PAROTITIS.docx

22
BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS Nama : An. F Usia : 7 tahun Jenis kelamin : Laki – laki Agama : Islam Alamat : Tahtul Yaman Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Anak ke : 1 (pertama) b. Jumlah anak/saudara : 1 orang saudara c. Status ekonomi keluarga : Menengah bawah d. Kondisi Rumah : Pasien tinggal di sebuah rumah panggung papan. Rumah memiliki 3 kamar, masing-masing berukuran kira-kira 3x4 meter. Aspek Psikologis di Keluarga Hubungan dengan orang tua dan antar saudara baik. Pasien saat ini sedang bersekolah di sekolah Dasar. Orang tua pasien mempunyai pekerjaan seorang buruh dan ibu rumah tangga. ANAMESIS Keluhan Utama : Timbul benjolan di bawah rahang sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu. 1

Transcript of PAROTITIS.docx

Page 1: PAROTITIS.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : An. F

Usia : 7 tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Alamat : Tahtul Yaman

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Anak ke : 1 (pertama)

b. Jumlah anak/saudara : 1 orang saudara

c. Status ekonomi keluarga : Menengah bawah

d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di sebuah rumah panggung papan. Rumah memiliki 3 kamar, masing-

masing berukuran kira-kira 3x4 meter.

Aspek Psikologis di Keluarga

Hubungan dengan orang tua dan antar saudara baik. Pasien saat ini sedang bersekolah

di sekolah Dasar. Orang tua pasien mempunyai pekerjaan seorang buruh dan ibu rumah

tangga.

ANAMESIS

Keluhan Utama :

Timbul benjolan di bawah rahang sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak 3 hari yang lalu pasien terkena demam tinggi naik turun, muntah muntah 2x

sehari isi muntahan makanan, os mengeluhkan perutnya sakit, dan badan terasa lemas.

Namun pasien diberikan ibu obat penurun panas demam dan pasienpun ada perubahan dan

tidak sering demam terlalu tinggi. Pasienpun mersakan dileher kirinya ada benjolan yang

kecil. Pasien sering memegangnya diakrenakan mengganggu.

1

Page 2: PAROTITIS.docx

Sekarang pasien datang dengan keluhan benjolan di leher semakin besar dan opasien

mengeluh nyeri saat disentuh, os juga susah makan kerana nyeri pada saat menelan, juga

kadang tersa demam dan pegal pegal ditubuh. BAK BAB normal tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien mempunyai riwayat sering batuk pilek .

- Pasien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.

- Keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit Gondongan.

I. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Suhu : 36,8 °C

4. Nadi : 72 x/menit

5. TD : 120/70 mmHg

6. Pernafasan

- Frekuensi : 18 x/menit

- Irama : reguler

- Tipe : thorakoabdominal

7. Berat badan : 23 Kg

8. Tinggi badan : 120 cm

9. Kulit

- Turgor : baik

- Lembab / kering : lembab

- Lapisan lemak : ada

Pemeriksaan Organ

- Kepala

Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut

- Mata

Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), isokor

2

Page 3: PAROTITIS.docx

- Telinga

Nyeri tekan (-), bengap (-), berdenging (-)

- Hidung

Hidung terasa tersumbat (-), bersin bersin (-), terasa ada lendir yang tertelan (-),

- Mulut

Mukosa basah (+), sianosis (-)

- Leher :

Pembesaran kelenjar submandibularis (-/+), nyeri telan (+), nyeri tekan (+)

- Thorax

Bentuk    : normochest, retraksi (-)

Cor         : 

Inspeksi   : ictus cordis tidak tampak

Palpasi     : ictus cordis kuat angkat

Perkusi    : batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi  : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo      : 

Inspeksi   : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi     : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi    : Sonor

Auskultasi : Ekspirasi memanjang, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

- Abdomen

Inspeksi : Dinding perut datar

Palpasi     : Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan

epigastrium (+)

