PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI...

110
PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993K/Pdt/2012) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Tazkiatun Nafs Az Zahra NIM: 1111048000020 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI I L M U HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M

Transcript of PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI...

Page 1: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KREDITUR

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993K/Pdt/2012)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Tazkiatun Nafs Az Zahra

NIM: 1111048000020

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI I L M U HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,
Page 3: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,
Page 4: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,
Page 5: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

iv

ABSTRAK

Tazkiatun Nafs Az Zahra. NIM 1111048000020. PARATE EKSEKUSI

HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KREDITUR (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor

1993K/Pdt/2012). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1436 H/2015 M. ix + 78 halaman + 22 halaman lampiran.

Skripsi ini membahas tentang parate eksekusi hak tanggungan sebagai

perlindungan hukum terhadap kreditur jika dilihat dari kasus Putusan MA Nomor

1993K/Pdt/2012. Hal ini dilatarbelakangi oleh lahirnya parate eksekusi hak

tanggungan dari cideranya janji atau wanprestasi yang dilakukan debitur dalam

melakukan pembayaran kembali utangnya. Dalam Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan sudah memberi gambaran yang jelas

mengenai eksekusi yang bisa dilakukan apabila debitur cidera janji, salah satunya

adalah dengan melakukan pelelangan yang disebut parate eksekusi.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang

mengkaji berbagai dokumen terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan

penulis adalah metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan

pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case

approach). Selanjutnya ada tiga bahan hukum yang digunakan dalam penelitian

ini, yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kasus parate eksekusi hak

tanggungan ada beberapa debitur wanprestasi yang mengajukan perlawanan

terhadap barang jaminan yang dilelang. Dalam Putusan MA yang diangkat oleh

penulis, Majelis Hakim menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon

Kasasi dan menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar sisa tanggungan kredit

kepada Termohon Kasasi.

Kata Kunci : Parate Eksekusi, Hak Tanggungan, Perlindungan Hukum,

Perjanjian Kredit, Hukum Jaminan.

Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M.

Daftar Pustaka : Tahun 1977 s.d. Tahun 2013

Page 6: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

v

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang tak terkira, alhamdulillahi rabbil ‘alamin tiada henti diucapkan

karena dapat terselesaikannya skripsi ini. Selawat serta salam semoga selalu

tercurah limpahkan atas insan pilihan Tuhan Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,

tetapi skripsi ini merupakan hasil usaha dan upaya yang maksimal. Banyak hal

yang tidak dapat dihadirkan di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan

waktu. Namun patut disyukuri karena banyak pengalaman yang didapat dalam

penulisan.

Selama proses penulisan skripsi ini sangat disadari bahwa banyak hal tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, serta

para wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum.

Page 7: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

vi

3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., dosen pembimbing

yang telah bersedia membimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh

kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan masukan serta meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Nahrowi, S.H., M.H., dosen pembimbing akademik dari semester satu

hingga akhir perkuliahan.

5. Semua dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan

dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah SWT

senantiasa membalas jasa-jasa mereka serta menjadikan semua kebaikan ini

sebagai amal jariyah untuk mereka semua.

6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

7. Orangtua tercinta bapak Dr. H. Mardani Ali Sera M.Eng dan ibu Hj. Siti Oniah

S.Pd serta kakak dan adik-adik penulis, Abdurrahman Harits, Asad Izzuddin

Zaki, Qonita Mumtahanah, Azimah, Siti Raina Hajida, Muhammad Adib

Zahidi, Abidah Shabira dan Muhammad Ibrahim Hafy serta suami tercinta

Wijaya S.T berkat doa, motivasi, dan kasih sayang yang telah diberikan dengan

tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang Perguruan

Tinggi Negeri.

Page 8: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

vii

8. Seluruh mahasiswa Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis 2011, khususnya

untuk Dhurifah Nur Utami sahabat penulis yang selalu membantu dan ada

tanpa melihat waktu juga para wanita yang semoga selalu dalam lindungan-

Nya Icha, Sri, Endang, Ida, Shinta, Tami, Hilda, Fanny, Novita, Ummu dan

lainnya yang tidak bisa disebutkan, yang telah memberikan segala dukungan

dan hiburan kepada penulis, sehingga penulis selalu optimis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, atas jasa dan bantuan semua pihak berupa moril dan materiil

sampai detik ini penulis panjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan yang

berlipat dan menjadikannya amal yang tidak pernah berhenti mengalir hingga hari

akhir. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah senantiasa

memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjalani hari esok. Aamiin.

Jakarta, 23 September 2015

Tazkiatun Nafs Az Zahra

Page 9: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………….………………………..................i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………..............ii

ABSTRAK………………………….....................................................................iii

KATA PENGANTAR…………………………………………….….................iv

DAFTAR ISI……………………………………………….................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...............1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah……………………………….............6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……………………………………............7

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu.............................................................8

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual...............................................…............9

F. Metode Penulisan..................................................………………….........11

G. Sistematika Penulisan................................…………………….................14

BAB II JAMINAN DAN KREDIT PERBANKAN

A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian ...............……………...……............16

B. Tinjauan Umum tentang Hukum Jaminan ................................................24

C. Jaminan dalam Perjanjian Kredit Perbankan ............................................30

BAB III PARATE EKSEKUSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KREDITUR

A. Hak Tanggungan di Indonesia ..................................................................38

Page 10: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

ix

B. Tinjauan Umum tentang Eksekusi Hak Tanggungan ................................50

C. Parate Eksekusi sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur

....................................................................................................................55

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

1993K/Pdt/2012

A. Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993K/Pdt/2012 ..................... 59

B. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara pada Putusan Mahkamah

Agung Nomor 1993K/Pdt/2012 ....................................………............... 66

C. Analisis Penulis Mengenai Kesesuaian antara Putusan Mahkamah Agung

Nomor 1993K/Pdt/2012 dengan Peraturan Perundang-undangan yang

Berlaku ......................................................................................................69

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ...………………………………………..……..................... 74

B. Saran ...……………………………………………...………................... 75

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76

LAMPIRAN

Page 11: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial

intermediary) yang mempunyai kegiatan pokok menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian menyalurkan dana

tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menyatakan

bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat (rakyat banyak).1

Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di

Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini mengeluarkan kebijaksanaan dalam

dunia perbankan, salah satunya yaitu pelaksanaan pemberian kredit.

Berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

1 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2006), h. 7

Page 12: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

2

tertentu dengan pemberian bunga. Peraturan pelaksanaan pemberian kredit

oleh bank dikenal dengan sebutan manajemen perkreditan bank. Manajemen

perkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank,

supaya produktif, aman dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk

kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan, alokasi dan kebijaksanaan

penyaluran kreditnya.2

Pemberian fasilitas kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian kredit

oleh bank kepada debitur bukanlah tanpa resiko, resiko mungkin saja terjadi

khususnya karena debitur tidak wajib membayar utangnya secara lunas atau

tunai, melainkan diberi kepercayaan oleh undang-undang dalam perjanjian

kredit untuk membayar belakangan serta secara bertahap atau mencicil.

Resiko yang umumnya terjadi adalah kegagalan atau kemacetan dalam

pelunasan kredit (resiko kredit), resiko yang timbul karena pergerakan pasar

(resiko pasar), resiko karena bank tidak mampu memenuhi kewajibannya

yang telah jatuh tempo (resiko likuiditas), serta resiko karena adanya

kelemahan aspek yuridis yang disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan

peraturan perundang-undangan yang mendukung (resiko hukum).3

Dalam praktik perbankan masalah jaminan menjadi penting karena

jaminan merupakan perlindungan bagi kreditur seperti Bank, selain itu

penyerahan jaminan juga berkaitan dengan kesungguhan debitur untuk

memenuhi kewajibannya dalam melunasi kredit, mengantisipasi resiko yang

2 Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 88

3 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010),

h. 2

Page 13: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

3

mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit

yang diberikan oleh Bank, sehingga dapat digarisbawahi bahwa lembaga

jaminan bertugas untuk melancarkan dan mengamankan pemberian kredit.4

Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang

menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun

yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian

hari menjadi tanggungan bagi semua perikatan perseorangan.

Penggunaan tanah sebagai jaminan kredit didasarkan pada

pertimbangan tanah paling aman dan mempunyai nilai ekonomis yang relatif

tinggi. Lembaga jaminan oleh lembaga perbankan dianggap paling efektif dan

aman yakni tanah dengan jaminan Hak Tanggungan. Hal itu didasari adanya

kemudahan dalam mengidentifikasi obyek Hak Tanggungan, jelas dan pasti

eksekusinya, di samping itu hutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan

harus dibayar terlebih dahulu dari tagihan lainnya dengan uang hasil

pelelangan tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan. Pemanfaatan

lembaga eksekusi Hak Tanggungan dengan demikian merupakan cara

percepatan pelunasan piutang agar dana yang telah dikeluarkan itu dapat

segera kembali kepada kreditur (Bank), dan dana tersebut dapat digunakan

dalam perputaran roda perekonomian.

4 Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia (Bandung:

Alumni, 1978), h. 29

Page 14: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

4

Dalam kaitannya dengan alternatif pelunasan piutang kreditur, maka

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan, beberapa alternatif

pelunasan piutang adalah melalui beberapa cara sebagai berikut:

1. Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual

objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan

umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan

tersebut. Hal ini disebut parate executie;

2. Dengan menggunakan titel eksekutorial melalui fiat ketua pengadilan

negeri dengan menggunakan ketentuan Pasal 224 HIR / 258 Rbg

tentang grosse akta;

3. Dengan cara penjualan di bawah tangan berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak untuk mendapatkan harga penjualan yang lebih

tinggi.

Alternatif pelunasan piutang kreditur dalam Undang-Undang Hak

Tanggungan menggambarkan bahwa eksekusi Hak Tanggungan mudah dan

pasti. Seperti parate eksekusi memiliki arti bahwa pemegang Hak

Tanggungan tidak perlu memperoleh persetujuan dari pemberi Hak

Tanggungan dan juga tidak perlu meminta penetapan dari pengadilan

setempat apabila akan melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan yang

menjadi jaminan debitur dalam hal debitur cidera janji. Pemegang Hak

Tanggungan dapat langsung datang dan meminta kepada Kepala Kantor

Lelang untuk melakukan pelelangan atas objek Hak Tanggungan yang

bersangkutan. Hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan

Page 15: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

5

sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan yang diutamakan

yang dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan pertama dalam hal terdapat

lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan.5

Namun demikian, dalam praktiknya segala kemudahan dan kelebihan

parate ekskusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak

Tanggungan tersebut tidak selamanya dapat dimanfaatkan oleh bank sebagai

alternatif penyelesaian kredit bermasalah yang dijamin dengan Hak

Tanggungan. Banyak faktor permasalahan yang menyebabkan proses parate

eksekusi Hak Tanggungan tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Faktor permasalahan tersebut meliputi berbagai hal, antara lain

adalah ketidaksesuaian substansi hukum Undang-Undang Hak Tanggungan

yang mengatur tentang parate eksekusi Hak Tanggungan itu sendiri, tindakan

dan paradigma dari aparat penegak hukum, serta budaya hukum yang ada

pada masyarakat termasuk juga paradigma debitur sebagai pihak terseksekusi

Hak Tanggungan.6

Sebagaimana tercantum dalam kasus yang diangkat Penulis dan telah

diputus dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993 K/Pdt/ 2012 pada 11

Juli 2013, Penggugat Neni Tarina Lavau selaku Direktur CV. Feralex

Indonesia mendapat fasilitas kredit sebesar Rp 580.000.000,00 sebagaimana

5 ST. Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang

Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan), (Bandung: Alumni,

1999), h. 46

6 Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif

Penyelesaian Kredit Bermasalah di PT Bank Permata TBK”, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas

Indonesia, 2011), h. 4-5

Page 16: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

6

tertuang dalam Akta Perjanjian Kredit No. 53 dihadapan Notaris Osrimami

S.H. tanggal 21 Desember 2004 namun menunggak pembayaran kreditnya

pada September 2006 dan menggugat PT Bank Danamon Indonesia Kantor

Cabang Jakarta Danau Sunter sebagai Tergugat 1 karena harga lelang aset

yang diagunkan dijual dengan harga yang sangat murah sehingga

menyebabkan kerugian materiil bagi Penggugat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, Penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pelaksanaan Parate Eksekusi

Hak Tanggungan yang dilakukan oleh bank dalam rangka menyelesaikan

kredit bermasalah, maka dalam penelitian hukum ini Penulis menyusun

penulisan Skripsi dengan judul PARATE EKSEKUSI HAK

TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KREDITUR (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993 K/Pdt/2012).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan parate eksekusi dalam Hukum Jaminan,

maka pokok pembahasan skripsi ini hanya menyangkut pada parate

eksekusi Hak Tanggungan sebagai perlindungan hukum terhadap kreditur

dengan analisis putusan Mahkamah Agung nomor 1993 K/Pdt/2012.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan

di dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 17: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

7

a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara pada

putusan Mahkamah Agung nomor 1993K/Pdt/2012?

b. Sesuaikah putusan Mahkamah Agung nomor 1993K/Pdt/2012

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang harus di capai oleh penulis dalam melakukan

analisis dan pengkajian tentang judul topik tersebut di atas adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengkaji apa landasan yang digunakan hakim sebagai

pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung nomor

1993K/Pdt/2012.

b. Untuk mengetahui sesuai atau tidak putusan Mahkamah Agung

nomor 1993K/Pdt/2012 dengan peraturan perundangan-undangan

yang berlaku.

c. Untuk setidaknya dapat berkontribusi sebagai data sekunder dalam

penelitian mengenai parate eksekusi hak tanggungan diwaktu

mendatang.

2. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik

manfaat secara teoritis maupun praktis.

a. Secara Teoritis

Page 18: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

8

Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu Hukum Jaminan

khususnya mengenai pelaksanaan parate eksekusi dalam Hak

Tanggungan.

b. Secara Praktis

Dapat bermanfaat bagi penegak hukum yang ingin memahami lebih

tentang parate eksekusi dalam Hak Tanggungan. Selain itu, dapat

digunakan sebagai tambahan pemikiran dalam bentuk data

sekunder dengan permasalahan yang sama.

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Adapun tinjauan kajian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Buku yang menjadi kajian review dalam penulisan penelitian ini yaitu

buku yang berjudul “Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan Pokok

dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai

Undang-Undang Hak Tanggungan”, diterbitkan oleh penerbit Alumni,

Bandung tahun 1999. Pada buku ini menjelaskan secara komprehensif

dan intensif tentang Hak Tanggungan yang meliputi mulai dari asas-

asas Hak Tanggungan sampai eksekusi Hak Tanggungan.

2. Skripsi program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang disusun oleh Martha Noviaditya, NIM

E0006170 pada tahun 2010 dengan judul “Perlindungan Hukum

Bagi Kreditur dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak

Tanggungan”. Dalam penelitian ini, dijelaskan tentang perlindungan

Page 19: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

9

hukum bagi kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak

tanggungan.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah teori perlindungan

hukum oleh Philipus M. Hadjon, dalam kepustakaan hukum berbahasa

Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbescherming van de burgers”.7

Dari pendapat di atas bisa ditarik bahwa perlindungan hukum berasal dari

kata rechtbescherming dalam bahasa Belanda.

Adanya hubungan hukum yang terjadi antara kreditur dan debitur

menciptakan adanya perlindungan hukum bagi keduanya dengan saling

tidak mengurangi perlindungan hukum dari tiap pihak.

Hans Kelsen mengemukakan dalam teorinya mengenai

pertanggungjawaban bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum

terhadap suatu perbuatan tertentu atau karena ia memikul tanggung jawab

hukum tersebut yang berarti ia bertanggung jawab apabila ia melakukan

suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum.8

Subekti mengemukakan bahwa:9

7 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi tentang Prinsip-

Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan

Peradilan Administrasi Negara (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), h. 1

8 Hans Kelsen, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar

Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Penerjemah Somardi (Jakarta: BEE Media

Indonesia, 2013), h. 95

9 Subekti, Hukum Acara Perdata (Jakarta: BPHN, 1977), h. 128

Page 20: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

10

Eksekusi berasal dari kata “executie” yang artinya melaksanakan

putusan hakim (ten uitvoer legging van vonnissen). Di mana maksud

eksekusi adalah melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan

bantuan kekuatan umum, guna menjalankan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam pengetian yang lain; eksekusi

putusan perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku karena pihak tereksekusi tidak bersedia

melaksanakan secara sukarela.

2. Kerangka Konseptual

Untuk memberikan arah atau pedoman yang jelas dalam penelitian ini,

maka perlu memahami definisi-definisi berikut:

1. Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan

dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak

jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain

yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan

utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.

2. Kreditur adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang-

piutang tertentu.

3. Debitur adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-

piutang tertentu.

Page 21: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

11

4. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang

diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah,

akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa

membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) adalah akta PPAT yang

berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditur tertentu sebagai

jaminan untuk pelunasan piutangnya.

6. Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di

wilayah kabupaten, kotamadya, atau wilayah administratif lain yang

setingkat, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan

pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.

7. Parate Eksekusi ialah pelaksanaan langsung tanpa melalui proses

pengadilan.

8. Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak

asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua

hak-hak yang diberikan oleh hukum.

F. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum

normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer,

Page 22: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

12

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum

tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu

kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case

approach). Pendekatan perundang-undangan yang meliputi penelitian

terhadap hukum, sumber-sumber hukum, atau peraturan perundang-

undangan yang bersifat teoritis dan dapat digunakan untuk menganalisa

permasalahan yang akan di bahas secara benar. Pendekatan kasus

dilakukan dengan cara menelaah kasus terkait dengan isu yang dihadapi

dan telah menjadi putusan berkekuatan hukum tetap. Di harapkan adanya

pemahaman terhadap konsep hak tanggungan beserta aturan-aturannya

yang mengikat para pihak terutama debitur agar tidak terjadi perbuatan

melawan hukum/pelanggaran hukum.

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum bersifat otoritatif.

Artinya sumber-sumber hukum yang dibentuk oleh pihak yang

berwenang. Badan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-

undangan, catatan resmi dalam pembuatan perundang-undangan.10

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

10 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet.IV (Malang: Bayumedia

Publishing, 2008), h. 141

Page 23: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

13

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-

Benda yang Berkaitan dengan Tanah, dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Terdiri dari buku-buku teks, jurnal

hukum, kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap kreditur dan parate eksekusi hak

tanggungan.

4. Analisa Data

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder di klasifikasikan sesuai isu hukum yang

akan di bahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk

mendapatkan penjelasan yang sistematis.

5. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ini penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

Page 24: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

14

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membahas dan menguraikan

permasalahan yang terbagi dalam 5 (lima) bab, dengan maksud untuk

menjelaskan dan menguraikan setiap permasalahan dengan baik. Adapun bab-

bab yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat secara keseluruhan mengenai latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis dan

konseptual, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II JAMINAN DAN KREDIT PERBANKAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang

perjanjian, tinjauan umum tentang hukum jaminan dan

jaminan dalam perjanjian kredit perbankan.

BAB III PARATE EKSEKUSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KREDITUR

Pada bab ini akan dibahas mengenai hak tanggungan di

Indonesia, tinjauan umum tentang eksekusi hak tanggungan

dan parate eksekusi sebagai perlindungan hukum terhadap

kreditur.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

1993K/Pdt/2012

Page 25: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

15

Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan pertimbangan

hakim dalam memutus perkara dan analisis penulis

mengenai kesesuaian antara putusan Mahkamah Agung

nomor 1993K/Pdt/2012 dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan

saran.

Page 26: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

16

16

BAB II

JAMINAN DAN KREDIT PERBANKAN

A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian.

1. Pengertian Perjanjian

Hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa

Belanda, yaitu istilah verbintenis dan overeenkomst diatur dalam Buku

III KUH Perdata. Pengertian perjanjian itu sendiri dimuat di dalam Pasal

1313 yang menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih. Dalam menerjemahkan istilah verbintenis dan overeenkomst dalam

bahasa Indonesia mempunyai arti yang luas, sehingga menimbulkan

perbedaan dan beragam pendapat dari pada sarjana hukum.1

Subekti mengemukakan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa

dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian ini

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.2

Sedangkan menurut Salim HS, perjanjian adalah hubungan hukum

antara subjek yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang harta

kekayaan, di mana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan

1 Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional (Bandung: Alumni 1986), h. 3

2 Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermasa, 2005), h. 1

Page 27: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

17

begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan

prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.3

Berdasarkan beberapa pengertian perjanjian di atas, dapat

disimpulkan bahwa di dalam suatu perjanjian minimal harus terdapat dua

pihak, dimana kedua belah pihak tersebut telah sepakat untuk

menimbulkan suatu akibat hukum. Adapun yang dimaksud dengan

prestasi adalah menyerahkan suatu barang, melakukan suatu perbuatan

dan tidak melakukan suatu perbuatan. Perjanjian itu sendiri bisa berupa

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji yang diucapkan atau

ditulis.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dilihat unsur-unsur yang

tercantum dalam kontrak, yaitu:4

1. Adanya hubungan hukum.

Hubungan hukum merupakan hubungan yang menimbulkan

akibat hukum. Akibat hukum yaitu timbulnya hak dan kewajiban.

2. Adanya subjek hukum.

Subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban. Subjek dalam

hukum perjanjian termasuk subjek hukum yang diatur dalam

KUH Perdata, sebagai mana diketahui bahwa hukum perdata

mengkualifikasikan subjek hukum terdiri dari dua bagian yaitu

manusia dan badan hukum. Sehingga yang membentuk perjanjian

3 Salim HS, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.

27

4 Subekti, Op.Cit, h. 1

Page 28: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

18

menurut hukum perdata bukan hanya manusia secara individual

ataupun kolektif, tetapi juga badan hukum atau rechtperson,

misalnya Yayasan, Koperasi dan Perseroan Terbatas.

3. Adanya prestasi.

Prestasi menurut Pasal 1234 KUH Perdata terdiri atas untuk

memberi sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan untuk tidak berbuat

sesuatu.

4. Di bidang harta kekayaan.

Pada umumnya kesepakatan yang telah dicapai antara dua atau

lebih pelaku bisnis dituangkan dalam bentuk tertulis dan

kemudian ditandatangani oleh para pihak. Dokumen tersebut

disebut sebagai kontrak bisnis atau kontrak dagang.

2. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH

Perdata yang mengemukakan empat syarat, yaitu:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

3. Adanya suatu hal tertentu.

4. Adanya sebab yang halal.

Kedua syarat yang pertama disebut syarat subjektif karena kedua

syarat tersebut mengenai subjek perjanjian sedangkan dua syarat

terakhir merupakan syarat objektif karena mengenai objek dari

perjanjian.

Page 29: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

19

Keempat syarat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Kedua belah pihak atau para pihak yang mengadakan

perjanjian tersebut bersepakat atas hal-hal yang diperjanjikan.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Pasal 1329 KUH Perdata menyebutkan bahwa setiap orang

adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan jika oleh

undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap. Pasal 1330 KUH

Perdata lebih lanjut menyatakan semua orang berwenang untuk

membuat perjanjian atau kontrak kecuali mereka yang masuk ke

dalam golongan:

1. Orang belum dewasa.

2. Orang yang ditempatkan di bawah pengampuan.

3. Orang perempuan dalam hal-hal yang telah ditetapkan oleh

undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada

siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-

perjanjian tertentu. Tetapi dalam perkembangannya istri

dapat melakukan perbuatan hukum sesuai dengan Pasal 31

ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. SEMA

No. 3 Tahun 1963.

3. Adanya suatu hal tertentu.

Suatu hal dapat diartikan sebagai objek dari perjanjian. Yang

diperjanjikan haruslah suatu hal atau suatu barang yang cukup

Page 30: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

20

jelas. Menurut Pasal 1332 KUH Perdata, hanya barang-barang

yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok-pokok

perjanjian. Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu

perjanjian harus mempunyai pokok suatu barang yang paling

sedikit dapat ditentukan jenisnya.

4. Adanya sebab yang halal.

Menurut undang-undang sebab yang halal adalah jika tidak

dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan

kesusilaan dan ketertiban umum, ketentuan ini disebutkan dalam

Pasal 1337 KUH Perdata.

Selain itu, Al – Quran juga menegaskan pada surat Al-Maidah

ayat 1 tentang keharusan memenuhi perjanjian yang halal:

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan

ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan

kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu

sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah

menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”

Mengernai firman-Nya أوفوابالعقود “Penuhilah akad-akad itu,”

Ibnu „Abbas, Mujahid, dan beberapa ulama lainnya mengatakan:

“Yang dimaksud dengan aqad adalah perjanjian.” Ibnu Jarir juga

menceritakan adanya ijma‟ tentang hal itu. Ia mengatakan

Page 31: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

21

“Perjanjian-perjanjian adalah apa yang mereka sepakati, berupa

sumpah atau yang lainnya.”5

Dengan kata lain, selain butuh kesepakatan perjanjian juga

membutuhkan sebab yang halal sehingga dapat terlaksana. Jika

perjanjian sudah dilandaskan dengan sebab yang halal, maka

perjanjian tersebut haruslah dipenuhi secara keseluruhan.

Keempat syarat tersebut haruslah dipenuhi oleh para pihak dan

apabila syarat-syarat sahnya perjanjian tersebut telah dipenuhi, maka

melihat pada Pasal 1338 KUH Perdata, perjanjian tersebut mempunyai

kekuatan hukum yang sama dengan kekuatan suatu undang-undang.

3. Asas-Asas dalam Perjanjian

Asas-asas yang terdapat dalam perjanjian, terdiri dari:

a. Asas kebebasan berkontrak.

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal

1338 KUH Perdata yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya”.

Dari pasal tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa pada

dasarnya setiap orang boleh membuat suatu perjanjian secara bebas

yang berisi dan berbentuk apapun, asal tidak bertentangan dengan

undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Adapun

5 Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir

Jilid 3, Penerjemah M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2008), h. 2

Page 32: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

22

kebebasan untuk membuat perjanjian itu terdiri dari beberapa hal

yaitu:

a. Kebebasan untuk mengadakan atau tidak mengadakan

perjanjian.

b. Bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapa saja.

c. Bebas untuk menentukan isi perjanjian yang dibuatnya.

d. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian.

e. Kebebasan untuk menentukan terhadap hukum mana

perjanjian itu akan tunduk.

b. Asas konsensualisme

Asas ini berkaitan dengan lahirnya suatu perjanjian. Kata

konsensualisme berasal dari kata consensus yang berarti sepakat. Hal

ini menjelaskan bahwa pada asasnya suatu perjanjian timbul sejak

saat tercapainya konsensus atau kesepakatan yang bebas antara para

pihak yang melakukan perjanjian. Asas ini mempunyai arti yang

terpenting, yaitu bahwa untuk melahirkan perjanjian adalah cukup

dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari

perjanjian tersebut, dan bahwa perjanjian sudah lahir pada saat

tercapainya kesepakatan.

c. Asas kekuatan mengikat hukum.

Berdasarkan asas ini kedua belah pihak terikat oleh kesepakatan

dalam perjanjian yang mereka buat. Para pihak harus melaksanakan

Page 33: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

23

apa yang telah mereka sepakati, sehingga perjanjian itu berlaku

sebagai undang-undang.

d. Asas itikad baik.

Semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, seperti

yang tercantum dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Jadi dalam

perikatan yang dilahirkan dari perjanjian, maka para pihak bukan

hanya terikat oleh kata-kata perjanjian itu dan oleh kata-kata

perundang-undangan mengenai perjanjian itu, melainkan juga oleh

itikad baik.

e. Asas kepribadian (personality)

Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak

secara personal, tidak mengikat pihak-pihak lain yag tidak

memberikan kesepakatannya. Seseorang hanya dapat mewakili

dirinya sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain dalam membuat

perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku

bagi mereka yang membuatnya. Hal ini tercantum dalam Pasal 1315

dan 1340 KUH Perdata.

4. Berakhirnya Perjanjian

Suatu perjanjian pada umumnya berakhir apabila tujuan itu telah

tercapai, dimana masing-masing pihak telah memenuhi prestasi yang

diperjanjikan sebagaimana yang merupakan kehendak bersama dalam

mengadakan perjanjian tersebut. Selain cara berakhirnya berjanjian

Page 34: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

24

seperti yang disebutkan di atas, terdapat beberapa cara lain untuk

mengakhiri perjanjian, yaitu:6

1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak. Misalnya dalam

perjanjian itu telah ditentukan batas berakhirnya perjanjian dalam

waktu tertentu.

2. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian. Misalnya

Pasal 1250 KUH Perdata yang menyatakan bahwa hak membeli

kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu tertentu yaitu

tidak boleh lebih dari 5 tahun.

3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya peristiwa tertentu maka perjanjian akan berakhir.

Misalnya apabila salah satu pihak meninggal dunia maka perjanjian

akan menjadi hapus (Pasal 1603 KUH Perdata) yang menyatakan

bahwa perhubungan kerja berakhir dengan meninggalnya si buruh.

4. Karena persetujuan para pihak.

5. Pernyataan penghentian pekerjaan dapat dikarenakan oleh kedua

belah pihak atau oleh salah satu pihak hanya pada perjanjian bersifat

sementara.

6. Berakhirnya perjanjian karena putusan hakim.

7. Tujuan perjanjian sudah tercapai.

8. Karena pembebasan utang.

B. Tinjauan Umum tentang Hukum Jaminan

6 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata (Jakarta: PT

RajaGrafinfo Persada, 2006), h. 387

Page 35: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

25

1. Istilah dan Pengertian Hukum Jaminan

Istilah hukum jaminan berasal dari kata zakerheidesstelling,

zekerheidsrechten atau security of law. Dalam keputusan Seminar

Hukum Jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum

Nasional Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 1978 di

Yogyakarta menyimpulkan bahwa istilah hukum jaminan itu meliputi

pengertian baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan.

Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan

yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang

piutang (pinjaman uang) yang tedapat dalam berbagai peraturan

perundang-undangan yang berlaku saat ini.7 Sementara itu, Salim HS

memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-

kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima

jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapat

fasilitas kredit.8

Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah:9

1. Adanya kaidah hukum.

Kaidah hukum dalam bidang jaminan dapat dibedakan

menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan

7 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008), h. 3

8 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2008), h. 6

9 Ibid, h. 7-8

Page 36: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

26

kaidah hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan

tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi.

Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-

kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup dan berkembang

dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam

masyarakat yang dilakukan secara lisan.

2. Adanya pemberi dan penerima jaminan.

Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badah hukum yang

menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang

bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan

hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Orang ini lazim

disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau

badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi

jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah

orang atau badan hukum. Badan hukum adalah lembaga yang

memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan

atau lembaga keuangan non-bank.

3. Adanya jaminan.

Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur

adalah jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil

merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, seperti

Page 37: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

27

jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan

imateriil merupakan jaminan non-kebendaan.

4. Adanya fasilitas kredit.

Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan

bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau

lembaga keuangan non-bank. Pemberian kredit merupakan

pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau

lembaga keuangan non-bank percaya bahwa debitur sanggup

untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu

juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan non-

bank dapat memberikan kredit kepadanya.

2. Sumber Pengaturan Hukum Jaminan

Adapun yang menjadi sumber hukum jaminan tertulis adalah sebagai

berikut:10

a. Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

KUH Perdata merupakan ketentuan hukum yang berasal dari produk

Pemerintah Hindia Belanda, yang diundangkan pada tanggal 1 Mei 1848.

Diberlakukan di Indonesia atas dasar asas konkordansi. KUH Perdata

terdiri atas 4 buku, yaitu Buku I tentang Orang, Buku II tentang Hukum

Benda, Buku III tentang Perikatan, dan Buku IV tentang Pembuktian dan

Kadaluarsa. Jaminan-jaminan yang masih berlaku dalam Buku II KUH

Perdata hanyalah gadai (pand) dan hipotek kapal laut sedangkan atas

10 Ibid, h. 15-19

Page 38: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

28

tanah tidak berlaku lagi karena telah diganti oleh Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Gadai diatur di dalam Pasal

1150 sampai dengan 1160 KUH Perdata. Sedangkan hipotek diatur

dalam Pasal 1162 sampai dengan 1232 KUH Perdata.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

KUH Dagang diatur dalam Stb. 1847 Nomor 23. KUH Dagang terdiri

atas 2 buku, yaitu Buku I tentang Dagang pada Umumnya dan Buku II

tentang Hak-Hak dan Kewajiban yang Timbul dalam Pelayaran. Pasal

yang erat kaitannya dengan jaminan hipotek kapal laut adalah Pasal 314

sampai dengan 316 KUH Dagang.

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria.

Ketentuan-ketentuan yang erat kaitannya dengan jaminan adalah Pasal 51

dan Pasal 57 UUPA.

d. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

Undang-undang ini mencabut berlakunya hipotek sebagaimana yang

diatur dalam Buku II KUH Perdata, sepanjang mengenai tanah dan

ketentuan mengenai Credietverband dalam Stb. 1937-190 adalah tidak

sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan sehubungan dengan

perkembangan tata perekonomian Indonesia.

e. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

f. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

3. Asas-Asas Hukum Jaminan

Page 39: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

29

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang jaminan maupun kajian terhadap berbagai

literatur tentang jaminan, maka ditemukan 5 asas penting dalam hukum

jaminan, sebagaimana dipaparkan berikut ini:11

1. Asas Publiciet

Asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek

harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga

dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan

pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota, pendaftaran jaminan fidusia

dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia dengan wilayah kerja mencakup

seluruh wilayah negara Republik Indonesia dan berada di lingkup tugas

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran

hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftaran dan pencatat

balik nama, yaitu Syahbandar;

2. Asas Specialitet

Yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia dan hipotek hanya dapat

dibebankan atas persil atau atas barang-barang yang sudah terdaftar atas

nama orang tertentu.

