Parasit Kelompok 7

download Parasit Kelompok 7

of 21

Transcript of Parasit Kelompok 7

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    1/21

    TUGAS PARASIT DAN PENYAKIT IKAN 

    (Trypanosoma  sp, Tetrahymena  sp, Opalina  sp)

    Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata Parasit dan

    Penyakit Ikan semester genap

    Disusun oleh :

    Asri Astuti 230110140072

    Novi Puspitawati 230110140081

    Syifa Mauladani 230110140092

    Yunia Qonitatin 230110140106

    Ridwan Ariyo 230110140117

    Egi Ramadhan 230110140125

    Gilang Ramadhan 230110140126

    Adi Prasetyo 230110140135

    Perikanan B / Kelompok 7

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    PROGRAM STUDI PERIKANAN

    JATINANGOR

    2016

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    2/21

    i

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami

    dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Trypanosoma, Tetrahymena  sp.,

    Opalina sp.”  Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu

    tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan.

    Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

    1.  Team dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan ;

    2.  Seluruh anggota kelompok 7 ;

    3. 

    Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca tentunya.

    Kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar

    kami dapat memperbaiki makalah selanjutya. Demikianlah pengantar yang dapat

    kami sampaikan, kami ucapkan terima kasih. 

    Jatinangor, April 2016

    Penyusun

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    3/21

    ii

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR  ........................................................................... i 

    DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR  ............................................................................. iii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    1.1  Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2  Tujuan .......................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

    2.1 Trypanosoma ................................................................................ 3

    2.2 Tetrahymena sp ............................................................................ 10

    2.3 Opalina sp .................................................................................... 13

    BAB III PENUTUP ............................................................................... 16

    3.1 Kesimpulan ................................................................................... 16

    3.2 Saran ............................................................................................. 16

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    4/21

    iii

    iii

    DAFTAR GAMBAR

    No Nama Halaman

    1.  Gambar 1. Trypanosoma ............................................................... 3

    2.  Gambar 2. Morfologo Trypanosoma ............................................. 3

    3.  Gambar 3. Perubahan Bentuk Trypanosoma ................................. 5

    4.  Gambar 4. Siklus Hidup Trypanosoma .................................................. 6

    5.  Gambar 5. Inang Perantara Trypanosoma .............................................. 7 

    6.  Gambar 6. Tetrahymena sp..................................................................... 11 

    7. 

    Gambar 7. Searangan Tetrahymena sp ................................................... 12 

    8.  Gambar 8. Opalina sp. ............................................................................ 13 

    9.  Gambar 9. Morfologi Opalina sp .................................................. 14

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    5/21

    1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Sektor budidaya perikanan masih dapat dikatakan sebagai ujung

    tombakproduksi perikanan di Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh produktivitas

     penangkapan tidak dapat selalu diandalkan untuk memenuhi kebutuhan.

    Pengembangan budidaya perikanan masih memiliki potensi yang besar, baik pada

     perairan air tawar, payau maupun laut. Meskipun demikian, pengembangan sektor

     budidaya perikanan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat

    mengganggu produktivitas. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah

    keberadaan penyakit di perairan yang pada akhirnya mengakibatkan sakit dan

     bahkan kematian pada komoditas perikanan .Keberadaan penyakit di dalam

    lingkungan perairan merupakan salah satu kendala di dalam pengembangan sub

    sektor budidaya perikanan. Penyakit tersebut terdiri atas penyakit infeksi atau

    menular (infectious disease) yang disebabkan oleh organisme patogen infektif dan

     penyakit non infeksi (non infectious disease) yang disebabkan oleh faktor fisika

    dan kimia lingkungan, pakan dan metabolisme, stess sebagai bagian reaksi

     psikologis ikan.

    Salah satu organisme yang mampu menginfeksikan penyakit yaitu

     Protozoa. Protozoa berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata  proto  dan  zoon 

    yang berarti binatang pertama .Protozoa merupakan organisme bersel, mempunyai

    alat gerak berupa,  pseupodium  (kaki semu), cilia  (rambut getar),  flagellum 

    (cambuk getar) dan ada juga yang mempunyai membrane undulans di samping flagellum.

