Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

download Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

of 4

Transcript of Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

  • 8/10/2019 Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

    1/4

    Raden Panji dan Dewi Sekartaji

    Posted on14 Agustus 2012byPusaka Jawatimuran

    Walaupun pertempuran dengan Prabu Klanasewandana dengan pasukan Hindu sudah

    berakhir dan telah dimenangkan oleh Kediri. Namun Sang Prabu masih merasa sedih dan

    cemas. Beliau berpikir bahwa selama Dewi Sekartaji belum bersuami pertempuran besar pasti

    akan terulang lagi. Hal itupun dirasakan oleh Sang Resi Dewi Kilisuci. Maka beliau

    kemudian menemui Sang Raja Jenggala, menyampaikan permasalahan yang dihadapi

    adindanya Sang Raja Kediri. Sang Resi menyarankan bahwa untuk menghindari

    permasalahan timbulnya peperangan lagi, maka Prabu Lembu Hamilihur harus memaksa

    Raden Panji untuk dinikahkan dengan tunangannya yang lama yaitu Dewi Sekartaji.

    Namun Prabu Lembu Hamiluhur tidak sanggup merasa Raden Panji sudah bukan miliknya

    sebab sudah diambil menantu oleh adindanya Raja Ngurawan. Di samping itu juga takut

    kalau sampai mengkhianatinya lagi seperti dahulu. Prabu Lembu Hamiluhur menyerahkan

    sepenuhnya kepada Sang Resi dalam hal membicarakannya, baik dengan yang bersangkutanyaitu Raden Panji, maupun dengan mertuanya. Oleh karena itu lalu (1) sang Resi segera

    pergi ke Ngurawan untuk membicarakan hal tersebut.

    Sesampainya di Ngurawan, ditemuinya Raja Ngurawan, sekalian dengan Raden Panji

    Kudarawisrengga beserta istrinya. Sang Resi segera menyampaikan maksud kedatangannya,

    seperti yang telah dibicarakannya dengan Raja Jenggala. Sang Raja Ngurawan menyerahkan

    permasalahan tersebut kepada sang menantu. Raden Panji pun bersedia asalkan istrinya

    mengizinkan, serta bersedia dimadu. Ternyata sang istri yaitu Dewi Surengrana mengizinkan.

    Oleh karena semua sudah bersedia dan sudah tidak ada permasalahan lagi, maka sang Prabu

    Ngurawan segera membuat surat untuk Raja Kediri yang isinya meminta Dewi Sekartaji

    untuk diambil menantu, dijodohkan dengan tunangan lamanya yaitu Raden PanjiKudarawisrengga.

    Setelah Surat selesai dibuat segera memanggil dua orang menteri yaitu Cungcung dan

    Calbung untuk menghaturkan surat tersebut kepada kakandanya Sang Raja Kediri. Begitu

    menerima dan membaca surat lamaran dari Ngurawan, Sang Prabu Kediri lalu minta

    persetujuan kepada putranya, Raden Gunungsari. Pada mulanya Raden Gunungsari tidak

    setuju sebab Raden Panji Kudarawisrengga sudah diambil menantu sendiri oleh sang Paman

    Raja Ngurawan, dijodohkan dengan putri sulungnya yang bernama Dewi Surengrana. Dengan

    begitu berarti kakandanya, yaitu Dewi Sekartaji akan dimadu dengan saudaranya sendiri.

    Oleh karena itu Raden Gunungsari merasa berkeberatan, sebab kasihan pada kakaknya. Akan

    tetapi Sang Prabu mempunyai pandangan lain menurut beliau memang sudah menjadikehendak Dewa, bahwa Dewi Sekartaji itu memang sudah ditentukan menjadi jodoh bagi

    Raden Panji Kudarawisrengga. Oleh karena itu, apapun yang terjadi, walaupun harus dimadu

    dengan seratus putri, hanya Sekartaji yang akan mampu melahirkan putra mahkota. Dengan

    alasan tersebut Sang Prabu Kediri akan mengabulkan permintaan adindanya Sang Prabu

    Ngurawan untuk memberikan Dewi Sekartaji menjadi istri Raden Panji.

    Sang Prabu kemudian memerintahkan kepada putranda Raden Gunungsari untuk membuat

    surat balasan, serta Raden Gunungsari pula yang diutus menyerahkannya ke Ngurawan.