Perkusi     : Timpani

Auskultasi : bising usus normal

- Ekstremitas

Atas : Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 – 5

Bawah : Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 – 5

3

Page 4: PAROTITIS.docx

II. Pemeriksaan Penunjang

- Darah Rutin

- Ultrasonography Leher

III.Diagnosis Kerja

Parotitis sinistra

IV. Diagnosis Banding

- Limfadenitis servikalis

- Tumor parotitis

V. Manajemen

1. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dapat kambuh bila pasien

tidak menjaga kondisi tubuh dengan baik

- Menyediakan obat penurun panas di rumah

2. Preventif :

- Tidak mengganggu apapun benjolan yang timbul mendadak pada tubuh.

- Mengkompres dengan air hangat bile mebesar dan terasa sakit

3. Kuratif :

- Non Farmakologik

Mengkompres air hangat

- Farmakologik

Paracetamol tab 500 mg x 3

Chlorpheniramin maleat 4 mg ; 3 x 1 tab

Dexametason tab 3x1 tab

Acyxclovir tab 3x1

4

Page 5: PAROTITIS.docx

- Tradisional

Mengkonsumsi buah buahan yang mengandung Vit. C

Meningkatkan asupan bergizi, sayur buah dan makanan bayak

serat.

Mengkompres dengan daun jarak

4. Disability Limitation

Pasien telah menggunakan kartu jamkesmas sehingga mampu berobat.

5. Rehabilitatif :

- Minum obat sesuai anjuran.

- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS.

5

Page 6: PAROTITIS.docx

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Olak Kemang

Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Pelayangan

Dokter : Yulismi

SIP : No. 1022/SIK/2013

Tanggal: Oktober 2013

R/ Paracetamol 500 mg no.XV

S3ddtab1

R/ CTM 4 mg tab no. XV

S3ddtab1

R/ Acyxclovir Tab 500mg no. XV

S3dd tab 1 _____

R/ Dexametason tab no. XV

S3ddtab 1

Pro : An. F Umur : 8 tahun

Alamat: Tahtul Yaman

6

Page 7: PAROTITIS.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Parotitis adalah penyakit infeksi kelenjar ludah akut, sangat menular dengan

pembesaran kelenjar ludah dan nyeri terutama kelenjar parotis.3

Anatomi

Glandula parotidae merupakan kelenjar saliva terbesar. Bersama sepasang glandula

submandibularis dan sublingualis serta banyak kelenjar kecil yangtersebar di dalam rongga

mulut membentuk glandulae salivatoriae. Kelenjar parotis terletak dibawah meatus acusticus

ekternus dan terletak dalam suatulekukan di belakang ramus mandibula dan di depan

m.sternocleidomasteideus. Kelenjar parotis diselubungi oleh kapsula jaringan ikat. Duktus

parotideus bemuara ke dalam vestibulum oris, pada sebuah papilla kecil, di depan gigimolar

kedua atas. Glandula submandibularis tersusun dari campuran kelenjar serosa danmukosa.

Sebagian kelenjar tertutupi oleh corpus mandibula. Terdiri dari bagian superficial yang besar

dan bagian profunda yang kecil. Duktus submandibularis muncul dari ujung anterior pars

profundus, bermuara kedalam mulut pada suatu papilla kecil yang terletak di samping

frenulumlinguae. Glandula sublingual merupakan kelenjar terkecil dari glandula salivaria.

Tersusun atas kelenjar serosa dan mukosa. Terletak di bawah membrane mukosa dasar mulut

dekat garis tengah. Duktus sublingualis berjumlah 8-20 buah. Sebagian besar bermuara ke

dalam mulut pada puncak plica sublingualis, tetapi sebagian kecil dapat bermuara ke dalam

duktus submandibularis.7

7

Page 8: PAROTITIS.docx

ETIOLOGI

Parotitis disebabkan oleh kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup

parainfluenza, dan campak. Virus RNA ini berantai tunggal yang terbungkus dalam selubung

protein dan lemak. Secara antigen virus ini berkaitan eratdengan virus influenza yang kadang

kadang membingungkan pemeriksaan serologi. Diameter virion kira kira 150 RNA. Virus

memiliki hemolisin,neuromidase dan hemaglutinin. Virus parotitis dapat diperbanyak dalam

berbagai biakan sel dan dalam telur berembrio 4.

