PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa...

90
PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN UNTUK PROYEK-PROYEK KPBU

Transcript of PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa...

Page 1: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

PANDUAN PENYIAPANPRASTUDI KELAYAKAN

UNTUK PROYEK-PROYEK KPBU

Page 2: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

2

1. PENDAHULUAN

Buku ini bertujuan untuk memberikan panduan di dalam proses penyiapan dokumen Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan dengan skema Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia. Buku panduan ini telah mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 38/2015 tentang kemitraan antara pihak Pemerintah dan swasta di dalam penyediaan infrastruktur, serta sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (“Permen No. 4 tahun 2015”). Selain itu, untuk memberikan nuansa yang lebih lengkap terhadap penjelasan akan isi prastudi kelayakan, buku ini juga telah mengacu kepada best practice internasional pada proyek-proyek kerjasama pemerintah dan swasta atau sering dikenal dengan nama Public Private Partnership (PPP) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Buku Panduan ini dirancang untuk dapat membantu lembaga-lembaga pemerintah dalam menyiapkan Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan dengn kerangka KPBU. Buku Panduan ini memberikan panduan dalam proses pengumpulan data serta dalam melaksanakan studi awal (preliminary) untuk mengetahui kelayakan dari suatu proyek. Buku Panduan ini berisi uraian tentang penyiapan Laporan Prastudi Kelayakan dalam siklus proyek KPBU secara keseluruhan berdasarkan kerangka hukum yang berlaku di Indonesia pada Bab 2; dan menguraikan tentang proses dalam analisis kelayakan pada Bab 3. Laporan Prastudi Kelayakan dan batang tubuhnya diuraikan pada Bab 4. Dari Bab 5 sampai Bab 14 Buku Panduan memberikan penjelasan tentang isi dari setiap bab dalam Laporan Prastudi Kelayakan.

Beberapa komponen analisis pokok beserta penjelasannya diuraikan pada ke-sembilan Lampiran di bawah ini:

§ Lampiran A tentang beberapa istilah dan definisinya yang digunakan dalam Buku Panduan ini

§ Lampiran B memuat pedoman rinci tentang analisis biaya-manfaat social-ekonomi

§ Lampiran C memuat pedoman rinci tentang analisis keuangan

§ Lampiran D memberikan pedoman tentang bagaimana mengembangkan sebuah struktur KPBU

§ Lampiran E, berisi penjelasan tentang analisis Value for Money

§ Lampiran F, berisi suatu ceklis tentang isi dari laporan Prastudi Kelayakan

§ Lampiran G, menjelaskan tentang kerangka kerja penilaian aspek lingkungan dan sosial yang

berlaku di PT PII

§ Lampiran H, menjelaskan tentang kerangka kerja perolehan hak atas tanah yang berlaku di PT PII

§ Lampiran I, memberikan beberapa referensi yang berguna untuk mengembangkan Prastudi

Kelayakan untuk proyek-proyek KPBU pada beberapa perundang-undangan.

Selain dari itu, masih ada dua Lampiran lain-lain yang dibuat untuk memberikan pedoman penyiapan Prastudi Kelayakan pada dua sektor khusus: air bersih dan ketenagalistrikan. Lampiran J berisi pedoman untuk sektor pasokn air, dan Lampiran K berisi pedoman untuk sektor ketenagalistrikan.

Page 3: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

3

2. PRASTUDI KELAYAKAN & SIKLUS PEMBANGUNAN PROYEK KPBU

Pejabat Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah (“PJPK”) bertanggungjawab dalam menyiapkan Prastudi Kelayakan1, menganalisis kelayakan proyek dari segi hukum, teknis, ekonomi, keuangan, manajemen risiko, aspek lingkungan dan sosial. Penyiapan Prastudi Kelayakan hanyalah salah satu dari kegiatan-kegiatan dalam tahap penyiapan proyek sebelum proyek tersebut betul-betul siap untuk dilaksanakan. Siklus pembangunan proyek KPBU di Indonesia adalah sebagaimana diuraikan dalam Gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1 : Siklus Proyek KPBU di Indonesia

PJPK harus memulai proses penyiapan Prastudi Kelayakan pada fase kedua untuk mengetahui apakah proyek layak untuk diadakan sebagai proyek KPBU di dalam tahap transaksi. Prastudi Kelayakan merupakan asesmen awal dari kelayakan suatu proyek, termasuk analisis teknis, keuangan dan keekonomiannya. Selain itu, studi juga harus berisi analisis tentang dampak lingkungan, sosial dan hukum dari proyek untuk memastikan dasar yang kuat untuk tahap transaksi.

Page 4: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

4

Menurut Peraturan Menteri Bappenas No. 4 Tahun 2015, Prastudi Kelayakan terdiri dari kajian awal dan kajian akhir Prastudi Kelayakan. Kajian awal Prastudi Kelayakan bertujuan untuk menyusun skema KPBU terbaik berdasarkan opsi yang ada dari berbagai aspek, antara lain aspek teknis, ekonomi, keuangan, dan kesesuaian dengan hukum. Pada kajian awal tersebut dilakukan pula identifikasi kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah dan rumusan permasalahan beserta usulan pemecahannya. Kajian akhir Prastudi Kelayakan merupakan kajian awal yang sudah memperoleh persetujuan dari para pemangku kepentingan, data kajian sudah disesuaikan dengan kondisi terkini, kelayakan dan kesiapan KPBU telah disempurnakan, dan berbagai permasalahan telah ditindaklanjuti.

Prastudi Kelayakan penting bagi PJPK untuk dapat memahami secara penuh karakteristik dari proyek yang diusulkan serta untuk mengevaluasi kelayakannya secara teknis, keuangan, sosial dan lingkungan. Prastudi Kelayakan juga akan mengukur apakah proyek dimaksud sudah menjadi opsi terbaik dalam mengatasi kebutuhan yang ada serta apakah akan memberikan manfaat sosial dan ekonomis yang berkelanjutan bagi publik. Suatu Prastudi Kelayakan yang disiapkan dengan baik diharapkan akan mampu memberikan perkiraan yang dapat diandalkan tentang dukungan apa saja yang diperlukan dari Pemerintah serta dapat mengidentifikasi penjaminan apa saja yang diperlukan agar proyek menjadi layak. Kesimpulan yang diperoleh dari Prastudi Kelayakan adalah penting bagi PJPK untuk dapat membuat keputusan tepat tentang suatu usulan proyek, untuk dapat melakukan negosiasi serta menandatangani suatu kontrak KPBU yang didasarkan atas pemahaman yang menyeluruh atas potensi risiko pada suatu proyek.

Penyiapan Prastudi Kelayakan sangat penting untuk memastikan agar para pemangku kepentingan proyek dapat membuat keputusan yang tepat terkait proyek.

§ Kementerian Keuangan selanjutnya akan menggunakan informasi yang disediakan dalam Prastudi Kelayakan untuk menilai apakah proyek yang diusulkan tersebut layak untuk diberikan dana dukungan kelayakan (‘viability gap funding’), dukungan keuangannya dalam bentuk Viability Gap Funding serta untuk menentukan nilai serta metode pencairan dari semua dukungan ini.

§ Badan-badan pembiayaan lainnya termasuk PT PII, PT SMI, dan PT IIF selanjutnya akan mengevaluasi segala informasi yang terdapat dalam Prastudi Kelayakan untuk menentukan apakah proyek dimaksud layak untuk diberikan penjaminan serta ‘credit enhancements’ (peningkatan kelayakan) lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh PJPK.

§ Prastudi Kelayakan akan memberikan informasi yang penting dalam penyiapan dokumen tender. Para investor swasta nantinya akan mempelajari dokumen tender ini sebagai dasar untuk menyiapkan penawaran harga. Apabila informasi yang terdapat di dalam Prastudi Kelayakan kurang memadai, dikhawatirkan bahwa sektor swasta tidak akan dapat menyusun penawaran sesuai dengan persyaratan dari PJPK.

Page 5: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

5

3. PRASTUDI KELAYAKAN

Prastudi Kelayakan yang dipersyaratkan oleh hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia merupakan hasil analisis kelayakan yang menyeluruh. Prastudi Kelayakan harus menganalisis fitur-fitur pokok dari proyek yang akan dikerjakan dan bertujuan untuk membuat kesimpulan antara lain tentang:

§ Sumber pembiayaan KPBU § Kerangka kerja kontrak, hukum dan kelembagaan § Usulan tentang Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Pemerintah yang diperlukan § Usulan tentang identifikasi risiko serta rekomendasi mitigasinya, pengalokasian risikonya, dan § Rencana tingkat pengembalian investasi bagi Badan Usaha Pelaksan.

Dalam pengertian tersebut, maka Prastudi Kelayakan adalah hasil keluaran dari analisis kelayakan yang menyeluruh, bukan sekedar pra-kelayakan. Tujuan dari studi kelayakan adalah untuk menelaah secara detil apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang layak dan dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Studi kelayakan akan mengidentifikasi semua karakteristik teknis, lingkungan, sosial, hukum, keuangan, ekonomi dan risiko yang terkait dengan proyek serta menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan proyek. Studi kelayakan juga akan menetapkan bentuk struktur KPBU di dalam pelaksanaan proyek.

Ada empat hal yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut:

§ Menyiapkan pelaksanaan studi dengan cara menyusun tim dan merencanakan dokumen-dokumen sebagai panduan dalam mempersiapkan berbagai analisis yang diperlukan. Tim dimaksud mencakup para penasihat eksternal dengan keahlian di bidang teknis, hukum, ekonomi, keuangan dan KPBU.

§ Menentukan apakah proyek dimaksud layak secara teknis, hukum, lingkungan dan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat serta apakah proyek tersebut membawa manfaat dan dapat direalisasikan. Penentuan kelayakan suatu proyek merupakan hal yang berbeda dengan penentuan kelayakan suatu proyek sebagai suatu proyek KPBU, di mana hal ini akan dinilai pada bagian penyusunan struktur proyek KPBU. Panduan tentang penilaian kelayakan disajikan pada Laporan Prastudi Kelayakan pada Bagian 4.

§ Menyusun struktur proyek KPBU melalui penentuan output yang jelas dan alokasi fungsi-fungsi dan risiko-risiko proyek sehingga memenuhi prinsip value for money. Panduan tentang tata cara membangun struktur KPBU diuraikan pada Lampiran D.

§ Melakukan evaluasi usulan KPBU untuk mengidentifikasi dukungan atau penjaminan yang harus diberikan oleh Pemerintah agar proyek menarik di mata investor serta untuk memastikan bahwa proyek tersebut memenuhi prinsip value for money, dapat dipasarkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara fiskal. Dalam hal ini PJPK harus menilai apakah layak apabila proyek dilaksanakan menggunakan skema KPBU dan jika ya, apakah dukungan dan penjaminan dari Pemerintah dapat diperoleh secara berkelanjutan. Panduan tentang analisis value for money diuraikan pada Lampiran E.

Tahapan di atas saling berkaitan. Informasi yang dikumpulkan mengalir dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Misalnya, informasi yang digunakan untuk menetapkan kelayakan proyek—seperti analisis dampak lingkungan dan analisis biaya-manfaat ekonomi—juga akan digunakan untuk menyusun struktur dan mengevaluasi skema KPBU yang diusulkan. Penyusunan struktur dan evaluasi skema KPBU sering kali harus dilakukan secara berulang. PJPK dapat mengulang tahapan-tahapan berulang kali untuk menyempurnakan struktur skema KPBU berdasarkan evaluasi yang dibuatnya.

Hasil analisis tentang kelayakan untuk berinvestasi dan pengadaan proyek melalui skema KPBU, disajikan dalam Laporan Prastudi Kelayakan sebagai bahan untuk mengajukan usulan proyek tersebut kepada berbagai instansi Pemerintah yang terkait untuk lanjut ke tahapan transaksi.

Page 6: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

6

4. LAPORAN PRASTUDI KELAYAKAN Tujuan dari Prastudi Kelayakan adalah untuk:1

§ Menetapkan target serta habatan dalam pelaksanaan proyek-proyek KPBU § Memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan perundang-undangan. § Menelaah peran dan tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan. § Mempelajari pilihan-pilihan teknis serta ketersediaan teknologi serta barang/jasa yang diperlukan § Menetapkan pilihan bentuk skema kerjasama terbaik § Menelaah manfaat ekonomi dan sosial yang ditimbulkan proyek. § Menyusun rencana komersial (commercial plan) yang mencakup studi permintaan, industri

(pasar), penerimaan dan keuangan § Mengidentifikasi risiko-risiko serta upaya mitigasi yang diperlukan. § Mengidentifikasi dampak terhadap lingkungan dan sosial. § Menetapkan syarat-syarat dari proyek KPBU, termasuk basis hukum yang diperlukan dalam

kaitannya dengan perolehan hak atas tanah serta pemukiman kembali. § Mengidentifikasi kebutuhan akan dukungan dan/atau penjaminan dari Pemerintah; dan § Menetapkan hal-hal apa saja yang menjadi permasalahan serta hambatan utama, usulan-usulan

untuk penanganan permasalahan tersebut.

Laporan Prastudi Kelayakan berisi simpulan hasil-hasil dari analisis kelayakan proyek. Laporan dimaksud menyajikan semua informasi yang diperlukan instansi-instansi Pemerintah yang bersangkutan dalam membuat keputusan apabila mereka harus menyediakan dukungan dan penjaminan bagi proyek. Oleh karena itu maka laporan tersebut harus dapat memberikan informasi yang cukup untuk memberi justifikasi bahwa proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Laporan Prastudi Kelayakan harus mencakup ke-duabelas (12) section sebagaimana diuraikan di bawah ini:

§ Bab 1: Laporan Manajemen (Executive Summary) yang memuat uraian ringkas dan jelas tentang penilaian atas kelayakn proyek. Uraian tersebut mencakup semua simpulan utama yang terkait dengan kelayakan teknis, ekonomis serta keuangan dari proyek termasuk struktur KPBU yang diusulkan serta dukungan yang mungkin diperlukan dari Pemerintah dalam rangka membuat proyek menjadi layak.

§ Bab 2: Pendahuluan, yang berisi uraian informasi latar belakang serta fitur utama dari proyek. Bab ini juga memuat penjelasan tentang isi dan struktur dari Laporan Prastudi Kelayakan.

§ Bab 3: Analisis Kebutuhan, yang berisi penjelasan tentang mengapa proyek ini diperlukan, dengan memberikan uraian tentang pokok permasalahan serta justifikasi bahwa proyek ini merupakan opsi terbaik untuk mengatasai permasalahan dimaksud.

§ Bab 4: Studi Teknis, yang menjelaskan bahwa proyek ini layak dari segi teknis.

§ Bab 5: Analisis Ekonomi, memberikan uraian tentang analisis biaya dan manfaat social-ekonomi untuk menegaskan bahwa proyek dimaksud layak secara ekonomi.

§ Bab 6: Analisis Keuangan, memberikan uraian tentang perkiraan kinerja keuangan dari proyek di sepanjang siklus hidupnya. Bab ini harus membuktikan bahwa proyek akan dapat memberikan tingkat keuntungan investiasi yang diharapkan oleh para investor.

§ Bab 7: Studi Lingkungan dan Sosial, memberikan analisis tentang potensi dampak sosial dan lingkungan dari proyek ini serta langkah-langkah dan biaya-biaya yang diperlukan untuk memitigasi dampak dimaksud.

§ Bab 8: Studi hukum dan kelembagaan, memberikan uaraian analisis tentang semua aspek hukum dari proyek KPBU serta uraian tentang lembaga-lembaga yang terlibat dalam proyek,

1Butir 8 Subbab A Bab III Lampiran Peraturan Menteri Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

Page 7: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

7

peran yang mereka jalankan serta kapasitasnya masing-masing dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam proyek.

§ Bab 10: Bentuk dari KPBU, berisi uraian tentang struktur dari proyek KPBU yang diusulkan disertain justifikasi bahwa format tersebutlah sebagai opsi terbaik.

§ Bab 11: Dukungan Pemerintah, memberikan uraian tentang dukungan yang diperlukan dari Pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah, agar proyek menjadi layak untuk dilaksanakan.

§ Bab 12: Rencana Pelaksanaan Proyek, berisi uraian tentang rencana PJPK untuk mendapatkan investor swasta dan melaksanakan proyek.

§ Kesimpulan, berisi kesimpulan dari hasil analisis terkait dengan kelayakan proyek.

Di sisa bagian dari dokumen ini, kami akan menjelaskan tentang bagaimana mengembangkan Bab-Bab dari 3 sampai 11. Tabel 4.1 di bawah ini menguraikan tentang isi dari sebuah Laporan Prastudi Kelayakan dan di bagian mana analisis yang terkait dengan konten dimaksud diberikan dalam Buku Panduan ini.

Tabel 4.1 : Isi dari Laporan Prastudi Kelayakan

Isi Bab pada Buku Panduan ini

1 Laporan Manajemen / Executive Summary N/A

2 Pendahuluan N/A

3 Kebutuhan Proyek Bab 5

4 Analisis Teknis Bab 6

5 Analisis Ekonomi Bab 7

6 Analisis Keuangan Bab 8

7 Studi Lingkungan dan Sosial Bab 9

8 Analisis Hukum dan Kelembagaan Bab 10

9 Bentuk Kerjasama Bab 11

10 Analisis Risiko Bab 12

11 Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan dari Pemerintah Bab 13

12 Rencana Pelaksanaan Bab 14

Page 8: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

8

5. KEBUTUHAN PROYEK

Asesmen tentang kebutuhan proyek adalah langkah pertama yang penting dalam menilai kelayakan dari suatu proyek KPBU. Analisis ini akan mengidentifikasi ada tidaknya permasalahan yang harus diatasi, memberikan justifikasi bahwa proyek ini adalah opsi terbaik untuk mengatasi permasalahan dimaksud, dan akhirnya untuk memperkirakan permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek.

5.1 Identifikasi Permasalahan

Permasalahan harus dapat diuraikan secara jelas. Prastudi Kelayakan harus dapat menginvestigasi kadar dan kualitas dari jasa-jasa layanan yang ada serta mengidentifikasi segara permasalahan dan kekurangannya. Pada umumnya permasalahan menyangkut keterjangkauan harga jasa layanan, ketersediaan, kualitas atau gabungan dari semua faktor dimaksud. Untuk mengidentifikasi permasalahan dimaksud, maka beberapa pertanyaan berikut ini harus sudah dapat dijawab pada tahapan Prastudi Kelayakan ini:

§ Keterjangkauan Harga/Affordability: Apakah harga dari jasa layanan yang ada saat ini jauh di atas tingkat yang bisa dikeluarkan oleh user? Apakah ada dampak distribusi? Harus dikurangi sampai tingkat berapakah harga jasa layanan tersebut agar permasalahan dapat teratasi (singkatnya, seperti apakah elastisitas harga-nya)?

§ Ketersediaan/Availability: Apakah jasa layanan yang ada saat ini terbebankan dari sisi volume? Apakah dibangunnya jasa layanan yang baru akan menimbulkan kenaikan supply atau pengalihan supply dari satu sumber ke sumber lainnya? Apakah yang menjadi hambatan untuk menggunakan opsi-opsi yang ada? Apakah ada hambatan sosial?

§ Kualitas/Quality: Apakah kualitas dari jasa layanan yang ada saat ini telah mampu memenuhi harapan pelanggan? Apakah yang menjadi penyebab rendahnya kualitas jasa layanan? Apakah user akan bersedia untuk membayar harga yang lebih tinggi?

Prastudi Kelayakan juga harus mempertimbangkan tingkat layanan sebagaimana ditetapkan dalam perundang-undangan pusat maupun daerah. Jika memungkinkan maka permasalahannya harus dikuantifikasi. Kuantifikasi harus mempertimbangkan jumlah dan prosentase dari masyarakat yang akan terdampak serta derajat dari dampak tersebut agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dampak proyek. Semua pernyataan permasalahan (problem statement) harus didukung oleh bukti-bukti yang telah diuji kualitasnya. Uji kualitas dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Menguji relevansi dari bukti (apakah berada pada lokasi yang benar?) § Menguji kepatutan dari bukti (apakah kondisi yang menaungi masih sama?) § Mengidentifikasi batasan-batasan metodologi keilmuan serta pendekatan pengambilan sampel. § Mempertimbangkan ketidakpastian yang terkait dengan teknik pengukuran yang digunakan.

Prastudi Kelayakan harus dapat mengidentifikasi dengan jelas siapa saja yang terdampak oleh permasalahan, atau siapa yang akan memperoleh manfaat apabila permasalahan bisa diatasi. Hal ini penting dalam rangka mengidentifikasi para pengguna yang disasar untuk menetapkan cakupan/scope proyek pada tahapan berikutnya.

5.2 Analisis Opsi-Opsi

Prastudi Kelayakan harus mampu menjustifikasi bahwa Proyek adalah opsi terbaik untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada, dibandingkan dengan opsi alternatif lainnya.

Tahap pertama dalam analisis opsi-opsi adalah mengidentifikasi opsi-opsi alternatif. Opsi-opsi alternatif tersebut harus bersifat realistis dan tidak terlalu ekstrem sehingga akan serta merta ditolak. Misalnya, opsi-opsi berikut ini dapat dibandingkan dengan opsi yang diusulkan :

§ Sebuah skenario biarkan apa adanya (a do-nothing scenario) – apakah yang akan terjadi apabila semuanya dibiarkan berjalan apa adanya sebagaimana biasa?

§ Memperbaiki/memperluas fasilitas yang ada saat ini – hanya dengan memperbaiki fasilitas yang ada saat ini apakah akan dapat memberikan hasil yang sama?

Page 9: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

9

§ Solusi teknis alternatif – apakah ada solusi lain-lain yang lebih terbuktikan (established) atau lebih murah?

§ Lokasi alternatif – apakah ada lokasi lain-lain yang lebih efektif biaya atau lebih tidak berisiko?

Asesmen pada tingkat yang lebih luas (makro) dari masing-masing opsi harus dilakukan untuk dapat menjustifikasi bahwa proyek yang diusulkan ini betul-betul alternatif yang layak. Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:

§ Apakah opsi tersebut menuju pada pencapaian tujuan proyek dan mampu memberikan manfaat sesuai perkiraan?

§ Apakah ada manfaat lain-lain yang bersifat non-esensi yang nantinya dihasilkan dari solusi ini. § Apakah ketrampilan dan kapasitas yang diperlukan bagi para pelaksana/ delivery agent § Apakah ada dampak negatif lain-lain dari opsi dimaksud? § Seberapa besarkan biaya keuangan dari opsi dimaksud?

Langkah terakhir adalah membandingkan opsi-opsi lalu menetapkan opsi terbaik berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal. Jika suatu alternatif proyek telah ditolak, maka Prastudi Kelayakan harus dapat memberikan alasan yang mendasari keputusan penolakan tersebut, serta derajat kepastian yang melingkupi variabel yang pada akhirnya mengarah kepada keputusan penolakan.

5.3 Analisis Permintaan

Analisis permintaan (demand analysis) adalah unsur yang sangat penting dalam uji kelayakan ekonomi dan keuangan. Analisis ini mengidentifikasi kebutuhan suatu investasi di bidang infrastruktur serta menetapkan cakupan/scope (penetapan scope dan ukuran hasil) dari proyek. Permintaan untuk proyek yang diusulkan mencakup permintaan saat ini dan permintaan masa yang akan datang.

Permintaan saat ini didasarkan kepada data statistik yang tersedia di perusahaan penyedia jasa layanan, pada regulator, kementerian, biro pusat statistik atau pemerintah pusat.

Permintaan masa depan didasarkan pada model perkiraan permintaan dengan mempertimbangkan perkiraan ekonomi makro dan sosial ekonomi, alternatif sumber persediaan, kelenturan permintaan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang relevan serta beberapa hal lainnya. Permintaan masa depan juga bisa berasal dari para pengguna yang ada saat ini atau pengguna baru yang dipicu oleh adanya kegiatan-kegiatan baru yang diijinkan oleh proyek.

Ada beberapa metode untuk memperkirakan permintaan. Trend permintaan historis dapat memberikan indikasi yang baik tentang bagaimana pasar akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan harga. Jika data dimaksud tidak tersedia, misalnya pada pasar-pasar di mana jasa layanan baru saja akan dibangun, maka dapat juga digunakan kurva permintaan produk substitusi atau sejenisnya. Sebagai alternatifnya, diadakannya suatu produk sejenis di lokasi yang sejenis akan memberikan data permintaan yang cukup meyakinkan. Cara pendekatan umum yang digunakan untuk memperkirakan permintaan adalah melakukan survei kesediaan membayar (willingness to pay).

Kelebihan dan kekurangan dari setiap cara pendekatan dijelaskan pada Tabel 5.1. Gabungan beberapa cara pendekatan dapat dan seharusnya digunakan manakala memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman tentang jangkauan dari hasil yang dimungkinkan.

Tabel 5.1 : beberapa cara pendekatan dalam memperkirakan permintaan

Pendekatan Aplikasi Terbaik Kelebihan Kekurangan

Data historis tentang jasa layanan yang ada saat ini

Bila tujuan proyek adalah untuk penambahan kapasitas dari jasa layanan yang ada.

§ Mampu menangkap sensitivitas pasar aktual terhadap harga § Memberikan data respons historis tentang diadakannya jasa layanan baru

Data permintaan bisa jadi tidak mampu menangkap variabel pendorong/driving variable (misalnya, perubahan permintaan bisa jadi disebabkan oleh kegiatan marketing, bukan karena penurunan harga)

Data produk substitusi atau produk yang

Jika tujuan proyek adalah untuk menggantikan produk substitusi yang ada

Mampu menangkap kemungkinan sensitivitas pasar terhadap harga.

Produk baru bisa jadi memiliki fitur-fitur pembeda yang lebih

Page 10: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

10

serupa baik/lebih buruk dari produk yang ada.

Proyek yang sama di lokasi yang berbeda

Jika tujuan proyek adalah untuk mengadakan suatu produk yang tidak memiliki substitusi.

mampu menangkap kemungkinan respons pasar terhadap produk baru.

Perilaku dan/atau layanan bisa jadi berbeda di lokasi yang disasar.

Data hasil survey (kesediaan untuk membayar)

Bila tidak ada produk/proyek lain yang bisa dibandingkan.

Mampu mengungkap suatu kurva permintaan.

§ Disain survey bisa jadi memppengaruhi respons § Responden bisa jadi belum pernah mengenal proyek/produk, sehingga tidak diketahui kesediaan mereka untuk membayar.

Perkiraan permintaan harus dibuat untuk jangka pendek, menengah dan panjang (10, 15, 20+ tahun) serta harus mencakup sejumlah skenario dan sensitivitas. Suatu perkiraan (forecast) harus mencakup satu skenario yang paling mungkin dan sejumlah skenario alternatif lain, termasuk skenario kasus terburuk. Skenario-skenario dimaksud juga harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan politik, seperti penolakan untuk membayar ongkos, kemampuan membayar customer serta kesediaan untuk membayar. Menyadari perlunya dan pentingnya melakukan perkiraan termasuk segala kelemahannya, perkiraan permintaan harus dibuat dalam tiga skenario: (i) rendah/low, (ii) tinggi/high, dan (iii) yang paling mungkin terjadi/most likely.

Prastudi Kelayakan harus mencakup suatu laporan survey pasar atau permintaan yang dibuat pada saat persiapan. Informasi tentang metode survey yang digunakan juga harus dimasukkan.

Analisis kebutuhan proyek akan mengarah kepada sejumlah opsi terkait tingkat layanan jasa layanan atau produk yang diinginkan berdasarkan potensi besar kecilnya pasar. Hal ini akan menentukan output dari proyek, seperti apa output tersebut dan cakupan/scope dari jasa layanan. Output dari sebuah proyek harus ditetapkan dari segi jasa layanan yang dihasilkan, bukan dari pembangunan aset.

Page 11: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

11

6. ANALISIS TEKNIS

Analisis teknis akan menghasilkan informasi tentang karakteristik teknis dari proyek, kapasitas (size) proyek, desain awal dari aset/fasilitas yang diusulkan lengkap dengan modal dan biaya tahunan proyek.

Bab ini mencakup informasi tentang komponen-komponen serta kapasitas awalnya serta estimasi biaya investasi. Pada tahapan ini desain teknis belum akan menjadi spesifikasi final. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan teknis dan menetapkan persyaratan teknis minimum untuk nantinya dimasukkan ke dalam ‘Request for Proposal’ untuk mendapatkan investor, serta menetapkan suatu design benchmark yang menjadi dasar penetapan biaya proyek untuk kemudian digunakan dalam analisis ekonomi dan keuangan.

Bab ini berisi uraian teknis dan rencana pelaksanaan proyek yang mencakup semua komponen teknis dan non-teknis dari proyek. Secara khusus, bagian ini mencakup:

§ Lokasi Proyek: – Uraian tentang lokasi tapak – Data geografi, hidrologi, struktur dan drainase – Logika untuk pemilihan lokasi tapak proyek – Ketersediaan input untuk memenuhi kebutuhan proyek; dan – Luas lahan yang diperlukan serta status kepemilikan lahan proyek saat ini

§ Desain Awal, Layout Awal: berisi uraian tentang desain teknis atau layout dari proyek (yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing sektor). Juga mencakup technical ground survey untuk menetapkan perkiraan belanja modal. Hal ini harus mempertimbangkan alternatif desain, termasuk ketidakpastian dalam proyeksi permintaan serta berbagai ketidakpastian lain yang terkait dengan lokasi tapak.

§ Teknologi: berisi uraian tentang teknologi yang dipilih, termasuk metode konstruksi, logika penggunaan teknologi dimaksud, serta potensi tantangannya. Prastudi Kelayakan harus memuat justifikasi bahwa teknologi tersebut aman dan telah terbukti efisien.

§ Kinerja Standar: Standar hasil output serta fasilitas yang akan menjadi dasar bagi penetapan persyaratan teknis minimum untuk dicantumkan dalam ‘‘Request for Proposal’.

