Panduan EHRA

3
PANDUAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas: 1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info, 2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS 3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga menghasilkan berbagai tabel hasil pengamatan termasuk beberapa tabel analisis Crosstab. Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena: Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda . Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat ataustakeholders kelurahan/desa. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Sementara studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: a. Sumber air minum, b. Layanan pembuangan sampah, c. Jamban, d. Saluran pembuangan air limbah. B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: a. Buang air besar b. Cuci tangan pakai sabun,

Transcript of Panduan EHRA

PANDUAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas:

1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info,2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga menghasilkan berbagai tabel hasil 

pengamatan termasuk beberapa tabel analisis Crosstab.

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

Pembangunan   sanitasi  membutuhkan   pemahaman   kondisi  wilayah   yang   akurat. Data   terkait   dengan   sanitasi   dan   higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda . Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan  untuk melakukan   kegiatan   advokasi   ke   tingkat   yang   lebih   tinggi   maupun   advokasi   secara   horizontal   ke   sesama  masyarakat ataustakeholders kelurahan/desa. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

Sementara studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup:

a. Sumber air minum,b. Layanan pembuangan sampah,c. Jamban,d. Saluran pembuangan air limbah.

B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM:a. Buang air besarb. Cuci tangan pakai sabun,c. Pengelolaan air minum rumah tangga,d. Pengelolaan sampah dengan 3R e. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)

TUJUANUntuk mengumpulkan data primer tentang gambaran situasi sanitasi dan perilaku yang berisiko  terhadap kesehatan lingkungan kabupaten/kota saat ini 

a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkunganb. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.  c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

MANFAAT

Hasil   survey   digunakan   sebagai   salah   satu   bahan   penyusunan   Buku   Putih   Sanitasi   Kota   dan   StrategiSanitasi Kota (SSK).

OUTPUT Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah 

a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkunganb. Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten/Kota (IRS) 

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Rapat persiapan Pokja-Menyepakati pembentukan Tim Studi EHRA    

Susunan Tim Studi EHRA yang akan bertanggungjawab pada  pelaksanaan survey kesehatan dan perilaku masyarakat, adalah:a. Penanggungjawab : Pokja Kabupaten/Kotab. Koordinator Survey : Anngota Pokja  dari unsur Dinas Kesehatanc. Anggota : BAPPEDA, Bappermas, KLH, DKP, Infokom, dlld. Koordinator kecamatan : Kepala Puskesmase. Supervisor : Sanitarian Puskesmasf. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPSg. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten/Kotah. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll)

2. Penentuan target area survey

Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” . Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi  memiliki  peluang yang sama untuk menjadi  sampel.  Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”.

3. Penentuan kecamatan dan desa/kelurahan area survey di Kota 

Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas Sanitasi dan perilaku higiene dalam skala kota sebaiknya semua kecamatan dan  desa/kelurahan  di   kota   tersebut   diambil   sebagai   target   area   survey.  Bagi  Pokja  Sanitasi  Kota   yang  mempunyai anggaran studi  EHRA memadai dan bisa mengambil  sampel  dalam  jumlah relatif  besar,  bisa saja   mengambil  semua kecamatan atau desa/ kelurahan sebagai area survey. Namun demikian bagi kabupaten/ kota yang mempunyai anggaran Studi   EHRA   relative   terbatas   dengan   wilayah   yang   luas   dan  memiliki   jumlah   desa/   kelurahan   yang   banyak  maka pengambilan seluruh kecamatan atau desa/kelurahan sebagai area survey menjadi tidak mungkin. Apabila demikian, maka penentuan   jumlah   lokasi   target   area   survey   untuk   tiap   klaster   dapat  menggunakan  metoda “Proporsionate Startified Random Sampling” artinya   populasi   tidak   homogen   dan   strata   berbeda,  sehingga sampel diambil berdasarkan Persentase (%) untuk tiap strata/kluster.

4. Penentuan kecamatan dan desa/kelurahan area survey di Kabupaten

Untuk menentukan target area survey untuk kedua tipe kabupaten tersebut di atas, Pokja Kabupaten terlebih dahulu harus menentukan ruang lingkup studi, sebagai berikut:- Bila survey hanya akan dilakukan di daerah pusat ibukota kabupaten (IKK) dan peri-urban,  maka semua kecamatan 

dan kelurahan dijadikan target area survey dan responden dipilih secara acak di semua kelurahan- Bila survey akan dilakukan tidak hanya di daerah IKK dan peri-urban, tapi juga di daerah perdesaan, maka dilakukan 

Klastering kecamatan dan desa berdasarkan 4 kriteria utama.

5. Penentuan Jumlah Sampel/Responden 

Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara proporsional dan  random berdasarkan  total  RT di  semua RW dalam setiapDesa/Kelurahan yang  telah dipilih  menjadi  area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah minimal 40 responden. Yang menjadi  responden dalam EHRA 2012 adalah kepala rumah tangga, ibu atau anak perempuan yang sudah menikah (dengan atau tanpa anak), dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Namun demikian batas atas usia ini mesti diperlakukan secara berhati-hati. Kadang bisa dijumpai mereka yang berusia di bawah 55 tahun tapi kurang dapat merespon pertanyaan enumerator atau mereka yang sudah berusia 60 tahun namun masih bisa merespon pertanyaan enumerator dengan sigap.