EPIDEMIOLOGI

Penyebaran parotitis ada pada kebanyakan populasi perkotaan. Virustersebar dari

manusia dengan kontak langsung, tetes-tetes yang di bawa udara, benda yang terkontaminasi

ludah dan kemungkinan dengan urin. Virus initersebar keseluruh dunia. 85% infeksi terjadi

pada anak kurang dari 15 tahun, biasanya 5 – 10 thn dan mengenai laki laki dan perempuan

secara sama.Diperkirakan sampai 40% kasus subklinis, tidak menimbulkan pembekakan

parotis sehingga sulit dikenal4.

8

Page 9: PAROTITIS.docx

PATOGENESIS

Terdapat dua teori pathogenesis parotitid, yaitu 3 :

1. Virus masuk melalui mulut ke dalam duktus stenson kelenjar parotis dan terjadi

multiplikasi pertama pada kelenjar ini, kemudian diikutioleh viremia umum dan

lokalisasi. Organ yang dituju adalah testis,ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau

otak.

2. Replikasi primer terjadi dalam epitel permukaan saluran napas, kemudian diikuti oleh

viremia umum dan lokalisasi serentak dalam kelenjar saliva dan alat tubuh lainnya.

Pembengkakan kelenjar parotitis yang terinfeksi mungkin terjadi sebagai akibat dari

suatu reaksi hipersensitivitas terhadap virus yang sedang bermultiplikasi secara lokal.

Hanya terdapat sedikit keterangan mengenai lesiyang terjadi akibat parotitis pada

manusia. Pada kenyataannya, asinus kelenjar parotis masih tetap dipertahankan dengan

baik, hanya terdapat edema periduktal dan infiltrasi limfosit ke dalam jaringan ikat.

Kerusakan utama terjadi di sel epitel disertai sejumlah sel polimorfonuklear didalam

lumensehingga terjadi dekuamasi epitel yang sempurna dan lumen yang membesar

berisi debris. Pada sejumlah sel epitel terdapat pembengkakan sitoplasma,tetapi jarang

mengandung badan inklusi basofilik yang besar.2

MANIFESTASI KLINIK

Masa inkubasi parotitis berkisar antara 14 – 24 hari. Masa prodormal ditandai dengan

perasaan lesu, rasa nyeri pada otot terutama otot daerah leher, sakit kepala, nafsu makan

turun dan diikuti pembesaran cepat satu atau dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah yang

lain. Pembesaran kelenjar disertairasa sakit dan akan membengkak secara khas yaitu dimulai

dengan pengisisan ruangan di antara batas belakang tulang rahang bawah dan tulang mastoid,

kemudian meluas dalam bentuk bulan sabit ke bawah 10dsorb depan, karena perluasan ke

atas dibatasi oleh tulang zygomatikus 3. Edema pada kulit dan jaringan lunak biasanya meluas

dan mengaburkan batas pembengkakankelenjar sehingga pembesaran tersebut lebih dapat

dinilai berdasarkan penglihat dan perabaan. Pembengkakan dapat terjadi dengansangat cepat,

mencapai besar maksimal dalam jangka waktu beberapa jamsaja, meskipun biasanya

mencapai puncak pembengkakan dibutuhkan waktu1-3 hari. Jaringan yang membengkak

akan mendorong cuping telinga ke atasdan keluar sehingga sudut rahang bawah tidak terlihat

9

Page 10: PAROTITIS.docx

lagi. Pembengkakanakan mereda pelahan lahan dalam waktu 3-7 hari, tetapi kadang kadang

dapat berlangsung lama6. Daerah yang mengalami pembengkakan terasa lunak dan nyeri,

perasaannyeri dibangkitkan terutama ketika mencicipi cairan asam seperti sari jeruk atau

cuka. Kulit kemerahan dan pembengkakan sering terjadi di sekitar muaraduktus stenosi.

