Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

25
1 KATA PENGANTAR Pengembangan dosen merupakan salah satu sasaran pengembangan pendidikan tinggi saat ini. Hal ini tidak dapat disangkal, mengingat kemampuan dosen adalah salah satu unsur yang menentukan mutu lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berupaya meningkatkan mutu dosen, antara lain dengan cara memberikan kesempatan melanjutkan studi pascasarjana, baik di dalam maupun di luar negeri. Pendidikan pascasarjana di luar negeri memerlukan perhatian dan pengelolaan tersendiri. Hal ini antara lain didasarkan pada dua alasan, yaitu (a) pendidikan pascasarjana memerlukan dana yang sangat besar dan (b) keberadaan mahasiswa pascasarjana di luar negeri menghadirkan suatu tantangan bagi mereka, dalam arti penyesuaian diri dalam berbagai hal seperti budaya, akademik dan alam lingkungan. Menyadari kedua hal ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sejak tahun 80-an berupaya meringankan tantangan ini. Upaya itu dilakukan dengan cara menyelenggarakan predeparture training bagi calon karyasiswa luar negeri, khususnya untuk beberapa negara tujuan seperti Australia, Jerman dan Jepang. Kegiatan ini mencakup pelatihan bahasa asing, orientasi akademik dan pemahaman tentang kebudayaan. Sasaran pokok predeparture training adalah untuk mempersingkat dan meringankan proses penyesuaian diri para karyasiswa di luar negeri dan bagaimanapun pada akhirnya paling tidak akan membuahkan dua keuntungan, yaitu (a) menambah kemampuan kepada karyasiswa dalam menjalankan tugas studinya dan (b) mempersingkat masa studi dan sekaligus memperkecil pembiayaan.

description

Bagus untuk persiapan S2

Transcript of Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

Page 1: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

1

KATA PENGANTAR

Pengembangan dosen merupakan salah satu sasaran pengembangan

pendidikan tinggi saat ini. Hal ini tidak dapat disangkal, mengingat

kemampuan dosen adalah salah satu unsur yang menentukan mutu lulusan

perguruan tinggi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

berupaya meningkatkan mutu dosen, antara lain dengan cara memberikan

kesempatan melanjutkan studi pascasarjana, baik di dalam maupun di luar

negeri. Pendidikan pascasarjana di luar negeri memerlukan perhatian dan

pengelolaan tersendiri. Hal ini antara lain didasarkan pada dua alasan, yaitu

(a) pendidikan pascasarjana memerlukan dana yang sangat besar dan (b)

keberadaan mahasiswa pascasarjana di luar negeri menghadirkan suatu

tantangan bagi mereka, dalam arti penyesuaian diri dalam berbagai hal

seperti budaya, akademik dan alam lingkungan.

Menyadari kedua hal ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sejak tahun

80-an berupaya meringankan tantangan ini. Upaya itu dilakukan dengan

cara menyelenggarakan predeparture training bagi calon karyasiswa luar

negeri, khususnya untuk beberapa negara tujuan seperti Australia, Jerman

dan Jepang. Kegiatan ini mencakup pelatihan bahasa asing, orientasi

akademik dan pemahaman tentang kebudayaan. Sasaran pokok

predeparture training adalah untuk mempersingkat dan meringankan proses

penyesuaian diri para karyasiswa di luar negeri dan bagaimanapun pada

akhirnya paling tidak akan membuahkan dua keuntungan, yaitu (a)

menambah kemampuan kepada karyasiswa dalam menjalankan tugas

studinya dan (b) mempersingkat masa studi dan sekaligus memperkecil

pembiayaan.

Page 2: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

2

Untuk mencapai sasaran ini Proyek menyajikan keterangan mengenai

berbagai aspek tantangan tersebut dalam bentuk buku yang lebih mudah

disimak dan praktis dipakai sebagai sumber informasi. Bahan-bahan yang

termuat dalam buku ini dipetik dari pengalaman para karyasiswa, yang pada

umumnya perlu diketahui oleh mereka yang pertama kali memasuki

lingkungan akademik di luar negeri.

Perlu diketahui bahwa sistem pendidikan yang akan ditempuh di luar negeri

belum tentu sama dengan sistem pendidikan di Indonesia. Kenyataan ini

makin meyakinkan kita bahwa buku panduan ini sangat bermanfaat bagi

mereka yang akan menyelesaikan studi di luar negeri.