3. Asas tak dapat dibagi-bagi.

11 Ibid, h. 9-10

Page 40: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

30

Asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat

dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek dan hak gadai walaupun

telah dilakukan pembayaran sebagian.

4. Asas inbeziittstelling.

Barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.

5. Asas horizontal.

Bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat

dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah

hak milik. Bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi

tanggungan, tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai.

C. Jaminan dalam Perjanjian Kredit Perbankan.

1. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

kepercayaan (dalam bahasa Inggris faith dan trust). Dapat dikatakan

dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya

bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitor (nasabah, penerima

kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dengan

syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan

(membayar kembali) kredit yang bersangkutan.12

Kredit pada masa sekarang bukanlah menjadi hal yang baru. Kredit

telah menjadi model perjanjian yang lazim di masyarakat terutama dalam

hal jual beli. Konsep dari kredit tersebut adalah memberikan pinjaman

12 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001), h. 236

Page 41: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

31

uang untuk digunakan oleh seseorang yang kemudian dikembalikan

setelah waktu tertentu beserta bunganya. Pemberian pinjaman tersebut

umumnya digunakan untuk modal usaha. Pemberian kredit ini dapat

dilakukan dengan atau tanpa jaminan, yang mana berupa hipotek, gadai,

hak tanggungan dan fidusia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah sebagai berikut:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa pemberian

kredit adalah salah satu bentuk penyaluran dana. Berdasarkan ketentuan

UU Perbankan tersebut maka secara yuridis dapat dirinci dan dijelaskan

unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:13

1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank;

2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai

pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah atau

pembelian kendaraan;

3. Kewajiban pihak peminjam (debitur) melunasi hutangnya menurut

jangka waktu disertai pembayaran bunga;

13 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), h. 59

Page 42: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

32

4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara bank dan

peminjam (debitur) dengan persyaratan yang disepakati bersama.

Sementara untuk perjanjian kredit, perjanjian ini adalah jenis

perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata. Perjanjian kredit

merupakan suatu bentuk perjanjian yang berkembang dalam masyarakat,

sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338

KUH Perdata. Pada hakikatnya, perjanjian kredit merupakan bentuk

perjanjian pinjam meminjam, dalam hal ini adalah pinjam meminjam

uang. Perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam KUH Perdata

didefinisikan sebagai suatu perjanjian dengan ana pihak yang satu

memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang

yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang

belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam

dan keadaan yang sama pula.

2. Asas-Asas Pemberian Kredit

Pemberian kredit oleh bank kepada nasabah atau debitur tentunya

memiliki asas atau prinsip. Pada dasarnya ada 2 prinsip utama yang

menjadi pedoman dalam pemberian kredit, yaitu:14

1. Prinsip kepercayaan.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank

kepada nasabah debitur selalu didasarkan pada kepercayaan. Bank

mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat

14 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2005), h. 61

Page 43: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

33

bagi nasabah debitur sesuai dengan peruntukannya, dan terutama

sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu

melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah

ditentukan.

2. Prinsip kehati-hatian.

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian

kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan

menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan

dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik

terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.

3. Bentuk Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit merupakan kesepakatan para pihak, dengan demikian

maka bentuknya juga tergantung kepada para pihak yang mengikatkan

dirinya dalam perjanjian. Suatu perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan

atau tertulis, asalkan pada pokoknya telah memenuhi syarat-syarat dalam

membuat perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Praktik yang lazim pada masyarakat sekarang dalam membuat

perjanjian kredit adalah secara tertulis. Hal ini dikarenakan dari sudut

pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat

pembuktian apabila dikemudian hari terjadi masalah. Berbeda dengan

perjanjian yang dibuat secara tertulis, yang lebih memudahkan para pihak

dalam mengingat isi perjanjian termasuk mengenai hak dan kewajiban

Page 44: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

34

para pihak. Namun bagaimanapun, perjanjian kredit yang dibuat secara

lisan tetap diakui sebagai bentuk perjanjian kredit, sepanjang dapat

dibuktikan dengan baik oleh para pihak.

Dalam praktik bank dan juga dalam kamus hukum ada dua bentuk

perjanjian kredit yang tertulis, yaitu:

1. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan, dinamakan akta di

bawah tangan. Akta di bawah tangan ini sesuai dengan Pasal 1874

KUH Perdata adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh para pihak

tidak melalui perantara pejabat yang berwenang (pejabat umum) untuk

dijadikan alat bukti. Dengan demikian semua perjanjian yang dibuat di

antara para pihak sendiri dikategorikan sebagai akta di bawah tangan.

2. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris, dinamakan

akta otentik atau akta notariil. Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, akta

otentik adalah akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh

undang-undang yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai yang

berkuasa (pegawai umum) untuk itu, tempat dimana akta dibuatnya.

Perjanjian kredit saat ini lazimnya sudah menggunakan akta notariil.

4. Penggolongan Jaminan Kredit Bank

Jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia

perbankan terdiri dari:15

1. Jaminan perorangan.

15 Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah (Yogyakarta: Pustaka Yudisia,

2010), h. 68

Page 45: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

35

Jaminan perorangan dalam Pasal 1820 KUH Perdata disebut sebagai

penanggungan utang. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa jaminan

perorangan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna

kepentingan pihak si berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk

memenuhi perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak

memenuhinya. Pelaksanaan perjanjian selalu dibuat oleh pihak ketiga yang

menjamin terpenuhnya kewajiban membayar kredit tersebut, baik

diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur.

2. Jaminan kebendaan.

Mengingat Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi:

a. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan

analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta

kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang

diperjanjikan.

b. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman

perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan dua unsur

yang berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan jaminan

tambahan adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu

agunan. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau

Page 46: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

36

jaminan kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan

tersebut dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai

dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan

pada hukum adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik,

petuk dan lain-lain yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan.

Bank tidak wajib meminta agunan barang yang berkaitan langsung dengan

objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.

5. Hubungan Perjanjian Kredit dengan Jaminan

Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda

antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang

sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan

memenuhi tuntutan itu.16

Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah

perjanjian kredit. Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara pihak bank

dengan pihak nasabah. Dengan melihat bentuk perjanjiannya, maka

sebenarnya perjanjian kredit merupakan perjanjian yang tergolong dalam

perjanjian pinjam pengganti.

Banyak hal mengenai perjanjian kredit yang dapat dikaitkan dengan

ketentuan hukum jaminan. Salah satunya adalah penerapan Pasal 1131 KUH

Perdata yang mengatur tentang kedudukan harta seorang yang berutang untuk

menjamin utangnya. Ketentuan Pasal 1131 ini dipatuhi pada saat bank

melakukan penilaian calon nasabah dan ketika melakukan penanganan kredit

bermasalah debitur.

16 Subekti, Pokok –Pokok Hukum Perdata (Jakarta: PT Intermasa, 2003), h. 122

Page 47: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

37

Sehubungan dengan itu hukum jaminan sangat berkaitan dengan kegiatan

perbankan, terutama dalam perjanjian kredit. Dapat disimpulkan bahwa laju

pertumbuhan roda ekonomi saat ini penerapan hukum jaminan banyak

ditemukan dalam kegiatan perjanjian kredit perbankan.

Page 48: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

38

38

BAB III

PARATE EKSEKUSI DAN PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP KREDITUR

A. Hak Tanggungan di Indonesia

1. Pengertian Hak Tanggungan

Adapun yang dimaksud dengan Hak Tanggungan atas tanah beserta

benda-benda yang berkaitan dengan tanah, selanjutnya disebut Hak

Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut

benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.1

Definisi tersebut mengadung pengertian bahwa Hak Tanggungan

adalah identik dengan hak jaminan, yang bilamana dibebankan atas tanah

Hak Milik, tanah Hak Guna Bangunan dan/atau tanah Hak Guna Usaha

memberikan kedudukan utama kepada kreditur-kreditur tertentu yang akan

menggeser kreditur lain dalam hal si berutang (debitur) cidera janji atau

wanprestasi dalam pembayaran hutangnya, dengan perkataan lain dapat

dikatakan bahwa pemegang hak tanggungan pertama lebih preferent

1 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan UUHT (Semarang: Fakultas

Hukum Universitas Diponegoro, 2006), h. 52

Page 49: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

39

terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam

Pasal 6 UUHT, yang mengatakan apabila debitur cidera janji

(wanprestasi), pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk

menjual objek hak tanggungan atas kekuasaannya sendiri melalui

pelelangan umum, serta mengambil hasil penjualan objek hak tanggungan

tersebut untuk pelunasan utangnya.

2. Prinsip-Prinsip Hak Tanggungan

Dalam kaitannya dengan Hak Tanggungan berikut adalah prinsip

hukum jaminan yang mendasari Prinsip-Prinsip Hak Tanggungan, yaitu:2

a. Prinsip absolut/mutlak.

Jaminan dengan hak kebendaan mempunyai sifat absolut, artinya

hak ini dapat dipertahankan setiap orang. Pemegang hak tersebut

berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya.

b. Prinsip droit de suite.

Hak kebendaan itu mempunyai zaakzgevolg atau droit de suite

yang artinya hak itu terus mengikuti bendanya di manapun juga

(dalam tangan siapaun juga) barang itu berada.

c. Prinsip droit de preference.

Pada prinsipnya hak jaminan kebendaan memberikan kedudukan

didahulukan bagi kreditur pemegang hak jaminan terhadap

kreditur lainnya.

d. Prinsip spesialitas.

2 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Konflik Norma dan

Kesesatan Penalaran dalam Undang-Undang Hak Tanggungan), Cetakan II (Yogyakarta: LaksBang

PRESsindo, 2008), h. 270

Page 50: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

40

Prinsip ini menghendaki bahwa Hak Tanggungan hanya dapat

dibebankan atas tanah yang ditentukan secara spesifik,

sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 8 dan Pasal 11 ayat

(1) huruf (e) Undang-Undang Hak Tanggungan.

e. Prinsip publisitas.

Terhadap Hak Tanggungan berlaku prinsip publisitas atas prinsip

keterbukaan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Hak

Tanggungan dinyatakan bahwa “pemberian Hak Tanggungan

wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan”. Pendaftaran ini

merupakan syarat mutlak untuk lahirnya Hak Tanggungan dan

mengikatnya Hak Tanggungan tersebut terhadap pihak ketiga.

3. Ciri dan Sifat Hak Tanggungan

Ciri dari Hak Tanggungan adalah:3

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada

pemegangnya atau yang dikenal dengan droit de preference.

2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun

objek itu berada atau disebut dengan droit de suite. Keistimewaan

ini ditegaskan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996. Biarpun objek Hak Tanggungan sudah dipindahkan haknya

kepada pihak lain, kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap

masih berhak untuk menjualnya melalui pelelangan umum jika

debitur cidera janji.

3 Salim HS, Op.Cit, h. 98

Page 51: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

41

3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat

pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum bagi pihak yang

berkepentingan.

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 memberikan kemudahan dan

kepastian kepada kreditur dalam pelaksanaan eksekusi.

Di samping memiliki empat ciri di atas Hak Tanggungan juga

memiliki beberapa sifat seperti:4

1. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi

Maksud dari hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu hak

tanggungan membebani secara utuh objeknya dan setiap bagian

daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang dijamin tidak

membebaskan sebagian objek dari beban hak tanggungan. Hak

tanggungan yang bersangkutan tetap membebani seluruh objek untuk

sisa utang yang belum dilunasi.

Akan tetapi seiring berkembangnya kebutuhan akan perumahan,

ketentuan tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yaitu dalam

hal suatu proyek perumahan atau rumah susun ingin diadakan

pemisahan. Oleh karenanya untuk mengatasi permasalahan, maka

ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan membuka kesempatan menyimpangi sifat

4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Cet.

17 (Jakarta: Djambatan, 2006), h. 420

Page 52: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

42

tersebut, jika hak tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas

tanah dan pelunasan utang yang dijamin dilakukan dengan angsuran

sebesar nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian

dari objek hak tanggungan yang akan dibebaskan dari hak tanggungan

tersebut.

2. Hak tanggungan merupakan perjanjian accesoir.

Hak tanggungan diberikan untuk menjamin pelunasan hutang

debitur kepada kreditur, oleh karena itu hak tanggungan merupakan

perjanjian accesoir pada suatu perjanjian yang menimbulkan

hubungan hukum utang-piutang sebagai perjanjian pokok. Kelahiran,

eksistensi, peralihan, eksekusi, berakhir dan hapusnya hak tanggungan

dengan sendirinya ditentukan oleh peralihan dan hapusnya piutang

yang dijamin pelunasannya. Tanpa ada suatu piutang tertentu yang

secara tegas dijamin pelunasannya, maka menurut hukum tidak akan

ada hak tanggungan.

4. Objek dan Subjek Hak Tanggungan

Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan menyebutkan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani

dengan Hak Tanggungan adalah:5

a. Hak Milik;

b. Hak Guna Usaha;

c. Hak Guna Bangunan.

5 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2002), h. 146

Page 53: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

43

Hak-hak atas tanah seperti ini merupakan hak-hak yang sudah dikenal

dan diatur di dalam Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960.

Namun selain hak-hak tersebut, ternyata dalam Pasal 4 ayat (2) UUHT ini

memperluas hak-hak tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang selain

hak-hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

UUHT, objek hak tanggungan dapat juga berupa:

a. Hak pakai atas tanah negara. Hak pakai atas tanah negara yang

menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftarkan dan menurut

sifatnya dapat dipindahtangankan dan dibebani dengan hak

tanggungan;

b. Begitu pula dengan Rumah Susun dan Hak Milik atas Satuan

Rumah Susun yang berdiri di atas tanah Hak Milik, Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan negara

(Pasal 27 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

Rumah Susun) juga dimasukkan dalam objek Hak Tanggungan.

Bahkan secara tradisional dari hukum adat memungkinkan

bangunan yang ada diatasnya pada suatu saat diangkat atau

dipindahkan dari tanah tersebut.

Mengenai subjek Hak Tanggungan ini diatur dalam Pasal 8 dan Pasal

9 UUHT, dari ketentuan dua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi subjek hukum dalam hak tanggungan adalah subjek hukum yang

terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan. Di dalam suatu

Page 54: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

44

perjanjian hak tanggungan ada dua pihak yang mengikatkan diri, yaitu

sebagai berikut:6

a. Pemberi Hak Tanggungan, adalah orang perorangan atau badan

hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan

hukum terhadap objek hak tanggungan pada saat pendaftaran hak

tanggungan itu dilakukan;

b. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perorangan atau badan

hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang mendapatkan

pelunasan atas piutang yang diberikan.

5. Proses Pembebanan Hak Tanggungan

Pembebanan Hak Tanggungan dilakukan melalui 2 tahap kegiatan

yaitu:7

a. Pemberian Hak Tanggungan.

Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk

memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang

tertentu yang dituangkan dengan Akta Pemberian Hak

Tanggungan (APHT). APHT ini dibuat oleh Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) yang berwenang dan ditunjuk untuk

membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta perbuatan

hukum lainnya mengenai hak atas tanah yang terletak di daerah

kerjanya.

6 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 54

7 Boedi Harsono, Op.Cit, h. 624

Page 55: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

45

Pemberian Hak Tanggungan dilakukan di kantor PPAT

dengan dibuatnya APHT oleh pejabat tersebut, yang bentuk dan

isinya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Agraria /

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997.

Dalam surat Al – Baqoroh ayat 282, disebutkan mengenai

pencatatan utang piutang yang terjadi. Dalam hal Hak

Tanggungan, pencatatan APHT oleh PPAT harus dicatatkan.

Page 56: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

46

“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan

utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk

menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka

hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang

itu mendiktekan, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah,

Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada

hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya

atau lemah (keadaannya), atau dia sendiri tidak mampu

mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekan

dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari

orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki,

maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-

saksi yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), supaya jika

seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Dan

janganlah saksi-saksi itu menolak (memberi keterangan) apabila

mereka dipanggil. Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan

persaksian dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan,

kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu

jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika

kamu tidak menulisnya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual

beli, dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.

Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu adalah

suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah,

Allah mengajarkanmu, dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.”

يا أيها انرين آمنىا إذا تداينتم بدين إنى أجم مسمى فاكتبىه

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya.” (Al-Baqarah: 282)

Inilah prinsip umum yang hendak ditetapkan. Maka menulis

ini merupakan sesuatu yang diwajibkan dengan nash, tidak

dibiarkan manusia memilihnya (untuk melakukannya atau tidak

melakukannya) pada waktu melakukan transaski secara bertempo

Page 57: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

47

(utang-piutang), karena suatu hikmah yang akan dijelaskan pada

akhir nash.8

Begitu juga dengan Pemberian Hak Tanggungan yang

menyangkut tentang sebuah perjanjian utang-piutang di mana

sebelumnya didahului dengan janji untuk memberikan Hak

Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu yang

dituangkan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).

