Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

280

Click here to load reader

description

Perencanaan Desa - Desa Membangun

Transcript of Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Page 1: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Page 2: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PANDUAN PERENCANAAN DESA

MENUJU LEWU MAMANGUNDI KABUPATEN KAPUAS

Page 3: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PANDUAN PERENCANAAN DESAMENUJU LEWU MAMANGUN

Tim Penulis

Fatkhurohman, Kisworo Dwi Cahyono, Lilik Sugiarti, Yuliana Nona Sambidang

Kontributor

Abri, Herie Susanto, Kartika Musdeni

Editor

Evy S.Suryatmana, Immanuel Salomo Abel

Ilustrator

Yayak Yatmaka

Tata Letak

Eko Mulyantono

Diterbitkan sebagai rangkaian kegiatan

Sustainable Lowland Use through Innovative Community based

Environmental management Systems (SLUICES)-project

CARE International Indonesia

Yayasan Cakrawala Indonesia (YCI)

Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI)

Pendukung Dana

European Commission (EC)Maret, 2010

Page 4: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

i

KATA PENGANTAR

Panduan Perencanaan Desa ini dikembangkan karena adanya kebutuhan di lapangan, baik yang dirasakan oleh masyarakat langsung, pemerintah maupun lembaga-lembaga pendamping masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Kapuas.

Panduan ini akan mengisi ketiadaan modul perencanaan desa partisipatif yang sederhana untuk diaplikasikan di desa-desa di Kabupaten Kapuas juga kabupaten lainnya yang sedang merencanakan penyusunan RPJMDes secara partisipatif. Pengembangan buku panduan ini didasarkan atas pengalaman di beberapa desa di Kabupaten Kapuas, referensi beberapa perencanaan partisipatif di berbagai tempat, dan tentu saja atas dasar ketentuan regulasi yang berlaku.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tentang Pedoman Perencanaan Desa, dan Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bappenas menjadi alur penyusunan panduan ini, yang secara garis besar terdiri atas: Profi l Desa, Penyusunan Visi dan Misi Desa, Pengkajian Desa, Penyusunan Strategi Desa, Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, dan pelembagaan atau pembuatan Peraturan Desa tentang RPJMDes.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah menyumpangkan pengalaman, pandangan, dan pemikirannya tentang perencanaan desa partisipatif. Khususnya kepada masyarakat desa dampingan SLUICES-project di Eks UPT Lamunti yang banyak memberi pembelajaran yang partisipatif dan inspiratif khususnya dalam hal ketekunan, mulai dari tidak adanya dokumen hingga dapat menghasilkan dokumen-dokumen perencanaan desa secara lengkap.

Terima kasih kami sampaikan khusus kepada Fatkhurohman (CARE Indonesia), Yuliana Nona (YCI), Lilik (YCI) dan Kisworo (YCHI) atas tulisan-tulisannya hingga tersusunnya buku panduan ini. Juga kepada Kartika Musdeni (PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Kapuas), Abri (BOS Mawas), dan Dedi Siswanto (YCI) atas kontribusinya yang turut memperkaya buku panduan ini.

Page 5: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

ii

Terimakasih kami sampaikan kepada Community Facilitator (CF) SLUICES-project yang berpartisipasi dalam uji coba pemahaman buku panduan ini pada tanggal 25-26 Februari 2010. Juga kepada peserta diskusi yang berpartisipasi memberi masukan untuk melengkapi buku panduan ini pada tanggal 6 Maret 2010 di Kuala Kapuas. Selain itu juga kami sampaikan terima kasih kepada masyarakat di Desa .... Kecamatan Mantangai, Desa ... Kecamatan Kapuas Murung, dan Desa ... Kecamatan Basarang yang telah berpartisipasi dalam uji media pra peluncuran buku ini.

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak pemerintah Kabupaten Kapuas, khususnya kepada Drs.Edy Lukman Hakim, MM (Kepala BPMD Kabupaten Kapuas 2009), Drs. Perly H. Sangen M.Si (Kepala BPMD Kabupaten Kapuas sekarang) dan Ir.Herson B.Aden, MSi (Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas) yang antusias menerapkan perencanaan partisipatif mulai dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten, sehingga mendukung penerbitan buku panduan ini.

Akhir kata, buku ini bukanlah panduan yang wajib diikuti langkah demi langkah. Buku panduan ini hanya memberikan arahan garis besar yang pada prakteknya tetap fl eskibel menyesuaikan dengan kondisi desa yang sedang menyusunan perencanaan desa.

Maret 2010

Tess Bayombong

Country Director

CARE Internatioanal Indonesia

Kata Pengantar K

Page 6: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

KATA SAMBUTAN

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa pendekatan perencanaan di Indonesia dilakukan dengan memadukan perencanan bawah-atas dan atas-bawah, serta partisipatif – teknokratis dan politik.

Perencanaan dengan pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah/Desa adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah/Desa. Sedangkan perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak (stakeholders) yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan, bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Perencanaan tersebut disepakati bersama dalam musrenbang jangka menengah, dan keterpaduan rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah perencanaan pembangunan yang dilaksanakan bertingkat mulai dari Musrenbang Desa setiap tahunnya.

Dari gambaran tersebut terlihat bahwa perencanaan desa yang melibatkan lembaga kemasyarakatan akan memberikan nilai tambah dalam proses Musrenbang tahunan dan juga perencanaan-perencanaan di atasnya. Seperti kata pepatah, “gundukan pasir tak akan menjulang tinggi tanpa memperlebar dasarnya”, karenanya ekonomi kerakyatan dan Kabupaten Kapuas yang AMANAH (Aman, Maju, Mandiri, Sejahtera dan Tangguh) hanya akan tercapai jika desa-desanya memiliki modal dasar berupa perencanaan desa yang partisipatif.

BUPATI KABUPATEN KAPUAS

iv

Page 7: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

v

Sambutan Bupati

Untuk desa sendiri, RPJMDes bermanfaat dalam memberikan arah tujuan desa dalam lima tahun, yang dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan efi siensi sumber daya, dan masih banyak lagi manfaat lainnya

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh kepala desa dan masyarakat di desa-desa dampingan SLUICES yang telah memberikan kontribusi dalam pengalaman, pandangan, dan pemikirannya selama program berjalan hingga tersusunnya buku panduan ini.

Terimakasih juga saya sampaikan pada tim SLUICES (kemitraan CARE International Indonesia, Yayasan Cakrawala Indonesia dan Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia) atas inisiasi penyusunan buku panduan ini. Juga kepada PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Kapuas dan BOS Mawas atas kontribusinya. Serta kepada European Commision sebagai penyandang dana awal sehingga dapat diterbitkannya buku panduan ini. Kiranya ini dapat menjadi contoh yang baik dan dapat dilanjutkan oleh lembaga pendamping lainnya dalam menyempurnakan buku “Panduan Perencanaan Desa Menuju Lewu Mamangun di Kabupaten Kapuas”

Kuala Kapuas, Maret 2010

BUPATI KAPUAS

Ir.H.MUHAMMAD MAWARDI, MM

Page 8: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................... iKata Sambutan ........................................................................ ivDaftar Isi .................................................................................. viDaftar Istilah ........................................................................... xPendahuluan ........................................................................... 1

Apa itu Perencanaan? ......................................................... 2• Apa itu Desa? .................................................................. 8• Apa itu Perencanan Desa ? ................................................ 10• Mengapa Perlu Pembuatan Buku ”Panduan Perencanaan • Desa Menuju Lewu Mamangun di Kabupaten Kapuas”? ..... 17

Pemandu ............................................................................... 21

Apa dan Siapa Pemandu? .............................................................. 22• Apa itu Pendidikan Orang Dewasa (POD)? ............................... 26• Apa itu PRA itu? ................................................................................... 33• Apa Metode yang Digunakan oleh Pemandu? ....................... 36•

Perencanaan Desa ................................................................ 39

Apa itu Perencanaan Desa? ........................................................... 40• Apa Dasar Hukum Perencanaan Desa? ..................................... 42• Bagaimana Menyusun Perencanaan Desa? ........................... 43•

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) 57

Apa itu RPJMDes? ............................................................................ 58• Apa yang Dilakukan pada Tahap Persiapan? ......................... 59• Apa yang Dilakukan pada Tahap Pelaksanaan? .................... 63• Apa yang Dilakukan pada Tahap Pelembagaan? .................. 80• Bagaimana Ringkasan Tahap-tahap Penyusunan • RPJMDes? ................................................................................... 83

•••

•••

Perenca

•••

R

••••

vii

Page 9: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Daftar Isi

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) ............................... 87

Apa itu RKPDes? .................................................................................. 88• Apa itu Musrenbangdes Tahunan? .............................................. 92• Bagaimana Proses Pelaksanaan Musrenbangdes? ................ 96• Siapa yang Ikut dalam Pelaksanaan Musrenbangdes? ......... 99• Apa Isi Dokumen RKPDes? ............................................................. 104•

Keuangan dan Kekayaan Desa ........................................................ 105

Apa itu Keuangan Desa? .................................................................. 106• Apa itu APBDes? .................................................................................. 107• Apa itu Alokasi Dana Desa (ADD) dan Bagaimana Sejarahnya? 111• Apa itu Kekayaan Desa? .................................................................. 116•

Peraturan Perundangan Desa ......................................................... 119

Apa itu Peraturan Perundangan Desa? ...................................... 120•

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan ............................................... 125Apa itu Monitoring dan Evaluasi ? ................................................ 126• Apa itu Pengendalian dan Pelaporan dalam Perencanaan • Desa? ..................................................................................................... 129Bagaimana Cara Melakukan Monitoring dan Evaluasi? ........ 133• Apa itu Indikator Kinerja/Pencapaian? ....................................... 135•

Penutup ................................................................................. 139

Lampiran ....................................................................................... 147

Contoh Bagan Proses Perencanaan Desa ............................ 149• Contoh Alat PRA untuk Membantu Kajian Desa ............... 181• Contoh Modul Penyusunan Perencanaan Desa ................. 213• Contoh Dokumen RKP ............................................................... 245•

Sumber Rujukan ............................................................. 269

• • • •

Peratura

D

••• •

• • • • •

Monitor• •

• •

P

S

viii

Page 10: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Daftar Istilah dan Singkatan

ADD : Alokasi Dana Desa, merupakan dana dari Pemerintah Kabupaten kepada desa defi nitif untuk melaksanakan pembangunan dan menjalankan pemerintahan desa

akuntabel : dapat dihitung

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBDes : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, merupakan penganggaran belanja dan pendapatan desa yang dibuat oleh pemerintahan desa dan disetujui BPD

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, berada di tingkat Provinsi dan Kabupaten

bottom up : Istilah untuk program yang berasal dari pengalaman masyarakat dan diturunkan dalam bentuk pengajuan pekerjaan pembangunan. Secara harfi ah berarti bawah-atas

BPMD : Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

BUMDesa : Badan Usaha Milik Desa, merupakan salah satu upaya desa untuk mencari dana pembangunan dan operasional pemerintahan

CARE : Lembaga non-Pemerintah Internasional, berkantor pusat di Jakarta

data sekunder : Data yang didapatkan dari data yang sudah ada sebelumnya (tidak diambil langsung oleh pencari data di tingkat lapangan)

dominasi : penguasaan oleh pihak yg lebih kuat thd yg lebih lemah

DURKPDes : Daftar Usulan Rencana Kerja Pembangunan Desa

Eks-PLG : Lokasi bekas Proyek Lahan Gambut sejuta hektar

FGD : Focus Group Discussion, merupakan format diskusi kelompok dalam skala kecil (kelompok interres). FGD seringkali dilakukan untuk mengaji suatu isu secara lebih mendalam dan terfokus. Hasil diskusi kelompok ini dibawa ke dalam diskusi umum atau pleno di dalam forum lengkap.

Daftar Istilah

x

Page 11: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Good governance : Tata pemerintahan yang baik

hibah : Bantuan dari pihak luar yang tidak bersifat pinjaman dan mengikat

individu : pribadi, orang perorang

instrumen : alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu

implementasi : Pelaksanaan, penerapan

klausal : Bagian dari sebuah dokumen resmi yang menyatakan bahwa sesuatu harus atau tidak boleh dilakukan

kreteria : ukuran yg menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu;

KMPK : Kelompok Masyarakat Pengendali Kebakaran

Lewu Mamangun : Berasal dari bahasa Dayak Ngaju yang berarti Desa Membangun, ”bukan membangun desa, bukan pula membangun di desa”

LK : Lembaga Kemasyarakatan, merupakan kelompok masyarakat yang menjadi pemandu dalam menyusun perencanaan desa partisipatif, sejalan dengan aturan yang mewajibkan keterlibatan Lembaga Kemasyarakatan dalam penyusunan perencanaan desa. Berbeda dengan LKMD di era Orde Baru, ketua LK ini tidak dirangkap oleh Kepala Desa

LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, di era Orde Baru jabatan ketua LKMD dirangkap oleh Kepala Desa.

LPMD : Lembaga Pelayanan Masyarakat Desa

Master Plan : Rencana Induk, perencanaan tingkat Provinsi yang menjadi rekomendasi pelaksanaan pembangunan daerah

metodologi : Cara atau prosedur yang dilakukan untuk melakukan aktifi tas tertentu

MISI : tugas yg dirasakan orang sbg suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dsb

Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Musrenbangdes : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

partisipatif : perihal turut berperan serta dl suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta;

pasif : bersifat menerima saja; tidak giat; tidak aktif

Daftar Istilah D

xi

Page 12: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air

Perdes : Peraturan Desa, merupakan peraturan yang berlaku di tingkat desa

Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri

PNPM Mandiri : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, merupakan program Pemerintah untuk memajukan pedesaan

PP : Peraturan Pemerintah

PRA : Participatory Rural Appraisal yaitu metodologi pendekatan masyarakat yang menekankan pada upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengkajian kondisi lingkungan pedesaan

Pra Musrenbang : Kegiatan perankingan skala prioritas untuk kemudian dibawa ke Musrenbang

Profi l desa : Informasi mengenai desa yang mencakup jumlah penduduk, tingkat pendidikan, inventaris bangunan yang ada, dll

RAPBDes : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Rembug Desa : Musrenbangdes, penetapan visi/misi desa adn perencanaan pembangunan 5 tahun

Renja : Rencana Kerja

Renstra : Rencana Strategi, merupakan rencana lima tahun yang merupakan rencana aksi sebagai penjabaran RPJMD

RKP : Rencana Kerja Pembangunan atau Rencana Kerja (Renja) atau Rencana Pembangunan Tahunan, merupakan penjabaran RPJMDes dalam 1 tahun masa perencanaan

RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau Rencana Pembangunan Tahunan Daerah adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode I (satu) tahun

RKPDes : Rencana Kerja Pembangunan Desa

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Rencana Strategis dengan masa rencana 5 tahun

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJMDes : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

Daftar Istilah

xiixii

Page 13: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

xiii

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang, dengan masa rencana 20 tahun

RPK : Regu Pengendali Kebakaran

RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

SiIPA : Sisa Lebih Penggunaan Anggaran

sistematika : Cara atau prosedur yang seharusnya untuk mencapai efi siensi dan memenuhi permintaan peraturan

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SLUICES : Program kemitraan antara CARE International Indonesia, Yayasan Cakrawala Indonesia, Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia, berlokasi kerja di 9 desa transmigrasi Lamunti

Supradesa : Tingkatan di atas Desa, misalnya: Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional

transparan : tembus pandang; tidak terbatas pd orang tertentu saja; terbuka

top down : Istilah untuk program yang diturunkan pimpinan lembaga kepada pelaksana atau masyarakat. Secara harfi ah berarti atas-bawah

triangulasi : Penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman latar belakang profesi, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan lain-lain), penganekaragaman sumber informasi (tempat/dusun/RT, jenis kelamin, usia ataupun data sekunder, pendampingan dari kegiatan lain, dll), termasuk juga dengan adanya keragaman teknik

UKM : Usaha Kecil dan Menengah

VISI : pandangan atau wawasan ke depan

Yayasan BOS : Yayasan Borneo Orang utan Survival, berada di Kabupaten Kapuas sejak 2005 dengan lokasi kerja di Kecamatan Mantangai dan Timpah

YCHI : Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia, berpusat di Banjarbaru

YCI : Yayasan Cakrawala Indonesia, berpusat di Palangka Raya

Daftar Istilah D

Page 14: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PENDAHULUAN

* Apa Itu Perencanaan?* Apa Itu Desa? * Apa Itu Perencanaan Desa ?* Mengapa Perlu Pembuatan Buku ”Panduan

Perencanaan Desa Menuju Lewu Mamangun di Kabupaten Kapuas”?

****

Page 15: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU PERENCANAAN?

Terdapat banyak sekali defi nisi perencanaan. Salah satu defi nisi perencanaan adalah menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional : ”perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.”

Perencanaan dapat mempunyai arti dan makna mulai dari kehidupan individu, kehidupan keluarga, kehidupan kelompok masyarakat, sampai kepada lingkup masyarakat yang lebih luas seperti desa, wilayah, negara, atau bahkan antar negara. Arti dan makna perencanaan rupanya memang tergantung kepada sudut pandang kepentingan dan masalah yang bersangkutan. Tetapi dari sudut manapun perencanaan itu didefi nisikan, akan terdapat unsur-unsur yang memberikan arti dan makna yang sama, yaitu bahwa perencanaan merupakan kegiatan merumuskan keinginan dan

PENDAHULUAN

2

P

Page 16: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

cita-cita yang lebih baik atau lebih berkembang di masa mendatang. Jadi dalam hal ini akan selalu terkandung unsur-unsur yang terdiri dari :

a. Unsur keinginan, cita-citab. Unsur tujuan dan motivasic. Unsur sumber daya (alam, manusia, modal, dan informasi)d. Unsur efektif dan efi sien; dane. Unsur ruang dan waktu

Defi nisi dari satu pihak akan berbeda dengan pengertian yang disampaikan oleh pihak lain. Satu pihak akan beranggapan bahwa menyusun perencanaan adalah pekerjan besar dan rumit, sementara ada pula pihak yang berpandangan bahwa menyusun perencanaan itu tak lebih hanya isapan jempol atau omong kosong belaka. Namun, banyak pihak selalu menganggap bahwa dengan perencanaan, suatu kegiatan akan dapat dilaksanakan lebih baik daripada tanpa perencanaan sama sekali.

Bagaimana Mengklasifi kasikan Jenis Perencanaan Wilayah?

Paling tidak, secara mudah ada 3 (tiga) cara yang dapat digunakan untuk mengklasifi kasikan jenis-jenis perencanaan wilayah. Perencanaan wilayah dapat dibedakan berdasarkan wilayah administrasi, masa perencanaan, dan bentuk perencanaan itu sendiri.

Berdasarkan wilayah administrasi, perencanaan antara lain dapat dibedakan menjadi perencanaan nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan perencanaan desa.

Berdasarkan masa perencanaan, di Indonesia dikenal 3 (tiga) jenis rencana yang meliputi :

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan masa rencana

PENDAHULUAN

3

Page 17: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

20 tahun;2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) atau Rencana

Strategis dengan masa rencana 5 tahun; dan3. Rencana Kerja Pembangunan (RKP) atau Rencana Kerja (Renja) atau

Rencana Pembangunan Tahunan.

Pemerintahan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota memiliki ketiga jenis perencanaan tersebut. Sedangkan pada tingkat Kementerian/Lembaga (KL) ada rencana jangka menengah yang disebut Rencana Strategis (Renstra) KL dan rencana tahunan yang disebut Rencana Kerja (Renja) KL. Pemerintahan tingkat kecamatan dan kelurahan hanya mengenal Rencana Strategis dan Rencana Kerja. Sementara di desa hanya mengenal perencanaan jangka menengah yang disebut dengan RPJMDes untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan RKPDes untuk Rencana Kerja Pembangunan Desa.

Jenis perencanaan seperti RPJP, RPJM atau Renstra dan RKP atau Renja adalah jenis perencanaan wilayah yang tidak bersifat keruangan/spasial. Ada jenis perencanaan lain yang menitikberatkan pada aspek keruangan/spasial yang disebut sebagai Rencana Tata Ruang. Banyak cara untuk membagi lagi jenis Rencana Tata Ruang, salah satunya adalah pembagian berdasarkan wilayah administrasi yang kemudian memunculkan istilah RTRWN untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, RTRWP untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan RTRWK yang merupakan kependekan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Bagaimana dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Desa dan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)? RTRW Desa tidak banyak dikenal, dan yang dikenal adalah tata guna lahan dan itu sebaiknya menjadi satu dalam RPJMDes/RKPDes. Demikan pula halnya dengan perencanaan

PENDAHULUAN

4

P

Page 18: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

penanggulangan bencana sebaiknya disatukan dalam RPJMDes dan rencana aksinya direncanakan dalam RKPDes.

Apa Pendekatan Perencanaan yang Digunakan Di Indonesia?

Indonesia adalah negara yang besar, terdiri atas puluhan provinsi, ratusan kabupaten, ribuan kecamatan dan ratusan ribu desa/kelurahan. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam perencanaan adalah pendekatan terpadu. Memadukan perencanaan pembangunan daerah ke satu sistem perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan desa menjadi bagian terpadu dengan sistem perencanaan pembangunan daerah. Secara keseluruhan keterpaduan tersebut dilaksanakan dengan rangkaian pendekatan perencanaan sebagai berikut :

1. Politik;2. Teknokratik;3. Partisipatif;4. Atas-Bawah (Top-Down); Dan5. Bawah-Atas (Bottom-Up).

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah/

PENDAHULUAN

5

Page 19: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Kepala Desa adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah/Kepala Desa. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah/Kepala Desa pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan masyarakat adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan, bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke tingkat nasional.

Apa Tahapan Perencanaan Wilayah Secara Umum?

Secara umum proses perencanaan pembangunan terdiri dari 4 (empat) tahapan yakni:

PENDAHULUAN

6

P

Page 20: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Penyusunan Rencana;2. Penetapan Rencana;3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana; Dan4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Buku ini lebih menitikberatkan pada proses perencanaan di desa khususnya tentang penyusunan RPJMDes. Penyusunan RPJMDes dipilih karena beberapa alasan antara lain:

1. RPJMDes adalah masukan utama dalam pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan, dan Musrenbangdes sendiri merupakan awal pelaksanaan Musrenbang di kecamatan, dan seterusnya hingga tingkat nasional;

2. Pada saat pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan yang hanya dilaksanakan 1 (satu) hari, ruang/kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi sangat terbatas. Dengan adanya RPJMDes kesempatan partisipasi masyarakat semakin terbuka dan kualitas Musrenbangdes dapat lebih ditingkatkan;

3. Desa-desa di Kabupaten Kapuas banyak yang tidak memiliki RPJMDes;

4. Desa tidak mengenal perencanaan jangka panjang sehingga rencana jangka menengah (RPJMDes) adalah dasar perencanaan utama yang perlu ditingkatkan untuk mendukung ”good governance” atau tata pemerintahan yang baik ;

5. Desa mengalami perubahan yang dinamis, antara lain menyangkut penganggaran (Alokasi Dana Desa) yang pemanfaatannya perlu dilandasi dengan perencanaan yang partisipatif.

PENDAHULUAN

7

Page 21: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU DESA?

Sejak reformasi di akhir tahun 1990-an, desa ikut berubah dengan cepat. Di era Orde Baru, desa diartikan sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada zaman sebelum Reformasi itu, semua bentuk pemerintah terkecil disebut desa. Sejak Reformasi bergulir, ada pilihan untuk menggunakan nama selain desa, seperti Lewu di Kalteng, Kampung di Papua, Gampong di Aceh, Nagari di Padang, dan sebagainya. Arti desa pun sudah bergeser menjadi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa di masa depan akan menjadi lebih mandiri, hal ini tampak pada Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR-RI/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah pada Rekomendasi No.7 yang menyatakan, “sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan kesetaraan hubungan pusat dan daerah diperlukan upaya perintisan awal yang mengarah pada pemberian otonomi bertingkat terhadap provinsi, kabupaten/kota, desa/nagari/marga dan sebagainya”.

Rintisan menuju kemandirian desa tersebut secara umum tercermin pada tiga isu utama desa, yakni : (1) Kewenangan Desa; (2) Keuangan Desa; dan (3) Perencanaan Desa. Kewenangan desa secara umum masih sangat

PENDAHULUAN

8

P

Page 22: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

terbatas. Sebagian besar desa juga memiliki keterbatasan keuangan bahkan sebagian besar masih mengandalkan Alokasi Dana Desa (ADD). Selain itu, dari aspek perencanaan, sebagian besar desa tidak memiliki perencanaan jangka menengah, juga tidak dilengkapi dengan rencana jangka pendek.

Jika isu tentang kewenangan dan keuangan desa lebih tergantung pada daerah (kabupaten/kota), isu perencanaan desa menjadi penting karena pengembangannya dapat dilakukan secara aktif dari desa. Sumber daya manusia untuk melakukan perencanaan jangka menengah desa juga cukup memadai, termasuk dengan adanya lembaga-lembaga pendamping yang melakukan kegiatannya di desa.

PENDAHULUAN

9

Page 23: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Perencanaan jangka menengah desa bukan saja dapat memberikan arah penggunaan keuangan desa dan modal dasar bagi pembagian kewenangan dari daerah ke desa, tetapi juga dapat meningkatkan perencanaan umum di tingkat Supradesa (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional), karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) adalah masukan utama dalam Musrenbang Tahunan di desa. Musrenbang Desa itu sendiri merupakan awal dari Musrenbang-Musrenbang di Supradesa.

APA ITU PERENCANAAN DESA?

Perencanaan desa adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat yang dilakukan oleh kesatuan masyarakat hukum dalam batas-batas wilayah yang menjadi kewenangannya, melalui urutan pilihan, dan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Sebagaimana perencanaan yang dilakukan di tingkat daerah dan nasional, pada perencanaan di tingkat desa juga akan mengikuti siklus : (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.

Pada beberapa tahap tersebut akan sangat terkait dengan aspek keuangan desa. Misalnya pada tahap penyusunan rencana perlu untuk mempertimbangkan keuangan yang ada, termasuk mempertimbangkan kecenderungan-kecenderungan yang terkait dengan aspek pendanaan tersebut.

Perencanaan desa dan keuangan desa (penganggaran) bagaikan sekeping mata uang yang berarti satu bagian tidak dapat dipisahkan dari bagian lainnya. Perencanaan desa tanpa dilandasi dukungan keuangan yang memadai akan sia-sia. Demikian pula sebesar apapun dana dan kekayaan

PENDAHULUAN

10

P

Page 24: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

desa, termasuk Alokasi Dana Desa (ADD) akan tidak terarah pemanfatannya atau tidak akuntabel jika tidak dibekali dengan perencanaan desa yang partisipatif. Oleh karena itu, rencana seharusnya disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Konsistensi tersebut dapat berjalan dengan baik jika dasar-dasar perencanaan itu, seperti misalnya pemberdayaan, partisipasi, dan akuntabel, dipraktekkan dengan baik pula.

Secara umum, perencanaan desa berdasarkan urutan pembuatan dan masa perencanaan, terdiri atas dua jenis :

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa atau RPJMDes disepakati dalam Musrenbang RPJMDes dan ditetapkan dengan Peraturan Desa; dan

2. Rencana Kerja Pembangunan Desa atau RKPDes ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa (Permendagri No.32 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Peraturan Desa)

Secara umum, proses perencanaan desa dilakukan dengan penyusunan RJMDes yang ditetapkan dalam Musrenbang Jangka Menengah, kemudian RPJMDes tersebut dijadikan bahan masukan utama dalam penyusunan RKPDes pada Musrenbang Tahunan. Dalam kerangka seperti itu, tujuan yang ada pada RPJMDes bersifat lebih umum, sementara tujuan dalam penyusunan RKPDes bersifat lebih detail.

Dari kesepakatan yang ada, secara khusus RKPDes yang sudah ditetapkan ini, desa kemudian menetapkan Rancangan APBDes paling lambat satu bulan setelah APBD Kabupaten/Kota ditetapkan.

Apa Tujuan Perencanaan Desa?

Tujuan dari perencanaan desa adalah sebagai berikut:

PENDAHULUAN

11

Page 25: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat;

2. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program pembangunan di desa;

3. Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa; dan

4. Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan di desa.

Tujuan tersebut dapat dicapai jika prinsip dasar perencanaan desa khususnya partisipasi warga diterapkan mulai dari penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan evaluasi pelaksanaan.

Bagaimana Proses Perencanaan Desa?

Membicarakan perencanaan desa tak akan lepas dari pembicaraan tentang RPJMDes dan RKPDes, karena keduanya merupakan bentuk perencanaan di desa. RPJMDes merupakan perencanaan desa jangka menengah dan RKPDes merupakan rencana desa jangka pendek. Proses penyusunan RPJMDes dilakukan setelah pelantikan Kepala Desa, jadi proses itu dilakukan sekitar 6 (enam) tahun sekali. Sementara itu RKPDes akan dilakukan setiap tahun, sebagai aksi yang lebih rinci dari RPJMDes.

a. RPJMDes

RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun yang antara lain berisi tentang profi l desa, termasuk sejarah desa dan kecenderungan yang ada; visi, misi dan program kegiatan indikatif; indikator untuk pemantauan dan program prioritas kewilayahan yang disertai dengan peta atau sketsa sebagai arahan pengembangan wilayah.

PENDAHULUAN

12

P

Page 26: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Pemerintah desa wajib menyusun RPJMDes yang dalam penyusunannya pemerintah desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan. Rencana jangka menengah ini disepakati dalam Musrenbang RMJPDes atau “Musrenbangdes Jangka Menengah”, dan kesepakatan tersebut ditetapkan dalam bentuk Peraturan Desa.

Langkah yang cukup panjang dalam penyusunan perencanaan jangka menengah desa itu sangatlah penting, karena RPJMDes bukan hanya

menjadi dasar perencanaan di desa dan supradesa setiap tahun, tetapi juga dapat menjadi ajang partisipasi masyarakat secara terbuka dan akuntabel. Pada satu sisi banyak pihak berpendapat bahwa perencanaan seperti itu melelahkan dan sulit, tetapi sebetulnya masa depan desa akan jauh lebih

PENDAHULUAN

13

Page 27: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

sulit lagi jika tanpa perencanaan, termasuk jika tidak memiliki rencana jangka menengah. “Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan”.

Untuk mengurangi kegagalan tersebut, dalam penyusunan rencana jangka menengah desa, hal pertama yang harus dilakukan setelah melakukan kajian data sekunder adalah merancang tujuan (visi dan misi) desa terlebih dahulu. Kajian data sekunder akan memberikan dasar perencanaan yang berkesinambungan, sementara visi misi desa akan menjadi tujuan bersama yang mengarahkan gerak langkah masyarakat yang ada di desa tersebut.

b. RKPDes dan Rencana APBDes

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa dan merupakan penjabaran dari RPJMDes. RKPDes antara lain memuat kegiatan rancangan kerangka keuangan dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan cara mendorong partisipasi masyarakat yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJM-Desa.

PENDAHULUAN

14

P

Page 28: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Sebagian besar desa belum memiliki RPJMDes dan belum memiliki RKPDes. Sehingga proses penyusunan RPJMDes dan RKPDes seringkali dilakukan bersama-sama, setelah sebelumnya dilakukan kajian desa secara detil dengan menggunakan metodologi PRA (Participatory Rural Appraisal) dengan alat-alat kajian desa yang partisipatif.

Jika desa sudah memiliki RPJMDes, kajian desa tentu dapat dilakukan dengan lebih sederhana, yaitu: cukup memadukan arahan yang ada di dalam RPJMDes; realisasi kegiatan yang sedang berjalan; rencana kegiatan; dan rencana pendanaan. Semuanya disesuaikan dengan aspirasi masyarakat yang berkembang pada saat Pra Musrenbangdes atau Musrenbangdes itu sendiri.

Walaupun masih usulan, karena sifatnya bukan lagi progam tetapi sudah menjadi suatu usulan kegiatan/proyek, maka sebaiknya DURKPDes disusun sebagai suatu dokumen yang lengkap termasuk tujuan dan hubungannya dengan program dalam RPJMDes, deskripsi target sasaran, rencana pembiayaannya dan indikator pemantauan yang lebih detil.

Jika pada program-program yang ada di RPJMDes bersifat masih indikatif, maka pada RKPDes sifatnya akan lebih detil dalam bentuk kegiatan/proyek. RKPDes yang lebih detil dan dalam kaitannya dengan pemantauan, perlu menerapkan pendekatan SMART.

SMART berasal dari bahasa Inggris yang artinya ”cerdas, pintar atau bijak”. Tetapi yang dimaksud SMART disini adalah singkatan dari ”Specifi c, Measurable, Achievable, Realistic atau Reasonable, dan Time Bound atau Time Frame” yang maksudnya masing-masing kurang lebih sebagai berikut:

Specifi c artinya tujuan yang ingin dicapai jelas dan spesifi k. Misalnya meningkatkan produksi karet di Dusun ”A” sebesar 10% dengan melibatkan 25 KK di dalamnya selama tahun 2012 - 2014. Bukan hanya

PENDAHULUAN

15

Page 29: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

menuliskan ’meningkatkan produksi karet’ atau ’melibatkan warga dalam peningkatan produksi pertanian’;

Measurable artinya dapat diukur. Pada contoh di atas, produksi karet dan peningkatannya sebesar 10% dapat diukur, termasuk jumlah Kepala Keluarga yang akan terlibat dalam kelompok tani tersebut;

Achievable berarti dapat dicapai. Ini dapat dipertimbangkan dengan realisasi peningkatan tahun-tahun sebelumya termasuk kemampuan pendanaannya. Dapat pula berarti ”appropriate” atau cocok atau sesuai dengan perencanaan lain yang sudah ada

Realistic atau Reasonable berarti tujuan yang ingin dicapai masuk akal, bukan merupakan khayalan yang tidak dapat diwujudkan dalam dunia nyata. Atau ”Result Oriented” (berorientasi pada hasil) dengan memokuskan pada hasil nyata yang akan dicapai atau keuntungan positif yang jelas.

Time Frame atau Time Bound berarti harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Dalam contoh di atas tujuan tersebut ingin dicapai pada jangka waktu yang jelas antara tahun 2012 sampai dengan 2014.

Jika RPJMDes dibahas dalam Musrenbang Lima Tahunan dan RKPDes dibahas dalam Musrenbang Tahunan, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes) tidak dibahas dalam Musrenbang. Atas dasar itulah RAPBDes ini seringkali tidak disebut sebagai dokumen perencanaan desa. Tetapi di sisi lain karena perencanaan desa akan terkait dengan penganggaran, maka RAPBDes juga dapat menjadi bagian RKPDes atau berdiri sendiri sebagai dokumen perencanaan keuangan desa.