Beberapa sponsor pemberi beasiswa menyarankan pelaksanaan penelitian

sebaiknya dilakukan di Indonesia, sehingga permasalahan yang diambil

dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan nasional.

Dengan jujur dan setulus hati patut diakui bahwa informasi yang

dikemukakan dalam buku ini tidak mencakup setiap hal yang diperlukan

oleh karyasiswa yang akan berangkat ke luar negeri. Namun demikian kami

tetap berharap, mudah-mudahan buku ini dapat menjadi salah satu

referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Penyusunan buku ini hanya dapat berhasil berkat darma bakti dan

dukungan penuh dari segenap Tim Penyusun. Untuk itu ucapan terima

kasih yang tulus kami sampaikan kepada :

Dr.Ir. Heru Sutomo Brodjonegoro

Penyusun Buku Panduan Studi Pascasarjana di Inggris

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Drs. A. Hidayat, M.M., selaku Kasubdit Ketenagaan Perguruan Tinggi yang telah memberikan

dukungan serta input dan koreksi sehingga memungkinkan terbitnya buku

Page 3: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

3

ini. Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih juga kepada

Drs. Andi Ichsan dan Damrin Fachroddin, sebagai pengelola Program

Beasiswa Luar Negeri Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang telah

membantu tim dalam berbagai kesempatan dalam proses penyusunan buku

ini.

Semoga buku ini bermanfaat bagi karyasiswa luar negeri yang melakukan

tugas mulia dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka

mencerdaskan bangsa.

Jakarta, Agustus 2002

Direktur Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan

dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Page 4: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

4

PANDUAN STUDI PASCASARJANA DI LUAR NEGERI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peranan perguruan tinggi dalam pembangunan tercermin pada

mutu lulusan, hasil penelitian serta pengabdiannya pada

masyarakat. Untuk mencapai hasil yang diinginkan tersebut, salah

satu syarat utama adalah dosen yang tinggi kemampuan

akademiknya, jumlah yang cukup, serta menyebar di semua

bidang ilmu dan teknologi. Di samping itu harus didukung oleh

mahasiswa yang handal, tenaga penunjang pendidikan yang

profesional, program pendidikan yang relevan, sarana pendidikan

yang memadai, serta suasana akademik yang mendorong.

Mengingat masih terbatasnya pendidikan pascasarjana di

Indonesia dalam cabang ilmu atau teknologi tertentu, program

pendidikan di tingkat pascasarjana ke luar negeri dianggap perlu.

Pedoman ini ditujukan bagi mereka yang akan belajar atau

mengikuti pelatihan ke luar negeri, dengan harapan dapat

meringankan dan mengurangi kesulitan serta hambatan untuk

hidup dan belajar di negara antara lain Amerika Serikat, Australia,

Denmark, Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, Perancis, Philipina

dan Thailand.

Page 5: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

5

2. Pengembangan Dosen

Pengembangan dosen mencakup usaha meningkatkan

kemampuan atau mutu serta meningkatkan jumlah dosen melalui

rekruitmen secara selektif. Peningkatan mutu dapat dilakukan

melalui berbagai cara, antara lain pendidikan pascasarjana dan

pelatihan. Beberapa bidang ilmu dan teknologi masih belum

sepenuhnya dikembangkan oleh program pascasarjana dalam

negeri, oleh karena itu dosen perlu dikirim ke luar negeri untuk

mempelajari bidang ilmu dan teknologi tersebut. Bidang ilmu dan

teknologi yang dianggap strategis dan perlu dikembangkan antara

lain Informatika, Bioteknologi, Ilmu dan Teknologi Kelautan, Teknik

Penerbangan, Mikro Elektronika, Teknologi Manufaktur, Agribisnis,

Manajemen, Ilmu Lingkungan dan beberapa bidang ilmu lain.

3. Adaptasi pada Kebudayaan Asing

Dasar pemikiran konseptual berakar pada berbagai cabang ilmu

yaitu bahwa:

§ Kebudayaan adalah ragam utama untuk dapat mengerti

perilaku yang berbeda-beda. Sangat banyak batasan mengenai

kebudayaan, salah satunya adalah sebagai berikut:

kebudayaan adalah pemrograman gabungan dari berbagai

pikiran yang membedakan anggota suatu kelompok manusia

atau suatu kategori manusia yang satu dengan lainnya;

§ Perilaku manusia dan interaksi manusia adalah normatif, terikat

oleh nilai-nilai;

§ Perilaku kebudayaan itu dipelajari dan dikaji;

Page 6: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

6

§ Kebudayaan ke dalam merupakan peta-peta kognitif

perorangan atau pemrograman-pemrograman mental;

§ Pindah ke kebudayaan lain berarti pindah ke program lain

Pindah dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain

memerlukan penyesuaian. Hal ini pada umumnya dialami oleh

mereka yang untuk pertama kali tinggal di negeri lain dalam waktu

tertentu, seperti dosen yang sedang mengikuti tugas belajar di

luar negeri.

