Pandu Pajak Maret 2013

12

description

Buletin Bulanan Kanwil DJP Jakarta Selatan

Transcript of Pandu Pajak Maret 2013

Page 1: Pandu Pajak Maret 2013
Page 2: Pandu Pajak Maret 2013

SUMBANG SUARA

Pembina: Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan • Pengarah: Kepala Bidang P2Humas • Dewan Redaksi: KasiPenyuluhan, Kasi Pelayanan, Kasi Humas • Redaktur Berita: Dedy Antropov, Aris Hidayat Kurniawan, AdeFirmansyah, Hardison • Redaktur Foto: Eko Cayo Putranto, Mahyudin • Tim Layout: Syahrul Yani, Firmania AyuAmbari • Sekretariat: Fera Fanda • Alamat Redaksi: Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan GedungUtama KPDJP Lantai 24 Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan 12190 • email:[email protected].

Redaksi menerima tulisan Saudara, baik opini, artikel maupunpendapat. Silakan mengirimkan ke [email protected]

Orkestra KlasikMaret April

JAKSEL MENYAPA

1ulan Maret dan April selalu menjadi catatan khususbagi perpajakan. Bagi wajib pajak kedua bulan iniditandai sebagai saat-saat paling sibuk untukmelaporkan kewajiban SPT Tahunannya. Tak jarang

kita melihat ada banyak antrian pajak yang terjadidibeberapa pusat keramaian seperti mall, gedung-gedungperkantoran hingga ruang publik lainnya. Antrian semakinmengular panjang disaat akhir-akhir bulan terutama bulanMaret yang bertepatan dengan akhir pelaporan. Mungkininilah waktu yang melelahkan bagi wajib pajak.

Bagi petugas pajak, bulan Maret dan April menandaiadanya "panen" SPT lagi. Ritual tahunan yang kerap dianggapsebagai "hari raya"-nya orang pajak ini membuat petugaspajak harus bekerja lebih ekstra lagi. Pelayanan yangmenjangkau beberapa tempat untuk menyediakan drop boxhingga perpanjangan jam pelayanan hingga malam harimembuat petugas pajak harus lebih menyiapkan kondisiekstra pada kedua bulan ini. Selain itu, tugas pegawai pajaktak berhenti sampai disitu. SPT yang telah diterima harusmengalami proses pengolahan lagi. Inilah yang memerlukankerja ekstra lagi untuk mengatasi musim panen SPT.

Kegiatan pelaporan SPT Tahunan di bulan Maret dan Aprilmemang terlihat sebagai suguhan menarik yang tidak bolehditinggalkan. Layaknya tampilan orkestra yang menyuguhkanlantunan lagu dan musisi papan atas, begitu juga denganpenyampaian SPT Tahunan. Wajib pajak dan petugas pajaklayaknya musisi dan lagu yang berdentum dalam orkestraklasik tahunan SPT Tahunan. Kedua sisi harus menunjukkankinerja terbaik sehingga terjalin tampilan yang bagus.

Pelaporan SPT Tahunan oleh wajib pajak menunjukkanbagaimana wajib pajak sudah memiliki kesadaran untukmenunaikan kewajiban perpajakannya. Inilah nilai plus yangharus diapresiasikan. Sedangkan sisi petugas pajak yang harusbekerja ekstra untuk menunaikan tugas menerima SPT diberbagai kondisi dengan mobilitas yang tinggi menjadi catatanbahwa Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui parapetugasnya adalah sosok-sosok yang siap melayani. Tentunyapelayanan ini tetap mengutamakan nilai-nilai KementerianKeuangan.

Bukti pemberian pelayanan yang baik dan nyaman terlihatdari kolom Laporan Khusus edisi Pandu Pajak kali ini. Padakolom tersebut terlihat jelas bagaimana kinerja para petugaspenerima SPT Tahunan di Kantor Wilayah (Kanwil) DJP JakartaSelatan memberikan pelayanannya. Dibahas juga bagaimanapertimbangan-pertimbangan khusus yang dilakukan olehKanwil DJP Jakarta Selatan dalam menetapkan lokasi lokasi

strategis penempatan drop box. Semua dilakukan agar adasinergi yang baik antara petugas pajak dan wajib pajak.

Momen tahunan penyampaian SPT Tahunan jugadimanfaatkan oleh salah satu anggota DPR RI untukmemberikan opininya. Sukiman, S.Pd, M.M., anggota DPRRI Komisi IV meluangkan pendapatnya pada edisi Pandu Pajakkali ini. Beliau menggarisbawahi kesadaran wajib pajak yangdianggap beliau belum maksimal dan masih adanya peman-faatan momen penyampaian SPT Tahunan oleh para kepaladaerah dan tokoh masyarakat sebagai saat pencitraan.Bagaimana keseluruhan pendapat beliau? Pembaca dapatmengetahuinya pada kolom Opini.

Selain opini dari anggota DPR RI, kali ini pihak eksternalpun kembali mendapat porsi lebih dalam menyuarakanpendapatnya. Pada kolom Sumbang Suara, Rosyadi selakuketua harian Himpunan Mahasiswa Peduli Pajak Indonesia(Himappi) memberikan suaranya terkait kinerja Himappiyang ternyata mempunyai telah melakukan banyak tugasmulia menyadarkan masyarakat akan pentingnya pajak.Bagaimana kinerja tersebut? Apa saja tantangan yang dialamioleh Himappi. Rosyadi berkenan membungkusnya dalamkolom sumbang suara berjudul "Duit Pajak Bukan UntukOrang Pajak".

Menjelang Maret April yang sebentar lagi akan berakhir,Pandu Pajak pun memfokuskan diri kepada para wajib pajakbadan. Kolom Pandu Utama mewakili kepentingan wajibpajak badan dengan membahas bagaimana pelaksanaanpembukuan yang baik sebagai awal penetapan perhitunganpajak yang tepat. Kesadaran pembukuan yang kurang baiklahyang ingin dikikis oleh Pandu Pajak melalui kolom PanduUtama.

Selain itu, fokus terhadap wajib pajak badan semakindisempurnakan dalam kolom Edu Pajak. Edu Pajak akanmembahas bagaimana pelaksanaan SPT Tahunan wajib pajakbadan yang meliputi siapa saja wajib pajak badan itu, PajakPenghasilan bagi wajib pajak badan, kewajiban bagi wajib pajakbadan hingga tarif pajak penghasilan yang diterapkan bagiwajib pajak badan.