ونيكتب بينكم كاتب بانعدل

“Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya

dengan benar.”

Ini merupakan tugas bagi orang yang menulis utang-piutang

itu sebagai sekretaris, bukan pihak-pihak yang melakukan

transaksi. Hikmah mengundang pihak ketiga, bukan salah satu

dari kedua belah pihak yang melakukan transaksi, ialah agar lebih

berhati-hati. Juru tulis ini diperintahkan menulisnya dengan adil

dan (benar), tidak boleh condong kepada salah satu pihak, dan

tidak boleh mengurangi atau menambahkan sesuatu dalam teks

yang disepakati itu.9

Begitu juga dengan Pemberian Hak Tanggungan, Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) ini dibuat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang dan ditunjuk.

8 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an (Surah Al

Fatihah – Al Baqarah, Penerjemah Drs. As’ad Yasin, dkk (Jakarta: Gema Insani, 2008), h. 391

9 Ibid

Page 58: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

48

PPAT termasuk ke dalam pihak ketiga yang tidak mempunyai

kecondongan terhadap pihak kreditur maupun pihak debitur, dan

apa yang dicatat oleh PPAT adalah sesuatu yang benar adanya

menurut undang-undang yaitu pembuatan akta pemindahan hak

atas tanah dan akta perbuatan hukum lainnya mengenai hak atas

tanah yang terletak di daerah kerjanya.

b. Pendaftaran Hak Tanggungan

Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor

Pertanahan dengan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan

mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek

hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak

atas tanah yang bersangkutan.

Oleh karena kepastian mengenai saat didaftarkannya Hak

Tanggungan tersebut adalah sangat penting, terutama bagi kreditur

dalam rangka untuk memperoleh kepastian mengenai kedudukan

yang diutamakan baginya disamping untuk memenuhi asas

publisitas. Dengan demikian pendaftaran Hak Tanggungan

tersebut merupakan syarat mutlak untuk adanya Hak Tanggungan.

6. Berakhirnya Hak Tanggungan

Berakhirnya Hak Tanggungan tertuang dalam ketentuan Pasal 18 ayat

(1) UUHT, yang menyatakan bahwa hak tanggungan berakhir atau hapus

karena hal sebagai berikut:

1. Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan.

Page 59: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

49

Hapusnya hutang itu mengakibatkan hak tanggungan sebagai

hak accesoir menjadi hapus. Hal ini terjadi karena adanya hak

tanggungan tersebut adalah untuk menjamin pelunasan dari hutang

debitur yang menjadi perjanjian pokoknya. Dengan demikian,

hapusnya hutang tersebut juga mengakibatkan hapusnya hak

tanggungan.

2. Dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak

tanggungan.

Dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak

tanggungan apabila debitur atas persetujuan kreditur pemegang hak

tanggungan menjual objek hak tanggungan untuk melunasi

hutangnya, maka hasil penjualan tersebut akan diserahkan kepada

kreditur yang bersangkutan dan sisanya dikembalikan kepada

debitur. Untuk menghapuskan beban hak tanggungan, pemegang

hak tanggungan memberikan pernyataan tertulis mengenai

dilepaskannya hak tanggungan tersebut kepada pemberi hak

tanggungan (debitur). Dan pernyataan tertulis tersebut dapat

digunakan oleh kantor pertanahan dalam mencoret catatan hak

tanggungan tersebut pada buku tanah dan sertifikat hak tanah yang

menjadi objek hak tanggungan yang bersangkutan (sebagaimana

dimaksud pada Pasal 22 UUHT.

3. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan suatu penetapan

peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri.

Page 60: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

50

Hal ini dapat dilaksanakan apabila objek hak tanggungan

dibebani lebih dari satu hak tanggungan. Dan tidak terdapat

kesepakatan diantara para pemegang hak tanggungan dan pemberi

hak tanggungan tersebut mengenai pembersihan objek hak

tanggungan dan beban yang melebihi harga pembeliannya, apabila

pembeli tersebut membeli benda tersebut dari pelelangan umum.

4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.

Alasan hapusnya hak tanggungan yang disebabkan karena

hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan adalah

sebagai akibat tidak terpenuhinya syarat objektif sahnya perjanjian,

khususnya yang berhubungan dengan kewajiban adanya objek

tertentu, yang salah satunya meliputi keberadaan dari sebidang

tanah tertentu yang dijaminkan.

B. Tinjauan Umum tentang Eksekusi Hak Tanggungan

1. Pengertian Eksekusi

Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan

kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata

cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Oleh karena itu eksekusi

tiada lain dari pada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan

proses hukum acara perdata. Eksekusi merupakan suatu kesatuan yang

tidak terpisah dari pelaksanaan tata tertib beracara yang terkandung dala

HIR atau RBG.10

10 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata (Jakarta: Sinar

Grafika, 2005), h. 1

Page 61: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

51

Penjelasan tersebut memberikan kesempatan bahwa bagi pihak yang

kalah dalam beracara untuk melaksanakan dengan sukarela putusan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, namun apabila pihak yang

kalah tidak mau untuk melaksanakannya, maka di sinilah fungsi eksekusi

tersebut yang bisa dilakukan secara paksa dengan bantuan kekuatan

umum.

Namun tidak semua putusan pengadilan harus dilaksanakan. Ada

beberapa jenis putusan pengadilan yang memang tidak perlu

dilaksanakan, antara lain:11

a. Putusan yang menolak permohonan gugatan. Apabila dalam hal

penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil yang dikemukakan

dalam gugatannya atau bukti-buktinya dapat dilumpuhkan oleh

bukti-bukti pihak lawan, maka gugatan tersebut akan diputus dengan

putusan yang menolak gugatan tersebut.

b. Putusan yang bersifat deklarator. Putusan ini adalah putusan yang

hanya menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata-

mata, misalnya penetapan seorang anak angkat ataupun penetapan

bahwa seorang tersebut benar merupakan ahli waris dari seorang

almarhum.12

c. Putusan yang menciptakan suatu keadaan yang baru (putusan

constitutief). Putusan tersebut merupakan suatu putusan dimana

11 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia (Bandung: Sumur, 1962), h. 100

12 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan

Praktek (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 120

Page 62: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

52

hanya memberikan suatu keadaan yang baru menurut hukum,

sedangkan keadaan tersebut sebenarnya memang sudah terjadi.

Misalnya putusan yang memberikan penetapan kepada suatu

perseroan dalam keadaan pailit.

2. Dasar Hukum Eksekusi

Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan terhadap pihak yang

kalah dalam suatu perkara, tata caranya diatur dalam Hukum Acara

Perdata, yaitu Pasal 195 HIR – Pasal 208 HIR, 224 HIR atau Pasal 206

Rbg – Pasal 240 Rbg dan Pasal 258 Rbg. Eksekusi juga diatur dalam

Pasal 1033 RV dan Pasal 54 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

3. Asas-Asas Eksekusi

Prof. R. Subekti dan Ibu Retnowulan Sutantio mengalihkan istilah

eksekusi (executie) ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah

“pelaksanaan putusan”. Pembakuan istilah “pelaksanaan putusan”

sebagai kata ganti eksekusi dianggap sudah tepat, sebab jika bertitik tolak

dari ketentuan bab kesepuluh bagian kelima HIR atau titel keempat

bagian keempat RBH, pengertian eksekusi sama dengan tindakan

“menjalankan putusan” (ten uitvoer legging van vonissen). Menjalankan

putusan pengadilan tidak lain daripada melaksanakan isi putusan

pengadilan, yakni melaksanakan “secara paksa” putusan pengadilan

Page 63: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

53

dengan bantuan alat-alat negara apabila pihak yang kalah tidak mau

menjalankannya secara sukarela.13

Pada prinsipnya hanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang

dapat dilaksanakan putusannya. Dengan demikian, asas-asas atau aturan

hukum eksekusi adalah sebagai berikut:14

a. Eksekusi dilaksanakan hanya terhadap putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang bersifat

kondemnatoir;

b. Karena putusan telah berkekuatan hukum tetap, di dalamnya

mengandung hubungan hukum yang tetap dan pasti antara para

pihak yang berperkara;

c. Karena hubungan hukum sudah tetap dan pasti (fixed and certain),

maka mesti ditaati dan dipenuhi;

d. Cara menaati dan memenuhi hubungan hukum yang tetap dan

pasti tersebut adalah dengan cara dijalankan secara sukarela atau

dengan paksa melalui bantuan alat-alat negara;

e. Kewenangan menjalankan eksekusi hanya diberikan kepada

Pengadilan Negeri;

f. Eksekusi dilaksanakan atas perintah dan dalam pengawasan Ketua

Pengadilan Negeri.

4. Eksekusi Hak Tanggungan

13 Etto Sunaryanto, Sugiwanto dan Jose Ari Lukito, Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara

(Jakarta: Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, 2006), h. 3-4

14 Ibid, h. 4

Page 64: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

54

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan,

Eksekusi Hak Tanggungan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu:

a. Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual Hak

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak

Tanggungan.

b. Eksekusi atas titel eksekutorial yang terdapat pada Sertifikat Hak

Tanggungan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)

UUHT; Irah-irah (kepala putusan) yang dicantumkan pada

sertifikat Hak Tanggungan memuat kata-kata “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial

pada sertifikat Hak Tanggungan, sehingga apabila debitur cidera

janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, melalui

tata cara dan dengan menggunakan lembaga Parate Executie sesuai

dengan Hukum Acara Perdata, atau

c. Eksekusi di bawah tangan, yaitu penjualan objek Hak Tanggungan

yang dilakukan oleh Pemberi Hak Tanggungan, berdasarkan

kesepakatan dengan Pemegang Hak Tanggungan, jika dengan cara

ini akan diperoleh harga yang tertinggi.

Adapun dalam ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan

dikemukakan tiga jenis eksekusi Hak Tanggungan yaitu:

Page 65: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

55

1. Apabila debitur cidera janji, maka kreditur berdasarkan hak

pemegang Hak Tanggungan Pertama dapat menjual objek Hak

Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-

Undang Hak Tanggungan, objek Hak Tanggungan dijual melalui

pelangan umum;

2. Apabila debitur cidera janji, berdasarkan titel eksekutorial yang

terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (2) UUHT dijual melalui pelelangan umum;

3. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan,

penjualan objek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah

tangan jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang

menguntungkan harga tertinggi.

C. Parate Eksekusi sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur.

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahajo, adalah untuk

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya

tersebut.15

Sedangkan perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon ada dua

bentuk perlindungan hukum bagi rakyat yaitu: Pertama, perlindungan

hukum preventif artinya rakyat diberi kesempatan mengajukan

pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

15 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Cet. V (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 53

Page 66: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

56

definitif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa. Kedua,

perlindungan hukum represif yang bertujuan menyelesaikan sengketa.16

Dalam proses pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak bank

selaku kreditur kepada debitur, kemungkinan terjadi resiko seperti

kemacetan dalam pelunasan hutang oleh debitur sangatlah besar.

Sehingga diperlukan jaminan kebendaan yang dipersyaratkan oleh bank

kepada debitur guna menjamin pelunasan kredit tersebut. Jaminan yang

paling banyak digunakan adalah hak atas tanah, karena nilai atau

harganya yang cenderung meningkat.

2. Parate Eksekusi sebagai Perlindungan Hukum

Sebenarnya istilah parate ekskusi secara tersurat tidak pernah tertuang

dalam peraturan perundang-undangan. Istilah parate eksekusi

sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya secara

etimologis berasal dari kata “paraat” dalam bahasa Belanda yang artinya

siap ditangan, sehingga parate eksekusi dikatakan sebagai sarana yang

siap di tangan. Menurut kamus hukum, parate eksekusi mempunyai arti

pelaksanaan yang langsung tanpa melewati proses pengadilan atau hakim.

Dalam kamus hukum terbitan Citra Umbara, 2008, parate executie

diartikan hak alat-alat perlengkapan administrasi negara untuk melelang

harta benda orang yang tidak memenuhi kewajiban hukumnya,

mengembalikan hutang, melunasi pajak yang terhutang, dan lain

16 Philipus M. Hadjon, Op.Cit, h. 84

Page 67: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

57

sebagainya, pada waktu yang telah ditetapkan, tanpa diperlukan putusan

pengadilan untuk hal-hal tersebut.

Dalam Pasal 6 UUHT memberikan kewenangan kepada pemegang

Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualan tersebut, apabila debitur cidera janji. Hal

ini disebut dengan parate eksekusi hak tanggungan. Pemegang Hak

Tanggungan pertama tidak perlu pula meminta penetapan Ketua

Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan eksekusi Hak Tanggungan

yang dijadikan jaminan tersebut.

Pemegang Hak Tanggungan pertama cukup mengajukan permohonan

kepada Kepala Kantor Pelelangan Umum (KKPU) dalam rangka

mengeksekusi objek Hak Tanggungan yang telah dijadikan jaminan oleh

debitur. Oleh karena kewenangan pemegang Hak Tanggungan pertama

merupakan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang, maka

Kepala Kantor Lelang Negara harus menghormati dan mematuhi

kewenangan tersebut.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur menurut

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan adalah:

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan (droit de preference), 2. Hak

Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, 3. Kreditur berhak melakukan

eksekusi Hak Tanggungan, 4. Harus ada janji-janji yang wajib

dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), 5. Hak

Page 68: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

58

Tanggungan selalu mengikuti objek jaminan dalam tangan siapapun (droit

de suite), 6. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan Akta Otentik.

Dari uraian di atas perlindungan hukum yang diberikan kepada

kreditur adalah dengan menggunakan perlindungan hukum yang represif,

karena bertujuan untuk menyelesaikan sengketa antara kreditur dan

debitur jika terjadi kredit macet.

Page 69: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

59

59

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 1993K/Pdt/2012

A. Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993K/Pdt/2012

1. Para Pihak

Putusan ini merupakan kasus antara Neny Tarina Lavau, selaku

Direktur CV. Feralex Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Skip I, nomor

24, RT. 013 RW. 02, Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta

Utara, dalam hal ini memberi kuasa kepada Sehat Damanik, S.H., M.H.,

dan kawan-kawan, para advokat Kantor Advokat-Pengacara DSS &

Partners, beralamat di Gedung JCD, Lantai 3, Jalan K.H. Wahid Hasyim

Nomor 27, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 8 Maret 2011, Pemohon Kasasi dahulu Penggugat/Penggugat

melawan 4 pihak Termohon Kasasi dahulu para Tergugat/Terbanding

yaitu yang pertama PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, Cq PT. Bank

Danamon Indonesia, Kantor Cabang Jakarta Danau Sunter,

berkedudukan di Jalan Danau Sunter Utara, Blok B1 B, Nomor 15-16,

jakarta, 14350, diwakili oleh Ali Yong dan Fransiska Oei selaku

Direktur, dalam hal ini memberi kuasa kepada Sabar M. Simamora, S.H.,

M.H., dan kawan-kawan, para advokat pada Kantor Advokat &

Konsultan Hukum Sabar Simamora & Partners, beralamat di Wisma

Page 70: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

60

Daria Lantai 3 #302, Jalan Iskandarsyah Raya Nomor 7, Jakarta Selatan,

12160, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 April 2011.

Termohon Kasasi kedua, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan

Lelang (KPKNL) Jakarta IV, yang berkedudukan di Jalan Prapatan

Nomor 10, Senen, Jakarta Pusat, diwakili oleh Mulia P. Nasution, selaku

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan atas nama Menteri Keuangan

Republik Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa kepada Dr. Indra Surya

S.H., M.H., Kepala Biro Bantuan Hukum pada Sekretariat Jenderal

Kementrian Keuangan dan kawan-kawan, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus tanggal 25 Juli 2011, Termohon Kasasi ketiga yaitu PT. Balai

Lelang Royal yang berkedudukan di Ir. H. Juanda Raya, Nomor 27A,

Jakarta Pusat dan Termohon Kasasi keempat, Amina, bertempat tinggal

di Jalan Agung Permai 1-3 RT. 018 RW. 010, Kelurahan Sunter Agung,

Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

2. Posisi Kasus

Kasus ini berawal dari Penggugat sebagai Nasabah Tergugat I yang

mendapatkan fasilitas kredit sebesar Rp 580.000.000, (lima ratus delapan

puluh juta rupiah), sebagaimana yang tertuang dalam Akta Perjanjian

Kredit No. 53 di hadapan Notaris Osrimami, SH pada tanggal 21

Desember 2004 dengan memberikan tanah sebagai jaminan berupa satu

bidang tanah yang terdaftar atas nama penggugat dengan sertifikat Hak

Milik No:179/Sunter Jaya beserta bangunan yang ada di atasnya.