    Ditinjau dari pergerakan (alar gerak) dan juga cara-cara perkembangannya

    maka filum Protozoa ini dibagi ke dalam kelas Mastigophora (Flagellata), kelas

    Rhizopoda, kelas Telosporidia dan Cnidosporodia, serta kelas Ciliata.

    Serangan penyakit infeksi mampu menyebabkan produktivitas budidaya

    terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan serta kerugian bagi para

     pembudidaya, sehingga mempengaruhi aspek sosial ekonomi pembudidaya.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    6/21

    2

    Informasi terkait sumber-sumber penyakit, akibat yang ditimbulkan, serta

     penanggulangannya dapat menjadi salah satu langkah awal untuk mengantisipasi

    timbulnya gejala klinis penyakit. Di dalam rangka memberikan informasi bagi

    semua pelaku budidaya perikanan termasuk bagi mahasiswa, maka keberadaan

    makalah ini dipandang perlu dan membantu dalam mengidentifikasi,

    menganalisis, dan menanggulangi penyakit yang mengganggu kehidupan

    organisme akuatik budidaya yang disebabkan oleh Tetrahymena, Trypanosoma

    dan Opalina yang termasuk kelas Flagellata (yang memiliki bulu cambuk) pada

    filum Protozoa.

    1.2  Tujuan

    1.  Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat

     patogenitas dan penanggulangan parasit Tetrahymena. 

    2.  Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat

     patogenitas dan penanggulangan parasite Trypanosoma.

    3.  Mengetahui klasifikasi, bentuk morfologi, siklus, hidup, tingkat

     patogenitas dan penanggulangan parasite Opalina.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    7/21

    3

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Trypanosoma

    Klasifikasi

    Klasifikasi Trypanosoma adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Animalia

    Gambar 1. Trypanosoma (Sumber: www.microbiologyonline.org.uk) 

    Filum : ProtozoaSubfilum : SarcomastigophoraKelas : Flagellata

    Ordo : KinetoplastidaFamili : TrypanosomatidaeGenus : TrypanosomaSpesies : Trypanosoma 

    Morfologi

    Gambar 2. Morfologi Trypanosoma (Sumber: www.biologipedia.com)

    Tubuhnya berupa satu sel dan bentuknya memanjang dan mengecil pada

    kedua ujungnya. Mempunyai flagellum dan membran undulan. Flagellum keluar

    dari kinetosome yang letaknya dekat ujung posterior tubuh dan letaknya di tepi

    dari membran undulan. Intinya besar dan bentuknya lonjong dan terletak di tengah

    tubuh. Dekat basal dari flagellum terdapat kinetoplas yang bentuknya bulat atau

    seperti batang atau pipih. Berkembang biak secara biner dan mempunyai stadia

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    8/21

    4

    critidia yang terdapat pada tubuh inang perantara. Hidup dalam pembuluh

    darah sehingga dikenal sebagai parasit darah.

    Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut.

    T. evansi  memiliki ukuran panjang 15 to 34 μm dan dapat membelah (binary

     fission) untuk memperbanyak diri. Bentuknya yang khas seperti daun atau

    kumparan dicirikan dengan adanya flagella yang panjang sebagai alat gerak. Di

     bagian tengah tubuh terdapat inti. Salah satu ujung tubuh berbentuk lancip,

    sedangkan ujung tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat bentukan yang disebut

    kinetoplast.

    Trypanosoma evansi memiliki morfologi yang mirip dengan Trypanosoma

    lainnya seperti T. equiperdum, T. brucei, T.  gambiense  dan T. rhodesiense. 

    Permukaan tubuh Trypanosoma  diselubungi oleh lapisan protein tunggal yaitu

    glikoprotein yang dapat berubah-ubah bentuk (variable surface glycoprotein).

    Dengan kemampuan glikoprotein yang dapat berubah bentuk, maka T. evansi 

    dapat memperdaya sistem kekebalan tubuh inang (host ). Konsekuensinya akan

    terjadi variasi antigenik (antigenic variation) dimana tubuh akan selalu berusaha

    membentuk antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan protein permukaan yang

    ditampilkan oleh T. evansi.