Bersamaan dengan pembengkakan kelenjar parotis dapatterjadi edema laring dan paaltum

molle sehingga mendorong tonsil kea rahtengah. Dapat ditemukan pula edema di atas

manubrium sterni serta dindingdada bagian atas yang mungkin terjadi akibat bendungan

cairan limfatik. Pembengkakan kelenjar parotis biasanya disertai oleh demam yang tidak

begitu tinggi tetapi sering diketemukan pula suhu badan yang normal. Tidak terdapat

hubungan antara luasnya pembengkakan dengan derajat demam yang diderita2.

Pembesaran kelenjar submandibular sering pula dijumpai dan biasanya menyertai atau

menyusul pembengkakan kelenjar paotis.

Pembengkakan menempuh dua pola, yaitu :

1. Berbentuk lonjong yang meluas kearah depan dan bawah mulai dari sudu ttulang rahang

bawah.

2. Berbentuk setengah lonjong yang meluas secara langsung kearah bawah.Kemerahan dan

pembengkakan pada muara duktus Wharton sering menyertai pembengkakan tersebut.

Pembengkakan kelenjar sublingual paling jarang terjadi, tetapi jika terjadi

pembengkakan biasanya akan mengenai kedua sisiyang dapat dilihat pada daerah

submental dan dasar mulut.

DIAGNOSIS

Diagnosis parotitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Walaupun tidak spesifik, secara umum penderita parotitis mengalami :

a. Ada riwayat keluarga atau tetangga yang juga menderita parotitis.

b. Riwayat imunisasi yang tidak adekuat.

c. Rasa sakit dan pembengkakan pada kelenjar parotis.

10

Page 11: PAROTITIS.docx

d. Terdapat nyeri telan

e. Malaise, anoreksia dan demam dapat terjadi.

Gejala Klinis

Gejala klinis dapat berupa:

a. Panas ringan sampai tinggi

b. Keluhan nyeri di daerah parotis salah satu atau kedua sisi disertai pembesaran

kelenjar.

c. Keluhan nyeri otot terutama di daerah leher, sakit kepala dan rasa malas.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien parotitis akan didapatkan antara lain :

1. Pada inspeksi terlihat pembengkakan dan eritm pada kulit leher, baik unilateral

maupun bilateral.

2. Kelenjar parotisyang mengalami inflmasi biasanya teraba kenyal.

3. Kelenjar submandibularis dan sublingualis juga mengalami pembengkakan.

4. Adanya nyeri telan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis parotitis

antara lain:

CT scan dan MRI

CT scan dan MRI dapat digunakan untuk menentukan ukuran, bentuk dan kualitas

pembengkakan dan digunakan terutama untuk membedakan massa padat dan kistik. CT scan

juga digunakan bila dicurigai adanya komplikasi meningoencepalitis.

11

Page 12: PAROTITIS.docx

Sialography

Memperlihatkan anatomi dari duktus parotis

Ultrasound

Lebih non invasive sialography, digunakan untuk membedakan massa padat dan cairan dalam

glandula parotisd. Isolasi virusVirus parotitis dapat diisolasi dari saliva, cairan serebrospinal

atau urinyang dikumpulkan 4 hari setelah permulaan sakit. Setelah pemberian antibiotic,

bahan diinokulasikan ke dalam biakan sel ginjal monyet.

DIAGNOSIS BANDING

Pada umumnya diagnosis klinik parotitis mudah ditegakkan, tetapi pada kasus tertentu

perlu dibedakan dengan penyakit lain yang member gambaran klinis hampir sama, yaitu :

1. Parotitis supurative, pada penyakit ini sering terjadi pengeluaran nanahdari dalam

kelenjar parotis bila dilakukan penekanan dan terjadileukositosis.