§ Input yang diperlukan dan standar dari input § Biaya Proyek: Belanja modal dan biaya operasional proyek § Opsi-opsi operasional dan manajemen proyek § Rencana Pelaksanaan Proyek: Jadwal waktu dan saling keterkaitan dari semua komponen utama

proyek

Bab ini harus dapat menyajikan bukti yang wajar yang menunjukkan bahwa proyek dimaksud layak secara teknis, karena:

§ Teknologi sudah terbuktikan dan digunakan pada proyek-proyek lainnya yang serupa § Volume dan kualitas dari bahan dasar (raw material) sudah mencukupi untuk operasional proyek § Desain yang digunakan adalah opsi yang paling optimal, dan efektif dari segi biaya § Teknologi yang diusulkan untuk pembangunan sudah layak § Supplier teknologi yang ada lebih dari satu untuk mendorong adanya kompetisi § Jadwal pelaksanaan proyek yang realistis § Tersedianya lahan yang diperlukan untuk pembangunan dan operasional proyek

Page 12: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

12

7. ANALISIS EKONOMI

Analisis Biaya-Manfaat atau Cost-Benefit Analysis (CBA) adalah salah satu metodologi/analisis di dalam ilmu ekonomi yang sering dipakai oleh pengambil keputusan dengan cara memperkirakan manfaat dan biaya proyek dari sudut pandang masyarakat. Ada beberapa analisis ekonomi yang biasa dilakukan pada suatu proyek, antara lain seperti: cost analysis, fiscal impact analysis, cost-effectiveness analysis, economic impact assessment, dan lain-lain. Akan tapi yang paling sering digunakan untuk mengkaji proyek adalah analisis biaya-manfaat.

Tujuan dari analisis biaya-manfaat ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kasus ekonomi dalam keputusan investasi proyek ini dengan cara melakukan asesmen biaya dan manfaat untuk selanjutnya diketahui manfaat ekonomi netto dari proyek ini. Proyek akan dianggap layak secara ekonomi jika proyek tersebut dibutuhkan dan mampu memberikan manfaat yang lebih baik atau serupa dengan biaya yang lebih murah dari opsi-opsi lain yang menjadi alternatif.

7.1 Menetapkan fakta-fakta counterfactual atau opsi-opsi alternatif lain

Sub-bab ini berisi uraian tentang counterfactual—atau apa yang akan terjadi seandainya tidak ada Proyek. Counterfactual memberikan dasar dalam pelaksanaan analisis biaya-manfaat ekonomi, dan dengan demikian harus selalu dipertimbangkan dengan hati-hati.

Dalam beberapa kasus, counterfactual, atau juga dikenal dengan sebutan skenario “Jika Tanpa Proyek”, relatif cukup sederhana penjelasannya. Misalnya, untuk suatu rencana proyek pembangunan fasilitas yang memproduksi biogas dari air limbah untuk memasok suatu pabrik (penghasil starch) dengan energi panas dan listrik, jika tidak ada (counterfactual) proyek ini, maka air limbah akan terus dioleh di kolam-kolam terbuka, dan listrik untuk pabrik akan terus dipasok melalui jaringan yang sudah ada.

Pada beberapa kasus lainnya, seperti misalnya proyek desalinasi, bisa jadi terdapat lebih dari satu skenario “Jika Tidak Ada Proyek”. Dalam hal ini, jika tidak ada fasilitas desalinasi, ada dua skenario yang akan terjadi. Pada skenario yang ekstrim, tidak ada yang dapat dilakukan, dan air akan dipompa terus menerus yang tidak sustain. Oleh karena itu diperlukan suatu regulasi yang lebih ketat yang melibatkan Pemerintah dalam memberlakukan aturan penggunaan air.

7.2 Menganalisis biaya dan manfaat dari opsi-opsi

Pertama, bagian ini mengidentifikasi semua biaya dan manfaat yang akan dihasilkan proyek untuk publik. Secara umum, biaya dan manfaat dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

§ Biaya Langsung—mencakup belanja modal dimuka serta biaya-biaya operasional dan pemeliharaan proyek. Semua proyek-proyek infrastruktur akan menimbulkan biaya-biaya langsung. Namun demikian, karena ini adalah analisis ekonomi, kita masih belum memasukkan unsur pajak.

§ Biaya Tidak Langsung—biasanya berupa biaya-biaya yang terkait dengan dampak negatif dari proyek dan sering kali sulit untuk mengkuantifikasi nilainya dalam bentuk monetary value. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu metode untuk menghitung biaya tidak langsung tersebut. Contohnya adalah biaya adalah biaya untuk memindahkan aset serta kerusakan pada tata lahan di mana proyek berada dan beroperasi.

§ Manfaat Langsung—ini adalah manfaat yang dirasakan oleh para pengguna (penerima manfaat) proyek. Misalnya untuk proyek pembangunan jalur kereta api misalnya, manfaat langsungnya adalah mempersingkat waktu perjalanan serta biaya pengoperasian kendaraan, meningkatkan keandalan dan kenyamanan dalam perjalanan.

§ Manfaat Tak Langsung—manfaat sampingan yang bersifat positif yang ditimbulkan proyek, dan bisa juga dianggap sebagai “biaya-biaya yang bisa dihindarkan” akibat adanya proyek. Ini juga termasuk manfaat bagi lingkungan hidup.

Jenis biaya dan manfaat bersifat unik untuk masing-masing kasus. Pengelompokan ini berfungsi sebagai kerangka kerja secara kasus per kasus untuk menghindari penghitungan ganda/double counting. Pedoman tentang bagaimana cara menghitung biaya dan menfaat sosial-ekonomi diuraikan pada Lampiran B.

Page 13: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

13

Kedua, Penanggungjawab Proyek Kerjasama (PJPK) harus mempresentasikan hasil analisis biaya dan manfaat untuk mengetahui apakah proyek dimaksud betul-betul layak secara ekonomi. Teknik-teknik analisis biaya dan manfaat diuraikan pada Lampiran B.

Keluaran akhir/final output dari asesmen kelayakan ekonomi mencakup Net Present Value (NPV) dan Economic Internal Rate Of Return (EIRR) dari biaya dan manfaat ekonomi dari proyek.

§ NPV mencerminkan nilai kini dari biaya dan manfaat yang terjadi selama siklus hidup proyek § EIRR mencerminkan tingkat hasil laba berdasarkan mana nilai kini dari biaya dan manfaat

ekonomi dari proyek adalah sama.

EIRR harus dibandingkan dengan social discount rate. Pedoman tentang penentuan tingkat social discount rate diuraikan pada Lampiran B. Proyek-proyek yang diketahui memiliki EIRR yang positif dan lebih tinggi dari social discount rate dianggap layak secara ekonomi. Suatu proyek dengan hasil ekonomi negatif dapat dianggap menggunakan terlalu banyak sumberdaya sosial untuk mendapatkan manfaat yang terlalu kecil bagi masyarakat. Dari ini kemudian menuju analisis yang lebih rinci tentang kelayakannya sebagai suatu proyek KPBU.

7.3 Memperoleh penegasan apakah suatu proyek merupakan opsi yang paling tepat secara ekonomi

Hasil dari analisis biaya-manfaat untuk suatu proyek dan opsi counterfactual-nya akan memberikan konfirmasi apakah suatu proyek itu merupakan opsi yang akan memberikan manfaat ekonomi yang terbaik bagi publik.

Page 14: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

14

8. ANALISIS KEUANGAN Bab tentang analisis keuangan ini berisi uraian tentang analisis kuantitatif atas kelayakan keuangan dari suatu proyek. Analisis juga akan menunjukkan apakah proyek membutuhkan dukungan keuangan dan/atau jaminan dari Pemerintah. Analisis keuangan paling tidak diharapkan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian kelayakan proyek secara keuangan, dengan memberikan gambaran secara jelas terhadap kinerja keuangan dari sudut pandang penerimaan dan pengeluaran keuangan proyek, termasuk risiko yang akan dihadapi selama siklus proyek;

2. Kajian kebutuhan terhadap dukungan pemerintah (pusat maupun pemerintah daerah), apabila di kajian awal dinyatakan bahwa proyek ini tidak layak dengan hanya mengandalkan pendanaan dari Badan Usaha dan potensi pemasukan dari pelanggan atau pengguna (user charge) fasilitas infrastruktur yang akan dibangun. Termasuk juga yang dikaji adalah kerangka waktu yang dibutuhkan terhadap dukungan Pemerintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak.

3. Gambaran yang jelas terkait sumber pendanaan proyek termasuk persyaratan yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha terhadap pengembalian pendanaan, bila pendanaan tersebut didapat dari sektor perbankan atau swasta lainnya.

Komponen utama dari analisis keuangan diuraikan pada Gambar 8.1 di bawah ini.

Gambar 8.1: Analisis Keuangan / Financial Analysis

Analisis keuangan akan menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil analisis permintaan, kelayakan teknis dan estimasi biaya dengan mempertimbangkan opsi KPBU yang dipilih. Analisis keuangan menggunakan data-data biaya dan penerimaan yang terfokus kepada asesmen proyek dari sudut pandang investasi. Analisis ini akan menggunakan metode standar untuk proyek-proyek yang biasa dilakukan pada sektor swasta. Analisis ini menggunakan biaya utang atau ’debt service’, belanja modal komersial tertimbang, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) dan dinyatakan berdasarkan nilai kini (yang sudah mempertimbangkan oleh faktor-faktor eksternal proyek, seperti inflasi yang akan menimbulkan eskalasi biaya proyek).

Untuk menilai suatu proyek dari sudut keuangan, maka perlu untuk mengembangkan suatu proyeksi keuangan di masa datang dalam bentuk financial model. Pedoman tentang model keuangan diuraikan pada Lampiran C. Masukan untuk analisis keuangan yang terinci diharapkan mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Biaya Project Life Cycle untuk proyek beserta kerangka waktunya. Ini mencakup perkiraan belanja modal (Capital Expenditures) dan biaya operasi serta pemeliharaan (O&M costs). – Belanja Modal secara khusus dikaitkan dengan pengadaan jasa layanan baru, termasuk

namun tidak terbatas kepada biaya disain, pengadaan tanah dan pengembangan lahan, bahan baku, konstruksi serta mesin dan peralatan (termasuk infrastruktur IT). Juga harus mempertimbangkan biaya-biaya tenaga kerja proyek, manajemen dan pelatihan, termasuk jasa keuangan, hukum, pengadaan, teknis dan manajemen proyek. Juga mencakup beban bunga utang selama masa konstruksi.

– Biaya Operasi dan Pemeliharaan (O&M) mencakup biaya-biaya operasi dan pemeliharaan selama siklus proyek agar aset-aset di lingkup proyek tetap dalam kondisi yang terjaga dan

Page 15: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

15

tetap dalam kondisi yang cukup memadai untuk dapat memberikan output yang diinginkan. Juga mencakup biaya-biaya bahan baku, perlengkapan dan peralatan, manajemen langsung dan asuransi. Biaya O&M juga mencakup biaya pegawai secara penuh. Biaya O&M tahunan harus di-index-kan dengan estimasi tingkat inflasi.

§ Komponen penerimaan dan estimasi terhadap aliran penerimaan tersebut. Ini mencakup analisis tarif (di mana user wajib membayar terhadap penggunaan saran infrastruktur) dan sumber penerimaan sekunder lainnya yang terkait dengan proyek. Prastudi Kelayakan harus mencakup laporan survey tentang ‘kesediaan pelanggan untuk membayar’ atau willingness-to-pay untuk menjustifikasi asumsi tarif yang digunakan.

§ Struktur modal (rasio utang terhadap modal sendiri/ekuitas), jenis ekuitas. § Utang dan jadwal pembayarannya: Jenis utang dan tingkat suku bunga, masa tenggang dan

jadwal pembayaran utang § Belanja modal rata-rata tertimbang (WACC) § Spesifikasi Proyek (ketepatan waktu investasi, durasi proyek, dan lain sebagainya) § Tarif pajak § Dasar penyusutan yang diizinkan

Output/keluaran dari analisis keuangan harus mencakup beberapa indikator kunci sebagai berikut:

§ Rasio Profitabilitas dan Tingkat Kelayakan : Kelayakan keuangan biasanya dinyatakan sebagai Nett Present Value (NPV) atau Financial Internal Rate of Return (FIRR)/Hasil Laba terhadap Ekuitas (ROE) dari proyek.

§ Payback Period : jumlah tahun yang diperlukan untuk dapat menutup modal yang diinvestasikan.

§ Debt Service Coverage Ratio (DSCR) : anggaran arus kas sekurang-kurangnya harus mencukupi untuk dapat membiayai beban bunga utang yang direncanakan. Bergantung kepada profil risiko dari masing-masing proyek, rasio DSCR dari lembaga-lembaga keuangan akan berbeda-beda.

§ Asesmen tentang subsidi di mana terdapatnya defisit antara pendapatan dari penerimaan proyek dan biaya yang digunakan untuk pembangunan dan pengoperasian proyek ataupun untuk meningkatkan tingkat kelayakan proyek melalui viability gap funding (VGF).

Output di atas perlu diuji berdasarkan sejumlah skenario yang berbeda-beda tentang permintaan, tarif dan biaya proyek. Proyek-proyek yang secara keuangan layak memiliki NPV yang positif dan proyek IRR yang lebih besar dari syarat tingkat pengembalian bagi investor. Pedoman rinci terkait analisis keuangan diuraikan pada Lampiran C.

Page 16: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

16

9. ANALISIS LINGKUNGAN DAN SOSIAL Analisis lingkungan, sosial dan penagdaan tanah perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi dampak potensial pada tahapan pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional proyek serta estimasi biaya untuk memitigasi dampak tersebut. Kajian tersebut diharapkan dilakukan mengacu pada peraturan pemerintah yang ada. Prastudi Kelayakan harus dapat menguraikan studi-studi yang diperlukan sebagaimana dipersyaratkan peraturan Pemerintah Indonesia, serta studi-studi tambahan lainnya untuk dapat menyediakan informasi yang cukup baik bagi penanggung jawab proyek sehingga penawaran yang dilakukan telah meminimalisir risiko-risiko yang akan terjadi. Cakupan dari analisis sosial dan lingkungan harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Mengidentifikasi dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi terjadi dan manfaat proyek untuk sosial masyarakat, baik yang terukur maupun tidak terukur

§ Menyiapkan rencana mitigasi dampak lingkungan dan sosial dan mengestimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan dan monitoring dampak tersebut

9.1. Syarat-Syarat Hukum / Legal Requirements Sub-bab dari Prastudi Kelayakan ini berisi uraian tentang kerangka hukum yang mengatur aspek sosial, lingkungan dan pengadaan tanah dari proyek. Selain itu juga memuat tentang semua persyaratan hukum yang berlaku atas proyek. Hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mengatur tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang diperlukan pada tahapan Prastudi Kelayakan. Peraturan pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang menjadi acuan, antara lain:

§ Undang-Undang Indonesia No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan § Peraturan Pemerintah No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan § Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5/2012 tentang jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan

yang diwajibkan untuk melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) § Undang-Undang No.2 /2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum § Peraturan Presiden No 71/2012 tentang pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum § Perpres No 30 /2015 tentang perubahan ketiga Perpres No 71/2012 tentang pelakanaan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. § Peratuan lainnya yang terkait dengan proyek yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya adalah

Peraturan Menteri Bappenas No. 4/2015 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

Bab ini harus dapat mengidentifikasi studi sosial dan lingkungan seperti apa yang diperlukan, dan jenis perizinan apa yang diperlukan. Informasi ini akan membantu para peserta lelang dalam menyiapkan dokumen penawaran serta opsi-opsi untuk menekan risiko.

9.2. Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial

Analisis dampak lingkungan dan sosial memuat rincian dari studi-studi yang perlu dilakukan serta rencana pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan dan sosial yang akan dilakukan oleh PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. Analisis Dampak Lingkungan yang dilakukan minimal meliputi aspek-aspek sebagaimana berikut:

§ Mendeskripsikan tentang rona lingkungan awal lingkungan hidup dan sosial di lokasi rencana proyek sehingga dapat diperoleh informasi tentang kondisi fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya;

§ Kesesuaian lokasi rencana proyek dengan rencana tata ruang; § Mengidentifikasi potensi dampak lingkungan dan sosial yang muncul pada tahapan pra-

konstruksi, konstruksi dan operasi proyek; § Mengukur kategori skala dampak yang potensial terjadi, yaitu: tinggi, sedang, atau rendah

berdasarkan peraturan Pemerintah Indonesia; § Menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagai upaya mitigasi dampak

yang berpotensi terjadi dari proyek; § Mengidentifikasi pihak yang akan terkena dampak dari proyek dan kompensasi yang diperlukan

(jika diperlukan § Mengidentifikasi kebutuhan perizinan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan Pemerintah;

Page 17: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

17

§ Menyusun rencana peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan program pelatihan untuk melaksanakan program perlindungan dan pengelolaan lingkungan;

§ Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan sosial sebagai upaya mitigasi dampak yang muncul;

§ Menyiapkan rencana dan jadwal untuk melaksanakan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dipersyaratkan peraturan yang berlaku

Panduan dari PT PII tentang analisis dampak lingkungan untuk proyek-proyek KPBU adalah referensi yang baik dan telah dilampirkan pada Lampiran G. 9.3. Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali PJPK diwajibkan untuk membuat sebuah rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali untuk mendapatkan izin penetapan lokasi sebagai dasar dalam pelaksanaan pengadaan tanah serta dana yang diperlukan untuk memperoleh hak atas tanah yang diperlukan untuk proyek. Bab ini berisi uraian tentang:

§ Lokasi tapak proyek yang mencakup desa, kecamatan dan kabupaten/kota § Kajian awal luas tanah yang dibutuhkan untuk proyek § Identifikasi awal tentang status tanah dan objek terkena proyek § Rencana pengadaan tanah, rencana pemukiman kembali serta biaya-biayanya § Risiko potensial yang mungkin muncul selama proses pengadaan tanah § Rencana pemantauan pelaksanaan

Bab ini memasukkan juga peta lokasi tapak proyek serta dokumen-dokumen dari pemerintah setempat untuk mendukung pelaksanaan pengadaan tanah. Panduan dari PT PII tentang analisis untuk pengadaan tanah untuk proyek-proyek KPBU adalah referensi yang baik dan telah dilampirkan pada Lampiran H.

Page 18: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

18

10. ANALISIS HUKUM DAN KELEMBAGAAN Pada bagian ini PJPK akan menetapkan apakah proyek ini layak secara hukum dan kerangka kerja kelembagaan sudah memadai bagi dilaksanakannya proyek. 10.1. Analisis Hukum Bab ini berisi review terhadap kerangka hukum serta asesmen tentang apakah terdapat hambatan hukum bagi pelaksanaan proyek. Secara umum, analisis hukum mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Identifikasi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka implementasi proyek.;

§ Eligibilitas sebagai Proyek KPBU: mengkaji apakah proyek sudah eligibel (memenuhi persyaratan) sebagai Proyek KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 dan Permen Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 serta perubahan-perubahannya, antara lain, namun tidak terbatas, terhadap hal-hal sebagai berikut: – Apakah proyek telah tercatat sebagai salah satu proyek dalam Daftara Rencana KPBU (PPP

Book); – Apakah sektor bisnis proyek merupakan sektor yang dapat dikerjasamakan berdasarkan

Perpres KPBU; § Investasi: mengkaji apakah ada pembatasan bagi investasi, utamanya investasi asing, dalam

sektor bisnis proyek; § Pendanaan: untuk mengkaji apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku bagi kreditur lokal maupun asing dalam rangka memberikan pembiayaan untuk proyek;

§ Peraturan Sektor terkait: untuk mengkaji apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan sektor terkait dalam rangka pelaksanaan proyek;

§ Pengadaan Badan Usaha: untuk mengkaji metode pemilihan badan usaha pelaksana yang akan ditetapkan, apakah akan dilakukan melalui proses pelelangan atau penunjukan langsung;

§ Struktur Proyek: mengkaji apakah struktur proyek diperbolehkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara khusus melakukan kajian, antara lain, namun tidak terbatas terhadap hal-hal sebagai berikut: - apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku terhadap skema kerjasama yang diusulkan (misalnya BOT/Konsesi/jenis lainnya);

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap jenis pengembalian investasi yang diusulkan;

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi PJPK untuk dapat melakukan pembayaran atas suatu kewajiban finansial kepada Badan Usaha Pelaksana dalam rangka pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana;

- apakah terdapat persetujuan (misalnya persetujuan DPR/DPRD) yang perlu didapatkan untuk dapat mengimplementasi perjanjian-perjanjian proyek dalam rangka menjalankan struktur proyek yang diusulkan;

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menggunakan barang/tanah milik negara (dalam hal diperlukan).

§ Penjaminan Pemerintah/Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI): mengkaji apakah proyek eligibel (memenuhi persyaratan) untuk mendapatkan Penjaminan Pemerintah/BUPI antara lain, namun tidak terbatas, terhadap hal-hal sebagai berikut: - apakah kelayakan proyek telah memenuhi persyaratan dalam peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai penjaminan pemerintah/BUPI untuk proyek infrastruktur;

- identifikasi jenis risiko infrastruktur/kewajiban finansial maupun besaran penjaminan yang akan diusulkan dan jangka waktu penjaminan yang diperlukan;

- identifikasi rencana mitigasi risiko dalam proyek; - apakah terdapat pembatasan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan prosedur yang jelas bagi PJPK untuk dapat melakukan pembayaran atas perjanjian regres kepada BUPI dalam pembayaran regres sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penjaminan pemerintah/BUPI untuk proyek infrastruktur;

Page 19: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

19

- apakah terdapat persetujuan (misalnya persetujuan DPR/DPRD) yang perlu didapatkan untuk dapat mengimplementasi perjanjian regres dalam rangka menjalankan menjalankan penjaminan pemerintah;

§ Perizinan: identifikasi perizinan maupun persetujuan yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, termasuk syarat-syarat maupun indikasi jangka waktu untuk mendapatkan persetujuan tersebut.

§ Hukum dan perundang-undangan lain yang terkait. Terkait dengan pembatasan-pembatasan regulasi berdasarkan analisis di atas, perlu mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, atau penerbitan peraturan perundang-undangan (misalnya peraturan daerah) yang baru

10.2. Analisis Kelembagaan Bab ini berisi kajian terkait dengan tugas dan kewenangan PJPK maupun para pemangku kepentingan didalam pelaksanaan proyek. Secara umum, analisis kelembagaan mencakup hal-hal sebagai berikut :

§ Memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastuktur;

§ Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU. Pemangku kepentingan didalam proyek, antara lain, namun tidak terbatas pada:

– Otoritas sektor yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan dan standar teknis pada sektor di mana proyek bernaung;

– Kementerian, otoritas maupun dinas terkait yang terlibat dalam pemberian Dukungan Pemerintah untuk proyek;

– Kementerian Keuangan sebagai pihak yang memberikan Dukungan Kelayakan (apabila ada) dan PT PII sebagai Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur yang menberikan penjaminan pemerintah untuk Proyek;

– Lembaga-lembaga yang bertanggungjawab untuk menerbitkan perijinan atau persetujuan; – Lembaga-lembaga lain yang bertanggungjawab untuk menerbitkan peraturan perundang-

undang yang mengatur proyek; – Lembaga-lembaga lainnya relevan.

§ Menentukan tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan dalam pelaksanaan

proyek. Kajian ini mencakup uraian rinci tentang tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan, serta menetapkan apakah pemangku kepentingan tersebut diijinkan untuk melaksanakan peran dan tanggung jawab yang diperlukan dalam proyek berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

§ Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan kajian Prastudi Kelayakan serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;

§ Menentukan dan menyiapkan perangkat hukum kelembagaan (e.g peraturan daerah atau peraturan menteri) atau instrumen hukum yang diperlukan untuk dapat melaksana proyek (e.g service level agreement).

Page 20: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

20

11. ANALISIS RISIKO Bagian tentang analisis risiko menjelaskan pengelolaan risiko-risiko yang terkait dengan pelaksanaan Proyek dan bagaimana mengalokasikan dan memitigasi risiko-risiko tersebut. 11.1 Mengidentifikasi Risiko-Risiko Pertama-tama, sebelum mendapatkan profil risiko utama (key risks) untuk dapat dikelola di tahapan selanjutnya, PJPK perlu mengidentifikasi semua risiko yang terkait dengan Proyek. Identifikasi risiko Proyek sangat penting sehingga PJPK dapat merumuskan langkah mitigasi risiko (mengurangi dampak risiko atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko) tersebut. Pedoman khusus tentang bagaimana caranya mengidentifikasi risiko-risiko diuraikan pada Section D.3. 11.2 Evaluasi Risiko Tahap evaluasi risiko ditujukan untuk mendapatkan daftar risiko prioritas (risk priority) sebagai risiko utama Proyek. Risiko prioritas tersebut disusun berdasarkan parameter tingkat risiko yang dikuantifikasi atau dibentuk oleh komponen dampak risiko dan tingkat keterjadian/probabilitas risiko (sering disebut sebagai penilaian risiko atau risk assessment). Sebagai catatan penting, selain keterkaitan atau korelasi dari suatu risiko dengan risiko yg lain, aspek kualitas data atau informasi mengenai dampak dan probabilitas untuk setiap risiko harus cukup kredibel agar dapat menghasilkan suatu proses kuantifikasi risiko yang baik.

§ Analisis Sensitivitas, menilai sensitivitas Proyek dengan asumsi-asumsi tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk mengkuantifikasi suatu risiko. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam suatu model finansial dirubah dengan sensitivitas tertentu untuk melihat dampak suatu risiko terhadap hasil proyeksi keuangan dan ekonomi proyek.

§ Analisis Skenario, mendefinisikan bagaimana asumsi model berubah dengan skenario ini, dan menghitung hasil proyek dengan skenario ini. Hal ini berguna untuk menunjukkan keseluruhan dampak dari suatu risiko, atau efek gabungan dari beberapa risiko yang terjadi sekaligus.

§ Simulasi Monte Carlo, apabila dimungkinkan dilakukan penghitungan simulasi Monte Carlo. Simulasi ini menghitung probabilitas suatu hasil dengan melakukan simulasi acak terhadap ribuan skenario. Analisis ini dilakukan dengan cara, mendefinisikan probabilitas pertama untuk terjadinya setiap risiko, lalu mendefiniskan dampak terjadinya risikonya tersebut pada asumsi model, dan terakhir mendefinisikan kemungkinan terjadinya risiko-risiko secara bersama. Simulasi komputer digunakan untuk mengiterasi ribuan skenario secara acak berdasarkan probabilitas input.

Secara grafis, pendekatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 11.1: Metode Pembuatan Model Risiko

11.3 Alokasi Risiko Untuk Memaksimalkan Value For Money

Setelah semua risiko proyek telah diidentifikasi, kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dalam Prastudi Kelayakan Proyek dan sangat terkait dengan Analisis Struktur KPBU (pada Bagian 12) di mana lingkup pekerjaan/fungsi KPBU juga ditentukan oleh struktur alokasi risiko.

Page 21: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

21

Dalam konteks transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (Perjanjian KPS) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko secara kontraktual yang optimal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal. Pada umumnya, setiap risiko harus dialokasikan kepada pihak terbaik yang mampu mengelola, mengurangi ataupun mendiversifikasi, sesuai dengan logika yang ada di Gambar 11.2, dengan penjelasan sebagai berkut:

§ Mengelola kemungkinan terjadinya suatu risiko Alokasi risiko kepada pihak terbaik yang mampu mengelola suatu risiko yang kemungkinan terjadi

§ Memitigasi dampak terjadinya suatu risiko pada hasil proyek Jika suatu risiko tidak dapat dengan mudah dikelola oleh salah satu pihak, risiko tersebut perlu dikelola oleh pihak yang paling mampu untuk mengurangi dampaknya. Dalam hal ini termasuk mengantisipasi terjadinya risiko tersebut, dan memberikan respon untuk meminimalisasi dampak kerugiannya.

§ Mendiversifikasi biaya untuk menyerap risiko Jika suatu risiko tidak dapat dikelola dengan baik atau dikurangi oleh salah satu pihak, risiko tersebut harus dikelola oleh pihak terbaik yang mampu menyerap risiko dengan biaya terendah (misalnya kepada asuransi pihak ketiga).

Gambar 11.2.: Logika dalam Alokasi Risiko KPBU

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut:

§ Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya (konstruksi, operasi), sebaiknya ditanggung pihak swasta;

§ Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (kejadian kahar);

§ Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;

§ Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya layanan penting ke masyarakat), di mana jika Badan Usaha Pelaksana gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.

Panduan yang lebih detil tentang alokasi risiko diuraikan pada Section D.3.

Page 22: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

22

12. BENTUK KERJASAMA Bab ini membahas tentang opsi KPBU yang diusulkan beserta alasannya, yang mencakup informasi sebagai berikut:

§ Spesifikasi Keluaran: berisi uraian tentang infrastruktur apakah yang akan disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana

§ Tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana § Uraian tentang opsi-opsi pelaksanaan KPBU serta model KPBU § Uraian tentang pengaturan pembagian risiko berdasarkan berbagai opsi pelaksanaan proyek § Uraian tentang isu-isu pokok yang dipertimbangkan serta solusi yang diusulkan § Seluruh informasi yang relevan yang akan memungkinkan Pemerintah untuk menyetujui proyek

ini sebagai proyek KPBU dan sebagai dasar untuk langkah berikutnya. Misalnya tentang peran swasta dalam skema KPBU telah memenuhi prinsip value for money.

Pedoman rinci tentang bagaimana cara mengembangkan sebuah strktur KPBU diuraikan pada Lampiran D.

13. DUKUNGAN PEMERINTAH Bagian ini membahas tentang Dukungan Pemerintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak. Berdasarkan analisis keuangan dan ekonomi, PJPK menyatakan tentang jenis dukungan yang diperlukan beserta justifikasi tentang alasan bagi Pemerintah untuk mendukung proyek tersebut. Dukungan Pemerintah mencakup bantuan fiskal dan non fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing, antara lain:

§ Kontribusi Keuangan dan In-kind Contribution (seperti VGF atau pendanaan dalam bentuk lainnya) untuk mendukung sebagian dari konstruksi;

§ Kontribusi Fiskal dalam bentuk kas atau non kas selama operasional proyek (seperti subsidi tarif atau subsidi cash short-fall);

§ Bentuk lain-lain, jika diharuskan oleh hukum.

Dukungan Pemerintah lainnya dapat berupa penyediaan berbagai jenis jaminan dalam rangka mengurangi risiko yang ditanggung pihak swasta. Untuk mendapatkan penjaminan, PJPK harus memberikan justifikasi bahwa proyek telah memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan.