RAPBDes adalah bagian dari perencanaan desa, maka dari itu harus selalu diperhatikan hubungan di antara RPJMDes, RKPdes, dan APBDes. RPJMDes adalah masukan utama dari pelaksanaan Musrenbang Tahunan yang akan menetapkan DURKPDes dan RKPDes, sebagai bahan masukan utama

PENDAHULUAN

16

P

Page 30: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dalam RAPBDes. Sehingga walaupun penyusunan RAPBDes tidak dilakukan lewat Musrenbangdes, peran dan partisipasi masyarakat untuk terlibat dan mengontrol RAPBDes selalu diperlukan.

MENGAPA PERLU PEMBUATAN BUKU ”PANDUAN PERENCANAAN DESA MENUJU LEWU MAMANGUN DI KABUPATEN KAPUAS”?

Berdasarkan skalanya dan bertumpu pada titik berat otonomi di kabupaten/kota, maka perencanaan kabupaten/kota dapat disebut sebagai perencanaan makro (umum), rencana strategis kecamatan sebagai perencanaan mezo (menengah) dan perencanaan desa adalah perencanaan mikro (detil). Atas dasar pembagian tersebut, kondisi yang umum terjadi selama ini adalah perencanaan makro sudah sangat banyak. Sementara perencanaan mezo dan mikro yang jumlahnya (kecamatan dan desa) semakin banyak, justru memiliki dokumen perencanaan yang sangat sedikit. Kondisi umum ini juga dijumpai di Kabupaten Kapuas. Hal tersebutlah yang menjadi alasan objektif, di luar alasan subjektif, yang mendasari penerbitan buku ini.

Sebagian wilayah Kabupaten Kapuas berada di lokasi Proyek Pengembangan Lahan Gambut Sejuta Hektar. Kabupaten Kapuas juga menjadi bagian dari

PENDAHULUAN

17

Page 31: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kahayan-Kapuas-Barito (Kapet Kakab). Kondisi ini menjadikan Kabupaten Kapuas memiliki RPJMD dan RTRWK sendiri; perencanaan di PLG mulai Inpres No. 2 Tahun 2007, Master Plan Konservasi, dan lain-lain; serta perencanaan kawasan strategis untuk Kapet Kakab. Sementara itu, di sisi lain sebagian besar kecamatannya tidak memiliki Rencana Strategis dan ratusan desa atau lebih di Kabupaten Kapuas justru tidak memiliki perencanaan jangka menengah desa.

Harapan yang ingin dicapai dengan adanya perencanaan desa kurang lebih sama seperti cita-cita Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR-RI/2000: ”bukan membangun desa, bukan pula membangun di desa”, tetapi ”Lewu Mamangun” yaitu Desa Membangun.

Bagaimana Buku ini Dibuat?

Buku ini dibuat berdasarkan aturan-aturan yang ada hubungannya dengan perencanaan desa khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Buku ini juga disertai dengan pengalaman kegiatan pendampingan di beberapa desa di Kabupaten Kapuas maupun di desa-desa lain, baik yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan, SLUICES (Kemitraan CARE International Indonesia, YCI, dan YCHI), dan Yayasan BOS, maupun yang dilakukan lembaga lain. Rujukan dan pengalaman tersebut diperkaya dengan pengalaman/kegiatan serupa

PENDAHULUAN

18

P

Page 32: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri, Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD), dan lain-lain.

Berdasarkan data dan informasi dari beragam sumber dan pengalaman SLUICES, serta setelah dilakukan beberapa kali pertemuan untuk memutuskan alur penulisan, akhirnya terbitlah buku yang sedang dibaca ini.

Siapa yang Dapat Menggunakan Buku ini?

Buku ini dapat dibaca oleh siapa saja, baik dari lingkungan pemerintahan maupun dari lembaga yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat. Isinya sangat sesuai untuk pemerintahan desa dan lembaga pendamping yang sedang melakukan kegiatan di desa.

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Salah satu diantaranya adalah, di desa hanya ada satu RPJMDes untuk satu periode masa jabatan Kepala Desa yang setiap tahun dikembangkan menjadi RKPDes. Sementara yang dilakukan oleh lembaga pendamping adalah memandu (memfasilitasi) penyusunan atau mengkaji ulang RPJMDes/RKPDes, atau hanya sebatas melaksanakan kegiatan yang sudah masuk dalam agenda perencanaan tersebut.

Bagaimana Susunan Buku ini?

Buku ini terdiri atas 3 (tiga) bagian besar. Bagian pertama merupakan pengantar atau pendahuluan, berisi gambaran umum tentang perencanaan dan ringkasan proses perencanaan desa. Bagian akhir merupakan lampiran yang berisi beberapa hal yang terkait dengan perencanaan desa dan diagram yang lebih cocok jika disajikan terpisah.

Bagian lain berisi tentang perencanaan desa yang disajikan dengan lebih

PENDAHULUAN

19

Page 33: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

detail/mendalam. Misalnya: tentang kepemanduan; tahapan penyusunan RPJMDes yang dilakukan sekali selama masa jabatan Kepala Desa dalam satu periode; tahap-tahap penyusunan RKPDes; Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) baik jangka menengah maupun tahunan; keuangan dan kekayaan desa; serta pemantauan dan evaluasi.

PENDAHULUAN

20

P

Page 34: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

P E M A N D U

* Apa dan Siapa Pemandu?

* Apa Itu Pendidikan Orang Dewasa (POD)?

* Apa Itu PRA?

* Apa Metode yang Digunakan oleh Pemandu?

Page 35: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA DAN SIAPA PEMANDU?

Berbeda dengan tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota yang memiliki Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), yang antara lain bertugas mengoordinasikan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), desa-desa di Kapuas jarang yang memiliki lembaga untuk menangani perencanaan. Walaupun sebenarnya ada aturan untuk itu.

Aturan tentang lembaga yang khusus menangani perencanaan sudah ada sejak zaman Orde Baru dan disebut Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dengan jabatan ketua dirangkap oleh Kepala Desa. Di era reformasi aturan tersebut diubah menjadi bagian dari Lembaga Kemasyarakatan (bukan lembaga pemerintahan) dengan ketua tidak lagi dirangkap oleh Kepala Desa. Tugas LKMD ini adalah sebagai berikut :

PEMANDU

22

Page 36: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. menyusun rencana pembangunan yang partisipatif; b. menggerakan swadaya gotong-royong masyarakat; c. melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.

Tugas tersebut sangat cocok dengan peran masyarakat atau Lembaga Kemasyarakatan (LK) dalam penyusunan perencanaan desa yang partisipatif. Hal ini juga sejalan dengan aturan yang mewajibkan keterlibatan Lembaga Kemasyarakatan dalam penyusunan perencanaan desa.

Permasalahan mengenai Lembaga Kemasyarakatan termasuk LKMD adalah sering tidak dijumpai keberadaannya di desa. Sementara keterlibatan masyarakat baik secara perseorangan maupun kelembagaan sangat dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan desa. Oleh karena itu, dalam penyusunan perencanaan desa perlu dilakukan terlebih dahulu identifi kasi terhadap Lembaga Kemasyarakatan. Jika lembaga ini tidak berfungsi, maka perlu ada peningkatan kapasitas. Apabila lembaga tersebut tidak ada, maka perlu ada relawan dari lembaga-lembaga yang ada untuk menjadi ”pemandu” dalam penyusunan perencanaan desa.

Pemandu atau fasilitator dalam penyusunan perencanaan desa adalah orang yang bertugas mendampingi masyarakat dan membangun proses agar masyarakat dapat menyampaikan informasi potensi, permasalahan dan cita-cita desa di masa yang akan datang.

Pemandu dapat merupakan warga desa itu sendiri maupun pendatang, asalkan memenuhi syarat-syarat minimal yang disepakati. Syarat-syarat tersebut antara lain: dapat membaca dan menulis, menguasai kondisi desa, menguasai metodologi dan alat pengkajian desa. Laki-laki ataupun perempuan yang memenuhi syarat umum tersebut boleh ditunjuk sebagai pemandu. Sebagai pertimbangan lain, keterlibatan perempuan sebagai

PEMANDU

23

Page 37: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pemandu adalah sebuah keharusan.

Apa Tugas dan Fungsi Pemandu?

Pemandu untuk perencanaan desa tentu akan berbeda dengan pemandu untuk kegiatan lainnya. Tugas dan fungsi pemandu dalam perencanaan desa antara lain :

1. Mengatur persiapan dan memandu (memfasilitasi) pelaksanaan musyawarah

2. Menjelaskan maksud, tujuan proses dan peranan peserta musyawarah3. Menumbuhkan partisipasi peserta4. Mempelajari latar belakang kehidupan masyarakat mencakup sosial

budaya, sosial ekonomi dan adat istiadat5. Mengakomodasi pendapat peserta6. Mengupayakan kesepakatan forum7. Memandu (memfasilitasi) pendokumentasian hasil musyawarah8. Memandu (memfasilitasi) pelaporan hasil musyawarah kepada

pemerintah desa

Apa Pengetahuan dan Sikap yang Harus Dimiliki oleh Pemandu?

Agar tugas Pemandu dalam perencanaan desa berjalan dengan baik, maka Pemandu harus memiliki modal pengetahuan dalam teknik pemandu, metodologi, perencanaan desa, pendidikan orang dewasa (POD), logistik, pengaturan ruangan, dan mengelola waktu kegiatan.

Pengetahuan Pemandu tersebut perlu disertai dengan sikap yang mendukung selama penyusunan perencanaan desa berlangsung. Beberapa sikap yang harus dimiliki oleh pemandu antara lain: sabar, sederajat, akrab dan menyatu dengan masyarakat, terbuka, berpikiran positif, berwibawa dan tegas, mendengarkan dan tidak mendominasi, menghargai pendapat

PEMANDU

24

Page 38: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

orang lain, rendah hati, mau belajar, tidak menggurui, tidak memihak, tidak menilai dan mengkritik, dan tidak mengobral janji.

Apa Keterampilan yang Harus Dimiliki oleh Pemandu?

Pengetahuan dan sikap saja tidaklah cukup. Pemandu juga perlu memiliki keterampilan khusus, antara lain : merumuskan pertanyaan kunci, memandu diskusi atau dialog, memandu perumusan kesimpulan, memandu

penentuan skala prioritas dan memandu penyepakatan atau pengambilan keputusan bersama. Disamping itu, pemandu juga harus memiliki pengetahuan tentang Pendidikan Orang Dewasa (POD), karena sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam penyusunan perencanaan desa adalah

PEMANDU

25

Page 39: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

orang dewasa.

APA ITU PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)?

Peran masyarakat dalam perencanaan desa sangatlah penting. Posisi masyarakat dalam perencanaan desa bukan hanya sebagai subyek tetapi juga menjadi obyek atas hasil-hasil yang direncanakan. Sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam penyusunan perencanaan desa adalah orang dewasa atau orang yang memiliki cara hidup yang berbeda dengan anak-anak.

Pendidikan sendiri mempunyai banyak arti. Secara umum pendidikan memiliki harapan akan adanya perubahan perilaku. Sementara pengertian Orang Dewasa semata-mata tidak mengacu

pada kedewasaan biologis, tetapi cenderung mengarah kepada kedewasaan sosial.

Ada 2 (dua) tujuan Pendidikan Orang Dewasa, yaitu pada perkembangan individual

dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi

segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun

wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuan. Akibat atau hasil orang dewasa belajar tampak pada perubahan perilaku. Atas dasar itu, Pemandu juga harus memiliki pengetahuan Pendidikan Orang Dewasa (POD), yakni seni dan pembelajaran orang dewasa yang memberikan motivasi untuk perubahan perilaku.

PEMANDU

26

Page 40: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Bagaimana Bentuk Siklus/Arsitektur Pendidikan Orang Dewasa (POD)?

Siklus belajar dari pengalaman atau ”Pendidikan Orang Dewasa” banyak dikembangkan pada pendekatan-pendekatan yang bersifat partisipatif. Siklus itu sendiri ada yang membaginya menjadi 4 (empat) tahap, ada pula yang mengelompokannya menjadi 5 (lima) kelompok. Gambaran masing-masing siklus terlihat dalam Gambar berikut:

Dari 2 (dua) siklus tersebut yang membedakan satu dengan yang lainnya terletak pada Pengamatan dan Refl eksi pada gambar sebelah kiri yang dibagi menjadi Sumbang Saran dan Diskusi/Analisis pada gambar di sebelah kanan.

Dalam http://www.deliveri.org/Guidelines/how/hm14/hm14_4i.htm ditulis penjelasan masing-masing tahap sebagai berikut :

� Tahap Mengalami (Pengalaman)

Pengalaman merupakan inti proses belajar. Ini merupakan langkah awal dari proses refl eksi. Hal ini mencakup segala sesuatu yang telah dialami yang mencakup keberadaan, kegiatan-kegiatan, perasaan-perasaan, pengamatan dan apa saja yang didengar. Pengalaman didasarkan pada pengalaman riil, konkrit, dan sejauh mungkin mempunyai dampak

PEMANDU

27

Page 41: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

yang berarti. Secara umum masing-masing tahapan tersebut di atas mengandung beberapa unsur penting dan mempunyai ciri-ciri pokok tertentu, yang mempunyai implikasi peran dan fungsi yang berbeda dari setiap tahapan bagi seorang fasilitator (pemandu) atau bagi seorang pelatih (trainer) di dalam memproses kegiatan belajar.

� Tahap Berbagi Pengalaman / Tahap Pengungkapan

Merupakan tahap kedua dalam proses belajar atau proses pelatihan. Orang dewasa memaparkan atau menyampaikan berbagai pengalamannya: Apa yang terjadi; apa yang dikatakan; apa yang dirasakankannya; serta bagaimana pengalaman itu mempunyai arti. Orang dewasa ingin berbagi pengalaman, berbagi perasaan, serta berbagi nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai isu dan konteks yang mempunyai hubungan dan arti dalam kehidupan bersama.

� Tahap Menganalisis

Tahap ini merupakan suatu proses pemahaman. Ini merupakan suatu proses untuk mencoba memahami berbagai ungkapan pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar atau proses pelatihan secara kritis. Dalam tahap ini banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan peranan dan pengaruh dari berbagai faktor dan berbagai pihak. Misalnya: Siapa yang mempunyai kewenangan dalam situasi seperti ini? ; Suara siapa yang lebih didengarkan dan diperhatikan? ; Siapa yang mengambil keputusan? ; Siapa yang terkena imbas dan terkena dampak atas keputusan tersebut?; dan lain sebagainya.

� Tahap Menyimpulkan dan Merencanakan

Ini merupakan tahap yang kritis dalam proses belajar dan proses pelatihan. Berbagai ungkapan pengalaman dan analisis yang terjadi, perlu ditarik suatu “generalisasi” dan “menyimpulkannya” sebagai bahan untuk menyusun perencanaan. Dalam proses belajar berdasarkan pengalaman, belajar atau pelatihan tanpa kegiatan tindak lanjut atau

PEMANDU

28

Page 42: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

perencanaan, akan mengarah kepada hal-hal yang kurang tepat, apatis, dan ketidakberdayaan.

� Tahap Menerapkan / Penerapan

Merupakan tahap melakukan dan melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan termasuk di dalamnya uji coba, penelitian, implementasi dan pengambilan resiko, tetapi dapat juga merupakan kegiatan menunggu, mendengarkan dan mengamati. Sebab melaksanakan suatu kegiatan tersebut akan menjadi pengalaman nyata yang diperlukan untuk dipikirkan lebih jauh tentang apa yang dapat dipelajari dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk menetapkan tujuan dalam pembelajaran atau pelatihan.

Apa Prinsip-Prinsip Pendidikan Orang Dewasa (POD)?

Dalam bahan Training of Trainer (ToT) Pemberdayaan Komite Sekolah, 2006 disebutkan, bahwa prinsip-prinsip POD dalam Bahasa Inggris disingkat menjadi RAMP2FAME. ”Ramp” berarti jalur, angka 2 mewakili ”to” atau menuju dan ”Fame” adalah kemashuran atau kemandirian. Jadi, secara mudah dapat diterjemahkan sebagai ”Jalur Menuju Kemandirian”.

Secara lebih luas lagi, arti dari RAMP2FAME untuk masing-masing aksara adalah sebagai berikut :

• R: Recency (baru-baru ini)• A: Appropriateness (kesesuaian)• M: Motivation (motivasi)• P: Primacy (menarik perhatian di awal sesi)• 2: 2 Way Communication (komunikasi 2 arah)• F: Feedback (umpan balik)• A: Active Learning (belajar dengan aktif )• M: Multiple -Sense Learning (menggunakan lebih dari 1 indera)

PEMANDU

29

Page 43: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

• E: Excercise (latihan)

Penyebutan singkatan tersebut hanya untuk memudahkan. Prinsip-prinsip tersebut tidak disajikan dalam satu urutan, kedudukannya sama dalam satu kaitan yang saling behubungan. Penjelasan untuk masing-masing prinsip itu adalah sebagai berikut: • Recency (baru-baru ini)

Hukum dari recency menunjukkan bahwa sesuatu yang dipelajari atau diterima pada saat terakhir adalah yang paling diingat oleh peserta/ partisipan. Ini menunjukkan dua pengetian yang terpisah di dalam pendidikan. Pertama, berkaitan dengan isi (materi) pada akhir sesi dan kedua berkaitan dengan sesuatu yang “segar” dalam ingatan peserta. Pada aplikasi yang pertama, penting bagi pelatih untuk membuat ringkasan (summary) sesering mungkin dan yakin bahwa pesan-pesan kunci/inti selalu ditekankan lagi di akhir sesi. Pada aplikasi kedua, mengindikasikan kepada pelatih untuk membuat rencana kaji ulang (review) per bagian di setiap presentasinya.

• Appropriateness (kesesuaian)

Hukum dari appropriateness mengatakan bahwa secara keseluruhan, baik itu pelatihan, informasi, alat-alat bantu yang dipakai, studi kasus-studi kasus, dan material-material lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta/partisipan. Peserta akan mudah kehilangan motivasi jika pelatih gagal dalam mengupayakan agar materi relevan dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelatih harus secara terus menerus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara informasi-informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah diperolah peserta, sehingga proses dapat menghilangkan kekhawatiran tentang sesuatu yang masih samar atau tidak diketahui.

• Motivation (motivasi)

Hukum dari motivasi mengatakan bahwa pastisipan/peserta harus

PEMANDU

30

Page 44: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

punya keinginan untuk belajar, partisipan dan fasilitator harus siap untuk belajar, dan harus punya alasan untuk belajar. Fasilitator (pemandu) menemukan bahwa jika peserta mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar atau rasa keinginan untuk berhasil, dia akan lebih baik dibanding yang lainnya dalam belajar. Pertama-tama karena motivasi dapat menciptakan lingkungan (suasana) belajar menjadi menyenangkan. Jika gagal menggunakan hukum kesesuaian (appropriateness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material relevan, maka suasana belajar akan terganggu dan secara pasti peserta akan kehilangan motivasi.

• Primacy (menarik perhatian di awal sesi)

Hukum dari primacy mengingatkan bahwa pada setiap pertemuan, awal sesi merupakan kunci dari ketertarikan peserta. Selain itu, pemaparan pada awal sesi tersebut biasanya akan dapat ditangkap atau dimengerti dengan lebih baik oleh peserta. Untuk alasan ini, sebaiknya poin-poin kunci disampaikan pada permulaan sesi. Contoh poin-poin kunci dalam perencanaan desa adalah alasan perlunya dilakukan perencanaan desa, apa saja keuntungan dilakukannya perencanaan desa, dll.

• 2 Way Communication (komunikasi 2 arah)

Hukum dari komunikasi 2 (dua) arah secara jelas menekankan bahwa proses pelatihan meliputi komunikasi dengan semua pelaku yang terlibat, baik fasilitator maupun peserta, bukan hanya di antara peserta. Berbagai bentuk penyajian sebaiknya menggunakan

PEMANDU

31

Page 45: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

prinsip komunikasi 2 arah atau timbal balik. Ini tidak harus bermakna bahwa seluruh sesi harus berbentuk diskusi, tetapi yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara pelatih/fasilitator dan peserta/partisipan.

• Feedback (umpan balik)

Hukum dari feedback atau umpan balik menunjukkan bahwa fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain. Fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan sebaliknya peserta juga membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan/kinerja mereka.

• Active Learning (belajar dengan aktif )

Hukum dari active learning menunjukkan bahwa peserta belajar lebih giat jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pelatihan. Ingatkah satu peribahasa yang mengatakan “Belajar Sambil Bekerja” ? Ini penting dalam pelatihan orang dewasa. Jika anda ingin memerintahkan kepada peserta agar menulis laporan, jangan hanya memberitahu mereka bagaimana itu harus dibuat, tetapi berikan kesempatan agar mereka melakukannya. Keuntungan lain dari prinsip ini adalah orang dewasa umumnya tidak terbiasa duduk seharian penuh di ruangan kelas, oleh karena itu prinsip belajar aktif ini akan membantu mereka supaya tidak jenuh.

• Multiple Sense Learning (menggunakan lebih dari 1 indera)

Hukum dari multi-sense learning mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu dari kelima inderanya. Jika fasilitator (pemandu) membiarkan peserta untuk menyentuh, mencium dan merasakannya dengan baik, tak ada jalan bagi mereka untuk melupakannya.

Ingat, kata-kata bijak dari Confusius (450 SM) yang kurang lebih berbunyi :

Saya dengar dan saya lupa Saya lihat dan saya ingat

PEMANDU

32

Page 46: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Saya lakukan dan saya paham

• Excercise (latihan)

Hukum dari latihan mengindikasikan bahwa sesuatu yang diulang-ulang adalah yang paling diingat. Dengan membuat peserta melakukan latihan atau mengulang informasi yang diberikan, proses pembelajaran dapat meningkatkan kemungkinan mereka semakin mampu mengingat informasi yang sudah diberikan.

Prinsip-prinsip POD tersebut sebaiknya diterapkan oleh pemandu dalam melakukan kajian kondisi desa yang melibatkan partisipasi masyarakat sebelum menyusun perencanaan desa. Kajian secara partisipatif ini dikenal dengan nama PRA.

APA ITU PRA?

Participatory Rural Apraisal (PRA) atau Pengkajian Desa Secara Partisipatif (peran aktif masyarakat) adalah sebuah alat yang digunakan untuk memudahkan dalam mengkaji, meneliti/menggali informasi mengenai potensi dan masalah serta tata kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat untuk masyarakat dan dari masyarakat.

Sedangkan Pengertian PRA secara harfi ah adalah penilaian/pengkajian/penelitian (keadaan) desa secara parsitipatif. Dengan demikian metode PRA berarti cara yang digunakan dalam melakukan kajian untuk memahami keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Mengapa PRA ?

1. Adanya kritik terhadap pendekatan pembangunan yang topdown (atas-bawah) yang artinya diturunkan dari pemimpin lembaga kepada

PEMANDU

33

Page 47: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pelaksana dan masyarakat. Walaupun program semacam ini didasarkan pada proses penjagaan kebutuhan masyarakat, namun hal ini dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survey atau penelitian akademis yang tidak melibatkan masyarakat secara berarti.

2. Munculnya pemikiran tentang pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam keseluruhan proses program agar program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga rasa kepemilikan warga terhadap program lebih tinggi. Selain itu, keterampilan-keterampilan analisis dan perencanaan tadi dapat dipindahkan juga kepada masyarakat. Dengan demikian di masa yang akan datang ketergantungan pada pihak luar dalam pengambilan prakarsa dan perumusan program secara bertahap akan bisa dikurangi.

3. PRA sebagai pendekatan alternatif. Pendekatan ini dianggap baik karena didasari prinsip-prinsip untuk mewujudkan partisipasi masyarakat, sekaligus masyarakat memiliki teknik-teknik terapannya.

Apa Prinsip PRA ?

1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan), dimaksudkan

PEMANDU

34

Page 48: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

agar golongan masyarakat paling miskin memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan pembangunan.

2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan pemandu, sementara orang luar

hanya bisa sebagai fasilitator4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan5. Prinsip santai dan informal6. Prinsip Triangulasi7. Prinsip mengoptimalkan hasil8. Prinsip orientasi praktis9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu10. Prinsip belajar dari kesalahan11. Prinsip terbuka

Apa Saja Teknik-Teknik PRA ?

Ada beberapa teknik PRA yang bisa digunakan pemandu, antara lain:

1. Pemetaan/Sketsa Desa2. Penelusuran/Transek Desa3. Sejarah Desa4. Kalender musim5. Bagan/Hubungan Kelembagaan6. Kecenderungan Perubahan7. Analisa Jender8. Rangking Kesejahteraan (Wealth Rangking)9. Kerentanan dan Kapasitas (CVA, Contextual Value Added)10. Bagan Arus (masukan dan keluaran)11. Kajian Mata Pencaharian12. Analisa Usaha Tani13. Analisa Jaringan Tata Niaga

PEMANDU

35

Page 49: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Pemandu yang kreatif dapat mengembangkan atau memodifi kasi teknik-teknik PRA tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan pengkajian dan kondisi masyarakat. Penjelasan tentang teknik-teknik PRA beserta contoh-contohnya lihat di lampiran.

APA METODE YANG DIGUNAKAN OLEH PEMANDU?

Metode adalah cara kerja yang teratur dan sistematis untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh Pemandu dalam penyusunan perencanaan desa. Metode tersebut antara lain : diskusi umum (diskusi kelas/pleno), diskusi kelompok (diskusi terfokus), curah pendapat (brainstorming), wawancara dan ceramah.

Diskusi umum atau pleno merupakan istilah yang digunakan apabila seluruh peserta berkumpul dan melakukan diskusi bersama. Diskusi dilakukan secara bertahap, mulai dari mengumpulkan informasi/pendapat peserta, menentukan pokok bahasan dan penyepakatan atau pengambilan keputusan.

Diskusi kelompok atau diskusi fokus yang dikenal juga dengan istilah FGD (Focus Group Discussion) merupakan format diskusi dalam skala kecil yang seringkali dilakukan untuk mengaji suatu isu secara lebih mendalam. Hasil diskusi kelompok itu kemudian dibawa ke dalam diskusi umum atau pleno sehingga peserta dikondisikan untuk siap mengikuti musyawarah pengambilan keputusan di dalam forum lengkap.

Curah pendapat merupakan teknik untuk meminta setiap peserta menyampaikan pendapat atau gagasan terhadap suatu topik. Berbeda dengan diskusi, dalam curah pendapat tidak boleh ada komentar apalagi

PEMANDU

36

Page 50: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

sanggahan terhadap orang lain. Ini untuk mendorong keberanian berbicara dan untuk mengumpulkan pendapat sebanyak-banyaknya.

Wawancara adalah tanya jawab yang dapat dilakukan terhadap seseorang atau kelompok untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Sementara metode ceramah adalah penyampaian materi oleh nara sumber tanpa atau dengan disertai diskusi.

PEMANDU

37

Page 51: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PERENCANAAN DESA

* Apa itu Perencanaan Desa?

* Apa Dasar Hukum Perencanaan Desa?

* Bagaimana Menyusun Perencanaan Desa?

Page 52: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU PERENCANAAN DESA ?

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sementara desa atau sebutan lainnya diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP 72 No.25 tahun 2005 tentang Desa).

Dari pengertian tersebut maka perencanaan desa dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat yang dilakukan oleh kesatuan masyarakat hukum dalam batas-batas wilayah yang menjadi kewenangannya, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Perencanaan Desa

40

Page 53: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Tahap-tahap untuk melakukan perencanaan desa secara umum adalah :

1. penyusunan rencana;2. penetapan rencana;3. pengendalian pelaksanaan rencana; dan4. evaluasi pelaksanaan rencana.

Sementara tujuan perencanaan desa itu sendiri adalah :

1. Mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat;

2. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program pembangunan di desa;

3. Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa; dan

4. Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan di desa.

Mengapa Desa Perlu Membuat Perencanaan?

Perencanaan bukanlah pilihan. Suka tidak suka, mau tidak mau, perencanaan akan memberikan arah pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan di desa menjadi lebih baik. Rasanya secara sosial, masyarakat sangat membutuhkan arah desanya di masa depan dengan lebih terarah dalam bentuk perencanaan desa yang disusun secara partisipatif. Masyarakat memerlukan itu karena perencanaan desa akan lebih menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan serta pengawasannya.

Selain tuntutan sosial dari masyarakat, ada pula mandat yuridis (aturan) yang mewajibkan pemerintah desa untuk menyusun perencanaan. Termasuk ada aturan yang menyebutkan, bahwa RPJMDes tersebut ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik.

Perencanaan Desa

41

Page 54: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA DASAR HUKUM PERENCANAAN DESA?

Karena perencanaan desa terpadu dengan perencanaan pembangunan daerah dan perencanaan pembangunan daerah adalah bagian dari perencanaan pembangunan nasional, maka aturan-aturan yang mengatur tentang perencanaan pembangunan nasional (Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) dan aturan yang mengatur tentang perencanaan pembangunan daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana) secara tidak langsung menjadi dasar hukum perencanaan desa.

Aturan yang langsung terkait dengan perencanaan desa antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

5. Peraturan Daerah tentang Pedoman Perencanaan Desa sebagaimana dimandatkan oleh PP Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 66 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 Pasal 19; dan

6. Aturan lain yang terkait dengan Profi l Desa, Lembaga Kemasyarakatan, kecamatan, dll.

Perencanaan Desa

42

Page 55: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

BAGAIMANA MENYUSUN PERENCANAAN DESA YANG BAIK?

Perencanaan desa yang baik adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kewenangan yang dimilikinya, digagas atas prakarsa masyarakat, dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, demokratis, keberpihakan pada masyarakat miskin, dan berkelanjutan.

Perencanaan desa yang baik antara lain dikembangkan mengikuti kepanjangan kata WISDOM (bahasa Inggris yang artinya arif atau bijaksana), yakni :

W (=Watak/Wilayah). Artinya, kenali situasi dan kondisi wilayah kajian yang ada, batas-batas wilayah yang akan dikaji, kondisinya saat ini, beberapa waktu lalu, dan bagaimana kecenderungan perubahan yang terjadi selama ini. Kenali juga aspek-aspek sosial kependudukan lain termasuk mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya;

I (=Ingin). Artinya, tentukan tujuan masa depan yang realistis dan masuk akal berdasarkan potensi dan kecenderungan yang ada disesuaikan dengan ketersediaan anggaran;

S (=Siasat) Artinya, dengan memahami watak atau kondisi desa yang akan dikaji dan sudah menetapkan tujuan yang ingin dicapai, maka dapat dibuat siasat atau rancangan strategi guna menggapai tujuan tersebut;

D (=Didik). Untuk mencapai tujuan masa depan bemodalkan sumber daya yang ada melalui strategi yang telah disusun, perlu perlengkapan diri dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru yang mungkin belum dimiliki saat ini;

O (=Otak / Otot). Artinya, sumber daya yang ada, tujuan yang ada, strategi yang telah dirancang termasuk pembekalan yang diperlukan tidak akan berarti jika tidak disertai dengan cerdas dan kerja keras;

M (=Manajemen) Manajemen atau Monitor. Artinya, semua yang ada dan telah dirancang tersebut perlu dikelola dengan baik dan perubahan yang ada perlu dipantau perkembangannya.

Perencanaan Desa

43

Page 56: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Dalam penyusunan perencanaan desa itu dilakukan dengan menjunjung tinggi prinsip atau dasar-dasar sebagai berikut :

a. Pemberdayaan berperspektif pada hak-hak dasar, jender, berwawasan lingkungan, dan anti kemiskinan, sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

b. Partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan;

c. Berpihak pada masyarakat, yaitu seluruh proses pembangunan di pedesaan secara serius memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin;

d. Terbuka, yaitu setiap proses tahapan perencanaan pembangunan dapat dilihat dan diketahui secara langsung oleh seluruh masyarakat desa;

e. Akuntabel, yaitu setiap proses dan tahapan-tahapan kegiatan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan dengan benar, baik pada pemerintah di desa maupun pada masyarakat;

f. Selektif, yaitu semua masalah terseleksi dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal;

g. Efi siensi dan efektif, yaitu pelaksanaan perencanaan kegiatan sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tersedia;

h. Keberlanjutan, yaitu setiap proses dan tahapan kegiatan perencanaan harus berjalan secara berkelanjutan;

i. Cermat, yaitu data yang diperoleh cukup obyektif, teliti, dapat dipercaya, dan menampung aspirasi masyarakat;

j. Proses berulang, yaitu pengkajian terhadap suatu masalah/hal dilakukan secara berulang sehingga mendapatkan hasil yang terbaik; dan

k. Penggalian informasi, yaitu di dalam menemukan masalah dilakukan penggalian informasi melalui alat kajian keadaan desa dengan sumber informasi utama dari peserta musyawarah perencanaan.

Perencanaan Desa

44

Page 57: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Siapa yang Menyusun Perencanaan Desa ?

Perencanan desa adalah tanggung jawab Kepala Desa, yang dalam pelaksanaannya Kepala Desa akan mengidentifi kasi terlebih dahulu tentang keberadaan LKMD, sebuah Lembaga Kemasyarakatan yang memiliki tugas terkait dengan perencanaan desa. Unsur-unsur dari Lembaga Kemasyarakatan inilah yang akan dibekali/dilatih tentang perencanaan desa. Jika unsur-unsur (kelompok/anggota) tidak ada atau kurang, maka perlu disiapkan Pemandu yang berasal dari masyarakat di desa tersebut baik secara perseorangan maupun lembaga/kelompok.

Apa Bentuk Perencanaan Desa?

Berdasarkan masa perencanaannya, jenis perencanaan dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yakni :

1. Perencanaan jangka panjang dengan masa perencanaan selama 20 (dua puluh) tahun;

2. Perencanaan jangka menengah dengan masa perencanaan selama 5 (lima) tahun; dan

3. Perencanaan jangka pendek dengan masa perencanaan selama 1 (satu) tahun.

Perencanaan jangka panjang hanya dikenal di Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Di desa hanya dikenal rencana jangka menengah yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan rencana tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

Di tingkat Kementerian, Kecamatan dan Kelurahan juga hanya dikenal rencana jangka menengah yang disebut Rencana Strategis (Renstra) dan

Perencanaan Desa

45

Page 58: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

rencana tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja (Renja).