Tentunya melengkapi itu semua, Redaksi Pandu Pajaktetap menyuguhkan berbagai hasil jepretan para camera-man Kanwil DJP Jakarta Selatan dalam sorot lensa. Sorotlensa menyuguhkan berbagai foto sekitar pelaksanaanpenyuluhan dan pelayanan SPT Tahunan yang dilakukan untukmeningkatkan kesadaran wajib pajak. Kegiatan inilah yangdiharapkan mampu membuat para pembaca untuktersadarkan akan pentingnya menuntaskan kewajibanpajaknya. Semoga para pembaca terpuaskan dengan edisiPandu Pajak kali ini dan yang terpentingan jangan lupasampaikan SPT Tahunannya. Ayo kita semarakkan bersamaorkestra Maret April. Salam Pandu Pajak

Page 3: Pandu Pajak Maret 2013

SUMBANG SUARAOPINI

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013 3

Sebagai institusi penopang penerimaan negara, saatini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukanbanyak usaha demi menggiatkan para wajib pajakdalam membayar pajak. Kesadaran wajib pajak yang

masih rendah menjadi masalah utama yang dihadapi olehDJP. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang dapat dinikmatioleh seluruh rakyat sebagai barang publik ternyata tidakseluruhnya disadari asal muasal dana pembangunannya. Pajakyang menjadi denyut nadi dalam pembangunan di Indonesiabelum sepenuhnya disadari oleh masyarakat.

Kita semua paham bahwa sektor pajak adalah salah satusumber pendanaan terbesar dalam Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (APBN). Hampir 80 persen postur APBNdibentuk dari pajak. Sektor pajak yang bermain sebagai salahsatu aspek perekonomian kita sudah seharusnya disadarioleh para masyarakat. Mempertimbangkan pajak sebagaiaspek ekonomi memungkinkan tumbuhnya perekonomiannegara yang lebih meninggi terutama perekonomian makroIndonesia.

Pajak menjadi salah satu elemen dalam penentuanekonomi makro negara ini sehingga kegagalan dalam menge-lola pajak memungkinkan terjadinya kegagalan pertumbuhanekonomi dan tentunya tumbuh suburnya pengangguran dankemiskinan di Indonesia.

Meningkatnya penggangguran dan kemiskinan tentunyamembawa efek lain yang lebih parah. Tak jarang kita bersamamelihat masalah pengangguran dan kemiskinan menjadi akarmasalah dari banyaknya tindak kriminal yang terjadi selamaini. Bisa dikatakan permasalahan ekonomi menjadi awal sebabterjadinya masalah besar lainnya.

Untunglah dengan kondisi yang kurang menyenangkanini kita masih bisa mengapresiasikan DJP sebagai salah satuinstitusi yang terus mau berubah ke arah yang lebih baik.Walapun diterpa beberapa masalah dalam beberapa tahunterakhir, DJP tetap bertekad memperbaiki dirinya. DJP sudahmenunjukkan kinerja maksimalnya dan kita harusmenghargainya.

Akan tetapi kinerja yang sudah mengarah kepada arahyang sesuai ini tidak boleh membuat DJP berpuas diri. DJPmasih harus bekerja lebih maksimal lagi. Setidaknya adabeberapa catatan yang masih harus diperbaiki oleh DJP. Saatini saya melihat masih banyak yang perlu diperbaiki dalampenyelenggaraan pajak. Adanya sosialisasi dari DJP masihperlu ditingkatkan guna membangun kesadaran masyarakatdalam membayar pajak.

Dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia dengan jumlahangkatan kerja yang berpotensi kena pajak sebesar 110 juta

orang, hanya 60 juta jiwa yang termasuk potensial wajibpajak. Dari sini masih tercermin kesadaran masyarakatuntuk membayar pajak itu masih kurang.

Catatan kurang maksimal ini masih diperburuk lagidengan adanya stigma negatif dari masyarakat sebagaipembayar pajak utama. Stigma negatif bahwa pajak sebagaisebuah beban membuat anggapan pajak semakin buruk.Stigma negatif pajak sebagai beban inilah yang harus ditepissejauh mungkin. Akibat stigma negatif ini pajak dianggapsebagai salah satu fenomena yang harus dijauhi. Sikapresistensi yang kuat muncul dari masyarakat.

Banyak masyarakat dan perusahaan yang menganggappajak menjadi beban yang menghalanginya dalam memper-oleh penghasilan. Cukup wajar jika anggapan ini terjadi. Kitabisa melihat bagaimana dalam kurun beberapa tahunterakhir DJP kerap mendapat kesan negatif dalam pemberi-taan yang tentunya membuat masyarakat sebagai wajib pajakpotensial menjadi takut, ngeri atau malas untuk bersentuhandengan pajak.

Inilah catatan lain yang masih harus dibenahi oleh DJP.Tugas penting bagi DJP adalah bagaimana mereka mampumengubah stigma ini dan membuktikan bahwa kinerja DJPtak seburuk itu. Mensinergikan kesadaran masyarakat dalammembayar pajak untuk kemakmuran rakyat perlu lebih diso-sialisasikan lagi sehingga masyarakat terutama perusahaan-perusahaan besar taat pajak dan kalau bisa membayar dalamjumlah yang lebih besar sehingga kita tidak perlu meng-harapkan bantuan hutang luar negeri karena semua pembia-yaan telah mampu dibiayakan dari dalam negeri.

Saya mengharapkan para kepala daerah dan tokohmasyarakat agar ikut berperan dalam membantu pajakuntuk lebih mendekat kepada masyarakat. Peran kepaladaerah dan tokoh masyarakat sebagai suri tauladan tentunyamampu mengajak kepada masyarakat maupun perusahaan- perusahaan besar di daerahnya untuk taat membayar pajak.Jangan menjadikan momen penyampaian SPT sebagai salahsatu seremoni belaka saja tetapi membuktikan bahwa kepaladaerah saja taat pajak lantas kenapa masyarakat danperusahaan yang dipimpinnya tidak mau taat. Harus ada aksinyata yang mampu memantik kesadaran seluruh wajib pajaksehingga malu jika tidak membayar pajak.

Kalau kondisi ideal ini terjadi akhirnya semua masyarakattinggal menikmati alokasi dana penerimaan pajak denganwujud fisiknya dapat dilihat melalui pembangunan saranadan prasarana infrastruktur hingga berbagai subsidi bagimasyarakat kurang mampu. Wajib pajak harus patuh danpetugas pajak harus berbenah. •

Wajib Pajak Patuh,Petugas Pajak BerbenahOleh : H. Sukiman, SPd, MM, Anggota DPR RI Komisi IV

Page 4: Pandu Pajak Maret 2013

PANDU UTAMA

Saat seseorang telah memilikiNPWP, secara otomatis diatelah berada dalam sistemadministrasi perpajakan Indo-

nesia dan memiliki kewajiban untukmelaporkan dan membayar pajaknya.Sebagai dasar pelaporan kewajibanperpajakannya inilah seorang wajibpajak harus diwajibkan untuk melaku-kan pembukuan sebagai sandaran buktiuntuk melaporkan kondisi keuanganyang sebenarnya.

Melalui Pasal 28 UU KUP telahdijelaskan bagaimana penerapan pem-bukuan dalam peraturan perpajakan.UU KUP mengatur bahwa pembukuanharus diselenggarakan dengan cara atausistem yang lazim di pakai di Indone-sia. Penerapan cara dan sistem yanglazim ini untuk Indonesia sendiriumumnya dilakukan berdasarkanStandar Akuntansi Keuangan (SAK).

