Paralleling Technique

46
BAB I PENDAHULUAN Radiografi dental adalah salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan interpretasi suatu hasil gambaran radiografis. Hasil gambaran radiografis dapat menunjukkan lesi patologis yang tidak dapat diidentifikasi dengan cara lain, selain itu gambaran radiografis juga dapat menunjukkan lokasi lesi tersebut (Menson dan Hing, 1985). Radiografi dental adalah suatu gambaran fotografis pada suatu film yang dihasilkan dengan paparan sinar- X ke arah gigi dan struktur jaringan pendukung gigi. Penggunaan radiografi dental bervariasi, antara lain untuk mendeteksi penyakit, lesi dan kondisi gigi serta tulang yang tidak bisa dilihat secara klinis. Radiografi dental tidak hanya dipakai untuk mendeteksi penyakit, tetapi juga untuk memastikan penyakit yang diderita, serta membantu untuk mengetahui letak dari lesi ataupun benda asing. Radiografi dental menggambarkan informasi yang dibutuhkan selama perawatan gigi, contohnya pada

Transcript of Paralleling Technique

Page 1: Paralleling Technique

BAB I

PENDAHULUAN

Radiografi dental adalah salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral

moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus

mengetahui nilai dan interpretasi suatu hasil gambaran radiografis. Hasil

gambaran radiografis dapat menunjukkan lesi patologis yang tidak dapat

diidentifikasi dengan cara lain, selain itu gambaran radiografis juga dapat

menunjukkan lokasi lesi tersebut (Menson dan Hing, 1985).

Radiografi dental adalah suatu gambaran fotografis pada suatu film yang

dihasilkan dengan paparan sinar-X ke arah gigi dan struktur jaringan

pendukung gigi. Penggunaan radiografi dental bervariasi, antara lain untuk

mendeteksi penyakit, lesi dan kondisi gigi serta tulang yang tidak bisa dilihat

secara klinis. Radiografi dental tidak hanya dipakai untuk mendeteksi penyakit,

tetapi juga untuk memastikan penyakit yang diderita, serta membantu untuk

mengetahui letak dari lesi ataupun benda asing. Radiografi dental

menggambarkan informasi yang dibutuhkan selama perawatan gigi, contohnya

pada prosedur perawatan saluran akar. Dental radiografi juga dapat digunakan

untuk memeriksa status kesehatan gigi dan tulang selama pertumbuhan dan

perkembangannya. Radiografi dental sangat diperlukan untuk menunjukkan

perubahan sekunder dari suatu trauma, karies ataupun penyakit periodontal.

Penggunaan radiografi dental yang tepat dapat membantu dokter gigi

dalam mendeteksi penyakit, sehingga menguntungkan pasien dengan

meminimalisasi serta mencegah penyakit, seperti rasa sakit yang disebabkan

oleh gigi, serta pada kebutuhan prosedur operasi. Aspek preventif ini sangat

menguntungkan bagi pasien dalam hal menghemat waktu dan uang, selagi

pasien mendapatkan perawatan kesehatan gigi.

Terdapat dua jenis dental radiografi yaitu intra oral dan ekstra oral.

Pemeriksaan radiografi intra oral menggambarkan sebagian kecil dari keadaan

Page 2: Paralleling Technique

gigi dan struktur pendukung intra oral, sedangkan pemeriksaan radiografi

ekstra oral menggambarkan seluruh daerah tengkorak dan rahang. Dalam

penggunaannya, film intra oral diletakkan di dalam mulut, sedangkan ekstra

oral di luar mulut.

Radiografi intraoral terdiri dari 3 jenis, yaitu pemeriksaan periapikal,

interproksimal dan oklusal. Pemeriksaan periapikal terdiri dari 2 teknik, yaitu

teknik kesejajaran dan teknik bidang bagi. Teknik-teknik ini digunakan untuk

memeriksa kondisi mahkota dan akar gigi, serta struktur periodontal gigi.

Pemeriksaan interproksimal, dengan menggunakan teknik bite-wing,

digunakan untuk memeriksa kondisi mahkota gigi pada 2 rahang sekaligus,

yaitu rahang atas dan rahang bawah, pada satu film saja. Pemeriksaan oklusal,

dengan penggunaan teknik oklusal, digunakan untuk pemeriksaan mandibula

atau maksila dengan area yang lebih luas, yang tergambar pada satu film.

Dalam bidang kedokteran gigi, operator harus menguasai berbagai macam

teknik dalam radiografi intra oral. Teknik kesejajaran adalah salah satu teknik

yang cukup penting yang digunakan untuk radiografi daerah periapikal.

Sehingga, sebelum operator melakukan teknik ini, pengertian konsep dasar dan

alat-alat yang diperlukan harus dikuasai (Iannuci dan Howerton, 2006).

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana peranan teknik

kesejajaran radiografi pada rahang bawah dalam bidang kedokteran gigi untuk

mendeteksi kelainan periapikal dan peranannya dalam prosedur perawatan

saluran akar.