    Secara umum family Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk atau

    morfologi yang berbeda, yaitu:

    1  Bentuk Amastigot ( Leismanial form)

    Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak

    mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron.

    Bentuk Promastigot ( Leptomonas form)Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang

    yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum

    mempunyai membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.

    3  Bentuk Epimastigot (Critidial form)

    Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di

    tengah mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan

    flagela dengan tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    9/21

    5

    4  Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)

    Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat

    ujung posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran

     bergelombang, ukurannya 20-30 mikron.

    Gambar 3. Perubahan Bentuk Trypanosoma (Sumber: en.wikipedia.org)

    Pada penderita Trypanosomiasis (juga pada hewan vertebrata yang

    terinfeksi) umumnya ditemukan bentuk Trypomastigot. Trypomastigot ini

    memiliki bentuk mirip bulan sabit dengan ukuran panjang 15  –   35 mikron dan

    lebar 1,5 –  3,5 mikron. Didalamnya terdapat organella antara lain:

    a. 

    Inti besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi untukmenyediakan makanan. Disebut juga Troponukleus.

     b.  Kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari inti dan

    terletak di depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri dari 2 bagian

    yaitu benda parabasal dan blefaroplas.

    c.  Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas dan

     berfungsi untuk bergerak.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    10/21

    6

    d.  Undulating membrane  (membran bergelombang), adalah selaput yang

    terjadi karena flagela melingkari badan parasit, sehingga terbentuk kurva-

    kurva. Terdapat 3 –  4 gelombang membran

    Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki

     beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:

    a.  Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagela

     b.  Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela

    c.  Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.

    Siklus Hidup pada Host Tetap

    Gambar 4. Siklus Hidup Trypanosoma pada Inang Tetap(Sumber: www.academia.edu)

    Siklus hidup Trypanosoma cruzi  dengan infeksi host mamalia dengan

    metasiklik tripomastigot hadir dalam kotoran dari darah dengan reduviid bug

    sebagai vektor. Host dengan kontaminasi gigitan luka serangga. Bentuk

    metasiklik mampu menyerang dengan fagositosis dan non fagositosis. Pada sel-sel

     berinti, awalnya memasuki membran terikat vakuola (parasitophorous). Setelah

    masuk, tripomastigot metasiklik mulai berdiferensiasi menjadi bentuk amastigot

    dan lolos ke dalam sitoplasma sel dimana terjadi transformasi morfologi,

    termasuk involusi flagella. Amastigot kembali memasuki siklus sel dan

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    11/21

    7

     berproliferasi sampai sel mengisi dengan bentuk-bentuk. Pada titik ini amastigot

    memanjang, reacquiring flagela panjang, yang membedakan dengan bentuk

    ramping tripomastigot melalui intraseluler epimastigot menengah. Tripomastigot

    Slender dapat menyerang sel-sel yang berdekatan, mereka dapat masuk ke dalam

    darah dan getah bening, dalam hal ini mereka mungkin mulai untuk membedakan

    ekstrasel. Diferensiasi ekstraseluler menimbulkan ke luas tripomastigot dan

    amastigot ekstraseluler. Campuran dari tiga bentuk mungkin ada dalam darah

    orang yang terinfeksi dan dapat diambil di blood feeding bug reduvuid.

    Siklus Hidup pada Inang Perantara

    Siklus hidup Trypanosoma Cruzi  dengan infeksi didalam reduvuid bug,

    tripomastigottersisa berdiferensiasi menjadi amastigot. Sebagai populasi,

    amastigot pertama memperpanjang masa flagela menjadi spheromastigot, yang

    kemudian memperpanjang menjadi Midlog epimastigot. Epimastigot terus

    memanjang mencari nutrisi dari blood feeding hingga habis. Akhirnya setelah

    migrasi ke bagian rektum atau usus belakang (hindgut), yang memanjang latelog

    epimastigot menempel pada usus kutikula oleh flagela mereka dan berdiferensiasimenjadi tripomastigot metasiklik menular melalui rektum dan menyelesaikan

    siklus hidup di dalam reduvuid bug.

