Panen Udang Busmetik STP Serang Banten...

14
www. in i l ah .com STP Panen Udang Teknologi Busmet ik di Serang INILAH.COM, Serang - Budidaya udang dengan menggunakan tambak tradisional itu hal biasa. Namun budidaya udang dengan menggunakan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) itu baru luar biasa. Dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan dan revitalisasi budidaya udang di Pantura yang sedang gencar dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang menyelenggarakan kegiatan panen udang dengan menggunakan teknologi Busmetik hasil praktek para taruna STP. Seperti terungkap dalam siaran pers Humas KKP, kegiatan ini dilaksanakan, Kamis (28/3) pagi, di Kampus BAPPL STP Serang, Jl. Samudera Raya, Karang Antu, Serang. BAPPL STP terletak kurang lebih 90 km dari Jakarta ke arah barat. Kampus ini memiliki tugas pokok dan fungsi mendukung visi dan misi STP yaitu mencetak lulusan yang kompeten dan inovatif di bidang kelautan dan perikanan. Wujud nyata yang telah dilakukan dalam mendukung visi misi tersebut adalah mengembangkan kampus menjadi kampus “Be Science” (Blue Ecomomy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept).Busmetik yang dikembangkan oleh kampus ini merupakan inovasi teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Selain menghasilkan produksi yang lebih banyak dan berkualitas dibanding dengan budidaya udang tradisional, Busmetik juga memiliki keunggulan dalam hal efisiensi biaya. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah dikarenakan udang merupakan komoditas unggulan KKP, rasio pembudidaya udang dengan kelompok pemodal menengah ke bawah masih tinggi (lebih dari 60%), kegagalan pembudidaya udang yang menggunakan petak konvensional (luasan petakan lebih dari 3000 m), perlunya pengelolaan yang efektif dan efisian untuk mengoptimalkan margin usaha, serta menurunnya kualitas lingkungan budidaya.

Transcript of Panen Udang Busmetik STP Serang Banten...

www. in i lah .com

STP Panen Udang Teknologi Busmet ik di Serang

INILAH.COM, Serang - Budidaya udang dengan menggunakan tambak tradisional itu hal biasa. Namun budidaya udang dengan menggunakan teknologi Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) itu baru luar biasa. Dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan dan revitalisasi budidaya udang di Pantura yang sedang gencar dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang menyelenggarakan kegiatan panen udang dengan menggunakan teknologi Busmetik hasil praktek para taruna STP. Seperti terungkap dalam siaran pers Humas KKP, kegiatan ini dilaksanakan, Kamis (28/3) pagi, di Kampus BAPPL STP Serang, Jl. Samudera Raya, Karang Antu, Serang. BAPPL STP terletak kurang lebih 90 km dari Jakarta ke arah barat. Kampus ini memiliki tugas pokok dan fungsi mendukung visi dan misi STP yaitu mencetak lulusan yang kompeten dan inovatif di bidang kelautan dan perikanan. Wujud nyata yang telah dilakukan dalam mendukung visi misi tersebut adalah mengembangkan kampus menjadi kampus “Be Science” (Blue Ecomomy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept).Busmetik yang dikembangkan oleh kampus ini merupakan inovasi teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Selain menghasilkan produksi yang lebih banyak dan berkualitas dibanding dengan budidaya udang tradisional, Busmetik juga memiliki keunggulan dalam hal efisiensi biaya. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah dikarenakan udang merupakan komoditas unggulan KKP, rasio pembudidaya udang dengan kelompok pemodal menengah ke bawah masih tinggi (lebih dari 60%), kegagalan pembudidaya udang yang menggunakan petak konvensional (luasan petakan lebih dari 3000 m), perlunya pengelolaan yang efektif dan efisian untuk mengoptimalkan margin usaha, serta menurunnya kualitas lingkungan budidaya.