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui konsep dasar

dari teknik kesejajaran radiografi pada rahang bawah, menjelaskan persiapan

pasien, alat-alat, serta prosedur pemasangan film yang digunakan pada teknik

ini. Selain itu, juga dijelaskan modifikasi dari teknik ini pada pasien dengan

kondisi anatomis tertentu, serta keuntungan dan kerugian pada pengunaan

teknik roentgenografi ini.

Page 3: Paralleling Technique

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teknik Kesejajaran

Teknik kesejajaran menyempurnakan kekurangan dari teknik bidang bagi.

Konsep dasar dari teknik kesejajaran berdasarkan dari konsep kesejajaran

bidang, dimana prinsip-prinsip dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Film yang diletakkan di mulut harus sejajar dengan sumbu panjang gigi

yang akan difoto.

2. Arah masuk sinar-X harus tegak lurus (membentuk sudut 90°) terhadap

film dan sumbu panjang gigi.

3. Film holder digunakan untuk menjaga agar posisi film tetap sejajar dengan

sumbu panjang gigi. Hal ini disebabkan oleh karena pasien tidak

memungkinkan untuk memegang film dalam posisi yang benar (Iannuci

dan Howerton, 2006).

Teknik kesejajaran memerlukan jarak target ke objek atau TOD (Target-

Object Distance) semaksimal mungkin serta tepat. Pada teknik ini, sinar-X

memaparkan sinarnya tegak lurus terhadap objek, dan film intra oral harus

diletakkan sejajar dengan sumbu panjang gigi yang akan difoto. Jarak target ke

objek harus semaksimal mungkin. Akan tetapi, peraturan ini tidak berlaku

untuk daerah molar mandibula, dimana ketiadaan perlekatan otot yang kuat

serta permukaan lingual yang datar memungkinkan film diletakkan secara

vertikal di dalam mulut, sejajar dan dekat dengan gigi molar. Jarak target ke

objek yang dekat ini akan menyebabkan terjadinya distorsi hasil foto. Oleh

karena itu, pengunaan silinder tambahan akan meningkatkan jarak target ke

objek, sehingga akan meminimalisasi distorsi serta ketidakjelasan hasil foto

(Wuehrmann dan Manson-Hing, 1981).

Page 4: Paralleling Technique

Struktur oral, khususnya lengkung palatum, menimbulkan kesulitan untuk

menempatkan film sejajar terhadap sumbu panjang gigi. Kesejajaran pada

teknik ini diperoleh dengan menempatkan film jauh dari mahkota gigi. Sebagai

kompensasi jarak objek-film yang meningkat, jarak target-film juga harus

ditingkatkan. Pada umumnya, jarak target-film yang digunakan adalah 16 inch

atau 41 cm. Peraturannya adalah jarak target-film harus sama panjang dengan

peralatan yang digunakan (Johnson dkk, 2003).

B. Alat dan Bahan

1. Alat:

Mesin X-ray: sinar X diproduksi di dalam mesin X-ray. Mesin ini dapat

dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian komponen, tabung X-ray, peralatan

X-ray generating.

Terdiri dari komponen – komponen:

a. Control panel: memiliki tombol on - off dan lampu indikator, tombol

pembuka dan lampu indikatornya, dan bagian pengontrol (waktu,

kilovolt, miliamper) untuk mengatur pancaran sinar X. Control panel

A

B

C

Page 5: Paralleling Technique

ini disambungkan ke sumber listrik dan menjadi sebuah panel yang

menempel pada dinding.

b. Extension arm: alat yang menghubungkan antara control panel dengan

tubehead.

Gunanya untuk menghantarkan gelombang elektrik dari control panel

ke tubehead. Alat ini memungkinkan tubehead melakukan pergerakan

dan perubahan posisi.

c. Tubehead: terbuat dari logam berat dan memiliki X-ray tube yang

memproduksi sinar X.

Bagian-bagian dari alat ini

•) Metal Housing (Badan Metal) mengelilingi X-ray tube dan

transformers. Keduanya terisi dengan minyak untuk melindungi X-

ray tube tersebut dan mendasari komponen bertegangan tinggi.

•) Insulating Oil merupakan minyak yang mengelilingi X-ray tube

dan transformers untuk mencegah panas berlebih dengan menyerap

panas yang dihasilkan sinar X tersebut.

•) Tubehead seal / aluminium bahan ini menutupi tubehead dan

berfungsi sebagai filter/penyaring dari pancaran sinar X.

•) X-ray tube bagian terpenting dari sistem X-ray generating. X-ray

tube merupakan tabung hampa udara yang terbuat dari kaca. Tabung

X-ray yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi memiliki

panjang beberapa inci dan diameter 1 inci. Bagian komponen terdiri

dari

o Leaded-Glass Housing: berfungsi untuk mencegah keluarnya

sinar X ke segala arah sehingga terfokus

pada satu daerah central. Di ujungnya

terdapat lubang yang terhubung dengan

PID (konus).

o Katode: disebut juga elektrode negatif, berfungsi untuk mensuplai

elektron yang diperlukan untuk menghasilkan sinar X.

