Panti Werdha BK Di Lembaga Kemasyarakatan
-
Upload
rijmanugraha -
Category
Documents
-
view
114 -
download
0
Transcript of Panti Werdha BK Di Lembaga Kemasyarakatan
panti werdha BK di Lembaga Kemasyarakatan
BAB
PENDAHULUAN
Menua (aging=menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
Banyak kasus saat ini yang menelantarkan jompo / orang yang sudah tua sehingga
mereka mengalami banyak tekanan dalam menghadapi tahap akhir dalam kehidupannya.
Dimana seharusnya mereka mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari anak
cucu serta keluarga mereka.
Namun, dengan adanya lembaga sosial kemasyarakatan, Panti Jompo, para lanjut usia
di rawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya tidak terlantar, bagi yang
tidak punya sanak saudara atau mereka ingin hidup tenang jauh dari keramaian.
Dari makalah ini, kami akan melakukan penelitian di Panti Werdha yang berada di
Kabupaten Tanah Datar yang berlokasi di Cubadak, Panti Jompo Kasih Sayang Ibu.
BAB
PENUTUP
Kesimpulan
“ O l d A g e : H a s b e e n commonly defined as beginning at the age of 60”. (Lansia
merupakan mereka yang berusia 60 ke atas).
Menurut UU Nomor 4 th 1965 : “Seseorang dinyatakan orang jompo atau lansia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 th, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri utnuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain.”
Menurut yayasan Gerontologi ABIYOSO Jawa Timur (1999), yang dimaksud dengan
Panti Werdha adalah wadah bagi para lanjut usia atau suatu perkumpulan yang berada disuatu
pedesaan atau kelurahan atau RT/RW yang anggotanya adalah para lanjut usia.
Setiap orang meliputi : kekuatan ego, tingkat keterampilan motorik, kesehatan
biologis individu, kognitif dan sensori persepsi. Lanjut usia mungkin mengalami penurunan
kemampuan, sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk berhubungan dengan
lingkungannya. Demikian juga jika menderita penyakit maka kemampuan akan terbatas.
(Person-Environment Fit Theory)
Masalah terbesar yang dihadapi oleh lansia yaitu dari karakter psikologi dan
spiritualnya. Sebagaimana lansia merupakan tahap / fase terakhir dalam kehidupan manusia,
maka disini terdapat dua kemungkinan :
1. Tenang dalam menghadapi keadaan ini, karena sadar bahwa dirinya telah dekat dengan pintu
sorga / kematian serta telah dekat dengan tuhannya.
2. Cemas dengan dunia yang akan ditinggalkannya, karena ingat anak istri serta semua harta
benda yang akan ditinggalkannya. Dan juga takut terhadap apa yang akan dihadapinya di
akhirat kelak.
Para lanjut usia di rawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya
tidak terlantar, bagi yang tidak punya sanak saudara atau mereka ingin hidup tenang jauh dari
keramaian.
Beberapa produk hukum telah dikembangkan, dan yang terbaru adalah Undang-
Undang Republik Indonesia no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Adanya panti
jompo ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam rangka / upaya mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri dan mewujudkan derajat kesehatannya secara optimal.
Pelayanan bagi geronto ini bersifat berkelanjutan, bukan episodik dan bertanggung
jawab penuh terhadap status kesehatan lansia. Adapun struktur Organisasi Panti Geronto :
1. Kepala yayasan
2. Ketua tim pengelola
3. Bendahara
4. Sekretaris
5. Pembimbing / konselor
6. Pengasuh / pengurus sehari-hari.
7. Geronto / jompo
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206284-pengertian-panti-werdha/
#ixzz26dWrwozd/diunduh tanggal 16 september 2012, jam 19:05 WIB
BAB
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gerontologi, Geronto dan Panti Geronto
1. Gerontologi
Merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang cukup populer. Ilmu
ini membahas mengenai masalah lanjut usia (yang sering disingkat menjadi lansia).