    Raden Gunungsari pun sanggup dengan syarat Dewi Honengan (putri bungsu Jenggala) akan

    dimintanya menjadi istri. Hal itupun telah disanggupi oleh ayahandanya.

    http://jawatimuran.wordpress.com/2012/08/14/raden-panji-dewi-sekartaji/http://jawatimuran.wordpress.com/2012/08/14/raden-panji-dewi-sekartaji/http://jawatimuran.wordpress.com/author/jawatimuran/http://jawatimuran.wordpress.com/author/jawatimuran/http://jawatimuran.wordpress.com/2012/08/14/raden-panji-dewi-sekartaji/http://jawatimuran.wordpress.com/2012/08/14/raden-panji-dewi-sekartaji/
  • 8/10/2019 Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

    2/4

    Raden Gunungsari berangkat ke Ngurawan dengan diiringkan oleh lima orang abdinya

    yang sangat setia, yaitu: Ki Tisnapati, Wiranala, Singabureng, Tirtayuda, danSecareka. Sesampainya di Ngurawan, sang paman sangatlah senang menerima balasan surat

    dari Kediri, terutama atas terkabulnya permintaannya. Oleh karena itu Raden Gunungsari

    ditahan untuk beberapa hari tinggal di Ngurawan, tidak boleh segera kembali ke Kediri,

    melainkan nanti bersama-sama dengan pengiringan pengantin laki-laki. Untuk sementaraRaden Gunungsari beserta kelima abdinya diminta beristrirahat di kepatihan. Sedangkan

    Sang Prabu Ngurawan mengirimkan utusan ke Kediri lagi untuk meminta perintah kapan

    pengantin laki-laki harus diiringkan ke Kediri.

    Selama di Ngurawan, setiap sore Raden Gunungsari diajak berpesta bersama seluruh keluarga

    Ngurawan sambil menikmati indahnya tari-tarian. Adapun yang menari adalah para putri

    Ngurawan yang dipimpin oleh Dewi Kumudaningrat. Raden Gunungsari sangat terpesona

    pada kemolekan Dewi Kumudaningrat, sehingga segala geraknya senantiasa tidak lepas dari

    perhatiannya. Namun Dewi Kumudaningrat tampak tidak menaruh perhatian kepada Raden

    Gunungsari, melainkan perhatiannya sepenuhnya tercurah kepada Raden Panji Sastramiruda.

    Maka Raden Gunungsari merasa bertepuk sebelah tangan.

    (3) Pada suatu malam hasrat Raden Gunungsari pada Dewi Kumudaningrat sudah

    tidak dapat dibendung lagi. Sehingga dengan diam-diam dia keluar dari kepatihan

    ingin menemui Dewi Kumudaningrat di taman Keputrian. Namun malang baginya.

    Begitu Raden Gunungsari masuk ke kamar tidur Dewi Kumudaningrat, ternyata Raden Panji

    Sastramiruda sudah berada disana sedang bercumbu dengan sang putri.

    Sehingga mereka berdua lalu berkelahi, dan Raden Gunungsari terkena senjata terluka

    di paha.(9) Raden Gunungsari lalu melarikan diri kembali ke kepatihan. Di sana beliau

    berjumpa dengan kelima abdinya yang terheran-heran. Kemudian Raden Gunungsari

    menceritakan apa telah terjadi. Atas nasehat para abdinya, Raden Gunungsari lalu

    melarikan diri dari Ngurawan, sebab takut ketahuan oleh pamannya Sang Raja.

    Setelah tiga hari tiga malam mereka berjalan, sampailah di sebuah hutan belantara.

    (12) Di sana mereka sangatlah kelaparan. Tiba-tiba mereka melihat sebuah gubuk yang

    berada di tepi hutan.Maka singgahlah mereka di gubug tersebut. Namun oleh karena hari

    tengah malam, maka yang empunya rumah sudah tidur. Kemudian dibangunkan oleh para

    abdi, dan diberi tahu bahwa yang datang tersebut adalah Raden Gunungsari, putra raja Kediri.

    Sang empunya rumah segera bangun dan tergopoh-gopoh menghaturkan sembah. Raden

    Gunungsari berterus terang bahwa beliau beserta kelima abdinya sangat kelaparan. Maka

    yang empunya rumah yang bernama Pak Sogol segera menanak nasi untuk menjamu paratamunya. Setelah masak, nasi segera disuguhkan, hanya dengan sebutir telur asin (kamal)

    serta sambal tanpa terasi.

    Mula-mula jamuan disuguhkan kepada Raden Gunungsari. Beliau hanya makan sedikit.

    Selebihnya diberikan pada kelima abdinya, dan mereka makan dengan lahapnya, sehingga

    kesemuanya habis seketika. Sesudahnya Raden Gunungsari berniat akan segera melanjutkan

    perjalanan kembali ke Kediri. Sebelum berangkat beliau berkata pada Pak Sogol, bahwa

    tempat tersebut akan dinamakan Desa Kamal, dan Pak Sogol sendiri diganti nama menjadi Ki

    Sugata. Hal tersebut sebagai tanda peringatan bahwa beliau telah dijamu (disugata= Jawa)

    dengan lauk telur asin (telur kamal). Beliau berjanji bahwa nanti setelah beliau kembali ke

    istana, Raden Gunungsari akan membalas kebaikan Pak Sogol tersebut.