Penjelasan mengenai pengertianpembukuan dapat ditemukan secaraterperinci pada Pasal 1 angka 29 UUKUP yaitu "pembukuan adalah suatuproses pencatatan yang dilakukansecara teratur untuk mengumpulkandata dan informasi keuangan yangmeliputi harta, kewajiban, modal, peng-hasilan dan biaya, serta jumlah hargaperolehan dan penyerahan barang ataujasa, yang ditutup dengan menyusunlaporan keuangan berupa neraca, danlaporan laba rugi untuk periode tahunpajak tersebut.

Sedangkan penegasan terkaitkewajiban untuk melakukan pembu-kuan secara jelas diatur dalam Pasal 28ayat (1) UU KUP yang berbunyi wajibpajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebaswajib menyelenggarakan pembukuan.

Akan tetapi terdapat juga wajibpajak yang dikecualikan dari kewajibanpembukuan tapi wajib melakukanpencatatan yaitu wajib pajak or-ang pribadi yangme l akukank e g i a t a nusaha dan/atau pe-

kerjaan bebas yangdiperbolehkan menghitung penghasilanneyto dengan menggunakan normapenghitungan penghasilan netto yaituwajib pajak orang pribadi yang pereda-ran brutonya dalam 1 (satu) tahunkurang dari Rp 4.800.000.000,00 danwajib pajak orang pribadi yang tidakmelakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas.

Penegasan yang jelas terkait wajibpajak yang wajib dan tidak wajibmelakukan pembukuan ini mempunyaitujuan untuk mempermudah wajibpajak dalam pengisian SPT-nya, perhi-tungan penghasilan kena pajaknyahingga yang terpenting berapa besar-nya pajak yang harus disetorkan. Pene-rapan pembukuan yang baik tentunyaharus sesuai dengan tuntunan UU KUP.

Tuntunan tersebut antara lainpenerapan pembukuan harus meme-nuhi syarat diselenggarakan denganmemperhatikan itikad baik dan men-

cerminkan keadaan ataukegiatan usaha yangsebenarnya sertasekurang-kurangnyaterdiri dari catatanyang dikerjakansecara teraturm e n g e n a i

keadaan kas dan bank,daftar utang dan piutang,

daftar persediaan barang, dan padaakhir tahun pajak membuat neraca danlaporan laba/rugi.

Selain itu pembukuan juga harusdiselenggarakan di Indonesia denganmenggunakan huruf latin, angka Arab,mata uang rupiah, dalam Bahasa Indo-nesia atau bahasa asing yang diizinkanoleh Menteri Keuangan.

Penerapan dasar-dasar pelaksanaanpembukuan yang bertolak pada UUKUP ini mewajibkan seorang wajib pa-jak secara teratur mencatat kejadian-kejadian transaksi dalam usahanya. Bagiwajib pajak yang menggunakan pembu-kuan dengan melakukan pencatatanyang baik dari setiap transaksinya dantelah memenuhi syarat-syarat pembu-kuan sesuai UU KUP masih terdapatkewajiban lain yaitu melakukan rekon-siliasi fiskal dalam laporan pembu-kuannya.

Rekonsiliasi fiskal adalah tugasselanjutnya yang dilakukan oleh wajibpajak untuk melakukan penyesuaianlaporan keuangan wajib pajak yangsifatnya komesial untuk disesuaikan

Ketepatan Hitungan PajakLewat Pembukuan yang BaikSesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan (UU KUP) bahwasannya setiap orang ataubadan yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajibmendaftarkan diri sebagai wajib pajak berdasarkan sistem selfassessment untuk mendapatkan (Nomor Pokok Wajib Pajak) NPWP.

4 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013

Page 5: Pandu Pajak Maret 2013

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga ditemu-kan penghasilan fiskal yang nantinyaakan dikenakan pajak.

Penerapan rekonsiliasi fiskal yangdilakukan oleh wajib pajak ini menyela-raskan berbagai unsur antara lain ter-hadap penghasilan yang dikenakanPajak Penghasilan (PPh) yang bersifatfinal, penghasilan yang bukan merupa-kan objek pajak, biaya-biaya yang dike-luarkan yang tidak boleh menjadipengurang penghasilan sesuai Pasal 9UU PPh, biaya-biaya yang boleh diku-rangkan sebagai biaya tetapi metodepengakuannya berdasarkan peraturanperpajakan seperti penerapan pe-nyusutan dan amortisasi hingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk men-dapatkan penghasilan yang dikenakanPPh final atau penghasilan yang bukanobjek pajak.

Memperhatikan pertimbanganrekonsiliasi fiskal ini, terkadang pem-bukuan yang diamanahkan oleh UUKUP terlihat semakin sangat susah danmemberatkan wajib pajak. Keter-batasan pengetahuan perpajakan yangdimiliki hingga luasnya cakupan modeltransaksi wajib pajak mengakibatkanbanyak biaya-biaya hingga penghasilanyang diperoleh wajib pajak menjaditercampur antara perhitungan komer-sial dan fiskalnya. Perincian biaya-biayayang boleh dan tidak boleh dikurang-kan dalam peraturan perpajakan danpenghasilan yang merupakan objek danbukan objek pajak yang telah dirincidalam undang-undang menjadi susahuntuk diterapkan oleh wajib pajak.

Pada akhirnya wajib pajak terkadangmenetapkan double pembukuan yangterdiri dari pembukuan berdasarkankomersial dan fiskal menurut perpaja-kan. Penerapan double pembukuan inimemang memudahkan wajib pajakmaupun petugas pajak dalam menentu-kan besaran pajaknya namun ternyataniat awal ini terkadang justru diterap-kan secara menyimpang. Penerapanlaporan pembukuan komersial danfiskal pada akhirnya berujung padapenggelapan biaya-biaya hingga pengha-silan yang tidak dilaporkan. Inilahmasalah yang sering terjadi.

Selain penerapan rekonsiliasi fiskalyang sering mengalami hambatan dariwajib pajak, permasalahan lain yang

sering terjadi adalah semakin modern-nya metode pembukuan yang diakuidalam stardardisasi pembukuan. Dalambeberapa tahun terakhir terdapatpelaksanaan IFRS yang menjadi titiktolak dalam pembuatan laporan ke-uangan dan telah di praktikkan dalamStandar Akuntansi Keuangan (SAK) diIndonesia.

Penerapan standar akuntansi inimengakibatkan adanya pengakuan yangberbeda pada penerapan biaya danpenghasilan. Penerapan inilah yangsampai saat ini belum terlalu di jemba-tani dalam peraturan perpajakan.Misalnya penerapan penilaian kembaliaktiva tetap yang sering dilakukanuntuk meningkatkan tampilan laporankeuangan yang lebih baik. Namun pene-rapan ini belum mampu diakomodasi-kan dengan baik dalam penerapan per-pajakan sehingga terkadang terjadikesulitan bagi wajib pajak.