Selain pembagian berdasarkan masa rencana, juga ada pembagian berdasarkan bentuk perencanaan berkaitan dengan ruang (spasial) yang dikenal dengan penataan ruang.

Penataan ruang dibagi dalam beberapa klasifi kasi/golongan. Pembagian tersebut antara lain berdasarkan wilayah administratif dan kegiatan kawasan. Berdasarkan wilayah administrasi penataan ruang terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota. Pembagian lain berdasarkan kegiatan kawasan membagi penataan ruang atas: penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan (berbeda dengan desa).

Semua rencana tata ruang wilayah, baik Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), maupun Rencana Tata Ruang WIlayah Kabupaten/Kota (RTRWK) memiliki masa rencana 20 (dua puluh) tahun atau rencana jangka panjang. Jika di desa tidak ada rencana jangka panjang, maka di desa juga tidak ada Rencana Tata Ruang Wilayah Desa.

Atas dasar itulah, jika di desa hanya ada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) tanpa ada Rencana Tata Ruang Wilayah Desa, maka sebaiknya di dalam RPJMDes dan RKPDes juga memasukan aspek keruangan, misalnya dalam bentuk arahan atau rencana tata guna lahan yang tidak terpisahkan dari RPJMDes/RKPDes.

Apa yang Perlu Disusun Terlebih Dahulu, RPJMDES atau RKPDES?

Dalam satu periode kepemimpinan Kepala Desa, mestinya yang akan disusun pertama kali dalam 3 (tiga) bulan setelah pelantikannya

Perencanaan Desa

46

Page 59: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

adalah menyusun RPJMDes terlebih dahulu. RPJMDes yang disepakati dalam Musrenbangdes Jangka Menengah itu setelah ditetapkan dengan Peraturan Desa kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan RKPDes dalam Musrenbangdes Tahunan. Berdasarkan RPKDes inilah kemudian dibuat APBDes yang ditetapkan melalui Peraturan Desa, paling lambat sebulan setelah APBD ditetapkan.

Gambaran umum yang terjadi di banyak desa berkaitan dengan RPJMDes, RKPDes dan APBDes kurang lebih adalah sebagai berikut :

1. Jarang yang memiliki RPJMDes;2. Jarang yang melaksanakan Musrenbangdes Jangka Menengah;3. Jarang yang memiliki Peraturan Desa tentang RPJMDes;4. Memiliki Rancangan RKPDes tetapi jarang yang menetapkannya dalam

Surat Keputusan Kepala Desa (sesuai dengan Permendagri no. 66 tahun 2007);

5. Melaksanakan Musrenbangdes Tahunan tanpa didukung RPJMDes; dan6. Memiliki APBDes dan Peraturan Desa tentang APBDes.

Kini banyak desa mulai melakukan penyusunan RPJMDes yang partisipatif. Karena ketertinggalannya, seringkali penyusunan RPJMDes ini dilakukan

Perencanaan Desa

47

Page 60: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

bersamaan dengan penyusunan RKPDes, dan pelaksanaan Musrenbangdes Jangka Menengah dilakukan bersamaan dengan kegiatan Musrenbangdes Tahunan. Kesadaran ini muncul karena adanya pemahaman bahwa APBDes dibuat berdasarkan RKPDes dan RKPDes antara lain disusun berdasarkan RPJMDes yang partisipatif, sehingga adanya RPJMDes adalah suatu keharusan bagi suatu desa.

Bagaimana Melaksanakan Musrenbangdes Jangka Menengah dan Tahunan Secara Bersamaan?

Salah satu hasil dari Musrenbangdes Jangka Menengah yang dilakukan sekitar 5 (lima) tahun sekali adalah RPJMDes, sementara Musrenbangdes Tahunan yang dilakukan setiap tahun akan menghasilkan rancangan RKPDes. Oleh karena itu, dalam kondisi normal Musrenbangdes Jangka Menengah dan Musrenbangdes Tahunan dilakukan pada saat yang berbeda.

Dalam kondisi yang mendesak dan desa tidak memiliki RPJMDes, biasanya penyusunan RPJMDes dilakukan bersamaan dengan penyusunan RKPDes sebagaimana diperkenalkan dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007.

Secara umum langkah perpaduan antara Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Perencanaan Desa

48

Page 61: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

No. Kegiatan Utama Pelaku Utama Hasil yang Diharapkan1. Pemberitahuan /

SosialisasiPemerintahan Desa Masyarakat mengetahui akan

dilakukan perencanaan desa (RPJMDes dan RKPDes) dan terbuka bagi semua pihak berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan perencanaan desa tersebut

2. Pembentukan Tim Pemandu

Kepala Desa bersama dengan perangkatnya

Ada Tim Pemandu yang berasal dari masyarakat khususnya lembaga kemasyarakatan

3. Pembekalan Tim Pemandu

BPMD, Kasi PMD, Kepala Desa, Lembaga Pendamping (jika ada)

Tim Pemandu memahami tentang Perencanaan Desa, metodologi,teknik kajian dan penulisannya serta pengorganisasiannya

4. Pengorganisasian Tim Pemandu Data yang diperlukan, data yang sudah tersedia, penyusunan rencana kegiatan, penjadwalan dan lain-lain

5. Pengkajian data sekunder (RPJMDes, Renstra Kecamatan, Hasil PRA, Master Plan, Peta, dan Rencana Lain jika ada)

Tim Pemandu Ada perencanaan yang berkesinambungan dan menghindari kegiatan pengambilan data yang sama di waktu yang berdekatan

6. Penyusunan Rancangan Visi dan Misi Desa

Tim Pemandu Adanya rancangan visi dan misi desa yang disepakati bersama oleh Kepala Desa dan masyarakat

7. Kajian Dusun/Blok/RT Tim Pemandu Potensi dan permasalahan di Tngkat Dsun/Blok/RT

8. Kajian Desa Tim Pemandu Potensi dan permasalahan di Tingkat Desa

9. Penentuan Prioritas Tim Pemandu Daftar peringkat potensi dan masalah di desa

Perencanaan Desa

49

Page 62: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

10. Pembagian Tindakan Tim Pemandu Daftar prioritas kegiatan yang akan dilakukan di desa (cek silang dengan rancangan misi desa)

11. Pengkajian ulang rancangan visi dan misi desa serta program-programnya

Tim Pemandu Adanya visi dan misi, program-program pengembangannya, serta strategi pencapaiannya

12. Penulisan Rancangan Dokumen RPJMDes

Tim Pemandu Rancangan Dokumen RPJMDes dan RKPDes

13. Musrenbang RPJMDes dan atau Musrenbang Tahunan

Kepala Desa, Ketua dan BPD, Camat dan aparat kecamatan, Kepala Sekolah, Kelompok Perempuan, Kepala Puskesmas, perusahaan dan Lembaga pendamping yang ada di desa bersangkutan, kelompok profesi, kelompok keagamaan, keterwakilan dusun/blok/RT, Tim Pemandu, dan lain-lain

Berita Acara, Dokumen RPJMDes dan rancangan Peraturan Desa tentang RPJMDes. Berita Acara, Rancangan RKPDes (Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan – DURKP); usulan delegasi untuk menghadiri Musrenbang di Kecamatan; usulan prioritas kecamatan

14. Penyusunan Peraturan Desa tentang RPJMDes

Kepala Desa, BPD, Sekretaris Desa, Bagian Hukum

Peraturan Desa tentang RPJMDes

15 Penyusunan DU-RKPDes

Utusan delegasi desa untuk MUSRENBANGCam

Daftar Usulan Kegiatan Pembangunan-DU RKPDes Kewenangan desa dan Daftar Usulan Kegiatan Pembangunan-DU RKPDes Kewenangan supra desa

16. Pemberitahuan / Sosialisasi

Pemerintahan Desa Masyarakat tahu bahwa proses penyusunan RPJMDes dan Rancangan Perdes RPJMDes dan Rancangan RKPDes sudah dilakukan.

Perencanaan Desa

50

Page 63: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Alur Proses Musrenbangdes Jangka Menengah dan Tahunan Secara Bersamaan (Tahap Persiapan, Pelaksanaan, dan Pelembagaan)

Perencanaan Desa

51

Page 64: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Apakah Model atau Proses Perpaduan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 Dapat Dilakukan dengan Cara Berbeda? Adakah Cara Lain yang Seringkali Dilakukan?

Proses penyusunan perencanaan desa yang memadukan proses dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 bukanlah harga mati. Proses tersebut dapat dilakukan dengan cara lain mengikuti prinsip-prinsip yang ada (partisipasi, terbuka, akuntabel, dll) dan mengeluarkan hasil dengan format keluaran yang telah ditentukan.

Model atau Proses Perpaduan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 dapat dilihat pada bagan berikut

Perencanaan Desa

52

Page 65: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Alu

r Pro

ses

Mus

renb

angd

es Ja

ngka

(Tah

ap P

elak

sana

an d

an P

elem

baga

an)

Perencanaan Desa

53

Page 66: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Cara lain penyusunan perencanaan desa yang menggabungkan Musrenbangdes Jangka Menengah dan Musrenbangdes Tahunan yang umum digunakan adalah dengan membagi proses itu menjadi 3 (tiga) tahap utama yang meliputi : (1) Pengkajian Fakta/Data; (2) Analisis Fakta/Data; dan (3) Penyusunan Rencana.

Rincian masing-masing langkah itu adalah sebagai berikut:

1 Pengkajian Fakta/Data. Pengkajian fakta dilakukan oleh Pemandu dengan menggunakan

metodologi dan alat-alat kajian yang partisipatif. Data/Fakta awal yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah data sekunder, baik itu berupa kebijakan, monografi , hasil kajian PRA sebelumnya, perencanaan yang sudah ada, dan kebijakan yang lainnya.

Pengkajian fakta dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti : kalender musim, diagram kelembagaan, peta desa, dan lain-lain.

2 Analisis Fakta/Data. Secara umum susunan/struktur dokumen perencanaan dimulai dari

visi, misi, strategi, program, proyek dan kegiatan. Pada perencanaan di tingkat desa penyebutan nama proyek jarang dilakukan, sehingga struktur umum untuk perencanaan desa adalah visi dan misi yang disertai dengan strategi pelaksanaannya melalui program dan kegiatan.

Fokus RPJMDes dimulai dari visi sampai program, sementara RKPDes menitikberatkan mulai dari kegiatan hingga program.

3 Penyusunan Rencana. Sebagian besar materi profi l desa yang ada dalam dokumen

perencanaan berasal dari tahap kajian data/fakta. Data/fakta juga dapat disertakan peta, dan apabila disertai dengan kajian analisis dapat menjadi bagian perencanaan sebagai arahan penggunaan lahan.

Perencanaan Desa

54

Page 67: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Secara umum, jika sudah disusun rancangan visi, misi, strategi, program/bidang dan kegiatan, maka penyusunannya ke dalam RPJMDes dan RKPDes sangatlah mudah. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan tersebut adalah penyusunan prioritas kegiatan.

Cara yang umum untuk menyusun prioritas adalah dengan menggunakan matriks. Matriks dapat disusun berdasarkan kegiatan dengan misi, luas kegiatan, dampak kegiatan, ketersediaan bahan baku lokal, keterlibatan tenaga kerja, penanggulangan kemiskinan, ketersediaan anggaran, dan lain sebagainya.

Contoh matriks antara kegiatan dengan misi.

Dari matriks kegiatan dan misi dapat dilihat bahwa prioritas utamanya adalah Kegiatan D, menyusul kemudian Kegiatan E, Kegiatan B. Kegiatan yang memiliki nilai prioritas sama dapat ditambahkan indikator lainnya sampai akhirnya menghasilkan nilai prioritas yang berbeda.

Pada dokumen perencanaan jangka menengah juga perlu disertakan prakiraan pencapaian program sebagai bahan pemantauan. Beberapa

Perencanaan Desa

55

Page 68: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

contoh target prakiraan pencapaian tersebut antara lain :

• Setiap tahun akan diterbitkan SKT sebanyak 25 lembar;

• Luas kebakaran akan berkurang 50% selama masa perencanaan (5 tahun);

• Setiap tahun produksi pertanian tanaman pangan bertambah 10%, tanaman karet bertambah luas 15%;

• Setiap tahun jumlah Kepala Keluarga penerima ”raskin” berkurang sebanyak 10%;

• Dalam waktu 2 (dua) tahun akan berdiri pabrik pengolahan karet;

• Setiap tahun, cara-cara pembukaan lahan dengan cara membakar berkurang 15%.

Perencanaan Desa

56

Page 69: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

Apa itu RPJ• MDes?Apa yang Dilakukan pada Tahap Persiapan?• Apa yang Dilakukan pada Tahap Pelaksanaan?• Apa yang Dilakukan pada Tahap Pelembagaan?• Bagaimana Ringkasan Tahap-tahap Penyusunan • RPJMDes?

••• ••

Page 70: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU RPJMDES?

RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun. Berisi antara lain: profi l desa (termasuk sejarah desa dan kecenderungan yang ada), visi, misi dan program kegiatan indikatif, indikator indikatif untuk pemantauan dan program prioritas kewilayahan yang disertai dengan peta atau sketsa sebagai arahan pengembangan wilayah.

RPJMDes adalah kewajiban pemerintah desa untuk menyusun dan menetapkannya melalui Peraturan Desa. RPJMDes akan digunakan sebagai masukan utama pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan yang biasanya dilakukan sekitar bulan Januari - Februari; penyusunan RKPDes; dan secara tidak langsung memberikan arahan dalam penyusunan APBDes. Oleh karena itu, dengan adanya RPJMDes yang memiliki kekuatan hukum berupa Peraturan Desa, pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan akan dapat dilakukan dengan lebih efi sien dan efektif. Kualitas APBDesnya pun akan

RPJMDes

58

Page 71: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

lebih sempurna lagi.

RPJMDes disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan merupakan penjabaran visi dan misi dari Kepala Desa terpilih yang disepakati bersama masyarakat dalam Musrenbang Jangka Menengah sebagai visi dan misi desa.

RPJMDes ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik. Jika dalam periode kepemimpinan Kepala Desa sudah berjalan lebih dari 3 (tiga) bulan tetapi tidak memiliki RPJMDes, maka sebaiknya Kepala Desa segera menyusun RPJMDes, karena dengan RPJMDes arah pemberdayaan masyarakat akan lebih jelas termasuk pertanggungjawaban Kepala Desa di akhir masa jabatannya.

Bagaimana Proses Penyusunan RPJMDes ?

Secara umum proses perencanan akan meliputi 4 (empat) aspek utama, yakni : (1) penyusunan rencana yang terdiri dari persiapan dan pelaksanaan penyusunan rencana; (2) penetapan rencana dalam bentuk Peraturan Desa sebagai bagian dari pelembagaan dari rencana tersebut ; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana dalam bentuk pemantauan dan evaluasi atas rencana itu sendiri. Atas dasar tersebut, maka proses penyusunan RPJMDes secara umum akan terdiri atas 3 (tiga) bagian utama, yakni : persiapan, pelaksanaan penyusunan, dan pelembagaan.

APA YANG DILAKUKAN PADA TAHAP PERSIAPAN?

Secara umum yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain :

1. Pemberitahuan kepada masyarakat tentang akan dilakukannya

RPJMDesa

59

Page 72: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

penyusunan RPJMDes; 2. Identifi kasi kelembagaan untuk mendapatkan Tim Pemandu;3. Pengkajian kebutuhan pembekalan bagi Tim Pemandu;4. Pembekalan Tim Pemandu; dan5. Pengorganisasian pelaksanaan.

Setelah Kepala Desa dilantik, secepatnya Pemerintahan Desa memberitahukan kepada masyarakat bahwa akan dilakukannya perencanaan desa. Isi pemberitahuan sekurang-kurangnya berisi tentang dasar hukum perencanaan desa, tujuan dari perencanaan desa, mekanisme perencanaan desa (RPJMDes dan RKPDes) serta hubungannya dengan Musrenbangdes, penyelenggara, waktu, agenda, dan tempat pelaksanaannya.

Pemberitahuan dapat dilakukan melalui musyawarah desa, pertemuan kelompok yang ada di desa seperti yasinan, kebaktian, basarah, pertemuan kelompok tani, karang taruna, pengumuman lewat tempat ibadah, papan informasi desa, dan alat komunikasi lainnya.

Setelah dilakukan pemberitahuan kepada Masyarakat, sesegera mungkin Kepala Desa sebagai penanggung jawab perencanaan desa mulai mendelegasikan kegiatan tersebut kepada perangkat dan lembaga yang berwenang melakukan penyusunan perencanaan desa.

Jika lembaga yang bertugas menyusun perencanaan desa tidak ada, maka perlu dibentuk Tim Pemandu yang dipilih atas dasar musyawarah. Pembentukan Tim Pemandu dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi pemberitahuan tentang akan dilakukannya penyusunan perencanaan desa.

Jumlah Tim Pemandu disesuaikan dengan kondisi desa, seperti jarak antar dusun/RT/blok, ketersediaan data sekunder dan data informasi yang harus

RPJMDes

60

Page 73: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dikumpulkan. Jumlah Tim Pemandu sebaiknya berkisar antara 3 – 7 orang.

Penyusunan perencanaan desa secara partisipatif akan melibatkan peran aktif masyarakat baik secara perseorangan maupun kelompok. Tokoh masyarakat yang dilibatkan dalam penyusunan perencanaan desa adalah tokoh agama, tokoh adat, guru, bidan, penyuluh, Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), maupun Lembaga Kemasyarakatan (LK) lainnya.

Lembaga Kemasyarakatan (LK) lain yang perlu dilibatkan dalam proses penyusunan perencanaan desa adalah: lembaga adat, Tim Penggerak PKK, LPMD, Kelompok Tani/Ternak/Nelayan, P3A, RPK/KMPK/MPA, komite sekolah, kelompok keagamaan, KUD/UKM, perusahaan atau lembaga pendamping yang sedang melakukan kegiatan di desa, serta lembaga lain yang ada di desa.

Keterlibatan masyarakat baik perseorangan maupun kelembagaan

RPJMDesa

61

Page 74: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

tersebut akan difasilitasi langsung oleh Tim Pemandu. Mengingat peran dan fungsinya yang sangat penting, sebelum melakukan tugasnya Tim Pemandu akan diberikan pembekalan tentang perencanaan desa.

Tujuan dari pembekalan Tim Pemandu bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap pemanduan, tetapi juga dalam rangka untuk membangun kerjasama tim. Melalui hal tersebut, diharapkan Tim Pemandu akan dapat menyusun rencana kerja tim sesuai prinsip-prinsip yang ada seperti partisipasi, transparansi, akuntabel, dan lain sebagainya.

Pembekalan kepada Tim Terpadu dapat melibatkan PMD Kecamatan, BPMD Kabupaten Kapuas, maupun pihak lainnya yang mau terlibat secara sukarela. Pembekalan itu sendiri dapat dilakukan di dalam kelas, di luar ruangan, praktek kerja (belajar sambil praktek), maupun belajar ke desa lain.

Pembekalan kepada Tim Pemandu dilakukan minimal 3 hari atau 4-5 hari jika disertai dengan belajar di desa lain. Materi pembekalan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan minimal yang diperlukan dalam memandu proses penyusunan perencanaan desa, materi tersebut antara lain :

a. Tugas dan Fungsi Tim Pemandu, b. Teknik Kepemanduan, c. Pemahaman tentang Perencanaan Desa, d. Pendidikan Orang Dewasa, e. Alat-alat Kajian Desa (sejarah desa, peta sosial, sketsa desa, hubungan

kelembagaan dan kalender musim)f. Teknik Menulis Dokumen Perencanaan Desa

RPJMDes

62

Page 75: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA YANG DILAKUKAN PADA TAHAP PELAKSANAAN?

Tahap pelaksanaan antara lain melakukan pengorganisasian (perencanaan kegiatan), identifi kasi serta kajian data sekunder, penyusunan rancangan visi dan misi desa, pengkajian desa, mengkaji ulang data kajian desa, penentuan prioritas, pemilihan tindakan, mengkaji ulang visi dan misi desa dengan rencana kegiatan, dan yang terakhir adalah penulisan dokumen RPJMDes.

Pengorganisasian

Pada proses pengorganisasian (perencanaan kegiatan) antara lain dilakukan: prakiraan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan desa; jenis kegiatan yang akan dilakukan; waktu; penanggungjawab; siapa anggota Tim Pemandu yang akan melakukan dan siapa saja yang akan diundang; tempat pelaksanaan; alat tulis menulis; sumber dana pelaksanaan; dan konsumsi.

Sumber pendanaan kegiatan penyusunan RPJMDes dapat dilakukan dari Kas Desa; pihak ketiga yang tidak mengikat; bantuan Pemerintah Kabupaten; maupun Swadaya.

Dalam penyusunan RPJMDes, sebaiknya pada periode akhir menganggarkan dana untuk proses penyusunan RPJMDes berikutnya.

Identifi kasi dan Kajian Data Sekunder

Sebelum Tim Pemandu melakukan kajian desa, perlu terlebih dahulu melakukan kajian terhadap data sekunder (data yang sudah tersedia sebelumnya). Dari kebutuhan data dan ketersediaan data sekunder yang ada, maka kegiatan kajian penambahan data akan lebih efi sien. Manfaat lain dengan melakukan kajian data sekunder antara lain :

RPJMDesa

63

Page 76: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. Mendapatkan gambaran awal keadaan desa, baik masyarakat maupun lingkungannya;

b. Memperkirakan kebutuhan informasi yang perlu dikaji lebih lanjut di lapangan sehingga Tim Pemandu bisa menyusun rencana kajian lapangan;

c. Sebagai data pembanding terhadap informasi yang diperoleh langsung dari masyarakat;

d. Kajian data sekunder seperti RPJMD Kabupaten Kapuas dan Rencana Strategis yang ada di SKPD akan diperoleh gambaran umum tentang kebijakan yang ada di kabupaten dan sektor-sektor yang ada; dan

e. Program-program yang ditawarkan oleh Kepala Desa terpilih saat melakukan kampanye.

Beberapa jenis data sekunder yang kemungkinan ada di desa-desa dan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kapuas maupun Kabupaten Kapuas itu sendiri antara lain : profi l desa, hasil PRA, rencana di desa yang sudah ada seperti rencana kelompok tani, RPJMDes, RKP Desa, RPJMD Kabupaten Kapuas yang berdampak di desa, aturan adat, peraturan desa, data penerima BLT, data pelayanan kesehatan seperti imunisasi, daftar ibu hamil, kondisi gizi masyarakat, jenis penyakit yang ada di desa, hasil pendampingan dari lembaga yang pernah melakukan kajian di desa, dan tentu saja program-program yang dikampanyekan oleh Kepala Desa terpilih. Beberapa desa dalam lingkup Eks Pengembangan Lahan Gambut (PLG)

RPJMDes

64

Page 77: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Sejuta Hektar dapat memanfaatkan Rencana Induk Eks PLG.

Apabila dibandingkan dengan data sekunder lainnya, profi l desa terbilang cukup istimewa. Pertama, profi l desa akan menjadi bagian tersendiri dalam dokumen RPJMDes; kedua, profi l desa seharusnya sudah dimiliki oleh semua desa di Indonesia tetapi pada kenyataannya justru sebaliknya; dan, ketiga, profi l desa adalah gambaran karakter desa, oleh karena itu keberadaannya sangat penting bukan hanya untuk kebutuhan penyusunan perencanaan desa tetapi juga untuk kegiatan-kegiatan lainnya.

Penyusunan profi l desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profi l Desa dan Kelurahan. Secara umum profi l desa sebagai karakter desa disajikan dalam bentuk :

a. Data dasar keluarga meliputi : (1) potensi sumber daya manusia; (2) perkembangan kesehatan; (3) perkembangan pendidikan; (4) penguasaan aset ekonomi dan sosial keluarga; (5) partisipasi anggota keluarga dalam proses pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; (6) berbagai permasalahan kesejahteraan keluarga; dan (7) perkembangan keamanan dan ketertiban di lingkungannya.;

b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana; dan

c. Perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. Tingkat ini mencerminkan keberhasilan pembangunan desa setiap tahun dan setiap lima tahun diukur dari laju kecepatan perkembangannya.

Pengkajian Desa

Pendekatan yang dilakukan dalam perencanaan desa didasarkan atas:

RPJMDesa

65

Page 78: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pemberdayaan, partisipatif, berpihak pada masyarakat, terbuka, akuntabel, selektif, efi sien, efektif, berkelanjutan, cermat, proses berulang, dan penggalian informasi. Atas dasar hal-hal tersebut dan melihat pendekatan perencanaan di Indonesia (politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah, dan bawah-atas), maka pendekatan utama yang diutamakan dalam dalam perencanaan desa adalah partisipasi masyarakat. Suatu pendekatan yang mampu menempatkan masyarakat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek/pelaku utama adalah PRA (Participatory Rural Appraisal) atau Pengkajian Perdesaan secara Partisipatif.

Secara teknis PRA tidak hanya digunakan di perdesaan, tetapi dapat juga dilakukan di perkotaan. Tidak hanya digunakan dalam pengkajian atau perencanaan, PRA juga dapat digunakan dalam pelaksanaan atau pemantauan suatu perencanaan.

Banyak sekali teknik-teknik penggalian data melalui pendekatan PRA Beberapa metode yang umum digunakan dalam pendekatan partisipatif antara lain: diskusi umum (diskusi kelas/pleno), diskusi kelompok (diskusi terfokus), curah pendapat (brainstorming), wawancara dan ceramah.

Pada proses kajian dan permasalahan desa secara partisipatif tentunya dilakukan dengan metode dan alat-alat yang partisipatif pula. Beberapa alat kajian desa partisipatif yang sering digunakan antara lain berupa :

1 Peta/sketsa Desa, dapat dikembangkan dalam beberapa judul/tema, berdasarkan waktu yang berbeda, dan berdasarkan luas kajian atau skala yang berbeda.

Informasi yang digali antara lain : batas-batas desa, sumber daya alam (sungai, sumber air, hutan, batu, bukit, dll), penggunaan lahan (lahan yang digunakan untuk tanaman budidaya, lahan pengembalaan ternak, tanah desa,dll), sumber daya buatan (prasarana/sarana) seperti : jalan,

RPJMDes

66

Page 79: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

jembatan, sarana pengairan, sekolah, balai desa, posyandu, rumah penduduk, dll;

2 Sejarah Desa, yaitu informasi yang dikumpulkan bersifat umum (informasi umum) masyarakat desa dari waktu ke waktu. Informasi-informasi itu antara lain: kesadaran dan pengelolaan SDA, pembangunan sarana dan prasarana umum, pengenalan jenis tanaman baru, pengenalan teknologi baru, perubahan status kepemilikkan, sejarah organisasi desa, sejarah terbentuknya desa atau pemukiman, perkembangan jumlah penduduk, asal penduduk setempat, serta perkembangan hutan dan hasil hutan.;

3 Kalender Musim, tidak hanya mencakup harian, bulan atau tahunan, tetapi juga dapat dikembangkan dalam beberapa tahun. Misalnya dalam kajian bencana kebakaran hutan dan lahan. Informasi yang digali lewat kalender musim antara lain masalah-masalah yang berhubungan dengan kebutuhan dasar (kesehatan, pangan, papan, sandang, mata pencaharian dan alam/lingkungan), masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat desa (kegiatan tanam, kegiatan panen, kegiatan menangkap ikan, kegiatan sosial/adat/budaya, dll), saat-saat/musim yang terjadi banyak masalah (musim kemarau, musim hujan, musim pancaroba, musim barat, musim timur, paceklik,dll).;

4 Bagan Kelembagaan, informasi yang digali antara lain : jenis-jenis lembaga penting dalam pembangunan desa, gambaran peranan/manfaat lembaga desa terhadap masyarakat, gambaran sering tidaknya hubungan antara lembaga-lembaga dengan masyarakat, gambaran peranan pria dan wanita dalam lembaga;

5 Kalender Harian, secara umum merupakan kalender musim dalam rentang waktu satu hari yang menitkberatkan dilakukan untuk kajian jender;

6 Kecenderungan, merupakan alat kaji PRA yang menitikberatkan pada kecenderungan berdasarkan waktu. Analisis ini antara lain dapat diguakan untuk melihat kecenderungan pemasaran, produksi pertanian,

RPJMDesa

67

Page 80: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

kebakaran, kecenderungan jumlah penduduk, dan lain-lain.

Ada banyak alat PRA, tetapi dalam pengkajian desa untuk perencanaan tidak harus menggunakan semua alat. Bahkan dalam PERMENDAGRI No. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa hanya ada 3 (tiga) alat PRA yang digunakan dalam pengkajian keadaan desa yaitu : Potret/Sketsa Desa, Kalender Musim dan Bagan Kelembagaan. Disamping ketiga alat PRA tersebut, pemandu dapat memilih alat-alat PRA lainnya untuk melengkapi kajian desa sesuai dengan kebutuhan desa dalam menggali potensi dan masalah.

Pemilihan alat yang digunakan antara lain akan tergantung pada kondisi wilayah desa, kajian-kajian yang akan dilakukan, ketersediaan waktu, ketersediaan data sekunder. Pemilihan ini secara sistematis sudah dirancang pada saat persiapan pengkajian desa.

Pada proses mengumpulkan dan melakukan analisis data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat melalui teknik PRA, ada salah satu prinsip yang dikenal dengan istilah triangulasi. Prinsip ini merupakan bentuk pemeriksaan informasi berulang (check and recheck). Prinsip triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman :

1. keanggotaan tim (keragaman latar belakang profesi, pengalaman, latar belkan pendidikan, dan lain-lain);

2. penganekaragaman sumber informasi (tempat/dusun/RT, jenis kelamin, usia ataupun data sekunder, pendampingan dari kegiatan lain, dll);

3. dan juga keragaman alat PRA yang digunakan.

Kajian yang dilakukan di tingkat dusun/blok/RT maupun di tingkat desa secara umum berkaitan dengan harapan masyarakat (potensi) dan hambatan dalam meraih harapan tersebut (masalah). Dengan menggunakan metode PRA seperti diskusi umum, diskusi kelompok,

RPJMDes

68

Page 81: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dan curah pendapat diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam menyuarakan harapan beserta hambatan-hambatannya. Teknik-teknik PRA seperti kalender musim, pemetaan, diagram kelembagaan semestinya dibangun dalam suasana yang rileks agar peran aktif tersebut dapat dilakukan dengan lebih baik.

Penyusunan Rancangan Visi dan Misi Desa

Berdasarkan pendekatan politik, perencanaan dimulai pada saat masyarakat memilih Kepala Negara atau Kepala Daerah atau Kepala Desa secara langsung. Visi dan misi Kepala Desa terpilih saat kampanye

RPJMDesa

69

Page 82: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

itulah yang kemudian dimusyawarahkan melalui perencanaan bersama (partisipatif ) dan kemudian ditetapkan menjadi visi dan misi desa karena RPJMDes ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Pada saat kampanye tentunya tidak harus secara langsung menyatakan visi dan misi. Tetapi dengan melihat program-program yang ditawarkan saat kampanye tersebut, melalui musyawarah yang partisipatif akan dapat ditetapkan sebagai milik bersama (desa) dan menjadi dasar dalam pelaksanaan program-program RPJMDes.

Musyawarah dalam pembuatan visi dan misi desa sebaiknya bersifat menyeluruh (pleno). Pembuatannya dapat dilakukan dengan metaplan atau cara lain yang partisipatif sehingga semua pihak yang hadir dapat menyuarakan pendapatnya. Setelah dilakukan kajian desa secara menyeluruh, dokumen RPJMDes termasuk visi dan misi desa tersebut disepakati dalam Musrenbangdes RPJMDes (Jangka Menengah).

Contoh visi dan misi di salah satu desa di Lamunti adalah :

Visi :

”Bersama membangun desa berbasis pertanian dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan menuju Lamunti yang bermartabat, mandiri dan sejahtera”

Misi :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pertanian

2. Menciptakan peluang pemasaran hasil pertanian berbasis kelompok

3. Menciptakan tata kelola permerintahan desa yang baik

RPJMDes

70

Page 83: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

4. Meningkatkan keswadayaan dan gotong royong

5. Meningkatkan pelayanan masyarakat (pendidikan, kesehatan dan air bersih)

6. Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan desa

7. Menciptakan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan

Visi dan misi yang disepakati di awal pembahasan masih bersifat sementara. Pada kajian-kajian berikutnya rancangan visi dan misi tersebut akan dikoreksi berdasarkan potensi dan masalah desa serta kecenderungannya.

Di beberapa desa yang sudah menjalankan proses penyusunan RPJMDes, perumusan rancangan visi dan misi ini berbeda-beda tergantung kesepakatan tim pemandu. Ada yang dirumuskan sebelum kajian desa, ada yang dirumuskan sesudah kajian desa, dan ada juga yang dirumuskan selama kajian desa berlangsung. Pada dasarnya rancangan visi dan misi ini sudah dirumuskan sebelum penyusunan rancangan dokumen RPJMDes.

Penentuan Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah yang digali melalui beragam metode dan beragam teknik seperti peta, kalender musim, aktivitas harian, diagram kelembagaan, dan lain-lain, termasuk data sekunder dalam prosesnya akan selalu melalui proses cek dan cek ulang (triangulasi). Sehingga akhir dari pengkajian potensi dan masalah tersebut akan menghasilkan potensi dan masalah yang dapat dipertangungjawabkan. Paling tidak, hasil tersebut sudah memperhitungkan aspek waktu (kalender musim), aspek ruang (pemetaan), aspek kelembagaan (diagram venn), aspek jender (aktivitas harian) dan juga kecenderungan serta data sekunder yang sejak awal sudah dikaji lebih dahulu.

RPJMDesa

71

Page 84: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Potensi dan masalah yang digali melalui beberapa alat kaji dan merupakan suara hati masyarakat tersebut kemudian dibuat skoring. Pemeringkatan (skoring) dalam bentuk tabel dapat dilakukan dengan simbol-simbol (besar-sedang-kecil) atau dituliskan dalam bentuk angka disesuaikan dengan peserta yang ada.

Selain teknik skoring, dalam pengkajian masalah juga dapat digunakan dengan kajian sebab-akibat (pohon masalah). Dengan teknik ini prioritas kegiatan akan ditekankan pada upaya-upaya yang menjadi akar persoalan, bukan pada permasalahan dengan skor tertinggi.

Pemilihan Tindakan

Dengan mengetahui tingkat permasalahan yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, dapat dianalisis tindakan-tindakan (kegiatan) yang sesuai dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh desa maupun dukungan dari pihak lain yang sekiranya dapat membantunya. Dukungan tersebut baik dari pihak ketiga yang tidak mengikat maupun dari pendanaan yang biasanya dilakukan oleh Supra Desa (kecamatan, kabupaten, dan nasional).

