Paper Kualitas Air Wakatobi 2013 r
-
Upload
muhammad-ramdhan -
Category
Documents
-
view
35 -
download
7
description
Transcript of Paper Kualitas Air Wakatobi 2013 r
Studi Kualitas Perairan Kawasan Taman Nasional Wakatobi Kaitannya dengan
Kesehatan/Kelayakan/Keberlanjutan Ekosistemuntuk Wisata Bahari
A. Rustam1, Yulius1, M. Ramdhan1, H. L. Salim1, D. Purbani1, dan T. Arifin1
(1)Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP
Jln. Pasir Putih 1 Ancol Jakarta; Telp/fax : +62 21 64711583
Email : [email protected] dan [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 – 20 Mei 2013 di perairan kawasanT aman Nasiona Wakatobi (TNW), Sulawesi Tenggara. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24 merk TOA-DKK, floating drought dan secchi disk secara in situ. Parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas, pH, konduktivitas, turbiditas,sigma-t, kecepatan arus, arah arus dan kedalaman. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisa PCA (Principal Component Analysis). Hasil yang didapat nilai kisaran hampir untuk semua parameter masih sesuai dengan KepmennegLH no 51 tahun 2004, hanya nilai suhu dan salinitas pada saat pengukuran tidak sesuai, walaupun secara keseluruhan perairan TNW pada saat pengukuran masih dalam kondisi baik sebagai daerah taman nasional dan wisata bahari. Berdasarkan analisa PCA didapatkan parameter yang berperan kuat di lokasi adalah turbiditas dan salinitas.
AbstractThis study was conducted on 15 – 20 Mei 2013 in the Wakatobi National Park (TNW) waters, Southeast Sulawesi. The acqusition of waters quality data has done by purposive sampling using a multiparameter instrument WQC-24 /TOA-DKK, floating drought and secchi disk in the location. Parameters that measured were temperature, salinity, pH, conductivity, turbidity, sigma-t, current speed, current direction and depth. Data analysis was done by descriptive and analytical PCA (Principal Component Analysis). The results obtained for the value range of almost all the parameters are still in accordance with Ministry of Environment regulation (KepmennegLH No. 51 of 2004), only the values of temperature and salinity at the time of measurement is not appropriate, even though the overall TNW waters at the time of measurement is still in good condition as the local national parks and marine tourism. PCA analysis based on parameters obtained strong role in the location were turbidity and salinity.
Pendahuluan
Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan salah satu taman nasional laut yang
berada di pusat Coral Triangle Initiave (CTI). Peranan TNW ini sangat penting sebagai salah
satu daerah yang memiliki biodiversitas yang tinggi dengan keindahan bawah lautnya.TNW
memiliki kurang lebih 25 gugusan terumbu karang dengan pulau-pulau karang di
sekitarnya.Batimetri daerah TNW memiliki konfigurasi mulai dari datar sampa melandai kearah
laut dan beberapa perairan bertubir tajam dengan kedalaman mencapai 1044 meter. TNW
merupakan daerah wisata bahari yang sudah sangat terkenal dengan banyaknya jumlah spot
penyelaman.Tingginya kedatangan wisata bahari dapat menyebabkan keberadaan kualitas
perairan menurun.Oleh karena itu perlu adanya suatu studi dalam mempelajari kualitas perairan
di lokasi TNW. Studi ini dilakukan di sekeliling Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Kapota (Gambar
1)
Metode
Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yang diharapkan
dapat mewakili lokasi penelitian.Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran kualitas
perairan secara in situ dengan alat multiparameter WQC-24 merk TOA-DKK buatan
Jepang.Selain itu dilakukan juga pengukuran kecepatan dan arah arus dengan floating drought.
Ada 24 titik stasiun pengukuran kualitas perairan di lokasi studi. Data yang di dapat dianalisa
secara deskriptif dan analisa komponen utama/ Principal Component Analysis (PCA) dengan
menggunakan software MS Excel dan Minitab 16.