Page 6: Paralleling Technique

Pada X-ray tube, elektron yang dihasilkan katode

tersebut dibawa ke anode positif.

o Anode: disebut juga elektrode positif, mengubah elektron menjadi

foto X-ray.

Peralatan penghasil X-ray terdiri dari

1. Electricity and electrical currents

2. Sirkuit

3. Transformers

2. Bahan dalam teknik parallel:

1. Film holder: untuk meletakkan film dalam posisi yang benar

(parallel/sejajar dengan gigi) dan mempertahankan posisi tersebut

agar daerah periapikal diproyeksikan ke film. Penempatan film

jangan terlalu dekat dengan gigi tetapi lebih ke arah tengah mulut.

Film holder yang banyak digunakan untuk teknik kesejajaran ada 5 adalah:

a. Rinn XCP

XCP (Extension Core Paralleling) terdiri dari bite-block plastik, ring

pengarah dari plastik, dan lengan indikator dari metal. Untuk

mengurangi jumlah radiasi yang diterima pasien, ring snap-on

collimator dapat ditambahkan ke ring pengarah plastic tersebut.

b. Precision film holders

Page 7: Paralleling Technique

Terdiri dari collimating shields dari metal dan alat pemegang film yang

membatasi ukuran sinar X sesuai dengan ukuran film.

c. Stabe film holder (bite-block)

Merupakan sebuah film holder yang disposable film holder yang

didesign untuk sekali pakai.

d. EEZEE-grip film holder

Dikenal juga dengan Snap-A-Ray, alat ini dapat dipakai untuk

menstabilisasi film

Page 8: Paralleling Technique

e. Hemostat film holder (hemostat dengan bite-block)

Dimasukkan melalui bite block dari karet yang juga dapat digunakan untuk menstabilkan film.

2. Ukuran film yang digunakan untuk teknik ini :

SIZE UKURAN (mm)

DEWASA ANAK -ANAK

ANTERIOR POSTERIOR

0 22x35 X X X1 24x40 X X X X2 31x41 X X X X

3. External guide: alat yang digunakan untuk memposisikan tube X-Ray agar sinar terpusat pada sudut yang benar.

C. Prosedur dalam Foto Radiologi dengan Teknik Kesejajaran

1. Persiapan umum

Langkah- langkah umum:

a. Atur posisi pasien

Pasien duduk tegak dengan posisi kepala pada sandaran kepala, sehingga

bidang sagital tegak lurus terhadap lantai, dan bidang oklusal sejajar

dengan lantai.

Page 9: Paralleling Technique

b. Sesuaikan pengaturan unit sinar X

Mesin sinar X diatur untuk kVp, mA, dan waktu pemaparan, sesuai

rekomendasi pabrik film. Sehingga dapat menghasilkan kualitas terbaik

dengan radiasi terkecil

c. Posisi tubehead

Diatur setelah film ditempatkan dalam mulut.

d. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun

e. Memeriksa kembali rongga mulut sebelum film ditempatkan.

Bertujuan untuk melihat inklinasi aksialnya. Hal ini mempengaruhi

penempatan film.

f. Posisi film

Pindahkan film dari film dispenser ke film holding device, dan posisikan

pada region mulut yang hendak difoto.

Untuk anterior mandibula: lidah akan bergeser secara reflex dan secara

perlahan menyentuh dasar mulut.

Guideline untuk penempatan film

1) Bagian putih dari film harus menghadap gigi.

2) Film untuk anterior gigi harus diletakkan vertikal.

3) Film untuk posterior gigi harus diletakkan horizontal.

4) ‘Dot pressure’ pada film diletakkan di slot dari film holder.

Page 10: Paralleling Technique

5) Penempatan film dalam mulut dimulai dengan bagian ujung apikal

film, kemudian putar film holder.

6) Saat memposisikan film holder, tempatkan film jauh dari gigi, kea

rah bagian tengah dari kavitas oral.

7) Saat memposisikan film holder, letakkan film di bagian tengah dari

gigi yang akan di foto. Instruksikan pasien untuk perlahan-lahan

menggigit bite block. Pastikan bahwa bite block dalam kondisi stabil

oleh gigi, bukan dengan bibir. (Iannuci dan Howerton, 2006).

Film dan waktu exposure

Film untuk teknik konus panjang selalu cepat dan ultra cepat.

Sebaliknya, waktu exposurenya sangat panjang atau lama. Pada proyeksi

lain telah diikuti dengan pedoman exposure untuk memberikan penjelasan

tentang tekniknya. Berikut ini adalah pedoman exposure untuk teknik

konus panjang.