Jika rancangan visi dan misi serta kegiatan yang menjadi prioritas sudah dipilih, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai

RPJMDes

72

Page 85: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

berikut :

1. Lakukan pengelompokan kegiatan berdasarkan program beserta dengan cara-cara pencapaiannya. Pengelompokkan dapat berdasarkan peningkatan partisipasi masyarakat di desa, kerjasama desa, maupun pihak-pihak lain yang sifatnya tidak mengikat.

2. Lakukan analisis keterkaitan antara kegiatan/program dengan rancangan misi-misi yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk mempertajam perencanaan. Analisis ini menggunakan matriks antara kegiatan/program dengan rancangan misi. Dari matriks kegiatan/program dan rancangan misi akan diketahui kekuatan masing-masing kegiatan/program dengan misi yang akan dilaksanakan. Pada proses ini ada kemungkinan rancangan misi-misi yang sudah disepakati masih terlalu ideal (muluk-muluk) sehingga rancangan misi-misi tersebut perlu diperbaiki untuk dijadikan misi sesuai dengan kesepakatan. Selain memantapkan misi, pada proses ini juga akan diketahui kekuatan masing-masing kegiatan/program dalam menunjang misi-misi tersebut. Kekuatan hubungan kegiatan/program dengan misi-misi yang ada dapat dianggap sebagai prioritas kegiatan/program. Prioritas ini dapat digunakan untuk saling cek dan cek ulang (triangulasi) terhadap prioritas kegiatan/program yang mungkin sudah dianalisis dengan teknik lain. Sampai disini, sebagian besar kajian untuk penyusunan RPJMDes sudah terpenuhi. Dari data sekunder sudah didapatkan tentang profi l desa maupun dasar hukum serta metodologi yang digunakan.

3. Identifi kasi visi, misi, strategi, program, bahkan sampai kegiatan berdasarkan berdasarkan informasi dan pengkajian data serta analisis yang sudah dilakukan.

4. Untuk mempertajam strategi yang direncanakan, maka dapat digali dengan teknik kekepan (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah SWOT

RPJMDesa

73

Page 86: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

yang merupakan kependekan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threath (ancaman). Teknik ini juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan aspek internal desa dan aspek eksternal desa. Teknik kekepan/SWOT dikenal digunakan untuk mengenali lingkungan internal dan eksternal desa. Aspek kekuatan (S) dan kelemahan (W) lebih mengarah pada potensi dan masalah yang dimiliki atau dapat dikontrol dari desa, sedangkan peluang (O) dan tantangan (T) datang dari luar komunitas atau eksternal atau yang tidak dapat dikontrol yang berpengaruh terhadap perkembangan desa.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan sudah dapat diidentifi kasi tentang profi l desa yang dikaji dari data sekunder, visi dan misi, serta indikasi program (strategi). Bahkan sampai kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi permasalahan dengan mengoptimalkan potensi juga sudah dapat diidentifi kasi melalui kajian desa.

Cek dan cek ulang baik berdasarkan sumber data maupun atas dasar teknik kajian yang berbeda juga sudah dilakukan. Agar penyusunan dokumen dapat dilakukan lebih tertib, dan untuk mengecek kelengkapan informasi yang sudah atau kurang untuk ditambahkan, maka saatnya untuk menuliskan hasil kajian-kajian tersebut ke dalam rancangan dokumen RPJMDes untuk dibahas dalam Musrenbangdes Jangka Menengah atau Musrenbangdes RPJMDes.

Apa isi dokumen RPJMDes dan hubungannya dengan kajian yang telah dilakukan?

Ada banyak pendapat tentang isi dokumen RPJMDes, secara umum doku-men yang ada memuat aspek kondisi yang ada, kecenderungan sosial, ekonomi, budaya dan aau bencana termasuk keuangan desa, kegiatan

RPJMDes

74

Page 87: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

yang direncanakan dan ada mekanisme pemantauan atas rencana-rencana tersebut.

Mengadopsi yang ada dalam UU No. 25 Tahun 2004 sistematika penulisan dokumen RPJMDes kurang lebih sebagai berikut :

1. Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang penyusunan seperti dasar hukum, tujuan dan kegunaan RPJMDes, masa perencanaan, metodologi yang digunakan dalam penyusunannya serta sistematika penulisan dokumen.

2. Profi l Desa : Gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa termasuk struktur organisasi pemerintah dan pemerintahan desa.

Jika dalam perencanaan desa tersebut disertai dengan proses pemetaan, maka sebaiknya pada bagian profi l desa ini dilengkapi pula dengan peta. Misalnya, ada peta yang menggambarkan tentang sarana dan prasarana transportasi atau irigasi, sebaran penggunaan lahan, sebaran gambut, sebaran pasir, sebaran kebakaran hutan dan lahan yang pernah terjadi sebelumnya, dll.

3. Kerangka Pendanaan : Sumber-sumber pendanaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) khususnya tentang penggunaan Alokasi Dana Desa beserta dengan kekayaan yng dikelola dan kecenderungannya.

4. Analisis Isu Strategis : Kajian-kajian yang dilakukan dalam penyusunan

RPJMDesa

75

Page 88: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

perencanaan desa mulai dari pencanangan rancangan visi dan misi, penggalian harapan (potensi) dan hambatan (masalah) beserta dengan cara-cara penyelesaian yang disepakati melalui beragam teknik yang digunakan, analisis kecenderungan, penyusunan prioritas baik melalui skoring maupun matriks antara rancangan misi dan rancangan kegiatan, dan lain-lain.

5. Visi dan Misi Desa : Visi dan Misi dari Kepala Desa terpilih yang telah disepakati bersama-sama dengan warga sebagai visi dan misi desa.

6. Strategi/Indikasi Program : Berisi tentang program-program dan prakiraan waktu pelaksanaannya. Pada bagian ini juga perlu dicantumkan indikasi pencapaian yang diinginkan untuk memudahkan pemantauan.

7. Pedoman transisi : Berisi pernyataan untuk menghindari kekosongan perencanaan, khususnya karena perbedaan antara masa jabatan Kepala Desa yang 6 (enam) tahun dengan masa perencanaan jangka menengah yang 5 (lima) tahun.

8. Kaidah Pelaksanaan : bahwa RPJMDes akan digunakan sebagai masukan utama dalam pelaksanaan

RPJMDes

76

Page 89: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Musrenbangdes Tahunan dan sebagian akan menjadi bagian pertanggungjawaban Kepala Desa di akhir masa jabatannya.

9. Lampiran : Proses pelaksanaan pengkajian, dan daftar hadir selama pengkajian, serta peta arahan atau peta lain yang dirasa perlu.

Pada kasus wilayah desa yang luas seperti banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas, sebaiknya dalam dokumen RPJMDes disertai dengan kajian keruangan yang menghasilkan peta arahan. Peta arahan ini dihasilkan dari analisis antara peta potensi dan peta resiko serta tambahan peta-peta lain jika diperlukan.

Peta-peta tersebut dapat menjadi bagian dari dokumen RPJMDes. Seperti peta penggunaan lahan atau potensi dapat dimasukan dalam bagian profi l desa; analisis antara peta potensi dan peta resiko bencana dapat menjadi bagian analisis; dan peta arahan dapat menjadi bagian dari indikasi rencana program.

Di Forum Apa RPJMDes itu Disepakati?

Berdasarkan jenis perencanaan yang ada di desa yakni RPJMDes dan RKPDes semestinya di desa ada 2 (dua) jenis Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Pertama, Musrenbangdes Jangka Menengah yang dilaksanakan untuk menyepakati RPJMDes dan Musrenbang Tahunan yang membahas tentang rancangan RKPDes. Sayangnya, pelaksanaan Musrenbangdes Jangka Menengah sangat jarang dilakukan.

Ada 2 kemungkinan penyebab tidak dilakukannya kegiatan Musrenbangdes Jangka Menengah ini belum dilaksanakan. Pertama,

RPJMDesa

77

Page 90: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

ketidaktahuan akan pentingnya RPJMDes dan ruang partisipasi publik dalam penyusunan suatu perencanaan. Kedua, aturan-aturan yang ada hanya membahas tentang Musrenbangdes Tahunan sehingga banyak pihak tidak mengetahui dan merasa tidak perlu melaksanakan Musrenbangdes Jangka Menengah. Padahal, pada forum Musrenbangdes Jangka Menengah inilah RPJMDes semestinya dibahas.

Rancangan RPJMDes dibahas dan disepakati di Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Jangka Menengah atau Musrenbangdes RPJMDes yang dalam kondisi normal dilakukan selama 6 (enam) tahun sekali. Tidak tertutup kemungkinan pelaksanaan Musrenbangdes RPJMDes ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan atau Musrenbangdes RKPDes. Jika terpaksa harus melakukan Musrenbangdes RPJMDes dan RKPDes secara bersamaan, maka harus dipastikan bahwa masukan-masukan utama dalam pelaksanaan tersebut telah terpenuhi, tidak mengurangi proses partisipasi masyarakat, dan terakhir ada kepastian keluaran masing-masing perencanaan tersebut dapat disepakati.

Masukan utama dalam pelaksanaan Musrenbangdes Jangka Menengah adalah Rancangan RPJMDes dan Rancangan Peraturan Desa tentang RPJMDes yang didukung dengan data kajian beserta dengan metode yang digunakannya, termasuk daftar peserta selama pengkajian itu dilaksanakan.

Peserta Musrenbangdes Jangka Menengah antara lain Kepala Desa, BPD, Camat dan aparat kecamatan, wakil dari BPMD Kabupaten, Kepala Sekolah, Kelompok Perempuan, Kepala Puskesmas, perusahaan dan Lembaga pendamping yang ada di desa bersangkutan, kelompok profesi, kelompok keagamaan, keterwakilan dusun/blok/RT, Tim Pemandu, dan

RPJMDes

78

Page 91: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

lain-lain. Keterwakilan perempuan untuk hadir dalam acara tersebut perlu diperhatikan.

Keluaran dari kegiatan Musrenbangdes Jangka Menengah antara lain Berita Acara, Dokumen RPJMDes, dan Rancangan Peraturan Desa tentang RPJMDes atau Peraturan Desa tentang RPJMDes jika dalam musyawarah tersebut rancangan RPJMDEs yang diajukan tidak berubah.

Apa Saja yang Dilakukan dalam Kegiatan Musrenbangdes Jangka Menengah?

Kegiatan yang dilakukan dalam masa persiapan dan pelaksanaan Musrenbangdes Jangka Menengah antara lain :

1. Persiapana. Kepala Desa menetapkan tim penyelenggara desa untuk

Musrenbang Jangka Menengah, yang terdiri dari BPD dan aparat pemerintah desa lainnya.

b. Menyusun Jadwal dan Agenda (Pembagian peran dan fasilitator, notulensi, dan lain-lain).

c. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda Musrenbang/Rembug Desa RPJMDes.

d. Membagikan bahan Musrenbang/Rembug Desa RPJMDes.e. Menyiapkan lokasi, peralatan dan setting tempat duduk serta

menempelkan alat dan dokumentasi informasi yang didapat dari PRA dan dokumen lainnya terkait RPJMDes.

2. Pelaksanaana. Pembukaanb. Latar belakang dan tujuan dilaksanakannya Rembug Desa RPJMDes

(sesuaikan dengan PP 72 tahun 2005, Permendagri No. 37 Tahun 2007 dan Permendagri No. 66 tahun 2007)

c. Penyampaian alur Proses Pembuatan RPJMDes. Sebelum kegiatan

RPJMDesa

79

Page 92: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dilaksanakan, sebaiknya semua alat PRA ditempelkan di dinding Balai Desa agar masyarakat bisa melihat hasil pengkajian desa.

d. Pemaparan Kepala Desa yang berisi program-program (visi dan misi) saat kampanye. Sebaiknya, pokok-pokok pikiran pemaparan Kepala Desa sudah disiapkan dalam bentuk plano.

e. Membacakan pokok-pokok hasil kesepakatan Musrenbangdes Jangka Menengah yang antara lain berisi tentang Visi, Misi, Program dan Prakiraan Kegiatan secara umum selama 5 tahun.

f. Pembuatan berita acara Musrenbang/Rembug Desa RPJMDes.g. Penutupan.

APA YANG DILAKUKAN PADA TAHAP PELEMBAGAAN ?

Tahap pelembagaan adalah tahap penetapan perencanaan beserta dengan sosialisasinya. Pada tahap penetapan di tingkat desa, yang akan berperan aktif di desa adalah Kepala Desa, BPD, dan Sekretaris Desa. Sementara pada tahap penetapan di Kantor Kabupaten yang berperan aktif adalah Sekretaris Desa dan Bagian Hukum.

Rancangan Peraturan Desa tentang RPJMDes (disebut juga legislative drafting) yang disusun oleh Kepala Desa dan Sekretaris Desa akan disampaikan kepada BPD. Rancangan ini kemudian dibahas dalam Rapat Umum BPD untuk disetujui atau direvisi. Berita Acara Rapat Umum dan surat persetujuan Rancangan Perdes diserahkan kembali kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Perdes RPJMDes (maksimal setelah 3 hari disampaikan BPD). Perdes RPJMDes dikirimkan melalui Camat untuk dievaluasi oleh Bupati yang kemudian akan diundangkan ke Lembaran Daerah Kabupaten (maksimum 30 hari setelah dikirimkan oleh Kades). Apabila hasil evaluasi Bupati menyebutkan ada hal yang harus direvisi, maka Peraturan Desa akan dikembalikan ke desa untuk diperbaiki.

RPJMDes

80

Page 93: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Tahap sosialiasi kepada warga/masyarakat akan menyampaikan tentang selesainya kegiatan perencanaan desa beserta hasil-hasil kegiatan perencanaan tersebut dilengkapi dengan Peraturan Desa yang telah

disusunnya. Sosialisasi juga perlu dilakukan ke tingkat supra desa paling tidak ke kecamatan dan kabupaten. Sosialisasi ke tingkat supra desa tersebut dapat dilakukan kepada DPRD, Bappeda, BPMD, maupun lembaga yang masuk dalam program-program yang diprioritaskan.

Materi Sosialisasi adalah Peraturan Desa tentang RPJMDes dan dokumen RPJMDes yang memuat program dan kegiatan selama 5 tahun. Sasaran sosialisasi RPMJDes dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) sebagai berikut :

1. Sasaran sosialisasi di tingkat desa adalah: warga masyarakat pada

RPJMDesa

81

Page 94: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

umumnya, toga, tomas, Lembaga Masyarakat Desa (LKMD, PKK, RW, RT, dsb.), kelompok-kelompok kepentingan (kelompok tani, kelompok pedagang, nelayan, perempuan pedagang kecil, dsb.).

2. Sasaran sosialisasi di tingkat supra desa adalah: Pemerintah (kecamatan, BAPPEDA, SKPD terkait), DPRD (Komisi DPRD terkait, anggota DPRD dari perwakilan daerah pemilihan bersangkutan).

Media yang digunakan untuk sosialisasi antara lain :

1. Forum/pertemuan warga (formal /informal), seperti : pemberitahuan lewat musyawarah desa, pertemuan kelompok yang ada di desa, kelompok arisan, kelompok tani, kelompok PKK, yasinan, pertemuan kelompok tani, karang taruna, dll, pengumuman lewat mesjid, papan informasi desa, surat edaran, selebaran, radio komunitas dan alat komunikasi lainnya.

2. Radio Komunitas. Bagi beberapa desa yang sudah memiliki radio komunitas, media ini dapat digunakan sebagai media sosialisasi yang sangat efi sien. Selain menghemat biaya, karena tidak perlu mendatangi warga satu per satu atau mengadakan beberapa kali pertemuan, siaran di radio tentang RPJMDes ini juga bisa dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan sehingga lebih efektif.

3. Leafl et atau Buletin. Media berikutnya yang dapat digunakan untuk sosialisasi Dokumen dan Hasil RPJMDes adalah leafl et. Leafl et atau buletin ini dapat dibagikan secara merata ke seluruh penduduk desa atau kepada kelompok kepentingan dan kelompok sektoral yang terlibat dalam RPJMDes ini.

4. Papan Pengumuman Desa dan atau di dusun/blok/RT. Tiap kantor desa umumnya memiliki papan pengumuman desa yang memuat tentang segala kegiatan pemerintahan dan pembangunan desa. Dokumen dan Hasil RPJMDes juga dapat dituliskan atau ditempelkan di papan pengumuman desa, sehingga setiap orang dapat mengakses informasi tersebut. Namun media ini tidak terlalu efektif karena tidak setiap orang

RPJMDes

82

Page 95: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dapat sering berkunjung ke kantor desa dan mereka akan sulit untuk bertanya atau mengonfi rmasi informasi yang mereka butuhkan.

BAGAIMANA RINGKASAN TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN RPJMDES?

Secara ringkas tahap penyusunan RPJMDes meliputi 3 (tiga) tahap utama, yakni : persiapan, pelaksanaan dan pelembagaan. Secara ringkas kegiatan utama untuk masing-masing tahap, pelaku utamanya dan hasil-hasil yang diharapkan kurang lebih sebagai berikut :

No. Kegiatan Utama Pelaku Utama Hasil yang Diharapkan

A. Tahap Persiapan :

1. Pemberitahuan / Sosialisasi

Pemerintahan Desa Masyarakat mengetahui akan dilakukannya perencanaan desa dan terbuka bagi semua pihak berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan perencanaan desa tersebut

2. Pembentukan Tim Pemandu

Kepala Desa bersama dengan perangkatnya

Ada Tim Pemandu yang berasal dari masyarakat khususnya lembaga kemasyarakatan

3. Pembekalan Tim Pemandu

BPMD, Kasi PMD, Kepala Desa, Lembaga Pendamping (jika ada)

Tim Pemandu memahami tentang Perencanaan Desa, metodologi,teknik kajian dan penulisannya serta pengorganisasiannya

B. Tahap Pelaksanaan

4. Pengorganisasian Tim Pemandu Data yang diperlukan, data yang sudah tersedia, penyusunan rencana kegiatan, penjadwalan dan lain-lain

RPJMDesa

83

Page 96: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

No. Kegiatan Utama Pelaku Utama Hasil yang Diharapkan

5. Pengkajian data sekunder (RPJMDes, Renstra Kecamatan, Hasil PRA, Master Plan, peta, dan Rencana Lain jika ada)

Tim Pemandu Ada perencanaan yang berkesinambungan dan menghindari kegiatan pengambilan data yang sama di waktu yang berdekatan

6. Penyusunan Rancangan Visi dan Misi Desa

Tim Pemandu Adanya rancangan visi dan misi desa yang disepakati bersama oleh Kepala Desa dan masyarakat

7. Kajian Dusun/Blok/RT

Tim Pemandu Potensi dan permasalahan di Tngkat Dsun/Blok/RT

8. Kajian Desa Tim Pemandu Potensi dan permasalahan di Tingkat Desa

9. Penentuan Prioritas Tim Pemandu Daftar peringkat potensi dan masalah di desa

10. Pembagian Tindakan

Tim Pemandu Daftar prioritas kegiatan yang akan dilakukan di desa (cek silang dengan rancangan misi desa)

11. Pengkajian ulang rancangan visi dan misi desa serta program-programnya

Tim Pemandu Adanya visi dan misi dea beserta dengan program-program pengembangannya

12. Penulisan Rancangan Dokumen RPJMDes

Tim Pemandu Rancangan Dokumen RPJMDes

RPJMDes

84

Page 97: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

No. Kegiatan Utama Pelaku Utama Hasil yang Diharapkan

13. Musrenbang RPJMDes

Kepala Desa, Ketua dan BPD, Camat dan aparat kecamatan, Kepala Sekolah, Kelompok Perempuan, Kepala Puskesmas, perusahaan dan Lembaga pendamping yang ada di desa bersangkutan, kelompok profesi, kelompok keagamaan, keterwakilan dusun/blok/RT, Tim Pemandu, dan lain-lain

Berita Acara, Dokumen RPJMDes dan rancangan Peraturan Desa tentang RPJMDes

C. Tahap Pelembagaan :

14. Penyusunan Peraturan Desa tentang RPJMDes

Kepala Desa, BPD, Sekretaris Desa, Bagian Hukum

Peraturan Desa tentang RPJMDes

15. Pemberitahuan / Sosialisasi

Pemerintahan Desa Masyarakat tahu bahwa proses penyusunan RPJMDes beserta dengan perdesnya sudah dilakukan dan antara lain dokumen tersebut akan digunakan sebagai masukan utama dalam Musrenbang Tahunan (RKPDes)

RPJMDesa

85

Page 98: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Alur Proses Penyusunan RPJMDes

RPJMDes

86

Page 99: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

* Apa itu RKPDes?

* Apa itu Musrenbangdes Tahunan?

* Bagaimana Proses Pelaksanaan Musrenbangdes?

Page 100: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

RKPDes

88

APA ITU RKPDES?

RKPDes singkatan dari Rencana Kerja Pembangunan Desa. RKPDes disusun berdasarkan RPJMDes yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi peraturan desa. Pembahasan RKPDes dilakukan dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang dilakukan setiap tahun pada bulan Januari untuk perencanaan tahun berikutnya.

Rencana tanpa anggaran hanya akan menjadi dokumen atau berkas belaka. Sehingga setiap penyusunan RPKDes selalu berdasarkan RPJMDes dan selalu diikuti dengan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). RKPDes dan APBDes merupakan dokumen dan informasi publik yang tidak terpisahkan dan disusun berdasarkan musyawarah mufakat.

Dokumen perencanaan RKPDes yang merupakan dokumen tidak terpisahkan dengan dokumen penganggaran APBDes menjadikan proses

Page 101: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

RKPDes

89

penyusunan perencanaan RKPDes merupakan proses yang berjalan paling lama dibandingkan dengan proses perencanaan di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun di provinsi. Proses penyusunan RKPDes yang dilakukan paling awal dibandingkan dengan RKP atau Renja lainnya, pada akhirnya kejelasan pendanaannya akan diketahui paling belakangan.

Karena kejelasan penganggaran baik di kabupaten maupun di desa tidak dapat dipastikan pada pelaksanaan Musrenbangdes tahunan, maka pembahasan pada pelaksanaan Musrenbangdes tahunan lebih menitikberatkan pada pengalokasian penganggaran berdasarkan prakiraan pendanaan beserta prakiraan sumber pendanaan yang tersedia. Prakiraan alokasi pendanaan dan sumbernya tersebut didasarkan pada RPJMDes yang ada dan pelaksanaan kegiatan serta penganggaran tahun berjalan.

Berdasarkan sistem tersebut, maka proses pelaksanaan Musrenbangdes tahunan dalam penyusunan RKPDes sangatlah penting. Selain untuk menilai keberhasilan-keberhasilan kegiatan pada tahun sebelumnya dan usulan kegiatan pada tahun berjalan berdasarkan RPJMDes, RKPDes juga dapat menjadi proses pengkajian ulang untuk menyusun atau menggagas kegiatan-kegiatan selanjutnya sampai pada kepastian sumber pendanaan dan besarannya.

Selain pelaksanaan Musrenbangdes tahunan, kegiatan yang sangat penting dalam penyusunan RKPDes adalah pada saat kepastian pendanaan dan besarannya sudah jelas. Sehingga kemungkinan besar penetapan RKPDes akan berjalan berdekatan sebelum penetapan APBDes.

Tahap-tahap dalam penyusunan RKPDes serupa dengan pentahapan dalam penyusunan RPJMDes. Diawali dengan persiapan, pelaksanaan, dan pelembagaan.

Page 102: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Pada tahap persiapan dilakukan sosialisasi tentang akan dilakukannya pelaksanaan Musrenbang tahunan. Pada sosialisasi ini antara lain dijelaskan tentang hubungan antara RPJMDes yang menjadikan masukan utama pelaksanaan Musrenbangdes tahunan dan RKPDes; organisasi pelaksanaannya, baik menyangkut waktu pelaksanaan maupun keterbukaan keterlibatan lembaga yang ada dan atau pihak-pihak yang mau menjadi relawan dalam pelaksanaan Musrenbangdes tahunan tersebut.

Dalam sosialisasi ini perlu juga untuk disampaikan tentang waktu dan tempat pelaksanaannya. Hal ini sangat penting bagi suksesnya pelaksanaan Musrenbangdes yang partisipatif untuk desa dengan lokasi permukimannya (RT/blok/dusun) yang saling berjauhan. Sehingga pelaksanaan Musrenbangdes tahunan disarankan untuk diawali dengan pelaksanaan Musrenbang di tingkat RT/blok/dusun, kemudian dilanjutkan dengan Pra Musrenbangdes untuk mengkaji capaian-capaian yang telah dilakukan maupun kegiatan-kegiatan pada tahun berjalan termasuk pendanaannya.

Dengan mengetahui kesepakatan akan perlu tidaknya Musrenbang di tingkat RT/blok/dusun dan kegiatan Pra Musrenbang, maka pemerintah desa memahami perlu tidaknya mendelegasikan kegiatan-kegiatan tersebut kepada Kepala RT/blok/dusun atau relawan-relawan lain yang sukarela mau terlibat sebagai fasilitator.

Jika memang perlu ada keterlibatan lembaga atau Tim Fasilitator Musrenbangdes yang akan melaksanakan Musrenbang di tingkat RT/blok/dusun, Pra Musrenbang dan Musrenbang, maka untuk optimalisasi tim tersebut perlu untuk diberikan pembekalan tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan tersebut khususnya tentang RPJMDes.

RKPDes

90

Page 103: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Pada pelaksanaan Musrenbang di tingkat RT/blok/dusun perlu disampaikan tentang tujuan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengidentifi kasi gagasan kegiatan di tahun selanjutnya di RT/blok/dusun yang bersangkutan. Gagasan tersebut disesuaikan dengan program-program yang ada dalam RPJMDes, pencapaian yang sudah dilakukan beserta dengan informasi tentang pencapaian kegiatan yang sudah dilakukan dan kegiatan yang sedang dijalankan.

Usulan gagasan dari RT/blok/dusun tersebut kemudian akan dibahas di forum Pra Musrenbang. Pada forum ini usulan-usulan dari RT/blok/dusun – yang telah dicoba disesuaikan dengan pogram-program RPJMDes, capaian kegiatan dan kegiatan pada tahun berjalan -- akan dipaparkan oleh delegasi dari RT/blok/dusun.

Pada forum ini Pemerintah Desa dapat memaparkan ulang tentang RPJMDes, evaluasi atas capaian kegiatan dan kegiatan yang sedang berjalan beserta dengan sumber pendanaannya. Dari pemaparan dari RT/blok/dusun dan Pemerintah Desa, peserta forum dapat memperkirakan kemungkinan sumber-sumber pendanaan yang dapat membiyai usulan kegiatan-kegiatan dalam RKPDes.

Pada tahap Pra Musrenbangdes ini jika memang diperlukan dapat dipaparkan ulang tentang RPJMDes, beserta dengan proses-proses yang melatarbelakanginya, baik itu bersifat metodologis maupun alat-alat kajian desa yang digunakan.

Pelaksanaan kegiatan Musrenbangdes yang diawali dengan pelaksanaan di Tingkat RT/blok/dusun dan kegiatan Pra Musrenbang akan membuka ruang partisipasi yang terbuka. Ruang partisipasi yang terbuka ini akan menjadikan warga merasa memiliki rencana-rencana yang digagas bersama-sama dan akan menjadikan rencana tersebut tepat sasaran, jika

RKPDes

91

Page 104: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

nantinya dilaksanakan.

Setelah dilakukan Musrenbang di Tingkat RT/blok/dusun dan Pra Musrenbang di Tingkat Desa, maka dilanjutkan dengan proses Musrenbangdes tahunan.

APA ITU MUSRENBANGDES TAHUNAN?

Musrenbangdes tahunan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya. Kesepakatan tersebut dibangun dengan memperhatikan RPJMDes, kinerja implementasi rencana tahun berjalan, masukan dari RT/blok/dusun, nara sumber, serta yang lainnya yang menggambarkan potensi, peluang dan permasalahan nyata yang ada.

Musrenbangdes tahunan lebih populer dibandingkan dengan

RKPDes

92

Page 105: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Musrenbangdes Jangka Menengah. Oleh karena itu jika ada penyebutan Musrenbangdes cenderung lebih mengarah pada Musrenbangdes tahunan, bukan Musrenbangdes RPJMDes. Hal ini dapat dilihat di beberapa aturan seperti Peraturan Daerah yang hanya mengenal 1 (satu) Musrenbangdes tanpa menyebut Musrenbangdes Jangka Menengah. Seharusnya dasar pelaksanaan Musrenbangdes tahunan adalah RPJMDes yang dihasilkan dalam Musrenbangdes Jangka Menengah.

Apa Prinsip-Prinsip Musrenbangdes?

Prinsip-prinsip Musrenbang desa berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Musrenbang, baik untuk pemandu, peserta, maupun narasumber. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar agar Musrenbangdes benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.

1. Prinsip Kesetaraan.

Peserta musyawarah adalah warga desa, baik laki-laki, perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda, dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum meskipun tidak sependapat.

2. Prinsip Musyawarah.

Peserta Musrenbang desa memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, dan status sosial-ekonomi. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa di atas kepentingan individu atau golongan.

RKPDes

93

Page 106: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

3. Prinsip Anti-dominasi.

Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/kelompok yang mendominasi. Keputusan-keputusan yang dibuat harus melalui proses musyawarah dari semua komponen masyarakat secara berimbang.

4. Prinsip Keberpihakan.

Dalam proses musyawarah, diupayakan untuk mendorong individu dan kelompok yang pasif untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan, dan generasi muda.

Apa Tujuan Utama Musrenbangdes?

Ada beberapa tujuan pelaksanaan Musrenbangdes. Beberapa tujuan tersebut antara lain:

1. Menampung dan menetapkan kegiatan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat. Diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat di bawahnya (musyawarah RT/blok/dusun) dan atau musyawarah perencanaan sebelumnya (Pra Musrenbangdes).

2. Menetapkan kegiatan prioritas desa yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa yang berasal dari APBD Kabupaten maupun sumber pendanaan lain.

3. Menetapkan kegiatan prioritas yang akan diajukan untuk dibahas pada Forum Musrenbang Kecamatan (untuk dibiayai melalui APBD Kabupaten/Kota atau APBD Provinsi).

Apa Masukan (Input) Pelaksanaan Musrenbangdes?

Hal-hal yang perlu disiapkan untuk penyelenggaraan Musrenbangdes antara lain:

1. Dari Desa/Kelurahan:

RKPDes

94

Page 107: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. Daftar prioritas masalah pada satuan wilayah di bawah Desa (RT/blok/dusun) dan kelompok-kelompok masyarakat, seperti kelompok tani, kelompok nelayan, perempuan, pemuda dan kelompok lainnnya sesuai dengan kondisi setempat.

b. Daftar permasalahan Desa, seperti peta kerawanan, kemiskinan, dan pengangguran.

c. Daftar masalah, dan usulan kegiatan prioritas Desa hasil identifi kasi pelaku program pembangunan di Tingkat Desa yang dibiayai oleh hibah/bantuan Luar Negeri.

d. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMDes).

e. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan desa pada tahun sebelumnya.

2. Dari Kecamatan dan Kabupaten:

a. Kode desa (dua angka/digit) dan kode kecamatan (dua angka/digit) yang dapat memudahkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Bappeda mengetahui desa dan kecamatan yang mengusulkan kegiatan prioritas.

b. Formulir yang memudahkan desa untuk menyampaikan daftar usulan kegiatan prioritas ke tingkat kecamatan.

c. Hasil evaluasi pemerintah kabupaten dan kecamatan atau

RKPDes

95

Page 108: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

masyarakat terhadap perkembangan penggunaan Anggaran dan Belanja Desa tahun sebelumnya dan pendanaan lainnya dalam membiayai program pembangunan desa.

d. Informasi dari Pemerintah Kabupaten tentang indikasi jumlah Alokasi Dana Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten, bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten yang diperkirakan akan diberikan kepada desa untuk tahun anggaran berikutnya.

e. Kegiatan prioritas pembangunan daerah untuk tahun mendatang, yang dirinci berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah, pelaksana beserta rencana pendanaannya di kecamatan tempat desa/kelurahan berada.

BAGAIMANA PROSES PELAKSANAAN MUSRENBANGDES?

Tahapan pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan terdiri dari:

1. Tahap Persiapan:

a. Kepala Desa/Lurah menetapkan Tim Pemandu (Fasilitator) Musrenbang desa yang terdiri dari BPD dan aparat pemerintah desa lainnya.

b. Tugas Tim Pemandu (Fasilitator) Musrenbang desa adalah memandu pelaksanaan musyawarah di tingkat RT/blok/dusun, serta memandu pelaksanaan Musrenbang desa.

c. Masyarakat di tingkat RT/blok/dusun dan kelompok-kelompok masyarakat (misalnya kelompok tani, kelompok nelayan, perempuan, pemuda, dan lain-lain) melakukan musyawarah. Salah satu kesepakatan dalam Musrenbang di Tingkat RT/blok/dusun adalah pemilihan wakil/dlegasi yang akan hadir dalam kegiatan Musrenbangdes.

RKPDes

96

Page 109: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

d. Pra Musrenbangdes

e. Kepala Desa menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Desa.

f. Tim Penyelenggara Musrenbangdes melakukan hal-hal sebagai berikut: Menyusun jadwal dan agenda Musrenbangdes; Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbangdes minimal 7 (tujuh) hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta dapat melakukan pendaftaran dan atau diundang; Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbangdes; dan Menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulen untuk Musrenbangdes.