Menurut Kamus “Dorland”, Gerontologi = Gerontology yang terdiri dari kata : geronto
dan logy. Geronto atau gero dari bahasa Yunani : Geras (umur tua) ; Geron, gerontos (orang tua)
jadi merupakan bentuk gabungan yang menunjukkan hubungan dengan umur tua atau orang
tua. Logy dari bahasa Yunani : Logos (perkataan, alasan) merupakan akhiran kata
yang be ra r t i i lmu a t au s t ud i t en t ang a t au u r a i an t en t ang sua tu subyek
yang didepannya.
J ad i Ge ron to log i ada l ah i lmu t en t ang p rob l ema umur t ua da l am
semua s eg i klinik, biologik, historik dan sosiologik.
Menurut PERGERI : Ge ron to log i ada l ah penge t ahuan yang mencakup
s ega l a b idang pe r soa l an mengenai orang berusia lanjut yang didasarkan pada
hasil-hasil penyelidikan ilmu antropologi, antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial,
gerontologi medik, psikologi dan ekonomi.
Menurut WHO : “Gerontology : Comprenhensive study of aging and problems of the
aged”, (Ilmu yang mempe la j a r i p ro se s menua dan masa l ahnya ) .
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan semua aspek biologi,
sosiologi, dan sejarah, yang terkait dengan penuaan, termasuk penelitian ilmiah, proses
menua, pengetahuan klinis pada manusia dewasa, perspektif bidang humaniora, dan
penerapan ilmu ini untuk pelayanan para usia lanjut tersebut.
Gerontologi (Geros : lanjut usia & logos : ilmu), merupakan ilmu yang mempelajari
secara khusus mengenai faktor-faktor menyangkut lansia (Nugroho, 2002)
2. Geronto / Werdha / Jompo
“ O l d A g e : H a s b e e n commonly defined as beginning at the age of 60”. (Lansia
merupakan mereka yang berusia 60 ke atas).
Menua (aging=menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
Dilihat dari fase perkembangannya, yang dimaksud dengan geronto /
Lansia / Fase terakhir (usia lanjut) : merupakan waktu untuk menghentikan mencapai cita-
cita tujuan hidup.
Menurut UU Nomor 4 th 1965 : “Seseorang dinyatakan orang jompo atau lansia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 th, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri utnuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain.”
3. Panti Werdha / Jompo / Geronto
Istilah Panti Werdha berasal dari kata Panti dan Werdha , Panti berarti tempat,
sedangkan Werdha berarti tua. Jadi Panti Werdha adalah tempat tinggal bagi orang yang
sudah tua.
Menurut yayasan Gerontologi ABIYOSO Jawa Timur (1999), yang dimaksud dengan
Panti Werdha adalah wadah bagi para lanjut usia atau suatu perkumpulan yang berada disuatu
pedesaan atau kelurahan atau RT/RW yang anggotanya adalah para lanjut usia.
B. Karakteristik Geronto
Setiap orang meliputi : kekuatan ego, tingkat keterampilan motorik, kesehatan
biologis individu, kognitif dan sensori persepsi. Lanjut usia mungkin mengalami penurunan
kemampuan, sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk berhubungan dengan
lingkungannya. Demikian juga jika menderita penyakit maka kemampuan akan terbatas.
