PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini...

92

Transcript of PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini...

Page 1: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 2: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 3: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN

PENYIDIKAN TERHADAP KORPORASI

DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia(KPK RI)

2018

Page 4: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TERHADAP KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

Hak Cipta © 2018 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

Pengarah: Dr. Laode M. Syarif, S.H., LL.M., Pimpinan KPK

Penanggung Jawab:Setiadi, S.H., M.H., Kepala Biro Hukum KPKDedie A. Rachim, S.T., M.M., Direktur PJKAKI KPK

Supervisi:1. Rasamala Aritonang, S.H., M.H., Biro Hukum KPK2. Novariza, S.H., S.T., Direktorat PJKAKI KPK

Tim PenyusunPenulis : Agustinus Pohan, S.H., M.S. Dwi Siska Susanti, S.H, M.H.Penyunting : Nadia Sarah,S.Si.,M.Bus.Perancang Sampul, Visual & Layouter : Meytrin Suci Pratiwi, S.Ds

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangCetakan I, Januari 2018Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RIJl. Kuningan Persada Kav-4, Jakarta 12950Telp: (021) 25578300www.kpk.go.idEmail: [email protected]

Page 5: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

KATA PENGANTAR Pemberantasan korupsi telah menjadi salah satu agenda utama pembangunan Indonesia maupun dunia, dan upaya pemberantasan korupsi merupakan kewajiban setiap unsur pembangunan di Indonesia. Tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, maka berhasil tidaknya pemberantasan korupsi akan menentukan juga berhasil tidaknya upaya pengentasan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan, penguatan sendi-sendi demokrasi, dan upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwa berdasarkan data kasus tindak pidana korupsi yang ditangani KPK sejak tahun 2004 sampai dengan 30 September 2017, jumlah pelaku tindak pidana korupsi dari lingkungan swasta semakin meningkat (55%). Hal ini menunjukkan bahwa korupsi tidak hanya melibatkan pelaku dari pegawai negeri sipil/penyelenggara negara ataupun penegak hukum, namun juga pelaku dari dunia usaha/bisnis. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi telah merumuskan bahwa korporasi merupakan salah satu subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana. Dengan berlakunya Peraturan Mahkamah Agung No.13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi diharapkan dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi aparat penegak hukum dalam menangani perkara korupsi yang melibatkan korporasi. Lebih lanjut, pedoman teknis penanganan perkara tindak pidana korupsi oleh korporasi diperlukan untuk memudahkan aparat penegak hukum dalam melakukan langkah-langkah pembuktian, khususnya dalam tahap penyelidikan dan penyidikan.

Oleh karena itu, pedoman teknis penanganan perkara korupsi oleh korporasi ini diharapkan dapat digunakan oleh penegak hukum sebagai pedoman praktis dalam penanganan perkara korupsi oleh korporasi. Namun demikian, tentunya dalam mengimplementasikannya, berbagai strategi dapat dikembangkan oleh aparat penegak hukum sesuai dengan tujuan pembuktian yang ingin dicapai sepanjang dilakukan sesuai hukum acara pidana yang berlaku.

Jakarta, Januari 2018

Dr. Laode M. Syarif, S.H., LL.M.Pimpinan KPK

i

Page 6: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

KATA PENGANTAR i

BAGIAN I:

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Pemidanaan Korporasi 4

C. Istilah yang digunakan 5

BAGIAN II:

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

OLEH KORPORASI 11

A. Jenis Tindak Pidana Korupsi Yang Dapat

Dipertanggungjawabkan Secara Pidana Kepada

Korporasi 13

B. Pembuktian Perbuatan Pidana Korupsi Dilakukan

Oleh Korporasi 18

C. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi 31

D. Hukum Acara Penanganan Perkara Pidana

Korupsi oleh Korporasi 45

D a f t a r I s i

Page 7: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

BAGIAN III:

CONTOH KASUS DAN CEKLIS PEMBUKTIAN DALAM

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

OLEH KORPORASI 51

A. Contoh Kasus 51

B. Ceklis Pembuktian 55

DAFTAR REFERENSI 62

TENTANG PENULIS 63

LAMPIRAN 64

Page 8: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

A . L a t a r B e l a k a n g

BAGIAN I: PENDAHULUAN

Undang-Undang No.31/1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (selanjutnya disingkat dengan UU TPK) mengatur bahwa Kor-porasi merupakan subjek hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana jika melakukan tindak pidana korupsi. Namun sampai saat ini, jumlah tersangka korporasi sebagai pelaku tindak pidana ko-rupsi masih sangat sedikit. Hal ini diantaranya karena keraguan penegak hukum untuk mendudukkan korporasi sebagai tersangka dan terdakwa tindak pidana korupsi, maupun keraguan sebagian hakim untuk men-jatuhkan hukum kepada korporasi.

Mahkamah Agung melalui fungsi mengatur bagi kelancaran pengadilan telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung No.13/2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Pidana oleh Korporasi. Latar be-lakang filosofis, sosiologis dan yuridis yang mendasari lahirnya PERMA tersebut juga telah diterbitkan oleh Tim POKJA Penyusunan Pedoman Pertanggungjawaban Pidana Korporasi pada akhir tahun 2017. Kedua pedoman tersebut sangat penting dipahami dan menjadi referensi bagi aparat penegak hukum yang akan menggunakan pedoman teknis ini.

1

Page 9: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Adapun, kewenangan dan tata cara penanganan perkara tindak pidana korupsi oleh korporasi mengacu kepada hukum acara pidana yang berlaku yakni sebagaimana diatur dalam UU No.8/1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No.30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dan Peraturan Mahkamah Agung No.13/2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Pidana oleh Korporasi.

Lebih lanjut, aparat penegak hukum perlu memahami tujuan dan alasan pemidanaan terhadap korporasi yakni antara lain:a. Realitas mengenai dimensi kejahatan korporasi. Bahwa dimensi kejahatan korporasi mencakup banyak hal

mulai dari bidang perburuhan (tenaga kerja) sampai dengan bidang keuangan yang mempunyai dampak ekonomi sangat serius tidak hanya secara nasional pada suatu negara namun juga dapat meluas secara internasional.

b. Realitas mengenai dampak yang ditimbulkan Bahwa perbuatan korporasi menimbulkan berbagai dampak se-

perti: 1) Dampak kerugian finansial; 2) Dampak kerugian di bidang kesehatan, keselamatan jiwa dan kematian; 3) Dampak kerugian di bidang sosial dan moral, yaitu rusaknya kepercayaan masyarakat terhadap perilaku bisnis dan membawa implikasi terhadap ketidak-percayaan terhadap pemerintah karena dipandang gagal untuk mengatur negara secara efektif.

c. Pertimbangan keadilan Dalam banyak kegiatan korporasi, individu yang melakukan keja-

hatan untuk kepentingan korporasi bahkan dia tidak mendapatkan

2

Page 10: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

keuntungan pribadi selain sebagai bentuk loyalitas terhadap korpo-rasi. Sehingga jika hanya menghukum pelaku individunya, dipandang tidak adil, karena yang menikmati hasil kejahatan adalah korporasi.

d. Persamaan di depan hukum Tidak ada kekebalan hukum. Jika korporasi tidak dihukum padahal

dia merupakan subjek hukum yang melakukan tindak pidana, maka seolah-olah korporasi menjadi kebal hukum. Sehingga tidak ada persamaan di depan hukum untuk subjek pelaku kejahatan yang sama (individu dan korporasi).

e. Sebagai cara untuk merubah perilaku korporasi. Jika yang dipidana hanya individu, maka korporasi dapat senantiasa

mengganti individu yang bekerja padanya tanpa merubah perilaku korporasi untuk tidak berbuat kejahatan. Korporasi dapat diguna-kan sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana, sebagai sarana untuk menyembunyikan hasil kejahatan, dan dapat pula memper-oleh keuntungan dari suatu tindak pidana. Pertanggungjawaban pidana korporasi diperlukan untuk menghentikan keadaan terse-but di atas. Dengan demikian pertanggungjawaban pidana korpo-rasi bertujuan untuk mengubah perilaku korporasi dan mencegah korporasi lainnya agar tidak digunakan sebagai sarana melakukan kejahatan dan/atau menyimpan/menyembunyikan hasil kejahatan.

3

Page 11: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Panduan teknis penanganan perkara tindak pidana korupsi ini bertu-

juan agar dapat digunakan oleh aparat penegak hukum sebagai pedoman

praktis dalam menangani perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan

oleh korporasi, khususnya pada tahap penyelidikan (pra investigasi) dan

penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah

praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk mem-

peroleh bukti guna menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai

tindak pidana korupsi dan menentukan korporasi sebagai pelakunya.

Strategi dan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum dalam tahap penyelidikan (pra investigasi) dan penyidikan (inves-

tigasi) ini akan menentukan keberhasilan pembuktian pada tahap selan-

jutnya (penuntutan dan pemeriksaan perkara di persidangan).

B . T u j u a n

4

Page 12: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorgani- sasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. (Pasal 1 ayat (1) UU No.31/1999 jo. Pasal 1 angka 1 PERMA No.13/2016)

• Korporasi Induk (parent company) adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki dua atau lebih anak perusahaan yang disebut perusahaan subsidiari yang juga memiliki status badan hukum tersendi-ri. (Pasal 1 angka 2 PERMA No.13/2016)

• Perusahaan Subsidiari (subsidairy company) atau perusahaan-perusahaan berbadan hukum yang mempunyai hubungan (sister com-pany) adalah perusahaan yang dikontrol atau dimiliki oleh satu pe- rusahaan induk. (Pasal 1 angka 3 PERMA No.13/2016)

• Hubungan kerja adalah hubungan antara korporasi dengan pekerja/pegawainya berdasarkan perjanjian yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan/atau perintah. (Pasal 1 angka 11 PERMA No.13/2016)

• Hubungan lain adalah hubungan antara pengurus dan/atau korpo-rasi dengan orang dan/atau korporasi lain sehingga menjadikan pihak lain tersebut bertindak untuk kepentingan pihak pertama berdasar-kan perikatan, baik tertulis maupun tidak tertulis. (Pasal 1 angka 12 PERMA No.13/2016)

Beberapa istilah yang digunakan dalam panduan ini adalah sebagai berikut:

C . I s t i l a h Y a n g D i g u n a k a n

• Lingkungan Korporasi adalah lingkup korporasi atau lingkup usaha korporasi atau lingkup kerja yang termasuk dan/atau mendukung ke- giatan usaha korporasi baik langsung maupun tidak langsung. (Pasal 1 angka 13 PERMA No.13/2016)

5

Page 13: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Pengurus adalah organ korporasi yang menjalankan pengurusan kor-porasi sesuai anggaran dasar atau undang-undang yang berwenang me-wakili korporasi, termasuk mereka yang tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, namun dalam kenyataannya dapat me-ngendalikan atau turut mempengaruhi kebijakan korporasi atau turut memutuskan kebijakan dalam korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana. (Pasal 1 angka 10 PERMA No.13/2016)

• Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. (Pasal 1 angka 4 PERMA No.13/2016)

Contoh : Perusahaan A bergabung dengan Perusahaan B = Perusahaan B

• Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua per-seroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum per-seroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum. (Pasal 1 angka 5 PERMA No.13/2016)

6

Page 14: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pa-siva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum ke-pada satu perseroan atau lebih. (Pasal 1 angka 6 PERMA No.13/2016)

Contoh : Perusahaan A bersama Perusahaan B melebur membentuk Perusahaan C

Contoh : Perusahaan A memisahkan sebagian usahanya menjadi perusaha- an baru bernama B, tetapi Perusahaan A tetap ada (pemisahan tidak murni)

Contoh : Perusahaan A memisahkan diri menjadi perusahaan baru Peru- sahaan B, C, dan D serta Perusahaan A bubar (pemisahan murni)

7

Page 15: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Pembubaran adalah bubarnya perusahaan karena keputusan RUPS/RUPS LB, atau jangka waktu berdirinya yang ditetapkan anggaran dasar telah berakhir, atau berdasarkan putusan Pengadilan, atau karena di-cabut izin usaha perseroan sehingga mewajibkan perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (Pasal 1 angka 7 PERMA No.13/2016)

• Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 angka 5 KUHAP) Sedangkan penyelidikan yang dilakukan oleh KPK bertujuan untuk menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi. (Pasal 44 ayat (1) UU No.30/2002)

• Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan me-nurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. (Pasal 1 angka 2 KUHAP)

8

Page 16: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

ALAT BUKTI YANG SAH

(Pasal 184 ayat (1) KUHAP)

Keterangan Saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa ke-terangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya ini. (Pasal 1 angka 27 KUHAP)

Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlu-kan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. (Pasal 1 angka 28 KUHAP)

Alat Bukti Surat adalah dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah:

• berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang ke-jadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

• surat yang dibuat menurut keten- tuan peraturan perundang-unda-ngan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang dipe-runtukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

• surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;

• surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. (Pasal 187 KUHAP)

9

Page 17: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menanda-kan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk hanya dapat diperoleh dari: a) ke- terangan saksi; b) surat; c) keterangan terdakwa (Pasal 188 KUHAP).

Alat bukti petunjuk dalam tindak pidana korupsi dapat diperoleh dari: a) alat bukti lain yang berupa in-formasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan b) dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan atau dide-ngar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elek-tronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna. (Pasal 26A UU TPK).

Keterangan Terdakwa adalah apa yang terdakwa nya-takan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. (Pasal 189 ayat (1) KUHAP)

10

Page 18: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

BAGIAN II: PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KORPORASI

Adanya tindak pidana korupsi yangdilakukan; dan tindak pidana tersebut merupa-kan tindak pidana yang dapat dipertanggung-jawabkan pidananya kepada korporasi;

Pelaku tindak pidana adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerja atau hubungan lain dengan korporasi baik sendiri maupun bersama-sama; dan

Tindak pidana tersebut dilakukan dalam lingku-ngan korporasi.

Pembuktian terhadap ketiga unsur tersebut sangat penting dilakukan dalam penanganan perkara korupsi dengan tersangka korporasi.

Suatu tindak pidana korupsi dianggap dilakukan oleh korporasi apabila memenuhi 3 (tiga) unsur penting (Pasal 20 UU TPK), yakni:

1

2

3

11

Page 19: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Pahami jenis tindak pidana korupsi

yang dapat diper-tanggungjawabkan

secara pidana kepada korporasi.

Buktikan bahwa perbuatan pidana

korupsi yang terjadi dapat

dipertanggung-jawabkan secara pidana kepada

korporasi.

Buktikan bahwa perbuatan pidana

korupsi yang terjadi adalah perbuatan

yang dikualifikasikan sebagai perbuatan

yang dilakukan oleh korporasi.

Adapun, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi oleh korporasi adalah sebagai berikut:

Pastikan serangkaian tindakan penyeli-dikan dan penyidi-kan yang dilakukan mengacu kepada

hukum acara yang berlaku.

12

Page 20: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

A . J e n i s T i n d a k P i d a n a K o r u p s i y a n g D a p a t D i p e r t a n g g u n g - j a w a b k a n S e c a r a P i d a n a K e p a d a K o r p o r a s i

Jenis tindak pidana korupsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara

pidana kepada korporasi dapat berupa:

1. Pasal-pasal tindak pidana korupsi dengan unsur pasal “Setiap

orang”. Pasal 1 Angka 3 UU TPK merumuskan defenisi. “Setiap

orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi”. Ber-

dasarkan definisi tersebut, maka apabila dihubungkan secara

sistematis antar pasal dalam UU TPK maka tindak pidana yang

memasukkan unsur “Setiap orang” sebagai bagian dari delik (tin-

dak pidana) dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana kepada

korporasi sebagaimana diuraikan pada Tabel I. berikut.

2. Pasal-pasal tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersa-

ma-sama (Pasal 55 KUHP) atau pembantuan (Pasal 56 KUHP)

dengan subjek hukum pelaku lain (Misal: Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara).

13

Page 21: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Tabel 1. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi yang Dapat Dipertanggungjawabkan Secara Pidana Kepada Korporasi

UU Tindak

Pidana Korupsi

Jenis-jenis tindak pidana korupsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana kepada

korporasi

Pasal 2 “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara....”

Pasal 3 “Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau pereko-nomian negara...”

Pasal 5 ayat (1)

huruf a dan b

“... Setiap orang yang:a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri

atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.”

Pasal 6 ayat (1)

huruf b

“… Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepa-da seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-un- dangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili”.

14

Page 22: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

UU Tindak

Pidana Korupsi

Jenis-jenis tindak pidana korupsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana kepada

korporasi

Pasal 7 ayat (1)

huruf b, c, d

b. “… Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;”

c. “… Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang ke- perluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang;” atau

d. “… Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan ba-rang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan per-buatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.”

Pasal 11 “Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut…”

Pasal 14 “Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini (UU Tindak Pidana Korupsi.”

Pasal 15 “Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pe-mufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.”

15

Page 23: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

UU Tindak

Pidana Korupsi

Jenis-jenis tindak pidana korupsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana kepada

korporasi

Pasal 21 “Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, pe-nuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersang-ka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi…”

Pasal 22 “Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar…”

16

Page 24: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Pastikan pembuktian peristiwa pidana yang terjadi yang di-

lakukan oleh orang (pelaku materiel) telah memenuhi unsur-unsur

pasal tindak pidana korupsi yang disangkakan.

Misal:

Pasal yang disangkakan adalah Pasal 13 UU TPK dengan unsur-unsur

pasal sebagai berikut:

• Setiap Orang

• Memberikan hadiah atau janji

• Kepada Pegawai Negeri

• Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat

pada jabatan atau kedudukannya; atau

• Oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan

atau kedudukan tersebut.

Lihat uraian unsur-unsur pasal tindak pidana korupsi pada Buku

Saku: Memahami Untuk Membasmi (KPK, 2006).

Perhatikan syarat kecukupan bukti adalah minimal dua alat

bukti yang sah untuk meyakinkan hakim bahwa tindak pidana benar-

benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. (Pasal

183 KUHAP).

Dalam praktek biasanya minimal dua alat bukti yang sah

digunakan untuk pembuktian setiap unsur pasal tindak pidana ko-

rupsi. Misal: pembuktian unsur pegawai negeri, dibuktikan dengan:

alat bukti surat dan keterangan saksi.

17

Page 25: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

B . P e m b u k t i a n P e r b u a t a n P i d a n a K o r u p s i D i l a k u k a n O l e h K o r p o r a s i

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahap penyelidi-

kan (pra investigasi) dan penyidikan (investigasi) penanganan perkara

tindak pidana korupsi oleh korporasi adalah membuktikan bahwa

perbuatan pidana korupsi yang terjadi adalah perbuatan yang dikuali-

fikasikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh Korporasi.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 20 UU TPK, suatu tindak

pidana korupsi dianggap dilakukan oleh korporasi apabila dilaku-

kan oleh orang-orang yang mempunyai hubungan kerja atau

hubungan lain baik sendiri maupun bersama-sama dan bertindak

dalam lingkungan korporasi. Pasal 3 PERMA No.13/2016 mem-

perluas “… bertindak untuk dan atas nama korporasi di dalam

maupun di luar lingkungan korporasi”.

Oleh karena itu, carilah bukti-bukti untuk menentukan

bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang (pelaku materiel)

bisa atau tidak dikualifikasikan sebagai perbuatan korporasi, antara

lain dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1: Buktikan bahwa orang yang melakukan perbuatan pidana (pelaku materiel) memiliki ‘hubungan kerja’ dengan korporasi ATAU ‘hubungan lain’ dengan korporasi.

18

Page 26: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerangkan hubungan kerja antara korporasi dengan orang (pelaku materiel) a.l. diperoleh dari :

• Peraturan/pedoman internal Korporasi terkait hubungan kerja.• AD/ART Korporasi• Struktur organisasi korporasi• Uraian jabatan dan job-desc pegawai korporasi• SK pengangkatan/penugasan pegawai korporasi• Perjanjian/Kontrak kerja • Target kinerja pegawai korporasi• Kertas Kerja pegawai korporasi• Pembayaran gaji/upah/insentif kepegawaian• Pendaftaran hak kepegawaian dalam hubugan ketenagakerjaan pegawai dan

korporasi. Misal: BPJS Kesehatan/Asuransi kesehatan, BPJS Tenaga Kerja/Tabungan Hari Tua, dll.

• Rekaman kerja pada email/laptop/komputer/kamera/handphone dan bukti digital lainnya

• Dll.

Orang (Pelaku Materiel)

Apa yang dibuktikan ?

19

Hubungan kerja dengan korporasi

Page 27: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Hubungan kerja dengan korporasi

Keterangan bahwa korporasi memiliki hubungan kerja dengan orang (pelaku materiel) a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pimpinan korporasi atau orang yang secara faktual memimpin korporasi• Karyawan (rekan sejawat/bawahan pelaku materiel)• Bagian SDM korporasi• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat pengecualian kewajiban mem-

beri keterangan sebagai saksi dalam perkara korupsi bagi ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atau suami, anak, dan cucu. Lihat Pasal 35 UU TPK)

• Dll.

KorporasiHubungan kerja dengan korporasi

Apa bukti yang dicari ?

20

Page 28: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerang-kan hubungan lain antara korporasi dengan orang (pelaku materiel) atau korporasi lain a.l. diperoleh dari:• Perjanjian/Kontrak kerja • Surat Kuasa untuk dapat bertindak mewakili korporasi dan batas-

batas kewenangannya• Pembayaran honor/upah/insentif baik dari catatan keuangan kor-

porasi maupun dari catatan keuangan orang (pelaku materiel) atau koporasi lain sebagai penerima bayaran

• Rekaman komunikasi hubungan kerja antara korporasi dengan orang (pelaku materiel) atau korporasi lain pada email/laptop/komputer/kamera/handphone dan bukti digital lainnya

• Dll.

Orang (Pelaku Materiel)

Apa yang dibuktikan ?

21

Hubungan Lain dengan korporasi

Page 29: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Hubungan kerja dengan korporasi

Keterangan bahwa korporasi memiliki hubungan lain dengan pelaku materiel (baik orang atau korporasi lain) a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pimpinan korporasi atau orang yang secara faktual memimpin kor-

porasi• Karyawan Korporasi • Pimpinan/rekan sejawat/bawahan yang ditunjuk untuk melakukan

pekerjaan (hubungan lain)• Bagian SDM/Kontrak Korporasi atau yang terkait dengan penunjuk-

kan orang atau korporasi lain (pelaku materiel) untuk melakukan pekerjaan untuk kepentingan korporasi

• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat keterangan saksi dalam perkara korupsi)

• Dll.

KorporasiHubungan Lain dengan korporasi

Apa bukti yang dicari ?

• Hubungan lain bisa terjadi karena adanya kuasa yang diberikan oleh korporasi kepada orang lain atau korporasi lain untuk melakukan pekerjaan tertentu untuk dan atas nama korporasi. Misal: pengacara, konsultan, dll.

• Hubungan lain karena kontrak/perikatan, baik yang tertulis maupun yang secara lisan. Misal: Perusahaan jasa outsourcing, vendor barang, kurir, dll.

22

Page 30: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Pengurus korporasi

Bagaimana jika perbuatan pidana korupsi tersebut dilakukan oleh Pengurus korporasi?Jika perbuatan pidana tersebut dilakukan oleh Pengurus korporasi (pimpinan atau orang lain yang secara faktual memimpin korporasi) sepanjang perbua-tan itu dilakukan ‘untuk dan atas nama korporasi’, maka perbuatan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan korporasi. Pimpinan juga termasuk pejabat fungsional pada korporasi

Apa yang dibuktikan ?

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerangkan orang (pelaku materiel) adalah Pengurus korporasi a.l. diperoleh dari:• Dokumen pendirian/perubahan korporasi• AD/ART Korporasi• Struktur organisasi korporasi• Uraian jabatan dan job-desc Pengurus korporasi• SK pengangkatan/penunjukkan Pengurus korporasi

Apa bukti yang dicari ?

23

Page 31: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Dokumen RUPS/rapat pengambilan keputusan korporasi• Perjanjian/Kontrak kerja • Target kinerja Pengurus korporasi• Kertas Kerja Pengurus korporasi Pembayaran gaji/upah/in-

sentif/dividen Pengurus Korporasi• Anggaran, catatan, laporan keuangan/pajak korporasi• Rekaman kerja pengurus korporasi pada email/laptop/kom-

puter/kamera/handphone dan bukti digital lainnya• Dll.

Keterangan yang menerangkan orang (pelaku materiel) adalah Pengurus korporasi a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pengurus korporasi lainnya atau orang yang secara faktual

memimpin korporasi lainnya• Karyawan • Bagian SDM• Notaris• Pihak ekternal perusahaan yang sering berhubungan dengan

Pengurus korporasi• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat keterangan

saksi dalam perkara korupsi)• Dll.

24

Page 32: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Langkah 2: Buktikan bahwa perbuatan pidana dilakukan ‘dalam lingkungan korporasi’. Ling-kungan korporasi adalah lingkup korporasi atau lingkup usaha korporasi atau lingkup kerja yang termasuk dan/atau mendukung kegiatan usaha korporasi baik langsung maupun tidak langsung. (Pasal 13 PERMA No.13/2016)

Apa yang dibuktikan ?

Lingkungan Korporasi

Apa bukti yang dicari ?

25

Page 33: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerang-kan perbuatan pidana yang dilakukan orang (pelaku materiel) dilakukan dalam lingkungan korporasi a.l. diperoleh dari:• Surat Izin Usaha Korporasi (SIUP) dan dokumen terkait perizinan/

ruang lingkup kegiatan usaha korporasi• Akte Pendirian, AD/ART Korporasi• Kontrak/Perjanjian kerja• Laporan keuangan, laporan pajak, laporan kinerja korporasi, prospek-

tus korporasi (untuk perusahaan publik)• Rekaman kegiatan usaha korporasi dalam email/laptop/komputer/

kamera/handphone dan bukti digital lainnya• Dll.

Keterangan yang menerangkan perbuatan pidana yang dilakukan orang (pelaku materiel) dilakukan dalam lingkungan korporasi a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pimpinan korporasi atau orang yang secara faktual memimpin kor-

porasi• Karyawan Korporasi • Pimpinan/rekan sejawat/bawahan pelaku materiel• Bagian SDM/Kontrak Korporasi atau yang terkait dengan penun-

jukkan orang (pelaku materiel) untuk melakukan pekerjaan untuk kepentingan korporasi

• Asosiasi atau korporasi sejenis• Pemberi izin yang terkait dengan usaha korporasi• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat keterangan saksi dalam

perkara korupsi)• Dll.

26

Page 34: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Langkah 3: Buktikan bahwa perbuatan pidana dilakukan ‘untuk kepentingan dan atas nama korporasi’, dapat diperoleh dari:

• Job desc yang terkait; atau• Perbuatan pidana disetujui/diperintahkan/dianjurkan/digerakkan oleh

Pimpinan korporasi atau oleh orang yang secara faktual memimpin kor-porasi; atau

• Perbuatan pidana tersebut menurut kebiasaan di pergaulan hidup masyarakat dipandang sebagai perbuatan korporasi.

Apa yang dibuktikan ?

a) Adanya job desc (uraian kerja) dari orang (pelaku materiel) yang melakukan perbuatan pidana untuk dan atas nama kor-porasi. Yang dimaksud job desc adalah untuk membuktikan bahwa perbuatan pidana yang dilakukannya ada kaitan dengan job desc-nya, baik karena hubungan kerja maupun hubungan lain. Misal: Suap yang dilakukan dalam rangka memperoleh izin untuk korporasi yang dilakukan oleh seorang manager hukum korporasi, job desc manager tersebut adalah meng-urus perizinan.

Apa bukti yang dicari ?

27

Page 35: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerang-kan job desc orang (pelaku materiel) terkait dengan perbuatan pidana korupsi yang terjadi a.l. diperoleh dari:• Peraturan/pedoman Internal Perusahaan terkait job desc.• AD/ART Korporasi• Struktur organisasi korporasi• Uraian jabatan/job-desc pegawai korporasi• SK pengangkatan/penugasan pegawai korporasi• Surat kuasa• Kontrak kerja• Target kinerja Kertas Kerja pelaku materiel• Rekaman kerja pada email/laptop/komputer/kamera/handphone dan

bukti digital lainnya• Dll.

Keterangan bahwa orang (pelaku materiel) memiliki job desc yang berkaitan dengan perbuatan tindak pidana korupsi yang terjadi a.l. diper-oleh dari: • Pelaku materiel• Pimpinan korporasi atau orang yang secara faktual memimpin kor-

porasi• Karyawan (rekan sejawat/bawahan pelaku materiel)• Bagian SDM• Pihak ekternal perusahaan yang sering berhubungan dengan job-desc

si pelaku materiel• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat keterangan saksi dalam

perkara korupsi)• Dll.

28

Page 36: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Dokumen, bukti digital, dan barang bukti lainnya yang menerang-kan perbuatan pidana orang (pelaku materiel) atas persetujuan/perintah/pengajuran/penggerakan oleh Pimpinan korporasi a.l. diperoleh dari:• Nota disposisi Pimpinan korporasi • Notulensi dan daftar hadir rapat korporasi• Permintaan, pengeluaran dan catatan laporan keuangan atas biaya

yang dikeluarkan untuk melakukan tindak pidana korupsi. Misal: dana Suap dibebankan dari keuangan korporasi

• Rekaman yang terkait dalam email/laptop/komputer/kamera/hand-phone dan bukti digital lainnya

• Dll.

Keterangan bahwa orang (pelaku materiel) melakukan perbuatan tin-dak pidana korupsi karena disetujui/diperintah/dianjurkan/digerakkan oleh Pimpinan korporasi a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pimpinan korporasi atau orang yang secara faktual memimpin kor-

porasi• Karyawan (rekan sejawat/bawahan pelaku materiel)• Orang-orang yang menyaksikan saat persetujuan/perintah kepada

pelaku materiel untuk melakukan perbuatan korupsi• Keluarga pelaku materiel (perhatikan syarat keterangan saksi dalam

perkara korupsi)• Dll.

b) Bahwa perbuatan pidana tersebut disetujui/diperintahkan/di-anjurkan/digerakkan oleh Pimpinan korporasi atau oleh orang yang secara faktual memimpin korporasi; atau

29

Page 37: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

c) Bahwa perbuatan pidana tersebut menurut kebiasaan di per-gaulan hidup masyarakat dipandang sebagai perbuatan korpo-rasi. Salah satu cara membuktikan apakah perbuatan itu dipan-dang sebagai perbuatan korporasi dengan meminta keterangan korporasi pada industri sejenis.

Dokumen yang menerangkan perbuatan pidana orang (pelaku materiel) menurut kebiasaan masyarakat adalah sebagai perbuatan korporasi a.l. diperoleh dari:• Peraturan/pedoman yang mewajibkan perbuatan itu hanya dapat di-

lakukan oleh korporasi. Misal: pengajuan laporan SPT pajak korporasi, pengajuan izin usaha korporasi, dll.

• Proses operasional bisnis industri sejenis/asosiasi.• Dll.

Keterangan yang menerangkan perbuatan pidana orang (pelaku mate-riel) menurut kebiasaan masyarakat adalah sebagai perbuatan korporasi a.l. diperoleh dari:• Korporasi dalam industri sejenis. Misal: proses operasional bisnis

dalam memproduksi alat kesehatan• Pengurus/pengawas profesi/asosiasi industri sejenis• Keterangan ahli terkait industri sejenis• Dll.

30

Page 38: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

C . P e r t a n g g u n g j a w a b a n P i d a n a K o r p o r a s i

Langkah berikutnya adalah menentukan apakah perbuatan pidana korupsi oleh korporasi tersebut dapat dipertanggungjawab-kan kepada korporasi. Untuk itu perlu dipahami tentang adanya ke-salahan korporasi.

Ketika undang-undang mensyaratkan adanya kesengajaan, apakah korporasi juga harus dibuktikan memiliki unsur kesengajaan? Kesengajaan itu adalah bentuk kesalahan yang bersifat psikologis yang merupakan hubungan batin antara pembuat dengan perbuatan-nya. Bentuknya dapat berupa kesadaran akan suatu kehendak untuk berbuat jahat. Hal ini sangat sulit dan hampir tidak mungkin dalam membuktikan kesalahan korporasi karena ada unsur psikologis. Maka untuk kesalahan korporasi, cukup dibuktikan keberadaannya oleh pelaku materielnya (orang/natural person). Jika pelaku materielnya dapat dibuktikan memiliki unsur sengaja, maka korporasi tidak perlu dibuktikan lagi memiliki unsur sengaja.

Lebih lanjut, korporasi harus tetap dibuktikan kesalahannya, namun bukan dalam bentuk kesalahan psikologi akan tetapi dalam bentuk normatif, yaitu suatu kesalahan yang diukur berdasarkan norma sosial. Apa yang dimaksud kesalahan secara normatif? Hal ini mengacu kepada Pasal 4 ayat (2) PERMA No.13/2016, yang mengatur syarat-syarat kesalahan korporasi sebagai berikut:

a. Korporasi dapat memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau tindak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan Korporasi;

b. Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana; atau

31

Page 39: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

c. Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana.

Syarat kesalahan korporasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:(1) Makna syarat dalam huruf a: “Korporasi dapat memperoleh ke-

untungan atau manfaat dari tindak pidana tersebut atau tin-dak pidana tersebut dilakukan untuk kepentingan Korporasi.”• Syarat tersebut di atas sesungguhnya lebih merupakan syarat

perbuatan, yaitu syarat untuk menentukan apakah suatu per-buatan dapat dimintakan tanggungjawabnya terhadap korporasi.

• Dalam hal ini harus dipandang sebagai syarat perbuatan un-tuk menentukan dapat atau tidaknya korporasi dipersalahkan. Namun, syarat perbuatan ini bukan satu-satunya syarat untuk memidana korporasi, akan tetapi perlu dibuktikan terpe-nuhinya setidaknya salah satu syarat dalam huruf b dan c diatas.

• Syarat perbuatan telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dia-tas.

(2) Makna syarat dalam huruf b: “korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana” • Korporasi tidak segera melakukan langkah-langkah, baik yang

diwajibkan secara hukum maupun berdasarkan kepatutan untuk menghentikan dan/atau melaporkan tindak pidana tersebut.

• Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara proporsional pada kesempatan yang pertama.

32

Page 40: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Apa yang dibuktikan ?

Korporasi membiarkan terjadinya tindak pidana korupsi

Apa bukti yang dicari ?

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerangkan korporasi membiarkan tindak pidana korupsi terjadi a.l. diperoleh dari:• Dokumen, notulensi atau rekaman komunikasi baik pada email/laptop/

komputer/kamera/handphone dan bukti digital lainnya yang terkait dengan pengambilan keputusan korporasi yang membiarkan tindak pidana korupsi terjadi, tidak mengenakan sanksi atas korupsi yang ter-jadi, menghalang-halangi/melarang melaporkan tindak pidana korupsi yang terjadi kepada penegak hukum

• Dll.

33

Page 41: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Keterangan yang menerangkan korporasi membiar-kan tindak pidana korupsi terjadi a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pengurus korporasi• Bagian Satuan Pengawas Internal (SPI), hukum dan

kepatuhan, Sekretaris Perusahaan, SDM dan bagian korporasi yang terkait lainnya

• Pihak eksternal perusahaan yang sering berhu- bungan dengan korporasi

• Orang-orang yang menyaksikan bahwa korporasi membiarkan tindak pidana korupsi itu terjadi

• Dll.

34

Page 42: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

(3) Makna syarat dalam huruf c: “Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan kepatuhan terhadap keten-tuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana.”

• Korporasi tidak melakukan langkah pencegahan yang meliputi namun tidak terbatas pada upaya-upaya baik yang bersifat khu-sus ataupun umum untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Langkah yang bersifat khusus artinya secara spesifik tertuju pada pencegahan tindak pidana tertentu. Sedangkan langkah yang bersifat umum adalah merupakan upaya-upaya memba-ngun kepatuhan hukum terhadap para karyawannya.

1

• Korporasi tidak mencegah dampak yang lebih besar yang meru-pakan langkah yang sepatutnya dilakukan oleh korporasi manaka-la menyadari adanya suatu tindak pidana. Dalam hal ini maka yang diperhatikan adalah sikap korporasi pasca terjadinya peristiwa pidana. Sikap yang proporsional dan patut (seharusnya dilakukan menurut ukuran kepatutan) untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada pihak lain (negara, masyarakat dan/atau pihak ketiga) merupakan penanda tidak adanya kesalahan dari korpo-rasi.

2

35

Page 43: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Penting untuk diperhatikan adalah tingkat kecukupan dari langkah-langkah yang telah dilakukan korporasi. Jadi dalam hal ini bukan sekedar ada/tidak adanya upaya korporasi. Na-mun apakah korporasi secara faktual telah melakukan upaya yang proporsional layak untuk diperhitungkan sebagai lang-kah yang cukup guna menghindari tindak pidana tersebut atau mencegah dampak yang lebih besar. Dalam hal ini perlu diper-bandingkan antara tingkat keseriusan dari tindak pidana yang terjadi dengan upaya pencegahan yang secara nyata dilakukan.

3

36

Page 44: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Apa yang dibuktikan ?

Korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memastikan ke- patuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna menghindari terjadinya tindak pidana.

Dokumen, bukti digital dan barang bukti lainnya yang menerang-kan korporasi tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan pencegahan, mencegah dampak yang lebih besar dan memas-tikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum yang berlaku guna meng-hindari terjadinya tindak pidana a.l. diperoleh dari:• Pedoman internal, notulensi rapat, dokumen–dokumen terkait yang

menunjukkan tidak adanya kebijakan anti korupsi/kepatuhan/sistem pengendalian internal korporasi. Misal: tidak ada larangan korupsi, tidak ada pengendalian hadiah/sponsor/gratifikasi, tidak ada komit-men Pimpinan, tidak ada sistem dan fungsi pengawasan/pengendalian internal, tidak ada analisa, peta dan mitigasi resiko korupsi, tidak ada

Apa bukti yang dicari ?

37

Page 45: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

program sosialisasi/pelatihan tentang antikorupsi, tidak ada saluran pengaduan/laporan, tidak ada organ dan orang yang melaksanakan, menindaklanjuti dan mengevaluasi kebijakan antikorupsi, dll.

• Pedoman internal, notulensi rapat, dokumen–dokumen terkait yang menunjukkan tidak adanya/tidak memadainya pelaksanaan kebijakan antikorupsi/kepatuhan/sistem pengendalian internal kor-porasi. Misal: tidak ada struktur organisasi dan orang (SDM) yang melaksanakan kebijakan anti korupsi/kepatuhan/sistem pengendali-an internal, tidak ada dokumen anggaran/catatan keuangan/laporan yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan pengendalian internal/kepatuhan/pencegahan korupsi, tidak ada dokumen pelaksanaan pelatihan/sosialisasi anti korupsi kepada seluruh Pimpinan, pegawai dan pihak yang terkait korporasi (termasuk pihak eksternal se-perti: mitra, agen, konsultan, dll), tidak ada dokumen perjanjian/pakta integritas dengan pihak eksternal yang melarang adanya ko-rupsi, laporan pengaduan tidak ditindaklanjuti, dll.

• Pedoman internal, notulensi rapat, dokumen–dokumen terkait yang menunjukkan tidak adanya/tidak memadainya evaluasi atas kebijakan antikorupsi/korupsi/sistem pengendalian internal korpo-rasi. Misal: tidak ada laporan pengawasan internal, tidak ada laporan audit keuangan/kinerja, tidak ada laporan tindak lanjut atas hasil audit atau pengaduan/pengawasan internal

• Rekaman komunikasi yang terkait pada email/laptop/komputer/ka-mera/handphone dan bukti digital lainnya

• Dll.

Keterangan yang menerangkan korporasi membiarkan tindak pidana korupsi terjadi a.l. diperoleh dari: • Pelaku materiel• Pengurus korporasi • Pegawai/Karyawan korporasi• Bagian Satuan Pengawas Internal (SPI), hukum dan kepatuhan,

Sekretaris perusahaan, SDM, Komite Audit dan bagian korporasi terkait lainnya

• Pihak eksternal korporasi yang sering berhubungan dengan kor-porasi

• Keterangan ahli yang menerangkan tentang upaya pencegahan ko-rupsi/pengendalian internal/kepatuhan

• Dll.

38

Page 46: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

SIAPA YANG MENJADI TERSANGKA...??

Orang(Pelaku materiel)Pengurus Korporasi atau Orang yang memiliki hubungan kerja dan atau hubungan lain yang melaku-kan TPK untuk dan atas nama kor-porasi

T i n d a k P i d a n a K o r u p s i

Korporasi

KorporasiOrang (Pelaku Materiel)

39

Page 47: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

BEBERAPA KRITERIA YANG DAPAT DI-JADIKAN PERTIMBANGAN TERKAIT HAL INI ADALAH :

Tujuan memidana korporasi

Dalam hal tujuan memidana korporasi tidak bisa dicapai (sebagaimana

dijelaskan pada bagian sebelumnya diatas), maka tidak perlu mengu-

payakan pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi.

Korporasi tidak memiliki aset atau asetnya jauh dari memadai untuk

melaksanakan putusan pengadilan (membayar denda dan uang peng-

ganti), maka tidak perlu mengupayakan pertanggungjawaban pidana

terhadap korporasi.

Korporasi semata-mata alat kejahatan, sehingga cukup pengurus atau

orang (pelaku materiel) yang dipidana.

1

2

3

40

Page 48: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Alat bukti surat maupun keterangan yang terkait dengan dokumen-dokumen korporasi selain diperoleh dari korporasi, dapat juga diper-oleh dari instansi/pihak-pihak terkait dengan proses korporasi mem-peroleh/menerbitkan/mendaftarkan/mendapatkan persetujuan atas dokumen-dokumen tersebut, antara lain:

• Dari Notaris, berupa dokumen-dokumen korporasi yang dibuat didepan Notaris. Misal: akta pendirian badan hukum, AD/ART, peruba-han organ perusahaan (Direksi, Komisaris, pemegang saham untuk PT), perjanjian kerja, perjanjian jual beli, bentuk perikatan lainnya, dll, serta minuta terkait. Sebagai catatan, pemanggilan Notaris untuk hadir dalam penyidikan, penuntutan, dan proses peradilan dilakukan atas persetu-juan Majelis Kehormatan Notaris (Permenkumham No.7/2016 ten-tang Majelis Kehormatan Notaris). Namun berdasarkan Pasal 36 UU No.31/1999 “... mereka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, wajib memberikan kesaksian.” Sehingga, Notaris termasuk yang wajib memberikan keterangan dalam penanganan perkara korupsi.

• Dari Kementerian Hukum dan HAM. Misal: data permohonan penge-sahan badan hukum, persetujuan perubahan anggaran dasar dan peru-bahan data badan hukum, termasuk akta tentang penggabungan, pele-buran, pengambilalihan dan pemisahan bagi badan hukum Perseroan.

• Dari Kementerian Perdagangan/Kantor Perdagangan Kab/Kota. Misal: data pendaftaran perusahaan (UU No. 3/1982 tentang Wajib Daftar Pe-rusahan jo. Permendag No.37/20017 tentang Penyelenggaraan Pendaf-taran Perusahaan).

• Dari Dinas Pemerintah Daerah. Misal: data perizinan usaha, pembayaran pajak/retribusi daerah, dll.

• Dari Kementerian Ketenagakerjaan/Dinas Ketenagakerjaan. Misal: Per-janjian Kerja Bersama (PKB), peraturan perusahaan.

• Dari BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Misal: data kepegawaian korporasi sebagai peserta BPJS.

• Dari BKPM. Misal: data penanaman modal asing (PMA), kantor perwa-kilan perusahaan asing (KPPA).

• Dari Bursa Efek Indonesia. Misal: data profil perusahaan, pencatatan sa-ham, laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek (Emiten).

41

Page 49: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Pengecualian kewajiban memberikan keterangan saksi bagi keluarga Terdakwa (Pasal 35 UU No. 31/1999)

Pelaku (Tersangka/Terdakwa)

Kakek-Nenek

Ibu - Bapak

Kakek-Nenek

Istri/SuamiSaudara Kandung

AnakAnak

Cucu

42

Page 50: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

D . H u k u m A c a r a P e n a n g a n a n P e r k a r a P i d a n a K o r u p s i o l e h K o r p o r a s i

Sistem pembuktian dan hukum acara dalam penanganan tindak pidana yang dilakukan oleh Korporasi mengikuti Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagaimana diatur dalam UU No.8/1981 dan ketentuan hukum acara yang diatur khusus dalam undang-undang lainnya yakni UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 tentang Pemberan-tasan Tindak Pidana Korupsi, UU No.30/2002 tentang Komisi Pembe-rantasan Korupsi dan PERMA No.13/2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Pidana oleh Korporasi.

PERMA No.13/2016 telah mengatur beberapa hal yang per-lu menjadi perhatian dalam melaksanakan hukum acara dalam proses penyelidikan dan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi dengan ter-sangka korporasi yang dapat diuraikan sebagai berikut:

( 1 ) P e m e r i k s a a n K o r p o r a s i1

• Pemanggilan terhadap Korporasi ditujukan dan disampaikan kepada Korporasi ke alamat tempat kedudukan Korporasi atau alamat tem-pat Korporasi tersebut beroperasi.

• Dalam hal alamat tersebut tidak diketahui, pemanggilan ditujukan kepada Korporasi dan disampaikan melalui alamat tempat tinggal salah satu Pengurus.

• Dalam hal tempat tinggal maupun tempat kediaman Pengurus tidak diketahui, surat panggilan disampaikan melalui salah satu media mas-sa cetak atau elektronik dan ditempelkan pada tempat pengumuman di gedung pengadilan yang berwenang mengadili perkara tersebut.

43

Page 51: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Isi surat panggilan terhadap korporasi setidaknya memuat:(a) nama Korporasi; (b) tempat kedudukan; (c) kebangsaan Korporasi; (sesuai negara dimana korporasi ter-

daftar. Misal: PT didaftarkan berdasarkan hukum Indonesia di Kementerian KemenkumHAM, maka kebangsaan korporasi adalah Indonesia)

(d) status Korporasi dalam perkara pidana (saksi/tersangka); (e) waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan; dan (f) ringkasan dugaan peristiwa pidana terkait pemanggilan terse-

but. • Pemeriksaan terhadap Korporasi sebagai tersangka pada tingkat pe-

nyidikan diwakili oleh seorang Pengurus.• Penyidik yang melakukan pemeriksaan terhadap Korporasi me-

manggil Korporasi yang diwakili Pengurus dengan surat panggilan yang sah.

• Pengurus yang mewakili Korporasi dalam pemeriksaan wajib hadir dalam pemeriksaan Korporasi.

• Dalam hal Korporasi telah dipanggil secara patut tidak hadir, meno-lak hadir atau tidak menunjuk Pengurus untuk mewakili Korporasi dalam pemeriksaan maka penyidik menentukan salah seorang Pe-ngurus untuk mewakili Korporasi dan memanggil sekali lagi dengan perintah kepada petugas untuk membawa Pengurus tersebut secara paksa.

• Dalam hal Korporasi diajukan sebagai tersangka dalam perkara yang sama dengan Pengurus, maka Pengurus yang mewakili Korporasi da-pat Pengurus yang menjadi tersangka atau terdakwa perkara dalam perkara yang sama atau pengurus lainnya.

• Keterangan Korporasi merupakan alat bukti yang sah.

44

Page 52: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

( 2 ) P e m e r i k s a a n P e n g u r u s2

• Pemanggilan dan pemeriksaan Pengurus yang diajukan sebagai sak-si, tersangka dan/atau terdakwa dilaksanakan sesuai dengan KU-HAP dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

• Pemeriksaan pada tahap penyidikan dan penuntutan terhadap Kor-porasi dan/atau Pengurus dapat dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama.

• Dalam hal pemeriksaan pada tahap penyidikan dan penuntutan ter-hadap Korporasi dan Pengurus dilakukan bersama-sama, maka tata cara pemanggilan dan pemeriksaan mengikuti prosedur pemerik-saan korporasi sebagaimana dijelaskan diatas.

K o r p o r a s i b e r u p a g r u p k o r p o r a s i3

• Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Korporasi dengan melibat-kan induk Korporasi dan/atau Korporasi subsidiari dan/atau Kor-porasi yang mempunyai hubungan dapat dipertanggungjawabkan secara pidana sesuai dengan peran masing-masing.

K o r p o r a s i y a n g m e m b u b a r k a n d i r i / p a i l i t • Dalam hal Korporasi sedang dalam proses pembubaran, maka per-

tanggungjawaban pidana tetap dikenakan terhadap Korporasi yang akan dibubarkan.

• Dalam hal Korporasi dalam proses pembubaran maka pihak yang mewakili Korporasi dalam pemeriksaan perkara ini adalah likuida-tor.

4

45

Page 53: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Korporasi yang telah bubar setelah terjadinya tindak pidana ko-rupsi, tidak dapat dipidana, akan tetapi terhadap aset milik Korpo-rasi yang diduga digunakan untuk melakukan kejahatan dan/atau merupakan hasil kejahatan, maka penegakkan hukumnya dilaksana-kan sesuai dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Gugatan terhadap aset yang dimaksud dapat diajukan terhadap mantan pengurus, ahli waris atau pihak ketiga yang menguasai aset milik Korporasi yang telah bubar tersebut.

• Dalam hal ada kekhawatiran Korporasi membubarkan diri dengan tujuan untuk menghindari pertanggungjawaban pidana, baik yang dilakukan sesudah maupun sebelum penyidikan, Ketua Pengadilan Negeri atas permintaan penyidik melalui suatu penetapan dapat menunda segala upaya atau proses untuk membubarkan Korpo-rasi yang sedang dalam proses hukum sampai adanya putusan berkekuatan hukum tetap.

• Penetapan pengadilan tersebut hanya dapat diberikan sebelum permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang atau per-mohonan pailit didaftarkan. Penetapan pengadilan tidak dapat dia-jukan terhadap Korporasi yang bubar karena berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam dokumen pendirian.

K o r p o r a s i y a n g m e l a k u k a n p e n g g a b u n g a n , p e l e b u r a n d a n p e m i s a h a n

5

• Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan Korporasi maka pertanggungjawaban pidana dikenakan sebatas nilai har-ta kekayaan atau aset yang ditempatkan terhadap Korporasi yang menerima penggabungan atau Korporasi hasil peleburan.

• Dalam hal terjadi pemisahan Korporasi, maka pertanggung-jawaban pidana dikenakan terhadap Korporasi yang dipisah-kan dan/atau Korporasi yang melakukan pemisahan dan/atau kedua-duanya sesuai dengan peran yang dilakukan.

46

Page 54: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

P e n a n g a n a n h a r t a k e k a y a a n k o r p o r a s i6

• Harta kekayaan Korporasi yang dapat dikenakan penyitaan adalah benda sebagaimana dimaksud dalam KUHAP.

• Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin un-tuk disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi atau dapat mengalami penurunan nilai ekonomis, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya benda tersebut dapat diamankan atau dilelang sesuai dengan keten-tuan peraturan perundang-undangan.

• Harta kekayaan yang dilelang, tidak dapat dibeli oleh tersangka dan/atau pihak yang mempunyai hubungan keluarga sedarah sampai derajat kedua, hubungan semenda, hubungan keuangan, hubungan kerja/manajemen, hubungan kepemilikan dan/atau hubungan lain dengan tersangka tersebut.

• Dalam hal benda sitaan tersebut telah dilelang dan penetapan tersangka terhadap Korporasi dinyatakan tidak sah oleh putu-san praperadilan atau penyidikan maupun penuntutan terha-dap Korporasi dihentikan berdasarkan surat penetapan peng-hentian penyidikan atau penuntutan, maka uang hasil penjualan lelang barang sitaan harus dikembalikan kepada yang berhak paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak putusan praperadilan berkekuatan hukum tetap atau sejak surat penetapan peng-hentian penyidikan berlaku.

47

Page 55: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• Dalam hal benda sitaan tersebut telah dilelang, namun ber-dasarkan putusan berkekuatan hukum tetap dinyatakan benda sitaan tersebut tidak dirampas untuk negara, maka uang hasil penjualan lelang barang sitaan harus dikembalikan kepada yang berhak paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap.

• Dalam hal dari penyimpanan uang hasil lelang benda sitaan tersebut terdapat bunga keuntungan maka perampasan atau pengembalian uang hasil lelang benda sitaan juga disertai de-ngan bunga keuntungan yang diperoleh dari penyimpanan uang hasil lelang benda sitaan tersebut.

48

Page 56: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

1. Selain hukum acara yang diatur dalam PERMA No.13/2016 terse-but, perlu menjadi perhatian jika terjadi hal-hal sebagai berikut:• Dalam hal saat penyidikan, Pengurus korporasi sudah

berganti, maka yang mewakili korporasi sebagai tersangka adalah Pengurus yang menjabat saat dilakukannya penyidi-kan. Selaku Tersangka yang mewakili Korporasi, Direksi/Pe- ngurus tersebut dapat menghadirkan saksi-saksi untuk me-nerangkan perkara yang disangkakan.

• Pada umumnya, korporasi selalu ada pelaku materielnya dalam hal ini orang. Namun demikian tidak tertutup ke-mungkinan, dalam penyidikan mengalami kesulitan untuk membuktikan pelaku materilnya, karena yang bisa meme-nuhi seluruh unsurnya hanya korporasi. Yakni dalam hal deliknya merupakan delik omisi, yakni apabila kewajiban hukum itu dimiliki oleh korporasi namun tidak dilakukannya. Misal: suap yang diberikan oleh PT. A kepada aparatur pajak untuk menghindari kewajiban pajak PT. A selaku wajib pajak korporasi. Meskipun Pengurus korporasi yang memerintah-kan pegawainya untuk tidak membayar kewajiban pajak, na-mun kewajiban tersebut merupakan kewajiban hukum PT.A sebagai korporasi.

• Dalam hal Korporasi yang dibubarkan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka syarat pembubaran mengacu kepada UU No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Pembubaran PT harus diikuti dengan likuidasi. Alasan pembubaran per-seroan dapat terjadi karena:• keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);• jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran

dasar telah berakhir;• berdasarkan penetapan pengadilan;

49

Page 57: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

• dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk memba-yar biaya kepailitan;

• harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana dia-tur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Pe-nundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau

• dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam hal Korporasi berbentuk BUMN, syarat dan prosedurnya mengacu kepada PP No.45/2005 tentang pendirian pengurusan, pengawasan dan pembubaran BUMN.

3. Dalam hal korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi me-rupakan korporasi asing, maka tetap dapat dipertanggungjawab-kan secara pidana sebagaimana tindak pidana yang dilakukan oleh Warga Negara Asing (WNA). (Lihat Pasal 2 KUHP)

50

Page 58: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Kasus posisi berikut merupakan kasus hipotetif (bukan kasus sebenarnya), namun modusnya sering terjadi dalam kasus-kasus tin-dak pidana korupsi yang melibatkan korporasi.• Pada sekitar bulan November tahun 2010, SW selaku Direktur

Utama PT. XYZ memerintahkan manajer pemasaran, AYE untuk mengikuti lelang pengadaan paket alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan propinsi Sumatera untuk menanggulangi penyakit dan meningkatkan pelayanan kesehatan RSUD setempat dengan nilai pengadaan sebesar Rp.26 Milyar.

• SW menyampaikan kepada AYE jika PT. XYZ sudah pasti dime-nangkan oleh panitia pengadaan, karena dokumen perencanaan lelang pengadaan berupa spesifikasi alat kesehatan dan HPS yang digunakan adalah berasal dari PT. XYZ dengan harga yang sudah dinaikkan sebesar 40% dari harga yang biasa dijual oleh PT. XYZ kepada pelanggan lain. Hal ini bisa terjadi karena SW mengenal baik BS, Kepala Dinas Kesehatan yang juga sekaligus Pejabat Pem-buat Komitmen (PPK) dalam pengadaan tersebut dan BS berjanji akan ‘mengawal’ lelang pengadaan tersebut agar PT. XYZ sebagai pemenang.

• Dalam pelaksanaan lelang pengadaan, AYE menyiapkan syarat-syarat administrasi yang diperlukan termasuk surat penawaran harga yang ditandatangani oleh SW selaku Dirut PT. XYZ. Har-ga yang ditawarkan adalah Rp.25 Milyar, dengan perkiraan ke- untungan sebesar 40%, karena sejak awal harga pengadaan Rp.26 Milyar telah di-mark-up.

BAGIAN III: CONTOH KASUS DAN CEKLIS PEMBUKTIAN DALAM PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KORPORASI

A . C o n t o h K a s u s

51

Page 59: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Selain itu, AYE juga menyiapkan peminjaman bendera beberapa perusahaan yakni PT. ABC, PT. DEF, PT. GHI dan PT. JKL yang akan digunakan sebagai peserta pendamping lelang pengadaan tersebut serta menyiapkan beberapa surat penawaran harga dari harga penawaran PT. XYZ. AYE selalu melaporkan kegiatannya dalam proses lelang pengadaan kepada SW termasuk bagaimana AYE berkoordinasi dengan para panitia pengadaan supaya PT. XYZ memenuhi syarat formil untuk menjadi pemenang. Hal ini merupakan praktek yang sudah biasa dan sering dilakukan oleh PT. XYZ untuk memenangkan lelang pengadaan.

• PT. XYZ kemudian ditetapkan sebagai pemenang lelang pe-ngadaan dan SW menandatangani kontrak pengadaan tersebut. PT. XYZ telah menerima seluruh pembayaran kontrak pada bu-lan Desember 2010, walaupun sebenarnya penyerahan barang terlambat dan baru diserahkan seluruhnya pada Januari 2011. Hal ini terjadi karena AYE telah mengatur proses penyerahan barang secara formalitas dengan Panitia Penerima Barang dan proses pembayarannya sesuai arahan SW. SW juga memerintahkan AYE untuk menyerahkan dana sebesar 20% dari nilai kontrak yang digunakan untuk:1. 10% (Rp.2,5 Milyar) untuk Kepala Dinas Kesehatan sekaligus

PPK 2. 5% (Rp.1,25 Milyar) untuk Panitia Pengadaan3. 3% (Rp.750juta) untuk Panitia Penerima Barang dan Benda-

hara4. 2% (Rp.500 juta) untuk fee peminjaman bendera kepada PT.

ABC, PT. DEF, PT. GHI dan PT. JKL.

Penyidik telah melakukan serangkaian tindakan penyidikan untuk membuktikan tindak pidana korupsi yang terjadi dan Kepala Dinas Kesehatan telah ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi dalam pengadaan tersebut dengan dugaan pelanggaran pasal 2 ayat (1) dan Pasal 11 UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

52

Page 60: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Bukti-bukti yang diperoleh dalam penyidikan atas kronologis fakta tersebut adalah:

Dokumen pengadaan alat kesehatan Dinas Kesehatan termasuk doku-men perencanaan berupa spesifikasi barang dan surat informasi harga dari PT. ABC, PT. DEF dan PT. GHI sebagai dasar harga pembanding untuk penyusunan HPS.

Dokumen lelang pengadaan dan penawaran PT. XYZ, PT. ABC, PT. DEF, PT. GHI dan PT. JKL.

Keterangan Kepala Dinas kesehatan, Panitia Pengadaan, Panitia Peneri-maan Barang, Bendahara yang mengakui adanya rekayasa lelang untuk memenangkan PT. XYZ.

Keterangan AYE dan SW yang mengakui rekayasa lelang untuk meme-nangkan PT. XYZ dan memberikan suap kepada pegawai negeri yang terlibat.

Dokumen dan bukti digital tentang notulensi rapat dan komunikasi internal PT. XYZ tentang rekayasan lelang dan pemberian suap.

Catatan keuangan PT. XYZ tentang penerimaan pembayaran kontrak pengadaan tersebut, catatan penggunaannya termasuk biaya pelak-sanaan pengadaan, pemberian suap kepada pihak terkait serta ke- untungan PT. XYZ.

53

Page 61: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Keterangan dari Direksi, Komisaris, serta para pegawai PT. XYZ yang menerangkan tidak adanya kebijakan, pelaksanaan maupun evaluasi atas sistem pencegahan korupsi dan kepatuhan/pengendalian internal PT. XYZ (termasuk tidak adanya larangan suap).

Keterangan ahli penghitungan kerugian keuangan negara yang menghi-tung kerugian akibat rekayasa lelang tersebut sebesar Rp.6,25 Milyar berdasarkan jumlah kemahalan harga, serta perhitungan tentang jum-lah keuntungan dan manfaat yang diperoleh oleh PT. XYZ.

54

Page 62: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Berdasarkan kasus posisi tersebut diatas, penyidikan juga dilakukan untuk membuktikan keterlibatan PT. XYZ dalam tindak pidana korupsi yang terjadi. Dalam penanganan perkara korupsi yang diduga dilakukan oleh PT. XYZ tersebut, penyidik dapat menggunakan ceklis pembuktian sebagai berikut:

B . C e k l i s P e m b u k t i a n

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

A . P e r b u a t a n K o r p o r a s i

1) Perbuatan pi-dana apa yang terjadi dalam kasus ini?

• Tindak pidana korupsi melawan hukum berupa rekayasa lelang dan pemberian suap sebagaima-na diatur dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 13 UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

2) Siapa yang melakukan tin-dak pidana di lapangan?

• AYE, Manajer Pemasaran dan SW, Direktur Utama PT. XYZ yang melakukan rekayasa lelang yang tidak sesuai dengan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerin-tah serta pemberian suap untuk memenangkan lelang pengadaan tersebut.

3) Apakah buk-ti-bukti perbua-tan pidana yang dilakukan oleh AYE dan SW telah memenuhi

• Ya, perbuatan AYE dan SW telah memenuhi unsur-unsur delik korupsi pada Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 13 UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan tidak ada alasan

55

Page 63: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

unsur-unsur per-buatan pidana yang disangka-kan?

pemaaf maupun alasan pembenar.

4) Apakah telah terjadi perbua-tan pidana oleh korporasi dalam peristiwa terse-but?

• Ya, AYE selaku Manajer Pemasa-ran dan SW selaku Direktur Utama PT. XYZ melakukan tin-dak pidana korupsi tersebut berdasarkan ‘hubungan kerja’ dengan PT. XYZ dan perbuatan tersebut dilakukan untuk dan atas nama serta kepentingan PT. XYZ.

• Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 13 UU No.31/1999 jo. UU No.20/2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP merupakan jenis pasal yang da-pat dikenakan pemidanaan ke-pada korporasi.

5) Alat bukti apa yang dibutuhkan untuk membuk-tikan perbuatan AYE dan SW adalah perbua-tan yang dilaku-kan untuk dan atas nama kor-porasi?

• Seluruh alat bukti untuk mem-buktikan perbuatan pidana ko-rupsi yang dilakukan oleh AYE dan SW yang memenuhi unsur-unsur delik korupsi sebagaima-na diatur dalam suap Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 13 UU Tindak Pi-dana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

56

Page 64: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

Dokumen, keterangan dan ba-rang bukti lainnya yang mem-buktikan ‘hubungan kerja’ antara AYE dan SW dengan PT. XYZ, seperti: Akte pendirian, RUPS, surat pendaftaran susunan Di-reksi ke Kemenkumham, struk-tur organisasi, daftar kepegawa kepegawaian PT. XYZ, perjan-jian kerja, SK pengangkatan, job desc, pembayaran gaji/insentif/remunerasi, dll (membuktikan hubungan kerja).

• Rencana kerja dan keuangan, dokumen penawaran harga dan lelang pengadaan, notulensi rapat Direksi/Pegawai PT. XYZ yang terkait, catatan keuangan PT. XYZ, rekaman komunikasi AYE, SW dengan Direksi/pegawai PT. XYZ lainnya dan keterangan yang menerangkan memenang-kan rekayasan lelang untuk memenangkan PT. XYZ dalam lelang pengadaan serta pembe-rian suap (membuktikan per- buatan itu dilakukan untuk kepentingan dan atas nama kor-porasi).

57

Page 65: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

B.K e s a l a h a n Korporasi

1) Apakah PT. XYZ mendapat-kan keuntungan/manfaat dari tin-dakan AYE dan SW?

Ya. Dokumen, keterangan dan barang bukti lainnya terkait operasional dan keuangan proyek PT. XYZ serta do-kumen pengadaan/kontrak yang me-menangkan PT. XYZ dan keuntungan yang diterimanya (membuktikan man-faat yang diterima korporasi atau akan diterima/petunjuk kesalahan).

2) Apakah PT. XYZ membiar-kan AYE dan SW melakukan hal tersebut?

Ya. Dokumen, keterangan dan ba-rang bukti lainnya yang menerangkan bahwa praktek rekayasa lelang dan pemberian suap untuk memenang-kan lelang pengadaan adalah praktek yang biasa dilakukan oleh PT. XYZ serta bukti riwayat komunikasi antara AYE dan SW dengan Direksi dan/atau pegawai lain (membuktikan pembiar-an/minimnya pengawasan atas perbua-tan pidana itu).

3) Apakah PT. XYZ melakukan upaya pencega-han?

Tidak ada upaya pencegahan. Doku-men, keterangan dan barang bukti lainnya terkait tidak adanya sistem pengawasan internal dan program, pelaksanaan, evaluasi pencegahan ko-rupsi dan pengendalian internal di PT. XYZ (membuktikan apakah ada/tidak upaya pencegahan korupsi).

58

Page 66: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

4) Apakah PT. XYZ telah me-lakukan langkah-langkah yang memadai (seba-gaimana hukum mewajibkan) dan untuk meng-hindari kerugian/dampak yang lebih besar?

Tidak ada langkah memadai untuk mencegah dampak lebih besar. Do-kumen, keterangan dan barang bukti lainnya yang menerangkan sikap PT. XYZ setelah mengetahui rekayasa le-lang dan suap itu dilakukan oleh AYE dan SW (membuktikan apa yang te-lah dilakukan perusahan pasca tindak pidana terjadi).

C. H u k u m Acara

1) Siapa yang mewakili PT. XYZ?

Salah seorang Direksi yang ditunjuk oleh PT. XYZ mewakili PT. XYZ dalam proses pemeriksaan perkara.Jika SW selaku Dirut juga menjadi tersangka untuk perkara korupsi yang sama, maka PT. XYZ diwakili oleh SW atau dapat pula oleh salah seorang Direksi PT. XYZ lain. Namun, untuk menghindari kesulitan penyidik dalam memeriksa fakta-fakta, sebaiknya PT.XYZ diwakili oleh seorang Direksi lainnya yang bukan tersangka dalam perkara aquo. Pemeriksaan terhadap PT. XYZ selaku tersangka Korporasi dan/atau SW se-bagai Pengurus yang juga tersangka dalam perkara yang sama dapat di-lakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Namun, untuk memu-dahkan proses pemeriksaan sehingga

59

Page 67: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

data dan fakta serta penjatuhan pi-dana dapat dilakukan secara kom-prehensif dan menghindari adanya potensi pertentangan antar putusan, sebaiknya pemeriksaan terhadap PT. XYZ (korporasi) dan SW (pe-ngurus) diajukan secara bersama-sama. Tentang teknis berkas perkara pelaku materiel dan korporasi apa-kah akan disatukan atau dipisah, diserahkan kepada strategi Penyidik untuk memilih mana yang lebih efek-tif.Dalam hal PT. XYZ telah dipanggil secara patut tidak hadir, menolak hadir atau tidak menunjuk Pengu-rus untuk mewakili PT. XYZ dalam pemeriksaan, maka penyidik menen-tukan salah seorang Pengurus untuk mewakili Korporasi dan memanggil sekali lagi dengan perintah kepada petugas untuk membawa Pengurus tersebut secara paksa.

60

Page 68: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Yang dibuktikan

Pertanyaan Kunci Jawaban

2) Apakah alat buktinya sama?

Alat bukti terhadap PT. XYZ seba-gai pelaku korporasi pada prinsipnya sama dengan alat bukti pelaku orang (natural person).

3) Bagaimana bila PT. XYZ melakukan pembubaran, pemisahan, penggabungan atau peleburan saat penyidikan dilakukan?

Korporasi yang melakukan pem-bubaran, pemisahan, pengga- bungan atau peleburan tetap dapat dimintai pertanggungjawaban pidana sebagaimana diatur dalam PERMA No.13/2016.

4) Bagaimana de-ngan penanganan harta kekayaan PT.XYZ ??

Penanganan harta kekayaan PT.XYZ dapat dilakukan penyitaan sesuai KU-HAP dan penangananya sebagaimana diatur dalam PERMA No.13/2016

61

Page 69: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

Buku, Jurnal, Pedoman, Pranala LuarAnindito, Lakso. (2017). Lingkup Tindak Pidana Korupsi dan Pembuktian Kesalahan Dalam Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Indonesia, Inggris dan Perancis dalam Jurnal Integritas KPK. Jakarta: Jur- nal Integritas KPK Volume 3, Nomor 1.Chazawi, Adam. (2016). Hukum Pidana Korupsi di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Edisi Revisi.KPK. (2006). Buku Saku Memahami Untuk Membasmi. Jakarta: KPK.KPK. (2017). Tindak Pidana Korupsi berdasarkan Jabatan/Profesi. Update 30 Juni 2017. Diunduh dari https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak- pidana-korupsi/tpk-berdasarkan-profesi-jabatan Pohan, Agustinus. (2017a). Unsur Kesalahan dalam Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Paparan pada “Public Seminar On Corporate Criminal Liabilities”, KPK, Jakarta.Pohan, Agustinus. (2017b). Program Kepatuhan Korporasi Sebagai Alasan Pemaaf. Paparan pada Forum Apgakum “Implementasi Perma No.13 Tahun 2016 Dalam Perkara Tipikor”, KPK, Palembang.Tim POKJA Penyusunan Perma Pidana Korporasi. (2017). Tata Cara Pe- nanganan Perkara Pidana Korporasi. Jakarta: KPK dan Mahkamah Agung.

Peraturan Perundang-UndanganRepublik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi.

D a f t a r R e f e r e n s i

62

Page 70: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

1. Agustinus Pohan lahir di Indramayu tahun 1956 dan merupakan lulu-san sarjana hukum di UNPAD, Master of Science di Arizona State of University. Pada tahun 1982 s/d 1983 di YLBHI, Kemudian sejak 1983 s/d sekarang sebagai dosen hukum pidana di Universitas Parahyangan, Bandung. Dia merupakan peneliti dengan topik pertanggungjawaban pidana korporasi pada tahun 1987. Dia juga merupakan Tim Ahli un-tuk KPK dalam penyusunan buku anotasi RUU KUHP dan Tim Ahli untuk KPK dalam penyusunan Peraturan Mahkamah Agung No.13 Ta-hun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi.

2. Dwi Siska Susanti lahir di Medan dan merupakan lulusan sarjana hu-kum USU, magister hukum UI dan saat ini sebagai kandidat Ph.D dari National Chengchi University, Taipei Taiwan. Dia merupakan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi pada kedeputian Penindakan pada tahun 2005-2013, sebagai advisor pada GIZ GmbH untuk program asistensi pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia pada tahun 2015-2016, dan saat ini aktif sebagai narasumber dalam berba-gai pelatihan dengan materi hukum, antikorupsi, fraud, audit investi-gatif, pengadaan barang dan jasa, sebagai konsultan dan penulis modul pelatihan, serta sebagai advisor untuk SustaIN (Mitra Juang Indonesia).

T e n t a n g P e n u l i s

63

Page 71: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk

L a m p i r a n

64

Page 72: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 73: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 74: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 75: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 76: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 77: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 78: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 79: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 80: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 81: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 82: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 83: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 84: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 85: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 86: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 87: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 88: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 89: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 90: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 91: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk
Page 92: PANDUAN TEKNIS PENYELIDIKAN DAN DALAM TINDAK ......penyidikan (investigasi). Panduan ini memperkenalkan langkah-langkah praktis serangkaian tindakan pembuktian yang bertujuan untuk