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Pendaftaran peserta.

b. Pemaparan Camat tentang prioritas kegiatan pembangunan di kecamatan yang bersangkutan.

c. Pemaparan Camat atau masyarakat terhadap perkembangan penggunaan anggaran dan belanja desa/kelurahan tahun sebelumnya dan pendanaan lainnya dalam membiayai program pembangunan desa, dengan memuat jumlah usulan yang dihasilkan pada forum sejenis.

d. Pemaparan Kepala Desa/Lurah tentang prioritas kegiatan untuk tahun berikutnya. Pemaparan ini bersumber dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan tingkat pencapaian atas program-program yang ada.

e. Penjelasan Kepala Desa tentang jumlah Alokasi Dana Desa tahun lalu dan perkiraan jumlah Alokasi Dana Desa yang dibutuhkan untuk tahun berikutnya.

f. Pemaparan masalah utama yang dihadapi masyarakat desa oleh beberapa perwakilan dari masyarakat, misalnya: ketua kelompok tani,

RKPDes

97

Page 110: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

komite sekolah, kepala dusun, dan lain-lain.

g. Pembahasan dan penetapan prioritas kegiatan (masukan kegiatan prioritas) pembangunan tahun yang akan datang sesuai dengan RPMJDes, tingkat keberhasilan yang sudah dicapai dan permasalahan yang mungkin ada.

h. Pemisahan kegiatan berdasarkan: kegiatan yang akan diselesaikan sendiri di tingkat desa, dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan.

i. Perumusan kriteria untuk menyusun kegiatan prioritas sebagai metode untuk menyeleksi usulan kegiatan.

j. Pemilihan dan penetapan perwakilan masyarakat/delegasi desa untuk menghadiri Musrenbang kecamatan. Delegasi ini harus menyertakan perwakilan perempuan.

k. Penandatanganan Berita Acara Musrenbang Desa oleh Kepala Desa, Camat, perwakilan masyarakat dan BPD.

l. Jika dokumen penunjang tidak lengkap atau keterbatasan nara sumber, Musrenbangdes tetap dilaksanakan, agar prioritas kegiatan tahunan desa dapat disusun melalui musrenbangdes setempat. Semua kondisi ini dicatat oleh notulen dalam Berita Acara Musrenbang desa/kelurahan.

Apa Keluaran (Output) dari Pelaksanaan Musrenbangdes?

Keluaran dari kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan adalah:

1. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa yang berisi:

a. Prioritas Kegiatan pembangunan skala desa yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan atau swadaya. (Form 1.1 dan 1.2)

b. Prioritas Kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui

RKPDes

98

Page 111: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dilengkapi dengan kode desa dan kecamatan dan akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan. (Form 1.3)

c. Daftar nama delegasi untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan. (Form 1.4)

d. Berita acara Musrenbangdes. (Form 1.6)

SIAPA YANG IKUT DALAM PELAKSANAAN MUSRENBANGDES?

Peserta Musrenbang desa/kelurahan adalah perwakilan komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang berada di desa/kelurahan, seperti: ketua RT/RW; kepala dusun, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan, wakil kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/nelayan, komite sekolah, dan lain-lain.

Narasumber

Kepala Desa/Lurah, ketua dan para anggota Badan Perwakilan Desa (BPD), Camat dan aparat kecamatan, Kepala sekolah, kepala puskesmas, pejabat instansi yang ada di desa atau kecamatan, dan LSM pihak ke 3 atau swasta yang bekerja di desa yang

RKPDes

99

Page 112: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

bersangkutan.

Apa tugas Tim Penyelenggara Musrenbangdes?

1. Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Desa/Kelurahan.

2. Bersama-sama Tim Pemandu (fasilitator) desa memandu dan memantau pelaksanaan musyawarah dusun/RW, kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mampu, kelompok perempuan dan lain-lain.

3. Membantu Tim Pemandu (fasilitator) desa dalam memandu Proses Musrenbang.

4. Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbangdes.

5. Menyiapkan tempat, peralatan dan bahan/materi serta notulensi pelaksanaan musrenbangdes.

6. Mendaftar calon peserta Musrenbang.

7. Membantu para delegasi desa dalam menjalankan tugasnya di Musrenbang Kecamatan.

8. Menyusun Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

9. Merangkum berita acara hasil musrenbangdes yang sekurang-kurangnya memuat prioritas kegiatan yang disepakati, dan daftar nama delegasi yang akan mengikuti Musrenbang Kecamatan.

10. Menyebarluaskan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

Apa Tugas Delegasi Desa dalam Musrenbangcam?

1. Membantu Tim Penyelenggara menyusun Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes).

2. Memaparkan daftar prioritas kegiatan pembangunan desa pada forum Musrenbang kecamatan.

3. Setelah memperoleh kepastian mengenai berbagai kegiatan

RKPDes

100

Page 113: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pembangunan yang akan dilaksanakan di desa serta sumber pendanaannya (seperti: Alokasi Dana Desa maupun dari sumber pendanaan Iainnya), Tim Penyelenggara Musrenbang dan delegasi desa membantu kepala desa mengumumkan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan dan mendorong masyarakat untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

RKPDes

101

Page 114: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Apa Kegiatan Utama dan Siapa Pelaku Utama dalam Masing-Masing Tahap Penyusunan RKPDes?

No. Kegiatan Utama Pelaku Utama Hasil yang Diharapkan

1. Pemberitahuan / Sosialisasi

Pemerintahan Desa Masyarakat mengetahui akan dilakukannya Musrenbangdes sekaligus mengundang untuk hadir di acara tahunan tersebut

2. Pembentukan Tim Pemandu/ Penyelenggara Musrenbang

Kepala Desa bersama dengan perangkatnya

Ada Tim Pemandu yang berasal dari masyarakat khususnya lembaga kemasyarakatan

3. Pembekalan Tim Pemandu

Kepala Desa bersama dengan perangkatnya

Tim Pemandu tahu tugasnya sebagai fasilitator pelaksanaan Musrenbang di RT/blok/dusun dan Musrenbang di Tingkat Desa

4. Musrenbangdus Tim Pemandu Gagasan masing-masing RT/blok/dusun untuk dibawa dalam MusrenbangDes

5. Pra Musrenbangdes (kajian RPJMDes, pemantauan hasil pembangunan yang sedang berjalan termasuk aspek keuangan desa), Rancangan RKPDes dan pendanaannya

Tim Pemandu Ada rancangan RKP yang disusun mengacu pada RPJMDes dan kemungkinan pendanaan yang dimutahirkan

6. Musrenbangdes Kepala Desa, Ketua dan BPD, Camat dan aparat kecamatan, Kepala Sekolah, Kelompok Perempuan, Kepala Puskesmas, perusahaan dan Lembaga pendamping yang ada di desa bersangkutan, kelompok profesi, kelompok keagamaan, keterwakilan RT/blok/dusun, Tim Pemandu, dan lain-lain

Berita Acara Musrenbangdes, Daftar Delegasi untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan, dan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DURKPDes)

RKPDes

102

Page 115: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

7. Sosialisasi/ Pemberitahuan

Pemerintahan Desa Masyarakat mengetahui bahwa Musrenbangdes mengacu pada RPJMDes sudah selesai dilaksanakan

Berikut adalah alur tahapan penyusunan draft RKPDes :

RKPDes

103

Page 116: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ISI DOKUMEN RKPDes?

JUDUL DOKUMEN

Daftar Isi

BAGIAN I : PENGANTAR

• Pendahuluan• Dasar Hukum• Tujuan dan Manfaat• Visi – Misi DesaBAGIAN II : KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

• Kebijakan Pendapatan Desa• Kebijakan Belanja DesaBAGIAN III : RUMUSAN PRIORITAS MASALAH

• Identifi kasi Masalah Pembangunan Tahun • Sebelumnya (berdasarkan RKP Desa tahun sebelumnya)• Identifi kasi Masalah berdasarkan RPJM Desa• Identifi kasi Masalah berdasarkan Prioritas Kebijakan• Pembangunan Supra Desa• Identifi kasi Masalah Berdasarkan Analisa Keadaan DaruratBAGIAN IV : KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DESA

• Prioritas Program & Kegiatan Skala Desa• Prioritas Program & Kegiatan Skala Kecamatan/Kabupaten/Kota• Pagu Indikatif Program & Kegiatan masing-masing Bidang/• SektorBAGIAN V : PENUTUP

LAMPIRAN :

1. Matriks Program & Kegiatan beserta Rancangan Anggaran dan Sumber Dana (Tahunan)

2. Berita Acara Musrenbang Desa (Musrenbang RKP Desa)

RKPDes

104

Page 117: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

KEUANGAN DAN KEKAYAAN DESA

* Apa yang Dimaksud dengan Keuangan Desa* Apa yang Dimaksud dengan APBDes* Apa itu Alokasi Dana Desa (ADD) dan Bagaimana

Sejarahnya?* Apa yang Dimaksud dengan Kekayaan Desa?

Page 118: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU KEUANGAN DESA?

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut.

Azas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan desa adalah transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Dasar hukum yang mengatur secara khusus tentang keuangan desa adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengeloaan Keuangan Desa. Dalam Permendagri tersebut juga disebutkan tentang kewajiban Kepala Desa untuk menyusun RPJMDes paling lambat 3 (bulan) setelah dilantik.

Permendagri tentang keuangan desa yang juga berisi tentang perencanaan desa. Hal tersebut menandakan bahwa ada hubungan yang sangat erat

Keuangan dan Kekayaan Desa

106

Page 119: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

antara perencanaan dan penganggaran. Pada prakteknya, hubungan itu terlihat dari proses penyusunan APBDes yang didasarkan atas RKPDes, sementara RKPDes sendiri berlandaskan RPJMDes.

APA ITU APBDES?

APBDes adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yaitu rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, yang kemudian ditetapkan dengan peraturan desa. APBDes terdiri dari komponen pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan Desa.

Pendapatan desa berasal dari :

a. Pendapatan Asli Desa atau PADesa (hasil kekayaan desa, swadaya partisipasi/gotong royong dan hasil usaha desa);

b. Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;c. Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;d. Alokasi Dana Desa (ADD);e. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Desa lainnya; f. Hibah; dang. Sumbangan Pihak Ketiga.h. Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang

merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Komponen belanja desa terdiri atas Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

Belanja Langsung adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Keuangan dan Kekayaan Desa

107

Page 120: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Unsur Belanja Langsung terdiri atas :

a. Belanja Pegawai;

merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan desa.

b. Belanja Barang dan Jasa;

merupakan pengeluaran pembelian /pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 ( dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan desa antara lain: Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 huruf b digunakan untuk pengeluaran pembelian /pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 ( dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan desa

c. Belanja Modal;

merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas ) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan desa , seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya.

Keuangan dan Kekayaan Desa

108

Page 121: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Unsur Belanja Tidak Langsung terdiri atas:

a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;

merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji/penghasilan dan/atau tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada aparat Desa/lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Desa/sesuai dengan ketentuan perundang- undangan

b. Belanja Subsidi;

merupakan penganggaran bantuan biaya produksi atau kepada perusahaan/lembaga desa tertentu agar harga jual produksi / jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);

merupakan penganggaran pemberian hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifi k telah ditetapkan peruntukannya.

d. Belanja Bantuan Sosial;

merupakan penganggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat/perorangan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan tidak diberikan secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran , selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.

e. Belanja Bantuan Keuangan;

merupakan instrumen keadilan dan pemerataan dalam upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, apabila Pemerintah Desa telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan yang menjadi kewajibannya guna terpenuhinya standar pelayanan minimum yang ditetapkan sesuai peraturan perundang- undangan.

f. Belanja Tak Terduga;

merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

Keuangan dan Kekayaan Desa

109

Page 122: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan desa tahun-¬tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Selain komponen pendapatan desa dan belanja desa, APBDes juga menyangkut pembiayaan Desa. Komponen pembiayaan desa ini terdiri dari unsur Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

Unsur Penerimaan Pembiayaan mencakup:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.

adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran

b. Pencairan Dana Cadangan.

adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik desa dan penjualan aset milik pemerintah desa yang dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga atau hasil divestasi penyertaan modal.

d. Penerimaan Pinjaman.

adalah semua transaksi yang mengakibatkan Desa menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Desa dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Sementara unsur pengeluaran pembiayaan mencakup :

Keuangan dan Kekayaan Desa

110

Page 123: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. Pembentukan Dana Cadangan.

adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran

b. Penyertaan Modal Desa.

adalah penganggaran kekayaan Pemerintah Desa yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

c. Pembayaran Utang.

adalah penganggaran pembayaran kewajiban atas utang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang

APA ITU ALOKASI DANA DESA (ADD) DAN BAGAIMANA SEJARAHNYA?

Pada masa Orde Baru, dikenal adanya dana Bantuan Desa (Inpres Bandes) yang melegenda selama 30 tahun, yang dibagi secara merata ke seluruh desa sebesar Rp 10 juta (terakhir tahun 1999). Dana Bandes itu sudah ditentukan dan dikontrol dari atas (pemerintah pusat), sehingga desa tidak bisa secara leluasa dan berdaya menggunakan anggaran. Lagipula alokasi

Keuangan dan Kekayaan Desa

111

Page 124: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dana yang sama-merata kepada seluruh desa hanya berfungsi sebagai stimulan, yang tidak mencerminkan aspek keragaman (kondisi geografi s dan sosial ekonomi desa) dan keadilan.

Desa miskin maupun desa kaya memperoleh alokasi yang sama. Demikian lamanya (30 tahun) pengalaman bandes, sehingga skema tersebut sudah mendarah daging dalam paradigma dan kebijakan pemerintah pusat terhadap desa, yang justru tidak mengangkat kesejahteraan dan kemandirian desa.

Undang-undang lama maupun UU No. 22/1999 hanya mengenal konsep dan skema bantuan pemerintah untuk mendukung keuangan desa, walaupun dalam hal keuangan daerah sebenarnya sudah dikenal adanya perimbangan keuangan pusat dan daerah. Konsep “bantuan” ini tentu tidak jelas, sangat tergantung pada kebaikan hati pemerintah, sekaligus menunjukkan bahwa desa tidak mempunyai hak atas uang negara.

Walaupun UU No. 22 Tahun 1999 belum memberikan amanat tentang perimbangan atau alokasi dana kepada desa secara jelas, sejak 2001 sejumlah pemerintah kabupaten/kota melakukan inovasi melahirkan kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) secara proporsional dengan jumlah yang lebih besar daripada bantuan keuangan sebelumnya. Pengalaman-pengalaman yang baik dari banyak daerah ini kemudian diadopsi dengan baik oleh UU No. 32 Tahun 2004. UU No. 32 Tahun 2004 memperbaiki kelemahan yang terkandung dalam UU No. 22 Tahun 1999, yakni mengubah konsep

Keuangan dan Kekayaan Desa

112

Page 125: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

“bantuan” menjadi “bagian”, yang berarti bahwa desa mempunyai hak untuk memperoleh alokasi sebagian dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah kabupaten/kota.

Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) tersebut semakin dipertegas dalam PP No. 72 Tahun 2005, yang menyatakan bahwa salah satu sumber keuangan desa adalah “bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa, sekurang-kurangnya 10% (sepuluh per seratus), setelah dikurangi belanja pegawai, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa”. Klausal regulasi ini yang dijadikan dasar hukum atas Alokasi Dana Desa (ADD).

Tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah:

1. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat;

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;

4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial;

5. Meningkatkan ketrentaman dan ketertiban masyarakat;

6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;

8. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Permendagri No. 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa mengatur Tata Kelola Pelaksanaan APBDes, yang termasuk didalamnya ADD, sebagai berikut :

Keuangan dan Kekayaan Desa

113

Page 126: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Pasal 2 Ayat (1). Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

2. Pasal 2 Ayat (2). Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

3. Pasal 8 Ayat (1). Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

4. Pasal 8 Ayat (2). Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah.

5. Pasal 8 Ayat (3). Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDes.

6. Pasal 8 Ayat (4). Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

7. Pasal 9 Ayat (1). Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDes harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;

8. Pasal 12 Ayat (1). Kepala Desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan Bendahara Desa.

9. Pasal 13 Ayat (1). Penatausahaan Penerimaan wajib dilaksanakan oleh Bendahara Desa.

10. Pasal 14 Ayat (1). Penatausahaan Pengeluaran wajib dilakukan oleh Bendahara Desa.

11. Pasal 20 Ayat (1). Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa.

12. Pasal 22 Ayat (1). Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber dari ADD dalam APBDes, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa dengan mengacu pada Peraturan Bupati/Walikota.

Keuangan dan Kekayaan Desa

114

Page 127: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

13. Pasal 23 Ayat (1). Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APBDes, sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggung-jawaban APBDes.

Bagaimana Skema dan Rumus yang Dipergunakan dalam Pembagian ADD?

Skema dan rumus yang dipergunakan dalam Alokasi Dana Desa adalah:

1. Azas Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM) jumlahnya 60% dari ADD.

2. Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu, (misalnya Pengurangan Kemiskinan, Keterjangkauan, Pendidikan Dasar, Kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP) jumlahnya 40% dari ADD.

Sementara penggunaan Anggaran Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30% (tigapuluh persen) untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa, sebesar 70% (tujuhpuluh persen) untuk biaya pemberdayaan masyarakat. Bagi Belanja Pemberdayaan Masyarakat digunakan untuk:

1. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil.

2. Penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDes.

3. Biaya untuk pengadaan ketahanan pangan.

4. Perbaikan lingkungan dan pemukiman.

5. Teknologi Tepat Guna.

6. Perbaikan kesehatan dan pendidikan.

7. Pengembangan sosial budaya.

8. dan sebagainya yang dianggap penting.

Keuangan dan Kekayaan Desa

115

Page 128: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU KEKAYAAN DESA?

Kekayaan desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Kekayaan desa dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa, seperti Berita Acara serah terima dari pemberi ke pihak desa dan kwitansi pembelian.

Contoh jenis kekayaan desa, antara lain:

1. tanah kas desa;2. pasar desa;3. pasar hewan;4. tambatan perahu;5. bangunan desa;6. pelelangan Ikan yang dikelola oleh desa dan;7. lain-lain kekayaan milik desa :

7.a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDes/Daerah;7.b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan atau lembaga dari

pihak ketiga.7.c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;7.d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak

dan lain-lain sesuai dengan peraluran perundangan yang berlaku.7.e. hak desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;7.f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/

Kota;7.g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan7.h. hasil kerjasama desa.

Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efi siensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Keuangan dan Kekayaan Desa

116

Page 129: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Ada beberapa bentuk pengelolaan kekayaan desa, 2 (dua) di antaranya adalah:

1. Pengelolaan kekayaan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan persetujuan BPD dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentin-gan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat desa.

2. Pengelolaan kekayaan desa harus berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan pendapatan desa. Biaya pengelolaan Kekayaan Desa dibebank-an pada Anggaran Penda-patan dan Belanja Desa.

Apa Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)?

Salah satu aspek yang sangat erat hubungannya dengan keuangan dan kekayaan desa serta pada akhirnya terkait dengan perencanaan desa adalah adanya peluang bagi desa untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Badan perekonomian ini dijamin oleh aturan yang kuat seperti yang tertera pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 213 Ayat (1).

Desa dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Badan perekonomian ini berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut pada Pasal 78 – 81 PP No. 72 Tahun 2005 disebutkan :

1. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa

Keuangan dan Kekayaan Desa

117

Page 130: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.2. Pembentukan BUMDes ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.3. Bentuk BUMDes harus berbadan hukum.4. BUMDes adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa.5. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari:

a. Pemerintah Desa;b. Tabungan masyarakat;c. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;d. Pinjaman; dan ataue. Penyertaan modal pihak lain, atau kerja sama bagi hasil atas dasar

saling menguntungkan.6. Kepengurusan BUMDes terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat.7. BUMDes dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.8. Pinjaman dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.9. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pembentukan dan

Pengelolaan BUMDes diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.10.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya memuat :

a. Bentuk Badan Hukum;b. Kepengurusan;c. Hak dan Kewajiban;d. Permodalan;e. Bagi Hasil Usaha;f. Kerjasama dengan Pihak Ketiga;g. Mekanisme Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Permendagri No. 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan salah satu tujuan Alokasi Dana Desa adalah meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui BUMDes.

Keuangan dan Kekayaan Desa

118

Page 131: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PERATURAN PERUNDANGAN DESA

• Apa itu Peraturan Perundangan Desa?

Page 132: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU PERATURAN PERUNDANGAN DESA?

Sesuai dengan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah, desa diberi

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang

diakui. Dalam rangka pengaturan kepentingan masyarakat, Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) bersama Pemerintah Desa menyusun

Peraturan Desa. Sementara Kepala Desa bertugas menyusun peraturan

pelaksanaannya, melalui Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Kewenangan tersebut termuat dalam UU No. 32 tahun 2004 dan lebih jelas

lagi di PP No. 72 tahun 2005. Sehingga secara keseluruhan tata urutan

perundangan di Indonesia yang diatur dalam Tap MPR tahun 2000 dan lebih

detail diatur dalam UU No. 4 tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan

Perundangan adalah sebagai berikut :

Peraturan Perundangan Desa

120

Page 133: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;c. Peraturan Pemerintah;d. Peraturan Presiden;e. Peraturan Daerah :

a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan gubernur;

b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota;

c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Dalam Permendagri No. 29 tahun 2006 tentang Pedoman dan Pembentukan

Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa disebutkan, bahwa di desa ada 3

(tiga) jenis peraturan perundang-undangan, yaitu :

1. Peraturan Desa (Perdes) : peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

2. Peraturan Kepala Desa : peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. Surat Keputusan (SK) Kepala Desa: keputusan yang ditetapkan oleh

Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan

Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa.

Materi muatan untuk masing-masing peraturan perundangan di desa

tersebut adalah :

Peraturan Perundangan Desa

121

Page 134: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

2. Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat pengaturan.

3. Materi muatan Keputusan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan.

Dasar hukum desa mengeluarkan peraturan perundang-undangan adalah :

1. UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;3. PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa; dan4. Permendagri No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan

Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa

Asas-asas yang harus dipenuhi dalam penyusunan peraturan perundang-

undangan yang baik, meliputi :

Peraturan Perundangan Desa

122

Page 135: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

a. kejelasan tujuan;b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;d. dapat dilaksanakan;e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;f. kejelasan rumusan; dang. keterbukaan.

Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat

berasal dari usul inisiatif BPD. Masyarakat berhak memberikan masukan baik

secara tertulis maupun lisan terhadap Rancangan Peraturan Desa. Masukan

dilakukan dalam proses penyusunan Rancangan Peraturan Desa.

Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan aturan di atasnya, dan

didalamnya wajib mencantumkan batas waktu penetapan pelaksanaan dan

tidak boleh berlaku surut (tidak boleh berlaku untuk hal yang sudah terjadi

sebelum ditetapkan).

Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada

masyarakat oleh Pemerintah Desa. Agar setiap orang mengetahuinya,

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa diumumkan dalam berita

daerah. Pengumuman tersebut dilakukan oleh Sekretaris Daerah dan dapat

didelegasikan kepada Sekretaris Desa.

Bentuk penetapan peraturan perundangan untuk masing-masing produk

perencanaan dan keuangan desa adalah dapat dilihat pada lampiran III

Peraturan Perundangan Desa

123

Page 136: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

* Apa itu Monitoring dan Evaluasi ?* Apa itu Pengendalian dan Pelaporan dalam Perenca-

naan Desa?* Bagaimana Cara Melakukan Monitoring dan Evalu-

asi?* Apa itu Indikator Kinerja/Pencapaian?

Page 137: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

APA ITU MONITORING DAN EVALUASI ?

Monitoring atau Pemantauan adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang perkembangan sebuah kegiatan atau program, untuk melihat apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, ataukah terjadi perubahan. Monitoring (pemantauan) biasanya dilaksanakan secara berkala/periodik selama proses suatu kegiatan atau program berlangsung.

Kegiatan monitoring, selanjutnya disebut pemantauan, itu sendiri merupakan rangkaian pengamatan terhadap berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa strategi dan langkah yang ditempuh telah sesuai prosedur. Pemantauan dilakukan pada saat progam/kegiatan sedang berjalan dan memiliki jangkauan jangka pendek. Pengamatan yang dilakukan secara periodik terhadap perkembangan pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui penentuan format pemantauan yang informatif,

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

126

Page 138: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pengumpulan informasi, prakiraan sementara, dan kecenderungan kegiatan serta manfaat yang dirasakan.

Dengan demikian, pemantauan yang dilakukan pada semua aspek sejak dari pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk menentukan permasalahan, mencari alternatif pemecahan, dan menyarankan langkah-langkah penyelesaian dengan koreksi secara dini. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan berjalan efi sien dan efektif karena informasi atas kesesuaian rencana dengan pelaksanaan telah dirangkaikan secara tepat waktu. Pengembangan upaya meningkatkan kemajuan pelaksanaan dapat dilakukan karena penyimpangan akan dapat diketahui lebih dini dan penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan cepat.

Evaluasi adalah kegiatan menilai secara keseluruhan program. Apakah sebuah program telah dilaksanakan sesuai rencana atau sesuai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi biasanya dilakukan pada tahapan akhir suatu kegiatan. Evaluasi juga merupakan penilaian hasil-hasil yang telah dicapai untuk merencanakan pengembangan kegiatan baru yang lebih bertumpu pada kemampuan masyarakat.

Evaluasi kinerja adalah proses penilaian terhadap rencana yang ditetapkan dengan hasil implementasi menurut kriteria yang disepakati. Dengan demikian, yang dimaksud dengan evaluasi kinerja adalah rangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.

Monitoring dan Evaluasi sering dilakukan secara bersamaan maka dari itu sering disingkat Monev. Monitoring dan Evaluasi (Monev) merupakan proses mengamati, mengkaji, melihat dan memikirkan kembali secara menyeluruh kegiatan yang dilakukan, sehingga diketahui perkembangan dan keberhasilannya. Monitoring dan evaluasi juga dilakukan sebagai

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

127

Page 139: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

langkah upaya perbaikan terhadap kegiatan tersebut.

Monitoring dan Evaluasi (Monev) semestinya sejak awal diintegrasikan dengan perencanaan. Pada saat dilakukan perencanaan kegiatan/program, semestinya sudah ditentukan ukuran-ukuran pencapaian kegiatan, sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan monev setelah kegiatan berjalan

Monitoring dan Evaluasi dalam undang-undang dan peraturan pemerintah disebut “Pengendalian”, misalnya: Pengendalian Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, atau Pengendalian Perencanaan Desa. Pengendalian (Monev) perlu dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan/program yang direncanakan, untuk menjamin tercapainya pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan RPJMDes dalam rangka menggapai visi desa.

Apa Saja Bentuk-bentuk Monitoring dan Evaluasi?

Sekarang ini, bentuk monitoring dan evaluasi (monev) lebih banyak dikembangkan untuk bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Selain itu, lembaga yang mengembangkan tradisi pembelajaran biasanya terbuka terhadap kehadiran pihak luar dan mengembangkan proses monev secara bersama dengan menghadirkan dan melibatkan mitra-mitra lain.

Berikut ini bentuk-bentuk monev yang sering dilakukan berdasarkan siapa pelaksanaannya:

1. Monev Diri, yaitu monev yang dilakukan oleh masyarakat sendiri sebagai perencana kegiatan/program pembangunan desa. Masyarakat menjadi tim evaluasi tanpa campur tangan pihak luar untuk menilai perkembangan dan hasil-hasil kegiatannya. Jika masyarakat belum terampil, bisa dibantu pemandu (fasilitator) dalam perancangan alat dan tahapan monev.

2. Monev Pihak Luar, yaitu monev yang dilakukan oleh pihak luar atau evaluator yang memilki pengalaman dan keahlian, biasanya diambil

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

128

Page 140: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dari kalangan profesional. Evaluator ini seharusnya bisa mentransfer keahliannya (penguasaan cara-cara/metode monev) kepada lembaga lokal atau masyarakat agar bisa dikembangkan sendiri.

3. Monev Silang, yaitu monev yang dilakukan oleh suatu kelompok pada kelompok lain. Biasanya dilakukan antar kelompok-kelompok kerja masyarakat, untuk saling menilai dan memberi masukan positif (sharing). Kegiatan bisa dilakukan bersama melalui pelatihan atau kunjungan silang.

4. Monev Bersama, yaitu monev yang dilakukan bersama oleh beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan dalam suatu kegiatan. Monev difasilitasi oleh tim multipihak yang terdiri dari LSM, pemerintah dan wakil masyarakat. Tim ini mengembangkan proses dan metode bersama masyarakat, serta penilaian lebih banyak menggunakan persepsi masyarakat.

Pada dasarnya siapapun bisa melakukan monitoring dan evaluasi (monev), baik itu pemerintah, LSM, masyarakat, evaluator, kelompok-kelompok kerja, , maupun kombinasi dari semua.

APA ITU PENGENDALIAN DAN PELAPORAN DALAM PERENCANAAN DESA?

Suatu siklus perencanaan semestinya akan lengkap jika terdiri atas 4 (empat) tahapan besar sebagai berikut :

• Penyusunan rencana• Penetapan rencana• Pengendalian pelaksanaan rencana, dan• Evaluasi pelaksanaan rencana.

Secara yuridis (aturan perundangan) hal itu disebutkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Hal

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

129

Page 141: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

serupa lebih kurang ada dalam perencanaan pembangunan daerah yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, “Pengendalian” dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Namun khususnya tentang pengendalian (monitoring dan evaluasi) tidak disebut-sebut dalam aturan-aturan yang terkait dengan perencanaan desa seperti di Pemendagri No. 37 Tahun 2007, Permendagri No. 66 Tahun 2007, maupun dalam Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Penyelenggaraan Musrenbang.

Dalam kaitan dengan siklus perencanaan, data atau informasi yang sangat bermanfaat untuk penyusunan rencana dan mengukur manfaat dari pelaksanaan rencana adalah profi l desa.

Profi l desa menurut Permendagri No. 12 Tahun 2007 terdiri atas : (1) data dasar keluarga; (2) potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana; dan (3) perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. Jika profi l desa ini dikembangkan di setiap desa pada setiap tahun, maka ketiga aspek tersebut akan mudah dilaksanakan, termasuk juga manfaat lainnya untuk kecamatan dan kabupaten.

Meski demikian, atas dasar bahwa perencanaan desa adalah bagian dari perencanaan daerah, walaupun tidak ada penjelasan yang detail tentang itu dan profi l desa juga tidak dimiliki oleh semua desa, maka dalam perencanaan desa perlu instrumen (alat) untuk mengidentifi kasi kegiatan pengendalian dalam proses perencanaan desa dan mengaplikasikan instrumen tersebut agar siklus perencanaan desa dilaksanakan secara terpadu/lengkap.

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

130

Page 142: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Instrumen dalam bentuk indikator tersebut antara lain disajikan dalam dokumen RPJMDes berupa indikasi kinerja/pencapaian dan dievaluasi setiap tahun sebelum pelaksanaan Musrenbangdes tahunan atau pra Musrenbangdes.

Pengendalian sangat diperlukan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan sebagai suatu rangkaian kegiatan manajamen. Pengendalian dilakukan terhadap masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) dari suatu pelaksanaan kegiatan. Demikian pula dalam pelaksanaan APBDes. Untuk menjamin tercapaianya pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan RPJMDes dalam rangka menggapai visi desa, perlu diadakan pengendalian terpadu terhadap pelaksanaan program-program/kegiatan yang direncanakan.

Pengendalian (monitoring dan evaluasi) dapat digunakan untuk :

1. Mengetahui arah kegiatan yang tengah dilaksanakan.2. Mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program kegiatan dengan

cara membandingkan antara rencana dengan capaian pelaksanaan pogram/kegiatan.

3. Mengetahui sejauh mana pencapaian target yang sudah ditetapkan sebelumnya.

4. Mengetahui penyimpangan dan penyebab penyimpangan, serta upaya untuk memperbaiki kinerja suatu program/kegiatan.

5. Memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana, jadwal teknis dan hasil yang diharapkan.

6. Menilai apakah efektif, efi sien, dan tepat arah pengelolaan kegiatan yang sedang dikerjakan dalam kaitan pemanfaatan sumberdaya alam, tenaga kerja, waktu, biaya, cara kerja, lahan, peralatan, dan lain-lain.

7. Memberikan umpan balik penyempurnaan perencanaan yang akan datang dengan memberikan informasi tentang status perkembangan program/kegiatan dalam rangka perbaikan bagi keberlanjutan kegiatan.

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

131

Page 143: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Unsur pengendalian perencanaan desa dapat terdiri atas : pemerintah, masyarakat, LSM, evaluator, kelompok-kelompok organisasi profesi atau kemasyarakatan yang ada di desa, atau kombinasi itu semua.Pengendalian harus dilandasi oleh analisis capaian program yang sesuai dengan rumusan program yang tertuang dalam seluruh kegiatan dan jumlah anggaran, yang dilaksanakan melalui kegiatan monitoring/pemantauan dan evaluasi.

Obyek pemantauan berbagai jenis kegiatan di lapangan yang anggarannya bersumber dari APBDes. Misalnya :

1. Lokasi kegiatan2. Realisasi anggaran3. Keluaran (output)

kegiatan4. Proses pencapaian

keluaran (output)5. Partisipasi masyarakat

dan koordinasi para pihak serta pemanfaatan keluaran (output)

6. Hasil (outcome), manfaat (benefi t) dan dampak (impact)

Dalam melaksanakan pemantauan pelaksanaan program/kegiatan, dapat dikembangkan cara-cara pemantauan sebagai berikut:

1. Penyusunan rancangan kerja melalui : koordinasi para pihak, menentukan obyek pemantauan, menyusun panduan pemantauan, menyusun jadwal pemantauan, dan melaksanakan pemantauan.

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

132

Page 144: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2. Rapat pertemuan dengan tujuan untuk membahas permasalahan yang terjadi di lapangan/lokasi kegiatan. Terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi, kemudian dilaksanakan analisis dan dibuatkan kesepakatan rekomendasi penyelesaiannya.

3. Pelaporan teratur/sistematis dan berjenjang selama pelaksanaan.4. Laporan pemantauan

BAGAIMANA CARA MELAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI?

Sebelum dilakukan monitoring dan evaluasi (monev), ada beberapa hal yang perlu disepakati terlebih dahulu, antara lain:

1 Merumuskan kesepakatan terhadap tujuan monev. Untuk apa dilakukan monev: apakah untuk memeriksa penyimpangan dari perencanaan; untuk melihat keberhasilan/kegagalan; untuk melihat efektif/efi siensi program; untuk upaya perbaikan program kerja; untuk kelanjutan program; atau untuk tujuan lainnya?

2 Merumuskan kesepakatan terhadap indikator atau tolok ukur yang akan digunakan dalam monev. Apa saja ukuran-ukuran (baik kuantitatif maupun kualitatif ) yang bisa jadi petunjuk, bisa dilihat, bisa dirasakan dan dialami oleh masyarakat.

3 Menentukan cara atau metode monev yang akan digunakan. Makin banyak cara/metode akan semakin baik hasilnya. Apakah monev akan dilakukan dengan cara: refl eksi diri, pertemuan kelompok, musyawarah desa, pertemuan khusus, studi banding, wawancara, diskusi, atau cukup dengan kajian dokumen saja.

4 Menentukan langkah-langkah monev dan rumusan hasil dalam uraian yang jelas, singkat, dan padat. Hasil monev sangat ditentukan dengan langkah yang tepat.