Page 71: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

61

Namun Penggugat hanya mampu menjalankan kewajibannya sampai

dengan September tahun 2006 hingga menyebabkan penunggakan

pembayaran. Kemudian Tergugat I melakukan pelelangan terhadap

jaminan yang diagunkan oleh Penggugat pada 25 Maret 2008. Pihak

Penggugat mengatakan tidak pernah mendapatkan pemberitahuan

mengenai tanggal pelaksanaan lelang, sehingga Penggugat melalui kuasa

hukumnya mengirimkan surat untuk meminta bukti tanda Surat

Pemberitahuan dan Pengumuman Lelang namun belum mendapatkan

respon apa-apa.

Jaminan yang dilelang dijual dengan harga Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah), berbeda jauh dengan harga sebenarnya pada saat

dilakukan penjualan yang mencapai Rp 1.710.597.125. Penggugat

menduga adanya kerjasama antara Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III

dan Tergugat IV untuk merugikan Penggugat. Penggugat menuntut

kepada Pengadilan Negeri Jakarta Utara untuk memberikan putusan

dalam perkara ini sebagai berikut:

Dalam Provisi:

-Mengabulkan permohonan provisi yang diajukan oleh Penggugat

untuk seluruhnya;

-Meletakkan sita jaminan terhadap objek harta benda yang diagunkan

oleh Penggugat terhadap Tergugat I.

-Menyatakan bahwa Penetapan No. 44/Eks/2008/PN.Jkt.Ut tentang

Penetapan Eksekusi ditangguhkan pelaksanaannya sampai dengan

perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menanyakan Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah

melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian

bagi Penggugat;

Page 72: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

62

3. Menyatakan pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh KP2LN

(Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara) Jakarta IV

tertanggal 25 Maret 2008 terhadap tanah dan bangunan dengan

sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya tanggal 31 Desember

1997 seluas 180 M², terletak di Jalan Skip II Blok F1 Kav. 1&2,

Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara

batal demi hukum karena telah dilakukan secara cacat

formal/bertentangan dengan ketentuan lelang;

4. Memerintahkan KP2LN Jakarta IV untuk melakukan pelelangan

ulang terhadap tanah dan bangunan dengan sertifikat Hak Milik

No. 179/Sunter Jaya tanggal 31 Desember 1997 seluas 180 M²,

terletak di Jalan Skip II Blok F1 Kav. 1&2, Kelurahan Sunter Jaya,

Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara agar sesuai dengan

ketentuan dan prosedur lelang yang berlaku;

5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III untuk

membayar kerugian materiil dan imateriil yang diderita oleh

Penggugat secara tanggung renteng;

6. Menghukum dan memerintahkan Tergugat I dan tergugat II untuk

menyampaikan permohonan maaf secara tertulis kepada Penggugat

melalui Surat Kabar Kompas dan Media Indonesia selama tiga hari

berturut-turut;

7. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap harta benda

yang merupakan objek yang diagunkan Penggugat kepada Tergugat

I;

8. Menghukum Tergugat I, II, dan III untuk membayar uang paksa

sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) / hari untuk setiap hari

keterlambatan para Tergugat dalam memenuhi amar putusan ini;

9. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan lebih dahulu walaupun

ada perlawanan, bantahan, banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij

voorraad);

10. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya perkara.

Terhadap gugatan tersebut, Tergugat I, II dan III mengajukan

eksepsi. Dalam Eksepsi Tergugat I, Tergugat membantah dan menolak

dengan tegas dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat kecuali yang

dengan tegas diakui kebenarannya oleh Tergugat I. Gugatan Penggugat

keliru dan kabur (obscuur libels) bahwa Penggugat mendasarkan

gugatannya pada dalil adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan

oleh Tergugat I sementara Penggugat juga mengakui bahwa antara

Page 73: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

63

Penggugat dengan Tergugat I memiliki hubungan hukum dalam bentuk

perjanjian kredit beserta perubahan dan perpanjangannya serta perjanjian

jaminan. Seandainya dalil gugatan Penggugat tersebut benar bahwa

Tergugat I telah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit, quad

non, seharusnya Penggugat mendalilkan gugatannya pada adanya

perbuatan ingkar janji (wanprestasi). Serta gugatan Penggugat terlambat

diajukan.

Dalam Eksepsi Tergugat II, bahwa dengan tegas Tergugat II

menolak seluruh dalil Penggugat kecuali terhadap hal-hal yang diakui

secara tegas kebenarannya. Eksepsi Persona Studi Non Juducio, karena

penyebutan Tergugat II di dalam surat gugatan Penggugat kurang tepat.

Dalam Eksepsi Tergugat III, bahwa dengan tegas Tergugat II

menolak seluruh dalil Penggugat kecuali terhadap hal-hal yang diakui

secara tegas kebenarannya. Gugatan Penggugat Error In Persona bahwa

pada dasarnya gugatan tersebut adalah permasalahan antara kreditur in

casu Tergugat I dan debitur in casu Penggugat sedangkan kedudukan

Tergugat III dalam perkara a quo adalah sebagai jasa pra lelang saja dan

tidak terkait sama sekali dengan pokok perkara dalam gugatan tersebut.

Gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas.

Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Utara telah

menjatuhkan putusan, yaitu putusan Nomor 357/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Ut.,

tanggal 29 Juli 2009 yang amarnya sebagai berikut:

Page 74: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

64

I Dalam Provisi:

Menolak tuntutan Provisi Penggugat untuk seluruhnya;

II Dalam Eksepsi:

Menolak eksepsi para Tergugat untuk seluruhnya;

III Dalam Pokok Perkara:

Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Menghukum Penggugat mebayar biaya yang timbul dalam perkara

ini sebesar Rp 1.781.000,00 (satu juta tujuh ratus delapan puluh

satu ribu rupiah).

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara tersebut telah dikuatkan

oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusan nomor

310/PDT/2010/PT.DKI. tanggal 17 Januari 2011.

Sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Penggugat/Pembanding pada tanggal 3 Maret 2011 kemudian

terhadapnya oleh Penggugat/Pembanding dengan perantaraan kuasanya,

berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 8 Maret 2011 diajukan

permohonan kasasi pada tanggal 17 Maret 2011 sebagaimana ternyata

dari Akte Pernyataan Permohonan Kasasi Nomor

357/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Ut. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri

Jakarta Utara, permohonan nama disertai dengan memori kasasi yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 30

Maret 2011.

Memori kasasi dari Penggugat/Pembanding telah diberitahu kepada

Tergugat I s/d Tergugat IV / para Terbanding masing-masing pada

Page 75: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

65

tanggal 11 April 2011, 14 Juli 2011, 4 Agustus 2011, 26 Agustus 2011

dan kepada Turut Tergugat / Turut Terbanding pada tanggal 19 April

2011, terhadap memori kasasi tersebut hanya Tergugat I / Terbanding I

dan Tergugat II / Terbanding II yang mengajukan kontra memori kasasi

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada tanggal

20 April 2011 dan 26 Juli 2011, sedangkan yang lainnya tidak

mengajukan kontra memori kasasi.

3. Putusan Mahkamah Agung

Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini dengan amar

putusannya seperti tersebut dibawah ini :

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula

ternyata bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan

dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang

diajukan oleh Pemohon Kasasi / Penggugat Neny Tarina Lavau tersebut

harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi / Penggugat ditolak, maka Pemohon Kasasi / Penggugat dihukum

untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan

Page 76: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

66

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-

undangan lain yang bersangkutan;

Mengadili:

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi / Penggugat Neny

Tarina Lavau tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi / Penggugat untuk membayar biaya

perkara sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawarahan Majelis

Hakim pada Mahkamah Agung, pada hari Kamis, tanggal 11 Juli 2013,

oleh Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, S.H., M.A., Hakim Agung yang

ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof.

Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM. dan Dr. H. Muhtar Zamzami, S.H.,

M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta

Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Barita Sinaga, S.H.,

M.H., Panitera Pengganti, tanpa dihadiri oleh para pihak.

B. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara pada Putusan

Mahkamah Agung Nomor 1993K/Pdt/2012.

1. Alasan Keberatan Pemohon Kasasi.

Pemohon Kasasi menolak Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.

310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No.

357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan adalah

sebagai berikut:

Page 77: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

67

1. Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No.

310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No.

357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut tidak memuat dan mempertimbangkan bukti-

bukti serta fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang tentunya

menjadi dasar untuk mengungkapkan kebenaran yang sebenar-benarnya;

2. Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No.

310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No.

357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut tidak memuat dan tidak mempertimbangkan

bukti-bukti dan fakta-fakta yang terungkap selama persidangan. Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut, secara

seluruhnya telah dijadikan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta sebagai

pertimbangannya, padahal pertimbangan Judex Facti Pengadilan Negeri

telah diberikan secara sangat keliru dan melanggar UU dalam

memberikan putusannya;

3. Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No.

310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No.

357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut tidak memuat dan mempertimbangka isi

memori bandi dari Pemohon Kasasi (dahulu Pembanding/Penggugat);

4. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/PT.JKT. dianggap

tidak melakukan pemeriksaan ulang untuk semua aspek dan

menyampingkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dalam

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/PDT.G/2008/PN.Jkt.Ut

dan seharusnya menjadi acuan duduk persoalan yang sebenarnya

Page 78: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

68

sehingga dapat dikategorikan lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

2. Pertimbangan Hakim.

Menimbang bahwa, atas keberatan-keberatan yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi tersebut Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon Kasasi / Penggugat

tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti (Pengadilan Tinggi

yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri) tidak salah dalam menerapkan

hukum, pertimbangannya sudah tepat dan benar, dengan pertimbangan

sebagai berikut:

Bahwa prosedur pelaksanaan lelang sudah sesuai dengan Ketentuan

Peraturan Menteri Kuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang dan lelang tersebut telah berpedoman kepada Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, juga dilandasi oleh

ketentuan/klausul Pasal 2 poin 4 Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)

tanggal 3 Januari 2005, sehingga tidak ada alasan sah untuk dibatalkan;

Bahwa lagipula keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon Kasasi /

Penggugat adalah mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat

penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan

dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat

kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan hukum, adanya

pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-

Page 79: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

69

syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam

kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau bila Pengadilan

tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 30 Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.

C. Analisis Penulis Mengenai Putusan Mahkamah Agung Nomor

1993K/Pdt/2012 dengan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku.

Pertimbangan hakim dalam memutus perkara pada putusan ini menurut

penulis tidak salah dalam memberikan amar putusan. Tiga hal utama yang

menjadi pokok dalam putusan tidak ada yang bertentangan dengan undang-

undang yang berlaku. Mulai dari pelaksanaan lelang yang dilakukan sudah

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang, juga pelaksanaan lelang parate eksekusi yang

berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan sampai pada Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang di

dalamnya mencantumkan klausul mengenai kewenangan untuk tanpa

persetujuan terlebih dahulu oleh pihak pertama dalam hal pihak pertama

melakukan wanprestasi.

Di luar dari pertimbangan hakim di atas, Penulis ingin mengemukakan

mengenai penyelesaian dari kredit bermasalah yang merupakan perjanjian

accesoir yang batal akibat dari wanprestasinya debitur dalam mengembalikan

Page 80: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

70

pembayaran kredit. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah dapat ditempuh

melalui dua cara yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit.

Penyelamatan kredit adalah suatu penyelesaian kredit bermasalah melalui

perundingan kembali antara bank sebagai kreditor dengan nasabah

peminjam sebagai debitur, sedangkan penyelesaian kredit adalah

penyelesaian yang melalui lembaga hukum dalam proses penyelesaiannya.

Lembaga hukum yang dimaksud adalah Panitia Urusan Piutang Negara

(PUPN) dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN),

melalui peradilan atau bisa melalui arbitrase. Aadapun penanganan kredit

bermasalah sebelum diselesaikan melalui jalur yudisial dapat dilakukan

melalui penjadwalan (rescheduling), persyaratan (reconditioning) dan

penataan kembali (restructuring). Penanganan bisa dilakukan melalui salah

satu ataupun menggunakan gabungan dari cara tersebut. Setelah dilakukan

cara tersebut dan tetap tidak ada kemajuan, maka penyelesaian bisa

dilakukan melalui jalur yudisial.

Penyelesaian kredit bermasalah secara administratif perkreditan oleh

pihak internal bank BUMN, sesuai Surat Edaran BI Nomor 26/4/BPPP

tanggal 29 Mei 1993 dapat ditempuh melalui tiga cara yaitu: (1) Penjadwalan

kembali (rescheduling) yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut

jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya; (2) Persyaratan kembali

(reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit

yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan

atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum

Page 81: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

71

saldo kredit; (3) Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-

syarat kredit berupa: penambahan dana bank dan atau konversi seluruh atau

sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau konversi

seluruh atau sebagian kredit menjadi penyertaan modal dalam perusahaan,

yang disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali.

Penyelesaian kredit semacam ini merupakan langkah alternatif sebelum

dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang lebih bersifat yudisial.1

Dari ketiga cara di atas, permasalahan kredit yang dialami oleh Nany

Tarina Lavau selaku nasabah peminjam atau debitur dengan PT Bank

Danamon Indonesia Kantor Cabang Jakarta Danau Sunter selaku kreditur

tidak menggunakan salah satu ataupun gabungan dari cara di atas. Pihak

kreditur atau bank langsung melayangkan surat peringatan perihal

keterlambatan pembayaran kredit oleh debitur kemudian langsung

mengeksekusi tanah yang dijaminkan oleh debitur dengan alasan

kewanprestasian debitur. Padahal seharusnya pihak bank bisa memberikan

tawaran dalam bentuk penjadwalan ulang, persyaratan kembali atau

perubahan syarat-syarat kredit sebelum menempuh jalur parate eksekusi yang

kemudian berakhir di pengadilan.

Restrukturisasi kredit menurut SK Direksi BI Nomor 31/150/KEP/DIR

tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit, Pasal 1 huruf d,

adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar

1 Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet (Jakarta: Gramedia,

2010), h. 159

Page 82: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

72

debitur dapat memahami kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

penurunan suku bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit,

pegurangan tunggakan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit,

penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, dan konversi kredit menjadi penyertaan modal

sementara pada perusahaan debitur.2

Mengenai pengambilalihan aset debitur sesuai dengan peraturan yang

berlaku salah satunya tercantum dalam SK Direksi BI Nomor

31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit

di atas. Begitupun mengenai parate eksekusi yang dilakukan oleh pihak bank,

memang tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Tapi selama

penjadwalan ulang, persyaratan kembali atau perubahan syarat-syarat kredit

masih bisa dilakukan sebagai alternatif dalam menyelesaikan kredit macet,

parate eksekusi yang kemudian berujung di pengadilan seharusnya bisa

dihindari sehingga pelaksanaan parate eksekusi hak tanggungan tidak hanya

menguntungkan bagi pihak kreditur tapi juga mementingkan pihak debitur

sebagai pihak yang berpartisipasi dalam perjanjian.

Dalam melakukan transaksi ekonomi seperti peminjaman kredit pada

bank, hendaknya baik dari pihak bank maupun nasabah menggunakan prinsip

Ekonomi Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan

Pancasila sebagai ideologi negara dengan kelima silanya, secara utuh

maupun sendiri-sendiri. Jika Pancasila mengandung lima asas, maka semua

2 Ibid, h. 160

Page 83: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

73

substansi sila Pancasila (1) etika, (2) kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4)

kerakyatan atau demokrasi, dan (5) keadilan sosial, harus dipertimbangkan

dalam model ekonomi yang disusun sehingga bisa mencapai dari tujuan

Pancasila itu sendiri.

Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian dan

kemanfaatan. Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang

paling utama dari kepastian hukum dan kemanfaatan. Sebagaimana kita

ketahui, dalam kenyataannya sering kali terjadi benturan antar ketiganya.

Dalam hal peraturan yang mengatur mengenai penyelesaian kredit

bermasalah seharusnya bisa menggabungkan ketiga unsur hukum tadi dalam

peraturan yang dibuat sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan,

begitu juga dalam pelaksanaan dari peraturan tersebut.

Page 84: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

74

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara antara Neny Tarina Lavau

melawan PT Bank Danamon Indonesia Kantor Cabang Jakarta Danau

Sunter, KPKNL Jakarta IV, PT Balai Lelang Royal dan Amina dapat

disimpulkan menjadi 3 pertimbangan pokok yaitu 1) prosedur

pelaksanaan lelang sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang; 2)

pelaksanaan lelang sudah berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan; dan 3) Klausul Pasal 2 poin 4 Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh Neny Tarina

Lavau selaku pemohon kasasi dan PT Bank Danamon Indonesia Kantor

Cabang Jakarta Danau Sunter selaku termohon kasasi.

2. Dari pertimbangan hakim yang sudah disebutkan di atas, penulis

menyimpulkan bahwa landasan yang digunakan hakim dalam memutus

perkara tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, akan tetapi

dalam penyelesaian kredit macet itu sendiri akan lebih baik lagi jika

menggunakan alternatif 3R (rescheduling, reconditioning, restructuring)

sebelum melaksanakan parate eksekusi hak tanggungan yang kemudian

berujung di pengadilan atau melalui jalur yudisial.