Secara ringkas tahapan-tahapan yang akan dilalui adalah sebagai

berikut:

1) Masa berbunga-bunga. Mula-mula banyak orang terpesona

dan tertarik oleh semua yang baru. Pendatang merasa gembira

dan bangga dalam memasuki suatu kebudayaan baru;

2) Masa resah. Orang mulai mengalami masalah baru, antara lain

berkaitan dengan masalah perumahan, pengangkutan,

perbelanjaan dan bahasa. Kelelahan mental terjadi akibat

tekanan yang terus-menerus untuk memahami bahasa dalam

lingkungan asing ini;

3) Penyesuaian awal. Pemecahan masalah dalam kegiatan

sehari-hari seperti perumahan dan perbelanjaan sudah tidak

merupakan masalah utama. Meskipun pendatang belum dapat

berbicara secara fasih, pengertian utama dan perasaan telah

dapat dinyatakan dengan bahasa kedua ini;

4) Masa risau. Seseorang yang telah jauh dari keluarga dan

teman akrab dalam waktu yang lama akan merasa kesepian.

Page 7: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

7

Banyak yang masih merasa belum dapat menyatakan

keinginannya sebaik seperti dengan bahasa aslinya. Perasaan

kecewa, murung dan kadang-kadang berakibat kurang percaya

diri sendiri akan timbul. Banyak orang yang mengalami tahapan

ini dalam waktu yang lama;

5) Masa Penerimaan dan Perpaduan. Hal-hal rutin telah

mantap. Pendatang telah menerima kebiasaan, adat, makanan

dan sifat-sifat dari orang dalam kebudayaan baru itu.

Pendatang merasa santai bersama teman, rekan dan bahasa

negeri kedua ini.

Proses penyesuaian dalam kebudayaan baru

Masa ber- Masa Masa Masa Masa bunga- Resah Penyesuaian Risau Penerimaan Awal dan Perpaduan

0 6 10 14 18 24 bulan

Di samping kebudayaan umum seperti tersebut di atas perlu

pula diperhatikan kebudayaan kampus, terutama perbedaan

pendekatan Asia dan Barat dalam proses belajar. Secara

ringkas proses belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 8: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

8

Pendekatan Asia

Pendeakatan Barat

Sikap pada ilmu : Melestarikan Mengembangkan

Pendekatan Belajar : Penggandaan ------- Analitis -------- Spekulatif

Siasat Belajar

Tipe Menghafal dan menirukan

Berfikir kritis Membahas, mencari kemungkinan baru dan penjelasan

Kegiatan Meringkas, memaparkan, mengenal, menerapkan rumus dan informasi

Bertanya, menentukan, menggabung-kan pemikiran dan informasi menjadi suatu alasan

Spekulasi dan membuat hipotesa

Pertanyaan khas

Apa ? Mengapa ? Bagaimana ? Bagaimana berlakunya ? Berapa pentingnya ?

Bagaimana jika ?

Tujuan "Kebenaran" Orijinalitas "sederhana" bahan dalam pola yang lain

Orijinalitas 'kreatif" sama sekali pendekatan baru, pengetahuan baru

Dalam bagan di atas tampak bahwa dalam Pendekatan Asia

tergambar sebagai berikut :

Page 9: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

9

Sikap pada ilmu mengutamakan sasaran "melestarikan",

pendekatan belajar mengutamakan "penggandaan", dan siasat

belajar adalah menghafal dan menirukan, meringkas,

memaparkan, mengenal, menerangkan rumus dan informasi,

dengan pokok pertanyaan "apa" dan tujuan "kebenaran".

Sementara itu Pendekatan Barat mengutamakan analisis dan

hipotesis (spekulatif), siasat belajar adalah membahas, mencari

kemungkinan baru dan penjelasan, membuat hipotesis

(spekulatif) dengan pokok pertanyaan "bagaimana jika" dan

tujuan "orijinalitas kreatif", pendekatan dan pengetahuan baru

yang sama sekali baru.