Gambar 1. Lokasi penelitian Taman Nasional Wakatobi (www.googleearth.com, 2013)
Deskripsi stasiun pada Gambar 1terdapat 24 titik stasiun pengukuran kualitas perairan
di sekeliling P Wangi-Wangi terdapat 17 stasiun, 6 stasiun di P Kapota dan 1 stasiun di selat
antara P Kapota dan P Wangi-Wangi. Parameter yang terukur dengan alat multiparameter
iniberjumlah 6 parameter. Parametertersebut adalah pH, konduktivitas, turbiditas, suhu,
salinitas dan sigma-t, yang diukur pada kedalaman permukaan yaitu 0.2 -0.8 meter. Parameter
ini akan dibagi menjadi parameter fisika (suhu, konduktivitas, kecepatan arus, arah arus,
turbiditas dan TDS), parameter kimia (pH, salinitas dan sigma-t).
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan MS Excell 2007 untuk dapat
menggambarkan kondisi eksisting kualitas perairan.Untuk menentukan variasi parameter fisika-
kimia dan biologi perairan antar stasiun penelitian digunakan pendekatan analisis statistik
peubah ganda yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal Component
Analysis, PCA) (Legendre dan Legendre, 1983; Ludwig dan Reynolds, 1988; Digby dan
Kempton, 1988).
Hasil dan Pembahasan
Hasil statistik deskriptif yang dilakukan pada TNWPulau Wangi-Wangi dan Pulau Kapota
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.Hasil statistik deskriptif Taman Nasional Wakatobi (TNW), Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013 (data in situ)
Minimum Maksimum RerataStandar Deviasi
Kec. Arus (m/s) 0 1.6 0.54783 0.54428Arah ArusKedalaman (m) 0.6 10 7.313043 3.884972Visibility Jernih Jernih Jernih Jernih
Konduktifitas (mS/m) 4.44 4.59 4.53042 0.04582Turbiditas (NTU) 0 3.3 0.64417 1.02949
Suhu (oC) 29.33 34.3 30.5888 1.23025Salinitas 29.6 30.63 30.235 0.29375SigmaT 16.57 18.47 17.8992 0.5335pH 8.22 8.74 8.35167 0.11328
a. Kualitas perairan fisika
Parameter kualitas perairan fisika meliputi 6 paremeter yaitu suhu, konduktifitas, turbiditas,
TDS, kecepatan dan arah arus dapat dilihat pada Gambar 2 kecuali arah arus.
Gambar 2. Parameter fisika di TNW Mei 2013
Suhu
Suhu perairan pada lokasi penelitian di TNWberkisar antara 29.33 – 34.3 ˚C dengan rata-
rata 30.589±1.23˚C.Suhu perairan merupakan suhu alami yang terukur secara in situpada saat
penelitian.Berdasarkan KepmennegLH no 51 tahun 2004 (Lampiran 1), suhu perairan yang
baik untuk daerah wisata bahari merupakan suhu alami dengan kisaran nilai suhu untuk daerah
terumbu karang 28 -30 ˚C. Kisaran suhu pada tahun 2012 di perairan TNW berkisar antara
29.42 – 30.2 ˚C (Rangka dan Paena, 2012). Hasil pengukuran secara in situ yang merupakan
suhu alami terlihat lebih tinggi untuk daerah terumbu karang dibandingkan dengan suhu yang
tercantum dalam KepmennegLH No. 51 tahun 2004 dan penelitian Rangka dan Paena, 2012.