Dalam penerapan rekonsiliasi fiskalmungkin permasalahannya dapat di-jembatani dengan melakukan penera-pan rekonsiliasi yang sesuai menurutperaturan perpajakan serta meman-faatkan account representative (AR) da-lam mengkonsultasikan biaya dan peng-hasilan yang dapat diakui secara fiskalsehingga tidak perlu ada laporan ke-uangan yang khusus dibuat untuk kepen-tingan fiskal. Penerapan double laporankeuangan memungkinkan terjadinyapemeriksaan pajak terhadap wajib pajakkarena dugaan penerapan pembukuanatau pencatatan yang tidak sesuai.

Pemeriksaan terhadap wajib pajakdapat dilakukan atas praktik yang salahdalam pembukuannya. Wajib pajak yangseharusnya diwajibkan melakukanpembukuan atau pencatatan tapi tidakmelakukan pembukuan atau pencata-tan sehingga tidak dapat diketahuijumlah pajak terutangnya maka ataswajib pajak tersebut penetapan jumlahpajak terutangnya di tetapkan denganSurat Ketetapan Pajak (SKP) ditambahsanksi administrasi berupa kenaikansebesar 100% dan khusus PPh pasal 29ditambah kenaikan sebesar 50%.

Bahkan penerapan yang diindikasi-kan dilakukan secara sengaja dan ber-niat untuk mengaburkan atau meng-urangi jumlah pajak yang terutangdalam pembukuan memungkinkan ter-jadinya pelanggaran tindak pidana

dibidang perpajakan.Tindak pidana dibidang perpajakan yang berkaitandengan kewajiban untuk menyeleng-garakan pembukuan dan pencatatansecara tegas diatur pada pasal 39 UUKUP huruf f, g dan h yaitu setiap or-ang yang dengan sengaja:" Memperlihatkan pembukuan,

pencatatan, atau dokumen lain yangpalsu atau di palsukan seolah-olahbenar, atau tidak menggambarkankeaadaan yang sebenarnya;

" Tidak menyelenggarakan pembu-kuan atau pencatatan di Indonesia,tidak memperlihatkan atau tidakmeminjamkan buku, catatan, ataudokumen lain;

" Tidak menyimpan buku,catatan,ataudokumen yang menjadi dasar pem-bukuan atau pencatatan dan doku-men lain termasuk hasil pengolahandata dari pembukuan yang di kelolasecara elektronik atau di selengga-rakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 28 ayat (11)Sehingga dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 6 (enam) bulan dan paling lama6 (enam) tahun dan denda paling sedikit2 (dua) kali jumlah pajak terutang yangtidak atau kurang dibayar dan palingbanyak 4 (empat) kali jumlah pajakterutang yang tidak atau kurang dibayar.

Bahkan untuk mencegah terjadinyapengulangan tindak pidana dibidangperpajakan lewat 1 (satu) tahun sejakselesainya menjalani sebagian atauseluruh pidana penjara yang di jatuh-kan, dikenai sanksi pidana lebih berat,yaitu ditambahkan 1 (satu) kali menjadi2 (dua) kali sanksi pidana yang diaturpada Pasal 39 (1) UU KUP.

Mempertimbangkan pentingnyapenerimaan negara dari sektor per-pajakan sudah seharusnya wajib pajakharus senatiasa melakukan pembukuanatau pencatatannya dengan baik.

Tegasnya tindakan yang dilakukanterkait sanksi pidana dan perpajakanyang diterapkan sebaiknya membuatwajib pajak harus berpikir ulang dalammengutak atik pembukuannya. Hitung-lah pajak dengan baik berdasarkanpembukuan yang terinci dan transaksiyang nyata serta tidak melupakanunsur rekonsiliasi fiskal. •pp

PANDU UTAMA

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013 5

Page 6: Pandu Pajak Maret 2013

SUMBANG SUARA

Himpunan tersebut bernamaHimappi (Himpunan Maha-siswa Peduli Pajak Indonesia). Wadah mahasiswa yang

terbentuk karena adanya kesadarandari para mahasiswa untuk lebih peduliterhadap pajak yang merupakan salahsatu denyut nadi dalam pembangunannegara. Himappi yang baru terbentukpada tahun 2010 ternyata telah mulaimelebarkan sayapnya dalam membantumasyarakat untuk lebih peduli terha-dap pajak.

Idealisme diri mahasiswa sangatkental ditawarkan dalam wadah ini.Bagaimana sebenarnya Himappi ber-gerak? Apakah mereka benar-benarpeduli dengan pajak? hingga sejauhmana peran mereka dalam perpajakan?Semua pertanyaan ini akan dibahaspada edisi Sumbang Suara kali ini.Redaksi Pandu Pajak berkesempatanuntuk mewawancarai langsung SaudaraRosyadi selaku ketua harian Himappi.

Apa sebenarnya ide awal yang men-

yang ada di empat kampus. SekretariatHimappi sampai saat ini baru ada diUPN Veteran padahal sekretariat itupun harusnya terjadi pergiliran namundengan keterbatasan saat ini kita belumbisa melakukannya.

Kegiatan apa saja yang telahHimappi lakukan?

Saat ini kita kan masih dalam hitung-an wadah mahasiswa baru. Kita belumterlalu melakukan kegiatan yang jor-joran, masih terbentur dengan penda-naan. Sampai saat ini yang baru kitalakukan masih sekedar kegiatan pem-berian informasi perpajakan kepadamahasiswa dan pelajar misalnya kegia-tan seminar akuntansi dan perpajakandengan melibatkan pihak Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI).

Selain itu pemberian informasi jugakita lakukan lewat website Himappi diwww.himappi.com hingga beberapasosialisi dan diskusi perpajakan. Baru-baru ini kita sempat melakukan kegia-tan di kalangan anak-anak SMA se-Jakarta lewat lomba poster dan artikeldengan tema "Mengenal Pajak SejakDini". Para peserta cukup antusiasdengan acara ini bahkan kita terpaksamembatasi para pesertanya karenatakut kekurangan dana dan logistikyang kurang mendukung.

Lewat kegiatan0kegiatan tersebut,apa yang sebenarnya ingin Himap-pi capai?

Himappi ingin memberikan pema-haman kepada masyarakat terutamakalangan muda bahwa pajak itu baik dan

dasari terbentuknya Himappi?Awalnya pada tahun 2010 tercetus-

lah ide pembentukan Himappi yangmuncul dari para dekan FakultasEkonomi di empat universitas yaituSekolah Tinggi Ilmu AdministrasiMandala Indonesia (STIAMI), Univer-sitas Satya Negara Indonesia (USNI),Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia(STPI) dan Universitas PembangunanNasional (UPN) Veteran. Keempatuniversitas inilah yang melatarbelakangiHimappi. Mulanya Himappi terbentukagar tercipta sebuah wadah yangindependen bagi para mahasiswaterutama mahasiswa akuntansi yangakrab dengan pajak agar lebih pedulilagi dengan pajak. Kita tidak maumelupakan pajak begitu saja karenakalau kita saja tidak peduli dengan pajaksiapa lagi yang akan peduli, tidakmungkin kan mahasiswa hukum ataukedokteran yang peduli.