2. Kalkulus saliva, akibat sumbatan saluran kelenjar parotis yangmenyebabkan

pembengkakan interminten.

3. Sialolithiasis (batu parotis), gejala yang ditimbulkan diantara pembesarkan kelenjar

parotis yang berlangsung lambat dan terus menerus disertai perasaan nyeri yang

ringan sampai berat.

4. Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun.

5. Tumor parotis, ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis yang berlangsung cepat

dan progresif, umumnya unilateral dan tidak disertairasa nyeri.

6. Sjorgen`s syndrome (Parotitis, keratokonjuntivitis, tidak adanya air mata)

PENATALAKSANAAN

Dalam pengobatan parotitis, terapi yang dianjurkan adalah terapi konservatif.

Perhatian yang adekuat terhadap hidrasi dan alimentasi sangat penting. Pasien bisa

mengalami kesulitan dengan makanan asam. Diet harus ringan dengan banyak mengadung

cairan.

12

Page 13: PAROTITIS.docx

Kadang kadang perlu analgetik untuk sakit kepala yang hebat atau ketidaknyamanan

yang disebabkan oleh parotitis. Mungkin pada orchitis perlu analgetik yang lebih kuat lagi.

Muntah jarang menjadi berat hingga membutuhkan cairan intravena. Namun, pada kejadian

ini kehilangan elektrolit harus digantiPasien yang dirawat di rumah sakit harus diisolasi

selama 9 hari sesudah mulainya pembengkakan. Juga dianjurkan interval istirahat yang sama

dirumah bagi anak sekolah.

KOMPLIKASI

Viremia bertanggung jawab atas manifestasi klinis infeksi parotitis padaorgan lain

selain kelenjar ludah.

1. Orchitis

Merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada laki laki. Lesi ini jarang terjadi

pada anak laki laki prepubertas tetapi sering ditemukan pada remaja dewasa, terjadi

pada 14-35% kasus. Orchitis biasanya terjadi sekitar delapan hari setelah gejala awal

parotitis tetapi dapat pula terjadi sebelum atau tanpa didahului gejala awal parotitis.

Orchitis paling sering terjadi unilateral, tapi pernah dilaporkan 17-38% terjadi

bilateral. Testis yang terserang berwarna merah, edema dan terasanyeri. Lama

penyakit rata-rata empat hari. Setelah orchitis dapat terjadiatropi dan kemandulan

timbul terutama pada orchitis bilateral.

2. Meningoensefalitis

Merupakan komplikasi yang sering terjadi selam masa anak-anak.Laki-laki terserang

3-5 kali lebih sering daripada perempuan.

Pathogenesis meningoensefalitis yang disebabkan parotitis digambarkan

sebagai suatu infeksi primer pada neuron oleh virusmaupun sebagai suatu ensefalitis

paska infeksi disertai demielinisasi. Pada tipe pertama, parotitis sering muncul pada

saat yang menyusul ensefalitis. Pada tipe kedua, ensefalitis menyusul rata-rata 10 hari

setelah terjadi parotitis. Parotitis dianggap sebagai penyebab terjadinya stenosis

aquaduktus dan hidrosephalus pada anak.

Gambaran klinis menigoensefalitis sama dengan oleh penyebab lain. Pada

awal penyakit, virus parotitis dapat diisolasi dari cairanserebrospinal.

13

Page 14: PAROTITIS.docx

3. Ooforitis

Dijumpai pada sekitar 7% dari semua kasus perempuan berusia prepubertas. Pada

ooforitis tidak terbukti terjadinya ganguan kesuburan.