B. Saran

Page 85: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

75

1. Peraturan tentang parate eksekusi masih belum rinci sehingga dalam

pelaksanaannya sering ditemukan ketidaksamaan persepsi antara pihak

kreditur dan debitur yang menyebabkan banyak kasus pelaksanaan parate

eksekusi dibawa ke pengadilan . Ke depannya peraturan mengenai parate

eksekusi harus dirincikan serta dihindari dari ketumpangtindihan

peraturan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dengan adanya

peraturan tersebut, baik dari pihak kreditur maupun debitur.

2. Aturan hukum yang ada tentang eksekusi sebagai perlindungan hukum

bagi kreditur harus lebih ditegaskan lagi dalam pelaksanaannya.

Dibutuhkan ketegasan terhadap aturan dan prinsip yang berlaku sehingga

peraturan yang ada bukanlah hanya peraturan semata, juga untuk

menghindari melambatnya roda ekonomi yang ada yang disebabkan oleh

kredit macet.

Page 86: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

76

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Alu Syaikh, Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq. Tafsir Ibnu

Katsir Jilid 3. Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-

Syafi’i. 2008

Bahsan, M. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada. 2008.

Demesky, Yordan. “Pelaksanaan Parate Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai

Alternatif Penyelesaian Kredit Bermasalah di PT Bank Permata TBK”.

Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011.

Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global.

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi

tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam

Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi

Negara. Surabaya: Bina Ilmu. 1987.

Harahap, M. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata.

Jakarta: Sinar Grafika. 2005.

Hariyani, Iswi. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta:

Gramedia. 2010.

Hasibuan, Malayu S. P. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

2008.

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan

Hukum Tanah. Cet. 17. Jakarta: Djambatan. 2006.

Harun, Badriyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah. Yogyakarta: Pustaka

Yustisia. 2010.

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2005.

HS, Salim. Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar

Grafika. 2008.

HS, Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. 2008.

Page 87: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

77

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. cet.IV.

Malang: Bayumedia Publishing. 2008.

Kelsen, Hans. General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan

Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum

Deskriptif Empirik. Penerjemah Somardi. Jakarta: BEE Media Indonesia.

2013.

Muhammad, Abdul Kadir dan Muniarti, Rilda. Segi Hukum Lembaga Keuangan

dan Pembiayaan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2004.

Patrik, Purwahid dan Kashadi. Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan UUHT.

Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. 2006.

Poesoko, Herowati. Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi,

Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam Undang-Undang Hak

Tanggungan). Cetakan II. Yogyakarta: LaksBang PRESsindo. 2008.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung: Sumur.

1962.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an (Surah

Al Fatihah – Al Baqarah. Penerjemah Drs. As’ad Yasin, dkk. Jakarta: Gema

Insani. 2008

Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Cet. V. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2001.

Sjahdeni, ST. Remy. Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok

dan Masalah yang Dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai

Undang-Undang Hak Tanggungan). Bandung: Alumni. 1999.

Subekti. Hukum Acara Perdata. Jakarta: BPHN. 1977.

--------------. Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum

Indonesia. Bandung: Alumni. 1978.

--------------. Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional. Bandung: Alumni. 1986.

--------------. Pokok –Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa. 2003.

--------------. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa. 2005.

Sunaryanto, Sugiwanto dan Jose. Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara.

Jakarta: Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara. 2006.

Sutantio, Retnowulan dan Oeripkartawinata, Iskandar. Hukum Acara Perdata

dalam Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. 1989.

Sutedi, Adrian. Hukum Hak Tanggungan. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

Page 88: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

78

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. 2001.

Widiyono, Try. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di

Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2006.

Widjaja, Gunawan. Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata.

Jakarta: PT RajaGrafinfo Persada. 2006.

PERUNDANG-UNDANGAN:

Soebekti, R. dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 2003.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah

Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40/PMK.07/2006

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Page 89: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor 1993 K/Pdt/2012

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut

dalam perkara:

Neny Tarina Lavau, selaku Direktur CV. Feralex Indonesia, bertempat

tinggal di Jalan Skip I, Nomor 24, RT. 013 RW. 02, Kelurahan Sunter

Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dalam hal ini memberi kuasa kepada

Sehat Damanik, S.H., M.H., dan kawan-kawan, para Advokat pada

Kantor Advokat-Pengacara DSS & Partners, beralamat di Gedung JCD,

Lantai 3, Jalan K.H. Wahid Hasyim Nomor 27, Kebon Sirih, Jakarta

Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Maret 2011, Pemohon

Kasasi dahulu Penggugat/Penggugat;

m e l a w a n:

1 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, Cq PT. Bank Danamon

Indonesia, Kantor Cabang Jakarta Danau Sunter, berkedudukan di

Jalan Danau Sunter Utara, Blok B1 B, Nomor 15-16, Jakarta,

14350, diwakili oleh Ali Yong dan Fransiska Oei, selaku Direktur,

dalam hal ini memberi kuasa kepada Sabar M. Simamora, S.H.,

M.H., dan kawan-kawan, para Advokat pada Kantor Advokat &

Konsultan Hukum Sabar Simamora & Partners, beralamat di

Wisma Daria Lantai 3 # 302, Jalan Iskandarsyah Raya Nomor 7,

Jakarta Selatan, 12160, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8

April 2011;

2 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL)

Jakarta IV, berkedudukan di Jalan Prapatan Nomor 10, Senen,

Jakarta Pusat, diwakili oleh Mulia P. Nasution, selaku Sekretaris

Jenderal Kementerian Keuangan atas nama Menteri Keuangan

Republik Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa kepada Dr. Indra

Surya, S.H., M.H., Kepala Biro Bantuan Hukum pada Sekretariat

Jenderal Kementerian Keuangan, dan kawan-kawan, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Juli 2011;

Hal. 1 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 90: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 PT. Balai lelang Royal, berkedudukan di Ir H. Juanda Raya,

Nomor 27 A, Jakarta Pusat;

4 Amina, bertempat tinggal di Jalan Agung Permai 1-3, RT. 018/

RW. 010, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok,

Jakarta Utara;

Para Termohon Kasasi dahulu para Tergugat I/para Terbanding;

d a n

Presiden Republik Indonesia Cq Kepala Badan Pertahanan

Nasional Cq Kepala Badan Pertanahan Nasional Jakarta Utara;

Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat/Turut Terbanding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon

Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang para Termohon Kasasi dan

Turut Termohon Kasasi dahulu sebagai para Tergugat dan Turut Tergugat di muka

persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada pokoknya atas dalil-dalil:

1 Bahwa, Penggugat adalah Nasabah Tergugat I, yang telah mendapatkan fasilitas

kredit sebesar Rp580.000.000, (lima ratus delapan puluh juta rupiah),

sebagaimana yang tertuang dalam Akta Perjanjian Kredit No. 53 di hadapan

Notaris Osrimami, SH, tertanggal 21 Desember 2004; (Bukti P-1);

2 Bahwa, sebagai jaminan bagi pelunasan utangnya, Penggugat telah memberikan

agunan berupa 1 (satu) bidang tanah atas sertifikat Hak Milik No: 179/Sunter

Jaya yang terdaftar atas nama Penggugat (Bukti P-2) beserta bangunan yang

terletak di atasnya;

3 Bahwa, Penggugat sebagai Debitur telah berusaha melaksanakan kewajibannya

dengan baik sampai dengan September tahun 2006, namun karena keadaan

ekonomi yang sulit/krisis ekonomi yang berkepanjangan, Penggugat telah

menunggak pembayaran kreditnya kepada Tergugat I;

4 Bahwa, oleh karena hal macetnya pembayaran utang Penggugat, Tergugat I telah

melakukan pelelangan terhadap asset/barang jaminan yang diagunkan oleh

Penggugat untuk pelunasan utangnya melalui Tergugat II dan Tergugat III,

namun pelelangan yang dilakukan oleh Tergugat II dan Tergugat III pada tanggal

25 Maret 2008 tersebut, telah cacat hukum, karena dilakukan tidak sesuai dengan

prosedur pelelangan, yaitu:

2

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 91: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Penggugat tidak pernah mendapatkan pemberitahuan dari Tergugat I (Bank

Danamon) mengenai saat/tanggal pelaksanaan lelang, sehingga Penggugat sama

sekali tidak mengetahui pelaksanaan lelang dan harga lelang atas barang agunan

tersebut;

• Penggugat melalui kuasa hukumnya telah pernah mengirimkan surat untuk

meminta bukti-bukti tanda terima Surat Pemberitahuan dan Pengumuman Lelang

Pertama di surat Kabar, namun sampai didaftarkannya gugatan ini Tergugat I

belum memberikan respon apa -apa. Hal itu semakin menambah keyakinan

Penggugat akan tidak adanya pemberitahuan dan pengumuman Lelang

dimaksud; (Bukti P-3)

• Harga lelang asset yang diagunkan telah dijual dengan harga yang sangat murah,

yakni hanya Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan harga

sesungguhnya pada saat dilakukan penjualan mencapai Rp1.710.597.125, (satu

milyar tujuh ratus sepuluh juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu seratus dua

puluh lima rupiah), hal mana sesuai dengan hasil penilaian yang dilakukan

perusahaan penilai atas permintaan PT. Bank Mega TBK); (Bukti P-4)

5 Bahwa, adapun pihak yang membeli barang agunan tersebut adalah Tergugat IV,

yang pelaksanaannya kami duga telah dilakukan melalui kerjasama antara

Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV, guna menguntungkan

mereka, dan merugikan Penggugat;

6 Bahwa, akibat tindakan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Tergugat IV

yang kami duga telah melakukan persekongkolan "penekanan" harga sehingga

menjadi murah, maka Penggugat telah menderita kerugian secara materil sebesar

Rp1.210.597.125,00 (satu milyar dua ratus sepuluh juta, lima ratus sembilan

puluh tujuh ribu, seratus dua puluh lima rupiah), yakni selisih harga penjualan

dan harga agunan yang sesungguhnya;

7 Bahwa, Penggugat juga telah mengalami kerugian immateril sebesar

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sebagai akibat menanggung malu atas

perbuatan para Tergugat yang menguntungkan penyitaan dan menyuruh

pengacara Tergugat IV menempelkan pengumuman yang isinya menyatakan

rumah tersebut di bawah pengawasan Pengacara Kanta Cahya, SH & Associates;

8 Bahwa, tindakan Tergugat I yang tidak melakukan pemberitahuan pelelangan

kepada Penggugat serta diikuti tindakan Tergugat II dan Tergugat III yang

melakukan penjualan jauh di bawah harga yang sesungguhnya bertentangan

3

Hal. 3 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 92: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dengan pasal 29 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan No.: 40/PMK. 07/2006

tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga sudah seharusnya dibatalkan

karena telah cacat secara prosedur;

9 Bahwa, sehubungan dengan adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan

oleh Tergugat I, maka Penggugat telah mengirimkan Surat Undangan sebanyak 2

(dua) kali guna penyelesaian perkara ini secara musyawarah dan Surat Somasi

untuk mengganti kerugian yang diderita Penggugat, namun sampai dengan

diajukannya gugatan ini, Para Tergugat tidak bersedia membayarkan kerugian

yang diderita Penggugat;

10 Bahwa, oleh karena kerugian yang diderita Penggugat adalah sebagai akibat

kesalahan Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III, maka berdasarkan Pasal 1365

KUH Perdata, adalah kewajiban hukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III

untuk menggantikan kerugian yang diderita Penggugat;

11 Bahwa, terhadap penderitaan dan kerugian yang dialami Penggugat, baik

rusaknya nama baik Penggugat di lingkungan tempat tinggal karena selalu

diteror dan dikirimi surat penyitaan, dan hancurnya citra/kemitraan terhadap

Penggugat dah rekan bisnis yang mengetahui kasus Penggugat, maka sudah

sepantasnya pula Tergugat dihukum untuk menyampaikan permohonan maaf

secara tertulis kepada Penggugat melalui Surat Kabar Kompas dan Media

Indonesia selama 3 hari berturut-turut;

12 Bahwa, karena Penggugat meragukan itikad baik Tergugat dalam memenuhi

kewajiban hukumnya secara sukarela, maka untuk menjamin terpenuhinya

gugatan Penggugat, kami memohon kepada Majelis Hakim yang terhormat untuk

meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) sesuai dengan Pasal 227 HIR,

terhadap harta yang diagunkan Penggugat yaitu:

Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya, tanggal 31

Desember 1997, Gambar Situasi No: 2637/1997 tanggal 19 Mei 1997, seluas 180

M2, terletak di Jl. Skip 11 Blok F1 Kav. 1 & 2, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan

Tanjung Priok, Jakarta Utara;

13 Bahwa, mengingat pelelangan yang dilakukan oleh Tergugat I, Tergugat II dan

Tergugat III adalah cacat prosedur (tidak ada pemberitahuan kepada Penggugat

selaku principal pemilik/penerima kredit), maka pelelangan yang dilakukan

adalah batal demi hukum, sehingga peralihan kepemilikan yang telah terjadi dari

Penggugat kepada Tergugat IV, juga batal demi hukum, karena proses

pelaksanaannya telah salah;

4

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 93: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

14 Bahwa saat ini terhadap obyek jaminan milik Penggugat yaitu Tanah dan

bangunan dengan sertifikat hak milik No. 179/Sunter Jaya, tanggal 31 Desember

1997, Gambar Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei 1997. Seluas 180 M2,

terletak di Jl. Skip 11 Blok F1 Kav. 1 & 2, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan

Tanjung Priok, Jakarta Utara telah dilakukan sita eksekusi oleh Pengadilan

Negeri Jakarta Utara;

15 Bahwa, oleh karena proses pelelangan/pelaksanaan lelang telah batal demi

hukum, maka segala bentuk pengalihan hak, pelaksanaan eksekusi dan tindakan

lainnya haruslah dihentikan dan dibatalkan sampai dengan dilaksanakannya

kembali pelaksanaan lelang sesuai dengan prosedur yang benar. Dengan

demikian maka objek agunan yaitu:

Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya, tanggal 31

Desember 1997, Gambar Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei 1997, seluas 180

M2, terletak di Jl. Skip II Blok Fl Kav. 1 & 2, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan

Tanjung Priok, Jakarta Utara; Harus diserahkan kepada pemilik awal yang sah,

yaitu Penggugat;

16 Bahwa, mengingat saat ini Turut Tergugat (Kantor Pertanahan Badan Pertanahan

Nasional) telah melakukan balik nama atas barang agunan, dari atas nama

Penggugat (Meny Tarina Lavau) menjadi atas nama Tergugat IV (Amina), maka

sudah sepatutnya pula balik nama tersebut dibatalkan dan dikembalikan kepada

Penggugat, karena proses pengalihan/lelang telah dilakukan secara bertentangan

dengan prosedur yang sesungguhnya;

17 Bahwa, untuk terciptanya. keadilan dan kepastian hukum, maka sudah

sepatutnya terhadap objek yang diagunkan Penggugat kepada Tergugat I,

diperintahkan untuk dilelang ulang, dengan cara-cara dan prosedur yang benar;

18 Bahwa mengingat gugatan ini didasarkan atas bukti otentik, maka sangatlah

beralasan apabila terhadap perkara ini dikabulkan pula putusan serta merta

(uitvoerbaar bij voorraad) sebagaimana yang diatur dalam pasal 180 HIR,

walaupun ada upaya bantahan, banding, verzet maupun kasasi;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan

Negeri Jakarta Utara agar menjatuhkan putusan sebagai berikut:

a Dalam Provisi:

1 Mengabulkan permohonan provisi yang diajukan oleh Penggugat untuk

seluruhnya;

5

Hal. 5 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 94: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Meletakkan sita jaminan terhadap objek harta benda yang diagunkan oleh

Penggugat kepada Tergugat I, yaitu;

Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya,

tanggal 31 Desember. 1997, Gambar Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei

1997, seluas 180 M2, terletak di Jl. Skip II Blok F1 Kav. 1 & 2 Kelurahan

Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebagai jaminan bagi

pelunasan seluruh kerugian yang diderita Penggugat;

3 Menyatakan bahwa Penetapan No. 44/Eks/2008/PN.Jkt.Ut tentang Penetapan

Eksekusi ditunda/ditangguhkan pelaksanaannya sampai dengan perkara ini

mempunyai kekuatan hukum tetap;

a Dalam Pokok Perkara:

1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menanyakan Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah melakukan perbuatan

melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat;

3 Menyatakan pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh KP2LN (Kantor Pelayanan

Piutang dan Lelang Negara) Jakarta IV tertanggal 25 Maret 2008 terhadap tanah

dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya, tanggal 31

Desember 1997, Gambar Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei 1997, seluas 180

M2, terletak di 11. Skip II Blok F1 Kav. 1 & 2, Kelurahan Sunter Jaya,

Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara batal demi hukum karena telah

dilakukan secara cacat formal/bertentangan dengan ketentuan lelang;

4 Memerintahkan KP2LN (Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara) Jakarta

IV untuk melakukan pelelangan ulang terhadap Tanah dan bangunan dengan

Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya, tanggal 31 Desember 1997, Gambar

Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei 1997, seluas 180 M2, terletak di Jl. Skip II

Blok F1 Kav. 1 & 2, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta

Utara, sesuai dengan ketentuan dan prosedur lelang yang berlaku;

5 Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III untuk membayar kerugian

materiil dan immaterial yang diderita oleh Penggugat secara tanggung renteng,

yakni:

• Kerugian materiel akibat dilelangnya tanah dan bangunan oleh Tergugat I, II dan

III jauh di bawah harga yang sesungguhnya sehingga telah merugikan Penggugat

sebesar Rp1.210.597.125,00 (satu milyar dua ratus sepuluh juta lima ratus

sembilan puluh tujuh ribu seratus dua puluh lima rupiah);

6

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 95: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Kerugian immateril akibat menanggung malu dan tercemarnya nama baik

Penggugat sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

Total kerugian materiil dan immaterial adalah sebesar Rp1.710.597.125,00

(satu milyar tujuh ratus sepuluh juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu

seratus dua puluh lima rupiah).