Beberapa cara monev RPJMDes dan RKPDes yang bisa dijadikan alternatif,

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

133

Page 145: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

antara lain:

1 Pertemuan Kampung: dilakukan untuk mendiskusikan pencapaian-pencapaian setiap kegiatan yang tercantum dalam RKPDes. Masyarakat yang hadir dalam pertemuan desa menjadi tim evaluasi yang menilai perkembangan dan hasil-hasil kegiatan. Sebelum dilakukan monev, disepakati dahulu siapa yang akan jadi pemandu monev.

2 Studi Banding: dilakukan sebelum pertemuan desa. Tim monev yang ditunjuk masyarakat melakukan kunjungan ke desa lain yang memilki permasalahan dan kegiatan yang hampir sama sebagai pembanding. Hasil studi banding dibawa ke pertemuan desa untuk menentukan apakah setiap kegiatan yang direncanakan sudah dijalankan secara optimal ataukah masih perlu perbaikan berdasarkan pembelajaran dari desa lain.

3 Kunjungan Lapangan: biasanya dilakukan oleh pemandu monev yang berasal dari luar desa. Kunjungan lapangan dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi/keadaan kemajuan program yang direncanakan masyarakat desa, serta mengamati kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Hasil kunjungan dibawa ke pertemuan desa untuk mendiskusikan pencapaian program.

4 Pertemuan Kelompok: dilakukan karena persamaan kepentingan dan tujuan dalam satu kelompok. Monev kelompok dilakukan oleh kelompok sasaran atau kelompok pelaksana kegiatan yang tercantum dalam RKPDes, misalnya: kelompok tani, kelompok PKK, karang taruna, P3A, RPK. Hasil monev kelompok akan dibawa ke pertemuan desa sebagai bahan untuk monev RKPDes.

5 Wawancara: dilakukan jika pemandu monev sulit mengumpulkan masyarakat karena banyaknya kegiatan masyarakat. Pemandu bisa menemui orang-orang kunci yang mewakili kelompok pelaksana kegiatan yang tercantum dalam RKPDes, serta menanyakan pencapaian kegiatan kelompok dan kendala-kendalanya. Hasil wawancara dirangkum dalam tabel monev untuk didiskusikan dalam kesempatan

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

134

Page 146: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pertemuan desa.6 Kajian Dokumen: dilakukan oleh pemandu monev jika dokumen

perencanaan dirasa kurang lengkap, misalnya dalam dokumen RKPDes tidak ada indikator pencapaian, hal ini umum terjadi. Sebelum pertemuan desa, pemandu bisa melengkapi indikator pencapaian tiap kegiatan berdasarkan kajian dokumen yang ada, kemudian didiskusikan dan disepakati dalam pertemuan desa.

Pemandu bisa mengembangkan cara/metode untuk melakukan monev perencanaan desa disesuaikan dengan kesempatan dan kebiasaan setempat.

Pemandu juga harus mengarahkan agar monev diintegrasikan dengan perencanaan sejak awal. Pada saat disusun perencanaan kegiatan/program, semestinya sudah ditentukan ukuran-ukuran pencapaian kegiatan, sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan monev setelah kegiatan berjalan. Ukuran-ukuran pencapaian kegiatan ini disebut ”indikator pencapaian”.

APA ITU INDIKATOR KINERJA/PENCAPAIAN?

Indikator kinerja adalah ukuran (kuantitatif dan atau kualitatif ) yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yg dapat menjadi petunjuk atau keterangan secara lebih rinci dan dapat diukur secara langsung. Indikator selalu terkait dengan hal-hal yang bisa dirasa, bisa diraba, bisa dilihat, dibayangkan keberadaannya dan dialami oleh masyarakat.

Indikator juga bisa dikatakan sebagai ”tanda” atau ”gejala” atau ciri-ciri dari sebuah kejadian sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

135

Page 147: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

setelah kegiatan selesai dan berfungsi.

Indikator dapat menjadi petunjuk atau keterangan secara lebih rinci dan dapat diukur secara langsung. Indikator pencapaian dengan pendekatan partisipatif sebaiknya memperhatikan aspek hasil fi sik dan non-fi sik, serta bagaimana proses untuk mencapai hasil tersebut.

Kesalahan yang sering terjadi dalam menyusun perencanaan desa adalah ”mengabaikan penyantuman indikator pencapaian” untuk setiap kegiatan. Hal ini mengakibatkan kebingungan ketika melakukan monev karena tidak ada yang bisa dijadikan acuan, sehingga hanya bisa menyantumkan keterangan singkat seperti: tercapai atau tidak; sudah atau belum; berlangsung atau tidak; berhasil atau gagal; sesuai atau menyimpang. Keterangan singkat seperti ini kurang berguna dalam monev karena tidak ada informasi yang jelas dan terukur yang bisa digali untuk upaya-upaya perbaikan.

Indikator pencapaian semestinya sudah ditentukan dalam perencanaan kegiatan/program. Indikator yang disusun dalam rencana kerja inilah yang akan dijadikan acuan dalam melakukan monev. Menentukan indikator dalam rencana kerja sebaiknya menerapkan pendekatan SMART, yaitu:

� Specifi c artinya indikator pencapaian harus punya ciri tersendiri dan jelas. Punya ciri tersendiri dan tidak sekedar berbeda dengan desa lain. Misalnya: meningkatnya produksi karet di Blok ”A” sebesar 10% dengan melibatkan 25 KK pada tahun 2010. Bukan hanya menuliskan: meningkatnya produksi karet atau terlibatnya warga.

� Measurable artinya dapat “diukur”. Setidaknya bukan sekedar mimpi atau imajinasi. Pada contoh di atas, pencapaian produksi karet sebesar 10% dapat diukur, termasuk menyantumkan jumlah KK yang terlibat.

� Achievable berarti dapat dicapai atau dijangkau. Ini dapat dipertimbangkan dengan kemampuan pendanaan, potensi dan

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

136

Page 148: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

permasalahan, serta kecenderungan yang terjadi.� Realistic atau Reasonable berarti indikator pencapaian masuk akal dan

jelas, tidak muluk-muluk, dan bukan merupakan khayalan yang tidak dapat diwujudkan dalam dunia nyata.

� Time Frame atau Time Bound berarti indikator pencapaian harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalnya ingin dicapai pada pada tahun 2010.

Dalam Monev, indikator pencapaian sebaiknya disertai dengan alat bukti (alat verifi kasi), dimana alat-alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan untuk meyakinkan atas kebenaran suatu kegiatan yang sudah dilakukan. Misalnya: ada berita acara, absen, ada bangunan fi sik, ada dokumen desa.

Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

137

Page 149: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

P E N U T U P

Page 150: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Apakah Masyarakat Desa Dapat Membuat Perencanaan?

Kebanyakan desa yang ada tidak memiliki pedoman bahkan aturan yang paling dasar atau sangat penting bagi desa seperti Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa tidak banyak dimiliki. Hal serupa juga terjadi dengan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri yang terkait dengan perencanaan desa seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 dan No. 66 Tahun 2007.

Desa-desa yang mendapat pendampingan pembuatan perencanaan desa pada akhirnya dapat menyusun RPJMDes secara partisipatif dan menjadikan Musrenbangdes lebih berkualitas karena didukung dengan RPJMDes.

Secara umum persoalan utama yang ada tampaknya terletak pada komunikasi dan kapasitas. Apabila ada jalinan komunikasi termasuk sosialisasi aturan-aturan dan pedoman yang disertai dengan penjelasan dan atau pelatihan (peningkatan kapasitas) secara berkesinambungan, tentu Pemerintah Desa akan menyusun RPJMDes-nya dengan lebih partisipatif.

Penutup

140

Page 151: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Desa dan Pemerintah Desa di Kabupaten Kapuas sangat berharap untuk dapat menyusun RPJMDes. Karena RPJMDes adalah semacam “kontrak kerja” antara Kepala Desa terpilih dengan masyarakat sebagai pemilihnya. Pada akhir masa jabatannya, pertanggungjawaban Kepala Desa yang harus dilaporkan antara lain tentang RPJMDes (Peraturan Bupati Kapuas No. 15 Tahun 2007).

Masyarakat juga sangat berharap dengan RPJMDes partisipatif, karena dengan adanya perencanaan seperti itu bukan saja pelaksanaan Musrenbangdes Tahunan dapat berjalan dengan lebih baik, lebih dari itu ruang partisipasi warga akan lebih terbuka dibandingkan hanya melalui Musrenbangdes Tahunan saja yang hanya setengah hari.

RPJMDes tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat dan desanya, tetapi juga bagi kecamatan, kabupaten juga pihak-pihak lain yang melaksanakan kegiatan di desa. Bagi kecamatan, RPJMDes akan sangat bermanfaat dalam penyusunan Rencana Strategisnya dan bagi kabupaten akan dapat menjadi alat kontrol dan masukan terhadap Renstra yang dimilikinya. Bagi pihak lain, adanya RPJMDes tentu akan lebih memudahkan untuk bersama-sama masyarakat mengkaji dan melaksanakan rencana-rencana di dalamnya, bukan lagi konsentrasi di penyusunan RPJMDes itu sendiri.

Apakah Betul Dalam Perencanaan Desa Berisi Daftar Keinginan dan Bukan Daftar Kebutuhan?

Apabila perencanaan desa dimulai dengan penyusunan RPJMDes yang partisipatif, dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat. Prosesnya antara lain meliputi penyusunan visi, misi, strategi dengan pilihan-pilihan kegiatan/program melalui beberapa kali pertemuan untuk memilih prioritas, maka dapat dipastikan bahwa perencanaan itu akan berisi daftar kebutuhan.

Sebaliknya, jika yang dimaksudkan adalah suatu rancangan RKPDes yang

Penutup

141

Page 152: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dibuat tanpa melalui penyusunan RPJMDes terlebih dahulu, bahkan kadang tanpa melalui Musrenbangdes Tahunan, maka dipastikan yang terjadi hanyalah daftar keinginan hanya untuk segelintir warga.

Tidak semua perencanaan desa berisi daftar keinginan, dan tidak semua perencanaan desa berisi daftar kebutuhan. Untuk memastikannya, lihatlah dokumen-dokumen perencanaan yang ada, RPJMDes, RKPDes, APBDes dan aturan penetapannya serta proses yang menyertainya.

Apakah Dengan Perencanaan Desa Kondisi Desa Akan Lebih Baik?

Adanya RPJMDes dan RKPDes tidaklah secara otomatis semua program kegiatan yang ada dalam perencanaan tersebut khususnya yang didanai diluar APBDes dapat terlaksana.

Mekanisme perencanaan desa memerlukan waktu lebih lama dibandingkan perencanaan di kabupaten. Musrenbangdes yang dilakukan pada setiap awal tahun (Januari) kepastian pendanaannya baru ada prakiraan besarnya setelah setelah APBD ditetapkan, padahal pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten dilakukan setelah pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan dan Desa.

Dalam mekanisme proses perencanaan yang diawali dengan musrenbangdes menuju sumber-sumber pendanaan (APBD dan APBN), proses keterpaduan antara RKPDes dengan sumber pendanaan tersebut masih terkendala oleh kelangkaan Rencana Strategis di Tingkat Kecamatan. Kendala lain yang muncul adalah proses musrenbang yang sifatnya formalitas dan singkatnya waktu pelaksanaan yang pada akhirnya berpengauh pada keluaran yang dihasilkan dari musyawarah tersebut.

Walaupun masih banyak rintangan yang ada antara proses perencanaan hingga pendanaan di desa, adanya perencanaan desa dalam bentuk RPJMDes dan RKPDes tentu memberian sumbangan yang banyak pada

Penutup

142

Page 153: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

kondisi desa di masa mendatang.

Dengan RPJMDes dan RKPDes yang partisipatif, masyarakat memiliki ruang yang sangat terbuka berperan serta memberikan harapan-harapannya, masyarakat akan merasa memiliki rasa kebersamaan juga terhadap RPJMDes dan RKPDes itu sendiri.

Desa yang memiliki RPJMDes dan RKPDes akan lebih mudah untuk melakukan pemantauan dan koreksi diri atas perencanaan-perencanaannya. Dengan modal RPJMDes dan RKPDes, desa juga akan memiliki jalur yang konstitusional meraih posisi swadaya, swakarya, swasembada dan atau mula, madya, dan lanjut.

Bagaimana Dengan Penyusunan RPJMDes Untuk Desa yang Masa Kepemimpinan Kepala Desanya Kurang Dari Masa Perencanaan RPJMdes (5 Tahun)?

Meski masa jabatan Kepala Desa adalah selama 6 (enam) tahun, kewajiban menyusun RPJMDes bagi desa adalah dengan masa perencanaan 5 (lima) tahun sesuai dengan yang sudah diatur dalam PP No. 72 Tahun 2005. Beberapa hal yang lebih teknis diatur dalam Permendagri No. 37 Tahun 2007 dan Permendagri No. 66 Tahun 2007 seperti misalnya RPJMDes ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik, pada

Penutup

143

Page 154: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

kenyataannya sampai sekarang masih ada desa yang belum menyusun RPJMDes dan menetapkannya dalam Peraturan Desa. Sehingga akan ada desa yang masa kepemimpinan Kepala Desanya kurang dari 5 (lima) tahun tetapi belum memiliki RPJMDes.

Atas dasar itu RPJMDes berisi antara lain program-program selama masa kepemimpinan Kepala Desa. Sementara menurut Peraturan Bupati Kapuas No. 15 Tahun 2007 bahwa sebagian besar pertanggungjawaban Kepala Desa berisi tentang RPJMDes. Oleh karena itu, maka untuk Kepala Desa yang terpilih melalui pemilihan langsung dengan masa jabatan kurang dari 5 (lima) tahun tetap berkewajiban menyusun RPJMDes dengan batas waktu selama masa kepemimpinannya yang berisi laporan tentang pelaksanaan program lainnya yang telah dilakukan sebelum adanya RPJMDes, serta program selama sisa masa jabatannya.

Bagaimana Dengan Masa Transisi?

Masa jabatan Kepala Desa selama 6 (enam) tahun yang berbeda dengan masa perencanaan jangka menengah (RPJMDes) selama 5 (lima) tahun akan selalu ada masa kekosongan perencanaan selama sekitar 1 (satu) tahun. Atas dasar itu dan guna menghindari masa kekosongan tersebut, maka dalam dokumen RPJMDes perlu memasukan masa transisi untuk tetap memberlakukan RPJMDes yang sedang berlaku sampai dengan RPJMDes selanjutnya ditetapkan.

Pemberlakuan tersebut juga disertai ngan penyusunan RKPDes di tahun terakhir masa jabatan Kepala Desa dengan memasukan kegiatan penyusunan perencanaan desa beserta dengan pendanaannya yang akan dilakukan oleh Kepala Desa selanjutnya.

Penutup

144

Page 155: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Apakah RPJMDes Wajib Dibuat Oleh Desa?

Pada PP No. 72 Tahun 2005 secara tidak langsung menyatakan bahwa RPJMDes adalah wajib, sementara dalam Permendagri No. 66 Tahun 2007 disebutkan secara langsung bahwa desa wajib menyusun RPJMDes.

Peraturan Bupati Kapuas No. 15 Tahun 2007 tentang Pedoman Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dalam sistematika keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa secara keseluruhan berkaitan dengan RPJMDes.

Pertanggungjawaban tersebut antara lain berisi : kondisi geografi s, ekonomi dan demografi s yang dalam ROJMDes ada di bagian profi l desa. Kemudian tentang visi, misi, strategi dan arah kebijakan desa beserta dengan prioritas progran yang merupakan bagian utama dari RPJMDes.

Isi lain berkaitan dengan penyelenggaraan keuangan yang jika diruntut sumbernya juga berasal dari RPJMDes. Pertanggungjawaban Kepala desa itu juga berisi tentang urusan pemerintahan, pencegahan bencana dan ketertiban umum yang sebetulnya dari awal bisa menjadi bagian dari RPJMDes.

Secara tidak langsung Peraturan Bupati Kapuas No. 15 Tahun 2007 juga mewajibkan bagi Kepala Desa yang dipilih secara langsung untuk menyusun perencanaan jangka menengah (RPJMDes).

Penutup

145

Page 156: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

LAMPIRAN

Contoh Alat PRA untuk Membantu Kajian Desa• Contoh Modul Penyusunan Perencanaan Desa• Contoh Dokumen RPJMDes• Contoh Dokumen RKPDes•

Page 157: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Page 158: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran I

150

SKETSA DAN PETA DESA

Sketsa dan Peta merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan kondisi wilayah dan lingkungannya. Pada sketsa, penggambaran wilayah sangat sederhana tanpa skala dan jarak obyek-obyek yang digambarkan tidak sama. Sementara pada peta, jarak-jarak tersebut digambarkan dengan ukuran yang sama sesuai dengan skala yang digunakan. Aspek ”skala” inilah yang membedakan sketsa dan peta.

SKETSA DESA

Sketsa desa merupakan alat PRA yang digunakan untuk memperlihatkan gambaran keadaan lingkungan dan karakteristik suatu desa secara menyeluruh dengan gambar yang sederhana dan mudah dipahami.

Tujuan dan Manfaat:

1. Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai tata guna lahan, tata air dan fasilitas umum yang ada di desa.

2. Untuk memahami lingkungan sendiri, memperhatikan kembali sumber daya desa dan ancaman yang ada, serta menilai kapasitas dan kerentanan desa.

3. Sketsa desa dapat digunakan untuk perencanaan, data dasar, monitoring, evaluasi dan penyuluhan atau peningkatkan kesadaran.

Langkah-langkah Pembuatan Sketsa Desa:

1. Jelaskan kepada peserta diskusi mengenai tujuan, manfaat dan hasil yang diharapkan dari pembuatan sketsa desa. Siapkan tempat yang cukup luas dan datar, misalnya ruang kelas atau balai desa.

2. Sebelum membuat sketsa, diskusikan dulu sumber daya apa saja yang dimiliki desa. Misalnya, sumber daya alam: sungai, mata air, bukit, hutan, semak, dll. Tataguna lahan: sawah, ladang, kebun, tambang, dll. Fasilitas umum: jalan, sekolah, pasar, tempat ibadah, irigasi, dll.

Page 159: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran I

151

3. Jika akan menggunakan simbol atau warna, sepakati simbol-simbol atau warna yang akan digunakan untuk setiap sumber daya yang akan dicantumkan di peta. Catatlah simbol/warna dan artinya di kertas plano.

4. Mulailah membuat sketsa di kertas plano dengan membentuk suatu tanda ekstrim yang menunjukkan tempat yang mudah dikenal, seperti jalan, sungai, belokan, jembatan dll.

5. Mintalah masyarakat melengkapi sketsa dengan berpatokan pada tanda ekstrim yang telah dibuat sebelumnya. Lengkapi sketsa dengan mencantumkan simbol/warna sumberdaya desa yang sudah teridentifi kasi sebelumnya. Tetaplah memfasilitasi masyarakat sampai semua sumberdaya desa dan informasi yang diperlukan terkumpul lengkap.

Contoh Sketsa Desa Lamunti Permai,

Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas.

Keterangan Sketsa:

• Desa Lamunti Permai merupakan desa transmigrasi, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sakata Makmur, di timur berbatasan dengan Desa Manyahi, di selatan berbatasan dengan Desa Harap Jaya, di barat dengan Desa Lamunti Induk.

Page 160: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

• Akses jalan menuju ke Kabupaten Kapuas sejauh 70 km, dan ke Kecamatan Mantangai sejauh 18 km. Memiliki 5 jembatan ulin penghubung antar desa, dan 13 jembatan penghubung antar blok.

• Terdapat 1 saluran sekunder yang memisahkan blok utara dan selatan. Terdapat 25 saluran tersier yang memisahkan blok-blok menuju lahan pekarangan dan lahan usaha. Di tiap lahan usaha terdapat saluran kwarter yang berfungsi sebagai parit cacing dan parit lingkungan permukiman. Memiliki 10 pintu air yang sudah tidak berfungsi, rusak sebanyak 7 buah.

• Penggunaan lahan dibagi menjadi tanah negara (restan) berada di dekat saluran, lahan pekarangan 0,25 Ha per KK, lahan usaha 2 Ha per KK. Jumlah lahan usaha 157 KK berupa pertanian dan perkebunan, sisanya yang tidak tergarap berupa semak yang mudah terbakar.

• Di blok selatan potensi kebakaran terjadi pada sebagian besar lahan usaha yang tergarap maupun tidak tergarap. Di blok utara potensi kebakaran terjadi pada sebagian besar lahan usaha yang tidak tergarap atau lahan kosong. Blok A dan B selatan juga blok C,D,F merupakan daerah sangat rawan kebakaran karena lahan banyak yang tidak tergarap.

Contoh Sketsa Dusun di Desa Katunjung,

Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas.

Lampiran I

152

Page 161: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Keterangan sketsa:

� Desa Katunjung terletak di pinggiran Sungai Kapuas, berbatasan dengan: Desa Sei Ahas di bagian selatan (gantau), di utara (sambil) dengan Desa Tumbang Muroi, di barat (ngawa) dengan Desa Lahei Mangkutup, dan di timur (ngaju) dengan Desa Mangkatip.

� Penggunaan lahan permukiman 1.400 Ha, kebun karet 3.6374 Ha, sungai 200 Ha, anak sungai 120 Ha, bekas hutan seha 845,54 Ha, hutan produktif 3.012,19 Ha, kebun purun 180,6 Ha, kebun rotan 296,4 Ha, sawah tadah hujan 71,08 Ha, kanal 63,6 Ha.

� Lokasi masyarakat untuk mencari ikan di Sei Hapakang, Sei Asem, Sei Asem Besar, dan Sei Lunuk. Jenis ikan yang ditangkap: gabus, pepuyu, lele dan sepat.

� Kebun karet masyarakat berada di pinggiran saka (handel). Selain menghindari kebakaran, tanaman karet lebih subur dibandingkan daerah yang jauh dari aliran sungai. Kebakaran yang sering terjadi di areal rawan, dapat merembet ke perkebunan karet dan rotan masyarakat.

� Luasan banjir terjadi tiap tahun sepanjang 2 kilometer dari pinggir sungai dengan kedalaman 1 meter dari permukaan tanah. Informasi yang dihimpun dari masyarakat, banjir terjadi karena kiriman air dari Kapuas utara, Sungai Mangkutup, dan Sungai Muroi. Banjir yang terjadi saat ini juga karena perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi.

� Jenis tanah di Desa Katunjung adalah tanah gambut yang relatif kering di daerah tanggul sungai dan bagian berlereng tengah dari kubah gambut, serta tidak terluapi walaupun oleh pasang besar. Namun air pasang berpengaruh melalui air tanah. Kedalaman air tanah kurang dari 50 cm dari permukaan tanah, dengan kata lain air pasang tunggal dan ganda tidak dapat masuk.

PETA DESA

Peta Desa merupakan alat kajian desa yang sangat baik. Kekuatan utama peta selain berbentuk gambar (visual), dapat juga menunjukkan dengan baik distribusi obyek atau gejala (fenomena), termasuk pola tata guna lahan yang ada di desa.

Hanya saja, kekuatan ini kalau tidak hati-hati dimanfaatkan dapat berbalik menjadi kelemahan peta itu sendiri. Kesalahan yang sering terjadi dalam pemanfaatan peta adalah penggambaran semua aspek dalam satu lembar peta dan kurangnya pemanfaatan penggunaan skala yang berbeda.

Kekeliruan penggunaan peta yang hanya menampilkan wilayah

Lampiran I

153

Page 162: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

permukiman sebagai wilayah kajian desa akhirnya menampilkan desa-desa yang sama di semua tempat. Tidak ada karakteristik yang khas dengan gambar sungai, handil, gambut dan lain sebagainya.

Untuk desa-desa asli (bukan pemekaran atau eks transmigrasi), sebaiknya peta digunakan dalam dua bentuk skala/ukuran. Peta pertama menggambarkan desa secara keseluruhan, dan peta lainnya hanya menggambarkan dusun-dusunnya atau atau pusat-pusat permukimannya. Dengan metode seperti itu maka pola tata guna lahan desa dan tata guna lahan detail di pusat permukiman seperti pusat pelayanan umum dapat digambarkan dengan baik.

Langkah-Langkah Pembuatan Peta Desa:

Pembuatan dan penggunaan peta untuk perencanaan desa antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Siapkan atau buat peta kerja terlebih dulu. Jika ada peta yang sudah ada; misalnya dari kecamatan, kabupaten, atau lembaga lain, salin peta itu ke plastik atau kertas tipis (kalkir) informasi-informasi penting mulai dari yang mudah terlebih dahulu

Jika pada peta tersebut tidak ada grid (garis bujur dan lintang) atau ada tetapi tidak dalam satuan yang mudah difahami, maka lengkapi peta tersebut dengan bujur sangkar dalam satuan meter yang seragam;

2) Yakinkan bahwa semua bagian wilayah desa atau perkiraannya dapat digambarkan dalam satu lembar kertas peraga (fl ipchart);

3) Untuk meyakinkan batas desa atau perkiraannya masuk dalam wilayah kajian, lakukan penggambaran batas wilayah desa tersebut. Jika desa tersebut belum memiliki batas yang jelas dengan desa yang bersebelahan, maka cukup dengan perkiraan batas perkiraan;

4) Setelah informasi yang mudah dikenali seperti jalan dan sungai

Lampiran I

154

Page 163: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

digambarkan dan sudah ada batas wilayah atau perkiraannya, lengkapi informasi tersebut dengan informasi lainnya berdasarkan gambar yang sudah ada berdasarkan skala/grid, termasuk tempat-tempat penting yang dapat digambarkan dengan jelas;

5) Lanjutkan di kertas tipis lain dengan penggambaran tentang tata guna lahan, seperti permukiman, hutan, semak, belukar, ladang, sawah, kebun, dan lain-lain;

6) Peta kerja yang telah ditambahi dengan informasi penggunaan lahan pada saat ini, termasuk jaringan jalan lokal dan handil, dapat dianggap sebagai peta dasar;

7) Berdasarkan peta dasar, termasuk skala/grid yang ada tersebut, dapat digambarkan peta potensi, sebaran gambut, status lahan dan lain-lain dalam kertas tipis/kalkir/plastik yang berbeda. Dengan teknik yang sama, peta dasar juga dapat digunakan untuk membuat peta risiko bencana yang antara lain dapat berupa sebaran banjir, serangan hama, kebakaran hutan, sebaran pasir, pirit, dan lain-lain;

8) Dengan menumpangsusunkan plastik/kalkir peta potensi, sebaran infrastruktur dan resiko dapat dianalisis untuk mendapatkan peta arahan pengembangan;

Lampiran I

155

Page 164: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Contoh Peta Desa Katunjung, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas.

Dalam penyusunan RPJMDes, peta yang hanya menggambarkan pusat permukiman dapat digunakan pada saat pengkajian di tingkat dusun/Blok/RT. Kemudian pada pengkajian di tingkat desa digunakan peta dengan skala yang menggambarkan sampai batas-batas wilayah desa atau perkiraannya.

Secara umum pada teknik pemetaan itulah yang membedakan kajian desa di tingkat dusun/blok/RT dengan tahap berikutnya di tingkat desa. Sementara untuk teknik kajian desa lainnya, seperti analisis kelembagaan,

Lampiran I

156

Page 165: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

penjadwalan harian, kalender musim dan lain-lain tidak banyak perbedaan.

Untuk Kabupaten Kapuas, juga wilayah lain di Luar Pulau Jawa yang sebagian besar wilayah desanya sangat luas, pembuatan peta dengan skala yang berbeda untuk kajian desa dan kajian dusun/blok/RT adalah sangat penting. Jangan sampai terjadi yang dimaksudkan perencanaan desa tetapi wilayah kajiannya hanya di pusat-pusat permukiman.

KALENDER MUSIM

Kalender musim merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengkaji kegiatan kehidupan masyarakat desa dan keadaan yang terjadi secara berulang dalam satu kurun waktu tertentu (musiman). Kalender musim sangat bermanfaat untuk menganalisis hubungan kegiatan masyarakat dengan alam dari waktu ke waktu selama satu tahun.

Teknik ini dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang terfokus pada kegiatan tertentu. Adapun informasi yang dapat dikumpulkan antara lain: pola iklim, pola tanam, biaya usaha tani, tingkat produksi, masalah hama/penyakit tanaman, ketersediaan tenaga kerja, kegiatan sosial, kerawanan kawasan hutan, produksi hasil hutan tertentu, dll.

Tujuan dan Manfaat :

1. Untuk mengetahui pola kehidupan masyarakat dan kegiatannya, permasalahan, serta hal-hal yang penting, yang biasanya berulang dalam satu kurun waktu satu tahun atau siklus tahunan.

2. Untuk mengetahui pola pemanfaatan waktu oleh masyarakat, juga dapat mengetahui kapan hutan rawan kebakaran, kapan masyarakat sangat tergantung pada komoditi hutan tertentu.

3. Informasi kalender musim ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan yang berkaitan dengan kegiatan

Lampiran I

157

Page 166: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

masyarakat pedesaan.

Langkah-Langkah Pembuatan Kalender Musim :

1 Menjelaskan kepada peserta musyawarah perencanaan pembangunan tentang tujuan pembuatan kelender musim dan informasi/masalah yang digali berhubungan dengan kebutuhan dasar dan kesejahteraan;

2 Menempelkan gambar kalender musim yang belum terisi ke papan tulis/dinding;

3 Meminta kepada peserta musyawarah untuk menyepakati simbol/tanda tentang :

• Pembagian musim berdasarkan keadaan sebenarnya di desa. Misalnya : ada 2 musim (kemarau dan hujan), ada 3 musim (hujan, kemarau dan pancaroba), musim angin barat dan angin timur, dan lain-lain.

• Pengisian bulan dimulai dari musim yang telah disepakati. Misalnya musim kemarau dimulai dari bulan Juni sampai dengan Oktober, atau nama-nama bulan yang diketahui masyarakat.;

4 Tulislah/gambarlah hasil kesepakatan tersebut pada kalender musim;5 Meminta kepada peserta musyawarah untuk membahas hal-hal yang

berhubungan dengan masalah, keadaan dan kegiatan, dan kegiatan di desanya;

6 Mencatat dan menuliskan keadaan/kegiatan/masalah tersebut pada potongan kertas 10cmx20cm dengan jelas sehingga mudah dibaca oleh semua orang;

7 Peserta musyawarah diajak untuk memberi ”nilai”. Pada musim-musim apa masalah-masalah, keadaan dan kegiatan tersebut”meningkat atau menurun” keparahan/kegawatannya;

8 Jika gambar kalender musim telah selesai, hasilnya diperiksa kembali bersama. Jika tidak ada perubahan, sepakati bersama;

9 Melakukan ”wawancara” terhadap gambar kalender musim untuk menggali masalah dan potensi;

10 Hasilnya dicatat dan dipindahkan pada formulir Daftar Masalah dan Potensi dari kalender musim;

11 Meminta pendapat kepada peserta sehingga akhirnya dapat disepakati dengan menempelkan kartu-kartu pada formulir yang telah disiapkan;

12 Menempatkan gambar kalender musim dan formulir daftar masalah dan potensi dari kalender musim pada dinding/papan tulis untuk dapat dilihat dan digunakan pada langkah berikutnya.

Lampiran I

158

Page 167: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Contoh Kalender Musim Desa Lamunti Permai :

Dari gambaran kalender musim dapat diketahui kondisi sebagai berikut :

� Musim Kemarau terjadi pada bulan Juni-November. Aktifi tas masyarakat memulai kegiatan penanaman padi, yakni pembersihan lahan, penyemprotan, dan pengolahan tanah dilakukan setelah terlaksananya panen padi pada bulan april. Selain itu, warga sudah bisa memanen buah jeruk, cempedak, kopi dan nenas. Sebagian warga mulai menanam karet. Di musim kemarau ini terjadi pula musim gugur daun karet dan musim kebakaran/asap yang mengganggu kesehatan, namun aktifi tas sosial (hajatan)

Lampiran I

159

Page 168: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

pada musim ini lebih banyak (mei-juni).

� Musim hujan terjadi dari bulan November-Mei. Aktifi tas masyarakat seperti menanam padi berlanjut, penugalan/penanaman, pemupukan, penyiangan, penanaman singkong dan karet, selain itu warga sudah bisa memanen padi dan nenas. Di musim hujan terjadi kenaikan pirit sehinga air menjadi asam (Desember-Februari) dan aktifi tas

sosial masyarakat (hajatan) menurun.

HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Hubungan kelembagaan merupakan informasi mengenai semua lembaga yang berhubungan dengan masyarakat desa, baik yang berada di luar maupun di dalam desa tersebut (misalnya: Puskesmas, Gapoktan, LKMD, dll.). Biasanya masyarakat sungkan menilai lembaga-lembaga yang ada di desa, bila lembaga yang bersangkutan ikut hadir dalam diskusi. Sehingga alat/teknik ini jika digunakan akan cenderung menjadi hal sensitif di desa. Seyogyanya alat/teknik ini digunakan untuk melihat kondisi yang ada dan sebagai usaha perbaikan ke depan. Upayakan agar kondisi sebenarnya muncul dalam diskusi.

Dalam teknik ini digali: manfaat atau peranan lembaga-lembaga yang ada tehadap kehidupan di desa; masalah-masalah yang muncul selama ini; pengalaman masyarakat dalam menangani masalah tersebut; serta harapan-harapan yang dikemukakan. Keterangan mengenai keterkaitan antar lembaga, bukan saja lembaga yang sedang bekerja, tetapi juga lembaga yang pernah ada atau yang akan bekerja di desa tersebut.

Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan dan peranan berbagai lembaga terhadap kehidupan masyarakat di desa.

Lampiran I

160

Page 169: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2. Untuk memahami kegiatan-kegiatan berbagai lembaga tersebut, serta hubungan yang terjadi antar lembaga menurut masyarakat desa.

Langkah-Langkah Pembuatan Bagan Kelembagaan :

1) Mempersiapkan seluruh bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya potongan kertas berbentuk lingkaran yang berbeda ukuran;

2) Menjelaskan kepada peserta musyawarah perencanaan tentang tujuan pembuatan bagan kelembagaan dan langkah-langkah pembuatannya;

3) Tanyakan kepada mereka tentang jenis-jenis lembaga yang berperan di desa. Jawabannya dituliskan pada kartu-kartu/kertas potongan 10cmx20cm dan ditempelkan di papan tulis atau kertas dinding;

4) Membandingkan daftar lembaga dengan sketsa desa. Berikut contohnya :

• pada gambar sketsa desa terlihat potensi pertanian sangat banyak dan ada lembaganya (kelompok tani).