4. Pankreatitis

Keterlibatan pancreas jarang terjadi, tetapi infeksi ringan atau subklinismungkin lebih

banyak terjadi. Keadaan ini dapat terjadi tanpa berkaitan dengan manifestasi pada

kelenjar ludah dan didiagnosis secara keliru sebagai gastroenteritis. Rasa nyeri

episgartrium dan nyeritekan memberikan petunjuk dugaan penyakit tersebut. Dapat

disertaidemam, menggigil, muntah, malaise. Pemeriksaan kadar lipase serumdapat

menolong menegakkan diagnosis.

5. Tiroiditis. Jarang ditemukan pada anak, tetapi pembengkakan difus dengan nyeri

tekan dapat terjadi kurang lebih satu minggu setelah parotitis, disusul oleh

pembentukan antibody antitiroid.

6. Miokarditis

Manifestasi pada jantung yang berat sangat jarang ditemukan, infeksiringan yang

menyerang miokardium mungkin lebih sering terjadi dansering kali diabaikan.

Perubahan EKG yang dapat ditemukan adalahdepresi segmen ST. keterlibatan jantung

pada parotitis dapat menerangkan timbulnya rasa nyeri prekordial, bradikardi serta

kadang-kadang perasaan letih.

7. Ketulian

Ketulian saraf yang terjadi setelah parotitis mungkin bersifat unilateralatau jarang

dapat pula bilateral. Meskipun kejadian ini memperlihatkan insidensi yang rendah

tapi parotitis dianggap sebagai penyebab ketulian saraf unilateral. Gangguan ketulian

dapat timbul secara mendadak atau perlahan lahan dan dapat bersifat sementara atau

menetap.

PROGNOSIS

Penderita parotitis akan mendapatkan imunitas seumur hidup apabila sembuh.

14

Page 15: PAROTITIS.docx

PENCEGAHAN

Pencegahan aktif yaitu dengan memberikan vaksinasi virus parotitisepidemika yang hidup

tetapi telah dilemahkan. Vaksin umum yangdiberikan adalah dalam bentuk kombinasi MMR

( mumps, measles, rubella). Vaksin MMR mulai diberikan pada umur 12-15 bulan dan

pemberianulangan diberikan pada usia 4-6 tahun, jika pemberian ulangan tidak

memungkinkan untuk dilakukan, sebaiknya diberikan sebelum usia 12tahun.

Dosis pemberian vaksin parotitis pada anak :

a. Dosis pertama : 0,5 ml subkutan pada usia 12-18 bulan.

b. Booster diberikan dua kali dengan dosis : 0,5 ml subkutan pada usia 4-

6tahun, dengan rentang waktu 4-6 minggu.

c. Catch Up dose : jika sebelumnya tidak diimunisasi pada usia 6 tahun,

berikan 2 dosis 0,5 ml subkutan dengan rentang waktu 4-6 minggu.

Kontraindikasi pemberian vaksinasi MMR adalah:

a. Anak sakit, baik itu dengan ataupun tanpa demam

b. Anak dengan riwayat atopic

c. Pasien dengan imunodefisiensi

d. Wanita hamil

e. Penderita kanker yang mempengaruhi sumsum tulang atau system limfe.

15

Page 16: PAROTITIS.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas Merdjani, 2002. “Parotitis Epidemika”, Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak :infeksi dan penyakit tropis ; Balai Penerbit FKUI Jakarta

2. Anonim, 2005, “Pediatric Clinical Practice Guideline for Parotitis”, diambil dari

http://www.hc-sc.gc.ca/fnisah-spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.php

3. Anonim,2008.”parotitis”,diambil darihttp://www.wikipedia.com/parotitis.htm

4. Brunell A. Philip, 1995. Buku Ajar pediatric Rudolph. Ed 20, Jakarta, EGC.

5. Jerry W. Templer, 2008. “Parotitis” diambil dari

http://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htm

6. Komite medic, “Standar Pelayanan Medis parotitis Epidemika”, Standar Pelayanan M

edik RSUP dr.Sardjito ; Penerbit Medika fakultas KedokteranUniversitas Gajah Mada

7. Snell S. Richard, 2006. Anatomi Klinik, Ed-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

16