presidensil

di Indonesia Menurut UUD 1945”, Jurnal Ius Vol II No.5 (Agustus 2014):

340

Skripsi

Prasasti, Erika Sita. “Partai Politik dan Koalisi: Studi atas Perbedaan Sikap Partai

Golongan Karya (Golkar) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan

Koalisi Pendukung Pemerintah SBY Periode 2009-2014”, Skripsi S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta. 2017

Dokumen

Undang-Undang Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009

Majalah

Huda, Miftahul “Kamus Hukum,” Majalah Konstitusi No. 34, November 2009, 78.

Internet

“6 Fraksi di DPR Dukung Perppu Ormas, PKS-Gerindra-PD-PAN Mengkritik”.

https://news.detik.com. 13 Juli 2017

“DPR Tentukan Nasib RUU Pemilu Hari ini, Sah atau Deadlock?”.

https://kumparan.com. 20 Juli 2017.

“Ini Alasan Pemerintah Terbitkan Perppu Ormas”. https://news.detik.com. 12 Juli

2017.

“Ini Tiga Nama Anggota Fraksi PAN yang Duduk Dalam Pansus Angket KPK”.

http://www.tribunnews.com. 7 Juni 2017.

“Koalisi Merah Putih Hingga Lima Tahun”. https://www.republika.co.id. 15 Juli

2014.

“Koalisi Tenda Besar Gerindra: Golkar, PKS, Hanura, PPP dan PAN”.

https://www.liputan6.com. 7 Mei 2013.

Page 77: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

66

“KWI, PGI, dan PP Dukung Perppu Ormas Disahkan Jadi UU”.

https://news.detik.com. 18 Oktober 2017.

“Mahfud MD Jelaskan Soal Perppu Ormas”. https://www.tribunnews.com. 22

Agustus 2017.

“Menurut Zulkifli, Jokowi Memahami Alasan PAN Pilih Sikap Berbeda dengan

Koalisi”. https://nasional.kompas.com. 24 Juli 2017.

“PAN Beralasan Menolak Perppu Ormas Justru karena Mendukung Jokowi”.

https://nasional.tempo.co. 24 Oktober 2017.

“PAN Gabung Koalisi Jokowi”. http://www.bbc.com. 2 September 2015.

“PAN Resmi Jadi Partai Pendukung Pemerintah Jokowi”.

https://nasional.sindonews.com. 2 September 2015.

“Pansus RUU Pemilu Sepakati 5 Opsi Paket untuk Diputuskan Besok”.

https://nasional.tempo.co. 12 Juli 2017.

“Partai Golkar Gabung Jokowi”. http://www.republika.co.id. 26 Januari 2016.

“Pemerintah Resmi Terbitkan Perppu 2/2017 soal Ormas”. https://news.detik.com.

12 Juli 2017.

“Prabowo-Hatta Resmi Daftar ke KPU”. https://nasional.kompas.com. 20 Mei

2014

“Sah! Perppu Ormas resmi jadi UU”. https://news.detik.com/. 27 Desember 2017

“Tolak Perppu Ormas Menjadi UU, Ini Alasan Gerindra”.

https://news.okezone.com. 24 Oktober 2017.

“PAN Siap Koalisi dengan Semua Partai”. https://beritasatu.com. 20 Maret 2014.

“DPR Tentukan Nasib RUU Pemilu Hari ini, Sah atau Deadlock?”.

https://kumparan.com. 20 Juli 2017.

“Revisi UU Pemilu Alot, DPR Terbelah Tiga Kubu”.

https://nasional.sindonews.com. 20 Juli 2017.

“PAN dan Tiga Fraksi Oposisi Kompak Walkout Voting Revisi UU Pemilu.

https://www.merdeka.com. 21 Juli 2017

Wawancara

Wawancara dengan Abdul Hakam Naja. Fraksi PAN Komisi II DPR-RI. 5

September 2019.

Page 78: PARTAI POLITIK DAN KOALISI PEMERINTAHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50088...mengenai pandangan PAN terhadap Perppu Ormas sesungguhnya, serta mengapa terjadi

67

Wawancara dengan Achmad Baidowi. Fraksi PPP Komisi II DPR-RI. 19 Maret

2019.