Teknologi Busmetik telah diimplementasikan sebagai instrumen utama pembelajaran model teaching factory yang merupakan kebijakan lembaga pendidikan vokasi KKP. Lembaga pendidikan tersebut terdiri dari (STP) di Jakarta, Bogor, Serang, Akademi Perikanan (AP) Sidoarjo, AP Bitung, AP Sorong, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, SUPM Pariaman, SUPM Kota Agung, SUPM Tegal, SUPM Pontianak, SUPM Bone, SUPM Ambon, SUPM Kupang, dan SUPM Sorong. Model teaching factory tersebut memberikan para peserta didik porsi kegiatan praktek yang lebih banyak daripada teori, dengan perbandingan 70:30. Pendekatan pendidikan ini pada hakekatnya merupakan perpaduan antara “competency based training” dengan “production based training”.Dengan kata lain, pendekatan ini merupakan proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya dalam suatu alur produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan konsumen atau pasar. Teaching factory didukung dengan sarana dan prasaran yang memadai, setara dengan dunia usaha dan dunia industri sesungguhnya. Pendekatan ini terbukti menghasilkan lulusan yang mampu menjadi tenaga profesional di bidangnya atau sebagai wirausaha baru.Karena itu, pada penerapan teaching factory di kegiatan budidaya udang dengan menggunakan teknologi Busmetik ini, semua peserta didik dilibatkan dalam seluruh proses kegiatan budidaya. Proses tersebut dimulai dari persiapan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen sebagai layaknya unit produksi yang berkesinambungan. Sejalan dengan perkembangan waktu, kegiatan budidaya udang ini kini disinergikan dengan beberapa kegiatan lain sesuai dengan pendekatan blue economy, yaitu pemanfaatan limbah budidaya untuk pertumbuhan vegetasi mangrove dan bandeng, bunga mangrove untuk pengembangan lebah madu, daun mangrove untuk konsumsi binatang ruminansia seperti kambing, serta pemanfaatan lahan sekitar mangrove untuk budidaya kepiting. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi limbah yang terbuang tanpa dimanfaatkan (zero waste). Model ini diimpementasikan oleh BAPPL dan didiseminasikan kepada peserta didik sehingga nantinya tercipta lulusan yang berjiwa wirausaha yang berorientasi kepada produksi dan mempunyai kreativitas untuk menciptakan inovasi baru yang dapat meningkatkan efisiensi sumberdaya yang ada dan tentunya akan meningkatkan margin . Sebagai bagian dari tri darma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat, BAPPL juga mengambil peran aktif dalam hal tersebut. Wujud nyata yang sudah dilaksanakan berupa penyelenggarakaan pelatihan budidaya udang bagi penyuluh, tenaga pendidik, mahasiswa, dan masyarakat pembudidaya udang. Keberhasilan budidaya udang dengan teknologi BUSMETIK yang diintegrasikan dengan pendekatan Blue Economy telah mendorong Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) untuk mencangkan kampus BAPPL sebagai salah satu kampus “show window” budidaya udang dengan pendekatan Blue Economy.Melalui kegiatan panen udang ini, diharapkan dapat terciptanya SDM andal dan kompeten yang secara profesional dapat mengembangkan teknologi budidaya udang untuk kesuksesan wirausaha, baik bagi dirinya, maupun bagi masyarakat sekitar. Diharapkan pula kegiatan panen udang ini merupakan bentuk sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengenal cara budidaya dengan teknologi baru yang ramah lingkungan dengan biaya yang lebih murah dan hasil yang lebih banyak dan berkualitas. [adv]

Radar Banten www.radarbanten.com

STP Serang Kembangkan Teknologi Busmetik

SERANG - Sekolah Tinggi Pelayaran (STP) yang berada di Karangantu, Kota Serang mengembangkan kampus "Be Science" (Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept). Implementasi dari konsep ini adalah pengembangan budidaya udang menggunakan teknologi Busmetik (budidaya udang skala mini empang plastik). Teknologi ini merupakan teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah udang merupakan komoditas unggulan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP). Pada acara panen udang dengan teknologi Busmetik ini, Tb Haeru Rahayu selaku Kepala Badan Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP menjelaskan, pengembangan budidaya udang yang dikaitkan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) di kampus STP Serang merupakan momentum yang baik untuk mendukung program KKP berupa revitalisasi budidaya udang di Pantura. "Dengan teknologi ini kami yakin bahwa budidaya udang akan meningkat karena risiko bakteri yang menyerang udang dapat dihindari," papar Haeru Rahayu kepada radarbanten.com, Kamis (28/3) disela-sela panen udang. (WAHYUDIN)

Radar Banten www.radarbanten.com

Panen Udang Vaname

Mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang di Karangantu, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, sedang memanen udang vaname di kolam Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik), Kamis (28/3). Diharapkan udang dari STP ini mampu menembus pasar internasional.