14. RENCANA PELAKSANAAN PROYEK Bab ini menyajikan rencana pelaksanaan oleh PJPK mulai dari tahapan transaksi, yakni di dalamnya terdapat tahapan pengadaan Badan Usaha, sampai kepada financial close. Usulan rencana pembangunan dan operasi proyek juga harus dimasukkan. Rencana Pelaksanaan harus secara jelas menyatakan:

§ Tugas-tugas yang harus dilaksanakan § Jadwal waktu pelaksanaan § Ttitk-titik kinerja pokok / Key milestones § Pihak-Pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan masing-masing tugas

Pengadaan Badan Usaha dilaksanakan berdasarkan peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Pengadaan Badan Usaha ini mengacu kepada Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Page 23: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

23

Lampiran A Daftar Istilah dan Maknanya Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Tahunan

Rasio arus kas untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang dan dihitung per tahun operasi. Angka ini menunjukkan apakah pendapatan netto dari proyek, dengan margin yang memadai, mampu menutup kewajiban pembayaran utang tahunan. Besaran DSCR dapat berbeda-beda sesuai dengan profil risiko dari masing-masing proyek. Pada umumnya, besaran DSCR untuk setiap tahun operasi adalah antara 1,2 sampai dengan 1,4.

Ketersediaan Periode di mana aset (baik seluruhnya atau sebagiannya) dapat berfungsi menyediakan jasa layanan sebagaimana ditetapkan dalam kontrak.

Proyek yang layak mendapat pinjaman bank (Bankable project)

Proyek yang layak untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan, karena memiliki alokasi risiko yang dapat diterima, mampu menghasilkan return on equity (RoE) yang kompetitif dan mampu mempertahankan angka DSCR yang diminta oleh kreditur.

Belanja modal (Capital expenditure)

Pengeluaran dengan tingkat pengembalian jangka panjang untuk pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur.

Arus Kas Ukuran likuiditas sebuah perusahaan, yang terdiri dari pendapatan netto dan pengeluaran non kas, seperti beban penyusutan.

Analisis biaya-manfaat Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi

dan menetapkan besaran biaya dan manfaat dari proyek serta, jika mungkin, menetapkan besaran nilainya.

Pemegang konsesi / Concessionaire

Pihak swasta dalam suatu perjanjian konsesi.

Kewajiban kontinjen

Suatu kewajiban yang mungkin akan muncul di masa yang akan datang

Lembaga penandatangan kontrak

Penanggungjawab Proyek Kerjasama (PJPK)

Belanja modal Tarif yang harus dibayar oleh sebuah perusahaan kepada investor atas modal yang ditanamkan pada proyek

Discounted cash flow Nilai kini dari suatu arus kas masa depan yang didiskonto oleh suatu faktor diskon majemuk tertentu.

Tingkat diskon (Discount rate) Suatu prosentase tarif pada tingkat di mana nilai dari manfaat dan biaya mengalami penurunan di masa depan dibandingkan dengan masa kini

Analisis Keuangan Membandingkan antara pendapatan dan beban proyek (biaya investasi, pemeliharaan dan operasi) dan menghitung rasio keuangan yang terkait.

Nilai masa depan (Future value) Nilai investasi pada suatu periode tertentu berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.

Internal rate of return (IRR) Nilai dari tingkat diskonto pada tingkat di mana net present value (NPV) sama dengan nol.

Page 24: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

24

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)

Bentuk investasi di mana pihak swasta menyediakan jasa layanan publik, yang biasanya disediakan oleh Pemerintah, melalui kerjasama antara Pemerintah dengan satu atau lebih badan usaha. Ada beberapa model KPBU mulai dari Build-Own-Operate-Transfer (BOOT) sampai ke kontrak-kontrak manajemen.

Proyek Suatu proyek investasi untuk membangun atau memperbaiki kapasitas infrastruktur dan/atau kegiatan manajemen infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dengan tujuan untuk memperbaiki efisiensi infrastruktur

FIRR (atau eFIRR) – (Equity) Financial Internal Rate of Return

(e)FIRR adalah suatu indikator untuk mengukur laba keuangan atas suatu investasi melalui pendapatan yang dihasilkan oleh proyek dan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang investasi.

Financial Net Present Value (FNPV)

Nilai kini dari arus kas netto atau nilai proyek saat ini

Debt Service Coverage Ratio (DSCR) (Rasio Kemampuan Membayar Kewajiban Utang)

Appendix ARasio arus kas yang tersedia untuk membayar kewajiban pembayaran bunga dan pokok tahunan atas suatu utang, termasuk pembayaran untuk dana mengendap (sinking fund).

EIRR – Economic Internal Rate of Return

Sebuah indikator untuk mengukur arus masuk kas yang diperkirakan sebagai manfaat ekonomi dari proyek dibandingkan dengan ekonomi lokal dan nasional

Suku bunga bebas risiko/ Risk free interest rate

Suku bunga yang berlaku atas obligasi bebas yang default (gagal bayar) apabila tidak ada inflasi.

Analisis Sensitivitas

Analisis tentang dampak dari rencana keuangan dan ekonomi atau perkiraan perubahan atas salah satu variabel masukan.

Subsidi Suatu bentuk bantuan atau dukungan keuangan yang dibayar oleh Pemerintah untuk mendukung proyek

Viability Gap Funding (VGF) Subsidi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada proyek KPBU yang dianggap layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara keuangan. Pemerintah membuat suatu proyek KPBU menjadi layak secara keuangan dengan cara mengalokasikan sebagian dari anggaran fiskalnya untuk mendanai kesenjangan antara pendapatan proyek yang diharapkan dan tingkat pendapatan yang sesuai agar proyek menjadi layak secara keuangan. Kementerian Keuangan Republik Indonesia menetapkan kriteria dan prosedur untuk mendapatkan VGF.

Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Tarif rata-rata tertimbang yang harus dibayar oleh sebuah perusahaan untuk modalnya, yang terdiri dari utang dan ekuitas. WACC adalah keuntungan minimum atau target yang harus diperoleh perusahaan untuk dapat membayar para krediturnya, pemilik modalnya, serta penyedia modal lainnya. Angka ini digunakan oleh investor swasta dalam menilai suatu peluang investasi.

Page 25: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

25

Lampiran B Analisis biaya dan manfaat sosial-ekonomi Bab ini memberikan pedoman tentang bagaimana cara melakukan analisis biaya dan manfaat sosial-ekonomi. Biaya dan manfaat ekonomi tidak sama dengan biaya dan manfaat keuangan. Analisis ekonomi mencakup dampak proyek yang tidak memiliki harga pasar serta dampak positif dan negatif yang dialami oleh masyarakat yang bukan pemakai langsung dari jasa layanan. Ada sejumlah item biaya yang harus selalu dikeluarkan dari analisis ekonomi termasuk biaya-biaya mengendap, penyusutan serta belanja modal. Sementara analisis biaya dan manfaat sosio-ekonomi digunakan untuk mengevaluasi manfaat netto dari proyek jika dibandingkan dengan alternatif lainnya, proyek bisa saja memiliki dampak lain-lain yang belum dipertimbangkan di dalam analisis biaya dan manfaat. Analisis dampak ekonomi atau economic impact analysis (EIA) bersifat analisis tambahan untuk memberikan gambaran lebih menyeluruh terkait manfaat ekonomi proyek. Kami memberikan penjelasan singkat tentang EIA tersebut sebagai referensi para pembaca. B.1. Menetapkan maksud dan tujuan proyek serta alternatif-alternatifnya Sebelum menganalisis, PJPK harus dengan jelas menetapkan tujuan dari proyek, atau apa yang ingin dicapai PJPK dari usulan proyek. Tujuan dimaksud harus ditetapkan dalam kaitannya dengan adanya suatu kebutuhan yang muncul dari konteks di mana proyek akan dilaksanakan. Tujuan tersebut harus dikuantifikasi melalui sejumlah indikator dan target. Misalnya, tujuan dari suatu proyek transportasi perkotaan di Jakarta adalah untuk mengurangi kemacetan di kota Jakarta akibat dari dinamisme urbanisasi. Tujuan harus ditetapkan dalam konteks social-ekonomi Jakarta untuk menunjukkan bahwa kebutuhan atas proyek disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, urbanisasi serta masuknya para pekerja. Ditetapkannya dengan jelas tujuan dari proyek sangat penting untuk dapat mengidentifikasi dampak yang akan ditimbulkan oleh proyek tersebut serta menegaskan relevansi dari proyek dalam rangka memenuhi kebutuham masyarakat. Namun demikian, proyek hanya satu dari sejumlah opsi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ada sejumlah alternatif atau pilihan lainnya. PJPK harus menyatakan sekurang-kurangnya dua alternatif lainnya itu: “dengan proyek” dan “tanpa proyek.” B.2. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat Evaluasi terhadap proyek dilakukan untuk melihat kontribusi suatu proyek bagi kesejahteraan masyarakat, seperti meningkatnya standar hidup masysrakat melalui peningkatan pendapatan dan tabungan. Untuk mengevaluasi manfaat bersih (nilai manfaat ekonomi yang telah dikurangi biaya ekonomi) dari proyek, PJPK harus mengidentifikasi apa saja yang menjadi biaya dan manfaat proyek.

B.2.1. Biaya Ekonomi Biaya ekonomi mencakup biaya awal pengembangan proyek dan biaya operasional dan pemeliharaan tahunan. Biaya juga mencakup biaya-biaya yang terkait dengan dampak sosial dan lingkungan serta berbagai dampak negatif lain-lain serta biaya upaya mitigasi yang diperlukan. Biaya-biaya dapat berbeda-beda tergantung kepada sifat dari masing-masing proyek. Daftar indikatif biaya-biaya dimaksud adalah sebagai berikut:

§ Biaya Proyek: valuasi pasar atas masukan/input (tanah, material, buruh, dan lain-lain) ke proyek,

yang disesuaikan dengan distorsi yang terjadi di pasar (misalnya pajak atau subsidi). § Biaya Sekunder yang memiliki dampak di luar proyek itu sendiri. Biasanya ini merupakan

dampak sampingan yang negatif terkait dengan proyek dan sering kali tidak memiliki nilai uang atau harga pasar yang dapat dikaitkan dengannya.

B.2.2. Manfaat Ekonomi Manfaat ekonomi merupakan besaran manfaat inkremen atau penghematan biaya yang terjadi dari proyek. Manfaat bisa berbeda-beda tergantung kepada karakteristik dari masing-masing proyek. Daftar indikatif manfaat dimaksud adalah sebagai berikut: § Manfaat inkremen/incremental benefits: nilai yang diberikan oleh pengguna atas jasa layanan

yang dihasilkan. Ini bisa diukur dengan seberapa besar ongkos yang bersedia dibayar oleh pengguna untuk dapat menikmati manfaat yang dihasilkan proyek. Ongkos tersebut tidak musti sama dengan yang secara aktual dibayar oleh pengguna.

§ Manfaat sampingan dan sekunder: Berupa manfaat sampingan yang berasal dari proyek, dan bisa juga dianggap sebagai ‘biaya yang terhindarkan’ yang dimungkinkan berkat adanya proyek. Manfaat ini juga termasuk manfaat bagi lingkungan.

B.3. Menghitung Besaran biaya dan manfaat Untuk menghitung total biaya, PJPK harus mendapatkan dulu biaya keuangan proyek (misalnya: tanah, material, tenaga kerja) ditambah dengan dampak samping negatif – yakni biaya-biaya yang tidak dihitung oleh

Page 26: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

26

pasar (misalnya: mereka yang harus kehilangan tempat, polusi). Ada beberapa item biaya yang harus selalu dikeluarkan dari analisis ekonomi, termasuk biaya mengendap, penyusutan dan beban modal. Dari sisi manfaat, PJPK harus menggunakan cara pendekatan yang sama dan pertama-tama harus mempertimbangkan manfaat keuangan dari proyek (misalnya: biaya-biaya yang terhindarkan, penghematan dan pendapatan), lalu masukkan dampak samping yang positif seperti waktu perjalanan yang lebih cepat, berkurangnya biaya kesehatan, d.l.l. Misalnya, untuk suatu proyek pembangunan rumah sakit, manfaat keuangan bisa mencakup menurunnya biaya-biaya administratif dan tenaga kerja. Untuk suatu proyek sanitasi, dampak samping yang positif mencakup berkurangnya penyebaran penyakit menular. Manfaat sekunder—efek manfaat atas kegiatan yang secara teknologi terkait dengan para pengguna langsung proyek—juga harus dimasukkan dalam pertimbangan analisis manakala mungkin. Manfaat proyek tidak sama dengan pendapatan dari proyek. Namun pendapatan dari ongkos yang dibayar pengguna dapat digunakan untuk memberikan dasar bagi manfaat-manfaat potensial. Hal ini dikarenakan konsumen bisa jadi memberi nilai lebih pada suatu layanan infrastruktur lebih dari ongkos yang mereka keluarkan. Selisih tersebut dinamakan dengan ‘consumer surplus.’ Cara pendekatan permintaan sebagaimana diuraikan dalam Bab 5 dapat digunakan untuk menginformasikan perhitungan surplus konsumen. Ada sejumlah teknik valuasi yang dapat digunakan untuk biaya dan manfaat lainnya yang tersisa. Pilihan metode valuasi dapat secara signifikan mempengaruhi hasil dari proyek yang diusulkan. Dalam analisis keekonomian, ada sejumlah konsep pokok sebagaimana diuraikan dalam kotak di bawah ini.

Kotak 0.1: Beberapa konsep pokok

Biaya Opportunity adalah perolehan potensial dari alternatif terbaik berikutnya manakala harus memilih dari beberapa pilihan yang sama-sama eksklusif. Misalnya, memilih untuk melaksanakan suatu pilihan proyek akan memakan sejumlah sumber daya dari proyek-proyek lainnya sehingga mengurangi hasil keluaran mereka. Berkurangnya hasil keluaran dari proyek-proyek lainnya itu merupakan biaya.

Harga Bayangan adalah harga dengan memasukkan komponen biaya peluang sosial dari sumber daya dimaksud.

Biaya/manfaat pasar harus ditentukan dengan menggunakan harga pasar atau, jika tidak, harga bayangan. Harga pasar pada dasarnya adalah harga yang sedang ditampilkan di pasar. Pada kasus di mana harga pasar diatur besarannya atau dipengaruhi oleh pengendali pasar, maka yang digunakan adalah harga bayangan. Harga bayangan harus mencerminkan harga pasar yang terjadi seandainya harga tidak diatur atau ditetapkan dalam lingkungan persaingan.

Kelebihan dari kedua cara pendekatan ini diuraikan pada Tabel B.1.

Tabel B.1.: Valuasi Ekonomi – barang/jasa di pasar

Pendekatan Uraian Aplikasi yang sesuai Manfaat Batasan

Harga pasar Harga pasar minus pajak plus subsidi

Ketika terdapat persaingan yang menadai, sedikit dampak, tidak ada campur tangan regulasi pemerintah.

§ Sederhana cara perhitungannya § Cara pendekatan yang kuat karena hanya ada sedikit menggunakan asumsi/ manipulasi harga yang terjadi

Mungkin tidak cocok untuk sejumlah barang/jasa tertentu

Harga bayangan

Simulasi harga pasar dalam suatu pasar sempurna.

Apabila terdapat: § Regulasi tentang harga § Kendali monopoli § Ada dampak samping/sosial

§ Jika dilaksanakan dengan benar dapat mencerminkan harga ekonomis yang sebenarnya.

§ Diperlukan keahlian teknis tingkat tinggi untuk menafsirkan harga § Data intensif § Bisa jadi bergantung kepada asumsi-asumsi, mengurangi kekuatan dari besaran harga final yang dihasilkan.

Untuk biaya dan manfaat non-pasar, harus menggunakan cara pendekatan yang berbeda untuk penilaian/valuasi ekonomi. Ada sejumlah cara pendekatan yang tersedia termasuk ekivalen harga pasar (market-price-equivalent), biaya produksi, rente sumberdaya, biaya pengganti, preferensi terungkap dan

Page 27: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

27

preferensi yang dinyatakan. Kelebihan dari masing-masing cara pendekatan adalah sebagaimana diuraikan dalam Tabel B.2.

Manakala teknis valuasi yang cocok tidak tersedia, maka biaya dan manfaat harus tetap dijabarkan dan dikuantifikasi manakala memungkinkan.

Tabel B.2.: Valuasi Ekonomi – barang/jasa non-pasar

Cara pendekatan

Uraian Aplikasi yang sesuai Manfaat Batasan

§ Ekuivalen Harga Pasar

§ Menggunakan harga barang substitusi yang mungkin ditemukan di pasar. § Misalnya: nilai dari harga bersih diperkirakan berdasarkan harga yang dibayar untuk air filtrasi.

§ Manakala tersedia data tentang barang substitusi di pasar

§ Dari sekian banyak teknis valuasi untuk barang/jasa non pasar, metode ini mampu secara akurat menangkap nilai bagi konsumen/ consumer value.

§ Tidak tersedia untuk semua barang/jasa non-pasar § Barang substitusi tidak akan betul-betul sama – bisa jadi lebih baik/buruk dari segi kualitas

§ Biaya produksi

§ Menggunakan biaya produksi marginal untuk memperkirakan nilai. § Misalnya: Penggunaan oleh militer

§ Manakala masyarakat menginginkan jasa layanan, namun karena barang/jasa bersifat non-excludable dan non-rivalry, maka tidak dapat dijual di pasar

§ Perhitungannya sederhana karena hanya menggunakan sedikit asumsi

§ Tidak mampu menunjukkan aspek kesediaan untuk membayar Biaya tinggi ≠ nilai tinggi. § Bisa jadi meng-underestimate nilai barang/jasa dengan manfaat sosial yang besar

§ Rente sumberdaya / Resource rent

§ Pemerintah memungut biaya untuk penggunaan aset publik. § Misalnya: ijin penangkapan ikan

§ Manakala harga untuk rente sumberdaya telah dirancang untuk dapat mencerminkan baik permintaan maupun ketidaksediaan sumberdaya secara cukup (dijual melalui lelang dengan pembatasan penggunaan)

§ Perhitungan yang relatif sederhana dengan menggunakan sedikit asumsi

§ Kebanyakan pajak/biaya rente sumberdaya bersifat acak dan tidak mencerminkan keterbatasan/scarcity maupun kesediaan untuk membayar.

§ Biaya untuk barang pengganti/ replacement

§ Biaya untuk mengganti jasa layanan yang sama atau jasa layanan ekivalen digunakan untuk memperkirakan nilai. § Misalnya: biaya untuk menghutankan kembali lahan tandus untuk mengindikasikan nilai dari utan.

§ Manakala masyarakat menginginkan jasa layanan, tetapi karena barang/jasa tersebut bersifat non-excludable dan non-rivalry, maka tidak dapat dijual ke pasaran

§ Cara perhitungan yang relatif sederhana

§ Tidak mampu menunjukkan aspek kesediaan untuk membayar Biaya tinggi ≠ nilai tinggi. § Bisa jadi meng-underestimate nilai barang/jasa dengan manfaat sosial yang besar

§ Preferensi terungkap/ Revealed preference

§ Mensiratkan nilai dari barang/jasa non-pasar dari

§ Manakala barang/jasa bersifat non-excludable dan non-rivalry, tetapi

§ Perilaku bisa menjadi indikator yang sangat kuat

§ Membutuhkan data dalam jumlah banyak § Diperlukan analisis statistik yang kompleks

Page 28: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

28

§ Fungsi produksi § Harga hedonis § Perilaku menghindar § Biaya perjalanan

barang/jasa pasar. § Misalnya: Nilai dari air bersih dapat disiratkan dari upaya tambahan yang harus dilakukan untuk mencari sumber yang lebih bersih.

bisa dihubungkan dengan suatu barang/jasa yang bersifat excludable dan rivalry (misalnya: nilai dari view yang bagus tercermin dalam harga real estate)

tentang kesediaan untuk membayar.

untuk menetapkan apa yg menjadi faktor penggugah/driving factors. § Hanya bisa digunakan untuk barang/jasa yang terintegrasi di pasar.

§ Preferensi yang dinyatakan (actual performance survey)

§ Menanyakan kepada user berapa besaran harga yang mereka bersedia untuk membayar untuk suatu barang/jasa. § Misalnya: seberapa besar kenaikan harga anda bersedia untuk membayar untuk mendapatkan air bersih?

§ Manakala barang/jasa bersifat non-excludable dan non-rivalry.

§ Mampu memberikan indikasi relatif tentang kesediaan untuk membayar.

§ Sulit untuk diuji apakah orang akan bertindak sesuai dengan apa yang dia katakan § Disain survey memiliki pengaruh yang besar terhadap response dari perorangan. § Keandalan dari survey mengharuskan responden untuk telah pernah merasakan manfaat dari barang/jasa dimaksud.

Page 29: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

29

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengubah harga pasar menjadi harga bayangan yang dijelaskan dalam box di bawah ini :

Kotak 0.2: Dari harga pasar ke harga bayangan

Faktor-Faktor Konversi untuk memproyeksikan input dari harga pasar ke harga bayangan. Appendix B Mentransformasikan input berupa harga pasar menjadi harga bayangan dilakukan, dalam prakteknya, dengan menggunakan Faktor-Faktor Konversi. Faktor-Faktor Konversi didefinisikan sebagai rasio antara harga bayangan dan harga pasar. Merepresentasikan faktor di mana harga pasar harus dikalikan untuk mendapatkan inflows yang dinilai sebagai harga bayangan. Secara formal dinyatakan sebagai: !" = #"/$"� #" = !" ∙ $" Appendix C di mana: pi adalah harga pasar untuk barang i, vi adalah harga bayangan untuk barang yang sama dan ki adalah faktor konversi. Jika faktor konversi untuk suatu barang lebih besar dari satu, maka harga yang terjadi adalah lebih rendah dari harga bayangan, artinya biaya opportunity dari barang tersebut lebih tinggi dari harga yang terbentuk di pasar. Sebaliknya, jika faktor konversi kurang dari satu, maka harga yang terjadi adalah lebih tinggi dari harga bayangan, sebagai akibat dari pajak dan pendistorsi pasar lainnya yang menambah nilai sosial marjinal dari suatu barang, dan menyebabkan harga pasar yang lebih tinggi.

Untuk Tenaga Kerja, Diberlakukan Upah Bayangan Satu solusi praktis dalam menentukan upah bayangan adalah dengan mereduksi biaya unit tenaga kerja dengan suatu prosentase yang ditetapkan dengan bagian dari pajak penghasilan: SW = W*(1-t) Appendix Ddi mana: SW adalah upah bayangan, W adalah upah pasar dan t adalah pajak penghasilan.

Hasil Keluaran Proyek Kemauan marjinal user untuk membayar (WTP), yang merupakan ukuran besaran maksimum di mana para konsumen tidak keberatan untuk membayar untuk satu unit barang tertentu, digunakan untuk memperkirakan manfaat(-manfaat) langsung yang terkait dengan penggunaan barang atau jasa yang dihasilkan proyek.

Sumber : Guide to Cost Benefit Analysis of Investment Projects – Economic Appraisal Tool for Cohesion Policy 2014-2020, European Union, Desember 2014

Memilih tarif diskonto (discount rate) dan menghitung manfaat netto (net benefits)

Discount rate sosial bisa jadi menjadi discount rate yang paling cocok untuk jenis analisis ekonomi ini. Arus kas harus didiskonto terhadap biaya investasi pada proyek-proyek sejenis lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat. Discount rate sosial (SDR) didefinisikan sebagai “belanja modal peluang sosial yang bebas risiko” atau “the risk-free social opportunity cost of capital.” Setelah memilih besaran discount rate, PJPK dapat menggunakan model excel, lalu mengaplikasikan discount rate tersebut pada masing-masing arus kas biaya dan manfaat untuk didiskonto menjadi nilai kini / present value (PV). PJPK harus membuat kerangka kerja berbasis excel yang koheren untuk memperkirakan biaya dan manfaat.

§ Pertama, menyusun krlompok-krlompok biaya (dan manfaat) yang berragam itu bersama-sama. Lembar excel terpisah harus dibuat untuk skenario “Ada Proyek” dan “Tanpa Proyek” dengan baris biaya (dan manfaat) yang sama, sedemikian rupa sehingga biaya dan manfaat marjinal dapat dibandingkan pada tahapan berikutnya.

§ Kedua, analisis setiap item biaya (dan manfaat), dan cari tahu bagaimana cara terbaik untuk meng-kuantifikasinya di sepanjang siklus hidup proyek serta dengan menggunakan satu jenis mata uang.

Sumber data adalah dari Biro Pusat Statistik Indonesia, World Bank, JICA dan lembaga-lembaga internasional lainnya. B.4. Mengukur Manfaat Ekonomi Biaya dan manfaat ekonomi dinyatakan dalam istilah nilai kini. Satu model Excel yang disederhanakan untuk menghitung manfaat ekonomi netto dari suatu proyek pembangunan jalan diuraikan pada Gambar B.1. di bawah ini :

Page 30: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

30

Gambar B.1.: Model Analisis Ekonomi Excel Yang Disederhanakan

Ada dua indikator untuk mengukur kelayakan ekonomi proyek:

§ Economic Net Present Value (ENPV) – manfaat ekonomi bersih hasil diskonto (yakni nilai kini dari seluruh manfaat marjinal ekonomi dikurangi nilai kini dari total biaya marjinal ekonomi) yang terjadi atas proyek.

§ Economic Internal Rate of Return (EIRR) – tarif diskonto yang membuat nilai agregat ENPV dari biaya dan manfaat proyek menjadi 0.

B.5. Analisis Sensitivitas Ada sejumlah asumsi yang perlu dibuat untuk memperkirakan arus kas biaya dan manfaat di masa yang akan datang. Sebagai konsekuensinya, akan ada ketidakpastian tentang hasil akhir—yakni nilai mata uang pasti dari Manfaat (atau Biaya) Netto proyek. Untuk memitigasi ketidakpastian ini, harus dilakukan analisis sensitivitas untuk sejumlah faktor. Biasanya, faktor-faktor yang dipilih untuk dilakukan analisis sensitivitas adalah faktor-faktor di mana (i) terdapat sejumlah asumsi penyederhana, (ii) sulit untuk menetapkan nilai pasar; dan selanjutnya, PJPK halus menganalisis bagaimana Nilai Kini dari Manfaat Netto dan IRR Proyek dapat terpengaruhi apabila kita merubah faktor-faktor ini. Sensitivitas dapat dilakukan atas NPV dan EIRR dengan menggunakan tarif di bawah ini:

§ Peningkatan biaya sebesar 10% dan penurunan manfaat sebesar 10% § Penurunan biaya sebesar 10% dan kenaikan manfaat sebesar 10% § Peningkatan biaya sebesar 20% dan penurunan manfaat sebesar 20% § Penurunan biaya sebesar 20% dan kenaikan manfaat sebesar 20%

B.6. Evaluasi Produk atau hasil keluaran dari analisis ekonomi adalah kesimpulan tentang kelayakan ekonomi dari proyek. Proyek dianggap layak secara ekonomi apabila proyek tersebut mampu memberikan manfaat positif netto bagi perekonomian atau masyarakat secara keseluruhan. Jika nilai ENPV adalah positif dan nilai EIRR lebih tinggi dari tarif diskonto sosial, maka proyek akan menghasilkan Manfaat Netto dan dianggap layak secara ekonomi. Jika nilai ENPV adalah negatif dan EIRR lebih rendah dibandingkan tarif diskonto sosial, maka proyek dianggap sebaliknya. B.7. Analisis Dampak Ekonomi Sementara analisis biaya dan manfaat mengevaluasi manfaat netto dari suatu proyek investasi, maka analisis dampak ekonomi (EIA) mengkuantifikasi efek lanjutan atau ‘follow on effects’ dari proyek tersebut. Analisis ini memberikan informasi tambahan yang relevan bagi para pengambil keputusan pada saat mempertimbangkan usulan proyek-proyek investasi yang berbeda-beda. Oleh karena tujuan dari penggunaan metode biaya manfaat ekonomi (CBA) dan analisis dampak ekonomi (EIA) adalah berbeda, maka perhitungannya pun harus dilakukan secara terpisah dan tidak bisa (tidak boleh) dicampurkan. EIA digunakan untuk mengkuantifikasi (menghitung besaran) dan menjelaskan dampak pasti yang akan ditimbulkan suatu proyek investasi terhadap ekonomi. Pembelanjaan yang dilakukan selama tahapan pembangunan dan operasional akan menimbulkan pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat. EIA memberikan estimasi bagaimana pembelanjaan yang terjadi yang terkait dengan proyek akan mengalir ke ekonomi melalui:

§ Efek Langsung, adalah aktivitas-aktivitas langsung proyek untuk membeli material atau tenaga kerja dari pasar yang ada. Misalnya, ini mencakup penggunaan kontraktor proyek.

§ Efek Tak Langsung, adalah perubahan-perubahan yang terjadi akibat dari aktivitas-aktivitas yang terkait dengan efek langsung sebagaimana dimaksud di atas. Misalnya, hal ini mencakup

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 PVIncrementalCosts(USDMillions)

CapitalCosts 0 0 630 1,247 1,284 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,568LandandConcessions 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0OperatingCosts 0 0 0 0 0 42 44 46 48 51 53 56 58 61 64 67 71 74 78 81 85 90 94 98 103 108 113 399MaintenanceCosts (2) (2) (2) (2) (2) 47 50 52 54 57 60 63 66 69 72 76 80 83 87 92 96 101 106 111 116 122 128 444TotalIncrementalCosts (2) (2) 628 1,245 1,282 89 94 98 103 108 113 119 124 130 137 143 150 158 165 173 182 190 200 209 219 230 241 3,411

IncrementalBenefits(USDMillions)TotalVehicleOperatingCostsSaved 0 0 0 0 0 108 119 130 143 158 174 191 211 232 256 282 303 325 350 376 404 434 467 502 540 581 619 1,524TotalValueofTimeSaved 0 0 0 0 0 32 35 39 43 47 52 57 63 70 77 85 91 98 105 113 122 131 141 151 163 175 187 458TotalCostofAccidentsSaved (0) (0) (0) (0) (0) 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 77 77 77 77 77 76 74 73 70 68 64 60 448TotalCostofPollutionSaved 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TotalIncrementalBenefits (0) (0) (0) (0) (0) 198 214 231 250 271 294 319 346 376 408 444 472 501 532 566 601 640 680 724 770 820 866 2,430

TotalNetBenefits 2 2 (628) (1,245) (1,282) 109 121 133 148 163 181 200 222 245 272 301 321 343 367 392 420 449 481 515 551 590 625 (981)

DiscountRate 10.0%NPV (981)

Page 31: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

31

semua penjualan dari dalam lingkungan rantai suplai yang menyediakan produk-produk kepada suplayer dari kontraktor.

§ Efek yang terpengaruhi, dampak biasanya berupa perubahan-perubahan dalam pola pengeluaran dari rumahtangga seiring dengan meningkatnya penghasilan akibat adanya produksi tambahan dari proyek. Misalnya, para pegawai dari suplayer kontraktor meningkatkan belanjanya dengan menggunakan pendapatan dari hasil menjual produk ke proyek.