Peraturan waktu exposure berdasarkan pada bentuk tubuh:

1. Tulang berat, laki-laki dewasa ditambahkan 25 %

2. Wanita dewasa dikurangi 25 %

3. Daerah tidak bergigi dikurangi 25 %

4. Anak2x dikurangi 25 %

Teknik kesejajaran pada gigi insisif rahang bawah

Page 11: Paralleling Technique

Penempatan film. Letakkan dimensi panjang dari film no.1 secara

vertikal di belakang insisif sentral dan lateral, dengan perbatasan tengah

dan bawah dari lidah. Posisi film dibagian posterior letakkan sejauh

mungkin, biasanya diantara premolar. Film ditempatkan didasar mulut

secara hati - hati sebagai fulkrum. Ujung dari instrumen diturunkan

sampai film holder bite block tepat diatas gigi insisif. Instruksikan pasien

untuk menutup mulutnya perlahan-lahan. Ketika pasien menutup mulut

secara perlahan-lahan dan dasar mulut sedang relaks, putar instrumen

dengan gigi sebagai fulkrum untuk meluruskan film agar menjadi lebih

paralel dengan gigi. Langkah-langkah:

1. Letakan film holder dan film tepat dikedua insisif sentral

2. Posisikan film sejauh mungkin dari gigi

3. Intruksikan pasien untuk menggigit bite block secara perlahan,

kemudian geser cincin penunjuk ke bawah dari lengan indikator ke

permukaan kulit. Luruskan PID dengan cincin penunjuk

4. Exposure film

Page 12: Paralleling Technique

Teknik kesejajaran proyeksi gigi kaninus RB

Penempatan film. Letakkan film no.1 didalam mulut dengan panjang

dimensi vertikal dan kaninus ditengah film. Posisikan film sejauh lingual

lidah dan kontralateral dengan prosesus alveolaris, dengan kesejajaran

sumbu panjangnya dan segaris dengan kaninus. Ujung instrumen dengan

Page 13: Paralleling Technique

bite-block harus berada di atas kaninus sebelum pasien diminta untuk

menutup mulutnya. Langkah-langkah:

1. Letakan film holder dan film tepat di posisi tengah gigi kaninus

2. Posisikan film sejauh mungkin dari gigi

3. Intruksikan pasien untuk menggigit bite block secara perlahan,

kemudian geser cincin penunjuk ke bawah dari lengan indikator ke

permukaan kulit. Luruskan PID dengan cincin penunjuk

4. Exposure film

Teknik kesejajran proyeksi premolar RB

Page 14: Paralleling Technique

1. Letakkan film holder dan film di premolar kedua, bidang tepi dari film

menutup kaninus

2. Posisikan film sejauh mungkin dari gigi

3. Intruksikan pasien untuk menggigit bite block secara perlahan,

kemudian geser cincin penunjuk ke bawah dari lengan indikator ke

permukaan kulit. Luruskan PID dengan cincin penunjuk

4. Exposure film

Teknik kesejajaran proyeksi molar RB

Page 15: Paralleling Technique

1. Letakkan film holder dan film pada molar kedua, bidang tepi dari film

harus lurus dengan midline molar kedua

2. Posisikan film sejauh mungkin dari gigi

3. Intruksikan pasien untuk menggigit bite block secara perlahan,

kemudian geser cincin penunjuk ke bawah dari lengan indikator ke

permukaan kulit. Luruskan PID dengan cincin penunjuk

4. Exposure film

g. Posisi X-ray tube

Disesuaikan dengan alat beam-guide (external guide).

Bila tidak ada petunjuk arah tembak sinar, arahkan sinar pusat pada titik

masuknya.

1). Angulasi tube head (kepala tabung)

Posisi dari tube head mesin X-ray biasanya disesuaikan dalam 2

pesawat yaitu pergerakan horizontal dan pergerakan vertikal. Hal ini

memungkinkan posisi tabung dapat dengan mudah dan akurat

digambarkan serta kemudahan reposisi. Dimensi ketiga dikendalikan

dengan membawa ujung dari tabung silinder itu ke alat pemegang film

atau 2 cm dari muka pasien. Ketika teknik paralel itu digunakan dengan

Page 16: Paralleling Technique

menggunakan alat yang menyediakan pemandu eksternal untuk

memposisikan silinder tersebut (seperti alat Rinn atau Precision),

Pemandu tersebut paling penting untuk menempatkan ujung dari buka

tutupnya flush silinder. Pengaturan ini membantu untuk menghilangkan

adanya cone cut dan memastikan pusat sinar diorientasikan ke film pada

sudut yang tepat . Cone cut ini merupakan artefak yang terpapar di film

sebagai daerah yang tidak jelas.