(Person-Environment Fit Theory)
Selain itu, berdasar Disengagement Theory, teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (Triple Loss), yaitu :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan Kontak Sosial (Restraction of Contacts and Relationships)
3. Berkurangnya Komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and Values)
Adapun mengenai jompo / lansia itu sendiri, sebagaimana penjelasan berikut ini
(batasan usianya) :
a. Menurut WHO :
1. Middle age (45-59 th)
2. Elderly (60-70 th)
3. Old / lansia (75-90 th)
4. Very Old / sangat tua (>90 th)
b. Menurut Dra. Ny. Jos Madani (Psikologi UI)
Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu :
Pertama : fase Inventus (25-40 th)
Kedua : fase Verilitas (40-50 th)
Ketiga : fase Prasenium (55-65 th)
Keempat : fase Senium (>65 th)
c. Menurut Birren dan Jenner (1997)
1. Usia Biologis, menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup atau mati
2. Usia Psikologis, menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-
penyesuaian kepeda situasi yang dihadapinya
3. Usia Sosial, menunjuk kepada peran-peran diharapkan atau diberikan masyarakat kepada
seseorang berhubungan dengan usianya
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan kondisi fisik
2. Penurunan fungsi dan potensi seksual
3. Perubahan aspek psikososial
4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
6. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Ini sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :
1. Gangguan jantung
2. Gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus
3. Vaginitis
4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang
6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer, serta
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya
3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
4. Pasangan hidup telah meninggal
5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dsb.
Mitos-mitos lansia dan kenyataannya (Shelera Saul, 1994)
1. Kedamaian dan ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya,
badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewatinya.
Kenyataan : Masih sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit :
Depresi
Kekhawatiran
Paranoid
Masalah Psikotik
2. Konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lansia pada umumnya :
Konservatif
Tidak kreatif
Menolak inovasi
Berorientasi ke masa silam
Merindukan masa lalu
Kembali ke masa anak-anak
Susah berubah
Keras kepala dan cerewet
Kenyataan : Tidak semua lansia bersikap demikian
3. Berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai berbagai penderitaan akibat
bermacam penyakit yang menyertai proses menua.
Kenyataan : Memang proses menua disertai menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme
sehingga rawan penyakit, tetapi pada saat ini sudah bisa diobati
4. Senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun, disebabkan oleh kerusakan bagian otak tertentu.
Kenyataan : Tidak semua lansia dalam proses ketuaannya diikuti dengan kerusakan bagian
otak
5. Aseksualitas
Pandangan bahwa lansia, hubungan seks, minat maupun dorongan menurun.
Kenyataan : Kehidupan seks pada lansia biasa saja (normal). Memang frekuensi menurun,
sejalan dengan meningkatnya usia.
6. Ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia yang tidak produktif.
Kenyataan : Masih banyak lansia yang mencapai kematangan dan produktivitas mental
maupun material saat lansia.
Masalah terbesar yang dihadapi oleh lansia yaitu dari karakter psikologi dan
spiritualnya. Sebagaimana lansia merupakan tahap / fase terakhir dalam kehidupan manusia,
maka disini terdapat dua kemungkinan :
1. Tenang dalam menghadapi keadaan ini, karena sadar bahwa dirinya telah dekat dengan pintu
sorga / kematian serta telah dekat dengan tuhannya.
2. Cemas dengan dunia yang akan ditinggalkannya, karena ingat anak istri serta semua harta
benda yang akan ditinggalkannya. Dan juga takut terhadap apa yang akan dihadapinya di
akhirat kelak.
C. Pandangan Mengenai Panti Jompo
Para lanjut usia di rawat dan diberi fasilitas serta pelayanan yang memadai supaya
tidak terlantar, bagi yang tidak punya sanak saudara atau mereka ingin hidup tenang jauh dari
keramaian. Namun seperti yang dikemukakan Hurlock, ada beberapa lanjut usia yang tidak
mau tinggal di Panti Werdha, karena ada anggapan bahwa seolah-olah mereka kehilangan
kebebasan dan kemandirian. Sebagian lagi, mereka tidak suka dikelilingi oleh orang-orang
yang secara terus–menerus yang mengingatkan mereka bahwa usia mereka semakin tua. Oleh
karena itu mereka harus mengatasi dua masalah sekaligus yaitu masalah kesepian dan
ketergantungan.