Metode ini berfokus pada efek berganda/multiplier effects yang ditimbulkan dari proyek. Efek dimaksud terutama terkait dengan kesempatan kerja dan pengeluaran. Namun demikian, semuanya ini menggambarkan adanya dampak terhadap ekonomi dan tidak mengindikasikan besaran dari manfaat dan biaya dan apakah proyek dimaksud betul-betul diinginkan dari sudut pandang publik atau sosial. EIA adalah suatu prosedur yang berbeda dari analisis biaya-manfaat sedemikian rupa di mana ia berusaha untuk memperkirakan, bukan mengevaluasi, efek-efek dari proyek. EIA biasanya menguraikan tentang perubahan-perubahan dalam aktivitas dan atas dasar alasan ini maka belanja modal serta biaya-biaya lainnya sering kali disebut seolah-olah sebagai manfaat – padahal bukan. EIA biasanya mengabaikan atau menganggap kecil ongkos sosial dan lingkungan. Analisis biaya-manfaat adalah cara yang lebih bermanfaat untuk melakukan evaluasi atas suatu usulan proyek. Analisis tersebut mampu mengidentifikasi semua manfaat dan biaya termasuk aspek eksternalitas yang terkait dengan proyek yang diusulkan dibandingkan dengan alternatif lainnya. EIA tidak mampu mengidentifikasi aspek eksternalitas besar apapun. EIA akan berguna untuk membandingkan dua proyek untuk menetapkan prioritas dalam proyek-proyek investasi yang saling bersaing. Gambaran yang komprehensif tentang dampak ekonomi mengharuskan dilakukannya identifikasi tersendiri atas efek-efek tahap pertama dan tahap kedua terhadap penghasilan, kesempatan kerja, penerimaan pajak serta yang serupa dengan itu pada tingkat lokal, daerah dan nasional. Pada saat membandingkan dua proyek, efek tahap kedua lah yang dianggap paling relevan dan menarik di mana efek-efek dimaksud sangat berbeda diantara kedua proyek tersebut.

Page 32: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

32

Lampiran C Proses Analisis Keuangan Analisis keuangan menggunakan masukan/input dari perkiraan permintaan dan analisis teknis serta asumsi sosio-ekonomi lainnya untuk dapat menghasilkan perhitungan rasio keuntungan keuangan/financial return ratios. Proses analisis keuangan dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian—masukan/inputs, perhitungan/calculations dan keluaran/outputs—sebagaimana diuraikan dalam Gambar C.1. Bagian keempat membahas tentang pedoman umum dalam menghitung dan memperkirakan belanja modal, FNPV, FIRR, periode payback, serta rasio kemampuan membayar kewajiban utang atau debt service coverage ratio.

Gambar C.1: Proses Analisis Keuangan

C.1 Masukan / Inputs Untuk memperkirakan kinerja keuangan proyek, maka diperlukan sejumlah masukan. Masukan ini mencakup data sosio-ekonomi makro, biaya dan pendapatan proyek, serta faktor lain-lain yang relevan.

C.1.1 Asumsi Makro Ekonomi Inflasi umum, tingkat suku bunga bebas risiko serta nilai tukar adalah unsur-unsur utama dalam melakukan perkiraan keuangan. § Tingkat inflasi umum digunakan untuk memperkirakan biaya dan pendapatan dari proyek.

Perkiraan statistik dapat digunakan. Pada konteks inflasi, arus kas pada model keuangan dimasukkan sebagai harga “nominal” atau harga “riil”. Biasanya, model keuangan menggunakan inflasi pada harga nominal. Cara terbaik dalam memperkirakan inflasi adalah dengan menggunakan indeks yang disasar yang diselaraskan dengan struktur biaya proyek daripada bergantung kepada indeks berbasis lebar seperti indeks harga konsumen. Penggunaan inflasi dalam model keuangan akan meningkatkan komponen biaya operasional dan pemeliharaan di sepanjang siklus hidup proyek.

§ Suku bunga bebas risiko juga merupakan asumsi makroekonomi yang sangat relevan. Ada beberapa cara untuk menentukan suku bunga bebas risiko untuk proyek infrastruktur. Satu yang paling umum dijadikan referensi adalah biaya utang publik / cost of public debt.

Page 33: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

33

§ Nilai tukar relevan untuk dipertimbangkan, khususnya apabila sebagian dari modal proyek yang digunakan adalah dalam mata uang asing atau sebagian dari pengeluaran dinyatakan dalam mata uang asing (misalnya, pembelian barang import untuk suku cadang peralatan proyek).

Disadari adanya ketidakpastian yang besar dalam proyeksi jangka panjang asumsi makroekonomi. Namun demikian, semua variabel tersebut harus diestimasi selama rentang waktu kontrak, dengan menggunakan informasi yang tersedia. Sumber informasi yang dapat digunakan adalah lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggungjawab atas kebijakan ekonomi atau perusahaan-perusahaan konsultan makroekonomi.

C.1.2 Memperkirakan Tingkat Permintaan Data perkiraan permintaan, yang menjadi basis perhitungan ke model keuangan, diharapkan telah berasal dari produk akhir survey pelanggan yang komprehensif, dan analisis pasar untuk memperkirakan permintaan atas produk serta jasa yang dihasilkan. Studi dimaksud harus membahas isu-isu seperti persaingan, kemampuan membayar serta pembangunan proyek-proyek lainnya atau pasokan alternatif lainnya. C.1.3 Jalur Tarif (Tariff Path) Besaran tarif (tarif tol -- untuk proyek jalan tol) adalah faktor penentu kunci dari penerimaan proyek. Permintaan atas produk atau jasa yang dihasilkan proyek harus telah dipertimbangkan dalam besaran tarif yang dibuat, sedemikian rupa sehingga juga memperhitungkan elstisitas permintaan. Meskipun tarif ditentukan oleh undang-undang, namun dimungkinkan untuk menaikkan tarif sepanjang masa siklus proyek. Jalur tarif yang dihasilkan harus memadai untuk dapat mencapai titik impas biaya (full cost recovery) selama masa proyek. Jika kondisi tarif yang berlaku saat ini tidak memungkinkan untuk mencapai titik impas, maka harus dilakukan penyesuaian terhadap tarif tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan akan diperolehnya titik impas secara penuh dalam rentang waktu dan keuntungan yang wajar. Pihak PJPK harus menjustifikasi kemampuan masyarakat atau pengguna fasilitas infrastruktur pada saat menaikkan tarif sesuai jadwal yang telah ditentukan.

C.1.4 Penerimaan / Revenues Penerimaan dari proyek mencakup tarif (ongkos yang dibayar user) serta sumber penerimaan sekunder (misalnya: penerimaan dari penjualan ruang iklan di MRT). Analisis penerimaan harus dilakukan dengan berbagai skenario perkiraan permintaan yang berbeda-beda sebagaimana telah dibahas pada Bab 6, serta sejumlah skenario tarif (skedul nilai penyesuaian tarif) yang ditentukan berdasarkan kemauan atau kemampuan para pelanggan untuk membayarnya.

C.1.5 Belanja Modal / Capital Expenditures Belanja modal (CAPEX) mencakup biaya-biaya yang terjadi semenjak persiapan proposal oleh konsorsium swasta sampai penyerahan akhir atas aset dan umumnya terjadi sebelum perusahaan proyek mulai menghasilkan pendapatan. Beberapa item yang biasanya dimasukkan ke dalam perkiraan belanja modal adalah: § Biaya transaksi: semua biaya yang terkait dengan proses pengadaan § Biaya proyek: semua biaya konstruksi (teknis, pengadaan dan konstruksi). Harus diadakan biaya

kontinjensi mengingat kemungkinan terjadinya eskalasi harga selama masa konstruksi. § Biaya lingkungan: biaya-biaya untuk memitigasi dampak negatif terhadap lingkungan yang

diakibatkan proyek § Biaya asuransi: asuransi-asuransi yang memberikan perlindungan atas kerugian fisik selama masa

konstruksi atau hilangnya pendapatan yang disebabkan oleh delay dalam penyelesaian dan juga tanggung gugat pihak ketiga.

§ Biaya hukum: biaya dan fee yang terkait dengan perolehan lisensi dan perizinan

C.1.6 Biaya Operasional Biaya operasional (OPEX) umumnya didistribusikan di sepanjang durasi kontrak dan dikaitkan dengan perubahan permintaan serta pilihan teknologi. Items biaya yang umum yang harus dimasukkan ke dalam estimasi beban operasional adalah: § Biaya operasional langsung § Biaya pemeliharaan: pemeliharaan berkala § Biaya operasi § Asuransi selama periode operasional

C.1.7 Belanja modal Belanja modal adalah biaya yang harus dibayar oleh badan usaha pengelola proyek kepada investor dan kreditur dalam rangka memperoleh sumber daya yang memadai untuk proyek. Untuk

Page 34: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

34

memperkirakan besaran belanja modal, maka digunakan prinsip-prinsip pembiayaan proyek. Bisa dipahami bahwa pihak kreditur berpegangan secara eksklusif (pembiayaan tanpa rekors) atau sebagian besarnya (pembiayaan dengan rekors terbatas) pada arus kas yang diciptakan proyek untuk membayar pinjaman serta memperoleh laba dari investasinya. Pembiayaan untuk suatu proyek KPBU umumnya terdiri dari utang senior dan ekuitas (kadang kala dalam bentuk pinjaman pemegang saham junior). Struktur keuangan bisa juga mencakup utang junior dan pendanaan hibah dimuka/up-front grant funding. Cara pendekatan yang paling umum digunakan untuk menghitung belanja modal adalah Model Penetapan Harga Aset Modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM) yang didasarkan pada rata-rata tertimbang biaya ekuitas dan biaya utang, yang umumnya dikenal sebagai belanja modal rata-rata tertimbang (WACC). Perhitungan belanja modal rata-rata tertimbang (WACC) disajikan di bawah ini:

Tabel C.1: Perhitungan WACC (vanilla nominal setelah pajak)

&'(( = */,×* ./ + 1/,×1 ./

Parameter Simbol Uraian Pendekatan Umum

Biaya Ekuitas / Cost of equity

* ./ Tingkat laba yang diperlukan untuk dapat menarik investor

Menimbang hasil atas tarif bebas risiko dan tingkat risiko proyek.

Biaya utang / Cost of debt 1 ./ Tarif cicilan utang Menimbang hasil atas tarif bebas risiko yang diminta oleh kreditur.

Pendanaan ekuitas */, Proporsi dari nilai proyek yang didanai dari ekuitas.

Pendanaan ekuitas aktuil (umumnya sekitar 40%)

Pendanaan utang 1/, Proporsi dari nilai proyek yang didanai dari utang.

Pendanaan utang aktuil (umumnya sekitar 60%)

Biaya ekuitas dihitung dengan memperkirakan besaran hasil atas tarif bebas risiko yang diminta investor ekuitas, yang ditimbang berdasarkan tingkat risiko proyek.

Tabel C.2: Biaya Ekuitas

* ./ = .2 + 3/ * .4 −.2 + 6 (.7 Jika tidak tersedia data negara, maka gunakan asumsi bahwa proyek berada di suatu pasar matang (mature), lalu tambahkan project-specific country risk premium.

Parameter Simbol Uraian Pendekatan Umum

Tarif bebas risiko (pasar matang)

.2 Hasil investasi yang bisa dicapai tanpa risiko

Hasil dari obligasi Pemerintah 10 tahun untuk rata-rata 40 hari

Ekuitas beta (pasar matang)

3/ Sensitivitas hasil terhadap pasar

Bergantung kepada industri: Misalnya: satu regulator pemerintah negara Australia menggunakan ekuitas beta sebagai berikut: Air – 0,6-0,8 Transportasi – 0,8-1,0 Pembangkitan listrik – 0,95-1,15 Listrik retel – 0,9-1,1

Market premium (pasar matang)

* .4 −.2 Kinerja pasar di atas tarif bebas risiko

Premium risiko pasar rata-rata aritmetika historis berdasarkan saham yang dicatatkan di bursa. Umumnya dari 5,5 s/d 6,5%.

Page 35: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

35

Parameter Simbol Uraian Pendekatan Umum

Premium risiko negara atau country risk premium (pasar yang sedang berkembang)

(.7 Risiko premium di pasar negara berkembang

Country credit default spread (besaran gagal bayar kredit negara) yang disesuaikan dengan tingkat volatilitas di pasar ekuitas.

Proyek lambda 6 Tingkat risiko proyek dibandingkan dengan risiko negara

Jika 6 = 1.0, maka risiko proyek adalah risiko rata-rata jika dibandingkan dengan risiko negara. Jika 6 lebih besar dari satu berarti risiko proyek berada di atas risiko negara/country risk.

Biaya utang dihitung dengan memperkirakan besaran premium atas tarif bebas risiko yang diminta oleh kreditur.

Tabel C.3: Biaya Utang

1 ./ = .2 + (1 .4 −.2)

Parameter Simbol Uraian Pendekatan Umum

Tarif bebas risiko / risk free rate

.2 Hasil investasi yang bisa dicapai tanpa risiko

Hasil dari obligasi Pemerintah 10 tahun untuk rata-rata 40 hari

Marjin utang 1 .4 −.2 Premium utang di atas tarif bebas risiko yang diperlukan untuk pendanaan

Credit spreads dari suatu portofolio obligasi yang merepresentasikan pasar.

C.3.1 Pendapatan Pendapatan proyek mencakup tarif (dari besaran yang dikenakan kepada user) dan sumber-sumber pendapatan sekunder (misalnya: pendapatan dari penjualan ruang iklan di angkutan umum). Analisis pendapatan harus dilakukan dengan beberapa skenario perkiraan permintaan yang berbeda-beda sebagaimana dibahas pada Bab 0 dan sejumlah skenario tarif (jadwal penyesuaian tarif dan nilai) yang ditetapkan berdasarkan survey kesediaan customer untuk membayar.

C.3.2 Aspek pajak dan akuntansi Analisis keuangan harus mencakup pajak-pajak yang dihitung berdasarkan konsep akunting, bukan konsep keuangan. Ini berarti bahwa pajak-pajak dihitung berdasarkan Laba Netto atau Laba Sebelum Bunga dan Pajak.

C.3.3 Durasi Kontrak

Masukan ini mencakup jumlah tahun yang diperlukan oleh kontraktor untuk menyelesaikan pembangunan—tanpa mengurangi syarat-syarat yang berlaku (periode konstruksi) dan jumlah tahun di mana proyek beroperasi secara komersil (periode operasi). Semua periode dimaksud harus ditetapkan dengan jelas mengingat bahwa suatu jenis proyek KPBU mungkin memiliki periode konstruksi dan periode operasional yang berbeda-beda.

C.3.4 Penyusutan dan amortisasi Penyusutan adalah suatu proses yang secara sistematis mengalokasikan biaya aset di sepanjang suatu periode waktu di mana aset dimaksud diharapkan memberikan manfaat ekonomi. Tanah adalah satu-satunga item aset dari proyek yang tidak disusutkan. Amortisasi adalah istilah yang umumnya digunakan untuk proses ini untuk aset tidak nyata dengan masa pakai yang terbatas. Penyusutan dan amortisasi adalah pos-pos non kas, namun menjadi pengurang pajak yang dibolehkan.

Ada beberapa metode untuk menghitung penyusutan (amortisasi) seperti misalnya metode garis lurus, penyusutan dipercepat (misalnya: penyusutan double declining balance), dan unit-unit metode produksi (tingkat penyusutan bervariasi tergantung kepada produksi atau penggunaan). Pada tahapan Prastudi Kelayakan ini, direkomendasikan untuk menggunakan metode garis lurus karena cara menghitungnya lebih sederhana. Metode garis lurus mengalokasikan secara merata biaya aset dikurangi nilai sisa yang diperkirakan di sepanjang masa pakai dari aset dimaksud.

Page 36: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

36

A. Model Keuangan Model keuangan adalah perangkat sentral yang digunakan di sepanjang analisis keuangan. Model tersebut biasanya dibangun pada suatu program spreadsheet standar seperti MS Excel. Model keuangan harus dibuat cukup adaptif untuk dapat digunakan oleh pihak lain-lain pada tahapan-tahapan selanjutnya. Alur pembuatan sheet perhitungan financial model harus diurut secara logis dan diberi label sesuai dengan semua input yang sesuai ke dalam model tersebut sehingga kesemua input akan teridentifikasi dengan jelas. Semua formula yang digunakan di dalam model diharapkan sesedikit mungkin menggunakan hard code atau sumber perhitungan yang berdasar pada angka mutlak. Jika memungkinkan, key inputs harus dapat diubah oleh user di dalam model sehingga itu uji skenario yang berbeda-beda dapat dilakukan untuk menguji integritas dari model yang telah dibangun. Pola umum dari model keuangan untuk suatu proyek KPBU sesuai dengan urutan kronologinya mencakup:

§ Ringkasan/Summary: memuat asumsi-asumsi pokok dari model serta key performance measures seperti grafik perkiraan permintaan, pendapatan – O&M – grafik laba (rugi) operasi, total biaya proyek – total pendapatan – diagram tentang dukungan yang diperlukan dari pemerintah, grafik arus kas yang tersedia untuk membayar kewajiban utang, grafik arus kas terhadap ekuitas, diagram analisis sensitivitas, dan hal-hal lainnya. Sebagian besar masukan untuk model dan jadwal proyek (misalnya periode konstruksi dan operasi) juga ditampilkan dalam bab ini.

§ Pendapatan dan biaya: Pendapatan dihitung di sepanjang siklus proyek dengan cara mengalikan perkiraan permintaan dengan tarif yang berbeda. Bab ini juga menyajikan perhitungan biaya-biaya proyek.

§ Pendanaan / Funding: menyajikan struktur keuangan proyek, biaya untuk setiap sumber pembiayaan dan rencana pelunasan/repayment plan.

§ Keluaran / Outputs: mencakup laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas: – Laporan laba-rugi menyajikan kinerja keuangan atau profitabilitas proyek setiap tahunnya di

sepanjang siklus proyek. – Necara, menyajikan informasi posisi keuangan untuk setiap tahunnya di sepanjang siklus

proyek. – Laporan arus kas, menyajikan arus kas masuk dan arus kas keluar untuk setiap tahunnya di

sepanjang siklus hidup proyek. Laporan arus kas menjadi dasar bagi perhitungan FNPV, FIRR, dan DSCR

B. Keluaran / Outputs Keluaran/output dari analisis keuangan adalah Laporan Laba dan Rugi dan Laporan Arus Kas yang menyajikan informasi pokok seperti tertera di bawah ini untuk menilai kelayakan keuangan proyek: Arus Kas Bebas Hasil akhir dari model keuangan adalah Arus Kas Bebas dari proyek, selama suatu rentang waktu tertentu. Arus kas bebas proyek, untuk masing-masing periode, adalah keseluruhan pendapatan dikurangi biaya-biaya yang terjadi, termasuk belanja modal dan biaya operasional. Indikator Profitabilitas / Kelayakan

§ Tingkat Pengembalian Internal / Financial Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan laba yang telah disesuaikan dengan waktu di sepanjang siklus proyek. Ini adalah tarif yang membandingkan antara nilai kini dari arus kas masuk dan nilai kini dari kas keluar proyek.

Tabel C.4: Perhitungan IRR

7:;<=>?"@?=:@AB:A?=;C:=?D:@ = :E"FA@A./ − G/ − (/(1 + :)/

= 0

Parameter Uraian

./ Pendapatan usaha pada tahun ke i

G/ Jumlah yang diinvestasikan pada tahun ke i

(/ Biaya usaha pada tahun ke i

Dalam perhitungan IRR, ada perbedaan antara IRR Proyek dan IRR Ekuitas. Perbedaan di antara keduanya adalah dari segi arus kas masuk. IRR Proyek merupakan hasil bagi seluruh investor pada proyek. Untuk IRR Proyek, arus kas yang ditimbang adalah arus kas yang secara langsung memberikan manfaat bagi proyek. IRR

Page 37: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

37

Ekuitas mengukur hasil untuk para pemegang saham perusahaan setelah semua utang dilunasi. Dengan demikian IRR ekuitas didasarkan kepada arus kas bebas pemegang ekuitas.

– IRR Proyek harus mampu melampaui nilai rata-rata tertimbang belanja modal (WACC) dari proyek. Jika IRR proyek lebih besar dari WACC proyek, maka proyek dianggap layak/feasible.

– IRR Ekuitas harus mampu menutup biaya ekuitas, agar proyek dapat memberikan hasil yang mencukupi bagi para pemilik ekuitas.

§ Net Present Value (NPV) NPV adalah arus kas netto hasil diskonto. Net present value (NPV) didefinisikan sebagai jumlah nilai kini arus kas masuk dan arus kas keluar selama siklus proyek. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

J7, =(KL

(1 + :)L

M

LNO

Di mana, CFt = arus kas bersih (yakni arus kas masuk dikurangi arus kas keluar) pada waktu ‘t’ r = tingkat pengembalian investasi yang diperlukan (tarif diskonto) n = jumlah periode NPV menimbang belanja modal (yang merupakan tarif diskonto). Kriteria evaluasi untuk NPV adalah sebagai berikut:

– Jika NPV ≥ 0, maka proyek, pada tarif diskonto yang dipilih, akan menghasilkan manfaat bersih yang mengindikasikan bahwa investor sekurang-kurangnya dapat me-recover investasi yang mereka tanam di dalam siklus proyek.

– Jika NPV< 0, maka proyek, pada tarif diskonto yang dipilih, akan menghasilkan rugi bersih dan investor kemungkinan tidak akan dapat me-recover nilai investasi yang telah ditanam.

§ Rasio kemampuan membayar kewajiban utang tahunan atau annual debt service coverage ratio (DSCR)

§ DSCR merupakan ukuran kemampuan proyek menghasilkan arus kas untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya. Rumus untuk menghitung DSCR adalah sebagai berikut. arus kas tersedia untuk membayar utang (CFADS) DSCR : ------------------------------------------------------------------------ pembayaran pokok + bunga

1P(. =>AQℎCB;SA#A"BATB=?;E=T?Q=:#">=((K'1P)$:"@>"$AB$AUF=@? + "@?=:=Q?$AUF=@?

Besaran rasio ini akan dihitung pada setiap tahun, sehingga akan memberikan gambaran yang jelas secara kontinu tentang kemampuan proyek untuk membayar kewajiban utangnya. Ini juga memungkinkan profil pelunasan utang diubah apabila nilai yang diperoleh ternyata dengan tingkat disparitas terlalu tinggi selama siklus keuangan.

§ Jika DSCR<1, maka proyek tidak memiliki kas yang cukup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman

§ Jika DSCR>1, maka proyek dianggap memiliki kas yang cukup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman.

§ Tergantung kepada profil proyek, ADSCR minimum bisa bervariasi. Idealnya berada di atas 1,3 kali di sepanjang periode utang. Referensi indikasi tentang kekuatan dari berbagai besaran ADSCR yang berbeda-beda diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel C.5: Referensi indikasi kekuatan dari berbagai besaran ADSCR yang berbeda-beda

Kekuatan Asesmen ADSCR Sangat Kuat Ada kemampuan yang sangat kuat untuk membayar bunga dan pokok utang dengan

besaran DSCR minimum di atas 2x dan tetap berada di atas 1,5x selama masa sulit proyek (misalnya dalam analisis tentang sensitivitas).

Kuat Ada kemampuan yang kuat untuk membayar bunga dan pokok utang dengan besaran DSCR minimum di atas 1,5x dan tetap berada di atas 1,3x selama masa sulit proyek (misalnya dalam analisis tentang sensitivitas).

Sedang Ada kemampuan yang sedang untuk membayar bunga dan pokok utang dengan besaran DSCR minimum di atas 1,3x dan tetap berada di atas 1,1x selama masa sulit proyek

Page 38: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

38

(misalnya dalam analisis tentang sensitivitas).

Lemah Sangat dimungkinkan untuk terjadi gagal bayar kewajiban utang selama beberapa periode dari siklus hidup proyek dengan DSCR hanya 1,0x di sepanjang siklus hidup proyek dan bahkan sampai jatuh di bawah angka ini pada saat proyek mengalami tekanan keuangan (misalnya dalam analisis tentang sensitivitas).

Sumber: Manual KPBU India

Dukungan Pemerintah Apabila proyek tidak layak secara keuangan, maka diperlukan dukungan pemerintah agar proyek menjadi layak secara keuangan. Dukungan seperti dimaksud hanya dapat dijustifikasi apabila manfaat ekonominya lebih besar dari biaya. Kontribusi Pemerintah bagi proyek juga harus berada dalam lingkup parameter dan prioritas anggaran. Kontribusi Pemerintah untuk menutup kekurangan pendanaan/funding gap dilakukan melalui pendanaan viability gap (VGF) atau subsidi harga. Berdasarkan estimasi dari dukungan Pemerintah, maka Prastudi Kelayakan harus menganalisis apakah proyek ini layak secara fiskal. Artinya:

§ Kemungkinan biaya dari dukungan Pemerintah secara hukum dimungkinkan: Pemerintah dibolehkan untuk memberikan dukungan dimaksud

§ Kemungkinan biaya dari dukungan Pemerintah dapat dipenuhi/affordable § Risiko fiskal tidak akan menyebabkan destabilisasi secara fiskal

Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas keuangan diperlukan untuk mengetahui bagaimana kelayakan keuangan proyek akan mengalami perubahan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

§ Kenaikan investasi modal § Keterlambatan konstruksi § Kenaikan biaya-biaya operasional dan pemeliharaan § Dampak dari biaya pemeliharaan besar yang tak terduga § Penurunan permintaan § Penurunan tarif

Page 39: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

39

Lampiran D Rancangan Struktur KPBU Dalam merancang struktur KPBU, terdapat empat unsur yang saling berkaitan:

§ Menetapkan keluaran—menetapkan hasil keluaran yang harus dicapai oleh pihak swasta secara jelas dan terukur, berdasarkan mekanisme kinerja yang disusun.

§ Mengalokasikan elemen fungsi proyek—menentukan bagaimana fungsi-fungsi yang berperan pada proses untuk menghasilkan keluaran yang diperlukan, misalnya fasilitas dan jasa layanan, dialokasikan di antara Pemerintah dan swasta.

§ Mengalokasikan risiko—mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan proyek dan bagaimana risiko-risiko tersebut dialokasikan kepada para pihak yang terlibat.

§ Menetapkan struktur hukum dan keuangan—membuat gambaran awal tentang pengaturan hukum dan keuangan yang dapat mencapai alokasi fungsi dan risiko yang diinginkan.

D.1. Menetapkan keluaran Menetapkan keluaran yang diinginkan dari suatu proyek dan bukannya menetapkan masukan, adalah perbedaan pokok antara KPBU dan proses pengadaan publik yang konvensional. Dalam proses pengadaan publik konvensional, kontraktor swasta diwajibkan membangun suatu disain tertentu dengan menggunakan material yang ditetapkan. Dalam suatu kontrak KPBU, pihak swasta diwajibkan untuk menyediakan jasa layanan atau fasilitas yang memenuhi standar tertentu, dan diberikan kebebasan untuk menentukan tentang bagaimana cara yang digunakan untuk memenuhi standar dimaksud, serta memilih masukan apa yang dibutuhkan. Hal ini menciptakan peluang dan insentif bagi inovasi sektor swasta. Keluaran yang diinginkan harus ditetapkan dengan jelas dan terukur, sedemikian rupa sehingga penyediaan keluaran tersebut dapat dijadikan sebagai kewajiban pihak swasta dalam kontrak KPBU. Spesifikasinya harus dibuat sejelas mungkin di dalam kontrak sehingga bisa dijadikan dasar untuk pembayaran, pengenaan denda serta pemberian bonus. Satu cara yang digunakan untuk memastikan keluaran adalah dengan menggunakan metode “SMART” untuk mengembangkan dan melakukan reviu atas spesifikasi keluaran, bahwa keluaran tersebut harus Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat diraih), Realistic (realistis), dan Timely (tepat waktu). Satu contoh penggunaan metode SMART adalah sebagaimana diuraikan dalam Tabel D.1. di bawah ini.

Tabel D.1.: Spesifikasi Keluaran Berdasarkan Metode “SMART”

Karakteristik Dengan SMART Tanpa SMART

Spesifik Merenovasi atau membangun kembali semua rumah yang ada di lokasi sesuai dengan standar ‘rumah layak’ dari pemerintah

Merenovasi rumah-rumah dengan standar yang baik

Terukur Memastikan bahwa semua rumah dibuat dengan baik secara struktur, dengan ventilasi, pencahayaan dan kehangatan yang memadai

Memastikan agar semua rumah layak untuk dihuni

Dapat diraih Menjaga agar suhu ruangan berada pada tingkat X derajat pada saat suhu luar ruangan berada pada rentangan antara Y dan Z derajat

Memastikan agar suhu ruangan selalu berada pada tingkat X derajat

Realistis Memastikan bahwa kerusakan pada sistem kendali suhu akan diperbaiki dalam jangka waktu delapan jam selama jam kerja, dan dalam jangka waktu 16 jam jika di luar jam kerja

Memastikan bahwa kerusakan pada sistem kendali suhu akan diperbaiki dalam jangka waktu dua jam

Tepat waktu Membuat catatan kerusakan-kerusakan dan menyampaikan laporan setiap bulan

Akan menerbitkan laporan tahunan tentang kinerja

Sumber: Farquharson d.k.k. (2011) How to Engage with the Private Sector in Public-Private Partnerships in Emerging Markets, World Bank dan PPIAF

D.2. Mengalokasikan Elemen Fungsi Proyek “Fungsi” adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk dapat menyediakan fasilitas atau jasa layanan. Tindakan-tindakan tersebut bisa berbeda-beda berdasarkan kasusnya, tetapi secara umum mencakup beberapa atau seluruh dari keenam fungsi sebagai berikut:

§ Merancang

Page 40: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

40

§ Membangun § Mengoperasikan § Memelihara § Memperbaiki § Membiayai

Pertama, PJPK harus mengidentifikasi fungsi-fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan proyek. Kemudian, PJPK merekomendasikan tentang bagaimana mengalokasikan fungsi-fungsi tersebut sedemikian rupa sehingga sehingga dapat memaksimalkan value for money. Secara umum, hal ini berarti mengalokasikan fungsi-fungsi untuk memaksimalkan keahlian, insentif dan kewenangan berdasarkan alur pikir sebagai berikut:

§ Keahlian di dalam melaksanakan fungsi dimaksud. Jika ada perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki spesialisasi dalam melakukan disain, konstruksi, pemeliharaan atau operasional dari aset yang diusulkan, atau memiliki keahlian dalam menyediakan jasa layanan yang diusulkan, maka ini menjadi indikasi bahwa fungsi-fungsi tersebut harus dialokasikan kepada pihak swasta. Jika lembaga-lembaga publik juga ada yang memiliki pengalaman dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, maka sangat baik untuk membandingkan kinerja masa lalu dari lembaga-lembaga publik tersebut dengan calon peserta tender yang potensial.