• Pada daftar kelembagaan tidak tercatat kelompok tani. Kesimpulannya : pada bagan kelembagaan yang telah dibuat, perlu dimasukan kelompok tani pada daftar kelembagaan;

5) Meminta peserta musyawarah untuk memilih dan menyepakati : • ukuran lingkaran yang menggambarkan besar kecilnya peranan

(manfaat) lembaga. • Jarak antara lingkaran lembaga dengan masyarakat

menggambarkan sering tidaknya hubungan lembaga-lembaga di desa dengan masyarakat;

6) Menuliskan nama lembaga pada bidang/lingkaran kertas yang telah disepakati sesuai besar kecilnya lingkaran;

7) Membahas ”manfaat” dari masing-masing lembaga yang telah ditulis pada lingkaran kertas untuk menentukan jarak dengan lingkaran/bidang yang menggambarkan masyarakat. Cara menentukannya adalah sebagai berikut :

Lampiran I

161

Page 170: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

• pilih terlebih dahulu 5 lembaga terpenting dalam pembangunan di desa.

• Buatlah perbandingan besar/kecilnya lingkaran. • Untuk menentukan dari 5 lembaga tersebut; mana yang paling

berperan/bermanfaat bagi masyarakat. • Lembaga yang paling besar peranan/manfaatnya itulah bidang

lingkaran yang terbesar. Misalnya :

No Jenis Lembaga Peranan/Manfaat1 PKK Besar Sekali2 LKMD / LPMD Besar3 Pemerintah Desa Sedang4 Kelompok tani Kecil5 Karang Taruna Sangat Sekali

• nama lembaga ditulis pada lingkaran kertas yang telah disepakati sesuai dengan besar kecilnya lingkaran. Contoh :

8) Membahas sering tidaknya hubungan lembaga yang telah ditulis pada lingkaran kertas untuk menciptakan jarak jauh/dekat dengan lingkaran masyarakat;

9) Buatlah gambar bagan kelembagaan :• pilihlah dahulu 5 lembaga terpenting dalam pembangunan.

Lampiran I

162

Page 171: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

• Buatlah garis batas desa (dapat sesuai dengan sketsa desa atau hanya segi empat).

• Pilih diantara 5 lembaga mana yang berada di dalam/di luar desa. • Tempelkan ”lingkaran masyarakat” di dalam batas desa. • Tempelkan pula lingkaran lembaga yang sudah dibandingkan. • Jika 5 lembaga telah tertempel, tahap selanjutnya bahas 5

lembaga lain yang menjadi lembaga penting berikutnya dalam pembangunan (selain 5 lembaga pertama yang telah terpasang/tertempel);

10) Menentukan perbandingan jumlah anggota lembaga, antara pria dan wanita pada masing-masing lingkaran lembaga dengan memberi simbol yang menggambarkan perbandingan jumlah pria dan wanita. Contoh :

11) Mewawancarai informan yang terlibat pada gambar bagan kelembagaan untuk menggali masalah-masalah dan potensinya;

12) Catatlah masalah-masalah dan potensi pada potongan kertas 10x20cm dan tempelkan pada formulir daftar masalah dan potensi dari bagan kelembagaan;

13) Menempatkan gambar bagan kelembagaan dan formulir daftar masalah dan potensi dari bagan kelembagaan pada dinding/papan tulis.

Lampiran I

163

Page 172: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Contoh Bagan Kelembagaan Desa Lamunti Permai:

Keterangan :

� Lingkaran menandakan besar-kecil pengaruh lembaga terhadap masyarakat� Jarak antara lingkaran menadakan jauh-dekat hubungan masyarakat dengan

lembaga.� Potensi, permasalahan, sebab-akibat, solusi/tanggapan dapat dilihat jelas dalam

analisa potensi masalah.

Analisa Kelembagaan Desa

No. Nama Lembaga Kemasyarakatan Anggota Kegiatan/Program

1 BPD Anggota 5 org -

2 PEMDES PJs 7 orang Menyusun perencanaan desa

3 RT / RW Ketua 14 RT, 3 RW Gotong royong

4 Kelompok tani 12 kelompok,25-30 orang perkelompok

Tanaman karet, kedelai, padi,palawija dan ternak

Lampiran I

164

Page 173: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

No. Nama Lembaga Kemasyarakatan Anggota Kegiatan/Program

5 Gapoktan Ketua Pak Rabun Susilo, anggota seluruh kelompok tani

Tanaman kedelai, bantuan ternak sapi, tanaman nilam

6 Pengajian Ibu 40 org, bapak 40 org Arisan , siraman rohani

7 PKK Pengurus 5 orang, anggota 30 orang

Posyandu, pengajian, pendidikan P4, koperasi.

8 Posyandu Pengurus 5 orang,40 orang, dibantu bidan desa

Penimbangan,imunisasi, pemberian PMT, pelayanan pengaobatan

9 P3A Ketua Pak Bachtiar, anggota 18 org

-

10 TK Pengajar 3 orang Pendidikan anak pra sekolah

11 SD Pengajar 6 orang Pendidikan dasar anak 6 tahun

12 SMP Pengajar 10 orang Pendidikan lanjutan pertama 3 tahun

13 SMK Pertanian Pengajar 10 orang Pendididikan kejuruan atas 3 tahun

14 Karang Taruna Anggota 50 orang Olahraga, gotong royong dan ketrampilan, usaha tenda bantuan

15 TPK Anggota 20 orang -

16 Pustu 1 org bidan desa Pelayan an kesehatan

17 BPP Dinas pertanian,mantri tani

Pembinaan kel. Tani

18 PPL pertanian/peternakan

Dinas pertanian Pembinaan kel. Tani

19 LKMD Ketua Pak Yappi, anggota 7 orang

-

20 Paguyuban 1 kelompok, Pimpinan Pak Rabun Susilo

Kelompok kuda lumping

21 Lembaga Adat Pengurus, damang, anggota

-

22 Remaja Masjid 1 kelompok Keagamaan

23 Remaja Gereja 1 kelompok Keagamaan

24 Puskesmas Pengelola, mantri kesehatan

Pelayanan kesehatan

25 PLN Pengelola Pembayaran listrik, penerangan jalan

Lampiran I

165

Page 174: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

� Informan yang terlibat dalam penggalian data 11 orang laki-laki dan 5 orang perempuan (tgl 30 juli 2008)

SEJARAH DESA

Pengertian sejarah desa bukan sejarah formal, melainkan hanya keterangan dan informasi yang dikumpulkan lewat ingatan masyarakat desa studi. Informasi ini sangat penting untuk melihat usaha pengembangan masyarakat serta untuk melihat latar belakang kehidupan masyarakat desa tertentu dan arah pengembangannya.

Teknik ini khusus dirancang untuk mengumpulkan informasi, apa yang terjadi pada masyarakat pada lokasi tertentu.

Masyarakat diharapkan dapat memaparkan kembali kejadian-kejadian penting yang pernah mereka alami di masa lampau.

Peristiwa-peristiwa tersebut disusun secara berurutan waktunya (kronologis)

Tujuan dan Manfaat :

1. Untuk mengetahui hal-hal penting yang telah terjadi pada masyarakat di waktu yang telah lalu, dan diharapkan kita dapat memanfaatkan pengalaman dari sejarah tersebut, jangan sampai mengulang kesalahan yang sama di masa mendatang.

2. Dengan adanya profi l sejarah dapat dipahami latar belakang kondisi masyarakat saat ini, dapat mengetahui perubahan di suatu lokasi, bagaimana masyarakat memecahkan masalah, perkembangan teknologi pertanian, dll

Lampiran I

166

Page 175: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Langkah-langkah :

1. Sebelum mulai memfasilitasi, usahakan orang-orang tua lebih banyak dihadirkan

2. Jelaskan proses dan tujuan kegiatan, berilah contoh sederhana.

3. Mintalah masyarakat untuk membentuk kelompok diskusi, dan persiapkan alat-alat diskusi seperti kertas, alat tulis dll.

4. Mulailah diskusi dengan mengutarakan pertanyaan-pertanyaan ringan, misalnya tentang kejadian yang belum lama terjadi, kemudian kembangkan diskusi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah.

5. Dari berbagai peristiwa yang dikemukakan peserta, pilih beberapa topik atau peristiwa yang dianggap penting kemudian dikusikan secara lebih mendalam.

6. Mintalah tanggapan peserta mengenai peristiwa-peristiwa tersebut (terutama peristiwa yang sering terulang). Catatlah masalah-masalah dan upaya masyarakat dalam menanggulangi masalah tersebut.

7. Susunlah peristiwa-peristiwa tersebut secara berurutan (kronologis) waktunya.

Contoh Sejarah Desa Lamunti Permai

Lampiran I

167

Page 176: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

TAHUN PERISTIWA

1997 - Warga Transmigrasi yang terdiri dari Trans Umum dan Trans Lokal. yang berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Trans Lokal orang kampung asli mulai memasuki UPT lamunti A1.

- Jumlah KK yang mulai menepati UPT A1 lamunti sebanyak 550 KK (300 KK trans lokal, 250 KK trans daerah asal)

- Lahan usaha dan lahan pekarangan siap tanam, rumah siap untuk dihuni dan jaminan hidup dari pemerintah melalui Deptran selama 18 bulan. Alat–alat pertanian diberikaan cuma-cuma.

- Keadaan air tawar dan layak untuk dikonsumsi oleh warga.- Kunjungan kerja Presiden RI Soeharto untuk menyerahkan sertifi kat

tanah milik warga transmigrasi secara simbolis dan melihat secara langsung kondisi PLG 1 Juta Ha.

- Listrik masuk desa. Pertama tenaga surya dan yang kedua PLTD- Pembangunan SD Negeri Lamunti A1- Pengangkatan Kepala Desa Lamunti A1 atas nama Pa. A.Pollo- Penetapan nama Desa Lamunti Permai-A1 oleh camat Mantangai

bapak Darwin S. Lanjar, BA- Penanaman padi yang dilakukan oleh 7 Menteri era Soharto di kawasan

PLG 1 Juta Ha di UPT Lamunti A1, dan menginstruksikan pembuatan KTP nasional secara gratis untuk seluruh warga transmigrasi

- Ditetapkannya hari jadi Lamunti Permai untuk trans lokal yang masuk tanggal 31 desember 1996 dan trans daerah asal yang masuk tanggal 17 februari 1997.

1998 - Panen raya padi di kawasan UPT Lamunti A1- Pemilihan Kepala desa yang pertama dan terpilih Bapak Rudi Antunius- Kemarau panjang selama 8 bulan, kabut asap berasal dari luar

sehingga mengakibatkan penyakit batuk dan sesak napas- Terjadi pemindahan tempat pemakaman umum warga lamunti A1- ABRI Masuk Desa, melakukan penanaman padi dan bibit kelapa

bersama dengan masyarakat- Pembangunan SMP 4 Mantangai di UPT Lamunti A1- Terjadi serangan hama tikus- PT. CESKO salah satu perusahaan dari Korea, masuk untuk

mempromosikan obat-obatan pembasmi tikus- Pembasmian hama tikus oleh warga masyarakat UPT Lamunti A1.

Dijual ke KUPT dan dijual lagi ke PT. CESKO.- Kantor WIKA terbakar- Ada larangan yang melarang warga untuk menanam tanaman keras di

lahan usaha masyarakat. Diharuskan menanam jenis tanaman pangan.- Salah satu warga Pa. Muno mencoba menanam pohon karet dicabut

oleh masyarakat lingkungan yang mendapat perintah langsung dari KUPT Pa. Rifa’i karena mengundang nyamuk dan babi.

- Pelatihan petani, pertanian dan nelayan yang diikuti oleh warga desa sebanyak 30 orang.

- Banjir setinggi mata kaki karena tanggul sekunder tertutup, yang akhirnya dibongkar oleh masyarakat.

Lampiran I

168

Page 177: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

TAHUN PERISTIWA

1999 - Terjadi kemarau panjang selama 10 bulan, mengakibatkan terjadinya kebakaran lahan, rumah penduduk, kabut asap.

- Terjadi penyakit batuk dan sesak napas pada anak-anak, orang tua.- Terjadi hujan es- Lahan usaha masyarakat tergenangnya. Banyak tanaman kedelai warga

mati. Maka, terjadilah pembongkaran pintu air atau DAM oleh warga - Air asam atau pirit naik akibat pendalaman saluran tersier, kerusakan

lingkungan, banyak tanaman mati, kesulitan air bersih, warga mengkonsumsi air hujan.

- Gagal panen padi akibat serangan hama tikus.- Warga mendapatkan bantuan bibit ikan nila dan patin- Pelatihan kepemerintahan desa.

2000 - Dibangun jembatan penyeberangan menuju lahan usaha masyarakat

2001 - Imbas kerusuhan antar etnis, banyak warga tertentu mengungsi dan langsung pindah meninggalkan lahan dan lahan dijual

- Rumah etnis tertentu terbakar- Gagal panen akibat puso, sebagian warga mulai mencari pekerjaan di

luar daerah- Kesulitan air bersih yang menjadi konsumsi warga

2002 - Bantuan sumur bor dari pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih. Yang pertama dan dibangun di samping sekolah SD. Namun kwalitas air belum layak dikonsumsi oleh warga dan sumur bor belum merata

- Musim kemarau selama 4 bulan- Gagalnya panen padi warga

2003 - Panen raya jagung yang pertama dengan hasil 5 ton per Ha dengan luas tanam 100 Ha.

- Panen ubi jalar- Pemasangan SIPAS tetapi tidak berfungsi akibat ditinggalkan oleh

pengelolanya, berdampak tower dan alat-alat sipas rusak/hilang.- Bantuan kambing dari Dinas Peternakan sebanyak 37 ekor.

2004 - Penyiringan jalan desa pada jalan Kapuas blok A,B,C,D sekaligus ditimbun dengan tanah sirtu.

- Rehabilitasi pintu air pada gorong-gorong, parit cacing oleh PT.AGRABUDI namun kurang bermanfaat karena kayunya banyak yang hilang

- Musim kemarau- Hasil panen padi sedikit- Bantuan kambing dari Dinas Peternakan sebanyak 40 ekor.- Kepala Desa Lamunti Permai mengundurkan diri.

Lampiran I

169

Page 178: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

TAHUN PERISTIWA

2005 - Terjadi gagal panen jagung di setiap kelompok tani- Pengerasan jalan lintas dengan tanah merah oleh dinas PU- Pembangunan gedung SMK Pertanian Mantangai di UPT lamunti A1- Pembuatan gedung dan tempat penjemuran jagung oleh Dinas

Pertanian Kapuas - Bantuan kambing PE dari Dinas Peternakan sebanyak 5 ekor.

2006 - Rehabilitasi jembatan menuju pemakaman- Pemilihan Kepala Desa ke-2, yang terpilih Bapak Supratman

2007 - Jembatan WIKA dibongkar- Pembangunan Postu Blok D- Pengerasan Jalan Lintas dengan tanah sirtu- Kelompok tani peternakan mendapat bantuan sapi sebanyak 60 ekor- Bantuan sumur bor layak konsumsi sebanyak 2 unit

KECENDERUNGAN PERUBAHAN

Masyarakat dan kondisi wilayah perdesaan akan selalu berubah. Perubahan tersebut berasal dari dalam desa itu sendiri dan dari luar desa. Perubahan dari luar desa semakin besar karena semakin lancarnya arus komunikasi dan transportasi.

Teknik ini sering digunakan untuk menggali informasi mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya, terutama yang menyangkut kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya alam.

Teknik ini juga dipakai untuk bersama dengan masyarakat memahami kecenderungan yang terjadi dan memperkirakan hasil atau akibatnya di kemudian hari.

Jenis-jenis informasi pengelolaan sumber daya alam yang sering dikumpulkan melalui teknik ini, antara lain :

� perubahan dalam pemanfaatan sumber daya alam, seperti tempat-tempat untuk mengambil hasil hutan, permukiman, beternak dll.

� perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat,

Lampiran I

170

Page 179: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

misalnya jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat kesejahteraan masyarakat dll.

� Letak-letak dan kondisi sumber daya, misalnya mata air, aliran sungai, kawasan hutan.

� Kondisi keanekaragaman hayati

Tujuan dan Manfaat :

1. Memberikan gambaran yang jelas mengenai kecenderungan dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan kondisi sumber daya alam dari waktu kewaktu.

2. Memperkirakan keadaan yang mungkin terjadi di masa-masa mendatang akibat adanya perubahan-perubahan tersebut

3. Memberikan masukan kepada perencana/pelaksana program untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada dan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.

4. Sangat membantu untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling selama ini, dan menemukan cara-cara untuk mencegah akibat adanya perubahan yang buruk.

Langkah-langkah :

1) Jelaskan kepada peserta diskusi mengenai tujuan, manfaat dan hasil yang diharapkan dari penerapan teknik ini;

2) Siapkan bahan dan alat-alat tulis, bahan-bahan lainnya yang tersedia di masyarakat yang dapat dijadikan simbol-simbol;

3) Tentukan tugas setiap anggota tim selama pelaksanaan dan sepakati rentang waktu yang akan di bahas, tentukan awal waktunya;

4) Tentukan simbol kuantitas (banyak sekali, banyak, sedikit, sedikit sekali), selain topik dari waktu ke waktu;

5) Kembangkan setiap topik masalah bersama masyarakat dalam suatu

Lampiran I

171

Page 180: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

diskusi dan analisa;6) Catat seluruh proses dan hasilnya, tampilkan kembali kepada

masyarakat oleh salah seorang anggota masyarakat untuk menjelaskan kembali;

7) Penulisan hasil dapat menggunakan tabel atau gambar sederhana yang dapat dimengerti bersama.

Contoh Bagan Kecendrungan Perubahan Desa Lamunti Permai

Lampiran I

172

Page 181: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Analisa Sebab-akibat

NoSebab

AkibatPeningkatan Penurunan

1 - Keasaman air- Transportasi

darat

- Transportasi air- Hasil pertanian &

palawija- Bantuan Pemerintah- Pembangunan

sarana & prasarana - Kondisi keamanan

Jumlah penduduk mengalami penurunan

2 - Keasaman air- Kebakaran lahan

- Jumlah penduduk yang menggarap lahan

Kesuburan tanah mengalami penurunan

3 - Transportasi darat

- Kondisi keamanan Berkurangnya sarana dan prasarana

4 - Bantuan pemerintah

- Besarnya jumlah penduduk

- Tidak ada transportasi darat yang mendukung

Rendahnya aktivitas lembaga kemasyarakatan

ANALISA JENDER

Analisa jender dapat menggambarkan peran, kedudukan dan tugas utama laki-laki dan perempuan yang diterapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan/kebiasaan masyarakat.

Aspek-aspek kajian jender meliputi 5 aspek, yaitu :

1. Pembagian kerja perempuan dan laki-laki;2. Gambaran waktu kerja produktif dan domestik masing-masing anggota

keluarga;3. Peluang dan penguasaan perempuan dan laki-laki terhadap sumber

daya;

Lampiran I

173

Page 182: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

4. Partisipasi perempuan dan laki-laki dalam lembaga formal dan non formal;

5. Pola pengambilan keputusan di dalam keluarga.

Tujuan:

� Mengetahui pembagian kerja dalam suatu rumah tangga (laki-laki dan perempuan) rata-rata dalam sehari.

� Mengetahui pembagian waktu untuk kerja produktif (memberikan penghasilan) dan domestik oleh masing-masing anggota keluarga dalam sehari.

Tujuan jangka pendek atau tujuan praktis analisa jender adalah untuk:

o penyadaran masyarakat tentang keadaan mereka didalam berbagai aspek kehidupan, termasuk yang menyangkut perbedaan keadaan dan kedudukan laki-laki dan perempuan

o pengembangan program berdasarkan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat

Tujuan jangka panjang analisa jender adalah untuk mengetahui perubahan keadaan masyarakat (perubahan sosial) melalui peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, yang disertai dengan penguatan kelompok perempuan sehingga ketimpangan jender bisa dikurangi atau dihilangkan. Artinya, pemberdayaan masyarakat pada umumnya dengan memperhatikan pemberdayaan kelompok wanita secara khusus.

Langkah-langkah :

Semua teknik yang ada dicari analisa jendernya. Langkah-langkah pelaksanaannya seperti pada teknik yang digunakan, hanya saja analisa jender dicari pada setiap topik atau kriteria yang dibahas.

Lampiran I

174

Page 183: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1) Bagikan contoh-contoh alat bantu analisa jender dan jelaskan cara mengisinya. Alat-alat bantu tersebut antara lain :a. Profi l pembagian peran laki-laki dan perempuanb. Jadwal kegiatan harianc. Kalender musim/kegiatan tahunand. Profi l pengambilan keputusane. Bagan sederhana keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam

kegiatan kemasyarakatan/lembaga-lembaga yang adaf. Profi l akses dan kontrol terhadap sumber daya;

2) Untuk menggali profi l pembagian peran antara perempuan dan laki-laki, maka ajaklah peserta untuk mengunjungi beberapa keluarga dan mengadakan wawancara kepada perempuan maupun laki-laki;

3) Untuk membandingkan kebenaran data-data tersebut dapat juga dilengkapi dengan pengamatan dan wawancara kepada tokoh masyarakat. Dalam pengumpulan data tentang profi l jender ini lebih baik bila digunakan teknik-teknik lain, seperti: diskusi kelompok terarah (FGD), PRA (Participatory Rural Appraisal) dan lain-lain.

Setelah data-data tentang profi l pembagian peran diperoleh maka masukkan dalam tabel analisa seperti contoh sebagai berikut:

Contoh Pembagian Peran Keluarga Di Desa Lamunti Permai

Uraian Kegiatan Keluarga selama Sehari (24 Jam)

No Waktu Pelaku Uraian Kegiatan

1 04.30-07.30 Laki-laiki (Bapak)

Sholat, bersiap-siap untuk ke lahan seperti mengasah parang, memompa sepeda, mengganti baju telasan untuk ke lahan, setelah itu sarapan pagi lalu berangkat ke lahan.

04.00-06.00 Perempuan (Ibu)

Bangun tidur langsung menyalakan api, sholat, memasak, bersih-bersih rumah, menyapu halaman, menyuci piring, menyuci baju lalu mandi.

Lampiran I

175

Page 184: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

No Waktu Pelaku Uraian Kegiatan

2 07.30-11.00 Laki-laki Menyangkul, menyiapkan tempat untuk menanam sayur, menebas jalur karet, menyemprot membasmi hama. Setelah selesai terus pulang, sampai di rumah; mandi terus sholat, lalu makan siang, habis itu langsung istirahat.

06.00-11.00 Perempuan Pergi ke lahan, menyiang tanaman jagung, kacang, terong, cabe, tomat dan ada sebagian ibu menanam rumput untuk makanan sapi atau kambing, mencari rumput untuk makan sapi atau kambing, dan ada sebagian pula ibu yang berjualan atau berdagang. Pulang dari bekerja langsung meneruskan pekerjaan rumah yang tertunda serta menyiapkan makan siang, terus mandi dan sholat.

3 11.00-12.00 Laki-laki Istirahat tidur siang, sholat

Perempuan Istirahat tidur siang, sholat

4 12.00-18.00 Laki-laki Kegiatan mencari rumput, sambil mencari kayu, lalu memberi makan kambing dan sapi, memasukan ayam ke dalam kandang.

Perempuan Memasak untuk menyiapkan makan malam, mencari sayuran seperti pakis, daun singkong,tempe, tahu dan lain-lain

5 18.00-19.00 Laki-laki Mengerjakan sholat, santai tidak ada pekerjaan

Perempuan Meneruskan pekerjaan sambil bersih-bersih, Nonton TV bersama keluarga

6 19.00-22.00 Laki-laki Mengerjakan sholat, makan malam. Sehabis makan malam duduk santai sambil merokok

19.00-23.00 Perempuan Sholat, menyiapkan makan malam, makan malam bersama keluarga. Sehabis makan malam merapikan dan menyuci piring, Nonton TV, sambil bercerita bersama keluarga

7 22.00-04.30 Laki-laki Tidur Malam

23.00-04.00 Perempuan Tidur Malam

Informan yang terlibat dalam penggalian data: 3 orang laki-laki dan 7 orang perempuan

(tanggal 23 juli 2008).

Akses Dan Kontrol Terhadap Sumber Daya

Lampiran I

176

Page 185: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Untuk melihat siapa yang memiliki peluang dan kontrol terhadap sumber daya yang ada, maka ajak para peserta untuk mewawancarai informan laki-laki dan perempuan tentang peluang dan penguasaan sumber daya/kekayaan yang dimiliki tersebut.

1) Jelaskan kepada peserta tentang cara mengisi profi l akses dan kontrol. Pertama, tanyakan kepada informan tentang kekayaan yang dimiliki dan juga sumber daya umum yang ada. Tanyakan siapa saja yang memiliki peluang untuk memanfaatkan kekayaan itu dan siapa yang mempunyai hak untuk mengontrol atau menguasainya.

2) Selanjutnya tanyakan tentang seberapa besar peluang dan kontrol yang dimiliki laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya tersebut. Untuk mengisinya dapat menggunakan tanda : 0 (bila tidak ada), T = tinggi (bila peluang/kontrol yang dimiliki tinggi), S (bila peluang/kontrol yang dimiliki sedang) dan R = rendah (bila peluang & kontrol yang dimiliki rendah), sesuai dengan jawaban informan.

Contoh penerapan

Lampiran I

177

Page 186: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Tabel profi l akses dan kontrol terhadap sumber daya:

Sumber Daya Yang AdaPeluang Kontrol

Laki-laki Perempuan Laki-

laki Perempuan

Sumber Daya Fisik :

Tanah T T T O

Hutan T R T O

Batu/Pasir T R T O

Rumah T S T R

Alat-alat kerja T T T T

Babi T S T R

Uang T S T S

Sumber Daya Non Fisik :

Pendidikan di sekolah T R T O

Latihan/kursus T R T R

Pertemuan T R T O

Informasi T R T R

Pelayanan Kesehatan T S T R

Jasa kredit T O T O

Pasar T T T S

Memimpin T O T O

Lembaga/organisasi yang ada T R T O

Penilaian Profi l Peran Jender

Untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang kondisi jender, maka ajaklah peserta untuk menilai atau mengadakan evaluasi terhadap profi l-profi l peran jender yang telah diperoleh.

Penilaian ini dimaksudkan untuk mencari kekurangan/ketidakseimbangan

Lampiran I

178

Page 187: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

yang ada, yang perlu diubah atau dikembangkan melalui kegiatan pengembangan masyarakat. Untuk mengadakan penilaian terhadap profi l peran jender dapat digunakan format sebagai berikut:

PROFIL PERAN JENDER PEREMPUAN LAKI-LAKI KEKURANGAN

(ketidakadilan)

Pembagian Kerja i perempuan melakukan pekerjaan reproduktif, produktif (mengurus rumah tanggan & mencari pangan)

ii pekerjaan perempuan dilakukan setiap hari sepanjang musim

iii sedikit terlibat dalam bidang kemasyarakatan

i pekerjaan laki-laki dibidang produktif hanya terbatas menyiapkan kebun baru

ii pekerjaan laki-laki tersebut bersifat musiman

iii pekerjaan laki-laki lebih banyak bersifat kemasyarakatan

i beban kerja perempuan lebih berat dibanding dengan laki-laki

ii perempuan tidak memiliki waktu istirahat

iii laki-laki banyak waktu luang yang belum teris

Keterlibatan dalam lembaga-lembaga formal & informal

keterlibatan perempuan dalam lembaga lebih banyak pada gereja sebagai bagian dari anggota jemaat, dalam posyandu berkaitan dengan reproduktifnya. Sedangkan keterlibatan dalam lembaga formal hampir tidak ada

Laki-laki memiliki keterlibatan lebih tinggi pada kegiatan lembaga yang ada seperti gereja, desa, LMD/LKMD, kelompok tani, lembaga adat, koperasi dan lain-lain

iv keterlibatan perempuan dalam lembaga-lembaga lebih rendah, karena selain kurang mendapat kesempatan dari suami, juga karena tidak mempunyai waktu

v keterlibatan laki-laki lebih tinggi karena hal-hal ini sering dikaitkan dengan anggapan sebagai dunia laki-laki

Lampiran I

179

Page 188: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

PROFIL PERAN JENDER PEREMPUAN LAKI-LAKI KEKURANGAN

(ketidakadilan)

Akses & kontrol terhadap kekayaan

akses dan kontrol perempuan terhadap kekayaan yang ada lebih banyak pada hal yang berhubungan dengan pangan dan alat kerja, untuk kekayaan yang lain perempuan hanya punya peluang untuk menggunakan saja tanpa hak kontrol

Laki-laki memilih hak untuk menggunakan dan menguasai/mengontrol semua sumber daya atau kekayaan yang dimiliki

akses dan kontrol perempuan terhadap sumber daya yang ada lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Hal ini berkaitan dengan struktur kekerabatan patrilineal, semua berpusat pada laki-laki.

Pola pengambilan keputusan

iv dalam pengambilan keputusan dalam keperluan keluarga, perempuan lebih banyak hanya diberitahu oleh laki-laki, yang menentukan terakhir adalah laki-laki

- pengambilan keputusan dalam kehidupan masyarakat perempuan tidak terlibat

laki-laki memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan terakhir (menentukan) baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat

vi dalam pengambilan keputusan, laki-laki dominan (haknya lebih besar)

Lampiran I

180

Page 189: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Page 190: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran II

182

MODUL REMBUG DESA

Latar Belakang

Kegiatan rembug desa (lokakarya desa) adalah tindak lanjut dari pelaksanaan pengkajian desa yang telah dilakukan oleh perwakilan Lembaga Kemasyarakatan (LK) sebagai tim Pengkajian Potensi dan Masalah Desa (PPMDes). Perwakilan LK ini adalah kader desa yang dilatih untuk jadi Pemandu (Fasilitator) yang memfasilitasi proses mulai dari PRA, rembug desa sampai Musrenbang.

Adapun alat pengkajian yang digunakan adalah alat PRA yang disarankan Permendagri No 66/2007, yaitu: sketsa desa, kalender musim dan bagan kelembagaan. Serta beberapa alat PRA tambahan, yaitu: sejarah desa, mata pencaharian, analisis jender, analisa usaha tani, wealth rangking (tingkat kesejahteraan), matriks rangking, dan transek. Kegiatan pengkajian dilakukan mulai dari tingkat dusun/blok/RT.

Kegiatan Rembug Desa ini merupakan persiapan penyusunan RPJMDes, terdiri dari beberapa tahapan (sesi). Diawali oleh pembukaaan, kemudian sesi verifi kasi hasil pengkajian desa, pengelompokan peringkat (skoring), dilanjutkan sesi penentuan visi misi desa dan diakhiri sesi tim drafting untuk penyusunan draft RPJMDes

Tujuan

1. Melakukan sosialisasi hasil kegiatan pengkajian desa2. Mendapatkan tanggapan (cross-check) dari masyarakat desa untuk hasil

pengkajian desa yang telah dilaksanakan oleh LK 3. Memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang kondisi desa saat

ini4. Melakukakan pengelompokan, pemeringkatan (skoring) dan solusi

Page 191: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran II

183

terhadap masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian desa5. Merumuskan visi dan misi pembangunan desa untuk 5 tahun ke depan6. Pembentukan Pokja (tim drafting) untuk penyusunan RPJMDes

Keluaran

1. Masyarakat memahami kondisi desa mereka saat ini (masalah dan potensi yang mereka miliki)

2. Adanya pengelompokan, pemeringkatan dan solusi dari masalah hasil pengkajian

3. Adanya draf laporan pengkajian desa4. Adanya visi dan misi pembangunan desa untuk 5 tahun ke depan5. Adanya Pokja untuk penyusunan RPJMDes

Metodologi

1. Pemaparan hasil pengkajian desa 2. Tanya jawab3. Diskusi kelompok

Partisipan

1. Delegasi dusun/ RT/RW/blok2. Tokoh agama, tokoh adat dan unsur perempuan3. Unsur pemuda 4. Organisasi kemasyarakatan desa 5. Pengusaha, kelompok tani/nelayan,6. Pelaku pendidikan (Kasek, Komite, Guru)7. Unsur KK miskin8. Bidan Desa

Pemandu (Fasilitator )

1. Lembaga Kemasyarakatan (LK) yang dilatih sebagai kader desa

Page 192: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2. Pemerintahan Desa3. Community Facilitator/Fasilitator Lapangan

Tahapan dalam Pelaksanaan

I. Pembukaan

Materi:

• Sambutan dari pemerintahan desa setempat sekaligus membuka kegiatan lokakarya desa

• Doa• Latar belakang dan tujuan dilaksanakannya rembug desa/lokakarya

desaWaktu 45 menit

Metode Pemaparan dan Diskusi

Alat dan Bahan Spidol, plano kosong (fl ipchart), plano/hand-out tujuan dan hasil yang diharapkan

Keluaran Peserta lokakarya memahami alur proses rembug desa

Langkah-langkah :

1. Sampaikan salam dan perkenalkan diri anda.2. Fasilitator (pemandu) menjelaskan tentang latar belakang dan

tujuan, serta hasil yang akan dicapai dari rembug desa ini. Tampilkan plano/hand-out latar belakang dan tujuan yang sudah disiapkan.

3. Buka sesi untuk pertanyaan kepada partisipan. Upayakan semua partisipan aktif bertanya dan mengungkapkan pendapat sampai batas waktu yang disepakati.

4. Tutup sesi ini dengan ucapan terima kasih

II. Penyampaian Hasil Pengkajian Desa

Waktu 90 menit

Metode Pemaparan dan diskusi kelompok

Lampiran II

184

Page 193: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Alat dan Bahan Spidol, plano kosong (fl ipchart) dan plano/hand-out alur proses, hasil pengkajian desa,

Keluaran Adanya verifi kasi hasil pengkajian desa

Catatan Persiapan :

Sebelum kegiatan dilaksanakan sebaiknya semua plano hasil pengkajian desa dengan alat PRA ditempelkan di dinding ruang pertemuan (balai desa, sekolah, dll) agar masyarakat bisa melihat hasil pengkajian desa sebelumnya.

Langkah-langkah :

1. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan bagaimana proses pengkajian desa yang telah dilakukan. Tampilkan plano/hand-out alur proses pengkajian desa dan perencanaan pembangunan desa.

2. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan 5 modal dasar yang dimiliki desa saat ini , yaitu: sumber daya manusia, sumber daya alam, sosial, infrasturktur yang dimiliki desa, dan keuangan

3. Pemandu (Fasilitator) meminta semua peserta rembug desa untuk melihat semua hasil pengkajian desa dengan alat PRA yang telah ditempel di dinding, peserta bisa dibagi dalam kelompok diskusi.

4. Pemandu (Fasilitator) meminta peserta untuk mengoreksi hasil pengkajian desa satu persatu. Upayakan peserta aktif dan bisa mengkritisi apakah ada yang mau diklarifi kasi dari hasil pengkajian desa.

5. Setelah semua informasi terkumpul, tutup sesi ini dengan mengucapkan terima kasih

III. Pengelompokan, Skoring Masalah dan Solusi

Waktu 90 menit

Metode Pemaparan dan diskusi kelompok

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan untuk kartu-kartu masalah

Lampiran II

185

Page 194: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Keluaran Pengelompokan masalah, skoring dan solusi

Catatan Persiapan:

Sebelum kegiatan dilakukan sebaiknya sudah disiapkan metaplan yang telah dituliskan masalah-masalah dari hasil pengkajian. Penggunaan metaplan ini supaya memudahkan pada saat pengelompokan masalah.

Langkah-langkah :

1. Pemandu (Fasilitator) menampilkan seluruh masalah dan potensi, kemudian menanyakan apakah ada tambahan masalah atau pengurangan karena ada metaplan yang isinya bukan masalah yang ada di desa

2. Pemandu (Fasilitator) mengajak peserta rembug desa untuk mengelompokkan seluruh masalah yang ada. Masalah dibedakan menjadi 2, yaitu masalah desa dan masalah yang bukan menjadi kewenangan desa (supradesa).

3. Pemandu (Fasilitator) mengajak peserta untuk mengelompokkan masalah yang terdiri atas 3 sektor, yaitu : pengembangan wilayah/infrastruktur, bidang ekonomi dan sosial budaya.

4. Pemandu (Fasiliator) mengajak peserta untuk membuat skoring masalah-masalah yang ada berdasarkan 3 sektor, yaitu: pengembangan wilayah/infrastruktur, peningkatan ekonomi dan sosial budaya.

5. Sepakati terlebih dahulu kriteria yang digunakan untuk membuat skoring. Tampilkan plano/hand-out kriteria skoring dan nilai.

6. Peserta dibagi dalam 3 kelompok diskusi yang dibagi sesuai sektor (bidang-bidang yang dibahas). Setiap kelompok mendiskusikan skoring masalah.

7. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan oleh masing-masing kelompok

Lampiran II

186

Page 195: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

8. Beri kesempatan kepada semua peserta untuk memberi tanggapan atas hasil pemaparan masing-masing kelompok

9. Pemandu (Fasilitator) meminta peserta kembali masuk dalam kelompok untuk mendiskusikan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan sebagai solusi untuk memecahkan masalah tiap sektor.

10. Setiap kelompok diskusi memaparkan hasil diskusinya. Kegiatan-kegiatan tiap sektor tetap diurutkan berdasarkan skoring masalah.

11. Beri kesempatan kepada peserta (dari kelompok lain) untuk memberikan tanggapan terhadap kegiatan-kegiatan yang dipresentasikan tiap kelompok.

12. Jika sudah tidak ada pertanyaan/masukan lagi. Sepakati bahwa kegiatan-kegiatan yang sudah dipresentasikan tersebut akan dijadikan bahan baku untuk penyusunan Program dan Kegiatan Indikatif 5 tahun (misalnya tahun 2009 -2014).

IV. Penentuan Visi dan Misi Desa

a. Visi Desa

Waktu 45 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, plano (fl ipchart), lakban dan metaplan

Keluaran Adanya Visi Desa

Catatan Persiapan:

Sebelum sesi ini dilakukan sebaiknya sudah disiapkan plano berisi pengertian visi. „Visi adalah suatu gambaran menantang tentang masa depan yang berisikan cita–cita yang ingin diwujudkan oleh sebuah lembaga/kelompok/institusi desa“

Langkah-langkah :

Lampiran II

187

Page 196: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan pengertian visi dan penentuan visi yang baik. Tampilkan plano/hand-out tentang pengertian visi.

2. Ajaklah peserta mengingat kembali tentang sejarah desa dan hasil pengelompokan masalah dan potensi

3. Bagikan metaplan kepada peserta. Masing-masing peserta mendapat satu metaplan. Pada tahap ini bisa juga dilakukan dengan cara meminta kepada masing-masing peserta untuk menyampaikan aspirasinya (tanpa menulis), kemudian hasil aspirasi tersebut ditulis di kertas plano.

4. Ajaklah peserta menuliskan paling banyak 3-4 buah kata yang merupakan cita-cita masa depan desa pada metaplan. Cita-cita masa depan desa ini dianggap sebagai visi individu.

5. Tempelkan semua metaplan yang merupakan visi individu pada tempat yang mudah dilihat seluruh peserta

6. Susun dan kelompokanlah visi individu tersebut sehingga menjadi visi bersama yang disepakati menjadi ”draft Visi Desa” yang akan dibawa ke musrenbangdes.

b. Misi Desa. Waktu 45 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, plano (fl ipchart), lakban dan metaplanKeluaran Adanya Misi Desa

Catatan Persiapan:

Sebelum sesi ini dilakukan sebaiknya sudah disiapkan plano berisi pengertian misi. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh institusi/ organisasi agar visi atau tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Misi merupakan penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan dan disepakati.

Lampiran II

188

Page 197: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Langkah-langkah :

1. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan pengertian misi dan penentuan misi yang baik. Tampilkan plano/hand-out pengertian misi yang telah disiapkan.

2. Ajak peserta untuk melihat kembali visi yang telah dibuat3. Ingatkan peserta, bahwa misi adalah kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai cita-cita atau visi4. Bagikan beberapa metaplan kepada peserta untuk menuliskan

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita atau visi. Untuk sementara metaplan-metaplan ini dianggap sebagai misi individu.

5. Tempelkan semua metaplan berisi misi-misi individu tersebut sehingga dapat dilihat oleh peserta

6. Kemudian susun dan kelompokanlah misi-misi individu yang serupa sehingga menjadi beberapa kelompok misi bersama yang akan disepakati menjadi ”Draft Misi Desa” yang akan dibawa ke musrenbangdes.

7. Beri kesempatan kepada peserta untuk memberi tanggapan atas misi desa yang sudah tersusun.

Lampiran II

189

Page 198: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

V. Penentuan Tim Drafting

Waktu 45 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, palno kosong (fl ipchart), plano/hand-out tugas pokja, lakban dan metaplan

Keluaran Terbentuknya tim drafting atau pokja untuk menyusun draft RPJMDes

Langkah-langkah :

1. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan pengertian dan tugas dari tim drafting. Tampilkan plano/hand-out pengertian dan tugas tim drafting yang akan menyusun draft perencanaan desa selama 5 tahun (RPJMDes).

2. Bagikan metaplan kepada peserta untuk menuliskan nama anggota tim drafting yang diusulkan, satu metaplan satu usulan nama.

3. Bisa juga tanpa metaplan, dengan mendiskusikan secara terbuka usulan anggota tim drafting

4. Kumpulkan metaplan yang sudah ditulis usulan nama, dan tempelkan semua metaplan sehingga dapat dilihat oleh peserta

5. Seleksi bersama nama-nama yang diusulkan, dan sepakati siapa-siapa saja yang layak menjadi anggota tim drafting yang dinilai mampu menyusun draft RPJMDes. Tim drafting diambil dari LK/kader desa yang masih aktif ditambah sekdes dan kaur pembangunan.

6. Pemandu (fasilitator) menjelaskan pula bahwa tim drafting terpilih ini yang akan membantu membuat program dan kegiatan indikatif 5 tahun, yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan yang sudah dipresentasikan dalam sesi skoring masalah dan solusi. Semua berkas/plano hasil diskusi sesi skoring masalah dan solusi diserahkan pada tim drafting

7. Buat berita acara pertemuan sebagai bukti penentuan anggota tim

Lampiran II

190

Page 199: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

drafting yang disepakati bersama.

MODUL MUSRENBANGDES PENYUSUNAN RPJMDES

Latar Belakang

Kegiatan musyawarah desa ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan draft perencanaan desa selama 5 tahun (RPJMDes) yang telah disusun oleh Pokja atau Tim Drafting yang terpilih pada saat Rembug Desa sebelumnya.

Draft RPJMDes yang dibuat mengacu pada Permendagri No 66/2007 dan akan disesuaikan dengan kondisi desa masing-masing.

Musrenbangdes penyusunan RPJMDes idealnya dilaksanakan 5 tahun sekali, pelaksanaan musyawarah ini terdiri dari beberapa tahapan (sesi). Diawali dengan pembukaan, kemudian sesi pemaparan latar belakang dan tujuan, penyampaian alur proses pembuatan RPJMDes, pemaparan kepala desa tentang draft RPJMDes yang disusun oleh Tim Drafting, pembacaan pokok-pokok hasil kesepakatan musrenbangdes, selanjutnya pembuatan berita acara Musrenbangdes, dan diakhiri dengan penutup.

Tujuan

1. Menetapkan rumusan Visi dan Misi Desa yang diperoleh dari hasil Rembug Desa sebelumnya.

2. Menetapkan program dan kegiatan indikatif untuk 5 tahun kedepan (misalnya tahun 2009-2014) berdasarkan hasil Rembug Desa verifi kasi PRA

Keluaran

1. Rancangan RPJMDes yang meliputi Visi, Misi, Program dan Kegiatan indikatif

Lampiran II

191

Page 200: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2. Berita acara dan daftar hadir Musrenbangdes penyusunan RPJMDes.

Metodologi

1. Pemaparan2. Tanya jawab3. Diskusi kelompok

Partisipan

1. Delegasi dusun/ blok/RT/RW2. Tokoh agama, tokoh adat dan unsur perempuan3. Unsur pemuda 4. Organisasi kemasyarakatan desa5. Pengusaha, kelompok tani/nelayan6. Pelaku pendidikan (Kasek, Komite, Guru)7. Unsur KK miskin8. Bidan Desa 9. Unsur Pejabat Kecamatan

Fasilitator

1. Lembaga Kemasyarakatan (LK) yang dilatih sebagai kader desa2. Pemerintah Desa3. BPD4. Pokja atau Tim Drafting5. Pendamping

Persiapan Musrenbangdes

1. Menyusun Jadwal dan Agenda (Pembagian peran, fasilitator, notulensi, dll)

2. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda Musrenbangdes penyusunan RPJMDes

3. Membagikan bahan Musrenbangdes 4. Menyiapkan lokasi, peralatan dan setting tempat duduk serta

menempelkan alat dan informasi kajian desa yang didapat dari PRA,

Lampiran II

192

Page 201: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

serta informasi lainnya yang terkait dengan RPJMDes.

Tahapan dalam Pelaksanaan

I. Pembukaan

Materi :

• Sambutan dari pemerintahan desa setempat sekaligus membuka kegiatan lokakarya desa

• Doa• Pembacaan tata tertib Musrenbangdes Penyusunan RPJMDes

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan dan Diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart dan hand-out Tatib

Keluaran peserta paham tata tertib dalam Rembug Desa RPJMDes

Fasilitator BPD/sesuaikan kesepakatan desa

Langkah-langkah :

1. Bacakan tata tertib dalam pelaksanaan musyawarah desa yang disepakati bersama saat rembug desa.

2. Bisa juga disepakati proses pembuatan tata tertib bersama sesuai kebutuhan masyarakat sebelum kegiatan musyawarah desa dimulai.

3. Tutup sesi ini dengan ucapan terima kasih II. Pemaparan Latar belakang dan Tujuan

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan dan Diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, plano/hand-out latar belakang dan tujuan

Keluaran Peserta paham latar belakang dan tujuan dilaksanakannya Musrenbangdes RPJMDes

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK) atau kader desa

Langkah-langkah :

Lampiran II

193

Page 202: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

1. Sampaikan salam dan perkenal diri anda.2. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan tentang latar belakang dan tujuan

serta hasil yang ingin dicapai dari musyawarah desa ini.3. Tampilkan plano/hand-out latar belakang dan tujuan diadakan

musrenbangdes.4. Tampilkan juga PP 72 tahun 2005 dan Permendagri No. 66 tahun

2007 yang mendasari Musrenbangdes penyusunan RPJMDes.5. Buka sesi untuk pertanyaan kepada partisipan, pastikan semua

peserta paham.6. Tutup sesi ini dengan ucapan terimaka kasih

III. Penyampaian Alur Proses Pembuatan RPJMDes

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart dan plano/hand-out hasil pengkajian desa dan alur proses pembuatan RPJMDes

Keluaran Peserta Memahami Alur Proses Musrenbangdes RPJMDes

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK) atau kader desa

Catatan Persiapan :

Sebelum kegiatan dilaksanakan sebaiknya semua hasil kajian alat PRA ditempelkan di dinding ruang pertemuan (balai desa, sekolah, dkk) agar masyarakat bisa melihat hasil pengkajian desa.

Langkah-langkah :

1. Pemandu (Fasilitator) menjelaskan bagaimana proses pembuatan RPJMDes yang telah dilakukan.

2. Tampilkan plano/hand-out alur proses perencanaan pembangunan desa partisipatif.

3. Sampaikan saat ini kita masuk dalam tahapan Musrenbangdes penyusunan RPJMDes yang akan menetapkan rumusan Visi dan

Lampiran II

194

Page 203: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Misi Desa, juga menetapkan program dan kegiatan indikatif untuk 5 tahun kedepan (2009 -2014) yang sudah disusun tim drafting.

4. Tutup sesi ini dengan mengucapkan terima kasih

IV. Pemaparan Kepala Desa

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban

Keluaran Peserta memahami kelemahan proses pembangunan selama ini dan termotivasi untuk terlibat aktif dalam perencanaan pembangunan desa ke depan

Fasilitator Kepala Desa

Catatan Persiapan :

Sebelum kegiatan dilakukan sebaiknya pemaparan Kepala Desa sudah disiapkan dalam bentuk plano

Langkah-langkah :

1. Kepala Desa menampilkan evaluasi pembangunan sebelumnya dan permasalahannya terhadap desa dan pemerintahan desa.

2. Memberi pengertian kepada masyarakat hubungannya dengan perencanaan desa partisipatif yang dilakukan saat ini melalui proses RPJMDes.

3. Kepala Desa mengajak peserta memahami draft RPJMDesa yang disusun tim drafting dan akan dibacakan oleh perwakilan tim drafting untuk didiskusikan dan disepakati bersama

V. Penetapan Hasil Kesepakatan Musrenbangdes

Penetapan Visi Misi Desa

Waktu 45 menit

Lampiran II

195

Page 204: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan

Keluaran Rumusan Visi dan Misi desa yang ditetapkan.

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK)

Langkah-langkah :

1. Fasilitator membacakan pokok-pokok hasil kesepakatan rembug desa mengenai draft Visi dan Misi Desa. Tampilkan plano/hand-out draft Visi dan Misi

2. Ajaklah peserta untuk menanggapi dan mendiskusikan draft Visi dan Misi Desa hasil rembug desa. Apakah perlu ada perubahan, tambahan, pengurangan atau tetap sepakat dengan hasil rembug desa sebelumnya.

3. Buka ruang tanya jawab untuk menjelaskan Visi dan Misi Desa sejelas-jelasnya sampai tidak ada pertanyaan lagi dan tidak ada perubahan lagi.

4. Setelah semua jelas, minta peserta menyepakati penetapan Visi dan Misi Desa tersebut.

Penetapan Program dan Kegiatan Indikatif

Waktu 120 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan

Keluaran Program dan Kegiatan Indikatif tahun 2009 -2014 yang ditetapkan

Fasilitator Perwakilan tim drafting yang disepakati

Langkah-langkah :

1. Fasilitator membacakan rancangan Program dan Kegiatan Indikatif untuk 5 tahun secara global.

2. Pemandu menampilkan plano/handout rancangan program kegiatan untuk 5 tahun yang sudah disusun tahun per tahun

Lampiran II

196

Page 205: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

berdasarkan urutan prioritas masalah dan kegiatan penyelesaian masalah.

3. Ajaklah peserta untuk menanggapi dan mendiskusikan rancangan Program dan Kegiatan Indikatif tahun 2010-2014.

4. Diskusikan rancangan program tersebut per kegiatan, dengan membuka ruang tanya jawab.

5. Lakukan perbaikan program dan kegiatan jika ada masukan kegiatan dari peserta.

6. Setelah semua jelas dan tidak ada perdebatan/pertanyaan lagi, minta peserta menyepakati Program dan Kegiatan Indikatif tahun 2009-2014 tersebut menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) tahun 2009-2014

Lampiran II

197

Page 206: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

VI. Pembuatan Berita Acara Musrenbangdes

Contoh Berita Acara Musrenbangdes Penyusunan RPJMDes Tahun 2009-2014

Pada hari ini Minggu tanggal 14 Desember Tahun 2008 bertempat di Gedung pertemuan / Balai Desa Kaladan Jaya Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas yang dihadiri oleh beberapa unsur sebagaimana daftar hadir terlampir dalam rangka melaksanakan Musrenbangdes Penyusunan RPJMDes.

Musrenbangdes dimaksud membahas Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) tahun 2009-2014 Desa Kaladan Jaya kecamatan Mantangai.

Adapun Materi, Pimpinan Rapat dan Nara Sumber, sebagai berikut :

A. Materi

1. Draf Rancangan Visi dan Misi Desa

2. Draf Rancangan Program dan kegiatan indikatif tahun 2009 - 2014

B. Pimpinan Rapat

Pemimpin Rapat :

Notulen :

Setelah diadakan pembahasan melalui musyawarah mufakat, maka musrenbangdes penyusunan RPJMDes menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman hal-hal sebagai berikut :

1. Visi dan Misi Desa Kaladan Jaya

Pada hari ini Minggu tanggal 14 Desember Tahun 2008 bertempat di Gedung pertemuan / Balai Desa Kaladan JayaKecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas yang dihadiri oleh beberapa unsur sebagaimana daftar hadir terlampir dalam rangka melaksanakan Musrenbangdes Penyusunan RPJMDes.

Musrenbangdes dimaksud membahas Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) tahun 2009-2014 Desa Kaladan Jaya kecamatan Mantangai.

Adapun Materi, Pimpinan Rapat dan Nara Sumber, sebagaiberikut :

A. Materi

1. Draf Rancangan Visi dan Misi Desa

2. Draf Rancangan Program dan kegiatan indikatif tahun2009 - 2014

B. Pimpinan Rapat

Pemimpin Rapat :

Notulen :

Setelah diadakan pembahasan melalui musyawarah mufakat, maka musrenbangdes penyusunan RPJMDes menghasilkankesepakatan dan kesepahaman hal-hal sebagai berikut :

1. Visi dan Misi Desa Kaladan Jaya

Lampiran II

198

Page 207: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2. Program dan kegiatan indikatif tahun 2009 - 2014

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pimpinan Rembug Desa Notulis / Sekretaris

( ) ( )

Mengetahui

Kepala Desa Kaladan Jaya,

( )

2. Program dan kegiatan indikatif tahun 2009 - 2014

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya, kemudian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pimpinan Rembug Desa Notulis / Sekretaris

( ) ( )

Mengetahui

Kepala Desa Kaladan Jaya,

( )

Lampiran II

199

Page 208: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

VII. Penutupan:

1. Kata Penutup dari Kepala Desa

2. Doa

3. Ramah Tamah (Konsumsi)

MODUL MUSRENBANGDES TAHUNAN PENYUSUNAN RKPDES

Latar Belakang

Kegiatan Musrenbangdes tahunan untuk penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) merupakan tindak lanjut dari Rembug Desa verifi kasi data temuan dalam pelaksanaan PRA atau Kajian Desa dan Musrenbangdes penyusunan RPJMDes.

Draft RKPDes mengacu pada RPJMDes yang dibuat sesuai dengan ketentuan Permendagri No 66/2007. RKP Desa dibuat sesuai dasar hukum :

• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Tujuan

• Menampung dan menetapkan kegiatan tahunan dan prioritas sesuai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat dibawahnya (Rembug Desa PRA) yang telah digodok dalam Musrenbagdes penyusunan RPJMDes.

• Menetapkan kegiatan prioritas desa yang akan dibiayai melalui sumber pendanaan lainnya (pihak ke 3) maupun Alokasi Dana Desa yang berasal

Lampiran II

200

Page 209: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dari APBD Kabupaten.

• Menetapkan kegiatan prioritas yang akan diajukan untuk dibahas pada Forum Musrenbang Kecamatan agar kegiatan dapat dibiayai melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN, serta sumber pendanaan lain. Sebagai contoh: Program KTM dari Departemen Transmigrasi

Keluaran

1. Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes), yang berisi:

a. Prioritas kegiatan pembangunan skala desa yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan atau swadaya.

b. Prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dilengkapi dengan kode desa dan kecamatan dan akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan.

2. Daftar nama delegasi untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan.

3. Berita acara Musrenbang Desa.

Metodologi

1. Pemaparan

2. Tanya jawab

3. Diskusi kelompok

Partisipan

Peserta Musrenbangdes tahunan adalah perwakilan komponen masyarakat (individu atau kelompok) yang berada di desa, seperti:

1. Ketua RT/RW/blok

2. kepala dusun, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan

3. kelompok pemuda, organisasi masyarakat, pengusaha, kelompok tani/

Lampiran II

201

Page 210: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

nelayan

4. komite sekolah

5. KK miskin

6. Bidan Desa

Fasilitator

1. Lembaga Kemasyarakatan (LK) yang dilatih sebagai kader desa

2. Pemerintah Desa

3. BPD

4. Tim Drafting

5. LKMD/LPMD

6. Pendamping

Pelaksana

1. Panitia Pengarah (Kepala Desa)

2. Panitia Pelaksana (dibentuk sesuai kebutuhan desa)

Undangan

1. Unsur pejabat kecamatan Kasi PMD

2. Dinas Transmigrasi

3. SKPD terkait (Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja).

4. Anggota DPRD daerah pemilihan Lamunti/setempat

5. Desa Tetangga

6. Kepala Desa yang bukan dampingan sebagai bahan sharing/berbagi pengalaman dan studi banding

Persiapan Musrenbangdes RKP :

1. Menyusun Jadwal dan Agenda (Pembagian peran dan fasilitator,

Lampiran II

202

Page 211: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

notulensi, dll)

2. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda Musrenbang Desa

3. Membagikan bahan Musrenbangdes tahunan penyusunan RKP

4. Menyiapkan lokasi dan peralatan (menempelkan alat dan informasi yang didapat dari PRA dan RPJMDes, serta Visi Misi)

Tahapan dalam Pelaksanaan

I. Pembukaan

• Sambutan Kades

• Sambutan Kecamatan

• Sambutan DPRD daerah pemilihan Lamunti/setempat

• Doa

• Pembacaan tata tertib Rembug Desa/Musrenbangdes RKP

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan dan Diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart dan hand-out Tatib

Keluaran Peserta paham tata tertib dalam Musrenbangdes RKP

Fasilitator BPD

Langkah-langkah :

1. Bacakan tata tertib dalam pelaksanaan Musrenbangdes tahunan yang disepakati bersama/disusun tim drafting .

2. Sepakati proses pembuatan tata tertib bersama sesuai kebutuhan masyarakat sebelum Musrenbang tahunan dilaksanakan.

3. Tutup sesi ini dengan ucapan terima kasih

Lampiran II

203

Page 212: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

II. Pemaparan Latar belakang dan Tujuan Musrenbangdes

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan dan Diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart dan hand-out tujuan, hasil yang diharapkan

Keluaran peserta paham latar belakang dan tujuan dilaksanakannya Musrenbangdes RKP dan dasar hukumnya

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK) atau kader desa

Langkah-langkah :

1. Fasilitator menjelaskan tentang latar belakang dan tujuan, serta hasil yang ingin dicapai dari Musrenbangdes ini.

2. Tampilkan plano/hand-out: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dasar hukum penyelenggaraan Musrenbangdes

3. Buka sesi untuk pertanyaan kepada partisipan.

4. Tutup sesi ini dengan ucapan terima kasih

III. Penyampaian alur Proses Pembuatan RKPDes

Waktu 15 menit

Metode Pemaparan

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart dan hand-out alat pengkajian desa

Keluaran Peserta Memahami Alur Proses Pembuatan RKP Desa

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK) atau kader desa

Catatan Persiapan :

Sebelum kegiatan dilaksanakan sebaiknya semua hasil PRA ditempelkan di dinding balai desa agar masyarakat bisa melihat hasil pengkajian desa.

Lampiran II

204

Page 213: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Langkah-langkah :

1. Fasilitator menjelaskan bagaimana proses pembuatan RKPDes yang telah dilakukan, dengan memaparkan proses pengkajian desa menggunakan alat PRA yang telah ditempel di dinding. Dilanjutkan Rembug Desa Verifi kasi PRA, Musrenbangdes RPJMDes dan sesi yang dilakukan saat ini sampai Musrenbang Kabupaten. Gunakan plano/hand-out alur proses pembuatan Perencanaan Partisipatif

2. Sampaikan saat ini kita masuk dalam tahapan Musrenbangdes yang akan menampung dan menetapkan rumusan Visi dan Misi desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa.

3. Tutup sesi ini dengan mengucapkan terima kasih

IV. Pelaksanaan Musrenbangdes Penyusunan RKPDes

a. Membacakan Visi dan Misi

Visi adalah suatu gambaran menantang tentang masa depan yang berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh sebuah lembaga/kelompok/institusi desa.

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh institusi/ organisasi agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Misi merupakan penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan dan disepakati.

Waktu 20 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan

Keluaran Membacakan Visi dan Misi desa

Lampiran II

205

Page 214: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK)

Langkah-langkah :

1. Fasilitator membacakan Visi dan Misi. Tampilkan plano/hand-out Visi dan Misi

2. Ajaklah peserta untuk menanggapi dan mendiskusikannya, buka ruang tanya jawab.

b. Penyusunan RKPDes

Waktu 90 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban, dan metaplan

Keluaran Menetapkan Program Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa tahunan

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK)

Langkah-langkah :

1. Fasilitator membacakan dan menampilkan plano/handout rancangan program dan kegiatan indikatif tahun 2009-2014 yang diperoleh dari Musrenbangdes penyusunan RPJMDes.

2. Ajaklah peserta untuk menanggapi dan mendiskusikan rencana program tersebut dengan membuka ruang tanya jawab.

3. Sebelum menyusun daftar usulan RKP tahun 2010, Kepala desa menyampaikan RKP tahun 2009 yang sudah tercapai dan belum tercapai, sehingga kegiatan yang belum tercapai ditawarkan kembali kepada peserta musrenbang untuk diusulkan kembali untuk dimasukkan dalam daftar usulan RKP Tahun 2010.

4. Siapkanlah matrik/tabel RKPDes untuk tahun berikutnya

5. Identifi kasi kegiatan-kegiatan untuk 1 tahun ke depan (misalnya untuk tahun 2010) berdasarkan kegiatan-kegiatan yang terdapat

Lampiran II

206

Page 215: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

dalam table RPJMDes

6. Tuliskan kegiatan tersebut dalam kolom 2 format RKPDes menurut sektor dan bidang

7. Tuliskan tujuan masing-masing kegiatan pada kolom 3 format RKPDes

8. Tuliskan lokasi kegiatan pada kolom 4 format RKPDes

9. Tuliskan volume kegiatan pada kolom 5 format RKPDes

10.Tuliskan sifat kegiatan dengan memberi tanda V pada kolom 6, 7, dan 8

11.Tuliskan besaran rencana anggaran biaya pada kolom 9, 10, dan 11 disesuaikan dengan sumber biaya.

12.Jumlahkan besaran pada kolom 9,10 dan 11. Tuliskan hasilnya pada kolom 12

13.Tuliskan penanggung jawab kegiatan pada kolom 13 format RKPDes

14.Tuliskan indikator kegiatan pada kolom 14 format RKPDes.

Catatan untuk Sumber Biaya:

1. APBD/APBN

APBD bisa berasal dari APBD II (Kabupaten) dan APBD I (Provinsi), Apabila kegiatan tersebut memenuh kriteria sebagai berikut :

1.1. Bukan Kewenangan Desa

1.2. Biayanya terlalu besar

1.3. Desa tidak mempunyai kapasitas teknis untuk melaksanakannya

2. APB Desa

2.1. Kewenangan Desa

Lampiran II

207

Page 216: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

2.2. Biayanya terjangkau oleh anggaran Desa

2.3. Desa mempunyai kapasitas teknis untuk melaksanakannya

3. Lainnya

Berasal dari selain sumber diatas, mis

a. Bantuan dari LSM

b. Bantuan Luar Negeri (Program PPK, P2KP, dsb)

c. Dari perusahaan swasta

c. Penentuan Daftar Usulan untuk Musrenbangcam

Waktu 45 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan

Keluaran Menetapkan Program Usulan Prioritas untuk Musrenbangcam

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK)

Langkah-langkah :

1. Berdasarkan matriks RKPDes, pemandu (fasilitator) menyampaikan dan menyimpulkan rencana kegiatan prioritas apa saja yang akan diusulkan ke Musrenbangcam

2. Minta tanggapan dan rencana kegiatan dari masing-masing instansi yang hadir dalam Musrenbangdes

3. Lakukan diskusi atas rencana kegiatan pembangunan desa dan tanggapan dari instansi yang hadir.

4. Lakukan perbaikan RKPDes, jika ada masukan rencana kegiatan dari instansi terkait yang bisa disinergikan dengan kegiatan masyarakat

5. Simpulkan dan tutup dengan ucapan terima kasih

Lampiran II

208

Page 217: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

d. Penentuan Daftar Peserta Utusan Desa untuk Musrenbangcam

Waktu 30 menit

Metode Pemaparan dan diskusi

Alat dan Bahan Spidol, fl ipchart, lakban dan metaplan

Keluaran Menetapkan Utusan desa untuk Musrenbangcam

Fasilitator Lembaga Kemasyarakatan (LK)

Langkah-langkah :

1. Fasilitator menyampaikan tugas-tugas apa saja yang akan diemban delegasi desa pada Musrenbangcam. Tampilkan plano/hand-out tugas delegasi desa,

2. Menyerahkan kepada forum siapa saja yang akan menjadi delegasi desa pada Musrenbangcam, sesuai dengan keterwakilan unsur, yaitu Kades, BPD, LKMD, perempuan dan masyarakat miskin.

3. Setelah terpilih, salin nama utusan delegasi desa dalam form, seperti yang tercantum di bawah ini.

Lampiran II

209

Page 218: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Tugas Delegasi Desa :

• Membantu menyusun daftar prioritas pembangunan untuk dibahas pada Musrenbangcam

• Memperjuangkan prioritas kegiatan pembangunan dalam forum Murenbangcam

• Berinisiatif untuk perkembangan usulan desa dengan kelompok-kelompok masyarakat

V. Pembuatan Berita Acara Musrenbangdes

VI. Penutupan:

• Sambutan dari Kepala Desa

• Doa

• Ramah Tamah

Contoh Matrik RKPDes

Lampiran II

210

Page 219: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran II

211

Page 220: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

212

Page 221: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Page 222: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

214

Page 223: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

215

Page 224: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

216

Page 225: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

217

Page 226: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

218

Page 227: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

219

Page 228: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

220

Page 229: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

221

Page 230: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

222

Page 231: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

223

Page 232: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

224

Page 233: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

225

Page 234: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

226

Page 235: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

227

Page 236: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

228

Page 237: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

229

Page 238: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

230

Page 239: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

231

Page 240: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

232

Page 241: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

233

Page 242: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

234

Page 243: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

235

Page 244: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

236

Page 245: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

237

Page 246: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

238

Page 247: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

239

Page 248: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

240

Page 249: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

241

Page 250: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

242

Page 251: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran III

243

Page 252: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

244

Page 253: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun
Page 254: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran

246

Page 255: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran

247

Page 256: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

248

Page 257: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

249

Page 258: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

250

Page 259: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

251

Page 260: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

252

Page 261: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

253

Page 262: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

254

Page 263: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

255

Page 264: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

256

Page 265: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

257

Page 266: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

258

Page 267: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

259

Page 268: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

260

Page 269: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

261

Page 270: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

262

Page 271: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

263

Page 272: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

264

Page 273: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

265

Page 274: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

266

Page 275: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Lampiran IV

267

Page 276: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

268

Page 277: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

SUMBER RUJUKAN

Regulasi• Pustaka• Dokumen Program• Website•

••• •

Page 278: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

REGULASI:

Ketetapan MPR RI Nomor IV Tahun 2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah .

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan

Peraturan Bupati Kapuas No.15 Tahun 2007 tentang …..

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Pembentukan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa

Sumber Rujukan

270

Su

Page 279: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

PUSTAKA

Rianingsih Djohani. 2003. Partisipasi, Pemberdayaan, dan Demokratisasi Komunitas. Studio Driya Media dan Konsorsium Pengembangan Masyarakat Dataran Nusa Tenggara (KPMDNT), Bandung

Eddie B.Handono dkk. 2004. Kumpulan Modul APBDes Partisipatif-Membangun Tanggung Gugat tata Pemerintahan Desa. Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FFD) dan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM), Bandung.

FPPD. 2008. Membangun Kedaulatan Desa – Panduan Perencanaan Partisipatif, Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FFPD), Yogyakarta

Gregorius Sahdan, Paramita Iswari, Sunaji Zamroni. 2006. ADD untuk Kesejahteraan Rakyat. Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FFPD), Yogyakarta.

Mustika Aji. 2008. Seri Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat desa. Modul Perencanaan Desa Partisipatif. LSU Bina Insani, Kebumen

Sumber Rujukan

271

Page 280: Panduan Perencanaan Desa Lewu Mamangun

DOKUMEN PROGRAM:

CKPP. 2007. Dokumen PRA Desa Katunjung, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas. CARE International Indonesia, Palangkaraya.

SLUICES-Project. 2008-2010. Kumpulan Dokumen Proses Penyusunan RPJMDes di UPT Lamunti, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas. CARE Indonesia, Yayasan Cakrawala Indonesia (YCI), Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI), Kuala Kapuas.

SLUICES-Project. 2008. Kumpulan Modul Proses Perencanaan Pembangunan Desa Partisipatif melalui RPJMDes dan Mekanisme MusrenbangDes. CARE International Indonesia, Yayasan Cakrawala Indonesia (YCI), Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI), Kuala Kapuas.

WEBSITE:

http://www.deliveri.org/Guidelines/how/hm14/hm14_4i.htm

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/

Sumber Rujukan

272

Su