Disamping itu masuk Panti Werdha berarti kehilangan kebebasan, warga Panti harus
mengikuti peraturan yang bersifat monoton sehingga sering menimbulkan kebosanan.
Ada dua pendapat tentang Panti Werdha sebagai tempat tinggal orang lanjut usia.
Pendapat pertama dikemukakan oleh Sunarto, beliau menunjukkan bahwa walaupun keadaan
ekonomi susah, banyak diantara orang lanjut usia menolak bila disarankan masuk Panti
Werdha. Hal ini disebabkan karena anak menganggap orang tuanya membawa berkah dan
ketenangan bagi keluarga selain itu juga karena malu dengan anggapan tidak dapat merawat
orang tuanya sendiri.
Pendapat kedua dari hasil observasi dan wawancara terhadap penghuni Panti Werdha
di Jakarta, diperoleh data bahwa pengguni Panti senang berada di Panti karena mereka tidak
mau merepotkan familinya. Bagi para lanjut usia tinggal di Panti berarti menemukan teman-
teman baru yang senasib dapat berkumpul dan berdiskusi serta melakukan kegiatan baru yang
bebas dari resiko campur tangan anak cucu.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206284-pengertian-panti-werdha/
#ixzz26dWrwozd/diunduh tanggal 16 september 2012, jam 19:05 WIB)
D. Dasar hukum panti jompo
Hukum dan etika, psikologis dan perilaku, kesehatan, pembinaan,
perawatan, pelayanan serta jaringan kerjasama tingkat lokal, nasional, regional
bahkan g loba l . Da r i a l a san -a l a san yang sudah d i s ebu tkan d i a t a s ,
bukankah sudah saatnya kita lebih memperhatikan topik kesehatan lansia
terutama di negara-negara berkembang.
Beberapa produk hukum telah dikembangkan, dan yang terbaru adalah Undang-
Undang Republik Indonesia no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Produk
hukum tersebut dapat dijadikan pedoman guna memperbaiki kinerja para
pelaksana sehingga diperoleh kegiatan yang lebih terarah, terpadu, efektif dan
e f i s i en dengan t u juan akh i rnya , ya i t u membua t l an s i a dan ke lua rgany a
sejahtera.
E. Tujuan Panti Jompo
Adanya panti jompo ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam
rangka / upaya mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri dan mewujudkan derajat
kesehatannya secara optimal.
Ini sejalan dengan sebagaimana fungsi dari panti jompo itu sendiri, yaitu untuk
merawat masyarakat yang telah lansia serta mengatasi semua permasalahan yang dihadapi
oleh lansia.
Dari makalah ini, kami akan melakukan penelitian di Panti Werdha yang berada di
Kabupaten Tanah Datar yang berlokasi di Cubadak, Panti Jompo Kasih Sayang Ibu.
F. Pelayanan Bagi Geronto
Pelayanan bagi geronto ini bersifat berkelanjutan, bukan episodik dan bertanggung
jawab penuh terhadap status kesehatan lansia. Antaranya yaitu :
1. Kebutuhan sehari-hari
Mencakup kebutuhan akan makan, pakaian atau semua perlengkapan yang diperlukan
sehariannya
2. Kesehatan
Ini melingkupi pemberian gizi yang cukup.
3. Olahraga
Ada olahraga lansia
4. Konseling
5. Spiritual / bimbingan mental dan keagamaan.
Dll
Adapun penekanan dari pelayanan ini, yaitu :
1. Asah
Maksudnya disini yaitu pemberian penyuluhan.
2. Asih
Yaitu pemberian kasih sayang, kehangatan dan motivasi / dorongan.
3. Asuh
Yaitu saling merawat dan mengasuh.
G. Struktur Organisasi Panti Geronto
1. Kepala yayasan
2. Ketua tim pengelola
3. Bendahara
4. Sekretaris
5. Pembimbing / konselor
6. Pengasuh / pengurus sehari-hari.
7. Geronto / jompo