www.koranbanten.com

STP Serang Panen Udang Hasil Teknologi Busmetik Serang| Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang, melakukan panen perdana produksi udang dengan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik). Panen perdana produksi udang dengan metode Busmetik tersebut secara simbolis dilakukan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Suseno Sukoyono bersama Kapusdik STP I Nyoman Suyasa,

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten Maysaroh Mawardi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang dan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Serang , Kamis (28/03/2013), di Kampus BAPPL STP Serang, Jl. Samudera Raya, Karang Antu, Serang. “Kami berharap nantinya pola ini bisa dikembangkan masyarakat dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada di Sekolah-sekolah Perikanan. Program ini bagian dari upaya revitaliasi budidaya udang di Pantai Utara Jawa untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya,” kata Suseno Sukoyono. Ia mengatakan, program revitalisasi budidaya udang di wilayah Pantura pada 2012 akan dimulai di dua provinsi yakni Jawa Barat dan Banten, dengan target pengembangan budidaya udang dengan metode Busmetik tersebut sekitar 20 ribu hektar tambak di delapan kabupaten/kota. “Sasaran utama dari program ini adalah masyarakat, sehingga dengan pola ini masyarakat bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan yang besar. Akhirnya kesejahteraan masyarakat meningkat,” kata Suseno. Sementara, Kapusdik STP I Nyoman Suyasa mengatakan, bahwa kampus STP Serang menerapkan pendidikan vokasi. “Tujuh puluh persen mahasiswa kita adalah pribumi anak nelayan. Mereka kami berikan program vokasi. Kita tidak menjalankan pendidikan akademik,” papar I Nyoman Suyasa. Secara moral, kata I Nyoman Suyasa, institusi pendidikan STP membekali siswa untuk mandiri menjadi interpreneurship yang profesional. “Selain itu, kami bersama mahasiswa terus mengembangkan teknologi yang dapat memudahkan dalam usaha budidaya tambak,” papar I Nyoman Suyasa.

“Budidaya tambak ini sebenarnya sudah dimulai oleh para tahanan Majapahit yang diwajibkan membuat kolam-kolam di pinggir pantai dan yang kini kita kenal sebagai tambak,” tambahnya. Kemudian, lanjutnya, pada tahun 1980-an hingga 1990-an, pemerintah mencanangkan program budidaya tambak. Namun program ini tidak dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Sehingga pemerintah berorientasi hanya pada berapa banyak hasil yang diperoleh. “Diharapkan, dengan program pendidikan vokasi para mahasiswa akan lebih bijak dan terampil memperlakukan alam sebagai mitra memperoleh penghidupan,” ujarnya. Hal senada dikatakan Kepala Badan Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang Tb Haeru Rahayu. Menurutnya, STP yang berada di Karangantu, Kota Serang mengembangkan kampus “Be Science” (Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept). “Implementasi dari konsep ini adalah pengembangan budidaya udang menggunakan teknologi Busmetik,” ujarnya. “Teknologi ini merupakan teknologi budidaya udang melalui suatu kajian ilmiah yang terukur. Latar belakang pengembangan teknologi ini adalah udang merupakan komoditas unggulan KKP,” tambahnya. Tb Haeru Rahayu juag menjelaskan, bahwa pengembangan budidaya udang yang dikaitkan dengan pendekatan ekonomi biru (blue economy) di kampus STP Serang merupakan momentum yang baik untuk mendukung program KKP berupa revitalisasi budidaya udang di Pantura. “Dengan teknologi ini kami yakin bahwa budidaya udang akan meningkat karena risiko bakteri yang menyerang udang dapat dihindari,” papar Haeru Rahayu. @SAR/RINI

www.banten.antaranews.com

KKP Kembangkan Udang "Busmetik" Di Tiga Provinsi Serang,(AntaraBanten) - Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP) akan mengembangkan

budidaya udang dengan mengadopsi teknologi budidaya udang skala mini empang plastik

(Busmetik) di tiga provinsi untuk mendukung revitalisasi budidaya udang dan industrialisasi

perikanan.

"Pada tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan 'Busmetik' yang ada di Banten

ini, untuk di tiga titik," kata Kepala Pusat Pendidikan Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) I Nyoman Suyasa saat menghadiri panen udang Paname dengan sistem teknologi

'Busmetik' di Sekolah Tinggi Perikanan (STP-BAPPL) Serang, Kamis (28/3).