§ Insentif untuk berkinerja dengan baik. Perusahaan swasta akan bekerja lebih baik jika ada insentif laba, dan dapat lebih mudah untuk dikenakan denda apabila berkinerja buruk dibandingkan dengan perusahaan publik. Maka insentif sering kali dijadikan dasar untuk mengalokasikan suatu fungsi kepada pihak swasta. Namun demikian, harus tetap dilakukan analisis kasus per kasus, khususnya ketika kinerja sulit untuk ditentukan secara terukur. Misalnya, pada proyek-proyek KPBU bidang kesehatan atau pendidikan, di mana diperlukan analisis tentang apakah pihak swasta dapat diberikan insentif agar menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas.

§ Kewenangan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan fungsi. Pemerintah memiliki suatu kewenangan yang sangat khusus terkait pengadaan tanah dan dalam mengambil keputusan terkait perencanaan. Ketika suatu fungsi bergantung kepada suatu kewenangan yang dipegang oleh pemerintah, maka ini sebagai indikasi bahwa fungsi tersebut harus diberikan kepada lembaga publik.

Hasil dari analisis ini adalah gambaran tentang siapa yang harus melaksanakan tugas apa berdasarkan skema KPBU. Misalnya, fungsi-fungsi yang terdapat dalam proyek instalasi pengolahan air limbah dapat dialokasikan sebagai berikut:

§ Fungsi perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan harus diberikan kepada pihak swasta berdasarkan alasan bahwa pemenang tender memiliki keahlian di bidang ini dibandingkan dengan lembaga Pemerintah, serta dapat dengan mudah diberi insentif untuk bisa berkinerja lebih baik.

§ Pengadaan tanah—dialokasikan ke Pemerintah, mengingat kewenangannya yang khusus § Pembiayaan—dialokasi kepada Pemerintah dan swasta, sedemikian rupa bahwa Pemerintah

pemiliki kemampuan yang unik untuk memperoleh dana konsesi berbiaya murah untuk proyek, sedangkan pemenang tender dapat memperoleh dukungan keuangan tambahan dengan cepat, sehingga dapat mendorong mereka untuk berkinerja dengan lebih baik pada fungsi lainnya.

D.3. Mengalokasikan Risiko Ketika fungsi-fungsi telah dialokasikan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka timbul ‘risiko-risiko alami’, yang telah diperhitungkan oleh PJPK pada saat memaksimalkan insentif, misalnya alokasi fungsi konstruksi secara alami mengandung risiko menggelembungnya biaya konstruksi. Oleh karena itu, PJPK dapat memasukkan alokasi risiko-risiko secara implisit pada saat mengalokasikan fungsi-fungsi. Misalnya, Pemerintah mungkin memahami bahwa meskipun secara umum risiko konstruksi dialihkan kepada pihak swasta, namun pasar tidak akan menerima risiko gempa secara penuh, sehingga perlu dibuat klausul untuk membagi risiko ini. Langkah-langkah praktis yang harus diambil oleh PJPK adalah:

§ Mengidentifikasi semua risiko materiil yang terkait dengan proyek § Mengalokasikan risiko-risiko tersebut dengan menggunakan prinsip value for money.

Setelah mengikuti hal tersebut, PJPK harus membuat suatu Matriks Risiko yang komprehensif, dengan menggunakan matriks sebagaimana ditunjukkan pada Tabel D.2. di bawah ini. Matriks Risiko ini mencatat seluruh risiko materiil yang terkait dengan proyek, alokasinya, konsekuensi potensial serta strategi untuk memitigasi risiko. Matriks ini akan digunakan dalam pelaksanaan tugas-tugas masa depan untuk:

§ Finalisasi struktur KPBU yang diusulkan § Mengevaluasi struktur yang diusulkan dengan kriteria KPBU § Sebagai panduan dan daftar periksa untuk menyusun Kontrak KPBU dan Undangan Pemasukan

Penawaran.

Page 41: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

41

Tabel D.2 : Matriks Risiko

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko 1. RISIKO LOKASI Keterlambatan dan kenaikan biaya pembebasan lahan

Keterlambatan dan kenaikan biaya akibat proses pembebasan lahan yang berkepanjangan – [Tahap Pra-konstruksi]

x Pemerintah menyediakan lahan proyek sebelum proses pengadaan BU melalui: • Pemerintah perlu menetapkan lokasi proyek dan memastikan tersedianya semua dokumen yang diperlukan • Pemerintah perlu memastikan tersedianya dana pembebasan tanah; • Pemerintah perlu memastikan adanya tim yang melaksanakan proses pembebasan tanah; • Pemerintah perlu memastikan proses pembebasan tanah dapat berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Kebutuhan lahan lokasi intake, WTP dan jaringan transmisi sudah diidentifikasi dengan jelas

• Lamanya pengeluaran Penetapan Lokasi oleh pihak berwenang

Lahan tidak dapat dibebaskan

Kegagalan perolehan lokasi lahan proyek karena proses pembebasan lahan yang sulit – [Tahap Pra-konstruksi]

x Status hukum lahan dan prosedur yang jelas dalam pembebasan lahan proyek.

• Risiko terdapat ketidaksesuaian RTRW.

• Risiko bahwa penetapan lokasi atau izin lokasi tidak dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah

Page 42: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

42

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko • Risiko tidak

dikeluarkannya Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

• Tanah milik BUMN tidak dapat dibeli

• Keterlambatan pengeluaran hasil appraisal oleh BPN

Lahan tidak dapat digunakan setelah dibebaskan.

Kesulitan akses ke lahan dikarenakan gangguan sosial – [Tahap Konstruksi]

x x Strategi komunikasi proyek termasuk, pemetaan isu sosial dan tokoh kunci yang terkait

Preventif: Pemerintah dan BU melakukan sosialisasi proyek sejak dini. Korektif: Pemerintah terlibat dalam proses mediasi.

Proses pemukiman kembali yang rumit

Keterlambatan dan kenaikan biaya karena rumitnya isu proses pemukiman kembali – [Tahap Pra-konstruksi]

x • Kompensasi yang wajar dan komunikasi yang baik dengan pihak yang terkena dampak

• Koordinasi antar pihak terkait dalam menentukan pelaksana atau pemberi kompensasi termasuk skema dan bentuk kompensasi

Kebutuhan lahan proyek jenis ini biasanya tidak luas dan dampak sosial relatif kecil

Risiko Status Tanah Kepemilikan sertifikat tanah ganda ditemukan saat proyek dilaksanakan – [Tahap Pra-konstruksi]

x • Melaksanakan validasi dan penyelesaian status kepemilikan lahan

• Dukungan otoritas terkait (BPN,

Page 43: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

43

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Dinas Kependudukan) sangat penting

Kesulitan pada kondisi lokasi yang tak terduga

Tidak teridentifikasinya utilitas dan kesulitan proses relokasi utilitas, sehingga terjadi keterlambatan dan mungkin dilakukan perpindahan rute. – [Tahap Konstruksi]

x x Pelaksanaan identifikasi utilitas pada saat perencanaan dengan didukung oleh data yang memadai.

Data utilitas tidak tersedia, baru diketahui saat proses penggalian berlangsung. Umumnya pada proses pemasangan pipa. Kesulitan yang tidak mungkin teridentifikasi pada tahap perencanaan diambil oleh Pemerintah.

Keterbatasan ruang kerja /working space konstruksi

Terkait penyediaan lahan untuk ruang kerja pada masa konstruksi – [Tahap Konstruksi]

x Metode konstruksi yang baik; Sosialisasi oleh pemerintah

Bila ada penolakan masyarakat Pemerintah dapat membantu

Kerusakan artefak dan barang kuno pada lokasi

Rusaknya artefak dan barang kuno yang ditemukan di lokasi saat konstruksi proyek – [Tahap Konstruksi]

x Data historis penggunaan lahan dan penyelidikan tanah

Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi

Kontaminasi/polusi di lingkungan lokasi yang mengganggu pelaksanaan proyek – [Semua Tahap]

x Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik

2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Ketidakjelasan spesifikasi output

Keterlambatan dan kenaikan biaya akibat spesifikasi output tidak jelas – [Tahap Pra-

x • Klarifikasi saat proses tender • Kapasitas desain yang baik

Spesifikasi output PJPK harus

Page 44: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

44

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko konstruksi] • Dokumen lelang sebaiknya tersaji

dengan jelas dan mudah dipahami agar dapat meningkatkan kompetisi dan menurunkan biaya proyek

mengacu ke best practice

Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain yang diminta operator – [Tahap Pra-konstruksi & Konstruksi]

x Konsultan desain atau EPC yang berpengalaman dan handal.

Biasanya teridentifikasi saat uji operasi teknis

Gagal menjaga keamanan dan keselamatan dalam lokasi

Tingkat kecelakaan selama pekerjaan konstruksi berlangsung tinggi. – [Tahap Konstruksi]

x • Implementasi prosedur keamanan dan keselamatan kerja yang baik

• EPC yang berpengalaman dan handal.

Terlambatnya penyelesaian konstruksi

Dapat termasuk akibat kualitas keahlian SDM yang buruk, terbatasnya ketersediaan material & peralatan, terlambatnya pengembalian akses lokasi. – [Tahap Konstruksi]

x Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar, termasuk klausul penalti atas Liquidity Damages

Kenaikan biaya konstruksi Kenaikan akibat perubahan volume pekerjaan ataupun harga material – [Tahap Konstruksi]

x • Kesepakatan prosedur persetujuan perubahan volume dan ambang batas perubahan

• Akomodir perhitungan faktor eskalasi harga di dalam kontrak

• Hubungan baik dengan supplier • Klausul penalti atas Liquidity

Damages

Kinerja kontraktor/subkontraktor yang buruk

Kontraktor/Sub-kontraktor tidak mampu melakukan pekerjaan sesuai kontrak – [Tahap Konstruksi]

x • Proses pemilihan kontraktor & subkontraktor yang kredibel

• Penerapan penalti

Page 45: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

45

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Default kontraktor/sub-kontraktor

Kegagalan penyelesaian kontrak oleh kontraktor/sub-kontraktor karena faktor manajemen internal & finansial – [Tahap Konstruksi]

x • Proses pemilihan kontraktor & subkontraktor yang kredibel

• Penerapan penalti

Risiko uji operasi (testing & comissioning)

Kesalahan estimasi waktu/ biaya dalam uji operasi teknis – [Tahap Konstruksi]

x • Sistem komunikasi & koordinasi kontraktor, konsultan penguji, dan operator yang tepat

• Konsultan testing & comissioning yang berpengalaman

3. RISIKO SPONSOR Default BU Default BU yang mengarah ke terminasi

atau step-in oleh financier – [Semua Tahap] x Konsorsium didukung sponsor yang

kredibel dan solid

Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium) – [Semua Tahap setelah financial close]

x Proses PQ untuk memperoleh sponsor yang kredibel

Default lender proyek Default pihak institusi keuangan/perbankan (atau sindikasi) karena perubahan kebijakan/trust terhadap BU atau akibat isu internal – [Semua Tahap setelah financial close]

x • Pemilihan lender yang kredibel • Kinerja BU memenuhi kontrak • Pemenuhan persyaratan lender

4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai financial close

Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar atau struktur modal proyek yang tidak optimal – [Tahap Pra-Konstruksi]

x Koordinasi dan konsorsium yang baik dengan lender yang kredibel dan potensial

Bisa karena conditions precedence tidak terpenuhi

Risiko pencairan VGF Pencairan VGF bertahap berisiko tidak dapat dilakukan tepat waktu – [Tahap Konstruksi]

x • Memastikan proses penganggaran tepat waktu

• Menyediakan dana talangan yang

Page 46: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

46

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko dikelola Unit BLU

Risiko pengembalian dana talangan tanah

Pencairan dana talangan tanah oleh Pemerintah kepada BU terlambat – [Tahap Konstruksi]

x • Kepastian ketersediaan dana BLU Tanah dengan kepastian penambahan dana dari APBN jika sudah mencapai treshold tertentu.

Risiko nilai tukar mata uang Fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar – [Semua Tahap]

x • Pembiayaan dalam Rupiah; • Indeks harga pembelian

memperhitungkan fluktuasi mata uang;

• Instrumen lindung nilai, diantaranya kontrak berjangka dan opsi mata uang

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Risiko tingkat inflasi dan suku bunga

Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost dan suku bunga – [Semua Tahap]

x Faktor indeksasi tarif dan lindung nilai tingkat suku bunga

Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim

Risiko asuransi Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia di pasaran dan kenaikan substansial tingkat premi terhadap estimasi awal – [Semua Tahap]

x Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi

Khususnya untuk cakupan risiko terkait keadaan kahar

5. RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun –

[Tahap Konstruksi] x Kontraktor yang handal

Buruk atau tidak tersedianya layanan

Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi – [Tahap Operasi]

x Operator yang handal; Spesifikasi output yang jelas

Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb – [Tahap Operasi]

x kebijakan SDM dan hubungan industrial yang baik

Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai;

Page 47: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

47

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Aksi demo skala nasional yang berujung kepada pemogokan kerja nasional dapat dipertimbangkan ke dalam kategori force majeur

Risiko sosial dan budaya local

Risiko yang timbul karena tidak diperhitungkannya budaya atau kondisi sosial masyarakat setempat dalam implementasi proyek – [Semua Tahap]

x Menerapkan program pengembangan masyarakat yang people-oriented; Pemberdayaan masyarakat

Kegagalan manajemen proyek

Kegagalan atau ketidakmampuan Badan Usaha dalam mengelola operasional Proyek Kerjasama – [Tahap Operasi]

x Menyusun rencana manajemen operasi dan dijalankan oleh secara professional

Kegagalan kontrol dan monitoring proyek

Terjadinya penyimpangan yang tidak terdeteksi akibat kegagalan kontrol dan monitoring oleh Badan Usaha atau PJPK – [Semua Tahap]

x x Menyusun rencana kontrol dan monitoring serta evaluasi berkala terhadap efektivitas rancangan dan pelaksanaan

Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga – [Tahap Operasi]

x Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak

Perawatan lebih sering dari yang diduga

Kesalahan estimasi biaya life cycle

Kesalahan estimasi biaya diakibatkan tidak mendapatkan harga yang fix dan terkini dari supplier – [Tahap Operasi]

x Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin

Kenaikan biaya energi–karena inefisiensi unit

Biaya energi naik disebabkan kinerja operasi yang tidak efisien. – [Tahap

x Kualitas dan spesifikasi unit yang baik

Page 48: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

48

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Operasi]

Tidak teraturnya ketersediaan utilitas

Ketersediaan utilitas, seperti listrik, internet, tidak dapat teratur/ dihandalkan. – [Tahap Operasi]

x Tindakan antisipasi: fasilitas back up listrik/utilitas lainnya

Biasanya sudah harus diantisipasi sedini mungkin

Berkurangnya kuantitas input

Defisit karena alasan dalam kendali sektor publik. – [Tahap Operasi]

x Regulasi dan koordinasi yang baik antar instansi terkait

Menurunnya kualitas input Kualitas turun karena alasan dalam kendali sektor publik. – [Tahap Operasi]

x Regulasi dan koordinasi yang baik antar instansi terkait

Ketidakpastian kontinuitas input

Kontinuitas input tidak pasti dikarenakan perubahan kapasitas ketersediaan. – [Tahap Operasi]

x Regulasi dan koordinasi yang baik antar instansi terkait

Tergantung lokasi

Berkurangnya kuantitas output

Kuantitas output berkurang disebabkan kinerja proses dalam operasi. – [Tahap Operasi]

Operator yang handal; Mekanisme penalti

Menurunnya kualitas output Kualitas output berkurang disebabkan kinerja proses dalam operasi. – [Tahap Operasi]

x Operator yang handal; Mekanisme penalti

Ketidakpastian kontinuitas output

Kontinuitas output tidak pasti disebabkan kinerja proses dalam operasi. – [Tahap Operasi]

x Operator yang handal; Mekanisme penalti

Kehilangan dan kualitas di jaringan transmisi

Kebocoran/kontaminasi dalam jaringan transmisi. – [Tahap Operasi]

x Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik

Jaringan transmisi masih termasuk sistem unit produksi

Kehilangan dan kualitas di jaringan distribusi

Kebocoran/kontaminasi dalam jaringan distribusi. – [Tahap Operasi]

x Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik

Keterlibatan BU di hilir hanya boleh bangun & serah, operasi Pemerintah

Page 49: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

49

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko 6. RISIKO PENDAPATAN Risiko tingkat serapan di awal periode

Output tidak terserap di awal periode operasional karena implementasi di bawah target perencanaan [Tahap Operasi]

x Klausul ‘take or pay’ dalam perjanjian jual beli

Penurunan volume permintaan output proyek

Mengakibatkan penurunan pendapatan penjualan dan defisit bagi PJPK – [Tahap Operasi]

x Program marketing yang baik; Program penurunan NRW; Pengelolaan keuangan PDAM

Kegagalan penetapan tarif awal

Akibat tingkat kemampuan dan kemauan membayar konsumen di bawah tingkat kelayakan – [Tahap Operasi]

x Dukungan kelayakan (VGF); Regulasi terkait mekanisme tarif dan juga insentif

Regulasi dapat berbentuk Perda

Keterlambatan penyesuaian tarif periodik

Pada indeksasi tarif terhadap tingkat inflasi yang sudah disepakati – [Tahap Operasi]

x Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mengatur tingkat dan periode penyesuaian tarif

Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

Tingkat penyesuaian tarif lebih rendah dari proyeksi

Khususnya setelah indeksasi tarif dan rebasing tarif – [Tahap Operasi]

x Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mengatur tingkat dan periode penyesuaian tarif

Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

Kesalahan perhitungan estimasi tarif

Penetapan tarif terlalu optimis atau di atas kemauan membayar konsumen – [Tahap Operasi

x Survei kemampuan dan kemauan membayar konsumen yang handal

Risiko konektivitas jaringan distribusi dan fasilitas penghubung

Ingkar janji otoritas membangun dan memelihara jaringan yang diperlukan dan membangun fasilitas penghubung – [Tahap Operasi]

x • Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik

• Sinkronisasi konstruksi

Risiko pengelolaan jaringan distribusi

Keterbatasan pengelolaan jaringan distribusi yang dibangun swasta – [Tahap Operasi]

x Peningkatan kapasitas pengelolaan jaringan distribusi

Page 50: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

50

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Risiko fasilitas pesaing/kompetitor

• Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun fasilitas pesaing; atau

• Penegakan hukum pemanfaatan tidak berjalan.

[Tahap Operasi]

x • Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik

• Regulasi pemanfaatan ABT tersedia • Mekanisme penegakan hukum

tersedia & berjalan baik • Tim penegakan hukum

pemanfaatan ABT terbentuk dan berjalan baik

• Regulasi yang mendukung dapat berbentuk Perda

• Koordinasi dengan TNI, Polisi, dan Jaksa dalam proses penegakan hukum dapat dilakukan

8. RISIKO INTERFACE Risiko ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan

Ketimpangan waktu dan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU. – [Tahap Konstruksi]

x x • Koordinasi dan integrasi jadwal pelaksanaan proyek

• Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah

Risiko perbedaan standar/metode layanan

Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan – [Tahap Konstruksi]

x Kesepakatan standar/ metode yang akan diterapkan para pihak sedini mungkin

Risiko relasi Miskomunikasi di dalam internal dan eksternal organisasi, termasuk mengakibatkan keterlambatan/ kesalahan proses karena kurang pengalaman di proyek KPBU/Project Financing - [Semua Tahap]

x x Sistem komunikasi dan koordinasi dirancang, disepakati, dan disosialisasikan dengan baik ke semua pihak terkait.

9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak dapat dikonversi

Tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversinya mata uang asing ke/dari Rupiah - [Semua Tahap]

x • Pembiayaan domestik • Akun pembiayaan luar negeri • Penjaminan dari bank sentral

Mata uang asing tidak dapat Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke x • Pembiayaan domestik

Page 51: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

51

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko direpatriasi negara asal investor - [Semua Tahap] • Akun pembiayaan luar negeri

• Penjaminan dari bank sentral Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa

kompensasi (yang memadai) – [Tahap Operasi]

x • Mediasi,negosiasi • Asuransi Risiko Politik • Penjaminan pemerintah

Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum

Bisa dianggap sebagai risiko bisnis - [Semua Tahap]

x

Perubahan regulasi (dan pajak) yang diskriminatif dan spesifik

Berbentuk kebijakan pajak oleh otoritas terkait (pusat dan/atau daerah) - [Semua Tahap]

x • Mediasi,negosiasi • Asuransi Risiko Politik • Penjaminan pemerintah

Selain memiliki provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Keterlambatan perolehan persetujuan perencanaan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait - [Tahap Pra-konstruksi & Konstruksi]

x Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Perencanaan awal maupun perubahan desain karena pekerjaan konstruksi

Gagal/terlambatnya perolehan persetujuan

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait - [Semua Tahap]

x Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Biasanya terkait isu selain perencanaan

Keterlambatan perolehan akses ke lokasi proyek

Hanya jika dipicu keputusan sepihak /tidak wajar dari otoritas terkait - [Semua Tahap]

x Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya

Risiko parastatal • Wanprestasi kewajiban kontraktual PJPK sebagai offtaker

• Akibat privatisasi offtaker atau Default PJPK

[Semua Tahap]

x • Asuransi Risiko Politik • Penjaminan pemerintah

10. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam Terjadinya bencana alam sehingga tidak

dapat beroperasi secara normal - [Semua x Asuransi, bila dimungkinkan Yang dimaksud

dengan ditanggung

Page 52: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

52

Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko

Deskripsi [Pra-Konstruksi/Konstruksi/Operasi]

Publik BU Bersama Deskripsi Strategi Mitigasi Sesuai

Best Practice

Kondisi Spesifik terkait Alokasi

Risiko Tahap] bersama adalah

bahwa risiko keadaan kahar ditanggung swasta sepanjang terdapat asuransi yang menutup peristiwa-peristiwa tersebut. Atas porsi yang tidak ditanggung asuransi, maka diambil alih oleh Pemerintah.

Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat - [Semua Tahap]

x Asuransi, bila dimungkinkan

Cuaca ekstrim Akibat perubahan iklim atau faktor lain - [Semua Tahap]

x Asuransi, bila dimungkinkan

Force majeure berkepanjangan

Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu aspek ekonomis pihak yang terkena dampak (terutama bila asuransi tidak ada) - [Semua Tahap]

x Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak dan memicu terminasi dini

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb - [Tahap Operasi] x Asuransi Transfer aset setelah kontrak KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala karena ada perbedaan mekanisme pengalihan atau penilaian. [Tahap Operasi]

x • Pembuatan kontrak yang mengatur perihal transfer aset dengan jelas.

• Penilaian dilakukan oleh penilai independen yang disepakati bersama

Page 53: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

53

Mengidentifikasi risiko-risiko PJPK harus mengidentifikasi semua risiko yang terkait dengan proyek agar Pemerintah dapat menghindari risiko-risiko yang tidak dimaksudkan untuk dikelola. Beberapa metode yang berguna untuk digunakan dalam tahapan ini adalah:

§ Model matriks risiko—untuk menyusun struktur risiko dengan mempertimbangkan setiap kategori risiko yang tercatat di dalam matriks.

§ Risiko-risiko utama—yang menentukan jenis-jenis risiko yang tercacat dalam matriks, menjelaskan secara rinci sifat dari masing-masing risiko tersebut, dan memberi contoh-contoh yang terkait.

§ Daftar risiko-risiko yang umum terdapat pada KPBU berdasarkan sektor—dari sumber yang terpercaya, sebagaimana diuraikan dalam Tabel D.3. di bawah ini.

Tabel D.3.: Daftar Risiko-Risiko Umum Berdasarkan Sektor Sektor Sumber Umum http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/concessions_fulltoolkit.pdf Jalan Raya http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/Highways/ Pelabuhan http://www.ppiaf.org/documents/toolkits/Portoolkit/Toolkit/index.html Bus Kota http://www.ppiaf.org/documents/toolkits/UrbanBusToolkit/assets/home.htm Air http://siteresources.worldbank.org/INTSDNETWORK/Resources/ApproachestoPri

vateParticipationWaterServices.pdf Manajemen Limbah http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/waste_fulltoolkit.pdf

Mengalokasikan Risiko Untuk Memaksimalkan Value for Money Setelah semua risiko proyek telah teridentifikasi, PJPK kemudian mengalokasikan berbagai risiko tersebut kepada Pemerintah dan swasta, sehingga dapat memaksimalkan aspek value for money. Secara umum, ini berarti mengalokasikan masing-masing risiko kepada pihak yang betul-betul mampu mengelola, memitigasi atau mendiversifikasinya, sesuai dengan alur pikir sebagai berikut:

§ Mengelola kemungkinan munculnya risiko—PJPK harus mengalokasikan risiko kepada pihak yang paling mampu untuk mengelola kemungkinan risiko tersebut terjadi. Misalnya, risiko konstruksi harus dialokasikan kepada pihak swasta sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi konstruksi, karena mereka berada pada posisi terbaik untuk mencegah pembengkakan biaya konstruksi dan membatasi pembengkakan biaya tersebut apabila benar-benar terjadi. Karena, dengan menanggung biaya dari risiko konstruksi maka pihak swasta terdorong untuk menyelesaikan konstruksi secara tepat waktu, dan jika terjadi kenaikan biaya pihak swasta akan berusaha untuk menekan kenaikan tersebut beserta durasinya.

§ Melakukan mitigasi dampak dari risiko terhadap hasil dari proyek apabila dampak tersebut muncul—di mana apabila suatu risiko tidak dapat dengan mudah dikelola oleh setiap pihak, maka PJPK akan mengalokasikan risiko tersebut kepada pihak yang paling mampu untuk melakukan mitigasi. Mitigasi risiko mencakup upaya untuk mengantisipasi kemunculannya serta meresponsnya sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak seminimal mungkin. Misalnya, tidak ada suatu pihak manapun yang bisa mengelola risiko gempa bumi. Namun demikian, jika pihak swasta diberikan tanggung jawab untuk membuat disain proyek, maka pihak swasta dapat menggunakan teknik-teknik yang dapat mengurangi kerugian seandainya terjadi gempa. Selain itu, karena pihak swasta harus bertanggung jawab terhadap biaya yang dikeluarkan, maka pihak swasta pun terdorong untuk melakukan hal tersebut.

§ Mendiversifikasi biaya untuk menyerap risiko—manakala suatu risiko tidak akan dapat dikelola atau dimitigasi dengan baik oleh stau pihak, maka PJPK harus mengalokasikan risiko tersebut kepada pihak yang paling mampu untuk menyerap risiko tersebut dengan biaya sekecil-kecilnya, dengan mengalihkan lebih banyak biaya untuk menanggung risiko (dengan memberlakukan tarif yang lebih besar yang harus dibayar pengguna atau asuransi pihak ketiga), atau menyebar biaya untuk menanggung risiko kepada sejumlah pihak atau diantara banyak aset-aset lainnya.

Prinsip-prinsip tersebut akan menghasilkan suatu alokasi risiko yang optimal. Namun demikian, ada dua aspek tambahan yang harus dipertimbangkan sebelum alokasi risiko dapat difinalisasi:

§ Tingkat Risiko Umum Masing-Masing Pihak. PJPK harus mempertimbangkan apakah tingkat risiko umum yang harus diterima oleh pihak swasta akan sangat mahal (yang mengharuskan premi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pihak swasta tersebut menanggung risiko tersebut menurut Pemerintah) atau akan menjauhkan pihak swasta untuk ikut dalam tender. Dalam situasi seperti ini, PJPK dapat melakukan penyesuaian kembali atas alokasi risiko-

Page 54: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

54

risiko bersama, atau jika tidak, mengurangi profil risiko umum yang harus ditanggung pihak swasta tersebut.

§ Risiko Bersama Yang Simetris. Tidak semua semua ketidakpastian dalam proyek bersifat negatif—upside benefits dapat meningkatkan profitabilitas proyek dengan cara yang tidak terduga. Prinsip simetris dalam pengalokasian risiko akan menciptakan hak kepemilikan atas upside benefits termasuk kewajiban atas risiko yang menjadi kenyataan. Ketika Pemerintah membagi-bagi sisi negatif dari suatu risiko, maka sebaiknya Pemerintah juga membagi manfaat positif yang mungkin terjadi (seperti risiko lalu lintas di jalan tol).

Page 55: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

55

Tabel D.4.: Risiko Utama

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko Risiko Pra Kontrak

Risiko bahwa proses pengadaan akan mengalami hal-hal sebagai berikut: (a) gagal menarik peserta tender yang kompeten dalam jumlah yang mencukupi dan/atau penawaran yang responsif; atau (b) negosiasi yang berlarut-larut dan mahal; atau (c) gagalnya negosiasi.

Risiko gagalnya proses pengadaan proyek BOT untuk menarik peserta tender yang kompeten karena pemasaran peluang bisnis proyek yang kurang dan/atau dokumen tender yang disiapkan dengan tidak memadai.

Risiko pra kontrak sering kali dikaitkan dengan persiapan proyek yang kurang memadai, yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman atau kemampuan. Risiko ini dapat dimitigasi dengan cara melakukan persiapan dan pengelolaan dengan hati-hati. Antara lain dengan membentuk suatu tim transaksi yang kompeten, mempekerjakan penasihat transaksi yang berpengalaman serta membuat jadwal yang sesuai dengan kompleksitas proyek.

Risiko Lokasi Tapak

Risiko di mana lahan proyek tidak dapat disediakan atau tidak dapat digunakan pada waktunya, sesuai dengan tujuan atau pada tingkat biaya yang diperkirakan, atau lokasi tapak tersebut akan menimbulkan beban-beban yang tidak terduga yang menyebabkan dampak negatif terhadap penyediaan jasa layanan dan/atau rencana pendapatan proyek.

§ Risiko keterlambatan dalam perolehan hak pakai jalan tol karena terdapat permasalahan hukum, kepemilikan atau pemukiman kembali.

§ Risiko bahwa komposisi geologi dari lokasi terowongan akan berubah-ubah secara signifikan sesuai kedalam terowongan yang digali, sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya konstruksi.