    Gambar 5. Inang perantara (Triatoma infestans dan Rhodnius prolixus)

    (Sumber: www.vectorbase.org) 

    Patogenitas

    Trypanosoma sp. merupakan parasit obligat intercellular, yang

     berpredileksi pada plasma darah (Levine 1994). Menurut Carlton dan Mc Gavin

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    12/21

    8

    (1995), trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa

     berflagel yang terdapat di dalam darah. Penularan penyakit antar hewan melalui

    vektor arthropoda, seperti lalat tsetse. Penularan penyakit trypanosomiosis antar

    hewan terjadi melalui darah yang mengandung parasit Trypanosoma sp.

    Pengaruh Trypanosoma  sp. pada inang, yang pertama yaitu Trypanosoma 

    sp. mempunyai metabolisme glukosa yang tinggi, sehingga bila Trypanosoma sp.

    mengambil glukosa inang maka terjadilah kematian inang karena terjadi

    hipoglikemia, yang kedua yaitu kadar kalium di dalam serum meningkat pada

    Tripanosomosis, tingginya kadar kalium pada plasma menyebabkan kerusakan

     pada eritrosit (Levine 1995). Menurut Kordi (2004) ikan yang terserang

    Trypanosoma sp. menunjukkan gejala-gejala ikan kekurangan oksigen, gerakan

    ikan sangat lemah, dan kerusakan pada kulit dan perdarahan pada insang. Infeksi

     berat ditandai ketika ikan menderita anemia, insangnya pucat dan lembam.

    Selanjutnya Moller dan Anders (1986) menyebutkan bahwa Trypanosoma  sp.

    menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar

    hemoglobin.

    Pada ikan lele dumbo yang dibudidayakan di desa Mangkubumen Boyolali

    infeksi Trypanosoma  sp menyebabkan ikan menderita anemia, hal ini

    menunjukkan bahwa Trypanosoma sp. telah menginfeksi ikan lele dumbo cukup

     parah. Beberapa teori mengungkapkan pengaruh Trypanosoma  sp. pada inang.

    Teori pertama menyatakan bahwa Trypanosoma  sp. mempunyai metabolisme

    gkukosa yang tinggi, sehingga bila Trypanosoma  sp. mengambil glukosa inang

    maka terjadilah kematian inang karena terjadi hipoglikemia. Teori yang kedua

    kadar kalium di dalam serum meningkat pada tripanosomosis, tingginya kadarkalium pada plasma menyebabkan kerusakan pada eritrosit (Levine 1995). Pada

     penelitian ini Trypanosoma sp. mempengaruhi ikan lele dumbo budidaya menurut

    teori yang pertama, karena dampak yang diakibatkan oleh infeksi Trypanosoma sp

    adalah ikan mengalami anemia, sedangkan darah ikan lele dumbo budidaya tidak

    menunjukkan adanya kerusakan.

    Penularan yang paling utama terjadi secara mekanis di Indonesia oleh lalat

     penghisap darah seperti Tabanus sp., Haematopota sp., dan Chrysops (Reid et al .

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    13/21

    9

    2001). Setelah infeksi biasanya Trypanosoma  bertambah dalam darah secara

     berkala dan hal ini disertai demam hewan. Bentuk-bentuk trypomasgote masuk ke

    dalam sistem sel-sel retikulo endothelial, otot-otot bergaris, dan terutama otot

     jantung menjadi bentuk amastigote. Bentuk ini berkembang biak merusak sel-sel

    endotel (epimastigote). Kerusakan endotel mengakibatkan perdarahan yang

    mungkin disebabkan oleh zattoksin dari trypanosoma. Bentuk amastigote berubah

    menjadi bentuk-bentuk trypomastigote yang masuk kembali ke dalam darah.

    Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi Trypanosoma  umumnya

     pada segala jenis hewan sama (Ressang 1984). Sapi yang mengalami

    trypanosomiasis akut akan menunjukkan gejala anemia yang signifikan,

    macrocytosis, reticulocytosis, dan hyperplasia marrow erithroid. Temuan nekropsi

     pada sapi yang mengalami trypanosomiasis antara lain yaitu meningkatnya cairan

    di rongga tubuh, pembesaran limfonodus, bronchopneumonia flabby heart, atropi

     pericardium, ginjal membesar, hati membesar, dan limpa membesar. Pembesaran

    limfonodus mencapai empat kali lipat dari ukuran normal, dan lemak sumsum

    tulang sebagian besar digantikan jaringan hemopoietic merah. (Carlton dan

    McGavin 1995).

    Pengendalian

    Adapun cara pencegahan ikan yang terserang parasit ini adalah:

    1.  Tempat pemeliharaan sebaiknya dikeringkan dan diberi desinfektan

    sebelum digunakan.

    2.  Air pemeliharaan ikan di filter.

    3. 

    Lintah sebagai inang perantara dimusnahkan.Pengobatan dapat dilakukan secara bervariasi, namun apabila telah

    megenai sistem saraf pusat pengobatan kuarng baik untuk dilakukan. Pengobatan

    dapat dilakukan antara lain:

    1.  Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi,

    selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari

    sampai 30 hari.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    14/21

    10

    2.  Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200

    mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini

    tidak menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.

    3.  Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.4,7,8.

    4.  Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke

    1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg.

    Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini

    terjadi oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari

    melarsoprol) dan juga oleh karena reaksi penghancuran dari Trypanosma

    (reactive enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus

    dihentikan (Siahaan, 2004).

    5.  Pemberian Quinapyramin dosis 3 mg/kg bb dan pemberian suramin dosis

    4 g intra vena.

    2.2 Tetrahymena  sp.

    Klasifikasi

    Klasifikasi Tetrahymena

    Kingdom : AnimaliaFilum : CiiophoraKelas : OlygohymenophoreaOrdo : HymenostomatidaFamily : TetrahymenidaeGenus : TetrahymeneSpesies : Tetrahymena sp.

    Morfologi

    Ciliata itu bulat untuk pyriform, rata-rata 41,7 4,29 21,7 2,48 Â • lm dalam

    ukuran (n ¼ Â 50), dengan ujung anterior menyempit. Masing-masing memiliki 25

    Ciliata silia baris dan dua baris silia pasca-oral, merata spasi. Sebuah macronucleus

     bola dengan berdiameter sekitar 6 lm adalah pusat diposisikan dan mikronukleus.

    Rongga itu terdiri dari tiga membranelles lisan pada kiri dan membrane

     bergelombang di sebelah kanan sisi rongga mulut. Ciliata tidak menampilkan ekor

    silia. Pergerakan Ciliata dalam air, seperti yang diamati di bawah mikroskop

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    15/21

    11

    cahaya, mirip sepak bola spiral. Kerentanan spesies ikan yang berbeda untuk

    Tetrahymena sp.

    Gambar 6. Tetrahymena sp.

    Tetrahymena sp memiliki dua jenis inti sel makronukleus dan mikronukleus.

    Makronukleus non-germline dan kecil. Macronucleus adalah inti somatik, yaitu gen

    yang secara aktif diungkapkan. Sedangkan mikronukleus adalah inti germline yaitu

     berisi informasi DNA diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya seksual.

    Mikronukleus adalah diploid dan berisi lima pasang kromosom. Gen mikronukleus

    adalah transcriptionally lembam selama pertumbuhan vegetatif. Tetrahymena sp 

    memiliki ratusan silia dan telah rumit struktur mikrotubula, sehingga model yang

    optimal untuk menggambarkan keragaman dan fungsi array mikrotubula.

    Siklus Hidup

    Siklus hidup T. thermophilia terdiri dari pergantian tahap haploid dan

    diploid. Selama pertumbuhan vegetatif sel diploid berkembang biak dengan

     pembelahan biner. Pembelahan sel terjadi dengan urutan peristiwa morphogenetic

    yang mengakibatkan pengembangan duplikat set struktur sel, satu untuk setiap sel

    anak. Tetrahymena dapat didorong untuk menjalani konjugasi dengan mencuci

    yang menyebabkan kelaparan yang cepat. Ketika kelaparan, T. thermophila sel

     berubah menjadi bentuk penyebaran cepat berenang. Ketika sel-sel tersebut satu

    kawin sel jenis perjumpaan tipe kawin konjugasi komplementer dapat terjadi.