Hal ini dapat disebabkan kisaran waktu pengukuran pada waktu siang hari yang cerah pada
lapisan permukaan air. Untuk lebih detail terkait dengan tingginya suhu permukaan laut perlu di
lakukan pengukuran secara time series dengan memasang alat pengukur suhu di lokasi yang
terindikasi suhu tinggi pada saat pengukuran. Pentingnya pengamatan suhu karena suhu
merupakan salah satu faktor pembatas bagi ekosistem dan biota laut, dimana perubahan suhu
dapat mempengaruhi proses fisika, kimia dan biologi di badan air. Adanya peningkatan suhu
perairan dari kisaran suhu alami dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air
seperti O2 dan terjadi peningkatan kelarutan untuk gas CO2, N2 dan CH4 (Sanusi, 2006).Selain
itu daerah penelitian merupakan daerah ekosistem terumbu, naiknya suhu dapat menyebabkan
pemutihan karang yang dekat dengan permukaan (coral bleaching).Oleh karena itu
monitoringsuhu sangat perlu dilakukan terutama di daerah yan terindikasi pada saat
pengukuran memiliki nilai tertinggi yaitu stasiun WQ16A di sebelah barat P Wangi-Wangi
(Gambar 1 dan Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi suhu di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 3 memperlihatkan nilai suhu yang berada diatas ketentuan KepmennegLH untuk
wisata bahari ekosistem terumbu karang yaitu lebih dari 30 ⁰C ada 16 stasiun dari 24 stasiun
penelitian atau sekitar 66,67 %. Nilai suhu terendah cukup tinggi yaitu 29.33 ⁰C di stasiun
Longa 1 yang berada di sebelah utara P Wangi-Wangi yang berhadapan langsung dengan laut
Banda (Gambar 1 dan Gambar 3).Ini memperkuat perlunya monitoring dilakukan di Lokasi
penelitian.
Konduktivitas
Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli-Siemens per centimeter) atau S/m
(Siemens per meter).Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas
di laut adalah suhu. Konduktivitas yang terukur di perairan TNW terlihat seragam dengan
kisaran antara 4.44– 4.59 mS/m dengan rata-rata 4.53±0.046 mS/m. Nilai konduktivitas yang di
dapat di lokasi penelitian menunjukkan nilai konduktivitasalami perairan TNW yang masih
bagus tidak adanya masukan limbah logam berat mempengaruhi nilai konduktivitas perairan
(Gambar 5).
Gambar 4. Distribusi konduktifitas di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 4 merupakan distribusi konduktifitas dimana nilai konduktifitas tertinggi pada
stasiun P31 yang berada di sebalah timur P Wangi-Wangidan terendah di stasiun Bungi1 yang
berada di utara P Wangi-Wangi. Nilai konduktitas tertinggi dan terendah terlihat tidak berada
pada stasiun yang sama dengan nilai suhu baik tertinggi ataupun terendah. Hal ini di perkuat
dengan analisa regresi linear sederhana antara suhu dan konduktifitas yang menunjukkan tidak
adanya keterkaitan antara keduanya (Gambar 5).
Gambar 5. Keterkaitan suhu dan konduktifitas di perairan TNW bulan Mei 2013
Gambar 5 memperlihatkan tidak adanya adanya keterkaitan nilai konduktivitas dengan
suhu.Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingginya nilai suhu pada saat penelitian tidak
mempengaruhi nilai konduktifitas perairan.
Kekeruhan (Turbiditas) dan Kedalaman
Nilai kekeruhan atau turbiditas yang terukur pada lokasi penelitian berkisar antara 0 - 3,
3 NTU dengan rata rata 0.644±1.03 NTU. Nilai turbiditas atau kekeruhan berdasarkan
KepmennegLH no 51 tahun 2004 untuk wisata bahari < 5 NTU, hasil pengukuran menunjukkan
nilai kekeruhan/turbiditas perairan Lokasi penelitian masih sangat baik untuk wisata bahari.
Gambar 6. Distribusi turbiditas (NTU) dan kedalaman ( m) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 6 memperlihatkan sebaran nilai turbiditas yang terukur secara in situ dan nilai
kedalaman.Terlihat bahwa pada umumnya nilai turbiditas 0 NTU yang menunjukkan visibility
perairan sangat jernih. Adanya nilai turbiditas lebih banyak disebabkan karena terangkatnya
substrat dasar (pasir) karena proses fisik dangkalnya perairan. Umumnya pada kedalaman 10
m nilai turbiditas rendah bahkan nilainya nihil atau nol.