Posisi dari tube head yang mengarahkan konus ke bawah digambarkan

sebagai angulasi vertikal positif, sedangkan yang mengarahkan konus

ke atas digambarkan sebagai angulasi vertical negative. Angulasi

vertical biasanya digambarkan dalam hal derajat +/-, yang terdapat di

tombol pada sisi tube head. Arah horizontal dari konus terutama

mempengaruhi derajat overlapping (tumpang tindih) dari gambaran gigi

pada ruang interproksimal.

h. Pemaparan sinar

Setelah sinar dipaparkan ke mulut pasien, film dikeringkan dengan

handuk kertas, letakkan di wadah dengan dilindungi oleh lead-lining.

i. Film Processing

Pemprosesan film terdiri dari 5 langkah berikut, yaitu:

1. Development (pengembangan)

Pengembangan merupakan langkah pertama dalam memproses

film. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau

developer digunakan dalam proses pengembangan. Tujuan dari

developer atau pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal

perak halida kimia ke perak hitam metalik. Larutan pengembang ini

melembutkan emulsi film selama proses ini.

2. Rinsing (Pembilasan)

Page 17: Paralleling Technique

Setelah proses pengembangan, rendaman air digunakan untuk

mencuci atau membilas film. Pembilasan digunakan untuk

menghilangkan developer atau pengembang dari film dan

memberhentikan proses pengembangan.

3. Fixing (pemasangan / fiksasi)

Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang

dikenal sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari

fiksator adalah untuk menghilangkan Kristal perak halida yang tidak

terpapar dan terkena energi emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi

film selama proses ini.

4. Washing (pencucian)

Setelah difiksasi, rendaman air digunakan untuk mencuci film.

Langkah ini diperlukan untuk menghilangkan semua bahan kimia yang

berlebihan dari emulsi.

5. Drying (pengeringan)

Langkah terakhir dalam memproses film adalah pengeringan. Film

dapat diletakan pada udara kering yg bebas debu dalam suhu kamar

atau ditempatkan pada lemari pengering yang hangat.

D. Modifikasi Teknik

Modifikasi teknik kesejajaran pada rahang bawah dipakai pada variasi

keadaan anatomis, seperti torus mandibularis dan daerah sensitif di daerah

premolar mandibula.

1. Torus mandibularis

Torus adalah pertumbuhan tulang yang terlihat di kavitas oral. Torus

mandibularis terletak pada aspek lingual dari mandibula. Penempatan

film dengan teknik kesejajaran dapat menimbulkan masalah apabila

terdapat torus mandibularis. Oleh karena itu, film harus diletakkan di

Page 18: Paralleling Technique

antara torus dan lidah (bukan menempel pada torus), kemudian lakukan

eksposure.

2. Daerah sensitif premolar mandibula

Dasar anterior dari kavitas oral adalah daerah yang sensitif. Penempatan

film terkadang dapat menyebabkan ketidaknyaman pada daerah

tersebut, oleh karena itu digunakan modifikasi sebagai berikut:

a. Penempatan film di bawah lidah untuk mencegah film bersentuhan

dengan perlekatan otot dan area sensitive dari lingual gingival. Saat

memasukkan film holder ke dalam mulut, film dijauhkan dari lidah,

ke arah gigi yang akan di foto sambil dilakukan pemasangan bite

block pada premolar mandibula. Saat pasien menggigit bite block,

maka film akan dengan sendirinya bergerak ke posisi yang benar.

b. Pada bagian ujung bawah film dibuat berliku atau dilembutkan,

untuk mencegah ketidaknyamanan. Menekuk atau melipat film harus

dihindari.

3. Pasien Dengan Rahang Tak Bergigi

Hilangnya alveolar ridge dan licinnya jaringan lunak dapat

menimbulkan kesulitan. Seringkali teknik kesejajaran tidak dapat

digunakan dan sudut sinar harus ditingkatkan dari prinsip yang

seharusnya. Jari pasien dan cotton roll sering digunakan untuk

mempertahankan film pada posisi yang tepat.

4. Modifikasi Untuk Pasien Endodontik

Pada kasus ini, pusat sinar seharusnya diarahkan pada regio apikal dari

gigi. Seringkali foto radiografi ini diperlukan setelah gigi diisolasi

menggunakan rubber dam.

5. Terbatasnya kemampuan membuka mulut

Pada pasien dengan mulut yang tidak dapat membuka lebar, misalnya:

pada pasien trismus, dapat dilakukan alternatif sebagai berikut:

a. Menggunakan hemostat sebagai film holder. Film yang dijepit

dengan menggunakan hemostat dapat melalui rongga mulut yang

Page 19: Paralleling Technique

pembukaannya terbatas dengan cara memasukkan film secara

horizontal lalu setelah film berada di dalam mulut, putar hingga

mencapai posisi yang tepat.

b. Prinsip utamanya adalah dengan meletakkan film pada bidang

oklusal dan memperkirakan sudut yang tepat.

c. Apabila pembukaan sama sekali tidak bisa dilakukan, metode

alternatifnya adalah secara ekstra oral seperti lateral oblique atau

panoramik.

6. Lengkung rahang yang sempit

Alternatif yang dapat dilakukan:

o Menggunakan film dengan ukuran kecil.

o Menempatkan film pada bidang oklusal dan hitung sudut dari sinar.