    Selama pasangan konjugasi dua sel, membentuk persimpangan dan pertukaran

    gamet inti sementara. Mereka kemudian menghasilkan dan membedakan inti

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    16/21

    12

    keturunan seksual mereka. Proses ini memakan waktu sekitar 12 jam. Urutan

    kejadian selama konjugasi diuraikan dalam gambar terlampir.

    Gejala klinis 

    Ikan yang sakit menimbulkan gejala-gejala klinis yang spesifik, seperti

    telihat adanya tambalan putih pada permukaan tubuh, pendarahan pada area

    terinfeksi tulang menonjol keluar. Penyakit tersebut disebabkan oleh Tetrahymena

     pyriformis. Parasit dapat menginfeksi kulit dan sirip. Organisme penyebab

     penyakit tersebut kalau dilihat dengan menggunakan mikroskop berbentuk seperti

     buah pear. Gejala klinisnya biasanya ikan yang terinfeksi mengosok-gosokkantubuhnya pada dasar atau dinding bak, serta mengibas-ibaskan siripnya.

    Menurut Kordi dan Ghufran (2004), ciri ikan yang sakit dapat ditinjau dari

    segi perilaku, equilibrium, lesi eksternal, dan faktor kondisi. Perilaku ikan sakit

     biasanya tidak normal. Ikan sering terlihat menggosok-gosokan tubuhmya pada

    suatu permukaan benda dan tidak mau makan. Ikan yang sakit akan memisahkan

    diri dan berenang secara pasif. Ikan yang terserang penyakit, keseimbangannya

    terganggu, meloncat-loncat tidak teratur, dan terkadang dapat menabrak

    dinding bak. Lesi eksternal adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena

    adanya serangan penyakit. Lesi eksternal pada ikan antara lain terjadi perubahan

    warna, produksi lendir yang berlebihan, kerusakan organ seperti kulit, sirip,

    insang, dan ulkus (Kordi & Ghufran 2004).

    Gambar 7. Serangan Tetrahymena Berupa Lesi pada Tubuh Ikan Guppy

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    17/21

    13

    Penanggulangan 

    Dalam studi kasus mengenai serangan Tetrahymena pada Ikan Guppy

    diperoleh data bahwa:

    Pengobatan

    a.  Apabila terjadi pada kolam ikan, air per hektar per kedalaman meter:

     b.  Dapat menggunakan cabai bubuk 210 g, 100 g jahe film kering, goreng 25

    Menambahkan per meter kubik air dengan 2 g metilen biru.

    c.  Dapat dilakukan dengan menggunakan Acriflavin 3 mg/l air dengan cara

     perendaman selama 15 –  30 menit

    d.  Membersihkan kolam.

    Pencegahan 

    Pencegahan dengan menjaga Kualitas air dan Mengurangi Kepadatan Ikan

    khususnya dalam kegiatan budidaya

    2.3 Opalina  sp.

    KlasifikasiKlasifikasi opalina sp. Adalah sebagai berikut :

    Sub Kingdom : ProtozoaFilum : SarcomastigophoraSub filum : OpalinataKelas : OpalineaOrdo : OpalinidaFamili : OpalinidaeGenus : OpalinaSpesies : Opalina sp.

    Gambar 8. Opalina sp.

    (Sumber : Fox 2006)

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    18/21

    14

    Morfologi

    Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multi flagel.Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti

     bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella (flagella

    tampak seperti silia), memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak memiliki cytopharing,

    dan sistem pencernaanya termodifikasi menjadi pinositosis. Karena tidak ada

    sitostoma (mulut) maka makanan diperoleh secara parasitik (saprozoic). Tubuh

    opalina ditutupi dengan silia yang berfungsi sebagai alat gerak dan memiliki

     banyak inti. Tidak memiliki cytopharing, dan sistem pencernaanya termodifikasimenjadi pinositosis (Roger 1988).

    Gambar 9. Morfologi Opalina sp.

    (Sumber : Fox 2006)

    Siklus Hidup

    Opalina ranarum adalah endoparasit yang dapat ditemukan pada rectum

    katak. Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan

    amfibi atau ikan (Roger 1988). Hidup di usus pada bagian rectum sehingga

    dikenal sebagai endoparasit usus. Berkembangbiak secara membelah diri yang

    kemudian menjadi kista dan dikeluarkan melalui tinja. Selanjutnya kista menyebar

    melalui air, angin, inang antara dsb. Kista termakan oleh inang definitif sehat lalu

    kista masuk kedalam tubuh dan menuju habitatnya. Kista berkembang menjadi

    tropozoit, tropozoit kemudian melakukan pembelahan biner (aseksual), merusak

     jaringan sekitar dan membentuk kista kembali (sebagian). Kemudian kista keluar

    melalui feses.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    19/21

    15

    Patogenitas

    Gejala klinis khas yang ditimbulkan oleh Opalina adalah gangguan dalam

    sistem pencernaan pada bagian rectum. Pada umumnya parasit ini menyerang

     pada bagian usus ikan.

    Penangulangan

    Penanggulangan agar tidak terjadi parasit bagi ikan budidaya adalah

    dengan cara memperhatikan kualitas air khususnya ketika sedang dan sesudah

     budidaya.

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    20/21

     

    16

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 SIMPULAN

    Trypanosoma adalah organisma satu sel dan bentuknya memanjang dan

    mengecil pada kedua ujungnya. Mempunyai flagellum dan membran undulan.

    Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. T.

    evansi memiliki ukuran panjang 15 to 34 μm dan dapat membelah (binary fission)

    untuk memperbanyak diri. Siklus hidup Trypanosoma cruzi dengan infeksi host

    mamalia dengan metasiklik tripomastigot hadir dalam kotoran dari darah dengan

    reduviid bug sebagai vektor.

    Tetrahymena sp memiliki dua jenis inti sel makronukleus dan mikronukleus.

    Makronukleus non-germline dan kecil. Siklus hidu Tetrahymena terdiri dari

     pergantian tahap haploid dan diploid. Selama pertumbuhan vegetatif sel diploid

     berkembang biak dengan pembelahan biner. Pembelahan sel terjadi dengan urutan

     peristiwa morphogenetic yang mengakibatkan pengembangan duplikat set struktur

    sel, satu untuk setiap sel anak.

    Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multi flagel.

    Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti

     bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella,

    Opalina ranarum  adalah endoparasit yang dapat ditemukan pada rectum katak.

    Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan amfibi

    atau ikan (Roger 1988). Hidup di usus pada bagian rectum sehingga dikenal

    sebagai endoparasit usus. Berkembangbiak secara membelah diri yang kemudian

    menjadi kista dan dikeluarkan melalui tinja. Selanjutnya kista menyebar melalui

    air, angin, inang antara

    3.1 SARAN

    Sebaiknnya kita dapat mengetahui, mencegah dan memotong siklus hidup

     parasit yang dapat merugikan khususnya dalam kegiatan budidaya ikan

  • 8/17/2019 Parasit Kelompok 7

    21/21

     

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1992.  Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.

    Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    Alamanda, I K, dkk. 2006.  Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan

     Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo

    (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa  Mangkubumen Boyolali.

    Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

    Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Parasitologi. Makassar.

    Aryani, Netti dkk. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. UnRi Press, Pekan Baru.

    Irawan, A. 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV. Aneka. Solo.

    Kordi, K. M. 2004.  Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka

    Cipta dan Bina Aksara.

    Levine, N.D. 1995. Protozoologi Verteriner . Yogyakarta. UGM Press.

    Mollers, H & K, Anders. 1986. Diseases and Parasite Fishes. Jerman

    Triyanto. 2007.  Bahan Ajar Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan

    Perikanan, Universitas Gadjah Mada.

    Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contrib. Inl. Fish.Res.

    Stat. No. 2. 1 60.

    Kordi, Km Gufhron. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan Per ama. Jakarta:

    PT Rineka Cipta.

    Roger, A.O. 1988. Comparative Protozoology, Ecology, Physiology, and Life

     History. New York: Sringer-Verlag New York Inc.