Kecepatan dan arah arus
Pengukuran kecepatan dan arah arus dengan menggunakan alat pengukur arus (current
meter) mendapatkan hasil kecepatan arus berkisar antara 0 – 1.6 m/s dengan rata-rata
0.5478±0.544 m/s. Rangka dan Paena (2012) mendapatkan pengukuran kecepatan arus di
kabupaten Wakatobi berkisar antara 0.011 – 0.07 m/s.
Gambar 7. Distribusi kecepatan arus (m/s) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 7 menunjukkan distribusi kecepatan arus di lokasi penelitian, sedangkan untuk
arah arus menunjukkan arus bergerak tidak jelas ada yang menjauhi daratan atau pulau ada
yang menuju daratan.Hal ini mengindikasikan pada saat penelitian (bulan Mei) merupakan
musim peralihan dari musim barat ke musim timur, dimana kondisi angina dan cuaca tidak
dapat di prediksi dengan baik.
Visibility, Warna dan Bau Perairan
Warna perairan merupakan warna perairan berdasarkan pengamatan secara visual.
Warna perairan didapat berdasarkan absorbsi cahaya oleh perairan yaitu biru kehijauan cerah
dimana cuaca pada saat penelitian cerah tidak berawan. Visibility perairan 80 -100 %, seluruh
stasiun pengamatan jernih sehingga tampak dasar perairan baik berpasir putih ataupun
paparan terubu karang. Bau perairan di stasiun pengamatan beraroma laut yang segar tidak
tercium bau tidak sedap seperti sampah. Hal ini dapat dipahami bahwa lokasi penelitian TNW
tidak memiliki sungai besar yang membawa limbah maupun sedimen dari daratan.Jumlah
penduduk yang sedikit salah satu faktor rendahnya limbah rumah tangga mauk ke pesisir dan
laut.Berdasarkan kriteria parameter fisika di atas menunjukkan perairan TNW di lokasi
penelitian masih dalam kondisi bagus untuk wisata bahari.
b. Kualitas perairan kimia
Derajat keasaman (pH)
Kisaran pH yang di dapat 8.22 – 8.74 dengan rata-rata 8.352±0.113 (Gambar 8), Rangka
dan Paena (2012) mendapatkan nilai pH di kabupaten Wakatobi berkisar antara 7.58 –
8.23.Nilai pH masih sangat baik, keberadaan pH terkait erat dengan perubahan iklim yang
sedang di teliti oleh seluruh dunia terkait dengan perubahan iklim dan ketakutan adanya
pengasaman laut (ocean acidification). Pengasaman laut jika terjadi akan mempengaruhi
keberadaan terumbu karang dan biota bercangkang lainnya dimana ditakutkan terjadi
peluruhan CaCO3 bahan pembentuk cangkang ataupun terumbu ke laut karena adanya
penurunan pH.
Nilai pH yang baik berdasarkan bakumutu KepmennegLH No. 51 tahun 2004 untuk wisata
bahari dan biota laut adalah 7 – 8.5 dengan perubahan < 0.2. Hasil pengukuran sedikit lebih
tinggi dari ambang batas yaitu 8.74.Tingginya nilai pH di stasiun Patuno 1 dapat disebabkan
oleh pemakaian alat dimana pengukuran belum stabil.Hal ini di perkuat dengan rata-rata
pengukuran dan standar deviasi yang kecil dan tidak adanya sungai besar yang dapat
menyebabkan adanya gradasi pH yaitu sebesar 8.352±0.113.Berdasarkan rata-rata tersebut
dapat dikatakan pH perairan TNW masih dalam kisaran bakumutu dan masih bagus untuk
wisata bahari dan kehidupan biota laut terutama karang dan ekosistem di dalamnya.