Ia mengatakan, sebelum nantinya budidaya udang dengan teknologi tersebut dikembangkan

kepada masayarakat luas, pihaknya akan mencoba mengembangkan di tiga provinsi yakni di

Aceh, Sulawesi Selatan dan Lampung. Sebab, pola budidaya dengan pola tersebut cukup

menguntungkan bagi pembudidaya udang kelas menengah ke bawah.

"Kita disini sudah beberapa kali panen yang dilaksanakan secara rutin. Dengan demikian,

selama ini budidaya dengan 'Busmetik' ini bisa dikatakan berhasil dan siap dikembangkan

untuk masyarakat luas," kata Nyoman.

Menurut dia, jika dibandingkan dengan sistem budidaya yang konvensional dengan tambak

yang biasa, ada beberapa kelebihan budidaya ikan dengan teknologi 'Busmetik' yang

dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang

steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90 persen.

Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan Sekolah Tinggi Perikanan

Bagian Administrasi (BAPPL -STP) Serang, Haeru Rahayu mengatakan teknologi budidaya

udang dengan model budidaya udang skala mini empang plastik tersebut cukup efisien.

Luasan petak tambak sekitar 600 m2 sampai 700 m2 dengan kedalaman air sekitar 70

sampai 90 cm.

"Setiap satu petak tambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6

ton udang dengan umur budidaya sekitar 110 hari," kata Haeru.

Menurut dia, Busmetik dikembangkan dengan latar belakang yang cukup strategis,

diantaranya komunitas pembudidaya udang dengan modal kecil. Teknologi Busmetik

memiliki beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke

bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil

serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan.

Ia mengatakan, ditinjau dari hasil produksi yang dicapai, tambak busmetik dapat dijadikan

salah satu alternatif model yang dapat diimplementasikan dalam program revitalisasi udang

terutama untuk para pembudidaya dengan kemampuan modal kecil.

"Pengembangan budidaya udang dengan 'Busmetik' ini merupakan inovasi dan

implementasi dari konsep pengembangan kampus BAPPL-STP Serang menjadi kampus 'Be

Science atau 'Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept'," kata

Haeru Rahayu.

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Kementerian Kelautan

dan Perikanan Djodjo Suwardjo, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten Siti

Maesyaroh, Kepala DKP Kabupaten Serang Budi M serta sejumlah pejabat lainnya dari

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Usai melakukan panen udang, pihak Kementerian dan Kelautan melakukan 'teleconference'

dengan pembudidaya udang di Kabupaten Indramayu dan di Kabupaten Serang. ***4***

www.bantentoday.com

KKP lembangkan budidaya udang busmetik

Ke depan, pengembangan budidaya udang skala kecil ini akan dikembangkan di tiga titik lainnya yang ada di Indonesia. Seperti di Sekolah Usaha PeN), Ladong, Nanggoe Aceh Darussalam, SUPM N Kota Agung, Lampung, dan SUPM N Bone, Sulawesi Selatan. “Mulai tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan Busmetik yang ada di Banten, untuk di tiga titik,” kata I Nyoman saatBusmetik di BPPAL -STP Karangantu, Kota Serang, Kamis,(28/3). Menurut Nyoman, jika dibandingkan dengan sisitem budidaya udang yang menggunakan konvensional dengan tambak biasa, ada beberapa kelebihan budidaya iBusmetik yang dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90 persen. “Pola budidaya dengan pola tersebut cukup memenengah ke bawah. Diharapkan dengan pola Busmetik dapat mengembalikan kejayaan budidaya udang pada era 1980 Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan BAPPLRahayu mengatakan, teknologi budidaya udang dengan model budidaya udang skala mini empang plastik tersebut cukup efisien. Luasan petak tambak sekitar 600 meter persegi sampai 700 meter persegi dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 sentimeter. Setiap satu petaktambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6 ton udang dengan umur budidaya sekitar 110 hari “Kalau nebar 150 ribu ekor selama 110 hari yang tingkat keberhasilan hidup 90 persen, apabila dibandingkan pembudidaya biasa maksimal ting

lembangkan budidaya udang busmetik

Bantentoday - Budidaya udang menggunakan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik) bakal dikembangkan Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP). Metode Busmetik ini merupakan inovasi teknologi budidaya udang melalui satuan kajian ilmiah yang terukur. Kepala Pusat Pendidikan (Kapusdik) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) I Nyoman Suyasa mengatakan, saat ini pengembangan budidaya udang Busmetik baru dikembangkan di Kampus Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan BPAPLP Sekolah Tinggi Perikaran (STP) Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Ke depan, pengembangan budidaya udang skala kecil ini akan dikembangkan di tiga titik lainnya yang ada di Indonesia. Seperti di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM N), Ladong, Nanggoe Aceh Darussalam, SUPM N Kota Agung, Lampung, dan SUPM N

“Mulai tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan Busmetik yang ada di Banten, untuk di tiga titik,” kata I Nyoman saat menghadiri panen udang Paname dengan sistem

STP Karangantu, Kota Serang, Kamis,(28/3).