Untuk mencapai Pendekatan Barat diperlukan siasat belajar

dengan berfikir kritis, bertanya dengan pokok pikiran

"mengapa" dsb., dengan tujuan menemukan "orijinalitas".

Masalah-masalah lain yang sering dihadapi karyasiswa di luar

negeri adalah :

1) Masalah pengkucilan sosial, yaitu : kesulitan memulai

hubungan dengan orang lain, tidak dapat menikmati obrolan

santai, jarangnya undangan dari rekan, ragu-ragu untuk

mengundang teman, merasa malu dalam pertemuan sosial,

ketagihan televisi, kurangnya berita dari Indonesia,

sehingga merasa kesepian, kurangnya masyarakat

Indonesia di tempat belajar, rindu untuk pulang, menutup

diri, tidak mau membagi masalah dengan orang lain, dll.;

Page 10: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

10

2) Masalah kurangnya pengenalan etika sosial;

3) Masalah kewanitaan;

4) Masalah keluarga.

4. Mempelajari Bahasa Asing

Tidak sedikit orang berupaya keras mencari jalan yang paling baik

untuk mempelajari bahasa asing. Demikian juga sudah banyak

buku yang ditulis untuk mencari jalan yang paling baik.

Mempelajari bahasa asing menyangkut berbagai hal. Cara

mempelajari bahasa asing bagi orang dewasa berbeda dengan

cara yang dipakai oleh seorang anak sekolah, dan berbeda pula

dengan cara yang dipakai oleh anak kecil (prasekolah).

Demikian pula kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari bahasa

asing di antara ketiga kelompok umur tadi sangat berbeda-beda.

Begitu juga, tujuan mempelajari bahasa asing dapat berbeda-

beda. Hal ini akan menentukan muatan pelajaran dan metode

belajar bahasa asing tersebut. Oleh karena itu staf akademik muda

yang berniat mempelajari bahasa asing untuk tujuan studi lanjut,

perlu menyadari dan mengetahui terlebih dahulu beberapa hal

sebelum mendaftarkan diri pada suatu pelatihan bahasa asing,

yakni :

1) Tujuan pelatihan bahasa asing bagi mereka yang ingin

melanjutkan studi di luar negeri adalah penguasaan bahasa

sebagai alat komunikasi secara umum (language proficiency).

Page 11: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

11

Penguasaan bahasa mencakup keterampilan dalam menulis,

membaca, mendengar dan berbicara;

2) Untuk menguasai keempat aspek bahasa tersebut diperlukan

bahan ajar yang terdiri dari tata bahasa dan sejumlah kata-

kata. Perlu diketahui bahwa untuk keperluan penguasaan

bahasa asing sebagai alat komunikasi umum (medium of

instruction) diperlukan sejumlah kata yang termasuk sebagai

kata-kata yang paling tinggi pemakaiannya (the most frequently

used words). Mempelajari kata-kata asing yang langka

pemakaiannya hanyalah pekerjaan yang kurang bermanfaat

bagi seseorang yang berminat mempelajari bahasa asing

sebagai medium of instruction;

3) Istilah-istilah teknik (technical words) sebaiknya dipelajari

secara khusus, bukan dalam pelatihan umum bahasa asing;

4) Mempelajari bahasa asing bagi seorang dewasa adalah suatu

proses penguasaan "kebiasaan" (habit) baru, karena

mempergunakan bahasa adalah suatu proses yang berjalan

menurut suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dimaksud terjadi

dalam proses pengucapan kalimat (speaking), mendengar

bunyi bahasa (listening) dan dalam aspek-aspek lainnya. Agar

"kebiasaan" baru ini dapat dikuasai, diperlukan latihan (drill)

yang sangat intensif;

5) Bagi seorang dosen yang ingin mempelajari bahasa asing

sebagai medium of instruction, keterampilan menerjemahkan

bahasa perlu dikuasai, khususnya untuk tujuan akademik.

Page 12: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

12

Istilah-istilah teknik (technical words) hanya dapat dikuasai oleh

mereka yang berkecimpung dalam bidang yang terkait atau alih

bahasa dalam konteks yang jelas. Ada kalanya kata-kata atau

istilah-istilah tersebut hanya dapat dijelaskan, tetapi tidak

diterjemahkan karena belum mempunyai padanan kata dalam

bahasa Indonesia.