Gambar 8. Distribusi pH di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Salinitas
Gambar 9. Distribusi salinitas (PSU) di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 9 menunjukkan distribusi salinitas di lokasi penelitian dengan nilai berkisar
antara 29.6 –30.63 PSU, rata-rata 30.235±0.294 PSU. Nilai ini lebih rendah dari yang di
dapatkan Rangka dan Paena (2012) berkisar antara 34.95 – 36.88 PSU maupun laporan
CRITC – COREMAP LIPI tahun 2001 berkisar antara 34.15 -34.34 PSU
(http://wakatobinationalpark.com/statik/potensikawasan/ ) . Berdasarkan bakumutu
KepmennegLH no 51 tahun 2004 hasil peneitian bulan Mei 2013 nilai salinitas dibawah salinitas
alami untuk terumbu karang yaitu 33 - 34.
Sigma t
Sigma t terkait erat dengan densitas, dimana sigma t merupakan pengurangan densitas
air laut dengan densitas air tawar. Diketahui bahwa densitas merupakan salah satu parameter
terpenting dalam mempelajari dinamika laut.Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal
(misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang
sangat kuat.Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam
oseanografi.Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea
Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali
pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg
m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3.
Gambar 10. Distribusi sigma-t di perairan P Wangi-Wangi dan P Kapota, TNW Sulawesi Tenggara bulan Mei 2013
Gambar 10 merupakan distribusi sigma-t di lokasi penelitian yang berkisar antara
16.57 -18.47 dengan rata-rata 17.899±0,534. Secara keseluruhan parameter yang
terukur di lokasi penelitian dihubungkan dengan bakumutu KepmennegLH No 51 tahn
2004 dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa parameter dari Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan Biota Laut (Kepmennegneg LH No 51 Tahun 2004) dengan hasil penggukuran TNW, Sulawesi Tenggara
No Parameter Satuan Baku Mutu Wisata Bahari
Baku Mutu Biota Laut
Hasil Pengukuran
Fisika1. Warna Pt, Co 30 - Tidak diukur2. Bau Tidak berbau alami3 Alami3. Kekeruhana Ntu 5 < 5 0.6444.. Suhuc oC alami3( c) alami3( c)
Coral: 28 - 30Mangrove:28- 32Lamun: 20 -30
30.589
Kimia
1. pHd - 7 - 8,5( d) 7 - 8,5( d) 8.351
2. Salinitase %o alami3( e) alami3( e) 30.235
Coral: 33 -34Mangrove:s/d 34Lamun: 33 - 34
Analisis karakteristik habitat
Analisa karakteristik habitat dilakukan dengan analisa statitik PCA, agar dapat diketahui
dari semua parameter yang terukur parameter mana yang berperan di lokasi penelitian
(Gambar 11).Variasi kondisi antar stasiun dianalisa dan dideterminasi berdasarkan sebaran 8
parameter karakteristik ditunjukkan pada Gambar 11 dan 12.Hasil analisis PCA dari matriks
ragam peragam menunjukkan bahwa informasi yang terjelaskan menggambarkan hubungan
antra parameter dalam hubungannya dengan sebaran spasial stasiun penelitian dijelaskan
pada ketiga sumbu utama (F1, F2 dan F3) sebesar 87.5 %. Besaran prosentase pada masing-
masing sumbu adalah F1 53.7%, F2 19.7 % dan F3 14.1 % dari ragam total.
210-1-2-3-4-5
2
1
0
-1
-2
-3
F1 (53.7%)
F2 (
19.7
%)
pHSigmaT
SalinitasTemperatur (oC)Turbiditas Konduktifitas
Kedalaman (m)Kec. Arus (m/s)
210-1-2-3-4-5
2
1
0
-1
-2
-3
F1 (53.7%)
F2 (
19.7
%)
pHSigmaT
SalinitasTemperatur (oC)Turbiditas Konduktifitas
Kedalaman (m)Kec. Arus (m/s)
Gambar 11. Grafik analisis PCA karakteristik fisika kimia habitat perairan TNW korelasi antar parameter fisika kimia pada sumbu 1 dan 2 (F1 X F2).