Bagaimana dengan kepengurusanHimappi?

Kepengurusan Himappi diwakilioleh empat sekolah tinggi dan univer-sitas yang mencetuskan cikal bakalHimappi. Tentunya dari perwakilantersebut ada ketua umum. Sedangkansaya sendiri merupakan ketua hariandari Himappi. Peran sebagai ketuaharian sifatnya pergiliran diantarakeempat kampus tersebut denganmasa bakti tiga tahun sekali.

Struktur kepengurusan terdiri dariperwakilan mahasiswa yang ada diempat kampus tersebut dengan anggo-tanya adalah seluruh mahasiswa aktif

"Duit Pajak BukanUntuk Orang Pajak"Gerakan mahasiswa sebagai kader perubahandalam berbagai aspek sosial dankemasyarakatan telah menunjukkan gelagatnyasejak lama. Gelagat tersebut tak terkecuali jugadalam aspek perpajakan. Peran mahasiswadalam perpajakan ternyata dalam beberapatahun terakhir sudah mulai disuarakan lewatsebuah himpunan kemahasiswaan.

Logo Himappi

6 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013

Rosyadi, Ketua Harian Himappi

Page 7: Pandu Pajak Maret 2013

berguna untuk masyarakat. Pembangu-nan ini berjalan karena sebagianbesarnya dibiayai pajak. Jadi anggapanbahwa pajak itu tidak baik, pajak ituribet, pajak itu tidak ada gunanya mulaikita kikis. Kita ingin memberikanpengertian sejak dini kepada mahasiswaatau pun para pelajar bahwa pajaksudah lebih terbuka jadi tidak adaalasan lagi bahwa kita harus menjauhipajak atau pun takut dengan pajak.

Bagaimana dengan tanggapanpara peserta terhadap berbagaikegiatan tersebut?

Tentunya dalam pikiran mereka yapajak seperti gambaran yang terlihatdi media-media selama ini. Merekakurang antusias dengan pajak. Dalampemikiran mereka duit pajak ya bakaldikorup lagi. Percuma mahal-mahalbayar pajak tapi ternyata ya tetap gakada juga yang dibangun. Pokoknyasangat sulit mengajak masyarakat kitauntuk sadar dan peduli pajak karenaselama ini tidak ada hasil pajak yangbisa langsung mereka terima. Jadipemikirannya ya tetap saja percumabayar pajak kalau nantinya dikorup lagi.

Bagaimana Himappi mengatasikendala ini?

Kita mulai memberi pengertianbahwa pajak itu beda dengan retribusi,tentulah kita ngak bisa langsung dapathasil dari pembayaran pajak kita. Mulaikita ajarkan prinsip ini sejak dini kepa-da teman-teman pelajar dan mahasis-wa sehingga mereka paham.

Selain itu kita beritahukan jugabahwa Dirjen Pajak itu hanya instansipengumpul dana perpajakan bukanpenentu kebijakan akan dikemanakanuang pajaknya. Penentu kebijakannyatetap ada di Dewan Perwakilan Rakyat(DPR). Kita tanamkan pengertian-pengertian ini sehingga mereka tahubahwa duit pajak bukan untuk orangpajak seperti yang selama ini gembar-gembor diberitakan di media.

Apa saja kendala yang Himappihadapi selama ini dalam meng-kampanyekan sadar pajak?

Kendala terbesar kita tentunyadana. Bisa dikatakan sering ada idebesar seperti kita mau buat kuis pajakbagi anak-anak SMA terkendala dengan

SUMBANG SUARA

dana yang terbatas. Dana yang ada saatini umumnya datang dari kampus, darisponsorship luar, para alumni hinggakadang-kadang kalau sudah mentok yakita berusaha sendiri nyari duit misal-nya lewat ngamen bareng.

Padahal pada dasarnya walaupunkita independen, kita masih wellcomekok sama dana yang berasal dari pihakmana saja tak terkecuali dari DirjenPajak sendiri. Kita siap menerima pen-danaan dari Dirjen Pajak tentunya danayang diberikan tidak membuat inde-pendensinya Himappi tergadaikan.

Selama tujuannya baik seiring seja-lan kita tidak ada masalah. Sebenarnyakita pernah mencoba meminta ban-tuan ke Kantor Pusat Dirjen Pajak tapimungkin masih terkendala administrasisehingga pendanaan tidak terjadi.

Apa harapan Himappi terhadapDirjen Pajak?

Himappi berharap adanya kepedu-lian dari Dirjen Pajak terkait kegiatanyang kita selenggarakan selama ini.Himappi dan Dirjen Pajak bisa bersi-nergi bersama dalam menumbuhkanmasyarakat yang sadar dan peduli pajak.Kita berharap nantinya ada kerja samadalam mengadakan kegiatan-kegiatanbesar misalnya TOT (Training of Trainer)perpajakan, event-event lomba pajakbaik kuis pajak atau lomba pidatoperpajakan. Sebisa mungkin sejak dinikita buat masyarakat mulai melekpajak.

Selain itu saya juga berharap adaberbagai terobosan dalam sisi pe-nyuluhan dan humas Dirjen Pajak misal-nya kalau bisa ciptakan sebuah iklanpajak yang lebih mendidik akan pen-tingnya pajak. Tunjukkan bahwa mem-bayar pajak itu adalah hal yang menye-nangkan dan tidak akan dipersulit.

Iklan pajak yang ada saat ini dianggapmasih menekankan kepada pem-bayarannya sehingga namanya manusiakan kalau sudah urusan bayar mem-bayar pasti cenderung tidak mau. Kalaubisa juga di setiap fasilitas masyarakatditulis besar-besar bahwa danapembangunan fasilitas ini berasal dariuang pajak.

Misalnya kendaraan ini dibeli dariuang pajak atau jembatan ini dibangundari uang pajak. Kalau sudah begini kanmasyarakat lebih peduli karena semuamasyarakat merasa memiliki apalagiyang bayar pajak gede pasti lebih pedulilagi jadi tidak ada lagi pemakaiankendaraan plat merah yang semba-rangan atau corat-coret di jembatan.

Idealisme anak muda bagaikansebuah air penyejuk dikala dahaga. Takada salahnya kita mendengarkanmasukan dari Himappi. Setiap masukanakan coba di akomodasi dengan baik.Selama semua demi kebaikan ibupertiwi tidak ada yang salah dalampemberian kritik dan saran.