7. Molar 3 rahang bawah

Impaksi M3 menimbulkan masalah dalam menempatkan film. Hal ini

dapat ditanggulangi dengan cara:

o Film yang digunakan diletakkan pada posterior mulut dalam posisi

horizontal. Ketika anterior edge setinggi midpoint dari molar

pertama, film diarahkan ke sisi alveolus dengan bantuan jari.

o Sinar x-ray harus horizontal dan dipusatkan melalui gigi M2.

E. Hasil Foto yang Baik

1. Pengaturan sinar (KVp)

kVp Old kVpOld

Time/Seconds

Exposure Factor

Multiplier

New

Time/Seconds

60 70 0.3 1.47 0.44

65 70 0.3 1.2 0.36

70 70 0.3 1 0.30

Page 20: Paralleling Technique

75 70 0.3 0.84 0.25

80 70 0.3 0.72 0.22

85 70 0.3 0.62 0.19

90 70 0.3 0.53 0.16

2. Menyesuaikan setelan kVpAdjusting kVp Settings

3. Intensitas sinar X bervariasi menurut kotak KVp nya. Untuk menjaga nilai

rata – rata densitas ketika mengubah nilai KVp.

4. Aturan ibu jari berikut dapat diikuti:

• Untuk mengurangi kontras, mengurangi waktu eksposure sebesar faktor

dari 2 untuk setiap kenaikan 15 kilovolt.

• Untuk meningkatkan kontras, meningkatakan eksposure sebesar faktor

dari 2 untuk setiap penurunan 15 kilovolt.

Terdapat efek dari penyetelan kVp pada kenaikan densitas sinar. yaitu

setiap kenaikan 15 kVp terjadi dua kali kenaikan densitas sinar.

2. Ketajaman

Peningkatan ketajaman atau kejelasan detail adalah salah satu dari

beberapa hal utama dalam radiografi. Hal ini bergantung pada penumbra

atau zona di luar ketajaman; semakin kecil zona ini semakin baik

ketajamannya.

Ketajaman bergantung dari:

1. Ukuran focal spot

2. Kedekatan film dengan objek

3. Jarak fokus-film

4. Film

Page 21: Paralleling Technique

Semakin kecil focal spot semakin baik ketajamannya. Semakin dekat

jarak film dengan objek semakin baik ketajamannya. Semakin besar jarak

fokus-film semakin baik ketajamannya. Semakin kecil kristal halida perak

dan semakin tipis emulsinya, semakin baik ketajamannya.

3. Kontras

Kontras berarti suatu gradasi dari hitam ke putih yang melalui abu-

abu. Kontras yang ideal menunjukkan hitam dan putih serta abu-abu yang

dapat dilihat langsung dengan mata telanjang perbedaan-perbedaannya

tersebut.

Kontras dapat terganggu oleh hal-hal seperti:

1. Radiasi yang terpancar

2. Metode proses yang kurang baik

3. Kilovolt yang tinggi

4. Kualitas film yang kurang baik

F. Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan Teknik Kesejajaran

Keuntungan utama dari teknik kesejajaran adalah dapat menghasilkan

gambaran radiografis tanpa disertai distorsi dimensi. Teknik ini

sederhana untuk dilakukan. Keuntungan dari teknik-teknik ini adalah

sebagai berikut:

a. Teknik kesejajaran menghasilkan gambaran yang mempunyai

akurasi ukuran, sehingga dapat diperoleh gambaran gigi dengan

ukuran yang menyerupai ukuran gigi yang sebenarnya. Gambaran

radiografi ini bebas dari distorsi dan menampilkan detail gambar

yang baik.

b. Teknik kesejajaran sederhana dan mudah untuk dipelajari dan

dilakukan. Penggunaan film holder dan mesin pengatur sidar

memungkinkan operator untuk tidak mengatur angulasi horizontal

Page 22: Paralleling Technique

dan vertikal serta memperkecil kemungkinan terjadinya distorsi

dimensi.

c. Teknik kesejajaran mudah untuk distandarisasi dan dapat diduplikasi

secara akurat, ketika serial radiografi diperlukan. Sebagai ahasilnya,

hasil foto dengan serial radiografi denga teknik ini memiliki tingkat

keakuratan yang tinggi.

2. Kekurangan Teknik Kesejajaran

a. Oleh karena teknik ini harus menggunakan film holder, maka

menyebabkan operator mengalami kesulitan untuk memasang film.

Kesulitan akan dialami pada pasien anak-anak atau dewasa yang

memiliki ukuran mulut yang kecil atau palatum yang dangkal.

b. Penggunaan film holder pada teknik ini bisa mengenai jaringan

lunak mulut sehingga pasien merasa tidak nyaman.

Page 23: Paralleling Technique

BAB III

LAPORAN KASUS

Laporan kasus diambil dari jurnal “Tips for Endodontic Radiography” oleh

Dr. Mohammad Hammo, BDS, DESE Endodontics.