  • 8/10/2019 Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

    3/4

    Sesudah berkata demikian, Raden Gunungsari lalu mengajak kelima abdinya untuk

    melanjutkan perjalanan. Kemudian Singabureng mengingatkan bahwa Raden Gunungsari

    terluka karena tindakan yang memalukan. Sehingga kalau ayahandanya mengetahui pasti

    akan marah, apalagi jika nanti disusul dengan surat dari Ngurawan, yang menyatakan bahwa

    tuanku di Ngurawan berbuat yang tidak baik. Pasti ayahanda Raja akan menjadi semakin

    marah, karena merasa dipermalukan. Oleh karena itu maka Raden Gunungsari lalu bertanyakepada Singabureng mengenai bagaimana yang sebaiknya dilakukan.

    Singabureng berkata, bahwa daripada kembali ke Kediri, lebih baik bersembunyi dahulu di

    Gunung Wilis, sekalian mencari obat sambil mencari berita mengenai kepergian tuan,

    bagaimana sikap ayahanda tuanku Raja Ngurawan maupun Kediri. Hal itupun disetujui

    Raden Gunungsari, sehingga mereka lalu meneruskan perjalanan menuju Gunung Wilis.

    Sesampainyadi Gunung Wilis mereka berjumpa dengan sang pendeta yang bernama Wasi

    Curiganata. Raden Gunungsari bercerita dengan terus terang mengenai apa yang telah terjadi,

    maka kepada sang Resi, disamping mencari obat, juga ingin minta perlindungan.

    Begitu mendengar cerita dari Raden Gunungsari sang resi segera memeluknya sambi!berkata: Aduhai adikku, ketahuilah bahwa saya ini adalah kakakmu sendiri. Saya adalah

    Raden Nilaprabangsa putra Jenggala yang tertua. Raden Nilaprabangsa lalu mengisahkan

    awal mulanya sehingga beliau menyamar sebagai pendeta di Gunung Wilis tersebut, yaitu

    bahwa mula-mula dipanggil oleh uwanda resi lalu disuruh menyingkirkan istri Raden Panji

    Kudarawisrengga yang pertama yang bernama Dewi Hangreni. Setelah berhasil membunuh

    Dewi Hangreni dia disarankan untuk bersembunyi di Gunung Wilis dengan menyamar

    sebagai seorang pendeta dengan nama Wasi Curiganata, sehingga dapat berjumpa dengan

    raden Gunungsari di tempat tersebut.

    Raden Nilaprabangsa menyarankan, bahwa untuk sementara waktu Raden Gunungsari tinggal

    di Gunung Wilis dahulu menunggu sembuhnya luka. Sedangkan kembalinya ke Kediri besok

    bersama-sama dengan iring-iringan pengantin dari Ngurawan. Raden Gunungsari tidak

    membantah, sehingga selama beberapa hari tinggal di tempat tersebut bersama dengan kelima

    orang abdinya.

    Hari yang telah ditentukan untuk pengiringan pengantin pun telah tiba. Namun Sang Prabu

    Jenggala yaitu ayahanda sang pengantin laki-laki tidak berkenan hadir, melainkan hanya

    memberi doa restu. Oleh beliau, Raden Panji Kudarawisrengga diberi sebutan Raden Panji

    Klana Jayakusuma, juga disebut Raden Panji Hasmarabangun. Maksudnya Raden Panji

    telah dapat mengalahkan Prabu Klana, kemudian membangun parkawinan dengan

    tunangan lama.

    Setelah Raden Panji Kudarawisrengga dipertemukan dengan Dewi Sekartaji , untuk

    sementara waktu Sang Maharesi Rara Dewi Kilisuci tetap tinggal di Kediri, bertempat tinggal

    di padepokan Gua Selamangleng, yaitu di Desa Kandairen. Begitu juga Dewi Surengrana dan

    raden Panji Sastramiruda juga ikut tinggal di Kediri serta Raden Gunungsari jadi memperistri

    Dewi Honengan. Raden Gunungsari kemudian memberi hadiah kepada kelima orang abdinya

    yang telah dengan setia mendampinginya, masing-masing sebuah desa. Yaitu Desa

    Tisnapatenuntuk Ki Tisnapati Desa Wiranalanuntuk Ki Wiranala, Desa Burenganuntuk

    Ki Singabureng, Desa Tirtayudan untuk Ki Tirtayuda, serta Desa Secarekan untuk Ki

    Secareka.

  • 8/10/2019 Panji Asmoro Bangun Dan Dewi Sekartaji

    4/4

    (31) Tidak lama kemudian Raden Panji Kudarawisrengga dipanggil kembali ke

    Jenggala untuk diangkat menjadi raja menggantikan ayahandanya.

    Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi DepositBadan Perpustakaan dan

    Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Suyami,Tinjauan Historis dalam Babad Kadhiri. Jakarta:Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Jakarta, Direktorat Sejarah dan Nilai

    Tradisional, Dirjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. hlm. 148-

    153.