§ Risiko bahwa selama pelaksanaan konstruksi suatu dam, kondisi tanah ternyata berbeda dibandingkan dengan yang diperoleh dari hasil studi, sehingga menyebabkan kegagalan atau keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi.

§ Risiko lokasi mencakup semua risiko yang terkait lahan yang diperlukan untuk proyek, termasuk kecocokan lokasi, permasalahan dalam pengadaan tanah, tanggung jawab lingkungan serta syarat-syarat perencanaan dan perizinan lainnya.

§ Risiko lokasi terberat terjadi pada tahap awal proyek dan pelaksanaan konstruksi proyek. Kadar risiko tersebut menurun pada saat tahap operasional. Namun demikian, risiko lingkungan bisa jadi akan muncul pada tahap operasional apabila ada permasalahan yang tidak terdeteksi sebelumnya, atau apabila operasional proyek ternyata mencemari lingkungan sekitarnya.

Risiko-risiko yang terkait dengan disain, konstruksi dan komisioning

Risiko-risiko di mana disain, konstruksi atau komisioning (start-up) proyek dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menimbulkan pembengkakan biaya (dalam disain, konstruksi atau operasional) dan/atau penyediaan jasa layanan yang buruk.

§ Risiko disain—risiko di mana sistem penanganan bagasi yang ada di bandara yang dioperasikan swasta ternyata memiliki disain yang buruk yang kemudian menyebabkan kehilangan, salah rute atau keterlambatan kedatangan bagasi, yang akhirnya membuat kecewa para pengguna.

§ Risiko konstruksi—risiko ketika lapisan dasar

§ Konsekuensi apabila risiko disain, konstruksi atau komisioning muncul keterlambatan dan/atau kenaikan biaya-biaya selama tahapan-tahapan proyek tersebut. Konsekuensi lainnya adalah cacat disain atau konstruksi yang menyebabkan infrastruktur tersebut tidak mampu menyediakan jasa layanan secara efektif, baik seketika maupun setelah selang waktu tertentu.

Page 56: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

56

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko trotoar ternyata tidak dipadatkan sesuai dengan spesifikasinya, yang kemudian menyebabkan kerusakan dini

§ Risiko komisioning—risiko yang timbul ketika teknologi pengolahan air limbah yang baru gagal berfungsi atau instalasi pengolah limbah tidak mampu beroperasi sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan

§ Risiko-risiko tersebut adalah risiko inti selama tahap pembangunan dengan kemungkinan terjadi yang paling tinggi.

Risiko sponsor dan keuangan

Risiko sponsor adalah risiko yang: § Apabila perusahaan khusus atau

Special Purpose Vehicle (SPV) yang didirikan oleh mitra swasta dalam kontraknya dengan pemerintah ternyata gagal untuk memenuhi kewajiban kontraknya, maka pemerintah tidak akan dapat menuntut pelaksanaan kewajiban tersebut atau menuntut ganti rugi dari para sponsor atas kerugian yang terjadi akibat dari pelanggaran oleh SPV dimaksud.

§ Berdasarkan alasan keamanan atau niat baik lainnya, pihak swasta adalah pihak yang kurang tepat atau tidak cocok untuk dilibatkan atau dikaitkan dalam pelaksanaan proyek, atau justru akan memberi dampak negatif bagi proyek.

Risiko sponsor—risiko manakala perusahaan SPV yang didirikan pihak swasta mengalami pailit dan dibubarkan ketika konstruksi baru selesai dikerjakan 25 persen, dan bahwa kompensasi dari jaminan pelaksanaan tidak mencukupi untuk menutup sisa biaya konstruksi, biaya-biaya yang terkait akibat keterlambatan, dan biaya pengadilan.

Risiko sponsor bisa jadi sulit untuk diukur sebelum proyek dimulai. Mengingat bahwa SPV adalah badan hukum yang khusus dibuat untuk bertindak untuk dan atas nama konsorsium proyek, maka SPV itu sendiri tidak memiliki catatan historis tentang kondisi keuangan dan operasionalnya yang bisa diperiksa oleh pemerintah. Oleh karena itu, Tim Penyiapan Proyek harus berpegangan pada bukti empiris kinerja pihak-pihak anggota konsorsium untuk mengukur kemampuan SPV memenuhi kewajiban-kewajibannya terkait proyek.

Risiko keuangan adalah risiko di mana: § Investor dan kreditur tidak bersedia

memberikan atau meneruskan pemberian pendanaan untuk proyek

§ Parameter keuangan (seperti: suku

Risiko keuangan adalah risiko di mana pihak swasta yang telah mendanai proyek melalui utang dengan proporsi yang besar harus mengalami pailit akibat terjadinya perubahan suku bunga yang mendadak.

SPV didukung oleh suatu jaringan pengaturan keuangan yang kompleks, termasuk para investor dan kreditur yang bergantung kepada kemampuan proyek untuk memberikan hasil laba dari investasi, yang harus didukung oleh syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum pembiayaan bisa dicairkan. Satu cara terbaik dalam mendisain kontrak adalah dengan menjadikan

Page 57: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

57

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko bunga, tarif pajak) mengalami perubahan sebelum badan usaha swasta memberikan komitmen penuhnya kepada proyek, sehingga dapat berdampak buruk terhadap harga

§ Struktur keuangan proyek tidak cukup kuat, artinya proyek ini sangat rentan terhadap kejutan faktor risiko keuangan selama pelaksanaan proyek seperti perubahan suku bunga atau tarif pajak

pemenuhan pembiayaan sebagai prasyarat bagi berlakunya kontrak, serta dengan menetapkan suatu tanggal di mana pemenuhan pembiayaan telah terpenuhi pada saat jaminan penawaran dimintakan. Untuk menekan risiko pailit, beberapa kontrak mensyaratkan rasio utang terhadap ekuitas yang maksimal.

Risiko Operasional

Risiko yang menghalangi badan usaha untuk melaksanakan jasa-jasanya berdasarkan kontrak atau melaksanakan fungsi fasilitas berdasarkan spesifikasi yang disepakati dan/atau dalam rentang anggaran biaya yang direncanakan.

Risiko di mana suatu sistem transportasi yang dioperasikan oleh swasta bergantung kepada satu pemasok lokal untuk memperoleh suku cadang roda, sehingga menyebabkan kualitas yang terus menurun. Roda mengalami retak lebih dini dan harus diganti dua kali lebih sering dari sebelumnya, sehingga menyebabkan kecelakaan, naiknya biaya pemeliharaan dan berkurangnya laba.

§ Risiko operasional biasanya berkaitan dengan produksi dan jalannya fungsi, ketersediaan dan kualitas masukan/input, kualitas dan efisiensi dari manajemen dan operasi, serta pemeliharaan dan perbaikan.

§ Risiko operasional terjadi ketika biaya untuk mengoperasikan fasilitas melebihi anggaran sehingga menekan laba yang direncanakan dan/atau akhirnya fasilitas tersebut tidak mampu beroperasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Risiko Permintaan

Risiko di mana permintaan atas jasa layanan atau penggunaan fasilitas ternyata berbeda dari level yang diperkirakan, yang akhirnya menyebabkan besaran pendapatan dari user lebih kecil dari yang diharapkan.

Risiko di mana besaran jumlah pengguna aktual sistem transportasi di bawah perkiraan, sehingga menyebabkan kerugian yang besar bagi pihak swasta.

Risiko permintaan muncul pada tahap operasional proyek ketika jasa layanan atau fasilitas mulai ditawarkan kepada pengguna akhir. Pihak pengguna akhir, antara lain terdiri dari: Pemerintah, misalnya proyek rumah sakit atau sekolah; Pemerintah atas nama konsumen, misalnya instalasi pengolahan air, Pemerintah atas nama publik secara langsung, misalnya jalan raya atau sistem transit massal. Apabila pembayaran atas jasa layanan dihitung berdasarkan volume atau bergantung kepada tingkat penggunaan, maka proyek menjadi terpapar oleh kekuatan pasar, dengan segala risiko yang terkait dengannya.

Page 58: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

58

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko Risiko Jaringan dan Interface

Risiko jaringan adalah risiko di mana jaringan yang dibutuhkan oleh pihak swasta untuk melaksanakan jasa layanan berdasarkan kontrak atau fungsi fasilitas, akan diganti, tidak dipelihara dengan baik atau dengan berubah sedemikian rupa sehingga: (a) menghambat pelaksanaan jasa layanan atau fungsi fasilitas berdasarkan kontrak; (b) mempengaruhi kualitas keluaran yang ditetapkan; atau (c) mempengaruhi kelayakan dari proyek.

§ Risiko jaringan—risiko di mana suatu ruas jalan tol yang dioperasikan swasta merupakan bagian dari sejumlah ruas jalan tol yang saling terinterkoneksi, dan bergantung kepada ruas jalan tol lainnya sebagai pengumpan untuk memperoleh trafik, ternyata tidak menerima trafik dalam jumlah yang mencukupi karena ada ruas tol lain yang belum selesai.

§ Risiko interface—risiko di mana suatu proyek transportasi publik yang bergantung kepada interface dengan mode transportasi lain baik publik atau swasta, dihalangi untuk dapat membangun suatu interface yang efektif, misalnya akibat pembatasan parkir kendaraan.

§ Risiko jaringan dan interface berkaitan dengan titik-titik temu antara proyek infrastruktur atau jasa layanan dengan jaringan atau jasa yang dioperasikan oleh swasta atau pemerintah. Risiko-risiko ini memiliki karakteristik yang khas untuk setiap jenis proyek dan oleh karena itu harus fleksibel dalam menerapkan prinsip-prinsip alokasi risiko.

§ Risiko jaringan muncul manakala jasa layanan atau fungsi yang berdasarkan kontrak saling terkait dengan, tergantung kepada atau sebaliknya dipengaruhi infrastruktur lainnya, input dan jasa layanan, yang secara bersama-sama disebut sebagai jaringan.

§ Risiko interface terjadi manakala mitra swasta dan pemerintah keduanya sama-sama menyediakan jasa layanan dari atau terkait dengan fasilitas infrastruktur yang sama.

Risiko hubungan industrial

Risiko berupa bentuk tindakan industrial, misalnya pemogokan buruh, pelarangan masuk, pelarangan kerja, work-to-rules, blokade, memperlambat kerja, dan lain sebagainya, sehingga secara langsung atau tidak langsung berdampak negatif terhadap komisioning, penyediaan jasa layanan atau keandalan dari proyek.

Aksi mogok buruh yang menyebabkan keterlambatan dalam mendapatkan pasokan, konstruksi dan/atau penyerahan jasa layanan, yang berakibat naiknya biaya, hilangnya atau berkurangnya pendapatan bagi pihak swasta, dan kemungkinan kewajiban kontrak untuk membayar kerugian kepada pemerintah.

Risiko hubungan industrial dapat muncul baik pada tahap konstruksi maupun operasi proyek, namun biasanya lebih sering terjadi pada saat tahap konstruksi.

Risiko perundang-undangan dan kebijakan pemerintah

Risiko di mana pemerintah akan menggunakan kewenangan serta imunitasnya, termasuk, namun tidak terbatas kepada, kewenangan untuk memberlakukan peraturan dan kebijakan yang berdampak buruk terhadap proyek.

§ Risiko manakala lembaga pelaksana tidak memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak atau apabila kewenangan tersebut dibatasi.

§ Risiko manakala Pemerintah dijadikan kebal dari tuntutan hukum (risiko kedaulatan)

§ Risiko manakala Pemerintah akan menggunakan kewenangannya untuk

Merupakan faktor penting yang akan dipertimbangkan oleh pihak swasta sebelum masuk ke skema KPBU dan salah satu kontribusi yang paling penting adalah penjaminan pemerintah.

Page 59: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

59

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko memberlakukan atau merubah undang-undang sedemikian rupa sehingga berdampak buruk bagi proyek

§ Risiko ketika pejabat pemerintah memberikan atau menolak memberikan perizinan sedemikian rupa sehingga berpengaruh secara buruk bagi proyek

§ Risiko manakala Pemerintah menerbitkan atau merubah suatu kebijakan sehingga berpengaruh kepada operasional proyek atau merubah hubungan antara proyek dan infrastruktur publik pesaing yang lain.

§ Risiko manakala regulator akan menggunakan haknya yang akan berdampak buruk bagi proyek

§ Risiko manakala Pemerintah menuntut perubahan pada spesifikasi jasa layanan atau turut campur dalam operasional usaha pihak swasta sedemikian rupa sehingga berdampak buruk bagi proyek.

Risiko Kahar (Force Majeure)

Risiko di mana terjadi suatu peristiwa tertentu yang kejadiannya berada di luar kekuasaan para pihak, yang akan menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan bagi pihak swasta untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kontraknya. Peristiwa-peristiwa force majeure biasanya dibagi menjadi dua kelompok yakni: kehendak Tuhan/act of God dan kejadian politik.

§ Kehendak Tuhan—bencana alam seperti badai, petir, topan, gempa, bencana alam, dampak cuaca, pasang naik, banjir, kekeringan, longsor, banjir lumpur dan kontaminasi nuklir, kimia dan biologis

§ Peristiwa-Peristiwa Politik—risiko-risiko berupa kerusuhan sipil, pemberontakan, revolusi, terorisme, pergolakan sipil, kebangkitan dan kudeta militer, kerusakan akibat kejahatan, tindakan musuh masyarakat dan perang (baik yang dinyatakan maupun tidak)

§ Peristiwa-peristiwa force majeure dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, yakni yang dapat diasuransikan atau yang dapat diduga sebelumnya dan dimitigasi dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, dan yang tidak dapat diperlakukan seperti itu. Force Majeure yang dapat diasuransikan dan tidak dapat diasuransikan tersebut biasanya diperlakukan berbeda dalam perjanjian KPBU.

§ Peristiwa-peristiwa yang dapat diasuransikan atau dimitigasi bisa beragam tergantung jenis proyeknya. Oleh karena itu, suatu kontrak harus menyatakan dengan tegas peristiwa-peristiwa apa saja yang dapat diasuransikan dan yang tidak dapat diasuransikan, meskipun apabila pada awalnya

Page 60: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

60

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko nampak sangat luas.

Risiko kepemilikan aset

Risiko berupa peristiwa-peristiwa seperti perubahan teknologi, pembangunan infrastruktur yang menjadi saingan atau aset yang lebih cepat menjadi usang, yang merubah nilai ekonomi dari aset, baik selama atau sesudah masa kontrak, dibandingkan dengan nilai yang menjadi dasar dari struktur keuangan proyek.

§ Risiko-risiko manakala pada masa berlakunya kontrak KPBU tentang bandara, permintaan jasa angkutan udara menurun karena terpengaruh oleh kekhawatiran terkait isu perubahan iklim

§ Risiko-risiko manakala peningkatan ruas-ruas jalan publik akan mengurangi permintaan untuk jasa layanan jalan tol

Berdasarkan faktor pendorong nilai keseluruhan periode proyek (whole of life), sering kali akan lebih baik apabila risiko-risiko tersebut dialokasikan kepada pihak swasta, karena mereka juga telah dialokasikan fungsi-fungsi proyek lainnya yang terkait. Namun demikian, alokasi risiko ini mungkin harus disesuaikan untuk setiap proyek, tergantung kepada syarat-syarat dari pemerintah untuk lokasi dan/atau fasilitas tertentu serta rencana pengoperasiannya pada akhir dari masa kontrak. Jika pada tahap awal proyek, Pemerintah memutuskan untuk menggunakan lahan dan/atau fasilitas dimaksud—terlepas dari apakah karena aset tersebut merupakan bagian integral dari suatu jaringan publik, yang diintegrasikan dengan operasi-operasi pemerintah lainnya, yang penting bagi penyediaan pelaya nan pemerintah sendiri atau untuk menjaga suatu lokasi yang strategis—maka harus dipastikan bahwa proyek akan menyerahkan asset tersebut kepada pemerintah sesuai waktu yang diperjanjikan, pada harga yang wajar dan berdasarkan syarat-syarat yang dapat diterima. Jika fasilitas tersebut akan dialihkan atau ditransfer kepada pemerintah pada akhir dari masa kontrak, maka pemerintah akan terpapar risiko nilai sisa dari fasilitas tersebut.

Page 61: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

61

Tabel D.5.: Matriks Alokasi Risiko

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan kepada Alasan Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi

Risiko lokasi tapak

Bangunan yang masih ada di lokasi perbaikan /perluasan)

§ Risiko manakala bangunan yang ada tidak memadai untuk mendukung perbaikan baru, yang menyebabkan tambahan biaya dan waktu konstruksi.

§ Pihak Swasta § Pihak swasta akan dapat mengelola biaya secara efektif biaya apabila sebelumnya telah melakukan audit tuntas (due diligence) atas bangunan yang masih ada.

§ Pihak swasta akan menyerahkan kepada kontraktor yang melakukan perbaikan/pembaruan berdasarkan uji ahli (expert testing) dan audit tuntas

§ Memberikan waktu yang cukup kepada perusahaan swasta untuk melakukan studi lokasi

§ Klausul kontrak yang mengharuskan mitra swasta untuk menyediakan jaminan pelaksanaan/ performance bond

Kondisi tapak § Risiko manakala ditemukan kondisi geologi yang tidak diperkirakan sebelumnya yang menyebabkan kenaikan biaya konstruksi dan/atau keterlambatan penyelesaian

§ Pihak swasta—kecuali jika ditemukan adanya kondisi geologi yang kompleks, pihak swasta menanggung biaya sampai jumlah tertentu, dan pemerintah akan bertanggungjawab terhadap biaya yang timbul di atas jumah tersebut

§ Pihak swasta dapat mengelola biaya secara efektif apabila kegiatan studi lokasi dilakukan secara moderat dan diberikan waktu yang cukup bagi peserta tender

§ Struktur yang kompleks pada infrastruktur linier (jalan raya, jalur kereta, jalur pipa) bisa jadi memerlukan studi-studi geoteknis yang lebih menyeluruh dan rinci sesuai kondisi yang dijumpai (misalnya: terowongan yang

§ Pihak swasta akan menyerahkan kepada kontraktor yang melakukan perbaikan/pembaruan berdasarkan uji ahli (expert testing) dan audit tuntas

§ Memberikan waktu yang cukup kepada perusahaan swasta untuk melakukan studi lokasi

§ Memberikan penggantian untuk sebagian dari biaya untuk mempersiapkan dokumen yang diperlukan dalam tender yang dapat

§ Klausul kontrak yang mengharuskan mitra swasta untuk menyediakan jaminan pelaksanaan/ performance bond

§ Klausul kontrak yang menetapkan syarat-syarat dan mekanisme untuk memberikan kompensasi kepada sektor swasta sesuai dengan kesepakatan jika terjadi pembengkakan biaya pada struktur yang secara teknis bersifat kompleks (misalnya: penggantian

Page 62: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

62

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan kepada Alasan Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi

panjang, jembatan yang panjang pada kondisi tanah yang tidak stabil) yang kemungkinan tidak akan bisa selesai selama masa tender atau terlalu mahal untuk dilaksanakan oleh peserta tender pada tahapan tender tanpa adanya pembagian biaya.

mendorong peserta tender untuk melakukan studi lokasi-nya sendiri.

atas kenaikan biaya untuk pembangunan terowongan).

Perizinan dan persetujuan

§ Risiko manakala persetujuan yang diperlukan (misalnya: ijin lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, ijin konstruksi) tidak dapat diperoleh, atau dapat diperoleh namun dengan syarat-syarat yang tak terduga sebelumnya yang menimbulkan biaya tambahan atau menyebabkan keterlambatan proyek

Pihak swasta, jika dan manakala: § Perizinan dan persetujuan

telah diperoleh sebelum diajukannya penawaran oleh para peserta tender potensial, dan setelah itu dilakukan perubahan-perubahan atas permintaan pemenang tender.

Pemerintah, jika dan manakala: § Perizinan dan persetujuan

masih belum didapatkan sebelum pengajuan penawaran oleh peserta tender—namun pihak swasta tetap bertanggungjawab untuk mengelola proses perolehan perizinan dan persetujuan tersebut

Jika oleh pihak swasta: § Swasta memiliki informasi

yang lebih baik tentang latar belakang dari permohonannya tersebut.

Jika oleh Pemerintah: § Pemerintah memiliki

informasi dan posisi yang lebih baik untuk mempengaruhi proses persetujuan tersebut, khususnya pada situasi yang kompleks atau sensitif.

§ Pemerintah sebaiknya telah mendapatkan informasi tentang perizinan dan persetujuan yang diperlukan sebelum tahap pengajuan penawaran oleh peserta tender, agar perusahaan swasta dapat memiliki gambaran tentang kepastian sebelum kontrak dimulai dan segera melakukan proses untuk memperoleh persetujuan.

§ Klausul dalam kontrak yang menetapkan jadwal untuk mendapatkan perizinan dan persetujuan serta kompensasi yang yang harus dibayar kepada pihak swasta apabila terjadi keterlambatan

Page 63: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

63

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan kepada Alasan Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi

Tanggung jawab lingkungan yang muncul selama tahap operasi

§ Risiko manakala penggunaan lokasi proyek selama masa kontrak telah menimbulkan tanggung jawab lingkungan yang signifikan (di mana diperlukan upaya pembersihan dan rehabilitasi lahan agar lokasi kembali seperti semula untuk penggunaan di masa yang akan datang)

Pihak swasta, jika dan manakala: § Ijin lingkungan dan

rencana pengelolaan lingkungan telah disetujui sebelum diajukannya penawaran

§ Ijin lingkungan dan rencana pengelolaan lingkungan belum disetujui sebelum diajukannya penawaran—maka tanggung jawab pihak swasta terbatas kepada estimasi biaya yang diajukan dalam penawaran.

Pemerintah, jika dan manakala: § Ijin lingkungan dan

rencana pengelolaan lingkungan belum disetujui sebelum diajukannya penawaran—maka Pemerintah harus bertanggungjawab atas kelebihan biaya di atas estimasi biaya yang diajukan dalam penawaran.

§ Pihak swasta berkemampuan mengelola penggunaan, pemeliharaan, dan perbaikan aset sesuai dengan persyaratan yang diketahui pada saat pengajuan penawaran

§ Pemerintah lebih mampu untuk mengelola persyaratan lingkungan yang masih belum diketahui oleh peserta tender pada tahap pengajuan penawaran.

§ Selama proses tender, pihak swasta harus mampu menunjukan kemampuan keuangannya untuk menyerahkan lokasi sesuai dengan kondisi yang diminta oleh pemerintah pada akhir dari masa kontrak.

§ Pemerintah menuntut diadakannya dana mengendap (sinking fund) apabila untuk menggunakan kembali lokasi tersebut diperlukan biaya pembersihan/rehabilitasi lahan

§ Klausul dalam kontrak menetapkan bentuk-bentuk tanggung jawab lingkungan pihak swasta dan mekanisme untuk mengukur kewajiban pihak swasta, serta Pemerintah melakukan usaha untuk menuntut pembayaran dari pihak swasta

§ Klausul dalam kontrak yang menuntut diadakannya dana mengendap (sinking fund) untuk keperluan pembersihan/rehabilitasi lahan

Page 64: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

64

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan kepada Alasan Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi

Cagar budaya § Risiko berupa biaya dan keterlambatan yang terkait dengan penemuan peninggalan arkeologi dan cagar budaya

§ Pemerintah harus memikul tanggung jawab jika penemuan tersebut berada di lokasi yang dipilih pemerintah

§ Pihak swasta harus memikul tanggung jawab jika penemuan tersebut berada di lokasi yang dipilih pihak swasta

§ Pemerintah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang prosedur-prosedur, dan biasanya memiliki posisi terbaik untuk mengelola risiko ini

§ Melakukan penelitian data dan catatan tentang hak tanah dan meminta saran dari ahli

§ Klausul dalam kontrak yang menetapkan adanya risiko cagar budaya serta menetapkan jadwal ketersediaan lokasi tapak serta kompensasi yang yang harus dibayar apabila terjadi keterlambatan

Page 65: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

65

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan kepada Alasan Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi

Ketersediaan lokasi tapak

§ Risiko di mana akses menuju lokasi yang dipilih yang pada saat ini belum dimiliki oleh pemerintah atau mitra swasta, dan pengadaan akses tersebut tidak dapat dinegosiasikan.

§ Risiko terkait biaya dan penundaan akibat negosiasi pengadaan tanah

§ Pemerintah menanggung risiko jika menggunakan lokasi yang dipilih pemerintah, namun pihak swasta tetap bertanggungjawab mengelola proses pengadaannya

§ Pihak swasta harus menanggung risiko jika menggunakan lokasi yang dipilihnya sendiri

§ Jika lokasi adalah pilihan dari pemerintah: – Pemerintah memiliki

pemahaman yang lebih baik tentang prosedur, memiliki kewenangan khusus tentang pengadaan dan tata guna tanah untuk pembangunan infrastruktur dan biasanya juga memiliki posisi yang paling bagus untuk mengelolanya

– Pemerintah berada pada posisi yang lebih baik untuk bernegosiasi manakala kebijakan tidak mengijinkan penggunaan pemaksaan dalam proses pengadaan tanah

§ Jika lokasi adalah pilihan dari pihak swasta: – Pihak swasta memiliki

kewenangan untuk memilih lokasi

§ Melakukan penelitian data dan catatan tentang hak tanah dan meminta saran dari ahli

§ Jika lokasi adalah pilihan dari pemerintah: – Menuntaskan

pengadaan tanah sebelum tahap pelaksnaan tender

§ Jika lokasi adalah pilihan dari pihak swasta: – Meminta pemenang

tender untuk mengamankan akses sebelum penandatangan kontrak

§ Klausul dalam kontrak yang menetapkan jadwal ketersediaan lokasi tapak serta kompensasi yang yang harus dibayar apabila terjadi keterlambatan

Page 66: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

69

D.4. Mengembangkan Struktur Hukum Dan Keuangan Indikatif

Setelah mengalokasikan berbagai fungsi dan risiko proyek, maka PJPK selanjutnya membuat diagram struktur hukum dan keuangan proyek indikatif. Diagram struktur tersebut akan sangat berguna untuk memperoleh pengaturan aspek keuangan dan hukum sesuai dengan yang diharapkan atau diusulkan. Salah satu contoh struktur standar dari sebuah proyek DBOMF sederhana adalah sebagaimana diuraikan dalam Gambar D.1 di bawah ini.

Gambar D.1.: Struktur DBOMF

Sumber: Young, HK (2010) Kebijakan dan Praktek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU): Sebuah Panduan Referensi. Sekretariat Negara-negara Persemakmuran

Page 67: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

70

Untuk beberapa proyek tertentu, membuat diagram indikatif struktur hukum dan keuangan bisa jadi lebih kompleks. Apalagi apabila terdapat stau atau lebih dari kondisi-kondisi sebagai berikut:

§ Jaminan dari Pemerintah

§ Kredit multilateral untuk Pemerintah

§ Pembiayaan publik pada perusahaan proyek atau aset (misalnya, melalui suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan undang-undang)

§ Ada lembaga lain selain PJPK sebagai pihak penandatangan dalam kontrak

§ KPBU dibuat untuk aset yang sudah ada, bukan untuk membangun aset baru

Page 68: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

71

Lampiran E Analisis Value for Money Untuk mengevaluasi skema KPBU yang diusulkan terkait kriteria value for money, maka PJPK perlu melakukan analisis apakah proyek akan menghasilkan manfaat yang lebih besar apabila dilaksanakan dengan skema KPBU dibanding apabila dilaksanakan dengan skema proyek konvensional oleh Pemerintah. Ada dua cara pendekatan untuk mengevaluasi aspek value for money ini. E.1. Komparator Sektor Publik Pendekatan komparator sektor publik akan menilai apakah opsi KPBU menghasilkan manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara investasi publik yang konvensional. Langkah-langkah dasarnya adalah untuk:

§ Menetapkan skema KPBU dan Sektor Publik dalam melaksanakan proyek; § Membuat model untuk kedua skema tersebut ; § Membandingkan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari dua skema pelaksanaan proyek

sebagaimana dimaksud di atas, lalu melihat mana yang memberikan manfaat terbesar.

E.1.1. Menetapkan dua skema pelaksanaan: Komparator Pasar dan Komparator Sektor Publik PJPK akan menguraikan cara dari masing-masing skema proyek tersebut akan dilaksanakan: § Komparator Pasar (MC)—bagaimana proyek akan dilaksanakan dengan menggunakan struktur

KPBU yang diusulkan § Komparator Sektor Publik (PSC)—bagaimana proyek akan dilaksanakan apabila dikerjakan

sebagai proyek publik yang konvensional. PJPK perlu memperkirakan, mengembangkan dan menjelaskan bagaimana proyek akan dilaksanakan melalui prosedur pengadaan dan pembiayaan publik yang konvensional yang realistis, dapat dilaksanakan dan dirancang dengan baik.

Dalam membandingkan keduanya, karakteristik dasar proyek dalam hal fasilitas yang ditawarkan, serta kualitas dan kuantitas dari hasil/keluaran adalah sama untuk masing-masing opsi yang dimaksud. Yang membedakan adalah bagaimana karakteristik dasar proyek tersebut akan diimplementasikan oleh setiap opsi– dari segi pengadaan dan manfaat yang akan dihasilkan bagi masyarakat. E.1.2. Membuat model untuk kedua skema yang dimaksud Setelah kedua skema tersebut telah ditetapkan dan dijabarkan secara tertulis, maka PJPK diharapkan menyusun suatu model Excel untuk masing-masing opsi sebagai perbandingan. Tujuan dari pembuatan model dimaksud adalah untuk menelusuri dan mengidentifikasi secara sistematis perbedaan-perbedaan terkait besaran biaya, waktu penyelesaian, penerimaan/revenue, kuantitas dan kualitas jasa dari kedua skema tersebut apabila dilaksanaan. Dari perbandingan antar kedua skema tersebut akan terlihat manfaat umum dalam nilai nominal yang diperkirakan dari masing-masing opsi Analisis komparasi ini pada dasarnya merupakan cara untuk mengetahui bagaimana kedua opsi tersebut berbeda di dalam pelaksanaannya. Pendekatan umumnya adalah mengidentifikasi setiap fungsi dan aspek utama dalam proyek, serta mempertimbangkan, berdasarkan logika dan bukti empiris yang terjadi di Indonesia dan luar negeri, apakah terdapat perbedaan antara kedua skema pelaksanaan tersebut. Beberapa topik dan pertanyaan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis ini mencakup hal-hal sebagai berikut: § Belanja modal—apakah belanja modal yang terjadi akan berbeda di antara kedua opsi tersebut?