5. Syarat-syarat dan Prosedur untuk Studi di Luar Negeri

Dalam rangka pengusulan tugas belajar ke luar negeri, perlu

diketahui hal-hal sebagai berikut :

5.1. Instansi yang terkait :

1) Departemen Pendidikan Nasional: Perguruan Tinggi,

Kopertis (untuk karyasiswa dari PTS), Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Biro Kerjasama Luar Negeri dan

Hubungan Masyarakat, Biro Kepegawaian;

2) Sekretariat Kabinet, untuk S.K. Tugas Belajar;

3) Departemen Luar Negeri untuk paspor biru/dinas;

4) Departemen Kehakiman (Kantor Imigrasi) untuk paspor

hijau;

5) Perwakilan negara asing yang bersangkutan di Indonesia

untuk urusan visa.

Page 13: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

13

5.2. Syarat-syarat dan kelengkapan untuk tugas belajar ke luar negeri

1) Syarat-syarat : a. Tersedianya penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi

di luar negeri untuk program studi yang diinginkan;

b. Tersedianya dana untuk pelaksanaan studi (dana

pinjaman, hibah, dll.);

c. Mendapat persetujuan pimpinan perguruan tinggi atau

Koordinator Kopertis bagi dosen pegawai negeri sipil

yang dipekerjakan di perguruan tinggi swasta;

d. Surat Keputusan/Persetujuan tugas belajar dari Setkab.

Informasi tentang tersedianya kesempatan studi luar negeri

dan beasiswa dapat diperoleh melalui penawaran tugas

belajar dan beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi yang disampaikan melalui pimpinan perguruan

tinggi atau dari sumber lain.

2) Kelengkapan:

a. Keterangan mengenai status kepegawaian (sudah lulus

pelatihan prajabatan (STTPL) bagi calon pegawai

negeri sipil);

b. Surat pernyataan tugas belajar ke luar negeri dari

karyasiswa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12

Tahun 1961 tentang Pemberian Tugas Belajar

(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Page 14: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

14

Nomor 2278 dan Keputusan Menteri Pertama Nomor

224/MP/1961) yang isinya antara lain menyatakan

bahwa selama di luar negeri tidak akan melakukan hal-

hal yang merugikan negara, ditandatangani di atas

materai Rp 6000,-. Dokumen ini disediakan oleh Ditjen

Pendidikan Tinggi;

c. Daftar Riwayat Hidup untuk tugas belajar ke luar negeri

(formulir dikeluarkan oleh Biro Kerjasama Luar Negeri

Depdiknas);

d. Permohonan paspor dinas (formulir telah tersedia);

e. Pasfoto berwarna (minimal berdasi bagi pria) ukuran 3

x 4 cm sebanyak empat lembar (dibaliknya dituliskan

nama dan NIP yang bersangkutan dan dimasukkan ke

dalam amplop);

f. Surat keterangan penerimaan di perguruan tinggi di luar

negeri (Letter of Acceptance atau Call Forward);

g. Surat keterangan jaminan biaya (Letter of Award) atau

Surat Pernyataan Biaya Sendiri di atas materai Rp

6000,- (bila atas biaya sendiri);

h. SK Kepegawaian Terakhir

3) Pelamar

Pelamar tugas belajar luar negeri dapat dibedakan dalam

dua kategori :

Page 15: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

15

a. Pelamar tugas belajar luar negeri dengan beasiswa

(dari/melalui pemerintah) adalah dosen tetap PTN dan

dosen tetap PTS (dengan syarat-syarat tertentu).

b. Pelamar tugas belajar luar negeri dengan tanggungan

biaya sendiri adalah dosen tetap PTN dan dosen tetap

PTS (dengan syarat-syarat tertentu pula).

5.3. Syarat-syarat dan kelengkapan untuk usul perpanjangan izin tugas belajar, perpanjangan beasiswa, perubahan bidang studi dan meningkatkan strata pendidikan

1) Persyaratan untuk perpanjangan izin tugas belajar : a. Rekomendasi Pembimbing/Dekan/Ketua Program Studi

perguruan tinggi luar negeri tentang rencana

penyelesaian studi;

b. Surat keterangan jaminan pembiayaan dari pihak

penyandang dana;

c. Surat persetujuan pimpinan perguruan tinggi asal;

d. Fotokopi surat persetujuan/keputusan Sekretaris Kabinet

yang terakhir tentang tugas belajar yang bersangkutan.