Gambar 11 memperlihatkan karakteristik habitat lokasi penelitian dipengaruhi oleh
parameter salinitas dan turbiditas berkorelasi positif sebesar 79.7 %. Sigma t berkorelasi
negative dengan pH dan konduktivitas sebesar 73.4 % dan 75.6%.Turbiditas atau kekeruhan
berkorelasi positif dengan kecepatan arus sebesar 67.6%, hal ini memperkuat turbiditas tinggi
jika arus kuat yang berpotensi mengaduk dasar perairan.
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian bulan Mei 2013 di perairan Pulau Wangi-Wangi sebagi daerah wisata
bahari berdasarkan parameter yang terukur masih dalam kondisi bagus. Hanya terlihat nilai
suhu dan salinitas yang agak berbeda dengan standar bakumutu kepmenneg Lh no 51 tahun
2004. Hal ini perlu perhatian dengan pemasangan alat sensor suhu dan salintas jika
memungkinkan.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Daftar Pustaka
Legendre, L and P. Legendre 1983.Statistical Ecology: A Primer on Method and Computing. Jhon Wiley and Sons.Inc.New York .337 p.
Rangka, N.A. dan M. Paena. 2012. Potensi dan kesesuaian lahanbudidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di sekitar perairan kab. Wakatobi Prov Sulawesi tenggara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 4 (2): 151-159
Sanusi, Harpasis. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Lampiran 1
Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari dan Biota Laut
No Parameter Satuan Baku Mutu Wisata Bahari
Baku Mutu Biota Laut
Fisika1. Warna Pt, Co 30 -2. Bau Tidak berbau alami3
3. Kecerahan m > 6 Coral: > 5Mangrove:-Lamun: > 3
4. Kekeruhana ntu 5 < 55. Padatan tersuspensi totalb mg/l 20 Coral: 20
Mangrove:80Lamun: 20
6. Suhuc oC alami3( c) alami3( c)
Coral: 28 - 30Mangrove:28- 32Lamun: 20 -30
7. Sampah - nihil 1(4) nihil 1(4)
8. Lapisan minyak 5 - nihil nihil
Kimia
1. pHd - 7 - 8,5( d) 7 - 8,5( d)
2. Salinitase %o alami3( e) alami3( e)
Coral: 33 -34Mangrove:s/d 34Lamun: 33 - 34
3. Oksigen Terlarut (DO) mg/L >5 > 5
4. BOD5 mg/l 10 20
5. Amoniak bebas (NH3-N) mg/l nihil1 0,3
6. Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 0,015
7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008 mg/l 0,008 0,008
8. Sulfida (H2S) mg/l nihil1 0,01
9. Senyawa Fenol mg/l nihil1 0,002
10. PAH (Poliaromatik hidrokarbon)
mg/l 0,003 0,003
11. PCB (poliklor bifenil) μg/l nihil1 0,01
12. Surfaktan (detergen) mg/l MBAS 0,001 1
13. Minyak & lemak mg/l 1 1
14. Pestisidaf μg/l nihil1( f) 0,01
Logam terlarut
15. Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,001
16. Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,002 0,005
17. Arsen (As) mg/l 0,0025 0,012
18. Cadmium (Cd) mg/l 0,002 0,001
19. Tembaga (Cu) mg/l 0,050 0,008
20. Timbal (Pb) mg/l 0,005 0,008
21. Seng (Zn) mg/l 0,095 0,05
22. Nikel (Ni) mg/l 0,075 0,05
Biologi
1. E Coliform (faecal )g MPN/100 ml
200( g) -
2. Coliform (total)g MPN/100 ml
1000( g) 1000( g)
3.
4 .
Patogen
Plankton
Sel/100ml
Sel/100ml
-
-
Nihil
Tidak bloom
Radio Nuklida
1 Komposisi yang tidak Bq/l 4diketahui
Bq/l 4 4
Keterangan:1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan
metode yang digunakan)2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan
musim)4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm
a Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphoticb Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musimanc Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alamid Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pHe Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musimanf Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor g Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman