PANKREATITIS.marhaeni 09
-
Upload
hannyadelaide -
Category
Documents
-
view
113 -
download
8
Transcript of PANKREATITIS.marhaeni 09
PANKREATITIS
Teori autodigesti yang kemungkinan berperan dalam pancreatitis.
A. Pancreatitis akut
Definisi
Suatu penyakit peradangan/inflamasi diikuti dengan kaskade imunologis komplek. Saat
ini diketahui bahwa aktivasi dini (prematur) enzim-enzim pencernaan di dalam sel asinar pankreas
inisiasi kritis autodigesti pankreas.
Progresi penyakit dalam 3 fase :
1. Inflamasi lokal pankreas
2. Respons inflamasi umum
3. Disfungsi organ
Etiologi
Penyakit batu empedu (45 %) dan alcohol (35 %).
1. Obstruksi
a. Obstruksi ekstraduktal
Karsinoma pankreas (1,2-3 %) : dilaporkan metastasis yang berasal dari paru-paru dan
payudara
Ascariasis : cacing yang bermigrasi keluar masuk sistem saluran bilier dan
pankreas
Periampullary duodenal diverticulum dapat menyumbat orificium pankreas
Anomali duktus (pankreas divisum dengan obstruksi duktus asesorius) 5-7 % populasi,
masih kontroversi
Hipertensi sfingter Oddi : tekanan basal sfingter, baik sementara atau menetap >
40 mmHg
b. Obstruksi intraduktal
Choledocholithiasis
Choledochocele
2. Toksin dan obat-obatan
Alcohol : menyebabkan pancreatitis akut, serangan episodic berulang, akhirnya
pancreatitis kronik. Konsumsi rata-rata 80 gram alcohol selama 5 – 5 tahun sebelum
terjadinya serangan yang pertama. Mekanismenya :
1. Relaksasi sfingter Oddi refluks isi duodenum ke dalam duktus pankreatikus
spasme sfingter Oddi
2. Meningkatnya permeabilitas duktus pankreatikus + pelepasan mendadak sejumlah
enzim yang teraktivasi
3. Alcohol meningkatkan sintesis enzim-enzim digestif dan lisosom oleh sel asinar
pankreas
4. Stimulasi berlebihan kolesistokinin meningkatkan kadar protein cairan/secret
pankreas (pancreatic juices) menyumbat saluran-saluran kecil.
5. Etanol (salah satu metabolitnya) secara langsung melukai sel-sel asinar (hipotesis
metabolit toksik)
Bisa kalajengking, metil alcohol, racun insektisida organofosfat
Obat-obatan : mekanisme terjadinya pancreatitis akibat obat tidak diketahui.
- Obat-obat tertentu seperti 6-merkaptopurin, aminosalisilat, sulfonamide
pancreatitis karena reaksi alergi (hipersensitivitas)
- ACEI angioedema kelenjar pankreas pancreatitis
- Ditentukan oleh lamanya obat dicerna
- Bila awitan terjadinya nyeri dalam beberapa minggu reaksi alergi secara
imunologis akibat obat yang terjadi
- Bila awitan pancreatitis setelah beberapa bulan mengkonsumsi obat mekanisme
terjadi akibat akumulasi metabolit toksik (asam valproat, pentamidin, didanosin)
3. Trauma
a. Secara kebetulan
Trauma tumpul/tajam abdomen rupture sistem saluran/duktus rembesan cairan
pankreas
b. Iatrogenic
ERCP (1-10 %)
Sfingterotomi endoskopis (1-2 %)
Manometri sfingter Oddi (24 %)
4. Metabolic
a. Hipertrigliseridemia
Kadar trigliserida > 1000 mg/dl dapat mencetuskan episode pancreatitis akut.
Pancreatitis hipertrigliseridemia dapat dialami pada keadaan :
DM yang tidak terkontrol
Pasien alkoholik
Hipertrigliseridemia sekunder akibat obat-obatan atau diet
Pasien hiperlipidemia familial dengan pancreatitis akut
Ketoasidosis diabetic dengan kadar trigliserida serum yang snagat tinggi endapan
di dalam pembuluh darah pankreas iskemia dan nekrosis.
Lipase pankreas memecah trigliserida asam lemak bebas, pada kadar tinggi
pancreatitis karena efek toksiknya secara langsung.
b. Hiperkalsemia
5. Infeksi
a. Parasit : ascariasis, clonorchiasis
b. Virus : parotis (mumps), rubella; hepatitis A, B, Non-A, Non-B; virus Coxsackie B, Virus
echo, adenovirus, CMV, varicella, virus Epstein-Barr, HIV
HIV : meningkatnya frekuensi terjadinya pancreatitis diakibatkan obat antivirus
(didanosin, pentamidin), infeksi oportunistik dan akibat toksik langsung virus HIV
terhadap sel asinar pankreas serta idiopatik
c. Bakteri : mikoplasma, campylobacter jejuni, mikobakterium tuberculosis, dsb
6. Faktor keturunan
7. Abnormalitas vascular
a. Iskemia
b. Vaskulitis
8. Lain-lain
a. Ulkus peptic penetrative
b. dsb.
Pathogenesis
Melibatkan kaskade imunologis yang kompleks. Suatu keadaan kritis mencetuskan
inisiasi aktivasi tripsinogen di dalam pankreas aktivasi zimogen pankreas autodigesti
inflamasi pankreas aktivasi leukosit sistemik yang dimediasi sitokin.
Satu atau lebih dari mekanisme protektif pankreas terganggu kaskade enzim digestif dan
autodigesti terjadi di dalam sel asinar (intra asinar) atau di dalam saluran (duktus) dimana
transport enzim terputus.
Pada bentuk yang sangat berat dapat menimbulkan gagal organ dan disfungsi multiorgan.
Pada pancreatitis nekrotik akut, pelepasan sitokin inflamasi SIRS (Systemic Inflammatory
Respons Syndrome) dan akhirnya terjadi disfungsi multiorgan (MOD-muli-organ dysfunction).
Patofisiologi
Dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase intra-asinar
2. Fase inflamasi lokal
3. Fase inflamasi sistemik
4. Pada beberapa pasien, terjadi fase 4 berkembangnya komplikasi ekstra pankreas atau
infeksi.
Komplikasi lokal infeksi pada pankreas yang nekrosis, pembentukan pseudokista.
Komplikasi sistemik sepsis, acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Kunci patofisiologi pancreatitis akut adalah aktivasi dini/premature enzim-enzim digestif
pankreas. Mekanismenya sebagian besar tidak diketahui.
1. Teori Ko-lokalisasi
Pemisahan menghilang ko-lokalisasi antara zimogen dan hidrolase aktivasi enzim
intra-asinar. Hidrolase lisosom, cathepsin B berperan penting dalam aktivasi dini tripsinogen.
Jika asinus pankreas dipaparkan pada dosis stimulasi supra-maksimal cerulein, aktivasi
tripsinogen dicegah oleh inhibitor hidrolase lisosom cathepsin B. redistribusi cathepsin B
lisosom ke dalam kompartemen subselular yang berisi zimogen mencetuskan aktivasi
tripsinogen.
Inhibitor cathepsin B dapat mencegah aktivasi tripsinogen dan mengurangi beratnya
pancreatitis. Cathepsin B dianggap mempunyai peran penitng dalam aktivasi tripsinogen intra
pankreas dan inhibitor cathepsin B dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi derajat
beratnya pankreas.
2. Teori Auto Aktivasi Tripsinogen
Dengan adanya sumbatan/bendungan (blockade) sekresi bersamaan dengan
meningkatknya sensitivitas aktivasi tripsinogen proses tidak terkendali auto digesti
kelenjar.
Mekanisme defensive :
a. SPINK1 (mekanisme defensive, serine protease inhibitor of Kazal 1) memblok sisi aktif
menghambat tripsin. Karena ketersediannya terbatas (rasio terhadap tripsin 1 : 5)
SPINK1 hanya mampu menghambat 20 % dari keseluruhan potensi aktivitas tripsin.
b. Untuk mengendalikan aktivitasnya sendiri, tripsin menghidrolisis rantai yang terhubung
dengan 2 domain globular dari molekul tripsin pada posisi R122H. Mutasi gen yang
mengkode domain R122H tripsin menjadi resisten terhadap inaktivasi.
Akibat aktivasi enzim intra pankreas autodigesti respons inflamasi yang massif
mediator inflamasi, sitokin dan kemokin.
Gambaran klinis
Bervariasi mulai dari yang ringan, self limiting disease (80 %), sampai dengan yang berat
disertai komplikasi lokal dan sistemik (20 %), menyebabkan kematian (10 %) dalam beberapa har
atau minggu.
1. Anamnesis : batu empedu, asupan alcohol, merokok, hipertrigliseridemia, hiperkalsemia,
infeksi (mumps, ascariasis, CMV, coxsackie B4, Cryptococcus, Mycobacterium avium complex),
toksin (bisa kalajengking), trauma, riwayat operasi/pembedahan, obat-obatan, riwayat keluarga
dan infeksi HIV.
2. Nyeri
a. Lokasi biasanya di seluruh abdomen atas, terbatas di epigastrium atau hipokondrium kiri
(jarang)
b. Nyeri bisa menjalar ke belakang kedua tepi tulang belakang
c. Nyeri bersifat menetap, terasa berat, beberapa jam sampai hari
d. Nyeri meningkat bila bergerak atau asupan makanan atau cairan
3. Muntah
a. Pasien dengan pancreatitis akut berat
b. Berkaitan dengan nyeri yang hebat/berat atau akibat kompresi duodenum oleh
pengumpulan cairan beberapa hari kemudian
c. Biasanya mengandung cairan empedu
d. Dehidrasi menurunkan diuresis
4. Distensi abdomen bagian atas
a. Dicurigai adanya obstruksi intestinal
b. Pancreatitis akut berat
5. Demam
a. Biasanya tidak ada pada awal penyakit
6. Ikterik
a. Pancreatitis akibat batu saluran empedu atau akibat efek tekanan pada saluran empedu
bagian intra pankreas karena edema kaput pankreas
7. Meningkatnya frekuensi nadi, nafas, menurunnya tekanan darah (kadang)
8. Distensi dan nyeri tekan abdomen ringan
9. Bising usus berkurang atau menghilang karena paralisis akibat peritonitis kimiawi
10. Benjolan intra adomen kadang-kadang teraba karena adanya pengumpulan cairan di sekitar
pankreas, kolon, atau ginjal
11. Asites pankreatik (tinggi protein, tinggi jumlah sel, tinggi amilase) dapat terjadi akibat rembesan
intraperitoneal dari cairan pankreas karena rupture saluran/duktus pankreas atau dari
pseudokista
12. Ekimosis pada 1 atau kedua pinggang akibat pemecahan hemoglobin (tanda Grey Turner) atau
warna kebiruan sekitar umbilicus (tanda Cullen) sekunder hemoperitoneum pankratitis
nekrotik berat prognosis buruk
13. Hipertrigliseridemia xanthoma
14. Nodul-nodul eritema kulit pada dinding abdomen, bokong, kulit kepala atau sendi-sendi
15. Efusi pleura
16. Disorientasi, somnolen, koma akibat efek toksik enzim pankreas atau hipoksemia dan atau
hipotensi
Pemeriksaan laboratorium
Respons inflamasi sistemik leukositosis. Berkurangnya sekresi insulin dan meningkatnya
kadar glucagon hiperglikemia ringan. Kadar serum AST/SGOT dan ALT/SGPT meningkat ringan
pada pancreatitis alkoholik. ALT > 150 IU/L positive predictive value 95 % diagnosis acute
gallstone pancreatitis
1. Lipase serum
a. Kadar lipase serum meningkat dini pada pancreatitis dan tetap bertahan meningkat sampai
beberapa hari
2. Amylase serum
a. Kadarnya meningkat selama pancreatitis akut karena merembes dari pankreas yang
inflamasi ke dalam aliran darah dank arena berkurangnya sekresi renal.
b. Kadar amylase > 3x batas atas normal spesifitas yang tinggi untuk pancreatitis
Pemeriksaan radiologi
1. Foto Abdomen
a. Intestinal loops dilatasi karena adanya ileus
b. Sentinel loop usus proksimal dilatasi karena spasme usus bagian distal yang melalui
pankreas yang inflamasi
c. Colon-cut-off, kolon mid-transversum dilatasi fokal karena ekstensi/meluasnya
inflamasi peripankreas dan spasme usus di daerah fleksura lienalis
d. Edema dan inflamasi kaput pankreas melebarnya C-loop (duodenum descenden) yang
menggambarkan batas medial pankreas
e. Kalsifikasi kandung empedu gallstone pancreatitis
2. USG abdomen
a. Pankreas yang inflamasi tampak hipoekoik dan membesar karena edema parenkim
3. CT abdomen
a. Bermanfaat dalam menentukan derajat berat dan komplikasi pancreatitis
b. Inflamasi pankreas pankreatomegali, tepi pankreas yang rata, parenkim tidak homogeny,
cairan peripankreas atau inflamasi peripankreas yang tervisualisasi sebagai garis-garis
peripankreas atau dirty fat
4. Pemeriksaan imaging non-standar
a. MRI untuk karakterisasi pengumpulan cairan pankreas
Diagnosis banding
1. Kolesistitis akut
2. Kolangitis ascending
3. Perforasi ulkus peptic
4. Obstruksi intestinal
5. Ketoasidosis diabetic, dsb
Identifikasi pasien resiko tinggi
1. Sistem skor klinis :
a. Sistem skor Ranson
b. Skor Glasgow
2. CT scan dengan kontras
a. Skor Balthazar
3. Petanda serum, meliputi CRP, IL-6, dan TAP (Tripsinogen Activation Peptide)
a. Kadar CRP > 120 mg/l mendeteksi 95 % kasus nekrosis pankreas
Penatalaksanaan
1. Rehidrasi IV secara agresif dengan 250-300 cc/jam cairan kristaloid untuk 48 jam pertama
a. Umumnya, pasien dengan pancreatitis akut sudah mengalami deplesi intravascular berat
karena cairan intravascular hilang ke dalam pankreas dan abdomen yang
meradang/inflamasi (hipovolemia)
b. Untuk pasien muda dan tidak memiliki penyakit jantung
c. Monitor :
Kateter foley monitor keluaran urin
Infuse vena sentral monitor tekanan vena sentral
2. Insulin
a. Harus diberikan secara hati-hati karena tidak stabilnya kadar glukosa darah
3. Analgetik
a. Meperidine, 50-100 mg tiap 3 jam regimen opiate pilihan karena tidak meningkatkan
tekanan sfingter.
b. Aman untuk diberikan selama beberapa hari tidak dalam jangka waktu lama dan dosis
yang tinggi karena dapat menimbulkan agitasi dan kejang
c. Dosisnya harus dimonitor dan dititrasi untuk menghilangkan nyeri tanpa somnolen atau
hipoventilasi
4. NGT (nasogastric tube)
a. Untuk mencegah stimulasi pankreas yang dapa terjadi akibat rangsangan distensi gaster
dan sekresi asam.
5. Kanul nasal
a. Mempertahankan oksigenasi pankreas dan mencegah nekrosis pankreas saturasi
oksigen dipertahankan 95 % dengan face mask
b. ARDS intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik menggunakan high positive end-
expiratory pressures
6. Awalnya dipuasakan untuk mengistirahatkan pankreas
7. Pasien pancreatitis ringan-sedang cukup diberikan hidrasi intravena tanpa nutrisi
parenteral
8. Diet
a. perlahan bertahap untuk meminimalisasi resiko nyeri postprandial dan pancreatitis
rekurens
b. awalnya diet bening cair makanan cair makanan lunak makanan biasa sesuai
toleransinya
9. antibiotic profilaksis
a. pada pancreatitis berat, tanpa infeksi spesifik kontradiktif
b. untuk mencegah infeksi pankreas
c. harus bersifat bakterisid imipenem, sefalosporin, generasi ketida, dan piperasilin.
B. Pankreatitis kronik
Definisi
Merupakan suatu penyakit inflamasi pankreas nyeri kronis dengan karakteristik
terjadinya fibrosis progresif destruksi irreversible dan permanen jaringan eksokrin dan
endokrin pankreas.
Karakteristik histologist peradangan/inflamasi terutama infiltrasi limfosit, nekrosis fokal,
fibrosis dan kalsifikasi intraduktal.
Klasifikasi
1. Pancreatitis kronis kalsifikasi
a. Episode klinis pancreatitis akut berulang berkembang menjadi batu intraduktal
steatorrhea dan DM pada sebagian besar pasien
2. Pancreatitis kronis obstruktif
a. Akibat sumbatan duktus pankreatikus mempengaruhi hanya organ bagian distal dari
obstruksi
b. Meskipun sering asimptomatik obstruksi parsial episode berulang pancreatitis akut
c. Sering dijumpai pada distal dari tumor pankreas dan pada striktur pasca inflamasi akibat
pancreatitis akut atau trauma
3. Pancreatitis kronis autoimun
a. Suatu penyakit fibroinflamasi sistemik
b. Infiltrasi limfoplasmasitik yang banyak mengandung sel-sel dengan IgG4 positif
c. Respons terhadap kortikosteroid
d. Umumnya terdapat ikterus obstruktif dan jarang sekali sebagai pancreatitis akut
e. Serologi meningkatnya kadar IgG4
Epidemiologi
Alcohol merupakan etiologi utama terjadinya pancreatitis kronis (di negara industry maju,
termasuk Jepang), prevalensinya terus meningkat dan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita.
Namun secara keseluruhan di dunia, pankreatitis idiopatik/tropical merupakan penyebab utama
pankreatitis kronis.
Etiologi
1. Alkoholik
Konsumsi/kecanduan alcohol kronis merupakan penyebab tersering di Negara maju.
Resiko terjadinya pankreatitis kronis berkaitan dengan lamanya dan banyaknya alcohol yang
dikonsumsi.
Meskipun sensitifitas individu bervariasi, studi menunjukkan paling sedikit selama 5
tahun konsumsi alcohol melebihi 150 gram/hari pankreatitis kronis.
2. Tropical
3. Metabolic
4. Autoimun
5. Obstruktif
6. Herediter
7. Idiopatik
Sedangkan klasifikasi yang paling luas diterima adalah menurut sistem TIGAR-O
menggolongkan faktor-faktor resiko berdasarkan mekanisme dan prevalensi, yaitu :
1. Toksik-metabolik
2. Idiopatik
3. Genetic
4. Autoimun
5. Recurrent and Severe Acute Pancreatitis
6. Obstruktif
Faktor resiko
1. Diet tinggi lemak dan protein
2. Defisiensi antioksidan dan mineral
3. Merokok
4. Predisposisi genetic
Patofisiologi/pateogenesis
Karakteristik penyakit meliputi inflamasi, atrofi kelenjar, perubahan duktus/saluran dan
fibrosis.
Orang dengan resiko terpapar toksin dan stress oksidatif pankreatitis akut paparan
berkelanjutan respons inflamasi fase dini dan lambat produksi sel-sel profibrotik deposisi
kolagen, fibrosis periasinar dan pankreatitis kronis.
1. Pankreatitis kronis idiopatik : mutasi genetic
2. Pankreatitis autoimun (5-6 %): inflamasi autoimun, infiltrasi limfositik, fibrosis dan disfungsi
pankreas.
Merupakan gangguan fibroinflamasi sistemik yang mengenai pankreas
Komponen inflamasi infiltrasi limfo-plasmasitik yang kaya dengan sel-sel IgG4
positif respons terhadap terapi steroid
Fibrosis intensif menyebabkan kerusakan struktural yang permanen/menetap dan
insufisiensi fungsional.
Kriteria diagnostic :
- Penyempitan main pancreatic duct difus atau segmental dengan irregularitas
dinding dan pembesaran pankreas difus atau fokal USG, CT-scan atau MRI
- Tingginya kadar serum c-globulin, IgG atau IgG4 atau adanya autoantibody seperti
ANA dan faktor rheumatoid
- Fibrosis interlobular dan menonjolnya infiltrasi limfosit dan sel-sel plasma di
dalam area periduktal, kadang disertai folikel limfoid dalam pankreas.
- Diagnosis kriteria 1 bersama kriteria 2 atau 3 terpenuhi
Terdapat 4 teori :
1. Teori toksik metabolic toksin seperti alcohol secara langsung merusak sel asinar
melalui perubahan metabolisme selular
2. Hipotesis stress oksidatif (aktivitas berlebihan hepatic mixed-function oxidases)
3. Teori obstruksi duktus dan batu
4. Hipotesis nekrosis fibrosis
Perjalanan penyakit pankreatitis kronis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yang
berbeda, yaitu :
1. Tingkat awal/dini serangan akut berulang, tanpa/hanya mengalami gangguan fungsi
pankreas ringan
2. Lebih lanjut terjadi komplikasi (pseudokista, kolestasis, hipertensi portal segmental)
dan peningkatan keluhan nyeri (serangan akut lebih sering, intensitas nyeri meningkat)
dan gangguan sedang
3. Stadium akhir berkurangnya frekuensi episode serangan dan berkurangnya
intensitas nyeri, gangguan fungsi pankreas yang lebih nyata (eksokrin dan/endokrin)
Diagnosis
1. Temuan klinis
a. Nyeri abdomen (gejala dominan pada awal penyakit). Nyeri sering terkait dengan
kambuhnya inflamasi akut. Bisa berkurang/tetap. Nyeri abdomen dapat terjadi oleh
banyak faktor meliputi inflamasi pankreas, obstruksi duktus pankreatikus, tekanan
jaringan pankreas yang tinggi, terkenanya saraf sensorik, neuropati, komplikasi (striktur
bilier, pseudokista, keganasan).
- Nyeri di daerah epigastrium, kram, menjalar ke belakang dan memburuk dengan
asupan makanan
Pankreatitis kronis herediter dan tropical usia lebih muda (decade pertama dan
kedua)
Pankreatitis kronik idiopatik separuh pasien tidak merasakan nyeri, usia lanjut
b. Steathorrea, berat badan turun atau malnutrisi, dan diabetes (gejala utama pada penyakit
sudah lanjut) akibat insufisiensi fungsi pankreas.
Berat badan turun karena pasien khawatir untuk makan karena nyeri yang
menyertainya, dan kemudian seiring dengan proses penyakit lebih lanjut, berat
badan turun akibat malabsorpsi.
Steatorrhea (menandakan adanya insufisiensi pankreas) tanyakan adanya
riwayat feses lengket atau berminyak sebagaimana adanya tetesan minyak yang
terpisah dari feses utama
c. Malabsorpsi kembung dan perubahan pola defekasi (gejala utama)
2. Riwayat keluarga
a. Pankreatitis herediter :
Penyakit dominan autosomal
3. Riwayat personal/sosial
a. Asupan alcohol : sekitar 150 – 175 gram konsumsi alcohol/hari selama paling sedikit 12-
18 tahun
b. Merokok mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, kapasitas penghambatan tripsin
serum dan kadar α1-antitripsin.
c. Cassava/singkong tingginya kandungan karbohidrat dan rendahnya protein
pankreatitis tropical. Singkong juga mengandung glikosida sianogenik (linimarin dan
lautastralin dirubah menjadi tiosinat di dalam lambung) selama proses ini, metionin
banyak dipakai defisiensi metionin mempengaruhi pankreas yang merupakan organ
dengan protein turnover yang sangat tinggi
4. Pemeriksaan fisik
a. Nyeri tekan abdomen ringan-sedang
b. Tanda-tanda malnutrisi penyakit lanjut
c. Ikterus adanya obstruksi bilier, akibat proses fibrotic di daerah kaput atau karena
keganasan kaput pankreas
d. Terabanya massa adanya pseudokista atau keganasan pankreas
e. Splenomegali adanya thrombosis vena lienalis
f. Hepatomegali koeksistensi dengan penyakit hati alkoholik
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan biokimiawi
Hiperglikemia
Hiperkalsemia (hiperparatiroidism)
Gangguan fungsi hati hiperbilirubinemia dan peningkatan fosfatase alkali
serum mengesankan adanya obstruksi bilier sekunder (karena proses jinak
atau keganasan)
b. Foto polos abdomen
Dapat menunjukan kalsifikasi pankreas
c. USG (sensitivitas 60-70 %)
Dilatasi duktus pankreatikus
Batu parenkim dan intraduktal
Atrofi kelenjar pankreas
d. CT-scan
Mengindentifikasi adanya komplikasi-komplikasi seperti striktur bilier,
pseudokista dan keganasan
Kalsifikasi pankreas (sensitivitas 75-90 %)
e. MRI
Menunjukkan perubahan duktus pada lebih dari 90 % kasus
f. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) sensitivitas (90 %) dan
spesifik (100 %)
paling baik untuk visualisasi perubahan duktus
g. EUS (Endoscopic Ultrasonography)
Permeriksaan detail parenkim pankreas dan duktus pankreatikus
6. Tes fungsi pankreas
a. Kimotripsin atau elastase feses
Tes skrining untuk steatorrhea
b. Tripisinogen serum
Kadarnya rendah pada pankreatitis kronis lanjut
c. Tes langsung
Untuk pengukuran fungsi eksokrin pankreas
Kombinasi CCK (kolesistokinin) dan sekretin informasi tentang sekresi asinar
maupun duktal
Mengukur volume, bikarbonat dan keluaran (output) enzim setelah pemberian
sekretin dan CCK intravena
d. Tes lain
7. Kriteria diagnostic
a. Pada pankreas rekurens, terdapat salah satu gambaran berikut ini :
Histology gambaran khas/tipikal pankreatitis kronis umum
Pankreatogram abnormalitas yang jelas (klasifikasi Cambridge II atau III)
Batu di dalam duktus pankreatikus (foto polos abdomen, CT scan, MRI atau EUS)
EUS menunjukkan > 5 kriteria
Fungsi pankreas menurun sangat nyata (steatorrhea)
Pendekatan diagnostic yang rasional untuk mendiagnosis memerlukan elabolarasi yang
sesuai terhadap riwayat penyakit, pemeriksaan laboratorium dan investigasi radiologis serta
endoskopi. Peranan tes/pemeriksaan genetic juga terus berkembang.
Diagnosis banding
Nyeri karena pankreatitis akut, meliputi :
1. Ulkus peptikum
2. Inflammatory bowel disease
3. Dismotilitas gaster
4. Irritable bowel syndrome
Penatalaksanaan
Tujuan :
1. Mengatasi nyeri, diabetes dan steatorrhea
Terapi medical
1. Supresi asam (prinsip pemberian obat supresi asam seperti H2-antagonis dan PPI)
- pH duodenum yang tinggi mengurangi rangsangan sekresi pankreas.
2. Suplementasi enzim pankreas
- Enzim pankreas oral tripsin mendenaturasi CCK-releasing peptide menurunkan
pelepasan CCK
- Bermanfaat pada penyakit duktus yang kecil pada saat nyeri menonjol
- Dua preparat enzim, yaitu :
a. Enteric coated diperlukan supresi asam bersamaan untuk mencegah
inaktivasi oleh jus gaster
b. Non-enteric coated
3. Okreotid (analog somatostatin)
- Menurunkan sekresi pankreas dan kadar plasma CCK
4. Antioksidan
- Diduga penurunan stress oksidatif memperbaiki nyeri
- Belum ada bukti kuat
5. Blok pleksus saraf
- Blok pleksus seliak atau blok splanchnic nerve dengan menggunakan panduan CT
atau EUS. Alcohol dan steroid disuntikan ke dalam pleksus
- Bersifat transien (skeitar 2-4 bulan)
6. Tatalaksana endoskopi
- Tujuan endoterapi menghilangkan obstruksi dan memperbaiki drainase pankreas
- Dilakukan pada pasien-pasien yang dominan dengan striktur atau batu yang
menyumbat/obstruksi kaput panrkeas
- Dilakukan dengan pancreatic sphincterotomy dengan atau tanpa pemasangan sten
pankreas
7. Tatalaksana bedah
- Dipertimbangkan apabila : nyeri tetap tidak hilang, tidak respon terhadap terapi
medical, atau bila timbul komplikasi-komplikasi pankreatitis kronis (pseudokista,
striuktur bilier atau fistula pankreas)
- Pilihan :
a. dekompresi saluran atau prosedur drainase
drainase pankreas dilakukan bila ukuran duktus pankreatikus > 7 mm
pankreatikoyeyunostomi lateral atau modifikasi Puestow prosedur
pembedahan yang paling sering
b. reseksi pankreas
jika main pancreatic duct tidak dilatasi
8. Tatalaksana steatorrhea
- Suplementasi 30.000 unit lipase setiap mau makan mengurangi steatorrhea
9. Tatalaksana diabetes mellitus
- Kontrol gula darah dengan obat hipoglikemik oral atau insulin
Referensi :
Gastroenterology, interna publishing