2) Persyaratan untuk perpanjangan beasiswa/dana : a. Rekomendasi Pembimbing/Dekan/Ketua Program Studi

perguruan tinggi luar negeri tentang rencana

penyelesaian studi;

b. Surat keterangan jaminan pembiayaan dari penyandang

dana;

Page 16: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

16

c. Surat persetujuan pimpinan perguruan tinggi asal;

d. Apabila izin belajar sudah habis waktunya, perlu

dilampir-kan Surat Keputusan/Persetujuan Setkab yang

terakhir.

3) Persyaratan untuk perubahan bidang studi : a. Surat keterangan dari pembimbing/dekan/ketua program

studi perguruan tinggi di luar negeri tentang perubahan

program studi;

b. Fotokopi Surat Persetujuan/Keputusan Sekretaris

Kabinet;

c. Surat persetujuan pimpinan perguruan tinggi asal.

4) Persyaratan untuk meningkatkan strata pendidikan :

a. Surat keterangan dari Pembimbing/Dekan/Ketua

Program Studi perguruan tinggi di luar negeri tentang

penerimaan yang bersangkutan untuk meningkatkan

strata pendidikan dimaksud;

b. Adakalnya diperlukan academic transcript serta Grade

Point Average (GPA)/nilai mutu rata-rata program

master yang baru ditempuh;

c. Keterangan jaminan biaya dari pihak penyandang dana;

d. Fotokopi Surat Persetujuan/Keputusan Sekretaris

Kabinet;

e. Surat persetujuan pimpinan perguruan tinggi asal

Page 17: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

17

6. Syarat-syarat tambahan untuk mendapatkan beasiswa tugas belajar (Fellowship) dari Program Bilateral

6.1. Umur

Umur calon harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh

pihak pemberi beasiswa

6.2. Keluarga

Beberapa negara pemberi beasiswa menyediakan bantuan

atau dana sosial bagi keluarga yang ikut mendampingi

mahasiswa, sementara negeri lain tidak menyediakan fasilitas

atau bantuan sosial.

6.3. Kesempatan bekerja setengah waktu

Pada umumnya mahasiswa penerima beasiswa Program

Bilateral tidak diperkenankan bekerja sambil studi.

6.4. Syarat kesehatan

Negeri pemberi beasiswa menentukan syarat-syarat

kesehatan bagi calon penerima beasiswa yang harus dipatuhi

oleh yang bersangkutan.

6.5. Beberapa negeri pemberi beasiswa menentukan masa bakti di

Indonesia setelah menyelesaikan studi dengan beasiswa

Program Bilateral, sebelum melanjutkan ke program lanjutan

dengan beasiswa yang sama.

Page 18: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

18

6.6. Beberapa negeri pemberi beasiswa tidak mengizinkan

pemberian beasiswa secara bersamaan waktu kepada suami

isteri, tetapi biaya salah satu.

7. Alur Pemrosesan

Alur pemrosesan keberangkatan ke luar negeri ini dapat

dibedakan dalam delapan tahapan sebagai berikut :

7.1. Perguruan Tinggi/Kopertis :

1) Pada tahap ini proses pengajuan calon karyasiswa dimulai

dari tingkat jurusan dan fakultas untuk diajukan kepada

pimpinan perguruan tinggi;

2) Pengajuan selanjutnya oleh pimpinan perguruan tinggi

kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Bagi dosen

yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil yang

dipekerjakan (PNSD) di perguruan tinggi swasta,

pengusulan diajukan oleh Koordinator Kopertis yang

bersangkutan kepada Dirjen Dikti.

7.2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) :

1) Surat usulan/persetujuan pimpinan perguruan tinggi/

Koordinator Kopertis dilengkapi dengan dokumen

kelengkapan sebagaimana tersebut pada butir 2 di atas

(syarat dan kelengkapan);

2) Berkas usulan dari pimpinan perguruan tinggi kepada

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tersebut dikelola

oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Page 19: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

19

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (P2TK-

KPT). Titik tolak pertimbangan ialah aspek administratif

dan pengembangan tenaga akademik, dalam kaitan

dengan pengembangan bidang ilmu, relevansi kebutuhan,

pemerataan, efisiensi dan kebutuhan masa depan. Secara

teknis urusan ini ditangani oleh Subdirektorat Ketenagaan

Perguruan Tinggi (Subdit KPT).