Sumber: http://www.smiledentaljournal.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=162%3Atips-for-endodontic-

radiography&catid=908&Itemid=110

A. Abstrak

Radiografi endodontik merupakan kunci utama dalam menentukan

diagnosis, prosedur perawatan, dan tindakan lanjutan dari kasus endodontik.

Teknik ini merupakan satu-satunya cara bagi seorang dokter gigi untuk

melihat secara jelas apa yang tidak bisa dilihat saat penentuan diagnosis dan

selama prosedur perawatan. Radiografi merupakan gambaran dua dimensi

dari objek tiga dimensi. Bila seorang dokter gigi dapat melakukan interpretasi

gambar dengan baik, maka perawatan saluran akar akan menjadi lebih baik

dan mudah.

B. Latar Belakang

Radiografi telah menjadi kebutuhan utama dalam perawatan endodontik.

Hampir tidak mungkin bagi seorang dokter gigi untuk mendapatkan hasil

perawatan yang baik tanpa menggunakan radiografi. Fungsi pertama

radiografi saat perawatan pre-operatif adalah untuk evaluasi kasus, fungsi

kedua adalah saat dilakukan perawatan, dimana radiografi diperlukan untuk

verifikasi prosedur perawatan, dan fungsi terakhir adalah saat post-operatif

perawatan dimana radiografi digunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan

yang telah dilakukan. Sehingga menjadi hal yang sangat penting untuk dapat

Page 24: Paralleling Technique

mengambil gambar dengan baik, membaca dan menginterpretasi gambar

untuk bisa dilakukannya perawatan yang maksimal.

Sinar-X dapat memperlihatkan struktur detail dari gigi yang penting untuk

perawatan endodontik, seperti isi, jumlah, keadaan, lekukan, dan panjang dari

saluran akar. Untuk kasus perawatan ulangan, radiografi dapat memberikan

gambaran perforasi saluran akar, alat endodontik yang patah di dalam saluran

akar, kesalahan dalam pembukaan rongga pulpa, operasi endodontik yang

tidak sempurna, serta kondisi-kondisi lain yang tidak seharusnya terjadi dalam

perawatan.

C. Laporan Kasus

1. Dalam suatu foto, apeks akar harus terlihat dengan jelas. Radiografi harus

menggambarkan seluruh daerah gigi dan struktur pendukung gigi yang

difoto. Apeks gigi minimal berada 3mm dari bagian ujung bawah foto.

a) b)

Gambar 1a) Foto gigi C rahang atas. Daerah periapikal tidak dengan terlihat jelas.b) Pada gigi yang sama, tampak pemanjangan gigi C rahang atas, dimana

terlihat radiolusensi di bagian apeks.

2. Teknik kesejajaran merupakan teknik pilihan untuk radiografi endodontik.

Teknik ini menggambarkan radiografi yang akurat dengan distorsi

minimal. Lakukan dua atau tiga kali foto dengan sudut yang berbeda. Satu

Page 25: Paralleling Technique

foto dapat menggambarkan hasil perawatan yang baik, akan tetapi dengan

penggambilan foto kedua atau ketiga kali dengan sudut yang berbeda

dapat menggambarkan ketidaksesuaian yang berhubungan dengan foto

pertama.

a)

b)

Gambar 2a) Foto gigi M1 rahang bawah menggambarkan radiolusensi apikal, akan

tetapi terlihat perawatan endodontik yang baik.b) Pengambilan foto dari sudut yang berbeda menunjukkan perawatan

endodontik yang tidak sempurna dari akar mesial M1.

3. Pada teknik kesejajaran, arah konus harus tegak lurus dengan film dan

sumbu panjang gigi. Kemungkinan kedua, gambar dengan angulasi mesial

diambil dengan menggeser konus secara horizontal 30° ke arah mesial,

tegak lurus dengan film dan sumbu panjang gigi. Kemungkinan ketiga,

gambar dengan angulasi distal diambil dengan menggeser konus secara

Page 26: Paralleling Technique

horizontal 30° ke arah distal, tegak lurus dengan film dan sumbu panjang

gigi.

a)

b)

c)

Gambar 3a) Foto gigi M1 rahang bawah diambil dengan teknik kesejajaran dari arah

bukal menunjukkan 2 saluran akar.b) Foto gigi M1 rahang bawah diambil dengan teknik kesejajaran dari arah

distal menunjukkan 3 saluran akar.c) Foto gigi M1 rahang bawah diambil dengan teknik kesejajaran dari arah

mesial menunjukkan 4 saluran akar.

Page 27: Paralleling Technique

a)

b)

c)

Gambar 4a) Foto gigi P1 rahang atas dengan teknik kesejajaran dari arah bukal

menunjukkan 1 saluran akar.b) Foto gigi P1 rahang atas diambil dengan teknik kesejajaran dari arah distal

menunjukkan 2 saluran akar.c) Foto gigi P1 rahang atas diambil dengan teknik kesejajaran dari arah mesial

menunjukkan 3 saluran akar.