Beberapa contoh kasus pada beberapa proyek-proyek di luar negeri seperti di Australia dan Inggris menunjukkan bahwa ‘cost overruns’ (kenaikan biaya-biaya) pada proyek-proyek KPBU cenderung lebih kecil dibandingkan dengan proyek-proyek yang dilaksanakan secara konvensional2. Pengalaman di Indonesia tentang cost overruns pada proyek-proyek sejenis di sektor publik juga harus dipertimbangkan. Perlu dikaji apakah ada alasan mendasar untuk meyakini bahwa skema KPBU kecil kemungkinannya atau lebih besar kemungkinannya untuk mengalami over budget?

§ Waktu Pelaksanaan—pengalaman di negara lain, seperti Australia dan Inggris menunjukkan bahwa proyek-proyek KPBU dapat diselesaikan secara lebih cepat, dengan time overruns yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan pelaksanaan secara konvensional. PJPK sedapat mungkin

2 The Allen Group Study (2007) Performance of PPPs dan Traditional Procurement in Australia; National Audit Office (2001)

Modernising Construction

Page 69: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

72

untuk bisa me-review pengalaman terkait waktu penyelesaian proyek-proyek di Indonesia serta di luar negeri berdasarkan kedua jenis skema pelaksanaan yang dimaksud.

§ Biaya Operasional—Perlu ditulusuri apakah ada alasan untuk menganggap bahwa biaya operasional akan menjadi lebih besar atau lebih kecil jika menggunakan skema Publik atau skema Swasta? PJPK harus mempertimbangkan bukti-bukti terkait tingkat efisiensi biaya tenaga kerja antara skema publik dan skema swasta, besaran gaji serta informasi terkait biaya-biaya lainnya. Apakah perusahaan swasta akan mau melakukan inovasi sedemikian rupa sehingga mampu menekan biaya operasional?

§ Biaya pemeliharaan dan kondisi aset—Apakah ada alasan untuk beranggapan bahwa besaran biaya pemeliharaan akan berbeda di antara kedua skema tersebut? Dan lebih penting lagi, pada skema yang manakah biaya maintenance akan lebih efektif dan kondisi aset lebih bisa dijaga?

§ Kualitas Hasil—Apakah ada alasan yang beranggapan bahwa baik skema publik maupun skema swasta keduanya sama-sama dapat memberikan produk jasa yang lebih baik atau lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan yang digambarkan pada rencana proyek dan spesifikasinya?

§ Beban Pembiayaan—apa bedanya dari segi beban pembiayaan di antara kedua skema tersebut di atas? Laba seperti apakah yang diinginkan oleh pihak swasta (yang dihitung sebagai rata-rata tertimbang dari nilai pengembalian atas ekuitas, atau RoE, yang diminta dan suku bunga atas utang)? Berapa besaran biaya atas dana yang harus ditanggung pemerintah? Nilai lebih apa yang harus ditambahkan pada biaya atas dana tersebut sehingga mencerminkan beban tanggungan risiko pemerintah dalam proyek ini?

§ Pajak—pajak-pajak apa sajakah yang harus dibayar terkait dengan proyek berdasarkan kedua skema dimaksud?

§ Ketersediaan fasilitas pembiayaan—apakah fasilitas pembiayaan akan tersedia pada kedua opsi tersebut? Jika untuk suatu mode tertentu tidak akan tersedia fasilitas pembiayaan atau terjadi keterlambatan penyediaan pembiayaan, apakah hal tersebut akan menyebabkan proyek mustahil untuk dilaksanakan atau apakah akan menyebabkan mundurnya waktu penyelesaian, dibandingkan dengan menggunakan mode satunya di mana akan tersedia fasilitas pembiayaannya?

Perbedaan di antara kedua skema pelaksanaan tersebut harus dimasukkan ke dalam model-model keuangan untuk proyek dimaksud untuk masing-masing cara pendekatan. Model-model keuangan tersebut harus dapat memberikan besaran estimasi tentang beban keuangan, penerimaan dan, dengan demikian, kinerja investasi, berdasarkan kedua jenis skema dimaksud.

E.1.3. Menetapkan apakah Komparator Pasar atau Komparator Sektor Publik yang akan memberikan nilai nominal manfaat ekonomi yang lebih besar Dalam beberapa kasus, biaya dan manfaat ekonomi adalah sama dengan biaya dan manfaat keuangan. Jika dianggap demikian, maka skema yang menawarkan NPV (nilai kini netto) yang lebih besar lah yang akan memberikan value for money yang lebih besar. Kekurangan dari analisis VFM yang menggunakan PSC (komparator sektor publik) adalah bahwa metode ini hanya efektif apabila data untuk mengembangkan komparator sektor publik tersedia. Tanpa adanya proyek yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk sektor publik, maka hipotesisnya tidak akan tepat. Cara pendekatan lainnya untuk mengevaluasi value for money adalah dengan mengukur alokasi risiko dan insentif untuk melaksanakan proyek.

E.2. Penilaian VfM Cara Cepat (Rapid VfM Appraisal) KPBU baru akan menunjukkan VfM apabila pihak swasta diberikan alokasi dan insentif untuk mengelola risiko-risiko utama proyek yang mampu menghasilkan nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkan dengan sektor publik. Oleh karena itu, apabila ini terjadi PJPK harus bersedia untuk berpaling dari model komparator sektor publik dan memfokuskan diri pada pemahaman bahwa sektor swasta memiliki insentif yang lebih untuk dapat melaksanakan proyek secara lebih baik dibandingkan dengan sektor publik. Ada lima tahapan dalam analisis ini, sebagaimana diuraikan dalam Gambar E.1 di bawah ini.

Page 70: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

73

Gambar E.1.: Penilaian VfM Cara Cepat

E.2.1 Hasil Ekonomi (Economic Outcomes) Yang Diharapkan Di dalam konsep VfM, pihak swasta memiliki kemampuan untuk mengontrol komponen biaya dan manfaat pokok (key costs and benefits) yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang diinginkan pada suau proyek KPBU. Suatu proyek bisa saja akan menghasilkan berbagai macam manfaat serta menimbulkan berbagai macam biaya ekonomi, namun kelayakan dari proyek itu secara umum ditentukan oleh beberapa hal pokok saja. Biaya dan manfaat pokok dimaksud harus dapat diidentifikasi pada bagian economic appraisal. Biaya pokok adalah biaya-biaya yang paling signifikan selama masa hidup proyek. Biaya-biaya tersebut cukup mudah untuk diidentifikasi, dan dalam beberapa kasus bahkan akan nampak jelas tanpa kita harus melihat model ekonominya. Misalnya, pembuatan terowongan sudah pasti menjadi satu komponen biaya pokok dalam proyek jalur kereta api perkotaan, dan biaya operasi sudah pasti akan menjadi satu komponen biaya pokok untuk proyek rumah sakit KPBU. Meskipun jika komponen biaya pokok ini tidak nampak jelas pada saat dimulainya appraisal, pengaruh dari biaya pokok ini akan dengan mudah teridentifikasi dengan cara membandingkan NPV dari semua kategori biaya ekonomi, dan kemudian mencari komponen mana yang paling signifikan. Manfaat pokok adalah manfaat-manfaat yang secara langsung mengarah kepada pencapaian tujuan dari pengadaan proyek. Misalnya, jika suatu proyek transportasi publik bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalin, maka para komuter akan dapat secara langsung merasakan manfaatnya berupa waktu perjalanan yang lebih cepat. Manfaat sekunder yang mengikuti manfaat pokok tidak perlu untuk dipertimbangkan. Misalnya, kecuali jika waktu perjalanan bisa dipercepat, maka tidak cukup berguna untuk membahas manfaat non pokok seperti berkurangnya polusi dan kumpulan dari manfaat-manfaat seperti itu tidak akan bisa diperoleh. E.2.2 Risiko-risiko Utama Ada serangkaian risiko-risiko yang dapat berpengaruh kepada proyek, namun hanya beberapa saja yang akan memberikan dampak yang signifikan terhadap biaya dan manfaat pokok. Oleh karena itu, langkah berikutnya dalam apraisal adalah mengidentifikasi risiko-risiko pokok yang akan berdampak langsung pada hasil keluaran ekonomi yang dapat menyebabkan bertambahnya biaya dan/atau berkurangnya manfaat proyek. Suatu cara pendekatan tiga-langkah sederhana yang dapat diaplikasikan dalam melaksanakan analisis ini adalah sebagai berikut: § Membuat daftar biaya dan manfaat pokok yang telah diidentifikasi pada langkah sebelumnya. § Mengidentifikasi kejadian-kejadian risiko yang akan berdampak kepada biaya dan manfaat

pokok. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah pembuatan matriks alokasi risiko. Namun demikian, juga penting untuk mempertimbangkan apakah proyek memiliki ciri-ciri khusus yang

Page 71: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

74

menjadikannya rentan terhadap risiko-risiko tertentu yang berbeda dengan skema KPBU tradisional.

§ Memahami dampak ekonomi dari terjadinya suatu risiko. Apakah ada kemungkinan yang sangat besar bahwa proyek ini tidak akan berhasil mencapai tujuannya? Atau apakah proyek hanya akan membawa ke munculnya biaya-biaya tambahan atau diperolehnya manfaat yang lebih kecil dari harapan?

E.2.3 Alokasi Risiko Suatu proyek hanya akan menghasilkan VfM yang efektif di mana pihak swasta memiliki tanggung jawab atas dan memiliki kemampuan untuk menekan dampak dari risiko-risiko utama proyek. Oleh karena itu, PJPK di dalam kajian prastudi kelayakan perlu mengidentifikasi risiko-risiko yang nantinya harus ditanggung oleh swasta. Apakah pihak swasta akan mampu untuk mengelola risiko-risiko yang mempunyai senstivitas perubahan atas biaya-biaya dan atau manfaat pokok proyek? Untuk menyelesaikan analisis ini, PJPK harus memulai dengan menganalisis risiko-risiko yang dialokasikan kepada swasta dalam matriks alokasi risiko pada kajian prastudi kelayakan. Setelah itu perlu dipikirkan secara kritis tentang risiko-risiko manakah yang betul-betul akan ditransfer. Ada kasus-kasus di mana proyek dengan disain yang buruk menghasilkan transfer risiko yang tidak efektif, misalnya:

§ Risiko-risiko berbasis volume tidak akan dapat ditransfer secara efektif kecuali apabila hasil keluaran (output) telah ditetapkan secara jelas dan diukur, dan kontribusi dari kuesioner bisa didapatkan.

§ Risiko-risiko yang berbasis biaya operasional tidak akan dapat ditransfer secara efektif kecuali apabila telah ada pembagian jawab yang jelas tentang tanggung jawab antara pemilik proyek infrastruktur yang baru dan pemilik proyek dari kontrak eksisting.

E.2.4 Insentif terhadap Penglolaan Risiko Hanya karena suatu risiko tertentu telah dialokasikan ke swasta, bukan menjadi jaminan bahwa risiko tersebut akan dapat dikelola secara efektif, kecuali jika ada insentif yang sangat kuat untuk melakukannya. Jika pihak swasta tidak diberikan insentif yang memadai, maka profil risiko proyek secara umum justru malah akan bertambah. Oleh karena itu, hanya dengan adanya insentif untuk pihak swasta akan terelealisasinya tata kelola risiko yang lebih baik dari pihak pemerintah. Untuk memahami apakah penting bagi pihak swasta untuk mengelola risiko, maka kita perlu memperhatikan sisi upside and downside dari suatu manajemen risiko. § Keuntungan apa yang bisa dihasilkan dengan mengelola risiko? Ada berbagai macam opsi

remunerasi yang dapat memancing pelaksanaan jasa-jasa yang pada dasarnya adalah komponen upside dari manajemen risiko yang efektif. Contoh-contohnya termasuk pembayaran farebox/tariff, pembayaran untuk ketersediaan, pembayaran untuk output, dana dukungan kelayakan (VGF) dan pembayaran atas kinerja. Masing-masing contoh tersebut secara khas memancing pihak swasta untuk berusaha agar proyek mencapai hasil keluaran yang diinginkan.

§ Apa konsekuensinya apabila risiko tidak dikelola, dan bagaimana perbandingannya dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola risiko tersebut? Pihak swasta kemungkinan tidak akan mau mengelola kejadian-kejadian risiko kecuali dampak risiko akan mempengaruhi tingkat keuntungannya. Oleh karena itu, pihak swasta hanya akan mau mengelola risiko apabila biaya untuk mengelola risiko lebih kecil dari biaya yang muncul saat kejadian risiko.

Meskipun jika pihak swasta telah diberikan insentif untuk mengelola risiko, namun penting juga untuk menentukan apakah pihak swasta mampu mengelola risiko secara lebih baik dibandingkan pemerintah. Untuk mengetahui hal ini, perlu dipertimbangkan apakah sektor publik memiliki akses untuk mendapatkan insentif yang serupa atau lebih baik.

E.2.5 Biaya PSC PJPK perlu me-review asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengembangkan PSC untuk melihat apakah ia konsisten dengan analisis yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Nilai yang muncul dari risiko yang dapat ditransfer menjadi unsur penting dalam analisis ini, karena sering kali digunakan untuk membuktikan aspek ‘value for money’ sebuah proyek. Nilai dari transfer risiko seperti dimaksud sulit untuk diukur atau divalidasi. Oleh karena itu, setiap asumsi yang melatarbelakangi model-model VfM yang diajukan perlu untuk ditelaah secara kritis dalam konteks analisis risiko sebagaimana dimaksud di atas. Misalnya, beberapa manfaat transfer risiko yang paling sering disebut mencakup perbaikan-perbaikan dalam tingkat efisiensi operasional serta terhindarnya kenaikan biaya konstruksi:

Page 72: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

75

§ Efesiensi operasional dapat meningkat dengan skema KPBU, namun hanya apabila pihak swasta/pemegang konsesi diberikan insentif untuk mengendalikan biaya-biaya operasional mereka, dan/atau untuk memberikan jasa yang lebih besar dibandingkan PSC.

§ Risiko kenaikan biaya konstruksi tidak bisa dikendalikan dengan KPBU. Dalam proses pengadaan sektor publik yang konvensional, kenaikan-kenaikan biaya konstruksi akan bisa dikendalikan dengan kontrak EPC (teknik, pengadaan dan konstruksi) yang kompetitif.

E.2.6 Kesimpulan Jika pihak swasta diberikan alokasi risiko-risiko proyek pokok dan jika mereka dberikan insentif untuk mengelola risiko-risiko dimaksud secara lebih baik dari sektor publik, maka proyek wajar akan dapat menghasilkan ‘value for money (VfM)’. Sebaliknya, proyek mungkin harus direstrukturisasi atas dasar prinsip-prinsip VfM. Apabila setelah direstrukturisasi ternyata KPBU tetap gagal menghasilkan VfM, maka dianggap wajar untuk berasumsi bahwa pelaksanaan proyek dengan skema KPBU tidak cocok diterapkan pada proyek yang dimaksud.

Page 73: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

76

Lampiran F Ceklis Laporan Prastudi Kelayakan Ceklis ini akan dapat membantu PJPK dalam me-review dan menilai apakah Laporan Prastudi Kelayakan sudah mencakup semua aspek yang relavan untuk menjustifikasi bahwa proyek yang diusulkan benar-benar dibutuhkan, berkelanjutan dan layak investasi dalam memenuhi kebutuhan hajat hidup orang banyak.

No Butir Permasalahan 1 Analisis Kebutuhan a. Apakah pokok permasalahan telah ditetapkan dan telah dilengkapi dengan bukti-bukti yang dapat

diandalkan? b. Apakah usulan proyek akan mampu memenuhi kebutuhan yang ada? Apakah proyek mampu mencapai

apa yang menjadi tujuan PJPK serta sasaran kebijakan yang lebih besar? Apakah proyek merupakan bagian dari rencana strategis?

c. Apakah alternatif lain-lain sudah pernah dipertimbangkan?

2 Analisis Teknis a. Apakah tingkat permintaan untuk usulan proyek ini telah dianalisis dan telah dijustifikasi terkait ukuran

proyeknya? b. Apakah lokasi tapak proyek telah diidentifikasi dan dianalisis untuk menjustifikasi bahwa lokasi tapak

cocok untuk proyek?

c. Apakah scope teknis dari usulan proyek telah ditetapkan?

d. Apakah solusi teknologi yang dipilih telah pernah diaplikasikan pada proyek-proyek lainnya dan berhasil?

e. Apakah rencana operasional dan pemeliharaan dapat dilaksanakan? f. Apakah semua risiko utama yang terkait dengan teknis dan operasional proyek telah diidentifikasi?

g. Apakah telah disiapkan suatu strategi manajemen dampak untuk dapat mengatasi semua risiko utama terkait teknis dan operasional proyek?

h. Berdasarkan analisis awal/pendahuluan, apakah Pengusul Proyek telah menganggap bahwa Konsep Proyek betul-betul dapat dilaksanakan?

3 Analisis Keekonomian a. Apakah semua biaya dan manfaat ekonomi telah diidentifikasi dan dikuantifikasi?

b. Apakah semua faktor eksternal telah dipertimbangkan di dalam analisis?

c. Apakah nilai-nilai satuan untuk kualifikasi biaya dan manfaat ekonomi beserta pertumbuhan riilnya di masa yang akan datang taleh secara cukup disajikan/dijelaskan?

d. Apakah indikator kinerja ekonomi pokok (ENPV, EIRR) telah dikalkulasi dengan menimbang ketapatan kategorisasi atas biaya dan manfaat ?

4 Analisis Keuangan a. Apakah semua butir biaya dan penerimaan telah diidentifikasi dan dikalkulasi?

b. Apakah perkiraan penerimaan telah dilakukan berdasarkan perkiraan tingkat permintaan yang dapat diandalkan?

c. Apakah semua beban pajak telah diperhitungkan? d. Apakah semua asumsi terkait tarif/harga sudah wajar? Dapatkah semua asumsi itu dijustifikasi

berdasarkan suatu logika? Apakah pihak user/pelanggan akan bersedia membayar tarif/harga yang diusulkan?

e. Apakah asumsi-asumsi terkait volume /kuantitas penggunaan sudah wajar? Dapatkah semua asumsi itu dijustifikasi berdasarkan suatu logika?

f. Apakah tarif diskonto telah ditentukan dengan cara yang tepat?

g. Apakah semua indikator kinerja ekonomi pokok telah dihitung (NPV, IRR, DSCR)? h. Apakah risiko-risiko utama bidang keuangan dan komersial yang terkait dengan proyek telah

diidentifikasi?

i. Apakah telah dilakukan persiapan terhadap dampak dari serta strategi manajemen dampak dari risiko keuangan dan komersial yang terkait dengan proyek?

j. Apakah telah dilakukan analisis sensitivitas ?

k. Apakah proyek membutuhkan dukungan atau penjaminan dari Pemerintah?

Page 74: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

77

5 Analisis Sosial dan Lingkungan a. Apakah proyek akan mampu memenuhi semua persyaratan hukum terkait aspek sosial dan lingkungan? b. Apakah semua dampak sosial dan lingkungan telah diidentifikasi?

c. Apakah yang menjadi risiko sosial dan lingkungan?

d. Bagaimana cara memitigasi risiko-risiko yang telah teridentifikasi? Siapa yang bertanggungjawab untuk memitigasi risiko-risiko dimaksud?

e. Apakah biaya-biaya untuk memitigasi risiko telah dimasukkan ke dalam biaya proyek? f. Apakah rencana pengadaan tanah sudah layak, berdasarkan information yang dapat dijustiifikasi?

6 Analisis Hukum dan Kelembagaan a. Apakah ada permasalahan hukum yang dihadapi proyek terkait dengan:

- Badan usaha proyek - Investasi - Skema KPBU - Lingkungan dan pengadaan tanah - Pendanaan / Funding - Dana dukungan kelayakan (VGF) dan penjaminan

b. Apakah semua pemangku kepentingan telah diidentifikasi dan dipetakan? c. Lembaga-lembaga mana saja yang akan terlibat di dalam proyek dan apa tanggung jawab mereka

masing-masing?

d. Apakah ada hambatan terkait dengan kapasitas dari masing-masing lembaga dimaksud di dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya terkait proyek?

7 Bentuk Kerjasama Kemitraan a. Apakah peranan untuk sektor swasta (melalui investasi langsung atau tak langsung, perkiraan skema

KPBU-nya, dll.) telah diidentifikasi? b. Apakah struktur proyek atau kerangka kerja kontrak untuk skema KPBU telah disiapkan?

c. Apakah risiko-risiko telah dialokasikan sedemikian rupa sehingga memaksimalkan ‘value for money’?

8 Dukungan dan Penjaminan dari Pemerintah a. Jenis dukungan dan penjaminan apa yang dibutuhkan proyek? Apakah layak untuk diperoleh? b. Apakah proyek ini layak untuk diberikan dukungan atau penjaminan dimaksud?

c. Apakah ada hambatan regulasi bagi PJPK untuk membayar PT PII?

9 Rencana Pelaksanaan a. Apakah semua tugas/pekerjaan sampai proyek mencapai tahap perolehan pembiayaan (financial close)

telah diidentifikasi? b. Apakah tugas dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terkait dengan proyek telah disiapkan? c. Apakah ada kesepakatan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam mengambil tugas dan tanggung

jawabnya masing-masing? d. Apakah kerangka waktu yang diperlukan untuk menuntaskan studi kelayakan dan pemilihan skema KPBU

telah diestimasikan?

e. Apakah kerangka waktunya wajar dan dapat dilaksanakan?

Page 75: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

78

Lampiran G Panduan Penerapan Tinjauan Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Proses Penjaminan Proyek Infrastruktur Dalam Skema KPS Publikasi Buku Panduan PT PII tentang Tinjauan Aspek Lingkungan dan Sosial http://www.iigf.co.id/Website/Publication.aspx?rowid=26

Page 76: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

79

Lampiran H Panduan Penerapan Tinjauan Aspek Pengadaan Tanah Dalam Proses Penjaminan Proyek Infrastruktur Dalam Skema KPS Publikasi Buku Panduan PT PII tentang Tinjauan Aspek Pengadaan Tanah http://www.iigf.co.id/data/publication/guidance%20note%20land%20acquisition.pdf

Page 77: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

80

Lampiran I Referensi

1. Panduan Kemitraan Publik-Swasta, Pemerintah Daerah Khusus Hong Kong

2. Panduan analisis biaya-manfaat untuk proyek-proyek investasi, perangkat untuk penilaian keekonomian untuk kebijakan kohesif 2014-2010, Komisi Eropa

3. Panduan Menuju Keberhasilan Kemitraan Publik-Swasta, Komisi Eropa, (Maret 2003) http://ec.europa.eu/regional_policy/sources/docgener/guides/ppp_en.pdf

4. Buku Panduan KPBU India, http://toolkit.pppinindia.com/index.php

5. Panduan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), Infrastructure Australia http://www.infrastructureaustralia.gov.au/policy-publications/public-private-partnerships/

6. Buku Panduan PPIAF, http://www.ppiaf.org/page/knowledge-center/toolkits

7. Panduan Kemitraan di Victoria, Pemerintah negara bagian Victoria http://www.dtf.vic.gov.au/Infrastructure-Delivery/Public-private-partnerships/Policy-and-guidelines

8. Bekerja dengan pihak Pemerintah: Panduan untuk proyek-proyek yang dibiayai oleh swasta, Pemerintah negara bagian New South Wales, http://www.treasury.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0009/3141/wwggui_1.pdf

Page 78: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

81

Lampiran J Sektor Air Lampiran ini melengkapi uraian pada bab-bab utama pada Buku Panduan untuk memahami aplikasi praktis pada penyusunan Prastudi Kelayakan untuk sektor air. J.1. Pendahuluan Proyek-proyek KPBU system penyediaan air bersih dapat digunakan untuk meningkatkan suatu layanan air bersih dengan cara pengolahan air baku atau suatu keseluruhan rantai pengolahan air (yang dikenal dengan nama ‘rantai nilai’ air dan air limbah) sebagaimana diuraikan dan dijelaskan dalam Gambar J.1 di bawah ini.

Gambar J.1.: ‘Rantai Nilai’ Air dan Air Limbah

Tabel J.1 berisi uraian tentang contoh-contoh KPBU yang mengontrakkan langkah-langkah dalam rantai nilai.

Table J.1: Contoh-contoh KPBU Yang Mengontrakkan Langkah-Langkah Dalam Rantai Nilai

Contoh-contoh bagaimana KPBU telah berhasil meningkatkan layanan

Langkah dalam rantai nilai yang dikontrakkan

Meningkatnya suplai air hasil olahan dengan menggunakan skema KPBU untuk merancang, membangun, membiayai, mengoperasikan dan memelihara instalasi pengolahan air

Pengolahan Air

Mengurangi besaran air yang tidak menghasilan penerimaan dengan menggunakan kontrak berbasis kinerja

Penyimpanan dan Distribusi

Meningkatkan layanan dan mengurangi biaya-biaya dengan cara mengoperasikan keseluruhan utilitas atas nama otoritas publik dengan menggunakan kontrak konsesi

Pengambilan Air, Pengolahan Air dan Penyimpanan dan Distribusinya

Skema KPBU juga dapat mengkombinasikan dua langkah dalam rantai nilai. Misalnya, suatu perusahaan operator swasta dapat dikontrak untuk menyediakan jasa Pengolahan Air serta langkah-langkah Penyimpanan dan Distribusinya. Mereka dapat melaksanakan hal ini dengan cara mengoperasikan suatu instalasi pengolahan air serta mengelola suatu jaringan pipa distribusi untuk mendistribusikan air kepada pelanggan. Atau sebagai alternatifnya, sebuah perusahaan operator swasta dapat dikontrakkan untuk menyediakan jasa-jasa Transportasi dan Pengolahannya. Melalui pengaturan ini maka operator swasta berkewajiban berdasarkan kontrak untuk mengumpulkan lumpur tinja dari septic tank (misalnya dengan menggunakan truk), lalu mengangkutnya ke suatu instalasi pengolahan yang dioperasikannya, dan kemudian mengolah lumpur tinja dimaksud agar cukup aman untuk pembuangan akhir.

Page 79: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

82

Lampiran ini memberikan panduan untuk penyiapan Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek penyedian pasokan air saja. Mencakup enam area spesifik:

§ Kebutuhan Proyek § Analisis Teknis § Analisis Keekonomian § Analisis Keuangan § Analisis Lingkungan dan Sosial § Analisis Risiko

J.2. Kebutuhan Proyek Untuk proyek-proyek penyediaan air bersih, maka selain dari analisis yang biasa dilakukan, maka analisis permintaan menjadi hal yang khas yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati sebelum menjustifikasi bahwa proyek ini betul-betul dibutuhkan. Permintaan air tidak dapat dianggap sebagai permintaan untuk suatu proyek penyediaan air bersih manakala terdapat beberapa alternatif sumber air yang tersedia bagi para pelanggan potensial. Permintaan terbentuk dari dua unsur:

§ Jumlah pelanggan termasuk pengguna domestik dan non domestik § Jumlah pasokan air yang akan disuplai oleh proyek.

Memperkirakan permintaan harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

§ Faktor demografi, yang terkait dengan jumlah populasi yang ada di area yang akan dilayani. Prastudi Kelayakan harus mampu menggambarkan karakteristik dari penduduk. Informasi yang diperlukan termasuk jumlah dan golongan rumah tangga; besar kecilnya keluarga rumah tangga serta komposisinya. Informasi tentang perkiraan pertumbuhan penduduk serta arus migrasi dalam jangka pendek, menengah dan panjang juga berguna dalam upaya memperkirakan jumlah pengguna.

§ Pembangunan Ekonomi yang terkait dengan perkiraan terkini dan masa depan tentang standar hidup masyarakat yang ada di area layanan. Standar hidup memiliki kaitan dengan jumlah konsumsi air. Data tentang besaran pendapatan rumah tangga juga bisa bermanfaat dalam proses pembuatan estimasi. Wilayah dengan standar hidup yang lebih tinggi biasanya memiliki tingkat permintaan air bersih yang lebih besar.

§ Pembangunan industri dan jasa terkait dengan besaran konsumsi air untuk pelanggan industri dan non rumahtangga.

§ Kondisi cuaca juga penting untuk dipertimbangkan mengingat bahwa permintaan akan air bersih terkait erat dengan hal ini. Perubahan iklim akan berdampak kepada ketersediaan air bersih di masa yang akan datang.

§ Sistem tarif merupakan hal yang sangat penting untuk dapat mempertimbangkan elastisitas tingkat permintaan dalam kaitannya dengan tarif. Perlu juga untuk memperkirakan tingkat elastisitas permintaan untuk masing-masing kelompok pendapatan. Prastudi kelayakan harus mengulas tentang kebijakan tarif dari pemerintah daerah, serta menganalisis dampak dari kenaikan tarif setelah proyek dilaksanakan.

§ Sumber suplai air lain sebagai pesaing, seperti misalnya sumur bor yang ada di rumah-rumah penduduk, akan mengurangi tingkat permintaan air bersih dari proyek kecuali jika air bersih dari proyek lebih baik kualitasnya dan masyarakat bersedia membayar.

§ Tingkat Kehilangan Air, penting untuk memperkirakan besaran air yang hilang. Perlu untuk membuat perbedaan antara kehilangan air pada jaringan dan komersial. Prastudi Kelayakan harus dapat menganalisis kemampuan dari PDAM setempat untuk menekan tingkat kehilangan air.

Analisis tingkat permintaan harus dapat memberikan gambaran tingkat konsumsi historis dan masa kini yang dibedakan berdasarkan kelompok pelanggan (rumah tangga, komersial, industri dan pertanian) serta pola tingkat konsumsi musiman dan harian sehingga didapatkan data beban puncak dan di luar beban puncak. Prastudi Kelayakan juga harus dapat menampilkan hasil dari riset sosial ekonomi atau survei pelanggan untuk (i) mengidentifikasi preferensi pelanggan terkait tingkat layanan air; (ii) mengevaluasi kemauan pelanggan untuk membayar lebih untuk tingkat layanan preferensi; dan (iii) mengukur response tingkat permintaan terkait perubahan-perubahan atas tarif. Perkiraan tingkat permintaan juga harus mengidentifikasi sejauh mana pasokan air yang baru ini bersifat non-inkremental (yakni menggantikan suplai air yang ada) atau bersifat inkremental (yakni sebagai tambahan atas suplai yang sudah ada). Perbedaan ini penting dikarenakan kepastian permintaan pada masing-masing opsi tersebut berbeda-beda.