Menurut Nyoman, jika dibandingkan dengan sisitem budidaya udang yang menggunakan konvensional dengan tambak biasa, ada beberapa kelebihan budidaya ikan dengan teknologi Busmetik yang dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90

“Pola budidaya dengan pola tersebut cukup menguntungkan bagi pembudidaya kelas menengah ke bawah. Diharapkan dengan pola Busmetik dapat mengembalikan kejayaan budidaya udang pada era 1980-1990 an,” ujarnya.

Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan BAPPL-STP Serang Haeru engatakan, teknologi budidaya udang dengan model budidaya udang skala mini

empang plastik tersebut cukup efisien. Luasan petak tambak sekitar 600 meter persegi sampai 700 meter persegi dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 sentimeter. Setiap satu petaktambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6 ton udang dengan umur budidaya sekitar 110 hari

“Kalau nebar 150 ribu ekor selama 110 hari yang tingkat keberhasilan hidup 90 persen, apabila dibandingkan pembudidaya biasa maksimal tingkat keberhasilan yang hidup hanya 70

Budidaya udang menggunakan teknologi budidaya udang skala mini empang plastik (Busmetik) bakal dikembangkan Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP). Metode Busmetik ini merupakan inovasi

ya udang melalui satuan kajian

Kepala Pusat Pendidikan (Kapusdik) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) I Nyoman Suyasa mengatakan, saat ini pengembangan budidaya udang Busmetik baru dikembangkan di Kampus Bagian Administrasi

dikan dan Pelatihan Lapangan BPAPLP Sekolah Tinggi Perikaran (STP) Karangantu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Ke depan, pengembangan budidaya udang skala kecil ini akan dikembangkan di tiga titik rikanan Menengah Negeri (SUPM

N), Ladong, Nanggoe Aceh Darussalam, SUPM N Kota Agung, Lampung, dan SUPM N

“Mulai tahun 2013 ini kami akan mengadopsi pengembangan Busmetik yang ada di Banten, menghadiri panen udang Paname dengan sistem

Menurut Nyoman, jika dibandingkan dengan sisitem budidaya udang yang menggunakan kan dengan teknologi

Busmetik yang dihasilkan BAPPL STP Serang tersebut, diantaranya dari segi efesiensi lahan, airnya yang steril dan tingkat keberhasilan atau udang yang hidup sampai panen mencapai 90

nguntungkan bagi pembudidaya kelas menengah ke bawah. Diharapkan dengan pola Busmetik dapat mengembalikan kejayaan

STP Serang Haeru engatakan, teknologi budidaya udang dengan model budidaya udang skala mini

empang plastik tersebut cukup efisien. Luasan petak tambak sekitar 600 meter persegi sampai 700 meter persegi dengan kedalaman air sekitar 70 sampai 90 sentimeter. Setiap satu petak tambak berukuran 600 meter persegi, bisa memproduksi 1,5 hingga 1,6 ton udang dengan

“Kalau nebar 150 ribu ekor selama 110 hari yang tingkat keberhasilan hidup 90 persen, kat keberhasilan yang hidup hanya 70