Redaksi Pandu Pajak berharap agarHimappi terus melebarkan eksistensi-nya dalam menyadarkan masyarakatakan pentingnya pajak. Semoga akanada jalan keluar atas semua masalahyang dihadapi oleh Himappi. SalamPandu Pajak. •

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013 7

Salah Satu Workshop Perpajakan, sebagian Pengenalan Pajak Sejak Dini Kepada Mahasiswa

Page 8: Pandu Pajak Maret 2013

A. Pengertian Wajib Pajak BadanWajib Pajak Badan adalah Badan

seperti yang dimaksud pada UU KUP,meliputi pembayar pajak, pemotongpajak, dan pemungut pajak, yangmempunyai hak dan kewajiban per-pajakan sesuai dengan ketentuan pera-turan perundang-undangan perpajakanatau memiliki kewajiban subjektif dankewajiban objektif serta telah mendaf-tarkan diri untuk memproleh NomorPokok Wajib Pajak (NPWP).

Pengertian badan meliputi Perse-roan Terbatas (PT), Perseroan Koman-diter (CV), perseroan lainnya, BadanUsaha Milik Negara maupun Daerah(BUMN/D) dengan nama dan dalambentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,dana pensiun, persekutuan, perkum-pulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasilainnya, lembaga dan bentuk badanlainnya termasuk kontrak investasikolektif dan Bentuk Usaha Tetap (BUT/permanent establishment). Definisimengenai 'badan' ini dapat kitatemukan pada Pasal 1 angka 3 UU KUPNomor 28 Tahun 2007.

Badan sebagaimana diuraikan diatas, merupakan salah satu subjek pajak.Badan yang didirikan atau bertempatkedudukan di Indonesia disebut deng-an Subjek Pajak Badan Dalam Negeri.Dan manakala persyaratan subjektifmaupun objektifnya telah terpenuhi,Subjek Pajak Badan disebut denganWajib Pajak Badan (WP Badan).

Sedangkan Lembaga atau unit daripemerintah yang tidak termasuk dalampengertian badan adalah unit-unittertentu yang memenuhi seluruhkriteria berikut [Pasal 2 ayat (3) hurufb UU PPh]:1. Pembentukannya berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pembiayaannya bersumber dariAPBN (Pusat) atau APBD (Daerah);

3. Penerimaannya dimasukkan dalamanggaran Pemerintah Pusat atauPemerintah Daerah; dan

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparatpengawasan fungsional negara.Kantor perwakilan negara asing,

seperti Kantor Kedutaan negara asingyang ada di Indonesia, sesuai ketentuanPasal 3 UU PPh No. 36 Tahun 2008 jugaditetapkan bukan sebagai WP Badan.

Demikian juga dengan organisasi-organisasi internasional yang ada diIndonesia juga ditetapkan bukansebagai WP badan dengan syarat:1. Indonesia menjadi anggota organi-

sasi tersebut;2. Tidak menjalankan usaha atau

kegiatan lain untuk memperolehpenghasilan dari Indonesia selainmemberikan pinjaman kepadapemerintah yang dananya berasaldari iuran para anggota; dan

3. Telah ditetapkan oleh MenteriKeuangan melalui Peraturan Men-teri Keuangan (PMK) Nomor 215/PMK.03/2008 stdtd PMK No. 142/PMK.03/2010.

B. Pengertian Pajak PenghasilanBadan (PPh Badan)Sesuai dengan pasal 1 UU Pajak

Penghasillan, Pajak Penghasilan adalahPajak yang dikenakan terhadap subjekpajak atas penghasilan yang diterimaatau diperolehnya dalam tahun pajak.

Pajak Penghasilan Badan (PPhBadan) adalah pajak yang dikenakanatas penghasilan yang diterima ataudiperoleh oleh Badan seperti yangdimaksud dalam UU KUP. Adapunsubjek dari PPh Badan yaitu :1. Wajib Pajak Badan dalam negeri,

yaitu badan yang didirikan ataubertempat kedudukan di Indonesia.

2. Wajib Pajak Badan luar negeri, yaitubadan yang tidak didirikan atautidak bertempat kedudukan di In-donesia yang menjalankan usahaatau melakukan kegiatan melaluiBUT di Indonesia, dan atau badanyang tidak didirikan dan tidakbertempat kedudukan di Indone-sia yang menerima penghasilan dariIndonesia tidak dari menjalankanusaha melalui BUT di Indonesia.

Yang menjadi objek pajak PPh Badanadalah penghasilan, yaitu setiaptambahan kemampuan ekonomis yangditerima atau diperoleh wajib pajak

EDU PAJAK

SPT Tahunan PajakPenghasilan Badan

badan baik yang berasal dari Indonesiamaupun dari luar Indonesia, yang dapatdipakai untuk konsumsi atau untukmenambah kekayaan wajib pajak badanyang bersangkutan, dengan nama dandalam bentuk apapun.

C. Kewajiban perpajakanWajib Pajak Badan

1. Kewajiban mendaftarkan dirisebagai Wajib Pajak Badan

Dalam hal ini mendaftarkan diriuntuk memiliki NPWP (NomorPokok Wajib Pajak) dan apabila wajibpajak badan melakukan kegiatanpenyerahan barang kena pajak danatau jasa kena pajak atau eksporbarang kena pajak yang terutang PPNberdasarkan UU PPN 1984, maka wajibpajak badan tersebut memilikikewajiban untuk dikukuhkan menjadipengusaha kena pajak (PKP).

2. Kewajiban untuk menyeleng-garakan pembukuan

Sebagaimana terdapat pada pasal 28ayat (1) UU KUP, yaitu WP orangpribadi yang melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas dan WP badandi Indonesia, wajib menyelenggarakanpembukuan.

8 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013

Page 9: Pandu Pajak Maret 2013

EDU PAJAK

Pembukuan :Menurut UU No. 28 tahun 2007

tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan, Pembukuan adalahproses pencatatan yang dilakukansecara teratur untuk mendapatkandata & informasi keuangan yangmeliputi keadaan harta, kewajiban atauutang, modal, penghasilan dan biayaserta jumlah harga perolehan danpenyerahan barang atau jasa yangterutang maupun yang tidak terutangPPN, yang dikenakan PPN dengan tarif0% (nol persen) dan yang dikenakanPPnBM, yang ditutup dengan menyusunlaporan keuangan berupa neraca danpenghitungan rugi/laba pada saat tahunpajak berakhir.3. Kewajiban melakukan pemo-tongan dan pemungutan, dianta-ranya yaitu:a. Kewajiban pajak sendiri (seperti

PPh Pasal 25/29);b. Kewajiban memotong atau me-

mungut (pot/put) pajak atas peng-hasilan orang lain (misalnya: PPhPasal 21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal23/26, dan PPh Final); dan

c. Kewajiban memungut PPN dan atauPPn BM (jika ada) yang khususberlaku bagi Pengusaha Kena Pajak(PKP).

D. Tarif PajakPenghasilan BadanTarif PPh untuk WP Badan terdiri

dari 3 (tiga) tarif, yaitu tarif sesuai Pasal17 ayat (2a) UU PPh, tarif sesuai Pasal17 ayat (2b) UU PPh, dan tarif sesuaiPasal 31E UU PPh.1. Tarif Pasal 17 Ayat (2a)

UU PPhBesarnya tarif PPh adalah 25% (dua

puluh lima persen) dan sudah diberla-kukan sejak Tahun Pajak 2010. Tarif PPhini adalah tarif umum yang berlaku bagisemua WP Badan, khususnya WP Badanyang tidak memenuhi syarat Pasal 17ayat (2b) maupun Pasal 31E UU PPh.