Page 28: Paralleling Technique

4. Angulasi horizontal dari konus diperlukan untuk identifikasi saluran akar

ganda dalam satu akar. Untuk indentifikasi keadaan ini tergantung dari

besarnya separasi dan perbedaan letak saluran akar, yang dilaporkan

terletak pada sudut antara 20°-40°. Penilaian anatomi saluran akar sebelum

dilakukannya perawatan saluran akar merupakan syarat utama untuk

preparasi saluran akar yang baik, yang selanjutnya menentukan

keberhasilan dari suatu perawatan.

a)

b) c)

Gambar 5a) Foto pre-operatif dari gigi P1 dan P2 rahang atas. Jejak ligamen periodontal

mengindikasikan adanya 3 saluran akar pada tiap gigi.b, c) Foto post-operatif menunjukkan dengan jelas jejak dari foto pre-operatif.

a)

Page 29: Paralleling Technique

b)

Gambar 6a) Foto pre-operatif dari gigi P1 rahang bawah. Jejak ligamen periodontal

mengindikasikan adanya 3 saluran akar pada ujung akar.b) Terlihat adanya 3 saluran akar pada foto post-operatif.

5. Apabila terlihat pengisian saluran akar tidak terletak pada bagian tengah

dari saluran akar, maka sebenarnya terdapat saluran akar kedua pada akar

tersebut yang belum dirawat.

a)

b)

Page 30: Paralleling Technique

Gambar 7a) Foto pre-operatif dari gigi P1 rahang atas. Pengisian saluran akar yang

tampak tidak tepat berada di tengah saluran akar, mengindikasikan adanya saluran akar kedua yang belum dirawat.

b) Foto post-operatif setelah kedua saluran akar telah dilakukan pengisian.

6. Kehilangan seluruh tulang alveolar pada daerah furkasi merupakan

indikasi kuat bahwa salah satu akar mengalami fraktur, atau terdapat

fraktur dari mesial-distal di sepanjang dasar lantai furkasi.

a)

b)

Page 31: Paralleling Technique

Gambar 8a) Foto pre-operatif dari gigi P1 rahang bawah menunjukkan adamya resorbsi

tulang alveolar pada daerah furkasi.b) Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya garis fraktur arah mesial-distal

sepanjang dasar lantai furkasi.

7. Letak daerah radiolusen harus diperhatikan. Lesi awal endodontik dapat

muncul dari bagian lateral, sepanjang ligamen periodontal, dimana pada

akhirnya terlihat di bagian apeks. Daerah radiolusensi pada bagian apeks

biasanya berhubungan dengan fraktur akar vertikal. Dignosa dilakukan

dengan pemeriksaan hingga apeks gigi.

a) b)

c)

Gambar 9

a) Adanya daerah radiolusen di bagian apeks dari gigi P2 atas mengindikasikan adanya fraktur vertikal akar.

b) Gutta percha dimasukkan ke dalam poket sampai ke daerah resistensi.c) Perpanjangan gutta percha yang terlihat hingga akar memastikan diagnosis

awal.

Page 32: Paralleling Technique

BAB IV

KESIMPULAN

Radiografi dental adalah suatu gambaran fotografis pada suatu film yang

dihasilkan dengan paparan sinar-X ke arah gigi dan struktur jaringan

pendukung gigi. Peranannya sangat penting untuk mendapatkan diagnosis

yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan interpretasi suatu hasil

gambaran radiografis.

Radiografi dental menggambarkan informasi yang dibutuhkan selama

perawatan gigi, contohnya pada prosedur perawatan saluran akar. Dan

merupakan satu-satunya cara bagi seorang dokter gigi untuk melihat secara

jelas apa yang tidak bisa dilihat saat penentuan diagnosis dan selama prosedur

perawatan. Fungsi pertama radiografi saat perawatan pre-operatif adalah untuk

evaluasi kasus, fungsi kedua adalah saat dilakukan perawatan, dimana

radiografi diperlukan untuk verifikasi prosedur perawatan, dan fungsi terakhir

adalah saat post-operatif.

Dalam hal ini, teknik kesejajaran merupakan teknik yang paling banyak

dipakai dalam radiografi intraoral, khususnya untuk memberikan gambaran

periapikal. Teknik kesejajaran cukup mudah untuk digunakan dan dapat

memberikan hasil yang cukup akurat, dengan prinsip utamanya: kesejajaran

film dengan sumbu gigi. Teknik ini juga dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Dan berdasarkan laporan kasus, dapat dilihat bahwa pengambilan foto 2-3 kali

dapat membantu kita untuk dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Melihat betapa penting peranan radiologi dental, maka sudah menjadi

suatu kewajiban bagi seorang dokter gigi untuk benar-benar mengerti

radiologi dental. Untuk dapat seutuhnya mengerti, kita perlu mempelajari

berbagai teknik yang digunakan sesuai kebutuhan, unsur-unsur yang

diperlukan untuk menghasilkan gambar yang baik, dan bagaimana

menginterpretasikan hasil foto sehingga dapat mendiagnosis dengan benar.