6 Menghukum dan Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II untuk

menyampaikan permohonan maaf secara tertulis kepada Penggugat melalui Surat

Kabar Kompas dan Media Indonesia selama tiga hari berturut-turut;

7 Menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap harta benda yang merupakan

objek yang diagunkan Penggugat kepada Tergugat I, yaitu:

Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik No. 179/Sunter Jaya,

tanggal 31 Desember 1997, Gambar Situasi No. 2637/1997 tanggal 19 Mei

1997, seluas 180 M2, terletak di 31. Skip II Blok F1 Kav. 1 & 2, Kelurahan

Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebagai jaminan bagi

pelunasan seluruh kerugian yang diderita Penggugat;

8 Menghukum Tergugat I, II, dan III untuk membayar uang paksa sebesar

Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)/hari untuk setiap hari keterlambatan para

Tergugat dalam memenuhi amar putusan ini;

9 Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan lebih dahulu walaupun ada

perlawanan, bantahan, banding maupun kasasi (uitvoerbaar bij voorraad);

10 Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya perkara;

Dalam hal Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono).

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II dan Tergugat III

mengajukan eksepsi dengan dalil-dalil sebagai berikut:

Dalam Eksepsi Tergugat I:

1 Bahwa Tergugat I membantah dan menolak dengan tegas dalil-dalil yang

dikemukakan oleh Penggugat dalam gugatan dan perbaikan Surat Gugatan

tanggal 23 Februari 2009 kecuali yang dengan tegas diakui kebenarannya oleh

Tergugat I.

2 Gugatan Penggugat keliru dan kabur (obscuur libels)

Bahwa Penggugat mendasarkan gugatannya pada dalil adanya perbuatan melawan

hukum (onrechtmatige daad) yang dilakukan oleh Tergugat I sementara

Penggugat juga mengakui bahwa antara Penggugat dengan Tergugat I memiliki

hubungan hukum dalam bentuk perjanjian kredit beserta perubahan dan

7

Hal. 7 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 96: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

perpanjangannya serta perjanjian jaminan. Seandainya dalil gugatan Penggugat

tersebut benar bahwa Tergugat I telah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian

kredit, quod non, seharusnya Penggugat mendalilkan gugatannya pada adanya

perbuatan ingkar janji (wanprestasi) sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 KUH

Perdata dan bukanlah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)

sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

Bahwa berdasarkan alasan tersebut maka gugatan Penggugat keliru dan tidak jelas/

kabur (obscuur libels) sehingga sepatutnya dinyatakan tidak dapat diterima (niet

ontvankelijk verklaard).

3 Gugatan Penggugat terlambat diajukan.

a Bahwa Tergugat IV selaku pemenang lelang telah mengajukan

permohonan penetapan eksekusi (aanmaning) kepada Ketua Pengadilan

Negeri Jakarta Utara, agar Penggugat menyerahkan aset jaminan (obyek

pelelangan) yang telah dibeli oleh Tergugat IV melalui Lelang yang

dilaksanakan oleh Tergugat II dan III. Selanjutnya Ketua Pengadilan

Negeri Jakarta Utara telah menerbitkan Penetapan (aanmaning) No: 44/

Eks/2008/PN.Jkt.Ut tanggal 30 Oktober 2008. (Bukti TI-11).

b Bahwa dikarenakan Penggugat tetap tidak bersedia menyerahkan obyek

dimaksud secara sukarela maka Tergugat IV mengajukan permohonan

penetapan eksekusi (pengosongan) kepada Ketua Pengadilan Negeri

Jakarta Utara dan terhadap permohonan eksekusi pengosongan yang

dimohonkan Tergugat IV tersebut Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Utara

telah menerbitkan:

i Berita Acara Sita Eksekusi No.: 44/Eks/2008/PN.Jkt.Ut tanggal 3 Desember

2008 (Bukti TI-2).

ii Penetapan Eksekusi Pengosongan No.: 44/Eks/2008/PN.Jkt.Ut 5 Desember

2008. (Bukti TI-3).

a Bahwa obyek gugatan berupa sebidang tanah dan bangunan yang terletak

di Jl. SKSP II Blok F 1 Kav. 1 & 2, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta

Utara telah dilakukan eksekusi Pengosongan oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Utara pada tanggal 28 Januari 2009 sesuai Penetapan No. 44/

Eks/2008/PN.Jkt.Ut tanggal 5 Desember 2008 jo. Berita Acara Eksekusi

Pengosongan No. 44/EKS/2008/ PNJkt.Ut tanggal 28 Januari 2009.

b Bahwa Penggugat tidak melakukan upaya hukum perlawanan (verzet)

terhadap tindakan eksekusi Pengosongan terhadap aset jaminan yang

8

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 97: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

telah dilelang dimaksud sehingga Penggugat dianggap telah menyetujui

eksekusi secara diam-diam dan dengan demikian gugatan Penggugat

telah terlambat diajukan.

c Bahwa berdasar alasan tersebut di atas Tergugat I mohon kepada Majelis

Hakim untuk menerima eksepsi Tergugat I secara keseluruhan dan

menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard).

Dalam Eksepsi Tergugat II:

1 Bahwa dengan tegas Tergugat II menolak seluruh dalil Penggugat kecuali terhadap

hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya.

2 Eksepsi Persona Studi Non Judicio.

1 Bahwa Tergugat II berpendapat bahwa gugatan Penggugat khususnya yang

ditunjukkan terhadap Tergugat II harus dinyatakan tidak dapat diterima, sebab

penyebutan persoon Tergugat II di dalam Surat gugatan Penggugat kurang tepat,

karena tidak mengkaitkan dengan Pemerintah Republik Indonesia cq. Menteri

Keuangan cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara cq. Kantor Wilayah VII

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara cq. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara

dan Lelang Jakarta IV selaku (instansi) atasan Tergugat II, karena Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta IV bukan organisasi yang

berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari suatu badan hukum yang disebut

Negara, oleh karena itu apabila ada tuntutan, maka harus dikaitkan juga dengan

unit atasannya tersebut.

2 Bahwa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta IV bukan

merupakan badan hukum yang berdiri sendiri, melainkan badan yang

merupakan bagian dari badan hukum yang disebut Negara, dimana salah satu

instansi atasan dari Tergugat II adalah Pemerintah Republik Indonesia cq.

Departemen Keuangan Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Kekayaan

Negara cq. Kantor Wilayah VII Direktorat Jenderal Kekayaan Negara cq.

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta IV. Oleh karena itu

Tergugat II tidak mempunyai kualitas untuk dapat dituntut dalam perkara

perdata di muka peradilan umum jika tidak dikaitkan dengan badan hukum

induknya dan Instansi atasannya.

3 Bahwa terhadap apa yang dikemukakan oleh Tergugat II di atas, terbuktilah

bahwa gugatan Penggugat yang langsung ditujukan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta IV tanpa mengkaitkan instansi

9

Hal. 9 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 98: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atasannya adalah keliru dan tidak tepat. Dengan demikian jelas bahwa akan hal

ini dapat berakibat bahwa terhadap gugatan a quo menjadi kurang sempurna,

dan oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima seluruhnya (niet

ontvankelijk verklaard). Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung

Republik Indonesia No. 1424K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976 tentang gugatan

yang harus ditujukan kepada Pemerintah Pusat.

Dalam Eksepsi Tergugat III:

1 Bahwa dengan tegas Tergugat \U menolak seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali

terhadap hal-hal yang secara tegas diakui kebenarannya.

2 Gugatan Error In Persona.

Bahwa pada dasarnya gugatan tersebut adalah permasalahan antara kreditur in

casu Tergugat I dan debitur in casu Penggugat sedangkan kedudukan Tergugat III

dalam perkara a quo adalah sebagai jasa pra lelang saja dan tidak terkait sama

sekali dengan pokok perkara dalam gugatan tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas sudah jelas dan nyata bahwa Penggugat

telah mempermasalahkan tindakan Tergugat I, Tergugat II, maka tidak tepat dan

sangat keliru apabila Penggugat mengikutsertakan Tergugat III di dalam

gugatannya karena Tergugat III sama sekali tidak terkait dengan pokok

permasalahan dalam gugatan a quo atau dengan kata lain bahwa gugatan

Penggugat tidak jelas dan keiiru sehingga sudah sepantasnyalah Tergugat III

dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara

a quo.

Bahwa sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.4 K/RUP/ 1958

tahun 1958 yang menyebutkan "Untuk dapat menggugat di Pengadilan Negeri

maka syarat mutlaknya harus ada perselisihan hukum antara pihak yang

berperkara" dan Keputusan MARI No.294 K/SIP/1971 tanggal 7 Juni 1971 yang

mensyaratkan "bahwa gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai

hubungan hukum".

3 Gugatan kabur dan tidak jelas

1 Bahwa ternyata dalil-dalil Penggugat dalam posita tidak menunjukkan adanya

proses hukum yang masih berjalan dan mengancam kepentingan hukumnya

sehingga diajukan upaya hukum terhadap para Tergugat, disamping itu petitum

tidak posita Penggugat, sehingga Penggugat secara keliru tuntutan ganti

kerugian terhadap para Tergugat yang semestinya hanya dapat dituntut oleh

suatu pihak yang mendalilkan mengalami suatu kerugian ril yang nyata-nyata

10

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 99: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dialami akibat terjadinya perselisihan perdata baik akibat terjadinya perselisihan

perdata baik akibat pelaksanaan perjanjian maupun batas perbuatan melawan

hukum.

2 Bahwa dalam gugatannya penggugat mendalilkan bahwa lelang yang

dilaksanakan adalah cacat hukum karena dilakukan tidak sesuai dengan

prosedur pelelangan, hal ini adalah sangat tidak benar dan mengada-ada dan

perlu Penggugat ketahui bahwa lelang yang telah dilaksanakan adalah lelang

parate eksekusi terhadap jaminan yang telah terikat Hak.

3 Bahwa jelas dan tegas tidak ada prosedur hukum yang dilanggar oleh para

Tergugat sehubungan dengan pelaksanaan lelang parate eksekusi tersebut dan

terhadap lelang parate eksekusi yang telah dilaksanakan tidak dapat dibatalkan

karena telah sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Utara telah

menjatuhkan putusan, yaitu putusan Nomor 357/Pdt/G/2008/PN.Jkt.Ut., tanggal 29 Juli

2009 yang amarnya sebagai berikut:

I Dalam Provisi:

• Menolak tuntutan Provisi Penggugat untuk seluruhnya;

II Dalam Eksepsi:

• Menolak eksepsi para Tergugat untuk seluruhnya;

III Dalam Pokok Perkara:

• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

• Menghukum Penggugat membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar

Rp1.781.000,00 (satu juta tujuh ratus delapan puluh satu ribu rupiah);

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat putusan

Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan

putusan Nomor 310/PDT/2010/PT.DKI. tanggal 17 Januari 2011;

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Penggugat/Pembanding pada tanggal 3 Maret 2011 kemudian terhadapnya oleh

Penggugat/Pembanding dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus

tanggal 8 Maret 2011 diajukan permohonan kasasi pada tanggal 17 Maret 2011

sebagaimana ternyata dari Akte Pernyataan Permohonan Kasasi Nomor 357/Pdt/

G/2008/PN.Jkt.Ut. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara,

permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 30 Maret 2011;

11

Hal. 11 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 100: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa memori kasasi dari Penggugat/Pembanding telah diberitahu kepada

Tergugat I s/d Tergugat IV/para Terbanding masing-masing pada tanggal 11 April

2011, 14 Juli 2011, 4 Agustus 2011, 26 Agustus 2011 dan kepada Turut Tergugat/Turut

Terbanding pada tanggal 19 April 2011, terhadap memori kasasi tersebut hanya

Tergugat I/Terbanding I dan Tergugat II/ Terbanding II yang mengajukan kontra

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada

tanggal 20 April 2001 dan 26 Juli 2011, sedangkan yang lainnya tidak mengajukan

kontra memori kasasi;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan

dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

kasasi tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah:

1 Keberatan atas Putusan Judex Facti dengan dasar bahwa Judex Facti tidak

menerapkan dan melaksanakan ketentuan undang-undang

a Bahwa dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama pada Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/PDT.G/2008/ PN.Jkt Ut telah

dijelaskan bahwa dasar pertimbangan hukumnya didasarkan pada:

1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan;

2 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 40/PMK.07/2006 tentang petunjuk

pelaksana lelang;

Namun pertimbangan-pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama

tersebut telah diterapkan secara sebagian-sebagian (tidak menyeluruh),

sehingga telah menjadi putusan yang berat sebelah dan sangat memihak;

b Bahwa penerapan hukum sebagian-sebagian ini terungkap pada pertimbangan

hukum Putusan Majelis Hakim tingkat pertama yang menjelaskan sebagai

berikut:

Alinea ke (3) s.d ke (4) halaman 43 dan alinea Ke (1) dan ke (2) halaman 44

pada Putusan Tingkat Pertama

”.....Menimbang bahwa berdasarkan bukti TI-9, TI-10, TI-11 dan TI-12

terbukti bahwa menurut catatan pembukuan Tergugat I jumlah outstanding

kredit yang menjadi kewajiban Penggugat sampai periode tanggal 5

September 2006 seluruhnya adalah sebesar Rp520.867.824,36 (lima ratus

dua puluh juta delapan ratus enam puluh tujuh ribu delapan ratus dua puluh

12

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 101: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

empat rupiah tiga puluh enam sen) berdasarkan surat No. B.046/SPI/

SMEC/0906 perihal Surat Peringatan I tanggal 5 September 2006 dan atas

kelalaian Penggugat tersebut Tergugat I telah mengirimkan surat peringatan

terhadap kelalaian Penggugat dalam memenuhi kewajiban pembayaran

Utang sesuai dengan surat-surat Tergugat I yaitu:

1 Surat No. B.046/SP.1/SMEC/0906 tanggal 5 September 2006

2 Surat No. B.048/SP.2/SMEC/0906 tanggal 27 September 2006

3 Surat No. B.041/SP.3/SMEC/0906 tanggal 15 November 2006

Menimbang, bahwa meskipun Tergugat I telah memberikan surat-surat

peringatan tersebut di atas kepada Penggugat namun Penggugat masih

tetap tidak juga melunasi kewajibannya sehingga Tergugat I

melakukan eksekusi atas asset jaminan tersebut berdasarkan klausul

yang terdapat pada Pasal 2 poin 4 Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT) No.U2005 tanggal 3 Januari 2005 disebutkan:

”JIka debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi utangnya,

berdasarkan perjanjian utang piutang tersebut di atas, oleh Pihak

Pertama, Pihak Kedua selaku pemegang Hak Tanggungan peringkat

pertama dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan

dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pihak

pertama.

a Menjual atau suruh menyuruh di hadapan umum secara lelang objek hak

tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian;

b Mengatur.......”

Menimbang bahwa berdasarkan bukti bertanda T1-13 terbukti bahwa

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Telah mengirimkan surat-surat

pemberitahuan kepada Penggugat berkaitan dengan pelaksanaan lelang

dimaksud sesuai surat pemberitahuan lelang dari PT. Bank Danamon

Tbk. Tertanggal 11 Maret 2008 kepada Penggugat yang tembusannya

ditujukan kepada Tergugat II kantor pelayanan kekayaan dan lelang

dan Tergugat III PT. Balai Lelang Royal dan Tergugat I tidak pernah

menerima surat dari kuasa hukum Penggugat dalam rangka meminta

bukti-bukti tanda terima surat pemberitahuan dan pengumuman lelang

pertama pertama di surat kuasa dimaksud, seandainya benar bahwa

Penggugat meminta hal tersebut kepada Tergugat I, quod non, tentu

13

Hal. 13 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 102: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Penggugat telah mengetahui bahwa akan dilaksanakannya lelang

dimaksud.....”