2. Tarif Pasal 17 Ayat (2b)UU PPhBagi WP Badan berbentuk Perse-

roan Terbuka (Tbk atau go public),mendapat pengurangan tarif sebesar5% (lima persen) dari tarif normal ataudengan kata lain mulai Tahun Pajak 2010

tarif untuk WP Badan yang sudah gopublic adalah 20% (dua puluh persen).WP Badan yang berhak mendapatpenurunan atau pengurangan tarif PPhini adalah WP Badan yang sudah gopublic dengan kriteria sebagai berikut:• Saham diperdagangkan di bursa

efek di Indonesia;• Jumlah saham yang dilempar ke

publik minimal 40% (empat puluhpersen) dari keseluruhan sahamyang disetor dan saham tersebutdimiliki oleh minimal 300 pihak(pemegang saham) baik orangpribadi ataupun badan; dan

• Masing-masing pihak (pemegangsaham) hanya boleh memiliki sahamkurang dari 5% (lima persen) darikeseluruhan saham yang disetor.Kondisi yang disebutkan pada kedua

poin terakhir tersebut harus dipenuhidalam jangka waktu paling singkat 6(enam) bulan dalam jangka waktu 1(satu) Tahun Pajak. Misalnya jika TahunPajak atau tahun buku WP Badanmenggunakan bulan Januari 2011sampai dengan Desember 2011, makakedua kondisi tersebut harus dapatterpenuhi pada awal Januari 2011sampai dengan akhir Juli 2011, ataupada awal Februari 2011 sampai denganakhir Agustus 2011, demikian seterus-nya hingga periode terakhir pada awalJuli 2011 sampai dengan akhir Desem-ber 2011.

Jika salah satu dari ketiga kriteriatersebut di atas tidak terpenuhi, makaWP Badan tersebut harus mengguna-kan tarif PPh yang ditetapkan dalamPasal 17 ayat (2a) UU PPh, yaitu sebesar25% (dua puluh lima persen).

3. Tarif Pasal 31E UU PPhBesarnya tarif PPh menurut pasal

ini adalah 50% (lima puluh persen) daritarif umum yang disebutkan pada Pasal17 ayat (1) huruf b atau Pasal 17 ayat(2b) UU PPh. Dengan kata lain, adadiskon tarif PPh sehingga tarif yangdikenakan kepada WP Badan yangmemenuhi syarat hanya sebesar 14%(untuk tahun pajak 2009) atau 12,5%(mulai tahun pajak 2010).

WP Badan yang berhak mengenyamfasilitas ini adalah WP Badan yang jumlahperedaran brutonya dalam satu TahunPajak tidak lebih dari Rp 50 milyar.Cara penghitungannya dapat dilihat

pada memori penjelasan Pasal 31E UUPPh.

Menurut penegasan dalam poin 2.c.Surat Edaran (SE) Dirjen PajakNomor SE-66/PJ./2010 tanggal 24 Mei2010, yang dimaksud dengan 'pereda-ran bruto' adalah penghasilan yangberasal dari kegiatan usaha, baik yangberasal dari Indonesia maupun dariluar Indonesia, sebelum dikurangidengan biaya fiskal. Jadi kesimpulansaya, bukan penghasilan yang sifatnyaother income atau penghasilan-peng-hasilan di luar usaha.

Maka dapat disimpulkan sebagaiberikut :

Tarif Pajak PPh Badan digunakanuntuk menghitung PPh Badan terutang.Tarif Pajak PPh Badan adalah berdasar-kan Pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 TentangPajak Penghasilan, yaitu sebagai berikut:" Tarif Pajak untuk tahun pajak 2009

adalah sebesar 28 %" Tarif Pajak untuk tahun pajak 2010

dan 2011 serta Tarif Pajak Pengha-silan Badan (PPh Badan) SPTTahunan PPh Badan 2012 danseterusnya adalah sebesar 25 %

" Wajib Pajak badan dalam negeriyang berbentuk perseroan terbukayang paling sedikit 40% (empatpuluh persen) dari jumlah keseluru-han saham yang disetor diperda-gangkan di bursa efek di Indonesiadan memenuhi persyaratan terten-tu lainnya dapat memperoleh tarifsebesar 5% (lima persen) lebihrendah daripada tarif tersebut yangdiatur dengan atau berdasarkanPeraturan Pemerintah.

" Wajib Pajak badan dalam negeridengan peredaran bruto sampaidengan Rp 50.000.000.000,00 (limapuluh miliar rupiah) mendapatfasilitas berupa pengurangan tarifsebesar 50% (lima puluh persen)dari tarif tersebut (28% atau 25 %)yang dikenakan atas PenghasilanKena Pajak dari bagian peredaranbruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapanratus juta rupiah).

" Untuk keperluan penerapan tarifpajak, jumlah Penghasilan Kena Pajakdibulatkan ke bawah dalam ribuanrupiah penuh.• pp

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013 9

Page 10: Pandu Pajak Maret 2013

10 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013

LAPSUS

Salah satu persiapan yang telah dilakukan oleh KanwilDJP Jakarta Selatan dengan mengkoordinasikanberbagai wilayah-wilayah potensial sebagai tempatpelayanan drop box bagi wajib pajak. Kanwil DJP Jakarta

Selatan membuat terobosan dengan memetakan lokasI-lokasistrategis di wilayah Jakarta Selatan dengan membagi ke dalamtujuh cluster pembagian wilayah pokok pelayanan drop box.Wilayah-wilayah tersebut adalah wilayah Sudirman, Rasuna Said,Blok M, Pondok Indah, Mampang, Fatmawati–Cilandak, danPancoran–Tebet.

Pembagian wilayah ini telah mempertimbangkan tingkatkeramaian penyampaian SPT pada tahun lalu dan kemudahanakses jangkauan bagi wajib pajak hingga kesiapan KantorPelayanan Pajak (KPP) yang akan melakukan pelayanan. Pertim-bangan juga diberikan dengan tidak hanya menem-patkanpelaporan drop box pada lokasi perbelanjaan atau mall-mallsaja tetapi turut membuka pelayanan drop box pada beberapagedung-gedung perkantoran utama di tujuh tempat tersebut.

Tercatat, Pasaraya Grande, Pondok Indah Mall, GandariaCity Mall. Blok M Plaza, Pejaten Village hingga Cilandak Mallmenjadi partner bagi lokasi perbelanjaan. Sedangkan untukgedung-gedung perkantoran utama ada Plaza Sudirman,Sampoerna Strategic, Four Season Hotel, Rumah SakitFatmawati, Gedung Mustika Ratu menjadi perwakilan.