7.3. Biro Kerjasama Luar Negeri dan Hubungan Masyarakat/ Sekretariat Jenderal Depdikbud : 1) Proses penelaahan ditinjau dari aspek administratif dan

kerjasama luar negeri;

2) Mengusulkan pencalonan dan rencana keberangakatan ke

luar negeri kepada Sekretaris Kabinet;

7.4. Sekretariat Kabinet (Setkab) : 1) Penelaahan usulan pada Setkab berdasarkan pada aspek

administratif dan aspek kebijakan pemerintah tentang

kerjasama luar negeri;

2) Setkab mengeluarkan Surat Persetujuan/Keputusan

bepergian ke luar negeri untuk keperluan studi, mengikuti

pelatihan studi, training, seminar, konferensi, dsb, dengan

ketentuan :

a. Status sebagai pegawai negeri sipil tetap berlaku,

sekalipun yang bersangkutan dalam waktu tertentu

meninggalkan pekerjaan untuk mengikuti tugas belajar;

Page 20: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

20

b. Yang bersangkutan diizinkan meninggalkan pekerjaan-

nya tanpa mengurangi perhitungan masa kerja selama

tugas belajar yang diizinkan tersebut;

c. Yang bersangkutan tetap berhak atas gaji pokoknya,

dengan penyesuaian berdasarkan ketentuan yang

berlaku;

d. Yang bersangkutan akan meneruskan tugas dan

tanggungjawabnya ditempat kerja semula sekembali

dari tugas belajar luar negeri.

3) Surat Persetujuan/Keputusan Setkab tersebut ditujukan

kepada pihak-pihak :

a. Departemen Luar Negeri untuk pengadaan paspor

dinas;

b. Departemen Keuangan untuk penghentian pembayaran

tunjangan fungsional (tunjangan jabatan dosen);

c. Pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan

d. Biro Kerjasama Luar Negeri Depdiknas;

e. Yang bersangkutan.

7.5. Departemen Luar Negeri (Deplu): 1) Berdasarkan keputusan/persetujuan Setkab, maka

Departemen Luar Negeri mengeluarkan paspor dinas bagi

karyasiswa yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil;

2) Memberikan izin keberangkatan ke luar negeri (exit

permit).

Page 21: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

21

7.6. Ditjen Imigrasi (Departemen Kehakiman dan HAM) : 1) Bagi karyasiswa yang tidak berstatus sebagai pegawai

negeri sipil diperlukan paspor hijau, yang dikeluarkan oleh

Kantor Imigrasi;

2) Yang bersangkutan dapat mengurus sendiri dengan

mengisi formulir yang telah tersedia di Kantor Imigrasi.

Pembuatan pasfoto paspor dilakukan di Kantor Imigrasi;

3) Persyaratan lain adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP).

7.7. Kedutaan Besar/Perwakilan Asing di Indonesia: 1) Mengisi formulir permohonan visa serta melengkapi syarat-

syarat yang ditentukan oleh masing-masing Kedutaan

Besar atau perwakilan asing yang bersangkutan;

2) Memberikan izin masuk ke negara yang bersangkutan

(visa). Ketentuan mengenai visa dikeluarkan oleh masing-

masing negara yang bersangkutan.

7.8. Bandara Internasional/Keberangkatan: 1) Pemeriksaan keabsahan dokumen perjalanan yaitu tiket

internasional dan masa berlaku exit permit (paspor);

2) Tanda pembayaran fiskal keberangkatan ke luar negeri

(bebas fiskal luar negeri bagi pemegang paspor dinas dan

menunjukkan surat persetujuan/keputusan Setkab);

3) Untuk negara-negara tertentu mungkin masih diperlukan

kartu kesehatan (health certificate);

4) Pengisian kartu keberangkatan untuk penerbangan

internasinal (diperoleh pada waktu check-in);

Page 22: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

22

5) Perlu diketahui barang-barang yang terlarang dibawa/

memasuki suatu negara;

6) Membawa sejumlah mata uang yang berlaku di negara

tujuan atau mata uang yang berlaku secara internasional.

8. Prosedur Administrasi Karyasiswa di Luar Negeri

Berbagai kegiatan administratif perlu dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi/perguruan tinggi asal/proyek dengan

karyasiswa memelihara hubungan timbal balik. Berikut ini

beberapa contoh keadaan di mana inisiatif untuk mengadakan

hubungan administratif dengan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi/perguruan tinggi asal/proyek, harus dimulai oleh

karyasiswa:

Mengadakan alih program studi (pindah bidang studi atau

melanjut-kan studi ke jenjang yang lebih tinggi);

1) Perpanjangan masa studi dan bantuan beasiswa;

a. Peralihan sponsor beasiswa;

b. Laporan akhir semester/kuartal atau akhir tahun kuliah;

c. Perubahan-perubahan lain yang berlaku di perguruan tinggi

tempat belajar;

d. Rencana perjalanan antar negara, termasuk pulang cuti;

e. Berhasil atau gagal studi;

f. Kedatangan kembali di tanah air setelah selesai melakukan

tugas belajar.

Page 23: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

23

9. Pedoman Penilaian Ijazah Pendidikan Tinggi Luar Negeri

Penilaian terhadap ijazah lulusan pendidikan tinggi luar negeri

dilakukan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 1980 dan Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 05/SE/1980.

Ketentuan ini diberlakukan bagi setiap pemilik ijazah lulusan

pendidikan tinggi luar negeri yang bekerja pada instansi pemerintah

atau lembaga lain yang memerlukan keterangan.

Legalisasi ijazah luar negeri diberikan oleh Panitia Penilaian Ijazah

Luar Negeri Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Unit kerja untuk

menilaikan ijazah pendidikan tinggi luar negeri adalah Seksi

Penilaian ijazah Pendidikan Tinggi Luar Negeri, Subdirektorat

Kurikulum dan Program Studi Direktorat Pembinaan Akademis dan

Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi., Jalan

Pintu Satu Senayan Jakarta 10002. Seksi ini dibantu oleh tim yang

beranggotakan para ahli untuk melakukan pemeriksaan berkas

ijazah luar negeri. Sebagai hasil penilaian, dikeluarkan Surat

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi mengenai

kesetaraan dengan ijazah lulusan perguruan tinggi Indonesia serta

gelar akademik/sebutan profesional yang berhak dipakai.

Syarat-syarat dan kelengkapan yang diperlukan untuk penilaian

ijazah pendidikan tinggi luar negeri ialah :

1) Mengisi formulir permohonan penilaian yang telah disediakan di

Seksi Penilaian Ijazah Pendidikan Tinggi Luar Negeri Ditjen

Pendidikan Tinggi;

Page 24: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

24

2) Melampirkan fotokopi ijazah perguruan tinggi di Indonesia yang

diperoleh sebelumnya. Ijazah asli dibawa untuk dilihat

kesesuaian-nya dengan fotokopi yang diserahkan;

3) Melampirkan fotokopi ijazah yang diperoleh di luar negeri,

sekaligus membawa ijazah asli untuk dilihat kesesuainnya

dengan fotokopi tersebut. Apabila ijazah luar negeri tidak

berbahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman, pemilik

ijazah diminta untuk melampirkan terjemahannya ke dalam

bahasa Inggris atau Indonesia yang disahkan oleh Kedutaan

Besar masing-masing negara tempat mengikuti pendidikan;

4) Melampirkan fotokopi surat persetujuan tugas belajar dari

Setkab (bagi pegawai negeri sipil yang dikirim dengan tugas

belajar/biaya pemerintah) dengan membawa yang asli untuk

disesuaikan isinya;

5) Meminjamkan handbook/catalog dari perguruan tinggi di mana

ijazah diperoleh. Apabila tidak memungkinkan, agar diusahakan

mendapatkan fotokopi dari halaman-halaman yang paling

relevan dalam menjelaskan:

a. Syarat penerimaan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi

tersebut;

b. Syarat akademik yang diperlukan untuk mendapatkan gelar

akademik/sebutan profesional yang diperoleh;

c. Uraian singkat mengenai mata kuliah yang telah diikuti selama

pendidikan;

Page 25: Panduan Studi Pascasarjana Di Luar Negeri - Dikti

25

d. Status akreditasi perguruan tinggi di negara tersebut dengan

catatan siapa yang melakukan akreditasi tersebut.

6) Bagi pendidikan yang mensyaratkan tesis/disertasi, laporan

tugas akhir diminta agar dibuat fotokopi tentang halaman judul,

halaman pengesahan, daftar isi, abstrak, bab : introduction,

conclussion/ Summary;

7) Tiga lembar pasfoto terakhir ukuran 4 x 6;