Page 80: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

83

Analisis permintaan harus menggabungkan semua faktor dimaksud di atas serta mampu menyajikan tiga skenario permintaan: yakni rendah, dasar dan tinggi. Tergantung kepada sifat dari suatu proyek penyediaan air bersih, maka skenario yang digunakan bisa berbeda-beda. Misalnya:

§ Skenario rendah: tingkat permintaan naik sebesar tingkat pertumbuhan jumlah penduduk rata-rata pada periode tiga tahun terakhir

§ Skenario dasar: tingkat permintaan naik sejalan dengan perkiraan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk

§ Skenario tinggi: tingkat permintaan naik sesuai dengan tingkat konsumsi maksimum Untuk masing-masing skenario dimaksud, informasi berikut ini harus disediakan:

§ Jumlah pelanggan, diklasifikasikan berdasarkan kategori utama serta proyeksi pertumbuhan § Tingkat permintaan (liter) per pelanggan per kapita/rumahtangga § Tingkat pertumbuhan masa yang akan datang selama siklus hidup proyek

J.3. Analisis Teknis Analisis teknis harus mampu menyajikan informasi yang memadai tentang karakteristik teknis dari proyek untuk keperluan penyiapan dokumen penawaran tender. Analisis teknis untuk proyek-proyek penyediaan air bersih harus dilakukan berdasarkan tata praktek terbaik yang berlaku di industri air bersih. Bagian ini harus menjelaskan deskripsi secara menyeluruh setiap tahapan di dalam sistem penyediaan air bersih dan pengolahan air limbah. Tipikal sistem penyediaan air bersih dan air limbah dapat dilihat di Gambar J.2 di bawah ini.

Gambar J.2: Tipikal sistem penyediaan air bersih dan air limbah

Untuk setiap tahapan, analisis harus menyediakan informasi tentang kapasitas yang diusulkan, teknologi yang akan dipakai, indikasi teknis dan estimasi biaya. Pada umumnya, bagian ini mencakup informasi sebagai berikut:

§ Me-review semua aspek studi awal, desain teknis dan standar yang diusulkan; lalu mengkonfirmasi kelayakan dari kriteria, syarat permintaan dan dampak watershed

§ Menyajikan hasil-hasil dari survei hidrologi dan hidrogeologi untuk mengukur ketersediaan sumber air dengan menggunakan data catatan jangka panjang atas ketinggian air aquifer, fluktuasi tinggi air di reservoir dan danau-danau, besaran arus air sungai (flow rates), serta kualitas airnya.

§ Mengevaluasi standar kualitas air untuk penyediaan air bersih domestik § Mengevaluasi dampak kontaminasi terhadap kualitas air § Melakukan asesmen terhadap standar kualitas air limbah, serta implikasinya bagi badan air yang

menerima buangan tersebut serta biaya untuk mengolah air limbah tersebut

Page 81: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

84

§ Untuk sistem distribusi penyediaan air bersih baru yang terhubung dengan jaringan eksisting, maka harus dilakukan analisis daya dukung dan fasilitas tambahan yang diperlukan oleh kapasitas jaringan eksisting untuk mendukung sistem distribusi yang baru. Fasilitas tambahan yang diperlukan, misalnya stasiun pompa, reservoir, dan lain sebagainya. Mengevaluasi dampak dari perluasan jaringan terhadap kapasitas permintaan dan tekanan air.

§ Melaksanakan survei topografi atau foto udara di sepanjang jalur pipa utama yang diusulkan (atau dengan mengevaluasi data eksisting) yang menunjukkan lokasi-lokasi untuk bangunan, jalan, bangunan drainase serta infrastruktur lainnya. Untuk tahapan Prastudi Kelayakan, bisa menggunakan peta Google Maps.

§ Melaksanakan survei geoteknis dan utilitas di bawah tanah di sepanjang jalur pipa utama yang diusulkan (atau dengan mengevaluasi data eksisting) untuk mengidentifikasi kondisi bawah tanah yang berpengaruh terhadap desain dan konstruksi dari jalur pipa yang diusulkan.

§ Menyiapkan spesifikasi awal dan umum untuk stasiun pompa air. § Menyiapkan spesifikasi awal dan umum untuk reservoir yang mungkin diperlukan. § Menyiapkan rancang bangun awal (preliminary engineering designs) termasuk detil-detil seperti

panjang dan tipe dari pipa utama, katup, sistem meter pengukur, dan lain sebagainya. § Mengevaluasi standar desain § Mengkonfirmasu ketersediaan material dan mesin-mesin konstruksi yang dibutuhkan serta ahli

yang mengoperasikannya. § Mengevaluasi kebutuhan listrik dan potensi dampaknya terhadap peningkatan tarif serta

ketersediaan dari kapasitas dan jaringan distribusi listrik untuk melayani semua sistem ini. § Mengidentifikasi faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi biaya atau jadwal pelaksanaan

termasuk: penyiapan tapak lokasi, penutupan dan pengalihan lalu lintas untuk keperluan pembangunan, penyediaan utilitas (termasuk jika ada penggusuran dan relokasi), pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali., pembersihan lokasi proyek, serta mobilisasi dan demobilisasi peralatan.

§ Jika sistem penyediaan air bersih mencakup juga suatu bendungan, maka harus memastikan terpenuhinya semua kriteria keselamatan, desain rancang bangun serta evaluasi dampak lingkungan.

§ Analisis teknis harus menunjukkan hubungan antara solusi teknis dengan biaya proyek. Tabel J.2 memberikan contoh solusi teknis dan dampaknya terhadap biaya proyek.

Tabel J.2: Solusi Teknis dan Dampak Biaya Proyek

Proses Solusi teknis Dampak terhadap biaya

Sumber air Air tanah dalam - Biaya untuk fasilitas penyimpanan (dams)

- Biaya ekstraksi dan transmisi - Biaya air baku - Biaya pemompaan untuk transmisi air

ke instalasi pengolahan 9.

Air tanah dangkal

Air sungai

Laut

Air danau

Pengolahan air Penggumpalan - Biaya bahan kimia (aluminum sulfate & chlorine)

- Standar kualitas air bersih (WHO, EU, USEPA)

10.

Sedimentasi

Penyaringan

Disinfeksi

Klarifikasi

Water Distribution Pipa iron-cast - Tingkat Kehilangan Air (TKA) - TKA meningkatkan biaya pengolahan

dan distribusi dan menurunkan jumlah tagihan

Tangki yang ditinggikan

Memompa air ke daerah yang lebih tinggi

Water Retail Koneksi dari pipa distribusi utama

11. Katup penutup

12. Meteran

Page 82: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

85

J.4. Analisis Keekonomian Sementara metode untuk menentukan manfaat ekonomi netto dari suatu proyek penyediaan air bersih berlaku sama untuk sektor-sektor lainnya, namun manfaat serta biayanya bersifat spesifik menurut sektor yang bersangkutan. Biaya Langsung Ini mencakup belanja modal awal serta biaya operasi dan pemeliharaan yang terkait dengan proyek. Daftar rinci tentang biaya-biaya dimaksud dianalisis pada Bagian D.5. Biaya Tak Langsung Biaya-biaya tak langsung yang terkait dengan suatu proyek penyediaan air bersih berkaitan dengan sejumlah dampak sosial dan lingkungan. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya-biaya yang berkaitan dengan kebisingan, bau tak sedap, gangguan pemandangan, kemacetan lalin serta pemindahan penduduk selama masa pembangunan dan operasional proyek. Manfaat Langsung Manfaat langsung adalah berupa manfaat yang langsung dirasakan oleh para pelanggan dari proyek penyediaan air bersih, dan biaya yang harus dibayar atas manfaat tersebut. Manfaat-manfaat tipikal yang terjadi adalah:

§ Meningkatnya ketersediaan suplai air bersih: Ini adalah manfaat langsung yang tipikal dari suatu proyek penyediaan air bersih karena para pelanggan memperoleh akses layanan air bersih dengan kualitas yang diharapkan. Kemauan membayar pelanggan menjadi basis yang berguna untuk mengkuantifikasi manfaat ini. Manfaat ini mencakup juga terhindarnya biaya-biaya (harga, biaya dan waktu) yang terkait dengan opsi-opsi penyediaan air bersih lainnya, misalnya: melalui sumur mata air atau sumur bor, tangki atau truk air atau penyediaan air mandiri yang mahal. Biaya-biaya yang terhindarkan tersebut bisa juga mencakup biaya investasi untuk opsi-opsi alternatif.

§ Meningkatnya kehandalan dan kualitas sumber air dan layanan penyediaan air bersih: Ketika suatu proyek penyediaan air bersih bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan, seperti misalnya kontinyuitas dan peningkatan tekanan air, maka manfaat ini dapat dikuantifikasi melalui kemauan membayar pelanggan atau estimasi biaya-biaya yang dapat dihindari.

Manfaat Tak Langsung Manfaat ini secara umum terkait dengan manfaat bagi lingkungan dan kesehatan para pelanggan.

§ Konservasi sumber air: Manfaat ini muncul manakala proyek bertujuan untuk mengurangi eksploitasi besar-besaran atas sumber air, baik di bawah permukaan maupun di atas permukaan. Hal ini berkontribusi pada konservasi lingkungan hidup manusia, keberagaman hayati serta kondisi geologi wilayah secara umum.

§ Dampak Kesehatan: Proyek akan meningkatkan kualitas air, menekan penyebaran penyakit yang terkait dengan penggunaan air yang kurang bersih. Cara pendekatan biaya kesehatan dapat digunakan untuk mengkuantifikasi manfaat ini. Perhitungannya harus mencakup baik biaya langsung (biaya medis yang harus dikeluarkan untuk menyembuhkan suatu penyakit) maupun biaya tak langsung (nilai dari produktifitas yang hilang akibat penyakit).

J.5. Analisis Keuangan Analisis keuangan untuk suatu proyek penyediaan air bersih berlaku sama sebagaimana pada sektor lainnya. Biaya-biaya tetap pada sektor air bersih sering kali tinggi, dan oleh karena itu jangka waktu proyek KPBU penyediaan air bersih memiliki rentang 25 sampai 30 tahun, termasuk masa pembangunan, sehingga tersedia waktu yang cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan oleh investor. J.5.1. Belanja Modal (CAPEX) Komponen belanja modal tipikal untuk proyek-proyek penyediaan air bersih biasanya mencakup:

§ Pekerjaan Sipil: bangunan operasional, reservoir, jalur akses, d.l.l. § Jaringan Pipa: pipa-pipa pengangkut dan distribusi, koneksi-koneksi. Jaringan tersier biasanya

tidak dimasukkan. § Peralatan listrik dan mekanik: peralatan untuk sumur, instalasi pengolahan, stasiun pompa, dan

lain sebagainya. Mengingat bahwa aset-aset ini biasanya memiliki masa pakai yang lebih pendek, maka biaya penggantiannya harus dimasukkan ke dalam belanja modal.

Page 83: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

86

J.5.2. Biaya Operasional dan Pemeliharaan (OPEX) Tipikal biaya-biaya operasional pada proyek-proyek penyediaan air bersih termasuk biaya-biaya langsung maupun tak langsung terkait kebutuhan listrik, material, jasa, pemeliharaan, manajemen lumpur endapan serta tenaga kerja. Besaran estimasi biaya harus diklasifikasi menurut biaya tetap dan biaya variabel, serta berdasarkan kategorinya. Estimasi biaya-biaya operasi dan pemeliharaan serta masa hidup dari aset harus sesuai dengan desain teknisnya. Estimasi biaya juga harus menampilkan dampak biaya terhadap katakteristik proyek, misalnya: kelompok pelanggan, metode penagihan dan pengumpulan pendapatan.

Table 0.1: Dampak biaya dari faktor operasi

Item Katakteristik proyek Dampak biaya

Pelanggan Domestik D.1 Domestic: High cost

of customer service and administration

of accounts Industrial/Retail: Often primary source of revenue

Industri

Komersial

Penagihan Berdasarkan meteran volume

Kerugian komersial pendapatan

Bulanan

Pengumpulan pendapatan Pembayaran lewat bank atau counter khusus

Biaya pengumpulan kemungkinan lebih tinggi

Penghentian pelayanan bagi yang tidak membayar

Meteran prepaid

J.5.3. Pendapatan Sumber pendapatan keuangan untuk proyek-proyek KPBU penyediaan air bersih berasal dari pelanggan. Prastudi Kelayakan harus dapat memberikan gambaran pendapatan dari beberapa skenario permintaan dan tarif. Apabila pendapatan tidak berasal dari pelanggan, maka Prastudi Kelayakan harus menganalisis opsi-opsi serta struktur pembayarannya serta harus menilai apakah terdapat risiko terkait pembayaran. J.6. Analisis Lingkungan dan Sosial Analisis lingkungan untuk suatu proyek penyediaan air bersih mengikuti cara pendekatan tradisional dari proyek-proyek infrastruktur lainnya. Pihak PJPK harus memberikan perhatian khusus pada sejumlah hal yang umum namun tidak terbatas kepada:

§ kepemilikan tanah dan trase distribusi, § terdampaknya area-area yang sensitif (kawasan lindung, taman, rawa, dsb) § dampak terhadap Daerah Alirang Sungai (DAS) dan akuifer § dampak terhadap pengairan di hulu dan hilir § manajemen sumber air § drainase dan kendali erosi; dan § manajemen lumpur

Prastudi Kelayakan juga mengidentifikasi dampak yang muncul dari perubahan iklim dan tindakan mitigasi apa yang harus dilakukan, jika ada. J.7. Analisis Hukum Bab tentang analisis hukum harus memberikan perhatian pada hal-hal sebagai berikut :

§ Hak kepemilikan, eksploitasi serta manajemen atas sumber-sumber air yang akan digunakan oleh proyek. Prastudi Kelayakan harus mampu menjustifikasi bahwa proyek diperbolehkan untuk mengambil air baku yang diusulkan untuk dialirkan ke instalasi pengolahan.

§ Segala perizinan yang diperlukan untuk keperluan pengambilan air, manajemen sumber daya air serta manajemen lumpur endapan.

§ Analisis hukum dari rencana kenaikan tarif yang diusulkan.

Page 84: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

87

J.8. Analisis Risiko Daftar tentang risiko-risiko yang biasa terdapat pada proyek-proyek penyediaan air bersih serta prinsip-prinsip alokasinya dapat ditemukan pada sejumlah sumber informasi publik sebagai berikut.

1. Bab 6 pada buku Toolkit dari Bank Dunia: http://www.ppiaf.org/sites/ppiaf.org/files/documents/toolkits/WaterToolkit.pdf

2. Buku Panduan PT PII tentang Alokasi Risiko http://iigf.co.id/Website/Publication.aspx?rowid=24

Page 85: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

88

Lampiran K

Sektor Ketenagalistrikan Lampiran ini melengkapi uraian pada bab-bab utama pada Buku Panduan untuk memfasilitasi pemahaman serta aplikasi praktis dari Buku Panduan dalam sektor ketenagalistrikan.

K.1. Pendahuluan

Proyek-proyek di sektor ketenagalistrikan biasanya terkait dengan keamanan dan keandalan pasokan, serta keterjangkauan harga bagi para konsumen. Tujuan dari proyek-proyek seperti ini biasanya adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi semakin meningkatnya permintaan atau untuk membangun jalur transmisi atau jaringan pasok untuk menjangkau area-area yang belum terlayani. Komponen utama dari sektor ketenagalistrikan adalah sebagaimana diuraikan dalam Gambar K.1 di bawah ini.

Gambar K.1: Komponen utama pada sektor ketenagalistrikan

Lampiran ini memberikan panduan dalam penyiapan Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batubara saja. Mencakup enam hal sebagai berikut:

§ Kebutuhan Proyek

§ Analisis Teknis

§ Analisis Keekonomian

§ Analisis Keuangan

§ Analisis Lingkungan dan Sosial

§ Analisis Risiko

Page 86: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

89

K.2. Kebutuhan Proyek

Memperkirakan tingkat permintaan tenaga listrik yang dihasilkan dari suatu proyek pembangkitan adalah hal yang sangat penting mengingat terbatasnya kemampuan teknologi untuk menyimpan tenaga listrik. Prastudi Kelayakan harus mampu menganalisis tingkat permintaan dan pasokan tenaga listrik untuk dapat menetapkan tingkat permintaan tenaga listrik yang dibangkitkan dari Proyek.

Permintaan tenaga listrik datang dari pengguna akhir yang pada umumnya adalah rumah tangga serta entitas niaga dan industri. Beberapa faktor utama yang menentukan tingkat permintaan adalah:

§ Populasi: Jumlah penduduk adalah faktor yang secara langsung berkaitan dengan tingkat permintaan energi listrik. Prastudi Kelayakan harus mampu menganalisis jumlah populasi serta karakteristiknya, serta perkiraan pertumbuhan atau perubahan populasi selama masa hidup proyek.

§ Pembangunan Ekonomi, terkait dengan perkiraan sekarang serta masa depan tentang standar kehidupan masyarakat yang ada di area yang dilayani. Standar hidup memiliki kaitan langsung dengan tingkat konsumsi listrik.

§ Pengembangan industri dan jasa, yang terkait dengan konsumsi tenaga listrik oleh industri dan non-rumahtangga.

§ Kondisi cuaca dan iklim, hal ini juga penting mengingat bahwa tingkat permintaan akan tinggi selama musim panas untuk keperluan mesin penyejuk ruangan. Perubahan iklim akan berdampak pada tingkat permintaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu maka Prastudi Kelayakan harus mempertimbangkan potensi perubahan-perubahan atas kondisi cuaca dan iklim.

§ Sistem penetapan tarif, hal ini penting untuk dapat menetapkan tingkat konsumsi serta saat ada pemberlakuan tarif di luar beban puncak (off peak)

§ Kehilangan daya pada saat transmisi, hal ini dapat berdampak kepada total permintaan tenaga listrik.

Pada saat melakukan perkiraan tingkat permintaan, PJPK harus secara khusus memberikan perhatian kepada pertumbuhan permintaan, marjin cadangan, tingkat keseringan dan durasi mati listrik (outage), kemungkinan hilangnya daya apabila proyek ini tidak dikerjakan, serta kemampuan populasi yang menjadi target untuk membayar. Prastudi Kelayakan harus dapat memberikan justifikasi yang cukup untuk proyeksi kenaikan konsumsi energi listrik. Oleh karena itu, perlu juga dilakukannya analisis terhadap survei pasar.

Prastudi Kelayakan harus dapat mengukur pasokan tenaga listrik saat ini dan masa yang akan datang yang disediakan oleh proyek-proyek lainnya baik yang saat ini sudah beroperasi maupun yang sedang dalam tahap persiapan. Informasi yang diperlukan mencakup:

§ Energy mix dari semua stasiun pembangkit tenaga listrik yang ada berdasarkan jenis sumber (misalnya: hidro, diesel, batubara, tenaga angin, solar, lain-lain) baik pada tingkat regional maupun nasional serta total kapasitas terpasangnya.

§ Daftar terkini tentang proyek-proyek pembangkit tenaga listrik yang telah diusulkan atau yang sedang dibangun beserta kapasitasnya masing-masing.

§ Kebijakan pemerintah yang terkait dengan penggunaan atau penghentian penggunaan jenis sumber energi tertentu dan bahan bakar tertentu (misalnya: tenaga air/hydropower)

Dari analisis permintaan dan penawaran, Prastudi Kelayakan harus mampu menyeimbangkan faktor permintaan dan penawaran untuk dapat menetapkan tiga skenario permintaan (rendah/low, dasar/base dan tinggi/high) yang terkait dengan proyek. Untuk masing-masing skenario tersebut, informasi berikut ini harus disediakan:

§ Jumlah pelanggan berdasarkan kategorinya (rumah tangga, industri/komersial, pertanian, lain-lain) serta kelas voltase (rendah, menengah, tinggi, d.l.l.)

§ Perkiraan jangka panjang atas permintaan (kWh) dan pola beban puncak (MW)

§ Pola naik turunnya permintaan berdasarkan musim. Kurva durasi beban serta faktor beban

K.3. Analisis Teknis

Analisis teknis harus mampu memberikan informasi yang mencukupi tentang karakteristik teknis dari proyek dalam rangka penyiapan penawaran tendernya.

Analisis teknis terkait proyek-proyek pembangkitan tenaga listrik harus menggunakan tata praktek terbaik yang berlaku di industri/industry best practices. Biasanya, harus memuat informasi-informasi sebagai berikut:

Page 87: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

90

§ Me-review semua aspek dari disain teknis awal serta standar-standar yang diusulkan, lalu menegaskan kecukupan/kelayakan dari kriteria disain, syarat permintaan dan faktor-faktor sosial dan lingkungan, termasuk pemindahan penduduk

§ Menguraikan detail-detail dari disain dan standar konstruksi yang berlaku di lokasi di mana semua ini berada

§ Membandingkan kriteria disain yang diusulkan dengan standar industri dan best practices yang berlaku secara internasional. Mengukur belanja modal untuk proyek-proyek baru (misalnya, dalam bentuk $/kW terpasang untuk pembangkitan atau manajemen permintaan; $/kVA untuk substation dan $/km untuk jalur transmisi dan distribusi), lalu membandingkan besaran biaya-biaya ini dengan standar yang berlaku di industri/regional. Menganalisis biaya material dan belanja modal.

§ Mengukur ketersediaan dari, dan mengidentifikasi sumber-sumber rantai pasokan teknologi energi (misalnya, apakah pasar teknologi telah siap, ketersediaan suku cadang, layanan purna jual dan logistik, jaminan-jaminan), pemeliharaan atas sistem, mekanisme anti pencurian/anti-theft mechanisms, cara pemungutan penerimaan, penagihan dan layanan pelanggan. Semua teknologi dan standar yang diadopsi pada sistem pembangkitan tidak boleh bersifat ‘unique’ atau milik pribadi/proprietary

§ Mengukur apakah proyek akan dapat diselesaikan dalam waktu singkat, termasuk semua kontinjensi, manajemen konstruksi dan pembangunan jalan akses, jika diperlukan.

§ Memasukkan hasil analisis untuk trafo beserta perlengkapan pendukungnya yang diperlukan, dan kapasitas transmisi yang akan menghantarkan energi ke titik-titik distribusi

§ Mengukur ketersediaan batubara dan jalur kereta yang diperlukan

§ Mengukur ketersediaan air pendingin

§ Mengidentifikasi risiko-risiko proyek yang pokok; lalu mengkuantifikasi sejauh mungkin besaran dampak dari semua risiko dimaksud terhadap biaya, jadwal waktu serta kualitas proyek yang dihasilkan.

K.4. Analisis Keekonomian

Proyek pembangkitan tenaga listrik tidak membutuhkan suatu metodologi yang khusus untuk mengukur besaran manfaat ekonomi netto. Proyek dapat menghasilkan berbagai manfaat dan biaya yang berbeda-beda sebagaimana diuraikan dalam Section ini.

Biaya Langsung

Ini mencakup belanja modal dimuka serta biaya operasi dan pemeliharaan yang terkait dengan proyek. Daftar rinci tentang biaya-biaya dimaksud dianalisis pada Section 0.

Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung pada proyek pembangkit tenaga listrik berkaitan dengan faktor-faktor eksternal sosial dan lingkungan. Biaya-biaya dimaksud dapat mencakup biaya-biaya yang terkait dengan dampak negatif terhadap udara, air dan tanah. Juga dapat mencakup biaya dampak negatif eksternal lain-lain yang tidak dapat dihindarkan seperti misalnya hilangnya tanah berpijak, rusaknya pemandangan yang indah.

Manfaat Langsung

Manfaat yang paling khas dari suatu proyek pembangkit tenaga listrik adalah meningkatnya pasokan tenaga listrik untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Proyek pembangkit tenaga listrik akan meningkatkan pasok tenaga listrik bagi para pelanggan yang masih belum memiliki sambungan listik atau yang tidak mendapatkan pasokan listrik secara cukup. Ketidakcukupan pasok tenaga listrik dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi, dari segi produksi maupun penjualan, bagi para pelanggan segmen bisnis, komersial serta industri. Kemauan membayar para pelanggan bisa menjadi dasar yang baik dalam menghitung manfaat ini. Manfaat dimaksud bisa juga mencakup terhindarnya biaya-biaya yang terkait dengan opsi-opsi energi alternatif, misalnya: sumber tenaga yang dihasilkan oleh peralatan sendiri (misalnya genset keluarga). Biaya-biaya yang bisa dihindarkan dimaksud mencakup biaya investasi untuk opsi-opsi alternatif.

Page 88: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

91

Manfaat tak langsung

Proyek pembangkit tenaga listrik akan membawa manfaat bagi para pelanggan rumah tangga dan industri dari segi berkurangnya keseringan dan durasi dari kejadian mati listrik/power outage. Manfaat bagi pelanggan rumahtangga termasuk membaiknya kualitas udara ruangan (karena mereka telah meninggalkan penggunaan bahan bakar kayu dan beralih ke listrik), dan lain sebagainya.

K.5. Analisis Keuangan

Analisis keuangan untuk suatu proyek pembangkitan tenaga listrik berlaku sama sebagaimana pada sektor lainnya. Biaya-biaya tetap pada sektor ketenagalistrikan sering kali tinggi, dan oleh karena itu time horizon untuk proyek KPBU ketenagalistrikan memiliki rentangan 25 sampai 30 tahun, termasuk masa pembangunan, sehingga tersedia waktu yang cukup untuk menutup ongkos/recovery.

K.5.1. Belanja Modal (CAPEX)

Umumnya, belanja modal untuk proyek-proyek pembangkitan tenaga listrik mencakup:

§ Pekerjaan sipil: bangunan-bangunan operasional, jalur akses, d.l.l.

§ Peralatan: ketel/boiler, turbin, generator, kontrol, perlengkapan penanganan batubara, pasok air dan pengolahan air, dan lain sebagainya

§ Penyambungan atau koneksi ke jaringan utilitas yang relevan

Mengingat bahwa aset-aset ini biasanya memliki masa hidup yang lebih pendek, maka biaya penggantiannya harus juga dimasukkan ke dalam belanja modal/capital expenditures. Biaya investasi proyek harus disajikan per kapasitas terpasang (USD/KWH) agar dapat dibandingkan dengan proyek-proyek lain yang sejenis.

K.5.2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan (OPEX)

Biaya operasional dan pemeliharaan biasanya mencakup biaya-biaya tetap dan variabel. Biaya-biaya yang paling relevan adalah:

§ Biaya Variabel: biaya-biaya yang terkait dengan batubara, perlengkapan habis pakai/consumable tools dan bahan-bahan kimia, komponen dan suku cadang, perbaikan, pemeliharaan dan biaya konsultan; biaya-biaya yang terkait dengan pembuangan limbah (termasuk limbah padat dan limbah cair)

§ Biaya Tetap: biaya-biaya overheads umum, biaya tenaga kerja, asuransi, biaya-biaya perbaikan dan pemeliharaan berkala tetap, asuransi dan pajak

Perkiraan biaya operasional dan pemeliharaan dan masa hidup aset harus sesuai dengan disain enjiniring.

K.5.3. Penerimaan

Sumber penerimaan keuangan berasal dari para pengguna/users. Penerimaan harus didasarkan pada sejumlah skenario konsumsi dan tarif yang berbeda. Besaran tarif dan harga satuan dapat tergantung kepada banyak faktor seperti misalnya tingkat konsumsi, waktu atau timing konsumsi (selama jam beban puncak atau di luar beban puncak) serta golongan pengguna.

K.6. Analisis Lingkungan dan Sosial

Berbagai tahap dalam siklus hidup suatu proyek stasiun pembangkit tenaga listrik, mulai dari pembangunan sampai operasionalnya semuanya akan menghasilkan gas-gas rumahkaca (GHG) serta bahan-bahan polutan. Prastudi Kelayakan harus dapat memberikan analisis yang detil tentang potensi dampaknya serta tindakan-tindakan mitigasi yang diusulkan beserta biaya-biayanya selama siklus hidup proyek. Untuk proyek yang berani untuk meminjam uang dari lembaga-lembaga pembiayaan internasional, maka prinsip-prinsip Equator juga harus diberlakukan. PJPK harus memberikan perhatian khusus pada sejumlah isu yang umum termasuk namun tidak terbatas kepada:

§ kepemilikan tanah serta hak lewat atau right of way, § terdampaknya area-area yang sensitif (area lindung, taman-taman, rawa-rawa, dan lain

sebagainya) § pembuangan abu terbang / fly ash

Page 89: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

92

§ pengolahan air limbah, dan § mekanisme yang dibuat untuk meningkatkan kualitas air limbah, dampak pemanasan atas

sumber air, program penghutanan kembali, dan lain sebagainya.

K.7. Analisis Hukum Bab tentang analisis hukum harus memberikan perhatian khusus pada hal-hal sebagai berikut:

§ Aspek hukum dan kelembagaan dari perjanjian jual beli tenaga listrik § Segala perizinan lingkungan yang diperlukan, kemampuan untuk mendapatkan perizinan

dimaksud serta biaya untuk mendapatkannya § Kelayakan secara hukum dari rencana kenaikan tarif yang diusulkan

K.8. Analisis Risiko Ada sejumlah risiko khas yang terkait dengan proyek-proyek pembangkitan tenaga listrik. Daftar di bawah ini mencakup risiko-risiko khusus yang terkait dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

§ Disain / Rancangan: Inovasi-inovasi baru pada teknologi produksi tenaga listrik dapat menjadikan teknologi yang digunakan di proyek pembangkit menjadi obsolit.

§ Bahan Bakar:

– Adanya gangguan dalam pasokan batubara

– Kualitas batubara berada di bawah standar

– Naiknya harga batubara

§ Tingkat Permintaan

– Dispatch berada di bawah tingkat ketersediaan

– Kurang memadainya analisis tentang kondisi iklim yang mempengaruhi tingkat permintaan energi untuk keperluan heating dan/atau cooling

Daftar yang berisi risiko-risiko khusus yang terkait dengan proyek-proyek pembangkitan tenaga listrik serta prinsip-prinsip alokasi risiko-nya dapat ditemukan pada sumber-sumber informasi public sebagai berikut.

§ Pedoman PT PII tentang Alokasi Risiko

http://www.iigf.co.id/Website/Publication.aspx?rowid=24

§ Prinsip-Prinsip Penyama (Equator): kerangka manajemen risiko yang telah banyak diadopsi oleh banyak institusi finansial untuk mengetahui, menilai, dan mengatur risiko sosial dan lingkungan pada suatu proyek.

http://www.equator-principles.com/

Page 90: PANDUAN PENYIAPAN PRASTUDI KELAYAKAN...proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

PTPenjaminanInfrastrukturIndonesia(Persero)Capital Place 7-8 Floor, Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 18

Jakarta Selatan 12710 - Indonesiawww.iigf.co.id