Alinea ke (3) Hal 47 pada Putusan Tingkat Pertama

”.....Menimbang bahwa berdasarkan bukti TI-9, TI-10, TI-11 dan

TI-12 terbukti bahwa sebelum dilaksanakan pelelangan. PT. Bank

Danamon Indonesia Tbk. Cabang Jakarta-Danau Sunter (Tergugat I)

telah mengirimkan peringatan kepada Penggugat untuk menyelesaikan

utangnya masing-masing dengan Surat No. B.046/SP.1/SMEC/0906

tanggal 5 September 2006 hal Peringatan Tunggakan I, Surat No.

B.048/SP.2/SMEC/0906 tanggal 27 September 2006 hal Peringatan

Tunggakan II, Surat No. B.041/SP.3/SMEC/0906 tanggal 15

November 2006 hal Peringatan Tunggakan III....”

c Bahwa pertimbangan Putusan Majelis Hakim tingkat pertama yang dikuatkan

oleh Majelis Hakim Tingkat Kedua tersebut di atas adalah keliru, salah dan tidak

berdasar hukum karena:

1 Bahwa Pemohon Kasasi (dahulu Pembanding/Penggugat) tidak pernah

mendapatkan Surat Peringatan dari Termohon Kasasi I (dahulu Terbanding I/

Tergugat I) sebagaimana dimaksud dalam bukti T1-9 s.d T1-11. Hal tersebut

dibuktikan dan dikuatkan atas tidak adanya atau tidak diajukannya bukti tanda

terima atas telah diterima surat peringatan Termohon Kasasi I;

2 Bahwa Pertimbangan Hukum Majelis Hakim tingkat pertama tersebut di atas

adalah keliru dan salah, karena bukan saja tidak ada bukti tanda terima atas surat

peringatan (Bukti T1-9 s.d bukti T1-11), namun bukti tersebut juga merupakan

copy dari copy yang tidak ada aslinya, sehingga berdasarkan Yurisprudensi

Mahkamah Agung No.2191 K/Pdt/2000 tanggal 14 Maret 2001 Vide Putusan

Mahkamah Agung No. 701 K/Sip/ 1974 bukti-bukti tersebut dianggap tidak

mempunyai kekuatan pembuktian. Kekuatan pembuktian sebagaimana dimaksud

adalah mengenai keabsahan suatu surat karena hukum positif Indonesia tidak

mengenal bukti fotokopi sebagai bukti tertulis yang bisa dipakai di persidangan,

kecuali jika ada aslinya lalu kemudian dimintakan otentifikasi pada notaris atau

panitera di pengadilan;

3 Bahwa Majelis Hakim tingkat pertama sama sekali tidak mempertimbangkan

tidak adanya bukti tanda terima atas surat peringatan Termohon Kasasi I,

sedangkan berdasarkan pasal 1238 KUH Perdata perbuatan dianggap lalai jika:

14

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 103: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan

sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap

lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”

Dengan demikian Majelis Hakim tingkat pertama telah salah dalam

menerapkan hukum atau melawan hukum, sehingga dapat

menyebabkan batalnya putusan yang bersangkutan;

d Bahwa kesalahan penerapan hukum Majelis Hakim tingkat pertama tidak hanya

terjadi pada proses peringatan, namun pada pelaksanaan lelangpun pertimbangan

hukum Majelis Hakim tingkat pertama juga telah melakukan kesalahan

penerapan hukum, yaitu:

Alinea ke (5) halaman 47 dan alinea ke (1) pada putusan tingkat pertama:

”......menimbang, bahwa berdasarkan bukti TII-8 terbukti bahwa terhadap

penetapan harga limit lelang adalah menjadi kewenangan sepenuhnya dari

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Cabang Jakarta, Danau Sunter (Tergugat

I) selaku penjual sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 20 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2008 tentang petunjuk pelaksanaan

lelang yang menyatakan bahwa ”harga limit (reserve price) adala harga

minimal barang lelang yang ditetapkan oleh penjual/pemilik barang untuk

dicapai dalam suatu pelelangan....”

”....menimbang, bahwa karenanya beralasan untuk berpendapat bahwa harga

limit yang ditetapkan telah dilakukan sesuai dengan peraturan lelang,

sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/

PMK.07/2008 tentang petunjuk pelaksanaan lelang yang menyatakan pada

setiap pelaksanaan lelang, penjual wajib menetapkan harga limit dan

penetapan harga limit ”penetapan harga limit menjadi tanggung jawab

penjual/pemilik barang”. Dengan demikian dalil-dalil Penggugat yang

menyatakan bahwa harga jual lelang terlalu murah, adalah tidak beralasan

dan harus dikesampingkan karena harga jual lelang tersebut merupakan

harga yang dicapai sesuai dengan mekanisme pasar sesuai dengan kondisi

objek lelang yang dijual....”

e Bahwa pertimbangan hukum tersebut di atas adalah salah, keliru dan

menyimpang sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 29 ayat (4) Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) No. 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksana Lelang yang

berbunyi sebagai berikut:

15

Hal. 15 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 104: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

”....Penetapan Harga Limit terhadap barang-barang yang nilainya

diperkirakan kurang dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah), bersifat

umum, dan/atau tidak termasuk barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

didasarkan pada penilaian yang dilakukan oleh penilai internal sesuai

peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan antara lain:

a Nilai Pasar;

b Nilai Jual Objek Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP PBB), dalam hal

barang yang akan dilelang berupa tanah dan/atau bangunan;

c Nilai/harga yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang;

d Risiko penjualan melalui lelang seperti: bea lelang, penyusutan, penguasaan,

cara pembayaran…”

f Bahwa jelas harga jual atas lelang tersebut haruslah didasarkan pada nilai pasar

dimana jelas berdasarkan bukti P-3 yaitu laporan hasil penilaian (short form

report) asset yang dibuat oleh Kantor Sarwono, Indrastuti & Rekan Public

Valuers, Consultant, Agent & Managers tertanggal 18 Januari 2008 terungkap

fakta bahwa nilai pasar atas rumah tersebut adalah senilai Rp1.710.597.125,00

(satu milyar tujuh ratus sepuluh juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu seratus

dua puluh lima rupiah) dimana jelas bahwa Judex Facti tidak

mempertimbangkan ketidakadilan atas proses lelang yang telah berlangsung;

g Bahwa berdasarkan penjelasan di atas maka pertimbangan hukum putusan

tingkat pertama yang dikuatkan oleh tingkat banding, telah bertentangan dengan

hukum yang berlaku, sehingga sudah sepatutnya dibatalkan atau setidak-tidanya

dinyatakan tidak dapat diterima;

2 Keberatan atas kelalaian Judex Facti dalam memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang bersangkutan

h Bahwa Majelis Hakim tingkat kedua telah salah dan keliru dalam memenuhi

syarat-syarat yang diwajibkan peraturan perundang-undangan, yaitu tidak

melakukan pemeriksaan ulang untuk semua aspek dan mengenyampingkan

fakta-fakta yang terungkap di persidangan pada pengadilan tingkat pertama yang

dalam pertimbangan hukumnya berbunyi sebagai berikut:

Tentang pertimbangan hukum putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.310/

PDT/2010/PT.JKT., halaman 4 s.d 5 alinea 5 s.d 9:

”.....Menimbang bahwa Pembanding semula Penggugat telah mengajukan

memori banding akan tetapi setelah Majelis Hakim tingkat banding

16

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 105: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

membaca dan mencermati isi memori banding tersebut ternyata tidak

terdapat hal-hal baru yang perlu dipertimbangkan.....”;

”.....Menimbang bahwa mengenai kontra memori banding dari Terbanding

semula Tergugat yang pada pokoknya menolak alasan Pembanding dan

menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama.....”;

”....Menimbang, bahwa pertimbangan hukum dalam putusan Majelis Hakim

tingkat pertama a quo sudah berdasarkan alasan yang tepat dan benar, oleh

karenanya pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama tersebut

dapat disetujui dan dijadikan dasar pertimbangan Majelis Hakim tingkat

banding sendiri dalam memutus perkara ini dalam tingkat Banding;.....”

”....Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: 357/Pdt.G/ 2008/PN.Jkt.Ut

tanggal 29 Juli 2009, yang dimohonkan banding tersebut dapat

dipertahankan dan dikuatkan......”;

”.....Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding semula Penggugat berada

dipihak yang kalah, maka ia dihukum untuk membayar ongkos perkara

dalam kedua tingkat pengadilan....”;

Bahwa jelas argumentasi dan pertimbangan hakim (“Judex Facti”) Putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/PT.JKT., tidak sesuai dengan

tiga lapisan argumentasi hukum yang rasional (drie nieveus van rationele

juridische argumentatie) yaitu: (a) lapisan logika: struktur intern

argumentasi; (b) lapisan dialektik perbandingan pro-kontra (prokon)

argumentasi; dan (c) lapisan prosedur (hukum acara);

i Bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum pada Putusan Pengadilan Tinggi

Jakarta No. 310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara

No. 357/PDT.G/2008/PN.Jkt Ut (”Judex Facti”) sebagaimana yang Pemohon

Kasasi uraikan dalam point (h) memori kasasi, terungkap bahwa Majelis Hakim

tingkat kedua tidak menerapkan dan melaksanakan ketentuan undang-undang di

atas.

j Bahwa Majelis Hakim tingkat kedua (Judex Facti) dalam memeriksa, mengadili

dan memutuskan ternyata sama sekali tidak cermat dan teliti dalam memeriksa

perkara tersebut. Hal ini terlihat jelas dalam pertimbangan hukumnya yang

singkat tanpa mempertimbangkan dan memperbaiki kekurangan formil dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara tersebut;

17

Hal. 17 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 106: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

k Bahwa atas dasar dan alasan tersebut di atas adalah dapat dibatal putusan Judex

Facti tersebut karena berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 950 K/

PDT/1987 tanggal 28 Februari 1989 dijelaskan bahwa putusan Judex Facti yang

didasarkan pada pertimbangan hukum secara singkat dinilai sebagai putusan

perdata yang onvoldoende gemotiveerd yang merupakan alasan untuk

membatalkan putusan Judex Facti tersebut;

3 Keberatan atas putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi yang tidak memberikan

pertimbangan hukum yang cukup (onvoldoende gemotiveerd)

l Bahwa atas dasar penerapan hukum atau melawan hukum yang salah

sebagaimana dijelaskan dalam huruf (B) angka (1) serta kelalaian memenuhi

syarat-syarat yang diwajibkan peraturan perundang-undangan pada huruf (B)

angka (2), membuat pertimbangan hukum majelis hakim, baik itu pertimbangan

Majelis Hakim tingkat kedua dan pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama

(”Judex Facti”) menjadi tidak cukup sehingga putusan Judex Facti menjadi tidak

sempurna, sehingga berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung No213/K/

AG/1999 tanggal 8 Juni 2001 putusan Judex Facti dapat dibatalkan;

m Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman (”UU Kekuasaan Kehakiman) yang menyatakan:

’’...Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan

tersebut, memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan

yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar

untuk mengadili... ”

Dan menurut Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1974 (”SEMA

No. 3/1974”) menyebutkan:

”....Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan, bahkan apabila

alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat dimengerti ataupun bertentangan

satu sama lain, maka hal demikian dapat dipandang sebagai suatu kelalaian

dalam acara (vormverzuim) yang dapat mengakibatkan batalnya Putusan

Pengadilan yang bersangkutan dalam pemeriksaan ditingkat kasasi...”

n Bahwa mengacu pada Pasal 2 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman dan SEMA

No. 3/1974 di atas, ternyata pertimbangan Judex Facti telah melanggar ketentuan

di atas, yang tidak memberikan pertimbangan yang baik dan memadai terhadap

fakta-fakta yang ada, serta dilakukan tanpa pengujian terlebih dahulu dengan

bukti-bukti yang diajukan maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku;

18

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 107: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dengan demikian, terbukti Judex Facti tidak memberikan pertimbangan

hukum yang cukup, sehingga yurisprudensi-yurisprudensi Tetap Mahkamah

Agung R.I., antara lain nomor 492 K/ Sip/1970 tanggal 21 November 1970,

nomor 950K/Pdt/1987 tanggal 28 Pebruari 1989 serta nomor 120K/Pdt/1986

tanggal 20 Juli 1989, maka putusan tingkat pertama dan putusan tingkat

kedua harus dibatalkan;

Bahwa berdasarkan keberatan-keberatan di atas, Pemohon Kasasi (dahulu

Pembanding/Penggugat) dengan ini menolak Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta

No. 310/PDT/2010/PT.JKT. Jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/

PDT.G/2008/PN.Jkt Ut (”Judex Facti”) karena jelas putusan Judex Facti tidak

mempertimbangkannya bukti-bukti dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan,

sehingga putusan tidak memberikan pertimbangan yang cukup dalam putusannya

(onvoldoende gemotiveerd), serta telah salah dalam menerapkan hukum sehingga

putusan tingkat pertama dan putusan tingkat kedua haruslah dapat dibatalkan;

Bahwa alasan-alasan tersebut di atas antara lain sebagai berikut:

1 Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/ PT.JKT. Jo.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/ PDT.G/2008/PN.Jkt Ut tidak

memuat dan mempertimbangkan bukti-bukti serta fakta-fakta yang terungkap di

persidangan yang tentunya menjadi dasar untuk mengungkap kebenaran yang

sebenar-benarnya;

2 Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/ PT.JKT. Jo.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/ PDT.G/2008/PN.Jkt Ut tidak

memuat dan tidak mempertimbangkan bukti-bukti dan fakta-fakta yang

terungkap selama persidangan. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No.

357/PDT.G/2008/ PN.Jkt Ut, secara seluruhnya telah dijadikan Judex Facti

Pengadilan Tinggi Jakarta sebagai pertimbangannya, padahal pertimbangan

Judex Facti Pengadilan Negeri telah diberikan secara sangat keliru dan

melanggar UU dalam memberikan putusannya;

3 Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/ PT.JKT. Jo.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara No. 357/ PDT.G/2008/PN.Jkt Ut tidak

memuat dan mempertimbangkan isi memori banding dari Pemohon Kasasi

(dahulu Pembanding/ Penggugat);

4 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 310/PDT/2010/PT.JKT. dianggap tidak

melakukan pemeriksaan ulang untuk semua aspek dan menyampingkan fakta-

fakta yang terungkap di persidangan dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

19

Hal. 19 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 108: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Utara No. 357/PDT.G/ 2008/PN.Jkt Ut dan seharusnya menjadi acuan duduk

persoalan yang sebenarnya sehingga dapat dikategorikan lalai dalam memenuhi

syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang

mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat:

mengenai keberatan-keberatan ke 1 s/d 3:

Bahwa keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penggugat tersebut

tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti (Pengadilan Tinggi yang menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri) tidak salah dalam menerapkan hukum, pertimbangannya

sudah tepat dan benar, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa prosedur pelaksanaan lelang sudah sesuai dengan Ketentuan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan

lelang tersebut telah berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan, juga dilandasi oleh ketentuan/klausul Pasal 2 poin 4 Akta Pemberian

Hak Tanggungan (APHT) tanggal 3 Januari 2005, sehingga tidak ada alasan sah untuk

dibatalkan;

Bahwa lagi pula keberatan-keberatan kasasi dari Pemohon Kasasi/ Penggugat

adalah mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu

kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat

kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya

kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya

kelalaiannya dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan

atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 30 Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan

perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata bahwa

putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Penggugat Neny Tarina Lavau tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/

Penggugat ditolak, maka Pemohon Kasasi/Penggugat dihukum untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat kasasi ini;

20

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 109: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004

dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan

perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M e n g a d i l i:

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penggugat Neny Tarina

Lavau tersebut;

Menghukum Pemohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara dalam

tingkat kasasi ini sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada

Mahkamah Agung, pada hari Kamis, tanggal 11 Juli 2013, oleh Prof. Dr. Valerine J.L.

Kriekhoff, S.H., M.A., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung

sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM. dan Dr. H. Muhtar

Zamzami, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim

Anggota tersebut dan dibantu oleh Barita Sinaga, S.H., M.H., Panitera Pengganti, tanpa

dihadiri oleh para pihak;

Hakim-Hakim Anggota; Ketua;

Ttd./ Ttd./

Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM. Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, S.H., M.A.

Ttd./

Dr. H. Muhtar Zamzami, S.H., M.H.

Panitera Pengganti ;

Ttd./

Biaya kasasi: Barita Sinaga, S.H., M.H.1 Meterai......................................Rp 6.000,002 Redaksi..................................... Rp 5.000,003 Administrasi kasasi...................Rp489.000,00

Jumlah Rp500.000,00

21

Hal. 21 dari 22 hal. Put. No. 1993 K/Pdt /2012

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 110: PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30109/1... · Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di Indonesia,

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Untuk Salinan

Mahkamah Agung RI.

a.n. Panitera

Panitera Muda Perdata

Pri Pambudi Teguh, S.H., M.H.

NIP. 19610313 198803 1 003

22

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22