Pelaksaan drop box turut dilakukan di Kantor Pusat DJP.Walaupun secara institusi Kantor Pusat DJP tidak mempunyaikewajiban untuk memberikan pelayanan SPT tetapi denganinisiatif kerja sama antara Kantor Pusat DJP dan kanwil-kanwilyang ada di Jakarta bersinergi membentuk pelayanan drop boxdi Kantor Pusat DJP. Kanwil DJP Jakarta Selatan sendirimemperoleh kesempatan bertugas pada minggu terakhir dibulan Maret.

Selain menyiapkan lokasi drop box yang nyaman danstrategis bagi wajib pajak, Kanwil DJP Jakarta Selatan turutmenyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada beberapa pihakterutama lembaga dan instansi pemerintah hingga berbagaiuniversitas. Kementerian Perumahan Rakyat, KementerianPerdagangan, Badan Urusan Logistik (BULOG), Lembaga SandiNegara, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) hinggabeberapa universitas seperti Universitas Bakrie dan Universi-

tas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran menjadi instansiyang dilakukan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dilakukanuntuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak di instansi-nstansitersebut.

Pelaksanaan workshop juga telah dikampanyekan oleh KanwilDJP Jakarta Selatan dengan melaksanakan workshop "SPT ItuMudah" bagi enam universitas yang telah beker-jasama lewattax center yaitu Universitas Pancasila, Universitas Nasional(Unas), Universitas Pembagunan Nasional (UPN) Veteran, ABFIIPerbanas, Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), danUniversitas Bakrie. Pemberian workshop merupakan langkahmutlak yang dilakukan untuk membuktikan bahwa pengisianSPT tidaklah sesulit yang dibayangkan. Selain itu, workshopyang diberikan juga mengharapkan mahasiswa mampu menjadikader pandu pajak dalam menyebarluaskan mudahnya mengisiSPT.

Pelayanan drop box yang diberikan hingga tanggal 28Februari 2013 sesuai dengan Surat Edaran Direktur JenderalPajak Nomor SE-07/PJ/2013 tanggal 27 Februari 2013 ber-hasil menyedot antusisme dari para wajib pajak. Pelayanan dropbox yang dibuka di beberapa lokasi perbelanjaan terpaksa haruskerja esktra dalam memberikan pelayanan.

Antrian wajib pajak yang panjang dan seolah tak hentihentinya membuat beberapa tugas harus mengakalinya denganbekerja bergantian. Terpantau pada beberapa pusat perbelan-jaan lain, dengan kondisi wajib pajak yang menumpah dan takterduga banyaknya membuat antrian menjadi tidak teratur danpelaporan menjadi semrawut.

Untunglah kondisi ini dapat diselesaikan dengan bantuanpara pengelola gedung. Masalah juga terjadi dari banyaknyajumlah wajib pajak yang melaporkan SPT-nya mengakibatkanhabisnya lembar tanda terima sehingga membuat wajib pajakharus menunggu lebih lama. Kehabisan tanda terima ini terjadidi beberapa lokasi drop box termasuk juga di lokasi drop boxKantor Pusat DJP. Kehabisan lembar tanda terima membuatantrian yang sudah mengular sejak pagi menjadi semakin sesak.

Segala kendala ini akhirnya berhasil dilewati dan tentunyapelayanan pelaporan SPT tetap dilakukan dengan baik. Lewatpelayanan SPT ini hingga tanggal 28 Februari 2013, KanwilDJP Jakarta Selatan berhasil mengumpulkan lebih dari 25.000SPT di seluruh KPP- nya. Kendala yang terjadi dalam pelayananSPT ini akan segera dievaluasi lagi sehingga tidak terjadi padatahun selanjutnya. Kekurangan-kekurangan yang terjadi dalampelayanan akan menjadi catatan khusus untuk diperbaikikedepannya demi pelayanan yang semakin baik kepada wajibpajak.• pp

Gelora SemangatPelayanan SPTTahunanGegap gempita pelaksanaan pelayanan pelaporan SuratPemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasi-lan (PPh)Orang Pribadi tahun 2012 sangat dirasakan di KantorWilayah (Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) JakartaSelatan. Berbagai persiapan dan keleng-kapan telahdilakukan dengan baik oleh Kanwil DJP Jakarta Selatanuntuk mendukung proses pelaporan SPT Tahunan yangnyaman dan sangat melayani bagi seluruh wajib pajak.

Salah Satu Workshop Perpajakan Sebagai bagian Pengenalan PajakSejak Dini Kepada Mahasiswa

Proses Pelaporan SPT Tahunan di Drop Box Kantor Pusat DJP

Page 11: Pandu Pajak Maret 2013

SOROT LENSA

Dirjen Pajak Berinteraksi Langsung dengan Wajib Pajak

Pembukaan Drop Box di berbagai Lokasi Strategis untukMemudahkan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan SPT Tahunan

Sosialisasi Pengisian SPT Tahunan di Kementerian PerumahanRakyat

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN MARET 2013 11

Workshop SPT Itu Mudah di Universitas Bakrie

Page 12: Pandu Pajak Maret 2013

KPP Madya Jakarta Selatan Jalan Ridwan Rais No. 5A-7, Gambir, Jakarta Pusat 10110, Telp: 021-3447971, 3447972, 3504170. Fax: 021-3447971•KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Dua Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Tiga Jalan Raya Pasar Minggu No. 11, Pancoran, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-7993028-7992961, Fax: 021-7994253 •KPP Tebet Jalan Tebet Raya No. 9, Jakarta Selatan, Telp: 021-8296869,8296937, Fax: 021-8296901 •KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru SatuGedung Patra Jasa Lantai 1 & 14, Jalan Jend. Gatot Subroto-Jakarta, Telp: 021-52920983, 52921276, Fax: 021-52921274 •KPP Pratama Jakarta KebayoranBaru Dua Jalan Ciputat Raya No. 2 Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310, Telp: 021-75818842,75908704, Fax: 021-75818874 •KPP Kebayoran BaruTiga Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 14 A, Jakarta Selatan 12130, Tel: 021-7245735,7245785, Fax: 021-7246627 •KPP Pratama Jakarta KebayoranLama Jalan Ciledug Raya No. 65, Jakarta Selatan 12250, Telp: 021-5843105-5843109, Fax: 021-5860786 •KPP Pratama Jakarta Mampang PrapatanJalan Raya Pasar Minggu No. 1, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-79191232 /7949574-5/7990020, Fax: 021-7949575 •KPP Pratama Jakarta PancoranJalan T.B. Simatupang Kav. 5 Kebagusan, Jakarta Selatan 12520, Telp: 021-7804462, 7804667, 7804451. Fax: 021-7804862 •KPP Pratama JakartaCilandak Jalan T.B. Simatupang Kav. 32, Jakarta Selatan 12560, Telp: 021-78843521-23, Fax: 021-78836258 •KPP Pratama Jakarta Pasar MingguJalan T.B. Simatupang Kav. 39, Jakarta Selatan 12510, Telp: 021-7816131-4 /78842674, Fax: 021-78842440.