persen,” katanya. Menurutnya, Busmetik dikembangkan dengan latar belakang yang cukup strategis, diantaranya komunitas pembudidaya udang dengan modal kecil. Teknologi Busmetik memiliki beberapa unggulan diantaranya biaya terjangkau oleh pembudidaya menengah ke bawah, manajemen tambak mudah karena luas petakan kecil, risiko serangan penyakit kecil serta dapat dilakukan di berbagai tipe lahan. “Pengembangan budidaya udang dengan Busmetik ini merupakan inovasi dan impelemntasi dari konsep pengembangan kampus BAPPL-STP Serang menjadi kampus Be Science atau Blue Economy on Srimp Culture with Integrated Enviromental Concept,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Maesyaroh Mawardi menambahkan, pihaknya akan menerapkan teknologi ini di Banten. Tentunya, dengan langkah-langkah melakukan pelatihan-pelatihan kepada pembudidaya ikan air payau di Banten dan melakukan pemagangan di STP. “Teknologi seperti ini diperlukan betul-betul SDM yang memadai. Ke depan kita akan mengajak para pembudidaya udang untuk diberikan pelatihan dengan STP,” katanya. Maesyaroh mengatakan, untuk mempermudah memberikan pelatihan dan pembinaan bagi para pembudidaya, pihaknya segera membentuk kelompok kerja di kabupaten/kota yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya udang. Karena dengan adanya teknologi busmetik ini dapat meningkatkan keterpurukan budidaya udang, sehingga hambatan-hambatan para pembudidaya udang di bidang penyakit bisa ditanggulangi “Corongnya kita akan gunakan STP yakni melalui pelatihan dan pembinaan kepada para pembudidaya,” katanya.(dik)

BAPPL STP Gunakan Teknologi Busmetik Badan Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang panen udang dengan menggunakan teknologi busmetik, Kamis (28/3). Budi daya tersebut merupakan hasil praktik para taruna STP Serang. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Banten Maysaroh Mawardi, Kapusdik Badan Pengembangan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) I Nyoman Suyasa, dan Ketua Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Djodjo Suardjo. Pelaksanaan budidaya tersebut melibatkan semua peserta didik, dari mulai persiapan, pemeliharaan, panen, dan pascapanen, sebagaimana layaknya usaha produksi yang berkesinambungan. Sejalan dengan perkembangan waktu, budi daya udang tersebut disinergikan dengan beberapa kegiatan lain sesuai dengan pendekatan blue economy, Blue economy sendiri merupakan pemanfaatan limbah budi daya untuk pertumbuhan vegetasi mangrove dan bandeng, bunga mangrove untuk pengembangan lebah madu, daun magrove untuk konsumsi kambing, serta pemanfaatan lahan sekitar mangrove untuk budidaya kepiting. Dengan demikian, tidak ada lagi limbah yang terbuang tanpa dimanfaatkan. Budi daya udang dengan menggunakan teknologi busmetik, menurut I Nyoman Suyasa cukup efektif dan menguntungkan, karena kemungkinan gagal panen udang bisa diperkecil. “Kami sudah beberapa kali panen dengan teknik ini. Artinya keberhasilan panen tersebut bukan merupakan suatu kebetulan, tapi karena teknologi yang digunakan sesuai,” kata Nyoman. Nyoman mengatakan, kunci keberhasilan budi daya udang dengan teknologi busmetik ini lebih ramah lingkungan. “Kata kunci pertama adalah hutan bakau, artinya kita juga menjaga lingkungan. Kata kunci selanjutnya adalah tandon, sehingga air yang digunakan bisa digunakan kembali,” kata Nyoman. Kepala DKP Banten Maysaroh Mawardi menyatakan dukungan pemerintah terhadap kegiatan pembudidayaan tersebut. “Kami juga turut bersinergi dengan STP terkait pembinaan dan pelatihan di wilayah Banten, mudah-mudahan hasilnya bisa menembus pasar internasional,” ungkapnya. (Vanny-Job)***

www.antarafoto.com

SERANG 28/3- PANEN UDANG. Puluhan Taruna STP (Sekolah Tinggi Perikanan) memanen udang galah di lahan praktek dengan teknik BUSMETIK (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik), di Karangantu, Kasemen, Kota Serang, Banten, Kamis (28/3). Selain lebih hemat dalam pembiayaan, teknik tersebut mampu menghasilkan produksi udang yang lebih banyak dan berkualitas karena proses kontrolnya bisa dilakukan lebih inten. FOTO ANTARA/Asep Fathulrahman/ss/nz/13

www.antarafoto.com

SERANG 28/3- PANEN UDANG. PuluhanTaruna STP (SekolahTinggiPerikanan) memanenudanggalah di lahanpraktekdenganteknik BUSMETIK (BudidayaUdangSkala Mini EmpangPlastik), di Karangantu, Kasemen, Kota Serang, Banten, Kamis (28/3). Selainlebihhematdalampembiayaan, tekniktersebutmampumenghasilkanproduksiudang yang lebihbanyakdanberkualitaskarena proses kontrolnyabisadilakukanlebihinten. FOTO ANTARA/AsepFathulrahman/ss/nz/13

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PANEN UDANG BUSMETIK DI BAPPL STP SERANG